ETOS KERJA MASYARAKAT BETAWI DALAM MENINGKATKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DI KELURAHAN PONDOK CABE UDIK
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh Nadia Annisa NIM 1110015000128
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK
NADIA ANNISA S. NIM. 1110015000128. Etos Kerja Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etos kerja masyarakat Betawi di kelurahan Pondok Cabe Udik dalam meningkatkan status sosial ekonomi demi kelangsungan hidup sehari-hari. Penelitian ini ditinjau dari teori etos kerja Max Weber. Penelitian ini dilakukan di daerah Pondok Cabe Udik Pamulang Kota Tangerang Selatan tepatnya di Jalan Kemiri RT 003/RW 003. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan Purposive Sampling. Dari 80 kartu keluarga Betawi, peneliti mengambil 10 responden terpilih yang berada dalam usia produktif kerja yang berbeda usia, berbeda latar belakang pendidikan, dan berbeda pekerjaan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji kredibilitas dan keabsahan penelitian menggunakan triangulasi teknik, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda seperti, wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah etos kerja masyarakat Betawi berbanding lurus dengan hasil mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Segala bentuk usaha dan kerja keras yang telah mereka capai membuahkan hasil yang baik sehingga dapat membuat mereka bertahan di daerahnya sendiri. Meskipun kesadaran dalam pendidikan masih rendah tetapi mereka bisa membuktikan semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri lewat keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Mereka pun tak luput dari sikap tekun, jujur, tepat waktu, giat, dan pantang menyerah sebagai wujud tanggung jawab mereka terhadap pekerjannya masing-masing. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif tentang etos kerja masyarakat Betawi dalam usahanya untuk meningkatkan status sosial ekonomi. Kata kunci: Etos Kerja, Masyarakat Betawi, Status Sosial Ekonomi.
i
ABSTRACT
NADIA ANNISA S. NIM. 1110015000128. The Work Ethic of Betawi Community in Improving Socio-Economic Status in Pondok Cabe Udik Urban Village. Department of Social Sciences Education (IPS), Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. This research is aimed to determine how the work ethic of Betawi people in Pondok Cabe Udik villages in improving the socio-economic status for daily survival. This study is based on the theory of Max Weber's work ethic. This research was conducted at Kemiri Street RT 003 / RW 003, which is located in Pondok Cabe Udik, Pamulang, South Tangerang City. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. The sampling technique is the Purposive Sampling. From 80 Betawi family cards, the researcher took 10 selected respondents who are in the productive age for work from different ages, different educational backgrounds, and different jobs. The research instrument used was the interview. Inspection and checking of data in examining the credibility and validity of the research using triangulation techniques, using different data collection techniques such as, interview, observation, and documentation to get the data from the same source. The result found in this research is the work ethic of the Betawi community is directly proportional to their results in improving the socio-economic status. All forms of effort and hard work which they have achieved made good results, so it hasmade them survive in their own areas. Although awareness in education is still low, but they could prove their spirit to develop their self-potential through the expertise and skills they possess. They were not spared from being honest, in time, and unyielding as forms of their responsibilities to each of their jobs. The conclusion of this research is that there is a positive relationship of work ethic on Betawi people in their efforts to improve the socio-economic status. Key words: Work Ethic, Betawi Community, Socio-Economic Status.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya.
Sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan moril dan materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, Alhamdulillahirabbilalamin.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si. berserta seluruh staf Jurusan Pendidikan IPS yang telah mendukung.
4.
Dosen Pembimbing Skripsi, yaitu Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si. dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, M.A. yang tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan, saran, pengarahan, waktu, serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat menyeselesaikan skripsi ini dengan baik.
iii
5.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPS yang senantiasa memberikan ilmu serta mengajarkan arti pendidikan dalam kehidupan dunia dan akhirat, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6.
Kedua orang tua tercinta, Bapak August Setiadjie dan Ibu Teti Sunarsih, yang telah membesarkan, membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang tak terhingga. Serta kakak-kakak, adik, dan keponakan-keponakan (Bintang, Angkasa, Anjani) yang selalu menghibur, memberikan semangat, do’a dan motivasi kepada penulis.
7.
Seluruh keluarga besar Slamet Riyadi dan Soedirdjo yang senantiasa memberikan do’a bagi penulis.
8.
Staf Pemerintahan Kelurahan Pondok Cabe Udik, Bapak RW 003, Bapak RT 003, dan seluruh masyarakat Betawi RT/RW 003/003 yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
9.
Teman
Seperjuangan,
kelas
Sosiologi-Antropologi
angkatan
2010
terimakasih untuk semua kenangan manis yang kalian berikan, karena kita bukan hanya sebatas teman atau sahabat melainkan sudah menjadi keluarga. 10. Teman satu angkatan 2010 Jurusan Pendidikan IPS dari kelas Geografi dan Ekonomi yang selalu memberikan semangat. 11. Sahabat penulis, Ninna Aristyaningsih, Putri Chelia, M. Rizki Awaluddin, Muhriah, Risyda Azizah yang saling memberikan semangat serta selalu ada setiap waktu disaat suka maupun duka. 12. Ikhsan Kamil, S.E. pria yang selalu setia menemani, sabar untuk menghadapi segala keluh kesah, dan tak pernah lelah untuk memberikan doa serta semangat kepada penulis. 13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang khususnya telah membantu terwujudnya penelitian skripsi ini. Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dan rahmat dari Allah SWT. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
iv
semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai ibadah disisi-Nya, aamiin. Alhamdulillahirabbilalamin Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 01 Desember 2014
Nadia Annisa
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5 C. Ruang Lingkup ........................................................................ 5 D. Perumusan Masalah ................................................................ 5 E. Tujuan Penelitian .................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II:
KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis Etos Kerja .................................................. 7 1. Pengertian Etos Kerja ........................................................ 7 2. Prinsip Etos Kerja ............................................................. 9 3. Konsep Etos Kerja ............................................................. 13 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ................. 14 B. Deskripsi Teoritis Masyarakat Betawi .................................... 16 vi
1. Pengertian Masyarakat ...................................................... 16 2. Masyarakat Betawi ............................................................ 18 C. Deskripsi Teoritis Status Sosial Ekonomi ............................... 23 1. Pengertian Status Sosial .................................................... 23 2. Pengertian Status Sosial Ekonomi .................................... 25 3. Kebutuhan Manusia .......................................................... 27 D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29 E. Sinopsis .................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33 B. Metode Penelitian .................................................................... 33 C. Populasi dan Sampel ............................................................... 34 1. Populasi ............................................................................. 34 2. Sampel ............................................................................... 35 D. Teknik Penentuan Sampel ....................................................... 35 E. Teknik dan Instrumen Penelitian ............................................ 36 F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37 G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data ...................................... 40 H. Teknik Analisis Data ............................................................... 41 I. Refleksi Penelitian .................................................................. 41 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian ....................................................... 44 1. Sejarah Singkat Pondok Cabe Udik ..................................... 44 2. Kondisi Geografis dan Demografis ...................................... 46 3. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya ................................... 47 B. Deskripsi Data ............................................................................ 50
vii
C. Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik ..................... 52 D. Analisis Hasil Penelitian ............................................................ 72 1. Etos Kerja Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik ............. 72 2. Upaya Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi .......................................................... 77 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 88 B. Saran .......................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara menyeluruh, nilai kerja merupakan hak istimewa bagi manusia. Kerja adalah gambaran eksistensi seseorang. Melalui kerja martabat seseorang itu ditentukan. Setiap aktivitas kerja manusia niscaya memberikan dukungan bagi pengarahan akal budi. Di sini posisi kerja itu memberi sumbangan bagi tanggung jawab moral dan martabat manusia. Selain itu pola pertumbuhan kebudayaan dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki setiap orang. Perbedaan dalam bakat dan kecenderungan-kecenderungan manusia, menghantar kepada suatu keanekaragaman profesi. Keanekaragaman ini akhirnya memberi warna tersendiri yang membawa ke perbedaan kelas-kelas dalam masyarakat. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan pembangunan. Sumber daya manusia menjadi alat aktif dalam pengelolaan sumber daya alam. Etos kerja merupakan semangat kerja yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Secara umum etos kerja bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dalam hal ketidaktepatan mereka terhadap waktu. Sering kali terjadi keterlambatan memulai suatu acara, keterlambatan jam masuk kerja, keterlambatan
jadwal
pemberangkaran
alat
transportasi
atau
keterlambatan-keterlambatan lain yang disebabkan oleh tidak disiplinnya sumber daya manusia di Indonesia terhadap waktu. Selain itu, realitas sosial budaya orang Betawi yang kurang menguntungkan di tanahnya sendiri, ditengah lajunya arus modernisasi. Seiring semakin kentalnya proses urbanisasi kota Jakarta, baik secara fisik
1
2
maupun nonfisik, eksistensi orang Betawi di tempat asalnya sendiri mengindikasikan kondisi ketidakmampuan mereka dalam mengantisipasi serta mengakomodasi perkembangan Jakarta yang semakin pesat. Secara faktual ada beberapa indikator yang bisa menguatkan pendapat di atas, antara lain semakin berkurangnya lahan tanah yang dimiliki orang Betawi baik karena dijual maupun terkena penggusuran oleh pemerintah dan swasta. Tersingkirnya sebagian dari mereka dari tanah asal ke daerah pinggiran kota Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sebagai konsekuensi logis dari fenomena pertama, dan tenggelamnya etnis Betawi dalam kancah kompetisi dibidang ekonomi perdagangan dan bisnis. Dalam kompetisi dibidang tersebut secara transparan justru banyak didominasi oleh etnis lain yang sesungguhnya adalah pendatang di Jakarta dan sekitarnya. Mengenai profesionalisme dan keterampilan memang orang Betawi tertinggal jauh dengan masyarakat pendatang yang lebih struggle dalam bertarung untuk kehidupan di perantauan mereka. Sedangkan orang Betawi cenderung santai menikmati harta warisan yang mereka dapatkan dari nenek atau kakeknya saja dalam bentuk sebidang tanah atau kebun-kebun. Sementara itu di masyarakat Jakarta sendiri berkembang stereotip tertentu tentang orang Betawi yang sering dikaitkan dengan keberadaan orang Betawi sekarang ini. Stereotip itu antara lain, yaitu orang Betawi itu etos kerjanya rendah, santai, dan malas. Sebaliknya, bagi etnis lain juga ada cap-cap tertentu yang dilekatkan kepada mereka yang merupakan kontradiksi terhadap orang Betawi. Misalnya, orang Jawa itu ulet dan rajin; orang Padang itu perhitungan; orang Sunda itu sabar dan lain-lain. Tetapi memang kita tidak bisa memandang sama rata bahwa semua orang Betawi seperti itu. Tentang pendapat bahwa sekelompok entik itu adalah pemalas sedang etnik lain adalah rajin, Syed Hussein Alatas mempunyai pendapat
3
yang menarik. Alatas berpendapat bahwa anggapan sekelompok manusia itu malas dan sekelompok manusia lain rajin pada dasarnya adalah suatu mitos. Dalam kaitannya dengan bangsa Indonesia, Malaysia, dan Filipina, yang selalu diidentifikasikan sebagai pemalas, mitos itu berasal dari ideologi kolonial. Mengenai hal ini ia mengatakan : Dalam perwujudan empiris historisnya, ideologi kolonial memanfaatkan tentang pribumi yang malas untuk membenarkan praktek-praktek penindasan dan ketidakadilan dalam mobilisasi tenaga kerja dikoloninya. Ia menggambarkan citra negatif tentang pribumi dan masyarakat mereka, untuk membenarkan dan mencari alasan penaklukan dan penguasaan Eropa atas wilayah tersebut.1 Jelas seperti diuraikan oleh Alatas, etos kerja bukan suatu fenomena kebudayaan, melainkan suatu fenomena sosiologis yang eksistensinya terbentuk oleh hubungan produksi yang timbul sebagai akibat dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat itu.2 Sebenarnya tentang malas atau tidak malas itu tergantung dari manusia itu sendiri, tergantung bagaimana usaha kita demi meningkatkan kualitas hidup. Dalam konteks masyarakat pedesaan, maka tinggi rendahnya etos kerja anggota masyarakat tersebut sangat ditentukan oleh sejumlah faktor seperti pola pemilikan tanah dan faktor produksi lain seperti ternak, pola hubungan produksi yang ada dalam masyarakat, serta tersedia atau tidaknya pekerjaan di luar sektor pertanian. Etos kerja sebagai pendorong suatu keberhasilan pembangunan juga sangat ditentukan oleh sejauh mana proyek-proyek pembangunan yang dikembangkan oleh pemerintah atau organisasi lain sesuai atau tidak dengan kebutuhan penduduk pedesaan. Dengan kata lain etos kerja sebagai pendorong suatu keberhasilan pembangunan juga tergantung pada sejauh mana proses pembangunan itu memberi kesempatan dan kebebasan kepada msyarakat pedesaan untuk ikut menentukan jenis proyek yang ingin dikembangkan dalam masyarakat 1
S.H. Alatas, Mitos Pribumi Malas, Citra Orang Jawa, Melayu dan Filipina dalam Kapitalisme Kolonial, (Jakarta : LP3ES, 1988), h. 2. 2 Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, (Yogyakarta : Aditya Media, 1993), h. 3.
4
itu. Selain itu pendidikan juga menjadi salah satu faktor utama bagaimana seseorang bisa mencapai kesuksesan. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat merupakan masalah ada atau tidaknya struktur ekonomi, sosial, dan politik, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.3 Allah SWT memerintahkan kepada ummat-Nya untuk bekerja dan menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat, dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Sebagaimana dalam firman-Nya pada surah Ar Ra’d ayat 11:
َّ ن ْحتَّىْ يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َْ ْل يُ َغيِّ ُْر َما بِقَ ْىم ْ َ َّْللا َّْ ِإ “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar Ra’d : 11) Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia harus berusaha dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti dirinya kepada Allah SWT. Konsep etos kerja dalam Islam memiliki arti bahwa kemuliaan seseorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Etos Kerja Masyarakat Betawi 3
Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, (Yogyakarta : Aditya Media, 1993), h. 4.
5
dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik”.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah etos kerja masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial ekonomi.
C. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka ruang lingkup penelitian ini adalah etos kerja masyarakat Betawi dan upaya masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial ekonomi di kelurahan Pondok Cabe Udik.
D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dari fokus penelitian diatas ialah bagaimana etos kerja masyarakat Betawi? Dan bagaimana upaya masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial ekonomi di kelurahan Pondok Cabe Udik?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui etos kerja masyarakat Betawi, dan upaya masyarakat Betawi di kelurahan Pondok Cabe Udik dalam meningkatkan status sosial ekonomi demi kelangsungan hidup sehari-hari.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Manfaat bagi peneliti, menjadi sarana untuk introspeksi diri dalam mengembangkan etos kerja demi kelangsungan kehidupan yang lebih baik lagi.
6
b. Manfaat bagi pembaca, menjadi bahan untuk mengeksplorasi pengetahuan tentang etos kerja. c. Manfaat bagi peneliti lain, menjadi acuan untuk penelitian yang selanjutnya dengan pembahasan yang serupa dengan lebih baik lagi. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi UIN Jakarta, dapat menumbuhkan motivasi serta mentalitas kerja yang ulet bagi para mahasiswa dan dosen, sehingga berdampak kesuksesan, keberhasilan, dalam belajar maupun bekerja. b. Manfaat bagi jurusan, khazanah pengetahuan tentang pentingnya etos kerja sebagai pacuan untuk meraih kesuksesan khususnya dalam bidang keguruan, sehingga para guru maupun dosen dapat menjadi
pendidik
yang
bertanggung
jawab
menjalankan
pekerjaannya dan mengabdi dengan setulus hati. c. Manfaat bagi pemerintah pusat & daerah, sebagai masukan serta evaluasi yang berharga tentang objek kajian yang diteliti sehingga selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan agar lebih maju dan berkembang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja “Etos berasal dari bahasa Yunani, ethos yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu”.1 Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk moral yang dimiliki individu, sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. “Dalam
etos
tersebut,
ada
semacam
semangat
untuk
menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect!). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan”.2 Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaankebiasaan
yang
positif
dan
ada
semacam
kerinduan
untuk
menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang lebih sempurna.3 Etos juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah-daging. Dia h. 15.
1
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
2
Ibid., h. 15. Ibid., h. 16.
3
7
8
merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik, bahkan
sempurna,
nilai-nilai
Islam
yang
diyakininya
dapat
diwujudkan. Karenanya, etos bukan sekedar kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri seseorang. Sedangkan kerja, di dalam makna pekerjaan terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu pertama, aktivitasnya dilakukannya karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memiliki nilai transendental yang sangat luhur. Kedua, apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang di rencanakan. Karenanya, terkandung di dalamnya suatu gairah semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan manfaat.4 Di sisi lain, makna bekerja bagi seorang muslim ialah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba
Allah
yang
harus
menundukkan
dunia
dan
menempatkan dirinya sebagai bagaian dari masyarakat yang terbaik. Bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah, bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Etos kerja berkaitan erat dengan harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap pekerjaan itu sendiri. Dalam etos kerja ada semacam kandungan spirit atau semangat yang menggelegak untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral 4
h. 24.
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
9
dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawa dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnya (profesional). Dalam kamus Websters, terdapat ethic bermakna “custom, usage, caracters,...” artinya sama dengan moral, kebiasaan, adat, watak, perasaan, atau tempat tinggal. Hal ini juga dapat di definisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah intuisi.5 Bekerja merupakan kebalikan dari bersenang-senang yang berarti sesuatu yang baik dan setiap orang harus bekerja meskipun situasi kebutuhan material tidak mendesak orang untuk bekerja. Kerja merupakan panggilan hidup manusia, bukan hanya sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
2. Prinsip Etos Kerja Etos kerja dapat dikatakan sebagai refleksi dari sikap hidup yang mendasar dalam menghadapi kerja yang dapat dijadikan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden. Sinamo merumuskan sebuah definisi etos kerja profesional, yaitu seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai
5
Daru Susilowati, Lyndon Saputra, Webster’s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Jakarta : Kharisma Publishing Group, 2007), h. 92.
10
komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. 6 Selain itu Sinamo membagi etos kerja ke dalam delapan paradigma yang terdiri dari: a. Kerja adalah rahmat “Aku
bekerja
tulus
penuh
syukur”.7
Jadi,
rahmat
merupakan kebaikan yang kita dapatkan dari Tuhan Yang Maha Esa karena kasih sayang-Nya. Rahmat adalah berkah, anugerah, serta karunia yang diberikan Tuhan untuk seluruh umatnya yang bertaqwa. b. Kerja adalah amanah “Aku bekerja benar penuh tanggung jawab”.8 Jadi, amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, jika suatu pekerjaan dianggap sebagai amanah maka seseorang akan menyadari bahwa dia mengambil peran dalam sebuah sistem. Kesadaran ini akan membawa seseorang untuk memberikan lebih dalam menuntaskan pekerjaan dengan baik dan benar. c. Kerja adalah panggilan “Aku bekerja tuntas penuh integritas”.9 Jadi, panggilan ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total. d. Kerja adalah aktualisasi “Aku bekerja keras penuh semangat”.10 Jadi, aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi
6
17.
7
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
Ibid., h. 20. Ibid., h. 20. 9 Ibid., h. 20. 10 Ibid., h. 21. 8
11
realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini agar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita. e. Kerja adalah ibadah “Aku bekerja serius penuh kecintaan”.11 Jadi, segala bentuk pekerjaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita harus disyukuri dan dilakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan halal adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Menjadikan pekerjaan yang kita jalani sebagai ibadah yang wajib dalam memenuhi kebutuhan hidup. f. Kerja adalah seni “Aku bekerja cerdas penuh kreativitas”.12 Jadi, di dalam bekerja kita perlu kreatif dalam menggunakan strategi dan taktik pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efisien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif. Dengan begitu kita dapat menghasilkan sesuatu dalam bentuk karya seni. g. Kerja adalah kehormatan “Aku bekerja tekun penuh keunggulan”.13 Jadi, melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan menjalankan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki. Rasa hormat ini akan menumbuhkan kepercayaan diri yang akan meningkatkan kinerja kita agar lebih baik lagi.
21.
11
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
12
Ibid., h. 21. Ibid., h. 21.
13
12
h. Kerja adalah pelayanan “Aku bekerja sempurna penuh kerendahan hati”.14 Jadi, hasil dari pekerjaan kita bisa menjadi masukan untuk orang lain begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontibusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain. Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terusmenerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise, dan tampil sebagai bagian dari umat yang terbaik (khairu ummah). Berikut ini adalah beberapa ciri etos kerja menurut Tasmara: a. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) b. Mereka memiliki komitmen (Aqidah, Aqad, I’tiqad) c. Memiliki jiwa kepemimpinan d. Tangguh dan pantang menyerah e. Mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu f. Mereka memiliki semangat perubahan g. Mereka berorientasi ke masa depan h. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab i. Mereka memiliki harga diri j. Hidup berhemat dan efisien15
14
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h.
15
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
21. h. 73.
13
3. Konsep Etos Kerja Tesis Max Weber tentang apa yang disebutkan „etika protestan‟ (protestant ethic, die protestantische ethik) dan hubungannya dengan semangat kapitalisme. Tesis ini memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan antara ajaran agama dengan perilaku ekonomi.16 Tesis Weber tak lepas dari fakta sosiologis yang ditemukannya di
Jerman,
bahwa
sebagian
besar
dari
pemimpin-pemimpin
perusahaan, pemilik modal dan komersial tingkat atas adalah orangorang Protestan, bukannya Katolik. Berbagai studi dilakukan menguji kebenaran
tesis
Weber
bahwa
ajaran
agama
yang
dianut
mempengaruhi tingkat pencapaian dalam usaha.17 Sikap hidup keagamaan yang diinginkan kata Weber adalah “akses duniawi” yaitu intensifikasi pengabdian agama yang dijalankan dalam kegairahan kerja sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia yang terpilih.18 Maka semangat kapitalisme, yang bersandarkan kepada cita ketekunan, hemat dan berperhitungan, rasional dan sanggup menahan diri, sukses dalam hidupnya yang dihasilkan oleh kerja keras dapat dianggap sebagai pembenaran bahwa ia adalah orang yang terpilih. Jadi menurut Max Weber dalam bukunya The Protestan Ethic and spirit of Capitalism, etos kerja merupakan sebuah fondasi dari kesuksesan yang sejati dan autentik atau dapat dikatakan sukses di dunia dan sukses di akhirat karena terdorong oleh ajaran agama. Nilai-nilai
transenden
akan
menjadi
landasan
bagi
berkembangnya spirilitas sebagai salah satu faktor yang membentuk kepribadian. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas pendidikan dan kemampuan semata tetapi etos kerja dapat terbentuk sesuai suasana 16
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1979), cet. 1, h. 4. 17 Ibid., h. 6. 18 Ibid., h. 9.
14
batin dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan dan keimanan pun ikut menentukan adanya etos kerja tersebut. Geertz sadar akan kesatuan kultural masyarakatnya, karena Geertz menyadari adanya perbedaan dalam penghayatan agama, seperti di Mojokuto atau status di Tabanan. Santri di Mojokuto dan kaum bangsawan di Tabanan bukanlah kelompok sosial yang asing, tetapi secara struktural adalah bagian dari masyarakat. Jika pada kasus kaum santri Geertz melihat suatu paralelisme yang berfungsi dalam etika Protestan. Secara etika dalam pengertian Weber, Geertz melihat adanya unsur semangat kapitalisme dalam arti tekun, hemat dan berperhitungan.19 Jadi menurut Geertz bahwa adanya hubungan yang bermakna antara nilai-nilai yang dianut seseorang atau bangsa dan dalam seseorang itu akan menemukan dirinya di dalam agama yang diyakininya karena apa yang diajarkan oleh agamanya kemudian orang tersebut dituangkannya dalam kehidupannya sendiri.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Etos kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah : a. Agama Pada dasarnya agama merupakan suatu sitem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup seseorang. Seperti cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau modernisasi.
19
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1982), cet. 2, h. 33.
15
b. Budaya Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
terhadap
perilaku
masyarakat
yang
bersangkutan.
Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya terhadap perilaku masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi begitupun sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja. c. Pendidikan Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia karena dengan peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja yang tinggi. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat. d. Likungan atau Masyarakat Dari sisi lingkungan atau masyarakat terdapat adat-istiadat yang ikut mempengaruhi sesorang beretos kerja tinggi. e. Struktur Ekonomi dalam Etos Kerja Tinggi rendahnya suatu etos kerja suatu masyarakat itu dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi. f. Motivasi Intrinsik Individu Etos kerja juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang, dimana etos kerja ini merupakan suatu pandangan serta sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang dan keyakinan inilah yang menjadi motivasi kerja terhadap seseorang. 20
20
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3626/1/08E00921.pdf, Hubungan Antara
16
B. Deskripsi Teoritis Masyarakat Betawi 1. Pengertian Masyarakat “Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul”.21 Karena pada masyarakat tentu ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Menurut Polak, masyarakat (society) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompokkelompok lebih baik atau sub kelompok.22 Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita mendapati pula definisi-definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian. Beberapa definisi mengenai masyarakat itu, seperti misalnya ; a. R. Linton: seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan
bekerjasama,
sehingga
mereka
itu
dapat
mengorganisasikan dirinta dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Organization-Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009, diakses pada tanggal 8 September 2014. 21 Munandar Soelaeman MS., Ilmu Sosial Dasar : teori dan konsep ilmu sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1995), cet. 8, h. 63. 22 Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), cet. 2, h. 96.
17
b. M.J. Herskovist: menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu. c. J.L. Gillin dan J.P. Gillin: mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil. d. S.R. Steinmetz: seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur. e. Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.23 Jadi, dapat dilihat bahwa masyarakat memiliki arti luas dan arti yang sempit. Dalam arti yang luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh aspek tertentu atau kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat.
Dan
dalam
arti
sempit
masyarakat
dimaksud
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek tertentu, misalnya bangsa, golongan, dan sebagainya. Di dalam kehidupan masyarakat terdapat syarat utama yang harus ada, yaitu adanya interaksi di antara anggota kelompok masyarakat tersebut. Jika tidak ada interaksi maka antara anggota kelompok tersebut tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi tersebut sangat ditentukan oleh berbagai sarana yang dimiliki oleh warga masyarakat tersebut dan sesuai dengan tingkat kemajuan serta kemampuan yang dimilikinya. Kehidupan bermasyarakat juga tidak 23
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), cet. 2, h. 106.
18
terlepas dari norma-norma yang diterapkan secara teratur agar terciptanya masyarakat yang tertib, sehingga membentuk suatu adat istiadat yang memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, hal inilah yang menjadi dasar pada kehidupan sosial bermasyarakat. Selain itu, unsur lain yang dapat membentuk masyarakat pada umumnya adalah adanya identitas yang sama yang dimiliki oleh warga masyarakat itu sendiri, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dengan kesatuan masyarakat lainnya. Kesamaan ini ditandai oleh unsur-unsur kesamaan budaya yang mereka miliki seperti kesamaan dibidang bahasa dalam berkomunikasi, kesamaan dalam hal cara berpakaian, dan sebagainya. Sehingga kesatuan khusus ini dapat memudahkan untuk masyarakat lain mengenal kebudayaan tersebut. Sebagai contoh, seperti masyarakat Baduy Dalam yang memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Sunda untuk berkomunikasi, dan pakaian yang berbeda dengan masyarakat lain.
2. Masyarakat Betawi “Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut „Orang Betawi‟, Melayu Betawi, atau „Orang Jakarta‟ (atau Jakarte menurut logat setempat)”.24 Betawi berasal dari Batavia sebagai nama kota Jakarta yang didirikan oleh Gurbernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari nama suku bangsa Belanda zaman purba. Sebelum bernama Batavia, kota ini bernama Jayakarta. Yang sebelumnya lagi bernama Sunda Kelapa. Jayakarta didirikan tanggal 22 Juni 1527, oleh Fatahillah
24
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), h. 212.
19
utusan kesultanan Demak yang diperintahkan menaklukkan Sunda Kelapa.25 Dilihat dari segi kesukubangsaan, orang Betawi yang berdiam di Jakarta memiliki latar belakang sejarah yang melewati rentang waktu yang cukup panjang. Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat Betawi yang kemudian menjadi masyarakat seperti yang dikenal sekarang merupakan hasil dari proses asimilasi. Masyarakat itu dengan budayanya merupakan hasil pembaruan berbagai unsur budaya berbagai bangsa dan suku-bangsa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.26 Jakarta sebagai satu tempat yang terletak di pinggir pantai, dalam proses perjalanan sejarahnya, menjadi kota pelabuhan dan kota dagang. Kota ini kemudian menjadi pusat kota administrasi, politik, dan bahkan menjadi salah satu pusat untuk memperoleh pendidikan di Indonesia. sifat dan ciri kota Jakarta yang demikian itu telah memungkinkan menjadi arena pembauran berbagai etnik yang ada di Indonesia, dan bahkan berbagai bangsa yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Mereka datang dengan beragam kepentingan dan dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda pula. Pembauran itu telah melahirkan suatu masyarakat dan kebudayaan baru bagi penghuni kota Jakarta tadi, yang kemudian dikenal sebagai orang Betawi.27 Pihak-pihak yang datang itu antara lain orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Sedangkan dari daerah di Indonesia antara lain Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Sunda. Kemudian berpadu sebagai unsur budaya menjadi satu budaya yang disebut kebudayaan Betawi.28 Perpaduan itu tercermin dalam bahasa,
25
Ridwan Saidi, Maman S. Mahyana, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta : Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2002), h. 9. 26 Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), h. 212. 27 Ibid., h. 213. 28 Ibid., h. 213.
20
kepercayaan, kesenian, dan teknologi (pakaian, makanan, dan sebagainya). Kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh di kalangan penduduk Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya. Orang-orang Cina yang datang ke Jakarta sebenarnya berasal dari etnik yang berbeda di daerah asalnya. Masing-masing etnik itu menggunakan bahasa tersendiri. Di Indonesia mereka biasa di kategorikan sebagai Cina Totok dan Cina Peranakan. Tingkat penyesuaian Cina peranakan lebih besar dibandingkan dengan Cina Totok. Di Jakarta, unsur budaya Cina yang banyak terserap dalam budaya Betawi adalah unsur bahasa, kesenian, dan makanan.29 Bila kita berbicara tentang masyarakat maka tak bisa terlepas dengan kebudayaan yang dimilikinya. Kebudayaan adalah satu cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.30 Hal-hal tersebut adalah seperti pengumpulan bahan-bahan kebendaan, pola organisasi sosial, cara tingkah laku yang dipelajari, ilmu pengetahuan. Kepercayaan dan kegiatan lain yang berkembang dalam pergaulan manusia. Oleh sebab itu,
kebudayaan
adalah
sumbangan
manusia
kepada
alam
lingkungannya. Pada kebudayaan Betawi sistem teknologi dan sistem peralatannya berupa pakaian, rumah, alat transportasi, dan sebagainya. Bahkan sekarang alat komunikasi pun merupakan bagian dari sistem teknologi dan sistem peralatan. Dimana masyarakat dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain tanpa batas jarak dan waktu. Sedangkan pada sistem mata pencaharian hidup sangatlah beragam di
29
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), h. 213. 30 Joseph S. Roucek, Roland L. Warren, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Bina Aksara, 1984), h. 10.
21
zaman modern ini mulai dari berkebun, berdagang, berternak, sampai pada bekerja kantoran. Setiap kehidupan masyarakat diatur oleh adat istiadat dan turan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Khususnya di lingkungan masyarakat Betwai, kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat yang lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Keterkaitan antara budaya Betawi dan Melayu terlihat dari bahasa yang digunakan masyarakat Betawi. Pada dasarnya mereka menggunakan bahasa Melayu karena sebagaian besar orang-orang Betawi adalah pendatang terutama dari Negara serumpun, namun di Betawi pun tidak hanya orang-orang melayu yang hadir.31 Melalui jalur perdagangan, kemudian bahasa-bahasa lain berkembang di Betawi dan perkembangan tersebut diserap oleh orang-orang melayu. Misalnya, bahasa Sunda, Jawa, Belanda, Portugis, dan Cina. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi „é‟ sedangkan dialek Betawi pinggir adalah „a‟. Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat.32
31
Sistem kekerabatan suku betawi (http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1238/sistem-kekerabatan-suku-betawi) diakses pada tanggal 24 Januari 2014. 32 Bahasa Betawi (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi) diakses pada tanggal 24 Januari 2014.
22
Orang Betawi memiliki banyak jenis kesenian. Betawi menjadi tempat berpadunya berbagai budaya sehingga setiap jenis kesenian tidak pernah terlepas dari unsur budaya lain. Dalam seni tari, warna dasar tari rakyat Betawi adalah Melayu. Tartan Betawi yang ciri kemelayuannya cukup kuat yaitu tari Samrah dan Zapin. Tarian Zapin sendiri adalah pengaruh dari budaya Arab-Islam. Tarian yang kena pengaruh Cina yaitu tari Cokek. Pengaruh Sunda yaitu tari Belenggu, Topeng Tanji, Topeng Gong Ajeng, Pencak silat Betawi, Ondel-Ondel.33 Cerminan dari perpaduan tadi juga terasa dalam seni musik. Ada pengaruh Sunda dan Jawa, ada warna Cina. Gambang Kromong merupakan orkes tradisional Betawi perpaduan gamelan dan musik barat dengan tangga nada pentatonic bercorak Cina. Gambang Rancag juga merupakan kesenian yang mendapat pengaruh Cina. Kesenian ini tumbuh di kalangan masyarakat Betawi pinggiran kota. Di antara kesenian Betawi ada yang merupakan jenis teater rakyat, misalnya kesenian Lenong dan Topeng atau disebut Topeng Betawi. Kesenian ini berasal dari Cirebon yang pada mulanya sebagai sarana dakwah agama tetapi kemudian menjadi kesenian rakyat biasa. Bahkan pernah menjadi alat untuk ngamen. Kesenian ini mengalami pasang surut dalam perjalan waktu. Surutnya disebabkan karena kesenian ini kurang bisa menunjang ekonomi para senimannya dan bersaing dengan kesenian lain melalui teknologi baru. Selanjutnya dari sistem ilmu pengetahuan dalam sebuah kebudayaan merupakan penting adanya, bagaimana suatu kebudayaan memiliki cara tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya tentang banyak hal. Ilmu pengetahuan pada masyarakat Betawi tidak saja didapatkan dengan cara formal melalui lembaga pendidikan, tetapi juga bisa didapatkan melalui cara informal seperti ditanamkannya pengetahuan yang turun menurun dari orang tua kepada anaknya 33
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), h. 220.
23
tentang bagaimana caranya bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Gambaran tentang aspek religi atau keagamaan orang Betawi jelas diwarnai oleh ajaran Islam. Gambaran itu bisa dilihat dari sistem keyakinan dan tindakan yang mereka wujudkan. Bahwa kebudayaan Betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan Islam.34 Mulai seorang Betawi belum lahir hingga dia meninggal dunia dan beberapa bulan sesudah itu. Pergaulan perjaka dan perawan Betawi sudah tunduk kepada norma-norma Islam. Begitu pula perkawinannya, hamil tujuh bulannya, hingga lahir, menginjak masa kanak-kanak, dikhitan, menjadi tua tak pernah lepas dari norma-norma Islam, baik hukum formal maupun tradisi yang terbangun secara turun-temurun. Kehidupan orang Betawi berkisar antara rumahlanggar-pasar, dengan kekecualian kecil, yaitu kantor. Mustahil bagi seorang Betawi hidup tanpa bersentuhan dengan langgar dan mesjid. Dia akan terkucil dalam artian yang sebenar-benarnya sebagai seorang Muslim.
C. Deskripsi Teoritis Status Sosial Ekonomi 1. Pengertian Status Sosial “Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial (social status) adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain”.35 Kadangkadang dua istilah tersebut dibedakan, tetapi untuk lebih mudah mendapatkan pengertian maka akan dipergunakan dalam arti sama dan 34
Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), h. 221. 35 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 239.
24
digambarkan dengan istilah kedudukan (status), artinya tempat yang dimiliki seseorang dalam pola tertentu. Pada masyarakat secara umum seringkali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Ascribed Status dan Achieved Status.36 Perbedaan dari kedua istilah tersebut melihat dari proses yang didapatkan seseorang dalam menempati posisi dan status yang dimilikinya. Dalam istilah Ascribed status, diartikan sebagai kedudukan seseorang
dalam
masyarakat
tanpa
memerhatikan
perbedaan
seseorang.37 Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Sebagai contoh, anak seorang bangsawan yang juga akan memperoleh kedudukan yang sama dengan orang tuanya, selain itu misalnya orang tua berasal dari kasta Ksatria maka anaknya berkasta Ksatria. Sedangkan Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran.38 Kedudukan ini bisa diberikan kepada siapa saja tergantung dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan yang ia inginkan, dibutuhkan perjuangan dan kerja keras dalam meraih posisi atau kedudukan ini. Sebuah kedudukan seseorang memiliki implikasi secara sosiologis berupa peranan, karena apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Istilah peranan menunjukan bahwa setiap orang memiliki
perannya
masing-masing,
peranan
seseorang
dalam
masyarakat memiliki fungsi dan tugas yang dipegang sesuai dengan peranannya sehingga peranan seseorang itu merupakan bagian dari fungsi sosial. Peranan itu dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok 36
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157. 37 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157. 38 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi Keempat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004), cet. 1, h. 157.
25
sosial dalam masyarakat dengan sebuah harapan terciptanya tatanan kehidupan yang baik. Peran sangat penting karena dapat mengatur tindakan seseorang. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, status dan peran ibarat dua mata uang yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya peranan dalam kedudukan berarti seseorang tersebut tidak menjalankan fungsi atas kedudukannya tersebut, karena peranan memiliki fungsi mengatur perilaku seseorang dalam mengukur keberhasilan atas kedudukan yang dimilikinya, sementara kedudukan memberikan pengaruh pada seseorang dalam memberikan peranannya.
2. Pengertian Status Sosial Ekonomi Secara definitif, status adalah posisi sosial seseorang pada kedudukan tertentu yang mendapat pengakuan sosial.39 Status itu misalnya bapak, ibu, dan anak adalah status di keluarga. Setiap status menjalin
hubungan
relasional
satu
sama
lain.
Karena
sifat
relasionalnya itulah masing-masing status dibebankan oleh harapan dan tanggung jawab. Misalnya, harapan dan tanggung jawab orang tua kepada anak, atau harapan dan tanggung jawab yang dibebankan orang tua sebagai suami istri. “Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga”.40 Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumahtangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan 39
Amin Nurdin, dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 45. 40 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana, 2011), cet. 2, h. 9.
26
mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masingmasing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Harus diputuskan siapa anggota keluarga yang melakukan pekerjaan apa dengan imbalan apa dan bagaimana melaksanakannya. Ekonomi muncul bersamaan dengan diturunkannya manusia dibumi. Sejak itu, manusia telah dihadapkan pada persoalan bagaimana caranya memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa makanan, pakaian,
tempat
tinggal,
dan
sebagainya.
Untuk
memenuhi
kehidupannya, awalnya manusia bekerja sebagai individu seorang diri, lalu bekerjasama sebagai anggota kelompok manusia yang makin lama makin berkembang jumlahnya. Waktu pun berjalan, dan peradaban manusia pun mengalami kemajuan yang pesat. Lalu manusia harus bekerja keras, bersaing, dan bahkan bertikai, untuk alasan klasik yang tak pernah usang, yakni untuk memenuhi dan mempertahankan kehidupan ekonominya. Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Suatu masyarakat harus memutuskan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan. Suatu masyarakat membutuhkan orang-orang untuk menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang, orang yang membangun rumah, orang yang membuat kendaraan, orang yang menciptakan
teknologi,
dan
seterusnya.
Setelah
masyarakat
mengalokasikan tenaga kerjanya untuk melakukan berbagai pekerjaan, masyarakat harus mengalokasikan output, yaitu keluaran atau hasil dari suatu proses produksi yang menggunakan tenaga kerja atau sumber daya lainnya, barang dan jasa yang mereka hasilkan. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan
27
keinginan
masing-masing
atau
dengan
kata
lain,
bagaimana
masyarakat mengelola sumber daya yang langka melalui suatu pembuatan kebijaksanaan dan pelaksanaannya. Samuelson, salah seorang ahli ekonomi yang terkemuka di dunia pada tahun 1970 memberikan definisi ilmu ekonomi secara berikut: Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.41 Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku ekonomi yang timbul sebagai tanggapan terhadap dorongan keinginan manusia secara individu maupun berkelompok atau bermasyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya menggunakan sumber daya yang terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak terbatas.
3. Kebutuhan Manusia Kebutuhan manusia adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa. sebagian barang dan jasa yang dibutuhkan manusia berupa barang dan jasa tersebut bukan hanya diproduksikan di dalam negeri, melainkan juga yang diimport dari luar negeri. Dalam hal ini keinginan manusia dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli, dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
41
Sadano Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), cet. 26, h. 9.
28
Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan barang terutama yang terdiri dari benda yang dapat dilihat secara fisik seperti pakaian, alas kaki, makanan, minuman, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga kebutuhan manusia yang tidak dapat dilihat secara fisik seperti udara. Jasa adalah termasuk kebutuhan manusia tetapi bukan berbentuk benda yang dapat dilihat secara fisik ataupun tidak, jasa merupakan jenis kebutuhan layanan seseorang yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa jenis jasa
yang dibutuhkan
masyarakat antara lain, supir kendaraan angkutan umum, pelayan di rumah makan, asisten rumah tangga, ataupun penyiar radio serta pengisi acara televisi. Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang berbeda demi kelangsungan hidupnya. Semua
tidak terlepas dari
pengaruh
lingkungan dan budaya manusia itu sendiri. Tetapi menurut Drs. Lukman dan Indoyama Nasarudin terdapat empat jenis kebutuhan manusia yang dikelompokkan secara umum, diantaranya adalah : a) Kebutuhan pokok (basic needs) Merupakan kebutuhan kebendaan yang sangat essensial bagi kelangsungan hidup, yang merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi seperti sandang, pangan, dan papan. Jadi, memang kebutuhan pokok ini yang wajib terpenuhi paling utama. Dimana manusia membutuhkan pakaian, makanan, dan tempat tinggal untuk kelangsungan hidupnya. b) Kebutuhan adat istiadat (conventional needs) Merupakan kebutuhan manusia dalam hidup bermasyarakat yang merupakan jati diri atau ciri khas suatu kehidupan masyarakat,
seperti
pakaian
adat
istiadat
penganten,
dan
sebagainya. Jadi, di dalam kehidupan bermasyarakat pasti terdapat adat istiadat yang secara langsung maupun tak langsung membuat manusia mematuhi peraturan sesuai adat yang dimiliki.
29
c) Kebutuhan pekerjaan (occupatinal needs) Merupakan kebutuhan manusia akan pekerjaan dan alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan untuk menghasilkan barangbarang dan jasa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, seperti jadi pegawai atau karyawan bank. Jadi, saat seseorang memiliki pekerjaan maka terdapat kebutuhan yang memang harus dipenuhi dalam menunjang pekerjaan tersebut agar berjalan dengan baik. Sebagai contoh lain bila menjadi seorang guru maka membutuhkan seragam guru, sepatu, spidol, buku, dll. d) Kebutuhan kepribadian (personality needs) Merupakan
jenis
kebutuhan
pengakuan
terhadap
keberadaan diri dan kepribadian seperti status sosial, hobi, tabiat dan pendidikan, dan sebagainya. Jadi dalam kehidupan ini setiap manusia pasti memiliki kebutuhan untuk diri sendiri, dan setiap orang pun berbeda kebutuhan pribadinya. 42
D. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Penelitian Hamdi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 1995, dalam skripsi yang berjudul “Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan)” dengan tujuan untuk mengetahui gambaran yang utuh mengenai profil pedagang Betawi dan etos kewiraswastaannya. Hasil analisisnya adalah tiga orang pedagang Betawi di Kampung Sawah mempunyai suatu karakteristik yang khas dalam menjalankan roda usaha mereka. Berdasarkan hasil pengumpulan data menunjukkan dalam perilaku
dagang
masing-masing
kasus
dimana
terjadi
beberapa
penyimpangan pada perilaku dagang mereka dari kebiasaan yang umum 42
h. 2.
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1,
30
berlaku dalam dunia bisnis. Faktor usia dan status sosial ekonomi masalah unsur lain yang turut memberi corak dan nuansa tersendiri pada ketiga kasus penelitian tersebut.43 Penelitian Siti Mumum Muhibah, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, dalam skripsi yang berjudul “Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi Kasus Buruh Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang)” dengan tujuan untuk mengetahui semangat kerja buruh perempuan di di PT. Sewu Nusantara Tangerang. Hasil analisisnya adalah etos kerja yang dimiliki buruh perempuan di PT. Sewu Nusantara pada distributor berbagai macam buah-buahan segar ini memiliki etos kerja yang baik, karena dalam pemaknaan etos kerja bahwa kerja adalah suatu keharusan bagi setiap manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Dengan bekerja seseorang akan dapat menyalurkan segala aspirasi yang ada dalam pikirannya itu ke dalam bentuk pekerjaan, sehingga bermanfaat bagi dirinta dan orang lain.44 Penelitian Rahmawati, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, dalam skripsi yang berjudul “Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota Tangerang Selatan” dengan tujuan untuk mengetahui etos kerja masyarakat pendatang dalam peningkatan status sosial ekonomi di daerah Pesanggrahan Ciputat kota Tangerang Selatan. Hasil analisisnya adalah etos kerja masyarakat pendatang berbanding lurus dengan peningkatan status sosial ekonomi mereka. Keberhasilan yang telah dicapai oleh masyarakat pendatang, diyakini merupakan hasil dari kerja keras dan semangat dalam bekerja diimbangi dengan pelayanan yang baik, kejujuran 43
Hamdi, “Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan)”, Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 1995, tidak dipublikasikan. 44 Siti Mumun Muhibah, “Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi Kasus Buruh Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang)”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.
31
dalam bertransaksi, serta mementingkan kualitas produksi dagangannya sebagai wujud tanggung jawab pedagang kepada pelanggannya. 45 Penelitian Gudiman, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010, dalam skripsi yang berjudul “Etos Kerja Pelaku Puasa Daud”. Hasil analisisnya adalah secara kasuisitik subjek yang diteliti memiliki paradigma kerja dan perilaku kerja seperti yang terdapat dalam teori 8 etos kerja Jansen Sinamo. Para subjek memahami, menyetujui, dan meyakini bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, dan kerja adalah pelayanan. Semua subjek juga menyetujui, merasakan, memiliki, berkomitmen, dan mengamalkan perilaku kerja tulus penuh kesyukuran, bekerja benar dengan penuh tanggung jawab, bekerja tuntas dilandasi integritas, bekerja keras penuh semangat, bekerja serius teriring cinta, bekerja dengan kecerdasan dan kreativitas, bekerja dengan tekun untuk sebuah keunggulan, dan bekerja sempurna namun dengan kerendahan hati.46
E. Sinopsis Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka berpikir sebagai berikut, kerja merupakan sebuah gambaran dari eksistensi seseorang. Melalui kerja martabat seseorang akan ditentukan. Etos kerja itu sendiri menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaann, karena sumber daya manusia dapat menjadi alat aktif dalam pengelolaan sumber daya alam. Etos kerja masyarakat Betawi cenderung rendah, salah satu faktor yang menyebabkan adalah karena kurangnya kesadaran akan
45
Rahmawati, “Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota Tangerang Selatan”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan. 46 Gudiman, “Etos Kerja Pelaku Puasa Daud”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
32
pendidikan yang tinggi. Padahal pendidikan menjadi faktor utama seseorang bisa mencapai kesuksesan. Dalam etos kerja ada semacam kandungan spirit atau semangat yang menggelak untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai mengisi dan menggapai makna hidup, serta menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam mendapatkan status sosial di masyarakat terdapat dua cara yaitu dengan cara usaha sendiri dan dengan cara mendapatkannya melalui keturunan. Seseorang bisa dikatakan berhasil dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi jika ia mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya, seperti kebutuhan pokok, kebutuhan pekerjaan, kebutuhan kepribadian, dan kebutuhan adat istiadat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2014 – 28 November 2014. Tempat dilakukannya penelitian ini di Jalan Kemiri RT/RW 003/003, Kelurahan Pondok Cabe Udik Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Yang menjadi alasan dipilihnya lokasi ini adalah, karena masyarakat Betawi tetap bisa bertahan hidup di antara masyarakat pendatang yang juga bersaing dalam mencari pekerjaan.
B. Metode Penelitian Menurut Husaini Usman, “metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”.1 Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menganalisa gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. dengan cara analisis data. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis data
1
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 2,
h. 41
33
34
dan interpretasi tentang arti data yang didapatkan peneliti dalam bentuk deskriptif
(menggambarkan)
realitas
objektif
untuk
memperoleh
keterangan data yang berkaitan dengan pembahasan. Pada penelitian ini sasaran yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan, memahami, memaknai pengaruh etos kerja masyarakat Betawi dalam meningkatkan status sosial ekonomi mereka. Sebagai acuan dalam teknik penulisan skripsi ini digunakan buku Pedoman Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memudahkan penyelesaian penulisan skripsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Tetapi dalam penelitian kualitatif populasi biasa disebut dengan situasi sosial, dapat berbentuk orang, tempat, dan aktivitas. Pada penelitian ini diambil populasi masyarakat Betawi yang tinggal di Jalan Kemiri RT/RW 003/003 Kelurahan Pondok Cabe Udik. Dengan karakteristik masyarakat Betawi yang memang asli keturunan dari kedua orang tuanya yang juga merupakan orang Betawi. Dari 80 kepala keluarga Betawi, sejumlah 278 jiwa. Hanya diambil masyarakat yang berada pada usia produktif kerja yaitu 20-50 tahun, sejumlah 172. Dan yang bekerja hanya 134 jiwa, sedangkan 38 jiwa lainnya tidak bekerja karena alasan tertentu seperti masih berada dalam pendidikan perguruan tinggi ataupun karena sudah lanjut usia.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 117
35
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3 Pengambilan sampel dipilih dan diambil dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah, satu orang pegawai pemerintahan di Kelurahan Pondok Cabe Udik, ketua RW 003, ketua RT 003, serta masyarakat Betawi dari berbagai jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan yang berbeda, dan berada pada usia 20-50 tahun. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.4 Namun pada kenyataannya di usia 15 tahun masih banyak yang menerima pendidikan sekolah, dan di atas 50 tahun sudah termasuk lansia atau pensiunan. Maka peneliti mengambil 10 orang masyarakat Betawi yang berada pada usia 20-50 tahun yang dapat dikatakan sebagai usia produktif untuk bekerja, bisa menilai dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dalam pekerjaannya.
D. Teknik Penentuan Sampel Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti adalah Purposive Sampling. Menurut Sugiyono, “Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan sehingga akan memudahkan peneliti untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti”.5 Kecenderungan dipilihnya informan didasarkan pada posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
3
Ibid., h. 118 Undang-undang Ketenagakerjaan (http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/13146) diakses pada tanggal 22 September 2014. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 300. 4
36
sumber data yang mantap. Di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka. Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat telah memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya, dengan memilih orang yang akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
E. Teknik dan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian kualitatif ini adalah peneliti. Peneliti sebagai human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian. Peneliti memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Informan di dalam penelitian ini yaitu informan inti dan informan kunci. Informan inti adalah yang menjadi subjek penelitian yaitu warga Pondok Cabe Udik. Sedangkan informan kunci adalah staf pengelola kelurahan bagian kependudukan dan sosial serta aparat setempat yaitu ketua RT dan ketua RW. Pendekatan dilakukan secara personal melalui tatap muka, mengingat hampir tidak ada kesulitan untuk menemui informan karena jarak tempat tinggal peneliti dengan kelurahan tidak terlalu jauh sehingga bisa menjalankan penelitian tanpa harus tinggal di tempat penelitian. Setelah terbangun kedekatan dengan para informan, peneliti melakukan observasi, wawancara mendalam atau sambil lalu dan dengan studi pustaka. Peneliti terjun kelapangan sendiri dengan melihat, menilai, dan menanyakan pada sumber-sumber yang dipercaya mengetahui keseluruhan sosial dan budaya di Pondok Cabe Udik. Peneliti juga mengandalkan hasil dari wawancara mandiri, wawancara sambil lalu, dan data kependudukan dari Kelurahan Pondok Cabe Udik.
37
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti harus menyadari bahwa posisi dan peran utamanya adalah sebagai alat pengumpulan data (human instrument)6, sehingga kualitas data yang diperoleh akan sangat tergantung dari kualitas penelitinya. Diperlukan sikap kritis dan teliti pada penelitian ini dalam pengumpulan data. Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka penulis akan mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunder, yaitu data-data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen. Data ini meliputi laporan-laporan kependudukan masyarakat Pondok Cabe Udik, laporan-laporan penelitian, dan buku-buku yang relevan dengan pokok bahasan. Adapun untuk mengolah dan menganalisis data yang diperlukan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1.
Observasi, menurut
S. Margono observasi
diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.7 Peneliti menggunakan observasi partisipatif, yang berarti peneliti ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi yaitu masyarakat betawi di Pondok Cabe Udik. Dalam hal ini peneliti juga harus membina hubungan yang baik (good rapport) kepada para responden atau masyarakat yang dijadikan objek penelitian. 2.
Wawancara, merupakan pembantu utama dalam teknik observasi yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Teknik wawancara dilakukan
6
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2006), cet. 2, h. 67 7 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 3, h. 173
38
dengan menggunakan seperangkat pedoman wawancara agar dapat merumuskan pertanyaan dengan sempurna sehingga apa yang ditanyakan tidak menyimpang dari pokok-pokok yang menjadi inti wawancara. Wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan data yang diinginkan. Pada penelitian ini, yang di wawancarai berjumlah 14 orang, diantaranya adalah seorang sesepuh Pondok Cabe Udik, satu orang pegawai pemerintahan di Kelurahan Pondok Cabe Udik, ketua RW 003, ketua RT 003, serta 10 masyarakat Betawi dari berbagai jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan yang berbeda. Berikut adalah kisi-kisi wawancaranya: Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Dimensi
Indikator
Jumlah
1. Budaya/agama yang melatarbelakangi sikap kerja 2. Persepsi
personal
sikap kerja positif 3. Persepsi Etos Kerja
personal
sikap kerja negatif
5
4. Persepsi sosial sikap kerja
masyarakat
Betawi 5. Pengaruh lingkungan sosial
terhadap
pekerjaan 1. Lamanya di daerah Masyarakat Betawi
Pondok Cabe Udik 2. Pekerjaan
pertama
5
39
kali di Pondok Cabe Udik 3. Pekerjaan
yang
sekarang dijalani 4. Suka duka terhadap pekerjaan
yang
dijalani 5. Sikap bersyukur atas pekerjaan
yang
dijalani 1. Pendapatan
setiap
bulan 2. Pengeluaran
setiap
bulan Status Sosial Ekonomi
3. Kebutuhan
yang
sudah terpenuhi 4. Kebutuhan
5 yang
belum terpenuhi 5. Usaha
untuk
memenuhi kebutuhan
3.
Dokumentasi, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya dari seseorang. Dokumen gambar merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian ini. Hasil dari obervasi atau wawancara, akan lebih dipercaya kalau didukung oleh gambar berupa foto-foto yang diambil oleh peneliti dengan responden pada saat observasi maupun saat wawancara berlangsung.
40
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data Dalam teknik pengecekan keabsahan data atau uji keabsahan data dalam penelitian, ditentukan pada uji validitas dan realibitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, sedangkan realibitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan yang ada dilapangan. Dalam penelitian kualitatif terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja masyarakat Betawi, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja masyarakat Betawi. Jadi, uji keabsahan data ini dilakukan dengan perpanjangan waktu penelitian
dimaksudkan
agar
data-data
yang
diperoleh
peneliti
memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan, sehingga dapat terbangun kepercayaan diri para responden terhadap kepercayaan diri peneliti sendiri. Triangulasi data, ialah memeriksa keabsahan data melalui sumber, metode penyidik teori. Triangulasi data dengan sumber yang digunakan untuk mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumentasi, membandingkan apa yang dikatakan informan dalam memberikan informasi data di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Mathinson mengemukakan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. 8 Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. 8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 332.
41
Terakhir, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dalam proses pelaksanaan pengumpulannya. Pelaksanaannya dengan melihat serta mencocokan semua catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dengan dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian.
H. Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain.9 Dalam penelitian kualitatif berdasarkan kurun waktunya, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Pada waktu pengumpulan data di lapangan, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila peneliti merasa kurang memuaskan, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan lagi, sampai pada tahap
tertentu,
diperoleh
data
yang
dianggap
kredibel.
Saat
pelaksanaannya, data yang diperoleh berasal dari informasi lapangan, dijadikan bentuk uraian, kemudian dikaitkan dengan data yang sudah ada untuk mendapatkan kejelasan atau kebenaran akan memperoleh gambaran baru atau nguatkan gambaran yang sudah ada.
I. Refleksi Penelitian Pada penelitian ini saat awal observasi peneliti mendatangi lingkungan jalan Kemiri RT 003/RW 003 untuk melihat keadaan masyarakat Betawi pada daerah ini. Peneliti merasa tertarik karena di daerah ini masyarakat Betawi terlihat dapat bersaing dengan masyarakat pendatang, kehadiran masyarakat pendatang tak membuat mereka kehilangan kesempatan untuk tetap bekerja. Peneliti ingin mengetahui 9
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 3, h. 217
42
apakah masyarakat Betawi di daerah Pondok Cabe Udik ini memiliki etos kerja. Setelah melakukan observasi pribadi melihat lingukngan sekitar, peneliti lalu membuat surat izin penelitian untuk memudahkan jalannya penelitian ini dalam mencari informasi lebih mendalam lagi. Pada tanggal 15 Agustus 2014, orang pertama yang peneliti kunjungi untuk diwawancarai ialah Bapak Sudirman yang merupakan sesepuh di Pondok Cabe Udik, di kediamannya peneliti banyak mendapatkan informasi mengenai sejarah Pondok Cabe Udik. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan geografis pada zaman dulu, sampai mengapa daerah itu dinamakan Pondok Cabe Udik. Setelah surat izin penelitian sudah berada ditangan peneliti, maka peneliti mendatangi kediaman Bapak RT 003 pada tanggal 25 Agustus 2014 untuk meminta data penduduk sekaligus wawancara dengan Bapak RT yang bernama Hasan sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. Saat di kediaman Bapak RT, peneliti bertemu dengan dua orang masyarakat Betawi yang kebetulan memenuhi kriteria untuk diwawancarai juga. Maka peneliti mewawancarai Ibu Armah dan Bapak Amsar. Selanjutnya setelah mendapatkan data dari Bapak RT, pada tanggal 27 Agustus 2014 peneliti mengunjungi kediaman Bapak RW 003 yang bernama Bahrudin untuk melengkapi data dan informasi yang masih dirasa kurang. Peneliti juga mengunjungi Kelurahan Pondok Cabe Udik untuk meminta data kependudukan RT 003/RW 003 yang terletak di jalan Kemiri pada tanggal 27 Agustus 2014, pada hari itu peneliti langsung bertemu dengan salah satu staf bagian kependudukan bernama Bapak Herwan. Waktu untuk melakukan wawancara diambil pada bulan Agustus sampai September. Sampai peneliti mendapatkan data yang cukup dari para masyarakat Betawi yang terpilih untuk mewakili sebagai responden. Di dalam penelitian ini memang terdapat suka maupun duka. Suka yang dirasakan peneliti adalah dapat berbaur akrab dengan masyarakat Betawi khususnya yang menjadi responden, ikut dalam kegiatan pekerjaan
43
mereka selama peneliti turun ke lapangan langsung, dan mendapatkan banyak pelajaran hidup yang berharga dari mereka. Sedangkan dukanya seperti sulit mendapatkan data kependudukan yang jelas di RT setempat karena pada periode ini ketua RT 003 baru menjabat, selain itu Kelurahan juga tidak cukup lengkap memiliki data untuk deskripsi daerah penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Sejarah Singkat Pondok Cabe Udik Kelurahan Pondok Cabe Udik merupakan salah satu dari delapan bagian wilayah Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 1939 kelurahan ini masih bernama Camat Komite Pondok Cabe Udik. Pada saat itu kepala desa dipilih berdasarkan siapa yang mau mencalonkan diri, dan biasanya dari kalangan jawara wilayah ini.1 Pondok Cabe terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir. Adanya Ilir dan Udik rupanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dua Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir hampir sama corak dan kulturnya. Namun kemudian, saling terkait akan tetapi dua - duanya bukan berasal dari pemekaran wilayah sejak awalnya. Konon kabarnya di wilayah ini ada dua wali yang berwujud wanita dan laki - laki. Wali sosok wanita yang tinggal di Pondok Cabe Ilir dan wali bersosok lelaki dengan gagah perkasa tinggal di Pondok Cabe Udik. Dulunya sosok kedua inilah yang menjadi cikal bakal wilayah tersebut hingga kini berdiri. Meski demikian, keberadaannya tidak dapat di buktikan secara tertulis. Sementara peninggalan Masjid Agung Al Ikhlas yang berada di Ilir dijadikan sebagai bukti bahwa keberadaan asal - usul tersebut memang ada. Info dilapangan yang tersebar dari
sesepuh dulu hingga kini menunjukkan bahwa cikal
1
Wawancara pribadi dengan sesepuh Pondok Cabe Udik bapak Sudirman, tanggal 15 Agustus 2014
44
45
bakal kedua wilayah tersebut berawal dari 'kruhun' atau disebut orang setempat sebagai orang tua dulu.2 Sementara merujuk kepada asal - usul penamaan udik karena, banyak orang yang hilir dan mudik. Orang yang pergi ke Jakarta memang harus melewati ilir, sebagaimana letak geografis antara ilir dan udik. Posisi ilir adanya disebelah utara sebagaimana disebut didaerah perlintasan kota. Sementara udik disebelah selatan dengan istilah mudik, sehingga disebut hilir - mudik. Nama Pondok Cabe menurut sesepuh dicetuskan karena pada zaman dahulu kala wilayah ini adalah tempat persinggahan para penjual cabe. Di wilayah Pondok Cabe Udik sendiri mayoritas penduduknya memang beretnis Betawi, dengan presesntase 25% keturunan Cina dan 75% keturunan asli pribumi.3 Pada tahun 1940 keadaan geografis wilayah Pondok Cabe Udik sebagian besar masih berupa tanah lapang dan hanya dibeberapa titik saja terdapat pemukiman penduduk. Saat itu, daerah udik masih belantara pepohonan dan dataran rendah yang ditumbuhi padi dipersawahan. Untuk dataran tergalan ditumbuhi palawija, jagung, dan umbi umbian. Pekerjaan penduduk setempat rata – rata petani ladang, sawah, dan buruh. Pada masa tersebut daerah itu juga sering disinggahi orang - orang yang berasal dari daerah Bogor dan Sukabumi yang berjualan panci, dandang, dan kukusan.4 Dahulu kala penduduk bisa dengan bebas mematok seberapa luas tanah yang mereka ingin miliki lalu pemerintah memberikan girik (surat kepemilikan tanah). Itu lah
2
Wawancara pribadi dengan staf pemerintahan kelurahan Pondok Cabe Udik bapak Herwan, pada tanggal 29 Agustus 2014 3 Wawancara pribadi dengan sesepuh Pondok Cabe Udik bapak Sudirman, pada tanggal 15 Agustus 2014 4 Wawancara pribadi dengan staf pemerintahan kelurahan Pondok Cabe Udik bapak Herwan, pada tanggal 29 Agustus 2014
46
sebabnya sebagian besar pribumi yang tinggal di daerah ini memiliki rumah dengan lahan yang sangat luas.
2. Kondisi Geografis dan Demografis Daerah Pondok Cabe Udik mempunyai luas wilayah 514 hektar. Secara administratif, kelurahan Pondok Cabe Udik berbatasan dengan kelurahan Pondok Cabe Ilir di sebelah utara, kali pesanggrahan di sebelah timur, kelurahan Cinangka di sebelah selatan, dan kelurahan Pamulang Timur di sebelah barat. Sedangkan RT/RW 003/003 terletak dijalan Kemiri dengan luas wilayah 3000 meter.5 Kondisi iklim di daerah Pondok Cabe Udik masih asri, dikarenakan masih banyak pepohonan yang tumbuh disekitar jalan dan di lingkungan rumah-rumah warga. Ketika pagi hari cerah pun tak jarang masih terdapat kabut yg menyelimuti daerah ini. Banyaknya daerah serapan air membuat Pondok Cabe Udik hampir tidak pernah terdengar banjir ketika musim hujan tiba. Pondok Cabe Udik merupakan daerah pinggiran yang justru terbilang ramai karena menjadi penghubung antara Jakarta Selatan dengan Tangerang Selatan. Tidak sedikit dari warga yang bekerja di Jakarta Selatan dan sekitarnya memiliki rumah di daerah ini. Itu yang menyebabkan Pondok Cabe Udik mengalami kemacetan lalu lintas di jam-jam tertentu seperti pada pukul 06.00-09.00 WIB dan pukul 16.0018.00 WIB. Selain itu, sebagai daerah penghubung, Pondok Cabe Udik dan sekitarnya memiliki cukup banyak pembangunan perumahan dari yang biasa maupun elit. Banyaknya lahan kosong di daerah ini dimaanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencari keuntungan dari mendirikan perumahan-perumahan baru bergaya minimalis. 5
Data Kependudukan Kelurahan Pondok Cabe Udik tahun 2014
47
3. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya Wilayah Pondok Cabe Udik merupakan daerah pinggiran Jakarta bagian Selatan, yang termasuk dalam kota Tangerang Selatan. Zaman dahulu kala di daerah perkampungan Pondok Cabe Udik masih sangat pedesaan. Mayoritas penduduk Pondok Cabe Udik adalah orang Betawi blasteran Cina yang memiliki rumah dengan tanah yang luas beserta kebunnya.6 Itu yang membuat para pendatang menyebutnya dengan Cina Benteng, karena pager rumah orang Cina di Pondok Cabe Udik yang dibuat dengan semen menyerupai benteng-benteng. Sistem kepercayaan masyarakat pribumi maupun pendatang di Pondok Cabe Udik terbilang beragam, meskipun mayoritas memang Islam tetapi tak jarang beragama Konghucu karena Betawi asli daerah ini sebagian masih keturunan Cina. Di jalan Kemiri pun terdapat satu Klenteng yang merupakan tempat ibadah agama Konghucu. Namun berdasarkan keberagaman tersebut, masyarakat Pondok Cabe Udik masih selalu hidup rukun dan damai di dalam sebuah perbedaan kepercayaan dan etnis. Rasa saling menghargai sangat kental terlihat dalam lingkungan daerah ini. Masyarakat Betawi yang tinggal di pinggiran kota Jakarta, masih dimungkinkan untuk melakukan usaha-usaha pertanian, baik tani sawah, tani buah-buahan atau petani buruh. Mayarakat di Pondok Cabe Udik yang sebagian besar warga Betawi, memiliki mata pencaharian yang beragam dikarenakan perkembangan zaman. Walaupun hanya dengan berbekal pendidikan yang tidak tinggi, setidaknya masyarakat Betawi masih berusaha untuk selalu bisa memenuhi 6
2014
kebutuhan
hidupnya
sehari-sehari.
Bagi
yang
Wawancara pribadi dengan ketua RW 003 bapak Bahrudin, pada tanggal 27 Agustus
48
berpendidikan, tidak sedikit menjadi karyawan, baik karyawan negeri maupun swasta. Banyak pula yang berwiraswasta sebagai pengusaha, pedagang, buruh, dan lain-lain. Keberagaman mata pencaharian tak terlepas dari faktor semakin banyaknya pendatang yang singgah di daerah ini, menjadikan persaingan dalam mencari nafkah semakin kuat. Di Pondok Cabe Udik sistem kemasyarakatannya masih sangat kental karena sebagian besar penduduk disini memang masih satu kerabat. Seperti kita ketahui, Betawi memang mempunyai ciri untuk tinggal berdekatan di antara keluarganya. Karena memang pada zaman dahulu tanah yang mereka miliki sangat luas, sehingga satu lingkup RT saja bisa benar-benar masih satu keluarga. Tempat tinggal yang dimiliki orang Betawi di daerah ini sebagian besar masih merupakan warisan peninggalan nenek atau orang tua terdahulu mereka yang pada zaman dahulu hanya dengan mematok tanah dan menanam buah atau sayuran maka mereka bisa langsung memiliki lahan tersebut. Watak orang Betawi pun sudah turun temurun membiasakan anak atau kerabat untuk tinggal tetap satu wilayah dan jarang untuk meninggalkan wilayah mereka sejak lahir disebabkan karena faktor adat. Salah satu ciri masyarakat Betawi adalah tidak suka merantau. Salah satu alasannya, bahwa untuk pergi ke luar dari daerahnya tertentu memerlukan biaya, sedangkan masyarakat Betawi yang relatif kemampuan ekonominya terbatas, menyebabkan mereka lebih suka tinggal dan mencari nafkah di sekitar lingkungan atau tempat tinggalnya sendiri. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Hasan, “sesuai dengan yang biasanya terkenal di masyarakat luas Betawi memang singkatan dari betah di wilayah”.7
7
Wawancara pribadi dengan ketua RT 003 bapak Hasan, pada tanggal 25 Agustus 2014
49
Bahasa yang digunakan masyarakat Pondok Cabe Udik mayoritas Betawi, tetapi karena sudah terjadi percampuran budaya dari masyarakat pendatang maka bahasa Betawinya sudah tidak begitu kental. Pada zaman dahulu memang daerah ini masih asli menggunakan bahasa Betawi namun, seiring dengan perkembangan zaman mulai banyak orang Betawi asli daerah ini yang menikah silang dengan para pendatang yang beretnis selain Betawi, seperti Jawa, dan Sunda. Itu yang menyebabkan bahasa Betawi di daerah ini mengalami sedikit kelunturan yang tercampur oleh bahasa dari etnis lain. Ilmu pengetahuan itu sangat penting terlebih lagi dalam hal memajukan pembangunan serta mengembangkan sumber daya manusia yang ada. Pada masyarakat Betawi kesadaran akan berpendidikan masih kurang. Masyarakat Betawi kurang sadar bahwa ilmu pengetahuan adalah sebuah prioritas bukan hanya untuk kaum laki-laki tetapi juga untuk perempuan. Sangat penting menghapus stereotipe bahwa perempuan tidak wajib menggali ilmu pengetahuan lebih dan hanya sebatas ibu rumah tangga di kalangan masyarakat Betawi. Secara langsung ataupun tidak langsung ilmu pengetahuan sangat berpengaruh besar, terutama dapat merubah pola pikir masyarakat Betawi tentang etos kerja yang rendah dan dapat memodernisasi sesuai perkembangan zaman. Tetapi pada kenyataannya pendidikan masih sangat minim untuk dijadikan prioritas pada kehidupan masyarakat Betawi. Kurangnya kesadaran akan pendidikan ini yang menyebabkan ditemukannya beberapa anak yang putus sekolah dan lebih memilih bekerja di usia muda, atau sebagian dari mereka lebih memilih untuk langsung berkeluarga selepas masa SMP (Sekolah Menengah Pertama).
50
Selain itu juga rendahnya tingkat pendidikan mereka karena masyarakat Betawi masih kuat memegang adat. Unsur yang memberi pengaruh kuat pada budaya Betawi adalah agama Islam dengan sistem keyakinan, nilai-nilai, serta kaidah-kaidahnya. Sebagian besar orang Betawi adalah penganut Islam, dan tergolong penganut yang taat. Agama tersebut menjadi unsur penting yang mengikat mereka memberi ciri sebagai satu kelompok etnik.
B. Deskripsi Data Jumlah kepala keluarga masyarakat Betawi di RT/RW 003/003 kelurahan Pondok Cabe Udik sebanyak 80. Dengan rincian jumlah penduduk sebagai berikut: laki-laki 162 jiwa, dan perempuan 116 jiwa, dengan total keseluruhan penduduk Betawi 278 jiwa. Tabel 4.1 Kelompok Penduduk Betawi Menurut Usia No
Kelompok Usia
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
8
4
12
2
4-9
11
8
19
3
10 - 14
13
9
22
4
15 - 19
14
10
24
5
20 - 24
17
13
30
6
25 - 29
15
10
25
7
30 - 34
12
18
30
8
35 - 39
20
12
32
9
40 - 44
18
15
33
10
45 - 49
13
9
22
11
50 - 54
8
3
11
12
55 - 59
7
3
10
13
60 - 64
4
1
5
14
65 – ke atas
2
1
3
51
162
116
278
Sumber data: RT 003 Tahun 2014
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Betawi RT. 003 Tahun 2014 No
Jenis Pekerjaan
Laki-Laki Perempuan
1
Petani
3
2
Buruh tani
5
3
Buruh migran
4
Buruh pabrik
11
5
Pegawai Negeri Sipil
1
6
Pengrajin industri rumah tangga
1
7
Pedagang
2
8
Peternak
2
9
Nelayan
10
Montir
11
Dokter swasta
12
Bidan swasta
13
Perawat swasta
14
TNI
15
POLRI
16
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
17
Pengusaha kecil dan menengah
18
Pengacara
19
Notaris
20
Dukun kampung terlatih
21
Jasa pengobatan alternatif
22
Dosen swasta
23
Guru swasta
24
Pengusaha besar
4
5
1
1
1
2
52
25
Arsitek
26
Seniman/Artis
27
Karyawan swasta
29
28
Ojek
15
29
Parkir
10
30
Pembantu rumah tangga
31
Pekerja serabutan
11
20 10
Jumlah
92
42
Sumber data: RT 003 Tahun 2014
Jika dilihat dari tabel di atas mata pencaharian masyarakat Betawi mayoritas bekerja pada sektor informal yang tidak membutuhkan pendidikan tinggi. Atau bisa dikatakan pendidikan bukan lah menjadi hal utama untuk seseorang bisa memperoleh pekerjaan. Namun demikian, kemampuan yang mereka dapatkan dari luar sekolah itu yang digunakan untuk menjadi bekal keahlian dalam menjalankan suatu pekerjaan demi mendapatkan penghasilan.
C. Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik Tabel 4.3 Data Responden Masyarakat Betawi No
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
1
Amsar
25 tahun
Karyawan Swasta 8
SD
2
Armah
50 tahun
PRT
SD
30 tahun
Polisi
D3
Pedagang
SD
3
8
Ahmad Alfian
4
Yunih
45 tahun
5
Babas
52 tahun
Jasa Pengobatan Alternatif
Bekerja di PT. Bina Karya Alumunium, sebagai supir.
SMP
53
Karyawan Swasta 9
6
Dalih
34 tahun
7
Ina Rosita
23 tahun
8
Narin
38 tahun
Satpam
SD
9
Simin
42 tahun
Ojek
SD
10
Uka
29 tahun
Montir
SMP
Karyawan Swasta10
SMP SD
Pertama, Amsar merupakan warga Betawi asli yang tinggal di Pondok Cabe Udik sejak ia lahir. Ia bekerja sebagai karyawan swasta di PT. Bina Karya yang bergerak di bidang pembuatan alat rumah tangga dari bahan dasar alumunium. Amsar adalah salah satu supir pengangkut barang jadi dari PT. Bina Karya yang akan dikirimkan ke seluruh wilayah pulau Jawa dan sekitarnya. Ketika masih bujangan Amsar hanya bekerja serabutan, tetapi sejak sudah menikah ia memutuskan mencari pekerjaan yang berpenghasilan tetap setiap bulannya demi menghidupi keluarga. Amsar baru memiliki satu putra yang masih duduk dibangku SD. Setiap hari ia berangkat bekerja pada pukul 08.00 WIB, sampai dengan pukul 17.00 WIB. Mengenai kegigihannya dalam bekerja ia sering mengambil jam lembur, bagi Amsar bekerja dengan baik dan selalu berusaha tepat waktu merupakan cara kerja yang positif. Di dalam setiap pekerjaan pasti Amsar tak luput dari yang namanya masalah, seperti pada suatu hari ia pernah terlambat berangkat untuk pengiriman ke luar kota yang harusnya sudah jalan pada pukul 12 malam dan ia baru berangkat jam 3 dini hari. “Sebenernya hal-hal kayak itu gak boleh terjadi, tapi ya namanya kita manusia ada aja
9
Bekerja di Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf, sebagai caddy. Bekerja di PT. Dream Ware, sebagai pembuat pola jaket.
10
54
khilafnya. Segala lupa pasang alarm dan kebutulan lupa minta ingetin istri. Jadi dah kebablasan tidur...”.11 Sedangkan hubungannya dengan sesama pekerja yang satu profesi Amsar mengaku baik-baik saja karena berfikir sama-sama mencari nafkah dan tak ingin cari masalah dengan orang lain. Sampai saat ini ia sangat menikmati pekerjaan yang dijalaninya dan akan tetap berusaha mencari nafkah demi keluarga. Dengan berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD ia sudah merasa
bersyukur
mendapatkan
pekerjaan
yang layak
untuk
menghidupi keluarga kecilnya. Meskipun tidak memiliki tabungan di bank, setidaknya ia mampu memenuhi pendidikan putranya dan sudah bisa
membantu
keluarga
(kakak)
dalam
membiayai
sekolah
keponakannya. Penghasilan Amsar dalam sebulan mencapai Rp. 2.000.000 per-bulan, yang dibayarkan setiap minggunya sebesar Rp. 500.000. Tetapi jika ada lemburan, dalam sebulan Amsar bisa menerima Rp. 3.200.000. Saat sakit, Amsar biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik dekat rumah menggunakan jaminan kesehatan (jamkes) dari tempat ia bekerja. Amsar memang masih tinggal bersama mertua, tetapi ia sudah bisa mendirikan warung sembako kecil untuk tambahan penghasilan sehari-sehari, warung tersebut dijaga oleh sang istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga. “Alhamdulillah fasilitas kebutuhan mah hampir lengkap ya semua ada tuh TV, kulkas, mesin cuci, motor, palingan mobil doang yang belom punya. Pengennya mah punya rumah sendiri dulu dah. Aamiin...”.12 Kedua, Armah ialah salah satu wanita di Pondok Cabe Udik RT 003 yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di 3 pintu rumah sekaligus. Armah sejak lahir sudah tinggal dan menjadi masyarakat Betawi asli Pondok Cabe Udik. Latar belakang Armah 11 12
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
55
bekerja karena ia pribadi merasa bosan jika hanya dirumah, dan untuk mengisi waktu luangnya ia memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan sekitar tempat tinggalnya. Setiap hari ia berangkat pada pukul 06.30 WIB. Armah hanya bekerja 3 jam pada setiap pintu rumah, jadi ia memakan waktu 9 jam untuk pekerjaannya menjadi pembantu rumah tangga di 3 pintu. Yang dikerjakan antara lain, menyuci, menggosok, dan mengepel lantai. Rajin bekerja dan kejujuran merupakan cara yang ia selalu terapkan mengenai kegigihannya dalam menjalankan pekerjaan. “Kalo gak sakit banget yang sampe gak bisa bangun saya mah tetep be kerja, abisan kalo di rumah doang juga malahan bosen gitu bengong aja”.13 Armah jujur membutuhkan kesabaran ekstra di dalam pekerjaannya ini, masalah yang ia dapatkan memang tidak besar tetapi butuh kesabaran jika mendapatkan majikan yang banyak bicara, atau majikan yang kurang menghargai hasil pekerjaannya. Walaupun di daerah Pondok Cabe Udik ini pembantu rumah tangga tidak sedikit Armah mengaku menjalin hubungan baik dengan sesama pekerja yang satu profesi. Dan ia juga sangat menikmati pekerjaannya. Bekerja pada 3 pintu rumah merupakan cara ia untuk meningkatkan penghasilan, “Ya awalnya saya kan cuma megang 1 pintu aja, tapi masih sanggup dan waktu nganggur di rumah doangnya kebanyakan. Jadi aja udah megang 3 pintu sekarang”.14 Dari tiap pintu Armah memperoleh gaji sebesar Rp. 700.000 per-bulan. Hasilnya sangat lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari dan dapat memenuhi pendidikan kedua anaknya, karena suami Armah hanya bekerja serabutan. Jika di total ia memperoleh Rp. 2.100.000 per-bulan dari 3 pintu rumah. Armah tidak memiliki pekerjaan sampingan kecuali pembantu rumah tangga yang 13 14
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014 Ibid,.
56
merangkap ibu rumah tangga. Dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga Armah mengaku kebutuhan pokoknya terpenuhi jika ditambah dengan pendapatan suaminya yang memang tak menentu. Saat ini ia tinggal di rumah sendiri dan terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin, motor. Jika sakit Armah biasa memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. Armah mengaku pernah sesekali membantu keluarga atau orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan dengan menyumbang sedikit dari penghasilannya setiap bulan. Ketiga, Ahmad Alfian merupakan seorang anggota kepolisian Republik Indonesia. Bapak satu anak ini berlatar belakang pendidikan pada bidang penerbangan. Tetapi karena kegigihannya untuk mensejahterakan keluarga beliau mengikuti tes menjadi anggota kepolisian, saat lolos ia pun menerima pendidikan militer selama 3 bulan. Sejak kecil Alfian sudah tinggal di Pondok Cabe Udik bersama dengan orang tuanya yang memang masyarakat Betawi asli. Sebelum memutuskan untuk mengikuti tes menjadi anggota kepolisian Alfian bekerja sebagai kurir yang membawa uang untuk pengisian ATM. Yang melatarbelakangi Alfian bekerja sebagai anggota kepolisian adalah untuk menatap masa depan, karena baginya menjadi anggota
kepolisian
dapat
menjamin
kehidupan
pribadi
dan
keluarganya. Sebagai seorang anggota kepolisian ia bekerja tak kenal waktu, bahkan di jadwal libur saja masih harus tetap dalam keadaan siaga jika ada panggilan darurat. Ditambah lagi jika libur karena ada hari besar justru ia harus masuk, contoh pada hari raya idul fitri, dan lain-lain. Kegigihan Alfian dalam menjalankan pekerjaannya yaitu dengan menunjukkan dedikasi yang tinggi, selalu semangat, pantang lelah, dan siap dalam menjalankan segala tugasnya. Masalah pada pekerjaannya hanya terdapat pada pengaturan waktu dengan keluarga, dan
Alfian
dapat
mengendalikan
masalah
tersebut
dengan
57
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan keluarga terutama anak jika ada jadwal libur, dengan mengajak anak bermain seharian di rumah atau jalan-jalan ke luar rumah untuk refreshing. Alfian mengungkapkan sangat menikmati pekerjaan ini, ia merasa bangga dan puas dengan apa yang ia miliki saat ini. Pekerjaan yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu mendukung dengan semangat dan doa. Semua ia dapatkan berkat kerja keras dan usaha yang dijalaninya sebelum menjadi seperti sekarang. Dan ia mengaku semuanya bukanlah hal yang mudah. Cara yang dilakukan Alfian dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ialah membantu tetangga-tetangga sekitar atau orang yang membutuhkan bantuan dalam mengurus surat-surat yang berkaitan dengan kepolisian, contoh: perpanjang stnk. “Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5 menit jadi dengan bantuan saya, tetap sesuai prosedur tetapi bedanya tidak mengantri karena kan itungannya lewat orang dalam. Untuk pembayarannya memang sedikit berbeda dengan harga aslinya karena lebih cepat. Saling menguntungkan lah prinsipnya”.15 Selain itu juga ia menerima bila ada masyarakat yang ingin dikawal dalam acara-acara tertentu. Itu yang menjadi penghasilan tambahan untuk Alfian. Dari hasil usahanya ia mengaku dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan tak lupa untuk menabung di bank. Pengasilan Alfian mencapai Rp. 2.500.000 per-bulan belum termasuk tunjangan yang ia terima. Ia fokus pada pekerjaan ini dan tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Dengan penghasilan tersebut Alfian mengaku bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Ia memiliki satu orang putri yang masih menerima pendidikan pada taman kanak-kanak (TK). Saat ini ia menempati rumah milik sendiri, dan terdapat fasilitas yang lumayan memadai seperti TV, 15
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
58
kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Ia memiliki dua buah kendaraan bermotor di rumah, satu untuk ia pakai bekerja sehari-hari, dan satunya lagi untuk istri yang mengantar jemput anaknya sekolah. Untuk masalah kesehatan Alfian dan keluarga biasa memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit terdekat jika sakitnya ringan saja, tetapi jika sakitnya memerlukan biaya yang tinggi atau parah ia ke RS Polri untuk mendapatkan perawatan intensif secara gratis. Sejauh ini Alfian suka membantu
saudara
atau
orang
lain
yang
memang
sedang
membutuhkan baik dalam bentuk materi atau non materi, dan masih suka memberi orang tuanya dalam bentuk materi walaupun tak seberapa jumlahnya. Keempat, Yunih ibu dari dua anak ini memang sejak lahir tinggal di Pondok Cabe Udik. Yunih adalah single parents karena suaminya pergi meninggalkan ia sejak anak-anaknya masih kecil. Sebelum menjalani pekerjaannya yang sekarang yaitu pedagang makanan, Yunih bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Karena kekurangan dalam faktor ekonomi dari pekerjaannya terdahulunya sebagai PRT maka ia lebih memilih membuka gubuk di halaman rumahnya untuk menjadi pedagang makanan. Setiap hari ia mulai berjualan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Pada pagi hari ia menjual makanan seperti nasi uduk, dan lontong sayur yang akan habis sampai pukul 09.00 WIB setelah itu dilanjutkan dengan menjual gado-gado sampai ia menutup warungnya. Menurut Yunih dalam menjalankan pekerjaannya tersebut harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berusaha bekerja dengan jujur. Dengan segala bentuk kegigihan yang ia terapkan tak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan ini, salah satunya adalah pendapatan yang ia terima perharinya tak selalu seimbang. “tergantung cuaca juga sih, kalo lagi ujan-ujan mah kadang jarang yang beli. Orang pada larinya
59
ke makanan yang seger kayak bakso gitu dah. Jadi ya palingan masalahnya cuma kalo lagi kurang laris aja gitu”.16 Yunih mengaku berhubungan baik dengan sesama pedagang makanan di daerah Pondok Cabe Udik ini, seperti pemilik warung sunda (WarSun), warung tegal (WarTeg), dan berbagai macam makanan lainnya. Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya yaitu menjadi PRT, ia merasa lebih menikmati yang sekarang. Karena sesuai dengan kemampuan dan hobinya yaitu memasak. Baginya bekerja harus sesuai dengan keahlian dan sesuai dengan keinginan hati, jika tidak maka pekerjaan yang dijalani tidak akan memuaskan. Untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ia menambah dagangannya, yang tadinya hanya nasi uduk, lontong sayur, dan gado-gado sekarang ia memiliki warung sembako kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam jumlah sedikit dan jajanan anak-anak. Sedangkan dari hasil yang didapat oleh Yunih biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sebagiannya lagi untuk membeli bahan dagangan serta ikut arisan. Ia terbiasa menabung tetapi tidak di bank. Penghasilan Yunih per-bulan bisa mencapai Rp 3.000.000. Ia fokus menekuni pekerjaan ini setiap harinya tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Kebutuhan pokoknya pun bisa terpenuhi dengan baik dari hasil pendapatannya setiap hari. Untuk kebutuhan pendidikan anaknya pun terpenuhi, anak yang pertama hanya sampai SMP dan tidak mau melanjutkan lagi. Sedangkan anaknya yang kedua lulus sampai SMK lalu langsung melanjutkan bekerja. Bagi ibu dua orang anak ini pendidikan memang sangat penting, tetapi ia pun tidak bisa memaksa kedua anaknya untuk tetap sekolah jika tidak ada kemauan dari diri anak itu sendiri.
16
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 Sepetember 2014
60
Saat ini, Yunih menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas kebutuhan yang lumayan memadai. Ia memiliki TV, kulkas, motor, dan mesin cuci. Memang tidak semua barang didapatkan dengan cara membeli cash tetapi setidaknya ada hasil yang ia miliki dari pekerjaannya berjualan makanan. Jika sakit, Yunih dan kedua anaknya biasa memeriksakan diri ke puskesmas terdekat, selain karena harganya lebih terjangkau dan Alhamdulillah tidak pernah terserang penyakit yang begitu parah. Yunih mengaku suka membantu sesama atau tetangga sekitar, tetapi sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. “tapi ya namanya kita juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya bukan materi aja tapi non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”. 17 Kelima, Babas merupakan salah satu warga RT 003/RW 003 di Pondok Cabe Udik yang memiliki keahlian dalam pengobatan alternatif. Ia sejak kecil memang tinggal dan tumbuh besar di Pondok Cabe Udik menjadi warga Betawi asli, tetapi ia sempat pindah ke Radio Dalam setelah menikah sebelum akhirnya kembali lagi ke Pondok Cabe Udik dan akan terus tinggal di daerah ini. Sebelum bekerja seperti sekarang ia mencari nafkah dengan menarik bajaj pribadi miliknya. Tetapi karena tuntutan ekonomi ia memutuskan untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang ia terima sejak kecil turunan dari kakeknya yaitu menjadi ahli pijat pengobatan alternatif. Setiap hari Babas memulai buka praktek di rumahnya pada pukul 07.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dengan jadwal libur setiap hari Jum’at. Menurutnya bekerja haruslah dengan sungguh-sungguh, sesuai panggilan hati, selalu bersemangat dan ikhlas dalam menyembuhkan orang yang sakit. Sejauh ini, ia mengaku tidak ada masalah dalam pekerjaannya. Hubungannya dengan pekerja yang sama profesinya di dalam satu daerah ini pun terbilang baik, saling menghargai satu sama 17
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
61
lain. Walaupun sama-sama bisa membantu menyembuhkan orang yang sakit, tetapi keahliannya berbeda. Babas menikmati pekerjaan yang ia jalani karena memang merasa keahliannya pada bidang ini dan bekerja berdasarkan panggilan hati. Untuk meningkatkan penghasilannya ia rajin memberi info kepada orang-orang yang memang membutuhkan bantuan darinya. Dari yang awalnya terima panggilan ke rumah-rumah orang, sekarang ia mengaku hanya praktek di rumah saja karena keterbatasan waktu tak seimbang dengan banyaknya pasien. Pasien yang datang sudah dari berbagai daerah, seperti Cibubur, Cilacap, Bogor, Bandung, dan lain-lain. Dari hasil pekerjaanya ini Babas memilih untuk ditabung dan sebagian lagi untung keperluan seharihari. Penghasilan yang didapatkan Babas mencapai Rp 10.000.000 sampai Rp 15.000.000 per-bulan, tergantung dengan keikhlasan pasien yang diobatinya. Ia mengaku paling kecil menerima dari satu orang sebesar Rp 200.000. “saya tidak pernah mematok harga harus ngasih berapa, semua seikhlas pasien aja tapi memang rata-rata paling kecil ngasih Rp 200.000, itu tergantung rasa bersyukur pasien. Orang yang baik hati, dan rasa bersyukurnya tinggi karena bisa sembuh biasanya memberi saya uang lebih besar sebagai ucapan terimakasih”.18 Tidak ada pekerjaan lain yang ia jalani sekarang karena memang hanya ingin fokus pada pekerjaan ini. Babas sangat bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokoknya setiap hari, dan pendidikan keempat anaknya pun terpenuhi. Dua orang anaknya lulus SMA, satu orang saat ini masih kuliah semester tiga, dan satu lagi masih SD. Rumah yang ia tempati sekarang merupakan milik sendiri peninggalan warisan dari orang tuanya. Di dalam rumah tersebut terdapat fasilitas yang memadai, seperti TV, AC, kulkas, mesin cuci, motor, dan mobil. Untuk urusan kesehatan, jika sakitnya masih bisa diobati sendiri 18
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
62
dengan alternatif pijat ia dan keluarganya tidak ke dokter, tetapi jika sakitnya bervirus dan membutuhkan penanganan medis serta obatobatan maka ia ke rumah sakit. Dalam kehidupannya ia jelas sering membantu ketika keluarga atau orang lain yang membutuhkan pertolongan. Sebagai contoh, jika ada warga sekitar yang kurang mampu sakit dan membutuhkan bantuannya maka ia dengan ikhlas membantu tanpa mengharapkan imbalan atau bayaran seperserpun. Keenam, Dalih merupakan warga Betawi asli Pondok Cabe Udik yang tinggal di daerah ini sejak lahir. Saat ini ia bekerja sebagai karyawan swasta pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf di bidang jasa yang melayani pelanggannya dalam bermain olahraga golf, biasa disebut dengan caddy. Yang melandasi Dalih dalam pekerjaan ini ialah ia merasa nyaman menjalaninya, sesuai dengan salah satu hobinya yaitu bermain golf. Baginya dalam bekerja dibutuhkan kenyamanan dari dalam diri agar bisa totalitas. Waktu bekerjanya seminggu hanya 3 hari, tetapi jika ia ingin mendapatkan penghasilan lebih ia bisa datang lebih dari 3 hari atau sesuai dengan kemauan pelanggannya. Ia mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB. Menurutnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah itu sudah menjadi kewajiban, melayani pelanggan dengan sepenuh hati merupakan kegigihan yang ia selalu terapkan. Setiap pekerjaan memiliki masalah, tetapi ia memiliki cara untuk menanggulangi masalah tersebut agar terselesaikan dengan baik. “masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu semua bisa diatasi dengan baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan mengerti bahwa pelanggan pasti menginginkan yang terbaik atas pelayanan kita”.19
19
Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 Sepetember 2014
63
Kepada sesama pekerja yang satu profesi Dalih mengaku baik hubungannya, saling menghargai, dan tidak pernah merasa tersaingi. Ia juga merasa sangat menikmati pekerjaan ini karena bisa sekalian menyalurkan hobinya. Jika ingin meningkatkan penghasilan yang lebih tinggi ia mengaku harus giat dalam menjalani pekerjaannya. Karena dengan giat dan tak kenal lelah penghasilan bisa terus bertambah. Dari hasil usahanya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Ada sebagian ditabung tetapi bukan di bank. Penghasilan Dalih per-bulan mencapai Rp 3.200.000 dengan rincian sehari ia bisa mendapatkan Rp 300.000. Terkadang jika sedang libur ia juga menarik ojek untuk tambahan penghasilan. Sejauh ini, kebutuhan pokok Dalih terpenuhi dengan baik. Ia juga sanggup memenuhi pendidikan kedua anaknya yang masih duduk dibangku SD dan SMP. Ia sudah menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas yang cukup memadai seperti ada TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan motor. Jika sakit Dalih dan keluarga biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik terdekat. Dan ia mengaku pernah membantu ketika saudara atau orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam bentuk materi. Ketujuh, Ina Rosita wanita kelahiran 1991 ini sejak lahir memang tinggal di Pondok Cabe Udik. Orang tuanya merupakan asli Betawi yang menetap di daerah ini puluhan tahun. Ina hanya tamatan SD dan setelah lulus SD ia memang terbiasa bekerja untuk membantu perekenomian keluarganya, Ina merupakan anak ke dua dari enam bersaudara. Dahulu ia bekerja sebagai office girl di taman kanakkanak, yang merangkap sebagai asisten guru untuk di dalam kelas. Dari awal bekerja ia hanya di gaji sebesar Rp 175.000 per-bulan sampai pada tahun ke 7 iya mengalami kenaikan gaji menjadi sebesar Rp 600.000 per-bulan. Dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, dan kurang berkembangnya atas pekerjaan yang ia jalani
64
Ina memutuskan untuk mengundurkan diri dari taman kanak-kanak itu dan bekerja sebagai karyawan swasta pada PT. Dream Ware sebuah perusahan yang bergerak dibidang produksi pakaian atau jaket bermerk luar negeri. Setiap hari Ina mulai bekerja pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Mengenai kegigihan yang ia miliki, menurutnya bekerja harus lah dengan semangat yang tinggi, selalu disiplin dengan peraturan yang berlaku dan jujur dalam pekerjaan. Meskipun setiap pekerjaan memang memiliki masalah, namun Ina merasa itu adalah hal yang wajar untuk diterima dan dijalani sebagai resiko. Masalah di dalam pekerjaannya antara lain, jika sedang terima orderan yang begitu banyak dari para pembeli maka para karyawan diwajibkan untuk mengejar sesuai target agar perusahaan ini tetap dipercaya oleh para pembeli. Ia mengaku selalu kompak dalam menjalani pekerjaannya sesuai dengan bagian masing-masing, tidak ada rasa saling iri, atau bersaing secara negatif. Bagi Ina, menikmati pekerjaannya adalah hal yang memang membuat ia merasa nyaman dan betah untuk bertahan dalam pekerjaan ini dan selalu merasa tidak ada pekerjaan yang berat jika diselesaikan dengan hati yang senang. Untuk meningkatkan penghasilan ia mengaku sering kali menerima lemburan di luar jam kerjanya, yakni bekerja sampai pukul 21.00 WIB. Dari hasil bekerjanya tersebut ia memang tidak bisa menabung di bank ataupun di celengan, dikarenakan habis untuk keperluan sehari-sehari. Tetapi ia mengikuti arisan yang diadakan oleh ibu-ibu sekitar rumahnya. Penghasilan Ina sekarang mencapai Rp 2.200.000 per-bulan, yang digunakan untuk membiayai sekolah adiknya dan membantu ekonomi orang tuanya. Walaupun hanya tamatan SD, ia merasa harus bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Segala usaha dan pekerjaan yang halal akan ia lakukan demi untuk
65
keluarganya. Dan dia selalu fokus dalam apa yang ia sedang jalani termasuk pekerjaannya yang sekarang ini. Di keluarganya Ina bisa terbilang orang kedua yang mencari nafkah, ayah ia bekerja hanya sebagai kuli bangunan serabutan dan bekerja jika ada orang yang membutuhkan tenaganya saja untuk membangun rumah. Kakak pertamanya sudah berkeluarga dan tidak mungkin sepenuhnya membiayai adik-adiknya. Dalam keadaan yang serba pas-pasan Ina selalu memiliki semangat yang tinggi untuk terus berjuang mencari nafkah, baginya wanita bukan lah suatu penghalang untuk hanya diam di rumah saja. Wanita sekarang harus mandiri, dan bisa berguna untuk keluarga. “Alhamdulillah kebutuhan pokok terpenuhi, setiap harinya bisa makan dan bisa biayain adik untuk sekolah. Itu aja rasanya udah bersyukur banget. Walaupun saya sendiri hanya tamatan SD, tapi adik-adik saya harus jadi orang sukses. Aamiin...”.20 Saat ini ia memang masih tinggal bersama orang tuanya, yang menempati rumah milik sendiri dan berada dalam satu wilayah dengan kakek-neneknya. Di rumah sederhana itu terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin. Untuk urusan cuci mencuci pakaian keluarganya masih menggunakan papan penggilesan tradisional dan kamar mandinya pun masih terdapat sumur. Terdapat dua kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti ayahnya yang berangkat kerja, mengantar adik ke sekolah, dan untuk mengantar Ina ke tempat kerja. Jika sakit ia memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit terdekat yang bekerja sama dengan perusahaan tempat ia bekerja menggunakan asuransi. Tetapi jika anggota keluarga lainnya yang sakit ia biasa membawa ke klinik. Dalam hal tolong-menolong atau membantu sesama, ia mengaku setiap bulannya memang menyisihkan sedikit pendapatannya untuk memberi yatim-piatu atau 20
Wawancara pribadi dengan ibu Ina, pada tanggal 15 September 2014
66
sumbangan ke masjid. Ia juga tak luput membantu keluarganya yang membutuhkan dengan sumbangan materi sesuai dengan kemampuan yang ia sanggupi. Kedelapan, Narin ialah warga Pondok Cabe Udik berusia 38 tahun yang bekerja sebagai satpam pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf. Hampir semua keluarga Narin memang tinggal di Pondok Cabe Udik dan menjadi bagian dari masyarakat Betawi asli. Dari lahir ia sudah berada di daerah ini. Lingkungan rumahnya pun sekaligus menjadi lingkungan keluarganya pula. Narin yang sebelumnya menjadi karyawan lepas bekerja dilapangan mengurus pemupukan itu lebih memilih mengundurkan diri dan memantapkan hati untuk bekerja menjadi satpam. Baginya menjadi satpam lebih mendapatkan kejelasan mengenai penghasilan yang ia dapatkan setiap bulannya. Latar belakang ia bekerja yang utama adalah untuk menghidupi anak-anaknya. Narin saat ini berstatus duda, karena ditinggalkan oleh istrinya yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia dan tak kunjung kembali selama bertahun-tahun lamanya tanpa memberi kabar. Bahkan kabar terakhir yang didapatkan oleh Narin adalah istrinya telah menikah lagi dengan laki-laki lain di negeri sebrang tersebut. Hal itu lah yang membuat Narin tidak ingin terlena dalam kerusakan rumah tangganya. Kerja keras dan usaha yang ia jalani benar-benar terfokus untuk anak-anak serta kehidupan sehari-hari. Narin berkerja berdasarkan pembagian waktu dengan teman yang lainnya. Di dalam tugas jaga sebagai satpam terdapat dua shift yaitu, pagi dan malam. Masingmasing shift menyita waktu selama 12 jam. Bagi Narin bekerja dengan disiplin, tepat waktu, dan sigap merupakan sebagian bentuk dari kegigihannya menjalani pekerjaan ini. Dan ia pun bersyukur karena
67
belum pernah mendapatkan masalah yang terlalu serius dalam pekerjaannya. “Alhamdulillah, sejauh ini semua masih bisa terkendali dengan baik. Aman-aman aja”.21 Pekerjaan Narin terbagi ke dalam beberapa regu, di dalam satu regu terdapat lima orang satpam yang bertugas secara bersamaan. Dalam menjalankan tugasnya ia mengaku sangat kompak dan berhubungan baik tanpa ada rasa saling iri satu sama lain. Jika dibandingkan dengan pekerjaannya terdahulu, ia merasa lebih nyaman dan menikmati pekerjaannya saat ini menjadi satpam. Usaha yang ia lakukan untuk meningkatkan penghasilan adalah mengumpulkan uang parkir bersama dengan teman satu regunya yang akan dimasukan ke dalam kotak uang dan akan dibuka setiap setahun sekali, hasil yang didapatkan pun lumayan untuk menambah pemasukan yang ia terima. Dari hasil bekerjanya setiap bulan memang habis dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi ada sebagian untuk ia tabung di koperasi tempatnya bekerja. Penghasilan Narin ialah Rp 2.500.000 per-bulan sudah termasuk tunjangan kesehatan. Tidak ada pekerjaan sampingan yang ia jalani, karena dengan menjadi satpam saja sudah menyita waktunya. Ia harus pintar membagi waktu dengan anak-anaknya ketika memang sedang libur bekerja, sehingga anak-anak masih tetap dalam pengawasan dan tidak kurang perhatian dari sosok orang tua. Kebutuhan pokok Narin dan keluarga sejauh ini masih terpenuhi, walaupun terkadang memang harga bahan pokok tidak stabil membuat ia harus pintar mengatur keuangan karena Narin adalah seorang bapak yang merangkap menjadi ibu di rumah. Pendidikan keempat anaknya terpenuhi walaupun tiga anaknya hanya sampai pada bangku SMP dan yang bungsu masih berada di bangku SD kelas 5. Terputusnya pendidikan anak Narin yang sampai SMP bukan lah kemauan dirinya, 21
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
68
melainkan anaknya yang memang sudah tidak mau sekolah dan memilih untuk langsung bekerja. Narin tinggal bersama dengan keempat anaknya dirumah sendiri peninggalan dari orang tuanya yang masih satu lingkup dengan saudara kandung yang lain. Di rumah itu pun terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan kendaraan bermotor yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Saat sakit Narin biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun mengaku tak lupa untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu sesama, terutama keluarga terdekat yang memang sedang membutuhkan bantuan. “saya suka bantu gitu mah, ya walaupun gak seberapa yang penting ikut urunan buat nolong keluarga sendiri”.22 Kesembilan, Simin merupakan salah satu warga Pondok Cabe Udik yang bekerja sebagai tukang ojek. Ia lahir dan dibesarkan di daerah ini oleh orang tuanya, saat ini usianya sudah 42 tahun. Dengan berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD dirinya merasa bersyukur bisa mencari nafkah dengan cara yang halal untuk keluarga. Sebelum menjadi tukang ojek, Simin bekerja di bengkel las. Tetapi karena pendapatannya yang tidak menentu dan terikat maka itu ia lebih memilih untuk menarik ojek. Baginya menjadi tukang ojek tidak terikat oleh waktu dan bebas kapan saja. Ini bukan berarti ia bisa santai dengan pekerjaannya, justru ia merasa lebih total menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dari pagi hari sampai malam tiba. Ia mulai mencari nafkah sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Mengenai kegigihan, ia selalu menanamkan sikap rajin dan tak pantang menyerah dengan keadaan. Pendidikan rendah bukan suatu penghalang bagi dirinya untuk tetap kuat mempertahankan hidup di 22
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
69
zaman sekarang, dengan usaha keras dan niat yang kuat ia akan menjalani pekerjaan halal tesebut. Tak ada masalah yang terlalu berat dalam menjalani pekerjaan ini. “masalah mah palingan kadang kalo lagi ada panggilan ngejemput orang yang jauh daerahnya belom kita tau, suka nyasar tuh. Tapi justru jadi banyak tau jalan”.23 Dalam kesehariannya menarik ojek, Simin biasa menunggu penumpang di pangkalan ojek. Dan ia mengaku dalam menarik penumpang pun ada absensi yang disiapkan di pangkalan tersebut, agar tidak rebutan dan tukang ojek membawa penumpang dengan bergantian secara teratur. Dengan begitu hubungan dirinya dengan rekan yang sama profesinya berjalan dengan baik, saling menghargai, dan tidak ada kecemburuan sosial. Selama 20 tahun lebih ia mengaku sangat menikmati pekerjaannya ini dan selalu merasa bersyukur. Karena bisa mengatur waktu sendiri dan segiat mungkin mendapatkan penghasilan tinggi setiap harinya. Untuk meningkatkan penghasilan lebih dari pekerjaannya ini, Simin menerima panggilan untuk mengantarkan penumpang sesuai dengan kemauan penumpang. Bahkan ia sudah menjadi tukang ojek terpercaya di lingkungan sekitar yang hafal jalanan Jakarta, Tangerang Selatan, dan sekitarnya. Prinsip yang utama bagi Simin sebagai tukang ojek adalah selalu mematuhi rambu lalu lintas, berkendara yang baik demi keselamatan diri sendiri, penumpang, dan pengguna jalan yang lainnya. “yang penting penumpang aman, selamat, kitanya juga tenang jadi jalanin pekerjaan ngojek ini. Peraturan lalu lintas ada untuk dipatuhi bukan dilanggar”.24 Dari hasil pendapatan setiap harinya memang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari oleh bapak dengan tiga orang anak ini. Tapi, ia pun tak luput selalu menyisakan pendapatannya untuk ditabung 23 24
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
70
pribadi. Penghasilan Simin per-hari bisa mencapai Rp 100.000 dari hanya memangkal di pangkalan ojek saja, belum termasuk pendapatan tambahan jika ada penggilan dari penumpang yang meminta antarjemput sesuai tujuan. Bila di total dalam sebulan ia bisa meraih pendapatan sampai Rp 3.000.000. Sangat berbeda jauh dengan pendapatannya ketika masih bekerja di bengkel las yang tak menentu setiap bulannya, tergantung dengan pemesanan. Tak ada pekerjaan lain yang dijalaninya saat ini, hanya fokus untuk menarik ojek saja. Dengan penghasilannya yang sekarang, ia bersyukur mampu memenuhi kebutuhan pokok dan pendidikan untuk ketiga anaknya, bahkan anak Simin yang kedua berhasil sampai menjadi sarjana. Saat ini dia tinggal dirumah milik sendiri, di rumah miliknya ia hanya tinggal dengan ketiga anaknya tanpa sosok seorang istri atau ibu bagi anak-anaknya. Istri Simin sudah lebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa karena sakit yang dideritanya. Terdapat fasilitas yang memadai di rumah itu seperti TV, kulkas, mesin cuci, kipas angin, tiga kendaraan bermotor. Jika sakit Simin dan keluarga memeriksakan kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun mengaku tak lupa untuk selalu membantu keluarga ataupun orang lain jika sedang dalam kesusahan dan membutuhkan pertolongannya. Kesepuluh, Uka laki-laki berusia 29 tahun masih lajang dan belum berkeluarga. Uka dilahirkan di Pondok Cabe Udik menjadi warga Betawi asli daerah ini. Ia mendapatkan pendidikan hanya sampai SMP, kesehariannya Uka bekerja sebagai montir. Keahlian ini dalam membetulkan mesin mobil yang rusak didapatkannya dengan cara otodidak dan sesekali belajar dengan paman atau teman sebayanya. Awalnya ia memang bekerja di salah satu bengkel onderdil, tetapi sekarang sudah berhenti dan ia lebih memilih menjadi montir yang dipanggil ke rumah-rumah. Menurutnya bekerja sendiri lebih bebas dan fleksibel mengatur waktu. Uka bekerja mulai dari
71
pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, namum jika ada permintaan pelanggan yang ingin masalah dalam mesin mobilnya cepat selesai maka ia menyanggupi untuk lembur sampai maksimal pukul 20.00 WIB. Mengenai kegigihan dalam kerja, ia selalu menamkan kepercayaan dan keinginan untuk selalu belajar. Pada tahap awal, seorang montir harus belajar pengenalan kunci, setelah itu pemahaman mesin, lalu bisa menemukan kerusakan, dan terakhir bagaimana caranya membetulkan kerusakan tersebut, apakah harus ganti spare part atau tidak. “jadi montir itu faktor utamanya ya harus jalin kepercayaan sama pelanggan, kadang kita udah benerin juga mobilnya tapi kalo yang punya belum percaya, tetep aja ada keluhan. Selain itu juga harus selalu belajar, namanya perkembangan zaman semakin modern. Jadi mobil pun makin kesini makin berkembang juga mesinmesinnya, kita harus selalu bisa menemukan permasalahan pada mesin”.25 Dalam pekerjaannya sejauh ini, ia merasa tidak ada masalah yang begitu berat. Hanya saja memang butuh kesabaran ekstra menghadapi pelanggan yang memang banyak bicara dan tidak percaya padanya. Tapi, usaha serta kerja kerasnya selama ini membuat Uka dikenal banyak pelanggan dan terpercaya untuk mengobati mobil yang sakit. Rata-rata pelanggannya merupakan orang yang memang pernah membawa kendaraan mereka ke bengkel tempat Uka bekerja dulu. Ia pun mengaku berhubungan baik dengan pekerja atau teman satu profesinya, bahkan selalu sharing tentang apa yang belum diketahui masing-masing. Uka menikmati pekerjaan ini karena sesuai dengan keahliannya. Saat ini ia juga mulai belajar mesin motor untuk meningkatkan
25
penghasilan
dari
pekerjaannya
sebagai
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
montir.
72
“sekarang saya dikit-dikit belajar mesin motor juga, lumayan buat tambahan kalo ada motor yang rusak jadi bisa benerin”.26 Uka sudah memiliki tabungan di bank, penghasilannya bisa mencapai Rp 5.000.000 per-bulan. Memang tidak menentu, karena tergantung dari berapa banyak orang yang membutuhkan jasanya serta berapa berat kerusakan pada mesin kendaraan yang ia tangani. Dengan pendapatan sebesar itu ia bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokok pribadinya yang masih lajang, dan cukup untuk membantu orang tua serta adiknya sampai lulus SMK. Saat ini Uka masih tinggal bersama orang tua dirumah milik sendiri. Ia juga bisa memenuhi fasilitas kebutuhan yang memadai seperti TV, kipas angin, mesin cuci, dan motor untuk kegiatan sehari-hari. Saat sakit ia selalu memeriksakan kesehatannya ke klinik. Uka pun berharap bisa selalu membantu perekonomian keluarganya, bahkan sampai nanti ia sudah berkeluarga sekalipun.
D. Analisis Hasil Penelitian 1. Etos Kerja Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu masyarakat atau individu terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya, jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi jika sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang paling dasar, kerja akan memberikan status dari masyarakat yang ada di lingkungan. Juga bisa
26
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
73
mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak. Sehingga kerja akan memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. Dalam pandangan Weber, kerja tidaklah sekedar pemenuhan keperluan, tetapi suatu tugas yang suci. Dimana Weber melihat etos kerja yang berhasil baik, berdasarkan kepada ketekunan, hemat,
berperhitungan,
rasional,
sanggup
menahan
diri,
dan
menemukan pasangannya.27 Bekerja sesungguhnya merupakan kewajiban bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama manusia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat, dan memutar otak. Bekerja bukan sekedar memperoleh penghasilan bagi kepentingan keluarga, namun terkait mengejar status sosial, agar bisa terpandang di mata masyarakat, lebih berwibawa, dan dihormati. Bekerja pada hakikatnya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga bagi kepentingan yang memberikan manfaat pihak lain. Melalui bekerja dapat diperoleh beribu pengalaman manis maupun pahit. Di balik kebutuhan materi dan kepuasan lahiriah, bekerja yang lebih hakiki merupakan perintah Tuhan. Karena bekerja juga merupakan suatu bentuk ibadah. Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh responden terpilih tentang etos kerja masyarakat Betawi dapat dilihat dalam analisis berikut ini: Masyarakat Betawi yang tinggal di Pondok Cabe Udik memang sebagian besar dari lahir dan tumbuh berkembang di daerah ini. Bagi mereka menetap di daerah sendiri sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dan merupakan turun menurun dari nenek moyang. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak pula para pendatang yang berduyun-duyun turut datang untuk tinggal dan 27
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1979), cet. 1, h. 9.
74
mencari nafkah di daerah ini. Namun, bagi masyarakat Betawi itu bukan lah suatu penghalang untuk mereka tetap dapat bersaing secara sehat dan positif dalam segi mata pencaharian. Setiap masyarakat Betawi di daerah ini memiliki sikap yang berbeda dalam menjalankan pekerjaannya, sebagian besar mengaku bekerja harus tekun, pantang menyerah, dan jujur. Selain itu, suasana yang nyaman dalam menjalankan pekerjaan juga sangat berpengaruh. Bagi seluruh responden bekerja berdasarkan panggilan hati dan keterampilan yang dimiliki menjadi suatu keharusan, karena jika bekerja tidak sesuai hati maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal sesuai harapan. Seperti yang dialami oleh Babas, sebelum menjadi ahli pijat alternatif ia bekerja sebagai supir bajay. Tetapi setelah dijalani ia merasa tidak nyaman, maka ia lebih memilih untuk membuka praktek pijat alternatif sesuai dengan keahlian yang ia miliki. Dan terbukti saat ini ia dapat semaksimal mungkin menjalankan pekerjaannya. Sama halnya dengan Babas, Dalih pun merasa kerja memang harus dengan suasana yang nyaman. Pada saat suasana dirasakan nyaman, maka pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan Selain itu, faktor utama dalam bekerja harus memiliki sikap tekun, dan pantang menyerah diantara seluruh responden memang selalu menanamkan sikap tekun dan pantang menyerah. Tekun dan pantang menyerah terlihat jelas sebagai bentuk kerja keras mereka karena berbenturan dengan realitas sosial yang ada dengan pendidikan rendah mereka harus tetap mengembangkan diri agar bisa bertahan dalam persaingan ekonomi yang semakin kuat di daerah ini. Dalam hal bekerja, setiap masyarakat Betawi memiliki latar belakang tersendiri mengapa mereka memilih pekerjaan yang dijalaninya, tergantung bagaimana mereka memaknai kerja itu sendiri.
75
Jawaban dari setiap responden pun beragam, contohnya Alfian, ia lebih memilih menjadi polisi karena menurutnya pekerjaan ini dipilih untuk menatap ke masa depan, baginya menjadi anggota kepolisian bisa menjamin kehidupan pribadi serta keluarganya. Setiap responden memiliki waktu bekerja yang berbeda-beda. Contohnya Simin yang memulai pekerjaannya sebagai tukang ojek sejak pukul 07.00 WIB. Menurutnya semakin pagi maka semakin banyak penghasilan yang bisa didapatkannya dalam sehari penuh. Ia bekerja dengan penuh tanggung jawab terhadap para penumpangnya. Setiap responden memang berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik terhadap pekerjaannya. Contoh lainnya Yunih, yang selalu jujur, dan melayani konsumen dengan sepenuh hati. Baginya kerja adalah suatu pelayanan. Seperti yang terdapat dalam teori Jansen Sinamo, membagi etos kerja ke dalam delapan paradigma, kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, dan terakhir kerja adalah pelayanan.28 Yang dilakukan Yunih merupakan salah satu bentuk contoh kerja adalah pelayanan. Setiap pekerjaan pasti memiliki masalah dan resiko, untuk semua responden mereka mengaku pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya. Tetapi berkat semangat dan niat yang kuat dalam bekerja, mereka berhasil mengatasi masalah demi masalah yang terjadi dalam pekerjaannya. Tak jarang masalah tersebut yang bahkan menjadikan mereka pribadi yang pantang menyerah. Semua responden pun mengaku menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan keahlian masing-masing. Selain menikmati mereka juga selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki, seperti pekerjaan, penghasilan, serta kebutuhan hidup yang terpenuhi dengan baik. 28
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008), h. 20.
76
Hubungan yang terjalin diantara masyarakat Betawi dengan rekan kerja yang sama profesinya juga sangat baik. Dengan begitu lingkungan yang tercipta pun ikut aman dan damai. Mereka saling menghargai, karena sama-sama mencari nafkah di jalan yang halal dan tidak berlaku curang atau merugikan orang lain. Selain itu, hubungan masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang juga baik, hidup dengan penuh kerukunan. Dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani oleh masyarakat Betawi sangat beragam. Tergantung sekreatif apa mereka mengembangkan pola pikirnnya untuk di wujudkan dalam pekerjaan itu sendiri. Diperlukan tanggung jawab tinggi saat akan meningkatkan penghasilan. Pada kenyataannya masyarakat Betawi memang
tak
pantang
menyerah
dan
selalu
berusaha
demi
meningkatkan penghasilan serta status ekonomi mereka. Dari penghasilan tersebut seluruh responden selalu berusaha menyisihkan hasil penghasilan mereka untuk ditabung baik di bank, maupun dengan cara lain seperti ikut arisan ataupun di tabung sendiri. Tabungan itu bisa untuk keperluan yang mendadak, maupun utnuk masa tua saat tak lagi mampu mencari nafkah. Tetapi ada kalanya penghasilan tersebut hanya pas untuk kebutuhan sehari-sehari sehingga tidak dapat ditabungkan. Hal lain yang dilakukan responden terhadap penghasilannya adalah untuk membiayai pendidikan anak atau keluarga mereka, dan juga untuk kebutuhan pekerjaan itu sendiri. Contohnya seperti Yunih yang berdagang makanan, maka ia membutuhkan sebagian dari penghasilannya utnuk membeli bahan baku makanan yang akan didagangkan. Jadi, etos kerja yang dimiliki masyarakat Betawi dapat menjelaskan tentang kegigihan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi merupakan dorongan untuk mendapatkan kehidupan yang lebik baik
77
lagi, dalam hal ini etos kerja Betawi sangat mempengaruhi usaha mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Keberhasilan yang telah dicapai oleh masyarakat Betawi merupakan suatu wujud kerja keras dan ketekunan mereka dalam menjalankan pekerjaan. Semangat dan sikap pantang menyerah menjadikan mereka dapat bertahan di wilayahnya sendiri. Karena semua responden beragama Islam, maka semua sikap yang dimiliki responden merupakan suatu pengaplikasian dari ajaran agama Islam. Dan mereka mengaku kerja adalah sebuah ibadah yang diwuudkan dalam kegiatan ekonomi. Sehingga membuat mereka tak pantang menyerah, dan selalu berusaha, karena percaya bahwa rezeki memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
2. Upaya Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi Setiap masyarakat khususnya di wilayah Pondok Cabe Udik pasti mempunyai harapan dan keinginan untuk mewujudkan apa yang diinginkan dalam hidupnya, salah satunya ialah meningkatkan status sosial ekonomi. Status sosial
merupakan tempat seseorang yang
berhubungan dengan kelompok lain dalam masyarakat. Pada pandangan masyarakat umum, permasalahan status sosial dapat dilihat dari ekonominya. Dalam pencapaian status sosial masyarakat bisa dengan jalan usaha sendiri atau tanpa melalui usaha tetapi sudah dapat menerima status sosial tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi dimaknai sabagai suatu usaha dalam meningkatkan sisi pendapatan dari setiap hasil usaha yang dijalaninya. Hasil wawancara tentang meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat Betawi terangkum dalam delapan pertanyaan. Dari kedelapan pertanyaan itu dapat terlihat gambaran status sosial ekonomi masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik dalam kehidupannya. Dapat dijabarkan sebagai berikut:
78
Penghasilan rata-rata masyarakat Betawi sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang tidak seberapa dan cenderung kekurangan karena kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat. Tetapi dengan pekerjaan yang sekarang dijalani kebutuhan masyarakat Betawi terpenuhi dan cukup meningkat. Kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan pun terpenuhi dan mereka selalu bersyukur atas apa yang mereka dapatkan. Sebagaimana yang dituturkan oleh bapak Amsar “dulu waktu saya masih kerja serabutan mah penghasilan gak seberapa, buat makan aja masih kurang makanya pas mutusin pengen nikah harus nyari kerjaan yang laen dan bisa ngidupin anak istri”.29 Pangan adalah hal utama yang memang harus dipenuhi dalam kehiupan demi menjadi penunjang aktifitas pekerjaan yang dilakukan. Akan tetapi kondisi harga bahan pokok atau sembako terkadang tidak stabil membuat masyarakat harus pintar memilah-milih apa yang akan di konsumsinya. Pentingnya nasi sebagai karbohidrat, sayur-sayuran, lauk-pauk, protein, dan susu terkadang terabaikan ketika penghasilan terbilang pas-pasan. Patokan empat sehat lima sempurna harusnya tetap terpenuhi dalam kelangsungan hidup terkadang menjadi terabaikan. Karena kesehatan merupakan hal utama yang menunjang seseorang dalam berbagai aktifitas sehari-hari. Pendapatan yang diterima masyarakat Betawi sebagian besar hanya ditabung sendiri bahkan habis untuk keperluan sehari-hari. Mereka tidak terbiasa untuk menabung di bank dan memiliki pemikiran bahwa menabung di bank tidak lah praktis. Seperti yang di tuturkan oleh ibu Yunih “ribet kalo nabung di bank mah, boro-boro ngerti. Jadi lebih mending nabung sendiri. Walaupun hasilnya kurang berasa ya tetep suka kepake”.30
29 30
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
79
Lain halnya dengan bapak Alfian yang bependapat bahwa menabung memang lebih aman di bank, “untuk urusan menabung saya selalu menyisihkan ke bank, pertama karena memang aman, kedua adalah keluar-masuknya uang kita jelas untuk apa saja. Biar ga dipakai berlebihan”.31 Ada juga cara lain yang dilakukan masyarakat Betawi untuk menyisihkan sedikit penghasilannya agar seperti menabung, yakni mengikuti arisan bulanan. Seperti yang dialami ibu Armah “saya nabungnya ikut arisan di pengajian aja, itung-itung lumayan kan sama juga kayak nabung. Tiap bulan nyisihin sedikit gaji buat bayar arisan, ntar kalo dikocok nama kita keluar ibarat kayak nebok celengan aja neng”.32 Dari semua responden yang peneliti temui, hanya ada satu orang yang bekerja sampingan. Selain dari itu semua hanya fokus kepada satu pekerjaan yang dijalani. Karena bagi kesembilan responden, jika bekerja tidak fokus maka hasilnya akan kurang maksimal, dan perlu pintar membagi waktu. Sedangkan di satu pekerjaan saja terkadang sangat menyita waktu, membuat mereka tidak terpikirkan untuk menjalani pekerjaan sampingan. Berikut yang di tuturkan oleh bapak Dalih “iya saya memang kerja sampingannya ngojek selain jadi caddy di Pondok Cabe Golf, habisnya seminggu Cuma 3 kali masuk kalo lagi jadwal libur dan ga ada pelanggan yang minta temenin main golf ya saya mendingan ngojek, lumayan buat jajan”.33 Dari hari ke hari kebutuhan pokok masyarakat memang selalu bertambah, namun harga bahan pokok maupun sembako terkadang tidak stabil. Dengan segala usaha dan kerja keras masyarakat memang bekerja pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Sebisa mungkin mengatur penghasilan untuk cukup bertahan hidup, 31
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014 33 Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 September 2014 32
80
dan tak jarang dari mereka mengalami masa kesulitan ekonomi disaat bahan pokok melonjak naik sedangkan ada beberapa keperluan lain yang harus dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Sebagaimana
yang
dituturkan
oleh
bapak
Babas
“Alhamdulillah untuk kebutuhan pokok sih selalu terpenuhi, namanya kita kerja ya yg utama untuk memenuhi kebutuhan yang pokok dulu. Kalo kebutuhan yang lain sih bisa disesuaikan”.34 Sedangkan ibu Ina menuturkan bahwa ia merasa bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya dan membiayai sekolah adiknya, walaupun hidup dalam kesederhanaan kuncinya harus tetap bersyukur. Sejatinya hanya dengan bersyukur atas apa yang kita miliki lah manusia merasa cukup. Jika kurang besryukur maka selalu saja merasa kekurangan. Selain menabung dan digunakan untuk kebutuhan pokok, penghasilan yang diterima oleh masyarakat Betawi dipergunakan untuk kebutuhan pendidikan putera-puteri mereka. Bagi mereka pendidikan adalah hal penting dan wajib diterima oleh putera-puteri mereka untuk bekalnya di masa yang akan datang. Meskipun, latar belakang pendidikan masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik terbilang rendah tetapi para orang tua menginginkan anak-anak mereka bisa menjadi orang yang sukses. Seperti yang dituturkan oleh bapak Simin, “saya memang hanya tukang ojek dan lulusan SD, tapi anak saya harus ada yang jadi sarjana. Apapun caranya
saya
lakuin demi
sekolahin anak.
Alhamdulillah anak saya yang nomor dua bisa sarjana”.35 Tetapi tak bisa dipungkiri di daerah ini sangat minim akan kesadaran pendidikan tinggi, para generasi muda banyak yang hanya sekolah sampai SMP dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Jadi
34 35
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
81
keinginan orang tua tidak lah seimbang dengan semangat para puteraputeri untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu Armah, “saya udah bekerja demi sekolahin anak, maunya mah anak sampe kuliah, tapi dianya ga mau. Katanya sampe SMK aja juga udah bisa kerja. Ya kita mah orang tua ga bisa maksa. Kalo anaknya udah ga semangat lanjutin ya gimana”.36 Seluruh responden yang peneliti temui sudah menempati rumah milik pribadi, tetapi memang cara mendapatkannya beragam. Ada yang memang merupakan hasil dari kerja keras selama ini, ada juga yang menempati rumah peninggalan warisan dari orang tuanya. Sebagian besar tempat tinggal masyarakat Betawi merupakan satu lingkungan keluarga. Dan bagi yang memiliki lahan luas dimanfaatkan untuk membuat rumah sewa atau kontrakan yang akan diisi dengan para pendatang yang tinggal di daerah ini. Seperti yang dituturkan oleh ibu Yunih, “biar sederhana gini, Alhamdulillah rumah udah punya sendiri ko. Seenggaknya gak perlu ngeluarin biaya untuk ngontrak. Sekarang mah biaya hidup kan makin meningkat, apalagi buat tempat tinggal”. 37 Lain halnya dengan bapak Amsar, yang masih tinggal dirumah orang tua karena belum mampu untuk memiliki rumah pribadi. Berikut penuturannya “pengennya mah punya rumah sendiri dulu dah, ini saya tinggal masih sama mertua. Kebetulan rumah orang tua saya cuma beda RT aja. Tapi istri maunya dirumah orang tuanya”.38 Didalam sebuah tempat tinggal lumrahnya terdapat fasilitas penunjang sebagai sarana dalam kehidupan sehari-hari, seperti barang elektronik untuk menghibur keseharian, TV ataupun radio, serta alatalat rumah tangga lainnya seperti mesin cuci, kulkas, kipas angin, dan lain-lain. Dari seluruh responden hanya bapak Babas yang memiliki 36
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014 38 Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014 37
82
mobil. Sedangkan yang lainnya memiliki motor untuk dijadikan kendaraan kerja ataupun kegiatan lain. Seperti yang dituturkan oleh bapak Babas, “Alhamdulillah mobil ada, berkat keahlian yang saya punya. Walaupun ga beli baru, tapi yang penting bisa di gunain untuk acara-acara keluarga”.39 Untuk masalah kesehatan, jawaban dari responden relatif hampir sama, yaitu memeriksakan kesehatan mereka ke klinik atau puskesmas terdekat. Semua tergantung keluhan sakit apa yang dirasakan, ada yang sakit ringan, ada yang sakit berat. Dapat dilihat memang masyarakat lebih memilih memeriksakan kesehatannya dari yang harganya terjangkau terlebih dahulu seperti ke puskesmas. Untuk urusan pembayaran pun beragam, ada yang ditanggung oleh asuransi tempat bekerja, dan ada yang membayar menggunakan uang pribadi. Berikut penuturan dari bapak Uka, “saya mah kalo sakit ke puskesmas aja dulu yang murah, itu pun kalo gejalanya udah ngeganggu aktifitas kerja, kalo Cuma sakit-sakit ringan sih minum obat warung aja cukup”.40 Untuk urusan membantu orang lain, jawaban dari para responden pun beragam. Ada yang memang bisa membantu dari segi materi, ada pula yang berusaha membantu tetapi karena keterbatasan materi maka membantu dengan tenaga atau non materi saja. Ketika di wawancarai, beberapa dari responden lebih mendahulukan untuk membantu keluaraga terdekat yang membutuhkan dibandingkan orang lain. Seperti yang dituturkan oleh ibu Yunih, “tapi ya namanya kita juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya bukan materi aja tapi non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”.41 Semua bentuk pekerjaan yang dijalani oleh masyarakat Betawi adalah semata-mata untuk mencapai tujuan dan cita-citanya termasuk 39
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014 41 Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014 40
83
dalam bidang ekonomi. Penghasilan yang diterima setiap hari atau perbulan bisa dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan dari sebuah usaha serta kerja keras mereka. Meskipun tidak berpendidikan tinggi, masyarakat Betawi nyatanya selalu berusaha menggunakan keahlian dan keterampilan mereka sebagai bentuk usaha mempertahankan kehidupan dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Meningkatnya
status sosial ekonomi bisa
diukur dari
pendapatan yang juga turut meningkat. Karena akan berpengaruh terhadap aspek kebutuhan masyarakat Betawi yang sudah terpenuhi. Seperti yang dikatakan oleh Lukman mengenai maksud akan kebutuhan manusia atau masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa. Tetapi secara umum jenis kebutuhan manusia hanya dikelompokkan menjadi kebutuhan pokok, kebutuhan adat istiadat, kebutuhan pekerjaan, dan kebutuhan kebutuhan kepribadian.42 Berikut ini adalah penjelasan dalam bentuk tabel, dilihat dari kebutuhan masyarakat Betawi yang sudah terpenuhi:
Tabel 4.4 Meningkatnya Status Sosial Ekonomi Masyarakat Betawi No
Nama
1
Amsar
2
Armah
42
h. 2.
Pendapatan Per-Bulan
Rp 2.000.000
Rp 2.100.000
Kebutuhan Pokok Sandang, dan pangan terpenuhi. Papan belum terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi
Kebutuhan Adat Istiadat
Kebutuhan Pekerjaan
Kebutuhan Pribadi
-
Keperluan karyawan swasta
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan pembantu rumah tangga
Pendidikan anak terpenuhi
Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1,
84
Rp 2.500.000
Sandang, pangan, dan papan terpenuhi
Yunih
Rp 3.000.000
Sandang, pangan, dan papan terpenuhi
5
Babas
Rp 10.000.000
6
Dalih
Rp 3.200.000
7
Ina Roslina
Rp 2.200.000
3
4
8
9
10
Ahmad Alfian
Narin
Simin
Uka
Rp 2.500.000
Rp 3.000.000
Rp 5.000.000
Sandang, pangan, dan papan terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi Sandang, pangan, dan papan terpenuhi
-
Keperluan polisi
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan usaha menjual gado-gado dan warung
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan memijat
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan caddy
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan karyawan swasta
Pendidikan adik terpenuhi
-
Keperluan satpam
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan ojek
Pendidikan anak terpenuhi
-
Keperluan montir
Pendidikan adik terpenuhi
Dari keterangan tabel di atas dapat menjelaskan bahwa terlihat jelas adanya
dampak etos
kerja
masyarakat
Betawi
dalam
meningkatkan status sosial ekonomi mereka, yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan hidup bersifat primer maupun sekunder dapat terpenuhi dengan baik. Seluruh responden masyarakat Betawi berhasil mendapatkan penghasilan yang melebihi upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp
85
1.325.000. Sehingga, dalam pemenuhan kebutuhan pokok, kebutuhan pekerjaan, dan kebutuhan kepribadiannya pun terpenuhi dengan baik. Dengan pendidikan yang cenderung rendah pada kenyataannya mereka mampu berhasil bertahan hidup di daerahnya sendiri dan mampu bersaing dalam bidang pekerjaan. Meskipun pendidikan masyarakat Betawi cenderung rendah, tetapi semangat mereka untuk tetap bekerja mendapatkan penghasilan tak pernah padam. Mereka akan melakukan suatu usaha atau pekerjaan yang memang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Kedudukan atau status menunjukkan tempat atau posisi seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, hak-hak, serta kewajibankewajibannya. Seseorang dapat pula mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan seseorang biasanya ikut dalam beberapa pola kehidupan atau menjadi anggota dalam berbagai kelompok sosial, akan tetapi salah satu kedudukan yang selalu menonjol itu yang merupakan kedudukan yang utama. Dengan melihat kedudukan yang menonjol tersebut, yang bersangkutan dapat digolongkan ke dalam strata atau lapisan tertentu dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Soekanto, ada dua macam kedudukan (status) masyarakat, yaitu Ascribed Status ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaanperbedaan rohaniah dan kemampuan.43 Kedudukan ini diperoleh karena kelahiran. Kebanyakan ascribed ini ditemukan pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial tertutup, seperti pelapisan yang membedakan berdasarkan ras. Namun, dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka juga bisa ditemui adanya ascribed status. Sebagai contoh, 43
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 240.
86
kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga di masyarakat Betawi akan berbeda dengan kedudukan perempuan, biasanya laki-laki cenderung memiliki jiwa memimpin dibandingkan dengan perempuan, karena memang laki-laki umumnya akan menjadi kepala keluarga. Sedangkan perempuan di masyarakat Betawi hanya berperan di dapur atau sumur. Selanjutnya Achieved Status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengajar serta mencapai tujuannya.44 Misalnya, setiap orang dapat menjadi guru, dokter, atau polisi asal memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Dengan begitu achieved status ini tergantung pada masing-masing individu apakah sanggup dan mampu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Jadi, dalam pencapaian status sosial masyarakat bisa dengan jalan usaha sendiri atau tanpa melalui usaha tetapi sudah dapat menerima status sosial tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi dimaknai sabagai suatu usaha dalam meningkatkan sisi pendapatan dari setiap hasil usaha yang dijalaninya. Pada masyarakat Betawi di Kelurahan Pondok Cabe Udik RT 003/RW 003 ini sebagian besar mendapatkan status sosial mereka melalui jalan usaha sendiri, bagi mereka untuk mengubah hidup lebih baik lagi terlebih dalam hal ekonomi tidak bisa bergantungan dengan orang lain, karena semua butuh proses dan usaha yang panjang untuk dapat mencapai apa yang mereka inginkan di dalam hidupnya. Dari hasil keseluruhan data yang didapatkan oleh peneliti, jelas terlihat bahwa etos kerja masyarakat Betawi di Kelurahan Pondok Cabe Udik RT 003/RW 003 dapat membuat mereka kuat bertahan dengan hasil yang mereka dapatkan dalam usaha meningkatkan status 44
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 38, h. 240.
87
sosial ekonomi. Meskipun dengan pendidikan yang terbilang rendah, pada kenyataannya mereka tetap bisa bersaing secara positif dengan masyarakat pendatang dalam hal mencari nafkah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Betawi pada umumnya memiliki etos kerja yang baik sebanding
dengan
peningkatan
status
sosial
ekonomi
mereka
dilingkungannya. Etos kerja mereka tercermin dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup di lingkungan yang semakin majemuk dengan persaingan yang semakin berat. Semangat untuk dapat hidup lebih baik dan dapat bersaing dengan masyarakat lainnya menjadi salah satu dasar kuat terbentuknya etos kerja mereka. Upaya dalam meningkatkan status sosial ekonomi yang berbanding lurus dengan etos kerja masyarakat Betawi umumnya dapat terlihat dari pergeseran pola pencarian pendapatan mereka yang tidak hanya menjadi pedagang namun menjadi karyawan dengan dasar pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil temuan data dan analisisnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Etos kerja yang dimiliki oleh masyarakat Betawi cenderung baik, karena dalam pemaknaan etos kerja bahwa kerja adalah suatu keharusan bagi setiap manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Di masyarakat Betawi Kerja dimaknai sebagai bukti ketekunan, serta kegigihan. Maka etos kerja masyarakat Betawi berbanding lurus dengan status sosial ekonomi mereka. keberhasilan serta cara mereka meningkatkan status sosial ini diyakini sebagai bentuk hasil dari kerja keras dan usaha untuk lebih maju. Kejujuran serta sikap pantang menyerah dalam bekerja sekuat tenaga juga turut mengimbangi kerja keras mereka. Realitas pendidikan yang rendah nyatanya bukan suatu penghalang untuk masyarakat Betawi tetap mengembangkan diri mereka dalam bekerja,
88
89
bagi mereka dengan memiliki kemauan yang tinggi serta keterampilan akan membantu mereka untuk tetap bertahan hidup di tengah persaingan ekonomi yang semakin kuat. 2. Masyarakat Betawi sebagian besar mendapatkan status sosial mereka melalui jalan usaha sendiri, bagi mereka untuk mengubah hidup lebih baik lagi terlebih dalam hal ekonomi tidak bisa bergantungan dengan orang lain, karena semua butuh proses dan usaha yang panjang untuk dapat mencapai apa yang mereka inginkan di dalam hidupnya. Dalam hal ini mereka hanya mendapatkan pekerjaan di wilayah mereka sendiri, tidak ada masyarakat Betawi yang merantau untuk mencari pekerjaan. Meskipun begitu, upaya mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi cukup baik. Masyarakat Betawi berjuang keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya penghasilan yang mereka dapatkan bisa menunjang kebutuhan sehari-hari.
B. Saran Ada dua saran penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan etos kerja untuk meningkatkan status sosial ekonomi masyarkat Betawi adalah sebagai berikut: 1. Etos Kerja Masyarakat Betawi secara keseluruhan wajib menyadari pentingnya pendidikan sebagai dasar pokok untuk perubahan status sosial ekonomi mereka menjadi jauh lebih baik lagi. Dengan pendidikan yang baik mereka dapat memaksimalkan potensi diri, mengembangkan usaha dan bersaing dengan masyarakat lainnya. Selain peningkatan pendidikan formal masyarakat Betawi juga dapat meningkatkan pendidikan informal
seperti
ketrampilan-ketrampilan
khusus
agar
dapat
mengembangkan dan meningkatkan nilai tambah atas usahanya. Pemerintah dapat memperhatikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah.
90
2. Status Sosial Ekonomi Demi meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat Betawi perlu perubahan pola pikir untuk lebih maju dan berkembang pada masyarakat Betawi seperti bekerja dan berdagang diluar daerahnya untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, Cet. 1, 1979. --------------------. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, Cet. 2, 1982. Ahmadi, Abu dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. 2, 1991. Alatas, S.H., Mitos Pribumi Malas, Citra Orang Jawa, Melayu dan Filipina dalam Kapitalisme Kolonial, Jakarta : LP3ES, 1988. Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi Pertama, Jakarta : Kencana, Cet. 2, 2011. Lukman, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta : UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2007. Mubyarto, dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial, Yogyakarta : Aditya Media, 1993. Narwoko, J. Dwi, dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, Edisi Keempat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, Cet. 1, 2004. Nurdin, Amin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta : UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2006. Rosyadi, Profil Budaya Betawi, Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006. Roucek, Joseph S., Roland L. Warren, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Bina Aksara, 1984. Saidi, Ridwan, Maman S. Mahyana, Ragam Budaya Betawi, Jakarta : Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2002. Sinamo, Jansen H., 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. 15, 2012. Sukirno, Sadano, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Jakarta : Rajawali Pers, Cet. 26, 2011.
91
92
Susilowati, Daru, Lyndon Saputra, Webster’s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Jakarta : Kharisma Publishing Group, 2007. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Cet. 2, 2006. Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 38, 2005. Soelaeman, Munandar, Ilmu Sosial Dasar : teori dan konsep ilmu sosial, Bandung: PT. Eresco, Cet. 8, 1995. Tasmara, Toto Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002. Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 2, 2009. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 3, 2009.
SKRIPSI Gudiman, Etos Kerja Pelaku Puasa Daud, Fakultas Psikologi, Skripsi S-1, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan. Hamdi, Etos Kewiraswastaan Pedagang Betawi (Studi Kasus Pada Tiga Pedagang Betawi di Kampung Sawah, Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Skripsi S-1, pada Universitas Indonesia, Depok, 1995, tidak dipublikasikan. Rahmawati, Etos Kerja Masyarakat Pendatang dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi di Daerah Pesanggrahan Ciputat Kota Tangerang Selatan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Skripsi S-1, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan. Siti Mumun Muhibah, Etos Kerja Buruh Perempuan di Pabrik (Studi Kasus Buruh Perempuan PT. Sewu Nusantara Tangerang), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Skripsi S-1, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.
INTERNET Faktor-faktor yang mepengaruhi etos kerja, Hubungan Antara OrganizationBased Self-Esteem Dengan Etos Kerja, 2009, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3626/1/08E00921.pdf, diakses pada tanggal 8 September 2014.
93
Sistem kekerabatan suku betawi, http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1238/sistem-kekerabatan-sukubetawi, diakses pada tanggal 24 Januari 2014. Bahasa Betawi, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi, diakses pada tanggal 24 Januari 2014. Undang-undang Ketenagakerjaan, http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/1314 6, diakses pada tanggal 22 September 2014.
WAWANCARA Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman sesepuh Pondok Cabe Udik, pada tanggal 15 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Hasan Ketua RT 003, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin Ketua RW 003, pada tanggal 27 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Herwan staf Kelurahan Pondok Cabe Udik, pada tanggal 29 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Ina Rosita, pada tanggal 15 September 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Dalih, pada tanggal 15 September 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
Pedoman Observasi Identifikasi dan pahami variabel penelitian, adapun beberapa variabel penelitian yang akan diteliti adalah : 1). Etos Kerja, 2). Masyarakat Betawi, 3). Status Sosial Ekonomi. Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat peneliti yang peka dan terintegrasi. Rasakan, amati, dan dengarkan lah secara mendalam. Beberapa variabel dan sub variabel yang akan diamati, yaitu : 1. Etos kerja a. Mengamati etos kerja masyarakat b. Kriteria etos kerja masyarakat
2. Masyarakat Betawi a. Identifikasi kegiatan masyarakat Betawi b. Mengamati kegiatan masyarakat Betawi
3. Status sosial ekonomi a. Datang ke tempat mata pencaharian masyarakat b. Identifikasi status sosial ekonomi masyarakat
PEDOMAN WAWANCARA Pengantar Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi/siang/sore. Saya Nadia Annisa S, mahasiswa pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tengah melakukan penelitian skripsi tentang “Etos Kerja Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik.” Berikut adalah variabel yang ingin saya teliti disini adalah : 1). Etos kerja, 2). Masyarakat Betawi, 3). Status Sosial Ekonomi. Bapak/Ibu akan saya wawancara dengan kualifikasi yang Bapak/Ibu miliki. Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya meminta kesedian Bapak/Ibu sebagai pemangku kepentingan di wilayah Pondok Cabe Udik ini untuk saya wawancarai.
Data Responden Nama responden terpilih : Umur : Jenis Kelamin : Alamat Lengkap : No Telp/HP : Status Responden :
Wawancara A. Etos Kerja
1. Budaya atau agama yang melatar belakangi sikap kerja?
2. Persepsi personal sikap kerja positif? 3. Persepsi personal sikap kerja negatif? 4. Persepsi sosial sikap kerja masyarakat Betawi? 5. Pengaruh lingkungan sosial terhadap pekerjaan?
B. Masyarakat Betawi
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? 7. Apakah
Bapak/Ibu
pernah
mendapatkan
masalah
dengan
pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain?
C. Status Sosial Ekonomi
1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi?
4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan?
Penutup Demikianlah wawancara yang saya lakukan ini. Terima kasih atas kesediaannya Bapak/Ibu dalam memberikan informasi, dan atas waktu serta kerjasamanya. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Transkripsi Hasil Wawancara 1. Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik A. Profil Responden dan Keterangan Waktu Nama : Jabatan : Tempat : B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja? 2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi? 3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi? 4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi? 5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi?
2. Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Pendidikan : Pekerjaan : Tempat : B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain?
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan?
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Amsar Pendidikan : SD Pekerjaan : Karyawan Swasta (PT. Bina Karya Alumunium) Tempat : Kediaman Pak RT B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Dari lahir juga udah disini, berarti 25 tahun dah. 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Waktu masih bujang mah serabutan, apa aja dikerjain. Kalo lagi ada yang mau bangun rumah ya bantu jadi kuli. Kalo lagi sepi nguli ya ngojek. 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Sekarang ya gajinya lebih jelas lah gitu. 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Deket sama rumah kerjaan yang sekarang jadi gampang ketemu keluarga. 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Setiap hari, kalo lagi ada pengiriman barang. Berangkat jam 8 pagi. 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Kegigihan saya mah sering-sering ngambil lemburan gitu, berusaha kerja dengan baik, sama usahain tepat waktu. 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Pernah, waktu itu telat bangun telat berangkat buat pengiriman ke luar kota harusnya jam 12 malem udah jalan, eh jadi jam 3 pagi. Caranya ya pasang alarm, sama minta istri ingetin buat ngebangunin saya. 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Hubungannya mah ya baik terus ya namanya sama-sama cari nafkah. 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Alhamdulillah, sangat menikmati. Namanya buat keluarga mah apa aja kita lakuin.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Ngambil lemburan aja, lumayan kan buat tambahan setiap bulannya. 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Saya sih dipake buat kebutuhan sehari-hari, gak ada tabungan apalagi di bank.
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Dulu mah ya ga nentu, sedapetnya aja. Kalo sekarang 500rb perminggu, misalkan lembur bisa nyampe 800rb perminggu 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada, fokus ke satu aja. 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Alhamdulillah terpenuhi, bersyukur saya mah. 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Iya jelas terpenuhi, anak saya baru satu. 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Masih di rumah mertua, tapi keinginan mah pinginnya punya rumah sendiri. 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada TV, kulkas, motor, mesin cuci, mobil mah gak ada. 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Ke klinik 3 Mandiri situ, jamkes dari PT. 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Iya, membantu keponakan sekolah gitu kalo lagi rezeki lebih tiap bulan. Anaknya kakak saya.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Ahmad Alfian Pendidikan : D3 Pekerjaan : Polisi Tempat : Kediamannya B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Seumur saya deh, kurang lebih 30 tahun. 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Pernah jadi security yang membawa uang untuk dikirimkan ke ATM. Sejak 2005 baru saya menjadi seorang polisi. 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Pekerjaan yang sekarang jelas lebih terjamin untuk menghidupi saya dan keluarga. 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Menatap masa depan depan, untuk berumah tangga seorang laki-laki jelas membutuhkan pekerjaan demi menafkahi keluarga. 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Sebagai polisi saya bekerja tak kenal waktu, bahkan di jadwal off day saja saya harus tetap dalam keadaan siaga jika ada panggilan darurat. 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Saya bekerja dengan dedikasi tinggi, selalu semangat, pantang lelah demi keluarga dan negara. 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Masalahnya hanya terdapat pada mengatur waktu dengan keluarga, caranya saya
selalu berusaha
menggunakan waktu libur untuk benar-benar
menghabiskannya dengan keluarga, bermain dengan anak dirumah atau sesekali pergi jalan-jalan. 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi?
Baik sekali, kami sangat kompak dalam menjalankan tugas. 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Menikmati sekali, saya merasa bangga dan puas dengan apa yang saya miliki saat ini. Pekerjaan yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu mendukung. Semua berkat kerja keras dan usaha yang saya jalani sebelum menjadi seperti sekarang ini. Semuanya tidak mudah... 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Jika ada yang mau mengurus sesuatu (surat-surat seperti perpanjang stnk misalnya). Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5 menit jadi dengan bantuan saya. Saling menguntungkan lah prinsipnya. Selain itu juga bila ada warga yang ingin dikawal dalam acara-acara tertentu biasanya upah itu menjadi penghasilan tambahan untuk saya. 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Ya, saya tabung di bank. Agar lebih aman.
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Waktu masih jadi security cuma 1,8jt perbulan. Kalau sekarang sudah sesuai UMR 2,5jt perbulan. 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Tidak ada. 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Ya, terpenuhi. 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Alhamdulillah terpenuhi, anak saya masih TK. 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Rumah sudah punya sendiri ini. 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain)
Ada ko semuanya, kecuali mobil. Yaaa walaupun beberapa ada yang masih nyicil tapi Alhamdulillah lengkap 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Jika sakit yang ringan-ringan saja saya ke klinik atau rumah sakit terdekat. Tetapi jika memerlukan biaya yang tinggi atau parah sakitnya tinggal ke RS Polri saja. Semua ditanggung gratis. 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Iya membantu, walaupun gak seberapa yang penting niatnya. Membantu juga sesuai dengan kemampuan materi ataupun non materi yang saya miliki.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Armah Pendidikan : SD Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga (PRT) Tempat : Kediaman Pak RT B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Dari dulu disini, lahir disini, ya asli sini 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Dirumah aja, ibu rumah tangga 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Karena ya bisanya cuma itu, kantoran mah ga mungkin neng. 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Ngisi waktu gitu saya mah ga bisa diem di rumah bosen. Senengnya ada yang dikerjain. 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Setiap hari berangkat dari rumah jam 6.30, di tiap pintu rumah masing-masing 3 jam kurang lebih. 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Saya rajin masuk, kalo gak sakit sampe gak bisa bangun tetep kerja abis kalo dirumah doang juga malahan bosen daripada bengong. 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Masalah mah ya pasti ada, tapi gak besar-besar amat gitu. Palingan kayak dapet majikan bawel gitu, atau kalo lagi ngepel belum kering udah diinjekinjek. Nanggepinnya ya sabar aja... 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Baik-baik aja. 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Menikmati ko
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Ya awalnya kan Cuma megang satu pintu rumah, sekarang jadi 3 pintu sekaligus sehari. 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Ikut tabungan pengajian, ikut arisan juga. Itung-itung kayak nabung juga itu mah.
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? 500rb perbulan. Tadinya cuma satu pintu, sekarang jadi 1,5jt karena megang 3 pintu rumah. 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Ga ada, itu doang. 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi sih tapi ya pas-pasan lah, namanya makin kesini kebutuhan makin ningkat. 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Alhamdulillah anak sekolah yang satu sampe SMP, yang satunya lagi sampe SMA. Terus udah bocahnya pada gak mau lanjutin lagi. 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Rumah sendiri ini. 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada Alhamdulillah, kecuali mobil ya 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Ke puskesmas aja saya mah. 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Pernah lah sesekali kalo lagi ada urunan buat bantu keluarga yang butuhin atau tetangga gitu.
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Yunih Pendidikan : SD Pekerjaan : Pedagang Makanan Tempat : Tempat Berdagang (halaman kediamannya) B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Dari kecil sudah disini ibu neng 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Sebelum ini jadi PRT aja yang bisa dijalanin 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Karena sesuai dengan keahlian, memang hobi masak, dan waktu bekerja pun bisa diatur sendiri 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Kekurangan ekonomi jika hanya menjadi PRT, dan tidak mau sampai menjadi pengangguran 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Jam 06.00 pagi sampai jam 07.00 malam (sehabisnya dagangan) 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, selalu berusaha mendapatkan penghasilan yang lebih lagi, demi keluarga. 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Kadang suka ada yang ngutang, terus juga kan namanya dagang makanan gini setiap hari laris atau gaknya ya gak nentu 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Baik ko, saling menghargai aja 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Menikmati, karena sesuai dengan kebisaan kita
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Tadinya cuma nasi uduk aja pas pagi, sama gado-gado siangnya. Terus sekarang jadi nambah jajanan-jajanan bocah sama ada beberapa sembako kecil-kecilan 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Pastinya digunain buat kebutuhan sehari-hari, sama bahan pokok jualan, tapi ikut arisan. Ditabung sih sedikit, tapi ga di bank
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Waktu masih jadi PRT Rp 500.000 per-bulan, sekarang mah kotornya Rp 200.000 per-hari aja dapet ko 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada, fokus dagang aja saya mah sekarang 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Iya terpenuhi, untuk makan hari-hari 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi, anak saya ada dua. Yang satu lulusan SMP, yang satu lagi SMK. Mereka sendiri yang gak mau ngelanjutin lagi sekolahnya 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Sudah rumah sendiri ini 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada TV, kulkas, motor walaupun masih nyicil 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Puskesmas terdekat aja saya mah 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Membantu, tapi namanya kita pas-pasan juga kadang ngebantunya bukan dari segi materi aja, non materi juga. Kayak bantu tenaga gitu
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : H. Babas Pendidikan : SMP Pekerjaan : Jasa Pengobatan Alternatif Tempat : Tempat Praktek (kediamannya) B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Sejak kecil disini, orang tua asli sini, tapi sempet pindah ke radio dalam, terus balik lagi kesini 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Waktu di radio dalam sampe pindah lagi kesini, narik bajay pribadi aja 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Karena penghasilan dari narik bajay gak tentu 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Tuntutan ekonomi, dan pekerjaan yang sekarang sesuai keahlian yang saya punya dari kecil, turunan kakek 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Setiap hari dari jam 07.00 pagi sampai jam 10.00 malam, kecuali hari jum’at libur 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh ketekunan, sesuai panggilan hati, selalu memberikan pelayanan terbaik untuk menyembuhkan orang 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Tidak ada, kalo pasien saya iya pasti ada masalah dengan kesehatannya 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Saling menghargai aja walaupun sama-sama bisa membantu orang yang sakit tetep keahliannya berbeda 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Ya menikmati, memang keahliannya di pekerjaan ini
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Biasanya saya kasih info dari mulut ke mulut. Terus lama-lama orang makin banyak yang tau jadinya. Dari yang dulu terima panggilan ke rumah-rumah orang, sekarang praktek dirumah aja 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Sebagian ditabung, ada juga sebagian lagi untuk keperluan sehari-hari aja
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Sebelumnya pas narik bajay mah kecil. Sekarang sebulan bisa Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000 tergantung keikhlasan pasien yang diobati. Paling kecil satu orang aja ngasih Rp 100.000 – Rp 200.000 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Tidak ada, sekarang cuma ini 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Alhamdulillah sekali masih sangat terpenuhi 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Ya, terpenuhi. Anak saya 4. Yang 2 lulusan SMA dan ga mau lanjutin lagi, yang 1 masih kuliah semester 3, dan yang 1 lagi masih SD 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Milik sendiri, peninggalan warisan dari orang tua 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada semua, termasuk AC 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Kalau masih bisa diobatin sendiri ya gak ke dokter, tapi kalau sakitnya bervirus dan butuh obat ya ke dokter 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Iya, membantu. Untuk keluarga terdekat yang membutuhkan terutama
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Dalih Pendidikan : SMP Pekerjaan : Karyawan Swasta (Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf) Tempat : Pondok Cabe Golf B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Dari lahir disini, asli sini 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Tukang ojek 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Sesuai panggilan hati 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Saya ngerasa nyaman disini ngejalanin kerjaan, emang hobi sih golf 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Dari jam 07.00 pagi sampe jam 06.00 sore 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Kegigihannya saya mah ya kerja dengan sungguh-sungguh, gak kenal capek, sama ngelayanin pelanngannya harus sepenuh hati 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Ya pasti ada lah, masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu bisa diatasi dengan baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan mengertiin kalo pelanggan mah emang maunya dilayanin semaksimal mungkin 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Baik ko, saling menghargai aja. Ga pernah saing-saingan 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Iya nikmatin karna kan emang hobi juga sih
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Harus giat dong, biar penghasilan ningkat mah. Seminggu jadwal masuk memang Cuma 3 hari, tapi karena giat bisa nambah hari sesuai kemauan pelanggan. Ya saya selalu terima 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Untuk kebutuhan sehari-hari aja, dirumah. Ada sih sebagian ditabung tapi saya ga punya bank, nabungnya sendiri
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Waktu ngojek ya gak nentu, kalo sekarang sehari aja bisa dapet Rp 300.000. sebulan bisa nyampe Rp 3.200.000 kira-kira 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? ada, ya kadang kalo lagi libur saya sampingan ngojek aja. Lumayan juga sih buat tambahan 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi ko 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Iya itu juga terpenuhi, anak saya masih SD sama SMP 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Alhamdulillah rumah mah ini udah punya sendiri 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada semua ko, kecuali mobil belum mampu 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Saya sama keluarga mah ke klinik aja 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Pernah dong pasti, namanya hidup saling bantu dan dibantu
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Ina Rosita Pendidikan : SD Pekerjaan : Karyawan Swasta (PT. Dream Ware) Tempat : PT. Dream Ware B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? 23 tahun, dari lahir jadi seumur saya 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Dulu saya office girl di taman kanak-kanak, kerjanya bikinin minum untuk para staf guru tapi tak jarang merangkap sebagai asisten guru di dalam kelas. Kadang kalo ada murid yang ngambek gak mau belajar, saya bantu untuk merayu 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Karir kurang berkembang di pekerjaan yang dulu dan sekarang gajinya lebih jelas, sesuai UMR 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Karena faktor ekonomi 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Jam 07.30 pagi sampai jam 04.30 sore 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Semangat yang tinggi, bekerja tepat waktu, selalu disiplin, dan jujur 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Pasti pernah, masalahnya tuh kalo lagi terima orderan yang banyak banget jadi karyawan harus ngejar target, kerja di buru-buru gitu 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Kompak ko, ga saling iri 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani?
Iya menikmati, namanya kerjaan harus dinikmati biar kitanya nyaman dan betah untuk bertahan di pekerjaan itu dan semuanya bisa diselesaikan dengan hati senang 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Nerima lemburan aja palingan 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Abis gitu aja buat keperluan sehari-hari, tapi di sisain sih buat ikut arisan
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Sebelum ini mah cuma Rp. 600.000 perbulan, kalo sekarang RP 2.200.000 perbulan 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Alhamdulillah kebutuhan pokok terpenuhi, setiap harinya bisa makan dan bisa biayain adik untuk sekolah. Itu aja rasanya udah bersyukur banget. Walaupun saya sendiri hanya tamatan SD, tapi adik-adik saya harus jadi orang sukses. Aamiin... 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Saya bekerja bantu emak bapak untuk sekolahin adik yang masih SD 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Rumah sendiri, milik orang tua 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) TV, kulkas, kipas angin ada. Nyuci masih pake papan penggilesan, motor ada, mobil ga ada 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Ke rumah sakit terdekat, saya ada asuransi dari PT. Tapi kalo keluarga lain mah ke klinik
8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Iya, Alhamdulillah saya tiap bulan emang nyisain uang buat ngasih ke anak yatim-piatu atau nyumbang ke masjid. Keluarga juga dibantu kalo lagi ada yang butuh, tapi ya sesuai dengan kemampuan kita aja. Semoga berkah terus kalo sering nolong orang
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Narin Pendidikan : SD Pekerjaan : Satpam (Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf) Tempat : Pondok Cabe Golf B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? 38 tahun 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Jadi karyawan lepas, kerjanya ngurusin pemupukan untuk tumbuh-tumbuhan disini 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Penghasilannya lebih jelas 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Untuk menghidupi keluarga, anak-anak yang utama 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? 12 jam satu shift-nya 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Harus selalu disiplin dan tepat waktu 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Alhamdulillah, sejauh ini semua masih bisa terkendali dengan baik. Amanaman aja 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Sangat kompak, kan kita kerja per-regu 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Iya jelas, saya lebih menikmati dan nyaman 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani?
Ngumpulin uang parkir, lumayan tegu saya punya celengan yang diisi sama uang parkir dan bakalan dibuka setiap setahun sekali 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Habis untuk sehari-hari aja, palingan nabung di koperasi gitu
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Dulu karena karyawan lepas gajinya kecil ga nyampe UMR, sekarang mah Rp 2.500.000 per-bulan sudah termasuk tunjangan kesehatan 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada, jadi satpam aja udah 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi, walaupun kadang masih suka kurang 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Iya terpenuhi, yang masih sekolah tinggal anak yang terakhir. SD kelas 5 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Ini rumah udah sendiri, ya tapi peninggalan dari orang tua 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Iya ada, kecuali mobil mah 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Ke klinik aja, atau puskesmas yang deket-deket sini 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Saya suka bantu gitu mah, ya walaupun gak seberapa yang penting ikut urunan buat nolong keluarga sendiri
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Simin Pendidikan : SD Pekerjaan : Tukang Ojek Tempat : Pangkalan Ojek B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? Asli sini, dari lahir 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Di bengkel las 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Karena waktunya gak terikat 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Kerja itu pelayanan sebagai ibadah juga buat keluarga 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Saya keluar dari jam 07.00 pagi sampe jam 09.00 malem. Ya waktunya saya aja yang ngatur 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Harus rajin dan gak gampang nyerah sama keadaan lah. Yang penting niat, usaha yang halal 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Masalah mah palingan kadang kalo lagi ada panggilan ngejemput orang yang jauh daerahnya belom kita tau, suka nyasar tuh. Tapi justru jadi banyak tau jalan 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Baik-baik aja saling ngehargain 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Nikmatin dan bersyukur
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani? Saya nerima panggilan kalo ada yang mau minta anter-jemput yang jauh-jauh gitu, jadi gak cuma di pangkalan aja 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Digunain sehari-hari, nabungnya sendiri aja ga di bank
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Waktu dibengkel las, ya kalo lagi ada kerjaan aja dapet duitnya ga nentu. Sekarang mah ngojek sehari Rp 100.000 aja dapet, belom lagi kalo ada yang minta anter-jemput 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi, Alhamdulillah 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Iya, anak saya yang kedua sudah sarjana 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Rumah sendiri 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Ada ko, tapi mobil ga ada 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Ke klinik sama puskesmas aja palingan yang deket 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Bantu pernah lah, kalo ada yang ngebutuhin kita
Masyarakat Betawi Daerah Pondok Cabe Udik A. Profile Responden dan Keterangan Waktu Nama : Uka Pendidikan : SMP Pekerjaan : Montir Tempat : Kediamannya B. Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Pondok Cabe Udik? 29 tahun, seumuran saya 2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang? Sempet markir sih tapi gak lama langsung jadi montir 3. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih pekerjaan yang sekarang dijalani? Penghasilannya lebih jelas, kerjaannya juga jelas 4. Apa yang melandasi atau melatarbelakangi Bapak/Ibu untuk bekerja? Biar gak nyusahin orang tua 5. Berapa jam Bapak/Ibu menjalankan pekerjaan dalam sehari? Dari jam 08.00 pagi sampe jam 05.00 sore, tapi kalo mendadak malem dapet telp buat benerin mobil ya tetep di kerjain 6. Setiap pekerjaan yang dijalani pasti menginginkan penghasilan yang tinggi. Bagaimana dengan Bapak/Ibu mengenai kegigihan dalam menjalankan pekerjaan? Yang penting dipercaya orang dan punya keinginan buat terus belajar lagi 7. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya? Bagaimana cara menghadapinya? Yang berat-berat mah gak ada ya, yang bermasalah ya selalu mesinnya. Palingan rada harus lebih sabar kalo dapet pelanggan yang gak percaya sama hasil kerja kita dan banyak bicara 8. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan pekerja yang satu profesi? Baik-baik aja, malahan suka tuker ilmu 9. Apakah Bapak/Ibu menikmati pekerjaan yang sedang dijalani? Iya menikmati, emang sekarang keahliannya disini 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani?
Sekarang saya dikit-dikit belajar mesin motor juga, lumayan buat tambahan kalo ada motor yang rusak jadi bisa benerin 11. Dari hasil usaha Bapak/Ibu apakah disimpan ditabungan bank atau dipergunakan untuk kebutuhan lain? Ditabung di bank, sama buat kebutuhan hari-hari
C. Status Sosial Ekonomi 1. Berapa rata-rata penghasilan Bapak/Ibu per-bulan sebelum dan sesudah menjalankan pekerjaan ini? Sekarang sebulan bisa nyampe Rp 5.000.000, emang sih ga nentu kadang tergantung dari seberapa dermawannya pelanggan 2. Apakah ada pekerjaan sampingan yang Bapak/Ibu jalani? Gak ada 3. Apakah kebutuhan pokok Bapak/Ibu terpenuhi? Terpenuhi buat ngebantu orang tua cukup lah 4. Dari hasil bekerja selama ini, apakah kebutuhan pendidikan putera/i Bapak/Ibu terpenuhi? Buat sekolahin ade sampe lulus SMK 5. Saat ini Bapak/Ibu tinggal masih mengontrak rumah atau sudah punya sendiri? Rumah orang tua, tapi udah punya sendiri 6. Dirumah Bapak/Ibu apakah terdapat fasilitas kebutuhan yang memadai? (TV, Kulkas, Motor, Mobil, dan lain-lain) Iya ada ko, tapi mobil gak ada 7. Jika Bapak/Ibu sakit kemana memeriksakan kesehatannya? Klinik aja 8. Apakah Bapak/Ibu pernah membantu ketika saudara/keluarga/orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan? Iya saya ngebantu keluarga yang utama, selagi bisa. Mudah-mudahan nanti pas udah berkeluarga sendiri masih tetep bisa bantu orang tua
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik A. Profil Responden dan Keterangan Waktu Nama : Hasan Jabatan : Ketua RT 003 Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja? Etos kerja ya semangat kerja, bagaimana cara seseorang dalam menjalankan usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja harus penuh tanggung jawab. Harus tekun dengan apa yang dijalani agar mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi? Masyarakat betawi itu biasanya disebut pribumi ya kalau disini. Masyarakat Betawi asli sini memang tinggal dilingkungan yang mayoritas masih keluarga. Rata-rata tinggal ditanah milik orang tua mereka. Sesuai dengan yang biasanya terkenal di masyarakat luas Betawi memang singkatan dari betah di wilayah. Jadi jarang ada orang Betawi asli yang merantau ke daerah lain. Tapi sejauh ini mereka selalu punya semangat buat bersaing dalam hal mata pencaharian dengan masyarakat pendatang. Sebagian besar masyarakat betawi disini sudah mengalami kemajuan yaitu bekerja sebagai karyawan swasta, ada peningkatan lah dari zaman dulu. Sekarang pendididikan pun sudah meningkat, beberapa ada yang berhasil menjadi sarjana dan sudah ada kemauan untuk sekolah sampai jenjang SMA. Kalau orang dulunya rata-rata semua cuma lulusan SD. 3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi? Lingkungan sosialnya baik, saling menghargai, dengan masyarakat pendatang pun hidup rukun ko. Tetapi sekarang ini kesadaran untuk bergotong royong sudah mulai sedikit luntur, mungkin karena kesibukan masing-masing warga yang berbeda. Namun saya berusaha untuk tetap mengagendakan kerja bakti untuk menumbuhkan rasa gotong royong. Tetapi kadang pada pelaksanaannya yang hadir dalam kerja bakti orangnya yang itu-itu lagi. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
Keadaan ekonomi masyarakat Betawi sini ya sedang-sedang aja. Ga tinggi, ga rendah juga. Masyarakat disini cenderung boros dan kalau kerja tuh bosenan mungkin karena kurang komitmen ya. Butuh kesadaran dari mereka untuk bekerja dengan niat yang kuat agar tidak mudah bosan, dan perlu kesadaran diri akan pentingnya menabung untuk masa depan atau hal-hal yang diluar dugaan. 5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi? Harapannya ya pasti semoga masyarakat selalu hidup sejahtera, terus meningkatkan kehidupan ke arah yang lebih baik lagi dalam segala hal. Baik ekonomi maupun bersosialisasi.
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik A. Profil Responden dan Keterangan Waktu Nama : Bahrudin Jabatan : Ketua RW 003 Tempat : Kediamannya
B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja? Keinginan, kemauan manusia untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup. Biasanya diwujudkan dengan sikap kerja yang tekun, penuh tanggung jawab. Kerja sebenarnya merupakan bagian dari ibadah. Agama lah yang melatarbelakangi sikap kerja. Maka sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan harus halal, agar hasil yang didapatkan pun penuh dengan keberkahan. 2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi? Mayoritas penduduk Pondok Cabe Udik adalah orang Betawi blasteran Cina yang memiliki rumah dengan tanah yang luas beserta kebunnya. Masyarakat Betawi pola pemikirannya saat ini sudah mulai berkembang, dulu yang diutamakan hanya soal mengisi perut, tetapi untuk urusan pendidikan di nomor duakan, pendidikan pada saat itu bukan lah suatu hal yang wajib dituntut setinggi mungkin. Pola pikir masyarakat Betawi masih mengandalkan penghasilan dari tanah yang mereka miliki, serta perkebunan. Bila mereka memiliki tanah luas, mereka sudah merasa aman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tidak wajib memiliki pendidikan tinggi. Tapi sekarang perlahan-lahan sudah mulai berubah, dan memang harus dirubah. Pendidikan harus nomor satu karena sangat menunjang untuk manusia kedepannya mencari suatu pekerjaan yang bisa menjamin kebutuhan hidup yang semakin meningkat. 3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi? Lingkungan sosial masyarakat Betawi saat ini sangat membaur dengan masyarakat lainnya. Perbedaan yang ada tidak menjadikan konflik diantara masyarakat. Rasa saling menghargai pun terlihat jelas. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi?
Untuk masalah ekonomi masyarakat Betawi cenderung stabil ko, sederhana aja. Ada beberapa memang tergolong kurang mampu tetapi masih memiliki pekerjaan. Setidaknya usaha mereka untuk meningkatkan status sosial ekonominya terlihat jelas. 5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi? Selalu terjalin kebersamaan, dalam menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan sejahtera. Selalu kompak dalam setiap kegiatan.
Pemerintah Daerah Pondok Cabe Udik A. Profil Responden dan Keterangan Waktu Nama : Herwan Rusbandi Jabatan : Staf Pemerintahan Tempat : Kantor Kelurahan
B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana persepsi anda tentang etos kerja? Etos kerja dilatar belakangi oleh budaya yang ada, etos kerja merupakan sikap yang dimiliki seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidpnya yang bersifat primer maupun sekunder. Motivasi yang dimiliki dalam bekerja harus tinggi, sebelum bekerja kita harus memiliki prinsip untuk menjalankan pekerjaan tersebut agar tidak mudah goyah dan menyerah. 2. Bagaimana persepsi anda mengenai masyarakat Betawi? Masyarakat Betawi merupakan masyarakat pribumi, tetapi masyarakat pribumi belum tentu semuanya Betawi. Masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang masih kental menanamkan nilai adat. Jarang dari mereka untuk mau tinggal terpisah dari orang tua, karena memang satu lingkup RT saja masih bisa bersaudara. Di tiap RW masyarakat Betawinya pun berbeda dari segi ekonomi dan gaya hidupnya. 3. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sosial masyarakat Betawi? Sejauh ini lingkungan sosial masyarakat Betawi cukup baik dan terkendali. Mereka hidup rukun diatas perbedaan. Bahkan percampuran budaya yang berbeda membuat kita jadi tahu banyak tentang budaya lain dan belajar untuk selalu menghargai orang lain. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai ekonomi masyarakat Betawi? Belum tercukupi ekonominya, sumber daya manusia yang cenderung banyak tidak sesuai dengan lahan mata pencaharian. Masyarakat dituntut harus selalu kreatid dan inovatif jika mau bertahan hidup di masa ini, karena persaingan dibidang mata pencaharian masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang sangat terlihat. Pekerjaan penduduk setempat rata – rata petani ladang, sawah, dan buruh, tetapi sekarang sudah banyak yang bekerja sebagai karyawan swasta. Pada zaman dulu tersebut daerah Pondok Cabe Udik sering disinggahi
orang - orang yang berasal dari daerah Bogor dan Sukabumi yang berjualan panci, dandang, dan kukusan. 5. Apa harapan anda untuk masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi? Tetap kompak didalam bermasyarakat, hidup dengan rukun satu sama lain, menghargai perbedaan dari segi etnis, agama, budaya.
Lampiran Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara pribadi dengan Bapak Herwan selaku staf pemerintahan Kelurahan Pondok Cabe Udik
Gambar 2. Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin selaku Ketua RW 003
Gambar 3. Wawancara pribadi dengan Bapak Hasan selaku Ketua RT 003
Gambar 4. Wawancara pribadi dengan Bapak Amsar
Gambar 5. Wawancara pribadi dengan Ibu Armah
Gambar 6. Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian
Gambar 7. Wawancara pribadi dengan Ibu Yunih
Gambar 8. suasana warung Ibu Yunih
Gambar 9. Wawancara pribadi dengan Bapak Babas
Gambar 10. suasana rumah Bapak Babas sebagai tempat praktek
Gambar 11. Wawancara pribadi dengan Bapak Simin
Gambar 12. suasana pangkalan ojek tempat Bapak Simin menunggu penumpang
Gambar 13. Wawancara pribadi dengan Bapak Dalih
Gambar 14. Saya diberikan kesempatan untuk mencoba bermain golf
Gambar 15. Ina Rosita di PT. Dream Ware
Gambar 16. Pintu masuk PT. Dream Ware
Gambar 17. Wawancara pribadi dengan Bapak Narin
Gambar 18. suasana pos tempat Bapak Narin bekerja
Gambar 19. Rumah Ibadah Umat Khonghucu yang berada di jalan Kemiri
Gambar 20. Lokasi jalan Kemiri
Gambar 21. Bapak Sudirman sesepuh Pondok Cabe Udik
DATA RESPONDEN
1. Nama Jabatan Tempat
: Herwan Rusbandi : Staf Pemerintahan Kelurahan Pondok Cabe Udik : Jl. Kayu Putih RT/RW 004/001
2. Nama Jabatan Tempat
: Bahrudin : Ketua RW 003 : Jl. Kemiri II RT/RW 004/003
3. Nama Jabatan Tempat
: Hasan : Ketua RT 003 : Jl. Kemiri (Gg. Kembut) RT/RW 003/003
4. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Amsar : 25 tahun : Islam : SD : Karyawan Swasta (PT. Bina Karya Alumunium)
5. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Armah : 50 tahun : Islam : SD : Pembantu Rumah Tangga (PRT)
6. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Ahmad Alfian : 30 tahun : Islam : D3 : Polisi
7. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Yunih : 45 tahun : Islam : SD : Pedagang
8. Nama
: Babas
Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: 52 tahun : Islam : SMP : Jasa Pengobatan Alternatif
9. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Dalih : 34 tahun : Islam : SMP : Karyawan Swasta (Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
10. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Ina Rosita : 23 tahun : Islam : SD : Karyawan Swasta (PT. Dream Ware)
11. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Narin : 38 tahun : Islam : SD : Satpam (Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf)
12. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Simin : 42 tahun : Islam : SD : Ojek
13. Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: Uka : 29 tahun : Islam : SMP : Montir