ESTIMASI DAYA DUKUNG REKREASI UNTUK PENGELOLAAN WISATA PANTAI TANJUNG BIRA KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
MARYONO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Daya Dukung Rekreasi untuk Pengelolaan Wisata Pantai Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2017 Maryono NIM C252140191
RINGKASAN MARYONO. Estimasi Daya Dukung Rekreasi untuk Pengelolaan Wisata Pantai Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh HEFNI EFFENDI dan MAJARIANA KRISANTI. Perubahan pengelolaan Kawasan Wisata Tanjung Bira dari masyarakat lokal kepada Pemerintah Kabupaten Bulukumba telah mengakibatkan terjadinya peningkatan pengunjung dari tahun ke tahun. Kondisi ini berpotensi kepada berkurangnya kualitas berwisata, khususnya kenyamanan bagi para pengunjung dan kerusakan ekosistem di kawasan wisata tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai daya dukung pantai baik secara fisik-ekologi dan sosial-budaya untuk pengembangan pengelolaan wisata Pantai Tanjung Bira Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016 di Pantai Tanjung Bira. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan survei kuesioner kepada 311 responden secara acak dengan kriteria umur 17 tahun ke atas. Penentuan luas penggunaan ruang dilakukan dengan mengamati waktu kedatangan dan kepulangan wisatawan, jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, jumlah orang pada setiap kegiatan, pengukuran luas area yang digunakan, kemudian dipetakan ke dalam peta wilayah pantai. Pengamatan tersebut dilakukan pada 3 periode pembagian waktu yaitu, Periode I pukul 07:00 sampai 10:00, Periode II pukul 10:00 sampai 14:00, Periode III pukul 14:00 sampai 17:00. Pengamatan kegiatan wisatawan (responden) selama 30 hari pada hari biasa (low visit) dengan dua hari pengamatan setiap pekan, pada hari sabtu (condensed visit) dan pada hari minggu yang menjadi titik puncak kunjungan wisatawan (peak visit). Analisis data daya dukung fisik-ekologi dilakukan dengan Physical Carrying Capacity (PCC), Real Carrying Capacity (RCC) dan Effective Carrying Capacity (ECC). Analisis data daya dukung sosialbudaya dilakukan dengan Customer Satisfaction Index (CSI) dan Importanceperformance Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi utama responden berkunjung ke wisata Tanjung Bira adalah rekreasi. Partisipasi responden didominasi oleh kegiatan rekreasi air. Terdapat 7 jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh pengguna pantai, yaitu berfoto, duduk santai, olahraga pantai, berjemur, bermain pasir, berjalan di pantai dan berenang. Total luas penggunaan ruang oleh pengguna pantai adalah 18.67 m2 per orang. Jumlah pengunjung terbanyak pada hari minggu (peak visit) dalam satu hari ialah kurang lebih 3 000 orang. Pengunjung secara bersamaan ke pantai pada waktu yang sama akan melebihi batas maksimum Physical Carrying Capacity (PCC) yang dapat ditampung kawasan pantai adalah 2 257 pengguna pantai per hari. Perubahan orientasi Mass Tourism ke Ecotourism dengan menerapkan nilai Real Carrying Capacity (RCC) adalah 202 pengguna pantai per hari dan nilai Effective Carrying Capacity (ECC) adalah 117 pengguna pantai per hari. Penambahan objek wisata di lokasi lain menjadi solusi untuk membatasi pengunjung berkumpul pada satu lokasi. Kata kunci: daya dukung, Pantai Tanjung Bira, fisik-ekologi, sosial-budaya
SUMMARY MARYONO. Recreation Carrying Capacity Estimation for Tourism Management of Tanjung Bira Beach Bulukumba Regency South Sulawesi Province. Supervised by HEFNI EFFENDI and MAJARIANA KRISANTI. Changes in the tourism management of Tanjung Bira Beach from the local community to the Bulukumba government has resulted in visitors increased in every year. This condition is potential to reduce the travelling quality, especially comfortable of visitors and ecosystem damage in tourist areas. The purpose of this study is to analyse the value of beach carrying capacity, both physically-ecological and socio-cultural for development of tourism management in Tanjung Bira beach, Bantaeng Regency, South Sulawesi Province. Data were collected from April to May 2016 at Tanjung Bira beach. This research used questionnaires survey distributed to 311 random respondents that have over 17 years old. Determination of extensive spatial uses was performed by observed the tourist arrival and departure, activities type, activities frequency, the number of people in each activity and measurement the use area, then mapped into coastal map. These observations were conducted in three time periods: Period I, 07:00 to 10:00, Period II 10:00 to 14:00, Period III 14:00 to 17:00. Tourists or respondents activity observation were conducted for 30 days on the weekday (low visit) with two days of each week, on Saturday (condensed visit), and on Sunday as the most visited tourist (peak visit). Data Analysis of the physical-ecological carrying capacity was performed using Physical Carrying Capacity (PCC), Real Carrying Capacity (RCC) and Effective Carrying Capacity (ECC). Data Analysis of social-cultural carrying capacity was performed using Customer Service Index (CSI) and Importance-Performance Analysis (IPA). The results showed that the main motivation of respondents to visit tourism Tanjung Bira Beach are recreation. Participation of respondents dominated by recreational water activities. There are seven types of activities that are often carried out by the beach user such as, take pictures, sit back, beach sports, sunbathe, play sand, walk on the beach and swim. Total extensive spatial uses by beach users were 18.67 m2 per people. The maximum visitors on Sunday (peak visit) reach more than 3 000 people per day. The visitors simultaneously to the beach at the same time will result in the exceed maximum value of Physical Carrying Capacity (PCC) that could accommodate in beach area was 2 257 people per day. Changes in orientation from Mass Tourism to Ecotourism by applying the value of Real Carrying Capacity (RCC) was 202 beach users per day and the value of Effective Carrying Capacity (ECC) was 117 beach users per day. The addition of tourist attracttions in another location could be a solution to limiting the visitors to gathering in one location. Key words: carrying capacity, Tanjung Bira beach, physical-ecological, socialcultural
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ESTIMASI DAYA DUKUNG REKREASI UNTUK PENGELOLAAN WISATA PANTAI TANJUNG BIRA KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
MARYONO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini ialah daya dukung, dengan judul Estimasi Daya Dukung Rekreasi untuk Pengelolaan Wisata Pantai Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana IPB. 2. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Afirmasi Bidikmisi selaku sponsor dana pendidikan (beasiswa). 3. Bapak Dr Ir Hefni Effendi, MPhil dan Ibu Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku pembimbing, atas bantuan dan arahan dalam penelitian dan penyusunan laporan tesis. 4. Bapak Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku penguji telah memberikan saran dan masukan. 5. Bapak Zulhamsyah Imran, PhD selaku moderator mewakili program studi telah memberikan banyak masukan dan saran. 6. Bapak Dwi Yoga Primartono, SSi dari Badan Meteorologi dan Geofisika beserta staf Stasiun Klimatologi Klas 1 Maros. 7. Bapak Djunaidi Abdillah, SE MSi selaku kepala dinas beserta staf pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba. 8. Ibu Andi Basse Tawila selaku Lurah Bontobahari. 9. Ibu Andi Nurwahidah selaku kepala Desa Bira. 10. Bapak Yusri beserta keluarga. 11. Terkhusus kepada Akbar Nasir SPi, Jirana SPi, Yusrifaat Amran SPi, Rasdiana Sinala SPi dan Taufiq Hidayat SPi yang telah membantu penulis selama penelitian. 12. Kepada teman-teman SPL angkatan 2014 atas kerjasama dan dukungannya. 13. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2017 Maryono
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 3 4 4 4
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Metode Pengambilan Data Jenis dan Sumber Data Analisis Data Analisis Daya Dukung Fisik-Ekologi Analisis Daya Dukung Sosial-Budaya
4 4 5 6 6 6 8
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Jumlah Wisatawan Pola Keluar-masuk Wisatawan Karakteristik Responden Motivasi Responden Partisipasi Wisatawan Daya Dukung Fisik-Ekologi Luas Pengguna Ruang Pengguna Pantai Faktor Rotasi Luas Efektif Pantai Tanjung Bira Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity/PCC) Faktor Koreksi (Cf) Daya Dukung Riil (Real Carrying Capacity/RCC) Daya Dukung Efektif (Effective Carrying Capacity/ECC) Daya Dukung Sosial-Budaya Indeks Kepuasan Pengunjung (Costumer Satisfaction Index/CSI) Importance-performance Analysis (IPA) Pembahasan
9 9 10 10 12 13 14 14 14 22 22 22 22 23 23 24 24 26 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
28 28 28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
41
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah wisatawan lokal dan mancanegara Komponen dan teknik pengambilan data primer Komponen dan sumber data sekunder Motivasi dalam mengunjungi Pantai Tanjung Bira Luas penggunaan ruang pengguna pantai untuk kegiatan berfoto Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan duduk santai Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan olahraga pantai Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berjemur Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan bermain pasir Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berjalan di pantai Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berenang Luas penggunaan ruang per pengguna pantai Indeks kepuasan pengunjung berdasarkan gender, pendidikan, kelompok usia dan pekerjaan Indeks kepuasan pengunjung Pantai Tanjung Bira
2 6 6 13 15 16 17 18 19 20 21 21 24 25
DAFTAR GAMBAR 1 Alur perumusan masalah penelitian estimasi daya dukung rekreasi untuk 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
pengelolaan wisata Pantai Tanjung Bira Peta lokasi penelitian Persentase penutupan luas terumbu karang Tanjung Bira (a) Pulau Liukang Loe (b) Jumlah total wisatawan lokal yang berkunjung ke Pantai Tanjung Bira Jumlah total wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pantai Tanjung Bira Pola keluar-masuk pengunjung pada hari biasa Pola keluar-masuk pengunjung pada hari sabtu Pola keluar-masuk pengunjung pada hari minggu Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (a) kelompok usia (b) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tingkat partisipasi wisatawan di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira Matriks Importance-performance di Pantai Tanjung Bira
3 5 9 10 10 11 11 12 12 12 13 14 26
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuesioner penelitian Kondisi pantai per periode Karakteristik responden Persentase kepuasaan (a) kepentingan (b) dengan kondisi dan fasilitas di Pantai Tanjung Bira
34 37 38 40
PENDAHULUAN Latar Belakang Awalnya paradigma pariwisata internasional hanya mempertimbangkan dan memperhatikan banyaknya jumlah wisatawan, kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Paradigma tersebut telah berubah menjadi pariwisata yang mengedepankan faktor lingkungan dan sosial budaya sebagai daya tarik utama. Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata merupakan fenomena yang kompleks dan memerlukan pendekatan studi dari berbagai disiplin ilmu (Jurado et al. 2012). Beberapa penulis telah menggambarkan evolusi pengembangan pariwisata. Jafari (2003) menjelaskan empat platform (advocacy, cautionnary, adaptancy, knowledge-based) yang digunakan untuk mempelajari dan memahami pariwisata. Platform kelima ialah berkelanjutan merupakan representasi pariwisata berdasarkan nilai dari objek yang diberikan kepada pengunjung. Macbeth (2005) menambahkan satu platform, yaitu etika. Platform ini diusulkan dengan latar belakang etika lingkungan dan ekonomi politik global. Pariwisata berbasis alam yang dikelola oleh masyarakat adat tidak hanya menghasilkan sumberdaya alam dari konservasi juga meningkatkan pembangunan (Coria dan Calfucura 2012). Salah satu jenis pariwisata berbasis alam ialah Ekowisata. Ecotourism (‘eco’ ialah ekologi, ‘tourism’ ialah wisata) jenis pariwisata yang dibuat berdasarkan sejarah alam suatu daerah seperti, aspek budaya, lingkungan dan petualangan yang tak ternilai (Fennel 2009). Menurut Brooks et al. (2006) ekowisata telah diterapkan banyak negara berkembang terutama yang memiliki spesies langka dan terancam punah di dunia. Ekowisata tidak hanya menjadi tantangan antara peneliti dan organisasi internasional, tetapi juga masalah di tingkat masyarakat, pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat lokal, merangsang pembangunan daerah dan menciptakan peluang untuk masyarakat lokal (Cobbinah 2015). Keberlanjutan suatu ekowisata tergantung pada hubungan antara pariwisata dan lingkungan sehingga manajemen yang cocok untuk pengembangan ekowisata adalah melestarikan dan menjaga kekayaan hayati daerah serta meningkatkan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat setempat (Bunruamkaew dan Murayama 2011). Pantai memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai pariwisata sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan terhadap pendapatan nasional dari berbagai negara (Das dan Chatterjee 2015) karena perkembangan pariwisata secara keseluruhan mengarahkan orang ke pantai untuk menikmati alam, rekreasi, menjauh dari keramaian kota dan untuk relaksasi (Vaz et al. 2009). Contoh negara yang memanfaatkan pantai sebagai objek wisata, seperti di Pantai Miami Florida bernilai 2.4 miliar dollar amerika per tahun dan secara keseluruhan dari sektor pariwisata menyumbang ke negara sebesar 65 miliar dollar amerika dalam valuta asing (Houston 2002); wisata pantai di Barbados menghasilkan lebih dari 13 juta dollar amerika serikat untuk perekonomian lokal (Dharmaratne & Braithwaite 1998); dan di Kabupaten Bulukumba (Indonesia) peningkatan pendapatan daerah dari pariwisata pantai sebesar Rp165 300 000 tahun 2009, Rp190 400 000 tahun 2010, Rp224 500 000 tahun 2011 dan Rp230 000 000 tahun 2012 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba 2012). Angka-angka ini menjadi dasar untuk
2 konservasi dan manajemen pantai sebagai prioritas utama karena sekitar 40% dari populasi manusia hidup di pantai atau di dekat pantai dapat memberikan tekanan atau dampak negatif secara fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan budaya masyarakat asli (Zacarias et al. 2011). Pengelolaan pesisir tidak hanya soal pengelolaan sumberdaya tetapi juga pengelolaan masyarakat baik dari aktivitas dan pelestarian daerah pesisir. Konsep daya dukung menjadi alternatif pengelolaan pesisir yang didefinisikan sebagai jumlah maksimum wisatawan dalam suatu area yang dapat diakomodasi tanpa merusak lingkungan atau menurunkan kepuasan pengunjung (Chung 1988; Davis dan Tisdell 1996; Liu 2003). Selain itu, Segrado et al. (2008) menunjukkan bahwa konsep daya dukung dapat menguraikan berbagai faktor yang membatasi partumbuhan pariwisata, konsep daya dukung juga dapat sebagai pengganti alat untuk mengelola arus pariwisata menjadi sebuah tujuan. Sementara itu Bonilla dan Bonilla (2009) menunjukkan bahwa konsep ini harus dilihat secara positif dan dinamis dengan memperhatikan ruang temporal sebagai dasar dalam penerapan prinsip manajemen pantai berkelanjutan. Penerapan perencanaan dan pengelolaan yang optimal dan efektif, dibutuhkan konsep daya dukung ekowisata untuk menyediakan kondisi biofisik dan sosial yang diinginkan (Sayan dan Atik 2011). Salah satu konsepnya menurut Simon et al. (2004) dengan metode konten analisis untuk menginterview pelaku kunci dan metode Limit of Acceptable Change (LAC) sebagai metode yang digunakannya dalam menghitung daya dukung dengan indikator lingkungan (luas, tapak, ukuran sampah, tingkat kebisingan, kualitas air, tingkat sedimentasi, jumlah wisatawan) dan indikator rekreasi (pendapatan destinasi, share pengangkatan pegawai untuk keperluan wisata, tingkat kepuasan wisatawan, tingkat kenyamanan, jumlah komplain, yang ditangani) yang diambil menggunakan kuesioner pada pelaku utama. Pembangunan dengan menghitung daya dukung dapat membantu pengelolaan dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan rekreasi (Silva 2002). Hambatannya ialah bagaimana mengintegrasikan pemangku kepentingan dalam memanfaatkan zona pesisir dalam proses perencanaan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya (Kanji 2006) dalam hal ini hubungan antara pelaku ekowisata dengan lingkungan harus tercipta manajemen yang cocok (Bunruamkaew dan Murayama 2011). Pantai Tanjung Bira menjadi pusat pariwisata di Kabupaten Bulukumba. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah wisatawan tiap tahun (Tabel 1) yang dapat mengancam kenyamanan berwisata. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menghitung daya dukung Pantai Tanjung Bira baik secara fisik-ekologi dan secara sosial-budaya. Tabel 1 Jumlah wisatawan lokal dan mancanegara Wisatawan Jumlah Mancanegara Nusantara 2011 2 500 87 000 89 500 2012 2 940 98 030 100 970 2013 3 425 115 343 118 768 2014 4 120 137 087 141 207 2015 3 680 156 770 160 450 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bulukumba 2015 Tahun
3 Perumusan Masalah Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu pembanguan ekowisata yang tidak hanya berbasis ekonomi, tetapi berbasis ekologi dan sosial. Pariwisata menjadi salah satu sektor perekonomian andalan di berbagai negara, terutama yang dianugerahi kondisi lingkungan alam yang indah. Pariwisata memberikan dampak negatif dan positif bagi lingkungan dan sosial budaya masyarakat di lokasi pariwisata tersebut. Paradigma pembangunan masa lalu hanya berorientasi pada ekonomi sehingga kerusakan ekosistem tidak dapat dihindarkan. Paradigma pembangunan masa kini sudah berubah dari pariwisata konvensional menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Tujuan dari pembangunan kawasan wisata Pantai Tanjung Bira cenderung mengabaikan kelestarian sumberdaya alam dengan membuat banyak penginapan mewah sehingga daya dukung fisik, sosial-ekonomi dan budaya tidak diperhitungkan sama sekali. Padahal, kepuasan wisatawan sangat bergantung pada sumberdaya alam yang dijadikan objek wisata. Jasa dan pelayanan dari sebuah wisata menjadi salah satu faktor penting dalam keberlanjutan wisata tersebut. Salah satu kawasan yang banyak dieksplorasi ialah kawasan pesisir. Pengelolaan pariwisata pesisir tidak hanya soal pengelolaan umum dan khusus, tetapi persepsi dan sikap masyarakat dalam berkontribusi untuk keberlanjutan jangka panjang. Para ahli mengatakan bahwa daya dukung bersifat dinamis dan site specific, maka akan saling berbeda di setiap area, karena bergantung pada kondisi ekologi, fisik, sosial, budaya dan kondisi psikologis dari wisatawan, serta waktu terjadinya. Waktu terjadinya berkaitan dengan aspek seasonality wisata yaitu mengamati jumlah wisatawan dengan membedakan tipe hari (low, condensed dan peak visit) serta per periode waktu per harinya. Oleh karena itu, perlu diketahui daya dukung ruang rekreasi Pantai Tanjung Bira melalui pendekatan secara fisik-ekologis dan sosial-budaya dengan analisis yang digunakan ialah daya dukung fisik atau Physical Carrying Capacity (PCC), daya dukung riil atau Real Carrying Capacity (RCC) dan daya dukung efektif atau Effective Carrying Capacity (ECC). Alur perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Faktor Fisik-Ekologi - Curah Hujan - Abrasi Pantai - Kecepatan Angin - Sinar Matahari - Penutupan sementara Faktor Sosial-Budaya - Karakteristik - Persepsi - Motivasi - Jumlah pengunjung - Jenis aktivitas - Luas penggunaan ruang - Pola keluar-masuk
Input
_
Daya Dukung Rekreasi
Proses
+
Daya dukung kawasan untuk pengelolaan wisata Pantai Tanjung Bira
Output
Gambar 1 Alur perumusan masalah penelitian estimasi daya dukung rekreasi untuk pengelolaan wisata Pantai Tanjung Bira
4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis nilai daya dukung kawasan pantai baik secara fisik-ekologi dan sosial-budaya untuk pengembangan dan pengelolaan wisata Pantai Tanjung Bira. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata di Pantai Tanjung Bira secara berkelanjutan, sehingga terbangun kepuasan dan kenyamanan dari wisatawan dan tidak mengurangi fungsi ekosistem sebagaimana mestinya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada ruang lingkup pengelolaan Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira dan perilaku wisatawan yang ada di dalam lokasi, sebagai berikut: 1. Luas area Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira yang dimanfaatkan oleh wisatawan untuk rekreasi, yaitu 23 050 m2. 2. Wisatawan yang beraktivitas di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira. 3. Pemerintah daerah setempat, pengelola kawasan, serta masyarakat lokal yang memiliki usaha di dalam Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba berdasarkan definisi dari UU No. 27 Tahun 2007 terdiri atas 7 kecamatan yang dibagi atas bagian selatan dan bagian timur yaitu di bagian selatan meliputi kecamatan Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, dan Bontobahari sedangkan bagian timur meliputi kecamatan Bontotiro, Herlang dan Kajang. Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan pulau Sulawesi dan berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibu kota Makassar. Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira menjadi pusat wisata dan yang paling banyak dikunjungi jika dibandingkan dengan beberapa kawasan wisata lainnya, seperti: Bukit Pua Janggo, Makam Dato Tiro, Permandian Hila-hila, Pantai Lolisang, Pantai Samboang dan Tebing Appalarang. Kawasan wisata ini berjarak kurang lebih 40 km dari pusat kota Kabupaten Bulukumba. Secara geografis Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira terletak di antara 5°36'38.35-5°36'57.44 LS dan 120°27'17.93-120°49'84.15 BT tepatnya di Desa Bira, kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 2). Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016, dalam beberapa tahap yaitu: survei awal, pengumpulan data primer dan analisis data dan penulisan laporan.
5
Gambar 2 Peta lokasi penelitian Metode Pengambilan Data Pengambilan data curah hujan, abrasi pantai, kecepatan angin, tidak adanya sinar matahari, penutupan sementara tempat wisata diperoleh dari studi pustaka di dinas terkait dan observasi lapang. Data kondisi lingkungan dan kualitas perairan diperoleh dari studi pustaka. Pengamatan jumlah wisatawan keluar dan masuk dilakukan pada satu titik di pintu masuk utama. Penentuan luas penggunaan ruang wisata dilakukan dengan mengamati waktu kedatangan dan kepulangan wisatawan, melihat jenis kegiatan yang dilakukan di pantai, frekuensi kegiatan pengguna pantai, jumlah pengguna pantai (grup atau individu), mengukur luas area yang digunakan pengguna pantai kemudian dipetakan dalam peta wilayah pantai (Utari 2014; Nurazizah 2014). Data yang didapatkan kemudian ditabulasi pada Microsoft Excel, dengan menggunakan Trendline Power untuk melihat kecenderungan luas penggunaan ruang sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut: y = axb Keterangan: y = penggunaan ruang x = rata-rata jumlah orang/periode a = hasil perhitungan dari Trendline Power b = hasil perhitungan dari Trendline Power Kegiatan wawancara dilakukan dengan menyebarkan kuesioner close-ended (Lampiran 1). Responden dipilih secara acak (random sampling) dengan kriteria umur 17 tahun ke atas. Pengamatan dilakukan selama jam buka operasional pada siang hari yang sebagian besar wisatawan melakukan aktivitasnya. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan pada 3 periode pembagian waktu yaitu, Periode I
6 pukul 07:00 sampai 10:00, Periode II pukul 10:00 sampai 14:00, Periode III pukul 14:00 sampai 17:00 (Lampiran 2). Pengamatan wisatawan atau responden dilakukan pada tipe hari biasa (low visit) dengan dua hari pengamatan setiap pekan, dan weekend yaitu sabtu (condensed visit) dan minggu yang umumnya menjadi titik puncak kunjungan wisatawan (peak visit) selama 30 hari. Jumlah responden per periode waktu kunjungan mengacu pada saran Roscoe (1982) in Sugiyono (2012) yang menyatakan jika sampel dibagi menjadi kategori, maka jumlah sampel setiap kategori 30 responden. Jadi, total responden yang diambil minimal 270 orang (30 orang x 3 periode x 3 tipe hari kunjungan). Jenis dan Sumber Data Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui metode survei, observasi dan wawancara. Komponen data primer dan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komponen dan teknik pengambilan data primer Komponen data Kondisi lokasi penelitian Luasan penggunaan ruang untuk aktivitas Pola keluar masuk wisatawan Jenis aktivitas Jumlah pengunjung Lama penggunaan waktu untuk setiap aktivitas Karakteristik Motivasi Persepsi Fasilitas
Teknik pengumpulan data Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi pustaka beberapa literatur, laporan dan publikasi dinas terkait dengan penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komponen dan sumber data sekunder Komponen Data Curah hujan Abrasi pantai Kecepatan angin Sinar matahari Penutupan sementara
Sumber Data BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Google earth ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Pengelola kawasan wisata Analisis Data
Analisis Daya Dukung Fisik-Ekologi Daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity/PCC) adalah batas maksimum kunjungan yang dapat ditampung oleh suatu kawasan pada ruang dan waktu
7 tertentu. Perhitungan PCC berdasarkan pada beberapa kriteria dan asumsi dasar. Secara umum diperkirakan satu orang biasanya membutuhkan 1 m2 ruang untuk bergerak bebas, luas area yang tersedia ditentukan oleh kondisi kawasan, bahkan untuk kawasan terbuka, area tersebut dibatasi oleh faktor fisik (batu, celah, lembah dan lainnya) dan dalam kasus keterbatasan ruang gerak/area jalan dengan jarak antar kelompok satu dengan yang lainnya (Cifuentes 1992). Teori ini dikembangkan oleh Cifuentes (1992), kemudian diterapkan oleh beberapa penulis (Amador et al. 1996; Munar 2002; Segrado et al. 2008; Zacarias et al. 2011) bahwa untuk menetapkan jumlah maksimum kunjungan (wisatawan) secara luas berdasarkan pada fisik, biologis dan kondisi pengelolaan daerah. Selain itu, untuk menerapkan metode ini, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ialah arus wisata, ukuran daerah (luas wilayah), serta ruang optimal yang tersedia untuk setiap wisatawan agar dapat bergerak bebas (Cifuentes 1992). Berdasarkan uraian di atas formula untuk menghitung analisis daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity /PCC) yang mengacu pada Cifuentes (1992) sebagai berikut: 𝐴
PCC = 𝐴 × Rf 𝑢
Keterangan: PCC A Au Rf
: daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity) : luas efektif yang tersedia untuk pemanfaatan umum : area yang dibutuhkan untuk satu pengguna per m². : faktor rotasi, merupakan jumlah kunjungan harian yang diperbolehkan ke suatu lokasi (waktu buka/rata-rata waktu yang dibutuhkan). Daya dukung riil atau sebenarnya (Real Carrying Capacity/RCC) menurut Cifuentes (1992) adalah batas maksimum kunjungan, ditentukan dari PCC sebuah kawasan. Berikut formula perhitungannya: RCC = PCC × Cf1 × Cf2 × …. Cfn Keterangan: RCC Cf1 ×… Cfn
: daya dukung riil/Real Carrying Capacity : faktor koreksi
Faktor koreksi (Cf) yang digunakan dapat diperoleh dengan mempertimbangkan variabel biofisik, lingkungan, ekologi, sosial dan manajemen. Ada 5 faktor koreksi yang diduplikasi dari Zacarias et al. (2011) ialah curah hujan, kecepatan angin, sinar matahari (tidak bersinarnya matahari), abrasi pantai dan penutupan sementara. Semua dipilih karena membatasi kegiatan pariwisata, pemakaian fasilitas dan memungkinkan pengukuran tingkat keberlanjutan dari tujuan wisata tersebut. Pada umumnya faktor koreksi yang penting dalam suatu pariwisata ialah sinar matahari, curah hujan, kredibilitas, aksesibilitas, gangguan satwa liar, penutupan sementara (Cifuentes 1992; Cifuentes et al. 1999). Berdasarkan uraian di atas formula untuk faktor koreksi diukur dalam bentuk presentase dengan persamaan (Cifuentes 1992): Cfx = 1 − Keterangan: Cfx 𝐿𝑚𝑥
𝐿𝑚𝑥 𝑇𝑚𝑥
× 100
: Faktor Koreksi (%) : Mangnitude limitation/pembatas ukuran variabel (selisih antara
8
𝑇𝑚𝑥
kondisi lapangan dengan ukuran ideal) : Magnitude total/jumlah ukuran variabel (ukuran ideal)
Daya dukung efektif (ECC) adalah jumlah maksimum kunjungan yang mampu ditampung kawasan sehingga mampu untuk memilah dan mengelola kawasan tersebut. ECC diperoleh dari hasil kombinasi daya dukung fisik (PCC) dengan kapasitas manajemen (MC) didefinisikan sebagai jumlah dari kondisi administrasi daerah yang dilindungi sehingga diperlukan kekuasaan sepenuhnya untuk melaksanakan fungsi dan tujuannya. Pengukuran MC bukanlah tugas yang mudah, karena intervensi variabel seperti dukungan hukum, politik, peralatan, staf, pendanaan, infrastruktur dan fasilitas yang tersedia. Beberapa variabel tersebut tidak dapat diukur, pendekatan yang dapat diterima dari MC seperti pegawai/staf, peralatan, infrastruktur, fasilitas, dan dana (Cifuentes 1992). Dalam hal ini, terdapat 21 indikator atau atribut yang telah dimodifikasi dari Zacarias et al. (2011) untuk pengukuran nilai MC dengan menggunakan analisis Indeks Kepuasan Pengunjung (IKP) dihitung dengan rumus (Bhote 1996) dan persamaan dari daya dukung efektif (ECC): IKP = Keterangan: T Y 5
𝑇 5𝑥𝑌
x 100
= Skor total perkalian rata-rata kepuasan (X) dan rata-rata Y = Skor total rata-rata kepentingan (Y) = Nilai maksimum pada skala kuesioner
Setelah perhitungan Indeks Kepuasan Pengunjung dicocokan dengan Kriteria Interpretasi Skor Riduwan (2009): Angka 0% - 20% = Sangat Tidak Puas Angka 21% - 40% = Tidak Puas Angka 41% - 60% = Cukup Puas Angka 61% - 80% = Puas Angka 81% - 100% = Sangat Puas ECC = RCC × MC Keterangan: ECC RCC MC
: daya dukung efektif (Effective Carrying Capacity) : daya dukung riil (Real Carrying Capacity) : kapasitas manajemen (Management Capacity)
Analisis Daya Dukung Sosial-Budaya Tingkat kepuasan wisatawan dianalisis dari data kuesioner persepsi dan kepentingan. Penilaian kualitatif merupakan salah satu struktur nilai yang mudah dan umum digunakan dengan sistem skoring tetapi dalam penggunaannya sering dijumpai kesalahan dan kelemahan berupa inkonsistensi struktur skor dan kelemahan penetapan indikator setiap satuan skor. Salah satu cara untuk mengeleminasi hal tersebut dengan menggunakan Skala Likert yang diubah menjadi sistem skoring yang terstruktur dengan pemberian skor 1 sampai 5. Perhitungan indeks kepuasan pengunjung dengan pendekatan multiple satisfaction (Hendee 1974). Artinya, para pengguna pantai diminta untuk memberikan nilai kepuasan dan kepentingan sesuai kondisi yang ada berdasarkan 21 indikator atau atribut yang telah dimodifikasi dari
9 Zacarias et al. (2011) dengan skala 5 (1= paling buruk dan 5= paling baik). Menilai dan mengambil keputusan manajemen yang tepat digunakan Importanceperformance Analysis (IPA), yaitu menggunakan Skala Likert yang diubah menjadi sistem skoring terstruktur dengan pemberian skor 1 sampai dengan 5, kemudian dikonversi ke nilai -2 sampai 2 sesuai dengan Manning (1999); Needham et al. (2008) dan Zacarias et al. (2011). Nilai masing-masing diplot dengan indeks kepentingan pada sumbu y dan indeks persepsi atau kepuasan pada sumbu x agar dapat direpresentasikan ke dalam 4 diagram: A (Concentrate here), B (Keep up the good work), C (low priority), D (possible overkill) seperti yang disarankan oleh Hollenhorst et al. (1992); Siegenthaler (1994); Slack (1994); Chu & Choi (2000); Needham et al. (2008) dan Zacarias et al. (2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Secara ekologi, Pantai Tanjung Bira memiliki panjang pantai 3.1 km dengan hamparan pasir putih yang datar dengan sedimen biogenous berasal dari sisa-sisa rangka organisme laut seperti patahan karang, cangkang hewan dan lainnya. Organisme tersebut hancur secara alami maupun sengaja kemudian terbawa arus ke daratan sehingga terbentuk pasir putih. Pantai ini juga memiliki lebar kurang lebih 5 meter, kedalaman pantai berkisar 1 sampai 2 meter, kemiringan pantai tidak lebih dari 2.50, tingkat kecerahan air mencapai 100%, kecepatan arus berkisar 0.15 m s-1, kecepatan angin berkisar 5 m s-1 (Putera et al. 2013), hamparan pasir putih dengan substrat yang halus, serta tidak terdapat biota laut yang berbahaya kecuali Diadema setosum. Berdasarkan data dari Dinas Kelauatan Perikanan (2010), persentase penutupan karang di Pantai Tanjung Bira terdiri dari karang mati 38% dan karang hidup 38% (Gambar 3a) sedangkan di pulau Liukang Loe persentase karang hidup masih tinggi 68% dan karang mati 16% (Gambar 3b). Luas terumbu karang di Pantai Tanjung Bira mulai rusak akibat kegiatan wisatawan yang menginjak sehingga terjadi patahan pada terumbu karang. Menurut Barker dan Roberts (2005) tidak cukup hanya briefing sebelum menyelam atau snorkeling, tetapi perlu dilakukan pengawasan yang ketat, dan leader para penyelam atau leader dalam kegiatan snorkling harus mengawasi perilaku wisatawan secara langsung. a Substrat 18% Karang mati 38% Non-Karang 6% Karang hidup 38% b
Substrat Karang mati Non-Karang Karang hidup
14% 2%
16% 68%
Gambar 3 Persentase penutupan luas terumbu karang Pantai Tanjung Bira (a) pulau Liukang Loe (b)
10 Jumlah Wisatawan
Jumlah Wisatawan (1000 orang)
Peningkatan jumlah wisatawan lokal di Pantai Tanjung Bira dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cukup signifikan (Gambar 4). Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba (2015) peningkatan terbesar pada tahun 2014 sampai 2015 (26.26%) dengan rata-rata peningkatan dari tahun 2011 sampai 2015 sekitar 2.9%. 200 150 100 50 0 2011
2012
2013
2014
2015
Tahun Gambar 4 Jumlah total wisatawan lokal yang berkunjung ke Pantai Tanjung Bira
Jumlah Wisatawan (1000 orang)
Jumlah wisatawan mancanegara juga mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2012 sampai 2013 sekitar 4.7% dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya sekitar 1.7%. Pada tahun 2014 sampai 2015 mengalami penurunan sekitar 2.6% (Gambar 5). 5 4 3 2 1 0 2011
2012
2013 2014 2015 Tahun Gambar 5 Jumlah total wisatawan mancanegara berkunjung ke Pantai Tanjung Bira Pola Keluar-masuk Wisatawan Hasil pengamatan dilakukan secara langsung dan bersamaan di pintu masuk dan keluar pada low visit (hari biasa), condensed visit (sabtu) dan peak visit (minggu) menunjukkan pola yang berbeda-beda pada setiap periode. Pada periode I sampai periode II terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang masuk dan keluar, tetapi dari periode II sampai periode III terjadi penurunan jumlah wisatawan yang masuk dan keluar (Gambar 6). Banyak wisatawan yang menghabiskan waktu hanya beberapa jam, ada juga yang menginap dan melanjutkan perjalanan pulang pada malam hari atau keesokan harinya.
11
Jumlah Wisatawan (Orang)
Masuk
Keluar
1000 800 600 400 200 0 I
II
III
Periode Gambar 6 Pola keluar-masuk pengunjung pada hari biasa [Periode I (07:0010:00), Periode II (10:00-14:00), Periode III (14:00-17:00)]. Terjadi perbedaan antara pola keluar-masuk pada hari biasa dan hari sabtu. Jumlah wisatawan yang masuk pada periode I mengalami peningkatan secara terus menerus sampai periode III (Gambar 7). Jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang keluar peningkatan tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan para wisatawan banyak yang menginap untuk istirahat dari perjalanan menuju lokasi wisata yang jauh. Sebagian besar para wisatawan menikmati objek wisata ini pada sore hari atau keesokan harinya (minggu) walaupun ada juga wisatawan yang menghabiskan waktu hanya beberapa jam di objek wisata.
Jumlah Wisatawan (Orang)
Masuk
Keluar
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 I
II III Periode Gambar 7 Pola keluar-masuk pengunjung pada hari sabtu [Periode I (07:0010:00), Periode II (10:00-14:00), Periode III (14:00-17:00)]. Pola keluar-masuk wisatawan pada hari minggu sangat berbeda dengan hari biasa dan hari sabtu. Pola keluar-masuk pada hari minggu berbanding terbalik, jumlah wisatawan yang masuk lebih sedikit dibandingkan jumlah wisatawan yang keluar (Gambar 8). Hal ini disebabkan karena wisatawan yang datang pada hari biasa dan hari sabtu biasanya tinggal di penginapan sampai hari minggu, sehingga jumlah wisatawan yang keluar mengalami peningkatan pada sore hari atau pada hari selanjutnya ketika wisatawan pulang. Periode II menjadi puncak wisatawan pulang dari objek wisata dan mulai menurun pada periode III sama halnya dengan jumlah wisatawan yang masuk.
12
Jumlah Wisatawan (Orang)
Masuk
Keluar
7500 6000 4500 3000 1500 0 I
II III Periode Gambar 8 Pola keluar-masuk pengunjung pada hari minggu [Periode I (07:00-10:00), Periode II (10:00-14:00), Periode III (14:0017:00)].
Karakteristik Responden Objek wisata ini dapat dinikmati oleh semua orang dari segala umur, pendidikan dan berbagai latar belakang pekerjaan. Wisatawan yang dijadikan responden ialah wisatawan lokal berjumlah 311 orang terdiri dari 132 perempuan dan 179 lakilaki (Gambar 9a). Berdasarkan kelompok usia responden, tingkat umur yang dominan ialah 21 sampai 25 tahun (Gambar 9b). Kemudian, karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh SMA dan Sarjana (Gambar 10). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan didominasi oleh pelajar dan mahasiswa (Gambar 11). 42% Laki-laki Perempuan
10% 10% 32% 15% 33%
58%
15-20 21-25 26-30 31-40 >40
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (a) kelompok usia (b)
0.32 0.64 1.93
38.59 4.82
0.32 0.96
52.41
SD SMP SMA Diploma Sarjana Magister Doktoral
Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
13 6% 2% 4% 13% 42% 16% 17%
Pelajar/Mahasiswa PNS/Pegawai BUMN/ABRI Pegawai Swasta Wiraswasta IRT Lainnya
Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pada umumnya wisatawan berkunjung pada hari minggu (67.9%) bersama teman dan keluarga yang beranggotakan lebih dari 10 orang (51.5%) dengan lama kunjungan 6 sampai 12 jam (oneday trip). Wisatawan tersebut merupakan pengunjung yang beragam karena 32.5% merupakan repeater coming dengan frekuensi kunjungan lebih dari 4 kali dan 30.6% merupakan pendatang pertama (first time coming) (Lampiran 3). Motivasi Responden Motivasi wisata adalah salah satu faktor penting dalam mengevaluasi, apakah harapan wisatawan terpenuhi (Deichmann dan Frempong 2016). Studi tentang pariwisata lebih sering melihat karakteristik wisatawan daripada tempat yang mereka kunjungi (Deichmann dan Frempong 2016). Karakteristik wisatawan yang sering dijadikan bahan penelitian ialah motivasi dan persepsi. Motivasi sebagai dorongan atau pemicu dari dalam diri untuk memutuskan dan melakukan sesuatu yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, olahraga, wisata dan kegiatan lain pada waktu luang lainnya (Simkova dan Holzner 2014). Motivasi dari wisatawan perlu dilakukan identifikasi sebagai langkah awal untuk membuat rencana kegiatan karena hal ini dapat menjelaskan mengapa wisatawan melakukan perjalanan dan jenis pengalaman, tujuan atau kegiatan yang mereka inginkan (Kim et al. 2003). Keindahan alam, pasir putih, air laut biru menjadi daya tarik tersendiri bagi objek wisata ini. Wisatawan yang berkunjung ke pantai ini memiliki motivasi yang berbeda-beda (Tabel 4). Pada umumnya untuk rekreasi sekaligus beristirahat dari rutinitas pekerjaan (57.5%), dan banyak siswa yang berlibur karena baru menyelesaikan ujian nasional (25.4%). Tabel 4 Motivasi dalam mengunjungi Pantai Tanjung Bira No Motovasi Kunjungan 1. Rekreasi (beristirahat dari rutinitas pekerjaan) 2. Melepas kelelahan dari ujian sekolah 3. Berinteraksi Sosial 4. Studi Penelitian 5. Wisata Alam 6. Melepas kelelahan dari Rapat Kerja di Hotel *Persentase dari jumlah total responden (n) = 311 orang
Persentase (%)* 57.5 25.4 8.0 1.6 3.9 3.9
14 Partisipasi Responden Persepsi terhadap objek dapat mempengaruhi tingkat partisipasi wisatawan dalam melakukan kegiatan atau memanfaatkan fasilitas yang ada di objek wisata. Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari beberapa variabel lamanya waktu yang digunakan di dalam objek, total pengeluaran, serta pengalaman wisata sebelumnya (Mitrasinovic 2006). Distribusi proporsi jumlah kedatangan wisatawan yang dijadikan responden sebanyak 311 orang, responden lebih banyak berkunjung pada saat hari minggu atau peak visit (53.1%) sedangkan pada hari sabtu atau condensed visit (28.0%) dan hari biasa atau low visit (19.0%) (Gambar 9). Fasilitas wahana air ini, tidak disediakan oleh pengelola kawasan wisata, tetapi disediakan oleh pedagang kreatif lapangan (penduduk lokal) yang terdiri dari 46 kapal, 39 banana boat dan 3 doughnut boat. Jelajah Alam Rekreasi Air Wahana Air Cafe/Restoran Penginapan Souvenir
Peak Condensed Low 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Gambar 12 Tingkat partisipasi wisatawan di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira Daya Dukung Fisik-Ekologi Luas Penggunaan Ruang Pengguna Pantai Luas penggunaan ruang pengguna pantai merupakan kebutuhan area yang digunakan berdasarkan kegiatan yang berbeda-beda per periode. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat 7 kategori kegiatan umum yang dilakukan oleh pengguna pantai, yaitu berfoto, duduk santai, olahraga pantai, berjemur, bermain pasir, berjalan di pantai dan berenang. 1. Kegiatan berfoto Berfoto menjadi kegiatan yang paling digemari oleh pengguna pantai. Sekitar 518 frekuensi kejadian kegiatan berfoto yang dilakukan oleh pengguna pantai. Jumlah pengguna pantai pada hari biasa 400 orang, hari sabtu 978 orang dan hari minggu 1280 orang. Total frekuensi tertinggi untuk kegiatan berfoto terjadi pada hari minggu (peak visit) sebanyak 243 kejadian sedangkan total frekuensi terendah terjadi pada hari biasa (low visit) sebanyak 78 kejadian dan pada hari sabtu (condensed visit) sebanyak 196 kejadian. Jumlah orang pada setiap frekuensi kejadian terkonsentrasi antara 2 sampai 8 orang. Luas penggunaan ruang untuk kegiatan berfoto memiliki luas yang berbedabeda setiap orang atau kelompok. Rerata total luas penggunaan ruang untuk kegiatan berfoto adalah 2.03 m2 per orang (Tabel 5). Rerata harian luas penggunaan ruang tertinggi pada hari biasa ialah 2.14 m2 per orang sedangkan rerata harian luas
15 penggunaan ruang terendah pada hari minggu ialah 1.88 m2 per orang. Hal ini menunjukkan jumlah pengguna pantai lebih banyak pada hari minggu (peak visit) sedangkan jumlah pengunjung sedikit pada hari biasa (low visit) sehingga luas penggunaan ruang pada hari biasa lebih besar dibanding hari minggu. Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan berfoto (Pvalue = 0.792 > α = 0.05). Tabel 5 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berfoto Periode (Hari Biasa) 1 2 3 Periode (Hari Sabtu) 1 2 3 Periode (Hari Minggu) 1 2 3
Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 1 ; Xmax 18 y = 2.3418x-0.224 1.67 24 -0.168 y = 3.5379x 2.69 21 y = 3.3626x-0.266 2.13 33 Rerata Hari Biasa Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 1 ; Xmax 19 y = 2.9208x-0.209 2.12 57 y = 2.3193x-0.037 2.19 69 -0.036 y = 2.0135x 1.90 71 Rerata Hari Sabtu Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 1 ; Xmax 20 y = 2.5521x-0.21 1.82 110 -0.175 y = 1.9408x 1.42 56 y = 2.3173x-0.044 2.30 77 Rerata Hari Minggu Rerata Total
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
31 27 42
0.51 0.73 0.90 2.14
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
29 35 36
0.63 0.77 0.69 2.08
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
45 23 31
1.82 1.42 2.30 1.88 2.03
2. Kegiatan duduk santai Duduk santai menjadi salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh pengguna pantai. Jumlah pengguna pantai pada hari biasa 83 orang, hari sabtu 192 orang, dan hari minggu 282 orang. Jumlah orang tertinggi dalam satu frekuensi kejadian ialah 8 orang sedangkan jumlah orang terendah dalam satu frekuensi kejadian ialah 1 orang untuk kegiatan duduk santai. Jumlah orang pada setiap frekuensi kejadian terkonsentrasi antara 2 sampai 8 orang. Luas penggunaan ruang untuk kegiatan duduk santai memiliki rerata total 1.06 m2 per orang (Tabel 6). Total frekuensi kejadian tertinggi pada hari minggu sebanyak 69 kejadian sedangkan total frekuensi kejadian terendah pada hari biasa sebanyak 23 kejadian dan pada hari sabtu sebanyak 45 kejadian. Rerata luasan penggunaan ruang tertinggi untuk kegiatan duduk santai per pengguna pantai ialah 1.12 m2 per orang di hari biasa dan hari minggu sedangkan rerata luas penggunaan ruang terendah ialah 0.94 m2 per orang di hari sabtu, meskipun jumlah frekuensi tertinggi pada hari minggu. Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan duduk santai (Pvalue = 0.156 > α = 0.05).
16 Tabel 6 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan duduk santai Periode (Hari Biasa) 1 2 3 Periode (Hari Sabtu) 1 2 3 Periode (Hari Minggu) 1 2 3
Penggunaan Luas Proporsi Luas x proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) (m2) Xmin 1 ; Xmax 7 y = 1.6641x-0.105 1.45 6 26 0.38 y = 2.0888x-0.316 1.35 6 26 0.35 -0.022 y = 0.8322x 0.81 11 48 0.39 Rerata Hari Biasa 1.12 Penggunaan Luas Proporsi Luas x proporsi ruang (y) Frekuensi (m2) (%) (m2) Xmin 1 ; Xmax 8 y = 0.8204x-0.059 0.76 11 24 0.18 y = 1.609x-0.305 1.07 11 24 0.26 y = 1.0208x-0.033 0.97 23 51 0.50 Rerata Hari Sabtu 0.94 Penggunaan Luas Proporsi Luas x proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) (m2) Xmin 1 ; Xmax 8 y = 1.4273x-0.135 1.17 30 43 0.51 y = 0.9864x-0.027 0.95 21 30 0.29 -0.443 y = 2.2682x 1.24 18 26 0.32 Rerata Hari Minggu 1.12 Rerata Total 1.06
3. Kegiatan olahraga pantai Sepakbola dan bola voli merupakan olahraga yang sering dimainkan oleh para pengguna pantai. Selain itu, faktor yang mempengaruhi luas penggunaan ruang ialah jumlah orang yang bermain. Jika semakin banyak jumlah pemainnya maka ruang yang dibutuhkan juga semakin besar. Berbeda halnya jika jumlah pengguna pantai sangat padat, penggunaan ruang akan semakin sempit karena setiap pengguna pantai mempunyai kegiatan masing-masing yang berbeda dan memiliki hak yang sama dalam memanfaatkan ruang kawasan wisata. Hasil pengamatan untuk kegiatan olahraga pantai yang sebagian besar dilakukan secara berkelompok. Rerata total luas penggunaan ruang untuk kegiatan olahraga pantai ialah 2.97 m2 per orang (Tabel 7). Jumlah orang tertinggi dalam satu frekuensi kejadian ialah 12 orang sedangkan jumlah orang terendah dalam satu frekuensi kejadian ialah 2 orang. Jumlah orang pada setiap frekuensi kejadian terkonsentrasi antara 4 sampai 10 orang. Rerata luas penggunaan ruang tertinggi pada hari sabtu (3.31 m2 per orang) berbeda sedikit dengan luas penggunaan ruang hari minggu (3.10 m2 per orang) sedangkan luas penggunaan ruang terendah pada hari biasa (2.49 m2 per orang). Total frekuensi kejadian tertinggi pada hari minggu sebanyak 36 kejadian sedangkan total frekuensi kejadian terendah pada hari biasa dan hari sabtu sebanyak 27 kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengguna pantai lebih banyak pada hari minggu (242 orang) jika dibandingkan hari biasa dan hari sabtu (191 dan 176). Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan olahraga pantai (Pvalue = 0.119 > α = 0.05).
17 Tabel 7 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan olahraga pantai Periode (Hari Biasa) 1 2 3 Periode (Hari Sabtu) 1 2 3 Periode (Hari Minggu) 1 2 3
Penggunaan ruang (y) Xmin 3 ; Xmax 12 y = 6.7811x-0.631 y = 4.5715x-0.183
Luas (m2)
Frekuensi
2.07 11 3.06 2 y = 2.0519x0.1442 2.73 14 Rerata Hari Biasa Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 2 ; Xmax 11 y = 3.8756x-0.173 2.74 8 y = 4.288x-0.106 3.47 4 -0.161 y = 4.8613x 3.57 15 Rerata Hari Sabtu Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 2 ; Xmax 12 y = 5.7233x-0.271 3.47 14 -0.63 y = 13.184x 3.56 3 y = 4.8613x-0.161 2.76 19 Rerata Hari Minggu Rerata Total
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
41 7 52
0.84 0.23 1.41 2.49
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
30 15 56
0.81 0.51 1.98 3.31
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
39 8 53
1.35 0.30 1.46 3.10 2.97
4. Kegiatan berjemur Kegiatan berjemur sangat jarang dilakukan karena bukan kebiasaan atau budaya yang sering dilakukan oleh wisatawatan lokal. Berbeda halnya dengan wisatawan asing yang sering melakukan kegiatan berjemur. Berdasarkan hasil wawancara, wisatawan asing melakukan kegiatan berjemur pada kondisi pantai yang sepi atau pindah lokasi ke Pantai Bara yang masih sedikit dikunjungi oleh wisatawan lokal. Lokasi Pantai Bara yang cukup jauh dari Pantai Tanjung Bira serta jalanan yang masih berbatu mengakibatkan wisatawan lokal jarang berkunjung. Pantai Bara menjadi tujuan utama para wisatawan asing yang berlibur di kawasan wisata Tanjung Bira. Kepadatan pengunjung menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh wisatawan asing yang membuat mereka cukup terganggu. Oleh karena itu, banyak investor yang membuat resort di sekitar Pantai Bara untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan privasi pengunjung. Rerata total luas penggunaan ruang untuk kegiatan berjemur ialah 1.77 m2 per orang (Tabel 8). Jumlah orang tertinggi pada hari biasa untuk kegiatan berjemur ialah 21 orang sedangkan jumlah orang terendah pada hari sabtu dan hari minggu ialah 7 orang. Jumlah frekuensi tertinggi pada hari biasa (13 kejadian) dan terendah pada hari sabtu dan hari minggu (4 kejadian). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengguna pantai pada kegiatan ini sangat sedikit karena sebagian besar yang berjemur adalah wisatawan mancanegara pada suasana pantai yang sepi. Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan olahraga pantai (Pvalue = 0.514 > α = 0.05).
18 Tabel 8 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berjemur Periode (Hari Biasa) 1 2 3 Periode (Hari Sabtu) 1 2 3 Periode (Hari Minggu) 1 2 3
Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) Xmin 1 ; Xmax 3 y = 1.9079x-0.09 1.77 6 46 y = 2.1448x-0.335 1.95 3 23 -0.068 y = 1.8341x 1.62 4 31 Rerata Hari Biasa Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi (m2) (%) Xmin 1 ; Xmax 3 2.00 1 25 0.00 0 0 y = 1.9714x-0.157 1.77 3 75 Rerata Hari Sabtu Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) Xmin 1 ; Xmax 2 1.70 1 25 y = 1.8x-0.041 1.77 2 50 1.60 1 25 Rerata Hari Minggu Rerata Total
Luas x proporsi (m2)
0.82 0.45 0.50 1.77 Luas x proporsi (m2)
0.50 0.00 1.33 1.83 Luas x proporsi (m2)
0.43 0.89 0.40 1.71 1.77
5. Kegiatan bermain pasir Pada umumnya kegiatan ini banyak dilakukan oleh anak-anak. Remaja dan orang dewasa juga melakukan kegiatan tersebut. Membuat bangunan, menimbun dan melumuri badan dengan pasir merupakan jenis kegiatan yang banyak dilakukan para pengguna pantai. Jumlah orang tertinggi terjadi pada hari minggu (peak visit) sebanyak 390 orang sedangkan pada hari biasa (low visit) sebanyak 52 orang dan hari sabtu (condensed visit) sebanyak 138 orang. Jumlah orang dalam setiap frekuensi berkisar antara 2 sampai 5 orang dengan luas penggunaan ruang tertinggi 7 m2 per orang dan luas penggunaan ruang terendah 1.4 m2 per orang. Hari sabtu (condensed visit) jumlah orang terkonsentrasi antara 1 sampai 5 orang dengan luas penggunaan ruang mencapai 13 m2 per orang dan luas penggunaan ruang yang terendah 1 m2 per orang. Selain itu, jumlah pengguna pantai pada hari minggu (peak visit) terkonsentrasi antara 2 sampai 6 orang. Rerata total luas penggunaan ruang per pengguna pantai ialah 2.95 m2 per orang (Tabel 9). Selain itu, rerata harian tertinggi terjadi pada hari sabtu (3.19 m2 per orang) sedangkan rerata harian terendah terjadi pada hari minggu (2.75 m2 per orang). Total frekuensi kejadian tertinggi pada hari minggu (111 kejadian) sedangkan frekuensi terendah terjadi pada hari biasa (15 kejadian) dan hari sabtu (45 kejadian). Hal ini menunjukkan jumlah pengguna pantai lebih banyak pada hari minggu (peak visit) sebanyak 390 orang dibandingkan dengan jumlah wisatawan pada hari biasa (low visit) sebanyak 53 orang dan hari sabtu (condensed visit) sebanyak 138 orang. Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan bermain pasir (Pvalue = 0.225 > α = 0.05).
19 Tabel 9 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan bermain pasir Periode (Hari Biasa) 1 2 3 Periode (Hari Sabtu) 1 2 3 Periode (Hari Minggu) 1 2 3
Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) Xmin 1 ; Xmax 5 y = 9.9917x-0.74 4.04 5 34 y = 15.694x-1.434 3.25 3 17 -0.655 y = 4.7609x 2.02 7 49 Rerata Hari Biasa Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi (m2) (%) Xmin 1 ; Xmax 5 y = 4.3825x-0.276 3.17 17 39 y = 6.0704x-0.429 3.64 7 16 y = 5.2168x-0.489 3.05 20 46 Rerata Hari Sabtu Penggunaan Luas Proporsi ruang (y) Frekuensi 2 (m ) (%) Xmin 1 ; Xmax 8 y = 2.3052x0.1157 2.68 46 42 y = 5.0076x-0.408 2.91 24 22 -0.456 y = 4.7139x 2.74 40 36 Rerata Hari Minggu Rerata Total
Luas x proporsi (m2)
1.36 0.56 0.99 2.91 Luas x proporsi (m2)
1.22 0.57 1.39 3.19 Luas x proporsi (m2)
1.11 0.64 1.00 2.75 2.95
6. Kegiatan Berjalan di pantai Kegiatan berjalan di pantai menjadi kegiatan kedua yang sering dilakukan oleh pengguna pantai. Pada umumnya, mereka berjalan di pantai pada pagi hari dan sore hari, yaitu periode I (pukul 07:00 sampai 10:00) dan periode III (pukul 14:00 sampai 17:00). Kegiatan ini didominasi oleh para pemuda yang rata-rata memiliki jiwa petualang dan memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai kegiatan. Berbeda halnya dengan wisatawan dengan umur yang lebih tua, kebanyakan dari mereka hanya duduk sambil menikmati pemandangan. Luas penggunaan ruang pengguna pantai pada kegiatan berjalan di pantai berdasarkan jumlah orang terbanyak pada hari minggu (peak visit) ialah 485 orang sedangkan jumlah orang terendah pada hari biasa (low visit) ialah 136 orang dan pada hari sabtu (condensed visit) ialah 381 orang. Selain itu, jumlah pengguna pantai terkonsentrasi rata-rata antara 2 sampai 9 orang. Selain itu, frekuensi tertinggi untuk kegiatan berjalan di pantai pada hari minggu (99 kejadian) sedangkan frekuensi terendah terjadi pada hari biasa (27 kejadian) dan frekuensi pada hari sabtu (76 kejadian). Rerata total luas penggunaan ruang untuk kegiatan berjalan di pantai adalah 5.36 m2 per orang (Tabel 10). Rerata harian tertinggi terjadi pada hari minggu (5.75 m2 per orang). Rerata harian terendah terjadi pada hari biasa (4.96 m2 per orang). Total frekuensi tertinggi terjadi pada hari minggu (peak visit) sebanyak 485 kejadian sedangkan total frekuensi terendah terjadi pada hari biasa (low visit) 136 kejadian dan hari hari sabtu (condensed visit) sebanyak 381 kejadian. Kemudian perubahan periode waktu ternyata berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan berjalan di pantai (Pvalue = 0.005 < α = 0.05).
20 Tabel 10 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berjalan di pantai Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 2 ; Xmax 9 1 y = 14.619x-0.633 5.05 11 4 2 y = 7.5836x-0.594 3.01 -1.04 3 y = 31.765x 5.64 11 Rerata Hari Biasa Penggunaan Periode Luas ruang (y) Frekuensi (Hari Sabtu) (m2) Xmin 1 ; Xmax 12 1 y = 32.765x-1.121 5.52 20 2 y = 23.645x-0.872 5.62 20 -0.955 3 y = 23.675x 5.12 36 Rerata Hari Sabtu Periode Penggunaan Luas (Hari ruang (y) Frekuensi (m2) Minggu) Xmin 1 ; Xmax 11 1 y = 39.648x-1.252 5.22 47 -0.676 2 y = 18.983x 7.08 23 29 3 y = 38.857x-1.184 5.56 Rerata Hari Minggu Rerata Total Periode (Hari Biasa)
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
41 16 43
2.08 0.49 2.40 4.96
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
26 26 48
1.44 1.47 2.44 5.35
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
47 23 30
2.47 1.63 1.64 5.75 5.36
7. Kegiatan Berenang Kegiatan berenang menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan, pengunjung yang sering berenang ialah anak-anak. Pengunjung yang kategori remaja lebih dominan karena sebagian besar pengunjung ialah pelajar yang baru saja menyelesaikan ujian nasional. Jumlah orang tertinggi terjadi pada hari minggu (peak visit) sebanyak 726 orang dengan total frekuensi 94 kejadian sedangkan jumlah orang terendah pada hari biasa (low visit) sebanyak 235 orang dengan total frekuensi 25 kejadian dan jumlah total orang pada hari sabtu (condensed visit) sebanyak 501 orang dengan total frekuensi 66 kejadian. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengunjung pada hari minggu (peak visit) menjadi titik puncak kunjungan jika dibandingkan dengan hari yang lain. Jumlah orang dalam setiap frekuensi berkisar antara 1 sampai 26 orang dengan luas penggunaan ruang mencapai 45 m2 per orang dan terendah mencapat 3 m2 per orang. Luas penggunaan ruang yang sama terjadi pada hari sabtu dan minggu pada Periode I dan III dengan nilai 2. 59 m2 per orang dan 2.78 m2 per orang. Rerata harian tertinggi untuk penggunaan ruang terjadi pada hari minggu (2.65 m2 per orang) dan rerata harian terendah terjadi pada hari biasa (2.36 m2 per orang). Rerata total penggunaan ruang pada kegiatan berenang ialah 2.54 m2 per orang (Tabel 11). Luas penggunaan ruang tertinggi terjadi pada hari biasa (low visit) ialah 2.9 m2 per orang di periode II sedangkan rerata luas penggunaan ruang terendah terjadi pada hari biasa (lowvisits) ialah 2.11 m2 per orang. Kemudian perubahan periode waktu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap luas penggunaan ruang untuk kegiatan berenang (Pvalue = 0.096 > α = 0.05).
21 Tabel 11 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai untuk kegiatan berenang Penggunaan Luas ruang (y) Frekuensi (m2) Xmin 1 ; Xmax 25 1 y = 4.7374x-0.289 2.37 8 -0.09 2 y = 3.3012x 2.90 5 3 y = 3.455x-0.209 2.11 12 Rerata Hari Biasa Penggunaan Periode Luas ruang (y) Frekuensi (Hari Sabtu) (m2) Xmin 1 ; Xmax 26 16 1 y = 3.5616x-0.147 2.59 2 y = 3.0091x-0.145 2.16 13 -0.137 3 y = 3.5838x 2.78 37 Rerata Hari Sabtu Periode Penggunaan Luas (Hari ruang (y) Frekuensi (m2) Minggu) Xmin 1 ; Xmax 21 1 y = 3.6167x-0.153 2.59 45 2 y = 3.631x-0.178 2.53 16 -0.153 34 3 y = 3.6567x 2.78 Rerata Hari Minggu Rerata Total Periode (Hari Biasa)
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
32 22 47
0.75 0.63 0.99 2.36
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
24 20 56
0.62 0.43 1.57 2.61
Proporsi (%)
Luas x proporsi (m2)
47 16 36
1.23 0.42 1.00 2.65 2.54
Pada kegiatan wisata aktif, para pengguna pantai cenderung menggunakan ruang yang lebih besar jika jumlah pengguna pantai sedikit. Sebaliknya jika jumlahnya meningkat, para pengguna pantai cenderung menggunakan ruang yang lebih sempit. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah pengunjung berakibat pada peningkatan penggunaan ruang. Kegiatan yang dikategorikan aktif ialah berfoto, olahraga pantai, bermain pasir dan berjalan di pantai. Kegiatan wisata pasif, meliputi berjemur dan duduk santai. Kegiatan dengan jumlah frekuensi terendah ialah berjemur (21 kejadian) sedangkan kegiatan dengan jumlah frekuensi tertinggi ialah berfoto (518 kejadian). Berdasarkan proporsi frekuensi kemunculan kegiatan yang dilakukan di Pantai Tanjung Bira, maka diperoleh total luas penggunaan ruang per pengguna pantai ialah 18.67 m2 per orang (Tabel 12). Tabel 12 Luas penggunaan ruang per pengguna pantai Kegiatan Jumlah Orang Jumlah Frekuensi 2658 518 Berfoto Duduk & bersantai 557 137 609 90 Olahraga pantai Berjemur 35 21 Bermain pasir 580 170 Berjalan di pantai 728 202 Berenang 1462 185 Total luas penggunaan ruang di pantai (m2 per orang)
Luas (m2) 2.03 1.06 2.97 1.77 2.95 5.36 2.54 18.67
22 Faktor Rotasi Untuk mendapatkan hasil pengukuran daya dukung fisik Pantai Tanjung Bira, hasil perhitungan pembagian antara lama waktu operasional (11 jam) dengan ratarata lama waktu kunjungan dalam satu kali kunjungan (5.3 jam) diperoleh nilai faktor rotasi sebesar 2.08. Luas Efektif Pantai Tanjung Bira Secara keseluruhan luas wilayah pengamatan 23 050 m2, tetapi luas efektif yang harus diketahui dalam menentukan nilai daya dukung fisik Pantai Tanjung Bira. Luas yang tidak digunakan oleh pengguna pantai dalam aktivitas, seperti area rumah pedagang kreatif lapangan sebanyak 93 rumah dengan luas rata-rata per rumah 30 m2. Jadi, luas efektif yang dapat digunakan pengguna pantai ialah hasil pengurangan dari luas secara keseluruhan dikurang dengan luas total area rumah pedagang kaki lima, yaitu 20 260 m2. Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity/PCC) Nilai daya dukung fisik (PCC) didapatkan dari hasil pembagian antara luas efektif yang tersedia untuk pemanfaatan kegiatan wisata dengan luas area yang dibutuhkan oleh pengguna pantai kemudian dikalikan dengan faktor rotasi sehingga diperoleh hasil perhitungan nilai daya dukung fisik ialah 2 257 orang/hari. Faktor Koreksi (Cf) Faktor koreksi (Cf) yang digunakan ialah curah hujan, kecepatan angin, sinar matahari (tidak bersinarnya matahari), abrasi pantai dan penutupan sementara, semua dipilih karena membatasi kegiatan pariwisata, pemakaian fasilitas dan pengukuran tingkat keberlanjutan dari tujuan wisata (Zacarias et al. 2011). Berikut hasil perhitungannya: 1. Curah Hujan Kabupaten Bulukumba mempunyai iklim tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu hujan dan kemarau. Musim hujan berlangsung antara Oktober sampai dengan April dan musim kemarau berlangsung antara April sampai dengan Oktober. Berdasarkan data dari BMKG, data curah hujan bulanan (mm) di daerah Kabupaten Bulukumba dari tahun 2009 sampai 2015 terdapat 3 bulan (Mei, Juni dan Juli) dengan curah hujan tertinggi lebih dari 350 mm. Oleh karena itu, pembatas ukuran variabel (Lm1) untuk parameter curah hujan adalah 92 hari sedangkan jumlah ukuran variabel (Tm1) ialah 365 hari. Jika dimasukkan ke dalam persamaan didapatkan faktor koreksi untuk curah hujan ialah 0.67 atau 67%. 2. Kecepatan Angin Faktor ini dapat mempengaruhi kepuasan rekreasi pengguna pantai karena dapat menimbulkan gelombang besar dan menyebabkan sedimentasi pasir. Berdasarkan data yang diambil dari situs ECMWF (2016) dengan 18 stasiun untuk pengambilan data kecepatan angin pada siang hari selama 1 tahun (2015) dinyatakan bahwa Juli, Agustus, September dan Oktober kecepatan angin cukup tinggi. Oleh karena itu, pembatas ukuran variabel kecepatan angin (𝐿𝑚2 ) adalah 123 hari dan jumlah ukuran variabel kecepatan angin (𝑇𝑚2 ) adalah 365 hari. Jika dimasukkan ke dalam persamaan didapatkan faktor koreksi untuk kecepatan angin ialah 0.67 atau 67%.
23 3. Sinar Matahari Sinar matahari, menjadi faktor yang sangat penting untuk pariwisata pantai karena sebagian besar tujuan wisatawan untuk berekreasi jika cuaca cerah (ada sinar matahari). Berdasarkan data dari BMKG, data lamanya penyinaran matahari dari tahun 2009 sampai 2014, bahwa rata-rata lama penyinaran matahari 61% atau 6.1 jam/hari, maka lama penyinaran matatahari selama 12 bulan, yaitu 365 hari x 6 jam = 2 227 jam/tahun. Jadi, pembatas ukuran variabel matahari tidak bersinar (𝐿𝑚3 ) selama 6 534 jam/tahun dan jumlah ukuran variabel matahari tidak bersinar (𝑇𝑚3 ) selama 8 760 jam/tahun. Jika dimasukkan ke dalam persamaan didapatkan faktor koreksi untuk sinar matahari ialah 0.25 atau 25%. 4. Abrasi Pantai Faktor ini menjadi sangat penting dalam pariwisata pantai karena dapat mengurangi luasan wilayah atau kawasan sehingga mengurangi ruang gerak pengguna pantai untuk melakukan kegiatan rekreasi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun (overlay) dari data citra Google Earth tahun 2006 sampai 2014 terjadi abrasi pantai seluas 777 m2/tahun (indeks abrasi pantai 2.1 m/tahun dikali panjang pantai 370 m). Oleh karena itu, pembatas ukuran variabel (𝐿𝑚4 ) dalam hal ini luas area yang mengalami abrasi adalah 777 m2/tahun. Jumlah ukuran variabel (𝑇𝑚4 ) untuk luas pantai 20 260 m2. Jika dimasukkan ke dalam persamaan didapatkan faktor koreksi untuk abrasi pantai ialah 0.96 atau 96%. 5. Penutupan Sementara Kesalamatan pengguna pantai menjadi salah satu faktor penting bagi pengelola objek wisata. Objek wisata Pantai Tanjung Bira jarang melakukan penutupan sementara kecuali ombak tinggi yang sering terjadi pada Desember, Januari, Februari dan Maret. Akibatnya, pantai penuh dengan sampah yang terbawa oleh arus ke daratan. Kepala dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bulukumba biasanya menutup lokasi objek wisata pada Februari sampai Maret untuk dilakukan pembersihan. Pembatas ukuran variable (𝐿𝑚5 ) untuk parameter ini adalah 61 hari sedangkan jumlah ukuran variabel (𝑇𝑚5 ) adalah 365 hari. Jika dimasukkan ke persamaan didapatkan faktor koreksi untuk penutupan sementara ialah 0.83 atau 83%. Daya Dukung Riil (Real Carrying Capacity/RCC) Perhitungan daya dukung riil (RCC) Pantai Tanjung Bira untuk mengetahui berapa jumlah maksimal pengguna pantai yang dapat ditolerir oleh kawasan dengan mempertimbangkan faktor koreksi atau faktor pembatas yang dapat mempengaruhi jumlah pengunjung yang masuk ke dalam objek wisata. Perhitungan RCC dengan mengalikan PCC dan Cf ialah 202 orang per hari. Daya Dukung Efektif (Effective Carrying Capacity/ECC) Nilai kapasitas management (MC) didapatkan dari hasil kuesioner mengenai penggunaan infrastruktur dan sarana yang tersedia, persepsi atau kepuasan pengguna pantai dan evaluasi selama proses survey berlangsung (Zacarias et al. 2011). Secara keseluruhan hasil kepuasan wisatawan terhadap objek wisata Pantai Tanjung Bira ialah 0.58 atau 58% (Tabel 12). Berdasarkan hal itu, nilai daya dukung efektif ialah 117 orang per hari.
24 Daya Dukung Sosial-Budaya Indeks Kepuasan Pengunjung (Costumer Satisfaction Index/CSI) Tingkat kepuasan wisatawan menjadi tolak ukur atau evaluasi kualitas suatu kawasan wisata. Menurut Kotler et al. (1997), kepuasan pelanggan (wisatawan) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan dengan harapannya. Wisatawan akan merasa puas bila hasil persepsi atau evaluasi mereka sesuai harapan dan sebaliknya merasa tidak puas jika tidak sesuai dengan harapan. Tabel 13 Indeks kepuasan pengunjung berdasarkan gender, pendidikan, kelompok usia dan pekerjaan. Gender Laki-laki Perempuan Pendidikan Diploma Sarjana SMA Master Lain-lain Kelompok Usia 15-20 21-25 26-30 31-40 41< Pekerjaan Honorer Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Pegawai Swasta Pelajar Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Belum bekerja
Jumlah responden 179 132 Jumlah responden 15 163 120 6 7 Jumlah responden 99 103 48 31 30 Jumlah responden 6 11 57 55 75 53 41 13
IKP (%) 58 58 IKP (%) 60 56 60 56 63 IKP (%) 62 58 57 54 54 IKP (%) 56 56 59 57 61 55 57 57
Kriteria Cukup puas Cukup puas Kriteria Cukup puas Cukup puas Cukup puas Cukup puas Puas Kriteria Puas Cukup puas Cukup puas Cukup puas Cukup puas Kriteria Cukup puas Cukup puas Cukup puas Cukup puas Puas Cukup puas Cukup puas Cukup puas
Tingkat kepuasan berdasarkan hasil perhitungan IKP, dibagi menjadi 4 kategori, yaitu berdasarkan gender, pendidikan, kelompok usia dan pekerjaan. Indeks kepuasaan pengunjung dibagi menjadi 4 bagian untuk melihat kecenderungan yang lebih detail dari setiap responden (Tabel 13). Berdasarkan Tabel 13, secara umum indeks kepuasan pengunjung termasuk kriteria cukup puas kecuali pada kelompok usia 15 sampai 20 tahun nilai IKP sebesar 62% dengan kriteria puas. Selain itu, nilai indeks kepuasan pengunjung berdasarkan pekerjaan pelajar sebesar 61% dengan kriteria puas. Artinya, pengunjung kategori anak muda dengan status pelajar merasa puas dengan kondisi, fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira karena pada umumnya anak muda lebih mudah beradaptasi, lebih fleksibel, mobilitas tinggi walaupun masih kurang dalam pengalaman berwisata dan
25 cara berpikir yang belum dewasa dalam menilai kondisi, fasilitas dan infrastruktur yang ada. Hasil perhitungan IKP secara umum dapat dilihat pada Tabel 14, bahwa nilai Indeks Kepuasan Pengunjung (IKP) sebesar 58% masuk ke dalam kriteria “cukup puas”. Artinya, pelayanan, fasilitas atau sarana yang ditawarkan kepada wisatawan masih belum cukup memberikan kepuasan kepada pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan jumlah infrstruktur. Kriteria “puas” ada 8 indikator sedangkan kriteris “cukup puas” ada 13 indikator. Nilai IKP terendah pada indikator ketersediaan tempat sampah (50%) dan ketersediaan bantuan medis (50%). Sebagian besar wisatawan berada di pantai untuk berfoto, berenang dan berjalan di pantai. Ketika berhubungan dengan tingkat kepuasan sebagian besar responden merasa cukup puas dengan kondisi dan fasilitas yang ditawarkan meskipun fasilitas tempat sampah (53%), perawatan medis (56%), papan pengumuman peraturan (50%), kehadiran penjaga pantai (46%), kebersihan pantai (48%), ketersediaan toilet umum (49%), kebersihan toilet umum (47%), ketersediaan bangku pantai (46%) dan kesempatan untuk melihat hewan laut (47%) tidak sesuai harapan wisatawan (Lampiran 4a). Pada tingkat kepentingan bahwa hampir semua indikator dianggap penting kecuali indikator kesempatan keluar dari keramaian (55%) yang dianggap responden tidak penting (Lampiran 4b). Tabel 14 Indeks kepuasan pengunjung Pantai Tanjung Bira Rata-rata X Y 4.3 3.0 Ketersediaan tempat parkir 3.8 2.7 Kesempatan untuk melihat hewan laut 4.5 3.4 Kebersihan air laut 3.3 3.1 Kesempatan keluar dari keramaian 3.7 3.2 Harga tiket masuk 4.3 3.2 Kesehatan terumbu karang 4.2 3.1 Ketersediaan tempat/ruang piknik 4.3 2.7 Ketersediaan bangku pantai 4.4 2.7 Kehadiran penjaga pantai 4.3 2.7 Papan pengumuman peraturan 4.6 2.7 Kebersihan pantai 4.6 2.5 Ketersediaan tempat sampah 4.4 2.6 Ketersediaan sarana toilet umum 4.4 2.6 Kebersihan toilet umum 4.5 3.2 Ketersediaan tempat peristirahatan Ketersediaan tempat makan dan minum 4.3 3.3 4.4 2.5 Ketersediaan bantuan medis 4.6 2.8 Jaminan keamanan Kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata 4.1 2.8 4.0 2.9 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat 4.2 3.6 Lebar pantai Rata-rata Indeks Kepuasan Pengunjung (%) Indikator
IKP (%)
Kriteria
60 54 68 62 64 64 62 54 54 54 54 50 52 52 64 66 50 56 56 58 72 58
Cukup Puas Cukup Puas Puas Puas Puas Puas Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Puas Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Cukup Puas Puas Cukup Puas
26 Importance-performance Analysis (IPA) Berdasarkan hasil analisis Importance-performance terdapat 2 kuadran yang terisi dari 21 indikator (Gambar 13) yang menunjukkan bahwa responden menilai penting dan merasa puas. Kuadran B pertahankan (keep up the good work) terkait dengan fasilitas parkir (kepentingan = 1.29; kepuasan = 0.05), kebersihan air laut (1.53; 0.37), harga tiket masuk (0.67; 0.16), kesehatan terumbu karang (1.35; 0.16), ruang piknik (1.23; 0.06), tempat peristirahatan (1.49; 0.23), tempat makan dan minum (1.32; 0.28), lebar pantai (1.18; 0.56) dan kesempatan keluar dari keramaian (0.77; 0.12). Pada indikator “kesempatan keluar dari keramaian” menunjukkan bahwa responden merasa cukup puas walaupun tidak terlalu dianggap penting (Lampiran 3), hal ini menjadi indikator pertama bahwa suatu wisatawan atau masyarakat bisa menerima pengguna lain (Zacarias et al. 2011) yang artinya kontak sosial atau interaksi sesama pengguna pantai cukup baik. Pada kuadran A prioritas tinggi (concentrate here), responden menilai penting dan cukup puas dan perlu pembenahan beberapa indikator terkait dengan bangku pantai (1.25; -0.27) yang masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung. Tidak ada penjaga pantai (1.44; -0.34) yang ditugaskan oleh pengelola wisata (pemerintah daerah) dan masih kurangnya papan pengumuman (1.31; -0.32) di area pantai. Kebersihan pantai (1.64; -0.32) yang masih dikelola oleh pedagang kreatif lapangan setiap harinya. Beberapa fasilitas dengan jumlah unit yang kurang, seperti tempat sampah (1.61; -0.53) yang tidak sebanding dengan luas area dan toilet umum (1.43; -0.42) yang tidak sebanding dengan jumlah pengunjung. Kebersihan toilet umum (1.43; -0.46) yang tidak terjaga dengan baik dan belum ada pelayanan perawatan medis jika terjadi kecelakaan (1.43; -0.52) serta jaminan keamanan (1.60; -0.23) kurang memadai. Kebudayaan lokal (1.09; -0.17) sebagai atraksi wisata sudah hilang, peran LSM (1.03; -0.13) tidak ada dan belum terbentuk. 13 12 17
A
11
14 10 8 19 20 2
2
18
6
15
1
3 21
9 16 5
1
7
B
4 0 -2
-1
C
0
-1
1
D
-2
ket: ▲-prioritas tinggi (A): kesempatan melihat hewan laut (2), bangku pantai (8), penjaga pantai (9), papan pengumuman (10), kebersihan pantai (11), tempat sampah (12), toilet umum (13), kebersihan toilet umum (14), perawatan medis (17), jaminanan keamanan (18), kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata (19), peran Lembaga Swadaya Masyarakat (20). ■-pertahankan (B): tempat parkir (1), kebersihan air laut (3), kesempatan keluar dari keramaian (4), harga tiket masuk (5), kesehatan terumbu karang (6), ruang piknik (7), tempat peristirahatan (15), tempat makan dan minum (16), lebar pantai (20).
Gambar 13 Matriks Importance-performance di Pantai Tanjung Bira
2
27 Pembahasan Nilai daya dukung fisik (PCC) untuk Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira adalah 2 257 pengguna pantai per hari. Nilai tersebut hanya teoritis yang digunakan untuk mengoreksi nilai PCC dan mendapatkan nilai RCC. Berdasarkan hasil perhitungan faktor koreksi sehingga didapatkan nilai daya dukung riil (RCC) adalah 202 pengguna pantai per hari, yang berarti bahwa jumlah tersebut cocok atau tidak tergantung kondisi dan situasi di lapangan, karena ketidakpastian peningkatan atau penurunan jumlah wisatawan, pengunjung merasa kehilangan kualitas berwisata, pemulihan kondisi lingkungan yang mahal dan penurunan kualitas lingkungan secara perlahan merupakan hal yang alami (Aranguren et al. 2008). Meskipun nilai daya dukung telah menurun signifikan, aspek kapasitas manajemen pengelolaan pantai harus dimasukkan. Menurut Cifuentes (1992) pengukuran kapasitas manajemen pengelolaan pantai diperlukan untuk mengatasi beberapa variabel seperti, latar belakang hukum, kebijakan dan peraturan, peralatan, personil, pendanaan, infrastruktur dan fasilitas. Kapasitas manajemen didefinisikan sebagai status atau kondisi terbaik suatu pengelolaan pantai sehingga dapat mengembangkan kegiatan dan mencapai tujuan yang diinginkan (Cifuentes 1992); (Cifuentes et al. 1999). Nilai daya dukung efektif (ECC) adalah 117 pengguna pantai per hari. Seperti yang disarankan oleh Cifuentes (1992); Cifuentes et al. (1999); Aranguren et al. (2008); Segrado et al. (2008); Zacarias et al. (2011) bahwa hasil tersebut tidak dapat diterima dengan mudah, sebagai interpretasi dari beberapa bentuk atau pola, tergantung dari kondisi sumberdaya alam, kebijakan pemerintah atau regulasi, manajemen pengelolaan dan karakteristik dari pengunjung. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah pengguna pantai yang dapat diperbolehkan ke pantai sesuai dengan kondisi dan kapasitas manajeman yang ada. Selama satu tahun ada hari dimana pengunjung dengan jumlah banyak dan ada hari tanpa pengunjung di pantai. Oleh karena itu, diperlukan pola, persepsi dan sikap perilaku yang benar dari para pengguna pantai atau wisatawan untuk melestarikan dan melindungi ekosistem yang rapuh tapi pada saat yang sama tercipta kepuasan berwisata (Zacarias et al. 2011). Rata-rata jumlah wisatawan yang datang pada tipe hari minggu (peak visit) berkisar 3 000 orang. Jika para wisatawan secara bersamaan ke pantai pada waktu yang sama, dapat melebihi kapasitas yang seharusnya. Kenyataannya di lapangan, tidak ada pembatasan jumlah pengunjung ke pantai oleh pengelola karena dapat mengurangi jumlah pemasukan. Menurut McDill et al. (1999), mengukur batas nilai daya dukung dapat meningkatkan popularitas objek wisata karena secara tidak langsung mempromosikan tentang prinsip-prinsip konservasi dan keberlanjutan kawasan wisata yang saat ini menjadi daya tarik utama objek wisata. Menurut McCool dan Lime (2001) terdapat kesulitan pada subjektivitas ketika mengidentifikasi tingkat yang diinginkan masing-masing indikator dan kesulitan membangun hubungan antara jumlah pengunjung dan masing-masing indikator. Hal lain yang menjadi hambatan untuk mengukur nilai daya dukung fisik ketika tidak mempertimbangkan tingkat interaksi antara wisatawan, wisatawan dengan masyarakat lokal (Zacarias et al. 2011). Strategi yang tepat untuk mengatasi penumpukkan pengunjung pada satu titik lokasi adalah membuat objek wisata tambahan seperti, wahana bermain anak-anak, outbound, flying fox, penjualan cindramata, penangkaran satwa liar dan lainnya.
28 Selain itu, perlu dilakukan perbaikan akses jalan menuju objek wisata Pantai Bara yang masih jarang dikunjungi agar pengunjung tidak berkumpul pada satu objek wisata. Selain itu, menurut Nurazizah (2014) salah satu cara yang untuk mengatasi pembatasan jumlah pengunjung dengan cara menjaring hanya segmen wisatawan yang sama-sama mengusung keberlanjutan lingkungan (green tourism). Pembidikan segmen tersebut dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan penetapan harga baru yang tepat berdasarkan value for money agar wisatawan mendapatkan pengalaman berwisata yang diharapkan sesuai dengan nilai uang yang telah dibayar. Salah satu aspek penting dalam suatu objek wisata yang dapat dijadikan daya tarik wisatawan ialah budaya. Menurut Chougule (2011) pendekatan sosial ialah input dari masyarakat, pengunjung dan pemerintah atau non pemerintah dalam menjaga kebudayaan lokal agar tetap terjaga kelestariannya. Dari hasil penjelasan di atas, jelas bahwa daya dukung pantai tidak dapat didefinisikan hanya sesuai dengan kapasitas area pantai, karena daya dukung dapat dikondisikan oleh faktorfaktor lainnya seperti fasilitas parkir, akomodasi, penginapan, akses menuju lokasi, infrastruktur dan fasilitas lainnya (Silva et al. 2007). Kendala dalam mengelola daya dukung ialah sulit untuk menghitung jumlah maksimum pengunjung selama musim puncak, harian, mingguan dan tahunan secara detail, sulitnya menarik minat wisatawan untuk berkunjung, fasilitas dan sarana yang kurang memadai ketika terjadi peningkatan wisatawan (Chougule 2011). Oleh karena itu pengukuran nilai daya dukung di suatu objek wisata menjadi hal yang perlu dilakukan karena sesuai konsep dari ekowisata green tourism yang lebih menekankan pada keberlanjutan. Salah satu langkah yang tepat dengan membuat zonasi pemanfaatan kawasan yang berbasis lingkungan untuk setiap kegiatan pembangunan agar fungsi utama objek wisata tidak terganggu dan aktivitas masyarakat juga tidak terganggu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Batas maksimum yang dapat ditampung oleh kawasan pantai adalah 2 257 pengguna pantai per hari. Perubahan orientasi Mass Tourism ke Ecotourism dengan mengestimasi nilai daya dukung kawasan pantai menjadi salah satu langkah yang dapat ditempuh. Realisasi perubahan tersebut dengan membatasi jumlah pengguna pantai secara fisik-ekologi sekitar 202 pengguna pantai per hari dan secara sosialbudaya sekitar 117 pengguna pantai per hari. Saran Penambahan objek wisata di beberapa lokasi agar pengunjung tidak terpusat pada satu objek wisata. Selain itu, atribut-atribut yang perlu dibenahi ialah penambahan toilet umum, penambahan tempat sampah, pengembalian fungsi sarana ibadah, tetap menjaga kebersihan pantai, dan pembentukan kelompok penjaga pantai atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengontrol keamanan dan menjaga lingkungan pantai.
29
DAFTAR PUSTAKA Amador E, Bliemsrieder M, Cayot L, Cifuentes M, Cruz E, Cruz F. 1996. Plan de manejo del Parque Nacional Galápagos. Servicio Parque Nacional Galápagos. Instituto Forestal y de Áreas Naturales y Vida Silvestre, Puerto Ayora, Galápagos. Aranguren J, Moncada JA, Naveda J, Rivas D, Lugo C. 2008. Evaluación de la capacidad de carga turística en la playa Conomita, Municipio Guanta, Estado Anzoátegui. Revista de Investigación. 64:31-61. Barker NHL, Roberts CM. 2005. Scuba diver behaviour and the management of diving impacts on coral reefs. Biological Conservation. 120:481-489. Bhote, KR. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty: The Key to Greater Profitability. New York (US): AMA Membership Publications Division. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (ID). 2015. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi. Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar. Stasiun Klimatologi Kelas I Maros. Bonilla JML, Bonilla LML. 2009. La capacidad de carga turística: revisión crítica de un instrumento de medida de sostenibilidad. El Periplo Sustentable. 15:123-150. Brooks JS, Franzen MA, Holmes CM, Grote MN, Borgerhoff M. 2006. Testing hypotheses for the success of different conservation strategies. Conservation Biology. 20(5):1528–1538. Bunruamkaew K, Murayama Y. 2011. Site Suitability Evaluation for Ecotourism using GIS & AHP: A Case Study of Surat Thani Province, Thailand. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 21:269-278. Chougule B. 2011. Environmental carrying capacity and ecotourism development. International Journal of Economic Issue. 4(1):45-54. Chu RKS, Choi T. 2000. An importance-performance analysis of hotel selection factors in the Hong-Kong hotel industry: a comparison of business and leisure travelers. Tourism Management. 21:363-377. Chung S. 1988. A conceptual model for regional environmental planning centered on carrying capacity measures. The Korean Journal of Regional Science. 4(2)117–128. Cifuentes MA. 1992. Determinación de capacidad de carga turística en áreas protegidas. Turrialba (CR): Biblioteca Orton IICA/CATIE. Cifuentes MA, Mesquita CAB, Méndez J, Morales ME, Aguilar N, Cancino D, Gallo M, Jolon M, Ramirez C, Ribeiro N, Sandoval E, Turcios M. 1999. Capacidad de carga turística de las áreas de Uso Público del Monumento Nacional Guayabo. Costa Rica (CR): WWF Centro America. Cobbinah PB. 2015. Contextualising the meaning of ecotourism. Tourism Management Perspectives. 16:179-189. Coria J, Calfucura E. 2012. Ecotourism and the development of indigenous communities: The good, the bad, and the ugly. Ecological Economics. 73:47-55. Das M, Chatterjee B. 2015. Ecotourism: A panacea or predicament? Tourism Management Perspective. 14:3-16.
30 Davis D, Tisdell C. 1996. Economic management of recreational scuba diving and the environment. Journal of Environmental Management. 48(3)229–248. Deichmann JI, Frempong F. 2016. International tourism in Ghana: A survey analysis of traveler motivations and perceptions. Journal of Hospitality and Tourism Management. 29:176-183. Dharmaratne GS, Braithwaite, AE. 1998. Economic valuation of the coastline for tourism in Barbados. Journal of Travel Research. 37(2)138-144. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba (ID). 2012. Pendapatan daerah melalui retribusi parkir dan retribusi tiket masuk di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira tahun 2008-2012. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba (ID). 2015. Angka kunjungan wisatawan di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira tahun 20112015. Dinas Kelautan Perikanan (ID). 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba. [Laporan]. Bulukumba, Sulawesi Selatan. [ECMWF] European Centre for Medium-Range Weather Forecasts. 2016. An independent intergovernmental organisation supported by 34 states. Fennel DA. 2009. Ecotourism. International Encyclopedia of Human Geography. 372-376. Hendee JC. 1974. A multiple-satisfaction approach to game management. Wildlife Society Bulletin. 2:104-113. Hollenhorst S, Olson D, Fortney R. 1992. Use of importance-performance analysis to evaluate State Park Cabins: the case of the West Virginia State Park system. Journal of Park and Recreation Administration. 10(1):1-11. Houston JR. 2002. The economic value of beaches - a 2002 Update. Shore and Beach. 70(1):9-12. Jafari J. 2003. Research and scholarship: the basis of tourism education. Journal of Tourism Studies. 14(1):6-16. Jurado EN, Tejada M, Garcia FA, Cabello J, Gonzalez, Macias RC, Pena JD, Gutierrez FF, Fernandez GG, Gallego ML, Garcia GM, Gutierrez OM, Concha, de la Rua FR, Sinoga JR, Becerra FS. 2012. Carrying capacity assessment for tourist destinations. Methodology for the creation of synthetic indicators applied in a coastal area. Tourism Management. 33(6):1337-1346. Kanji F. 2006. A global perspective on the challenges of coastal tourism. Coastal Development Centre. Faculty of Fisheries, Kasetsart University Jatujak. Bangkok, Thailand. Kim SS, Lee C, Klenosky DB. 2003. The influence of push and pull factors at Korean National Parks. Tourism Management. 24:169-180. Kotler P, Amstrong G, Saunders J, Wong V. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Sindoro A, penerjemah. Jakarta (ID): Prenhalindo. Terjemahan dari: Principles of Marketing: European Edition. Liu Z. 2003. Sustainable tourism development: A Critique. Journal of Sustainable Tourism. 11(6):459-475. Macbeth J. 2005. Towards an ethics platform for tourism. Annals of Tourism Research. 32(4):962-984. Manning RE. 1999. Studies in outdoor recreation: Search and research for satisfaction (2nd ed). Corvallis (US): Oregon State University Press.
31 McCool SF, Lime DW. 2001. Tourism carrying capacity: tempting fantasy or useful reality?. Journal of Sustainable Tourism. 9(5):372-388. McDill M, Silva G, Finley J, Kays J. 1999. Promoting ecotourism on private lands. Final Project Report. Northeast Regional Center for Rural Development. Pennsylvania (US): The Pennsylvania State University. Mitrasinovic M. 2006. Total landscape, theme parks, public space. England (US): Ashgate Publishing Company. Munar FXR. 2002. Análisis de capacidad de carga en los espacios litorales, calas e playas, situados en áreas naturales de especial interés de la Isla de Menorca. Spain (ES): Universidad de Almería. Needham MD, Tynon JF, Ceurvorst RL, Collins RL, Connor WM & Culnane MJW. 2008. Recreation carrying capacity and management at Kailua Beach Park on Oahu, Hawaii. Final project report for Hawaii Coral Reef InitiativeResearch Program. Corvallis (US): Oregon State University, Department of Forest Ecosystems and Society. Nurazizah GR. 2014. Kajian Daya Dukung Ekologis dan Psikologis untuk Wisata di Taman Bertema (Studi Kasus: Taman Wisata Matahari, Cisarua Bogor) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putera FHA, Fahrudin A, Pratiwi NTM, Susilo SB. 2013. Kajian Keberlanjutan Pengelolaan Wisata Pantai di pantai Pasir Putih Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 8(3):227-240. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta. Roscoe. 1982. Research Methods for Business. New York (US): Mc Graw Hill Press. Di dalam: Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Cetakan ke 15. Bandung (ID): Alfabeta. 380 hlm. Sayan MS, Atik M. 2011. Recreation Carrying Capacity Estimates for Protected Areas: A Study of Termessos National Park. Ekoloji. 20(78):66-74. Segrado R, Muñoz AP, Arroyo L. 2008. Medición de la capacidad de carga turística de Cozumel. El Periplo Sustentable. 13:33-61. Siegenthaler KL. 1994. Importance-performance analysis: application to senior programs evaluation. Journal of Park and Recreation Administration. 12(3):57-70. Silva CP da. 2002. Beach carrying capacity assessment: how important is it?. Journal of Coastal Research. 36:190-197. Silva CP da, Alves F, Rocha R. 2007. The Management of beach carrying capacity: The case of northern Portugal. Journal of Coastal Research. 50:135-139. Simkova E, Holzner J. 2014. Motivation of Tourism Participants. Procedia-Social and Behavioral Science. 159:660-664. Simon FJG, Narangajavana Y, Marques DP. 2004. Carrying capacity in the tourism industry: a case study of Hengistbury Head. Tourism Management. 25(1):275283. Slack N. 1994. The importance-performance matrix as a determinant of improvement priority. International Journal of Operations & Production Management. 14(5):59-75. Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Cetakan ke 15. Bandung (ID): Alfabeta. 380 hlm. Utari WD. 2014. Daya Dukung Ekologis dan Psikologis Ekowisata di Kebun Raya Cibodas [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
32 Vaz B, Williams AT, Silva PC, Phillips M. 2009. The importance of users’ perception for beach management. Journal of Coastal Research. 56:11641168. Zacarias DA, Williams AT, Newton A. 2011. Recreation Carrying Capacity Estimations to Support Beach Management at Praia De Faro, Portugal. Applied Geography. 31:1075-1081.
33
LAMPIRAN
34 Lampiran 1 Kuesioner A. Karakteristik Wisatawan Hari/Tanggal:…………………….. Petunjuk pengisian : Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang Anda pilih. Nama:………… 1. Umur: ……thn Laki-laki Perempuan 2. Alamat Asal/Domisili: Kab. Bulukumba, sebutkan:………….. Luar Kab. Bulukumba, sebutkan:………….. 3. Pendidikan terakhir: SD SMP SMA Diploma Sarjana Magister Doktoral Tidak Sekolah Tidak Tamat 4. Status pekerjaan: Pelajar/Mahasiswa PNS/Pegawai BUMN/ABRI Pegawai Swasta Wiraswasta IRT Lainnya, sebutkan…….. 5. Motivasi utama Anda berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bira? Rekreasi Kontak sosial Studi Penelitian Lainnya, sebutkan:……….. 6. Kegiatan apa yang biasanya Anda lakukan di Pantai Tanjung Bira, dan berapa lama setiap kegiatan? (boleh lebih dari 1 jawaban, urutkan prioritas) Olahraga pantai (…. menit) Berfoto (….. menit) Berjalan di pantai (….. menit) Melihat keindahan alam (….. menit) Berjemur (…… menit) Duduk-duduk (….. menit) Kegiatan lainnya (…. menit) 7. Berapakah total biaya pengeluaran Anda selama berada di Obyek Wisata yang anda kunjungi?