PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT MELALUI PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU (STUDI KASUS PADA USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KOTA TOMOHON) Erwin Wantasen, Selvie D. Anis, Sahrun Dalie dan Franky. N.S. Oroh Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado Jalan Kampus Unsrat -Bahu Manado 95115 email :
[email protected]
ABSTRACT The aim of the study was to compare the cost and income between processed and non processed milk produced by traditional dairy farmers. Two farmers group consist of ten dairy farmers on each group was selected as the sample in this study. The first group namely Ramulu Sangkor produced processed milk while other group namely Maleosan just produced milk as single product. Two Independet sample t test was done to know the defferences of two kind of farmers. The result showed that average income of non processed milk was IDR 85.966.660/year while average income on processed milk was IDR 141.454.367/year (significant in α = 0.0037. Based on analysis of investment criterion showed that the dairy farming in Tomohon city was profitable. So that, milk processing was an alternative to increase farmers income in Tomohon city Key words : Dairy farmer, income, cost, processing milk ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya dan pendapatan peternak sapi perah yang melakukan proses pengolahan susu dibandingkan dengan tidak melakukan pengolahan susu dan bagaimana kelayakan usaha ternak sapi perah rakyat di Kota Tomohon. Sampel penelitian ini adalah 2 kelompok peternak sapi di Kota Tomohon yang dipilih secara segaja sesuai tujuan penelitian. Kelompok peternak yang mengolah susu adalah kelompok Ramulu sangkor yang beranggotakan 10 peternak, sedangkan kelompok Maleosan beranggotakan 10 peternak dan tidak melakukan proses pengolahan susu yang dihasilkan kecuali susu segar. Data penelitian meliputi biaya, penerimaan dan pendapatan peternak selama tiga tahun yaitu dari tahun 2013-2015. Untuk melihat sejauh mana susu olahan dapat meningkatkan pendapatan peternak dilakukan dengan analisis uji beda dua rata rata dengan teknik uji t dua sample tidak berpasangan. Sedangkan untuk melihat tingkat kelayakan usaha digunakan analisis kriteria investasi (NPV, B/C , IRR dan ROI) Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata pendapatan peternak per tahun yang tidak mengolah susu menjadi es krim selama tahun 2013-2015 adalah Rp. 85.966.660 sedangkan pendapatan peternak yang mengolah susu menjadi produk es krim sebesar Rp. 141.454.367 per tahun. Pendapatan peternak yang melakukan pengolahan susu menjadi es krim lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak melakukan pengolahan susu (nyata pada α = 0.0037). Hasil analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha sapi perah rakyat di Kota Tomohon layak dikembangkan karena memiliki nilai NPV sebesar Rp. 218.929.526, B/C sebesar 1,88, IRR 35,05% dan ROI 41,22. Karena itu proses pengolahan susu dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi perah rakyat di Kota Tomohon Kata kunci : peternak sapi perah, pendapatan, biaya susu olahan
102
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
PENDAHULUAN `Produk susu merupakan produk pangan yang penting bagi kesehatan dikarenakan kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. Sapi perah adalah salah satu jenis ternak yang hasil utamanya adalah susu. Usaha sapi perah yang menghasilkan susu segar sangat prospektif karena masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu. Kebutuhan protein hewani yang berasal dari susu di Indonesia sebesar 5 kg/kapita/tahun tapi hanya sekitar 32% dipenuhi dari produksi dalam negeri sedangkan sisanya sebsar 68% masih diimpor (Londa dkk, 2013). Hal ini disebabkan karena permasalahan yang dihadapi dalam usaha sapi perah di Indonesia terbagi dalam tiga sektor yaitu sektor hulu, tengah dan hilir (Siswanto, dkk, 2013). Permasalahan disektor hulu antara lain produktivita masih rendah, kurangnya ketersediaan bibit sapi perah, biaya pakan tinggi, skala pemilikan kecil dan mutu sumberdaya manusia yang masih relatif rendah. Permasalahan disektor tengah atau sektor budidaya yaitu teknis budidaya dan sistim recording yang rendah, ketersediaan lahan untuk produksi pakan semakin berkurang, konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, modal usaha dan kerjasama lintas sektoral yang belum terpadu. Permasalahan disektor hilir antara lain harga jual susu segar yang rendah dan harga jual pedet sapi perah yang tidak stabil (Mandika dan Hutagaol, 2005). Propinsi Sulawesi Utara adalah salah satu wilayah yang perkembangan usaha peternakan sapi perahnya masih relatif lambat dibandingakn dengan daerah lainnya di Indonesia. Data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Sulawesi Utara (2015) bahwa jumlah ternak sapi perah di Kota Tomohon sebagai sentra pengembangan sapi perah di wilayah ini selama periode tahun 2010-2014 meningkat dari 316 ekor menjadi 478 ekor, dengan produksi susu pada tahun 2014 113.400 liter per bulan dengan rata rata produksi 810 liter/ekor/hari. Jumlah produksi susu tersebut sejalan dengan Eddy dkk (2012) Hal ini disebabkan oleh tingkat manajerial usaha ternak lokal yang masih rendah, tingkat adopsi teknologi rendah dan skala usaha yang masih rendah (Musyafak dan Ibrahim, 2005; Agustina dkk, 2015). Pada masa yang akan datang perlu didorong agar usaha sapi perah sebagai usaha yang berorientasi pada skala yang lebih besar atau sebagai industri peternakan. Upaya dan langkah strategis yang sudah dilakukan pemerintah daerah Sulawesi Utara untuk mendorong pengembangan usaha sapi perah rakyat melalui kebijakan desiminasi teknologi, kredit murah dan pembenahan struktur kelembagaan serta programprogram pelatihan. Upaya tersebut dimaksudkan agar peternak dapat memanfaatkan faktorfaktor produksi secara efektif dan efisien. Pengalaman beternak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi susu (Lestariningsih dan Basuki, 2008). Jumlah ternak mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas usaha (Susanto dkk, 2006). Tingkat produksi susu yang tinggi secara langsung akan mempengaruhi penerimaan peternak. Pendapatan yang diterima oleh petani akan dapat memberi gambaran seberapa besar peran usaha sapi perah dalam memberikan kontribusi terhadap pendatan keluarga. Usaha ternak sapi perah di Kota Tomohon dilakukan oleh Unit pelaksana teknis sapi perah Tampusu yang dikelola oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dan usaha yang dikelola oleh kelompok peternak. Pada Tahun 2010 terdapat 5 kelompok peternak sapi perah yaitu kelompok tani Maleosan, kelompok tani Ramulu Sangkor, kelompok tani Maju bersama, kelompok tani Pelita harapan dan kelompok tani Esa Genang. Namun pada tahun 2012 jumlah kelompok ternak sapi perah berkurang menjadi 2 kelompok saja yaitu kelompok Ramulu sangkor dan Kelompok Maju bersama yang masing masing beranggotakan 10 orang petani peternak. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu pengelolaan keuangan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perah sehingga banyak ternak yang terserang penyakit dan mati. Ada pula masalah non teknis diantara anggota kelompok sehingga beberapa anggota keluar dari keanggotaan kelompok yang akhirnya membuat kelompok membubarkan diri. 103
Erwin Wantasen
Salah satu diantara dua kelompok yang tersisa yaitu kelompok Ramulu sangkor berkomintmen untuk mengelola kelompoknya dengan lebih baik melalui usaha pengolahan produk susu menjadi es krim sejak tahun 2013 hingga sekarang . Kegiatan tersebut dilakukan setelah anggota kelompok mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Tomohon pada tahun 2012. Alasan lain yang menyebabkan kelompok Ramulu sangkor melakukan usaha pengolahan susu menjadi es krim adalah kesulitan mereka dalam memelihara ternak sapi terutama dalam memenuhi kebutuhan pakan dan pengendalian penyakit dan juga pemasaran susu segar yang relatif lambat dibanding dengan susu bubuk atau susu kental manis. Produk susu yang digunakan sebagai bahan baku untuk membuat es krim diperoleh dari Kelompok Maju bersama. Jumlah ternak sapi yang dipelihara oleh kelompok Maju Bersama berjumlah 23 ekor terdiri atas 5 ekor pedet dan 18 ekor sapi dewasa. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diperoleh kelompok Ramulu sangkor dalam mengelola produk susu sapi menjadi es krim dibandingkan dengan usaha susu segar yang dikelola kelompok Maju bersama serta bagaimana kelayakan finansialnya. MATERI DAN METODE Lokasi dan pengumpulan data Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon pada bulan Oktober sampai Desember 2015. Penelitian dilakukan pada Kelompok Tani Ramulu sangkor yang menjadi satu satunya kelompok yang mengolah susu menjadi Es krim dan Kelompok Maju bersama yang melakukan usaha pemeliharaan sapi perah yang menghasilkan susu segar. Pemilihan kelompok dilakukan secara purposive disesuaikan dengan tujuan penelitian. Responden penelitian adalah pengurus kelompok Ramulu sangkor dan kelompok Maju bersama. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengurus kelompok yaitu ketua, wakil ketua dan bendahara kelompok. Data primer terdiri atas biaya, penerimaan dan pendapatan dari produksi susu dan produksi es krim selama 3 tahun produksi yaitu tahun 2013-2015.Data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga yang telah mengadakan pengumpulan data berkaitan dengan penelitian ini antara lain Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kota Tomohon, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, Badan Ketahana Pangan Sulawesi Utara, dan BMKG Kota Tomohon. Informasi lainnya diperoleh melalui Publikasi, Jurnal-jurnal penelitian yang telah ada baik melalui perpustakaan ataupun internet. Analisis Data Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan biayadan pendapatan usaha sapi perah yang menghasilkan susu dan usaha pengolahan susu menjadi es krim maka dilakukan uji beda dua rata-rata dengan teknik uji t dua sampel tidak berpasangan. Untuk melakukan uji beda dua rata-rata data harus menyebar normal dan homogen, dengan menggunakan model:
thitung =
X1
n1
104
X2
n2
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
Dimana :
= (n1 – 1)
+ (n2 – 1)
(n1 – 1 )+ (n2 – 1) 1)2
= (n1 – 1)
2)2
= (n2 – 1) Ket : s12 S22 Xi X1 X2 n1 n1
= Nilai varian dari biaya, penerimaan, pendapatan usaha ternak penghasil susu segar = Nilai varian dari biaya, penerimaan, pendapatan usaha pengolah susu menjadi es krim. = Contoh ke-i = Rata-rata biaya, penerimaan, pendapatan usaha ternak sapi susu. = Rata-rata biaya, penerimaan, pendapatan usaha pembuatan es krim dari susu. = Jumlah sampel dari usaha sapi perah. = Jumlah sampel dari usaha pengolah susu menjadi es krim.
Untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan susu menjadi es krim dilakukan analisis criteria investasi (Kadariah,2001) sebagai berikut : a. Net Present Value (NPV) dengan kriteria NPV > 0 berarti usah layak dikembangkan b. Benefit cost ratio (B/C) dengan kriteria B/C > 1 berarti usaha layak dilaksanakan dan dikembangkan c. Internal Rate of Return (IRR) Dengan criteria IRR> SOCC maka usaha layak dikembangkan d. Return on Investmen (ROI) merupakan perbandingan pendapatan bersih usaha dengan investasi dinyatakan dalam persentasi. Nilai ROI lebih dari suku bunga bank menunjukkan usaha yang layak dikembangkan e. Tingkat pendapatan usaha dihitung dengan menggunakan fungsi pendapatan (Soekartawi, 1995)
∏ = TR –TC Dimana : ∏ = pendapatan TR = Penerimaan TC = Biaya total
Semua proses pengolahan data menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 19.
105
Erwin Wantasen
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis pendapatan peternak Hasil analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usaha sapi perah dan usaha pengolahan susu menjadi produk es krim oleh kelompok Maju bersama dan Ramulu sangkor disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Rata- Rata Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Penghasil Susu dan Pengolahan Susu Menjadi Es Krim Selama periode 2013-2015. Usaha Uji T Dua Usaha sapi produksi Es Sampel Uraian perah Krim dari Tidak susu sapi Berpasangan Sig. Penerimaan (Rp/thn) 217.016.667 269.450.000 0.047** Susu 174.350.000 Pedet 26.000.000 Pinjaman Bank 16.667.000 Es krim 0.00 269.450.000 Biaya total (Rp/thn) 131.050.000 127.995.633 0.073* Biaya tetap dan Investasi 52.950.000 34.423.466 Biaya variabel 78.100.000 93.572.167 Pendapatan (Rp/thn) 85.966.660 141.454.367 0.033** Susu 59.966.660 Pedet 26.000.000 Es krim 0.00 141.454.367 Sumber : Data diolah (2016)
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata rata pendapatan per tahun dari usaha pengolahan susu menjadi es krim oleh kelompok peternak Ramulu Sangkor sebesar Rp. 14.454.367 lebih tinggi dibandingkan pendapatan kelompok peternak Maju Bersama yang memproduksi susu segar. Perbedaan ini secara statistik nyata dengan probabilitas 0.047. Hal ini disebabkan biaya produksi usaha sapi perah lebih tinggi dibanding usaha pengolahan susu menjadi es krim. Biaya produksi usaha sapi perah sebesar Rp. 131.050.000/tahun sedangkan biaya produksi usaha pengolahan susu menjadi es krim sebesar Rp.127.995.633/tahun. Hasil uji beda dua rata rata mneunjukkan pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya pemeliharaan sapi perah yang menghasilkan susu dan pedet dengan biaya usaha pembuatan es krim dari produk susu dengan probabilitas 0.073. Tingginya biaya produksi sapi perah dikarenakan biaya pakan terutama pakan konsentratdan pakan hijauan yang mencapai 79% dari total biaya variabel dan 64,40% dari total biaya produksinya. Walaupun usaha sapi perah yang dijalankan oleh kelompok Maju bersama memperoleh tambahan penerimaan dari penjualan pedet tetapi tidak dapat mengimbangi pendapatan yang diperoleh dari penjualan es krim yang dihasilkan oleh kelompok Ramulu Sangkor. Kondisi masyarakat di wilayah Kota Tomohon dan wilayah sekitarnya seperti Kota Manado dan Kabupaten Minahasa yang lebih menyukai untuk mengkonsumsi susu bubuk atau susu kental manis dibanding susu segar menyebabkan produk susu segar yang dihasilkan kurang diminati masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari penjualan susu dan pedet selama tiga tahun (2013-2015) oleh kelompok Maju Bersama cenderung tidak mengalami peningkatan
106
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
berarti dibandingkan pendapatan yang diperoleh dari produksi es krim yang dihasilkan kelompok Ramulu Sangkor seperti dalam Tabel 2 Tabel 2. Perbandingan Pendapatan Usaha Produksi Susu dan Produksi Es Krim selang 20132015 di Kota Tomohon Uraian
Tahun 2013
2014
2015
82.106.250 27.000.000
46.600.000 26.000.000
51.193.750 25.000.000
31.905.834
161.272.384
231.184.884
Kelompok Maju Baersama Pendapatan (Rp/Thn) Susu Pedet Kelompok Ramulu Sangkor Pendapatan (Rp/Thn) Es Krim Sumber : Data diolah (2016)
Pada Table 2 terlihat bahwa pendapatan dari usaha es krim yang diolah dari susu segar mengalami peningkatan yang besar pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar Rp.231.184.884. Terlihat pula bahwa pendapatan dari produksi susu segar cenderung mengalami penurunan pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2013 sedangkan penjualan pedet cenderung stabil. Hal ini disebabkan kelompok usaha Ramulu Sangkor sudah melakukan inovasi dengan memberikan varian rasa dalam produk es krimnya yaitu dengan rasa vanilla dan coklat sehingga lebih diminati masyarakat. Produksi susu segar yang dihasilkan oleh kelompok Maju bersama masih kurang diminati masyarakat karena masyarakat belum terbiasa untuk meminum susu segar padahal nilai nutrisi yang dikandungnya cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai tambah dari produk susu yang diolah menjadi es krim yang mampu meningkatkan pendapatan peternak. Analisis kelayakan investasi Analisis kelayakan usaha dilakukan pada kelompok Ramulu Sangkor yang memproduksi es krim yang terbukti memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding usaha kelompok Maju bersama yang hanya memproduksi susu segar. Untuk melihat keadaan finansial serta kelayakan usaha yang sedang dijalankan kelompok Ramulu Sangkor maka dilakukan analisis kriteria investasi meliputi net present value, B/C , IRR dan Return on Investmen (ROI). Hasil analisis disajikan pada Tabel 3 Tabel 3. Analisis Finansial Usaha Pengolahan Susu Menjadi Es Krim No
Kriteria Investasi
Nilai
Rekomendasi
218.929.526
Layak dikembangkan
B/C
1.88
Layak dikembangkan
3
IRR
35.05
Layak dikembangkan
4
ROI
41,22
Layak dikembangkan
1
Net Present Value (NPV)
2
Sumber : Data diolah (2016)
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai NPV dari usaha pengolahan susu oleh Kelompok Ramulu Sangkor pada tingkat diskon faktor 15% adalah Rp.218.929.526. Nilai NPV > 0 sehingga usaha ini layak dijalankan untuk menjadi sumber pendapatan 107
Erwin Wantasen
rakyat/masyarakat. Hasil penelitian berbeda dengan Eko (2011) yang memperoleh nilai NPV sebesar Rp. 111.222.973 pada usaha peternakan sapi perah di Karang Ploso Malang yang hanya memproduksi susu segar sehingga penerimannya relatif rendah. Nilai B/C sebesar 1.88 > 1 menunjukkan bahwa usaha pengolahan susu menjadi produk es krim oleh kelompok Ramulu Sangkor menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan penerimaan yang diperoleh Dari produksi es krim jauh lebih tinggi dibanding biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak. Internal rate ofc return (IRR) sebagai tingkat bunga usaha yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceed sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran. Perhitungan IRR dilakukan sedemikian rupa sehingga present value proceed sama dengan present value outlay (Riyanto, 2001). Hasil analisis IRR menunjukkan nilai NPV pada diskon faktor 25% adalah Rp. 346.123.181 sedangkan pada diskon faktor dan 30% menghasilkan NPV 305.297.219. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai IRR 35,05% yang berarti nilai sekarang dari investasi dan nilai sekarang penerimaan bersih akan sama padatingkat bunga 35,05%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan usaha pengolahan susu menjadi es krim oleh peternak sapi yang tergabung dalam kelompok Ramulu Sangkor lebih besar tingkat suku bunga bank yang berlaku saat penelitian sebesar 15%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Peneloitian Eko (2011) pada usaha ternak sapi perah rakyat di Malang menunjukkan nilai IRR 19.03% karena peternak hanya melakukan usaha produksi susu segar tanpa melakukan pengolahan susu yang dapat memberikan nilai tambah produk yang dihasilkan. Return on Investment (ROI) adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan seluruh modal yang tersedia dalam perusahan dengan melihat sampai seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh dari sejumlah investasi yang ditanam (Simamora, 20020. Hasil analisis Return on Investment (ROI) menunjukkan bahwa nilai ROI kelompok usaha Ramulu Sangkor sebesar 41,22%. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan susu menjadi es krim yang dilekukan oleh kelompok peternak Ramulu Sangkor sangat menguntungkan karena investasi yang ditanam mampu memberikan pengembalian dalam bentuk keuntungan hingga 41,22%. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan keuntungan usaha yang terus meningkat dari tahun 2012 hingga 2015. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kelompok petetrnak mampu beroperasi dengan baik untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi. KESIMPULAN Pendapatan usaha pengolahan susu menjadi es krim lebih tinggi dibandingkan pendapatan usaha sapi perah yang hanya memproduksi susu segar. Usaha Pengolahan susu menjadi es krim yang dilakukan kelompok Ramulu Sangkor secara finansial layak untuk dikembangkan karena mampu memberikan peningkatan pendapatan DAFTAR PUSTAKA Agustina. P., Firmansyah dan N. Idris. 2015. Analisis faktor faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara. J. Ilmu ilmu Peternakan, 18(1) :28-35 Eddy, B. T., W. Roessali dan S. Marzuki. 2012. Dairy cattle farmers behavior and factors affecting the effort to enhance the economic of scale at Getasan District, Semarang Regency. J. Indonesian Trop. Anim. Agric., 37(1): 34-40 Kadariah. L Karlina dan C. Gray. 2001. Pengantar Evaluasi proyek. Lembaga penerbit Universitas Indonesia
108
Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016
Lestariningsih, M. dan E. Y.Basuki.2008. Peran serta wanita peternak sapi perah dalam meningkatkan taraf hidup keluarga. Ekuitas, 12(1): 117-137. Londa, K.P., P.O.V. Waleleng, R.A.J Legrans dan F.H. Elly. 2013. Analisis break event point pada usaha ternak sapi perah ‘ Tarekat MSC” di Kelurahan Pinaras kota Tomohon. Zootek, 32 (1) : 158-166. Mandika, S. dan M.P. Hutagaol, 2005. Analisis fungsi pendapatan, efisiensi ekonomi dan kemiungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha pemngembangan sapi perah rakyat di kelurahan Kebon Pedes kota Bogor. Agroekonomi, 23 : 191-208 Musyafak, A and M. Ibrahim. 2005. Strategi percepatan adopsi dan difusi inovasi pertanian mendukung prima tani. Analisis Kebijakan Pertanian, 3(1): 20-37 Riyanto. B. 2001. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahan. BPFE Jogyakarta Simamora. H. 2002. Akuntansi Manajemen Ed-2. Yogyakarta:UPP AMP YPKN Siswanto. I.P., A. Setiadi dan R. Wulandari, 2013. Analisis potensi pengembangan usaha peternakan sapi perah dengan menggunakan paradigma agribisnis di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Bulatin Peternakan, 37(2): 125-135. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI Press Jakarta Susanto, A., E. Prasetyo, dan W. Roessali. 2006. Analisis Efisiensi penggunaan faktor produksi pada perusahaan susu sapi perah di daerah pantai utara Jawa Tengah. Jurnal Sosial Ekonomi Peternakan 2(1): 51-60
109