PENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP KEMAMPUAN MENGATASI STRESS PADA KLIEN TBC DI WILAYAH KOTA SEMARANG (The Effect Of Supportive Group Therapy To Overcome Stress Ability For Tbc Clients In The Semarang City) Eni Hidayati, Sri Widodo Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya No.18 Kota Semarang Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui terapi kelompok suportif terhadap kemampuan mengatasi stress pada klien TBC. Desai penelitian quasi exsperimental, pre-post test without control group. Tempat penelitian di wilayah Kota Semarang. Sampel penelitian adalah klien TBC yang sesuai dengan criteria inklusi, yaitu 20 klien. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kemampuan klien mengatasi stress pada klien TBC sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok suportif. Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan terapi kelompok suportif yang dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat dengan spesialis keperawatan jiwa.
Kata kunci : Kemampuan klien, TBC, Terapi kelompok suportif
ABSTRACT The purpose of this study to determine the supportive group therapy to the client's ability to cope with stress in TBC. Desai quasi exsperimental research, pre-post test control group without. Research site in the city of Semarang. The samples were TB clients who met the criterion of inclusion, which is 20 clients. The results showed no significant differences in the client's ability to cope with stress on the client tuberculosis before and after supportive group therapy. Recommendation of this study is the need for supportive group therapy conducted at the Community Health Center Lung specialist psychiatric nursing. Keyword: Ability client, tuberculosis, supportive group therapy
130
131
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
dengan standar perilaku dan nilai-nilai,
PENDAHULUAN Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan
serta
(jiwa) dan sosialpun sehat, demikian pula sebaliknya, jika mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit.
Kesehatan harus dilihat
menyeluruh
sehingga
secara
kesehatan
jiwa
merupakan bagian dari kesehatan yang
dikatakan
sehat
jiwa
menurut Stuart dan Laraia (2005) apabila terpenuhi kriteria memiliki perilaku positif, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, memiliki integritas diri, memiliki otonomi, memiliki persepsi sesuai realita yang ada serta
mampu
lingkungannya
beradaptasi
dengan
sehingga
mampu
melaksanakan peran sosial dengan baik. Maslow (1970,
berbagai
Klien gangguan jiwa sebenarnya masih bisa dilatih untuk hidup produktif, namun stigma dari masyarakat membatasi mereka
untuk
mengembangkan
kemampuannya. Gangguan jiwa selama berpuluh-puluh tahun dianggap sebagai penyakit yang membahayakan karena tidak mampu mengendalikan psikologis dan emosi sehingga sering ditunjukkan dengan
tidak dapat dipisahkan. Seseorang
menggunakan
pendekatan dalam penyelesaian masalah.
tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial. Apabila fisiknya sehat, maka mental
kreatif
dalam Shives,
2005)
menyatakan bahwa seseorang yang sehat jiwa mampu mengaktualisasikan dirinya yang ditunjukkan dengan memiliki konsep diri positif dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan lingkungannya, terbuka dengan orang lain, membuat keputusan berdasarkan realita yang ada, optimis, menghargai dan menikmati hidup, mandiri dalam berfikir dan bertindak sesuai
respon perilaku yang aneh dan amarah. Kejadian ini membuat kebanyakan individu meyakini bahwa mereka perlu diasingkan dari masyarakat sakit
(Videbeck,
dan dirawat di rumah 2008).
Pandangan
masyarakat yang keliru akan semakin merugikan
klien
gangguan
jiwa
dan
keluarga mereka, oleh karena itu perlu pemahaman yang tepat mengenai gangguan jiwa di tengah-tengah masyarakat. Terapi kelompok Suportif merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan (Grant-Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004). Sedangkan menurut Heller, dkk. (1997, dalam Chien, Chan, & Thompson, 2006), hasil penelitian mengindikasi peer support
132
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
(dukungan kelompok) berhubungan dengan
berperilaku agresif. Ini berarti cara berpikir
peningkatan
psikologis.
seseorang akan mempengaruhi perilakunya
Sedangkan dukungan yang bermanfaat
di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
adalah suatu proses pastisipasi dimana
klien juga dilatih untuk dapat berperilaku
terjadi
pengalaman
positif di lingkungan sekitarnya terhadap
(sharing experiences), situasi, dan masalah
stressor yang dihadapinya sehinga dapat
yang difokuskan pada prinsip memberi dan
berperilaku lebih adaftif dalam menghadapi
menerima, mengaplikasikan keterampilan
situasi-situasi kehidupan dimasa yang akan
swabantu (self help), dan pengembangan
datang.
fungsi
aktifitas
secara
berbagi
pengetahuan.
Mengingat
bahwa
tingkat
TBC itu sendiri merupakan hasil dari
kekambuhan pada penderitan TBC di
proses belajar dalam cara menyelesaikan
wilayah kota Semarang sangat tinggi. Dari
masalah untuk teratur minum obat dalam
informasi beberapa keluarga yang memiliki
jangka waktu enam bulan sehingga banyak
anggota keluarga dengan penyakit TBC,
klien yang mengalami putus obat karena
bahwa
ketidaktahuan klien pentingnya keteraturan
dibiarkan
dalam mengkonsumsi obat. Perilaku inilah
disenangi, klien sering batuk – batuk di
yang membuat penderita TBC mengalami
sembarang tempat, bila batuk tidak di
stres dengan penyakitnya dan malas dalam
tutup, sering di jauhi anggota masyarakat
keteraturan minum obat. Perilaku inilah
karena
dipelajari
stress dengan seringnya
melalui
imitasi
ataupun
apabila klien berada di rumah melakukan
penyakitnya,
kegiatan
penderita
yang
kadang
minum obat
reiforcement yang diberikan baik melalui
dengan terputusnya minum obat makan
diri klien, keluarga, lingkungan sekitar
akan
klien dan media sehingga mempengaruhi
berkepanjangan,
penilaian klien dalam menginterprestasikan
interaksi yang efektif dengan lingkungan,
situasi, orang dan lingkungan sekitarnya,
keluarga
sebenarnya tidak ada hubungan langsung
memaksakan
antara kejadian eksternal dengan perilaku
kegiatan, klien akan kambuh kembali. Ini
agresif (Shott, 1995). Namun karena situasi
menjadi
atau kejadian diinterprestasikan sebagai
mengetahui pengaruh terapi kelompok
ancaman maka klien bereaksi dengan
suportif terhadap kemampuan mengatasi
menampah
tingkat jarang
merasa klien
stress
melakukan
khawatir untuk
pertimbangan
yang
kalau
melakukan
peneliti
untuk
133
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
stres pada klien TBC di Wilayah Kota
setting BKPM Kota Semarang sehingga
Semarang.
dapat dilakukan di ruangan yang telah disediakan, ruangan pertemuan, ataupun
BAHAN DAN METODE
sarana lainnya yang tersedia di BKPM
Rangcangan yang digunakan dalam
Kota Semarang.
penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre-post
test
without
control
Agar
group”
analisis
penelitian
menghasilkan informasi yang benar, paling
dengan intervensi terapi kelompok suportif
tidak ada empat tahapan dalam pengolahan
(TKS).
data yang peneliti harus lalui yaitu editing,
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
coding, processing, dan cleaning.
perbedaan kemampuan mengatasi stres
HASIL
pada klien TBC sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
berupa
terapi
kelompok
suportif.
Penelitian
juga
1. Analisa univariat a. Karakteristik responden
membandingkan perbedaan dua kelompok
Hasil
klien TB yaitu kelompok intervensi dan
analisis
menggambarkan
distribusi klien terapi kelompok
kelompok control.
suportif. Analisis usia dan frekuensi
Waktu pelaksanaan terapi sesuai
dirawat
dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan
dilakukan
dengan
menggunakan distribusi frekuensi
akan dilaksanakan seminggu dua kali atau
yang hasilnya dapat dilihat di tabel
dua minggu sekali disesuaikan dengan
5.1
kebutuhan klien dengan alokasi waktu selama kegiatan 40- 50 menit. Tempat pelaksaanaan
terapi
ini
menggunakan
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi klien TBC berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan, diwilayak Kota Semarang, Nopember 2013 No 1
2
Karakteristik Jenis Kelamin a. Laki-laki b. perempuan Status Perkawinan a. Kawin b. Tidak Kawin c. Janda
N
%
12 8
57,1 42,9
6 8 3
26,2 54,8 9,5
134
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
No
Karakteristik d. Duda Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi Pekerjaan a. Buruh b. Karyawan Swasta c. Wiraswasta d. PNS
3
4
N 3
% 9,5
5 10 3 2
33,3 50 11,9 4,8
10 5 5 0
50 25 25 0
Hasil analisis pada tabel di atas karakteristik
SMP
50%,
Pekerjaan
sebagai
buruh
klien pada penelitian ini dengan proporsi
sebanyak 50%.
terbanyak adalah laki-laki 57,1%. Klien
b. Kemampuan mengatasi stress pada klien
bertatus tidak kawin 54,8%, pendidikan
TBC sebelum dilakukan terapi kelompok suportif
Tabel 5.3. Analisis kemampuan mengatasi stress pada klien TBC Di wilayah Kota Semarang, Nopember 2013 Kelompok Mean 1. Pengetahuan klien tentang 16.93 TBC 2. Perilaku kepatuhan minum 22.84 obat tbc
SD 2.349
Min-Max 21-23
95%CI 5.134-9.004
1.945
25-31
3.123-5.431
Tabel di atas memperlihatkan kemampuan mengatatasi stress pada klien TBC sebelum dilakukan terapi kelompok suportif dilihat dari kemampuan pengetahuan klien sebesar 16.93 dengan standar deviasi 2.349, nilai minimal
21
dan
nilai
maksimal
23.
Kemampuan perilaku kepatuhan minum obat TBC dengan nilai rata-rata 22.84 dengan
standar
deviasi
1.945,
minimum 25 dan nilai maksimal 31.
nilai
2. Analisis bivariat Bagian
ini
membahas
analisis
kemampuan klien mengatsi stress pada klien
TBC
meliputi
hubungan
kemampuan pengetahuan klien tentang tbc dan kemampuan perilaku klien dalam kepatuhan minum obat TBC
135
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
sebelum adan sesudah dilakukan terapi
a. Perbedaan
kemampuan
klien
kelompok suportif.
mengatasi stress sebelum dan
3.1.Perbedaan kemampuan sebelum dan
sesudah
pemberian suportif
terapi
sesudah pemberian terapi kelompok
kelompok
dengan
suportif
kemampuan pengetahuan klien tentang penyakit TBC.
Tabel 5.4. Analisis skor kemampuan pengetahuan tentang TBC sebelum dan sesudah pemberian terapi kelompok suportif di wilayah Kota Semarang, Nopember 2013 Variabel N 20
Sebelum Sesudah Selisih
Pengetahuan tentang TBC Mean SD SE T 18.93 2.524 0,56 26.00 5.021 0,52 -17,26 7.04 2.497 0.04
P value 0.0000
Berdasarkan tabel 5.4 terdapat selisih skor
pemberian terapi kelompok suportif klien
rata-rata kemampuan pengetahuan tentang
TBC di BPKM Kota Semarang.
penyakit
TBC
sebelum
dan
sesudah
b. Perbedaan
kemampuan
pemberian terapi kelompok suportif sebesar
mengatasi
7.04. hasil uji statistic dependent t-test
sesudah pemberian terapi kelompok
didapatkan p=0.000, artinya ada perbedaan
suportif dengan kemampuna klien
yang signifikan kemampuan pengetahuan
dalam kepatuhan minum obat TBC
stress
sebelum
klien dan
tentang penyakit TBC sebelum dan sesudah Tabel 5.5. Analisis skor perbedaan kemampuan klien mengatasi stress dalam kepatuhan minum obat TBC sebelum dan sesudah pemberian terapi kelompok suportif di wilayah Kota Semarang, Nopember 2013 Kemampuan perilaku minum obat TBC Variabel Sebelum Sesudah Selisih
N 20
Mean 50.90 76.68 25.78
SD 6.243 8.453 2.21
SE 0,58 0,52 0,02
T
P Value 0.000
-16,23
Berdasarkan tabel 5.5 terdapat selisih skor
sesudah pemberian terapi kelompok suportif
rata-rata klien mengatasi stress dalam
sebesar 25.78. Hasil uji statistic dependent t-
kepatuhan minum obat TBC sebelum dan
test
didapatkan
p=0.000,
artinya
ada
136
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
perbadaan
signifikan kemampuan
3.2.Hubungan karakteristik klien dengan
mengatasi stress dalam minum obat TBC
kemampuan mengatasi stress pada klien
sebelum dan sesudah pemberian terapi
TBC
kelompok
yang
suportif
di
BPKM
Kota
a. Hubungan karakteristik klien dengan
Semarang.
kemampuan
pengetahuan
klien
tentang TBC Tabel 5.7. Analisis jenis kelamin dengan kemampuan pengetahuan klien tentang TBC di wilyah Kota Semarang Karakteristik klien N Jenis 20 Kelamin
Pengetahuan klien SD SE 10.86 2.01
Mean 38.79
T 0.660
P Value 1.000
Hasil uji statistic dependent t-test di dapat
klien TBC di wilayah Kota Semarang
tidak ada hubungan antara jenis kelamin
(p>0.05).
dengan kemampuan pengetahuan setelah pemberian terapi kelompok suportif pada Tabel 5.8. Analisis hubungan pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan klien dengan kemampuan pengetahuan klien tentang TBC di wilayah Kota Semarang Karakteristik klien 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Status perkawinan
N 20 20 20
Mean 25.679 24.752 25.731
Hasil uji statistic Anova di dapat tidak ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan, dan status
perkawinan
dengan
kemampuan
pengetahuan klien setelah pemberian terapi kelompok suportif pada klien TBC di wilayah Kota Semarang (p>0.05).
Pengetahuan klien Df F 28 0.865 28 1.460 28 0.738
P Value 0.468 0.241 0.724
b. Hubungan karakteristik klien dengan kemampuan klien minum obat TBC Hubungan karakteristik klien dengan kemampuan klien minum obat TBC menurut jenis kelamin dengan analisis korelasi pearson yang dapat dilihat pada tabel 5.9.
137
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
Tabel 5.10. Analisis hubungan jenis kelamin klien dengan kemampuan klien minum obat TBC di wilayah Kota Semarang Karakteristik klien N Jenis 20 Kelamin
Kemampuan klien minum obat TBC Mean SD SE T 35.79 14.68 2.55 0.560
P Value 0.562
Hasil uji statistik dependent t-test di dapat
setelah dilakukan terapi kelompok suportif
tidak ada hubungan antara jenis kelamin
di wilayah Kota Semarang (p>0.05).
dengan kemampuan minum obat TBC Tabel 5.11. Analisis hubungan pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan dengan kemampuan klien minum obat TBC di wilayah Kota Semarang Karakteristik klien 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Status Perkawinan
Kemampuan klien minum obat TBC N Mean Df F 20 34.151 38 0.946 20 36.196 38 0.190 20 35.145 38 0.577
P Value 0.286 0.528 0.535
Hasil uji statistic Anova didapat tidak ada
tentang penyakit TBC di wilayah
hubungan antara pendidikan, pekerjaan,
Kota Semarang sebelum terapi
dan status perkawinan dengan kemampuan
kelompok berada pada rentang
klien minumobat TBC setelah pemberian
sedang dan kurang. Hasil penelitian
terapi kelompok suportif di wilayah Kota
yang dilakukan oleh Keliat (2003)
Semarang (P>0.05).
menyebutkan pada klien perilaku kekerasan merupakan salah satu
PEMBAHASAN a.
Perbedaan
gejala yang menjadi alasan bagi kemampuan
mengatasi
stress klien TBC dalam sebelum dan sesudah pemberian terapi kelompok suportif
klien
di
Rumah
sendiri.
Kemampuan klien tentang penyakit TBC merupakan alasan tersendiri
1. Pengetahuan klien tentang TBC sebelum dilakukan terapi kelompok suportif.
bagi
klien
untuk
mengetahui
tentang TBC bagi klien yang tidak teratur dalam meminum obat TBC
Hasil penelitian yang menunjukkan kemampuan
keluarga dank lien untuk merawat
pengetahuan
klien
dengan tersebut
baik.
Berdasarkan
perlu
hal
peningkatan
138
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
kemampuan mengatsi stress pada
social
klien
memiliki
manajemen kognitif. Dukungan
dan
kemampuan
sosial dan ekspresi perasaan
dalam
menghadapi
memberikan dorongan emosi
TBC
sehingga
pemahaman mengatasi
penyakit TBC.
yang kuat
2. Pengetahuan klien tentang TBC setelah
dan
mendapatkan
terapi
ketrampilan
bagi anggotanya
kelompok dan mengembangkan sumber pendukung yang baru
kelompok suportif.
bagi mereka. Keliat & Sinaga
Pada bagian ini akan dibahas
(1991), bahwa latihan asertif
tentang pengaruh terapi kelompok
akan melatih setiap individu
suportif
kemampuan
menrima diri sebagai orang
pengetahuan klien tentang TBC
yang mengalami stress dan
adan kemampuan klien minum obat
membantu mengepresikan diri
TBC.
dalkam
2.1.
terhadap
Pengaruh terapi kelompok
menemunkan
alasan
kenapa mengalami stress.
suportif terhadap kemampuan
Dari
klien tentang TBC
menjelaskan
Hasil penelitian menunjukkan p
menunjukkan
value lebih kecil dari alpa,
pemberian terapi generalis dan
dengan nilai p sebesar 0.000 (p
terapi kelompok suportif efektif
> a; 0.05) ini menunjukkan
untuk
bahwa
yang
kemampuan pengetahuan klien
signifikan terhadap kemampuan
TBC sehingga lebih adaptif
klien tentang pengetahuan TBC.
dalam
Dengan
restruktrurisasi
adanya stressor.
pengetahuan
klien
ada
hubungan
membantu
akan
peningkatan
2.2.
hasil
penelitian
dan
di
atas bahwaq
meningkatkan
menghadapi
suatu
Pengaruh terapi kelompok
suportif terhadap kemampuan
pengetahuan klien lebih baik.
klien minum obat TBC
Terapi kelompok suportif terdiri
Hasil
dari tiga prinsip dasar yaitu
bahwa terdapat yang bermakna
ekspresi
terhadap kemampuan minum
perasaan,
dukungan
penelitian
menunjuk
139
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
obat TBC setelah mendapat
menunjukkan hasil hasil yang
terapi kelompok suportif. Hasil
signifikan.
analisis penelitian menunjukkan p value lebih kecil dari alpa, dengan nilai p sebesar 0.000 (p > a; 0.05). Pemberian terapi kelompok suportif berdampak respon kemampuan yang cukup besar. Terapi kelompok suportif merupakan salah satu jenis terapi kelompok untuk merubah perilaku kematuhan minum obat TBC, perubahan perilaku dilatih melalui
tahapan-tahapan
tertentu
sehingga
perilaku
perubahan
diharapkan
dipelajari,
akan
memperlajari
perilaku baru melalui petunjuk dan demostrasi, role play yaitu mempratekkan perilaku dengan memberikan umpan balik dan mengaplikasikan perilaku baru dalam situasi nyata. Penelitian oleh
Renidayati
(2008)
menyatakan pemberian terapi sosial
skill
training
meningkatkan mengatasi
untuk
kemampuan
perilaku
dalam
berkomunikasi yang dilakukan dengan empat tahapan tersebut,
b.
Hubungan karakteristik klien dengan kemampuan pengetahuan klien tentang TBC dalam mengatasi stress pada klien TBC Hasil
penelitian
menunjukkan
ada
kontribusi karakteristik klien terhadap kemampuan mengatasi stres pada klien TBC. Hal ini membuktikan bahwa perubahan kemampuan pengetahuan klien pada penelitian ini tidak sematamata
karena
kelompok
pemberian
suportif,
terapi
tetapi
juga
dipengaruhi oleh karakteristik yang lain, yang dibahas sebagai berikut : 1. Jenis kelamin dengan kemampuan pengetahuan klien tentang TBC Hasil
analisis
jenis
kelamin
menunjukkan jenis kelamin tidak ada hubungan antara kemampuan pengetahuan tentang TBC dengan p value lebih besar dari alpa, dimana nilai p sebesar 0.468 (p > a; 0.05). besarnya jumlah klien yang berjenis kelamin laki-laki mempengaruhi hasil penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Townsed 2009 yang
merupakan jenis
mempengaruhi mengatasi
klien
kelamin
kemampuan dalam
jenis
140
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
kemampuan
pengetahuan
klien
mengatasi stress seseorang, factor
tentang TBC, Dimana laki –laki
pendidikan
lebih tinggi pengetahuannya dari
kemampuan mengatasi seseorang
pada klien perempuan.
menyelesaikan masalah.
2. Status
perkawinan
kemampuan
dengan
pengetahuan
4. Pekerjaan dengan kemampuan klien
klien
tentang TBC
tentang TBC Hasil
Hasil
analisis
mempengaruhi
analisis
penelitian
penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan
menunjukkkan status perkawinan
yang bermakna antara pekerjaan
menu njukkan tidak ada hubungan
dengan kemampuan pengetahuan
yang
klien
bermakna
perkawinan mengatasi
antara
status
tentang
TBC.
Hal
ini
dengan
kemampuan
ditunjjukan dengan nilai p sebesar
perilaku
kemampuan
0.724 (p < a ; 0.05). seseorang
pengetahuan klien tentang TBC
memiliki
dengan nilai p sebesar o.468 (p < a;
meningkatkan
0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
bersifat baik untuk klien TBC
dukungan
terhadap pengetahuan klien tentang
pasangan
meningkatkan
akan
kemampuan
pengetahuan tentang penyakit TBC. 3. Pendidikan
dengan
pekerjaan stimulus
akan yang
TBC. c.
Hubungan karakteristik klien dengan
kemampuan
kemampuan klien minum obat TBC
pengetahuan klien tentang Hasil
dalam mengatasi stress pada klien TBC
analisi
1. Jenis kelamin dengan kemampuan
penelitian
menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna
perilaku kepatuhan minum obat
antara
Analisi menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan
kemampuan
pengetahuan
dengan kloien
kelamin
dengan
kemampuan
tentang TBC. Ini ditunjukka dengan
perilaku nkepatuhan minum obat
oleh nilai p sebesar 0.241 (p < a ;
TBC adalah tidak ada hubungan
0.005).
yang bermakna, hal ini ditunjukkan
hal
ini
sesuai
dengan
pendapat Struat & Laraia (2005) b
dari
TBCahwa
menunjukkan p lebih besar (p < a;
pendidikan
dapat
dijadikan tolak ukur kemampuan
0.05).
hasil
analisis
statistic
141
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 130-142
2. Status
perkawinan
kemampuan
dengan
perilaku
kepatuhan
4. Pendidikan
dengan
kemampuan
perilaku kepatuhan dengan minum
minum obat
obat
Dari hasil analisis menujukkan p
Penelitian menunjukkan tidak ada
lebih besar 0,535 (p < a a; 0.05). hal
kontribusi
ini
terhadap
menunjukkan
perbedakan
tidak
yang
ada
pendidikan kemampuan
klien
menagasti
bermakna
stress pada klien TBC. Hal ini
mengatsi stress pada klien TBC.
dilihat dari hasil uji statistic nilai p
Dengan
penelitian
lebih besar dari alpa 0.528 (p < a;
menyatakan dengan dukungan dari
0.05). dengan pendidikan yang
pasangan
cukup diharapkan seseorang dapat
demikian
akan
kemampuan
meningkatkan
mengatasi
kognitif
dalam pengambilan keputusan atau
dengan
mudah
mengidentifikasi
suatu masalah yang dihadapi klien.
mengatasi suatu masalah. 3. Pendidikan
dengan
kemampuan
perilaku kepatuhan minum obat Setiap
orang
mempunyai
pemaknaan yang berbeda terhadap pendidikan,
tingkat
pendidikan
rendah pada seseorang akan dapat menyebabkan
seseorang
maka
kemampuan mengatasi seseorang tersebut dalam berfikir rasional, menangkap informasi yang baru, menguraikan
masalah
menjadi
rendah. Hal ini dapat diliohat dari hasil penelitian dengan nilai p value lebih besar dari alpa, dengan nilai p sebesar 0.525 (p < a ; 0.05).
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian tentang pengaruh tindakan keperawatan terapi kelompok
suportif
terhadap tingkat kemampuan mengatasi penyakit TBC yang menjalani rawat jalan di BKPM Kota Semarang, sebagian besar responden adalah laki-laki, bekerja sebagai buruh, berpendidikan SMP, dan status perkawinannya adalah tidak kawin. Kemampuan
mengatasi
penyakit
TBC sebelum terapi kelompok suportif dengan Batas pengkategorian kemampuan mengatasi dengan menggunakan kuesioner pada penelitian ini adalah bila responden memiliki nilai kurang dari 20 maka dikatakan
responden
mempunyai
kemampuan mengatasi penyakit TBC.
Eni Hidayati: Engaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress Pada Klien Tbc Di Wilayah Kota Semarang
Perawat di BKPM kota Semarang sebaiknya
mengintegrasikan
asuhan
keperawatan jiwa dalam praktik pelayanan keperawatan pada klien yang menjalani rawat jalan khususnya pada klien penyakit
142
Granholm., E., dkk., 2004. Group cognitive-behavioral social skills training for older outpatients with chronic schizophrenia. Journal of Cognitive Psychoterapy : An International Quarterly, 18(3), 265279.
TBC. Perawat yang bekerja Rumah Sakit sebaiknya perlu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan
dengan
membudayakan penerapan terapi generalis sebagai salah satu terapi untuk menurunkan stress pada klien penyakit TBC. DAFTAR PUSTAKA
Hamada., Y., Ohta, Y., dan Nakane, Y. , 2003. Factors affecting the family support system of patients with schizophrenia: A survey in the remote island of tsushima, http://www3.interscience.wiley.com/ cgi, diperoleh tanggal 15 Februari 2011.
Appelbaum, A.H., 2005. Supportive therapy, http://www.focus. psychiatryonline.org/cgi, diperoleh tanggal 2 Februari 2011.
Holmes., J., 1995. Supportive psychotherapy the search for positive meanings, http://www.bjp.rcpsych.org/cgi, diperoleh tanggal 2 Februari 2011.
Buckey, L.A., 2007. Supportive therapy for schizophrenia. The Cochrane library. http://www.psychosocial.com/ research/current.html, diperoleh tanggal 27 Februari 2011.
Hunt., 2004. A resource kit for self help / support groups for people affeccted by an eating disorder. http://www.medhelp.org/njgroups/ VolunteerGuide.pdf .
Chien, W.T., Chan, S.W.C., dan Thompson, D.R. 2006. Effects of a mutual support group for families of chinese people with schizophrenia: 18-Months follow-up. http://bjp.rcpsych.org, diperoleh tanggal 2 Januari 2011.
Hunziker., 1997. Comparison of group and individual assertive training. Diperoleh tanggal 2 Februari 2011.
Dahlan, M.S., 2008. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Sagung Seto. Fontaine., K.L., 2009, Mental health nursing. (5th ed). New Jersey : Pearson Education, Inc.
Kaplan & Saddock., 2007. Synopsis of psychiatry sciences clinical th psychiatry. (7 ed), Baltimore : Williams & Wilkins.