Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS) (Metabolizable Energy and Dry Matter Digestibility of Rations Containing Several Processing and Level of Lumbricus Rubellus) HETI RESNAWATI, I.A.K. BINTANG dan HARYONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT An experiment was conducted to evaluate the effect of processing and level of earth worm (Lumbricus rubellus) in the ration on metabolizable energy and dry matter digestibility. Twenty four roassters of Babcock strain aged 12-15 months were located into individual cages. The treatments were T0/S0 (Ration without earth worms), T5; T10; T15 (Ration with earth worms meal) and S5; S10; S15 (Ration with raw earth worms). Randomized Completely Design with factorial (2x4) and 3 replications was used for metabolizable energy and dry matter digestibility analysis. Results showed that dry matter digestibility were significantly (P<0.05) influenced by processing and level of earth worm in the ration, but the interaction of both treatments were not significant (P>0.05). Metabolizable energy were highly significant (P<0.01) influenced by processing, and interaction between processing and earth worm levels (P<0.05). It was recommended that earth worms meal can be used until 15% in the broiler ration. Key words: Metabolizable energy, digestibility, processing, earth worms ABSTRAK Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengolahan dan level pemberian cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum terhadap kandungan energi metabolis dan daya cerna bahan kering. Sebanyak 24 ekor ayam jantan petelur umur 12-15 bulan strain Babcock ditempatkan dalam 24 kandang individu. Perlakuan adalah T0/S0=(Ransum basal tanpa cacing tanah). T5=(5% tepung cacing), T10=(10% tepung cacing), T15=(15% tepung cacing), S5=(5% cacing segar), S10=(10% cacing segar) dan S15=(15% cacing segar). Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua pengolahan (tepung dan segar), empat level pemberian (0; 5; 10; 15%) dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dan level cacing tanah dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya cerna bahan kering, sedangkan interaksinya tidak berbeda nyata (P>0,01), sedangkan level dan interaksinya berbeda nyata (P<0,05) terhadap energi metabolis. Pemberian cacing tanah dalam bentuk tepung maupun segar dapat diberikan sampai level 15% dalam ransum ayam pedaging. Kata kunci: Energi metabolis, daya cerna, pengolahan, cacing tanah
569
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang cukup dalam kuantitas dan kualitasnya merupakan salah satu faktor untuk menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Sumber protein hewani untuk menyusun ransum unggas sampai saat ini masih menggunakan tepung ikan yang sebagian besar masih di import, karena produksi tepung ikan lokal belum dapat memenuhi kebutuhan. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan pendayagunaan sumber hayati yang belum lazim (inkonvensional). Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung protein (64-76%) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan (58%). Selain itu kandungan asam aminonya lengkap, berlemak rendah, mudah dicerna dan tidak mengandung racun (RUKMANA, 1989 dan PALUNGKUN, 1999). Oleh karena itu, cacing tanah merupakan pakan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan dalam teknologi budidaya dan pasca produksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan energi metabolis dan daya cerna bahan kering dari berbagai jenis pengolahan dan level pemberian cacing tanah untuk ransum ayam pedaging. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan program unggas, Balai Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Juni s.d. September 2000. Materi yang digunakan sebanyak 24 ekor ayam jantan jenis coklat strain Babcock umur 12-15 bulan, ditempatkan dalam kandang individu terbuat dari kawat yang masing-masing berukuran panjangxlebarxtinggi (55x35x60 cm) didalam ruangan khusus. Air minum diberikan secara ad libitum dengan penambahan vitamin/anti stress untuk menjaga kondisi ayam selama percobaan dilakukan. Bahan pakan yang digunakan terdiri dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) segar setelah digiling/dilumatkan dan tepung cacing tanah yang diproses dengan pengeringan sinar matahari. Masing-masing bahan pakan tersebut sebelum diberikan pada ayam dicampur dengan ransum basal yang terdiri dari 7 macam ransum yang komposisi bahan pakan dan kandungan zat nutrisi dari semua perlakuan ransum tercantum pada Tabel 1. Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan ini terdiri dari timbangan ayam, timbangan elektronik untuk sampel, pipa corong (funnel) dengan pendorong khusus untuk mencekok ransum pada ayam, tempat penampung kotoran, kantong plastik, oven pengering dan mesin giling sampel sebelum dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Pengukuran daya cerna bahan kering dan energi metabolis ransum dilakukan berdasarkan metode SIBBALD (1983). Ransum percobaan diberikan setelah ayam sebelumnya dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian ransum dicekokkan melalui mulut ayam dengan menggunakan alat bantu khusus berbentuk pipa corong (funnel) sebanyak 40 gram per ekor. Kemudian dilakukan penampungan kotoran ayam (feces) selama 36 jam. Seluruh sampel kotoran tersebut dikeringkan dalam oven (600-700C) kemudian ditimbang bobot keringnya. Sampel ransum yang diberikan dan sampel feces dianalisis kandungan/persentase bahan keringnya (dry matter), kemudian daya cerna bahan pakan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
570
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
TPr x BKr-(TF x BKf-TFe x BKe) Daya Cerna (BK) = _______________________________ x 100% TPr x BKr Keterangan: - BK - TPr - BKr - TF - BKf - Tfe - Bke
= Bahan Kering = Total Pemberian ransum = Bahan Kering ransum = Total Feces = Bahan Kering feces = Total Feces puasa (Endogenous) = Bahan Kering feces puasa
Tabel 1. Komposisi dan kandungan zat nutrisi ransum percobaan Ransum T0/S0
T5
T10
Jagung
50
50
52
Dedak padi
Bahan pakan
T15
S5
S10
S15
50
50
52
50 9,5
(%) 9,5
9,5
9,5
9,5
9,5
9,5
Minyak kelapa
3
3
3
3
3
3
3
Bk. kedele
20
20
20
20
20
20
20
Tepung ikan
15
10
5
0
10
5
0
Tepung cacing
0
5
10
15
5
10
15
Cacing segar
-
-
-
-
5
10
15
Tepung tulang
1
1
1
1
1
1
1
Ca Co3
1
1
1
1
1
1
1
Premix Jumlah:
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
100
100
100
100
100
100
100
Kandungan zat nutrisi: Protein (%)
21,28
22,23
23,8
24,13
22,23
23,8
24,13
E.M.
2568,1
2448,1
2662,1
2613,1
2444,1
2662,1
2613,1
(Kkal/kg)
Keterangan: - T0 = Ransum Basal tanpa cacing tanah - T5 = Ransum Basal+5% tepung cacing tanah - T10 = Ransum Basal+10% tepung cacing - T15 = Ransum Basal+15% tepung cacing tanah
- S0 = Ransum Basal tanpa cacing tanah segar - S5 = Ransum Basal+5% cacing tanah segar - S10 = Ransum Basal+10% cacing tanah segar - S15 = Ransum Basal+15% cacing tanah segar
Pengukuran energi dilakukan dengan alat "Bomb calorimeter" di laboratorium. Nilai Energi Metabolis (EM) dari bahan pakan diperoleh dengan menghitung jumlah energi yang dikonsumsi dikurangi dengan energi yang terbuang dalam feces dan energi endogenous dengan menggunakan rumus (SIBBALD, 1983) sebagai berikut:
571
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
(TPr x BKr x EBr)-{(TF x BKf x EBf)-(TFe x BKe x EBe)} EM
= ___________________________________________________
(Kkal/kg) Keterangan: - EM - TPr - TF - Tfe - BKr - BKf - Bke - Ebr - Ebf - Ebe
TPr x BKr = Energi Metabolis, dengan satuan Kilo kalori/kg pakan = Total Pemberian ransum = Total Feces = Total Feces puasa = Bahan kering ransum = Bahan Kering Feces = Bahan Kering Feces puasa = Energi bruto ransum = Energi Bruto feces = Energi Bruto feces puasa (Endogenous)
Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur dianalisis dengan sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan dilakukan uji Duncan (STEEL dan TORRIE, 1981). HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Cerna Bahan Kering Persentase daya cerna bahan kering dari masing-masing ransum perlakuan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan daya cerna (%) bahan kering pada berbagai pengolahan dan level pemberian cacing tanah Pengolahan cacing tanah
Level cacing tanah (%)
Rataan:
0
5
10
15
Te p u n g
54,40
51,78
62,28
66,07
58,63A
Segar
54,40
41,84
49,30
62,78
52,08B
Rataan :
b
c
b
a
54,40
46,81
55,79
64,43
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0,05)
Hasil analisis sidik ragam, menunjukkan bahwa faktor pengolahan dan level pemberian cacing tanah dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya cerna bahan kering ransum, sedangkan interaksi antara keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Rataan daya cerna ransum yang menggunakan tepung cacing lebih tinggi (58,63%) dibandingkan dengan rataan daya cerna ransum yang menggunakan cacing tanah segar (52,08%). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh TILMAN et al. (1989) bahwa daya cerna makanan dipengaruhi oleh komposisi kimia, proses pengolahan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pemberian level cacing tanah dalam ransum sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi daya cerna bahan kering. Makin tinggi pemberian level cacing tanah dalam bentuk tepung maupun segar maka daya cerna bahan keringnya makin meningkat. Keadaan ini menunjukkan bahwa kandungan zat-zat
572
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
makanan dari cacing tanah mudah dicerna dalam saluran pencernaan ayam, sehingga dapat dianjurkan penggunaannya sampai level 15% dalam ransum ayam pedaging. Energi metabolis Kandungan energi metabolis pada semua perlakuan tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan energi metabolis (Kkal/kg) pada berbagai pengolahan dan level pemberian cacing tanah Level cacing tanah (%)
Pengolahan cacing tanah
Rataan
0
5
10
15
Tepung
2555
2997
3145
2962
2915A
Segar
2555
2318
2388
2472
2433B
Rataan :
b
a
a
2555
ab
2658
2767
2717
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <0,05)
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengolahan cacing tanah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap energi metabolis, sedangkan level pemberian dan interaksi antara kedua faktor memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Energi metabolis ransum yang mengandung cacing tanah dalam bentuk tepung lebih tinggi dibandingkan dengan EM ransum yang mengandung cacing tanah segar. Hal ini berarti kandungan zat-zat nutrisi cacing tanah dalam bentuk tepung lebih mudah dimetabolisme menjadi energi. Sejalan dengan yang dikemukakan ANGGORODI (1974) dan DADANG (1996), bahwa nilai energi suatu bahan makanan ditentukan oleh metabolisme kandungan zat-zat makanannya. Makin tinggi pemberian cacing tanah segar maka energi metabolis cenderung makin meningkat. Hal ini kemungkinan antara lain sebabkan oleh makin meningkatnya kandungan air didalam ransum sehingga daya cerna energi makin meningkat. Level pemberian cacing tanah 10% dalam bentuk tepung maupun segar menunjukkan hasil rataan energi metabolis paling tinggi (2767 Kkal/kg). KESIMPULAN Ditinjau dari nilai daya cerna bahan kering dan energi metabolis maka: - Pemberian cacing tanah dalam bentuk tepung lebih baik dibandingkan dengan segar. - Level pemberian cacing tanah bisa digunakan sampai 15% dalam ransum ayam pedaging. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat-zat nutrisi cacing tanah lainnya terutama asam-asam amino dan asam-asam lemaknya.
573
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. DADANG, S. 1996. Tehnik Analisa Protein Kasar. Buletin Teknik Pertanian. Balai Penelitian Ternak, CiawiBogor. FARREL, D.J. 1974. Effects of Dietary Energy Concentration on Utilization of Energy by Broiler Chickens and Body Composition Determined by Carcass Analysis and Predicted Using Tritium. Br. Poultry Sci. 15:25. PALUNGKUN, R. 1999. Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebar Swadaya. Jakarta. RUKMANA, R. 1989. Budi Daya Cacing Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. SIBBALD, IR. 1983. A Bioassay for True Metabolizable Energy in Feeding Stuffs. Poultry Science 55: 303-308. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1989. Principles and Procedures of Statistics. Mc.Grow Hill Book Co. New York. TILMAN, A.D. HARTADI, SOEDOMO, SOEHARTO dan SOEKARNO. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
574