Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada Konsep Ekosistem Kelas VII Siswa SMP Negeri 9 Samarinda Elya Susanti, Akhmad, Helmy Hassan Program Studi Pendidikan BiologiFKIP Universitas Mulawarman, Samarinda Abstrak Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Samarinda, diketahui bahwa cara mengajar di sekolah tersebut rata-rata masih menggunakan metode ceramah saja dan dilanjut dengan pemberian tugas. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rata-rata berada dibawah KKM. Model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya ialah SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R dan SQ3R pada konsep Ekosistem kelas VII siswa SMP Negeri 9 Samarinda. Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi bagi pengajar agar dapat menerapkan model pembelajaran di sela-sela penggunaan model pembelajaran konvensional dan direct instruction, untuk menciptakan suasana berbeda yang lebih variatif sehingga menghilangkan kejenuhan siswa. Serta memberikan informasi bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan rata-rata pretest dan rata-rata posttest. Analisis data menggunakan uji-t dengan perhitungan data secara manual. Dari data yang diperoleh didapatkan nilai rata-rata kelas yang menggunakan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) sebesar 81, sedangkan nilai rata-rata kelas yang menggunakan model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) sebesar 71,9. Hasil analisis data menunjukkan bahwa t hitung (3,23) lebih besar dari ttabeluntuk taraf 0,05 (2,024). Hal ini berarti terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada konsep Ekosistem kelas VII siswa SMP Negeri 9 Samarinda. Kata kunci: model pembelajaran SQ4R dan SQ3R, hasil belajar, ekosistem
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat guna meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, khususnya yang pada saat ini yang masih sekolah. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan itu sendiri dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan indikator atau cerminan siswa tersebut memiliki kualitas yang baik atau tidak baik. Terlepas dari indikator pendidikan yaitu hasil belajar siswa tidak dapat selalu diukur dengan hasil, ada beberapa faktor penting dalam mencapai tujuan pembelajaran selain hasil belajar untuk menentukan kualitas siswa salah satunya proses pembelajaran yang mengamati siswa pada saat pelajaran berlangsung. Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa secara individu maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi dengan siswa, dalam kegiatan interaksi tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa. Sebagai ilustrasi, siswa yang pada semester satu SMP belum dapat berbahasa Inggris. Setelah belajar bahasa Inggris selama enam semester, maka siswa tersebut telah dapat berbahasa Inggris secara baik dan benar pada taraf sederhana. Di “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 76
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
samping itu, semula tinggi badan siswa pada semester lalu tersebut tercatat 152 cm. pada semester enam, tinggi badan siswa tersebut tercatat 158 cm. Pada siswa SMP tersebut ditemukan adanya pertumbuhan jasmani, di samping perkembangan mental siswa tersebut berkat pemeliharaan dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (Dimyati, 2006). Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilahistilah tersebut adalah: 1) pendekatan pembelajaran, 2) strategi pembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) teknik atau taktik pembelajaran, dan 5) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tenteng penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dan 2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambanan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran dan bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Senjaya, 2008) seperti yang telah diutarakan di atas. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengiplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: 1) ceramah, 2) demonstrasi, 3) diskusi, 4) simulasi, 5) laboratorium, 6) pengalaman lapangan, 7) brainstorming, 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya (Nunuk, 2012). Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relative banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 77
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai di bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pebelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat). Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Sudrajat, 2008). Menurut Syaiful Sagala (dalam supriyono, 2009) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, pengaturan materi dan member petunjuk kepada guru di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran ialah pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas (Supriyono, 2009). Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Samarinda, diketahui bahwa cara mengajar di sekolah tersebut rata-rata masih menggunakan metode ceramah saja dan dilanjut dengan pemberian tugas. Menurut keterangan dari beberapa siswa kelas VII SMPN 9 Samarinda, dengan cara mengajar tersebut menimbulkan rasa bosan sehingga siswa-siswi tersebut kurang fokus, kurang bergairah, kurang aktif, dan ada yang ribut sendiri di dalam kelas saat gurunya memberikan pelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai cara agar meningkatkan semangat siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang maksimal dengan memberikan cara mengajar yang tidak hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa SMP Negeri 9 Samarinda yang rata-rata berada dibawah KKM, hanya beberapa siswa saja yang nilainya diatas KKM misalnya 80, 85, 90 siswa lain yang mimiliki hasil belajar di bawah KKM rata-rata memiliki nilai dibawah 80 seperti 50, 60, 65 dengan demikian berarti hasil yang dicapai belum sesuai harapan. Dalam pembelajaran sains perlu memperhatikan 3 aspek yaitu produk, proses, serta nilai-nilai atau sikap. Dalam mengajar guru harus mengajarkan keaktifan belajar siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan dan menumbuhkan situasi belajar siswa agar materi menjadi mudah dipahami dan mendapatkan hasl belajar siswa yang baik dan kondusif khususnya bidang studi biologi. Interaksi yang efektif akan terjadi jika guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan melibatkan siswa untuk aktif. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa mengembangkan kemampuan secara individu maupun kelompok “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 78
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
untuk mencermati sebuah teks bacaan dan membuat atau membayangkan suatu konteks aktual yang relevan dari teks bacaan tersebut yang dilengkapi dengan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut. Metode ini juga membantu siswa untuk mengambil sikap bahwa buku yang akan dibaca tersebut sesuai kebutuhan atau tidak. Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) yaitu strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa yaitu dengan memberi tugas kepada siswa untuk membaca bahan belajar atau bacaan yang terdapat dalam buku LKS siswa secara cermat dan seksama, kemudian mencatat ide pokok dari setiap paragrap yang dibaca, setelah itu membuat beberapa pertanyaan disertai dengan jawaban masing-masing pertanyaan, dan menghafal setiap pertanyaan dan jawaban yang telah disusun oleh siswa untuk ditinjau ulang kembali secara menyeluruh. Model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) yaitu pengembangan dari model pembelajaran SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect yang merupakan aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan dengan menuliskan suatu peristiwa sesuai dengan yang telah dipelajari. Pendekatan pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) dan SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui teks bacaan agar membekali siswa dengan suatu pendekatan sistematis terhadap jenis-jenis membaca. Hal tersebut mencerminkan bekal untuk keperluan peningkatan cara belajar sistematis, efektif, dan efisien. Kelebihan model SQ3R hampir sama dengan model SQ4R yaitu membuat siswa lebih kritis dan melatih kemampuan untuk mengidentifikasi suatu teks bacaan. Penulis mencoba melakukan penelitian dengan cara membandingkan model pembelajaran SQ3R dengan SQ4R yang diterapkan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, hal ini memicu semangat siswa dalam belajar IPA-Biologi. Pada dasarnya model pembelajaran SQ3R dan SQ4R hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok. Pada model pembelajaran SQ3R dan SQ4R melatih siswa secara berkelompok untuk berfikir kritis dalam menelaah suatu teks bacaan sehingga membutuhkan pemahaman yang tinggi di setiap masing-masing siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran SQ3R lebih baik dari pada model konvensional. Sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran SQ4R lebih baik dari pada model konvensional. Akan tetapi belum ada penelitian yang membandingkan antara kedua model tersebut, manakah diantara kedua model tersebut yang memberikan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada konsep Ekosistem kelas VII siswa SMP Negeri 9 Samarinda. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah causal comparative research, merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Jenis penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan penggunaan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 79
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Recite, Review) dan SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) terhadap variabel hasil belajar siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain pretest-posttest. Peneliti mengadakan eksperimen kepada dua kelas yang berbeda yaitu kelas VII-E yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) dan kelas VII-H yang diajarkan dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review). Penelitiaan dilaksanakan selama empat bulan dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juli yang bertempat di SMP Negeri 9 Samarinda. Variabel bebas (Variabel Independen) : model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dan SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review). Variabel terikat (Variabel Dependen) : hasil belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem. Definisi Operasional penelitian yaitu model pembelajaran SQ3R adalah model yang digunakan untuk belajar secara sistematis, efektif dan efisien, karena siswa akan belajar memahami serta meneliti suatu bacaan yang akan menjadi panduan pada pembelajaran dengan yaitu dengan memberi tugas kepada siswa untuk membaca bahan belajar atau bacaan yang terdapat dalam buku LKS siswa secara cermat dan seksama, kemudian mencatat ide pokok dari setiap paragrap yang dibaca, setelah itu membuat beberapa pertanyaan disertai dengan jawaban masing-masing pertanyaan, dan menghafal setiap pertanyaan dan jawaban yang telah disusun oleh siswa untuk ditinjau ulang kembali secara menyeluruh. Model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) yaitu pengembangan dari model pembelajaran SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect yang merupakan aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan dengan menuliskan suatu peristiwa sesuai dengan yang telah dipelajari. Hasil belajar adalah nilai atau skor yang diperoleh oleh siswa setelah proses belajar mengajar yaitu peningkatan kemampuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang mendapatkan skor rendah setelah pembelajaran siswa mendapatkan skor yang lebih tinggi karena telah memahami materi yang diajarkan. Perubahan perilaku juga terjadi pada siswa karena pada umumnya siswa diberi tugas secara individu berupa soal-soal, tetapi pada penelitian ini siswa diberi tugas secara berkelompok yang membuat siswa aktif dalam bekerja sama. Menurut Sugiyono (2014). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 9 Samarinda yang terbagi dalam 8 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diambil dua kelas, yaitu kelas VII-E yang berjumlah 20 siswa sebagai kelompok kelas yang menggunakan model pembelajaran SQ3R, kelas VII-H yang berjumlah 20 siswa sebagai kelompok kelas yang menggunakan model pembelajaran SQ4R. Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel digunakan teknik Purposive Sampling. Teknik sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil,
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 80
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan (Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan instrumen sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan adalah berupa soal pilhan ganda berjumlah 25 item dengan 4 option untuk mengukur sejauh mana siswa mampu memahami dan menguasai pelajaran yang diberikan. Pemberian soal dilakukan pada saat pretest dan posttest. Setiap soal yang diberikan adalah sama, baik di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Instrumen yang digunakan harus memiliki karakteristik yang baik, maka perlu dilakukan pengujian instrument yang layak. Prosedur yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa pertemuan dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Perencanaan Kegiatan a. Menyiapkan skenario pembelajaran melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus, materi IPA-Biologi pada konsep atau pokok bahasan ekosistem kelas VII dan model pembelajaran untuk mengetahui perbedaan penggunaan model pembelajaran SQ3R dan SQ4R terhadap hasil belajar siswa. b. Peneliti menyiapkan materi yang akan diajarkan. c. Menyiapkan soal pretest-posttest sesuai dengan materi dalam silabus. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) dan SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) penelitian ini menekankan pada hasil belajar IPA-Biologi konsep atau pokok bahasan ekosistem. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam dalam penelitian adalah dokumentasi Dilakukan dengan cara memanfaatkan arsip-arsip sumber data, seperti presensi nama siswa, nomor absen, nomor induk, digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan siswa, quesioner adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada guru-guru ipa kelas VII di SMP Negeri 9 Samarinda sebelum penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran SQ3R (survey, question, read, recite, review) dan SQ4R (survey,question, read, reflect, recite, review) sudah pernah diterapkan atau belum saat melaksanakan kegaiatan belajar mengajar di SMP Negeri 9 Samarinda dan tes bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar masing-masing siswa. Tes ini dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa. Tes terbagi menjadi tiga teknik penilaian, yaitu Pretest, Posttest dan Evaluasi. Berdasarkan pada tujuan penelitian maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistika yang membahas cara-cara penyajian data, sehingga data tersebut mudah dimengerti. Data tersebut misalnya disajikan dalam bentuk grafik, diagram, kurva, tabel, dan lain sebagainya. Statistik deskriptif merupakan data mengenai frekuensi, presentase, ratarata, standar deviasi, skor terendah dan skor tertinggi. Statistik inferensial adalah suatu alat pengumpul data, pengolah data, menarik kesimpulan, membuat tindakan berdasarkan analisis yang dikumpulkan atau statistika yang digunakan menganalisis data sampel dan hasilnya dimanfaatkan untuk populasi (Riduan, 2007). Teknik analisis data merupakan uji prasyarat dan uji hipotesis yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t. Untuk mengetahui apakah data berasal dari data yang berdistribusi normal, dilakukan uji normalitas menggunakan uji KolmogorovSmirnov program SPSS versi 21, uji homogenitas menggunakan program Microsoft “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 81
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
excel, dan uji t menggunakan program Microsoft excel dan perhitungan manual. Uji hipotesis dilakukan setelah semua data terkumpul dan dianalisis dengan statistik uji t. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil nilai ulangan semester ganjil siswa ditentukan dua kelompok eksperimen yang terpilih dari delapan kelompok populasi menggunakan teknik purposive sampling. Yakni kelas VII-E dan VII-H, karena memiliki nilai rata-rata yang paling mirip dengan jumlah siswa untuk kelas VII-E sebanyak 34 siswa dan untuk kelas VII-H sebanyak 35 siswa, jumlah total sebanyak 69 siswa. Jumlah siswa kemudian menyelaraskan jumlah siswa dengan cara mengambil standar nilai ulangan semester ganjil 61-70, 71-80, 81-90 dari masing-masing kelas lalu saat mendapatkan siswa dengan standar nilai yang telah ditentukan, diambil jumlah siswa paling sedikit pada setiap standar nilai tersebut, sehingga jumlah seluruh sampel sebanyak 40 siswa yakni dari kelas VII-E 20 sebanyak 20 siswa dan kelas VII-H sebanyak 20 siswa. Data sampel pada penelitian ini kemudian diuji menggunakan program SPSS.21 yaitu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui bahwa sampel bersifat normal dan berasal dari populasi yang homogen. Sebelum memberi perlakuan pada kelas VII-E dan VII-H, peneliti menguji soal di kelas VII-A sebanyak 40 soal setelah hasil uji soal didapatkan lalu diuji dahulu validitasnya menggunakan program Microsoft Excel diperoleh hasil validitas yaitu 26 soal yang valid dan 14 soal yang tidak valid. Perhitungan validitas soal terdapat dalam lampiran 5. Soal yang valid sebanyak 26 soal diseleksi menjadi 25 soal saja yang akan menjadi soal pretest dan posttest Penyampaian materi pada tiap-tiap kelas dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, dalam setiap pertemuan untuk pertama kali tatap muka diawali dengan pretest berupa tes tertulis pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan waktu 45 menit setelah itu pada tiap-tiap kelas diberi perlakuan berupa materi ekosistem sebanyak 4 kali pertemuan, pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa diawal sebelum diberi perlakuan setelah materi selesai disampaikan, pembelajaran di akhiri dengan pemberian posttest berupa tes tertulis dengan soal yang sama pada saat pemberian pretest dan dikerjakan dalam waktu yang sama yakni 45 menit. Sehingga setiap sampel memperoleh nilai pretest dan nilai posttest yang kemudian dicari rata-rata nya. Hasil dari pretest dan posttest inilah yang akan dianalisis untuk menjawab hipotesis penelitian, selain itu rata-rata nilai posttest juga sebagai nilai akhir siswa dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dan SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review). Hasil perhitungan tersebut kemudian dirata-ratakan dan dijadikan sebagai nilai hasil belajar siswa. Untuk model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) diberikan kepada kelas VII-E dengan jumlah sampel sebanyak 20 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, pada kelas VII-E yang diberi perlakuan dengan model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) memiliki nilai rata-rata yaitu 81. Berikut tabel deskripsi data hasil penelitian meliputi jumlah siswa, rata-rata, nilai, nilai terendah, nilai tertinggi, dan standar deviasi untuk kelas VII-E dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Hasil Penelitian untuk Model Pembelajaran SQ3R Model N Minimum Maximum Rata-Rata SQ3R 20 60 96 81
Std. Deviation 0.37
Model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) diaplikasikan pada kelompok eksperimen di kelas VII-H dengan jumlah dengan jumlah sampel sebanyak 20 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, pada kelas VII-H yang diberi “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 82
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
perlakuan menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) juga memiliki nilai rata-rata yaitu 71,9. Berikut tabel deskripsi data hasil penelitian meliputi jumlah siswa, rata-rata, nilai, nilai terendah, nilai tertinggi, dan standar deviasi untuk kelas VII-H dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian untuk Model Pembelajaran SQ4R Model N Minimum Maximum Rata-Rata SQ4R 20 64 80 71,9
Std. Deviation 0.33
Dengan melihat nilai rata-rata diketahui dan terbukti bahwa kedua sampel tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang hampir sama (homogen). Dalam perhitungan normalitas menggunakan rumus one sample Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas dengan rumus Levene dengan menggunakan SPSS.21 dan terbukti hasilnya bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Hasil uji normalitas telah diketahui bahwa data dari kedua sampel berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.588 > 0.05, sehingga dinyatakan berdistribusi normal dengan asumsi signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan penelitian sebesar 0.05. Uji homogenitas data sampel, hasil uji menunjukkan nilai bahwa data sampel dari kedua kelompok dinyatakan homogen antar kelompok hal ini dilihat dari nilai P(F<=f) one-tail dan F Critical one-tail yang menyatakan 0.18 < 2.22 maka dinyatakan data dari kedua sampel homogen atau mempunyai varian yang sama. Setelah masing-masing kelas sampel di ketahui homogen maka selanjutnya peneliti menguji hipotesis dengan menggunakan uji t Separated Varians. Uji t menggunakan nilai posttest dari kelas VII-E dan VII-H. Berdasarkan perhitungan manual pada lampiran 7, nilai thitung sebesar 3,23 setelah itu dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 38 sebesar 2,024 maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada konsep ekosistem pada konsep ekosistem kelas VII Siswa SMP Negeri 9 Samarinda. Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji t Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas Rata-Rata VII-E 81 VII-H 71,9
thitung
ttabel
3,23
2,024
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada konsep ekosistem pada konsep ekosistem kelas VII Siswa SMP Negeri 9 Samarinda. Hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata kelas VII-E yang diberikan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) sebesar 81 dan kelas VII-H yang diberikan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) memperoleh nilai rata-rata sebesar 71,9. Setelah dianalisis menggunakan uji t pada taraf signifikan 5% hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dengan hasil belajar siswa model “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 83
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) hal ini membuktikan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) lebih baik dari model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review). Hasil analisis terhadap perbedaan hasil belajar siswa terdapat pada Gambar 1. 82 80
81
78 76 74
1
72
2
70
71,9
68 66 1
Kelas VII-H (SQ4R)
2
Kelas VII-E (SQ3R)
Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai Hasl Belajar
Hasil belajar siswa kelas VII-H yang diberikan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) lebih rendah dari pada kelas VII-E yang diberikan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), dikarenakan sintaks model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) lebih banyak dari sintak model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) yaitu dengan menambahkan unsur Reflect yaitu memberikan contoh yang relevan dari suatu peristiwa menurut teks bacaan atau bahan ajar artinya siswa belajar memberikan contoh tentang apa yang telah dipelajari agar lebih memahami materi yang disampaikan dan juga pada sintaks pertama untuk mencari ide pokok dari suatu teks bacaan. Selain itu, yang menjadi penyebab adalah rata-rata siswa tidak mengetahui apa yang disebut dengan ide pokok suatu bacaan sehingga butuh waktu yang lama untuk guru menjelaskan ulang tentang ide pokok dan menugaskan siswa untuk mencari ide pokok namun berdasarkan nilai posttest yang di diperoleh kelas VII-H pada akhir pembelajaran menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal dengan rata-rata mencapai 71,9 saja, namun yang menjadi permasalahan secara kompleks adalah bukan sintaks Reflect itu sendiri karena pada model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) tidak terdapat sintaks Reflect melainkan siswa merasa bingung untuk mencari ide pokok suatu bacaan disamping itu siswa juga mencari contoh dari suatu peristiwa pada bacaan yang membuat siswa harus membaca ulang seluruh teks bacaan dengan cermat hal ini yang membuat model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) lebih sulit untuk diterapkan serta membuat siswa enggan untuk membaca sehingga membutuhkan waktu yang lama dan tidak efektif. Sintak membaca menjadi poin penting untuk menstimulus imajinasi siswa agar dapat menyusun berjuta kreativitas pertanyaan hasil ketidakpahaman saat membaca materi. Selain itu, pada akhir materi guru tidak bisa menyanyakan ulang pada sintak Review tentang apa yang telah didapatkan dari ide pokok, menjawab pertanyaan yang siswa buat sendiri, mencari contoh yang relevan serta apa yang dipahami mengenai bahan bacaan tersebut dikarenakan waktu yang telah habis sehingga guru belum terlalu mengetahui “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 84
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
sejauh mana pemahaman siswa melalui sintak Review tentang materi yang telah disampaikan. Setiap model pembelajaran kooperatif memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) seperti yang telah dinyatakan oleh Rintayati, Peduk dkk (2014) dan Zulaikha, Siti dkk (2014). Kelebihan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) hampir sama dengan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) yaitu siswa secara berkelompok ditugaskan dengan mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi pemahaman terhadap buku tersebut. Dengan adanya tahap survey pada awal pembelajaran, hal ini membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat, karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan. Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu memahami secara cepat dan membantu ingatan. Melalui review atau mengulang akan memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh atas bahan yang dibaca hanya saja pada model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) ditambahkan unsur Reflect yaitu mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami dan mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi Rintayati, Peduk dkk (2014) dan Zulaikha, Siti dkk (2014). Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) yaitu guru akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan buku bacaan untuk masing-masing siswa jika tidak semua siswa memiliki buku bacaan sedangkan model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) memiliki kelemahan yakni model pembelajaran ini merupakan sebuah sistem yang diterapkan dalam melakukan aktivitas membaca atau belajar karena model ini merupakan sebuah rantai yang setiap bagiannya saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga harus dilalui oleh pembaca apabila hendak memperoleh pemahaman yang maksimal. Model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dipandang terlalu rumit, sehingga banyak orang yang merasa enggan menerapkan metode ini dalam kegiatan membaca. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) dan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada konsep ekosistem kelas VII Siswa SMP Negeri 9 Samarinda dengan nilai rata-rata kelas VII-E yang menggunakan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) sebesar 81 dan telah memenuhi KKM yaitu 75 sedangkan pada kelas VII-H yang menggunakan model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 71,9. Hal ini dikarenakan kelas VII-E lebih aktif dan lebih cepat memahami materi dan arahan tugas melalui model SQ3R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada kelas VII-H siswa cenderung tidak terlalu aktif dan terlalu lama untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru sehingga model pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) tidak berjalan sebagaimana mestinya karena keterbatasan waktu. “Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 85
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta Barnadib, Sutari Imam. 2013. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Ombak: Yogyakarta Champion Ward, Frederick. 1981. Belajar Untuk Hidup Dunia Pendidikan Hari Kini dan Hari Esok. Bharatara Karya Aksara:Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta:Jakarta Fatonah, Siti dan K. Prasetyo, Zuhdan. 2014. Pembelajaran Sains. Penerbit Ombak: Yogyakarta Holt, John. 2012. Belajar Sepanjang Waktu. Erlangga: Jakarta Janawi. 2013. Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran. Ombak: Yogyakarta Prayitno, Yatim. H. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana : Jakarta Riduan, M. 2007. Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta: Bandung Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Alfabeta:Bandung Rintayati, Peduk dkk. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Membaca Intensif. Jurnal PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. J. 1: 2-3 Roestiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Bhineka Cipta : Jakarta Sanjaya, Wina. 2006. Stretegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media : Jakarta Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran, (Online), (http://smacepiring.wordpress.com, diakses 16 Maret 2016) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori&Aplikasi. AR-RUZZ MEDIA: Maguwoharjo Suprijono, Agus. 2014.Cooperative Learning. Pustaka pelajar:Yogyakarta Suryani, Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Ombak:Yogyakarta Susilo. 2009. Penelitian Pendidikan. Poliyama Widya Pustaka:Jakarta Toenlie, A.J.E dkk. 1991. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Remaja Rosdakarya:Bandung Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara:Jakarta Wilis, Ratna. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga:Jakarta Zulaikha, Siti dkk. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ4R Berbasis Keterampilan Proses Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD GUGUS LETKOL WISNU. Vol: 2 No: 1. 3-4.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21” 86