Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
EKSTRAK DAUN NIPAH SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA SS-304 DALAM LARUTAN H2SO4 NIPAH LEAF EXTRACT AS CORROSION INHIBITORS FOR SS-304 IN H2SO4 SOLUTION Victor Kayadoe, Rachel Turalely Prodi Kimia Pendidikan Kimia FKIP Unpatti e-mail:
[email protected]
Abstrak. Pengujian terhadap inhibisi korosi baja SS-304 dalam larutan H2SO4 1M menggunakan ekstrak daun nipah dengan metode pengurangan berat telah dilakukan. Ekstrak daun nipah diperoleh melalui ekstraksi maserasi serbuk daun nipah kering dalam pelarut metanol selama 24 jam. Ekstrak yang telah bebas pelarut diuji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa-senyawa metabolit sekunder. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol daun nipah terkandung flavonoid dan saponin. Uji inhibisi korosi dilakukan dengan variasi konsentrasi inhibitor pada perendaman selama 3 jam untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi inhibisi dan laju korosi per tahun. Hasil menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Efisiensi inhibisi maksimum diperoleh pada konsentrasi 50 g/L yaitu 77,45% dengan laju korosi 7,54 mm/tahun. Kata kunci: Ekstrak daun nipah, Inhibitor Korosi, SS-304, Lautan H2SO4 Abstract. Testing on corrosion inhibition of SS-304 in 1 M H2SO4 solution using palm leaf extract with weight reduction method has been done. The extract obtained by maceration extraction powder of dry palm leaves in methanol for 24 hours. The solvent-free extract was tested phytochemical to determine the content of secondary metabolites compounds. Phytochemical test results showed that the methanol extract of palm leaves contained flavonoids and saponins. Corrosion inhibition test was done by varying concentrations of inhibitors in immersion for 3 hours to determine the effect on the efficiency of inhibition and corrosion rate per year. The results showed that the inhibition efficiency increases with increasing concentration of inhibitor. The maximum inhibition efficiency obtained at a concentration of 50 g / L is 77.45% with the corrosion rate of 7.54 mm / year.
Keywords: Nipah Leaf Extract, Corrosion Inhibitor, SS-304, H2SO4 Solution sedikit anggaran yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan permasalahan yang timbul akibat korosi. Dalam Widharto (2001) dikatakan bahwa kerugian akibat korosi di Amerika mencapai 15 miliar dollar atau sekitar 15 triliun rupiah per tahun. Dalam dunia industri, proses korosi dapat mengakibatkan gagal produksi akibat kontaminasi karat, khususnya industri yang tidak memperbolehkan adanya kontaminasi seperti plastik transparan, pigmen, makanan, obatobatan, dan semikonduktor (Fontana & Greene,
PENDAHULUAN Korosi merupakan masalah besar pada material logam yang tidak dapat dihindari karena hampir semua logam lebih stabil dalam keadaan teroksidasi. Kondisi ini mengakibatkan daya guna logam tersebut menjadi berkurang, karena oleh korosi logam diubah ke dalam bentuk garam, oksida ataupun hidroksida. Dampaknya adalah terjadinya bencana yang dapat merugikan manusia, baik material, dana, maupun korban jiwa. Tidak heran bahwa tidak
C-99
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
1978). Baja SS-304 merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam industri. Walaupun memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan kelompok baja martensitik dan ferritik, salah satu baja jenis baja austenitik ini dapat mengalami korosi akibat perlakuan mekanik dan penggunaan larutan asam. Salah satu proses dalam industri yang dapat memicu korosi pada baja adalah proses pickling, proses penghilangan kerak yang terbentuk pada baja dengan menggunakan larutan asam, seperti H2SO4 dan HCl. Selama pickling, kerak baja yang lebih tipis dan mudah larut dihilangkan sebelum kerak yang lebih tebal dan kurang larut. Akibatnya, sebagian logam dasar yang terekspos asam akan diserang sebelum proses pickling selesai dilakukan. Untuk mengatasi masalah ini maka dapat dilakukan penambahan inhibitor saat proses pickling dilakukan (Shreir dkk, 1994). Inhibitor adalah suatu zat yang bila ditambahkan dalam konsentrasi kecil dalam suatu lingkungan yang korosif, akan menurunkan laju korosi secara efektif (Fontana & Greene, 1978; Widharto, 2001). Selain kemampuan dalam menghambat korosi dengan efisiensi yang tinggi, aspek ramah lingkungan dan toksisitas perlu mendapat perhatian (Barouni dkk, 2008), khususnya bila diaplikasikan dalam industri minuman, makanan dan obat-obatan. Alasan inilah yang membatasi penggunaan inhibitor dari bahan anorganik, seperti garam-garam kromat, dikromat, oksalat, sulfat, nitrat, silikat, dan lainnya, serta mendorong penggunaan inhbitor yang berasal dari bahan organik yang bersifat non-toksik dan ramah lingkungan, seperti asam amino, esteramino, dan senyawa peptida (Zerfaoui dkk, 2004; Barouni dkk, 2008). Harga bahan kimia yang relatif mahal menjadi pertimbangan dalam penggunaan inhibitor organik sintetik, sehingga telah dilakukan upaya memperoleh alternatif inhibitor organik dari bahan alam. Beberapa peneliti telah melaporkan pemanfaatan inhibitor organik dari bahan alam dalam menghambat korosi suatu logam dengan efisiensi yang tinggi, seperti ekstrak Chlomolaena Odorata L, untuk inhibisi korosi baja ringan dalam H2SO4 0,5M dengan efisiensi inhibisi 95,36% pada konsentrasi 5% v/v (Obot et al, 2012), ekstrak daun sirsak untuk inhibisi korosi baja ringan dalam HCl 1N
dengan efisiensi inhibisi 80,61% pada konsentrasi inhibitor 95 ppm (Vimala et al, 2012) dan ekstrak lada dalam HCl 1M dan H2SO4 1M, dengan efisiensi inhibisi masingmasing 93,04% dan 76,73% pada konsentrasi inhibitor 4 g/L (Ikpi et al, 2012). Dilaporkan bahwa kemampuan ekstrak bahan alam dalam menghambat korosi didasarkan pada kandungan zat kimia di dalamnya, seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan saponin. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin tinggi efisiensi inhibisinya. Sementara meningkatnya suhu inhibisi semakin berkurang efisiensi inhibisinya. Dari struktur molekulnya, senyawa-senyawa ini mengandung heteroatom, gugus polar, ikatan π, serta pasangan elektron bebas yang menjadi sarana bagi inhibitor berikatan dengan logam secara koordinasi (Spinelli et al, 2009). Osabor et al (2008) menyatakan bahwa nipah mengandung polifenol, tannin dan alkaloid. Sementara Putri dkk (2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol daun nipah memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yakni 98,57%. Berdasarkan hal ini maka diduga bahwa ekstrak metanol daun nipah berpotensi dijadikan sebagai antioksidasi atau inhibitor korosi logam dengan efisiensi yang tinggi, murah dan ramah lingkungan. Daun nipah dilaporkan selama ini hanya sebagai pembungkus rokok dan atap rumah (Sari dkk, 2012). Sehingga penelitian ini akan dimanfaatkan ekstrak methanol daun nipah sebagai inhibitor korosi baja SS304 dalam media H2SO4. BAHAN DAN METODE Alat Beberapa alat yang digunakan antara lain : shaker, neraca analitik, pompa vakum, rotatory evaporator, blender, labu takar, gelas ukur, pipet ukur, botol sampel. Bahan Bahan-bahan yang di butuhkan adalah daun nipah yang sudah tua, baja SS-304, metanol (p.a), H2SO4 (p.a). Prosedur Penelitian
C-100
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Campuran ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian lainnya ditambahkan reagen Draggendorff. Terbentuknya krim (dengan reagen mayer) atau presipitat cokelat kemerahan (dengan reagen Draggendorff) menunjukkan positif adanya alkaloid.
Preparasi Esktrak Daun Nipah 1 kg daun nipah segar dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan pada suhu ruang sampai beratnya konstan. Daun yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender. 50 gram serbuk daun nipah kering diekstraksi secara maserasi dalam 300 mL methanol selama 24 jam, kemudian disaring. Filtrat ditampung dan residunya dimaserasi ulang dengan cara yang sama sebanyak tiga kali pengulangan yaitu sampai filtratnya bewarna bening. Filtrat gabungan yang diperoleh dipekatkan dengan penguap vakum pada suhu 60oC sampai diperoleh ekstrak pekat (bebas pelarut). Residu dikeringkan pada suhu kamar sampai bebas pelarut.
Uji Inhibisi Korosi Baja SS304 dalam H2SO4 Menggunakan Ekstrak Daun Nipah 1. Preparasi media korosi a) Pembuatan H2SO4 1 M Larutan H2SO4 pekat (96%) sebanyak 55,52 mL dimasukkan dalam labu ukur 1 L dan di encerkan dengan aquades hingga tanda batas. b) Pembuatan larutan H2SO4 1 M dengan penambahan ekstrak daun pandan (10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L dan 50 g/L). Untuk pembuatan media korosi dengan penambahan ekstrak daun pandan 10g/L, 2,5 gram ekstrak daun pandan dimasukkan kedalam labu takar 250 mL kemudian di tambahkan H2SO4 1 M hingga tanda batas. Perlakuan yang sama dilakukan pada ekstrak daun pandan 20, 30, 40 dan 50 g/L dengan penambahan ekstrak daun pandan 5, 7,5, 10 dan 12,5 g.
Uji Fitokimia Ekstrak Daun Nipah a. Uji Terpenoid (Uji Salkowski) 2 mL kloroform ditambahkan ke 0,5 g ekstrak. H2SO4 pekat (3 mL) secara hati-hati ditambahkan hingga membentuk lapisan. Munculnya warna cokelat kemerahan menunjukkan adanya terpenoid. b. Uji Flavonoid 2 mL Ekstrak daun pandan dilarutkan dalam 2 mL HCl 2 N dan ditambahkan serbuk Zn, adanya flavonoid ditunjukan melalui perubahan warna orange ketika dikocok. c. Uji Saponin Ke dalam 0,5 g ekstrak ditambahkan 5 mL air destilasi dalam tabung reaksi. Larutan diaduk secara cepat dan teramati buih yang stabil. Buih tersebut kemudian dicampur dengan 3 tetes minyak zaitun dan diaduk secara cepat, teramati pembentukan emulsi. Hal ini menunjukkan adanya kandungan saponin. d. Uji Tanin Kira-kira 0,5 g ekstrak didihkan dengan 10 mL air dalam tabung reaksi dan kemudian disaring. Sedikit tetes FeCl3 0,1% ditambahkan dan teramati warna hijau kecokelatan atau warna hitam biru. e. Uji alkoloid 0,5 g esktrak dilarutkan dalam 10 mL alkohol asam, dididihkan dan disaring. Ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL ammonia encer, 5 mL kloroform ditambahkan dan diaduk. Lapisam kloroform diekstrak dengan 10 mL asam asetat.
2. Pengujian efisiensi inhibisi dengan metode pengurangan berat Spesimen baja ditimbang dengan neraca analitik kemudian direndam dengan posisi tergantung dalam media korosi tanpa inhibitor dan media korosi dengan inhibitor selama 3 jam pada konsentrasi ekstrak daun nipah 10, 20, 30, 40,dan 50 g/L. Masing-masing dilakukan secara triplo. Rata-rata pengurangan berat digunakan untuk menghitung efisensi dan laju korosi. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Ekstraksi Serbuk Daun nipah Daun nipah segar yang diperoleh dari pohon nipah dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan pada suhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 40oC hingga berat konstan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan molekul air pada permukaan dan jaringan daun nipah, tanpa merusak struktur senyawa organik yang terkandung di dalamnya agar proses ekstraksi
C-101
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
dapat terjadi secara maksimal. Daun nipah kering kemudian dijadikan serbuk menggunakan blender sebelum ekstraksi dilakukan yang bertujuan memaksimalkan kontak antara pelarut dan senyawa yang akan diekstrak dari daun nipah. Daun nipah segar hingga serbuk daun nipah ditunjukkan pada Gambar 5.1.
untuk menguji golongan senyawa metabolik sekunder yang terkandung di dalamnya. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.3. Tabel 5.1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Nipah Golongan Senyawa Metabolit Sekunder Alkaloid
Flavonoid
(a)
(b)
(c)
Gambar 5.1. Daun Nipah: segar (a), dipotong-potong (b) dan serbuk (c) Serbuk daun nipah diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan 1:3 (500 gram serbuk dalam 1500 mL metanol) selama 24 jam. Pemilihan pelarut methanol didasarkan pada kemampuannya melarutkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar, dengan prinsip like dissolve like (Khopkar, 1990). Setelah ekstraksi, dilakukan penyaringan diperoleh filtrat berwarna hijau pekat. Ekstrak yang diperoleh masih mengandung pelarut metanol, sehingga perlu diuapkan pelarutnya menggunakan rotatory evaporator pada suhu 50oC,diperoleh ekstrak kental sebanyak 60,61 gram. Ekstrak yang diperoleh dari hasil evaporasi biasanya masih mengandung sedikit pelarut, sehingga proses selanjunya diuapkan sisa pelarut pada suhu ruang hingga berat konstan. Ekstrak kental yang telah bebas pelarut berwarna cokelat kehitaman (Gambar 5.2), diperoleh sebanyak 58,47 gram (11,69%).
Jenis Pereaksi
Perubahan
Dragendorff
Tidak diperoleh presipitat berwarna cokelat kemerahan Tidak terbentuk krim Warna ekstrak menjadi orange Ekstrak tidak berubah warna menjadi biru kehijauan timbul busa stabil Tidak Terbentuk larutan warna hijau kecokelatan Tidak teramati lapisan berwarna cokelat kemerahan
Mayer Shinoda Test
Steroid
Lieberman Burchard
Saponin Tanin
Tes buih FeCl3 0,1%
Terpenoid
Kloroform + H2SO4 pekat
Hasil
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
-
+ -
+ -
-
Gambar 5.3. Hasil uji fitokimia:flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), tanin (d), steroid (e), dan alkaloid (f)
Berdasarkan hasil uji fitokimia, diketahui bahwa ekstrak metanol daun nipah positif mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid dan saponin. Uji positif adanya flavonoid ditunjukkan dengan adanya perubahan warna ekstrak dari cokelat kehitaman menjadi orange setelah ditambahkan HCl dan serbuk Zn (Gambar 5.a). Sementara uju positif adanya tannin ditunjukkan dengan adanya busa stabil setelah ditambahkan air dan dikocok. (Gambar 5.b).
Gambar 5.2. Ekstrak kental daun nipah b. Hasil Uji Fitokimia Uji fitokimia ekstrak metanol daun nipah menggunakan berbagai pereaksi kimia bertujuan
C-102
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
tinggi dan laju korosi yang paling rendah diperoleh pada konsentrasi 50 g/L, masingmasing 77,45% dan 7,54 mm/tahun. Pada konsentrasi dengan efisensi inhibisi yang maksimum ini, laju korosi baja dapat dikurangi hingga empat kali dari baja tanpa inhibitor. Hal ini menunjukkan peranan senyawa saponin dan flavonoid dalam menghambat korosi baja. Berdasarkan struktur molekulnya, kedua senyawa ini memiliki pasangan elektron bebas dan ikatan rangkap sebagai sarana inhibitor berinteraksi dengan logam (Spinelli et al, 2009). Beberapa penelitian telah melaporkan meningkatnya efisiensi inhibisi dan menurunnya laju korosi dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi inhibitor maka semakin banyak senyawa-senyawa metabolit sekunder di dalamnya yang mampu membentuk lapisan pasif yang melindungi logam dari serangan zat korosif (Ikpi, 2012; Li et al, 2012; Obot et al, 2012). Gambar 5.6 menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi meningkat dan laju korosi menurun secara tajam pada konsentrasi 10 g/L hingga 30 g/L. Hal ini disebabkan permukaan baja masih kosong dan dapat berinteraksi dengan senyawasenyawa yang ada dalam ekstrak daun nipah. Namun pada konsentrasi 40 g/L hingga 50 g/L kecenderungan ini mulai berkurang, yang menunjukkan bahwa permukaan baja mulai memasuki tahap jenuh. Artinya bahwa hampir semua permukaan telah tertutupi inhibitor.
c. Hasil Uji Inhibisi Korosi Baja SS-304 dengan Metode Pengurangan Berat. Pelat baja SS-304 dengan tebal 0,1 cm sebagai bahan uji dipotong sesuai ukur 3x4. Setelah itu pelat baja dicuci menggunakan aseton dan akuades, dikeringkan, kemudian di timbang sebagai berat awal. Pelat digantung menggunakan benang, kemudian direndam dalam posisi melayang dalam sistem uji korosi. Sistem uji korosi dibuat dengan berbagai variasi konsentrasi inhibitor, yakni 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 g/L. Setiap sistem dilakukan secara triplo, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.5 dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Gambar 5.5. Uji korosi: tanpa inhibitor (a); dengan inhibitor (50 g/L) (b) Tabel 5.2. Efisiensi Inhibisi dan Laju Korosi Per Tahun baja SS-304 dalam Larutan H2SO4 1 M menggunakan Ekstrak Daun Nipah dengan Variasi Konsentrasi Konsentrasi ekstrak (g/L) 0 10 20 30 40 50
Luas Baja Rata2 (cm2) 26,20 25,12 25,71 25,70 23,96 24,71
Selisih berat Rata2 (g) 0,2273 0,1337 0,0756 0,0595 0,0531 0,0513
EI (%)
Laju Korosi (mm/tahun)
41,20 66,76 73,84 76,64 77,45
31,56 19,35 10,69 8,41 8,06 7,54
Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa ekstrak daun nipah berpotensi menghambat laju korosi. Hal ini dapat dilihat dari selisih pengurangan berat baja setelah proses korosi dalam larutan H2SO4 dengan penambahan inhibitor lebih kecil dibandingkan dengan tanpa penambahan inhibitor. Pada konsentrasi ekstrak yang paling rendah, yakni 10 g/L pengurangan berat akibat korosi telah mengalami penurunan mendekati 2 kali dari baja tanpa inhibitor. Semakin besar konsentrasi inhibitor, semakin tinggi pula efisiensi inhibisi yang berarti menurunkan laju korosi per tahun. Efisiensi inhibisi yang paling
Dibandingkan dengan ekstrak bahan alam lainnya yang telah dilaporkan peneliti lain, konsentrasi ekstrak daun nipah yang diperlukan untuk proses inhibisi sangat tinggi. Hal ini disebabkan berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun nipah hanya mengandung dua senyawa metabolit sekunder, yakni flavonoid dan saponin. Keberadaan senyawa-
C-103
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak bahan alam sangat menentukan efisiensi korosi suatu logam. Ikpi (2012) melaporkan pada konsentrasi 4 g/L, ekstrak lada dapat menghambat korosi baja ringan dalam larutan HCl 1 M dan larutan H2SO4 1 M dengan efisiensi masing-masing 93% dan 77%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak lada mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder polifenol dan tannin. Dari literatur lainnya, dilaporkan ekstrak lada juga mengandung flavonoid, alkaloid dan saponin (Ebenso et al, 2008; Oguzie et al, 2012). Banyaknya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak bahan alam menyebabkan proses inhibisinya semakin lebih baik, karena semakin banyak sisi aktif inhibitor untuk berinteraksi dengan suatu logam.
Barouni, K., Bazzi, L., Dalgi, R., Mihit, M., Hammouti, B., Albourine A., El Issami, S., 2008, “Some Amino Acids as Corrosion Inhibitor For Copper in Nitric Acid Solution”, Materials Letters, Vol. 62, 3325-3327. Fontana, M.G., Greene, N.D., 1978, Corrosion Engineering, Second Edition, McGrawHill International Book Company. Ikpi M. E., Udoh I.I., Okafor P. C., Ekpe U.J., Ebenso E.E., 2012, “Corrosion Inhibition and Adsorption Behaviour of Extracts from Piper guineensis on Mild Steel Corrosion in Acid Media”, Int. J. Electrochem. Sci., 7 (2012) 12193 – 12206. Khopkar, M. S. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Li, X., Deng S., Fu H., 2012, “Inhibition of the corrosion of steel in HCl, H2SO4 solutions by bamboo leaf extract”, Corrosion Science, Vol.62, 163-175.
1. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun nipah mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid dan saponin, sehingga berpotensi menghambat laju korosi baja. 2. Berdasarkan data variasi konsentrasi pada uji korosi dengan metode pengurangan berat, ekstrak daun nipah menghambat korosi baja SS-304 dalam larutan H2SO4 dengan efisiensi tertinggi dan laju korosi terrendah pada konsentrasi 50 g/L, masing-masing 77,45% dan 7,54 mm/tahun.
Obot I.B., Ebenso E.E., Gasem Z.M., 2012, “Eco-friendly Corrosion Inhibitors: Adsorption and Inhibitive Action of Ethanol Extracts of Chlomolaena Odorata L. for the Corrosion of Mild Steel in H2SO4 Solutions”, Int. J. Electrochem. Sci., 7 (2012) 1997 – 2008. Osabor, V.N, Egbung, G.E, Okafor P.C., 2008, Chemical Profile of Nypa fruiticans From Cross River Estuary, South Eastern Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui hibah Penelitian Dosen Pemula Tahun Pelaksanaan 2016 dan Lembaga Penelitian Universitas Pattimura yang mendukung penulis dalam penelitian ini. .
Putri I. J., Fauziyah, Elfita, 2013, Aktivitas Antioksidan Daun dan Biji Buah Nipah (Nypa fruticans) Asal Pesisir Banyuasin Sumatera Selatan Dengan Metode DPPH, Maspari Journal, 2013, 5 (1), 16-21. Sari D.P., Purwoko A., Hartini K.S., 2012, Analisis Finansial Pemanfaatan Daun Nipah (Nypa fruticans wurmb.) sebagai Bahan Baku Pembuatan Pembungkus Rokok, Program Studi Kehutanan,
DAFTAR PUSTAKA
C-104
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Fakultas Perikanan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Shreir, L.L., Jarman, R.A., Burstein, G.T., 1994, Corrosion, Corrosion Control, Volume 2, Butterworth Heinemann, London. Spinelli, A., De Souza, F.S, 2009, Caffeic acid as a green corrosion inhibitor for mild steel. Corrosion Science, 51, 642 – 649. Vimala J.R., Rose A.L., Raja S., 2012, “A study on the phytochemical analysis and corrosion inhibition on mild steel by Annona Muricata .L leaves extract in 1 N hydrochloric acid”, Pelagia Research Library, Der Chemica Sinica, 2012, 3(3):582-588. Widharto, S., 2001, Karat dan Pencegahannya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Zerfaoui, M., Oudda, H., Hammouti, B., Kertit, S., Benkaddour, M., 2004, “Inhibition of corrosion of iron in citric acid media by aminoacids”, Progress in Organic Coatings, Vol. 51, 134–138. Ebenso, E. E., Eddy, N. O., Odiongenyi, A. O, 2008, “Corrosion inhibitive properties and adsorption behaviour of ethanol extract of Piper guinensis as a green corrosion inhibitor for mild steel in H2SO4”, African Journal of Pure and Applied Chemistry Vol. 2, 107-115.
C-105