Eksistensi Wayang Orang (Studi Deskriptif Eksistensi Kelompok Wayang Orang Sriwedari Surakarta, di Surakarta) Deasy Mutiara Azhari
[email protected]
Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga
Abstrak Kesenian tradisional saat ini mulai ditinggalkan oleh beberapa masyarakat pendukungnya. Salah satu contoh kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan yaitu Wayang Orang Sriwedari. Wayang Orang Sriwedari sempat mengalami masa kejayaannya pada tahun 1980an. Dan mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukung karena munculnya beberapa teknologi komunikasi seperti televisi dan bioskop. Wayang Orang Sriwedari merupakan satusatunya wayang orang yang masih bertahan dan mengadakan pementasan setiap hari di tengah perkembangan kesenian modern. Dari fenomena tersebut penelitian ini mengambil rumusan permasalahan Bagaimana kelompok kesenian Wayang Orang Sriwedari dalam mempertahankan eksistensinya. Lokasi penelitian berada di wilayah Taman Sriwedari Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berfokus pada observasi dan wawancara. Dari penelitian yang telah dilakukan, di dapatkan strategi-strategi yang dilakukan oleh Wayang Orang Sriwedari untuk mempertahankan eksistensinya, juga terdapat faktor-faktor penghambat yang dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Serta adanya faktor pendukung berupa apresiasi masyarakat sehingga dapat memperkuat eksistensi Wayang Orang Sriwedari. Kata Kunci : eksistensi, faktor eksternal, faktor internal, kesenian, wayang orang sriwedari Abstract Traditional arts, at this time, began to be abandoned by some people. One of traditional arts that were abandoned was Sriwedari Puppet. Sriwedari Puppet got their heyday around 1980’s and it began to be abandoned by the people due to the emerging of communication technology, such as television and movie theatre. The Sriwedari Puppet was the only puppet that still survived and they performed everyday where the modern art was developed more and more. From the phenomenon, this research created the statement of the problem about how the Sriwedari Puppet community in maintaining their existence. The research took place in Sriwedari Park, Surakarta. The research method that was used in this research was qualitative method that focused on observation and interview. From the research that was conducted, it was found some strategies that were carried out by the Sriwedari Puppet in maintaining their existence, also it was found many inhibiting factors that were divided into two, external factors and internal factors. In addition, the people’s appreciation became the supporting factor, thus it could strengthen the existence of the Sriwedari Puppet. Keywords : arts, existence, external factors, internal factors, puppet Sriwedari. AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 175
Globalisasi
dan
modernisasi
Primadani Wassahua (2012). Disimpulkan
yang dianggap
dalam penelitian tersebut bahwa para
penting oleh masyarakat, sesuatu yang
seniman Ketoprak Tobong Kelana Bhakti
berbau
menjadi
Budaya memaknai kesenian tradisional
terlupakan oleh para anak muda saat ini.
menjadi beberapa makna salah satunya di
Tidak dapat dipungkiri hal-hal
maknai sebagai warisan budaya yang harus
merupakan suatu hal
tradisional
bahkan
yang
berbau tradisional sudah tidak menarik lagi
dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
seiring dengan perkembangan zaman,
Seni
pertunjukan
menurut
R.M.
salah satu contoh yang dapat diambil yaitu
Soedarsono (2002) memiliki berbagai
pada bidang kesenian. Seni menurut
fungsi dalam kehidupan yaitu berfungsi
Havilland (1985: 224) adalah “produk
sebagai sarana ritual, sebagai hiburan
jenis
dengan
pribadi dan sebagai presentasi estetis.
penggunaan imajinasi secara kreatif untuk
Fungsi sebagai presentasi estetis disini
membantu kita menerangkan, memahami
mengandalkan penjualan karcis dalam hal
dan menikmati hidup”. Pada hakikatnya
dana
kesenian terbagi menjadi beberapa bagian
tradisonal
dan salah satunya adalah seni pertunjukan.
presentasi estetis adalah Wayang Orang
Seni pertunjukan merupakan sebuah seni
Sriwedari,
kolektif dimana dalam menampilkannya di
perkembangan yang begitu panjang yang
atas panggung dibutuhkan biaya yang
dimulai dari sebuah seni istana menjadi
dapat dibilang cukup mahal, mulai dari
sebuah
penataan
panggung,
busana,
tata
perilaku
yang
khusus,
produksi. yang
yang
Salah
satu
kesenian
berfungsi
sebagai
memiliki
sejarah
seni komersial. Menurut Pigeud
penataan
musik,
(dalam Hersapandi, 1999) perkembangan
hingga
penari
wayang orang sampai pada tahun 1895
membutuhkan estimasi dana yang tidak
tidak pernah sekalipun ditampilkan di luar
sedikit (Soedarsono, 2002).
istana, namun pada tahun itu pula untuk
rias
Sebuah contoh penelitian mengenai
pertama kalinya oleh Gan Kam didirikan
seni pertunjukan khusunya pada seni
rombongan wayang orang komersial. Dari
pertunjukan tradisional di Indonesia yaitu
situlah Wayang Orang Sriwedari terbentuk
penelitian berjudul “Ketoprak Tobong
dengan
Kelana Bhakti Budaya (Studi Tentang
anggota wayang orang panggung, yang
Pemaknaan Kesenian Tradisional Oleh
telah memiliki jam terbang yang cukup
Pelaku Seni Ketoprak Tobong Kelana
dalam pementasan keliling di kota-kota
Bhakti Budaya)” yang ditulis oleh Ghea
besar di Indonesia.
adanya
dukungan
beberapa
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 176
Wayang Orang Sriwedari pada masa
wayang orang. Penyebab lainnya karena
kejayaannya merupakan sebuah tontonan
penikmat setia wayang orang sudah mulai
yang
dinanti-nanti
penggemarnya, masyarakat penonton
bukan
Indonesia dari
oleh
para
banyak yang semakin tua maupun telah
hanya
dari
meninggal dunia. Sementara para generasi
melainkan
muda tidak memiliki peminatan yang besar
Cina
karena
saja
masyarakat
pun
hadirnya
terbilang cukup banyak yang menantikan.
canggih
Namun Wayang Orang Sriwedari yang
zamannya.
sempat mengalami masa kejayaannya dan
dan
hiburan
menarik
yang
sesuai
lebih dengan
Berdasarkan uraian diatas, maka
menjadi sebuah tontonan yang paling
penelitian
menarik pada tahun 1980-an, sudah tidak
permasalahan yaitu bagaimana Wayang
terjadi lagi saat ini seiring dengan pesatnya
Orang Sriwedari dalam mempertahankan
pembangunan.
disini
eksistensinya? Tujuan dari penelitian ini
upaya
adalah
berkonotasi
Pembangunan sebagai
sebuah
ini
untuk
mengambil
melihat
rumusan
upaya
yang
perbaikan akses dan standar kehidupan
dilakukan oleh Wayang Orang Sriwedari
manusia, sehingga membawa dampak
untuk mempertahankan eksistensinya di
terhadap
tengah masyarakat perkotaan.
pandangan
penonton
yang
tadinya menganggap wayang orang adalah pertunjukan yang menarik menjadi sebuah
Metode
pandangan bahwa wayang orang hanya
Metode penelitian yang digunakan
kesenian tradisional yang sudah lapuk
yaitu metode penelitian kualitatif yang
termakan zaman. Adanya suguhan hiburan
menurut
yang lebih modern dan bervariasi di kota-
metode kualitatif adalah metode yang
kota
konsep
dapat menghasilkan suatu data deskriptif
pembangunan dan hal tersebut membuat
yang dihasilkan dari hasil pengamatan
sebuah pola rekreasi baru yang menjadi
terhadap perilaku orang (informan) yang
gaya hidup masyarakat perkotaan. Seperti
diteliti (Moleong, 1983:3). Dalam metode
adanya hiburan televisi, dijadikan sebagai
ini observasi dan wawancara menjadi hal
suatu hiburan yang terbilang mudah tanpa
utama
mengeluarkan biaya yang banyak untuk
mengumpulkan
menikmatinya.
dilakukan oleh peneliti yaitu turut menjadi
besar
mendukung
Hal tersebut merupakan salah satu penyebab berkurangnya peminatan pada
penonton
Bogdan
yang
dalam
dan
Taylor
bahwa
dilakukan data.
untuk
Observasi
pementasan
yang
Wayang
Orang Sriwedari serta melihat langsung AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 177
kegiatan di belakang panggung yaitu saat
lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh
persiapan pementasan.
Ihromi,
Sedangkan
wawancara
dilakukan
kebudayaan
dikarenakan
yang
adanya
terjadi kebiasaan,
pada saat malam hari sebelum pentas
kepercayaan dan nilai-nilai yang dipelajari
dimulai. Namun hambatan yang terjadi
dan
apabila pada malam hari sebelum pentas
memilki kebudayaan yang kuat sebagai
para pelaku seni sedang sibuk untuk
Kota
mempersiapkan
kebiasaan serta nilai-nilai budaya Jawa.
pertunjukan
mereka.
dimiliki.
yang
Masyarakat
masih
Surakarta
memegang
Alternatif kedua, ada pula wawancara yang
Contohnya
dilakukan pada siang hari seusai informan
tradisional yang salah satunya menjadi
melakukan
ikon Kota Surakarta ini.
aktivitas
sebagai
tenaga
pengajar di sekolah dasar negeri Surakarta.
adanya
teguh
kesenian-kesenian
Kesenian secara harafiah memiliki berbagai
pengertian,
kesenian
dapat
Eksistensi Kelompok Wayang Orang
digambarkan sebagai hasil ekspresi jiwa
Sriwedari Surakarta Surakarta
manusia akan keindahan, kesenian juga merupakan penggunaan imajinasi secara
Kebudayaan menurut Ihromi (1980)
kreatif untuk menerangkan, memahami,
merupakan cara berlaku yang dipelajari
dan menikmati hidup. Namun terdapat
dan tidak tergantung pada keturunan
pula
ataupun pewarisan melalui unsur genetis.
megedepankan
Menurut Ihromi suatu kebudayaan harus
mengandung unsur-unsur sistem budaya
dimiliki bersama oleh suatu bangsa atau
dari
oleh
orang-orang.
Contohnya seperti yang terjadi pada
Kebudayaan dapat dirumuskan sebagai
Wayang Orang Sriwedari. Pertunjukan
seperangkat
(artinya
Wayang Orang Sriwedari ditampilkan
kebiasaan), kepercayaan dan nilai-nilai
setiap hari yaitu pada hari Senin hingga
yang
secara
Sabtu pukul 20:00 – 22:00 / 22:30. Tiket
bersama oleh para warga dari suatu
masuk untuk sekali masuk pertunjukan
masyarakat. Masyarakat diartikan sebagai
yaitu
sekumpulan orang yang tinggal pada satu
pertunjukan
wilayah tertentu dan menggunakan bahasa
pengrawit sampai penata dekor saling
yang
berbincang-bincang sembari
sekelompok
cara
dipelajari
umum
dan
yang
berlaku
dimiliki
biasanya
tidak
hasil
karya
pesan
masyarakat
sebesar
seni
Rp
yang
yang
lebih
budaya
yang
bersangkutan.
3.000,00,
digelar,
para
sebelum pemain,
menunggu
dimengerti oleh penduduk di wilayah AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 178
pembagian peran yang dilakukan oleh
dimakan zaman. Dukungan Pemerintah
sutradara.
yang paling utama adalah mengangkat
Wayang Orang Sriwedari memiliki strategi-strategi kelompok
sebagai
Wayang
pelaku kesenian Wayang Orang menjadi
penunjang
PNS. Pengangkatan yang dimaksud disini
Sriwedari
adalah pengangkatan para pelaku seni
Orang
mencapai eksistensinya kembali, hingga
sebagai
berdampak
dilirik
Kebudayaan
masyarakat
pendukungnya.
kembali
oleh
pegawai
tetap
dan
di
Dinas
Pariwisata
Kota
Adanya
Surakarta tepatnya di bidang seksi seni
startegi adaptasi yang dilakukan membuat
budaya. Terdapat 34 orang PNS yang
terjadinya
terdaftar sebagai pegawai resmi di Dinas
kondisi-kondisi
mendukung
hingga
akhirnya
yang Wayang
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Kota
Orang Sriwedari pun tetap ada. Wayang
Surakarta, khusunya yang juga menjadi
Orang
pelaku seni Wayang Orang Sriwedari.
yang
merupakan
warisan
kebudayaan Indonesia patut untuk terus dipertahankan
keberadaannya.
Wayang Orang yang merupakan
Seperti
kebudayaan turun temurun dari nenek
yang diungkapkan oleh Bennet dalam
moyang dan bernilai adiluhung. Wayang
Sukadana (1982) bahwa pilihan dan
Orang yang merupakan warisan budaya
keputusan merupakan sebuah ekspresi
Indonesia
adaptasi terhadap lingkungan hidup serta
perkembangan yang panjang menjadi salah
proses-proses
satu
perubahannya.
Adaptasi
alasan
dan
memiliki
kuat
Pemerintah
masa
Kota
yang dimaksudkan adalah suatu perilaku
Surakarta mengelola kelompok Wayang
yang dilakukan secara sadar untuk dapat
Orang Sriwedari yang sempat diambang
memilih dan memutuskan apa yang ingin
keterpurukan. Karena mengalami masa
dilakukan
perkembangan yang panjang serta sempat
sebagai
suatu
proses
penyesuaian terhadap perubahan.
menjadi ikon Kota Solo bahkan di kancah
Dukungan pemerintah merupakan
dunia, membuat Wayang Orang Sriwedari
strategi pertama yang dilakukan oleh
yang mengalami masa surut itu pun sangat
Wayang Orang Sriwedari. Pemerintah
disayangkan apabila harus punah dan tidak
memiliki
tampil
berpengaruh Sriwedari,
peranan
penting
yang
pada
Wayang
Orang
masyarakat perkotaan. Oleh karena itu,
peranan
tindakan Pemerintah Daerah khususnya
tanpa
adanya
lagi
di
tengah
langsung
hiruk
oleh
pikuk
pemerintah kesenian tradisional seperti
dibawahi
Dinas
Wayang Orang Sriwedari ini akan hilang
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 179
mengangkat
para
pemainnya
menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pengolahan
cerita
yang dibuat
lebih
inovatif namun ada hal lain yang juga
Selain pengangkatan sebagai PNS,
mendukung
kembalinya
eksistensi
dukungan dari Pemerintah lainnya yaitu
Wayang Orang yaitu profesionalitas dari
berupa dukungan dana. Dukungan dana
para pemain. Profesionalitas yang terjadi
yang diberikan oleh Pemerintah atau pihak
dibuktikan dengan tidak adanya latihan
pengelola yaitu Dinas Kebudayaan dan
dan
Pariwisata Surakarta bukan semata-mata
pementasan dilakukan. Oleh karena itu,
berupa uang. Melainkan dukungan dana
Wayang Orang Sriwedari sering disebut
untuk fasilitas seperti, renovasi gedung,
sebagai wayang orang tanpa teks. Tanpa
pakaian, dan tata rias. Renovasi gedung
adanya latihan dan penghafalan nasakah
oleh Disbupar dilakukan secara bertahap,
membuktikan
bukan berarti secara langsung mengganti
dimiliki oleh setiap pemain cukup tinggi.
dan
merombak
naskah
bahwa
sebelum
kreatifitas
yang
gedung.
Terdapat faktor-faktor penghambat
Perombakan gedung yang membutuhkan
yang membuat Wayang Orang Sriwedari
dana yang cukup besar juga tergantung
sempat ditinggalkan oleh masyarakat yaitu
dari
tidak
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
seluruhnya dialokasikan untuk bidang
internal yang terjadi di antaranya adalah
kesenian.
terbatasnya ide-ide baru, hal ini terjadi
APBD
keseluruhan
penghafalan
pemerintah
yang
Strategi lainnya yang dilakukan yaitu
karena
lebih banyaknya jumlah pemain
inovasi dan kreatifitas. Inovasi yang terjadi
tua daripada pemain muda sehingga para
yaitu dari segi pengolahan cerita yang
pemain muda yang hanya segelintir orang
sudah lebih modern. Jadi cerita Wayang
tidak dapat menyalurkan idenya, kemudian
Orang yang diadaptasi dari jaman dahulu
minimnya regenerasi merupakan faktor
namun diberikan tambahan sesuai dengan
kedua dikarenakan sebagian besar pemain
perkembangan jaman. Disini maksudnya
tergolong dalam kategori yang sudah
bukan merubah secara keseluruhan, tetapi
hampir
tetap terdapat acuan yang sesuai dengan
Kelompok
cerita Wayang Orang namun ada beberapa
kehilangan para pemain-pemain generasi
bagian yang dikemas lebih modern, seperti
tua, dengan berkurangnya anggota pemain
lebih banyak memberikan adegan perang
maka berdampak pada pertunjukan yang
daripada dialog dan tarian sehingga dapat
tidak dapat dipentaskan secara maksimal.
menarik perhatian penonton. Selain dari
Kurangnya promosi juga menjadi faktor
pensiun, Wayang
sehingga
membuat
Orang
Sriwedari
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 180
penting dalam sebuah seni pertunjukan
meninggalkan rumah. Namun menurut
akibat
yang
salah satu informan yaitu Bapak Sudyanto,
(Dinas
adanya perkembangan zaman yang diiringi
tidak
dilakukan
adanya
oleh
Kebudayaan
pengelola
dan
Kelompok
promosi
Pariwisata)
Wayang
juga
dengan
perkembangan
teknologi
Sriwedari
membawa hal negatif untuk kesenian
sendiri, maka masyarakat menganggap
tradisional. Dari adanya kemajuan zaman
bahwa Wayang Orang Sriwedari ini sudah
seperti
tidak tampil lagi sehingga dianggap telah
Sudyanto bahwa Wayang Orang Sriwedari
mati.
yaitu
tidak bisa menyesuaikan diri dengan
masalah prasarana, sudah menjadi hal
perkembangan zaman dan teknologi yang
umum bahwa fasilitas yang nyaman dapat
ada. Akhirnya, perkembangan teknologi
membuat
banyaknya
penonton
dirasa membawa dampak negatif bagi
berdatangan,
gedung
saat
itu
pementasan Wayang Orang Sriwedari saat
merupakan
itu. Adanya hiburan lain, beragamnya
penyebab masyarakat harus berfikir dua
hiburan di daerah Perkotaan seperti Kota
kali untuk datang ke Gedung Wayang
Surakarta menjadi alternatif hiburan bagi
Orang Sriwedari.
warga
Faktor
terbilang
Orang
dan
internal
sudah
terakhir
yang
rapuh
Sedangkan faktor eksternal yang
yang
beragamnya ditawarkan
Perkembangan teknologi di suatu tempat
penonton
tidak
sepinya
dipungkiri
lagi
akan
oleh
masyarakatnya.
pertama yaitu perkembangan teknologi,
dapat
dijelaskan
hiburan menjadi Wayang
Semakin
modern kendala Orang
penonton
Bapak
yang sepinya
Sriwedari,
pada
pertunjukan
mempengaruhi juga cara pandang dan
Wayang Orang Sriwedari dikarenakan
gaya hidup dimana masyarakat itu berada.
adanya pertunjukan lain di THR (Taman
Modernisasi yang hidup berdampingan
Hiburan
dengan manusia membawa perubahan
musik yang sama-sama terletak di Taman
pada pola pikir manusia menjadi lebih
Sriwedari
modern seperti pola pikir yang serba
terdapatnya pertunjukan di luar Taman
instan. Masyarakat yang mulai disuguhi
Sriwedari yang digadang-gadang lebih
oleh kecanggihan teknologi yang lebih
megah dan meriah. Faktor cuaca, Faktor
canggih dan praktis. Contohnya hiburan
cuaca
televisi, menurut Ahimsa (2000) hadirnya
dihindari, cuaca disini diartikan saaat
televisi menyebabkan masyarakat malas
musim hujan tiba. Cuaca yang merupakan
menonton seni tradisional Jawa dengan
kehendak
Remaja)
seperti
Surakarta,
adalah
dari
hal
pertunjukan
selain
yang
Yang
itu
tidak
Maha
juga
dapat
Kuasa
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 181
merupakan sesuatu yang tidak dapat
Wayang Orang Sriwdari ini. Karena
diduga
sesungguhnya
perubahannya.
Saat
musim
selain
Wayang
Orang
penghujan tiba masyarakat pendukung
Sriwedari ini meiliki nilai adiluhung yang
Wayang Orang Sriwedari tidak begitu
berarti adalah suatu yang besar dan agung,
banyak
dengan
Wayang Orang Sriwedari ini memiliki
datangnya hujan maka akan berakibat pada
fungsi sebagai tontonan yang menjadi
matinya lampu di Gedung Wayang Orang
tuntunan. Ramainya kalangan muda yang
Sriwedari.
menonton dikarenakan adanya dukungan
terlihat.
Selain
Faktanya,
juga
dari lembaga pendidikan di Surakarta, para
yang
tenaga pengajar memberikan tugas kepada
memperkuat eksistensi Wayang Orang
para murid/ mahasiswa untuk menonton
Sriwedari
apresiasi
pertunjukan Wayang Orang Sriwedari. Hal
Pendukung
ini bukan sebagai paksaan melainkan
adalah sebuah elemen penting dalam
sebagai bentuk dukungan dari lembaga
kesenian
pendidikan
terdapat
faktor faktor
penghambat pendukung
yaitu
masyarakat.
berupa
Masyarakat
tradisional.
Tanpa
adanya
kepada
Wayang
Orang
masyarakat pendukung, siapa yang akan
Sriwedari agar tetap ditonton dan bukan
tetap mendukung keberadaan kesenian
hanya dari para kalangan orang tua saja.
tradisional tersebut. Seperti yang tertulis
Selain kalangan muda, siswa siswi TK dan
dalam buku Seni dalam dilema industri
SD
milik
Wayang
Endang
Caturwati
(2004),
ia
pun
menjadi
sasaran
Orang
Sriwedari
kelompok untuk
mengatakan bahwa “Perkembangan suatu
melakukan
budaya, tentu sedikit banyak dipengaruhi
Pemerintah Dekdikbud wajib menonton
oleh
wayang orang tersebut merupakan suatu
masyarakat
pendukungnya
yang
sama.
hal
ia merupakan suatu gejala perubahan,
mendapatkan pesan moral dari pertunjukan
gejala
yang
pembentukan
yang
diri,
serta
semuanya
gejala disebut
positif,
Program
merupakan suatu proses. Dalam arti bahwa
penyesuaian
yang
kerja
ditampilkan,
bermanfaat
selain
hal
untuk
dengan
tersebut
juga
memperkenalkan
sebagai proses sosialisasi.” Jika melihat
kesenian tradisional seperti Wayang Orang
dari
ini
Sriwedari pada anak-anak sekolah. Dengan
masyarakat yang menonton bukan hanya
cara ini sebagai bentuk antisipasi untuk
dari kalangan orang tua saja tetapi juga
memperkenalkan pada
kalangan muda mulai peduli dengan
sehingga nantinya pun dapat berdampak
apresiasi
masyarakat,
saat
generasi
muda
pentingnya pertunjukan tradisional seperti AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 182
pada
munculnya
regenerasi-regenerasi
penonton secara konsisten.
Wayang Orang Sriwedari ini, berdasarkan data yang telah dipaparkan yaitu adanya
Berdasarkan hasil pengamatan yang
nilai yang melekat pada Wayang Orang
dilakukan oleh peneliti jumlah penonton
Sriwedari yaitu nilai adiluhung yang
yang terjadi pada hari senin, selasa, rabu
berarti sesuatu yang besar dan agung,
tidak sebanyak dengan jumlah penonton
dukungan
yang menonton pada hari kamis, jumat,
pengangkatan PNS dan dukungan dana
sabtu.
yang diberikan, terjadinya inovasi dan
Alasan
tersebut
yang
terjadi
mendukung
karena
mereka
hal yang
pemerintah
kreatifitas
pada
pemain,
dukungan
menonton sibuk berkegiatan di hari aktif
masyarakat,
kerja. Akhirnya saat Weekend menjadi
seperti gedung, pakaian dan alat rias serta
sasaran
menonton
hal pokok yaitu para pelaku seni Wayang
pertunjukan Wayang Orang Sriwedari.
Orang Sriwedari sendiri. Maka dari adanya
Selain hari-hari biasa dan hari Weekend,
kondisi-kondisi
hari-hari besar seperti saat idul fitri juga
membuat Wayang Orang masih ada hingga
mempengaruhi jumlah penonton yang
saat ini. Kondisi tersebut digolongkan
datang. Saat hari raya, menurut cerita salah
menjadi kondisi budaya, kondisi sosial,
satu pemain Wayang Orang Sriwedari,
dan kondisi material. Kondisi budaya
bangku penonton terisi penuh. Bahkan
disini mencakup nilai adiluhung yang
sampai memenuhi bangku-bangku yang
melekat pada pertunjukan Wayang Orang
ada di balkon atas. Itu membuktikan
Sriwedari.
bahwa antusias dari sebagian masyarakat
apresiasi
Surakarta yang merantau ke kota orang
pemerintah, serta inovasi dan kreatifitas.
juga merindukan penampilan dari Wayang
Sedangkan
Orang Sriwedari. Hal tersebut merupakan
peralatan
gambaran bahwa Wayang Orang Sriwedari
(gedung, pakaian dan alat rias), dan para
kini
pelaku Wayang Orang Sriwedari. Dari
masyarakat
sudah
kembali.
untuk
mencapai
Walaupun
eksistensinya
dahulu
penonton
peralatan
seperti
wayang
tersebut
Kondisi
sosial
masyarakat,
kondisi Wayang
sehingga
meliputi, dukungan
material Orang
orang
berupa Sriwedari
adanya kondisi-kondisi yang digolongkan
Wayang Orang Sriwedari yang datang
menjadi
sampai membludak, namun setidaknya
membuat Wayang Orang Sriwedari masih
saat ini telah terjadi pencapaian kembali
ada dan bertahan hingga saat ini. Persis
setelah sempat terpuruk dan kehilangan
seperti yang dungkapkan oleh Radcliffe
penonton.
Brown bahwa “diperlukannya kondisi-
Pada
penelitian
Eksistensi
tiga
bagian
tersebut
maka
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 183
kondisi
tertentu
sehingga
membuat
masyarakat itu ada.”
yang semakin meningkat. Dilihat dari jumlah penonton yang berjumlah kisaran 100 orang pada weekdays dan lebih dari
Simpulan
300 orang pada weekend. Selain itu,
Wayang Orang Sriwedari dengan
penonton kesenian tradisional yang identik
masa perkembangannya yang panjang dan
dengan para sesepuh ataupun generasi tua
segala lika-liku yang telah dihadapinya,
sudah tidak ditemui lagi saat ini. Saat ini
maka penulis mendapati strategi-strategi
bukan hanya para orang tua saja yang
adaptasi yang dilakukan oleh kelompok
menyaksikan pertunjukan Wayang Orang
kesenian Wayang Orang Sriwedari. Seperti
Sriwedari, melainkan para muda mudi juga
adanya konsep adaptasi yang diungkapkan
turut menjadi bagian dari deretan barisan
oleh Bennet (dalam Sukadana, 1982) yaitu
penonton di Gedung Wayang Orang
adanya suatu proses penyesuaian terhadap
Sriwedari.
perubahan.
Strategi tersebut berupa
Oleh karena itu, kesenian tradisional
dukungan dari Pemerintah serta inovasi
Wayang
dan kreatifitas. Dari adanya strategi yang
mencapai eksistensinnya kembali setelah
dilakukan oleh kelompok Wayang Orang
sempat
Sriwedari maka terdapat pula hambatan-
ditinggalkan
hambatan yang dihadapi oleh Kelompok
pendukungnya. Hal ini didukung karena
Wayang Orang Sriwedari saat ditinggalkan
adanya kondisi-kondisi tertentu untuk
oleh
menjadi
membuat masyarakat ada seperti yang
kendala internal dan kendala eksternal.
diungkapkan oleh Radcliffe Brown (dalam
Kendala internal yang dihadapi oleh
Ahimsa, 2007). kondisi tersebut dibagi
Wayang Orang Sriwedari yaitu minimnya
dalam tiga golongan yaitu kondisi budaya,
Regenerasi,
Promosi,
kondisi sosial, dan kondisi material.
prasarana.
Kondisi budaya yang terjadi yaitu nillai
Sedangkan kendala eksternal yang terjadi
adiluhung pada Wayang Orang Sriwedari,
diakibatkan oleh keadaan-keadaan seperti
kondisi
perkembangan
masyarakat, dukungan pemerintah, inovasi
penonton
terbatasnya
yaitu
dibagi
kurangnya ide-ide
baru,
Teknologi,
Adanya
Hiburan Lain, dan faktor Cuaca.
Orang
Sriwedari
mengalami
keterpurukan
oleh
sosialnya
ini
telah
dan
masyarakat
yaitu
apresiasi
dan kreatifitas, dan kondisi material yaitu
Kelompok Wayang Orang Sriwedari
peralatan berupa pakaian dan alat rias yang
agar tetap eksis diperkuat oleh faktor
ada di Gedung Wayang Orang Sriwedari,
pendukung yaitu apresiasi masyarakat AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 184
serta pelaku kesenian Wayang Orang Sriwedari sendiri.
Tobong Kelana Bhakti Budaya). Skripsi. tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Airlangga.
Daftar Pustaka Ahimsa, Putra. (2000) Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press. . (2007) Patron dan Klien di Sulawesi Selatan “Sebuah Kajian Fungsional-Struktural”. Yogyakarta: Kepel Press. Caturwati, Endang. (2004) Seni Dalam Dilema Industri. Jakarta: Aksara Indonesia. Havilland, William A., dan R.G. Soekadijo. (1988) Antropologi Jilid 2 yang dialih bahasa Soekardijo. Jakarta: Erlangga. Hersapandi. (1999),Wayang Wong Sriwedari: Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersial. Yogyakarta: Tarawang. Ihromi, T.O. (ed). (1980) Pokokpokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy J. (1989) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Soedarsono. (2002) Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukadana, Adi. (1982), Antropo-Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press. Wassahua, Ghea Primadani. (2012) Ketoprak Tobong Kelana Bhakti Budaya (Studi Tentang Pemaknaan Kesenian Tradisional Oleh Pelaku Seni Ketoprak AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 185