EKSISTENSI PERJANJIAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) DAN DAMPAKNYA BAGI PERLINDUNGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Ari Ratna Kurniastuti Peneliti di Lembaga Penelitian SEMERU Jakarta Email:
[email protected]
Abstract Journal writing is about the existence of Agreement of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) and its impact on the legal protection of micro small and medium enterprises (SMEs). It is motivated by the ACFTA agreement that went into effect on January 1, 2010 many local industries including the SMEs gain a tremendous impact, ranging from reduced turnover, to anyone out of business. Seeing as it is a phenomenon that needs to be assessed on the first position of the ACFTA agreement in the Indonesian legal system relating to the case of a legal conflict with national legislation that protects SMEs. The second study is about the ideal form of legal protection for SMEs from the impact of the ACFTA agreement. Key words: legal protection, the micro, small and medium enterprises (smes), treaty of asean china free trade area (ACFTA)
Abstrak Penulisan jurnal ini membahas tentang eksistensi Perjanjian ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dan dampaknya bagi perlindungan hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya perjanjian ACFTA yang mulai berlaku pada 1 Januari 2010, dimana banyak industri lokal termasuk di dalamnya adalah UMKM mendapatkan dampak yang luar biasa, mulai dari penurunan omset, sampai ada yang gulung tikar. Melihat fenomena demikian maka perlu dikaji mengenai pertama kedudukan Perjanjian ACFTA dalam sistem hukum Indonesia berkaitan dengan terjadinya konflik hukum dengan peraturan perundang-undangan nasional yang melindungi UMKM. Kajian kedua adalah tentang bentuk perlindungan hukum yang ideal terhadap UMKM dari dampak adanya perjanjian ACFTA. Kata kunci: perlindungan hukum, usaha mikro kecil menengah (UMKM), perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA)
Latar Belakang
keduanya.1 Sebelum muncul sistem Negara manusia,
pada abad ke 19 sudah ada perdagangan
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
antar suku bangsa, misalnya Marcopolo dari
Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan
Venezia, sekarang lebih dikenal dengan
tukar
Italia dengan Jalur Sutranya. Saat itu
Perdagangan
menukar
adalah
barang
fitrah
atau jasa atau
1 Wikipedia, Perdagangan, http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan, diakses 20 Mei 2012 pukul 12.05 WIB. 184
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
185
perdagangan sangat bebas, suku bangsa satu
Negara asal yang melintasi perbatasaan
dapat membawa barangnya ke suku bangsa
menuju
lain untuk dijual tanpa dibatasi dengan aturan
dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan
Negara.
perpindahan barang dan jasa, modal tenaga
Di abad 19 sistem di dunia berubah yaitu
mulai
bermunculan
negara-negara
suatu
Negara
tujuan
kerja, teknologi (pabrik) dan merek dagang.3 Perdagangan
internasional
Negara-Negara
negara
internasional baik secara global
rasa
nasionalisme
dan
dan
melibatkan
yang mendahulukan kepentingan politik, dengan
yang
lembaga-lembaga maupun
hukumnya
regional yang mengacu pada ketentuan dan
melindungi kepentingan bangsanya terlebih
prinsip-prinsip hukum internasional yang
dahulu termasuk dalam hal perdagangan.
disepakati dalam General Agreement on
Pada era ini perdagangan antar negara sudah
Tariffs and Trade-World Trade Organization
tidak sebebas era Marcopolo. Untuk dapat
(GATT-WTO
menjual barang dari Negara satu dengan yang
mengikatkan diri menjadi anggota WTO
lain ada aturan tentang dokumen atau bea
maka tunduk pada prinsip–prinsip yang diatur
masuk misalnya, sehingga kemudian istilah
dalam GATT. Walaupun demikian GATT
perdagangan berubah menjadi perdagangan
ini juga memuat ketentuan–ketentuan untuk
internasional.
menyimpangi prinsip dalam GATT-WTO
kebangsaan,
sehingga
sistem
Agreement).
Negara
yang
Kebangkitan nasionalisme dan kodifikasi
Agreement misalnya yang tercantum dalam
pada abad ke-19 hukum dagang itu dimasukkan
artikel XXIV yaitu diperbolehkan adanya
ke dalam undang-undang masing-masing
perjanjian regional antara dua negara atau
negara. Ini menjadi bercampur dengan hukum
lebih untuk mengurangi atau menghapuskan
nasional dan dengan demikian kehilangan
hambatan perdagangan di
karakter
negara
anggota perjanjian regional tersebut, dengan
yang mengambil kontrol atas perdagangan
tujuan meningkatkan perdagangan di kawasan
internasional, hukum perdagangan nasional
tersebut.
universalnya.
Sebagai
yang baru mengatur hubungan ekonomi dan
ASEAN-China
Free
antara sesama
Trade
Area
perselisihan lintas batas yang diselesaikan
(ACFTA) merupakan tindak lanjut dari
dengan mengacu pada hukum internasional
kesepakatan antara negara-negara ASEAN
privat.2
dengan Republik Rakyat China mengenai
Perdagangan kegiatan-kegiatan 2 3
Internasional perniagaan
dari
adalah suatu
Framework Agreement on Comprehensive Economic
Co-operation
between
the
Ana Mercedes Lopez Rodriguez, Lex Mercatoria, School of Law, Departement of Private Law University of Aarhus, 2002. Mohammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 18.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
186
Association of South East Asian Nations and
garmen, dan plat baja karena produk China
the People’s Republic of China (“Framework
pada sektor ini dari segi biaya produksi
Agreement”), yang ditandatangani di Phnom
murah dan efisien sebab mendapat subsidi
Penh, pada 4 Nopember 2004.4 Framework
dari Pemerintah mereka sehingga harganya
Agreement on Comprehensive Economic
murah. Hal ini membahayakan dari sisi tenaga
Co-operation between the Association of
kerja di Indonesia karena keempat industri
South East Asian Nations and the People’s
tersebut merupakan sektor padat karya yang
Republic of China yang selanjutnya disebut
menyerap banyak tenaga kerja.7
Perjanjian ACFTA berlaku sejak 1 Januari
Kondisi sebagaimana diuraikan di atas
2010. Dasar berlakunya perjanjian ini adalah
tentu saja memberikan dampak
Keputusan Presiden No. 48 Tahun 2004
perekonomian Indonesia dan industri lokal
tentang Pengesahan Framework Agreement
yang ada di Indonesia, salah satunya UMKM.
On Comprehensive Economic Co-Operation
Dalam pembangunan ekonomi Indonesia
Between The Association Of South East
UMKM dianggap sektor yang mempunyai
Asian Nations And The People's Republic Of
peranan penting. Sebagian besar jumlah
China.5
penduduk
ACFTA perdagangan
menggunakan bebas.
Perdagangan
Indonesia yang berpendidikan
prinsip
rendah kegiatan usaha yang dapat dilakukan
bebas
adalah di usaha kecil baik sektor tradisional
tersebut didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan perdagangan, yakni hambatan yang
maupun modern. Peranan UMKM menjadi bagian yang
diterapkan pemerintah dalam perdagangan
diutamakan
antar
tahapan
individual
dan
atau
kepada
perusahaan
dalam
setiap
pembangunan
perencanaan
yang
dikelola
yang berada di negara anggota perjanjian
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan
perdagangan bebas tersebut.6
serta Kementerian Koperasi dan UKM. Akan
Industri manufaktur yang mulai bangkit
tetapi usaha pengembangan yang dilakukan
yang
hasilnya belum memuaskan karena pada
kemudian disingkat KKG mereda harus siap
kenyataannya kemajuan UMKM sangat kecil
menghadapi tantangan baru yaitu Perjanjian
dibandingan kemajuan yang dicapai oleh
ACFTA. Empat industri manufaktur yang
usaha besar.8 Kondisi ini juga dikarenakan
paling terancam adalah tekstil, alas kaki,
kurangnya dukungan pasar.
setelah
4 5 6 7 8
Krisis
Keuangan
Global
Amrie Hakim, Dasar Hukum Pemberlakuan ACFTA, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/ lt4b04bef2aa8ee/dasar-hukum-pemberlakuan- acfta, diakses 4 Desember 2012 pukul 12.05 WIB. Ibid. Ibnu Purna, dkk, ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif, http://www.setneg. go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=4375&Itemid=29, diakses 7 Mei 2012 pukul 13.00 WIB. Surabaya Pagi, 28 Januari 2010, ACFTA Ancam Empat Industri Padat Karya, hlm. 10 kolom 4-5. Abdul Rosid, Modul Manajemen UKM: UKM di Indonesia dan Peranan UKM, pksm.mercubuana.ac.id/ new/.../files.../31013-3-478126269633.doc, diakses 8 Mei 2012 pukul 13.00 WIB.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
187
Persetujuan
Perjanjian
ACFTA
berakibat perdagangan Indonesia
ini
untuk
memberikan
perlindungan
hukum
dengan
terhadap industri di dalam negeri, khususnya
Negara-Negara ASEAN dan China mengalami
UMKM karena mereka mendapatkan dampak
liberalisasi yang artinya mengurangi atau
yang cukup besar dari adanya ACFTA ini,
meniadakan hambatan perdagangan yang
padahal
ada, sehingga tariff (bea masuk) dari produk
kecil yang
Negara peserta ACFTA ini diturunkan atau
atau pegawainya tidak sampai 100 orang,
bahkan ditiadakan. Berdasarkan penelitian
jumlahnya cukup banyak.
World Trade Organization (WTO) tahun 1995,
disimpulkan
bahwa
regionalisme
di
Indonesia dijalankan
UMKM oleh
berskala
perorangan
Penelitian ini menggunakan pendekatan historis (historical approach),
pendekatan
perdagangan, termasuk free trade area,
perundang-undangan
approach),
ternyata mendorong liberalisme perdagangan
pendekatan konseptual (conceptual approach),
yang memberikan keuntungan pada Negara-
dan pendekatan perjanjian (Treaty approach).
Negara anggota oleh integrasi ekonomi yang
Metode
terjadi.9
dibedakan atas bahan hukum primer dengan
Liberalisasi
perdagangan
(statute
pengumpulan
bahan
hukum
ini
cara Studi Kepustakaan (library research).
yang
Analisis data dilakukan secara normatif
siap dan kuat industrinya sehingga bisa
kualitatif dengan teori untuk memberi arti
mengembangkan
cepat
dan menginterpretasikan setiap bahan hukum
hambatan
yang telah diolah dan kemudian diuraikan
perdagangan yang ada. Akan tetapi saat
secara komprehensif dan mendalam sehingga
negara tersebut industri dan pelaku usahanya
dapat ditarik sebuah kesimpulan.
menguntungkan
memanfaatkan
bagi ekspor
Negara dengan
minimalisasi
belum siap, maka yang ada negara tersebut hanya akan menjadi pasar penjualan bukan tempat
produksi.
Bagaimana
dengan
Indonesia, yang terlihat justru banyak produk China yang membanjiri sejumlah wilayah kota-kota besar sebagai dampak Perjanjian ACFTA, sehingga industri, terutama UMKM Indonesia dibuat kewalahan atas kondisi seperti ini. Melihat kondisi tersebut diperlukan peran pemerintah melalui hukum yang dibuatnya 9
Pembahasan A. Kedudukan Perjanjian ACFTA dalam Sistem Hukum Indonesia Perjanjian ACFTA adalah salah satu bentuk perjanjian Free Trade Area (FTA) yang diperbolehkan menyimpangi Prinsip Most Favoured Nations (MFN) yang diatur dalam Artikel I GATT-WTO Agreement yang menentukan bahwa negara anggota
World Trade Organization, Trading into the Future : Introduction to the WTO. Beyond the Agreements. Regionalism-Friends or Rivals?, http://www.wto.org/english/ thewto_e/whatis_e /tif_e/bey_e.htm, diakses 8 Mei 2012 pukul 13.00 WIB.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
tidak
boleh
mendiskriminasikan
188
negara
kembali gagal pada perundingan Jenewa
anggota lainnya. Jika diberikan perlakuan
pada Desember 2009, Pemerintah Indonesia
khusus
(misalnya
“banting stir” dengan menandatangani FTA
dengan menurunkan bea masuk dari salah
pada tingkat regional yaitu AFTA yang
satu produknya), maka perlakuan yang
merupakan FTA antara negara ASEAN
sama juga harus diberikan kepada negara
sendiri dan ASEAN dengan negara lain atau
anggota lainnya.10 Namun penyimpangan ini
kawasan/region yang lain.11
kepada
suatu
negara
dilegalkan dengan ketentuan yang tertuang
Artikel XXIV GATT-WTO Agreement
pada Artikel XXIV GATT-WTO Agreement.
memperbolehkan adanya Customs
Indonesia dan anggota ASEAN yang lain
dan Free Trade Area yang dibentuk dengan
sebagai anggota WTO yang wajib tunduk pada
perjanjian internasional
semua ketentuan WTO juga diperkenankan
persyaratan tertentu yaitu dalam kawasan
untuk membuat perjanjian ACFTA sebagai
regional yang saling berdekatan dan tidak
penyimpangan prinsip WTO.
bertentangan dengan perjanjian yang dibuat
Perbaikan
GATT-WTO
tertentu,
Union dengan
Agreement
setelah perang dunia kedua salah satunya
idealnya terus dilakukan sebagaimana yang
GATT yang kemudian berubah menjadi
dilakukan sejak tahun 1947 dengan tujuan
GATT-WTO Agreement setelah WTO berdiri
menyesuaikan
perkembangan
tahun 1995. GATT yang disusun tahun 1947
perdagangan internasional. Setelah Uruguay
ini merupakan salah satu sarana mencegah
dengan
terdapat
lanjutan
meletusnya perang dunia lagi sebab negara-
Putaran Doha. Putaran Doha ini belum
negara menyadari bahwa perdagangan yang
menghasilkan
menyebaban perang terjadi, maka dibuatlah
Round
perundingan
apa-apa
sampai
sekarang,
belum ada kesepakatan yang bisa didapat
aturan
dari perundingan yang terakhir ini. Putaran
Framework Agreement on
Doha yang tak kunjung selesai padahal perkembangan memerlukan
perdagangan penyesuaian
internasional
internasional.12
Comprehensive Economic Co-operation between the Association of South East
yang
Asian Nations and the People’s Republic of
kemudian memacu negara-negara anggota
China yang dalam tesis ini disebut sebagai
WTO
Perjanjian ACFTA merupakan salah satu
membuat
perjanjian
aturan
perdagangan
perdagangan
bentuk perjanjian internasional.
khusus di wilayah mereka. Pasca
gagalnya
perundingan
WTO
Jika WTO adalah forum kesepakatan
yaitu Doha Round sejak tahun 2005 dan
perdagangan tingkat global, ditingkat regional
10 Artikel I General Agreement on Tariffs and Trade-World Trade Organization (GATT-WTO Agreement). 11 Daeng, dkk, Menggugat Perjanjian Kerjasama ASEAN-China, Global Justice Update, Tahun 7 Edisi Desember 2009, hlm. 77. 12 Pasal 3 artikel XXIV GATT-WTO Agreement.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
189
forum serupa untuk menetapkan kebijakan perdagangan juga ditetapkan. Ada beberapa
yaitu pengesahan juga diatur di dalamnya. Berdasarkan
Konvensi
Wina
1986
perjanjian dengan area yang lebih kecil,
pengesahan
misalnya The North American Free Trade
Menurut Pasal 2 (1) b Konvensi Wina 1986
Area (NAFTA) antara Amerika, Canada dan
ratifikasi
Mexico, tetapi juga ada kesepakatan yang
konfirmasi formal, penerimaan, persetujuan
bersifat regional seperti The Asia Pasific
dan aksesi. Terdapat perjanjian yang harus
Economic Cooperation (APEC).13
melalui ratifikasi untuk dapat dinyatakan
Perjanjian
adalah
sebagai
pengesahan,
ratifikasi. tindakan
dirumuskan
berlaku dan ada pula yang berlaku tanpa
sebagai kata sepakat antara dua atau lebih
melalui persyaratan ratifikasi biasanya muai
subyek hukum internasional yaitu negara,
berlaku pada saat penandatanganan, yang
tahta suci, kelompok pembebasan, organisasi
dalam perjanjian dirumuskan dengan tulisan:
internasional mengenai suatu obyek tertentu
“The present agreement shall come into
yang
dan
force on the date of its signing”15. Tulisan
tunduk pada atau yang diatur oleh hukum
tersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa
internasional.14 Perjanjian ACFTA ini antara
Indonesia artinya “Perjanjian ini mulai
organisasi
berlaku pada tanggal penandatanganan”,
dengan
internasional
diartikan
dirumuskan
secara
internasional
Negara
yaitu
tertulis
yaitu
ASEAN
Republik Rakyat
sehingga apabila perjanjian
internasional
China (China) maka memenuhi pengertian
mencantumkan ini maka sejak perjanjian
perjanjian
tersebut
internasional di atas sehingga
ditandatangani
maka langsung
dapat dikatakan bahwa Perjanjian ACFTA ini
sah untuk berlaku di negara yang telah
adalah merupakan perjanjian internasional.
ditandatanganinya.
Perjanjian Internasional antara negara dengan
organisasi
memiliki
undang-undang
diatur
yang khusus mengatur tentang perjanjian
dalam Vienna Convention on the Law of
internasional yaitu UU No. 24 Tahun 2000
Treaties between States and International
Tentang Perjanjian Internasional yang di
Organizations
International
dalamnya juga mengatur mengenai pengesahan
Organizations (Done at Vienna on 21 March
perjanjian Internasional ke dalam hukum
1986) yang selanjutnya disebut Konvensi
Nasional. Pasal 3 UU No. 24 Tahun 2000
Wina 1986. Dalam
cara
Tentang Perjanjian Internasional menyatakan:
pembuatan, mulai berlaku dan cara berlaku
Pemerintah Republik Indonesia mengikatkan
or
internasional
Indonesia
between
konvensi
ini
13 Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 212-213. 14 I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional (Bagian 1), Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 13. 15 Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional (Kajian Teori dan Praktik Indonesia), Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 69.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
190
diri pada perjanjian internasional melalui
yang bersumber dari perjanjian internasional
cara-cara sebagai berikut: (a) Penandatangan;
dapat diterapkan di dalam hukum nasional
(b) pengesahan; (c) pertukaran dokumen
apabila sudah dijelmakan (ditransformasi)
perjanjian/nota diplomatik; (d) cara-cara lain
ke dalam hukum nasional, secara formal
sebagaimana disepakati para pihak dalam
dan substantif, yaitu menempatkan perjanjian
perjanjian internasional.
internasional yang telah disahkan (ratifikasi)
Politik hukum ratifikasi yang dianut
sebagai bagian dari hukum nasional ini yang
oleh suatu negara sangat dipengaruhi teori
disebut dengan transformasi secara formal,
monisme dan dualisme. Teori monisme
dan mengharuskan adanya legislasi nasional
menyebutkan bahwa hukum internasional
tersendiri
dan
satu
perjanjian internasional yang telah disahkan,
sistem hukum, sedangkan teori dualisme
yang terakhir ini disebut sebagai transformasi
menyatakan
secara substantif16
hukum
nasional bahwa
merupakan
hukum
internasional
untuk
mengimplementasikan
dan hukum nasional merupakan dua sistem
Indonesia sering menggunakan politik
hukum yang terpisah Diantara kedua teori ini
hukum ratifikasi transformasi formal yaitu
mana yang dianut oleh suatu negara maka
UU atau Perpres pengesahannya hanya
politik hukum ratifikasinya akan mengikuti
berisi
teori dasar ini. Kebijakan yang diambil
sebuah perjanjian internasional, sedangkan
Pemerintah dalam hal pengesahan perjanjian
perjanjian internasionalnya menjadi lampiran
internasional, salah satunya adalah memilih
pada UU atau Perpres ini. UU atau Perpres
politik hukum ratifikasi mana yang diterapkan
pengesahan ini tidak berisi transformasi
pada pengesahan perjanjian internasional.
material
Pada dasarnya politik hukum ratifikasi yaitu
internasional yang disahkan. Transformasi
inkorporasi dan transformasi yang didasari
formal ini bisa dikatakan sebagai inkorporasi
pada teori monisme dan teori dualimse.
diam-diam.17
Teori monisme merupakan dasar adanya
menetapkan
atau
Kelemahan
atau
mengesahkan
substantif dari
dari
perjanjian
transformasi
formal
teori inkorporasi, ratifikasi secara inkorporasi
adalah lampiran tidak dianggap peraturan
adalah hukum internasional dapat diterapkan
perundang-undangan
dalam hukum nasional secara otomatis tanpa
dinyatakan sebagai lampiran yang
adopsi khusus. Teori dualisme menjadi
dapat dipisahkan terlebih lagi apabila tidak
dasar dari teori transformasi, ratifikasi secara
diterjemahkan
transformasi yaitu bahwa hukum internasional
Dengan
walaupun
dalam
demikian
Bahasa
yang
sudah tidak
Indonesia.
sering
terjadi
16 Ibid., hlm. 96. 17 Mohd. Burhan Tsani, Status Hukum Internasional dan Perjanjian Internasional dalam Hukum Nasional Republik Indonesia (dalam Prespektif Hukum Tata Negara), http://damosdumoli.blogspot.com/2009/03/ status-hukum-internasional-dan_12.html, diakses 11 Januari 2013 pukul 13.00 WIB.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
191
masyarakat tidak tahu bahwa perjanjian
termasuk perkebunan merupakan UMKM
internasional yang menjadi lampiran dalam
yang cukup besar jumlahnya di Indonesia,
peraturan perundang-undangan merupakan
dan sektor ini merupakan salah satu yang
suatu ketentuan yang mengikat dan harus
terdampak dengan adanya perjanjian ACFTA
dipatuhi,
perjanjian
ini. Kondisi ini memicu bermunculannya
internasional ini ditransformasikan dalam
peraturan perundang-undangan yang tujuan
suatu UU atau perpres dalam bentuk pasal
memproteksi petani sebagai salah satu bentuk
per pasal.
UMKM.
berbeda
apabila
Status Perjanjian ACFTA dalam sistem
Gubernur
Jawa
Timur
menerbitkan
hukum Indonesia adalah berlaku dikarenakan
Peraturan Gubernur (Pergub) No 78 Tahun
beberapa alasan yang pertama perjanjian ini
2012 yang melarang impor seluruh produk
sudah melalui 3 tahapan yaitu perundingan,
hortikultura masuk ke wilayah Jawa Timur.
penandatanganan
pengesahan.
Pergub ini ditandatangani tanggal 1 Maret
dalam Keppres
2012 bertujuan membentengi seluruh produk
pengesahannya hanya menjadikan Perjanjian
petani dari serbuan produk hortikultura
ACFTA ini lampiran
dinyatakan
impor. Tidak semua produk dilarang masuk,
dianggap
melainkan berlaku hanya bagi produk yang
transformasi setengah hati atau pengakuan
dimiliki oleh petani Jawa Timur, misalnya
inkorporasi
sembunyi-sembunyi
buah apel, jeruk, mangga, sayur, serta
tetapi tetap bisa dianggap berlaku karena
beberapa produk lainnya. Pelarangan impor
memang kenyataannya Indonesia mengikuti
produk holtikultura ini dalam kurun waktu
transformasi, inkorporasi sekaligus.
sebulan sebelum panen dan dua bulan
dan
Yang kedua meskipun
tidak
dapat
yang
dipisahkan yang
dan
Perjanjian ACFTA dinyatakan berlaku di
Indonesia
sehingga
sudah
setelah panen. Karena itu, meski dilarang,
menjadi
jika impor tersebut masuk tidak saat terjadi
‘undang-undang’ bagi yang membuatnya
panen raya, maka produk hortikultura tetap
termasuk Indonesia. Perjanjian ACFTA yang
saja boleh masuk Jawa Timur18
disahkan dengan Keppres ternyata memiliki
Kondisi pertanian yang terpuruk dengan
dampak yang luas, industri lokal khususnya
adanya Perjanjian ACFTA pada khususnya
UMKM banyak yang gulung tikar atau
dan perdagangan bebas pada umumnya
mengalami penurunan omset sebagaimana
dan melihat pentingnya sektor ini untuk
telah diuraikan di latar belakang yang
masyarakat maka akhirnya juga menggerakkan
menjadi
mengambil
Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan
penelitian tesis tentang ini. Sektor pertanian
mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen)
landasan
penulis
18 Fatkhurrrohman Taufiq, 2 Maret 2012, Jawa Timur Larang Impor Hortikultura, Tempo Interaktif, http:// www.tempo.co/read/news/2012/03/02/180387611/Jawa-Timur-Larang-Impor- Hortikultura, diakses 7 Maret 2013 pukul 13.00 WIB.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
192
yang membatasi impor hortikultura dengan
bulan sebelum dan 2 bulan setelah panen
dikeluarkannya Permentan nomer 60 Tahun
raya ini jelas bertentangan dengan Perjanjian
2012 dan Permendag No 60/2012 soal impor
ACFTA
hortikultura. Dalam lampiran Permendag No.
kedalam produk normal yang mengikuti
60/M-DAG/PER/9/2012 Tentang Perubahan
ketentuan perdagangan bebas yang bebas
Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan
bea masuk dan tidak ada pembatasan kuota.
Nomor
Tentang
Pertentangannya adalah Perjanjian ACFTA
Hortikultura
menerapkan prinsip WTO bahwa tidak ada
menyebutkan larangan terhadap 6 buah impor
perbedaan produk lokal dan produk impor,
durian, nanas, melon, pisang, mangga dan
sedangkan pembatasan impor, sehingga bisa
pepaya masuk ke Indonesia. Selain keenam
dikatakan bahwa ini bentuk konflik norma.
30/M-DAG/PER/5/2012
Ketentuan
Impor
Produk
buah tersebut, pemerintah juga melarang impor 4 jenis sayur yaitu kubis, wortel, cabe, kentang, dan 3 Jenis bunga impor yaitu krisan, anggrek, heliconia. Pembatasan ini jika dikaitkan dengan Perjanjian ACFTA ini juga melanggar, sebab Buah-buahan termasuk Early Harvest product (EHP) yang tariffnya sudah 0% sejak 1 Januari 2010 dan juga tidak ada pembatasan kuota. China belum pernah melaporkan untuk menuntut ini, tetapi pelaporan AS menunjukkan bahwa adanya peraturan yang demikian dapat memicu konflik negara
lain
sebab
dengan
mengindikasikan
adanya pengingkaran terhadap perjanjian internasional.
Pembatasan
kuota
atau
kenaikan tariff diberbolehkan dengan syaratsyarat tertentu sesuai dengan Artikel XXIX GATT-WTO Agreement. Adanya
Permendag
dan
Permentan
tentang Pembatasan Impor Hortikulura dan juga Pergub Jatim yang melarang impor buah khas Jatim masuk ke wilayah Jatim pada 1
yang
memasukkan
hortikultura
Pertentangan antara Perjanjian ACFTA dengan
peraturan
perudang-undangan
nasional ini merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Suatu negara yang telah mengesahkan perjanjian internasional, dalam pelaksanaannya di wilayahnya maka akan berhadapan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan nasional yang lain.19 Dalam
menghadapi
hukum
nasional
pertentangan
dan
antara
internasional
ini
membuat negara mengalami dilema apakah akan mengutamakan penerapan perjanjian internasional
dengan
mengesampingkan
hukum nasional atau sebaliknya. Apabila perjanjian dengan
internasional alasan
dikesampingkan
bertentangan
dengan
hukum nasional atau peraturan perundangundangan
nasional
maka
dikhawatirkan
akan terjadi anarki internasional yang bisa merugikan semua pihak, sekaligus juga akan merendahkan nilai-nilai dan tujuan luhur dari perjanjian internasional.20
19 I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional (Bagian 2), Mandar Maju, Bandung, 2005, hlm. 275276. 20 Ibid., hlm. 276.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
193
Dari uraian di atas maka disimpulkan
artinya perjanjian internasional sebagaimana
bahwa sebaiknya tidak menjadikan hukum
kontrak
nasional sebagai alasan pembenar untuk
mengikat para pihak yang mengadakan
mengesampingkan
perjanjian.22 Perjanjian ACFTA memenuhi
internasional pembenar
suatu
pelanggaran
atau
mengatasnamakan ASEAN tetapi negara
27 Konvensi Wina 1986 tentang Hukum Perjanjian Internasional yaitu “A party may not invoke the provisions of its national law as justification of its failure to perform a treaty”, yang diartikan bahwa salah satu pihak tidak boleh menjadikan ketentuan dalam hukum nasionalnya sebagai pembenar atas kegagalannya dalam melaksanakan suatu perjanjian internasional. Ketentuan Pasal 27 Konvensi Wina menjadi
yang
ini sehingga walaupun pembuat perjanjian
internasional.21 Hal ini sesuai dengan Pasal
ini
perdata
alasan
kegagalan dalam melaksanakan perjanjian
1986
perjanjian
menjadi
ataupun atas
perjanjian
atau
salah
satu
alasan
bahwa adanya Permen dan Pergub yang membatasi impor hortikultura ini tidak bisa dibenarkan sebab justru menimbulkan pelanggaran pada perjanjian internasional
anggotanya dapat dikatakan terikat perjanjian ini. Negara-negara ketika membentuk suatu organisasi internasional didorong oleh satu tujuan atau objek yang sama, yaitu mereka menghendaki bahwa dalam suatu bidang tertentu mereka tidak usah lagi menjalankan sendiri dan bekerja sendirian akan tetapi diwakili oleh suatu badan (entity) yang tampil atas nama mereka.23 Alasan keterikatan ini adalah ASEAN sebagai sebuah institusi regional yang telah mengikat secara hukum karena ditandatanganinya ASEAN Charter, yang secara progresif melakukan liberalisasi perdagangan maupun penanaman modal. 24 ASEAN Charter (Piagam ASEAN) ini ditandatangani tahun 2005 dan disahkan oleh Pemerintah Indonesia dengan UU No. 38
yang meliberalisasikan perdagangan yaitu
tahun 2008 Tentang Pengesahan Charter of
Perjanjian ACFTA atau perjanjian FTA yang
The Association of Southeast Asian Nations.
lain dan perjanjian WTO.
Piagam ASEAN ini berisikan garis besar
Kekuatan mengikat ini didukung dengan
haluan kebijakan ASEAN, yang menyebutkan
pandangan bahwa perjanjian internasional
bahwa ASEAN adalah satu kesatuan pasar
digolongkan sebagai sumber hukum formal
bebas.25 Tercantum dalam Pasal 1 ayat (5)
yang
Piagam ASEAN.
merupakan
treaty
contract
yang
21 Ibid. 22 T. May Rudy, Hukum Internasional 1, Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 4. 23 T. May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 110. 24 Daeng, Jebakan ASEAN dalam Komitmen Ambisius 2010, Free Trade Watch: Mewujudkan Keadilan Ekonomi, Volume III, Oktober 2010, hlm. 117. 25 Daeng, Menyoal Pelanggaran Konstitusi dalam ACFTA, Free Trade Watch: Mewujudkan Keadilan Ekonomi, Volume I, April 2011, hlm. 5.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
194
Kedudukan perjanjian internasional dalam
safeguard dari dampak perdagangan bebas,
sistem hukum Indonesia secara hierarkis ada
yaitu ancaman kerugian serius pada industri
di atas Pergub karena perjanjian internasional
lokal. Oleh karena itu perlu dirumuskan
ini ketika berlaku maka mengikat secara
perlindungan hukum terhadap UMKM yang
nasional, sedangkan Pergub sifatnya hanya
ideal sehingga tidak bertentangan dengan
regional. Untuk Permen tidak ada dalam
perjanjian internasional yang telah disepakati
tata
sesuai
Indonesia tetapi tetap dapat memberikan
dengan UU No. 12 Tahun 2011 tersebut.
perlindungan dalam konteks hukum normatif
Untuk menentukan posisinya dibandingkan
yang maksimal untuk UMKM.
urutan
perundang-undangan
Perjanjian ACFTA dapat dianalogikan bahwa secara hirarkis Presiden di atas menteri maka
B. Bentuk
Perlindungan
Hukum
bagi UMKM Akibat Berlakunya
Perpres di atas Permen, sedangkan Perjanjian internasional baik sesuai aliran Monisme
Perjanjian ACFTA
maupun Dualisme posisinya di atas Perpres.
Sebelum
adanya
UMKM
ACFTA dengan Keppres No. 48 Tahun 2004
dengan adanya Undang-undang No. 20
yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
bahwa perjanjian ACFTA ini berlaku maka
dan Menengah. UU ini mengatur kriteria
kedudukannya diakui pada sistem hukum
usaha yang dapat dikatakan sebagai Usaha
nasional,
Mikro, Kecil, dan Menengah, pemberdayaan
adanya
pertentangan
mendapat
ACFTA
Oleh karena itu dengan disahkan Perjanjian
sehingga
sudah
Perjanjian
pengembangan
usaha,
perlindungan
dengan Permen dan Perda yang membatasi
dan
pembiayaan,
larangan buah impor untuk memutuskan
kemitraan. Pengaturan
mana yang lebih berlaku digunakan asas
tersebut menunjukkan adanya perlindungan
Lex Superior derogat lex inferiori. Dengan
hukum terhadap UMKM. Perlindungan ini
diterapkan asas ini maka ini menjadi alasan
didukung dengan peraturan perundangan-
juga bahwa Perjanjian ACFTA dapat lebih
undangan lain yang
diutamakan dibanding Permen dan Pergub
yang setara UU yaitu UU Perbankan, UU
yang bertetangan dengan perjanjian ini.
Pemerintah Daerah, UU Penanaman Modal
mengenai
hal-hal
lebih spesifik baik
permen
dan UU Antimonopoli dan Persaingan Usaha
sebagaimana dibahas di atas pada dasarnya
Tidak Sehat atau aturan dibawahnya. UU
adalah memberikan perlindungan hukum
perbankan memberikan perlindungan dalam
terhadap UMKM, tetapi pembuat kebijakan
hal permodalan, UU Pemerintah Daerah
melupakan
mekanisme
mengatur tentang salah satu urusan wajib
perlindungan yang diatur dalam Artikel XIX
yang menjadi kewenangan Pemda kabupaten/
GATT-WTO Agreement yang memuat tentang
kota adalah memfasilitasi pengembangan
Tujuan
adanya
bahwa
pergub
ada
dan
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
195
koperasi, dan UMKM. UU Penanaman
dan pengembaliannya lebih cepat. Pinjaman
modal tentang investasi baik dalam negeri
untuk sektor UMKM sangat tinggi bunganya,
maupun investasi asing untuk UMKM, dan
kondisi ini menyebabkan deindustrialisasi
UU Antimonopoli dan Persaingan Usaha
yang dampaknya sangat berbahaya, karena
Tidak sehat memberikan perlindungan dari
deindustrialisasi
dumping.
pengangguran di Indonesia yang berdampak
Banyak perlindungan
kendala UMKM
yang yang
membuat sudah
ada
meningkatkan
jumlah
buruk pada kehidupan sosial dan politik serta mengganggu kestabilan makroekonomi. 27
menjadi tidak masalah, hambatan ini bisa
Perlindungan hukum UMKM dari dampak
berasal dari peraturan perundang-undangan
berlakunya perjanjian ACFTA ini sebenarnya
juga. Pembiayaan UMKM mensyaratkan
secara umum sudah diatur pula dalam
adanya jaminan dan ini yang menjadikan
Pasal 3 ayat (8) huruf f Perjanjian ACFTA
kendala untuk UMKM mendapatkan modal.
yang
Seringkali UMKM tidak dapat memenuhi
perdagangan dari dampak adanya perjanjian
persayaratan untuk mendapatkan bantuan
ini
modal
mempertahankan usahanya.
yang tentu saja Artikel XIX GATT-WTO
Sering kali didapati, UMKM Indonesia tidak
Agreement. Selain itu adanya perjanjian
memiliki laporan keuangan yang sistematis,
ACFTA sudah didukung dengan perlindungan
banyak
laporan
hukum yang mengikuti yaitu penurunan tariff
keuangannya. Hal ini menyulitkan perbankan
dengan kategori produk sensitif yang jangka
untuk mempertimbangkan pemberian kredit.
waktu dan besar penurunannya berbeda dari
Biasanya bank akan menolak kredit yang
EHP dan produk normal.28
demi
juga
yang
tidak
ada
diajukan UMKM yang tidak memiliki laporan
adalah
bahwa
mengikuti
pengamanan
ketentuan
WTO,
Produk-produk dalam kelompok Sensitive, akan dilakukan penurunan tarif mulai tahun
keuangan.26 Bank-bank
menyebutkan
di
Indonesia
enggan
2012, dengan penjadwalan bahwa maksimun
memberikan kredit yang justru dibutuhkan oleh
tariff bea masuk pada tahun 2012 adalah 20%
para pelaku usaha untuk menggerakkan roda
dan akan menjadi 0-5% mulai tahun 2018.
ekonomi. Bank enggan menyalurkan pada
Produk sensitif ini antara lain: (1) barang jadi
industri tetapi justru untuk sektor konsumsi dan
kulit yaitu tas, dompet; (2) Alas kaki yaitu
properti dengan alasan resikonya lebih kecil
sepatu sport, casual, kulit; (3) Kacamata;
26 Surabaya Pagi, 18 Februari 2011, Masalah yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Perbankan, hlm. 19 kolom 2-3. 27 Afifah Kusumadara, The Role of Law in Indonesian Economic Development, http://karyatulishukum. files.wordpress.com/2011/06/secured-kedudukan-hukum-sbg-alat- pembangunan-ekonomi.pdf, diakses 1 Maret 2013 pukul 13.00 WIB, hlm. 18-21. 28 Tahapan penurunan tariff ini diatur dalam Departemen Perdagangan Ditjen KPI, Program Penurunan Tarif Bea Masuk, http://www.ditjenkpi.go.id, diakses 13 Maret 2013 pukul 13.00 WIB.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
196
(4) Alat Musik yaitu tiup, petik, gesek;
digantungkan pada masing-masing negara
(5) Mainan misalnya Boneka; (6) Alat Olah
anggota ASEAN
Raga; (7) Alat Tulis; (8) Besi dan Baja;
Pemerintah Indonesia perlu membuat aturan
sesuai
amanat,
maka
(9) Spare part; (10) Alat angkut; (11)
pelaksanaan yang sesuai kepentingan nasional
Glokasida dan Alkaloid Nabati; (12) Senyawa
berdasarkan UUD 1945.30 Berdasarkan pasal
Organik; (13) Antibiotik; (14) Kaca; (15)
ini
Barang-barang Plastik.29 Produk nomor 1-7
membuat peraturan nasional sendiri sebagai
rata-rata merupakan industri padat karya yang
pelaksanaan perjanjian internasional yang
dijalankan oleh UMKM.
telah disetujui ASEAN termasuk Perjanjian
Indonesia memiliki PP No. 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Anti
maka
sebenarnya
Indonesia
dapat
ACFTA, sehingga peraturan yang dibuat
Dumping,
disesuaikan dengan kepentingan dan kondisi
Tindakan Imbalan dan Tindakan Pengamanan
nasional tetapi tidak bertentangan dengan
Perdagangan, tetapi
perjanjian internasional yang telah disepakati
mengatur
belum secara detail
sebagaimana
GATT-WTO Agreement, adanya
termasuk dalam hal perlindungan kepada
sehingga
perlu
industri lokal termasuk UMKM di dalamnya. Langkah perlindungan lain yang dapat
perlindungan hukum terhadap industri lokal
ditempuh adalah kebijakan internal yang
termasuk di dalamnya UMKM dalam bentuk
tidak
UU dan disesuaikan ketentuan WTO dan
internasional atau hubungan dengan negara
kepentingan nasional. Untuk memberikan
lain tetapi tetap dapat membantu memberikan
perlindungan
peraturan
perlindungan hukum pada UMKM akibat
perundang-undangan nasional berupa produk
adanya perjanjian ACFTA ini dalam bentuk
hukum diperlukan peran pemerintah.
lain misalnya permodalan, sebab modal salah
5
khusus
XIX
memberikan
Pasal
UU
Artikel
yang
ayat
yang
berbentuk
(2)
ada
kaitannya
dengan
perjanjian
Piagam ASEAN
satu pendukung untuk dapat bersaing. Untuk
menyebutkan Negara-Negara Anggota wajib
itu diperlukan adanya peraturan perundang-
mengambil langkah-langkah yang diperlukan,
undangan yang mengatur pemberian kredit/
termasuk pembuatan legislasi dalam negeri
pembiayaan
yang sesuai, guna melaksanakan ketentuan-
hukum.
ketentuan dalam Piagam ini secara efektif, dan
mematuhi
UMKM
yang
berkepastian
Sampai saat ini belum ada hukum
kewajiban-kewajiban
nasional yang dapat mengakomodasi dan
keanggotaan. Pelaksanaan ASEAN Charter
menjembatani perbedaan kepentingan ini
29 Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 117/PMK.011/2012 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ACFTA. 30 Hukum Online, Pengujian UU Ratifikasi Piagam ASEAN Kandas, http://www.hukumonline.com/berita/ baca/lt512cb1408c03e/pengujian-uu-ratifikasi-piagam- asean-kandas, diakses 26 Maret 2013 pukul 13.00 WIB.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
197
antara UMKM dan pihak perbankan, sehingga
Penggunaan SNI secara alamiah memang
UMKM masih saja kesulitan mendapatkan
dapat
modal, maka bagaimana dapat bersaing
perdagangan produk, yang bertujuan untuk
dengan produsen dari China. Oleh karena
memastikan bahwa setiap negara memiliki hak
itu
nasional
kedaulatan untuk menyediakan perlindungan
memberikan kemudahan kredit permodalan
yang maksimal.32 Dengan diterapkan SNI
perlu
kepada
perundang-undangan
UKM dengan bunga ringan dan
persyaratan perizinan yang mudah sehingga biaya produksi turun maka harga jual akan bersaing dengan produk China. Selain kebijakan permodalan, perlindungan hukum lain yang dapat ditempuh adalah dengan
penerapan
standarisasi
nasional
barang impor, sehingga SNI tidak hanya lagi
menjadi
hiasan
yang
jika
tidak
dipenuhi tidak ada konsekuensi hukumnya. Standar dalam perdagangan internasional sudah menjadi prasyarat agar suatu produk dapat berkompetisi di pasar global. Negara pengimpor dan konsumen berharap produk yang masuk ke pasar di dalam negerinya dan produk yang digunakan konsumen adalah
produk
yang
berstandar.
Untuk
negara, produk yang berstandar menyangkut
berdampak
terhadap
pembatasan
secara ketat maka tidak ada produk China khususnya yang berbahaya bagi konsumen dan UMKM juga tidak dirugikan akibat kalah bersaing dengan produk impor dari China yang lebih murah tetapi berbahaya. Terdapat dua faktor terpuruknya UMKM yaitu internal yang disebabkan dari dalam internal UMKM itu sendiri dan juga faktor eksternal UMKM baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk penghambat dari dalam negeri, salah satunya adalah kurangnya menghadapi
persiapan
Pemerintah
dalam
kesepakatan-kesepakatan
liberalisasi perdagangan termasuk ACFTA. Sedangkan faktor dari luar negeri salah satunya adalah tidak terbendungnya produk China dengan harga murah, bisa jadi ini salah satu bentuk dumping.33 Teori
perdagangan
bebas
juga
kepentingan umum atau kepentingan publik.
menyebutkan bahwa melindungi produsen
Pasalnya, produk itu akan digunakan oleh
dalam negeri terhadap “dumping” (dumping
masyarakatnya.
Pemerintah
berkanaan dengan menjual di pasar luar
menjaga
produk
agar
berkewajiban
yang
digunakan
negeri dengan harga yang lebih rendah dari
atau dikonsumsi penduduknya bebas dari
harga yang dikenakan di dalam negeri),
bahaya bagi keselamatan atau kesehatan
merupakan hal yang diperbolehkan dalam
penduduknya.31
memberikan proteksi perdagangan.34
31 Adolf, Huala, Labelisasi Standar dalam Menyikapi ACFTA, http://korantempo.com/korantempo/ koran/2010/10/01/Opini/krn.20101001.213309, diakses 12 Maret 2013 pukul 13.00 WIB. 32 Indah Suksmaningsih, Kaidah Internasional dalam Hukum Indonesia: Peluang yang Tidak Dimanfaatkan, Global Justice Update, Tahun ke 7, Edisi 4, Desember 2009, hlm. 101. 33 Ina Primiana, Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 115-116. 34 Dominick Salvatore, Ekonomi Internasional, Erlangga, Jakarta, 1995, hlm. 108.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
Dumping ini baik terbukti atau tidak
198
dilakukan oleh negara lain yang mempunyai
dapat memberikan dampak yang sangat besar
ketentuan
terhadap laju pertumbuhan industri produk
pada ketentuan GATT-WTO Agreement yang
yang bersangkutan. Tidak adanya ketentuan
dituangkan dalam UU Nasional.38
anti dumping yang menyeluruh seperti halnya
antidumping
yang
didasarkan
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa
negara lain misalnya Uni Eropa dan AS
peraturan perundang-undangan
maka bagi Indonesia timbul kesulitan untuk
belum representatif melindungi UMKM dan
mengadakan tuduhan kepada negara lain yang
belum terpenuhi unsur kepastian hukum
melakukan dumping ke Indonesia.35 Sudah
sehingga perlindungan hukum yang diberikan
ada PP anti dumping tetapi ini dinilai belum
terhadap UMKM belum maksimal. Oleh
membahas secara komprhensif sebagaimana
karena itu diperlukan peran aktif pemerintah
Uni Eropa dan AS. Pembatasan tindakan
diharapkan dapat mewujudkan hukum yang
bisnis supaya tidak mengarah pada praktek
representatif dalam pembangunan ekonomi
dumping sebaiknya diatur dalam suatu UU
yaitu hukum yang berkepastian sehingga
yang secara eksplisit memasukkan berbagai
dapat
tindakan sebagai perbuatan yang dilarang
preventif
termasuk dumping.36
substansi memerlukan peran aktif pemerintah.
Pada
kasus
dumping
yang
pernah
memberikan maupun
yang
polister
keseimbangan
Asosiasi
Poliester
perlindungan represif
hukum
yang
secara
Azas-asas utama dari hukum ekonomi
dilakukan Korsel dan Taiwan atas serat Indonesia,
yang ada
meliputi
3
hal
yaitu
kepentingan,
(1) (2)
asas asas
Indonesia (API) menyampaikan keberatan
pengawasan publik, dan (3) asas campur
kepada Dirjen Perdagangan Dalam Negeri,
tangan Negara terhadap kegiatan ekonomi.39
dan cara penyelesaian kasusnya melalui jalur
Azas ini didukung oleh John Maynard
Kadin masing-masing negara.37
Keynes yang menyatakan sebuah keharusan
Pengalaman
tersebut
menandakan
campur tangan atau intervensi Negara melalui
bahwa pengaturan dumping yang bersifat
kebijakan fiskal dan moneter.40 Syarat utama
parsial tidak dapat menyelesaikan masalah
untuk menjamin sistem ekonomi yang fair
secara tuntas. Sebenarnya kasus ini dapat
untuk pengusaha besar maupun pengusaha
diselesaikan melalui jalur sebagaimana yang
kecil dan masyarakat pada umumnya adalah
35 Sukarmi, Regulasi Anti di Bawah Bayang-Bayang Pasar Bebas, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 5. 36 Ibid., hlm. 6. 37 Ibid. 38 Ibid. 39 Sri Rejeki Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia, Malang, 2007, hlm. 13. 40 Johnny Ibrahim, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum: Teori dan Implikasi Penerapannya dalam Penegakan Hukum, Putra Media Nusantara & ITS Press, Surabaya, 2009, hlm. 27.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
199
perlu adanya peran pemerintah yang sangat
adalah stability bahwa
canggih yang merupakan kombinasi dari
keseimbangan dan berlaku sama di hadapan
prinsip
kepentingan-kepentingan
non
dalam
intervention
bisnis
hukum menjaga yang
saling
individu dan prinsip campur tangan pemerintah
bertentangan.
dalam bentuk pembentukan
hukum yang
yaitu akibat suatu hukum dapat diprediksi
mengatur sistem ekonomi.41 Peran pemerintah
ke depannya. Hal ini penting bagi semua
sebagaimana diuraikan di atas menurut Adam
pelaku ekonomi. Yang ketiga fairness atau
Smith merupakan bentuk intervensi.42
yang dapat disamakan dengan keadilan
Dalam
teori
perdagangan
bebas,
yaitu
Yang
kedua
predictability
persamaan di depan hukum dan
proteksi perdagangan diperbolehkan dengan
standar sikap pemerintah diperlukan untuk
beberapa alasan, salah satunya mendorong
memelihara mekanisme pasar dan mencegah
industri-industri dalam negeri agar mapan
birokrasi yang berlebihan, adil untuk semua
dan tumbuh hingga efisien (the infant-
pihak dalam pembangunan ekonomi. Yang
industry agreement).43 Infant industry yang
keempat adalah educative artinya bermuatan
dimaksud dalam teori ini adalah UMKM,
pendidikan. Dan yang kelima atau terakhir
maka berdasarkan teori ini sudah menjadi
adalah transparency sehingga aturan hukum
kewajiban
untuk
dapat diketahui oleh seluruh pihak, berlaku
memberikan perlindungan terhadap UMKM.
sama bagi semua pihak dan dapat diramalkan
Yang pertama kali dapat dilakukan adalah
akibat hukumnya.45
Pemerintah
Indonesia
dengan membuat hukum yang berkepastian.
Perlindungan hukum ideal ini diharapkan
Hal ini sejalan dengan pemikiran Adam
dapat memberikan perlindungan preventif
Smith bahwa hukum tidak dapat dipisahkan
supaya tidak terjadi hal yang dapat merugikan
dari anasir ekonomi44.
UMKM kaitannya dengan adanya Perjanjian
Dalam membentuk perlindungan hukum
ACFTA sebagaimana fokus kajian tesis ini.
ideal terhadap UMKM dari dampak adanya
Hukum yang kondusif untuk pembangunan
Perjanjian
perlu
ekonomi salah satunya adalah predictable
pembentukan
yaitu dapat memprediksi dampak kedepannya
peraturan perundang-undangan yang baik
sehingga sebaiknya juga dapat merumuskan
dan 5 syarat hukum yang kondusif untuk
perlindungan
pembangunan
adanya mekanisme penyelesaian masalah
ACFTA,
memperhatikan
pemerintah
asas-asas
ekonomi
yaitu
pertama
hukum
represif
dengan
41 A. Sonny Keraf, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hlm. 226. 42 Mikhael Dua, Filsafat Ekonomi: Upaya Mencari Kesejahteraan Bersama, Kanisius, Yogyakarta, 2008, hlm. 54. 43 Dominick Salvatore, Op.cit., hlm. 108. 44 Jonker Sihombing, Peran dan Aspek Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 3. 45 Ibid., hlm. 2.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
200
atau sengketa dari yang timbul dari adanya
ACFTA ini lampiran yang dinyatakan tidak
Perjanjian ACFTA.
dapat dipisahkan dan dianggap transformasi
Sedangkan bentuk perlindungan hukum
setengah hati atau pengakuan inkorporasi yang
yang ideal terhadap UMKM dari dampak
sembunyi-sembunyi tetapi tetap bisa dianggap
berlakunya
berlaku
perjanjian
ACFTA
adalah
karena
memang
kenyataannya
pertama safeguard adalah poin penting dalam
Indonesia
perlindungan hukum industri lokal termasuk
inkorporasi sekaligus. Berkaitan
UMKM sehingga sebaiknya artikel XIX
terjadi konflik hukum dengan peraturan
GATT-WTO Agreement ini ditransformasikan
perundang-undangan
pada sebuah UU sebagai payung hukum atas
UMIM maka kedudukan Perjanjian ACFTA
perlindungan kepada industri lokal. Kedua
ini
yaitu Perbaikan regulasi pemberiaan kredit/
alasan,
pembiayaan terhadap industri lokal, termasuk
Pasal 27 Konvensi Wina 1986 dinyatakan
UMKM di dalamnya, sehingga ada dukungan
perundang-undangan nasional tidak boleh
secara hukum juga untuk bersaing pada era
dijadikan alasan pembenar atas pelanggaran,
perdagangan bebas akibat Indonesia menjadi
kegagalan perjanjian internasional dan/atau
anggota WTO atau karena keikutsertaan
mengesampingkan perjanjian internasional.
Indonesia dalam beberapa perjanjian FTA.
Kedua Perjanjian ACFTA ini menjadi hukum
Ketiga adalah adanya koreksi atas perda atau
organisasi internasional yang wajib ditaati
permen yang bertujuan memberikan proteksi
oleh anggotanya karena dalam perundingan
terhadap industri lokal secara umum maupun
Perjanjian ACFTA, ASEAN tampil atas nama
UMKM yang bertentangan dengan perjanjian
negara anggota ASEAN, sehingga walaupun
internasional termasuk ACFTA. Hal ini
ada
bertujuan untuk mencegah adanya peraturan
bertentangan maka Perjanjian ACFTA secara
proteksi yang bertentangan dengan perjanjian
normatif harus didahulukan.
internasional lagi sebab ada model proteksi sesuai artikel XIX GATT-WTO Agreement.
mengikuti
lebih
transformasi,
yang
diutamakan
melindungi
dengan beberapa
pertama
yaitu
dengan
perundang-undangan
sesuai
dengan
nasional
yang
Perlindungan hukum nasional terhadap UMKM
sudah
ada
sebelum
Perjanjian
ACFTA berlaku, diatur secara khusus dengan
Simpulan
UU No. No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Perjanjian ACFTA berlaku dalam sistem
Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu dalam hal
hukum Indonesia karena beberapa alasan
pemberdayaan dan pengembangan usaha,
yaitu perjanjian ini sudah melalui 3 tahapan
pembiayaan dan kemitraan. Perlindungan
yaitu perundingan,
hukum atas
penandatanganan dan
UMKM dalam ketiga hal
pengesahan, dan meskipun dalam Keppres
tersebut didukung oleh UU Perbankan,
pengesahannya hanya menjadikan Perjanjian
UU Pemerintah Daerah, UU Penanaman
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
201
Modal
dan
UU
Antimonopoli
dan
Perjanjian ACFTA ini merugikan UMKM,
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Adanya
hal ini dikarenakan tidak adanya kepastian
perjanjian ACFTA sudah didukung dengan
hukum terbukti ada perundang-undangan
perlindungan hukum yang mengikuti yaitu
nasional yang berbenturan dengan Perjanjian
penurunan tariff dengan kategori produk
ACFTA. Inti dari perlindungan hukum yang
sensitif
yang jangka waktu dan besar
ideal adalah kepastian hukum dan tidak
penurunannya berbeda dari EHP dan produk
bisa lepas dari campur tangan pemerintah.
normal, selain itu safeguard dari berlakunya
Untuk mewujudkan perlindungan hukum
Perjanjian ACFTA ini juga mengikuti Artikel
yang ideal diperlukan sebuah hukum yang
XXIX GATT-WTO Agreement. Perlindungan
kondusif untuk pembangunan ekonomi yang
hukum yang ada belum dapat memberikan
memenuhi 5 syarat yaitu stable, predictable,
perlindungan yang maksimal terbukti dampak
fair, educative, dan transparent.
DAFTAR PUSTAKA Buku A.
Ina Primiana, 2009, Menggerakkan Sektor
Sonny
Keraf,
1998,
Etika
Bisnis:
Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius,
Riil UKM dan Industri, Alfabeta, Bandung. Johnny
Yogyakarta.
Ibrahim,
Pendekatan
2009,
Ana Mercedes Lopez Rodriguez, 2002,
Ekonomi Terhadap Hukum: Teori
Lex Mercatoria, School of Law,
dan Implikasi Penerapannya dalam
Departement of Private Law University
Penegakan Hukum, Putra Media
of Aarhus.
Nusantara & ITS Press, Surabaya.
Damos Dumoli Agusman, 2010, Hukum Perjanjian
Internasional
(Kajian
Teori dan Praktik Indonesia), Refika Aditama, Bandung. Dominick
Salvatore,
1995,
Ekonomi
Internasional, Erlangga, Jakarta. I Wayan Parthiana, 2002, Hukum Perjanjian Internasional (Bagian 1), Mandar Maju, Bandung. ,
2005,
Hukum
Perjanjian
Jonker Sihombing, 2000, Peran dan Aspek Hukum
dalam
Pembangunan
Ekonomi, Alumni, Bandung. Mansour Fakih, 2001, Runtuhnya Teori Pembangunan
dan
Globalisasi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Mikhael Dua, 2008, Filsafat Ekonomi: Upaya
Mencari
Kesejahteraan
Bersama, Kanisius, Yogyakarta. Mohammad
Sood,
2011,
Hukum
Internasional (Bagian 2), Mandar
Perdagangan
Internasional,
Maju, Bandung.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ari Ratna Kurniastuti, Eksistensi Perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan...
Sri Rejeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia,
Bayumedia,
Malang.
General Agreement on Tariffs and TradeWorld Trade organizaton.
Sukarmi, 2002, Regulasi Anti di
Kovensi Wina 1986.
Bawah Bayang-Bayang Pasar Bebas,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Sinar Grafika, Jakarta. T. May Rudy, 2006, Hukum Internasional 1, , 2009, Hukum Internasional 2, Refika
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli
Aditama, Bandung, 2009.
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Jurnal Daeng,
Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Refika Aditama, Bandung, 2006.
202
Undang-undang Republik Indonesia Nomor Menggugat
dkk,
Perjanjian
Kerjasama ASEAN-China, Global Justice
Update Tahun 7, Edisi 4,
Desember 2009.
Internasional Undang-undang R e p u b l i k Indonesia
Daeng, Jebakan ASEAN dalam Komitmen Ambisius 2010, Free Trade Watch: Mewujudkan
24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Keadilan
Ekonomi,
Volume III, Oktober 2010.
Nomor 34
Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Daeng, Menyoal Pelanggaran Konstitusi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
dalam ACFTA, Free Trade Watch:
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Mewujudkan
Kecil, dan Menengah.
Keadilan
Ekonomi,
Volume I, April 2011.
Peraturan Menteri
Indah Suksmaningsih, Kaidah Internasional
Keuangan
(PMK)
Nomor 117/PMK.011/2012 tentang
dalam Hukum Indonesia: Peluang
Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam
yang Tidak Dimanfaatkan, Global
Rangka ACFTA.
Justice Update, Tahun 7, Edisi
4,
Desember 2009.
Peraturan Perundang-undangan
Piagam ASEAN.
Surat Kabar Surabaya Pagi, 28 Januari 2010, ACFTA
Framework Agreement On Comprehensive
Ancam Empat Industri Padat Karya.
Economic Co-Operation Between The
Surabaya Pagi, 18 Februari 2011, Masalah
Association Of South East Asian
yang Dihadapi dalam Pemberian
Nations And The People's Republic
Kredit Perbankan.
Of China.
203
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 2, Agustus 2013, Halaman 152-289
Naskah Internet
Regionalism-Friends
Mohd. Burhan Tsani, Status H u k u m
http://www.wto.org/english/ thewto_e/
Internasional dan P e r j a n j i a n Internasional Nasional (dalam
dalam Republik
Indonesia
http://www.hukumonline. lt4b04bef2aa8ee/
dasar-hukum-pemberlakuan-acfta. ACFTA
Timur-Larang-Impor-Hortikultura. Indonesian Economic Development, http://karyatulishukum.files.wordpress.
Amrie Hakim, Dasar Hukum Pemberlakuan
dkk,
http://
Afifah Kusumadara, The Role of Law in
org/wiki/Perdagangan.
Purna,
Larang Impor Hortikultura,
news/2012/03/02/180387611/Jawa-
Wikipedia, Perdagangan, http://id.wikipedia.
Ibnu
Taufiq, Jawa Timur
Fatkhurrrohman
http://damosdumoli.
internasional-dan_12.html.
com/klinik/detail/
whatis_e.
w w w. t e m p o . c o / r e a d /
blogspot.com/2009/03/status-hukum-
ACFTA,
Rivals?,
Hukum Tata
prespektif
Negara),
Hukum
or
sebagai
Tantangan Menuju Perekonomian
com/2011/06/secured-kedudukanhukum-sbg-alat-pembangunanekonomi.pdf. Departemen
Perdagangan
Program
Penurunan
Ditjen Tarif
KPI, Bea
Masuk, http://www.ditjenkpi.go.id.
yang Kompetitif, http://www.setneg.
Hukum Online, Pengujian UU Ratifikasi
go.id/index.php?option=comcontent&t
Piagam ASEAN
http://
ask=view&id=437 5&Itemid=29.
www.hukumonline.com/berita/baca/
Abdul Rosid, Modul Manajemen UKM:
lt512cb1408c03e/pengujian-uu-
UKM di Indonesia dan Peranan UKM, pksm.mercubuana.ac.id/new/.../ files.../31013-3-478126269633.doc. World Trade Organization, Trading into the Future: Introduction to the WTO.
Beyond
the Agreements.
Kandas,
ratifikasi-piagam-asean-kandas. Adolf, Huala, Labelisasi Standar dalam MenyikapiACFTA, http://korantempo. com/korantempo/koran/2010/10/01/ Opini/krn.20101001. 213309.