YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14)
EKSISTENSI ADAT ISTIADAT SUKU HUTAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi Kasus di Desa Kembung Luar Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis)
---------------------------------------------------------------------------------Willy Herdianto Surya YAYASAN AKRAB PEKANBARU
[email protected] (Naskah diterima: 3 juni 2016, disetujui: 10 Juli 2016) Abstract This paper is the case study have the shape of sociology-anthropology study about existing tradition in to society of forest tribe in the countryside Kembung Luar of Bantan Sub-District of Bengkalis Region. More circumstantial study want to sees, wether tradition will has been run by forest society in intact hereditary or tradition has esperienced of changes or maybe has losted at all. Changes of culture social surely will happens in each ethnic group and that thing happened at forest tribe society in study area. Nevertheless, change causation are more caused by the happening of government changing system, economic advantage and culture social that finally will cause the happening of change in social system, kinship and marriage in tradition of forest tribe society. Keywords : Tradition, Forest Tribe Society Abstrak Kajian ini adalah studi kasus berupa kajian antropologi-sosiologi tentang adat istiadat yang ada dan berlaku dalam masyarakat suku hutan di Desa Kembung Luar Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Lebih mendalam kajian ingin melihat, apakah adat-istiadat tersebut masih lagi dijalankan oleh masyarakat suku Hutan secara utuh turun temurun ataukah adat-istiadat tersebut sudah mengalami perubahan-perubahan atau mungkin sudah hilang sama sekali. Perubahan sosial budaya pasti akan terjadi pada setiap kelompok etnik dan hal itu terjadi pada suku hutan di kawasan kajian. Namun demikian, yang menjadi penyebab perubahan tersebut lebih banyak disebabkan karena terjadinya perubahan sistem pemerintahan, faktor ekonomi dan sosial budaya yang akhirnya akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem kemasyarakatan, kekerabatan dan perkawinan dalam adat istiadat suku hutan. Kata kunci : Adat Istiadat Suku Hutan dan Desa Kembung Luar. (Tradition, Forest Tribe Society) terkebelakang dalam berbagai strata pada
1. Pendahuluan kali
berbagai sektor pembangunan. Mereka lebih
diidentikkan dengan keterbelakangan
tepat disebut sebagai warga kelas dua atau
dan ketertinggalan. Mereka tertinggal dan
warga pinggiran yang memerlukan belas
asyarakat
terasing
sering
kasihan. Di samping itu, mereka juga minim
1
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) fasilitas hidup sehingga tidak mengerti dan
alam
tidak
sebuah
berburu, menangkap ikan, berladang
pembangunan (Herdi, 2007). Dalam sebuah
berpindah-pindah dengan sistem tebang
tulisannya, UU. Hamidy (1991) mengatakan
dan bakar (hanya sebahagian kecil
bahwa terdapat beberapa ciri-ciri umum dari
saja). Segala usaha mereka sebahagian
masyarakat suku terasing antara lain:
besarnya hanya untuk keperluan sehari-
1.
2.
banyak
arti
kecil yang mengembara, berpindah-
keluarga. Sisanya mereka tukarkan
pindah atau menetap di daerah-daerah
dengan barang keperluan sehari-hari
pedalaman atau di dalam hutan, pinggir
mereka dengan sistem barter (saling
rawa dan kawasan laut, pesisir pantai
tukar
dan sebagainya.
perdagangan yang paling sederhana
Tempat tinggal mereka terisolir dan
dalam sistem ekonomi.
dari
lingkungan
6.
yang
minum
merupakan
Pada umumnya perubahan masyarakat terasing
menjadi masyarakat yang cenderung
menerima pembaharuan berupa nilai-
tertutup.
nilai baru dari luar.
Pandangan
hidup
mereka
sangat
moyang yang bersifat statis, yang
sangat
lambat
dan
sulit
Orientasi hidup
mereka masih terlalu kuat kepada masa lampau dari pada ke masa hadapan. 7.
Mereka banyak mempunyai pantangan
sangat berpengaruh terhadap sistem
dalam kehidupan dan masih banyak hal
nilai dan sistem sosial masyarakat
yang
mereka.
dupannya.
Hidup bersuku-suku dalam kelompok
8.
kecil dengan tata cara hidup sesuai dengan tradisi dan kepercayaan serta
5.
barang)
makan
masyarakat lainnya, sehingga hidupnya
didominasi oleh alam fikiran nenek
4.
untuk
meramu,
hari
jauh
yaitu
seperti
Hidupnya tersebar dalam kelompok
terpencil,
3.
merasakan
sekitarnya,
dianggap
Tingkat
tabu
kesehatan
dalam
kehi-
mereka
pada
umumnya rendah. 9.
Peranan pemimpin tradisional sangat
sangat sederhana sekali. Kepercayaan
menentukan dalam mengatur berbagai
mereka sangat dipengaruhi oleh keper-
kegiatan masyarakat.
cayaan animisme, namun sudah ada
10. Karena tempat tinggal mereka terpencil
sebagian kecil yang menganut agama
dan sifatnya yang agak tertutup maka
yang resmi.
pelayanan
Mata pencaharian sangat ditentukan
mereka sangat terbatas sekali.
pembangunan
terhadap
2
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) Secara umum, berdasarkan kriteria-
adat istiadat dalam kehidupan masyarakatnya
kriteria di atas, salah satu suku terasing yang
atau mereka akan
mendiami pesisir timur Pulau Sumatera atau
tersebut,
Provinsi Riau
kemasyarakatan,
adalah suku akit atau suku
tergerus arus perubahan
terutama
dalam
sistem
hal
sistem
kekerabatan
dan
hutan atau lebih terkenal dengan sebutan Cina
perkawinannya. Inilah yang menjadi pokok
Hutan yang mendiami dua buah pulau di
persoalan dari tulisan ringkas ini, untuk
Kabupaten Bengkalis, yaitu Pulau Bengkalis
melihat Suku Hutan dalam upaya memper-
dan Pulau Rupat. Di Pulau Bengkalis, mereka
tahankan eksistensi adat istiadatnya dalam
tersebar di beberapa desa seperti Penampi,
dinamika pembangunan yang terjadi disekitar
Temberan, Ketamputih, Kelemantan, Bantan
mereka.
Air, Bantan Tengah dan yang terbanyak
2. Kawasan Penelitian
terdapat di Desa Kembung Luar Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis (Herdi, 2007). Pembangunan
Propinsi Riau yang memiliki wilayah yang
terutama setelah selesainya pembangunan jalan
paling luas. Karena perkembangan pem-
utama
dengan
bangunan, tuntutan revormasi dan otonomi
Program Multi Years yang menghabiskan dana
daerah, maka kawasan yang luas tersebut
ratusan milyar rupiah, menjadikan jarak
dimekarkan menjadi tiga kabupaten dan satu
tempuh dari desa Kembung Luar ke Kota
kota
Bengkalis tidak lagi terasa jauh.
Waktu
ibukotanya Bengkalis, Kabupaten Siak dengan
tempuh yang sudah semakin singkat dengan
ibukotanya Siak Sri Indrapura, Kabupaten
berbagai moda transportasi dari dan ke
Rokan Hilir dengan ibukotanya Bagan Siapi-
Kembung Luar sudah semakin banyak meng-
api dan Kota Dumai dengan ibukotanya
akibatkan terjadinya keterbukaan hubungan
Dumai.
Pulau
begitu
adalah merupakan sebuah daerah tingkat II di
gencar
lingkar
yang
Kabupaten Bengkalis pada masa dahulu
Bengkalis
yaitu Kabupaten
Bengkalis
dengan
antara desa yang dulunya terisolir dengan
Walaupun sudah mengalami pemekaran,
budaya tradisi yang cukup kental sudah barang
Kabupaten Bengkalis masih memiliki kawasan
tentu bertarung dengan dinamika perubahan
yang cukup luas yang terdiri dari 8 kecamatan
yang berkembang.
yang tersebar (BPS Propinsi Riau; 2015)
Apakah dengan terjadinya perubahan-
Kabupaten Bengkalis
memiliki dua pulau
perubahan yang begitu cepat dewasa ini, suku
yang besar yaitu Pulau Bengkalis dan Pulau
hutan yang kukuh mempertahankan budaya
Rupat yang terdiri dari empat kecamatan.
tradisi akan masih tetap kuat mempertahankan
Kedua pulau yang disebutkan itu letaknya 3
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) secara geografis adalah berdekatan,
karena
sebanyak 27.597 jiwa, kristen protestan 151
hanya dipisahkan oleh Tanjung Jati dan sampai
jiwa, kristen khatolik 26 jiwa dan budha 3.577
hari ini masih harus melalui pelabuhan Dumai
jiwa. Dilihat dari sisi mata pencaharian,
untuk sampai di pulau tersebut (terutama
penduduk kecamatan Bantan terdiri dari petani
Rupat Utara), karena harus ditempuh dengan
1.062 jiwa, nelayan 190 jiwa, peternak 29
moda transportasi laut. Sedangkan empat
jiwa, lain-lain 2.565 jiwa.
kecamatan lagi berada di Pulau Sumatera atau
Desa Kembung Luar, merupakan daerah
yang biasa disebut oleh orang pulau-pulau
dengan status pemerintahan desa, merupakan
tersebut sebagai Tanah Raya. Dari pulau yang
salah satu bagian dari Kecamatan Bantan.
ada tersebut, kesemuanya memiliki penduduk
Secara geografis, Desa Kembung Luar terletak
suku terasing, yaitu penduduk suku terasing
pada ketinggian lebih kurang 2 meter di atas
akit di pulau Rupat, penduduk suku hutan di
permukaan laut.
Pulau Bengkalis, Namun, yang paling banyak
dengan jenis tanah gambut, organosol dan
penduduk suku terasing hutan adalah di Pulau
glyhumus. Luas keseluruhan Desa Kembung
Bengkalis, tepatnya di Desa Kembung Luar,
Luar adalah 36 Km2 atau 3.600 Ha.
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Kecamatan Bantan terdiri dari
Merupakan dataran landai
Desa Kembung Luar dibelah oleh sem-
sebuah sungai yang cukup besar, Sungai
bilan desa, dengan luas memiliki sawah tadah
Kembung Luar. Disamping itu, masih terdapat
hujan seluas 2.343 Ha, tegalan 1.191 Ha,
beberapa buah sungai yang kecil yang juga
Mukim seluas 2.618 Ha, Rawa seluas 2.067
mengelilingi Desa Kembung Luar. Sungai-
Ha, pasang surut 100 Ha, perkebunan rakyat
sungai tersebut antara lain sungai Kembung,
seluas 19.210 Ha. Di samping itu, Kecamatan
sungai Limau, sungai Keluang, sungai Katong,
Bantan memiliki 128 Ha tanah kas desa, 31,30
sungai Barung, sungai Buntat, sungai Buntat
Ha tanah lapangan, 4,44 Ha tanah perkantoran.
Hilir, sungai Buntat Hulu, sungai Seranggung,
Sedangkan hutan lindung seluas 50 Ha, hutan
sungai Nenek Tikam Teras, sungai Rambai,
produksi seluas 200 Ha,
sungai Nantang, sungai Keling, sungai Asi,
dan tanah lainnya
seluas 112 Ha. Kecamatan Bantan mengalami
sungai
musim hujan dimana setiap tahunnya curah
Pelantai, sungai Rabut Hulu, sungai Rabut
hujan sebanyak 21 mm. Selain itu terdapat
Hilir, sungai Banam, sungai Ketiau Tengah,
1.579 Ha lahan padi dengan produksi rata-rata
sungai Ketiau Hulu, sungai Mangin, sungai
2,41 ton/ha.
Anak Mangin, sungai Dogog, sungai Tengah,
Jumlah penduduk Kecamatan
Bantan sebanyak
jiwa yang beragama islam
Goleng, sungai
Kondeng, sungai
sungai Linau, sungai Nyiur, sungai Agas, 4
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) sungai Aman, sungai Raya, sungai Pancur,
Orang Besar Datuk Kampar atau dengan
sungai Pancur Besar, sungai Tumbuk Umbi,
gelaran Laksamana Raja Di Laut,
sungai Puaka, sungai Belando, sungai Tumbuk
tidak terlepas dari pengaruh kerajaan Siak Sri
Pulau, sungai Buaya Betenung dan sebuah
Indrapura
tasik yang cukup luas yaitu tasik Kembung.
pemerintahan Raja Kecil, di Siak Sri Indrapura
Kesemua sungai-sungai ini dimanfaatkan oleh
terdapat beberapa perbatinan yang berada di
warga
sepanjang Sungai Siak, diantaranya :
Kembung
Luar
sebagai
sarana
sampai
hari
transportasi sungai untuk mengangkut kayu
1. Perbatinan Gasib.
bakar dan ke laut, juga dimanfaatkan untuk
2. Perbatinan Senapelan.
mencari ikan sebagai pekerjaan utama mencari
3. Perbatinan Sejaleh.
nafkah. Berbagai jenis ikan terdapat disana,
4. Perbatinan Perawang.
ini.
sehingga
Pada
masa
antara lain ikan kembung, ikan sedak, ikan
Kemudian terdapat pula dua perbatinan
gerut, ikan merah, ikan gelampai, ikan umbut,
yang berada di sebelah selatan sungai Siak,
ikan tamok, ikan sembilang, ikan belukang,
diantaranya :
ikan duri, ikan gimang, ikan gelama, ikan
1. Perbatinan Sakai dan,
kurau, ikan senangin, ikan siakap, ikan kerapu
2. Perbatinan Petalangan.
dan ikan patin serta ikan hiu. Ikan darat atau
Ada juga perbatinan yang terdapat di
ikan sungai antara ikan keli, tempalo, tapah,
pulau-pulau disepanjang pesisir timur pulau
toman,
Sumatera atau lebih tepatnya di Selat Melaka
lompong.
Desa
Kembung
Luar,
belumlah begitu maju. Di sana sini masih
antara lain :
banyak dijumpai semak belukar, pada ilalang,
1. Perbatinan Senggoro di Pulau Bengkalis.
kebun-kebun karet yang tidak terurus, dan
2. Perbatinan Tebing Tinggi di Pulau Tebing
hutan
belantara.
Secara
geografi
Desa
Tinggi.
Kembung Luar berbatasan :
3. Perbatinan Merbau di Pulau Padang.
- Sebelah utara dengan Selat Melaka.
4. Perbatinan Rangsang di Pulau Rangsang.
- Sebelah selatan dengan Desa Kelemantan.
Selain batin, ada juga beberapa daerah
- Sebelah barat dengan Teluk Pambang, dan
dibawah pemerintahan kerajaan Siak Sri
- Sebelah timur dengan Desa Teluk Lancar.
Indrapura yang dikepalai oleh ketua suku yang
Pada masa lalu, desa Kembung Luar merupakan
salah
satu
desa
disebut penghulu, di antaranya :
dibawah
1. Siak Kecil.
pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura,
2. Siak Besar.
tepatnya dibawah perbatinan Senggoro dan
3. Betung, dan 5
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) 4. Rempak.
kehidupannya
selalu
mementingkan
diri
Desa Kembung Luar hari ini merupakan
sendiri. Pada masa itu, manusia digambarkan
sebuah desa dibawah pemerintahan Kecamatan
sebagai srigala (homo homini lupus), satu
Bantan, terbentang sepanjang pesisir utara
dengn lainnya saling cakar-cakaran dan rebut-
sampai ke barat, menghadap ke Selat Melaka.
rebutan
Penduduk Desa Kembung Luar pada saat ini
sehinggal yang kuatlah yang akan menjadi
berjumlah 2.200 jiwa dengan jumlah kepala
pemenang (survival of the fattest). Pada masa
keluarga sebanyak 230 kepala keluarga. Dari
itu berlaku hukum rimba, manusia yang lemah
jumlah tersebut, penduduk laki-laki berjumlah
akan menjadi korban dari manusia yang kuat.
987 orang dan penduduk perempuan berjumlah
(bellum
Sebenarnya
omnium
manusia
contra
omnes)
memiliki
sifat
1.213 orang.
rukun, damai dan saling harga-menghargai
3. Tinjauan Teoritis
Untuk kepentingan kelangsungan hidupnya,
Manusia adalah makhluk yang ber-
mereka akan berkelompok kecil yang lama
masyarakat, ia tidak bisa hidup menyendiri.
kelamaan menjadi kelompok besar sehingga
Hal ini tidak dapat dipungkiri, baik ia berada
terbentuklah apa yang disebut masyarakat.
dipuncak gunung, di tengah hutan belantara,
Manusia bermasyarakat karena adanya per-
manusia akan mengadakan hubungan satu
janjian (contract social), karena manusia pada
dengan yang lainnya (G. Kartasapoetra; 1982).
umumnya dilahirkan adalah bebas dan me-
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil
miliki derajat yang sama. Oleh karena itu,
terdiri dari beberapa manusia, yang dengan
manusia sejak permulaan hidupnya bersifat
atau
alamiah (tidak jahat dan tidak bersifat baik),
karena
sendirinya
bertalian
secara
golongan dan pengaruh mempengaruhi satu
sehingga
dalam
keadaan
sama lain (Hasan Sadily; 1958).
manusia
mengadakan
alamiah
perjanjian
inilah dengan
Menurut Thomas Hobbes (1588-1679)
sesamanya untuk melaksanakan kehidupan
dalam bukunya yang terkenal Leviathan, seba-
yang tenteram dan damai. Tujuan hidup tiap-
gaimana yang dikutip Laurent Wisyasusanto
tiap manusia adalah menyesuaikan diri kepada
(1996) menyatakan bahwa masyarakat itu
panggilan hidup dalam masyarakat sekitarnya
adalah alat untuk melindungi manusia terhadap
yang selalu memperoleh perkembangan dan
tabiat-tabiat, nafsi-nafsi yang tidak dapat
kemajuan secara evolusi (Herbert Spencer;
dikendalikan. Manusia menurutnya lagi adalah
1820-1903). Alam akan menyaring segala
makhluk yang buas yang pada mulanya selalu
sesuatu yang tanpa manfaat demikian pula
hidup menyendiri dan dalam pelaksanaan
manusia akan
menyingkirkan
manusia6
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) manusia yang lemah keadaannya, sehingga
mereka dengan cara kerja bergotong-royong.
terjadilah perjuangan hidup (Struggle of life)
Dalam melaksanakan pekerjaan mem-bangun
dan yang kuat akan menguasai yang lemah
desanya, suku hutan telah mengatur sendiri
(Survival of the fittess).
tugas mereka dengan membuat pembagian
4. Sejarah Ringkas Suku Hutan
kerja
Suku hutan juga mengalami hal yang
ke
dalam
tiga
kelompok
kerja
masyarakat, yang terdiri dari :
sama dimana pada awal mulanya mereka
1. Kelompok kerja pertama adalah mereka
bermastautin di suatu tempat di Pulau Padang,
yang bertugas untuk menebang pohon
yaitu disebuah desa yang dikenal dengan nama
kayu di hutan.
Mengkopot, Meranti Bunting, Selat Akar,
2. Kelompok kerja kedua adalah mereka
Bandul, Kudap, Dedap dan Tanjung Padang.
yang bertugas untuk mengangkut kayu
Suku hutan berada di daerah tersebut pada
hasil tebangan kelompok pertama untuk
kira-kira abad ke 17 Masehi dimana pada
selanjutnya dirakit dan dihanyutkan me-
waktu itu telah berdiri kerajaan Siak Sri
lalui sungai atau anak sungai yang ada
Indrapura. Mereka hidup berkelompok di-
untuk selanjutnya diserahkan kepada ke-
sepanjang sungai. Kehidupan mereka sangat
lompok ketiga.
susahnya pada waktu itu, terutama kesulitan
3. Kelompok kerja ketiga adalah mereka
dalam bercocok tanam dan kesulitan dalam
yang bertugas mempergunakan kayu-kayu
gangguan binatang buas.
tersebut sebagai bahan membuat rumah
Akibat kesulitan yang berkepanjangan
dan keperluan lainnya seperti memasak
tersebut, akhirnya mereka memohon kepada
serta digunakan untuk pembuatan pe-
Sultan Siak untuk diberikan izin untuk mencari
ralatan dapur atau peralatan rumah tangga.
tempat tinggal yang baru di pesisir pulau
Para
penebang
kayu
terdiri
dari
Sumatera yang masuk dalam daerah kekuasaan
kelompok laki-laki dewasa yang sangat kuat.
Sultan Siak.
Mereka rata-rata rajin bekerja dan penuh rasa
Setelah melalui musyawarah bersama
tanggung jawab kepada suku dan keluarganya.
para pembesar negeri, maka akhirnya Sultan
Karena itulah mereka dapat menyelesaikan
Siak memberikan izin kepada Suku Hutan
pekerjaan menebang kayu dalam waktu yang
untuk mencari tempat tinggal yang baru se-
singkat. Mereka dapat menebang kayu yang
kaligus Sultan memberikan izin untuk mereka
ukurannya sangat besar, bahkan ada yang
menetap disana.
Sejak saat itu mulailah
hanya dapat dipeluk oleh dua dan bahkan tiga
mereka membangun desa tempat tinggal
orang dewasa. Karena kekuatan dan kecekapan 7
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) dan kecepatan mereka menebang kayu inilah
Secara fisik hidup mereka terpencil dari
sehingga kelompok ini disebut sebagai suku
masyarakat lainnya. Mereka terasing dari
hutan yang sebenarnya
dunia luar sehingga pergaulan mereka terbatas
Kayu-kayu yang sudah ditebang, setelah
hanya dalam lingkungan mereka sendiri. Hal
diangkut oleh kelompok kedua, maka oleh
ini menyebabkan mereka mengalami :
kelompok ketiga, kayu-kayu tersebut dijadikan
1. Keterbatasan pengetahuan dan hubungan
bahan pembangunan rumah. Kayu-kayu ter-
dengan dunia luar.
sebut telah diolah menjadi papan atau broti
karena daerah yang jauh dan terpencil
yang mereka sesuaikan dengan keperluannya.
serta
Biasanya lantai rumah memakai papan dan
transportasi yang belum ada.
sulit
Hal ini disebabkan
dijangkau,
karena
alat
dindingnya dipakai kulit kayu yang mereka
2. Pada dasarnya mereka menutup diri dari
kumpulkan. Maka biasanya rumah berdinding
dunia luar, karena mereka khawatir akan
kulit ini pada bahagian belakangnya saja,
kedatangan orang-orang baru di daerah
sedangkan bahagian depan berdinding papan.
mereka akan merusak adat-istiadat mereka
Rumah-rumah tersebut mereka bangun ber-
dan
hampiran dengan hutan. Ada juga yang
mereka. Adat-istiadat suku hutan tidak
membangun rumahnya disepanjang aliran
boleh dirubah dan harus dipertahankan.
sungai dan ada pula yang membangun
akan
mengganggu
ketenteraman
5. Pengertian Adat Istiadat
rumahnya agak jauh dari pinggir sungai.
Adat-istiadat merupakan peraturan yang
Rumah yang mereka buat pada waktu itu
lazim dipakai sejak dahulu kala (Tengku
merupakan rumah panggung yang agak tinggi
Iskandar, 1970) Adat seperti undang-undang
dan atapnya terbuat dari daun rumbia atau
juga merupakan peraturan yang mengatur dan
daun ilalang yang mereka anyam dan susun
wujud keperibadian tata-kesusilaan masyarakat
dengan rapi dan diberi batang buluh sebagai
dan bangsa dan ia mengikuti peraturan
tempat untuk menyusun daun rumbia atau
perundang-undangan (Nordin Selat, 1976)
daun ilalang tersebut. Cara memasang atap
Dalam adat-istiadat juga dikenal ber-
rumbia atau atap ilalang tersebut dikerjakan
bagai perbidalan yang menerangkan ciri adat
pada bahagian bawah (bahagian yang paling
itu sendiri seperti :
rendah) ke bahagian atas (bahagian yang
Adat adalah berpegang :
paling tinggi) yang biasa mereka sebut pe-
Pertama, kata Allah,
rabung.
Kedua, kata Rasul, Ketiga, kata Pusaka Adat, 8
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) Keempat, kata Mufakat,
Kecamatan
Bantan
Kabupaten
Bengkalis,
Kelima, kata Berterombo,
terdapat beberapa adat-istiadat yang masih
Keenam, kata Bersilsilah.
kekal dan diamalkan mereka dari dahulu
Adat dapat diartikan sebagai suatu cara
hingga hari ini. Amalah pada adat-istiadat
hidup masyarakat yang terdiri dari makhluk
tersebut diwarisi dari turun temurun dari satu
manusia yang diberikan tuhan dengan akal.
generasi ke generasi berikutnya dan terus
Cara hidup sesebuah masyarakat dituangkan
menerus dan dipertahankan atau dikekalkan.
dalam peraturan dalam masyarakat yang
Adat-istiadat tersebut antara lain:
dijadikan pedoman hidup bagi seluruh anggota
6. Sistem Kemasyarakatan
masyarakat tersebut (Mokhtar Md Dom,
Sebagaimana layaknya kehidupan etnik
1977). Sedangkan definisi istiadat adalah
yang lain, masyarakat suku hutan juga
meliputi adat kebiasaan, resam, dan juga dapat
mempunyai tata kehidupan yang mengatur dan
diartikan
peralatan
membatasi tingkah laku yang diwujudkan
(Tengku Iskandar, 1970). Oleh karena itu,
dalam kebiasaan sehari-hari yang merupakan
apabila adat dan istiadat digabungkan, maka ia
warisan dari nenek moyang mereka. Dalam ke-
membawa pengertian suatu peraturan yang
hidupan suku hutan yang dianggap mempunyai
diikuti dalam masyarakat dan juga kebiasaan-
status yang tinggi dalam masyarakat adalah
kebiasaan yang dipakai disamping terdapatnya
mereka yang memiliki kharisma atau kesaktian
upacara-upacara dan peralatan tertentu dalam
yang tinggi. Tidaklah mengherankan kalau ke-
menjalankan
dudukan seseorang ditentukan oleh kesaktian
(Tengku
sebagai
upacara
dan
peraturan-peraturan
Iskandar,
1970).
dimaksud
Adat
istiadat
menampakkan satu pola perlakuan anggota masyarakat
didalam
sesebuah
yang mereka miliki. Masyarakat Terasing Hutan di Desa
kelompok,
Kembung Luar Kecamatan Bantan Kabupaten
wilayah atau negeri. Dia lembih merupakan
Bengkalis masih memegang teguh nilai-nilai
kebiasaan yang disukai dan diakui oleh
luhur yang diturunkan dari nenek moyang
masyarakat.
mereka dari generasi ke generasi berikutnya.
Selanjutnya berbagai definisi di atas
Hal yang nyata dalam kehidupan mereka
dapatlah dikatakan bahwa adat-istiadat me-
adalah stratifikasi sosial, dimana didalam ma-
rupakan suatu peraturan yang terdapat dalam
syarakat suku hutan masih sangat meng-
masyarakat yang telah diakui dan dipatuhi oleh
hormati dan menghargai kepala suku sebagai
anggota
Dalam
tingkatan yang paling tinggi dalam kehidupan
masyarakat suku hutan di Desa Kembung Luar
sosial mereka. Status kepala suku diperoleh
masyarakat
berkenaan.
9
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) secara tradisional yang diturunkan secara turun
yang berlaku, larangan dan pantangan
temurun. Kepala suku biasanya mereka sebut
yang telah ditetapkan.
Batin.
3. Berhak memberikan hukuman kepada para
Kepala suku hutan dalam masyarakat hutan
sangat
disegani
dan
dihormati
masyarakat dimana keluarga batin sekaligus merupakan kelompok penguasa dalam ma-
pemuda atau pemudi yang berbuat maksiat dan
kepada
mereka
yang
melihat
perbuatan tersebut. 4. Dapat memutuskan penyelesaian per-
syarakat. Hal ini dapat dilihat dari pe-rangkat
selisihan
kecil
dan
kejadian-kejadian
pemerintahan desa dimana Kepala desa dan
dimasyarakat yang sifatnya kecil ber-
aparatur desa lainnya berasal dari keluarga
dasarkan kebijaksanaan batin tersebut. Da-
kepala suku sendiri. Selain itu masih ada lagi
lammmelaksanakan tugasnya, biasanya
lapisan masyarakat secara ekonomi dikuasai
batin dibantu oleh beberapa orang wa-
oleh kelompok masyarakat biasa yang biasa
kilnya.
disebut dengan tauke.
Namun demikian, dengan telah meluasnya
Selanjutnya masyarakat suku hutan, batin
pembangunan dan telah terjadinya proses
sebagai kepala suku mempunyai pakaian
perubahan sosial baik melalui transformasi
kebesaran adat tersendiri yang hanya dimiliki
maupun industrialisasi serta dengan pemekaran
oleh kepala suku dan tidak dimiliki oleh
kecamatan dan desa, maka sedikit-demi sedikit
anggota masyarakat biasa. Pakaian kebesaran
perubahan dalam struktur masyarakat dan adat
adat ini hanya dipakai oleh kepala suku ketika
budaya dalam masyarakat suku hutan sudah
yang bersangkutan melaksanakan upacara
mulai terjadi perubahan dimana posisi batin
adat. Begitu pula halnya dengan model rumah,
sudah mulai tergeser dan kekuasaannya tidak
bentuk kuburan dan tata cara perkawinannya
terlalu besar lagi.
akan berbeda untuk setiap orang pada lapisan
7. Sistem Kekerabatan dan Perka-
masyarakat tersebut.
winan
Batin mempunyai berbagai kekuasaan, antara lain : 1. Mengatur
Perkawinan pada suku hutan adalah perkawinan jodoh, dimana calon pengantin
masyarakat
diwilayahnya
masing-masing. 2. Berhak menghukum warga masyarakat dalam wilayahnya apabila ada warga masyarakat yang melanggar peraturan
laki-laki akan dinikahkan dengan calon pengantin wanita atas pilihan orang tuanya. Namun demikian bukanlah berarti perjodohan tersebut menjadi hak mutlaknya orang tua calon pengantin laki-laki. Kadang-kadang, 10
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) calon pengantin wanita diusulkan oleh calon
mempertemukan laki-laki dan perempuan juga
pengantin laki-laki kepada orang tuanya dan
mempertemukan antara wakil keluarga laki-
orang tua memberikan keputusan atas usulan
laki dan wakil keluarga perempuan. Pertemuan
yang diajukan oleh calon pengantin laki-laki
diadakan di rumah keluarga perempuan dan ini
atau anaknya. Apabila si anak dan orang
dianggap sangat penting karena menghargai
tuanya sudah menemui kata sepakat maka atur
pihak keluarga perempuan
cara
8. Methode Penelitian
untuk
melaksanakan
pernikahanpun
dilaksanakan, yang dimulai dengan merisik, meminang, akad nikah dan pesta atau pawai.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan diskriptif analitis dengan dengan
Merisik merupakan suatu pekerjaan
pengumpulan data melalui observasi partisipan
yang dilakukan oleh pihak laki-laki kepada
yang berakar kuat pada metode penelitian
pihak wanita untuk mengetahui secara pasti
etnografi (Meyer, 2001) dan melakukan wa-
seluk-beluk dan status dari anak dara yang
wancara langsung dengan berbagai informan
diinginkan oleh anak laki-lakinya. Dalam
yang berkompeten yang berasal dari para
upacara merisik ini biasanya para orang tua
tokoh terutama pemimpin suku hutan yang
mempercayakan kepada beberapa orang pe-
biasa disebut Batin. Penulis memilih metode
rempuan didampingi oleh keluarga terdekat
ini karena dirasa sesuai dengan data yang ingin
atau para tetangga perempuan yang sudah
diperoleh
dianggap sebagai keluarga sendiri untuk pergi
informasi terbaru yang diperlukan dan me-
ke rumah calon pengantin perempuan. Hal ini
rupakan pengamatan langsung terhadap ter-
dilakukan untuk menyelidiki apakah si pe-
jadinya perubahan dari segi adat istiadat pada
rempuan yang sedang dirisik itu sudah ada
masyarakat berkenaan. Disamping metode wa-
yang punya atau belum? Sudah bertunang atau
wancara tersebut, penulis juga meng-gunakan
belum? Pada kesempatan itu juga digunakan
kajian kepustakaan mengingat terdapat be-
untuk memperhatikan dengan teliti segala
berapa informasi data yang diperoleh tidak
tingkah lakunya dari dekat. Semua pertanyaan
sepenuhnya dapat dipahami dalam penulisan
yang mengarah kepada tingkah laku si calon
ini dan dapat dipecahkan melalui informasi
ditanyakan secara samar-samar dan diper-
data kepustakaan tersebut.
hatikan secara lebih teliti.
disamping
diharapkan
berbagai
Perkembangan pembangunan dengan
Menurut mereka lagi, merisik juga me-
pemekaran Kecamatan di Pulau Bengkalis
rupakan salah satu jalan untuk menjodohkan
menjadi dua Kecamatan yaitu Kecamatan
laki-laki dan perempuan. Merisik ini selain
Bengkalis
dan
Kecamatan
Bantan
serta 11
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) pemberian otonomi daerah yang lebih memacu
tersebut telah mengalami perubahan perubahan
roda pembangunan serta tranformasi budaya
dan apa saja yang menjadi penyebabnya.
yang terjadi, lambat laun menjadikan adat
10. Hasil Penelitian dan Pembahasan
istiadat suku hutan mengalami beberapa pe-
Dari kajian yang telah dilaksanakan
rubahan terutama dalam menjalankan adat isti-
diketahui bahwa tidak ada satu kebudayaanpun
adat tersebut.
di dunia ini yang tidak mengalami perubahan.
9. Permasalahan Penelitian
Apabila di suatu kawasan terjadi perubahan
Pada awal penelitian ini dibuat, penulis
baik dari sisi pemerintahan, ekonomi, dan
banyak sekali mendapatkan hambatan terutama
sosial budaya, sudah tentu akan membawa
dalam sosialisasi diri terhadap suku Hutan
perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya
tersebut disamping hubungan dengan suku
dalam masyarakat (Sidi Gazalba, 1983).
hutan yang berbeda dari segi agama dan
Perubahan ini sudah tentu akan membawa
kepercayaan. Selain itu, ditemui juga per-
perubahan dalam gaya hidup (life style) dan
masalahan jarak antara kawasan penelitian
tata nilai dalam masyarakat. Hal ini sejalan
dengan pusat kota atau pemerintahan yang
dengan yang terjadi pada masyarakat suku
cukup jauh disamping jalan yang ditempuh
hutan, namun demikian tidak semua (apa yang
sangat
alat
disampaikan oleh UU Hamidi) berlaku secara
transportasi menuju kawasan kajian. Di-
keseluruhan. Ada beberapa hal yang terjadi
samping itu juga ditemui masalah lainnya
begitu besar dan ada perubahan yang terjadi
terutama mengenai literatur penelitian dimana
hanya sebahagian kecil saja.
buruk
dan
tidak
terdapat
masalah suku hutan ini belum ada ditulis
Suku hutan yang dahulu hidupnya ter-
dalam bentuk buku yang dapat dijadikan
sebar dalam kelompok kecil, mengembara,
rujukanb serta sebagai
sumber informasi
berpindah-pindah atau menetap di daerah
penelitian. Namun demikian, permasalahan
pedalaman yang biasa disebut di dalam hutan
penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian
dan kawasan laut, pesisir pantai, pada saat ini
ini adalah untuk mengidentifikasi apa sajakah
sudah mengalami beberapa perubahan, dimana
adat istiadat yang terdapat dalam masyarakat
mereka tidak lagi dalam kelompok yang kecil,
suku hutan dan apakah adat istiadat tersebut
tidak berpindah-pindah dan menetap di daerah
masih dijalankan mereka pada hari ini atau
pemukiman masyarakat pada umumnya. Hal
mungkin sudah hilang sama sekali serta untuk
ini terjadi karena jumlah mereka yang sudah
mengetahui secara pasti apakah adat istiadat
semakin banyak karena adanya perkawinan
12
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) dengan masyarakat lainnya. Kemudian me-
aktivitas ekonomi dalam bentuk perdagangan
reka tidak lagi berpindah-pindah karena keter-
walaupun masih dalam kategori tradisional,
batasan lahan pertanian terutama dengan
namun mereka sudah mengarah kepada faham
peraturan pemerintah yang melarang ekploitasi
kapitalis dimana mereka sudah tahu untung
hutan. Namun demikian mereka masih ber-
dan rugi dalam perdagangannya.
usaha agar kehidupan mereka tidak berjauhan
Dari sisi kepemimpinan dalam sistem
dengan laut dan sungai sehingga mereka
kekerabatan, mereka tidak terfokus kepada
kebanyakan menetap di pesisir pantai dan
pemimpin tradisional mereka saja (kepala suku
pinggiran sungai. Disamping itu mereka tidak
atau batin) tetapi mereka juga sudah me-
lagi tertutup untuk hal-hal tertentu. Mereka
mahami pemimpin pemerintahan, baik itu
sudah melakukan interaksi sosial terutama
lurah, camat dan bupati. Mereka bahkan sudah
dalam bidang ekonomi dan memanfaatkan
menggunakan ketua RT dan RW dalam
teknologi untuk mempermudah kehidupan
kehidupan sosial kemasyarakatan mereka.
mereka. Sebahagian besar jalan menuju pe-
Walaupun mereka sangat menghormati kepala
mukiman mereka sudah disemenisasi dan
suku tetapi beberapa keputusan dalam rumah
mereka telah menggunakan kenderaan ber-
tangga mereka tidak lagi mereka rundingkan
motor serta penerangan listrik pedesaan.
atau
meminta
persetujuan
kepala
suku,
Sebahagian kecil dari mereka sudah
misalnya dalam hal memilih hari untuk
memeluk agama Islam sehingga faham pe-
perkawinan, pergi merantau atau memberi
mikiran mereka sudah dinamis dan tidak
nama anak-anak mereka. Namun demikian da-
terlalu bergantung kepada sistem nilai dan
lam hal upacara adat perkawinan mereka
sistem sosial mereka, dimana kepercayaan
meminta petunjuk dari kepala suku, terutama
animisme sudah bercampur dengan keper-
apabila mereka menikah dengan sesama
cayaan agama walaupun masih banyak di-
anggota suku hutan.
temukan pantangan dalam kehidupan mereka
Tetapi apabila menikah dengan suku
yang masih mereka kekalkan. Mereka sudah
yang lainnya dan mereka berpindah agama
mengenal pelayanan kesehatan yang dilakukan
maka mereka menyerahkannya kepada pe-
oleh pemerintah terutama pengobatan modern.
mimpin pemerintahan.
Dalam kehidupan ekonomi mereka sudah
11. Simpulan
tidak sepenuhnya menggantungkan hidupnya
Masyarakat Suku Hutan terdapat adat
dari laut dan sungai serta hutan dan tanah.
dan kepercayaan animisme yang menyebabkan
Ada sebahagian mereka sudah melakukan
mereka melaksanakan berbagai upacara dan 13
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14) ianya masih tetap dipertahankan oleh para anggota masyarakat walaupun sudah banyak
Hasan Sadily, 1958, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Penerbit PT. Pembangunan, Jakarta.
mengalami penyesuaian dengan kondisi saat ini. Sebagai suatu sistem sosial,
adat yang
diciptakan oleh manusia sudah tentu ianya mempunyai kurangan
banyak
kelemahan
dibandingkan
dan
dengan
ke-
peraturan
hidup yang ditetapkan oleh agama. Perubahanperubahan sudah mulai kelihatan terjadi pada
Hegel GWF, 2002, Terj. Cuk Ananta Wijaya, Filsafat Sejarah, Penerbit Pustaka Pelajar,Yogjakarta. Herdi Salioso, 2007, Kelompok Etnik, Penerbit UNRI Pers, Pekanbaru. ___________, 2007, Suku Hutan di Tengah Hiruk Pikuk Pembangunan, Yayasan AKRAB, Pekanbaru.
masyarakat mengingat mereka sudah mulai terbuka dengan budaya baru yang ada disekitar kehidupan
mereka,
perkawinan
dengan
terutama etnik
dalam lainnya
hal dan
perubahan agama. Hal ini kalau ditinjau dari sisi adat ini, terdapat banyak persamaan antara adat perpatih dan adat istiadat yang diamalkan oleh Suku Hutan di Desa Kembung Luar Kecamatan
Bantan
Kabupaten
Ismail Hamid, 1991, Masyarakat dan Budaya Melayu, Penerbit DBP, Kuala Lumpur. Karel J. Veeger, 1993, Pengantar Sosiologi, Penerbit Gramedia, Jakarta. Kartasapoetra, G, 1982, Teori Sosiologi, Penerbit Amrico, Bandung. Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Bengkalis
dengan adat istiadat etnik Melayu secara keseluruhan.
Daftar Kepustakaan Adam, L, 1976, Adat Istiadat Suku Bangsa Minahasa, Penerbit Bhratara, Jakarta. Ardjo, 1973, Antropologi Indonesia, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta. Badan Kesejahteraan Sosial, 2005, Profil Komunitas Adat Terpencil, Penerbit Pemerintah Propinsi Riau, Pekanbaru. Dwi Narwoko, J dan Bagong Suyanto, 2004, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,Penerbit Kencana Prenada Media, Jakarta.
Laurent Widyasusanto, dkk, 1996, Panduan Belajar Antropologi, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta. Meyer, M, 2001, Between theory, method and politics; positioning of the Appoaches to CDA.In R. Wodak, & M. Meyer, Methods of Critical Disourse Analysis (pp. 14-310. London: Sage Publication. Mokhtar Md. Dom, 1977, Adat Perpatih dan Adat-Istiadat Masyarakat Malaysia, Penerbit Federal Publication, Kuala Lumpur. Nordin Selat, 1976, Sistem Sosial Adat Perpatih, Penerbit Utusan Melayu, Kuala Lumpur. Nur Syam, 2007, Mazhab-Mazhab Antropologi, Penerbit LKIS, Yogjakarta. 14
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (1-14)
1