Volume III No. 01 Juni 2016
pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961
PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN SUMBER DAYA MANUSIA SUKU AKIT DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS
oleh: Kamaruddin & Bunari Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
ABSTRACT Education Akit public interest has grown though arguably less good, in fact some of them have been educated in college. But to the tribe Akit Pambang Bay Village was not better than in the original Tribes Akit Rupat Island because most of them were not and only finished elementary school saja.Target of this study was to determine the role of education in developing resource Akit human tribe in the village of Bay District Pambang Bantan Bengkalis. The research method used is the method of Empirical and Historical Documentary. Results showed Akit Tribes are generally not to be educated in complited. Akit childrens of this tribe can only receive education to Elementary School alone and many were out of school for reasons not have the funds and helps parents choose the profession traditional fishermen to sea to catch fish, hunt pigs or a laborer seeking mangrove wood to sell to earn money. Work Akit public interest generally fishermen are not able to deliver their children to school and get the science is more feasible. empowerment such as skills training and other activities are expected to be made public Akit can find other revenue. Keywords: Role of Education in Develoving Human Resource Tribe of Akit Pendahuluan Provinsi Riau terletak diantara 105’ Lintang Selatan, 2025’ Lintang Utara, 1000 dengan1000 45 Bujur Timur, sebelah utara berbatasan dengan Provinsu Sumatera Utara dan Selat Maka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah timur berbatasan dengan Selat Maka, Selat Singapura dan Laut Cina Selatan, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Provinsi Riau memiliki luas 395.102 kilometer, terdiri dari daratan 94.562 km2, lautan 176.530 km2, daerah danau dan rawa-rawa sekitar 124.010 km2. 60% dari daratan diperkirakan 66.000 km2 terdapat hutan primer dan sekunder. Selain itu terdapat banyak pulau besar dan kecil yang berjumlah 3.214 pulau, dengan panjang garis pantai mencapai 1.800 mil. 0
Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan daerah kepulauan yang saat ini sudah menjadi provinsi sendiri antara Riau daratan dan Riau kepulauan. Riau daratan sendiri miliki kabupaten antara lain, Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Melihat kondisi geografi di Provinsi Riau yang terdiri dari pulau-pulau mempengaruhi kondisi budaya yang beraneka ragam juga. Penduduk asli Riau merupakan Suku Melayu. Namun selain Suku Melayu terdapat suku-suku lain yang tergolong Suku Terbelakang atau suku terasing seperti, Suku Sakai dan Suku Akit di Kabupeten Bengkalis, Suku Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu, Suku Bonai di Kabupaten Rokan Hulu, dan Suku Laut di Provinsi Kepulauan Riau. Suku Sakai dan Talang Mamak pada umumnya hidup di daerah pedalaman dan menggantungkan mata pencahariannya dari hasil hutan, seperti mencari kayu,
27
Volume III No. 01 Juni 2016
pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961
damar, dan berburu. Sedangkan untuk Suku Akit dan Suku Laut menggantungkan hidupnya dari menangkap ikan di laut atau mencari kayu bakau yang banyak hidup di pinbggiran pantai. Dari kehidupan masyarakat Suku Akit yang tergolong suku terbelakang ini kiranya perlu mendapatkan perhatian dari semua kalngan apakah itu, masyarakat setempat atau pemerintah itu sendiri. Dalam hal ini, perhatian bisa dilakukan apakah dari segi peningkatan ekonomi, melestarikan budaya maupun pendidikan yang merupakan hal terpenting untuk menunjang masa depan mereka, agar tidak ketinggalan dengan suku bangsa lainnya. Karena itu masalah pendidikan ini menjadi faktor penting dalam mengakat harkat dan martabat suku-suku yang ada di tanah air demi memajukan bangsa Indonesia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, berbagai kajian diberbagai negara menunjukan kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang ditunjukan oleh berbagai indikator. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan pendidikan adalah pendidikan yang merata, bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu bangsa yang cerdas pula serta progresif akan membentuk kemandirian dan kreatifitas bagi masyarakat itu sendiri. Menyadari peran strategis pendidikan tersebut pemerintah senantiasa mendukung ide-ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya pendidikan untuk daerah-daerah pedesaan, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional, bahkan dalam krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapat perhatian, meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak krisis ekonomi pendidikan. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan, yaitu sarana gedung, buku yang memadai dan berkualitas serta guru dan tenaga pendidik yang professional. Suku Akit merupakan suku asli Melayu Riau yang berasal dari daratan Indocina, suku ini sebenarnya banyak tinggal didaerah Kecamatan Rupat,Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Mata pencaharian mereka banyak berasal dari keterampilan meramu sagu dan mencari ikan dilaut dengan cara tradisional. Profesi ini sangat memungkinkan Suku Akit mempunyai sifat yang berpindah-pindan secara berkelompok atau nomaden, sehingga penyebaran suku ini berfokus disekitaran daerah aliran sungai dan tempat-tempat yang masih banyak ditumbuhi pohon-pohon sagu. Suku Akit ini juga dikenal merupakan suku asli yang mendiami wilayah Provinsi Riau, tepatnya di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis. Mata pencaharian Suku Akit adalah dari berburu dan meramu. Saat ini Suku Akit telah banyak berbaur dengan masyarakat lainnya dan menyebar kesejumlah wilayah di pesisir pulau Sumatera dan pulau-pulau yang ada di Provinsi Riau maupun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Termasuk juga di daerah Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Pendidikan masyarakat Suku Akit di Pulau Rupat bisa dibilang sudah berkembang meskipun tidak terlalu baik, bahkan ada sebagian dari mereka sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri. Akan tetapi tetapi demikian untuk Suku Akit di Desa Teluk Pambang yang ternyata tidak lebih baik dari Suku Akit di daerah aslinya di Pulau Rupat karena sebagian besar mereka hanya tamat Sekolah dasar (SD) bahkan tidak tamat. Kondisi ini yang perlu diperhatikan agar nasib masyarakat yang termasuk suku tertinggal tidak terus tertinggal baik dari segi ekonomi maupun pendidikan yang selama ini cukup jauh jaraknya dengan suku-suku lainnya. Berbagai upaya pemerintah sudah dilakukan untuk menangani masalah pendidikan bagi masyarakat yang disebut Komunitas Adat Tertinggal (KAT) atau yang sering kita sebut suku terasing ini. Namun upaya pemerintah seringkali terkendala setelah diluncurkan di tengah masyarakat karena berbagai faktor. Masalah ekonomi yang sering jadi alasan untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka dan penekanan mereka bekerja membantu orang tua. Pendidikan bagi anak-anak Suku Akit di Desa Teluk Pambang yang tertinggal jauh dengan masyarakat desa yang beraada di sekitarnya. Keberadaan sekolah SD, SMP, dan SMA tidak mereka manfaatkan secara maksimal untuk memajukan anak-anak mereka, yang masih dalam
28
Volume III No. 01 Juni 2016
pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961
usia sekolah. Akan tetapi yang unik mereka memiliki pendidikan tingkat dasar sendiri yang dibiayai oleh suatu instansi sosial keagamaan yaitu agama Budha. Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat mengarahkan kehidupan setiap individu. Pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang individu (Redja Mudyaharjo, 2001:3). Berdasarkan tulisan diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Perananan Pendidikan Dalam Mengembangkan Sumber Daya Manusia Suku Akit di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis.Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan Suku Akit di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Metode Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode empiris historis dandokumenter. Metode historis yaitu cara yang digunakan untuk mengungkapkan kembali kejadian atau peristiwa pada masa lampau sebagaimana yang dikatakan oleh Sartono Kartodidjo, sejarah dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu sejarah mentalitas (mentalited history), sejarah sosial (sosiological history), dan sejarah struktural (structural history). Sedangkan menurut Nugroho Notosusanto (1999:11) yaitu metode sejarah adalah sekumpulan peristiwa dan aturan yang memberikan bantuan secara kritis dan kemudian menghasilkan suatu sintesa hasil-hasil dalam bentuk sumber dan uji, dinilai secara kritik eksternal maupun kritik internal. Data dan fakta dirangkai kemudian diinterpretasikan dalam tulisan sejarah.Metode historis memuat pula sejarah berdasarkan tahapan-tahapannya yaitu: 1) Pengumpulan data, 2) Pelibatan data, 3) Penafsiran data dan 4) penyusunan data. Berdasarkan pendapat diatas penulis menggunakan metode historis empiris pada kehidupan masa lampau Suku Akit yang dilihat pada mata pencaharian, pola pikir, tatanan kehidupan sosial dengan masyarakat setempat dan data empiris lama akan dibandingkan dengan Suku Akit yang sudah mengenal dan sudah mengenyam pendidikan terutama garis keturunan mereka. Data yang diperoleh secara empiris akan dinarasikan secara deskriptif sehingga ada perbandingan kehidupan masa lampau dengan kehidupan sekarang masyarakat Suku Akit. sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Akit yang ada di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2012. Dalam penelitian ini teknikpengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Teknik studi perpustakaan, teknik ini digunakan untuk mendapatkan bahan atau sumber yang berupa buku-buku, majalah, dan karya-karya tulis lainnya yang relevan dengan yang akan diselidiki atau dibahas. 2. Teknik studi insitu, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan survei secara langsung dengan teknik wawancara kepada masyarakat Suku Akit, kepala suku, kepala daerah (pejabat pemerintahan setempat). 3. Teknik studi komparatif, yaitu dengan menggunakan perbandingan dari yang diperoleh baik berupa ide, konsep, teori, dan para ahli yang sesuai dengan fakta yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, kemudian dipelajari dan dianalisa serta diambil kesimpulannya. Untuk analisis datapenulis menggunakan teknik analisis data deskriptif yaitu dengan membandingkan data yang di peroleh dari lapangan akan dianalisis narasi perbadingan terhadap teoriteori dari para ahli.
Hasil dan Pembahasan Secara umum Suku Akit yang berada di Desa Teluk Pambang Kabupaten Bengkalis tidak jauh beda dengan Suku Akit yang berada di Pulau Rupat yang merupakan induk peradaban mereka. Suku Akit hidup dipinggiran pantai dengan mata pencahariannya yang tidak menentu karena sangat tergantung dengan menangkap ikan, mencari kayu bakau, mengolah sagu, berburu dan berbagai pekerjaan yang tergolong masih tradisional. Demikian juga dengan tempat tinggal mereka yang meruapakan rumah panggung masih sangat sederhana, karena rumah mereka bisa dikatakan sudah layak huni meskipun ada sebagian yang ditemukan dengan kondisi atap bocor, dinding yang sudah tidak aman karena banyak yang sudah berlubang dan lapuk. Lebih
29
Volume III No. 01 Juni 2016
pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961
memprihatinkan lagi, tidak jarang sudah banyak bangunan rumah mereka yang sudah miring dan tinggal menunggu waktu untuk runtuh. Masyarakat Desa Teluk Pambang itu sendiri secara rinci sebanyak 772 orang berprofesi sebagai petani tradisional, 285 menjadi buruh swasta, 31 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 71 orang pegawai honorer di kantor pemerintahan setempat, 35 pedagang dan 85 orang berprofesi sebagai peternak. Sedangkan mata pencaharian Suku Akit itu sendiri tentunya berada kedalam kelompok masyarakat tersebut, namun mereka kecenderungannnya menjadi nelayan tradisional yang menangkap ikan di laut Selat Malaka. Tidak ditemukan dari orang Suku Akit yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena dari data yang dihimpun tidak ada anak-anak atau orang dewasa dari Suku Akit yang berpendidikan di atas Sekolah Dasar (SD).Persoalan ini muncul bisa dikatakan mencakup secara nasional, kelambanan dan kurang berhasilnya program pembinaan komunitas adat terpencil di Indonesia pada umumnya, bukanlah semata-mata karena keterbatasan dana, data, dan tenaga trampil, melainkan juga karena belum ditemukannya rancangan program pembinaan yang terarah dan teruji sesuai dengan konsep sosial budaya Masyarakat Suku Akit itu sendiri. Dari persoalan tersebut juga maka masih banyaknya persoalan yang belum terselesaikan bila membicarakan penangan Suku Akit yang memiliki penghidupan dengan ekonomi yang rendah dan pendidikan yang jauh tertinggal. Kehidupan masyarakat pada umumnya berprofesi sebagai petani meskipun mereka tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk menopang pendapatan yang memadai. Hal ini terjadi karena keterbatasan lahan yang tersedia tidak memungkinkan mereka melakukan penambahan atau pembukaan lahan baru sebagai peningkatan penghasilan pertanian. Sedangkan hutan yang tersedia saja sudah tidak dimiliki oleh Desa Teluk Pambang karena pertambahan penduduk telah mengakibatkan semua lahan yang tersedia tergerus dijadikan tempat tinggal dan aktivitas warga lainnya. Kondisi ini memaksa sebagian masyarakat harus keluar ke daerah lain untuk sekedar mengubah nasibnya mencari kehidupan baru lantaran lahan yang tersedia sudah cukup kritis. Sistem kepercayaan aslinya berorientasi kepada pemujaan roh nenek moyang. Pada masa sekarang sebagian orang Akit sudah memeluk agama Budha, terutama lewat perkawinan perempuan mereka dengan laki-laki keturunan Tionghoa. Ciri khusus masyarakat Suku Akit sebagaiman yang dilihat oleh orang Melayu adalah agama mereka meski sudah memeluk agama Budha namun masih bersifat animistik. Mahluk gaib ini mereka namakan antu, Sedangkan Mozkowski (1908, 1909) dan Loeb (1935) menyebutkan bahwa Masyarakat Suku Sakai percaya kepada Betara Guru. Keunikan Suku Akit ini tetap mempertahankan nilai-nilai kepercayaan yang dianut para leluhur mereka dengan percaya adanya kekuatan gaib yang berada di alam semesta. Keberadaan agama Budha berdampingan dengan agama animesme yang sudah lebih dulu diyakini dalam kehidupan mereka, sekalipun zaman sudah banyak berubah dan penggunaan tehnologi sudah berkembang pesat dalam kehidupan Suku Akit itu sendiri. Seperti peralatan rumah tangga, alat komunikasi, sarana untuk menangkap ikan dan sebagainya. Akan tetapi yang menjadi persoalan pola pikir masyarakat ini masih cukup sederhana karena bagi mereka bisa hidup, makan, dan minum sudah cukup tanpa berfikir hari besok atau lusa mereka bisa bersaing dengan masyarakat lainnya atau tidak. Kembali kesistem kepercayaan aslinya, masyarakat Suku Akit berorientasi kepada pemujaan roh nenek moyang. Pada masa sekarang sebagian orang Akit sudah memeluk agama Budha, terutama lewat perkawinan perempuan Suku Akit dengan laki-laki keturunan Tionghoa (Cina). Bahkan masyarakat Suku Akit di Desa Teluk Pambang secara administrasi telah memeluk agama Budha seluruhnya, sekalipun praktek di lapangan tentu saja mereka masih mempertahankan nilai-nilai tradisi agama nenek moyang mereka yang sudah mendarah daging. Sedikitnya bagi masyarakat Suku Akit mengenal tiga tahapan penting dalam kehidupan manusia yang harus mereka jalini, 1) Hamil dan melahirkan bayi,2) Perkawinan, dan 3) Kematian.Tahapan-tahapan ini dianggap sebagi puncakperistiwa yang ditemukan dalam hidup tetapi juga sebagai tahaptahap yang paling berbahaya bagi manusia. Untuk itu ada sejumlah upacara yang harus dialaksanakan manusia yang bertujuan agar dalam peristiwa-peritiwa penting tersebut si pelaku dan keluargannya serta Masyarakat Suku Akit lain tempatnya hidup dapat selamat dari segala
30
Volume III No. 01 Juni 2016
pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961
bahaya. Semua peristiwa penting dan kejadian yang menyangkut kehidupan manusia secara individual tersebut berlaku dalam kehidupan keluarga masyarakat Suku Akit. Dalam suatu keluarga masyarakat Suku Akit ditetapkan sebagai keluarga inti yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak. Kemudian ada lagi keluarga masyarakat Suku Akit yang luas, ditambah dengan salah satu orangtua istri atau suami, atau kemenakan yang menumpang sementara dengan keluarga mereka. Namun biasanya jumlah keluarga luas dalam masyarakat Suku Akit tidak terlalu banyak, karena keadaan seperti itu dianggap sebagai pengecualian untuk menolong orang yang sudah tidak mampu (jompo) atau yang memerlukan pertolongan sementara. Salah satu ciri Masyarakat suku Akit sebagaiman dilihat oleh orang Melayu adalah agama mereka bersifat animistik. Agama asli Masyarakat suku Akit memang berdasarkan kepercayaan pada berbagai mahluk halus, ruh, dan berbagai kekuatan gaib dalam alam semesta, khususnya dalam lingkungan hidup manusia mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup mereka. Berbicara soal pendidikan masyarakat suku terasing termasuk Suku Akit tentunya tidak terlalu jauh perbedaannya. Mereka pada umumnya tidak mendapatkan pelayanan pendidikan secara maksimal dengan berbagai alasan apakah karena keterbatasan dana atau persoalan lembaga pendidikan yang jauh dari jangkauan mereka karena tempat tinggal mereka biasanya terpencil. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab masalah pendidikan menjadi kendala bagi anak-anak Suku Akit tertinggal dari segi mendapatkan ilmu pengetahuan.Untuk kondisi prasarana pendidikan yang diperuntukan bagi Suku Akit di Desa Teluk Pambang tentunya tidak ada secara khusus. Hal ini dilakukan mengingat semua masyarakat yang tinggal di desa tersebut memiliki hak, hidup rukun dan damai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi yang menjadi persoalan pokok bagi di sini, kesempatan pendidikan yang tersedia ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh Suku Akit sekalipun lokasi sekolah tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Menurut keterangan Kelapa Desa Teluk Pambang, M. Ayub,anak-anak Suku Akit sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD) bahkan tidak tamat SD. Alasan yang jelas untuk menjawab pertanyaan ini sulit untuk ditemukan, karena sebagian masyarakat Suku Akit menjawab masalah ekonomi, pahal Pemerintah Kabupaten Bengkalis sudah mencanangkan pendidikan gratis sampai tingkat SMA. Tentu saja kalau masalah ekonomi yang mejadi alasan bukan jawaban yang tepat untuk pembenaran tidak menyekolahkan anak-anak mereka. Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, pola pikir juga menyumbangkan peran bagi pemikiran masyarakat Suku Akit tidak berminat mengenyam pendidikan. Dalam pola pikir mereka, lebih menakankan mencari kebutuhan sehari-hari lebih penting dari pada sekolah yang menghabiskan uang saja. Walapun Pemerintah Kabupaten Bengkalis sudah menggratiskan biaya pendidikan tetap saja ada kebutahan lainnya yang harus dibayar oleh orang tua seperti peralatan sekolah, baju, buku dan berbagai keperluan lainnya, karena itulah masyarakat Suku Akit yang dari nenek ,moyang mereka tidak berpendidikan beranggapan sekolah tidak akan memberikan kehidupan lebih baik bagi mereka.Pemikiran masyarakat Suku Akit bagaimana mereka bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Termasuk bagi anak-anak diharapkan membantu orang tua bekerja mencari kayu atau mencari ikan di laut. Sedangkan bagi anak perempuan kalau dianggap sudah dewasa secepatnya dikawinkan (nikah) agar tidak menjadi beban bagi orang tuanya, sebab kalau sudah kawin menjadi tanggungjawab suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari pada sekolah yang memerlukan biaya lebih banyak. Tebel 1. Suku atau Etnis No
Suku atau Etnis
Jumlah
1
Jawa
3.168
2
Melayu
1.390
4
Cina
63
5
Batak
2
6
Bugis
5
7
Akit (Suku Asli)
825
31