EKRANISASI NOVEL KE BENTUK FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA
ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
oleh Devi Shyviana Arry Yanti NIM 11210144014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
i
EKRANISASI NOVEL KE BENTUK FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA Oleh Devi Shyviana Arry Yanti 11210144014
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses ekranisasi alur, tokoh, dan latar baik, dalam bentuk kategorisasi aspek penciutan, penambahan, maupun perubahan bervariasi dalam ekranisasi novel ke bentuk film 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dan film 99 Cahaya di Langit Eropa bagian 1 dan bagian 2 karya sutradara Guntur Soeharjanto. Fokus penelitian berupa proses ekranisasi alur, tokoh, dan latar. Instrumen penelitian ini adalah human instrument. Data diperoleh dengan teknik membaca, teknik menonton, dan teknik mencatat. Validitas data diperoleh dengan menggunakan validitas semantis dan validitas referensial, reliabilitas data diperoleh dengan menggunakan reliabilitas intrarater dan reliabilitas interrater. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ekranisasi yang terjadi pada unsur alur, tokoh, dan latar yaitu adanya penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi. Penciutan alur, tokoh, dan latar terjadi karena media yang digunakan dalam pembuatan novel dan film berbeda. Secara keseluruhan penciutan yang terjadi dalam visualisasinya ke bentuk film masih wajar dilakukan karena penghilangan cerita, tokoh, dan latar diambil pada bagian yang tidak begitu penting untuk divisualisasikan. Penambahan alur, tokoh, dan latar dalam film secara keseluruhan masih relevan dangan cerita yang ada dalam novel, hanya saja pada visualisasi dalam film dibuat lebih menarik dengan banyaknya konflik cerita, adanya tokoh, dan latar tambahan yang dimunculkan sehingga cerita dalam film tidak monoton seperti dalam novel. Kemunculan tersebut untuk menambah esensi film sehingga penonton akan terbawa masuk dalam alur cerita. Adapun untuk perubahan bervariasi alur, tokoh, dan latar yang dilakukan dalam visualisasinya ke bentuk film secara keseluruhan tidak jauh melenceng dari penggambaran yang ada dalam novel.
Kata kunci: ekranisasi, novel, film
iii
THE ECRANASATION OF A NOVEL ENTITLED 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA BY HANUM SALSABIELA RAIS AND RANGGA ALMAHENDRA By Devi Shyviana Arry Yanti 11210144014
[email protected] ABSTRACT This research aims to describe the ecranisation process of plot, characters, and setting either in the form of omission, addition, or alteration aspect categorization even the varied changes in the ecranisation of a novel entitled 99 Cahaya Di Langit Eropa by Hanum Salsabiela Rais And Rangga Almahendra. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data source of this research is a novel entitled 99 Cahaya Di Langit Eropa by Hanum Salsabiela Rais and Rangga Almahendra and a movie entitled 99 Cahaya Di Langit Eropa part 1 and part 2 directed by Guntur Soeharjanto. This research is focused on the ecranisation process of plots, characters, and setting. Human instrument is used as the instrument of this research. The data are obtained by the technique of reading, watching and noting. The validity of the data is obtained by using semantic validity and referential validity. The reliability of data is obtained by using intra-rater reliability and inter-rater reliability. The results of this research indicate that the ecranisations process which occurs in the element of plot, character, and background are omission, additions, and varied changes. The omission of plots, characters, and setting occurs because the media used in producing the novel and the movies are different. Actually, it is natural to do some omissions in the movie visualization because some parts of the novel like plot, characters, and settings are not so necessary to be visualized. Overall, extra plots, characters, and settings in the movie are still relevant with the story in the novel because the visualization of the movie is merely made to make it more interesting by adding many conflicts, characters, and settings, so that the story in the movie is not monotonous like in the novel. Those things are intended to add the essence of the movie, so that the audience will feel like being involved into the storyline. Overall, the varied changes of plots, characters, and settings in the visualization of the movie are not quite different with the depiction of the story in the novel.
Keywords: ecranisation, novels, movies
iv
Oleh sebab imajinasi yang
A. PENDAHULUAN Fenomena perubahan karya
digunakan dalam perubahan karya
sastra ke dalam bentuk film telah
sastra
terjadi sejak beberapa dekade. Di
perbedaan pada hasil perubahannya.
Indonesia, perubahan karya sastra ke
Perubahan-perubahan
dalam bentuk film juga telah lama
memang wajar dilakukan dan mau
dilakukan. Setidaknya, pada tahun
tidak mau tentu dalam pembuatan
1951
film
telah
dilakukan
proses
tentu
akan
memang
tersebut
akan
dilakukan
perubahan dari novel ke dalam
perubahan
bentuk film yaitu ketika sutradara
demikian, akan terjadi perubahan
Huyung memfilmkan drama yang
fungsi film, yaitu bahwa film bukan
berjudul Antara Bumi dan Langit
lagi merupakan sentral budaya tetapi
karya Armijn Pane (Eneste, 1991:9).
film
Proses perubahan dari novel
di
menimbulkan
sana-sini.
telah menjadi
Dengan
bagian dari
budaya pop lainnya, seperti buku,
menjadi film atau sebaliknya dari
musik,
dan
film menjadi novel, dari novel
1998:154).
lain-lain
(Nugroho,
menjadi sinetron dan dari cerpen
Film yang diadaptasi dari
menjadi film memang dibutuhkan
novel atau cerita pendek tentu saja
imajinasi
proses
akan mengalami perubahan fungsi.
(via
Perubahan tersebut merupakan akibat
Faruk, 2001:35) mengatakan bahwa
dari perubahan pada alat-alat yang
imajinasi adalah produk kekuatan
dipakai, yakni mengubah dunia kata-
spiritual manusia yang subjektif,
kata dalam novel menjadi dunia
yang tidak dapat dibatasi, tidak
gambar-gambar
yang
hanya oleh realitas melainkan bahkan
berkelanjutan
dalam
film.
oleh kontrol pikiran sadar manusia.
Pemindahan
wahana
juga
Dari hal itulah muncul gagasan
mempengaruhi perubahan ini, novel
mengenai
merupakan
dalam
penggarapannya.
otonomi
Eagleton
karya
sastra
bentuk
bergerak
visual
sebagai representasi yang paling
mengarahkan
sempurna dari kekuatan imajinasi
mengandalkan pembayangan cerita
tersebut.
sedangkan film merupakan bentuk
1
pembaca
yang untuk
audiovisual
yang
memberikan
perubahan bervariasi adalah variasi-
gambaran cerita kepada penikmat
variasi
film
visualisasi
dengan
memadukan
antara
dialog dengan ekspresi pemain.
yang
dilakukan
pada
penggambaran
dalam
film.
Perbedaan-perbedaan tersebut
Dari penjelasan di atas, dapat
dilakukan tentu bukan tanpa alasan.
diketahui bahwa penelitian mengenai
Faktor film yang terkait dengan
ekranisasi novel ke bentuk film perlu
durasi menyebabkan para pekerja
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian
film
dapat
ini menelaah dan mendeskripsikan
memilih dan memilah peristiwa-
mengenai proses ekranisasi novel
peristiwa
untuk
dalam kaitannya dengan perubahan
(1991:61-65)
pada aspek yang terjadi dalam alur,
harus
kreatif
yang
difilmkan.
untuk
penting
Eneste
mengatakan proses kreatif dalam
tokoh,
dan
latar
yang
pengangkatan novel ke layar lebar
divisualisasikan ke dalam bentuk
dapat berupa penambahan maupun
film.
pengurangan jalannya cerita. Hal tersebut terkait dengan faktor narasi tetapi
dengan
B. METODE PENELITIAN
tidak
Penelitian
mengesampingkan faktor estetik. Eneste
penelitian
ini
kualitatif
termasuk dan
jenis
(1991:61-65)
penelitian pustaka. Dalam penelitian
mengatakan bahwa dalam proses
ini menggunakan penelitian benda
ekranisasi
terdapat
proses
mati. Subjek yang digunakan dalam
perubahan
yaitu
penciutan,
penelitian ini yaitu novel yang
dan
perubahan
berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa
merupakan
karya Hanum Salsabiela Rais dan
penghilangan bagian unsur dalam
Rangga Almahendra yang diterbitkan
novel yang tidak ditampilkan dalam
oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
film.
merupakan
Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
tambahan bagian unsur dalam film
diterbitkan pada tahun 2011 dengan
yang unsur tersebut tidak terdapat
jumlah 420 halaman.
penambahan, bervariasi.
dalam
Penciutan
Penambahan
novel.
tiga
Adapun
untuk
2
Selain itu, ada juga film 99
mendefinisikan penelitian kualitatif
Cahaya di Langit Eropa bagian 1
sebagai prosedur penelitian yang
dan bagian 2 yang diproduksi oleh
menghasilkan data deskriptif yang
rumah produksi Maxima Pictures
berupa kata-kata tertulis atau lisan
dengan
dari orang-orang dan pelaku yang
sutradara
Guntur
Soeharjanto. Film 99 Cahaya di Langit
Eropa
dirilis
pada
dapat diamati.
5
Sejalan
dengan
(2009:46-47)
Moleong,
Desember 2013 dengan durasi 1 jam
Ratna
mengatakan
39 menit. Adapun film 99 Cahaya di
metode penelitian kualitatif secara
Langit Eropa bagian 2 dirilis pada 6
keseluruhan memanfaatkan cara-cara
Maret 2014 dengan durasi 1 jam 37
penafsiran dengan menyajikannya
menit.
dalam bentuk deskripsi. Dalam ilmu Objek dalam penelitian ini
sastra, sumber datanya adalah karya,
dibatasi pada unsur intrinsik alur,
naskah, sedangkan data penelitiannya
tokoh, dan film yang terdapat dalam
sebagai data formal adalah kata-kata,
novel 99 Cahaya di Langit Eropa
kalimat dan wacana.
karya Hanum Salsabiela Rais dan
Validitas
yang
digunakan
Rangga Almahendra dan film 99
dalam penelitian ini adalah validitas
Cahaya di Langit Eropa bagian 1
semantis dan referensial. Validitas
dan bagian 2 karya sutradara Guntur
semantis yakni menafsirkan data-
Soeharjanto.
data verbal yang dapat dimaknai
Data penelitian ini diperoleh dengan
teknik
menonton
dan
membaca, teknik
sesuai konteksnya. Pemunculan data
teknik
secara berulang-ulang diperhatikan
mencatat.
konsistensinya. Validitas referensial
Instrumen utama yang digunakan
yaitu
dalam penelitian ini adalah peneliti
rujukan
itu
mengetahui
sendiri
(human
instrument).
menggunakan yang
buku-buku
memadai
untuk
permasalahan
yang
Teknik analisis data yang digunakan
diteliti
dalam
adalah
langsung melalui pembacaan buku-
endekatan kualitatif dengan metode
buku rujukan atau membaca ulasan-
deskriptif.
ulasan di media massa mengenai
penelitian
Moleong
ini
(2002:3)
3
dengan
cara
pengamatan
topik
yang
relevan
terhadap
penciutan ditemukan data sebanyak
yang
enam tokoh yang tidak ditampilkan
penelitian.Reliabilitas digunakan
adalah
reliabilitas
dalam
intrarater dan interrater.
film.
Kategorisasi
penambahan
ditemukan
aspek data
sebanyak tujuh penambahan tokoh C. HASIL
1.
PENELITIAN
dalam
DAN
film.
Adapun
PEMBAHASAN
kategorisasi
Hasil Penelitian
tokoh ditemukan data sebanyak enam
Secara keseluruhan, dalam
perubahan
untuk bervariasi
perubahan bervariasi tokoh.
proses ekranisasi novel ke bentuk
Dalam proses ekranisasi latar
film 99 Cahaya di Langit Eropa
pada kategorisasi aspek penciutan
yang dilakukan pada unsur alur,
ditemukan data sebanyak sembilan
tokoh, dan latar menunjukkan adanya
latar yang tidak ditampilkan dalam
proses penciutan, penambahan, dan
film. Kategorisasi aspek penambahan
perubahan bervariasi.
ditemukan
Hasil dari penelitian tersebut
data
penambahan
latar
sebanyak
tujuh
dalam
film.
yaitu dalam proses ekranisasi alur
Adapun
pada kategorisasi aspek penciutan
perubahan bervariasi latar hanya
ditemukan data sebanyak 13 bagian
ditemukan
dalam novel yang tidak ditampilkan
bervariasi latar.
dalam
film.
penambahan sebanyak dalam
Kategorisasi
satu
kategorisasi
data
perubahan
aspek
ditemukan
data
2.
Pembahasan
37
penambahan
scene
a.
Proses Ekranisasi Alur dalam
film.
Adapun
untuk
kategorisasi
aspek
Novel dan Film 99 Cahaya di
perubahan
Langit Eropa
bervariasi ditemukan data sebanyak 18
untuk
perubahan
yang
adalah bagian dari isi tetapi cara
dilakukan pada visualisasinya ke
peristiwa itu disusun adalah alur atau
bentuk film.
plot, yang merupakan bagian dari
Dalam tokoh
pada
bervariasi
Peristiwa dalam suatu novel
proses
ekranisasi
kategorisasi
bentuk.
aspek
Kalau
peristiwa-peristiwa
dalam novel dilihat secara terpisah
4
dari susunannya, efek artistiknya
berawal dari konflik tertentu, dan
menjadi tidak jelas (Wellek dan
berakhir pada pemecahan.
Warren, 1990: 159).
Secara keseluruhan, urutan
Nurgiyantoro (1988:141-145)
alur dalm novel dan film 99 Cahaya
mengatakan bahwa secara teoretis-
di Langit Eropa tidak mengalami
kronologis,
perubahan. Urutan alur baik dalam
tahap-tahap
pengembangan
plot,
yaitu
tahap
novel maupun film 99 Cahaya di
awal, tahap tengah dan tahap akhir.
Langit
Tahap awal sebuah cerita berisi
menggunakan
teknik
sejumlah informasi penting yang
karena
ditinjau
berkaitan dengan berbagai hal yang
penyusunan alur yang sama-sama
akan dikisahkan pada tahap-tahap
dimulai dari tahap awal, tahap tengah
berikutnya. Tahap tengah merupakan
konflik
tahap
berakhir
yang
menampilkan
pertentangan dan atau konflik yang
Eropa
dapat
sama-sama alur
maju,
dari segi
dan klimaks, kemudian pada
tahap
akhir/penyelesaian.
sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya,
menjadi
semakin
meningkat,
menjadi
semakin
Dalam hasil penelitian yang
menegangkan. Adapun tahap akhir
telah disajikan, untuk kategori aspek
merupakan tahap peleraian dengan
penciutan
menampilkan
deskripsi bagian. Deskripsi bagian
adegan
1) Aspek Penciutan
tertentu
sebagai akibat klimaks.
alur
berjumlah
13
tersebut terdapat dalam beberapa
Sejalan dengan itu, Sayuti
bagian yang berbeda dalam novel.
2000:57-58 mengatakan bahwa jika
Bagian-bagian tersebut antara lain:
ditinjau
penyusunan
B7, B11 dan B13¸ B17, B18, B28,
peristiwa atau bagian-bagian yang
B33, B35, B37, B41, B42, B50, B51
membentuknya, juga dikenal adanya
dan B52. Kategori aspek penciutan
plot
kronologis
ini dilihat dari tidak ditampilkannya
dimulai dari eksposisi, melampaui
bagian-bagian dalam novel tersebut
komplikasi
ke dalam film.
dari
kronologis.
dan
segi
Plot
klimaks
yang
5
Berikut salah satu data yang menunjukkan
adanya
penciutan
yaitu
alur
proses pada
2) Aspek Penambahan
saat
Dalam hasil penelitian yang
Hanum dan Rangga mengunjungi
telah disajikan, untuk kategori aspek
kedai Hasan.
penambahan
alur
berjumlah
37
deskripsi adegan. Deskripsi adegan …. Dia melambaikan tangannya mempersilakanku dan Rangga masuk ke kedainya untuk minum kopi. Aku dan Rangga hanya bisa saling pandang Rais, 2013:249. “Don’t worry…Iwill not serve you with this. This is for them, not for us…,”ujar Pak tua menunjuk daging babi di depannya Rais, 2013:249.
tersebut terbagi dalam 93 scene. Pengelompokan
pada setiap scenenya. Kategori aspek penambahan
ini
dilihat
dari
penambahan
cerita
dalam
film,
artinya cerita tersebut merupakan cerita tambahan dimana dalam novel tidak terdapat cerita tersebut.
Kutipan di atas merupakan
dan Stefan mengenai agama Islam.
Rangga
Perbincangan tersebut terdapat pada
melihat ada sebuah kedai yang sudah
S1, S16, S36, S48, S49, S50, S58,
buka di pagi hari. Deretan paha
S68, dan S100. Pada S1 diceritakan
daging babi menggantung di kaca
mengenai perbincangan Rangga dan
pajang kedai. Hanum dan Rangga
Stefan mengenai daging babi yang
yang merasa heran mendapati kedai
haram dalam agama Islam. Stefan
yang sudah buka di pagi hari
mempertanyakan mengapa daging
memandangi aktivitas penjual daging
babi
tersebut. Rangga bahkan sengaja memotret
aktivitas
pejual
menunjukkan
perbincangan antara Rangga, Khan,
dihilangkan. Dalam perjalanan ke dan
yang
adanya proses penambahan alur yaitu
cerita dalam novel pada B37 yang
Hanum
tersebut
berdasarkan topik cerita yang sama
Data
Mezquita,
adegan
haram
sedangkan
babi
untuk
ayahnya
dimakan
tetap
sehat
meskipun setiap hari makan daging
tersebut dan pada saat itulah mereka
babi.
ditawari untuk masuk ke kedainya.
6
Perbincangan
mengenai
dalam Islam diharuskan tertutup
agama Islam juga terjadi saat Stefan
dengan menggunakan kerudung dan
ingin menghampiri Rangga yang
tidak boleh bersentuhan dengan laki-
sedang
laki.
berdoa.
Erita
tersebut
terdapat pada S16 dalam film, saat itu
tiba-tiba
menegur
Khan
datang
Stefan
mengganggu
untuk
Rangga.
dan
3) Aspek Perubahan Bervariasi
tidak
Dalam hasil penelitian yang
Stefan
telah disajikan, untuk kategori aspek
mengatakan kepada Khan mengapa
perubahan
umat Islam sangat percaya dengan
berjumlah 18 variasi. Dalam novel,
kekuatan
yang
terdapat 15 bagian yaitu B1, B52,
adalah
B9, B14, B15, B15, B29, B25, B47,
berusaha. Berusaha untuk berbicara
B31, B35, B41, B51, B49, dan B50
dengan
mengalami perubahan bervariasi saat
doa
semestinya
padahal
dilakukan
Prof.
Reinhard
untuk
bervariasi
mengubah jadwal ujian bukan hanya
divisualisasikan
dengan berdoa saja.
Penggambaran
Pada
dalam
isualisasi
alur
film.
tersebut
diceritakan
terdapat pada 18 scene yaitu S 4, S6,
Stefan
S8, S26, S33, S34, S38, S44, S55,
mengenai umat Islam yang sering
S74, S94, S116, S117, dan S118.
disiksa
Islam
Kategori aspek perubahan bervariasi
diharuskan untuk menahan haus dan
ini dilihat dari adanya perubahan
lapar
penggambaran
mengenai
S50
ke
pada
pertanyaan
TuhanNya.
saat
sembahyang
Umat
bulan lima
berdesak-desakan
Ramadhan, waktu,
di
dan
cerita
dalam
visualisasinya ke bentuk film.
Mekkah.
Data
yang
menunjukkan
Rangga yang mendapat pertanyaan
adanya proses perubahan bervariasi
seperti itu dengan sabar menjelaskan
alur
kepada Stefan. Selanjutnya pada S68
pertama kali berkenalana dengan
yang
tentang
Fatma saat berada di Wina. Dalam
pertanyaan Stefan mengenai posisi
novel pada B1 diceritakan bahwa
wanita
Stefan
Hanum berkenalan dengan Fatma
mempertanyakan mengapa wanita
pertama kali saat berada di kelas
menceritakan
dalam
Islam.
7
yaitu
terjadi
saat
Hanum
bahasa Jerman. Perubahan terjadi
banyak
dalam visualisasi penggambaran di
berhubungan
film
yang lain, ia sangat menentukan
pada
S4
yaitu
berkenalan dengan
Hanum
Fatma untuk
diceritakan
perkembangan
dan
dengan
plot
selalu
tokoh-tokoh
secara
pertama kalinya di kursi pinggi jalan
keseluruhan. Di samping itu, selain
setelah selesai kursus bahasa Jerman.
adanya pemunculan tokoh utama
Saat itu Fatma sedang menunggu bus
terdapat
untuk
Pemunculan tokoh-tokoh tambahan
menjemput
Ayse
pulang
sekolah.
pula
tokoh
tambahan.
dalam keseluruhan cerita tentu lebih sedikit, tidak terlalu dipentingkan, Tokoh
dan kehadirannya jika hanya ada
dalam Novel dan Film 99
kaitannya dengan tokoh utama baik
Cahaya di Langit Eropa
itu secara langsung maupun tidak
b. Proses
Ekranisasi
Menurut
Sudjiman
via
langsung (Nurgiyantoro, 1998:176-
Budianta, 2002:86, tokoh adalah
177).
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai
peristiwa
dalam
1) Aspek Penciutan
cerita.
Dalam hasil penelitian yang
Tokoh-tokoh dalam sebuah fiksi
telah disajikan, untuk kategori aspek
dapat dibedakan ke dalam beberapa
penciutan tokoh berjumlah 6 tokoh.
jenis penamaan berdasarkan dari
Penciutan 6 tokoh tersebut terdapat
sudut mana penamaan itu dilakukan.
dalam 8 bagian yang berbeda dalam
Salah satunya adalah tokoh utama
novel. Bagian-bagian tersebut antara
dan tokoh tambahan.
lain: petugas museum Wina pada B8,
Tokoh utama adalah tokoh
Oznur pada B9, Hasan pada B37,
yang
diutamakan
Sergio pada B41, Luiz pada B42, dan
dalam
cerita.
penceritaannya utama
Ranti Tobing pada B49. Kategori
merupakan tokoh yang paling banyak
aspek penciutan tokoh ini dilihat dari
diceritakan, baik sebagai
pelaku
tidak ditampilkannya tokoh-tokoh
kejadian
dikenai
dalam bagian novel tersebut ke
maupun
Tokoh
yang
kejadian. Karena tokoh utama paling
dalam film.
8
Berikut salah satu data yang menunjukkan penciutan
adanya
yaitu
Hanum
proses
dan
Rangga
untuk
berkunjung di kedainya. Saat itulah
dihilangkannya
Hasan
menceritakan
bahwa
dia
tokoh Hasan. Saat Hanum dan
merupakan
seorang
muslim
dan
Rangga berada di Cordoba, terjadi
pilihannya
menjual
daging
babi
penciutan alur saat mengunjungi
dikarenakan sangat sulit mencari
kedai Hasan dan berkeliling di
pekerjaan di Spanyol.
sekitar Mezquita. Oleh sebab itu secara otomatis terjadi penciutan
2) Aspek Penambahan
tokoh Hasan pada bagian tersebut.
Dalam tabel hasil penelitian
Berikut kutipan yang menunjukkan
yang telah disajikan, untuk kategori
adanya tokoh Hasan dalam novel.
aspek penambahan tokoh berjumlah 7
tokoh.
Penambahan
7
tokoh
tersebut muncul pada 17 scene dalam
‘’…. Jangan khawatir, cangkir kalian dicuci terpisah dari barang dan benda yang berbau babi…. Namaku Hassan,” Pak tua akhirnya memperkenalkan dirinya. Rais, 2013:249.
film.
Pembagian
scene
tersebut
antara lain: tokoh Prrof. Reinhard muncul pada S21, 103, dan S113, tokoh Guru Ayse muncul pada S7, S9, dan S54, tokoh Leon muncul pada S7, S69, S72, dan S88, tokoh
Kutipan di atas merupakan
Alex muncul pada S12, S30, dan
kutipan dalam novel pada B37 yang
S37, tokoh Fatin muncul pada S56,
memunculkan tokoh Hasan. Tokoh Hasan sebagai
dalam
novel
seorang
tokoh Ayah Khan muncul pada S57
diceritakan
muslim
dan S101, dan tokoh Ibu Khan mucul
yang
pada
menjual daging babi. Saat itu Hanum
aspek
munculnya tokoh-tokoh dalam film
ke Mezquita memotret Hasan saat melakukan
Kategori
penambahan tokoh ini dilihat dari
dan Rangga yang akan berkunjung
sedang
S101.
dan tokoh tersebut tidak terdapat
aktivitasnya
dalam novel.
berjualan daging babi. Hasan yang
Data
mengetahui hal tersebut meminta
yang
menunjukkan
adanya proses penambahan tokoh
9
yaitu ditambahkannya tokoh Prof.
Dalam tabel hasil penelitian
Reinhard. Prof. Reinhard merupakan
yang telah disajikan, untuk kategori
dosen di kampus Rangga yang
aspek
merekomendasikannya mendapatkan
berjumlah 7 tokoh. Kategori aspek
beasiswa untuk melanjutkan studi di
perubahan bervariasi dilihat dari
Austria. Pada S21 menggambarkan
adanya perubahan
pemunculan tokoh Prof. Reinhard
tokoh dalam film. Tokoh Hanum
dalam
memberitahu
pada B2 divariasi dalam S14, pada
Rangga bahwa dia menyukai riset
B15 divariasi dalam S33, pada B38
yang dilakukan oleh Rangga dan
divariasi dalam S96, dan pada B51
meminta
unuk
divariasi dalam S116. Tokoh Fatma
mempresentasikannya di Paris. Saat
pada B8 divariasi dalam S23, pada
itu kedatangan Rangga adalah untuk
B51 divariasi dalam S116. Tokoh
membicarakan menegenai ujian yang
Aisye pada B1 divariasi dalam S7,
diadakan pada hari Jum’at.
dan B2 divariasi pada S14. Tokoh
film
ketika
Rangga
Selain S21, terdapat 2 scene yang
menunjukkan
perubahan
bervariasi
penggambaran
Latife dan Ezra pada B9 divariasi
pemunculan
dalam S26. Tokoh Hashim pada
tokoh Prof. Renhard yaitu S103 dan
B15divariasi dalam S33, dan tokoh
S113.
Baran pada B51 divariasi dalam
Pada
S103
menunjukkan
pemunculana tokoh Prof. Reinhard
S116.
pada saat Rangga meminta ijin
Data
yang
menunjukkan
kepada Prof. Reinhard supaya Khan
adanya proses perubahan bervariasi
maju ujian desetasi terlebih dahulu
tokoh yaitu perubahan bervariasi
menggantikan dirinya. Adapun pada
pada
S113
menunjukkan
perubahan bervariasi pada tokoh
tokoh
Prof.
Reihard
pemunculan pada
saat
Hanum
tokoh
Hanum.
terdapat
Dalam
perubahan
memberi ucapaan selamat kepada
penampilan tokoh. Perubahan terjadi
Rangga atas pidatonya pada saat
pada saat bertemu dengan Imam
acara wisuda.
Hashim di Viena Islamic Centre. Dalam novel pada B15 diceritakan bahwa
3) Aspek Perubahan Bervariasi
10
Hanum
tidak
memakai
kerudung ssaat Imam Hashim datang
latar. Penciutan 9 latar tersebut
menemuinya. Saat itu Imam Hashim
terdapat dalam 11 bagian yang
meminta Hanum memakai kerudung
berbeda dalam novel. Bagian-bagian
saat memasuki masjid. Perubahan
tersebut
bervariasi muncul dalam film, pada
Schoenbrunn pada B7, Rathus Fan-
S33
Hanum
Zone pada B11 dan B13, Le Grande
mengalami perubahan yaitu sudah
Mosque de Paris pada B28, museum
memakai kerudung saat bertemu
Scharzkammer
dengan Imam Hashim di Viena
Maimonides pada B35 dan B36,
Islamic Centre.
kedai Hasan pada B37, istana Al-
visualisasi
tokoh
antara
lain:
pada
B33,
istana
hotel
Hambra pada B42, Topkapi Palace c.
Proses Ekranisasi Latar dalam
pada B51, dan rumah Fatma di
Novel dan Film 99 Cahaya di
Istanbul pada B52. Kategori aspek
Langit Eropa
penciutan latar dilihat dari tidak
Latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya
peristiwa
ditampilkannya latar dalam bagian
yang
novel tersebut ke dalam film.
diceritakan dalam suatu karya fiksi. Unsur
tempat
mungkin dengan
yang
berupa nama
Berikut salah satu data yang
digunakan
menunjukkan
tempat-tempat tertentu,
adanya
proses
penciutan latar yaitu penghilangan
inisial
latar di Kedai Hasan.
tertentu, mungkin lokasi tertentu Hanya ada satu kedai yang sudah buka, persis di sudut belokan menuju Mezquita. Kedai itu menjual barang dagangan yang tak biasa bagi penglihatanku Rais, 2013:247.
tanpa nama jelas. Penggunaan tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1998:227-228).
Kutipan di atas merupakan
1) Aspek Penciutan
kutipan dalam novel pada B37 yang
Dalam tabel hasil penelitian
menunjukkan latar di kedai Hasan.
yang telah disajikan, untuk kategori
Dalam
aspek penciutan latar berjumlah 9
11
novel
diceritakan
bahwa
sebelum
mengunjungi
Mezquita,
latar antara lain: apartemen Hanum
Hanum dan Rangga berkunjung ke
dan Rangga sebanyak 12 scene,
kedai
Hasan
sekolah Aisye sebanyak 3 scene,
merupakan satu diantara kedai di
kampus Rangga sebanyak 30 scene,
Cordoba yang sudah buka. Kedai itu
apartemen Khan sebanyak 1 scene,
menggelar dagangan seperti paha dan
Rumah Sakit sebanyak 4 scene,
bagian-bagian lain dari babi seperti
Menara Eiffel sebanyak 1 scene, dan
kulit, kepala, hingga jeroannya yang
makam Aisye sebanyak 1 scene.
digantung di kaca pajang.
Kategori aspek penambahan latar ini
Hasan.
Kedai
Dalam
diceritakan
dilihat dari munculnya latar dalam
bahwa setibanya di Cordoba, Hanum
film dan latar tersebut tidak terdapat
dan Rangga langsung mengunjungi
dalam novel
Mezquita sedangkan dalam novel
Data
diceritakan
film
bahwa
sebelum
yaitu
Rangga
Kampus
di
menunjukkan
adanya proses penambahan latar
mengunjungi Mezquita, Hanum dan menginap
yang
hotel
ditambahkannya Rangga.
latar Pada
di S36
Maimonides dan keesokan harinya
menceritakan saat Rangga, Stefan,
berkunjung ke kedai Hasan. Oleh
dan
sebab itu secara otomatis terjadi
pelarangan bagi turis asing untuk
penciutan
melakukan
pada
latar
di
hotel
Khan
berdiskusi
ibadah
Mezquita.
Maimoides dan kunjungan ke kedai
Diskusi
Hasan.
perpustakaan kampus. Selain S36, terdapat
tersebut
di
mengenai
lagi
dilakukan
30
scene
di
yang
menunjukkan pemunculan latar di
2) Aspek Penambahan Dalam tabel hasil penelitian
kampus Rangga yaitu S1, S16, S36,
yang telah disajikan, untuk kategori
S47, S48, S49, S50, dan S58 yang
aspek penambahan latar berjumlah 7
meceritakan diskusi antara Rangga,
latar. Penambahan 7 latar tersebut
Stefan, dan Khan mengenai agama
terdapat pada 53 scene yang berbeda
Islam,
dalam film. Pembagian scene yang
menceritakan
menunjukkan adanya penambahan
ruang beribadah oleh pihak kampus,
12
S3,
S5,
dan
tentang
S76
yang
penyediaan
S10, S21, S25, dan S32 yang
bervariasi yaitu atar saat di museum
menceritakan
Wina pada B8 divariasi dalam S23.
mengenai
konflik
jadwal ujian yang bertepatan dengan
Dalam
novel
diceritakan
sholat jum’at, S60 dan S61 yang
bahwa pada saat itu lampu museum
menceritakan saat Rangga harus
mati dan Hanum harus meraba-raba
mengulang
yang
dan memanfaatkan setitik cahaya
Khan
yang
wudhu,
menceritakan
S64
saat
ada
saat
mencari
Fatma.
memperingatkan Rangga untuk tidak
Perubahan bervariasi muncul dalam
terlalu dekat dengan Marjaa , S71
film pada gambar 13. Gambar 13
dan S83 yang menceritakan proposal
merupakan S23 yang menunjukkan
desertasi Marjaa, S75 dan S79 yang
bahwa latar di museum Wina pada
menceritakan undangan pesta dansa
saat Hanum terpisah dengan Fatma
oleh prof. Reinhard, S74, S81 dan
tidak menggambarkan keadaan gelap
S82
karena mati lampu. Dalam gambar
yang
menceritakan
konflik
penggunaan microwive, S89 dan S90
13
yang menceritakan misi Rangga
penggambaran
mendamaikan
mengalami
S102,
Stefan
dan
Khan,
dan
S104
yang
S103
dapat
dilihat latar
bahwa
dalam
perubahan
film
bervariasi
yaitu lampu museum tetap menyala.
menceritakan ujian desertasi Khan.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
pencahayaan yang terang pada saat Hanum mencari Fatma.
3) Aspek Perubahan Bervariasi Dalam hasil penelitian yang telah disajikan, untuk kategori aspek
D. PENUTUP
perubahan bervariasi latar berjumlah 1
variasi
latar.
Kategori
1.
aspek
Berdasarkan hasil penelitian
perubahan bervariasi dilihat dari adanya perubahan
dan
penggambaran
hanya
bervariasi
terdapat
satu
pada
pembahasan
tentang
proses
ekranisasi unsur alur, tokoh, dan latar
latar dalam film. Untuk kategori perubahan
Kesimpulan
dalam novel 99 Cahaya di Langit
latar
Eropa karya Hanum Salsabiela Rais
perubahan
dan Rangga Almahendra ke bentuk
13
film 99 Cahaya di Langit Eropa
penonton
karya sutradara Guntur Soeharjanto,
perbedaan-perbedaan yang muncul di
dapat disimpulkan sebagai berikut.
antara keduanya secara objektif.
Proses
ekranisasi
alur
secara
dapat
Kedua,
memperhatikan
bagi
penelitian
keseluruhan masih relevan dangan
selanjutnya, penelitian ini belum
cerita yang ada dalam novel, hanya
menggunakan transkrip film dan baru
saja pada visualisasi dalam film
menggunakan sinopsis pada setiap
dibuat lebih menarik.
Banyak
scene dalam film, sehingga untuk
konflik yang dimunculkan sehingga
penelitian dengan jenis yang sama
alur dalam film tidak monoton
yaitu
seperti dalam novel. Kemunculan
khususnya novel ke dalam bentuk
konflik tersebut untuk menambah
film dapat menggunakan transkrip
esensi film sehingga penonton akan
film
terbawa masuk dalam alur cerita.
pengambilan data.
transformasi
sebagai
karya
acuan
sastra,
dalam
Proses ekranisasi tokoh dan latar dalam novel ke bentuk film 99
DAFTAR PUSTAKA
Cahaya di Langit Eropa dilakukan
Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan
karena mengikuti alur dalam film.
2.
Film. Flores: Nusa Indah. H.T., Faruk. 2001. Beyond Imagination: Sastra Mutakhir dan Ideologi. Yogyakarta: Gama Media.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang
telah
diuraikan,
beberapa
saran
dikemukakan sebagai
Nugroho, Garin. 1995. Kekuasaan dan Hiburan. Yogyakarta: Bentang Budaya.
berikut.
Pertama, hasil penelitian mengenai proses ekranisasi karya sastra ke
Moleong, Lexy J. 2008. Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
dalam film dapat dijadikan alternatif untuk menambah apresiasi sastra dan
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
upaya
memperbandingkan
film adaptasi dengan karya aslinya. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi Edisi Revisi.
Dengan demikian, pembaca dan
14
Yogyakarta: Gadjah University Press.
Mada Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teeori Kesusastraan Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
15