ANALISIS NARASI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Skripsi Untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
DisusunOleh: Atik Sukriati Rahmah NIM: 1110051000082
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Desember 2014
Atik sukriati Rahmah
`
iii
ABSTRAK Atik Sukriati Rahmah (1110051000082) Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara sekuler seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan kesalahpahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.Melalui potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa yang menjadi minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum muslim di Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain. Dari latar belakang di atas, maka munculah beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut adalah Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya di Langit Eropa? Dan Bagaimana Komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim eropa. Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti. Teori yang digunakan adalah analisis narasi (narrative analysis) modelTvzetan Todorov, memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal, tengah, dan akhir.Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha ‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.Subjek penelitian ini adalahfilm 99 Cahaya Di Langit Eropa, sedangkan Objek penelitian ini adalahpotongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa. Penemuan dari penelitian dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa sangat jelas digambarkan bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama, dan denganyang berbeda keyakinan.Setiap tahun aksi diskriminasi terhadap umat Islam kian parah. Namun demikian patut disayangkan bahwa pembela HAM di Eropa selama ini hanya merasa cukup melakukan observasi pelanggaran hak asasi manusia di luar Eropa, khususnya negara-negara yang bersebrangan dengan kebijakan barat. Diskriminasi yang diterima kelompok minoritas ini dalam hal mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan dan perlindungan. Keyword: Narasi, Masyarakat Muslim, Eropa, Sejarah, Budaya.
`
iv
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat, iman, islam, rezeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaat di hari akhir nanti. Amin ya rabbal alamin. Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik, dan kekuatan mental untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis NarasiFilm 99 Cahaya di Langit Eropa. Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Faklutas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto. M.Ed. Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rachmat Baihaki, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, baik dari segi
`
v
keilmuan maupun tulisan. Semoga ibu selalu diberikan limpahan karunia dan nikmat serta senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 5. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Rangga Almahendra dan Ibu Hanum Salsabiel Rais selaku penulis dari novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang telah menyempatkan waktunya menjadi narasumber dalam penelitian ini 7. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Alwi Jamalulail dan Ibunda Nurhayati Terimakasih atas pengorbanan materi yang tidak terhitung banyaknya, dorongan semangat, serta do’a yang terus dipanjatkan demi kelancaran menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan Kelas KPI C dan teman-teman jurusan KPI angkatan 2010, Indah, Anis, Dede, Lia, Ida, Dyah, Heni, Elis, Siska, terimakasih atas tawa dan tangis yang diberikan selama ini, semoga kebahagiaan akan turut serta dalam langkah kita kedepan nanti. 9. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan . Atas kekurangan dalam penulisan penelitian ini, penulis mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Akhir kata terimakasih penulis ucapkan untuk para Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak ilmunya, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah. Jakarta, 2 Desember 2014
Atik Sukriati Rahmah
`
vi
DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................... LEMBARAN PERNYATAAN ................................................................... ABSTRAK................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
`
i ii iii iv v vii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................. D. Manfaat Penelitian ................................................................ E. Metodologi Penelitian ........................................................... F. Tinjauan Pustaka ................................................................... G. Sistematika Penulisan ...........................................................
1 7 7 7 8 14 16
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP A. Definisi Analisis Naratif........................................................ B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov ................................ C. Konsep Tentang Film ............................................................ 1. Pengertian Film ............................................................... 2. Jenis Film........................................................................ 3. Klasifikasi Film............................................................... D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya .................................... E. Persepsi dan Budaya ............................................................. F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya .............................. G. Pelaku kebudayaan................................................................ H. Hubungan Antarbudaya ........................................................
17 18 23 23 25 26 30 32 33 35 35
GAMBARAN UMUM FILM 99 CAHAYA DILANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS A. Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ............................................. B. Masyarakat Muslim di Eropa ................................................ C. Sekilas Tentang Tvzetan Todorov ......................................... D. Sinopsis Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ............................... E. Tanggapan Terhadap Fim 99 Cahaya Dilangit Eropa.............
38 47 50 51 51
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Alur Awal, Tengah dan Akhir Cerita pada Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ...................................................... B. Analisis Komunikasi Antaragama dan Budaya masyarakat Muslim Eropa......................................................
vii
54 63
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ B. Saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
`
viii
81 84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era informasi seperti saat ini, media massa telah menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dalam kehidupannya, manusia membutuhkan informasi untuk menunjang proses interaksi dengan manusia lain. Informasi yang dibutuhkan oleh manusia tersebut dapat diperoleh dari media massa yang setiap harinya memproduksi dan menyebarluaskan informasi tersebut melalui berbagai bentuk media informasi yang tergolong dalam media massa umum (mainstream). Mulai dari media cetak, media elektronik dan juga media online (internet) yang akhir-akhir ini menjadi pilihan masyarakat modern karena kecepatan akses informasi yang dapat diperoleh. Namun, penyampaian sebuah informasi tidaklah hanya terbatas melalui media-media mainstream seperti yang telah disebutkan di atas. Film yang dianggap oleh banyak orang hanya sebagai media hiburan, sebenarnya adalah salah satu media yang juga digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memilki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar telah dibikin lenyap.
1
2
Ini berarti bahwa permulaan dari sejarahnya, film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke19. Film mencapai puncaknya antara Perang Dunia I hingga Perang Dunia II, namun merosot tajam setelah munculnya medium televisi.1 Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi para penontonnya. Film
adalah
media
komunikasi
yang
paling
efektif
untuk
menyampaikan suatu pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan,dan ilmu yang tentunya bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah cerita. Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari 1
h. 12.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya 2006),
3
sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.2 Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau cinemarthograpie berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos (cahaya) dan grapie (tulisan, gambar dan citra). Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor.3 Sadar akan kemampuan potensi media film dalam konstruksi pesan, akhir-akhir ini di Indonesia muncul film yang bernuansa dakwah atau paling tidak film tersebut bergenre Islami. Pesan dakwah merupakan pesan agama yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan proses yang berjalan (makro proses) dan holistic.4 Film 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan sebuah novel yang diangkat dari perjalanan pengarang setelah ia tinggal di Eropa selama tiga tahun. Awalnya pengarang hanya menyimpan di dalam hati tentang keindahan Eropa, namun ia merasa berkewajiban untuk menulisnya dalam sebuah karya sastra guna orang lainpun mengetahui keindahan sesungguhnya yang berada di negara Eropa.
2
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992), h.6. 3 Pranajaya, Film dan masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992),h.19. 4 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 80-81.
4
Film ini menceritakan betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Film ini juga memperkenalkan kita pada tempat-tempat ziarah baru, yang ternyata merupakan misteri tentang Islam. Dan pada akhirnya Eropa bukanlah Eiffel, Mozart Collosoum, Tembok Berlin maupun negeri yang kaya dengan nuansa romansanya melainkan tidak lain Eropa adalah tempat ziarah baru bagi umat Islam. Yang menarik dari film ini bukanlah konflik dalam rumah tangga atau kisah romansa maupun cerita poligami, adalah hal yang biasa ditemui dalam tema-tema penulisan cerita. Melainkan hal-hal yang baru kita temui dalam sejarah Islam. Negara yang kental dengan budaya barat ternyata tersimpan sejuta cerita baru tentang Islam. Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara sekuler seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan kesalah pahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat Muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masamasa sebelumnya. Namun, sesungguhnya di balik segala kerumitan tersebut, sejarah menunjukkan bahwa Islam menawarkan solusi yang cukup sederhana, yaitu toleransi dan kebaikan. Kira-kira refleksi inilah yang menjadi fondasi bagi penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum Salsabiela Rais, dalam menceritakan perjalanannya di Eropa bersama sang suami, Rangga
5
Almahendra. Bagi Hanum, perjalanan yang ia lalui beberapa tahun yang lalu ini merupakan sebuah petualangan yang mengubah hidupnya. Aspek universal inilah yang berusaha ditonjolkan oleh orang-orang di balik produksi film ini. Salah satu kru dari Alim Studio yang terlibat dalam proses produksi mengatakan bahwa ia setuju jika film ini tidak dikategorikan sebagai film religi, namun sebagai film sejarah. Ia menyebutkan bahwa hal utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah pentingnya hidup berdampingan dan damai dengan segala perbedaan agama yang ada. Sejak ratusan tahun yang lalu, lewat situs-situs bersejarah dalam film ini sebagai saksinya, Islam sudah membuktikan bahwa pendekatan yang toleran dan damailah yang membawa Islam kepada kejayaan, dan kekerasanlah yang pada akhirnya meruntuhkan kekuasaan Islam di Eropa. Sebagai agama mayoritas di Indonesia, aspek-aspek toleransi ini harus dijunjung oleh masyarakat mengingat Indonesia adalah negara yang sangat plural dan multikultural. Melalui potret kehidupan masyarakat Muslim di Eropa yang menjadi minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum Muslim di Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain.
6
Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengadangada. Beda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara bertuturnya tidak membosankan, diselingi komedi. Drama produksi Maxima Pictures ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto menggunakan naskah olahan Alim Sudio bersama Hanum dan Rangga. Sebagai tontonan adaptasi bernuansa Islami, film ini berhasil membawa ruh buku ke dalam filmnya. Sedikit preachy di beberapa bagian, namun mampu membuai sasaran penonton yang dituju dengan mulus. Visualisasi yang ditampilkan begitu cantik bersinergi dengan napas cerita yang memang menyorot tempat-tempat menawan di Wina dan Paris. Kekurangan film yang paling tampak adalah pada urusan naskah. Sebagai bagian pertama dari dwilogi yang direncanakan, ceritanya kurang mengikat emosi. Namun tetap saja, ada hal menarik yang akan di dapat ketika keluar dari bioskop. Selain ingin berjalan-jalan ke luar negeri, muncul keinginan untuk mengenal Islam lebih dekat. Peneliti tertarik meneliti Film 99 Cahaya Di Langit Eropa karena film tersebut sarat dengan informasi tentang sejarah Islam di Eropa. Film ini menjadi bestseller dan mendapatkan pujian dari beberapa tokoh. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti alur cerita dan karakter tokoh yang terdapat dalam film. Penelitian ini berjudul “Analisis Narasi Film 99 Cahaya Di Langit Eropa”.
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasan dalam skripsi ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi dan penokohan pada film ’99 Cahaya Di Langit Eropa' 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian ini: a. Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya Di Langit Eropa? b. Bagaimana komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pada alur cerita awal, tengah, akhir cerita film 99 Cahaya di Langit Eropa. b. Untuk mengetahui komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.
8
a. Manfaat akademis: Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film kepada pembaca mengenai kehidupan antar agama dan budaya Indonesia dan Eropa, antara Barat dan Timur (Islam) dan juga dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa. b. Manfaat Praktis: Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran. Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya. 3. Metodologi Penelitian a. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
9
normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Dalam konteks konstruktivisme, peneliti memilki tujuan utama, yakni berusaha memaknai (menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini.6 b. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.7 Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain pengukuran. Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa . 5
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.9. 6 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010),h. 11-12. 7 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.3.
10
c. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis narasi (narrative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).8 Metode analisis narasi berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan “Apa” (what), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terkandung dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis narasi tidak hanya mengetahui isi teks. Tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan lewat cerita. Macam apa yang disampaikan. Analisis narsi lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan di teliti. Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah sebagai Pertama, teori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media apapun dan budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu.
Kedua,
tetapi
media
tertentu/khusus
mampu
untuk
“menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001). h. 18.
11
suatu cerita dari harapan tersebut.9 Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha ‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.10 d. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah film 99 Cahaya Di Langit Eropa, sedangkan Objek penelitian ini adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya yang ingin disampaikan di dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa e. Teknik Pengumpulan Data 1) Catatan Arsip (Archival Record) Data yang diperoleh dari rekaman video film “99 Cahaya Dilangit Eropa” Rekaman berasal dari DVD ini kemudian dibagi per scene dan dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. Dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, kamus, Internet, dan lain sebagainya, yang membahas tentang film secara umum dan khusus 9
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.32. 10 Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.36.
12
film ini, atau tentang narasi itu sendiri. 2) Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan terkait dengan analisis narasi. Internet atau instansi lain yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi dalam penelitian ini. 3) Observasi Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan Observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi ini dilakukan tanpa guide observasi. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan mengembangkan daya pengamatan. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut11. Secara langsung peneliti akan menonton dan mengamati dialog-dialog peradegan dalm film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan. 4) Wawancara a)
Wawancara Mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan berulang-ulang secara
11
Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 106
13
intensif. b)
Wawancara Terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan pedoman wawancara, yang merupakan bentuk spesifik yang berisi intruksi yang mengarahkan
peneliti
dalam
melakukan
wawancara.
Wawancara jenis ini juga dikenal dengan wawancara sistematis atau wawancara terpimpin. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis wawancara mendalam, peneliti langsung mewawancarai narasumber, yaitu penulis novel sekaligus naskah yaitu Rangga Almahendra. 5) Teknik Analisis Data Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Vladimir Propp dan Tzevetan Todorov yaitu meneliti dari alur cerita dan karakter tokohnya. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jadi, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.12 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak 12
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. Ke 16, h.136
14
hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya. 6) Pedoman Penulisan skripsi Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007.
D. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul penelitian yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut: Pertama “Analisis Isi Peran Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais” oleh Renita Azhari tahun 2013, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Jakarta.Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam objek pembahasannya, yaitu film ini sendiri. Namun, karya Renita ini memiliki perbedaan dalam hal penggunaan metode analisis. Bila Renita menggunakan analisis semiotik, maka penelitian ini dengan analisis narasi.13
Dwita Apriliani, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
13
Renita Azhari, “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Dilangit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2011).
15
Menemukan adanya teori yang sama terhadap “Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw”. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori yang sama. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Dwita Apriliani membahas buku “Udah, Putusin Aja Karya Felix Yanwar Siauw”. Sedangkan, penulis membahas film “99 Cahaya Di Langit Eropa” dalam aspek KAB.14 Hilman Fauzi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “ Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul objek. Penelitian ini membahas tentang seperti apa karakter para tokoh dalam film tersebut, bagaimana cerita di awal, tengah, dan akhir film, dan seperti apa sifat-sifat yang berlawanan pada film tersebut.15 Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi di atas dan sama meneliti tentang film, akan tetapi skripsi ini memiliki perbedaan dari skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus bagaimana Perspektif Komunikasi antaragama dan budaya yang ditampilkan dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa” Selain itu, penelitian ini menggunakan analisis narasi menurut Tvzetan Todorov yang terdiri atas alur cerita awal, tengah, dan akhir. 14
Dwita Apriliani, “Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw” ( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. 15 Hilman Fauzi, “Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
16
Selain itu, pada Bab Tiga teori Vladimir Propp digunakan sepintas untuk identifikasi delapan karakter tokoh. Penelitian ini ingin mengkaji kehidupan dalam film tersebut yang dinarasikan dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa
E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut: Pendahuluan yang merupakan bab 1 menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. Selanjutnya kerangka pemikiran yang ditempatkan pada bab 2 membahas tentang Definisi Analisis Narasi, teori mengenai analisis narasi menurut Tvzetan Todorov, pengertian film, jenis dan klasifikasi film, pengertian
komunikasi
antarbudaya
dan
bentuk-bentuk
komunikasi
antarbudaya. Pada bab berikutnya (bab 3), memaparkan secara umum gambaran tentang film 99 Cahaya di Langit Eropa, Masyarakat muslim di eropa, synopsis film 99 Cahaya di Langit Eropa, sekilas tentang Tvzetan Todorov. Serta tanggapan mengenai film tersebut. Bab 4 Sebagai temuan analisis narasi terhadap data dari film 99 Cahaya di Langit Eropa tentang penarasian. Akhirnya penutup (bab5) memaparkan tentang kesimpulan, saransaran serta bagian terakhir memuat tentang daftar pustaka dan lampiran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Analisis Naratif Narasi berrasal dari kata Latin narre,yang artinya “membuat tahu.” Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.1 Teori naratif merupakan teori yang membahas tentang perangkat dan konvensi dari sebuah cerita. Cerita yang dimaksud bisa dikategorikan fiksi atau fakta yang sudah disusun secara berurutan. Hal ini memungkinkan khalayak untuk terlibat dalam cerita tersebut. Pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu pembuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu, menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan uraian tersebut, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindaktanduk moral yang dijalani dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Definisi menarik tentang narasi di ungkapkan oleh Bragnigan, yakni narasi adalah cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi penyebab dan memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal, tengah, dan akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.2 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis naratif adalah 1
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.1. 2 Braston dan Stafford, The Media Student’s Book (London: Routledge, 2003), h. 33.
17
18
analisis yang digunakan untuk memberi tahu atau mengelola struktur sebuah cerita, baik cerita fiksi maupun fakta yang di dalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut penggambaran, dan lainnya secara berurutan. Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam: a) narasi menurut Todorov, memiliki alur awal, tengah, dan akhir, b) sedangkan menurut Propp, suatu cerita pasti memiliki karakter tokoh, c) sementara menurut Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d) terakhir narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.3 Namun, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Todorov, karena film ini masuk kategori drama, ini akan digunakan di Bab empat nanti.
B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan”
di
mana
beberapa
potensi
pertentangan
berusaha
“diseimbangkan”- pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara.4 Narasi berisi penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih dan di susun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.5Narasi adalah proses dan efek dari merepresentasikan waktu dalam teks.6 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan
3
GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h. 56-57. Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, 2003,h. 36. 5 GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h.38. 6 Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra, 2009), h. 174. 4
19
pada kesinambungan peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir.7 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi dari produk yang akan dijual.Tidak perlu dipersoalkan, bahwa akhir narasi masih menimbulkan persoalan baru lagi. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan sebagi berikut. Diagram 2.1 Diagram Alur Film8 Awal
tengah
akhir
Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu 7 8
145.
GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 36. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.
20
merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.9 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu ini dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut: 1. Alur Cerita Awal Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus mengandung
sistem-sistem
yang
mudah
meledak
atau
mampu
meledakkan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan atau kekompleksannya tergantung dari matra yang berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain, dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibat-akibat yang ditimbulkannya serta rangkaian-rangkaian kejadian selanjutnya.10 Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan
9
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151.
10
21
selanjutnya.11 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian pembaca atau penonton. 2. Alur Cerita Tengah Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan
yang
berusaha
meningkatkan
ketegangan,
atau
menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.12 Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.13 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas. 3. Alur Cerita Akhir Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa 11
Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h.56. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 13 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56. 12
22
akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatankekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.14 Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindak-tanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh.15 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama. Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement. 16 Dalam bagian ini konflik akhirnya dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya. Secara sederhana, skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai berikut:
14
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154. Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56. 16 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 15
23
Skema 2.1 Skema pembagian tiga waktu dalam narasi Ekuilibrium
Ekuilibrium17
Kekacauan
C. Konsen Tentang Film 1. Film Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung
suatu nilai
baik positif ataupun
negatif,
sehingga
mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson dan Bordwell18 sebagai berikut: Bagan 2.1 Sistem-sistem dalam film Film form Interacts with Formal system
Non-narrative Categorial Rhetorical Abstract Associational
Narrative
Stylistic system
Patterned and significant use of techniques: Mise en scene Cinematography Editing Sound
Sumber: (Thompson and Bordwell, 2006:118). 17
Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra, 2009), h. 184. 18 Bordwell, David and Thompson Kristin.Film Art an Introduction, Fourth Edition (Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006), h. 118.
24
Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan sistem gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif (cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang memiliki rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimental, dan sebagainya. Namun, peneliti tidak menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film, baik formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem-problem yang kuat dan menarik.19 Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise enscene, cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), dan pelakonan (acting).20 Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar 19
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 48-49. 20 Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 121.
25
kamera menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography terdiri atas aspek pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan, dan durasi (duration) adegan.21 Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil, dipilih, diolah, dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh.22 Dalam tahap editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara. Sound merupakan aspek sinematis yang tidak kalah pentingnya dengan aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dalam kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik, dan efek suara.23 Namun, peneliti tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic) peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film 99 Cahaya Di Langit Eropa dalam perspektif komunikasi antaragama dan budaya. 2. Jenis dan Klasifikasi Film a.
Jenis-jenis film Secara umum pembagian jenis film didasarkan atas cara bertuturnya, yakni naratif (cerita) seperti film fiksi dan non-naratif
21
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168. Pratista, Himawan, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123. 23 Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 272.
22
26
(non-cerita) seperti film documenter dan film eksperimental. Berikut penjelasan jenis-jenis film: 1) Film
Dokumenter,
adalah
film
dengan
penyajian
fakta
berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film documenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lainlain. 2) Film Fiksi, adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hukum kausalitas. Cerita fiksi sering kali di angkat dari kejadian nyata dengan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter) 3) Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti naratif) dan semua
adegannya
menentang
logika
sebab
akibat
(anti-
rasionalitas).24 b. Klasifikasi film Menurut Himawan pratista dalam buku Memahami Film, metode
yang
paling
mudah
dan
sering
digunakan
untuk
mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memilki karakter atau pola yang sama sebagai
24
h. 4-8.
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. Ke-1,
27
berikut: 1) Drama Drama ini merupakan tema yang mengetengahkan aspekaspek human interest, sehingga
yang dituju adalah perasaan
penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga. 2) Action Pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. 3) Komedi Komedi ini merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan.Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak.Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja.Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahakbahak.Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.
28
4) Horor Jika sebuah film menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, dan
membuat penontonnya merinding, itulah
yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. 5) Tragedi Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi. 6) Drama Action Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa “petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama,
lalu setelah itu alur
meluncur dengan
menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaranpertengkaran. 7) Komedi tragis Suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana
29
yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi. 8) Komedi horor Komedi horor sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. 9) Parodi Tema parodi ini merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah mucul di film-film sebelumnya. Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan. 99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan pengalaman nyata sepasang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa.
30
Bagaimana mereka beradaptasi, bertemu dengan berbagai sahabat hingga akhirnya menuntun mereka kepada rahasia besar Islam di benua Eropa. Sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, film ini mengambil lokasi di 4 negara yaitu di Vienna (Austria), Paris (Perancis), Cordoba (Spanyol) dan Istanbul (Turki).
D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi manusia atau kelompok sosial.25 Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.26 Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda. Komunikasi antarbudaya biasanya juga mencakup komunikasi antaragama. 25
Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang: Karisma Publishing Group 2011), h. 531. 26 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 479-480.
31
1. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya Kebudayaan adalah cara pandang seseorang mengenai nilai-nilai yang ada pada suatu golongan sehingga akan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.27 Saat ini komunikasi antarbudaya semakin penting dan semakin vital daripada di masa-masa sebelumnya. Menurut Joseph Devito, beberapa faktor yang menyebabkan komunikasi antarbudaya ini penting adalah:28 a. Mobilitas Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sekarang sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan. Saat ini orang sering kali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan antarbudaya. b. Saling Kebergantungan Ekonomi Saat ini, kebanyakan negara bergantung pada negara lain secara ekonomi.
Hubungan ekonomi suatu negara
bergantung pada
kemampuan suatu bangsa untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda itu. Hal yang sama juga terjadi pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. c. Teknologi Komunikasi Adanya kemajuan teknologi komunikasi telah membawa kultur 27 28
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI, ), h. 9. Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 530.
32
luar yang adakalanya asing masuk ke kebudayaan kita. Film-film impor yang ditayangnya di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari membaca
di
media-media
berita
tentang
ketegangan
rasial,
pertentangan agama, diskriminasi seks, dan secara umum, masalahmasalah yang disebabkan kegagalan komunikasi antarbudaya. d. Pola Imigrasi Di hampir setiap kota besar di seluruh dunia kita menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan
orang-orang
yang
sangat
berbeda
dari
kebudayaan
kita.Pengalaman sehari-hari itulah yang membuat kita telah menjadi semakin terlibat dalam komunikasi antarbudaya. e. Kesejahteraan Politik Kesejahteraan politik suatu bangsa sekarang ini sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa lebih penting daripada sebelumnya.29
E. Persepsi dan Budaya Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai
29
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tanggerang: KARISMA Publishing Group, 2011) h. 530-532.
33
faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi orang terhadap realitas. Dengan demikian, persepsi itu terikat budaya (culture-bound).30 F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya Istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi antara kultur
yang
berbeda.
Model komunikasi antarbudaya dapat
digambarkan dengan gambar berikut: Skema 2.2 Model Komunikasi Antarbudaya dan Agama31
Pesan S/P
Keterangan:
S/P
S: Sumber
P: Penerima
Dari gambar model gambar di atas, komunikasi antarbudaya mencakup semua bentuk berikut: 1. Komunikasi antarwarganegara, misalnya, komunikasi antara orang Cina dan Portugis, atau antara orang Prancis dengan orang Norwegia. 2. Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi antarras), misalnya, komunikasi antara orang kulit hitam dan orang kulit 30
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2008), h.
213214. 31
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 536.
34
putih. 3. Komunikasi
antarkelompok
etnis
yang
berbeda
(kadang-kadang
dinamakan komunikasi antaretnis), misalnya, komunikasi antara orang AS keturunan Italia dan orang AS keturunan Jerman. 4. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda, misalnya, antara orang Katolik Roma dan Episkopal, atau antara orang Islam dan orang Yahudi. 5. Komunikasi antarbangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi internasional), misalnya, komunikasi antara AS dan Meksiko, atau antara Prancis dan Italia. 6. Komunikasi antarsubkultur berbeda, misalnya, komunikasi antara dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu. 7. Komunikasi antara suatu subkultur dengankultur yang dominan, misalnya, komunikasi antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda. 8. Komunikasi antarjenis kelamin berbeda, misalnya, komunikasi antara pria dan wanita. Dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama karena sesuai dengan objek penelitian penulis. Devito juga mengatakan bahwa setidaknya ada lima bentuk dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama yang dapat terjadi dalam hubungan antarbudaya dan agama.32 Dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya menggunakan lima bentuk yaitu:
32
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 538.
35
1. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda. 2. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda. 3. Komunikasi antarsubkultur yang berbeda. 4. Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan. 5. Komunikasi antarjenis kelamin yang berbeda.
G. Pelaku Kebudayaan Di dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa terjadiinteraksi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan dan berbeda agama. Orang-orang yang berinteraksi tersebut disebut juga sebagai pelaku kebudayaan. Terjadi hubungan komunikasi antara para tokoh yang memiliki agama dan latar belakang budaya yang berbeda. Agama-agama yang saling berinteraksi itu adalah Islam, Kristen Katolik, dan Hindu. Sedangkan kebudayaan yang saling berinteraksi dalam film ini adalah budaya timur (Indonesia) dan barat (Eropa). Kedua budaya ini yang paling sering muncul dalam film ini. Peneliti akan menjelaskan unsur agama dan budaya tersebut sebagai berikut:
H. Hubungan Antaragama 1. Islam Secara bahasa, Islam berarti damai dan tunduk.33 Yang dimaksud damai adalah kedamaian dengan alam sekitar sebagai makhluk Allah dan yang dimaksud dengan tunduk adalah tunduk hanya kepada Allah
33
157.
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1986), h. 152-
36
SWT.Al-qur’an adalah kitab suci agama Islam. Secara garis besar isi seluruh Al-qur’an dapat dibagi dalam dua tugas pokok, yakni: a. Bagaimana berdamai dengan sesama manusia dan alam sekitar. b. Bagaimana beriman (tunduk) yang benar kepada Allah. Setiap pemeluk agama Islam wajib mengetahui dan mempercayai enam perkara, yaitu: a. Percaya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan. b. Percaya kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang diutus Allah. c. Percaya kepada para Malaikat Allah. d. Percaya adanya (kiamat) Hari Akhirat. e. Percaya adanya Kitab-kitab suci Allah. f. Percaya kepada Takdir baik dan buruk Allah. 2. Kristen Katolik Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih.Agama ini meyakini Yesus Kristus sebagai anak Tuhan.Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen dalam garis besar dibagi menjadi dua, yaitu: Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Karena dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropapelaku kebudayaannya beragama Kristen Katolik, maka penulis akan merinci beberapa ajaran pokok Kristen Katolik, yaitu:34 a. Menganggap bahwa Paus dan pendeta berhak menerima penebusan 34
Bs. Mariatmaja SJ, Teologi Katolik, Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik . diakses pada tanggal 16 Mei 2014 pukul 23:59 WIB
37
dosa dengan pembayaran yang disukainya. b. Melarang pendeta-pendetanya menikah. c. Mengorganisir gereja Katolik dan semua penganutnya tunduk kepada seorang Paus di Roma. Terdapat perbedaan antara orang biasa dan pendeta-pendeta dalam perjamuan suci. 3. Hindu Dalam agama Hindu terdapat lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan itu adalah:35 a. Widhi Tattwa yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala ]aspeknya. b. Atma Tattwa yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk. c. Karmaphala Tattwa yaitu percaya dengan adanya hukum sebab akibat dalam setiap perbuatan. d. Punarbhava Tattwa yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi). e. Moksa Tattwa yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
35
I Gusti Putu Phalgunadi, “Evolusi Agama Hindu dan Budayanya,” Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-budayanya.html. diakses pada tanggal 16 Mei 2014 pukul 23:52 WIB.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
A. Film 99 Cahaya di Langit Eropa Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman. Hanum menemukan harapannya setelah melihat sebuah poster kursus berbahasa Jerman gratis. Saat mengikuti kursus tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah Turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Di sana Hanum bertemu dengan Ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum.Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?” Lalu Hanum menjawab “Iya, tante sakit kepala”.Ayse pun berceloteh lagi “Kalau sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?” Adegan ini sangat menarik bagi Saya. Secara tidak langsung, film ini memberikan pesan
38
39
kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab). Adegan ini tidak menggurui karena diucapkan secara spontan oleh bocah kecil. Sebenarnya, Ayse sering di-bully teman-temannya terutama Leon di sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di-bully, Guru Ayse sempat membujuk Ayse untuk membuka kerudungnya.Namun, Ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya.Hanum, Fatma, dan Ayse makan di sebuah cafe. Ada kejadian menarik di sini.Hanum bercerita tentang masalahnya yang berat selama di Vienna. Ayse bercelutuk dengan polosnya. Celutukan Ayse sederhana tapi maknanya sangat dalam.“hai masalah besar, aku punya Allah yanga lebih besar (Asye)” Tatkala di cafe tersebut, Fatma bercerita tentang asal mula cappuccino. Ternyata Cappucino tersebut berasal dari negara Turki. Tak lama setelah menceritakan cappuccino, Hanum menguping di balik pintu tempat duduknya. Saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti Croissant. Si bule bercerita kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki. Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim Turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat Turki, maka masyarakat Eropa membuat roti Croissant berbentuk bulan sabit untuk dimakan bukan untuk dihormati. Hanum langsung naik pitam mendengar percakapan bule tersebut. Dia melarang Fatma dan Ayse memakan roti Croissant. Namun, Fatma malah memanggil pelayan untuk membayar kedua bule dan menulis sepucuk surat untuk kedua bule tersebut. Menariknya adalah di akhir tulisannya Fatma
40
menulis sesuatu yang membuat Hanum terkesan.“Saya agen muslim dan sebagai muslim ingin membawa kedamaian (Fatma)”. Melalui cerita Hanum, penonton diajak melihat keindahan benua Eropa. Hanum diajak Fatma dan Ayse ke situs dan sejarah Islam di Vienna. Sungai Danube merupakan objek pertama yang mereka kunjungi. Sungai tersebut sangat bersih dan asri.Di sudut sungai tersebut, Kita dapat melihat Bukit Kahlenberg. Bukit Kahlenberg merupakan tempat pasukan Turki yang dipimpin Kara Mustafa Pasha sehingga pasukan Turki terusir dari tentara Jerman dan Polandia. Ayse sangat senang di Bukit tersebut. Dia meminjam kamera Hanum untuk mengabadikan pemandangan indah di sana. Museum Wien Stadt merupakan objek berikutnya. Museum tersebut memiliki benda bersejarah negara Austria. Dalam museum tersebut, Fatma sempat menangis karena melihat foto Kara Mustafa Pasha yang masih memiliki hubungan darah dengannya. Kara Mustafa dianggap sebagai panglima perang yang menyerang Austria yang mengakibatkan kerugian dan kematian. Sebelum meninggalkan museum tersebut, Fatma sempat berkata kepada Hanum "ayo kita pergi, kita tinggalkan kara Mustafa di sini agar menyesali kesalahannya". Selain objek wisata di Vienna, Fatma juga mengajak Hanum mengunjungi rumahnya. Di rumah Fatma, Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latife (Dian Pelangi) dan Ezra (Hanum Salsabiela Rais). Hanum diajak untuk menjalankan misi agen muslim bersama Fatma, Latife, dan Ezra. Hanum diajak menjadi pengajar untuk anak-anak kecil yang muallaf. Fatma mengajak Hanum karena Hanum sangat fasih berbahasa Inggris.
41
Bukit Kahlenberg
Sungai Danube
Kara Mustafa Pasha Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan
42
puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk kepada Allah (berupa puasa dan sholat). Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruangan ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen). Khan bahkan ragu dengan sholatnya apakah diterima Allah atau tidak? Hal yang paling bergejolak pada Rangga dan Khan adalah saat akan mengikuti jadwal ujian yang bentrok dengan sholat Jumat. Tak terima dengan keputusan profesor yang membuat jadwal bentrok dengan sholat jumat, Rangga mengajak Khan menemui profesor tersebut. Sayangnya Khan berkata “Maaf kawan, untuk agama, saya tidak ada toleransi. Untuk masalah ini, kamu sendirian”.
Rangga
pun
menemui
Profesor
yang
mempromosikan
beasiswanya. Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari Profesor tersebut. Apalagi profesornya sempat bercelutuk untuk tidak meluluskannya terhadap mata kuliah tersebut. Rangga pun pasrah saat profesor berkata "Mr.
43
Almahendra, saya pernah mendengar kalimat bismillahirrahmanirrahim yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. So,
what's the big deal?" Dengan berat
hati, Rangga
meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat jum’at ke Masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti ujian. Selain Stefen dan Khan, Rangga mempunyai seorang teman perempuan yang bernama Maarja (Marissa Nasution). Sebenarnya Maarja sangat tertarik dengan Rangga. Dia tidak memperdulikan bahwa Rangga sudah mempunyai istri.Namun, Maarja selalu menggoda Rangga.
Perpustakaan kampus Rangga Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga. Hanum membuat ikan asin.Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan
44
tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masingmasing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan Ayse.Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”. Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi berkerudung. Saat di rumah, Hanum menunjukkan kelembutannya sebagai seorang muslim. Hanum membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat mie goreng ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh tetangganya. Sehingga, tetangganya ketagihan dan ingin dibuatkan ikan asin lagi oleh Hanum.
Mie goreng ikan asin
Suatu kali, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di Paris. Hanum pun diajak Rangga ke Paris. Hanum sangat senang. Saat di Paris, Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion Latimer (Dewi Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris. Bersama Marion, Hanum diajak mengelilingi kota Paris. Hanum diajak ke Menara Eiffel yang merupakan icon kota Paris. Marion juga mengajak Hanum ke Museum Louvre. Dalam Museum tersebut terdapat beragam foto dan
45
lukisan diantaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung. Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang dilihat bertuliskan La ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe memiliki patung napolleon Bonaparte. Monumen Arc de Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah.
Menara Eiffel
Museum Louvre
46
Monumen Arc de Triomphe
Foto bunda Maria
Rangga adzan di Menara Eiffel Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan Rangga ke Menara Eiffel. Di atas Menara Eiffel, Rangga mengumandangkan adzan. Bergetar hati saya saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jalanjalan, Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion menitip barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma. Setiba di Vienna, Hanum mencari Fatma dan Ayse. Namun, Hanum tidak menemukan mereka. Hanum dan Rangga juga membuka titipan dari
47
Marion. Mereka kaget dengan titipan Marion karena titipan tersebut merupakan obat kanker. Dalam titipan tersebut, Marion juga menyisipkan sebuah surat yang berisi bahwa obat tersebut untuk Ayse. Hanum pun kaget karena Ayse menderita kanker.Adegan ini sempat membuat mata Saya berkaca-kaca. Saya kasihan dengan Ayse yang masih kecil tapi mengidap kanker. Lanjutan dari film sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa selain mengungkap rahasia sejarah perkembangan islam di belahan Eropa lainnya, khususnya Cordoba, Istanbul, dan Turki, pada bagian film ini menjawab beberapa hal yang sebelumnya sering bersiteru, pertemuan kembali dengan Fatma Pasha di turki yang sebelumnya menghilang tanpa berita serta berakhir manisnya perjalanan pendidikan rangga di eropa.1
B. Masyarakat muslim di Eropa Perkembangan agama Islam tidak terbatas hanya di Asia saja, tetapi merata ke seluruh dunia termasuk ke benua Eropa dan Amerika. sudah tentu perkembangan Islam di benua Eropa dan Amerika tidak seperti di Asia dan Afrika, karena sulitnya berdakwah terhadap masyarakat Eropa yang umumnya beragama Kristen dan penganut paham sekularisme begitupun di benua Amerika. Namun berkat keteguhan dan kesungguhan para Mubalig Islam dalam berdakwah, agama Islam di Benua Eropa dan Amerika semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.2
1 2
genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html Ryan Mayer, Islam di Spanyol (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI 2011), h.216.
48
Hidup dengan masyarakat muslim dan budaya islam nampaknya bukan sesuatu yang aneh lagi bagi seorang muslim. Tapi apa yang terjadi apabila seorang muslim harus tinggal di sebuah negeri yang sangat sedikit jumlah penganut muslimnya dan dengan budaya yang banyak sekali perbedaanya? Inilah yang banyak dialami oleh saudara-saudari kita yang sedang menuntut ilmu, bekerja maupun membentuk keluarga di Eropa. Mungkin tidak salah kalau banyak mahasiswa Indonesia, setelah belajar ke luar negeri kemudian merasa nasionalismenya menjadi naik. Betapa tidak, sebagai muslim di Indonesia, kita serasa dimanjakan dengan segala kondisi yang ada. Satu hal yang sangat fundamental ada di negara kita adalah diakuinya eksistensi Tuhan sebagai bagian dari kehidupan bernegara kita yang disebut dalam Pancasila. Apabila anda tinggal di Eropa, jangan berharap sebuah negara menjamin kehidupan beragama kita. Hampir seluruh negara di Eropa tidak ada yang secara eksplisit mengatur kehidupan beragama dalam aturan negaranya. Sebagai konsekuensinya, kehidupan beragama adalah masalah domestik atau pribadi tiap manusia yang tinggal di sana. Meskipun ada diskusi terbuka tentang agama di televisi, radio, koran dan sebagainya, akan tetapi agama tetap diletakkan sebagai kehidupan pribadi. Bahkan bertanya mengenai agama apa yang dianut merupakan hal yang tabu. Kalaupun ada masalah agama yang kemudian diangkat jadi masalah umum, maka itu bukan dengan alasan agama, akan tetapi karena menyangkut hak individu yang harus dilindungi.
49
Sebagai konsekuensi lebih lanjut ketika negara tidak mengatur kehidupan beragama, maka kehidupan sosial dan professional juga dipisahkan dengan kehidupan beragama. Sebagai contoh bagi para pelajar muslim, masalah utama dalam kehidupan sehari-hari adalah kewajiban menjalankan sholat 5 waktu. Seringkali kuliah dilaksanakan tanpa pertimbangan waktu untuk sholat. Bagi pelajar muslim laki-laki masalah menjadi semakin komplek apabila jadwal kuliah berbarengan dengan jadwal sholat jumat. Kadang harus membolos kuliah agar jangan sampai meninggalkan sholat jumat. Iklim, musim dan cuaca menjadi masalah penting bagi muslim Indonesia di Eropa. Sebagai orang yang berasal dari daerah beriklim tropis dengan hanya memiliki dua musim: musim hujan dan musim kemarau, muslim Indonesia harus menghadapi hidup dengan kondisi iklim yang sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Di kawasan Eropa dengan kondisi wilayah "Temperate" dimana terdapat 4 musim yaitu musim semi, panas, gugur dan dingin. Di Eropa, jadwal sholat magrib dapat dilakukan pada pukul 4 sore pada musim dingin, hingga pukul 10.00 malam pada musim panas. Tentu saja ini juga akan berpengaruh pada saat ibadah puasa ramadhan menjelang. Apabila waktu ramadhan pada saat musim dingin, akan terasa lebih ringan karena puasa dimulai pada sekitar pukul 6 pagi hingga pukul 4 sore (kurang lebih hanya 8 jam). Akan tetapi pada saat musim panas, kita harus puasa hingga 16 jam (mulai pukul 4 pagi hingga pukul 10 sore).3 Begitupun dalam hal pemilihan makanan, daging babi adalah daging yang paling popular bagi masyarakat Eropa. Selain babi, daging sapi, 3
erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html diakses pada tanggal 2 september 2014 pukul 11:30 WIB.
50
kambing, ayam juga mendukung pemenuhan kebutuhan protein. Sedangkan ikan relatif jarang dan mahal bagi masyarakat Eropa. Di lain pihak, makanan halal dan baik bagi tubuh adalah pilihan utama seorang muslim, baik halal jenisnya maupun cara mendapatkannya. Untuk cara mendapatkannya, rata-rata para pelajar muslim mendapatkan beasiswa dari sponsor atau pun ada sebagian yang biaya sendiri. Jadi dalam hal ini tingkat kehalalan cara mendapatkan uang boleh dikata 100% halal.
C. Sekilas tentang Tvzetan Todorov Tzvetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.4 Dua karya utama Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung, masing-masing.
4
Tzvetan Todorov, Tata Sastra. Jakarta(Jakarta: IKAPI, 1985).
51
Gambar 2.15 Tvzetan Todorov
D. Sinopsis Film 99 Cahaya di Langit Eropa 99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan pengalaman nyata sepasang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa. Bagaimana mereka beradaptasi, bertemu dengan berbagai sahabat hingga akhirnya menuntun mereka kepada rahasia besar Islam di benua Eropa. Sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, film ini mengambil lokasi di 4 negara yaitu di Vienna (Austria), Paris (Perancis), Cordoba (Spanyol) dan Istanbul (Turki).
E. Tanggapan Terhadap Film ’99 Cahaya di Langit Eropa’ REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- '99 Cahaya di Langit Eropa' merupakan sebuah film yang diangkat dari sebuah novel karya Hanum Salsabila Rais dengan judul yang sama. Film yang sarat syiar islam ini tak hanya mengadopsi cerita yang ada di dalam novel tersebut, bahkan ada cerita yang tak tertulis dihadirkan ke dalam film. "Kita adopsi 120% dari novelnya," cerita Guntur Sorharjanto kepada 5
Tzvetan Todorov, Http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tzvetan_TodorovStrasbourg_2011_%283%29.jpg, diakses 16 Mei 2014.
52
wartawan seusai screaning di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jumat (29/11) di Jakarta. Mengapa 120%, menurutnya ada banyak adegan yang tak tertulis di novel yang turut di masukan ke dalam cerita film. Ia mencotohkan salah satunya adalah adegan dimana Rangga (Abimana Aryasatya) mengajarkan puasa kepada Stefan (Nino Fernandes). Dalam menggarap cerita-cerita yang tak tertulis di novel, Guntur menggali langsung kepada penulisnya guna mengerti lebih jauh mengenai si penulis dan orang-orang yang ada di dalam novel. Film ini menuturkan kisah nyata yang dialami penulis selama perjalanannya di Eropa. '99 Cahaya di Langit Eropa akan tayang di Bioskop pada 5 Desember mendatang. Beberapa artis kenamaan turut ambil di film ini seperti Acha Septriansyah, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Fernadez, Alex Abad, Mariss Nasution dan Dewi Sandra.6 1. Bapak Presiden Indonesia “ Ini sebuah seni yang luar biasa, bukan hanya ceritanya yang segar, film ini juga penuh pembelajaran dan juga diekpresikan oleh para artis kita dengan tampilan yang luar biasa serta digarap secara apik oleh sang sutradara," "Betapa banyak nilai yang ditampilkan dalam tayangan film ini seperti, perdamaian, persaudaraan,toleransi dan banyak falsafah serta nilai spiritual,” 6
www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/30/mx1b34-film-99cahaya-di-langit-eropa-sarat-syiar-islam diakses pada tanggal 1 juli 2014 pukul 13:53 WIB.
53
2. Bapak Jusuf Kalla "Filmnya bagus dan wajib ditonton oleh masyarakat kita yang majemuk.Film ini membuka wawasan tentang Islam, toleransi dan perdamaian.” 3. Mr. Olof Skoog, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia
Bapak Dubes dan Para Pemain 99 Cahaya (sumber: klik di sini) “…Film ini
telah berhasil
menceritakan
warisan
Islam
di
Eropa yang belum banyak kita ketahui. Film ini mengingatkan kita, sebagai orang Eropa, bahwa Islam tidak hanya merupakan cara hidup tetapi
juga merupakan
bagian
penting yang
tidak
terpisahkan
dari sejarah peradaban Eropa…” “…Film ini juga mengingatkan kami bahwa semboyan Uni Eropa “ Kesatuan dalam Keberagaman (Unity and Diversity) ” dan semboyan Indonesia “ Bhinneka Tunggal Ika ” jangan hanya sebatas pegangan hidup, namun yang lebih penting dari itu adalah untuk menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari…”. 7
7
sofia-zhanzabila.blogspot.com/2013/12/kesan-sehabis-menonton-film-99-cahaya.html diakses pada tanggal 1 juli 2014 pukul 13:53 WIB.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini peneliti menguraikan Alur cerita film 99 Cahaya di Langit Eropa Menurut Tvzetan Todorov. Analisis film ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu alur awal, tengah, dan akhir, yang di hubungkan dengan komunikasi Antaragama dan Budaya masyarakat muslim Eropa. Film ini termasuk film Drama, Drama merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut.
A. Analisis Alur awal cerita pada Film 99 Cahaya di Langit Eropa Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita atau film yang menjadi asal mulanya dari kejadian-kejadian selanjutnya. Bagian pendahuluan dalam cerita harus berisi cerita yang menarik agar penonton lebih tertarik untuk melanjutkan menonton adegan-adegan selanjutnya. Berikut adalah penjelasan dari bagian pendahuluan (alur awal) dari film 99 Cahaya di Langit Eropa: Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di
54
55
kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman. Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk kepada Allah (berupa puasa dan sholat). Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruang ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen).
56
Tempat beribadah Rangga dan Khan di kampus
Sesuatu yang lumrah setiap manusia untuk saling menghargai antar umat beragama antara satu dengan yang lainnya dan itulah yang di tunjukan kaum Muslim tatkala menjadi mayoritas dalam suatu negara, dan sikap bertoleransi antar umat beragama yang di tunjukan kaum Muslim terhadap pihak minoritas maka menjadi suatu yang lumrah jikala Muslim merupakan minoritas dalam suatu negara adanya toleransi. Ditempat berbeda Hanum yang sedang menikmati sudut-sudut ke indahan kota Vienna Austria melihat seorang wanita berkerudung di sebuah toko yang sedang melamar pekerjaan, dengan wajah sedih dan kecewa wanita itu keluar dr toko. Wanita itu tidak di trima kerja karna tidak fasih berbahasa jerman dan memakai kerudung. “sulit tinggal disini kalau tidak fasih berbahasa jerman, tak mudah hidup di eropa dari budaya dan tradisi yang berbeda. Jauh dari kelurga dan sahabat untuk berbagi cerita”. Hal ini dikatakan oleh Rangga Almahendra selaku penulis novel kepada peneliti ketika wawancara via telfon. “Sebenarnya bukan hanya kesulitan karna memakai hijab, tapi memang selama ini klo di Eropa prinsip yang di pakai adalah profesionalisme. jadi mereka itu lebih melihat pada karya atau prestasi bukan di lihat dari mana atau karna memakai hijab atau tidak. Tapi
57
memang ada pandangan di Eropa ini kalau perempuan berhijab itu identik dengan klo bahasa jawanya itu “asah-asah lalu momong bocah” hanya menjadi konco wingking dibelakang saja, jadi memang dunia muslimah itu di anggap sebagai dunia yang dekat dengan konco wingking itu teman yang di belakang tidak pernah yang di depan untuk berkarya atau berprestasi. Itu yang membuat beberapa dari mereka yang sulit mencari pekerjaan”. 1 Tiga bulan berlalu, semua yang terasa indah menjadi hambar dan membosankan bagi Hanum. Akhirnya Hanum menemukan harapan setelah melihat sebuah poster kursus berbahasa jerman gratis. Saat mengikuti kursus tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Disana Hanum bertemu dengan ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi ko tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” menurut saya pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum. Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung”. Lalu Hanum menjawab “ iya, tante sakit kepala”. Ayse pun berceloteh lagi “ kalau sakit kepala hilang, janji ya tante Hanum pake kerudung?”. Adegan ini sangat menarik bagi saya. Secara tidak langsung, film ini memberikan pesan kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab). Menurut saya adegan ini tidak menggurui karena diucapkan secara spontan oleh bocah kecil.
1
Wawancara via telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Jakarta 25 oktober 2014
58
Pertemuan pertama ayse dan Hanum di sekolah
Di sekolah, ayse sering di bully teman-temannya terutama leon di sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di bully, guru ayse sempat membujuk ayse untuk membuka kerudungnya. Namun, ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya. Kemudian Fatma menemui gurunya ayse, untuk menjelaskan keputusan ayse memakai kerudung, agar dia tidak dipaksa lagi untuk melepas kerudungnya.
Fatma
: “Ayse memakai kerudung karena kemauannya sendiri, bukan saya yang memaksanya”. Bu Edelman : “yaa nyonya pasha, saya mengerti… tapi sebagai ibunya, anda harus menjelaskan kepadanya bukan keharusan memakai kerudung di sekolah, setiap hari ayse selalu di olok-olok anak-anak lainnya.. bagaimana anda bisa membiarkannya? Saya mohon nyonya pasha, tolong bicarakan dengan ayse… tolong! Fatma : “ ayse senang dengan pilihannya, apakah itu salah?” Bu Edelman : “tidak, itu tidak salah… tapi anda harus mengerti dia akan selalu di olok-olok”. Fatma : ( tanpa berucap apa-apa sambil tersenyum Fatma lalu pamit meninggalkan ruangan bu Edelman).
Hijab adalah identitas seorang Muslim, karna menutup aurat adalah perintah langsung dari Allah kepada umatnya untuk menutup aurat.
59
Keesokan harinya Hanum, Fatma dan ayse memulai perjalanannya menelusuri jejak-jejak peradaban sejarah di Vienna. Di awali dari sungai Danube yang terbesar di eropa. Sungai tersebut sangat bersih dan asri. Di sudut sungai tersebut, kita dapat melihat bukit Kahlenberg. Bukit kahlenberg merupakan tempat pasukan turki yang dipimpin kara Mustafa pasha sehingga pasukan turki terusir dari tentara jerman dan polandia. Ayse sangat senang di bukit tersebut. Dia meminjam kamera Hanum untuk mengabadikan pemandangan indah di sana. Lalu Fatma mengajak Hanum kesebuah cafe, Fatma bercerita tentang asal mula cappuccino, ternyata cappuccino tersebut berasal dari negara turki. Tak lama setelah menceritakan cappuccino Hanum meguping di balik pintu tempat duduk saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti croissant, si bule bercerita kepada temannya bahwa roti croissant bentuknya seperti bendera turki. Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan muslim turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat turki, maka masyarakat Eropa membuat roti croissant berbentuk bulan sabit untuk dimakan bukan untuk dihormati. Hanum langsung naik pitam mendengar percakapan bule tersebut. Fatma Hanum Fatma Hanum Fatma
Hanum
: : : :
“makan lagi ayse rotinya” “jangan ayse…” “kenapa?” “kata bule itu kita makan diri kita sendiri kalo kita makan roti ini.” : “sudah Hanum biarkan saja, kita punya cara sendiri untuk membalasnya..” (Fatma langsung memanggil pelayan dan menuliskan pesan untuk orang bule tersebut). : “kamu pengecut Fatma, kenapa kamu tadi tidak
60
Fatma Hanum
: :
Fatma
:
Hanum
:
Fatma
:
Hanum Fatma
: :
membela diri? Pas agamamu bahkan negara kamu aja dihina oleh mereka”. “Hanum…” “kamu bayarin lagi semuanya, kita harus bisa melawan Fatma jangan mau di injek-injek begitu, kita ini harus tunjukin klo kita ini kuat..” “bahwa kita teroris?? Aku juga dulu seperti kamu, hanya butuh penyesuaian saja, lama-lama juga kamu akan merasa hangat dan berfikir jernih dalam menghadapi situasi seperti tadi”. “aku bukan malaikat Fatma… aku hanya manusia biasa..” “dengan jilbabku ini, aku wajib menjadi agen Islam yang baik, menjadi berkah, ikhlas dan membawa kedamaian bagi siapa pun termasuk mereka yang tidak beragama Islam. “dan membiarkan kita selalu mengalah?” “kadang itu yang membuat kita menang, lebih baik perang di ranah karya, bukan pedang. kita hadapi dengan hati yah.
Muslim di Eropa di pandang sebelah mata oleh orang-orang di Eropa karena mereka beranggapan bahwa muslim adalah teroris, oleh karna itu ada ketakutan tersendiri bagi orang-orang Eropa terhadap orang muslim. Hal ini dijelaskan oleh Rangga Almahendra kepada penulis ketika meneliti wawancara. “Kehidupan muslim di eropa sendiri saat ini yang sedang marak yaitu Islamo fobia, Islamo fobia itu adalah ketakutan terhadap agama Islam. Ini ada banyak sebab salah satunya mungkin warisan dulu selama ribuan tahun perang salib, terus kemudian sekarang di media-media radikalisme ada di mana-mana sehingga sebagian masyarakat Eropa memang agak “Takut” terhadap Islam/ muslim. Dan sayangnya itu terjadi bukan hanya di Eropa tapi di seluruh dunia juga sama. mediamedia Indonesia pun sekarang sangat genjar sekali memberitakan berita-berita yang menyudutkan umat Islam. Jadi saya rasa memang kita sebagai umat muslim perlu berbicara lebih dengan karya bukan dengan pedang. menunjukan pada dunia bahwa Islam itu Rahmatan
61
lilalamin”.2 Kemudian Fatma mengajak Hanum mengunjungi kediamannya, di rumah Fatma Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latife (Dian pelangi) dan Ezra (Hanum Salsabila Rais). Hanum di ajak untuk menjalankan misi agen muslim bersama Fatma, Latife dan Ezra. Hanum diajak menjadi pengajar untuk anak-anak kecil muallaf. Fatma mengajak Hanum karena Hanum sangat fasih berbahasa Inggris. Tanpa fikir panjang Hanum pun langsung nemerima ajakan Fatma untuk menjadi agen muslim sejati. Di situlah Hanum mulai untuk menjadi agen muslim yang baik yang bisa memberi manfaat bagi orang-orang disekitarnya. Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang lebih penting amalan. Hal ini dikatakan pula oleh Rangga Almahendra kepada peneliti ketika wawancara via telfon. “menjadi agen muslim yang baik be a good agen of muslim yang intinya bahwa agen muslim yang baik itu adalah orang muslim yang selalu memberi manfaat untuk sekitarnya memberi berkah untuk sekitarnya, dan juga bisa menjadi jembatan atas segala perbedaan. Agen muslim yang senantiasa menunjukan karya dan prestasi dimanapun dia berada. Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang lebih penting amalan, bahwa Islam itu bukan tentang jalan yang di pilih tapi juga tentang jejak yang harus di tinggalkan di lingkungannya.3 Sebagai agama yang Rahmatan lil alamin, Islam hadir di dunia ini untuk menciptakan dan melestarikan kehidupan yang damai, nyaman dan demokratis dan toleran, serta menjunjung tinggi moralitas dan peradaban.
2
Wawancara via Telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Jakarta 25 oktober 2014 3 Wawancara via Telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Jakarta. 25 oktober 2014
62
Islam menyebar keadamaian dan keamanan bukan hanya untuk pemeluknya, tapi bagi siapa saja di jagad raya ini. Inilah proklamasi awal yang disampaikan sejak lahirnya risalah mulia Islam. “ Tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam”. Qs Al-Anbiya/ 21:7.
Rutinitas agen muslim di kediaman Fatma
Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga. Hanum membuat ikan asin. Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masingmasing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan Ayse. Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”. Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi berkerudung. Setelah peneliti menganalisis narasi alur awal dari film 99 Cahaya di
63
Langit Eropa, maka di dalam alur awal ini terjadi komunikasi antaragama dan budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi antaragama dan budaya Joseph D. Vito. Film ini termasuk film Drama, Drama merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut.
B. Analisis Komunikasi Antaragama dan Budaya Masyarakat Muslim Eropa 1.
Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda sering juga disebut sebagai komunikasi antaretnis. Komunikasi antaretnis adalah komunikasi yang terjadi antara orang dari negara yang sama tetapi dari keturunan yang berbeda. Misalnya komunikasi antara warga Amerika keturunan Italia dengan warga Amerika keturunan Jerman. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hubungan antara warga Indonesia yang berasal dari suku dan daerah yang berbeda. Dari hasil analisis narasi berdasarkan model analisis narasi Tvzetan Todorov, maka model komunikasi antara kelompok etnis berbeda yang terjadi di alur awal film ini adalah dengan adanya komunikasi intensif antara tokoh Rangga, Khan dan Stefan, di mana ketiga tokoh ini adalah orang dengan latar belakang daerah dan budaya yang berbeda. Rangga berasal dari Indonesia, Khan berasal dari Pakistan dan Stefan berasal dari jerman. Selain menceritakan komunikasi yang terjalin antara Rangga, Khan dan
64
Stefan, di alur awal ini juga terjadi komunikasi antara Hanum dan Fatma. 2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda sudah lazim terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja hubungan komunikasi antara orang Islam dan agama yang lain yang belajar di satu kampus yang sama dimana kampus Rangga dan khan tidak memiliki sebuah musolla yang layak mereka pun harus solat di ruangan ibadah yang bercampur dengan agama lain (khonghucu, budha, Kristen). Di alur awal film 99 Cahaya di Langit Eropa, komunikasi antara kelompok agama yang berbeda digambarkan dari komunikasi yang terjalin antara Rangga dengan Stefan. Rangga adalah penganut agama Islam dan Stefan penganut Atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. 3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda Komunikasi antara subkultur yang berbeda adalah komunikasi yang biasa terjadi antara orang yang berbeda profesi atau antara orang dengan kemampuan fisik yang berbeda. Misalnya komunikasi antara orang yang berprofesi sebagai dokter dengan pengacara atau antara tunarungu dengan tunanetra. Komunikasi antara subkultur yang berbeda di alur awal film 99 Cahaya di Langit Eropa digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dan Fatma yang memiliki profesi berbeda. Hanum adalah seorang jurnalis asal Indonesia dan Fatma adalah ibu rumah tangga. Juga komunikasi antara Hanum dengan Latife yang merupakan perempuan keturuanan Turki yang sukses dengan usaha tokonya di Austria dan Ezra adalah saingan Latife dalam dunia usaha tetapi mereka memiliki hubungan
65
yang sangat dekat. 4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur awal terjadi komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan digambarkan dengan adanya komunikasi antara Fatma dan Ayse anaknya, komunikasi antara Hanum dengan Ayse, dan komunikasi antara Ayse dengan gurunya. 5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, di alur awal terjadi komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dengan Hanum, komunikasi antara Rangga dengan Marja, komunikasi antara Stefan dengan Marja, komunikasi antara Rangga dengan Fatma, dan lainlain.
C. Analisis Alur Tengah Cerita pada Film 99 Cahaya di Langit Eropa Bagian tengah cerita merupakan rangkaian dari tahapan-tahapan yang membentuk seluruh proses narasi. Pada bagian ini mulai muncul adeganadegan yang menegangkan dan konfik, yang merupakan pengembangan dari situasi awal di bagian pendahuluan. Berikut ini penjelasan bagian perkembangan dari analisis narasi film 99 Cahaya di Langit Eropa.
66
Keesokan harinya, Rangga sedang berdiri di lorong kampus depan papan pengumuman ujian yang sedang bingung memikirkan jadwal ujian yang bentrok dengan shalat jum’at, lalu kemudian Stefan menghampiri Rangga dan menanyakan tentang kesiapannya untuk ujian, Rangga pun menjawabnya bahwa dia sudah siap untuk ujian tapi yang sedang di fikirkan Rangga tentang waktu yang bentrok dengan solat jum’at. Lalu Stefan bertanya ke Rangga “Apa Tuhan kamu itu cuma ada di hari jum’at?” . coba kamu bicarakan lagi dengan Prof Reinhard siapa tau saja beliau bisa membantumu. Sore itu pun Rangga langsung pulang bersama khan, di perjalanan mereka pun masih membahas tentang jadwal ujian yang bentrok dengan jadwal sholat jum’at. Rangga berdiskusi dengan Khan tentang keinginannya menemui Profesor Reinhard agar dikasih kelonggaran waktu untuk dia bisa melaksankan solat jum’at.
Saat perjalanan pulang dari kampus
Khan
Rangga
: “kamu sudah lihat pengumuman ujiannya? Gila, tuh dosen! Apa yang dia pikirkan? Kalo saya dikasih banyak Pr, dikasih banyak kerjaan tidak masalah tapi kalo dy minta saya mengorbankan ibadah saya demi ujian itu keterlaluan”. : “tapi Stefan menganjurkan kita untuk ngomong kepada
67
prof reinhard mungkin nanti ada jalan keluar” : “kita…?! : “yaa” : “oh, tidak Rangga! Untuk masalah agama saya tidak bertoleransi, masalah ini kamu sendirian” Seketika Rangga pun termenung dan bingung memikirkan ucapan khan, yang tidak mau meminta toleransi untuk jadwal ujiannya. Bagi khan ibadah adalah kewajiban yang tidak bisa diganti dengan apapun. Dan keesokan harinya Rangga menemui profesornya.
Khan Rangga Khan
Prof Rangga Prof Rangga Prof
Rangga Prof Rangga Prof Rangga Prof Ranga Prof Rangga Prof
Prof
Rangga Prof
: “hai Rangga, senang melihatmu.. silahkan duduk, saya sudah membaca risetmu dan saya menyukainya”. : “terimakasih” : “saya rasa kita dapat mengadakan presentasi di paris bulan depan” : “saya senang sekali mendengarnya prof. terimakasih”. : “bagus… jadi setiap jum’at kita sudah bisa mulai mempersiapkan presentasinya, temui saya di ruang rapat” : “sebenarnya, saya juga ingin bicara masalah hari Jum’at” : “tentang apa?” : “tentang ujian di hari jum’at” : “maksudmu, kau tidak bisa menemuiku di hari jum’at? : “ bukan tentang pertemuan itu… tapi, tentang kewajiban saya sebagai orang muslim”. : “saya tidak bisa mengganti tanggal ujian hanya untuk kamu dan khan. Apa kata orang lain? : “kami akan tetap mengikuti ujian, tetapi setelah solat jum’at” : “tuan Mahendra, apakah anda mengerti konsekuensinya, apabila anda tidak mengikuti ujian” : “saya mengerti prof…” : “anda tidak akan lulus tahun ini, anda akan mengulang lagi tahun depan. Ingat, saya yang mempromosikan mu untuk beasiswa ini. Bisakah anda menjaga reputasi saya di kampus ini ?” : “saya mendengar ada satu kalimat dalam Islam Bismillahirrahmanirrahim” apa itu benar? Yang berarti “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. : “benar” : “jadi apa masalahnya? Tuhan anda akan mengerti ada hal penting dalam hidup yang harus anda lakukan dan anda akan melewatkan sholat jum’at. Tuhan anda maha penyayang. Apa masalahnya?”
68
Rangga Prof
: “ini tidak semudah itu pak, ini tentang keyakinan saya” : “agama seharusnya membuat hal menjadi lebih mudah, bukan sebaliknya. Saya rasa anda setuju tuan mahendra’.
Dengan berat hati, Rangga meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat Jum’at ke masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti ujian. Diluar ruangan Marja sudah menunggu Rangga untuk menanyakan tentang proposal yang akan di ajukan kepada Profesor Reinhard. Pada saat itu Rangga sudah bersiap-siap untuk shalat. Dengan sengaja marja menyentuh tangan Rangga yang sudah mengambil wudhu. Rangga balik lagi untuk ngambil wudhu dan marja heran kenapa Rangga harus bolak-balik kamar mandi
Kamar mandi ruang Rangga ngambil air wudhu
Marja
Rangga Marja
: “hai Rangga… kamu kemana aja? Aku udah cari kamu kemana-mana, ternyata kamu di sini, aku butuh bantuan kamu Rangga..” : “aku shalat dulu yah” : “sebentar saja Rangga, soalnya Profesor Reinhard
69
Khan Marja
sudah memberiku batas waktu untuk menyelesaikan proposal tesisku” : “biarkan Rangga menyelesaikan tugasnya sebagai seorang muslim” : “oke, aku minta maaf.. aku tunggu di sini!!”
Marja pergi meninggalkan Rangga dan menceritakan hal tersebut kepada Stefan, dan mulailah perbincangan mengenai Rangga dan agamanya yang rumit.. Marja : “Bagaimana mungkin cuma di sentuh seperti itu aja ko jadi masalah? Stefan : “kau tidak mengerti itu?” Marja : “tidak” Stefan : “aku juga tidak mengerti, itu tidak masuk logikaku” Marja : “itu sama sekali tidak msuk akal, apakah tanganku kotor? Atau apa?” Stefan : “mungkin kau memang gadis “kotor” (sambil menggoda) Marja : “HAHAHA! Lucu sekali! (dengan nada sinis lalu pergi meninggalkan Stefan) Lalu Stefan bertemu Rangga dan membahas hal yang terjadi dengan Marja tadi. Rangga Stefan Rangga Stefan Rangga Stefan Rangga Stefan Rangga
Stefan
Rangga Stefan
: “Jika ada yang ingin kau bicarakan, katakana saja..” : “menurut aku Rangga, Agamamu itu tidak adil, terutama terhadap perempuan” : “oohh.. marja maksudmu? Itu bukan agamaku, itu akunya yang agak kaku untuk masalah itu.. : “bukan hanya itu, kenapa di Agamamu di anjurkan wanita memakai hijab? : “hijab, tujuannya untuk melindungi mereka..” : “dari apa?” : “orang-orang tidak akan melihat mereka dari fisik nantinya, lebih kepada pemikirannya” : “ada satu lagi, kenapa laki-laki di Agamamu di bolehkan berpoligami? : “setauku poligami itu memang boleh “ kalo mampu” tapi aku tidak mampu. Dan tidak semua orang mampu melakukan itu”. : “jangan bilang karna cinta, karena aku yakin semua laki-laki yang mempunyai banyak istri bisa mencintai semua perempuan-perempuannya” : “tidak.. cinta itu tanggung jawab. Seperti kamu kuliah di dua tempat kamu harus menyelesaikannya” : “satu saja udah pusing”
70
Rangga Stefan Rangga
: “nah.. sekarang kamu mengerti” : “mungkin karena itu aku belum menikah..” : “oh itu beda lagi… karna kamu tidak mau bertanggung jawab.
Esokan harinya di rumah, Hanum menunjukan kelembutannya sebagai seorang muslim. Hanum ingin menjadi agen muslim yang baik bagi orangorang di sekelilingnya terutama pada tetangga sebelah rumahnya. Hanum membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat mie goreng dan ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh tetangganya. Sehingga tetangganya ketagihan dan ingin di buatkan ikan asin lagi.
Keakraban Hanum dan tetangganya alex setelah memberikan hidangan makanan
Hanum Alex Hanum Alex Hanum
: hai Alex, aku dan suamiku membuatkan sesuatu untukmu…” : “benarkah?” : “ yaa.. ambillah ini untuk makan siang, ini adalah makanan Indonesia “ mie goreng”, aku harap kau suka. : “ terimakasih” : “ sama-sama”
Mengamalkan perintah-perintah yang disyariatkan agama Islam sebagai agen muslim yang baik dan menjunjung tinggi syariat Islam baik pada saat mayoritas bahkan minoritas sekalipun.
71
Suatu saat, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di paris. Hanum pun diajak Rangga ke paris. Hanum sangat senang. Saat di paris, Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion ( Dewi Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di paris. Bersama marion, Hanum di ajak mengelilingi kota Paris. Hanum di ajak ke menara Eiffel yang merupakan icon kota paris. Marion juga menggajak Hanum ke Museum Louvre. Dalam museum tersebut terdapat beragam foto dan lukisan di antaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung. Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang dilihat bertuliskan la ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe memiliki patung Napoleon Bonaparte. Monumen Arc de Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah kota paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah Mekkah.
Garis lurus melewati Arch de Triumphe, kalau terus ke Timur akan menuju Ka’bah.
Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan Rangga ke Menara Eiffel. Di atas menara Eiffel. Rangga mengumandangkan
72
adzan. Bergetar hati saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jaln-jalan, Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion menitip barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma. Setelah peneliti menganalisis narasi alur tengah film 99 Cahaya di Langit Eropa, maka di dalam alur tengah ini terjadi komunikasi antaragama dan budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi antaragama dan budaya Joseph D. Vito. D. Analisis Komunikasi AntarAgama dan Budaya Masyarakat Muslim Eropa 1. Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hubungan antara warga Indonesia dengan warga negara lain. Dari hasil analisis narasi berdasarkan model analisis narasi Tvzetan Todorov, maka model komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda yang terdapat di alur di alur tengah ini, hubungan antaretnis yang terjadi masih seputar komunikasi yang terjadi antara khan dan stefan yang menjalin hubungan pertemanan, tapi disisi lain pertemanan mereka selalu saja dibumbumi pertikaian soal agama, dimana Stefan selalu saja memancing kemarahan khan dengan mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menyiksa umatnya dengan puasa sebulan penuh, solat 5 waktu. Selain itu juga adanya komunikasi yang terjadi antara Hanum dengan Marion seorang muallaf yang nmerupakan ahli sejarah di paris. Serta komunikasi antara Hanum dan tetangganya Alex.
73
2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda, di alur tengah digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dan khan. Dimana Rangga dan Khan dihadapkan pada masalah ujian yang bentrok dengan solat jum’at. Juga komunikasi antara Rangga dan Profesor Reinhard. Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari profesor untuk melaksanakan solat jum’at dengan alasan dia tidak akan meluluskan mata kuliahnya tahun ini. Dan akhirnya dengan berat hati Rangga mengikuti ujian hari itu. Komunikasi antara Rangga dengan teman-temannya di kampus. 3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda Di alur tengah film 99 Cahaya di Langit Eropa, terdapat komunikasi antara subkultur yang berbeda, yaitu komunikasi yang terjadi antara Rangga sebagai mahaiswa dengan dengan Profesornya Reinhard dosennya di kampus. 4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur tengah terjadi komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan digambarkan dengan adanya Hanum alex tetangganya, dan komunikasi ayse dengan Hanum dan Fatma.
74
5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur tengah terjadi komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dan Hanum, komunikasi antara Rangga dengan marja, komunikasi antara Hanum dengan tetangganya, komunikasi antara marja dengan Rangga, khan, dan Stefan.
E. Analisis Alur Akhir Cerita Film 99 Cahaya di Langit Eropa Bagian penutup sering juga disebut alur akhir atau alur peleraian. Pada bagian ini konflik-konflik yang muncul di bagian perkembangan atau di alur tengah dapat diselesaikan dan menemukan jalan keluarnya. Berikut penjelasan dari analisis narasi film 99 Cahaya di Langit Eropa pada bagian penutup (alur akhir): Dua tahun pasangan Rangga dan Hanum di Wina. Rangga bersiap menyelesaikan program doktornya. Hanum kini bekerja sebagai reporter untuk mengisi hari-hari di Wina selama Rangga (Abimana Aryasatya) sibuk menyelesaikan kuliah. Sementara itu Maarja (Marissa Nasution), gadis berkebangsaan Jerman, antusias mendekati suami Hanum itu demi mendapatkan sedikit perhatian. Konflik rumah tangga Rangga dan Hanum mulai ditampilkan, Hanum mulai merasa cemburu dengan Maarja (Marissa Nasition) teman satu kuliah sang suami yang semakin lama terlihat begitu dekat. Pada saaat hari ulang tahun Hanum, dimana Hanum ingin memberikan kejutan dengan membawa kue ulang tahun ke kampus Rangga. Tanpa disadari
75
Hanum melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain di perpustakaan. Dengan prasaan sedih bercampur kecewa Hanum langsung pergi dan menjatuhkan kuenya di depan ruang perpus. Hanum menangis sendirian di rumah sambil menunggu Rangga pulang.
Marja memeluk Rangga di perpustakaan
Rangga Hanum Rangga Hanum Rangga Hanum Rangga
Hanum Rangga Hanum
Rangga Hanum
Rangga
: “ sayaaang..” : “sayangnya buat perempuan laen aja, enak yah di cium wanita cantik” : “ aku jelasin dulu” : “ mau jelasin apa?” : “ Marja itu sudah biasa seperti itu..” : ooh, jadi kamu biasa di peluk seperti itu, nyelonong ke pipi kamu?” : “ itu sudah budayanya, nyium pipi kiri dan kanan. Dia juga begitu dengan Profesor Reinhard, Stefan, mungkin dengan satpam juga melakukan itu..” : “apaan sii, ga lucu..!!” : “aku ga bermaksud ngelucu loh, aku serius” : “aku tuh tau yah perempuan kalo suka sama cowo kaya gimana dari cara dy mandang kamu aja udah beda. Masa kamu ga merasa itu sih?” : “tapi aku udah berusaha nolak tadi…” : “kamu tuh inget ga sii hari ulang tahun aku? Boro-boro ngasih kado, kamu gak ada waktu buat aku gak apaapa, kamu sibuk aku ga apa-apa. Asal satu, kamu hargailah perasaan aku janganlah macem-macem..” : “ aku tidak pernah macem-macem dan aku tidak pernah lupa ulang tahun kamu. (Rangga pergi dan menaruh kado yang sudah disiapkan di samping Hanum)”
76
Melihat kado pemberian Rangga, Hanum terharu dan merasa bersalah telah maki-maki Rangga. Hanum keluar dan mencari Rangga untuk meminta maaf dan berterimakasih atas kado yang di berikan.
Kemesraan Hanum dan Rangga setelah bertengkar
Begitu juga ketika Hanum mengizinkan suaminya ikut kegiatan dansa bersama Marjaa atas undangan profesor yang membimbing Rangga. Saya tertengun sikap moderat, toleransi yang tinggi dari Hanum. Padahal kultur asli Hanum adalah orang Yogya, etika Jawa-nya kental, lingkungan santri kental. Pendidikan, pengetahuan dan pengalaman hidup yang merubahnya menjadi agen muslim yang baik yang didapatnya dari Fatma. Adegan ini diakhiri dengan menyentuh ketika Rangga mengajak Hanum berdansa di lapangan terbuka. Rangga memberikan kado lainnya perjalanan ke Cordoba yang pernah diminta Hanum. Khan (Alex Abbad) menerima telepon dari ibunya di Pakistan dan menyampaikan bahwa sang ayah menjadi korban serpihan bom. Tidak ingin mengganggu sang anak yang sedang menimba ilmu di negeri seberang, sang ayah memintanya untuk segera menyelesaikan studi-nya dan segera kembali ke Pakistan untuk membangun negaranya menjadi lebih baik lagi. Menjelang
77
ujian, Khan meminta tolong kepada Rangga agar dia diizinkan untuk ujian terlebih dahulu, dan Rangga menyetujuinya. Stefan yang mengetahui hal tersebut menjadi marah karena merasa Rangga-lah yang jauh lebih siap. Untuk kesekian kalinya, pertengkaran kembali muncul dipersahabatan mereka. Hingga suatu hari, Stefen ditimpa musibah dan untuk kesekian kalinya juga persahabatan meraka kembali diuji. Khan Rangga Stefan
Rangga Stefan
: “ terimakasih Rangga, setelah semuanya selesai saya akan langsung balik lagi ke sini.. “ : “ itu harus..” : “solidaritas kalian itu udah keterlaluan Rangga, kamu ini udah di intimidasi oleh khan. Bagaimana mungkin di maju duluan”. : “kalo kamu mau maju duluan, silahkan..! tapi biarkan khan maju pertama”. : “ini bukan masalah siapa yang duluan, masalah disini kalian manusia beragama yang sangat menyebalkan”.
Perselisihan antara Khan, Stefan dan Rangga
Sepulangnya dari kampus Stefan mengalami kecelakaan dan saat itu Khan lah yang menolong Stefan. Disitulah Rangga menceritakan bahwa selama ini yang menemani dan menjaga dia di rumah sakit adalah Khan, Khan harus segera menyelesaikan ujiannya karna ayahnya sedang di rawat akibat terkena bom di negaranya. Mulai saat itu Stefan menjadi baik dan meminta maaf kepada Khan atas sikap nya selama ini.
78
Cordoba bukan negara Islam seluruhnya, namun toleransi antar agama menjadi suatu landasan kuat hingga menjadi kota yang sangat dikagumi sekaligu membuat iri kota- kota lai. di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu masjid besar yang menjadi Kathedral setelah jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan ratu Isabela. Sementara itu Granada adalah kota terkahir dimana Islam takluk di daratan Eropa. di Granada terdapat benteng megah yang menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan. Selanjutnya mereka berkesempatan menjelajahi Istanbul. Istanbul/ kontatinopel adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan. Pada masa itu, luas wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di Turki tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. di Turki juga terdapat Hagia Sophia, bekas gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan museum oleh pemerintah Turki.
Kebersamaan Rangga dan sahabatnya saat wisuda Rangga
Hanum dan suaminya tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Perjalanannya menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam, mengantarkannya pada titik awal pencarian makna dan hidup,
79
Makin mendekatkan pada sumber kebenaran abadi yang Maha sempurna.
Saat pertama kali Hanum mulai memakai hijab
Setelah peneliti menganalisis narasi alur akhir film 99 Cahaya di Langit Eropa, maka di dalam alur akhir ini terjadi komunikasi antaragama dan budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi antaragama dan budaya Joseph D. Vito.
F. Analisis Komunikasi Antar Agama dan Budaya Masyarakat Muslim Eropa 1. Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda Komunikasi antaretnis yang terjadi pada alur akhir masih seputar komunikasi yang terjadi antara khan dan Stefan konflik yang melatar belakangi agama dan budaya di antara mereka selalu saja membuat meraka berantem, tapi setelah kejadian Stefan ketabrak mobil dan khan yang menolong sejak itu mereka mulai akur dan berteman baik. Juga komunikasi yang terjadi antara Rangga dengan marjan serta komunikasi antara Rangga dan Hanum dengan orang-orang yang mereka temui selama di Eropa. 2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda Pada alur akhir ini, komunikasi antara kelompok agama yang berbeda masih digambarkan dengan hubungan komunikasi antara Rangga,
80
Khan dan Stefan. Stefan yang selalu memandang bahwa agama Islam itu agama yang ribet dan merepotkan. Tapi Rangga selalu memberi jawaban yang rasional dari setiap pertanyaan-pertanyaan Stefan tentang Islam. 3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda Komunikasi antara subkultur yang berbeda di alur akhir film 99 Cahaya di Langit Eropa digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dan Rangga yang memiliki profesi berbeda, yang berusaha untuk saling mengisi dan setia 4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur akhir terjadi komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dan leon, leon yang sengaja menitipkan surat untuk ayse kepada Hanum, yang berisi permohonan maaf karna selalu mengejek Ayse. 5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur akhir, komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dengan Rangga, komunikasi antara Rangga dengan Marja, komunikasi antara Marja dengan Khan dan Stefan, komunikasi antara Hanum dengan Khan dan Stefan, dan lain-lain.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa sangat jelas digambarkan bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama, dan yang berbeda keyakinan. Digambarkan bagaimana sosok Fatma Pasha seorang imigran Turki yang membalas ejekan dari warga Austria (non muslim) dengan cara yang sangat elegan. Lebih dari itu, film 99 Cahaya Di Langit Eropa juga menguak Sejarah Peradaban Islam yang sangat berperan di Eropa, Eropa, tidak hanya kecantikan natural melainkan menyimpan kedalaman Sejarah dan keunggulan Peradababan. Meskipun terdiri dari berbagai Negara, Ras, dan Bahasa namun Eropa seakan menjadi sebuah identitas tersendiri bagi siapapun yang mengenalnya. Segala yang berbau Eropa pasti mengundang decak dan sambutan waah. Namun, Lagi-lagi Eropa bukan hanya sekedar menara Eiffel, Eropa bukan hanya sekedar Colloseum atau bahkan juga bukan hanya sekedar stadion-stadion raksasa milik Liga-Liga Eropa penguasa jagad sepakbola dunia. Ya, Eropa menyimpan peradaban Islam yang begitu Agung. Dari hasil penelitian dan penelusuran peneliti dalam analisis narasi terhadap film 99 Cahaya di Langit Eropa dalam perspektif komunikasi antaragama dan budaya ini dapat disimpulkan bahwa narasi yang ditampilkan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa menurut model analisis narasi Tvzetan
81
82
Todorov, dalam film ini memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal, tengah, dan akhir. 1. Alur awal Pada bagian ini disajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Di bagian pendahuluan ini harus berisi cerita yang dapat menarik minat penonton untuk melihat adegan selanjutnya. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, pada alur awalnya diceritakan dari tempat dimana jejak-jejak perjuangan Islam oleh para shuhadah untuk Agama ini, di Negara-negara yang agama Islam masih bersimbol “teroris”. Merasakan indahnya menjadi agen muslim, Yang dapat dihargai oleh agama lain di Negara-negara Eropa sana. Bukan tentang pedang yang di angkat di tangan, bukan tentang suara lantang mengancam untuk mencoba membenarkan. Tapi dengan senyum keihlasan memberi dan menerima tanpa membedakan siapa kamu? Apa Agamamu? Dan dari mana Negaramu? Dengan rasional dan emosi yang lembut. Tentang tingkah laku dan perangai yang baik sehingga mampu memberikan cahaya bagi lorong-lorong gelap di lingkungan sekitar. 2. Alur Tengah Alur tengah merupakan lanjutan dari bagian pendahuluan. Pada bagian tengah ini mulai muncul konflik antara tokoh-tokoh dalam cerita. Bagian ini juga mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, yang merupakan bagian alur
83
tengah cerita yang menceritakan tentang toleransi antarsesama dan antar umat beragama. Toleransi adalah sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Salah satunya adalah toleransi beragama. Terlepas dari masalah toleransi yang di ulas pada Film 99 Cahaya di langit Eropa yang paling berkesan adalah melihat titik-titik cahaya di Eropa , Subhanallah itu sangat mengagumkan akan keberasan Agama Islam. Langkah kaki dan hidayah-hidayah yang masuk seperti tak menyangka bahwa itu nyata adanya. 3. Alur Akhir Alur akhir adalah titik klimaks dari konflik yang terjadi di dalam cerita film. Pada bagian ini juga terjadi peleraian dan jalan keluar dari konflik yang terjadi. Bagian ini juga merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna dari cerita. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, Akhir dari perjalanan tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya mereka menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarian jati diri yang telah mengantarkannya pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Hanum dan suaminya tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Perjalanannya menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah
84
dipancarkan oleh Islam, mengantarkannya pada titik awal pencarian makna dan hidup, Makin mendekatkan pada sumber kebenaran abadi yang Maha sempurna. Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa analisis narasi terhadap film 99 Cahaya di Langit Eropa berdasarkan model analisis narasi tiga alur, maka cerita dalam film ini terdiri atas alur awal, tengah, dan akhir. Ketiga alur tersebut sangat sesuai jika dikaitkan dengan bentuk aktor komunikasi antaragama dan budaya. Alur awal, tengah, dan akhir film ini setelah dikaitkan dengan bentuk aktor komunikasi antaragama dan budaya, maka dalam ketiga alur tersebut setidaknya terdapat lima bentuk aktor komunikasi antaragama dan budaya. Kelima bentuk aktor komunikasi itu adalah: 1. komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda; 2. komunikasi antara kelompok agama yang berbeda; 3. komunikasi antara subkultur yang berbeda; 4. komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan; dan 5. komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. Kelima model komunikasi antaragama dan budaya tersebut tergambar dengan jelas dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa dilihat dari dialog para tokoh pemerannya. B. Saran Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini adalah: 1. Saat menonton sebuah film dibutuhkan sikap kritis untuk tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah cerita atau
85
adegan sehingga penonton tidak hanya menjadi korban cerita tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang disampaikan melalui film tersebut. 2. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya penulis sendiri. Karena sebagai umat muslim setidaknya skripsi ini bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan tentang peradaban-peradaban Islam di belahan dunia lain, dimana kita sendiri belum mampu mengetahuinya kecuali dengan ilmu pengetahuan dan berbagai sumber.
DAFTAR PUSAKA A Devito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang: Karisma Publishing Group 2011). Bakry, Hasbullah. Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1986). Branston, Gill and Stafford,Roy. The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge, 2003). ______ . The Media Student’s Book, (London dan New York: Routledge, 2003). David, Bordwell and Kristin, Thompson. Film Art an Introduction, Fourth Edition (Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006). Faisal Bakti, Andi. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004). Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). J. Moeleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Rosdakarya, 2002).
(Bandung: PT Remaja
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997). Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2008). ______ . Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003). Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992). Pratista, Himawan, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008). Pratista, Himawan. Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. Ke-1. Ryan Mayer, Islam di Spanyol (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI 2011). Sobur, Alex. Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001).
________ , Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya 2006). Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005. Sunarwinadi Ilya, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI, 2009). Thwaites,Tony. dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta: Jalasutra, 2009). W. Creswell, John. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010). Wawancara via telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Jakarta 25 oktober 2014
Website www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/30/mx1b34film-99-cahaya-di-langit-eropa-sarat-syiar-islam Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik . erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-danbudayanya.html. http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastradisusun-oleh.html, sofia-zhanzabila.blogspot.com/2013/12/kesan-sehabis-menonton-film-99cahaya.html Http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tzvetan_TodorovStrasbourg_2011_%283%29.jpg, diakses
Hasil wawancara dengan penulis novel / penulis naskah, Bapak Rangga Almahendra via telfon 1. Dari mana ide atau gagasan bapak untuk membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa? 99 Cahaya di Langit Eropa itu di dapat dari pengalaman pribadi mereka (Rangga Almahendra dan Hanum salsabiel Rais) selama tinggal di Austria yang kurang lebih tiga setengah tahun, banyak sekali pengalaman berharga selama mereka tinggal di Eropa yang sayang sekali jika disimpan sendiri , maka dari itu mereka membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa ini untuk dibagi kepada masyarakat Indonesia. Yang idenya itu mereka ingin sekali menyampaikan tentang The voice of modern Islam agar suara islam yang cinta damai yang Rahmatan lilalamin juga senantiasa bisa di suarakan, bukan hanya islam yang radikal atau garis keras saja yang di beri kesempatan di media. 2. Mengapa novel ini di beri judul 99 Cahaya di Langit Eropa? 99 Cahaya di Langit Eropa terkait dengan Asmaul Husna yang juga terdiri dari 99 nama-nama ALLAH yang menjadi simbol kesempurnaan islam. Yang lebih penting 99 Cahaya di Langit Eropa bukan hanya cerita rangga dan hanum, tapi ingin menyampaikan bahwa film ini ingin mewakili suara 99 persen muslim yang cinta damai. Selama ini yang sering di ekspose di media mungkin hanya satu persen atau bahkan kurang muslim yang identik dengan radikalisme atau kekerasan. Sementara 99 muslim yang cinta damai tidak dikasih kesempatan untuk bersuara. Oleh karna itu mereka menulis buku 99 cahaya di Eropa ini ingin menyuarakan suara-suara muslim di belahan dunia, bahwa agama Islam bukanlah teroris melaikankan agama yang cinta damai Rahmatan lilalamin.
3. Pesan apa yang ingin disampaikan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa? Pesan utama dari film ini adalah ajakan untuk menjadi agen muslim yang baik be a good agen of muslim yang intinya bahwa agen muslim yang baik itu adalah orang muslim yang selalu memberi manfaat untuk sekitarnya memberi berkah untuk sekitarnya, dan juga bisa menjadi jembatan atas segala perbedaan. Agen muslim yang senantiasa menunjukan karya dan prestasi dimanapun dia berada. Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang lebih penting amalan, bahwa islam itu bukan tentang jalan yang di pilih tapi juga tentang jejak yang harus di tinggalkan di lingkungannya. 4. Bagaimana kehidupan msyarakat muslim di eropa? Kehidupan muslim di eropa sendiri saat ini yang sedang marak yaitu Islamo fobia, Islamo fobia itu adalah ketakutan terhadap agama Islam. Ini ada banyak sebab salah satunya mungkin warisan dulu selama ribuan tahun perang salib, terus kemudian sekarang di media-media radikalisme ada di mana-mana sehingga sebagian masyarakat Eropa memang agak “Takut” terhadap Islam/ muslim. Dan sayangnya itu terjadi bukan hanya di Eropa tapi di seluruh dunia juga sama. media-media Indonesia pun sekarang sangat genjar sekali memberitakan beritaberita yang menyudutkan umat Islam. Jadi saya rasa memang kita sebagai umat muslim perlu berbicara lebih dengan karya bukan dengan pedang. menunjukan pada dunia bahwa Islam itu Rahmatan lilalamin.
5. Faktor apa yang membuat wanita sulit mendapatkan pekerjaan di Eropa selain karena memakai hijab? Sebenarnya bukan hanya kesulitan karna memakai hijab, tapi memang selama ini klo di Eropa prinsip yang di pakai adalah profesionalisme. jadi mereka itu lebih melihat pada karya atau prestasi bukan di lihat dari mana atau karna memakai hijab atau tidak. Tapi memang ada pandangan di Eropa ini kalau perempuan berhijab itu identik dengan klo bahasa jawanya itu “asah-asah lalu momong bocah” hanya menjadi konco wingking dibelakang saja, jadi memang dunia muslimah itu di anggap sebagai dunia yang dekat dengan konco wingking itu teman yang di belakang tidak pernah yang di depan untuk berkarya atau berprestasi. Itu yang membuat beberapa dari mereka yang sulit mencari pekerjaan.