Agric. Sci. J. – Vol. II (1) : 31-52 (2015)
PENGARUH BERBAGAI PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANDUM (TRITICUM AESTIVUM L.) KULTIVAR DEWATA DI DATARAN MEDIUM JATINANGOR The Effect of Plant Spacing and Concentration of Gibberellin (GA3) on Growth and Yield of Wheat (Triticum aestivum L.) Cultivar Dewata in Medium Land Jatinangor Efrida Ariani2, Fiky Yulianto Wicaksono1, Aep Wawan Irwan1, Tati Nurmala1, Yuyun Yuwariah1 1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara jarak tanam dengan konsentrasi giberelin yang dapat memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum di dataran medium. Percobaan dilakukan sejak Mei 2014 hingga September 2014 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dengan ketinggian tempat yaitu ± 750 meter di atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor perlakuan, masing-masing terdiri dari 3 taraf faktor, yang diulang tiga kali. Faktor pertama adalah jarak tanam, terdiri dari taraf jarak tanam larikan (25 x 0 cm), jarak tanam legowo 2 : 1 (25 x 12,5 x 25 cm) dan jarak tanam persegi (25 x 25 cm). Faktor kedua adalah konsentrasi giberelin (GA3) terdiri dari taraf konsentrasi 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dan konsentrasi giberelin terhadap indeks luas daun (ILD), jumlah gabah isi, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot biji per petak. Jarak tanam larikan dan konsentrasi giberelin 750 ppm menunjukkan indeks luas daun tertinggi (ILD). Jumlah gabah isi menunjukkan hasil tertinggi pada taraf jarak tanam legowo 2 : 1 dan taraf konsentrasi giberelin 250 ppm. Perlakuan jarak tanam legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin 250 ppm menghasilkan bobot biji per malai tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan jarak tanam legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin 500 ppm. Bobot biji per tanaman tertinggi pada taraf jarak tanam legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin 250 ppm. Bobot biji per petak pada taraf jarak tanam larikan dengan konsentrasi giberelin taraf 250 ppm menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan taraf jarak tanam legowo 2 : 1 dan konsentrasi giberelin taraf 250 ppm. Kata Kunci : giberelin, jarak tanam, pertumbuhan dan hasil, tanaman gandum ABSTRACT The objective of this experiment was to study the interaction effect of plant spacing and concentration of gibberelin (GA3) that could give the best effect on growth and yield of wheat in medium land. The experiment was held from May 2014 until September 2014 at The Experimental Field of Ciparanje, Faculty of Agriculture, University of Padjadajaran, with an altitude of about 750 metres above sea level. The experimental design used was Randomized Block Design with factorial pattern which consisted of two factors and replicated three times. The first factor was plant spacing which consisted of three levels : row plant spacing (25 x 0 cm) legowo plant spacing 2 : 1 (25 x 12,5 x 25 cm) and square plant spacing (25 x 25 cm). Diterima 29 November 2014. Disetujui 20 Januari 2015. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
The second factor was concentration of gibberellin (GA3) consisted of three levels : 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm. The results of this experiment showed that there were interaction effect between plant spacing and concentration of gibberellin on leaf area index (LAI), number of grains, grain weight per panicle, grain weight per plant and grain weight per plot. Row plant spacing and gibberellin 750 ppm showed the highest leaf area index (LAI). Number of grains showed the highest yields on level of legowo 2 : 1 plant spacing and concentration of gibberellin at level 250 ppm. Legowo 2 : 1 plant spacing and concentration of gibberellin at level 250 ppm produce the highest grain weight per panicle but it was the same with legowo plant spacing 2 : 1 with 500 ppm concentration of gibberellin. Grain weight per plant showed the highest yield on legowo 2 : 1 plant spacing with 250 ppm concentration of gibberellin. Grain weight per plot on row plant spacing with concentration of gibberellin 250 ppm showed the yield was the same as legowo plant spacing level and concentration of gibberellin 250 ppm. Keywords : gibberellin, plant spacing, growth and yield, wheat PENDAHULUAN Gandum (Triticum aestivum L.) adalah sekelompok tanaman dan mempunyai prospek yang sangat besar karena kaya akan gluten serta mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 60-80% dan protein sebesar 13% (Wibowo, 2009). Bagi masyarakat Indonesia, tepung terigu merupakan bahan makanan pokok penting kedua setelah beras. Tanaman gandum memiliki peran yang sangat strategis sebagai tanaman industri makanan olahan di Indonesia seperti mie instan, kue-kue, macaroni, spagheti dan lain sebagainya. Menurut data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menunjukkan, konsumsi terigu pada Januari 2013 mencapai 5,7 juta ton (Balitsereal, 2013). Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia. Berdasarkan laporan United State Department of Agriculture (USDA) Mei 2012, impor gandum Indonesia diprediksi menembus 7,1 juta ton, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 6,7 juta ton (Detikfinance, 2012). Oleh karena itu produksi gandum dalam negeri harus ditingkatkan agar dapat mengurangi ketergantungan impor gandum dan meningkatkan produksi tepung terigu nasional. Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga terdapat beberapa kendala yang sering dialami budidaya tanaman gandum di daerah tropis
yaitu variabel iklim tumbuh seperti suhu udara dan hujan, baik curah maupun distribusinya selama masa pertumbuhan. Indonesia yang tergolong daerah tropis masih terbatas dalam mengembangkan budidaya tanaman gandum yang biasa tumbuh pada daerah subtropis. Daerahdaerah dengan lingkungan yang memenuhi syarat tumbuh gandum terkonsentrasi pada dataran tinggi yang lebih didominasi oleh tanaman hortikultura dan ini akan menimbulkan kompetisi yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalian potensi tanaman gandum yang dapat tumbuh dan berkembang di dataran medium dengan ketinggian 500-900 meter di atas permukaan laut (Puslitbang Tanaman Pangan, 2008). Pemerintah telah melepas beberapa varietas gandum, salah satunya adalah kultivar Dewata yang dapat tumbuh dan beradaptasi di dataran rendah dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar lainnya (Direktorat Serealia, 2004). Perubahan iklim yang tidak menentu akan berdampak buruk terhadap sektor pertanian. Salah satunya yaitu jika menanam di musim kering, keadaan lingkungan yang dialami yaitu curah hujan rendah dan suhu tinggi. Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi
32
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
pengembangan sel, sintesis protein dan sintesis dinding sel. Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan aktivitas beberapa enzim (Gardner dkk., 1991). Secara umum, pengaruh suhu tinggi terhadap perkembangan bulir pada serealia meliputi laju perkembangan bulir yang lebih cepat, penurunan berat bulir, biji keriput, berkurangnya laju akumulasi pati serta perubahan komposis lipid dan polipeptida (Stone, 2001). Meningkatnya suhu dapat menyebabkan menurunnya produksi gandum. Untuk meningkatkan produksi perlu dilakukan upaya pengembangan teknologi budidaya berupa rekayasa lingkungan yaitu pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan pengaturan jarak tanam. ZPT mampu mempengaruhi sintesis protein termasuk klorofil, dengan peningkatan klorofil maka fotosintat yang dihasilkan meningkat (Abidin, 1994). Salah satu hormon tanaman yang penting adalah giberelin. Giberelin dapat merangsang pertumbuhan dan mengendalikan pertumbuhan tanaman termasuk pembungaan, pemanjangan batang dan pematahan dormansi biji (Salisbury dan Ross, 1995). Giberelin dapat pula menggantikan perlakuan suhu rendah (2°-4°C) pada tanaman (Heddy, 1986). Giberelin yang banyak digunakan untuk penelitian adalah asam giberelat (GA3). Fotosintesis membutuhkan cahaya dan pengaturan jarak tanam merupakan salah satu upaya agar tanaman dapat menyerap cahaya matahari dengan baik. Pengaturan jarak tanam membuat cahaya matahari dapat leluasa masuk ke sekitar tanaman. Cahyono (2002) menjelaskan bahwa pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian, diharapkan dengan pengaturan jarak tanam dan pemberian giberelin dapat berpengaruh pada tanaman dalam menyerap sinar matahari untuk fotosintesis dan meningkatkan hasil fotosintat tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman gandum yang ditanam di dataran medium. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Tempat percobaan terletak pada ketinggian ± 750 m di atas permukaan laut (dpl) dengan ordo tanah Inseptisol. Tipe curah hujan termasuk E3 berdasarkan klasifikasi Oldeman. Percobaan dilaksanakan dari bulan Mei 2014 - September 2014. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih gandum (Triticum aestivum L.) kultivar Dewata yang diproduksi oleh laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Mad Gib (GA3 20%), pupuk urea (45%), SP36 dan KCl, CaCl dan asam salisilat, Furadan, Dithane dan Curacrone (untuk menghindari tanaman dari serangan penyakit). Alat yang digunakan dalam persiapan lahan hingga panen yaitu cangkul, kored, tugal, karung plastik, ember, alat penyemprot (sprayer), tali rapia, gunting, kantung plastik, kertas label, klorofil meter, blender, peralatan pengamatan di lapang, timbangan, meteran, oven, peralatan dokumentasi, peralatan laboratorium untuk analisis tanah, serta software DSAASTAT untuk analisis data. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial. Berikut merupakan susunan rancangan perlakuan percobaan : Faktor I adalah pengaturan jarak tanam (J) dengan taraf : j1 : Pengaturan jarak tanam larikan (25 x 0 cm) j2 : Pengaturan jarak tanam legowo 2 : 1 (25 cm x 12,5 cm x 25 cm) j3 : Pengaturan jarak tanam persegi (25 cm x 25 cm)
33
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Faktor II adalah konsentrasi hormon giberelin (G) dengan taraf : g1 : 250 ppm g2 : 500 ppm g3 : 750 ppm Kombinasi lengkap taraf ke dua faktor tersebut sebagai perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan 3 x 3 x 3 = 27 plot percobaan. Untuk menguji perbedaan dari pengaruh tiap-tiap perlakuan digunakan Uji F pada taraf 5%. Kaidah keputusan dari uji F ini adalah sebagai berikut : 1. Jika Prob F ≤ 0,05 maka dinyatakan ada perbedaan yang nyata antar perlakuan, sehingga perlu pengujian lebih lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. 2. Jika Prob F > 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi perbedaan yang nyata. Variabel Respons Pengamatan terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang terdiri dari hasil analisis tanah awal; data curah hujan, suhu dan kelembaban; hama, penyakit dan gulma di areal pertanaman; umur berbunga dan umur panen. Pengamatan utama diantaranya komponen pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per tanaman, indeks luas daun, bobot kering tanaman, bobot kering akar, nisbah pupus akar, kandungan klorofil. Komponen hasil dan hasil terdiri jumlah malai, panjang malai, bobot 100 butir, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, persentase gabah isi, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak dan indeks panen. Kualitas hasil terdiri dari rendemen tepung dan kadar gluten. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Penunjang Pengamatan dilakukan terhadap analisis tanah, data lingkungan (curah hujan, suhu dan kelembaban), serangan hama dan penyakit serta gulma yang terdapat pada areal pertanaman gandum, umur berbunga dan umur panen. Tanah pada tempat percobaan memiliki pH 5,96
dengan kriteria agak masam dan tidak sesuai dengan syarat pH tanah untuk budidaya gandum yaitu 6 - 7, C/N tanah bernilai 7 dengan kriteria rendah, kandungan C sebesar 1,5% N sebesar 0,2% memiliki kriteria rendah. Kandungan P2O5 sebesar 51,5 dengan kriteria tinggi dan K2O sebesar 26,0 dengan kriteria rendah. Tanah tersebut memiliki kandungan pasir 9%, 50% debu dan 41% liat. Berdasarkan segitiga penentuan kelas tekstur tanah, dapat diketahui bahwa tanah tersebut termasuk tekstur liat berdebu. Tanah tempat percobaan termasuk dalam klasifikasi tanah Inseptisol. Keasaman (pH) tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan gandum karena pH sangat berhubungan dengan ketersediaan unsur hara. Pada pH yang rendah ketersediaan N, P, K, S, Mg, Ca dan Mo sangat rendah. Pada kondisi pH rendah, mikroorganisme tanah menjadi kurang aktif melakukan penguraian bahan organik dan membantu cepatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah (Agustina, 2004). Berikut adalah tabel curah hujan, suhu dan kelembaban udara pada setiap fase tumbuh gandum. Dari tabel diatas dapat dilihat ratarata curah hujan harian pada tiap fasenya kurang dari curah hujan harian optimal yang dibutuhkan tanaman gandum yaitu 4,2 mm/hari. Suhu rata-rata pada tiap fase berkisar antara 22,82 - 22,95oC dan kelembaban udara nisbi berkisar antara 74,87 – 80,14%. Menurut syarat tumbuh, gandum dapat tumbuh optimal pada suhu 15 – 18oC dan kelembaban udara 80 – 90%. Suhu tinggi dan kelembaban rendah dapat menyebabkan gandum terkena cekaman panas dan kekeringan yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Hama yang terdapat antara lain belalang (Valanga nigricornis Burn.), ulat grayak (Spodoptera litura), dan ulat jengkal (Plusia chalcites Esper). Belalang menyerang daun tanaman pada fase pertumbuhan awal. Ulat grayak dan ulat jengkal menyerang tanaman 34
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
dengan cara menggerek daun sehingga daun tanaman berlubang. Serangan ini terjadi pada fase pertumbuhan lanjut dan memasuki fase berbunga. Penyakit yang ditemukan yaitu noda hitam yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. dan Alternaria sp. merupakan penyakit utama yang menyerang malai, yang memberikan noda hitam pada sekam dan ekor gabah gandum (Nurmala dan Irwan, 2007). Pengamatan Utama a. Komponen Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil uji, pengaturan jarak tanam dan konsentrasi giberelin tidak memberikan pengaruh interaksi. Perlakuan jarak tanam yang lebih rapat pada umur 3 sampai 7 minggu setelah tanam (MST) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi namun pada 8 MST semua perlakuan jarak
tanam tidak berbeda nyata. Konsentrasi giberelin diaplikasikan pada 7 MST dan terlihat konsentrasi 750 ppm memberikan pengaruh terbesar terhadap tinggi tanaman. Perlakuan berbagai jarak tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman tertinggi terlihat pada perlakuan jarak tanam yang lebih rapat yaitu jarak tanam larikan. Hal tersebut terjadi karena terjadi kompetisi antar individu tanaman yang tumbuh dalam suatu hamparan lahan dalam mencari sinar matahari menjadi sangat ketat. Dengan populasi tanaman yang padat, maka akan memicu terjadinya kompetisi antar tanaman dalam hal pemanfaatan sinar matahari, sehingga memacu tanaman lebih tinggi bila dibandingkan dengan populasi tanaman yang lebih rendah, karena adanya perbedaan sistem tanam (Aribawa, 2012).
Tabel 1. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Tinggi Tanaman Gandum Kultivar Dewata Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 26,1 b 29,1 b 30,8 b 35,3 b 48,3 b 67,8 j2 (legowo) 24,6 ab 27,3 ab 29,3 b 32,6 a 42,1 a 65,6 j3 (persegi) 23,5 a 25,8 a 27,3 a 30,5 a 41,5 a 64,2 Konsentrasi Giberelin (G) : g1 (250 ppm) 24,9 27,7 29,3 33,1 42,3 62,0 a g2 (500 ppm) 24,9 27,5 29,3 33,1 46,0 67,5 b g3 (750 ppm) 24,3 27,0 28,7 32,1 43,6 67,9 b Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% sedangkan yang tidak diikuti huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Menurut Davies (1995) penggunaan GA3 akan mendukung pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan sebagai bentuk awal dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin akan meningkatkan kandungan auksin. Efek fisiologis yang khas pada tanaman yang diperlakukan dengan GA3 adalah terjadinya pemanjangan batang, akibat adanya aktivitas kambium di internodus, sehingga tanaman yang diperlakukan menjadi lebih
tinggi daripada tanaman normal (Wareing dan Philips, 1970). Jumlah Daun Pada Tabel 2, dapat dilihat jarak tanam larikan menunjukkan jumlah daun terbanyak pada umur 3 sampai 5 MST namun setelah itu jumlah daun justru semakin banyak pada jarak tanam lebar yaitu legowo 2 : 1 dan persegi. ZPT giberelin di berikan pada umur 7 MST.
35
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Tabel 2. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Jumlah Daun Tanaman Gandum Kultivar Dewata Jumlah Daun Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 5,04 b 8,73 b 12,73 b 20,18 54,24 91,69 a j2 (legowo) 3,93 a 7,38 a 11,42 ab 24,20 55,24 118,33 b j3 (persegi) 4,20 ab 7,09 a 10,71 a 20,91 57,42 119,76 b Konsentrasi Giberelin (G) : g1 (250 ppm) 4,58 7,76 11,31 21,49 53,44 107,38 a g2 (500 ppm) 4,40 7,69 11,71 22,53 56,69 110,27 b g3 (750 ppm) 4,20 7,76 11,84 31,27 56,78 112,13 b Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% sedangkan yang tidak diikuti huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Konsentrasi giberelin pada taraf 750 ppm menunjukkan pengaruh terbesar namun tidak bereda nyata dengan taraf 500 ppm. Tinggi tanaman akan diikuti pertambahan jumlah daun. Dalam hal ini jumlah daun tidak berkorelasi positif dengan tinggi tanaman dikarenakan perbedaan sistem tanam, kerapatan tanaman menyebabkan saling menaungi sehingga mengurangi laju penguapan dari tanaman dan tanah (evapotranspirasi) (Bunyamin dan Awaluddin, 2012). Menurut Liu dan Loy (1976), giberelin memacu pertumbuhan sel dengan cara meningkatkan hidrolisis amilum, fruktan dan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa sehingga dapat digunakan untuk respirasi yang menghasilkan energi. Energi tersebut kemudian akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dan komponenkomponen sel lain sehingga proses pembentukan sel dapat berlangsung dengan cepat. Giberelin juga menurunkan potensial air sehingga air dapat masuk ke dalam sel lebih cepat dan terjadi pembentangan sel. Namun, efek fisiologis giberelin (GA3) lebih banyak pengaruhnya pada pertumbuhan ruas-ruas batang daripada pertumbuhan jumlah daun (Prawiranata dkk., 1981).
Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan (Humphries dan Wheeler, 1963). Posisi daun pada tanaman merespons kondisi lingkungan yang lebih baik, seperti ketersediaan air (Ralph, 1982). Pada saat fase vegetatif awal curah hujan sangat sedikit yaitu 1,19 mm/hari menyebabkan tanaman kekeringan. Air merupakan bahan baku fotosintesis, jika ketersediaan air untuk tanaman tidak tercukupi maka akan menghambat proses fotosintesis yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sel tanaman terhambat terutama pembentukan daun sebagai tempat untuk berfotosintesis. Jumlah Anakan Dari hasil analisis dapat terlihat jarak tanam lebih lebar menghasilkan anakan lebih banyak dibanding jarak tanam sempit. Konsentrasi giberelin pada tiap tarafnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Jarak tanam yang sempit menyebabkan jumlah anakan yang dihasilkan sedikit karena terjadi kompetisi ruang tumbuh tanam, sedangkan semakin lebar jarak tanam membuat jumlah anakan semakin banyak.
36
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Tabel 3. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Jumlah Anakan Tanaman Gandum Kultivar Dewata Jumlah Anakan Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 0,71 2,04 b 3,33 b 5,58 18,42 24,38 a j2 (legowo) 0,40 1,47 a 3,04 ab 7,38 22,00 31,29 b j3 (persegi) 0,38 1,38 a 2,73 a 6,02 21,27 31,29 b Konsentrasi Giberelin (G) : g1 (250 ppm) 0,78 b 1,64 2,91 6,13 20,11 28,22 g2 (500 ppm) 0,47 ab 1,60 3,07 6,71 20,47 29,29 g3 (750 ppm) 0,24 a 1,64 3,13 6,13 21,11 29,44 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% sedangkan yang tidak diikuti huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Sugiyanta dan Muliasari (2010) Indeks Luas Daun menyatakan bahwa jarak tanam yang lebar Tabel 4 menunjukkan pengaruh tanaman memiliki akses hara, air dan perlakuan jarak tanam larikan dengan cahaya lebih banyak sehingga dukungan konsentrasi giberelin 750 ppm untuk perkembangan anakan berikutnya menunjukkan indeks luas daun terbesar, terpenuhi. Perlakuan jarak tanam yang begitu juga dengan pengaruh jarak tanam berbeda menghasilkan jumlah anakan yang legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin berbeda. Jarak tanam yang lebih rapat 250 ppm. (larikan) menghasilkan anakan lebih sedikit Menurut Salisbury dan Ross (1995), dibandingkan dengan jarak tanam yang daun tunggal pada tanaman yang ternaungi lebih lebar yaitu legowo 2 : 1 dan persegi. akan lebih lebar dan tipis daripada daun Kondisi tersebut disebabkan jarak tanam tunggal yang tidak ternaungi dalam hal ini yang sempit kurang menguntungkan bagi jarak tanam larikan. Hal ini sebagai bentuk tanaman untuk memperoleh asupan adaptasi morfologi tanaman untuk kebutuhan faktor tumbuh yang lebih memaksimalkan penangkapan cahaya dibandingkan jarak tanam yang lebar.Jarak dengan intensitas rendah. Pada interaksi tanam yang lebar penyerapan unsur hara, jarak tanam legowo 2 : 1 dengan sinar matahari dan udara optimal sehingga konsentrasi giberelin 250 ppm terlihat memberi kesempatan pada tanaman bahwa giberelin yang diberikan terutama pada pembentukan anakan, berpengaruh terhadap pemanjangan sel pertumbuhan akar dan pertumbuhan sehingga terjadi peluasan daun tanaman lainnya. Konsentrasi hormon giberelin gandum. Nilai luas daun selain dipengaruhi memberikan perubahan setelah giberelin juga dipengaruhi oleh faktor diaplikasikan namun tidak memberikan genetik yang berperan dalam menentukan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan jumlah dan ukuran daun (Gardner dkk., tanaman gandum karena disebabkan suhu di 1991). lapangan pada fase vegetatif cukup tingi Daun merupakan bagian tanaman yaitu 22,95oC dan curah hujan harian yang sangat penting dalam proses kurang dari 4,2 mm/hari yaitu 1,19 – 3,46 fotosintesis. Di dalam daun terdapat mm/hari menyebabkan tanaman klorofil, suatu pigmen berwarna hijau, yang kekurangan air untuk proses fotosintesis berperan dalam mengubah zat anorganik dan penguapan hormon giberelin yang H2O dan CO2 menjadi zat organik disemprotkan pada tanaman sehingga karbohidrat. Semakin luas daun giberelin tidak terserap dengan baik oleh memungkinkan jumlah klorofil yang tanaman. dikandung pada daun semakin banyak
37
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
sehingga proses fotosintesis meningkat melakukan fotosintesis dan juga potensi (Wicaksono, 2007). Menurut Gardner dkk. produktif di lapangan. (1991), luas daun merupakan parameter yang menunjukkan potensi tanaman Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Indeks Luas Daun Tanaman Gandum Kultivar Dewata Konsentrasi Giberelin (G) Jarak Tanam (J) g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) 2,37 a 3,66 a 5,69 c j1 (jarak tanam larikan) A B C 2,77 a 2,68 a 1,65 a j2 (jarak tanam legowo) B AB A 2,09 a 2,85 a 2,89 b j3 (jarak tanam persegi) A A A Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai oleh huruf kecil yang sama (arah vertikal) dan huruf kapital yang sama (arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Produktivitas meningkat dengan semakin renggang semakin tinggi. meningkatnya ILD karena lebih banyak Kerapatan tanam merupakan faktor yang cahaya yang dapat ditangkap, tetapi nilai mempengaruhi pertumbuhan tanaman, ILD yang terlalu tinggi tidak lagi karena penyerapan energi matahari oleh meingkatkan produktivitas karena sebagian permukaan daun yang sangat menentukan daun yang ternaung tidak melakukan pertumbuhan tanaman juga sangat fotosintesis secara optimal (Lakitan, 2010). dipengaruhi oleh kerapatan tanaman ini, Menurut Goldsworthy dan Fisher jika kondisi tanaman terlalu rapat maka (1992), beberapa hal yang mempengaruhi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan besarnya ILD adalah kerapatan tanaman tanaman karena dapat menghambat dan penyediaan hara nitrogen. Jarak tanam perkembangan vegetatif dan menurunkan pada tiap perlakuan berbeda sehingga hasil panen akibat menurunnya laju cahaya matahari yang didapatkan tiap fotosintesis dan perkembangan daun. tanamanpun berbeda ditambah dengan Cahaya matahari oleh daun-daun bagian konsentrasi giberelin yang berbeda. bawah begitu rendah sehingga hasil Winarno (2011) mengatakan pemberian fotosintesis tidak mencukupi untuk giberelin di bawah tajuk tanaman dapat kebutuhan respirasi. Berat kering total meningkatkan laju fotosintesis. Daun tanaman merupakan akibat efisiensi berkembang secara signifikan karena penyerapan dan pemanfaatan radiasi giberelin memacu pertumbuhan daun matahari yang tersedia sepanjang musim sehingga terjadi peningkatan pembelahan pertumbuhan oleh tajuk tanaman budidaya sel dan pertumbuhan sel yang mengarah (Gardner dkk., 1991). pada perkembangan daun. GA3 yang diberikan akan memberikan efek pada pertumbuhan Bobot Kering Tanaman, Bobot Kering tanaman. Pada saat konsentrasi yang Akar dan Nisbah Pupus Akar Dari hasil analisis dapat dilihat diberikan terus meningkat, respon tanaman perlakuan jarak tanam dan konsentrasi akan terus meningkat sampai mencapai titik giberelin pada tiap tarafnya tidak jenuh sehinga pertumbuhan tanaman akan menghasilkan perbedaan yang nyata mulai menurun menjadi bersifat terhadap bobot kering tanaman, bobot menghambat (Salisbury dan Ross, 1995). kering akar dan nisbah pupus akar. Semakin rapat jarak tanam menghasilkan bobot kering tanaman semakin rendah sedangkan
38
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Tabel 5. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Bobot Kering Tanaman, Bobot Kering Akar dan Nisbah Pupus Akar TanamanGandum Kultivar Dewata Bobot Kering Bobot Kering Nisbah Pupus Perlakuan Tanaman (g) Akar (g) Akar (g) Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 39,86 10,93 2,73 j2 (legowo) 53,67 16,12 2,38 j3 (persegi) 54,13 15,76 2,54 Konsentrasi Giberelin (G) : g1 (250 ppm) 59,46 18,20 2,32 g2 (500 ppm) 42,02 12,33 2,59 g3 (750 ppm) 46,18 12,28 2,75 Keterangan : Nilai rata-rata yang tidak diikuti oleh huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Mekanisme penghambatan GA3 ini racun dan membatasi pertumbuhan akar terjadi karena adanya pengaturan umpan (Olsen dkk., 1981), pH pada lahan balik (fedback control). Taiz dan Zeiger percobaan yaitu 5,96 dengan kriteria agak (1998) menjelaskan bahwa pemberian GA3 masam. Selain pH, suhu tinggi selama fase yang tingi akan menyebabkan terjadinya perkecambahan mengakibatkan penurunan transkripsi GA20 oksidase. GA20 pembentukan akar terhambat (Schlehuber oksidase merupakan target utama dalam dan Tucker, 1967). Kerapatan gumpalan pengaturan umpan balik. Apabila tanah yang tinggi seperti pada tanah liattranskripsi GA20 oksidase menurun, maka berpasir, sangat menurunkan pertumbuhan akan terjadi pengeblokan biosintesis GA3 akar (Pearson, 1966), tekstur tanah pada yang akan menyebabkan aktivitas GA3 lahan percobaan yaitu liat-berdebu. Selain menjadi menurun dan berpengaruh pada itu juga dapat disebabkan oleh gulma yang bobot kering tanaman. Selain itu juga tumbuh di areal pertanaman yang disebabkan tanaman kekurangan air karena menyebabkan persaingan dalam ruang curah hujan rendah berkisar antara 17 mm – tumbuh akar dan tidak mencukupinya 104,5 mm tiap bulannya (rata-rata kurang suplai air karena curah hujan kurang dari dari 875 mm/bulan). Suhu yang cukup rata-rata kebutuhan tanaman gandum. tinggi sekitar 22 – 23,5oC pada saat di Nisbah pupus akar yang ideal bagi tanaman lapangan melebihi suhu optimum untuk pangan bernilai 3. Dari hasil percobaan, tanaman gandum yang berkisar antara 18rata-rata nisbah pupus akar adalah 2,55. 20oC menyebabkan ketidakseimbangan Kandungan Klorofil fotosintesis dan respirasi. Hasil berat kering Tabel 6 menunjukkan pengaruh merupakan keseimbangan antara mandiri antara jarak tanam dan konsentrasi fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis homon giberelin terhadap kandungan mengakibatkan peningkatan berat kering klorofil (CCI/Chlorophyll Content Index) tanaman karena pengambilan CO2 tanaman gandum 10 MST. Dari data diatas sedangkan respirasi mengakibatkan menunjukkan hasil yang tidak berbeda penurunan berat kering karena pengeluaran nyata baik dari perlakuan jarak tanam CO2 (Gardner dkk., 1991). Kekurangan air maupun pemberian konsentrasi giberelin. yang parah dapat menyebabkan penutupan Menurut Bidwell (1979) pemberian stomata, yang mengurangi pengambilan giberelin secara eksogen dapat CO2 dan produksi berat kering tanaman meningkatkan aktivitas enzim nitrat (Mayaki dkk., 1976). reduktase. Nitrat reduktase berfungsi Bobot kering akar dipengaruhi oleh pH mengubah nitrat menjadi amoniak yang tanah, jika pH kurang dari 6,0 dapat bersifat selanjutnya dapat berubah menjadi 39
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
ammonium dengan adanya proton. merupakan komponen kloroplas yang Amonium bergabung dengan dengan utama dan kandungan klorofil berkorelasi glutamat melalui jalur GS-GOGAT positif dengan laju fotosintesis (Li dkk., (glutamin sintetase/glutamat sintase dan 2006). Klorofil disintesis pada daun dan glutamat oksoglutarat aminotransferase). berperan untuk menangkap cahaya Kemudian glutamat akan berubah menjadi matahari. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh glutamin oleh glutamin sintase. Glutamin berbagai faktor seperti cahaya, gula atau kemudian berikatan dengan α-ketoglutarat karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik dengan bantuan glutamat akan dan unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, menghasilkan prolin, arginin, dan δMn, Cu, Zn, S dan O (Hendriyani dan aminolevulinat yang merupakan senyawa Setiari, 2009). antara dalam pembentukan klorofil (Salisbury dan Ross 1995). Klorofil Tabel 6. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Kandungan Klorofil Tanaman Gandum Kultivar Dewata Perlakuan Kandungan Klorofil (CCI) Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 25,52 j2 (legowo) 25,77 j3 (persegi) 26,68 Konsentrasi Giberelin (g) : g1 (250 ppm) 24,40 g2 (500 ppm) 25,27 g3 (750 ppm) 28,31 Keterangan : Nilai rata-rata yang tidak diikuti oleh huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Kandungan klorofil dapat dijadikan tanaman maupun antar anakan serta proses indikator tanaman yang kekurangan air. metabolisme tanaman tidak mengalami Pengaruh kekurangan air selama tingkat hambatan (Yett dan Ardian, 2010). Jumlah vegetatif yaitu berkembangnya daun-daun malai yang dihasilkan pada jarak tanam yang lebih kecil dan berakibat kurangnya larikan lebih sedikit dibandingkan dengan penyerapan cahaya oleh tanaman (Boyer, jarak tanam legowo 2 : 1 yang 1968). Jika dilihat dari data curah hujannya menghasilkan jumlah anakan lebih banyak. pada saat 10 MST tidak terjadi hujan Jarak tanam yang lebar mengurangi sehingga air hanya didapatkan melalui kompetisi tanaman dalam hal mendapatkan penyiraman dan kemungkinan suplai air ruang tumbuh, cahaya dan unsur hara tersebut tidak cukup, suhu cukup tinggi sehingga proses fotosintesis dapat 23,1oC dan kelembaban udara 79%. menghasilkan asimilat dalam jumlah cukup besar akhirnya pertumbuhan anakan b. Komponen Hasil dan Hasil menjadi lebih besar seiring dengan itu Jumlah Malai dan Panjang Malai Dari hasil analisis tidak terdapat pertumbuhan malai/anakan produktifnya interaksi yang berbeda nyata pada setiap lebih banyak sehingga mendukung untuk tarafnya. Pengaturan jarak tanam dan pembentukan jumlah gabah per malai yang pemberian konsentrasi giberelin tidak lebih banyak (Zhu, 2002). berpengaruh nyata pada jumlah malai dan Pada percobaan kali ini, jumlah panjang malai. Semakin lebar jarak tanam anakan tidak berkorelasi dengan jumlah dapat mempercepat umur keluar malai. malai. Jumlah anakan yang dibentuk selama Keadaan ini disebabkan karena pada proses fase vegetatif tidak menjamin semua pembungaan tanaman dipengaruhi oleh anakan tersebut memproduksi malai. Besar perbedaan laju perkembangan antar kecilnya produksi malai suatu tanaman
40
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
sangat tergantung pada faktor-faktor tekanan iklim, laju fotosintesis, respirasi, pertumbuhan. Gardner dan Mitchel (1991) aktivitas enzim dan pengaruh genetiknya. menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman Sedangkan faktor eksternalnya adalah tergantung dari dua faktor yaitu faktor iklim, tanah dan keadaan biologis. internal yang berasal dari tanaman tersebut contohnya ketahanan terhadap penyakit, Tabel 7. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Jumlah Malai, Panjang Malai (cm) dan Bobot 100 Butir (g) Tanaman Gandum Kultivar Dewata Perlakuan Jumlah Malai Panjang Malai (cm) Bobot 100 butir (g) j1 (larikan) j2 (legowo) j3 (persegi) Konsentrasi Giberelin (g) : g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) Keterangan : Nilai rata-rata yang analisis ragam pada taraf 5%.
7,18 8,00 6,96
6,58 6,56 6,66
8,36 7,00 6,78 tidak diikuti oleh
Kandungan N pada tanah percobaan tergolong rendah yaitu 0,2% sehingga menyebabkan jumlah malai yang dihasilkan sedikit. Unsur nitrogen banyak diperlukan pada awal pertengahan pertunasan untuk memperbanyak jumlah malai per tanaman dan pada fase reproduktif untuk pengisian butir (Jones dan Benton, 2003). Pada saat pembentukan malai suhu tinggi yaitu 22,82oC dan curah hujan sangat rendah 2,21 mm/hari menyebabkan tanaman kekeringan. Pringgohandoko dan Suryawati (2006) menyatakan, terdapat interaksi antara cekaman kekeringan (suhu) terhadap panjang malai dan jumlah malai. Cekaman kekeringan akan mengakibatkan pengurangan penyerapan hara dari dalam tanah oleh tanaman sehingga akan mempengaruhi jumlah fotosintat untuk pertumbuhan malai. Setiap perubahan jarak tanam dan konsentrasi giberelin berpengaruh tidak nyata terhadap panjang malai. Hal ini terjadi disebabkan saat pembentukan bunga dan biji seluruh unsur hara dan air dimanfaatkan tanaman untuk membentuk karbohidrat sehingga tidak mempengaruhi panjang malai (Safitri dkk.,
6,76 6,62 6,43 huruf, tidak berbeda
3,13 3,46 3,32 3,42 3,28 3,20 nyata menurut
2010). Panjang malai untuk tanaman gandum menurut deskripsi kultivar Dewata yaitu ± 11 cm sedangkan pada hasil percobaan ini rata-rata panjang malai gandum yaitu 6,60 cm, hal tersebut diakibatkan efek fisiologis giberelin paling banyak terjadi pada pemanjangan batang tanaman sehingga pada saat pembentukan dan pemanjangan malai sedikit terhambat. Bobot 100 Butir Dari hasil analisis ragam terlihat tidak terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi hormon giberelin. Tidak ada perlakuan yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap bobot 100 butir gandum kering panen. Tidak terjadinya perbedaan pada tiap perlakuan dapat disebabkan oleh curah hujan yang rendah menyebabkan penurunan laju fotosintesis karena air merupakan bahan baku dalam proses fotosintesis. Pada saat pembentukan biji suhu tinggi yaitu 22,82oC dan curah hujan sangat rendah 2,21 mm/hari. Pembentukan biji dapat terhambat akibat suplai air yang rendah selama fase generatif (Wilson, 1955). Jarak tanam rapat menyebabkan persaingan untuk
41
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Hasil analisis menunjukkan pengaturan jarak tanam dan konsentrasi giberelin memberikan interaksi. Jarak tanam legowo 2 : 1 menunjukkan interaksi terbesar pada taraf konsentrasi giberelin 250 ppm. Sedangkan, taraf konsentrasi giberelin 750 ppm menunjukkan interaksi terbesar pada taraf jarak tanam persegi namun tidak berbeda nyata dengan taraf jarak tanam larikan dan taraf konsentrasi 250 ppm dengan jarak tanam persegi. Jarak tanam legowo 2 : 1 dapat meningkatkan jumlah gabah/malai karena setiap tanaman mempunyai ruang kosong yang cukup sehingga mengurangi persaingan terhadap cahaya, udara dan air, karena itu pembentukan biji dapat terjadi dengan sempurna (Arafah, 2006). Tabel 8. Pengaruh Interaksi Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Jumlah Gabah Isi Per Malai (gabah) Tanaman Gandum Kultivar Dewata Konsentrasi Giberelin (G) Jarak Tanam (J) g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) 11,55 a 9,73 a 12,95 ab j1 (jarak tanam larikan) A A A 17,76 a 13,35 a 10,80 a j2 (jarak tanam legowo) B B A 13,61 ab 12,96 a 16,97 b j3 (jarak tanam persegi) A A A Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai oleh huruf kecil yang sama (arah vertikal) dan huruf capital yang sama (arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dengan penambahan giberelin saat pengisian biji tinggi sekitar 22,82oC secara eksogen maka terjadi peningkatan dan curah hujan rendah 2,21 mm/hari kandungan giberelin di tanaman dan akan menyebabkan tanaman kekurangan air meningkatkan jumlah sel dan ukuran sel untuk proses fotosintesis. Kegiatan yang bersama-sama dengan hasil fotosintat fotosintesis mempengaruhi jumlah gabah yang meningkat di awal penanaman akan per malai. Menurut Hardjadi (1991) bahwa mempercepat proses pertumbuhan. karohidrat dapat meningkatkan proses Banyaknya fotosintat yang dihasilkan akan pertumbuhan sel dalam membentuk sel-sel ditranslokasikan ke seluruh jaringan baru dan pembesaran sel. Giberelin yang tanaman termasuk untuk pengisian gabah. diberikan tidak terserap tanaman dengan Malai yang bertambah panjang membuka baik karena suhu tinggi menyebabkan peluang untuk terbentuknya jumlah gabah hormon yang diberikan secara eksogen per malai semakin banyak. Dari jumlah banyak yang menguap. gabah per malai yang terbentuk Jumlah Gabah Hampa Per Malai memberikan peluang terbentuknya jumlah Dari hasil analisis dapat dilihat gabah isi per malai (Syakhril dan Arsyad, bahwa jumlah gabah hampa lebih banyak 2014). dari gabah isi. Pada lahan percobaan, kadar Pada hasil percobaan, jumlah gabah nitrogen 0,2% tergolong rendah sehingga isi tidak mencapai 50% karena suhu pada menyebabkan gabah hampa. Nitrogen mendapatkan air sehingga terjadi akumulasi bahan kering yang maksimum (Trustinah, 1993). Menurut Buckman dan Brady (1982) N berperan dalam memperbesar butiran dan secara tidak langsung akan mempengaruhi penyerapan K tanaman dimana K berperan dalam translokasi hasil fotosintat ke bulir sehingga akan mempengaruhi terhadap persentase gabah isi per rumpun serta bobot 100 butir. Rata-rata bobot 1000 butir menurut deskripsi kultivar Dewata adalah ± 46 g atau kira-kira 4,6 g untuk bobot 100 butirnya, sedangkan hasil percobaan ratarata bobot 100 butirnya adalah 3,30 g. Jumlah Gabah Isi Per Malai
42
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
rendah kemungkinan disebabkan oleh serapan N menurun pada pemupukan pemupukan dan tekstur tanah. dengan takaran 300 kg/ha dibandingkan Fairhurst dkk (2007) menyatakan dengan takaran 255 kg/ha. Menurut bahwa nitrogen dapat meningkatkan jumlah Buckman dan Brady (1982) bahwa pada gabah per malai dan jumlah gabah isi per keadaan drainase terbatas dan pemberian malai. Tekstur tanah pada lahan percobaan pupuk N dalam bentuk ammonia (Urea) liat berdebu dengan aerasi yang kurang baik yang tinggi, maka akan terjadi kehilangan sehingga N akan mengalami kehilangan nitrogen dalam bentuk gas 10%-15% dari N dalam bentuk gas. Penelitian Noertjahyani yang ditambahkan, bahkan persentase dan Sondari mengenai padi pada tekstur kehilangan N akan lebih besar lagi pada tanah liat berdebu menunjukkan bahwa lahan kering. Tabel 9. Pengaruh Mandiri Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Jumlah Gabah Hampa Per Malai (bulir) dan Persentase Gabah Isi (%) Tanaman Gandum Kultivar Dewata Perlakuan Gabah Hampa (bulir) Persentase Gabah Isi (%) Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 15,63 43,27 j2 (legowo) 19,12 41,65 j3 (persegi) 17,87 44,79 Konsentrasi Giberelin (G) : g1 (250 ppm) 18,61 43,85 g2 (500 ppm) 17,17 41,21 g3 (750 ppm) 16,84 44,66 Keterangan : Nilai rata-rata yang tidak diikuti oleh huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Pada saat pengisian biji, suhu tinggi sekitar 22,82oC dan curah hujan 2,21 mm/hari. Tanaman menjadi kekurangan air sehingga terjadi pengeringan pada kepala putik dan pada saat bunga membuka melakukan penyemprotan sehingga benang sari dan kepala putik ikut mati atau serangan hama belalang pada saat pengisian biji (Sihite dan Hodijah, 2010). Hal tersebut juga akan berpengaruh pada persentase gabah isi. Persentase Gabah Isi Pada Tabel 9 menunjukkan pengaruh mandiri jarak tanam dan konsentrasi giberelin terhadap persentase gabah isi. Pada setiap taraf menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Jumlah gabah isi lebih sedikit dari gabah hampa sehingga menyebabkan persentase gabah isi tidak mencapai persentase 50%. Persentase gabah isi pada jarak tanam yang lebar semakin meningkatkan persentase. Semakin
besar konsentrasi giberelin dapat meningkatkan persentase gabah isi. Salah satu faktor yang menentukan produksi tanaman adalah jumlah gabah. Jumlah gabah tergantung pada kegiatan fotosintesis tanaman selama fase reproduksi. Gardner dkk. (1991) mengemukakan bahwa setelah inisiasi biji menjadi daerah pemanfaatan yang dominan untuk tanaman semusim, oleh sebab itu selama pengisian biji sebagian besar hasil asimilasi yang terbentuk maupun yang tersimpan digunakan untuk meningkatkan berat biji. Bernas atau tidaknya gabah dipengaruhi oleh hasil fotosintat yang berasal dari hasilhasil asimilasi sebelum pembuahan yang disimpan dalam jaringan batang dan daun yang kemudian diubah menjadi zat-zat gula dan diangkut ke biji dan hasil asimilasi yang dibuat selama fase pemasakan (Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas, 1997). Karena gabah yang bernas
43
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
lebih sedikit dibandingkan dengan gabah hampa maka persentase gabah isi menjadi sedikit dan tidak lebih dari 50%. Bobot Biji Per Malai Dari hasil analisis ragam terlihat terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi giberelin. Tabel 10 menunjukkan pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin 250 ppm menghasilkan bobot biji per malai tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi giberelin lainnya namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi giberelin 500 ppm. Pengaruh konsentrasi giberelin 250 ppm dengan jarak tanam legowo 2 : 1 menghasilkan bobot biji
per malai tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam lainnya namun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam persegi. Donald (1963) mengatakan bahwa berat biji dan jumlah biji yang makin besar per tangkai bunga pada kerapatan sedang disebabkan oleh ketepatan waktu kompetisi antar tanaman (interplant) dan dalam tubuh tanaman (intraplant). Pada jarak tanam terbesar (kerapatan tanaman paling rendah), kedua tipe kompetisi tersebut tidak ada selama tahap awal pertumbuhan. Dengan berlangsungnya pertumbuhan, hanya sedikit kompetisi dalam tubuh tanaman sampai setelah masa berbunga dan pembentukan biji.
Tabel 10. Pengaruh Interaksi Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Bobot Biji Per Malai (g) Tanaman Gandum Kultivar Dewata Konsentrasi Giberelin (G) Jarak Tanam (J) g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) 0,39 a 0,30 a 0,42 ab j1 (jarak tanam larikan) A A A 0,59 b 0,45 a 0,34 a j2 (jarak tanam legowo) B AB A 0,44 ab 0,44 a 0,57 b j3 (jarak tanam persegi) A A A Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai oleh huruf kecil yang sama (arah vertikal) dan huruf capital yang sama (arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dalam kelompok tanaman dengan kerapatan sedang, kompetisi antar tanaman berlangsung pada saat permulaan pembungaan atau pembentukan bunga. Kerapatan tanaman yang lebih tinggi akan mengurangi jumlah biji, karena kompetisi antar tanaman sudah parah saat pembentukan kuncup bunga. Giberelin (GA3) dapat berpengaruh terhadap pemanjangan batang, pembungaan dan pembuahan. GA3 mempengaruhi pembesaran sel dan pembelahan sel. Adanya pembesaran sel mengakibatkan ukuran sel yang baru yang lebih besar dari sel induk. Pertambahan ukuran sel menghasilkan pertambahan ukuran jaringan, organ dan akhirnya meningkatkan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan
maupun berat tanaman tersebut (Salisbury dan Ross, 1995). Bobot biji per malai tinggi apabila jumlah gabah banyak yang bernas. Suhu tinggi dan suplai air yang rendah menghambat proses fotosintesis. Terhambatnya proses fotosintesis akan mengganggu dalam pembentukan zat pati. Menurut Hardjadi (1991) bahwa dengan meningkatnya proses asimilasi maka terjadi penumpukan karbohidrat yang disimpan dalam jaringan batang dan daun kemudian diubah menjadi gula, lalu diangkut ke jaringan biji sehingga dapat menambah berat biji. Apabila tanaman kekurangan air dapat menghambat perkembangan daun dan pada akhirnya mengurangi laju fotosintesis sehingga fotosintat yang diakumulasi ke dalam biji sedikt dan bobot biji yang 44
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
dihasilkan akan mengalami penurunan. jarak tanam dengan konsentrasi giberelin. Pada fase generatif sampai fase Terdapat perlakuan yang memberikan pematangan, tanaman gandum kekurangan perbedaan pengaruh terhadap bobot biji per suplai air karena curah hujan sangat rendah tanaman tanaman gandum. Hasil pengujian berkisar antara 0,21-2,21 mm/hari. selanjutnya mengenai pengaruh jarak tanam dan konsentrasi giberelin dapat dilihat pada Bobot Biji Per Tanaman Dari hasil analisis ragam terlihat Tabel 11. terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan Tabel 11. Pengaruh Interaksi Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Bobot Biji Per Tanaman (g) Gandum Kultivar Dewata Konsentrasi Giberelin (G) Jarak Tanam (J) g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) 3, 39 a 1,45 a 2,32 ab j1 (jarak tanam larikan) A A A 5,92 b 3,82 b 1,73 a j2 (jarak tanam legowo) C B A 3,26 a 3,20 ab 4,04 b j3 (jarak tanam persegi) A A A Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai oleh huruf kecil yang sama (arah vertikal) dan huruf capital yang sama (arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 11 menunjukkan pengaruh perlakuan jarak tanam legowo 2 : 1 dengan konsentrasi giberelin 250 ppm menghasilkan bobot biji per tanaman tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi giberelin lainnya. Pengaruh konsentrasi giberelin 250 ppm dengan jarak tanam legowo menghasilkan bobot biji per tanaman tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam lainnya namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi giberelin 500 ppm dengan jarak tanam legowo dan konsentrasi giberelin 750 ppm dengan jarak tanam persegi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut Donald (1963) kerapatan tanaman yang lebih tinggi akan mengurangi jumlah biji, karena kompetisi antar tanaman sudah parah saat pembentukan kuncup bunga dan menurut Salisbury dan Ross (1955) peningkatan pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang meningkat, termasuk di dalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi hasil dari tanaman. Lebih sedikit cahaya
yang diterima oleh daun menyebabkan laju asimilat lebih lambat sehingga berpengaruh paling besar terhadap hasil biji (Goldswothy dan Fisher, 1992). Dapat dilihat juga dari data bobot biji per malai, bobot biji per tanaman tinggi apabila bobot biji per malai tinggi. Bobot Biji Per Petak Dari hasil analisis ragam terlihat terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi giberelin. Terdapat perlakuan yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap bobot biji per petak tanaman gandum. Hasil pengujian selanjutnya mengenai pengaruh jarak tanam dan konsentrasi giberelin dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Tabel 12 menunjukkan pengaruh perlakuan jarak tanam larikan dengan konsentrasi giberelin 250 ppm menunjukkan interaksi yang paling berpengaruh. Pengaruh perlakuan konsentrasi giberelin 250 ppm dengan jarak tanam larikan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan konsentrasi giberelin 250 ppm dan perlakuan jarak tanam legowo 2 : 1.
45
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Tabel 12. Pengaruh Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Bobot Biji Per Petak (g) Tanaman Gandum Kultivar Dewata Konsentrasi Giberelin (G) Jarak Tanam (J) g1 (250 ppm) g2 (500 ppm) g3 (750 ppm) 253,197 b 118,71 a 71,95 a j1 (jarak tanam larikan) B A A 227,83 b 102,48 a 170,04 a j2 (jarak tanam legowo) A A A 93,77 a 134,51 a 138,08 a j3 (jarak tanam persegi) A A A Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai oleh huruf kecil yang sama (arah vertikal) dan huruf capital yang sama (arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Bobot biji per petak pada taraf jarak hasil biji (Goldswothy dan Fisher, 1992). tanam larikan dengan konsentrasi giberelin Gardner dkk. (1991) menambahkan bahwa taraf 250 ppm tertinggi karena populasi semakin tinggi hasil fotosintesis, semakin pada jarak tanam larikan lebih banyak besar pula penimbunan cadangan makanan sehingga jumlah malaipun akan banyak yang ditranslokasikan ke biji dengan asumsi yang berdampak pada bobot biji per petak bahwa faktor lain seperti cahaya, air, suhu tetapi tidak berbeda nyata dengan taraf dan hara dalam keadaan optimal. Selain itu, jarak tanam legowo dan konsentrasi hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat giberelin taraf 250 ppm karena jarak tanam genetik dan kemampuan interaksinya. yang lebih renggang giberelin akan diserap Indeks Panen dengan baik dan dapat meningkatkan Dari hasil analisis ragam terlihat pembelahan sel serta menghasilkan jumlah tidak terjadi pengaruh interaksi antara sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi meningkat, termasuk di dalam jaringan giberelin. Tidak ada perlakuan yang pada daun, memungkinkan terjadinya memberikan perbedaan pengaruh terhadap peningkatan fotosintesis penghasil indeks panen gandum. Hasil pengujian karbohidrat, yang dapat mempengaruhi selanjutnya mengenai pengaruh jarak tanam bobot tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). dan konsentrasi giberelin dapat dilihat pada Efisiensi penggunaan cahaya matahari yang Tabel 13. lebih tinggi melalui fotosintesis Perlakuan jarak tanam dan menyebabkan hasil tanaman yang diperoleh konsentrasi giberelin pada tiap tarafnya juga meningkat, dalam hal ini adalah biji tidak berpengaruh nyata terhadap indeks gandum yang dihasilkan. Lebih sedikit panen tanaman gandum. Indeks panen yang cahaya yang diterima oleh daun didapat rendah karena hasil biji yang menyebabkan laju asimilat lebih lambat didapat juga rendah. sehingga berpengaruh paling besar terhadap Tabel 13. Pengaruh Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin Secara Mandiri terhadap Indeks Panen Rendemen Tepung dan Kadar Gluten Tanaman Gandum Kultivar Dewata Indeks Panen Rendemen Tepung Kadar Gluten Perlakuan (%) (g) (%) Jarak Tanam (J) : j1 (larikan) 6,16 0,97 13,2 j2 (legowo) 7,09 0,98 11,1 j3 (persegi) 7,47 0,98 9,9 Konsentrasi Giberelin (g) :
46
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Indeks Panen Rendemen Tepung Kadar Gluten (%) (g) (%) g1 (250 ppm) 6,98 0,96 10,6 g2 (500 ppm) 6,86 0,98 11,4 g3 (750 ppm) 6,89 0,98 12,3 Keterangan : Nilai rata-rata yang tidak diikuti oleh huruf, tidak berbeda nyata menurut analisis ragam pada taraf 5%. Perlakuan
Indeks panen berhubungan dengan bobot biji per tanaman dengan bobot kering tanaman biomassa total. Hasil panen tanaman budidaya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot kering total yang dihasilkan di lapangan atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen (indeks panen). Pada tanaman budidaya berbiji seperti gandum peningkatan hasil panen biji terutama disebabkan oleh peningkatan indeks panenan. Dengan kata lain, tanaman tidak lagi memproduksi berat kering total tetapi lebih banyak membagi berat keringnya ke hasil panen biji (Gardner dkk. 1991). Pada hasil percobaan, hasil asimilasi banyak digunakan untuk produksi vegetatif sedangkan selama pengisian biji kebanyakan hasil asimilasi digunakan untuk proses tersebut. c. Kualitas Hasil Dari hasil analisis ragam terlihat tidak terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi giberelin. Tidak ada perlakuan yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap rendemen tepung dan kadar gluten. Hasil pengujian selanjutnya mengenai pengaruh jarak tanam dan konsentrasi giberelin dapat dilihat pada Tabel 13. Tanaman gandum pada saat panen tidak dikeringkan terlalu lama karena kondisinya sudah cukup kering. Jika terlalu lama dikeringkan maka rendemen semakin rendah, ini disebabkan karena air yang diluapkan semakin banyak. Desrosier (1988) menyatakan semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak maka bobot bahan
menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang rendah. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan suatu produk makanan (mie, kulit martabak telur dan sebagainya). Semakin tinggi kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung terigu tersebut (Bogasari, 2014). Pada hasil percobaan rata-rata gluten sebesar 1,14 g atau sekitar 11,4% dan pada deskripsi kultivar Dewata kadar glutennya 12,9% sehingga belum cocok untuk dijadikan bahan dasar olahan roti dan kue-kue. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat pengaruh interaksi antara pengaruh jarak tanam dengan konsentrasi giberelin (GA3) terhadap indeks luas daun dan jumlah gabah isi, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot biji per petak. 2. Perlakuan pengaturan jarak tanam dan konsentrasi terbaik didapat pada taraf jarak tanam legowo dan konsentrasi giberelin 250 ppm karena menunjukkan bobot biji per malai dan bobot biji per tanaman tertinggi. Pada taraf jarak tanam larikan dan konsentrasi giberelin 250 ppm juga dapat meningkatkan hasil bobot biji per petak tanaman gandum. Saran Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan pengaturan jarak tanam dan konsentrasi giberelin (GA3) baik untuk
47
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
pertumbuhan tanaman namun tidak untuk hasil. Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh jarak tanam dan konsentrasi giberelin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum di dataran medium yaitu perlu dilakukan kombinasi dengan penambahan zat pengatur tumbuh lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman gandum. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kebaikanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Berbagai Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Giberelin (GA3) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Kultivar Dewata di Dataran Medium Jatinangor” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan selama penyusunan skripsi ini dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ir. Aep Wawan Irwan, MP. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan masukan yang sangat berharga dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Hj. Yuyun Yuwariah, MS. selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingannya dan masukannya yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini. 3. Fiky Yulianto Wicaksono, SP., MP. selaku dosen penelaah sekaligus dosen wali yang banyak memberikan masukan yang sangat berharga dan dorongan dalam penyusunan skripsi. 4. Prof. Dr. Ir., Hj. Tati Nurmala selaku dosen penelaah yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat
berharga dan bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 5. Diyan Herdiyantoro, SP., M.Si. selaku dosen penelaah yang juga telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 6. Nono Carsono, SP.,M.Sc.,Ph.D selaku ketua program studi Agroteknologi. 7. Agtri, Wanda, Shinta, Siti, Dwi dan Marsela yang telah memberikan bantuan semangat, tenaga dan pikiran selama mulai dari penelitian sampai penyusunan skripsi. 8. Teman-teman Agroteknologi 2010 dan teman-teman minat Pangan atas kebersamaan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Tercinta Dahlen Bisron Siregar, Ibunda Tercinta Yati Rohayati, adik-adik tersayang Donni Maulana Fitriyadi dan Zein Amara Toppaz, serta saudara-saudara penulis yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan moril maupun materiil serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pihak berkepentingan umumnya. Terimakasih. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1994. Dalam Lestari, G. W., Solihatun, Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustina. 2004. Dalam Lestari, G. W., Solihatun, Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3).
48
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Arafah. 2006. Dalam Sabur, A. 2013. Persepsi Petani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Aribawa, Ida Bagus. 2012. Pengaruh Sistem Tanam Terhadap Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Dataran Tinggi Beriklim Basah. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Varietas dan Teknik Budidaya Gandum. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Maros, Sulawesi Selatan. Bidwell, R.G.S. 1979. Dalam Lestari, Giyatmi Wahyu., Solihatun, Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bogasari. 2014. Seputar Tepung Terigu. www.bogasari.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. Boyer, J. S. 1968. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo Penerbit Universitas Indonesia. Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dalam Noertjahyanai dan N. Sondari. Respon Pertumbuhan Serapan N dan Hasil Padi Gogo Akibat Aplikasi Zeolit Berbeda Ukuran dan Takaran Pupuk N pada Inceptisol Jatinangor. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Jatinangor. Bunyamin, Z. dan Awaluddin. 2012. Pengaruh Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi
(Baby Corn). Balai Penelitian Tanaman Serealia. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Cahyono, B. 2002. Dalam Supriati, L., J. Nipisa, I. P. Kulu, D. Saraswati. 2011. Efek Perlakuan Jarak Tanam Terhadap Perkembangan Penyakit Helminthosporium maydis dan Curvularia sp. Pada Zea Mays saccharata Sturl di Tanah Gambut Pedalaman. Jurnal Agri Peat Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Davies, J. P. 1995. Dalam Widya Mudyantini. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Selulosa, dan Lignin pada Rami (Boehmeria nivea L. Gaudich) dengan Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurnal Biodiversitas Volume 9, Nomor 4. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas, 1997. Dalam Yett, H. dan Ardian. 2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas IR 42 dengan metode SRI (System Of Rice Intensification). Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Desrosier, W. N. 1988. Dalam Lubis, I. H. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Detikfinance. 2012. Republik Indonesia Pengimpor Gandum Terbesar Kedua di Dunia.http://finance.detik.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014. Direktorat Serealia. 2004. Dalam Nuryunida. 2010. Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum cv. Dewata) Dengan Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan Pupuk Organik Bokashi serta Mulsa 49
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Jerami di Dataran Medium Arjasari. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Skripsi. (Tidak dipublikasikan) Donald, C. M. 1963. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo Penerbit Universitas Indonesia. Fahmi, Z. I. 2013. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Fairhurst, T., C. Witt, R. Buresh, dan A. Doberman, 2007. Dalam Kaya, Elizabeth. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap NTersedia Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon. Gardner, F. P. R., B. Pearce dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo Penerbit Universitas Indonesia. Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerjemah : Tohari. Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta. Hardjadi, M.S. 1991. Dalam Riyani, R., Radiyan dan Setiabudi. 2012. Pengaruh Berbagai Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Pasang Surut. Fakultas Pertanian Tanjungpura Pontianak. Heddy, S. 1986. Dalam Annisah. 2009. Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard). Departemen Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Dalam Ai, N. S. dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada
Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado. Humphries, E. C. dan A. W. Wheeler. 1963. Dalam Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerjemah : Tohari, Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta. Jones, Jr., J. Benton. 2003. Dalam Wicaksono, Fiky Yulianto. 2007. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskular dan Dosis Pupuk NPK (15-15-15) Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Kultivar Dewata Di Dataran Medium Arjasari. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Lakitan, B. 2010. Dalam Vanny, Tyara. 2014. Pengaruh Interval Waktu Pemupukan Dengan Dosis Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Hanjeli (Coix lacrymajobi L.). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Dalam Ai, Nio Song dan Yunia Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado. Liu, P. B. W. dan Loy, J. B. 1976. Dalam Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerjemah : Tohari, Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta. Mayaki, W. C., I.D. Teare, dan L.R. Stone. 1976. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo Penerbit Universitas Indonesia. Nurmala, Tati dan Aep Wawan Irwan. 2007. Pangan Alternatif Berbasis
50
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Serealia Minor. Bandung. Penerbit : Pustaka Giratuna. Olsen, R.A., R. R. Clark, dan J.J. Bennett. 1981. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo Penerbit Universitas Indonesia. Pearson, R.W. 1966. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh Herawati Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dalam Puspitasari, A. C. 2008. Pengaruh Komposisi Media dan Macam Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anthurium Hookeri. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pringgohandoko, B dan A. Suryawati. 2006 Dalam Malik, C. 2011. Karakterisasi Galur Mutan Gandum (Triticum aestivum L.) Pada Daerah Dataran Rendah Tropis. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta. Puslitbang Tanaman Pangan. 2008. Dalam Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2013. Dinamika Pengembangan Serealia Lain Kedepan. Buletin Pasca Panen Jagung dan Serealia Lain, Vol. 11. Ramadhani, 2014. Pengaruh Lama Inkubasi Hidrogel Terhadap pH, KTK, COrganik, N-Total Tanah dan Kadar Air Pada Fluventic Eutrudepts. Skripsi (Tidak dipublikasikan) Ralph, C. 1982. Dalam Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerjemah : Tohari, Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta. Safitri, R., N. Akhir dan I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor, L.
Moench). Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Salisbury F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 edisi ke-4. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung. Penerbit ITB. Terjemahan dari Plant Physiology. Schlehuber, A. M. dan B. B. Tucker. 1967. Dalam Nurmala, Tati dan Aep Wawan Irwan. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor. Bandung. Penerbit : Pustaka Giratuna. Sihite, Herman dan Saeful Hodijah. 2010. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementrian Pertanian.cybex.deptan.go.id/lokalita/p enyebab-padi-hampa. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. Stone, P. J 2001. Dalam Nur, Amin., Trikoesoemaningtyas, N. Khumaida, S. Sujiprihati. 2010. Phenologi Pertumbuhan dan Produksi Gandum Pada Lingkungan Tropika Basah. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Sugiyanta dan Muliasari. 2010. Dalam Adi, Eka Supriyanto., S. Jazilah, W. Anggoro. 2008. Pengaruh Sistem Tanam Legowo dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi. Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan. Syakhril, R., dan H. Arsyad. 2014. Pengaruh Pupuk Nitrogen Terhadap Penampilan dan Produktivitas Padi Inpari Sidenuk. Jurnal AGRIFOR Volume XIII No. 1. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Taiz, L dan E. Zeiger. 1998. Dalam Mudyantini, Widia. 2008. Pertumbuhan Kandungan Selulosa dan Lignin Pada Rami (Boehmeria nivea L.) Dengan Pemberian Asam Giberelat (GA3). Biodiversitas Vol. 9 No. 4. 51
Efrida A., Fiky Y.W., Aep W.I., Tati N., Y.Y. – Pengaruh Jarak Tanam Dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Gandum
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Trustinah. 1993. Dalam Halim. 2004. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Berbagai Dosis Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Gajah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Wareing, P.F. dan I.D.J. Philips, 1978. Dalam Mudyantini, W. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Selulosa, dan Lignin pada Rami (Boehmeria nivea L. Gaudich) dengan Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurnal Biodiversitas Volume 9, Nomor 4. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Wibowo. 2009. Dalam Wahyu, Y., A. P. Samosir, S. G. Budiarti. 2013. Adaptabilitas Genotipe Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Buletin Agrohorti Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wicaksono, F. Y. 2007. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskular dan Dosis Pupuk NPK (15-15-15) Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Kultivar Dewata Di Dataran Medium Arjasari. Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Wilson, H. K. 1955. Dalam Wicaksono, Fiky Yulianto. 2007. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskular dan Dosis Pupuk NPK (1515-15) Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Kultivar Dewata Di Dataran Medium Arjasari. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Winarno, E. 2011. Dalam Fahmi, Z. I. 2013. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman. Jurnal Balai Besar Perbenihan dan Produksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Yett, H. dan Ardian. 2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam terhadap Pertumuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas IR 42 dengan metode SRI (System Of Rice Intensification). Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Zhu, Defeng. 2002. Dalam Aldilani. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Berbagai Jarak Tanam dan Umur Bibit yang Ditanam Dalam Metode SRI. Program Studi Agronomi Universitas Andalas.
52