Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
EFISIENSI TENAGA KERJA DENGAN RANKED POSITIONAL WEIGHT METHOD Julius1 dan Henny Wiyanto2 1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] ABSTRAK Pada proyek konstruksi sering dijumpai masalah keterbatasan tenaga kerja. Keterbatasan ini disebabkan karena minimnya jumlah tenaga kerja yang memiliki keahlian baik. Selain itu pada penjadwalan banyak terjadi overlap antara pekerjaan satu dengan pekerjaan lainnya, sehingga menyebabkan kebutuhan puncak tenaga kerja harian menjadi tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan alokasi tenaga kerja. Alokasi tenaga kerja dapat diimplementasikan menggunakan Ranked Positional Weight Method dengan durasi proyek tetap sampai tercapainya jumlah tenaga kerja yang efisien. PadaRanked Positional Weight Method proses alokasi tenaga kerja dan penjadwalan proyek diterapkan berdasarkan tingkat bobot posisi dari setiap pekerjaan. Bobot posisi dapat didefinisikan sabagai jumlahdurasi suatu pekerjaan ditambah dengan durasi seluruh pekerjaan yang mengikuti pekerjaan tersebut. Selain itu pekerjaan yang akan dijadwalkan harus memenuhi syarat keterkaitan pekerjaan dan ketersediaan tenaga kerja. Pada penelitian ini, dibagi tiga jenis pekerja yaitu tukang kayu, tukang besi, dan tukang batu. Setelah dilakukan alokasi tenaga kerja dan penjadwalan diperoleh efisiensi tenaga kerjapada tukang kayu yaitu sebesar 25%. Kata kunci: Penjadwalan, Alokasi Tenaga Kerja, Ranked Positional Weight Method, Bobot Posisi, Efisiensi Tenaga Kerja,
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Minimnya tenaga kerja di bidang konstruksi membuat sering ditemukannya masalah keterbatasan tenaga kerja dalam sebuah proyek konstruksi. Keterbatasan tenaga kerjadapat membuat sebuah proyek mengalami keterlambatan. Dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya tenaga kerja tersebut, diperlukan suatu perencanaan yang matang dan baik agar dapat menggunakan sumber daya secara efisien. Perencanaan yang baik dan matang merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan pelaksanaan proyek, sehingga akan turut menunjang tercapainya tujuan perusahaan konstruksi. Manajemen proyek adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan (pelaksanaan serta pengendalian), untuk dapat mencapai tujuan-tujuan proyek. Manajemen setiap proyek tidak memiliki karakter yang sama. Masing-masing proyek memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Adapun perencanaan merupakan salah satu hal penting dalam pekerjaan manajemen proyek, karena untuk mencapai tujuan harus memiliki perencanaan yang baik agar dapat mencapaisebuah hasil yang baik. Salah satu hasil dari perencanaan adalah penjadwalan proyek. Penjadwalan dapat memberikan informasi tentang rencana kerja dan kemajuan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan pekerjaan dan keterkaitan pekerjaan harus dilakukan secara terperinci dan sangat detail. Pada pelaksanaan proyek sering dijumpai kondisi keterbatasan sumber daya, oleh karenanya dalam
TS-52
penjadwalan proyek terdapat unsur yang sangat vital yaitu alokasi dan perataan sumber daya. (Callahan, 1992) Proses alokasi sumber daya bertujuan untuk mengalokasikan/menempatkan sumber daya secara optimal sehingga tingkat kebutuhan sumber daya tidak melebihi tingkat kemampuan penyediaannya. Perataan sumber daya dimaksudkan untuk tidak terjadinya fluktuasi kebutuhan tenaga kerja yang tinggi. Pada umumnya penjadwalan tenaga kerja menggunakanmetode yang digunakan untuk penjadwalan waktu proyek. Salah satu metode penjadwalan yang dapat digunakan adalah Ranked Positional Weight Method (RPWM). RPWMadalah teknik dasar dari proses line balancing dalam industri manufaktur yang digunakan dalam industri konstruksi. Implementasi alokasi dan perataan tenaga kerja dengan menggunakan RPWM dilakukan dengan memperhitungkan bobot posisi terlebih dahulu, dan kemudian memperhitungkan float time. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan studi pada proyek konstruksi. (Dissanayake , 1998) Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalahmenerapkan metode RPWdalam sektor konstruksi untuk melakukan penjadwalan dan alokasi tenaga kerja sehingga tercapaijumlah tenaga kerja yang efisien dengan durasi proyek tetap.
2. PROSEDUR PENELITIAN Umum Data jadwal rencanaproyek disajikan dalam metode precedence diagram. Data proyek akan dianalisis dengan menggunakan metode Ranked Positional Weight.Metode Ranked Positional Weight digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan dan mengalokasikan tenaga kerja, serta menentukan efisiensi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada proyek konstruksi. Efisiensi tenaga kerja dengan metode Ranked Positional Weight didapat dengan cara membatasi sumber daya tenaga kerja pada saat melakukan penjadwalan. Pengurangan ketersediaan tenaga kerja dilakukan terus menerus sampai tenaga kerja yang tersedia tidak terpenuhi. Ranked Positional Weight Method Tahapan Penjadwalan Pekerjaan Proyek dengan RPWM akan melalui tahapan-tahapan pekerjaan yaitu:(Wilhelm,1997) a. Mengidentifikasi setiap pekerjaan-pekerjaan dari durasi sampai jumlah kebutuhan sumber daya. b. Membuat precedence diagram dari seluruh pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam sebuah proyek konstruksi tersebut. c. Menentukan bobot posisi (positional weight) dari setiap aktivitias, dengan cara menambahkan durasi pekerjaandengan pekerjaan yang mengikutinya. Kemudian pekerjaanpekerjaan tersebut disusun dengan urutanmenurut pekerjaan-pekerjaan dengan bobot posisi terbesar. Perhitungan bobot posisi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh keterkaitan perhitungan bobot posisi 53
d. e.
Besarnya bobot posisi pekerjaan A (5+4+ 3+2+4), besarnya bobot posisi pekerjaan B (4+ 3+2+4), danseterusnya. Menentukan tingkat ketersediaan sumber daya saat proyek berlangsung. Menjadwalkan pekerjaan dengan pedoman penjadwalan proyek sebagai berikut: 1. Pekerjaan yang memiliki bobot posisi paling tinggi dilaksanakan pada hari pertama. Sumber daya per hari yang tidak digunakan (sumber daya tersisa) didapat dengan mengurangi jumlah ketersediaan tenaga kerja perhari dengan kebutuhan tenaga kerja yang sudah terpakai. 2. Pekerjaan dengan bobot tertinggi berikutnya dipilih. Kemudian dilakukan dua pemeriksaan. Pertama adalah pemeriksaan precedence yaitu pekerjaan dapat dilaksanakan setelah pekerjaan yang mendahuluinya sudah selesai dan pemeriksaan sumber daya yaitu sumber daya yang dibutuhkan oleh pekerjaan lebih kecil atau sama dari sumber daya yang tersisa. Jika kondisi presedence dan kebutuhan sumber daya terpenuhi, Pekerjaan tersebut dapat dijadwalkan pada hari terkait dan dilakukan pengurangan tenaga kerja dan pengecekan precedence diulangi untuk pekerjaan dengan bobot posisi tertinggi berikutnya. Jika salah satu dari pemeriksaan tersebut tidak terpenuhi maka pekerjaan tersebut tidak bisa dijadwalkan. 3. Kemudian dipilih kembali bobot posisi yang paling besar dan dilakukan dua pemeriksaan tersebut. Pengurangan tenaga kerja dan pemeriksaan precedence diulang untuk hari pertama (hari proyek yang sama) sampai terjadinya kondisi. Kondisi pertama adalah kondisi yang menunjukkan jumlah sumber daya total dari pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan sama dengan jumlah maksimal sumber daya yang tersedia. Kondisi kedua adalah tidak ada lagi pekerjaan yang dapat dijadwalkan akibat batas dalam pemeriksaan precedence, dan yang ketiga pekerjaan. 4. Penjadwalan untuk hari selanjutnya kembali dipilih pekerjaan yang memiliki bobot posisi paling besar. Harus diperhatikan bahwa setiap pekerjaan yang telah dijadwalkan sebelumnya tidak dapat dihentikan sebelum pekerjaan itu selesai, dan sumber daya yang masih digunakan tidak dapat dipakai untuk pekerjaan yang lain. 5. Pedoman sesuai langkah kedua sampai dengan keempat di atas diulang terus menerus sampai semua pekerjaan selesai dijadwalkan. Jalur kritis diperoleh dari network diagram yang telah dilengkapi dengan penjadwalan semua pekerjaan.
3. HASIL DAN ANALISIS Bar Chart Dari data penjadwalan dan precedence diagram dilakukan penjadwalan menggunakan bar chart untuk dapat mengetahui jumlah maksimal tenaga kerja yang dibutuhkan per hari untuk tiap jenis pekerja. Hasil penjadwalan menggunakan bar chartdapat dilihat pada Gambar 2. Zona 1 dan zona 2 membutuhkan waktu 11 hari untuk menyelesaikan 1 lantai sedangkan zona 3 dan 4 membutuhkan waktu 12 hari untuk menyelesaikan 1 lantai.Dari hasil penjadwalan menggunakan bar chart didapat bahwa proyek konstruksi tersebut dapat diselesaikan dengan durasi 304 hari dengan kebutuhan tenaga kerja tukang besi sebanyak 184 orang, tukang kayu sebanyak 120 orang, dan tukang batu sebanyak 20 orang. Kebutuhan tenaga kerja tukang besi paling tinggi terjadi pada hari ke-8 yaitu 184 orang, sedangkan tukang kayu paling tinggi terjadi pada hari ke6 yaitu 120 orang, dan tukang batu paling tinggi terjadi pada hari ke-16.
54
ITEM PEKERJAAN
ZONA
Lantai Duration
La nta i B1 Z ona 1 Pembesian Kolom Bekisting kolom Pengecoran Kolom Bekisting Balok & Plat Pembesian Balok & Plat Pengecoran Balok & Plat
Bekisting kolom Pengecoran Kolom Bekisting Balok & Plat Pembesian Balok & Plat Pengecoran Balok & Plat
b1 b1 b1 b1 b1 b1
Bekisting kolom & CoreWall Pengecoran Kolom Bekisting Balok & Plat Pembesian Balok & Plat Pengecoran Balok & Plat
z one 2 z one 2 z one 2 z one 2 z one 2 z one 2
b1 b1 b1 b1 b1 b1
Bekisting kolom & CoreWall Pengecoran Kolom Bekisting Balok & Plat Pembesian Balok & Plat Pengecoran Balok & Plat
3
4
46
46 30
46 30
30
5
6
7
8
9
30 46
30 46
46
46
10
11
12
13
14
15
16
17
18
3 days 3 days
217SS+1 day
1 day
218,217
4 days
218FS-1 day
5 days
220SS,219
1 day
221,220
30
10 30
46
3 days
217SS+2 days
10
3 days
224SS+1 day
1 day
225,224
4 days
225FS-1 day
5 days
227SS,226
1 day
228,227
46
46 30
46 30
30 30
10 30
30 46
30 46
46
46
46 10
12 da ys
z one 3 z one 3 z one 3 z one 3 z one 3 z one 3
b1 b1 b1 b1 b1 b1
Z ona 4 Pembesian Kolom & Corewall
2
11 da ys
Z ona 3 Pembesian Kolom & Corewall
1
11 da ys
z one 1 Zone 1 z one 1 z one 1 z one 1 z one 1
Z ona 2 Pembesian Kolom
Predecessors
18 da ys
4 days
224SS+2 days
5 days
231SS+1 day
1 day
232FF,231
4 days
232FS-3 days
5 days
234SS,233
1 day
235,234
46
46 30
46 30
46 30
30
30
30
30 10 30
30 46
46
46
46
46 10
12 da ys
z one 4 z one 4 z one 4 z one 4 z one 4 z one 4
b1 b1 b1 b1 b1 b1
4 days
231SS+2 days
5 days
238SS+1 day
1 day
239FF,238
4 days
239FS-3 days
5 days
241SS,240
1 day
242,241
46
46 30
46 30
46 30
30
30
30
30 10 30
30 46
46
46
46
46 10
Gambar 2. Penjadwalan Bar Chart Lantai B1 Bobot Posisi Langkah I dalam metode Ranked Positional Weight adalah menentukan bobot posisi untuk setiap jenis pekerjaan. Dalam menentukan bobot posisi dibutuhkan precedence diagram untuk mengetahui keterkaitan antar pekerjaan. Pekerjaan pembesian kolom memiliki bobot posisi sebesar 16angka, ini didapat dari durasi pekerjaan itu sendiri yaitu pekerjaan pembesian kolom) ditambah dengan durasi pekerjaan yang mengikutinya yaitu pekerjaan bekisting kolom,pekerjaan bekisiting plat dan balok, pekerjaan pembesian plat dan balok, serta pekerjaan pengecoran plat dan balok. Bobot posisi pembesian kolom 16 = 3+3+4+5+1. Hal ini dilakukan pada setiap jenis pekerjaan untuk mendapat bobot posisi setiap jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan diurutkan dari besar ke kecil berdasarkan bobot posisi. Pengurutan jenis pekerjaanini bertujuan untuk mempermudah proses pemilihan jenis pekerjaan yang akan dijadwalkan.Berdasarkan hasil perhitungan bobot posisi didapat pekerjaan yang memiliki bobot posisi terbesar adalah pekerjaan pembesian kolom zona 1 lantai b1 yaitu sebesar 523, dan untuk pekerjaan yang memiliki bobot posisi terkecil adalah pekerjaan pengecoran balok dan plat zona 4 lantai lmr. Perhitungan bobot posisi dilakukan untuk membantu dalam pemilihan pekerjaan yang akandijadwalkan. Penjadwalan Dengan Pengurangan Tukang Besi Pada penjadwalan bar chart didapat jumlah tenaga kerja maksimal untuk tiap jenis pekerjaan per hari yang dibutuhkan untuk proyek dapat berjalan adalah tukang besi 184 orang, tukang kayu 120 orang, dan tukang batu 20 orang. Sebelum melakukan penjadwalan menggunakan metode Ranked Positional Weight dilakukan pembatasan terhadap ketersediaan tenaga kerja, untuk mengetahui apakah kebutuhan tukang besi dapat diturunkan tanpa memperpanjang durasi total proyek. Pembatasan tenaga kerja menjadi tukang besi 138 orang, tukang kayu 120 orang, dan tukang batu 20 orang. Pada hari ke-8, penjadwalan pekerjaan pembesian balok dan plat zona 2 lantai b1 sudah memenuhi syarat predecessor, tetapi tidak dapat dilakukan karena jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak mencukupi. Maka pekerjaan tersebut tidak bisa dijadwalkan pada hari tersebut. Pekerjaan pembesian balok dan plat zona 2 lantai b1 merupakan pekerjaan kritis sehingga tidak 55
boleh terlambat berdasarkan penjadwalan menggunakan bar chartpekerjaan pembesian balok dan plat zona 2 lantai b1 harus dilaksanakan pada hari ke delapan supaya tidak terjadi keterlambatan. Dengan demikian karena pembesian balok dan plat zona 2 lantai b1 tidak bisa dijadwalkan pada hari ke-8 karena akan mengubah durasi proyek. Dengan demikian prosespengalokasian tenaga kerja dihentikan karena tidak dapat mengubah durasi total proyek, sehingga jumlah tukang besi tidak bisa di turunkan menjadi 138 orang. Penjadwalan Dengan Pengurangan Tukang Kayu Pada penjadwalan bar chart didapat jumlah tenaga kerja maksimal untuk tiap jenis pekerjaan per hari yang dibutuhkan untuk proyek dapat berjalan adalah tukang besi 184 orang, tukang kayu 120 orang, dan tukang batu 20 orang. Sebelum melakukan penjadwalan menggunakan metode Ranked Positional Weight dilakukan pembatasan terhadap ketersediaan tenaga kerja, untuk mengetahui apakah kebutuhan tukang besi dapat diturunkan tanpa mengubah durasi total proyek. Pembatasan tenaga kerja menjadi tukang besi 184 orang, tukang kayu 90 orang, dan tukang batu 20 orang. Sampai dengan hari ke-18 lantai b1 sudah selesai dijadwalkan. Untuk hari-hari selanjutnya dilakukan penjadwalan seperti hari sebelumnya dengan memperhatikan dua syarat yaitu syarat keterkaitan pekerjaan dan syarat ketersediaan tenaga kerja sampai seluruh pekerjaan sudah terjadwalkan. Hasil penjadwalan dengan membatasi tukang kayu menjadi 90 orang tidak mengubah durasi total proyek, sehingga terjadi efisiensi tenaga kerja tukang kayu dari 120 orang menjadi 90 orang. Hasil penjadwalan dengan pengurangan tukang kayu menggunakan metode Ranked Positional Weight Method dapat dilihat pada gambar 3. Dilakukan penjadwalan kembali dengan membatasi tukang kayu menjadi 60 orang, angka ini didapat dengan mengurangi jumlah maksimal tenaga kerja tukang kayu yang dibutuhkan per hari dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja tukang kayu paling besar pada jenis pekerjaan yang membutuhkan tukang kayu. Penjadwalan dengan membatasi jumlah tukang kayu menjadi 60 orang sampai dengan hari ke-3 masih sama dengan penjadwalan membatasi tukang kayu 90 orang, perbedaan terjadi pada hari ke-4. Pada hari ke-4 dipilih pekerjaan bekisting kolom zona 2 lantai b1 untuk dijadwalkan karena memenuhi syarat. Pekerjaan bekisting plat dan balok zona 1 lantai b1 tidak bisa dijadwalkan pada hari ke-4 karena kekurangan tenaga kerja, sehingga akan dijadwalkan di hari selanjutnya. Tetapi pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan kritis sehingga akan mempengaruhi durasi total proyek. Dengan demikian proses penjadwalan dengan membatasi tenaga kerja tukang kayu 60 orang tidak dapat dilanjutkan karena penjadwalan pekerjaan bekisting plat dan balok zona 1 lantai b1 akan mengubah durasi total proyek. Sehingga efisiensi tenaga kerja tanpa mengubah durasi total proyek dapat dilakukan dengan melakukan pengurangan tukang kayu yang dibutuhkan per hari menjadi 90 orang dari 120 orang.
56
Gambar 3. Hasil penjadwalan dengan pengurangan tukang kayu Penjadwalan Dengan Pengurangan Tukang Batu Jenis pekerjaan yang menggunakan tenaga kerja tukang batu adalah pekerjaan pengecoran kolom dan pekerjaan pengecoran plat dan balok. Kedua pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan kritis untuk setiap zona dan lantai. Dengan demikian proses tidak dapat dilakukan karena efisiensi tenaga kerja dilakukan tanpa mengubah durasi total proyek. Sehingga penjadwalan dengan pengurangan tukang batu tidak perlu dilakukan. Efisiensi Efisiensi tenaga kerja terjadi pada pekerjaan bekisting. Sedangkanpada pekerjaan pembesian dan pekerjaan pengecoran tidak terjadi efsiensi tenaga kerja. Kebutuhan maksimal jumlah tenaga kerja tukang kayu berkurang dari 120 orang per hari menjadi 90 orang. Dengan demikian terjadi efisiensi tenaga kerja untuk tukang kayu sebesar 25%.
4. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode Ranked Positional Weight dapat digunakan dalam menjadwalkan dan mengalokasi sumber daya tenaga kerja pada proyek konstruksi dengan keterbatasan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya efisiensi tenaga kerja pada pekerjaan bekisting. 2. Efisiensi tenaga kerja dapat terjadi pada kebutuhan tukang kayu yaitu sebesar 25%. 3. Kebutuhan tukang besi dan tukang batu tidak dapat berkurang, karena tukang besi dan tukang batu berada pada pekerjaan pembesian dan pekerjaan pengecoran yang terdapat pada lintasan kritis. DAFTAR PUSTAKA Callahan, MT. (1992).Construction Project Scheduling.McGraw-Hill Book Company, New York. Tan, PWM. and Dissanayake, PBG. (1998). “Construction Project Scheduling by Rangked Positional Weight Method”.Canadian Journal of Civil Engineering, vol. 25, 424–436. Wilhelm, WE. and Shimon, YN. (1997). Industrial Assembly.Springer Science Business Media, London.
57