EFISIENSI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) ANGGOTA INDUK KOPERASI SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
ARDHI EVAN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Anggota Induk Koperasi Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Ardhi Evan NIM H54100063
ABSTRAK ARDHI EVAN. Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Anggota Induk Koperasi Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan RANTI WILIASIH. BMT adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang memiliki fungsi untuk memberdayakan ekonomi umat, dan memiliki fungsi sosial sebagai institusi yang mengelola dana zakat, infak, dan sedekah. Dalam rangka mendukung permodalan UMK yang perkembangannya terus meningkat, maka perlu penguatan lembaga keuangan mikro, termasuk BMT. Penelitian ini difokuskan kepada analisis efisiensi kinerja operasional 30 BMT yang tergabung dalam Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) dengan melihat input yang digunakan yaitu dari laporan keuangan BMT tahun 2013 dan output yang dihasilkan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 BMT yang efisien secara relatif terhadap seluruh BMT yang lainnya dengan menggunakan asumsi variable return to scale (VRS), sedangkan 20 BMT yang lainnya mengalami inefisiensi. BMT yang inefisien dapat meningkatkan tingkat efisiensinya dengan menjadikan BMT efisien sebagai best practice. Kata kunci: Baitul Mal wa Tamwil, Data Envelopment Analysis, efisiensi, Induk Koperasi Syariah
ABSTRACT ARDHI EVAN. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) efficiency Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) member’s with Data Envelopment Analysis (DEA) Method. Supervised by TANTI NOVIANTI and RANTI WILIASIH. BMT is a microfinance institution that operates based on Islamic principles which has the function of economic empowerment of the people, and has the social function as an institution that manages zakah, infaq, and shadaqah. In order to support the capital of SMEs which develop increasingly, it is necessary to strengthen microfinance institutions, including BMT. This study focused on the analysis of operational performance efficiency of 30 BMT which is incorporated in the Master of Islamic Coorporation (Inkopsyah) by looking at the BMT financial statement in 2013 as inputs used and outputs produced by using Data Envelopment Analysis (DEA). The result of this study indicate that there are 10 relatively efficient BMTs among other BMTs using the assumpsion of variable returns to scale (VRS), while 20 other BMTs suffered inefficiencies. Inefficient BMT can increase the level of efficiency by making efficient BMT as a best practice.
Keywords: Baitul Mal wa Tamwil, Data Envelopment Analysis, efficiency, Master of Islamic Cooperation
EFISIENSI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) ANGGOTA INDUK KOPERASI SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
Judul Skripsi : Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Anggota Induk Koperasi Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Nama : Ardhi Evan NIM : H54100063
Disetujui oleh
Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si Pembimbing I
Ranti Wiliasih. S.P, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Anggota Induk Koperasi Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)” ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing, serta penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Aswin yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua penulis Ayutrisna (Ibu) dan Said (Ayah) serta saudara penulis Sutrisna (Kakak), Edwin (Adik), dan Alvin (Adik) atas segala doa dan motivasinya. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada orangorang yang sangat membatu dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini, yaitu Ahmad Fauzi, Fauziyah Adzimatinur, Putri Eka Ayuni Subagyo, Mufida Amalia Azzahrah, Febrina Mirazdianti, Zulfi Mirza, Rizqi Eka Sukmayasa dan sahabat terbaik ekonomi syariah angkatan 47, 48, dan 49 atas kebersamaannya dan senantiasa saling membantu dan memberikan doa serta motivasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2015 Ardhi Evan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Baitul Mal wa Tamwil
4
Konsep Efisiensi
5
Data Envelopment Analysis (DEA)
6
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
10
METODE PENELITIAN
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Gambaran Umum Inkopsyah
12
Uji Statistik Variabel Input dan Output
14
Efisiensi BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013
15
Target input dan output BMT yang tergabung dalam Inkopsyah
17
Referensi BMT yang efisien untuk BMT yang inefisien
18
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
35
DAFTAR TABEL 1. Variabel Input dan Output 2. BMT yang tergabung dalam Inkopsyah 3. Ringkasan statistik keuangan BMT tahun 2013 yang tergabung dalam Inkopsyah 4. Nilai efisiensi BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013 5. Kriteria dan nilai efisiensi 6. Kriteria pengelompokan nilai efisiensi 7. Pengelompokan BMT dengan kriteria efisiensi 8. Target Input dan Output BMT yang tergabung dalam Inkopsyah 9. Bobot Benchmark VRS Input Oriented Model BMT yang Tergabung dalam Inkopsyah 2013
12 14 14 15 16 16 16 18 19
DAFTAR GAMBAR 1. Perkembangan unit UMK tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 2. Cara Kerja Perputaran Dana BMT 3. Kerangka Pemikiran 4. Perkembangan kondisi keuangan Inkopsyah 2009-2013
2 5 11 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Sekunder input dan output yang digunakan periode 2013 2 Hasil olahan DEAP Version 2.1 3 Surat Keterangan Validitas Data
24 25 34
PENDAHULUAN Latar Belakang Baitul Mal wa Tamwil (BMT) mengadopsi dari institusi bayt al-mal yang pernah pada masa Rasulullah SAW dan khulafa ar-rasyidin. Bayt al-mal yang permanen pertama kali dibangun pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab di ibu kota negara dan membangun cabang-cabangnya di ibu kota provinsi. Pada masa Rasulullah SAW baitul mal berfungsi sebagai tempat pusat pengumpulan dana yang terletak di Masjid Nabawi. Sumber-sumber pemasukan negara pada masa pemerintahan Rasulullah SAW tidak bersumber dari zakat saja, beberapa sumber lain di antaranya kharaj yaitu pajak terhadap tanah, khums yaitu pajak proporsional sebesar 20%, jizyah yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim, kaffarah yaitu sesuatu yang dikeluarkan sebagai penutup kesalahan yang telah dilakukan seseorang, dan harta waris dari orang yang tidak menjadi ahli waris. Dana yang telah terkumpul di alokasikan untuk penyebaran agama Islam, pendidikan, kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan, dan penyediaan layanan kesejahteraan sosial. Semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, pendapatan negara meningkat secara signifikan, maka diperlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya agar dapat dimanfaatkan secara benar, efektif, dan efisien (Amalia 2010). Saat ini BMT mengalami penyempitan makna dari yang sebelumnya dapat diartikan sebagai pengumpul dana untuk memenuhi kebutuhan negara menjadi suatu lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi. Fungsi intermediasi tersebut antara lain sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah berupa zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta berfungsi sebagai institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank dan bertugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang memercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT (Arif 2012). BMT merupakan balai usaha mandiri terpadu, yaitu lembaga usaha masyarakat yang mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi dalam skala kecil dan menengah (Ridwan 2013). BMT adalah salah satu sumber pembiayaan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM). Problem dari UMKM diantaranya adalah aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan (Ridwan 2004). Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT tersebut berada, sehingga BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat (Sudarsono 2013).
2 58 56
Juta unit
54 52 Usaha Kecil 50
Usaha Mikro
48 46 44 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (diolah)
Gambar 1 Perkembangan unit UMK tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 Sebagai unit usaha yang menjadi sasaran pembiayaan-pembiayaan BMT, yaitu usaha mikro yang memiliki total kekayaan ≤ Rp 50 juta dengan omzet ≤ Rp 300 juta, dan usaha kecil yang memiliki total kekayaan > Rp 50 juta sampai Rp 500 juta dengan omzet > Rp 300 juta sampai Rp 2.5 milyar. BMT harus memanfaatkan perkembangan unit UMK seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, bahwa selalu terjadi peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012. Untuk dapat mengimbangi peningkatan tersebut, lembaga keuangan sangat berperan penting untuk dapat meningkatkan perekonomian di sektor riil dengan memperkuat struktur industri lembaga keuangan syariah yang menjadi pembiayaan ritel termasuk BMT, maka perlu dilakukan peningkatkan fungsi intermediasi, efisiensi, dan daya saing industri lembaga keuangan syariah. Berdasarkan sasaran kedua, maka penelitian efisiensi BMT perlu dilakukan. Induk koperasi syariah adalah suatu koperasi sekunder tingkat nasional yang juga merupakan wadah sebagai mediator dan penjamin bagi kegiatan usaha BMT. Inkopsyah disahkan oleh Menteri Koperasi dan UKM yang didirikan pada tanggal 7 Juli 1998. Sejak pertama kali didirikan Inkopsyah dengan badan hukum koperasi beranggotakan 24 BMT dari 9 provinsi di Indonesia dengan modal awal sebesar Rp 12 juta. Pada tahun 2001 anggota BMT yang tergabung dalam Inkopsyah bertambah sebanyak 112 BMT dan terjadi penambahan modal yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 320 juta. Pada tahun 2011 Inkopsyah telah memiliki aset lebih dari Rp 100 miliar dan anggota sebanyak 344 BMT yang tersebar di 24 provinsi. Jumlah BMT yang tergabung dalam Inkopsyah hingga Juni 2014 mencapai 418 BMT. Tercatat 22 BMT anggota Inkopsyah yang beraset lebih dari 30 miliar bahkan 6 BMT melebihi 100 miliar dan 1 BMT melewati angka 1 triliun (Inkopsyah 2014). Inkopsyah bukan satu-satunya koperasi sekunder yang ada di Indonesia, masih terdapat beberapa koperasi sekunder lainnya seperti Pusat Koperasi Syariah (Puskopsyah), Asosiasi Baitul Maal Wa Tamwil Se-Indonesia (Absindo), dan lain sebagainya. Perbedaan diantara Inkopsyah dengan Puskopsyah dan Absindo adalah Inkopsyah langsung membawahi BMT anggota yang tersebar di seluruh
3
Indonesia, tidak seperti Puskopsyah dan Absindo yang memiliki perwakilan disetiap daerah. Puskopsyah BMT Jogja masih memiliki perwakilan berikutnya seperti BMT Anggota Puskopsyah di Kota Yogyakarta yang memiliki anggota sebanyak 26 BMT, BMT Anggota Puskopsyah di Kabupaten Sleman yang memiliki anggota sebanyak 33 BMT, BMT Anggota Puskopsyah di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki anggota sebanyak 16 BMT, dan BMT Anggota Puskopsyah di Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki anggota sebanyak 6 BMT. Begitu juga dengan Absindo yang memiliki perwakilan di setiap daerahnya seperti Absindo DIY, Absindo Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Inkopsyah yang tidak memiliki perwakilan dan harus mengawasi langsung BMT anggotanya, maka harus dapat bekerja lebih efisien. Rumusan Masalah BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM) memiliki banyak tantangan, diantaranya bersaing dengan bank-bank yang menjual produk pembiayaan mikro seperti Bank BTPN yang masih melayani pembiayaan Rp 1-1.5 juta. BMT juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerja (performance) usahanya, selain itu BMT juga sulit dalam mengakses modal ke bank. Peluang koperasi sekunder untuk mengakses modal ke bank lebih besar, dikarenakan skala usahanya yang lebih besar dibandingkan dengan langsung ke BMT, dengan demikian maka BMT perlu untuk bekerja lebih efisien. Efisiensi akan berdampak pada peningkatan profit BMT dan juga kemampuan BMT dalam memberikan bagi hasil dan kinerja yang lebih baik. Kinerja yang baik dapat meyakinkan bank agar mau memberikan modal tambahan, dan dapat menarik para calon anggota. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat beberapa pertanyaan diantaranya: 1. Apakah setiap BMT yang tergabung dalam Inkopsyah sudah cukup efisien? 2. Usaha apa yang harus dilakukan oleh BMT yang tidak efisien agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis efisiensi dari kegiatan operasional setiap BMT yang tergabung dalam Inkopsyah. 2. Merekomendasikan hal-hal yang harus dilakukan BMT inefisien agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Memberikan masukan kepada BMT inefisien yang tergabung dalam Inkopsyah untuk meningkatkan tingkat efisiensi kinerja operasionalnya.
4 2. Mempermudah Inkopsyah agar lebih fokus kepada BMT yang inefisien. 3. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyempurnaan regulasi untuk mendorong peningkatan kinerja BMT. 4. Memberikan referensi dan menjadi acuan untuk akademisi yang akan melakukan penelitian serupa atau yang akan meneliti lebih lanjut. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini difokuskan kepada analisis efisiensi kinerja operasional BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013 dengan melihat input yang digunakan dan output yang dihasilkan. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan keadaan setiap BMT yang tergabung dalam Inkopsyah. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu Data Envelopment Analysis (DEA). TINJAUAN PUSTAKA Baitul Mal wa Tamwil Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan menengah, antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan. Selain itu, BMT juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta dapat pula berfungsi sebagai institusi yang bergerak dibidang investasi yang produktif layaknya bank. Fungsi kedua adalah sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT (Arif 2012). Kegiatan Usaha BMT Cara kerja dan perputaran dana BMT secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2. Awalnya dana BMT diharapkan diperoleh dari para pendiri, berbentuk simpanan pokok khusus. Para pendiri juga membayar simpanan pokok, simpana wajib, dan jika ada, simpanan sukarela seperti anggota biasa. Modal para pendiri diinvestasikan untuk membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor dengan peralatannya, dan perangkat administrasi. Selain modal dari para pendiri, modal dapat juga berasal dari lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti yayasan, kas masjid, BAZ, LAZ, dan lain-lain.
5
Operasional BMT
Penggalangan Dana (Funding)
Modal Dasar: Simp.pokok Khusus Simp.pokok Simp.wajib
Penyaluran Dana (Financing)
Mudharabah Pembiayaan total bagi hasil
SHU
SHU dibagikan
Bagi Hasil Musyarakah Pembiayaan bersama bagi hasil
Simp. Sukarela Bagi Hasil Simp.Mudharabah biasa Simp. Pendidikan Simp. Haji Simp. Umrah Simp. Kurban, dll Simp. Berjangka (1, 3, 6, 12 bulan)
Murabahah Kepemilikan barang jatuh tempo
Bagi Hasil Margin
BBA Kepemilikan barang angsuran
Infak Simp. Sukarela Titipan Simp.Wadi’ah Amanah/ZIS Simp.Wadi’ah Damanah
Bonus
Biaya Operasional
Qard al-Hasan Pinjaman kebajikan
Pool Pendapatan
Sumber: Arif 2012
Gambar 2 Cara Kerja Perputaran Dana BMT Konsep Efisiensi Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Suatu Unit Pengambil Keputusan (UPK) dapat dikatakan efisien jika UPK tersebut dapat menghasilkan output yang lebih besar jika dibandingkan dengan UPK lain dengan menggunakan jumlah input yang sama. Atau menghasilkan output yang sama, tetapi jumlah input yang digunakan lebih sedikit dibandingkan jumlah input yang digunakan olah UPK yang lain. Dengan demikian, ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) dengan input yang lebih kecil dapat menhasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang
6 lebih besar dapat menghasilkan jumlah output dengan persentase yang lebih besar dari besarnya tambahan input (Hidayat 2014). Syariat Islam tidak hanya mengatur cara beribadah saja, tetapi juga memperhatikan untuk memberi acuan dalam kegiatan sehari-hari termasuk dalam kegiatan ekonomi juga. Konsep tersebut dirangkum dalam ekonomi syariah yang mengatur individu dalam ber-muamalah. Perilaku manusia untuk memperhatikan efisiensi sangat ditekankan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam Al Quran, Surat Al Isra’ ayat 27 yang artinya: sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Ayat tersebut menganjurkan manusia untuk tidak berperilaku boros, dalam hal ini kegiatan ekonomi. Mereka yang berperilaku boros merupakan tergolong sebagai saudara syaitan. Dalam hal ini UPK dituntut agar dapat menghasilkan output maksimal tanpa menghamburkan sumberdaya yang ada (Fauzi 2014). Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis merupakan prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang menggunakan banyak input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibandingkan dengan UKE lain dalam sampel (sekelompok UKE yang saling dibandingkan) dengan menggunakan jenis input dan output yang sama. Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya (total weighted output / total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Bobot tersebut memiliki sifat (1) tidak bernilai negatif, dan (2) bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari 1 (total weighted output / total weighted input ≤1). Asumsi pada DEA adalah setiap UKE akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output /total weighted input). Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum, UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi dengan banyak. Bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu UKE. Sebagai gambaran, jika suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit maximizing firm) dan setiap input dan output nya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit, maka perusahaan tersebut akan berusaha menggunakan sedikit mungkin input dengan biaya per unit termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output dengan harga jual tertinggi. Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode DEA. Misalkan, kita akan membandingkan efisiensi dari sejumlah UKE, misalkan n. Setiap UKE menggunakan m jenis input untuk menghasilkan s jenis output. Misal
7
Xij > 0 merupakan jumlah input i yang digunakan oleh UKEj, misalkan Yrj > 0 merupakan jumlah output r yang dihasilkan oleh UKEj. Variabel keputusan (decision variable) dari kasus tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan output oleh UKEk. Misalkan Vik adalah bobot yang diberikan pada input i oleh UKEk, dan Urk adalah bobot yang diberikan pada output r oleh UKEk. Vik dan Urk merupakan variabel keputusan, yaitu variabel yang nilainya akan ditentukan melalui iterasi program linear, kemudian memformulasikan sejumlah n program linear fraksional (fractional linear programs), satu formulasi program linear untuk setiap UKE di da1am sampel. Fungsi tujuan (objective function) dari setiap program linear fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang total (total weighted output) dari UKEk dibagi dengan input tertimbang totalnya. Formulasi fungsi tujuan tersebut adalah sebagai berikut : ∑ Memaksimumkan Zk = ∑ Kriteria universalitas mensyaratkan UKEk untuk memilih bobot dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada UKE lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar dari 1 atau 100 persen jika UKE lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh UKEk. Formulasi selanjutnya adalah : ∑ ≤ 1 : j = 1,.... ,n ∑ Bobot yang dipilih tidak boleh bernilai negatif : Urk ≥ 0 : r = 1, ,s Vik ≥ 0 : r = 1, ,m Transformasi program linear, yang kita sebut dengan DEA adalah sebagai berikut : (DEA) Maksimumkan Zk = ∑ dengan batasan atau kendala : [pkj] ∑
[qk] ∑
∑
≤
8 Urk ≥ 0 : r = 1,.... ,s Vik ≥ 0 : r = 1, .... ,m Program linear yang menunjukkan asumsi Variabel Return to Scale ( VRS) adalah : ( DEA) Maksimumkan Zk =
∑
dengan batasan atau kendala : [pkj]
[qk]
∑
∑
≥
; j = 1,... ,n
≥
Urk ≥ 0 : r = 1,.... ,s Vik ≥ 0 : r = 1,.... ,m Uo adalah penggal yang dapat bernilai positif atau negatif. Transformasi juga dapat di1akukan secara dual dengan minimasi input sebagai berikut : Minimasi βk dengan batasan atau kendala : [pkj]
; j = 1,.... m
∑
[qk] βk.Xik
∑
∑
≤
; j = 1,.... n
Variabel βk merupakan efisiensi teknis dan bernilai antara 0 dan 1. Program linear diatas diasumsikan Constant Return to Scale (CRS). Efisiensi teknis βk bernilai kurang dari satu. (1 - βk ) menerangkan jumlah input yang harus dikurangi untuk menghasilkan output yang sama sebagai bentuk efisiensi. Seperti yang telah dikemukakan di depan, bahwa terdapat dua model DEA yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi, yaitu Charnes Cooper dan Rhodes (CCR) dan Banker Charnes dan Cooper (BCC). Model CCR dipelopori oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978 yang mengasumsikan adanya Constant Return to Scale (CRS). Asumsi CRS adalah bahwa perubahan proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang sama pada tingkat output (misalnya penambahan 1 persen input akan menghasilkan penambahan 1 persen output). Pada tahun 1984, Bankers, Charnes dan Cooper memperluas model CCR, yang kemudian dikenal dengan model BCC dengan mengasumsikan adanya Variabel Return to Scale (VRS). Asumsi Variabel Return to Scale (VRS) adalah bahwa semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output dan adanya anggapan bahwa skala
9
produksi dapat mempengaruhi efisiensi. Hal inilah yang membedakan dengan asumsi CRS yang menyatakan bahwa skala produksi tidak mempengaruhi efisiensi. Memperhatikan bahwa suatu teknologi dapat juga membawa Variabet Return to Scale (VRS), membuka kemungkinan bahwa skala produksi mempengaruhi efisiensi (Coelli, Rao, Prasada, Christoper, dan Battese 1998). Penelitian Terdahulu Hidayat (2011) melakukan penelitian yang berjudul Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan menggunakan Pendekatan Data Envelopment Analysis. Penelitian tersebut meneliti sembilan bank syariah yang terdiri dari tiga BUS dan enam UUS dengan menggunakan data dari kuartal 1 tahun 2003 sampai dengan kuartal 4 tahun 2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah biaya tenaga kerja dan modal serta pembayaran bunga (margin) pada deposit sebagai input, lalu pembiayaan (financing) dan investasi keuangan sebagai output. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa jumlah bank syariah di Indonesia yang memiliki nilai efisiensi paling sedikit dengan pendekatan efisiensi teknik CRS terjadi pada kuartal 4 tahun 2003 dan kuartal 3 tahun 2007 yaitu hanya dua bank dari sembilan bank (22%) dan efisiensi terbanyak pada kuartal 3 tahun 2005 yaitu sebanyak lima dari sembilan bank (56%). Pendekatan efisiensi teknik VRS paling sedikit terjadi pada kuartal 3 dan kuartal 4 pada tahun 2007 yaitu sebanyak empat dari sembilan bank (44%) dan jumlah terbanyak terjadi pada kuartal 2 tahun 2005 yaitu sembilan dari sembilan bank (100%). Untuk kelompok BUS jumlah perbankan syariah yang efisien paling sedikit dua dari tiga bank (67%) dan yang paling banyak tiga dari tiga bank (100%) dan untuk kelompok UUS jumlah perbankan syariah yang efisien paling sedikit yaitu dua dari enam bank (33%) dan yang paling banyak yaitu lima dari enam bank (83%). Akbar (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) pada BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) di Jawa Tengah pada Tahun 2009 dengan mengukur skor efisiensi setiap kantor cabang menggunakan asumsi consant return to scale (CRS) dan variable return to scale (VRS) dan membandingkan hasil dari kedua asumsi tersebut. Perhitungan skor efisiensi seluruh kantor cabang BMT BUS pada tahun 2009 menunjukkan terdapat 5 kantor cabang yang efisien secara relatif terhadap seluruh kantor cabang yang lainnya, sedangkan 26 kantor cabang lainnya mengalami inefisiensi. Ali dan Ascarya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil dengan Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis Studi Kasus Kantor Cabang BMT Madrasah Miftahul Ulum (MMU) dan BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Penelitian tersebut menganalisis tingkat efisiensi dari BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri Pasuruan tingkat cabang dengan total sampel 50 cabang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara overall Technical (CRS), BMT MMU mengalami peningkatan tingkat efisiensi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 dengan tingkat efisiensi 84%. Secara teknis (VRS), tingkat efisiensi BMT MMU tingkat cabang juga mengalami
10 peningkatan dari tahun 2007-2008 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2008 sebesar 94%. Maflachatun (2010) yang meneliti tentang Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan adalah simpanan, biaya tenaga kerja, dan aset sebagai input lalu pembiayaan dan pendapatan operasional sebagai output dari 11 bank yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut yang terdiri dari BUS dan UUS. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat dua BUS dan empat UUS yang mengalami inefisien pada tahun 2005, satu BUS dan empat UUS pada tahun 2006 yang mengalami inefisien, satu BUS dan lima UUS yang mengalami inefisien pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 terdapat dua BUS dan tiga UUS yang mengalami inefisien. Kesebelas bank tersebut rata-rata mengalami kenaikan tingkat efisiensi teknik dari tahun 2005-2008. Muharam dan Pusvitasari (2007) meneliti tentang Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan menggunakan DEA pendekatan output oriented dan asumsi CRS. Variabel input yang digunakan adalah simpanan dan biaya operasional, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan operasional lain. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pada triwulan pertama, terdapat tujuh bank yang efisien, sedangkan lima bank lainnya inefisien. Demikian pula dengan triwulan kedua dan triwulan ketiga, enam bank berada dalam kondisi efisien dan enam lagi inefisien. Pada triwulan keempat terdapat tujuh bank yang efisien sedangkan lima bank yang lainnya tidak efisien. Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi rujukan, penelitian ini fokus mengikuti Akbar (2010) dan Muharam dan Pusvitasari (2007). Penelitian ini meneliti efisiensi BMT dan memberikan acuan untuk dapat diikuti agar BMT yang belum efisien dapat meningkatkan efisiensinya. Penelitian ini menggunakan variabel simpanan, dan beban operasional sebagai input serta pembiayaan dan pendapatan operasional sebagai output. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Akbar (2010) adalah objek penelitian yaitu BMT yang tergabung dalam Inkopsyah dan perbedaan penelitian yang dilakukan Muharam dan Pusvitasari (2007) yaitu pada penelitian ini tidak memasukkan variabel aset sebagai input. Kerangka Pemikiran Inkopsyah sebagai induk dari BMT yang tergabung didalamnya memiliki misi untuk meningkatkan efisiensi usaha kecil dan menengah dan lembaga pendukung lainnya. Untuk dapat mengetahui BMT mana saja yang perlu mendapat perhatian khusus dari Inkopsyah agar dapat bekerja lebih efisien, maka dibuatlah kerangka pemikiran seperti berikut:
11
BMT
Menghimpun Dana
Menyalurkan Dana
Kegiatan Operasional Anggota BMT
Proyek/Usaha Tidak Efisien Pendapatan
Maksimal
Efisien
Biaya
Keuntungan
Evaluasi
Belum Maksimal
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan BMT tahun 2013 yang tergabung dalam Induk koperasi syariah dan telah mempublikasikan laporan keuangannya yang diperoleh langsung dari Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) BMT, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, buku, jurnal, tesis, dan skripsi yang berkaitan dengan penelitian ini.
12 Dari 418 BMT hanya 329 BMT yang sudah memberikan laporan keungan kepada Inkopsyah, namun hanya terdapat 30 BMT yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Variabel input dan output sudah dipenuhi oleh 30 BMT tersebut. Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software DEAP Version 2.1 dan Microsoft Excel 2007. Objek dari penelitian ini adalah tiga puluh BMT yang tergabung dalam Inkopsyah. Alasan pemilihan tiga puluh BMT yang dipilih didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah BMT yang sudah mengeluarkan laporan keuangan pada tahun 2013 dan masih aktif untuk mengirimkan laporan keuangan tersebut ke Inkopsyah serta telah mengirimkan laporan keuangan ke Inkopsyah pada Juli 2014. Variabel input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Output Pembiayaan (Y1) Pendapatan Operasional (Y2)
Simpanan (X1) Beban Operasional (X2)
Tabel 1 Variabel Input dan Output Definisi Sumber Data Dana yang diberikan Data Mutakhir BMT 2013 kepada nasabah yang Inkopsyah mengajukan. Pendapatan yang Data Mutakhir BMT 2013 diperoleh perusahaan Inkopsyah sebagai hasil dari usaha pokok perusahaan. Dana yang dipercayakan Data Mutakhir BMT 2013 kepada BMT. Inkopsyah Biaya-biaya yang Data Mutakhir BMT 2013 dikeluarkan untuk Inkopsyah melaksanakan kegiatan operasional pokok perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Inkopsyah Inkopsyah BMT didirikan pada tanggal 7 Juli 1998 dan mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan UKM sebagai koperasi sekunder tingkat nasional. Lembaga yang digagas oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) ini pertama kali beranggotakan 24 BMT dari 9 provinsi di Indonesia dan beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 12 juta yang berasal dari setoran simpanan pokok enam BMT (anggota pendiri). Menjelang dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang pertama kali pada tahun 2001, Inkopsyah berhasil mendapatkan keanggotaan baru
13
sebanyak 112 BMT dan dengan demikian terjadi peningkatan modal (simpanan pokok) yang cukup signifikan yaitu menjadi sebesar Rp 320 juta. Pada tahun 2002 Inkopsyah berhasil mendapatkan tambahan modal sebesar Rp 2 miliar dari dan pembiayaan modal kerja sebesar Rp 5 miliar PT. PNM (Persero), hingga pada tahun 2011 Inkopsyah telah membukukan aset sejumlah lebih dari Rp 100 miliar dan anggota yang tergabung berjumlah 334 BMT yang tersebar di 24 provinsi. 250
200
150 Pembiayaan Aset Beban Operasional
100
50
0 Des 2009 Des 2010 Des 2011 Des 2012 Des 2013
Sumber: Laporan Keuangan Inkopsyah diolah
Gambar 4 Perkembangan kondisi keuangan Inkopsyah 2009-2013 Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa pembiayaan, aset, dan beban operasional dari Desember 2009 sampai dengan Desember 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah pembiayaan yang diberikan pada periode Desember 2009 sebesar Rp 38 577 miliar menjadi Rp 190 063 miliar pada periode Desember 2013. Begitu pula dengan aset dari Rp 43 339 miliar menjadi Rp 229 179 miliar, dan beban operasional yang juga meningkat dari Rp 36 463 miliar menjadi Rp 205 613 miliar. Berikut adalah BMT yang tergabung dalam Inkopsyah yang telah mengeluarkan laporan keungan tahun 2013 dan masih aktif dalam pengiriman laporan keuangan kepada Inkopsyah pada bulan Juli 2014:
14 Tabel 2 BMT yang tergabung dalam Inkopsyah No Kode Nama BMT 1 BMT01 L-Risma 2 BMT02 Sanama 3 BMT03 Al Ishlah 4 BMT04 Al Hidayah 5 BMT05 Koperasi Kartini 6 BMT06 Mitra Amanah 7 BMT07 Baskara Muhammadiyah 8 BMT08 Al-Amanah 9 BMT09 Al Falah 10 BMT10 As Salam 11 BMT11 Artha Amanah 12 BMT12 Bina Umat Mulia 13 BMT13 Shohibul Ummat 14 BMT14 Al Hikmah 15 BMT15 Al Amin Sumber: Inkopsyah 2014
No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode BMT16 BMT17 BMT18 BMT19 BMT20 BMT21 BMT22 BMT23 BMT24 BMT25 BMT26 BMT27 BMT28 BMT29 BMT30
Nama BMT Melati Mitra Usaha Mulia Istiqomah Kube Sejahtera 001 Amanah Bangunrejo Ar Rahmah Surya Abadi Smemi Hudatama Sinergi Karya Makassar Mustama Amanah Ray Babun Najah Barokah Ar Rahmah
Tabel 2 menunjukkan nama BMT dan kode BMT agar dapat mempermudah dalam pengolahan data. Adanya kode untuk setiap BMT dapat memperkecil kesalahan dalam analisis dan pembahasan dari hasil olahan DEAP V.2.1. Uji Statistik Variabel Input dan Output Sebelum dilakukan perhitungan tingkat efisiensi, terlebih dahulu ditentukan variabel input dan output data 30 BMT yang menjadi objek kajian. Variabel output yang digunakan terdiri dari pembiayaan, pendapatan operasional dan aset, sedangkan input yang digunakan terdiri dari simpanan dan beban operasional. Ringkasan statistik variabel input dan output dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Ringkasan statistik keuangan BMT tahun 2013 yang tergabung dalam Inkopsyah (dalam Rp juta) N 30
Minimum 279.417
Pembiayaan Pendapatan 30 79 Operasional Simpanan 30 463.028 Beban 30 61 Operasional Valid N 30 (listwise) Sumber : Perhitungan dengan SPSS 16.0
Maximum 38 523.052
Mean 11 615.706
Std. Deviation 10 785.535
10 725.741
2 823.180
2 890.408
38 507.059
9 675.121
10 040.037
9 987.625
2 279.270
2 520.121
Tabel 3 menggambarkan data yang digunakan dalam penelitian ini. Jumlah BMT yang digunakan, nilai minimum dan maksimum setiap variable serta nilai rata-rata dan standar deviasinya.
15
Efisiensi BMT yang Tergabung dalam Inkopsyah pada Tahun 2013 Hasil perhitungan efisiensi pada tiga puluh BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013 dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menggunakan software DEAP Version 2.1 ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4 Nilai Efisiensi BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013 No Kode BMT Input – VRS (%) Input – CRS (%) 1 BMT01 100 100 2 BMT02 100 92 3 BMT03 59 34 4 BMT04 100 100 5 BMT05 100 91 6 BMT06 100 100 7 BMT07 100 70 8 BMT08 86 61 9 BMT09 95 50 10 BMT10 86 46 11 BMT11 50 50 12 BMT12 49 46 13 BMT13 71 46 14 BMT14 56 48 15 BMT15 54 44 16 BMT16 77 54 17 BMT17 48 43 18 BMT18 64 50 19 BMT19 43 41 20 BMT20 76 56 21 BMT21 43 35 22 BMT22 91 14 23 BMT23 100 100 24 BMT24 100 70 25 BMT25 58 36 26 BMT26 67 55 27 BMT27 100 46 28 BMT28 93 77 29 BMT29 100 97 30 BMT30 58 57 Sumber : Data Mutakhir BMT tahun 2013 Inkopsyah diolah dengan DEAP V.2.1
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil olahan data dengan DEA menggunakan pendekatan VRS dan CRS berbeda. Nilai efisiensi 100% dengan pendekatan CRS hanya ada 4 BMT sedangkan dengan pendekatan VRS ada 10 BMT, sehingga pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan VRS.
16 Merujuk kepada (Hidayat 2014) dan untuk dapat menentukan atau memastikan tingkat efisiensi BMT yang tergabung ke dalam Inkopsyah dibuat ukuran atau kriteria efisiensi, yaitu efisiensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah dan tidak efisien. Nilai (skor) juga disesuaikan menjadi efisiensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah dan tidak efisien. Ukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5 Kriteria dan nilai efisiensi Kriteria efisiensi Nilai (skor) Tinggi 81-100 Sedang 60-80 Rendah 40-59 Tidak efisien <40 Sumber: Hidayat 2014
Berdasarkan kriteria dan nilai efisiensi pada Tabel 5 untuk pengelompokan hasil dari pengolahan data. Pengelompokan dilakukan dengan membagi nilai efisiensi kedalam tiga range nilai efisiensi dalam Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 Kriteria pengelompokan nilai efisiensi Kriteria efisiensi Nilai (skor) Tinggi 83-100 Rendah 58-82 Tidak efisien 0-57 Tingkat efisiensi tinggi berkisar dari 83-100, rendah 58-82 dan tidak efisien dengan nilai kurang dari 57. Nilai tersebut didapatkan dari hasil perhitungan kuartil bawah (Q1) sebesar 56.8 yang dibulatkan menjadi 57. Hasil dari perhitungan kuartil tengah (Q2=Median) sebesar 81.6 kemudian dibulatkan menjadi 82. Berdasarkan Tabel 6 diperoleh pengelompokan hasil pengolahan sebagai berikut: Tabel 7 Pengelompokan BMT dengan kriteria efisiensi Kriteria Kode BMT Kode BMT Jumlah BMT Jumlah BMT efisiensi (VRS) (CRS) Tinggi 01, 02, 04, 05, 15 01, 02, 04, 05, 06, 7 06, 07, 08, 09, 23, dan 29 10, 22, 23, 24, 27, 28, dan 29 Rendah 03, 13, 16, 18, 8 07, 08, 24, dan 28 4 20, 25, 26, dan 30 Tidak 11, 12, 14, 15, 7 03, 09, 10, 11, 12, 19 Efisien 17, 19, dan 21 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, dan 30 Sumber: diolah oleh penulis dari Tabel 2 dan Tabel 4
17
Pada pendekatan DEA, BMT dengan tingkat efisiensi paling tinggi dapat berjumlah lebih dari satu dengan nilai efisiensi 100%. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa jumlah BMT yang efisien berbeda menurut kedua pendekatan efisiensi. Untuk pendekatan efisiensi CRS dapat dilihat bahwa BMT dengan tingkat efisiensi tinggi hanya tujuh BMT yaitu L-Risma, Sanama, Al Hidayah, Koperasi Kartini, Mitra Amanah, Smemi, dan Barokah. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan efisiensi VRS yang menunjukkan lima belas BMT dengan tingkat efisiensi tinggi, diantaranya L-Risma, Sanama, Al Hidayah, Koperasi Kartini, Mitra Amanah, Baskara Muhammadiyah, Al-Amanah, Al Falah, As Salam, Surya Abadi, Smemi, Hudatama, Amanah Ray, Babun Najah, dan Barokah. Kriteria efisiensi rendah dengan menggunakan pendekatan CRS hanya ada empat BMT yaitu Baskara Muhammadiyah, Al-Amanah, Hudatama, dan Babun Najah, sedangkan dengan pendekatan VRS terdapat delapan BMT, diantaranya Al Ishlah, Shohibul Ummat, Melati, Istiqomah, Amanah Bangunrejo, Sinergi Karya Makassar, Mustama, dan Ar Rahmah. BMT dengan kriteria tidak efisien dengan menggunakan pendekatan CRS ada 19 yaitu Al Ishlah, Al Falah, As Salam, Artha Amanah, Bina Umat Mulia, Shohibul Ummat, Al Hikmah, Al Amin, Melati, Mitra Usaha Mulia, Istiqomah, Kube Sejahtera 001, Amanah Bangunrejo, Ar Rahmah, Surya Abadi, Sinergi Karya Makassar, Mustama, Amanah Ray, dan Ar Rahmah, sedangkan dengan pendekatan VRS ada tujuh yakni Artha Amanah, Bina Umat Mulia, Al Hikmah, Al Amin, Mitra Usaha Mulia, Kube Sejahtera 001, dan Ar Rahmah. Jumlah BMT yang memiliki nilai efisiensi tertinggi yaitu 100% berdasarkan pendekatan CRS hanya terdapat empat BMT saja dari total tiga puluh BMT yang dikaji (sebesar 13.3%) yaitu BMT01, BMT04, BMT06, dan BMT23, dan BMT dengan nilai terendah adalah BMT22 dengan nilai efisiensi sebesar 14%. Jumlah BMT yang memiliki nilai efisiensi tertinggi dengan nilai efisiensi sebesar 100% berdasarkan pendekatan VRS ada sepuluh BMT dari total tiga puluh BMT yang dikaji (sebesar 33.3%) yaitu BMT01, BMT02, BMT04, BMT05, BMT06, BMT07, BMT23, BMT24, BMT27 dan BMT29, dan BMT dengan nilai terendah adalah BMT19 dan BMT21 dengan nilai efisiensi sebesar 43%. Perbedaan jumlah BMT dan nilai efisiensi dengan menggunakan asumsi CRS dan VRS dikarenakan model CRS cocok digunakan ketika semua BMT bekerja pada kapasitas optimal (skala ekonomis). Namun, pada kenyataannya banyak kondisi yang menyebabkan suatu produksi tidak bekerja optimal. Oleh karena itu, model VRS lebih tepat digunakan dalam kondisi ini. Target Input dan Output BMT yang Tergabung dalam Inkopsyah Salah satu kelebihan metode DEA ini adalah dapat memberikan arah strategis bagi para manajer untuk dapat meningkatkan efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dalam hal ini adalah BMT yang tergabung dalam Inkopsyah malalui pengenalan terhadap penggunaan input yang terlalu banyak digunakan serta output yang produksinya kurang optimal. Manajemen Inkopsyah tidak hanya mengetahui BMT mana saja yang tidak efisien dan dapat mengetahui seberapa besar tingkat input dan output yang harus disesuaikan agar BMT dapat meningkatkan nilai efisiensinya.
18 Tabel 8 Target Input dan Output BMT yang Tergabung dalam Inkopsyah Pembiayaan BMT achieved 03 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 25 26 28 30
58.9 86 69.8 86.2 41.4 49.2 70.7 55.3 53.5 77 44.1 64 34.8 75.9 19.8 91.1 5.8 66.7 92.8 33.2
to gain 69.8 16.3 43.2 16 141.7 103.2 41.5 80.8 86.8 29.9 126.7 56.3 187.2 31.8 404.5 9.8 1 631.6 50 7.8 201.2
Pendapatan Operasional to achieved gain 27.9 86 95.4 38.4 50.4 42.8 62.4 55.8 42 73.6 48.3 64 42.9 71.7 42.5 2.8 57.8 45.6 92.8 58.1
258.6 16.3 4.8 160.1 98.6 133.7 60.3 79.2 138 35.8 106.9 56.3 132.9 39.4 135.1 3 469.1 73.1 119.3 7.8 72.2
Simpanan achieved
to gain
118 100 100 100 100 149.1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-15.3 0 0 0 0 -32.9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Beban Operasional to achieved gain 100 105.5 108.3 100 100 100 100 100 100 100 100 102.3 100 100 100 190.5 100 100 155 100
0 -5.2 -7.6 0 0 0 0 0 0 0 0 -2.3 0 0 0 -47.5 0 0 -35.5 0
Sumber : Data Mutakhir BMT tahun 2013 Inkopsyah, diolah
Tabel 8 menunjukkan jumlah yang telah dicapai oleh BMT inefisien, dan harus meningkatkan atau menurunkan jumlah dari setiap variabel. Misal BMT 08, peningkatan efisiensi BMT Al-Amanah (BMT08) dapat dilakukan dengan cara menetapkan target pembiayaan sebesar Rp 26 348 304 104.856 yang saat ini sebesar Rp 22 654 357 980 dengan cara meningkatkan pembiayaan sebesar 16.3%. Target pendapatan operasional sebesar Rp 6 516 648 573.514 yang saat ini sebesar Rp 5 603 035 741 dengan cara meningkatkan pembiayaan sebesar 16.3%, target simpanan sebesar Rp 15417070854 yang telah sesuai dengan kondisi saat ini. Target beban operasional sebesar Rp 5 141 418 280.454 yang saat ini sebesar Rp 5 426 250 212 dengan cara mengurangi beban operasional sebesar 5.2%. Referensi BMT yang Efisien untuk BMT yang Inefisien Salah satu kelebihan dari menggunakan metode DEA yaitu metode ini mampu menunjukkan referensi BMT yang efisien untuk dapat dijadikan acuan bagi BMT yang inefisien agar dapat meningkatkan tingkat efisiensinya. Metode DEA juga dapat memberikan bobot yang dapat memaksimumkan nilai efisiensinya. Dari hasil olahan data dengan metode DEA pada Tabel 38, terdapat sepuluh BMT yang sudah efisien 100% diantaranya BMT01, BMT02, BMT04, BMT05, BMT06, BMT07, BMT23, BMT24, BMT27 dan BMT29 sehingga tidak perlu mengacu kepada BMT yang lain. BMT yang sudah efisien 100% ini dapat menjadi acuan bagi BMT yang inefisien. Dua puluh BMT yang inefisien perlu
19
melakukan evaluasi kinerjanya. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengacu kepada BMT yang sudah efisien sesuai dengan bobot dan benchmark yang sudah ditentukan. Berikut Tabel 9 yang menunjukkan referensi BMT yang efisien untuk BMT yang inefisien beserta bobotnya. Tabel 9 Bobot Benchmark VRS Input Oriented Model BMT yang tergabung dalam Inkopsyah tahun 2013 Kode BMT
Input Oriented VRS-Eff (%)
Bobot Benchmark VRS Input Oriented Model
Kode Kode Bobot BMT BMT BMT03 0.283 BMT01 0.717 BMT06 59 BMT08 0.175 BMT04 0.523 BMT07 86 BMT09 1 BMT07 95 BMT10 0.146 BMT01 0.415 BMT04 86 BMT11 0.291 BMT04 0.445 BMT23 50 BMT12 0.024 BMT01 0.976 BMT06 49 BMT13 0.380 BMT01 0.037 BMT04 71 BMT14 0.006 BMT01 0.733 BMT04 56 BMT15 0.376 BMT01 0.338 BMT04 54 BMT16 0.046 BMT01 0.232 BMT04 77 BMT17 0.027 BMT01 0.804 BMT04 48 BMT18 0.276 BMT04 0.561 BMT06 64 BMT19 0.255 BMT04 0.561 BMT06 43 BMT20 0.163 BMT04 0.731 BMT06 76 BMT21 0.021 BMT01 0.067 BMT04 43 BMT22 0.236 BMT07 0.764 BMT27 91 BMT25 0.004 BMT01 0.037 BMT04 58 BMT26 0.025 BMT01 0.013 BMT04 67 BMT28 0.513 BMT02 0.266 BMT04 93 BMT30 0.124 BMT01 0.554 BMT04 58 Sumber : Data Mutakhir BMT tahun 2013 Inkopsyah, diolah Bobot
Bobot
Kode BMT
0.302
BMT24
0.439 0.264
BMT06 BMT29
0.583 0.261 0.285 0.722 0.170 0.163 0.184 0.106 0.913
BMT07 BMT07 BMT06 BMT07 BMT07 BMT07 BMT23 BMT07 BMT06
0.960 0.962 0.222 0.322
BMT06 BMT06 BMT23 BMT06
Pada Tabel 9 dapat dilihat acuan BMT inefisien dengan bobot yang sudah ditentukan. Misalkan BMT13 yaitu BMT Shohibul Ummat dapat mengacu kepada BMT01 dengan bobot sebesar 0.389, BMT04 dengan bobot 0.037 dan BMT07 dengan bobot 0.583. Dari hasil penjumlahan tersebut BMT13 dapat mencapai tingkat efisiensi sebesar 100%. Berdasarkan data sekunder yang telah diperoleh langsung dari Inkopsyah mengenai keberadaan dan posisi BMT dan nilai efisiensi DEAP V.2.1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata BMT yang berada di kota lebih efisien dibandingkan dengan BMT yang berada di kabupaten. Enam dari delapan atau sebesar 75% BMT yang letaknya berada dikota sudah efisien 100% secara relatif. Ada dua dari delapan atau sebesar 25% BMT yang letaknya dikota tetapi tidak efisien 100% secara relatif, diantaranya BMT Sinergi Karya Makassar dan BMT Ar Rahmah yang hanya memiliki nilai efisiensi sebesar 58%. BMT Sinergi Karya Makassar belum bisa mencapai nilai efisiensi 100% secara relatif dikarenakan kalah bersaing dengan bank-bank yang juga menawarkan kredit kepada masyarakat. Pola pemikiran kebanyakan masyarakat belum mengerti dan memahami konsep
20 BMT dengan benar, dan tidak tertarik dengan istilah bagi hasil, seperti apa yang dikatakan Arif (2012). BMT masih belum mampu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam jumlah dana dan waktu, sehingga masyarakat lebih memilih rentenir yang dapat memberikan pelayanan yang cepat dengan dana yang memadai meski harus membayar bunga yang cukup tinggi. Sedangkan untuk BMT Ar Rahmah yang berada di kota Depok juga belum bisa mencapai tingkat efisiensi 100% secara relatif, menurut peta sebaran UMKM di Jawa Barat, kota Depok memiliki sebaran UMKM yang sangat rendah yaitu sebanyak 43 UMKM dari total 5 306 UMKM yang tersebar di Jawa Barat, biaya operasional yang dikeluarkan terlalu besar hanya untuk mengontrol atau mengawasi jumlah pembiayaan yang diberikan sehingga belum bisa bekerja secara efisien. Kedua BMT tersebut menurut hasil data bermasalah pada sisi output, yaitu pembiayaan dan pendapatan operasional. BMT seharusnya bekerjasama dengan bank-bank syariah untuk memperoleh modal agar dapat memberikan pembiayaan UMK. BMT yang letaknya di kabupaten dan sudah efisien 100% secara relatif hanya ada empat BMT dari 22 BMT atau sebesar 18.18%. Empat BMT tersebut diantaranya BMT L-Risma, BMT Sanama, BMT Koperasi Kartini, dan BMT Barokah. BMT L-Risma dengan nilai efisiensi relatif sebesar 100% dapat disebabkan oleh wilayah kerjanya yang sudah mencakup skala nasional dan sudah memiliki 14 kantor cabang. Besarnya skala usaha menyebabkan BMT L-Risma harus mengedepankan dan memerhatikan aspek efisiensi. Untuk BMT Sanama dan BMT Barokah yang berada di kabupaten Bandung dan BMT Koperasi Kartini yang berada di kabupaten Sukabumi juga memiliki nilai efisiensi relatif sebesar 100%. Berdasarkan peta sebaran UMKM di Jawa Barat, kabupaten Bandung memiliki jumlah UMKM terbanyak yaitu sebanyak 413 UMKM dan kabupaten Sukabumi juga termasuk ke dalam daerah yang memiliki jumlah UMKM yang tinggi yaitu sebanyak 399 UMKM. Besarnya jumlah pembiayaan yang diberikan akan meningkatkan pendapatan operasional dan dapat menekan biaya operasional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dari analisis 30 BMT yang tergabung dalam Inkopsyah pada tahun 2013 dengan menggunakan asumsi variable return to scale (VRS) menunjukkan terdapat 10 BMT yang efisien secara relatif terhadap seluruh BMT yang lainnya. Kesepuluh BMT tersebut adalah BMT L-Risma (BMT01), BMT Sanama (BMT02), BMT Al Hidayah (BMT04), BMT Koperasi Kartini (BMT05), BMT Mitra Amanah (BMT06), BMT Baskara Muhammadiyah (BMT07), BMT Smemi (BMT23), BMT Hudatama (BMT24), BMT Amanah Ray (BMT27) dan BMT Barokah (BMT29), sedangkan 20 BMT yang lainnya mengalami inefisiensi. Sebanyak 20 BMT yang inefisien dapat meningkatkan tingkat efisiensinya dengan mengacu kepada BMT yang sudah efisien secara relatif sesuai dengan bobot yang telah ditentukan. Sebanyak 60% BMT yang sudah efisien 100% secara relatif berada di kota, dan 40% berada di kabupaten. BMT yang berada di daerah kota 75% sudah efisien 100% secara relatif dan BMT yang berada di daerah kabupaten hanya 18.18% yang sudah efisen 100% secara relatif. BMT yang inefisien dituntut untuk dapat
21
meningkatkan kinerja operasionalnya dengan mengacu kepada BMT yang efisien sesuai dengan bobot yang sudah ditentukan. Misal BMT08 yaitu BMT AlAmanah dapat menjadikan Al Hidayah (BMT04) dengan bobot 0.175, BMT Baskara Muhammadiyah (BMT07) dengan bobot 0.523, dan BMT Hudatama (BMT24) dengan bobot 0.302 sebagai referensi, artinya BMT Al-Amanah dapat menargetkan input dan outputnya pada BMT Al Hidayah ditambah BMT Baskara Muhammadiyah ditambah BMT Hudatama sesuai dengan bobotnya masingmasing agar lebih efisien. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal dibawah ini dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai efisiensi bagi BMT yang mengalami inefisiensi, diantaranya: 1. Inkopsyah diharapkan agar lebih fokus kepada BMT yang nilai efisiensinya belum mencapai 100%. Perhitungan efisiensi sebaiknya dilakukan secara berkala dan kontinu untuk dapat melakukan evaluasi dan memantau kondisi BMT yang tergabung dalam Inkopsyah, agar manajemen Inkopsyah dapat menghemat waktu dan tenaga hanya dengan memantau BMT yang inefisien saja. 2. BMT yang inefisien dituntut untuk dapat meningkatkan pembiayaan dan pendapatan operasional dengan memberikan lebih banyak pembiayaan kepada anggota sehingga pendapatannya dapat meningkat dengan syarat Non Performing Finance (NPF) nya dapat dituturunkan. Misalnya dengan menggencarkan sosialisasi mengenai pembiayaan, berwirausaha dan lain sebagainya, atau dengan mengurangi simpanan, menurunkan besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib, juga mengurangi beban operasional seperti menekan gaji karyawan sesuai dengan kinerjanya dan dipergunakan untuk mengadakan pelatihan untuk dapat meningkatan kualitas karyawan agar dapat bekerja lebih efisien. BMT yang inefisien dapat mengacu kepada benchmark dan bobot yang telah ditetapkan agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%. Bagi BMT yang letaknya di kota namun masih belum mencapai tingkat efisiensi 100% secara relatif, agar dapat berinovasi dalam menyediakan produk pembiayaannya, lebih gencar dalam sosialisasi mengenai pembiayaan dan berwirausaha agar dapat menarik nasabah. Bila masih tidak memungkinkan maka disarankan untuk relokasi karena letak lokasi yang sulit dijangkau oleh orang banyak dan tingginya biaya sewa tempat yang dapat menyebabkan inefisiensi. 3. Peneliti juga memiliki keterbatasan untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi nilai efisiensi, maka bagi peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai BMT direkomendasikan untuk membahas faktor-faktor yang dapat memengaruhi nilai efisiensi.
22
DAFTAR PUSTAKA Akbar RA. 2010. Analisis Efisiensi Baitul Mal wa Tamwil dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Ali MM, Ascarya. 2010. Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil Dengan Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis (Studi Kasus Kantor Cabang BMT MMU Dan BMT UGT Sidogiri).Jurnal Islamic Finance & Business Review.Vol. 5 No.2. Amalia E. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Depok: Gramata Publishing. Arif MNRA. 2012. Lembaga Keuangan Syariah; Suatu Kajian Teoritis Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia. Coelli TJ, Rao DSP, Prasada Rao, Christoper J O’Donnel and Battese GE. 1998. Introduction to Efficiency and Productivity Analysis. Boston: Kluwer Academic Publishers. Fauzi A. 2014. Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode Tahun 2011-2013. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hidayat R. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah; Teori dan Praktik. Bekasi: Gramata Publishing. Hidayat R. 2011. Kajian Perbankan Syariah di Indonesia (Pendekatan Data Envelopment Analysis). Jurnal Media Riset Bisnis & Manajemen. Vol. 11, No. 1. Inkopsyah BMT. 2009. Laporan Keuangan Periode Juni 2009. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_juni_2009.pdf . 2009. Laporan Keuangan Periode Desember 2009. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_desember_20 09.pdf . 2010. Laporan Keuangan Periode Juni 2010. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_juni_2010.pdf . 2010. Laporan Keuangan Periode Desember 2010. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_desember_20 10.pdf . 2011. Laporan Keuangan Periode Juni 2011. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_juni_2011.pdf . 2011. Laporan Keuangan Periode Desember 2011. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_periode_desember_20 11.pdf . 2012. Laporan Keuangan Periode Juni 2012. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/neraca_juni2012.pdf
23
. 2012. Laporan Keuangan Periode Desember 2012. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/lapkeu_des2012.pdf . 2013. Laporan Keuangan Periode Juni 2013. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/lapkeudes2013b.pdf . 2013. Laporan Keuangan Periode Desember 2013. [Internet]. [diunduh pada 2014 September 12]. Tersedia pada http://inkopsyahbmt.co.id/images/lap_keu/lapkeu_jun2013.pdf [KEMENKOP] Kementrian Koperasi dan UKM. 2012. Denyut Koperasi Syariah. [Internet]. [diunduh pada 2014 Agustus 11].Tersedia pada http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=948:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind-beritakementerian&Itemid=98 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2009. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar Tahun 2005-2009. [Internet]. [diunduh pada 2015 Januari 31]. Tersedia pada http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view =file&id=391:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkmdan-usaha-besar-ub-tahun-2005-2009&Itemid=93 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2010. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar Tahun 2010. [Internet]. [diunduh pada 2015 Januari 31]. Tersedia pada http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view =category&id=27:data-umkm&Itemid=93 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar Tahun 2012. [Internet]. [diunduh pada 2015 Januari 31]. Tersedia pada http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view =category&id=109:data-umkm-2012&Itemid=93 Maflachatun. 2010. Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA).[Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Muharam H, Pusvitasari R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal Ekonomi. Vol. 11 No. 3. Ridwan AH. 2013. Manajemen Baitul Mal wa Tamwil. Bandung: Pustaka Setia. Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Rusydiana AS. 2013. Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA); Teori dan Aplikasi. Bogor: SMART Publishing. Sudarsono H. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: EKONISIA.
24 Lampiran 1 Data sekunder input dan output yang digunakan periode 2013 Nama BMT
Simpanan
Pembiayaan
Pendapatan Operasional
Beban Operasional
L-Risma Sanama Al Ishlah Al Hidayah Koperasi Kartini Mitra Amanah Baskara Muhammadiyah Al-Amanah Al Falah As Salam Artha Amanah Bina Umat Mulia Shohibul Ummat Al Hikmah Al Amin Melati Mitra Usaha Mulia Istiqomah Kube Sejahtera 001 Amanah Bangunrejo Ar Rahmah Surya Abadi Smemi Hudatama Sinergi Karya Makassar Mustama Amanah Ray Babun Najah Barokah Ar Rahmah
17381346603 3061199334 6355464163 8291169902 463028382 651200000 19558827284 15417070854 27756090572 6267084000 3087483574 1579710548 18311007524 11282492180 9535445624 16846873339 10447270016 5846059566 2570953459 3906352533 1504605728 34038019628 486902228 12373808098 993143799 1164292018 38507059805 3880881143 1732029542 6956776396
19974015653 5371091307 5173125875 15638437190 964882418 4367000000 33652191196 22654357980 23493757693 9765309600 2958732745 2336131587 19639580508 11260123024 7525735574 22200313773 8299088111 7842903000 2468310341 7070495726 1077981478 34035369675 3524137052 19903751772 279417530 3265614449 38523052917 7134537183 3906494539 4165259882
6237859121 1905837529 508104023 4141553700 289579694 79000000 7864141367 5603035741 7503953547 1024765900 836086269 98133316 4434196092 2859933184 1584887755 5098999068 2333880203 1580891870 499430411 1125547794 202648415 10725741667 334851402 5559479797 144908500 129392767 7037751046 1996303780 1158267913 1796244012
1478370746 1571265976 462115496 1445451382 256765496 61000000 6224190808 5426250212 6738312187 842962300 799932659 95594507 4241953977 2691594866 1063182268 4897948008 2258492105 1482987470 450460354 941445333 182349789 9987625226 257074501 5410051104 117086674 113858147 4940999187 1932016514 1003389608 1003389608
25
Lampiran 2 Hasil olahan DEAP Version 2.1 Results for firm: 1 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 1.000 (crs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 19974015653.000 0.000 output 2 6237859121.000 0.000 input 1 17381346603.000 0.000 input 2 1478370746.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 1.000
Results for firm: 2 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 0.916 (drs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 5371091307.000 0.000 output 2 1905837529.000 0.000 input 1 3061199334.000 0.000 input 2 1571265976.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 2 1.000
slack projected movement value 0.00019974015653.000 0.0006237859121.000 0.00017381346603.000 0.0001478370746.000
slack projected movement value 0.0005371091307.000 0.0001905837529.000 0.0003061199334.000 0.0001571265976.000
Results for firm: 3 Technical efficiency = 0.589 Scale efficiency = 0.576 (drs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial slack projected value movement movement value output 1 5173125875.0003610654873.721 0.0008783780748.721 output 2 508104023.000 354638242.202 959213018.7881821955283.990 input 1 6355464163.000 0.000-969637692.2955385826470.705 input 2 462115496.000 0.000 0.000 462115496.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 6 0.717 1 0.283
Results for firm: 4 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 1.000 (crs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 15638437190.000 0.000 0.00015638437190.000
slack movement
projected value
26 output 2 4141553700.000 input 1 8291169902.000 input 2 1445451382.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 4 1.000
0.000 0.000 0.000
Results for firm: 5 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 0.909 (irs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 964882418.000 0.000 output 2 289579694.000 0.000 input 1 463028382.000 0.000 input 2 256765496.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 5 1.000
Results for firm: 6 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 1.000 (crs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 4367000000.000 0.000 output 2 79000000.000 0.000 input 1 651200000.000 0.000 input 2 61000000.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 6 1.000
Results for firm: 7 Technical efficiency = 1.000 Scale efficiency = 0.698 (drs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial value movement output 1 33652191196.000 0.000 output 2 7864141367.000 0.000 input 1 19558827284.000 0.000 input 2 6224190808.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 7 1.000
Results for firm: 8 Technical efficiency = 0.860 Scale efficiency = 0.712 PROJECTION SUMMARY:
(drs)
0.0004141553700.000 0.0008291169902.000 0.0001445451382.000
slack movement 0.000 0.000 0.000 0.000
projected value 964882418.000 289579694.000 463028382.000 256765496.000
slack projected movement value 0.0004367000000.000 0.000 79000000.000 0.000 651200000.000 0.000 61000000.000
slack projected movement value 0.00033652191196.000 0.0007864141367.000 0.00019558827284.000 0.0006224190808.000
27
variable
original radial slack projected value movement movement value output 1 22654357980.0003693946124.856 0.00026348304104.856 output 2 5603035741.000 913612832.514 0.0006516648573.514 input 1 15417070854.000 0.000 0.00015417070854.000 input 2 5426250212.000 0.000-284831931.5465141418280.454 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 7 0.523 24 0.302 4 0.175
Results for firm: 9 Technical efficiency = 0.954 Scale efficiency = 0.529 (drs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial slack projected value movement movement value output 1 23493757693.0001127694263.3049030739239.69633652191196.000 output 2 7503953547.000 360187820.000 0.0007864141367.000 input 1 27756090572.000 0.000 0.00027756090572.000 input 2 6738312187.000 0.000-514121379.0006224190808.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 7 1.000
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
10 = 0.862 = 0.536
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
11 = 0.504 = 0.987
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 9765309600.0001561883652.258 0.00011327193252.258 output 2 1024765900.000 163903160.4901476901103.0672665570163.557 input 1 6267084000.000 0.000 0.0006267084000.000 input 2 842962300.000 0.000 0.000 842962300.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.146 4 0.415 6 0.439
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 2958732745.0002916870170.5541276332960.3437151935875.898 output 2 836086269.000 824256635.608 0.0001660342904.608 input 1 3087483574.000 0.000 0.0003087483574.000 input 2 799932659.000 0.000 0.000 799932659.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight
28 4 29 23
0.291 0.264 0.445
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
12 = 0.492 = 0.936
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
13 = 0.707 = 0.646
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
14 = 0.558 = 0.851
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 2336131587.0002411796983.581 0.0004747928570.581 output 2 98133316.000 101311774.060 29877396.540 229322486.600 input 1 1579710548.000 0.000-520169134.5751059541413.425 input 2 95594507.000 0.000 0.000 95594507.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.024 6 0.976
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 19639580508.0008141404710.160 0.00027780985218.160 output 2 4434196092.0001838154584.538 834792248.6197107142925.157 input 1 18311007524.000 0.000 0.00018311007524.000 input 2 4241953977.000 0.000 0.0004241953977.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.380 7 0.583 4 0.037
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 11260123024.0008915971002.690184559643.91020360653670.600 output 2 2859933184.0002264547313.011 0.0005124480497.011 input 1 11282492180.000 0.000 0.00011282492180.000 input 2 2691594866.000 0.000 0.0002691594866.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.006 7 0.261 4 0.733
Results for firm: 15 Technical efficiency = 0.535
29
Scale efficiency = 0.816 (drs) PROJECTION SUMMARY: variable original radial slack projected value movement movement value output 1 7525735574.0006531797283.573 0.00014057532857.573 output 2 1584887755.0001375568598.057 812192031.4343772648384.491 input 1 9535445624.000 0.000 0.0009535445624.000 input 2 1063182268.000 0.000 0.0001063182268.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 4 0.338 1 0.376 6 0.285
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
16 = 0.770 = 0.700
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
17 = 0.483 = 0.886
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
18 = 0.640 = 0.780
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 22200313773.0006646522354.491 0.00028846836127.491 output 2 5098999068.0001526582535.613 300814194.3646926395797.977 input 1 16846873339.000 0.000 0.00016846873339.000 input 2 4897948008.000 0.000 0.0004897948008.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.046 7 0.722 4 0.232
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 8299088111.0008875384435.8041640479705.13618814952251.940 output 2 2333880203.0002495946994.620 0.0004829827197.620 input 1 8299088111.000 0.000 0.0008299088111.000 input 2 2258492105.000 0.000 0.0002258492105.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.027 4 0.804 7 0.170
output output
1 2
(drs)
original radial value movement 7842903000.0004415221920.671 1580891870.000 889975107.257
slack projected movement value 0.00012258124920.671 0.0002470866977.257
30 input 1 5846059566.000 input 2 1482987470.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 7 0.163 4 0.276 6 0.561
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
19 = 0.429 = 0.952
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
20 = 0.759 = 0.736
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
21 = 0.425 = 0.817
0.000 0.0005846059566.000 0.000 -33713207.2041449274262.796
(irs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 2468310341.0003279603409.5871340798932.0597088712682.647 output 2 499430411.000 663584984.254 0.0001163015395.254 input 1 2570953459.000 0.000 0.0002570953459.000 input 2 450460354.000 0.000 0.000 450460354.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 4 0.255 23 0.184 6 0.561
(drs)
original radial value movement output 1 7070495726.0002246517762.018 output 2 1125547794.000 357621757.966 input 1 3906352533.000 0.000 input 2 941445333.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 4 0.163 7 0.106 6 0.731
slack projected movement value 0.0009317013488.018 85862278.2211569031830.186 0.0003906352533.000 0.000 941445333.000
(irs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 1077981478.0001455875554.1942905003848.1545438860880.349 output 2 202648415.000 273688258.579 0.000 476336673.579 input 1 1504605728.000 0.000 0.0001504605728.000 input 2 182349789.000 0.000 0.000 182349789.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 6 0.913 4 0.067
31
1
0.021
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
22 = 0.911 = 0.158
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
23 = 1.000 = 1.000
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
24 = 1.000 = 0.703
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
25 = 0.578 = 0.615
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 34035369675.0003338864917.988 0.00037374234592.988 output 2 202648415.000 19879780.6517010131348.6667232659544.317 input 1 34038019628.000 0.000 0.00034038019628.000 input 2 9987625226.000 0.000-4743978554.4565243646671.544 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 7 0.236 27 0.764
original value output 1 3524137052.000 output 2 334851402.000 input 1 486902228.000 input 2 257074501.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 23 1.000
original value output 1 19903751772.000 output 2 5559479797.000 input 1 12373808098.000 input 2 5410051104.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 24 1.000
output output
1 2
(crs) radial movement 0.000 0.000 0.000 0.000
slack projected movement value 0.0003524137052.000 0.000 334851402.000 0.000 486902228.000 0.000 257074501.000
(drs) radial movement 0.000 0.000 0.000 0.000
slack projected movement value 0.00019903751772.000 0.0005559479797.000 0.00012373808098.000 0.0005410051104.000
(irs)
original radial slack projected value movement movement value 279417530.000 204303469.5464354715067.4794838436067.025 144908500.000 105953657.656 0.000 250862157.656
32 input 1 993143799.000 input 2 117086674.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 6 0.960 4 0.037 1 0.004
0.000 0.000
0.000 993143799.000 0.000 117086674.000
original radial value movement output 1 3265614449.0001632816672.407 output 2 129392767.000 64696757.852 input 1 1164292018.000 0.000 input 2 113858147.000 0.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 4 0.013 1 0.025 6 0.962
slack projected movement value 0.0004898431121.407 89715929.679 283805454.532 0.0001164292018.000 0.000 113858147.000
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
26 = 0.667 = 0.823
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
27 = 1.000 = 0.461
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
28 = 0.928 = 0.826
(drs)
(drs)
original value output 1 38523052917.000 output 2 7037751046.000 input 1 38507059805.000 input 2 4940999187.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 27 1.000
radial movement 0.000 0.000 0.000 0.000
slack projected movement value 0.00038523052917.000 0.0007037751046.000 0.00038507059805.000 0.0004940999187.000
(drs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 7134537183.000 556341502.573 0.0007690878685.573 output 2 1996303780.000 155669052.676 0.0002151972832.676 input 1 3880881143.000 0.000 0.0003880881143.000 input 2 1932016514.000 0.000-685405735.1321246610778.868 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 23 0.222 4 0.266 2 0.513
33
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
29 = 1.000 = 0.972
Results for firm: Technical efficiency Scale efficiency PROJECTION SUMMARY: variable
30 = 0.581 = 0.983
original value output 1 3906494539.000 output 2 1158267913.000 input 1 1732029542.000 input 2 1003389608.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 29 1.000
(drs) radial movement 0.000 0.000 0.000 0.000
slack projected movement value 0.0003906494539.000 0.0001158267913.000 0.0001732029542.000 0.0001003389608.000
(irs)
original radial slack projected value movement movement value output 1 4165259882.0003005668958.1225373060041.27412543988881.396 output 2 1796244012.0001296177194.468 0.0003092421206.468 input 1 6956776396.000 0.000 0.0006956776396.000 input 2 1003389608.000 0.000 0.0001003389608.000 LISTING OF PEERS: peer lambda weight 1 0.124 4 0.554 6 0.322
34 Lampiran 3 Surat Keterangan Validitas Data
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 8 Desember 1993 dari ayah Muhammad Said dan ibu Ayutrisna. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2010 dan di tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan nonakademik. Penulis pernah menjadi Ketua Gathering Ilmu Ekonomi angkatan 48, dan staf divisi Bisnis di Sharia Economics Student Club. Penulis juga pernah menjadi Runner Up di Olimpiade Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (OMI) pada cabang bulutangkis tahun 2013.