“ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE 2008-2012)”
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Arief Setiawan NIM: 109081000133
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama
: Arief Setiawan
2.
Tempat tanggal lahir
: Tangerang, 15 September 1991
3.
Alamat
: BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2 RT03 RW04 Serpong, Tangerang
II.
III.
4.
Telepon
: 089652185766
5.
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1.
SDN Karya Bakti 1
Tahun 1997-2003
2.
MTs Al-Zaytun
Tahun 2003-2006
3.
MA Al-Zaytun
Tahun 2006-2009
4.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2013
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Tasbi
2. Ibu
: Ruswati
3. Alamat
: BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2 RT03 RW04 Serpong, Tangerang
vi
COMPARISON EFFICIENCY ANALYSIS OF CONVENTIONAL AND ISLAMIC BANKS USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) METHOD (PERIOD 2008-2012)
Arief Setiawan
Abstract The aim of this reserch is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between conventional banks with Islamic banks during the period 2008-2012. The data which is used in this reserch is a secondary data, collected from financial statements issued by Bank Indonesia. The sampling technique that isused in this reserch is purposive sampling with taking 10 samples of conventional banks and 10 Islamic banks. Efficiency measurements in this research using Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach. Input variables used in the study are deposits, assets, and labor costs, while the output variable is the financing and income. To determine differences in efficiency between conventional banks and Islamic banks, this study used a different test parametric independent sample t-test. The result of this reserch showed that is no significant difference between the efficiency of conventional and Islamic banks during the period 2008-2012 with possible intervention t value (-1,548) < t table (1,99) and p value = 0,125. Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Deposits, Assets, Labor Costs, Financing, Income, Conventional Banks, Islamic Banks
vii
ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE 2008-2012)
Arief Setiawan
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur efisiensi dan menganalisa perbandingan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil sampel 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel input yang digunakan dalam penelitian adalah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel outputnya adalah pembiayaan dan pendapatan. Untuk mengetahui perbedaan efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, penelitian ini menggunakan uji beda parametrik Independent Sample T-Test. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi bank konvensional dan bank syariah selama periode 2008-2012 dengan melihat nilai t hitung (-1,548) < t tabel (1,99) dan nilai p = 0,125. Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Pendekatan Intermediasi, Simpanan, Aset, Biaya Tenaga Kerja, Pembiayaan, Pendapatan, Bank Konvensional, Bank Syariah.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Kedua orang tua, ayahanda Tasbi dan ibunda Ruswati yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2.
Segenap keluarga dan saudara-saudara yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Suhendra, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
7.
Bapak Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. ix
8.
Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9.
Seluruh teman-teman Manajemen D Angkatan 2009 yang selalu menemani dari semester 1 sampai penulisan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman Manajemen Angkatan 2009 dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 11. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi manajemen.
Jakarta, 5 Juli 2013 Penulis,
(Arief Setiawan)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi ABSTRACT . .................................................................................................. vii ABSTRAK...................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian
.................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 13 A. Landasan Teori ......................................................................... 13 1. Kinerja Perbankan ............................................................... 13 2. Konsep Efisiensi ................................................................. 15 3. Konsep Pengukuran Efisiensi .............................................. 16 a. Pengukuran Berorientasi Input ...................................... 17 b. Pengukuran Berorientasi Output .................................... 19 4. Efisiensi Perbankan ............................................................. 22 5. Pengukuran Efisiensi ........................................................... 24 6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi .... 26 B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 28 xi
C. Kerangka Berpikir
................................................................. 37
D. Hipotesis ……………. .............................................................40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 41 A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 41 B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 41 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 42 D. Metode Analisis Data ............................................................... 44 1. Metode Data Envelopment Analysis .................................... 44 2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank ........................... 48 3. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) ........................ 52 4. Uji Beda Independent Sample T-Test................................... 53 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 56 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ................................ 56 1. Perkembangan Perbankan di Indonesia ............................... 56 2. Uraian Data ......................................................................... 58 B. Analisa dan Pembahasan .......................................................... 66 1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia 2008-2012 ....... 67 2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia 2008-2012 ................ 95 3. Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode 2008-2012 .............................................................. 115 4. Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012 ............................... 121 a. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) ........... 121 b. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test...................... 122 5. Analisis dan Interpretasi ...................................................... 123
BAB V
PENUTUP ..................................................................................... 129 A. Kesimpulan............................................................................... 129 B. Saran ....................................................................................... 131 xii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135 LAMPIRAN ................................................................................................... 139
xiii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Jumlah Bank di Indonesia ....................................................... 5
1.2
Jumlah Aset Bank di Indonesia ............................................... 5
2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ..................................... 33
3.1
Daftar Nama Sampel Bank Penelitian ..................................... 42
3.2
Variabel Input-Output ............................................................. 53
4.1
Jumlah Bank di Indonesia ....................................................... 58
4.2
Perkembangan Jumlah Variabel Input Simpanan ..................... 60
4.3
Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset ............................. 61
4.4
Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja ............... 62
4.5
Perkembangan Jumlah Variabel Output Pembiayaan ............... 64
4.6
Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan ................ 65
4.7
Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2012 .................................................................... 67
4.8
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008 ...... 71
4.9
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008 ......... 75
4.10
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009 ...... 77
4.11
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009 ......... 80
4.12
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010 ...... 81
4.13
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010 ......... 85
4.14
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011 ...... 86
4.15
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output xiv
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011 ......... 89 4.16
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012 ...... 91
4.17
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012 ......... 94
4.18
Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012 .................................................................... 96
4.19
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2008 ................ 98
4.20
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2008 .................. 99
4.21
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2009 ................ 100
4.22
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2009 .................. 101
4.23
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010 ................ 102
4.24
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010 .................. 106
4.25
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011 ................ 107
4.26
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2011 .................. 110
4.27
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012 ................ 111
4.28
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2012 .................. 114
4.29
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2008 ....... 116
4.30
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2009 ....... 117
4.31
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 ....... 118
4.32
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2011 ....... 119 xv
4.33
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2012 ....... 120
4.34
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ............................. 121
4.35
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test ............................. 123
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
1.1
Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ................. 6
2.2
Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif .................................... 18
2.3
Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output serta Return to Scale
2.4
Halaman
................................................................ 20
Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Output ................................................................ 21
2.5
Kerangka Berpikir ................................................................ 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Input-Output Bank Konvensional ............................................ 140
2
Input-Output Bank Syariah ..................................................... 142
3
Output MaxDEA
................................................................ 144
5
Output SPSS
................................................................ 149
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian suatu Negara. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana (surplus) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit). Bank juga merupakan suatu lembaga yang berfungsi untuk memperlancar lalu lintas keuangan yang berpeangaruh pada mobilitas pertumbuhan perekonomian suatu Negara. Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, jenis bank di Indonesia terdiri dari dua kelompok yaitu bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank umum dapat memilih satu dari tiga pilihan yaitu seluruhnya beroperasi secara konvensional, seluruhnya beroperasi secara syariah, atau melakukan kegiatan usaha secara konvensional sekaligus juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (dual banking system).
1
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah pada produk dan jasa perbankan yang ditawarkan serta cara pembagian keuntungannya. Jika bank konvensional menerapkan sistem bunga dan menghalalkan kegiatan yang diharamkan dalam Islam, berbeda dengan bank syariah yang memiliki karakteristik antara lain tidak menerapkan sistem bunga, menggunakan metode bagi hasil dan jual beli, hanya memberikan pembiayaan pada kegiatan usaha yang halal, dan bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia adalah bank yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas dari sejarah bank Indonesia dimana asal mula bank yang ada di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda
yang kemudian
beberapa
bank
belanda
yang
dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk Kredit Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946, Bank Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan Bank Central Asia tahun 1949. Dan hingga saat ini, perkembangan bank konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun 2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank dengan 16.625 kantor cabang dan total aset yang mencapai 4.262.587 miliar rupiah. Sedangkan sejarah perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah 2
Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini. Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik dan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undangundang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional. Selanjutnya, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 menegaskan bahwa Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan peraturan dan fasilitas untuk operasional perbankan syariah. Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang membuka unit syariah seperti Bank Central Asia (BCA) Syariah. Pada tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan “Blueprint Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Hal ini dianggap sebagai perencanaan jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint tersebut antara lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan selain menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi para stakeholders untuk menyamakan visi dan aspirasi.
3
Perkembangan bank syariah juga tidak lepas dari kemampuannya yang dapat bertahan disaat krisis moneter di tahun 1998. Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:82), perbankan syariah tidak mengalami negative spread seperti yang dialami oleh perbankan konvensional pada umumnya. Hal ini dikarenakan kewajiban membayar bunga oleh bank kepada para nasabahnya akan selalu melekat pada bank apapun kondisinya. Padahal di sisi lain, pembayaran bunga oleh bank kepada nasabah merupakan beban bagi bank. Hal ini berbeda dengan perbankan syariah pada waktu itu yang tidak memiliki kewajiban membayar bunga kepada nasabahnya karena prinsip bagi hasil yang diterapkannya tidak mengandung kewajiban seperti demikian, melainkan keuntungan dan kerugian selalu dibagi dengan nasabahnya sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Sejak saat itulah perbankan syariah muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia perbankan nasional karena kemampuannya, dan dapat
memenuhi keinginan
masyarakat akan perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah bank syariah selama periode 2008-2011 terus mengalami peningkatan, meskipun jumlah Unit
Usaha Syariah sempat
Sedangkan
mengalami penurunan (2008-2010).
jumlah bank konvensional justru mengalami penurunan
selama periode pengamatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perbankan syariah mampu berkembang dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. 4
Tabel 1.1 Jumlah Bank di Indonesia No Bentuk Bank 2008 2009 1 Bank Konvensional 119 115 2 Bank Umum Syariah 5 6 3 Unit Usaha Syariah 27 25 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012
2010 111 11 23
2011 109 11 24
2012 109 11 24
Perkembangan yang cukup baik dan signifikan dari bank syariah berdampak pada jumlah aset bank tersebut. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa peningkatan total aset bank syariah selama tahun 2008-2009 mencapai 293 persen, sedangkan kenaikan jumlah aset bank konvensional sebesar 84,49 persen. Hal tersebut menandakan bahwa perbankan syariah mampu berkembang dengan cepat dan memiliki potensi untuk berkembang lebih besar lagi. Tabel 1.2 Jumlah Aset Bank di Indonesia (Milyar) No
Bentuk Bank
2008
2009
2010
2011
2012
1
Bank Konvensional
2
Bank Umum Syariah
34.036
48.014
79.186
116.930
147.581
3
Unit Usaha Syariah
15.519
18.076
18.333
28.536
47.437
2.310.557 2.534.106 3.008.853 3.652.832 4.262.587
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012
Perkembangan aset tersebut juga diikuti dengan banyaknya jumlah jaringan kantor bank syariah. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 576 kantor Bank Umum Syariah (BUS), 214 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 202 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Hingga tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah kantor perbankan syariah 5
dengan persentase sebesar 201 persen untuk BUS, 130 persen untuk UUS, dan 98,51 persen untuk BPRS. Jumlah kantor perbankan syariah diyakini akan terus bertambah mengingat potensi yang ada di dalam bank tersebut dan keinginan masyarakat untuk menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan perbankannya. Gambar 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah BUS
UUS
BPRS 1.734 1.390
1.215
576 214202
2008
711 287223
2009
262286
2010
312364
2011
493 401
2012
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2012), data diolah
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, sangat besar peluang untuk Indonesia dalam mengembangkan industri perbankan syariah. Hal ini didukung dengan peraturan yang membolehkan bank syariah bersaing dengan bank konvensional sesuai dengan bisnis dan area mereka (UU No 10 Tahun 1998). Selain itu, peraturan tersebut juga membolehkan bank syariah dan bank konvensional untuk menawarkan pelayanan secara syariah atau yang biasa disebut Islamic Windows.
6
Semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank konvensional yang telah lebih dulu ada. Dengan semakin berkembangnya bank syariah dan masih kuatnya bank konvensional, tentu yang menjadi sorotan adalah bagaimana kinerja bank-bank tersebut. Kinerja dan kondisi kesehatan bank merupakan hal yang penting bagi pihak terkait, seperti pemilik atau pengelola bank, masyarakat, maupun Bank Indonesia selaku pengawas perbankan yang ada di Indonesia. Dengan demikian maka pihak yang terkait dapat mengevaluasi kinerja perbankan dengan tetap menerapkan prinsip kehatihatian, patuh terhadap ketentuan dan menerapkan manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi (Sutawijaya dan Lestari, 2009:51). Iswardono dan Darmawan dalam buku Wilson Arafat (2006:138) menyatakan bahwa masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) Kompetisi yang bertambah ketat; (2) Permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) meningkatkan standar kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi perbankan di Indonesia mendesak dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif supaya dapat dilaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.
7
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar menghasilkan output yang besar (Kost dan Rosenwig, 1979:41 dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:52). Sedangkan yang menyebabkan inefisiensi adalah terdapat rantai birokrasi yang berkepanjangan, miss alocation dalam penggunaan sumber daya yang ada, dan tidak terdapatnya economics of scale (Iswardono S Permono dan Darmawan, 2000 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2005) Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, selain itu ada juga beberapa metode lain, yaitu pendekatan parametrik dan non parametrik (Hadad et al. , 2003:2). Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan yang non parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Metode parametrik dan non parametrik memiliki beberapa perbedaan.
Salah
satu
perbedaannya
adalah
metode
parametrik
memasukkan random error, sedangkan non parametrik tidak memasukkan itu. Meskipun demikian, hasil yang ditunjukkan oleh kedua metode ini tidak jauh berbeda. Hal ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis 8
merupakan unit yang sama dan menggunakan proses produksi yang sama (Hadad et al. , 2003:2). Pengukuran efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam penelitian
ini
akan
menggunakan
metode
non-parametrik
Data
Envelopment Analysis (DEA). Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu berhadapan dengan kasus input yang beragam, seperti faktor yang berada diluar kendali manajemen dan memudahkan perbandingan efisiensi dengan menggunakan kriteria yang seragam, melalui penggunaan bentuk rasio yang sederhana untuk mengetahui efisiensi setiap organisasi, termasuk lembaga perbankan (Putri dan Lukviarman, 2008:40). Epstein dan Henderson (1989) dalam Hadad et al. (2003:2) juga menambahkan pendapatnya tentang keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar
dibandingkan
parametrik,
yaitu
pendekatan
ini
dapat
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. Model DEA telah banyak diaplikasikan untuk mengukur efisiensi suatu bank. Golany dan Storbeck (1999) menggunakannya untuk mengevaluasi efisiensi relatif operasional cabang sebuah bank di Amerika dengan 14 kantor cabangnya. Zenios et al. (1999) juga menggunakan DEA untuk menilai efisiensi relatif cabang-cabang Bank of Cyprus dan menggunakan DEA sebagai dasar benchmarking antar-cabang. Sedangkan Barr et al. (2002) mengaplikasikan DEA guna mengevaluasi produktivitas, 9
efisiensi dan kinerja Bank Komersil di Amerika Serikat (Wilson Arafat, 2006:141). (Berger et al. ,1993 Sutawijaya dan Lestari, 2009) mengatakan jika terjadi
perubahan
mengidentifikasikan
struktur efisiensi
keuangan biaya
yang dan
cepat
maka
pendapatan.
penting
Mengingat
pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional dan bank syariah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2008-2012)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional selama periode 2008-2012. 2. Bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama periode 20082012. 3. Apakah terdapat perbedaan efisiensi bank konvensional dan bank syariah selama periode 2008-2012.
10
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional selama periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama periode 2008-2012. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efisiensi bank konvensional dan bank syariah.
D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penelitian
yang
dilakukan
ini
dapat
memberikan
tambahan
pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan bank antara bank syariah dengan bank konvensional. Dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama dibangku perkuliahan. 2. Bagi Bank a. Manajer Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada efisiensi keuangan bank sehingga dapat dijadikan sebagai salah 11
satu pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa mendatang. b. Nasabah Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional dan bank syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat dijadikan pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat. 3. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitiapenelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kinerja Perbankan Untuk dapat menjamin suatu organisasi berjalan dengan baik, maka suatu organisasi atau perusahaan perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas organisasi dapat dipantau secara periodik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi. Syofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai penilaian bagaimana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian,
dimana
tujuan
perekonomian
adalah
untuk
memaksimumkan kesejahteraan ekonomi. Kinerja bank pada umumnya diukur dengan menggunakan indikator tingkat kesehatan bank sebagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:39). Dalam hal ini kinerja suatu bank diukur dengan menggunakan lima indikator penilaian mencakup Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Risk Market yang lebih dikenal sebagai analisis CAMELS. Empat dari enam aspek tersebut yaitu Capital, Assets, Earnings, Liquidity menggunakan rasio-rasio 13
keuangan tradisional untuk mengukur kinerja dan kesehatan bank. Penggunaan analisis CAMELS tersebut tidak lepas dari Bank Indonesia selaku regulator yang telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993 tanggal 23 Mei 1993. Pendekatan lain untuk mengukur kinerja bank adalah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan bila bank yang bersangkutan telah menjual sahamnya di pasar modal dapat dilengkapi dengan Market Value Added (MVA). EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Sedangkan MVA adalah selisih antara Market Value of Capital. Sehingga dapat dikatakan sebagai total economic surplus perusahaan (Mardiah Dkk, 2006). Penelitian ini tidak menggunakan analisis CAMELS dan EVA maupun MVA sebagai alat pengukuran kinerja, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan CAMELS menilai kinerja perbankan dengan pendekatan kesehatan bank dan EVA maupun MVA dengan pendekatan nilai tambah ekonomi, sementara penelitian ini menggunakan pendekatan efisiensi dengan teknik DEA sebagai ukuran kinerja perbankan di Indonesia.
14
2. Konsep Efisiensi Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan”. Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010:25). Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknik. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006:41 dalam Priyonggo Suseno, 2008:34). Kumbhaker dan Lovel (2000) dalam Abidin dan Endri (2009:22) mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat 15
berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
3. Konsep Pengukuran Efisiensi Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya. Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu: technical efficiency
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan, dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal, di mana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency. Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented measures).
16
a. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measures) Farell mengilustrasikan idenya menggunakan sebuah contoh sederhana dengan kasus suatu perusahaan tertentu yang menggunakan dua buah input (x1 dan x2) untuk memproduksi sebuah output tunggal (y) dengan sebuah asumsi CRS (Constant Return to Scale). Isoquant SS’ menggambarkan kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama (efisien secara teknis). Garis 0P menunjukkan kombinasi input yang digunakan oleh suatu perusahaan. Titik Q’ menunjukkan efisiensi secara teknikal dan alokatif. Titik P menunjukkan inefisiensi karena tidak berada pada kurva isocost dan isoquant. Titik R menunjukkan efisiensi secara alokatif sedangkan Q efisien secara teknis. Tingkat efisiensi teknis (technical efficiency/TE) dari perusahaan pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan nilai rasio: TE = 0Q/0P..............................................................................(2.1) Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P, dimana nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu akan menghasilkan indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai satu mengimplikasikan bahwa perusaahn telah mencapai kondisi efisien secara penuh. Sebagai contoh, titik Q telah mencapai technical efficiency karena berada pada kurva isoquant yang efisien.
17
Gambar 2.2 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif
Sumber: Tim Coelli (1996:4) Dimana: x1 = input pertama, x2 = input kedua, y = output Jika rasio harga input (dalam gambar 2.2 diwakili oleh garis AA’) juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara alokatif juga dapat dihitung. Tingkat efisiensi alokatif (allocative efficiency/AE) dari suatu perusahaan yang berorientasi pada titik P dapat didefinisikan dengan rasio: AE = 0R/0Q..............................................................................(2.2) Dimana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada titik Q’ yang efisien secara alokatif dan secara teknis, berbeda dengan titik Q yang efisien secara teknis (technically efficient), akan tetapi inefisien secara alokatif (allocatively inefficient). Total efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan dengan rasio: EE = 0R/0P.............................................................................(2.3) Dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa 18
produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan. TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE........................(2.4) Dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai antara nol dan satu.
b. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures) Pengukuran efisiensi secara teknis yang berorientasi input, pada dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab pertanyaan: “Sampai seberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi?” atau dengan kata lain, “Sampai seberapa banyak kuantitas dari output dapat ditambah tanpa mengubah kuantitas input yang digunakan?”. Ini disebut pengukuran berorientasi output (output-oriented measure), yang merupakan kebalikan dari pengukuran berorientasi input. Perbedaan antara pengukuran yang berorientasi pada input dan output dapat diilustrasikan dengan menggunakan sebuah contoh sederhana yang terdiri dari satu input dan satu output, pada Gambar 2.3 (a) digambarkan mengenai sebuah fungsi produksi dengan teknologi yang bersifat decreasing return to scale yang diwakili oleh f(x), dan sebuah perusahaan yang inefisien yang beroperasi pada titik P. Farell menjelaskan pengukuran yang berorientasi input dari efisiensi teknis (TE) sama dengan
19
rasio AB/AP, sedangkan pengukuran berorientasikan output dari efisiensi teknis diwakili oleh rasio CP/CD. Gambar 2.3 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output Serta Return to Scale
Sumber: Tim Coelli (1996:7)
Pengukuran yang berorientasi input dan output akan menghasilkan nilai pengukuran yang sama dari efisiensi teknis jika berada pada dalam kondisi Constant Return Scale (CRS), namun jika berada dalam kondisi Decreasing Return to Scale (DRS), nilai pengukuran TE tidak akan sama hasilnya. Dalam kasus Constant Return to Scale (CRS) bahwa AB/AP = CP/CD, untuk titik P yang tidak efisien (Farell dan Lovell, 1978) dalam Tim Coelli (1996:7). Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi produksi melibatkan dua macam output (y1 dan y2) dan sebuah input tunggal (x). Jika kita mengasumsikan dalam kondisi constant return to scale, maka dapat dipresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dalam bentuk dua dimensi. 20
Contoh ini digambarkan dalam Gambar 2.4 diman garis ZZ’ merupakan kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dan titik A dapat diumpamakan dengan sebuah perusahaan yang inefisien. Perhatikan bahwa A sebagai titik inefisien dalam kasus ini terletak di bawah kurva karena ZZ’ mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan produksi. Gambar 2.4 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Output
Sumber: Tim Coelli (1996:7) Farell menjelaskan pengukuran efisiensi berorientasikan output dapat didefinisikan sebagaimana yang telah diilustrasikan dalam Gambar 2.4, dimana titik A ke B mewakili ketidakefisiensi secara teknis, yang berarti bahwa jumlah output bisa ditingkatkan tanpa adanya penambahan input. Pengukuran efisiensi teknis berorientasikan output dapat dinyatakan dengan rasio: TE = 0A/0B.........................................................................(2.5) dengan revenue efficiency (RE): TE = 0A/0C........................................................................(2.6)
21
Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan sebuah kurva isorevenue yaitu garis DD’ dan mendefinisikan efisiensi alokatif dengan: AE = 0B/0C.........................................................................(2.7) Dimana mempunyai interpretasi adanya peningkatan pendapatan (increasing revenue interpretation), dimana pada contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi input, serupa dengan interpretasi adanya pengurangan biaya (cost reducing) dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan (overall economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. EE = (0A/0C) = (0A/0B) x (0B/0C) = TE x AE.....................(2.8)
4. Efisiensi Perbankan Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuranukuran kinerja seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi (Hadad et al., 2003:2). Sedangkan menurut Haseeb Shahid et al. (2010:25), efisiensi perbankan didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah variabel input dan output yang diamati dengan variabel input dan output yang optimal. Bank yang efisien dapat mencapai nilai maksimum satu dan bank inefisien nilainya dapat berkurang sampai nol. 22
Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger dan Mester, 1997 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:21). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasionalnya. Bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Bank yang tidak efisien juga akan kesulitan dalam mempertahankan kesetiaan nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon nasabah dalam rangka untuk memperbesar customer-basenya. Sementara dalam perspektif makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan stabbilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22). Muharam dan Pusvitasari (2007:86) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi teknik (technical efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan 23
mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan
berbagai
output
yang
memaksimumkan
keuntungan,
sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal.
5. Pengukuran Efisiensi Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:86), ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu: 1. Pendekatan Rasio Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin. Efficiency =
Output Input
.........................................................................(2.9)
Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input
dan
banyak
output
yang
akan dihitung,
karena
jika
diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil 24
perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman, 1986; Ario, 2005 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87). 2. Pendekatan Regresi Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut: Y=f (X1, X2, X3, X4,...........Xn)....................................................(2.10) Dimana: Y = Output X = Input Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87). 3. Pendekatan Frontier Menurut Silkman (1986) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007:87), pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua 25
jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Menurut Hadad, dkk (2003:3) terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu : 1. Pendekatan Aset ( The asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output didefinisikan ke dalam bentuk aset.
26
2. Pendekatan Produksi (The Production Approach) Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya. 3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input (Sufian, 2006:38). Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007:89) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit. Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.
Ditambahkan menurut Iqbal dan
Molyneux (2005) dalam Bader et.al (2008:33) pendekatan intermediasi lebih unggul untuk mengevaluasi frontier efficiency dalam profitabilitas lembaga keuangan. Karena meminimisasi total biaya dan bukan hanya biaya produksi, hal ini diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan. 27
B. Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak
dilakukan
pada
bank-bank
syariah
maupun
bank-bank
konvensional baik domestik maupun luar negeri: 1. Donsyah Yudistira (2003) Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi pada bank Islam dengan melakukan analisis empirik terhadap 18 bank berbeda yang tersebar di seluruh dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dengan variabel input berupa staff costs, fixed assets, total deposits dan variabel output berupa total loans, other income, liquid assets. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inefisiensi pada bank syariah tergolong rendah yaitu sekitar 10% jika dibandingkan bank-bank konvensional. Pada periode 1998-1999 kinerja bank Islam terkena imbas krisis global tetapi kemudian berjalan sangat baik setelah masa sulit. 2. Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha (2003) Penelitian ini berjudul “Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia“. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier Analysis (DFA). Penentuan variabel input-output pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan cost frontier. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu biaya tenaga kerja, price of funds sebagai sebagai variabel input dan kredit yang diberikan 28
pihak terkait dengan bank, kredit yang diberikan pada pihak lainnya, surat berharga yang dimiliki sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwasannya merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa merupakan bank yang paling efisien. 3. Fadzlan Sufian (2006) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing. 4. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia“ dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan biaya operasional lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan 29
operasional lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah, Bank Niaga Syariah, dan Bank Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100 persen selama periode amatan. 5. Ascarya dan Diana Yumanita (2008) Penelitian ini mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi bank Islam di Malaysia dan Indonesia selama periode 2002-2005 dengan menggunakan metode DEA. Variabel dalam penelitian ini yaitu total deposits, labor, assets sebagai variabel input dan loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bank Islam di Indonesia mengalami peningkatan efisiensi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bank Islam di Malaysia selama periode 2002-2005. 6. Shamsher Muhamad, Taufiq Hassan, dan Muhamed Khaleq I Badar (2008) Mereka meneliti tentang perbandingan efisiensi biaya dan profit bank syariah dan konvensional di 21 negara Organisation of Islamic Converence (IOC) dengan menggunakan metode Data Envelopment 30
Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan labour, fixed asset, total funds sebagai input dan total loans, other earning assets, off-balance sheet items sebagai output. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan signifikan antara nilai efisiensi bank syariah dengan konvensional. 7. Jill Johnes, Marwan Izzeldin, dan Vasileios Pappas (2009) Mereka meneliti perbedaan efisiensi bank syariah dan bank konvensional di negara anggota GCG selama periode 2004-2007 dengan
menggunakan
pendekatan
rasio
keuangan
dan
Data
Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah deposits and short term funding, fixed assets, general and adsministrative expense, dan equity. Sedangkan variabel output yang digunakan adalah total loans dan other earnig assets. Dengan menggunakan rasio keuangan diketahui bahwa efisiensi biaya pada bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional, namun efisiensi pendapatan dan efisiensi laba bank syariah lebih baik ketimbang bank konvensional. Sedangkan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) diketahui bahwa rata-rata efisiensi bank syariah lebih rendah secara signifikan ketimbang bank konvensional. 8. Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan Awais Raoof (2010) Penelitian
ini
menganalisis
perbedaan
efisiensi
antara
bank
konvensional dengan bank syariah di Pakistan selama periode 200531
2009 menggunakan metode Data Envelopment Analysis. Variabel input yang digunakan adalah deposits dan capital, sedangkan variable outputnya adalah investment dan loan & advances. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan, kecuali pada tahun 2008. 9. Rakhmat Purwanto (2011) Penelitian ini menganalisis efisiensi pada 21 bank bank di Indonesia yang terdiri dari 10 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank Umum Syariah (BUS) selama periode pengamatan 2006-2010 dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah jumlah simpanan, jumlah aset, dan biaya tenaga kerja. Sedangakan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan dan laba operasional. Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode tahun 2006-2010.
32
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
1
Donsyah Yudhistira (2003)
Efficiency in Islamic Banking: an Empirical Analysis of 18 Banks
2
Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha (2003)
Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia
3
Fadzlan Sufian (2006)
The Efficiency of Islamic Banking Industry in Malaysia: Foreign vs Domestic Banks
Metode Penelitian Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Staff costs 2. Fixed assets 3. Total deposits Output: 1. Total Loans 2. Other income 3. Liquid assets
Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier Analysis (DFA), Pendekatan Aset. Input: 1. Biaya tenaga kerja 2. Price of funds Output: 1. Kredit yang diberikan pihak terkait dengan bank 2. Kredit yang diberikan pada pihak lainnya 3. Surat berharga yang dimiliki Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input:
Hasil Penelitian Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inefisiensi pada bank syariah tergolong rendah yaitu sekitar 10% jika dibandingkan bankbank konvensional. Pada periode 19981999 kinerja bank Islam terkena imbas krisis global tetapi kemudian berjalan sangat baik setelah masa sulit. Merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa merupakan bank yang paling efisien.
Perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan efisiensi periode 2002 dan kembali sedikit membaik pada periode 33
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
4
Harjum Muharam dan Rizki Pusvitasari (2007)
Analisis Perbandingan Efisiensi Perbankan Syariah
5
Ascarya dan Diana Yumanita (2008)
Comparing The Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia
6
Shamsher Mohamad, Taufiq Hassan, Mohamed Khaled I. Badar (2008)
Efficiency of Convensional versus Islamic Banks: International Evidence using
Metode Penelitian 1. Total deposits 2. Labour 3. Fixed Assets Output: 1. Total loan 2. Income Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Simpanan 2. Biaya operasional lain Output: 1. Pembiayaan 2. Aktiva lancar 3. Pendapatan operasional lain
Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits 2. Labor 3. Fixed Assets Output: 1. Financing 2. Income Data Envelopment Anlysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input:
Hasil Penelitian 2003 dan 2004. Bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi dari bank Islam asing. Tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisien si bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN Syariah, Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100 % selama periode amatan. Bank Islam di Indonesia mengalami peningkatan efisiensi yang jauh lebih besar dibandingkan de-ngan bank Islam di Malaysia selama periode 2002-2005.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi bank konvensional dengan bank syariah. 34
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian Data Envelopment Analysis (DEA)
7
Jill Johnes, Marwan Izzeldin, dan Vasileios Pappas (2009)
Eficiency in Islamic and conventional banks: A comparison based on financial ratios and data envelopment analysis
8
Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan Awais Raoof (2010)
Efficiencies Comparison of Islamic and Conventional Banks of Pakistan
9
Rakhmat Purwanto
Analisis Perbandingan
Metode Penelitian 1. Labour 2. Fixed Asset 3. Total Funds Output: 1. Total loans 2. Other earning assset 3. Off-balance sheet items - Financial Ratio Approach - Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits and short term funding 2. Fixed assets 3. General and administration expense 4. Equity Output: 1. Total Loans 2. Other earnig assets Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits 2. Capital Output: 1. Invenstment 2. Loan & Advance Data Envelopment
Hasil Penelitian
Dengan menggunakan rasio keuangan diketahui bahwa efisiensi biaya pada bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional, namun efisiensi pendapatan dan efisiensi laba bank syariah lebih baik ketimbang bank konvensional. Sedangkan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) diketahui bahwa rata-rata efisiensi bank syariah lebih rendah secara signifikan ketimbang bank konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan, kecuali pada tahun 2008.
Hasil analisis menggunakan metode 35
No. Nama Peneliti (2011)
Judul Penelitian Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 20062010)
Metode Penelitian Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Jumlah simpanan 2. Jumlah aset 3. Biaya tenaga kerja Output: 1. Pembiayaan 2. Laba operasional
Hasil Penelitian DEA menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent sample ttest menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode tahun 20062010.
Sumber: Jurnal-jurnal Penelitian dan Telaah Peneliti
Penelitian ini bertujuan tidak jauh berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu menganalisis tingkat atau nilai efisiensi suatu bank, khususnya bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Namun, terdapat beberapa perbedaan seperti pada objek penelitian, variabel yang dipakai, dan tahun pengamatan yang digunakan. Objek atau sampel dalam penelitian ini yaitu 10 bank konvesional dan 10 bank syariah yang dipilih 36
secara purposive sampling. Periode tahun pengamatan pada penelitian ini pun lebih up to date dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu dalam kurun waktu lima tahun terakhir selama periode 2008-2012. Sedangkan variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis perbandingan tingkat efisiensi pada 20 bank ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit modifikasi dimana input fixed assets diganti dengan input total aset. Sehingga variabel input yang digunakan adalah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan outputnya terdiri dari pembiayaan dan pendapatan.
C. Kerangka Berpikir Semakin berkembangnya perbankan di Indonesia dewasa ini, terutama bank syariah menjadikan efisiensi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh perbankan nasional. Ditengah persaingan perbankan yang semakin ketat, bank harus terus mengoptimalkan input yang ada untuk menghasilkan output yang maksimal dan meningkatkan teknologi serta inovasi produk jika tidak ingin ditinggal oleh nasabahnya. Penelitian ini akan mengukur efisiensi menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi, mengingat peran vital perbankan sebagai lembaga intermediasi. Analisis ini kemudian akan menghasilkan perumusan frontier interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan menentukan nilai efisiensi, sehingga akan
37
dapat dilihat perbedaan antara efisiensi bank konvensional dan bank syariah. Selanjutnya adalah tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu penentuan populasi, populasi pada penelitian ini adalah bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi dan terdaftar di Bank Indonesia. setelah sampel terpilih, selanjutnya mengumpulkan data-data yang lengkap mengenai jumlah simpanan, jumlah aset, jumlah biaya tenaga kerja, jumlah pembiayaan, dan jumlah pendapatan berdasarkan sampel dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Data jumlah simpanan, aset, biaya tenaga kerja, pembiayaan, dan pendapatan bank konvensional maupun bank syariah diperoleh dari direktori perbankan yang terdapat diperpustakaan Bank Indonesia dan dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). Setelah data terkumpul dan dimasukkan dengan menggunakan Microsoft Excel maka selanjutnya dilakukan pengukuran efisiensi teknik dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Setelah diketahui nilai efisiensi bank konvensional dan bank syariah, kemudian melakukan uji normalitas kolmogorov-smirnov sebagai syarat sebelum melakukan uji beda independent sample t-test. Uji beda tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode pengamatan 2008-2012.
38
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir
Sumber: Telaah peneliti 39
D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengenai pentingnya efisiensi perbankan di Indonesia dan terdapat hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai efisiensi perbankan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. H0: Bank-bank konvensional mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. H1: Bank-bank konvensional belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. 2. H0: Bank-bank syariah mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. H1: Bank-bank syariah belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. 3. H0: Tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah periode 2008-2012 H1: Terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah periode 2008-2012.
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi teknik dan data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisa data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari Bank Indonesia dan mengambil sampel Bank Konvensional dan Bank Syariah.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2008-2012. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling
yaitu
metode
pemilihan
sampel
dipilih
berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di Indonesia yang berskala nasional selama periode pengamatan 2008-2012, tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). 41
2. Sampel bank konvensional adalah bank yang konsisten berada pada 10 besar bank konvensional dengan jumlah aset terbesar selama periode pengamatan 2008-2012. Sedangkan sampel bank syariah adalah 10 bank umum syariah dengan jumlah aset terbesar yang telah terdaftar di Bank Indonesia selama periode pengamatan 2008-2012. 3. Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan 2008-2012 dan telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 20 sampel penelitian yang dapat mewakili perbankan nasional yaitu 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. Sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Daftar Nama Sampel Bank Penelitian Bank Konvensional
Bank Syariah
Bank Mandiri (Persero)
Bank Syariah Mandiri (BSM)
Bank BRI (Persero) Bank Central Asia (BCA) Bank BNI (Persero) Bank CIMB Niaga Bank Danamon Indonesia Panin Bank Bank Permata Bank BII Bank BTN (Persero)
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) Bank Jabar Banten Syariah Bank Bukopin Syariah Bank Panin Syariah Bank Central Asia (BCA) Syariah Bank Victoria Syariah
Sumber: Statistik Bank Indonesia 2012 C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan
metode
dokumentasi,
yaitu
metode
yang 42
menghimpun informasi dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur-literatur dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia atau bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan
bank
konvensional
dan
bank
syariah
yang
dipublikasikan melalui Bank Indonesia selama periode pengamatan 20082012. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Total simpanan diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. b. Total Aset diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. c. Biaya tenaga kerja diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah bersangkutan selama periode pengamatan. d. Total kredit dari neraca dalam laporan keuangan bank konvensional dan total pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. e. Total Pendapatan diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah bersangkutan selama periode pengamatan. 43
D. Metode Analisis Data Mengukur efisiensi perbankan dapat menggunakan pendekatan parametrik maupun non parametrik DEA. Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara biaya diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel exogen lainnya, sedang pendekatan DEA tidak menggunakan informasi, sehingga sedikit data yang dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang lebih sedikit dapat digunakan. Perbedaan untama lainnya adalah pendekatan parametrik memasukkan random error pada frontier, sementara pendekatan DEA tidak memasukkan random error (Muliaman D. Hadad et al. , 2003:2). Penggunaan metode parametrik pada umumnya menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution-Free Analysis (DFA), dan Thick Frontier Analysis (TFA). Sedangkan penggunaan metode non-parametrik pada umumnya menggunakan metode Free Disposal Hull Analysis (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA).
1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis efisiensi perbankan (khususnya pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) di Indonesia selama tahun 2008-2012 dengan metode non-parametrik khususnya DEA. DEA merupakan pendekatan non-parametrik yang dipilih dalam penelitian ini karena beberapa alasan, meliputi:
44
a. Menurut Coeli et al. (1997), Lan et al. (2003) dalam Lie dan Lih (2005:597-598) menjelaskan bahwa pendekatan parametrik adalah pendekatan yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu, yaitu:
tentang
parameter
populasi
yang
merupakan
sumber
penelitiannya (sehingga akan lebih banyak kriteria yang harus dipenuhi), dan membutuhkan pembentukan fungsi lebih khusus (sehingga kemungkinan kesalahan fungsi lebih besar). b. Di sisi lain Coeli et al. (1997) dalam Mokhtar, Abdullah and AlHabshi (2006:42) menyebutkan bahwa pendekatan non-paramterik merupakan pendekatan yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu, yaitu: parameter populasi yang menjadi induk sampel penelitiannya, penggunaannya lebih sederhana, dan mudah digunakan karena tidak membutuhkan banyak spesifikasi bentuk fungsi (sehingga kemungkinan kesalahan pembentukan fungsi lebih kecil). Metode DEA merupakan sebuah metode frontier non parametric yang menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah populasi (Abidin dan Endri, 2009:25). Perhitungan DEA ini akan dibantu dengan paket-paket software efisiensi secara teknik, seperti Banxia Frontier Analysis (BFA), Warwick for Data Envelopment Analysis (WDEA), dan MaxDEA. Penelitian ini akan menggunakan bantuan software MaxDEA. Pada intinya software-software tersebut akan menunjukkan pada hasil yang sama. 45
Analisis
DEA pada
awalnya digunakan untuk
mengatasi
kekurangan analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi relatif suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dengan menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel yang
menggunakan
jenis
input
dan
output
yang
sama.
DEA
memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output (Sutawijaya dan Lestari, 2009:56). Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari total ouput tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan. Adapun kedua kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri dan Susilowati, 2004:102): a. Bobot tidak boleh negatif; b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan 46
rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted output/total weighted input ≤ 1) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total weighted input) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Asumsi maksimisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah minimisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58). Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda, sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1, maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau mengalami inefisiensi (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri dan Susilowati, 2004:102). Disamping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu UKE terhadap UKE dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential improvement) dari masing-masing input dan output (Endri, 2011:19).
47
2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Miller dan Noulas, 1996 dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:57).
(3.1)
Dimana: hs
= efisiensi bank s
m
= output bank s yang diamati
n
= input bank s yang diamati
yis
= jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
xjs
= jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui
= bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
vj
= bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke m serta j hitung dari 1 ke n
Penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan dalam persamaan 3.1. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57):
(3.2)
Dimana ui dan vj ≥ 0.............................................................................. (3.3)
48
Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobotnya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57). Metode analisis pada persamaan 3.1 dan 3.2 juga dapat dijelaskan bahwa efisiensi sejumlah bank sebagai UKE (n). Setiap bank menggunakan n jenis input untuk menghasilkan m jenis output, apabila xjs merupakan jumlah input j yang digunakan oleh bank sedangkan yis > 0 merupakan jumlah output i yang dihasilkan oleh bank. Variabel keputusan (decision variable) dari penjelasan tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan output bank. Vj merupakan bobot yang diberikan pada input j oleh bank dan ui merupakan bobot yang diberikan pada output i oleh bank, sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan. Nilai variabel ini ditentukan melalui iterasi program linear, kemudian diformulasikan pada sejumlah s program linear fraksional (fractional linear programs). Satu formulasi program linear untuk setiap bank dalam 49
sampel. Fungsi tujuan dari setiap program liniear fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang di bagi rasio input tertimbang (total weighted output/total weighted input) dari bank (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90-91). Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan frontier dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58): a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes, 1978)
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return to Scale (CRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam program ordinary liniear secara primal atau dual, sebagai berikut: Maksimisasi
(3.4)
Fungsi batasan dan kendala: ,N
(3.5)
(3.6)
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank s. Kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank yaitu output yang dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti bahwa semua bank akan berada atau di bawah 50
referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin (Insukirdo dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:58). b. Model DEA BCC (Bankers, Charnes dan Cooper, 1984)
Model BCC ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale). Persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak beroperasi pada skala optimalnya (Endri, 2011:15). Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Variable Return to Scale (VRS), peningkatan input dan output tidak berproporsi sama. Peningkatan proporsi dapat bersifat increasing return to scale (IRS) maupun bersifat decreasing return to scale (DRS) (Hadinata dan Manurung, 2006). IRS adalah keadaan dimana kenaikan input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan output lebih tinggi daripada skala kenaikan input. Sedangkan DRS adalah kondisi dimana kenaikan input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan input lebih tinggi daripada skala kenaikan output. Penelitian ini akan menggunakan model CCR. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Priyonggo Suseno (2008:44) tentang belum adanya hubungan tingkat efisiensi bank-bank syariah (studi pada 10 bank syariah) dengan skala produksinya selama tahun 1999-2004. VRS merupakan
model
yang
membuka
kemungkinan
skala
produksi
mempengaruhi tingkat efisiensi melalui teknologi yang digunakan (Muharam dan Pusvitasari, 2007:93). Teknologi yang digunakan seluruh 51
perbankan seperti internet banking, phone banking, sms banking, dan ATM Bersama mengasumsikan bahwa seluruh bank sudah berada pada skala ekonominya. Asumsi lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah maksimisasi output. Menurut Sutawijaya dan Lestari (2009:58), terdapat dua jenis asumsi yaitu maksimisasi output dan minimisasi input, dan maksimisasi output akan memberikan hasil yang relatif sama dengan minimisasi input.
3. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada berdistribusi normal atau tidak. Uji ini juga digunakan sebagai syarat sebelum menggunakan uji beda independent sample t-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan analisis statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal. Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi normal.
52
4. Uji Beda Independent Sample T-Test Teknik statistik independent sample t-test bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan (Singgih Santoso, 2005:42). Tujuan dari uji hipotesis berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis, atau dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 persen, dimana: Jika thitung > ttabel maka hipotesis H1 diterima (H0 ditolak) Jika thitung < ttabel maka hipotesis H1 ditolak (H0 diterima)
E. Operasional Variabel Penelitian Penentuan input dan output dalam penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit modifikasi dimana input aset tetap diganti dengan input total aset, adapun variabel-variabel input-outputnya ditunjukkan pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Variabel Input-Output Pendekatan
Input Simpanan Intermediasi Aset Biaya Tenaga Kerja Sumber: Hasil Olah Data Input-Output
Output Pembiayaan Pendapatan
53
1. Variabel Input Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output. Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel. a. Total Simpanan Simpanan (I1) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifkat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:65). b. Aset Aset (I2) adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. c. Biaya Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2000:343), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja (I3) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia.
2. Variabel Output Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian, dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah total kredit atau pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2).
54
a. Total Kredit atau Pembiayaan Total kredit atau pembiayaan (O1) merupakan produk utama bank sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit). Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2001 dalam Irham Fahmi (2010:3) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Pendapatan Pendapatan (O2) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan operasional maupun non operasional bank yang tergolong bank konvensional maupun bank syariah.
55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Perbankan di Indonesia Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia sampai saat ini adalah bank yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas dari sejarah Perbankan Indonesia dimana asal mula bank yang ada di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda yang kemudian beberapa bank belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk Kredit Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946, Bank Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan Bank Central Asia tahun 1949. Dan hingga saat ini, perkembangan bank konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun 2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank dengan 16.625 kantor cabang dan total aset yang mencapai 4.262.587 miliar rupiah. Sedangkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini. 56
Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik dan telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undangundang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam dapat beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional. Selanjutnya, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan peraturan dan fasilitas untuk operasional perbankan syariah. Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang membuka unit syariah seperti Bank Central Asia Syariah (BCA Syariah). Pada tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan “Blueprint Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Hal ini dianggap sebagai perencanaan jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint ini antara lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan selain menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi para stakeholders untuk menyelaraskan visi dan aspirasi (Bank Indonesia, 2002:6). Adapun perkembangan jumlah bank konvensional bank syariah pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 4.1. Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa tidak seperti bank konvensional yang mengalami 57
penurunan jumlah bank, bank syariah justru mengalami kenaikan dari tahun 2008-2012, di mana hal ini akan memperbesar peluang perbankan syariah untuk berkembang di Indonesia. Jumlah bank syariah yang semakin berkembang, merupakan hasil dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter di Indonesia sebagai pendukung perkembangannya. Tabel 4.1 Jumlah Bank di Indonesia 2012 No Bentuk Bank 2008 2009 2010 2011 119 115 111 109 109 1 Bank Konvensional 5 6 11 11 11 2 Bank Umum Syariah 27 25 23 24 24 3 Unit Usaha Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2008-2012, data diolah
2. Uraian Data Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik yang berarti bahwa sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diteliti dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi secara umum. Beberapa bank konvensional dan bank syariah merupakan objek dalam penelitian ini, di mana sampel yang diambil telah menyediakan laporan keuangan tahunan selama tahun 2008-2012. Objek penelitian ini dengan melakukan studi pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah.
58
Berdasarkan penjelasan diatas, objek penelitian yang akan digunakan adalah 10 bank konvensional dan 10 bank syariah dengan perincian sebagai berikut: a. Bank Konvensional, terdiri dari: Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Permata, Panin Bank, Bank Internasional Indonesia (BII), dan Bank Tabungan Negara (BTN). b. Bank Syariah, terdiri dari: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Indonesia (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Panin Bank Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB) Syariah, dan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah. Perhitungan efisiensi teknis bank konvensional dan bank syariah (10 bank konvensional dan 10 bank syariah) dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan tiga variabel input, yaitu: Simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset, dan Biaya Tenaga Kerja. Sedangkan variabel outputnya adalah Kredit atau Pembiayaan dan Total Pendapatan. Variabel pertama adalah kredit atau pembiayaan, dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito
59
berjangka, sertifkat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:65). Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input Simpanan (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah) Nama Bank
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Bank Mandiri
273.565.821
299.721.940
332.727.856
380.236.178
435.458.912
BRI
201.495.222
254.168.613
328.778.818
372.083.736
436.084.418
BCA
209.534.856
244.666.004
277.533.692
323.457.283
370.278.094
BNI
163.325.401
190.734.715
190.455.122
224.901.974
249.027.580
Bank CIMB Niaga
51.559.458
86.258.306
115.349.204
127.652.056
144.144.127
Bank Danamon
74.492.063
67.782.107
79.541.163
87.993.957
90.605.236
Panin Bank
46.253.664
56.307.220
75.054.982
85.536.601
101.503.070
Bank Permata
42.803.015
45.751.144
57.791.510
79.258.385
97.884.824
BII
43.712.226
47.515.274
59.507.744
70.075.044
85.469.916
BTN
31.507.440
40.216.071
45.332.650
58.649.604
75.782.530
BMI
10.073.953
13.316.898
17.442.568
29.167.560
39.420.574
BSM
14.796.479
19.168.005
28.671.278
42.133.653
46.687.969
BSMI
2.626.471
3.947.370
4.040.981
4.928.442
7.090.422
39.085
2.151.086
5.762.953
9.906.411
11.948.889
1.271.855 -
1.621.914
2.291.738
2.850.784
BRI Syariah Bank Bukopin Syariah*
-
Bank Panin Syariah**
-
Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Simpanan Pertumbuhan
309.763
419.771
1.223.578
-
-
166.581
465.036
646.323
-
-
556.774
864.135
1.261.822
-
-
1.321.909
2.218.533
3.362.073
-
-
5.162.728
6.756.261
890.035
1.165.785.154
1.372.976.608
1.627.130.190
1.908.996.358
2.209.711.176
17,77%
18,51%
17,32%
15,75%
-
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012 Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah simpanan 10 bank konvensional dan 10 bank syariah dalam penelitian ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2008-2012, meskipun persentase pertumbuhannya 60
mengalami fluktuasi. Kenaikan jumlah simpanan tersebut menggambarkan adanya upaya-upaya yang telah dilakukan bank-bank konvensional maupun bank syariah dalam peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat. Upaya-upaya tersebut seperti perbaikan strategi marketing bank-bank konvensional dan syariah. Perbaikan ini dilakukan dengan target nasabah yang tidak hanya dari kalangan nasabah loyal, tetapi juga nasabah mengambang. Variabel input kedua adalah total aset, yaitu jumlah aset yang dimiliki baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Berdasarkan Tabel 4.3, persentase pertumbuhan aset pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 2008-2012 meskipun persentase kenaikannya berfluktuasi. Meningkatnya jumlah aset tersebut menunjukkan bahwa 20 bank yang diteliti memiliki kinerja yang baik, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah aset yang terjadi pada 2008-2012. Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah) Nama Bank
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Bank Mandiri
338.404.265
373.508.708
408.771.732
491.224.513
561.164.590
BRI
246.026.225
314.748.430
395.394.177
456.381.943
547.591.919
BCA
244.712.927
280.798.049
323.349.321
378.651.728
436.741.456
BNI
200.390.507
226.007.100
241.408.219
289.458.487
324.781.709
69.301.394
106.877.270
142.921.719
164.238.923
192.705.029
104.842.261
96.630.214
113.860.553
127.128.138
130.391.429
Panin Bank
63.231.511
76.084.862
106.507.838
118.991.272
141.788.920
Bank Permata
53.992.357
55.925.613
73.570.333
101.537.861
132.150.360
Bank CIMB Niaga Bank Danamon
61
Nama Bank
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
BII
53.893.523
58.701.483
71.624.563
90.740.977
111.548.790
BTN
45.064.428
58.480.719
68.334.110
89.253.345
111.875.325
BMI
12.596.715
16.027.178
21.449.981
32.529.678
44.932.176
BSM
17.063.838
22.029.242
32.455.189
48.694.167
54.244.054
BSMI
3.096.201
4.381.991
4.660.762
5.582.305
8.212.763
BRI Syariah
482.898
3.178.386
6.866.528
11.265.253
14.088.914
Bank Bukopin Syariah*
-
1.976.422
2.198.542
2.730.873
3.619.863
Bank Panin Syariah**
-
-
457.143
1.016.792
2.133.071
Bank Victoria Syariah**
-
-
336.941
636.421
940.160
BCA Syariah**
-
-
873.850
1.217.765
1.614.555
BJB Syariah**
-
-
1.933.567
2.849.451
4.275.080
BNI Syariah**
-
-
6.380.269
8.466.887
10.640.032
Jumlah Aset
1.453.099.050
1.695.355.667
2.023.355.337
2.422.596.779
2.835.440.195
Pertumbuhan
-
16,67%
19,35%
19,73%
17,04%
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012 Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada 20 sampel bank yang diteliti terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kebutuhan akan tenaga kerja yang terus meningkat dan penyesuaian gaji yang telah diatur oleh pemerintah seperti UMR (Upah Minimum Regional). Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah) Nama Bank
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Bank Mandiri
4.095.822
4.205.057
4.541.164
5.097.336
6.228.024
BRI
6.317.638
6.587.462
6.811.989
7.695.139
9.348.523
BCA
3.195.721
4.048.502
4.204.951
4.820.533
5.694.720
BNI
3.220.991
3.631.842
3.862.743
4.313.755
5.055.376
928.439
1.899.727
1.849.727
2.009.404
2.572.600
Bank CIMB Niaga
62
Tahun
Nama Bank
2008
Bank Danamon
2009
2010
2011
2012
2.270.214
2.102.538
2.545.038
2.695.073
3.063.563
Panin Bank
375.826
456.866
550.017
726.948
935.938
Bank Permata
922.019
1.131.892
1.119.968
1.403.686
1.850.141
BII
926.468
977.340
1.137.429
1.386.973
1.662.817
BTN
616.761
704.882
728.772
911.559
1.011.747
BMI
136.813
201.067
245.419
494.942
660.746
BSM
297.805
389.292
627.225
992.864
979.926
BSMI
88.912
188.979
290.677
309.747
323.224
BRI Syariah
11.437
90.176
196.604
312.778
323.283
Bank Bukopin Syariah*
-
20.478
41.391
44.443
50.471
Bank Panin Syariah**
-
-
8.665
14.955
18.815
Bank Victoria Syariah**
-
-
4.474
8.666
22.166
BCA Syariah**
-
-
19.010
32.755
39.036
BJB Syariah**
-
-
33.161
64.417
78.070
BNI Syariah**
-
-
77.679
183.764
280.613
23.404.866
26.636.100
28.896.103
33.519.737
40.199.799
13,80%
8,48%
16,00%
19,93%
Jumlah Biaya Tenaga Kerja Pertumbuhan
-
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012 Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Selanjutnya adalah variabel output, variabel output pertama adalah kredit atau pembiayaan. Kredit adalah penyaluran dana kepada masyarakat baik individu atau kelompok sesuai dengan tata cara konvensional, sedangkan pembiayaan adalah penyaluran dana kepada masyarakat baik individu maupun kelompok dengan akad-akad syariah. Pada intinya kredit dan pembiayaan adalah sama, namun yang membedakan adalah akad dan aturan yang digunakan. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah pembiayaan yang dilakukan oleh 20 bank yang diteliti mengalami perbaikan setiap tahunnya,
bahkan
persentasenya
terus
mengalami
peningkatan. 63
Peningkatan pembiayaan ini memang sudah seharusnya dilakukan mengingat fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediasi. Perkembangan jumlah bank sudah seharusnya berbanding lurus dengan peran-peran bank tersebut terhadap perekonomian. Hal ini dapat diwujudkan dengan melaksanakan fungsi intermediasi dengan baik. Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau Pembiayaan (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah) Nama Bank
Tahun 2008
2009
Bank Mandiri
159.007.051
179.687.845
218.992.542
273.806.876
33.9973.690
BRI
161.061.059
205.563.569
241.064.755
283.877.226
347.953.020
BCA
112.846.628
123.596.037
154.001.943
202.268.609
256.713.553
BNI
112.061.397
120.768.825
133.222.846
158.164.744
192.656.744
Bank CIMB Niaga
50.667.223
82.970.344
102.074.749
120.194.922
133.605.301
Bank Danamon
64.983.038
60.579.191
75.090.482
86.699.835
91.532.966
Panin Bank
36.868.877
43.220.220
57.549.199
70.817.519
91.765.984
Bank Permata
34.883.337
41.244.082
50.589.480
65.859.107
86.955.200
BII
35.375.567
37.491.774
49.695.623
62.574.123
74.318.622
BTN
32.025.231
40.732.957
48.624.640
59.337.756
75.410.705
BMI
10.550.732
10.699.976
15.868.648
22.398.037
32.766.528
BSM
13.327.482
16.019.535
23.777.024
36.472.627
44.357.760
BSMI
2.094.011
3.195.253
3.154.012
4.094.797
6.213.570
BRI Syariah
47.034
2.635.647
5.496.519
9.128.752
11.417.499
Bank Bukopin Syariah*
-
1.283.682
1.616.903
1.916.219
2.627.337
Bank Panin Syariah**
-
-
216.096
684.117
1.512.773
Bank Victoria Syariah**
-
-
28.650
214.280
476.814
BCA Syariah**
-
-
433.689
681.322
1.008.423
BJB Syariah**
-
-
1.417.027
1.769.445
2.960.606
BNI Syariah**
-
-
3.570.980
5.310.291
7.692.138
825.798.667
968.405.255
1.186.485.807
1.466.270.604
1.801.919.233
17,27%
22,52%
23,56%
22,89%
Jumlah Pembiayaan Pertumbuhan
-
2010
2011
2012
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012 Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 64
Variabel output selanjutnya adalah total pendapatan, yaitu seluruh pendapatan bank yang diterima baik pendapatan bunga atau bagi hasil, pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional sebelum dikurangi pajak. Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan 20 bank yang diteliti periode 2008-2012 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun persentasenya mengalami fluktuasi. Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah) Nama Bank
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Bank Mandiri
29.599.453
35.350.256
38.831.286
44.885.941
48.535.454
BRI
30.997.465
39.152.486
43.160.319
53.195.127
69.178.558
BCA
22.903.592
27.195.614
28.998.395
32.660.092
38.541.400
BNI
19.342.076
22.945.002
22.964.053
27.152.113
29.517.085
7.174.734
13.186.705
20.818.413
23.178.882
19.644.480
14.483.577
15.883.655
40.744.621
18.009.027
18.780.212
Panin Bank
6.215.115
7.869.064
8.931.165
11.632.924
11.725.984
Bank Permata
5.712.412
6.890.972
7.070.415
8.971.378
11.534.387
BII
6.467.391
6.738.269
7.688.299
9.168.357
10.198.769
BTN
4.949.590
6.225.485
10.472.735
8.995.123
9.673.959
BMI
1.619.080
1.753.611
2.022.019
3.108.842
3.949.498
BSM
2.407.182
2.835.217
3.949.053
6.089.553
7.116.458
404.138
826.672
1.050.416
1.078.207
1.452.941
BRI Syariah
42.168
309.955
884.233
1.354.424
1.686.474
Bank Bukopin Syariah*
-
164.343
269.888
315.671
400.760
Bank Panin Syariah**
-
-
27.635
80.570
167.584
Bank Victoria Syariah**
-
-
30.300
107.114
104.121
BCA Syariah**
-
-
107.041
150.808
185.980
BJB Syariah**
-
-
159.038
273.494
383.527
BNI Syariah**
-
-
46.4683
1.234.078
1.573.811
152.317.973
187.327.306
238.644.007
251.641.725
284.351.442
22,98%
27,39%
5,44%
13,00%
Bank CIMB Niaga Bank Danamon
BSMI
Jumlah Pendapatan Pertumbuhan
-
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012 Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 65
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Peningkatan jumlah pendapatan ini dikaitkan dengan semakin banyak dan bervariasinya jasa dan produk yang ditawarkan oleh bank konvensional maupun bank syariah kepada masyarakat sehingga berpengaruh terhadapa jumlah pendapatan bank itu sendiri. Jasa dan produk bank tersebut meliputi phone banking, internet banking, sms banking, dan produk serta layanan lainnya.
B. Analisis dan Pembahasan Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis adalah salah satu ukuran kinerja yang mendasari seluruh kinerja organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan lazim digunakan untuk memberikan jawaban atas berbagai kesulitan dalam menghitung berbagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:40). Perhitungan efisiensi teknik 10 bank konvensional dan 10 bank syariah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan tiga variabel input, yaitu: simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan outputnya meliputi pembiayaan dan total pendapatan. DEA merupakan ukuran efisiensi relatif, yang mengukur inefisiensi unitunit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Sehingga dalam analisis DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang artinya adalah bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu 66
dan waktu tertentu (Hadad, 2003:14). Adapun penjelasan dan penjabaran dengan analisis DEA ini dibagi atas dua bank, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Setelah diketahui tingkat efisiensi masing-masing kelompok bank maka akan dilakukan uji normalitas data dan melakukan uji beda independent sample t-test.
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia 2008-2012 Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan menggunakan Software MaxDEA, dapat dilihat tingkat efisiensi 10 bank konvensional di Indonesia pada tabel 4.7. hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi pada masing-masing bank. Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2012 (Persen) Nama Bank Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Indonesia Panin Bank Bank Permata BII BTN Pencapaian rata-rata
Tahun 2008 67 90 71 71 94 100 100 81 87 97 85,8
2009 79 89 72 78 100 100 100 95 90 100 90,3
2010 74 81 65 74 99 100 100 92 93 100 87,8
2011 81 83 73 74 100 100 100 88 93 100 89,2
2012 85 100 80 78 95 100 100 85 85 98 90.6
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 67
Statistik pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hanya terdapat dua bank konvensional yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien), yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Sedangkan delapan bank lainnya belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (inefisien) yang meliputi Bank Mandiri (67 persen), Bank Rakyat Indonesia (BRI) (90 persen), Bank Central Asia (BCA) (71 persen), Bank Negara Indonesia (BNI) (71 persen), Bank CIMB Niaga (71 persen), Bank Permata (81 persen), dan Bank Internasional Indonesia (BII) (87 persen), dan Bank Tabungan Negara (BTN) (97 persen). Pada tahun 2009 Bank CIMB Niaga dan BTN mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien) setelah pada tahun sebelumnya termasuk bank yang inefisien. Bank CIMB Niaga dan BTN mengikuti dua bank lain yang tetap mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen seperti pada tahun sebelumnya, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen (inefisien) pada tahun 2009 adalah Bank Mandiri (79 persen), BRI (89 persen), BCA (72 persen), BNI (78 persen), Bank Permata (95 persen), dan BII (90 persen). Selama tahun 2010 sampai 2012, hanya terdapat dua bank konvensional yang mampu mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien), yaitu Bank Permata dan Panin Bank. Bank Mandiri belum mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen meskipun mengalami peningkatan nilai efisiensi setiap tahunnya dengan tingkat efisiensi 74 persen (tahun 2010), 81 persen (2011), dan 85 persen (tahun 2012). BRI 68
mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2012 setelah pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut berada pada tingkat efisiensi 81 persen dan 83 persen. BCA mengalami peningkatan efisiensi setiap tahunnya, yaitu sebesar 65 persen (tahun 2010), 73 persen (2011), dan 80 persen (tahun 2012). Tahun 2010 dan 2011 BNI hanya mampu berada pada tingkat efisiensi 74 persen, sedangkan tahun 2012 naik menjadi 78 persen. Bank CIMB Niaga sempat mengalami peningkatan efisiensi menjadi 100 persen di tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya (2010) berada pada tingkat efisiensi 99 persen, namun kembali turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 95 persen. Bank Permata terus mengalami penurunan tingkat efisiensi selama tahun 2010-2012 dengan tingkat efisiensi 92 persen (tahun 2010), 88 persen (tahun 2011), dan 85 persen (tahun 2012). BII berada pada tingkat efisiensi 93 persen pada tahun 2010 dan 2011, namun harus turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 85 persen. Tahun 2010 dan 2011 BTN mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan dengan tingkat efisiensi 98 persen. Tabel 4.7 juga menjelaskan bahwa pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari tahun 2008-2012. Sempat mengalami kenaikan rata-rata efisiensi dari 85,8 persen pada tahun 2008 menjadi 90,3 persen pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 87,8 persen. Pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional kembali mengalami 69
peningkatan menjadi 89,2 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 90,6 persen di tahun 2012. Bank yang belum memaksimalkan input dan output yang dimilikinya dapat dikatakan sebagai bank yang inefisien. Hal tersebut berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien belum dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam dan Pusvitasari, 2007:100). Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat efisiensi bank konvensional pada tahun 2008, terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII, dan BTN. Tabel 4.8 memperlihatkan input-output yang menyebabkan inefisiensi pada masing-masing bank konvensional. Tabel tersebut menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Nilai actual adalah nilai input-output yang digunakan, target adalah pencapaian yang diharapkan untuk mencapai tingkat efisiensi relatif, dan potential improvement adalah persentase dari kenaikan yang diharapkan. Bank Mandiri mengalami inefisiensi pada output pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada Bank Mandiri hanya berjumlah 159.007.051 juta (pembiayaan) dan 29.599.453 juta (pendapatan), padahal target output yang dapat dicapai adalah 278.977.828 juta (pembiayaan) dan pendapatan 44.220.785 juta (pendapatan). Supaya efisiensinya tercapai, maka dibutuhkan peningkatan sebesar 75,45 persen (pembiayaan) dan 49,4 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BRI, yang 70
mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja serta dua output pembiayaan dan pendapatan. Terjadi pemborosan pada input biaya tenaga kerja karena target yang diharapkan hanya 4.611.376 juta dari 6.317.638 juta yang telah dikeluarkan, sehingga peningkatan efisiensi yang dibutuhkan sebesar 37 persen. Sedangkan jumlah output BRI berjumlah 161.061.059 juta (pembiayaan) dan 30.997.465 juta (pendapatan), padahal target output yang bisa dicapai berjumlah 179.966.700 juta (pembiayaan) dan 34.485.746 juta (pendapatan). Sehingga dibutuhkan kenaikan 11,73 persen (pembiayaan) dan 34.485.746 persen (pendapatan) supaya efisiensi outputnya tercapai. Tabel 4.8 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008
Nama Bank Bank Mandiri Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
67
273.565.821 338.404.265 4.095.822 159.007.051 29.599.453
273.565.821 338.404.265 4.095.822 278.977.828 44.220.785
0 0 0 75,45 49,4
90
201.495.222 246.026.225 6.317.638 161.061.059 30.997.465
201.495.222 246.026.225 4.611.376 179.966.700 34.485.746
0 0 37 11,73 11,25
71
209.534.856 244.712.927 3.195.721 112.846.628
201.203.813 244.712.927 3.195.721 200.352.100
4,14 0 0 77,54
71
Nama Bank
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
22.903.592
32.476.530
Potential Improvement (Persen) 41,8
71
163.325.401 200.390.507 3.220.991 112.061.397 19.342.076
163.325.401 200.390.507 3.035.832 156.882.971 27.078.391
0 0 6,1 40 40
94
51.559.458 69.301.394 928.439 50.667.223 7.174.734
51.559.458 69.301.394 821.595 54.067.536 8.685.980
0 0 13 6,71 21,06
81
42.803.015 63.231.511 922.019 34.883.337 5.712.412
42.803.015 63.231.511 704.310 43.219.315 7.077.492
0 0 30,91 23,9 23,9
87
43.712.226 53.893.523 926.468 35.375.567 6.467.391
43.712.226 53.893.523 918.912 40.523.071 7.408.462
0 0 0,82 14,55 14,55
97
31.507.440 45.064.428 616.761 32.025.231 4.949.590
31.507.440 45.064.428 570.293 33.078.254 5.532.400
0 0 8,14 0,33 11,77
Pendapatan BNI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank CIMB Niaga Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Permata Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BII Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BCA mengalami inefisiensi pada input simpanan serta output pembiayaan dan pendapatan. Ketidakefisienan input simpanan terjadi karena penggunannya yang kurang maksimal. Target efisiensi input 72
simpanan dapat diupayakan dengan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen, karena target efisiensi yang dapat dicapai hanya 201.203.813 juta dari 209.534.856 juta yang dialokasikan. Jumlah output Bank BCA yang mencapai
112.846.628
juta
(pembiayaan)
dan
22.903.592
juta
(pendapatan) juga tidak efisien, karena target output yang seharusnya dicapai
adalah
200.352.100
(pembiayaan)
dan
32.476.530
juta
(pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 77,54 persen (pembiayaan) dan 41,8 persen (pendapatan). Bank konvensional lainnya yang mengalami inefisiensi adalah BNI. Input biaya tenaga kerja yang dialokasikan adalah 3.220.991, padahal target yang dapat dicapai hanya 3.035.832. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sbesar 6,1 persen. sedangkan jumlah output BNI adalah 112.061.397 juta (pembiayaan) dan 19.342.076 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 156.882.971 juta (pembiayaan) dan 27.078.391 juta (pendapatan). Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen maka output pembiayaan dan pendapatan diperlukan peningkatan sebesar masing-masing 40 persen. Bank CIMB Niaga mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja yang digunakan adalah 922.019 juta, sedangkan target yang dapat dicapai hanya 821.595 juta. Maka peningkatan yang dibutuhkan sebesar 13 persen. Disisi lain jumlah outputnya adalah 50.667.223 juta (pembiayaan) dan 7.174.734 juta (pendapatan), padahal target yang bisa dicapai adalah 54.067.536 juta 73
(pembiayaan) dan 8.685.980 (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 6,71 persen (pembiayaan) dan 21,06 persen (pendapatan). Bank yang mengalami inefisiensi selanjutnya adalah Bank Permata. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja terjadi karena pemborosan alokasi biaya tenaga kerja, karena target yang dibutuhkan hanya 704.310 juta dari 922.019 juta yang dialokasikan. Sehingga dibutuhkan
peningkatan
efisiensi
sebesar
30,91
persen.
Output
pembiayaan dan pendapatan juga mengalami inefisiensi. Jumlah outputnya adalah 34.883.337 juta (pembiayaan) dan 5.712.412 (pendapatan), sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar 43.219.315 juta (pembiayaan) dan 7.077.492 juta (pendapatan). Upaya peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 23,9 persen untuk masingmasing
output.
Bank
inefisien
selanjutnya
adalah
BII
dimana
ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja dialokasikan sebesar 926.468 juta, sedangkan target yang dapat diperlukan hanya 918.912 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,82 persen. Pada sisi output BII, jumlahnya sebesar 35.375.567 juta (pembiayaan) dan 6.467.391 (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai adalah 40.523.071 juta (pembiayaan) dan 7.408.462 juta (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 14,55 persen untuk masingmasing output.
74
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2008 adalah BTN. Ketidakefisienan BTN terletak pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar 616.761 juta, sedangkan target efisiensinya adalah 570.293 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 8,14 persen. Jumlah output BTN adalah 32.025.231 juta (pembiayaan) dan 4.949.590 juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai 33.078.254 juta (pembiayaan) dan 5.532.400 juta (pendapatan). Sehingga diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 0,33 persen (pembiayaan) dan 11,77 persen (pendapatan). Bank konvensional yang telah mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2008 adalah Bank Danamon dan Panin Bank. Bank yang efisien menunjukkan bahwa bank tersebut dapat memaksimalkan input dan outputnya secara optimal. Tabel 4.9 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement kedua bank tersebut. Tabel 4.9 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008
Nama Bank Bank Danamon Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Simpanan
Tingkat Efisiensi (Persen)
100
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
74.492.063 104.842.261 2.270.214 64.983.038 14.483.577
74.492.063 104.842.261 2.270.214 64.983.038 14.483.577
0 0 0 0 0
46.253.664
46.253.664
0
75
Nama Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen) 100
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
63.231.511 375.826 36.868.877 6.215.115
63.231.511 375.826 36.868.877 6.215.115
Potential Improvement (Persen) 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah bank konvensional yang inefisien menjadi enam bank, setelah pada tahun 2008 terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi yaitu, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Tabel 4.10 menunjukkan bank-bank konvensional yang mengalami inefisiensi di tahun 2009, dimulai dari Bank Mandiri yang mengalami inefisiensi pada input simpanan dan output pembiayaan serta pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 299.721.940 juta, sedangkan target yang diperlukan hanya sebesar 276.640.681 juta. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 8,34 persen. Sedangkan jumlah output Bank Mandiri berjumlah 179.687.845 juta (pembiayaan) dan 35.350.256 (pendapatan), padahal target yang harus dicapai berjumlah 228.125.643 (pembiayaan) dan 44.879.496 (pendapatan). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan efisiensi 29,96 persen untuk masing-masing output.
76
Tabel 4.10 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009
Nama Bank Bank Mandiri Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BNI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Permata Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BII Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
299.721.940 373.508.708 4.205.057 179.687.845 35.350.256
276.640.681 373.508.708 4.205.057 228.125.643 44.879.496
8,34 0 0 26.96 26.96
254.168.613 314.784.430 6.587.462 205.563.569 39.152.486
254.168.613 314.784.430 6.587.462 230.710.507 43.942.076
0 0 0 12,3 12,3
72
244.666.004 280.798.049 4.048.502 123.596.037 27.195.614
203.791.404 280.798.049 4.048.502 171.373.402 37.708.368
20,06 0 0 38,65 38,65
78
190.734.715 226.007.100 3.631.842 120.768.825 22.945.002
172.097.153 226.007.100 3.631.842 154.727.974 29.396.938
10,83 0 0 28,12 28,12
95
45.751.144 55.925.613 1.131.892 41.244.082 6.890.972
45.531.638 55.925.613 1.131.892 43.208.582 7.219.196
0,48 0 0 4,76 4,76
90
47.515.274 58.701.483 977.340 37.491.774
45.522.752 58.701.483 977.340 41.869.239
4,37 0 0 11,67
79
89
Potential Improvement (Persen)
77
Pendapatan
6.738.269
7.525.016
11,67
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Ketidakefisienan BRI terletak pada kedua outputnya dengan jumlah 205.563.569 juta (pembiayaan) dan 43.942.076 juta (pendapatan), padahal target yang dibutuhkan sebesar 230.710.507 juta (pembiayaan) dan 43.942.076 juta (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,23 persen untuk masing-masing output. Input simpanan pada BCA membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 20,06 persen dikarenakan simpanan yang digunakan berjumlah 244.666.004 juta, sedangkan targetnya adalah sebesar 203.791.404 juta. Disisi lain output BCA harus meningkatkan efisiensinya sebesar 38,65 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut terjadi karena jumlah outputnya adalah 123.596.037 juta (pembiayaan) dan 27.195.614 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 171.373.402 juta (pembiayaan) dan 37.708.368 juta (pendapatan). Ketidakefisienan BNI terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BNI yang dialokasikan adalah 190.734.715 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 172.097.153 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,83 persen. Kedua output BNI dapat meningkatkan efisiensinya sebesar 28,12 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar 120.768.825 juta (pembiayaan) dan
78
22.945.002 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah 154.727.974 juta (pembiayaan) dan 29.396.938 juta (pendapatan). Bank selanjutnya adalah Bank Permata yang harus meningkatkan efisiensi input simpanannya sebesar 0,48 persen. Hal ini dikarenakan simpanan yang digunakan mencapai 45.751.144 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.531.638 juta. Di sisi lain jumlah output Bank Permata adalah sebesar 41.244.082 juta (pembiayaan) dan 6.890.972 juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai 43.208.582 juta (pembiayaan) dan 7.219.196 juta (pendapatan). Maka untuk mencapai efisiensi 100 persen harus melakukan peningkatan sebesar 4,76 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional inefisien terakhir pada tahun 2009 adalah Bank BII. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 47.515.274 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar 45.522.752 juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 4,37 persen. Disisi lain output Bank BII berjumlah 37.491.774 juta (pembiayaan) dan 6.738.269 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah 41.869.239 juta (pembiayaan) dan 7.525.016 juta (pendapatan). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi sebesar 11,67 persen baik untuk pembiayaan maupun untuk pendapatan. Pada tahun 2009, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen. Tabel 4.11 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank tersebut. 79
Tabel 4.11 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009
Nama Bank Bank CIMB Niaga Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Danamon Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
86.258.306 106.877.270 1.899.727 82.970.344 13.186.705
86.258.306 106.877.270 1.899.727 82.970.344 13.186.705
0 0 0 0 0
100
67.782.107 96.630.214 2.102.538 60.579.191 15.883.655
67.782.107 96.630.214 2.102.538 60.579.191 15.883.655
0 0 0 0 0
100
56.307.220 76.084.862 456.866 43.220.220 7.869.064
56.307.220 76.084.862 456.866 43.220.220 7.869.064
0 0 0 0 0
100
40.216.071 58.480.719 704.882 40.732.957 6.225.485
40.216.071 58.480.719 704.882 40.732.957 6.225.485
0 0 0 0 0
Tabel 4.12 menjabarkan bahwa pada tahun 2010, terdapat tujuh bank konvensional yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, dan BII. Di tahun ini, inefisiensi Bank Mandiri terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Simpanan yang dialokasikan
80
berjumlah 332.727.856 juta, sedangkan target simpanannya sebesar 297.309.671 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,91 persen agar sesuai dengan target inputnya. Disisi lain jumlah output Bank Mandiri sebesar 218.992.542 juta (pembiayaan) dan 38.831.286 juta (pendapatan), padahal target output yang dapat dicapai sebesar 295.946.086 juta (pembiayaan) dan 52.476.523 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,14 untuk masing-masing output. Tabel 4.12 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010
Nama Bank Bank Mandiri Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BNI Simpanan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
74
332.727.856 408.771.732 4.541.164 218.992.542 38.831.286
297.309.671 408.771.732 4.541.164 295.946.086 52.476.523
11,91 0 0 35,14 35,14
81
328.778.818 395.394.177 6.811.989 241.064.755 43.160.319
297.722.969 395.394.177 6.811.989 295.910.730 52.979.962
10,43 0 0 22,75 22,75
65
277.533.692 323.349.321 4.204.951 154.001.943 28.998.395
232.135.821 323.349.321 4.204.951 235.582.617 44.359.945
19,55 0 0 52,97 52,97
190.455.122
183.132.629
4
81
Nama Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank CIMB Niaga Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Permata Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BII Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
241.408.219 3.862.743 133.222.846 22.964.053
241.408.219 3.862.743 179.932.540 31.015.554
Potential Improvement (Persen) 0 0 35,06 35,06
99
115.349.204 142.921.719 1.849.727 102.074.749 20.818.413
98.881.669 142.921.719 1.849.727 103.460.905 21.101.123
16,65 0 0 1,35 1,35
92
57.791.510 73.570.333 1.119.968 50.589.480 7.070.415
57.791.510 73.570.333 1.119.968 54.987.965 8.494.677
0 0 0 8,7 20,14
93
59.507.744 71.624.563 1.137.429 49.695.623 7.688.299
56.465.283 71.624.563 1.137.429 53.722.271 8.311.253
5,39 0 0 8,1 8,1
74
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BRI mengalami inefisiensi yang terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 328.778.818 juta, padahal targetnya hanya sebesar 297.722.969 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,43 persen. Sedangkan jumlah output BRI adalah 241.064.755 juta (pembiayaan) dan 43.160.319 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar 295.910.730 juta (pembiayaan) dan 52.979.962 juta
82
(pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan sebesar 22,75 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Ketidakefisienan pada BCA terletak pada
input simpanan dan
kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan mencapai 277.533.692 juta, sedangkan target inputnya hanya sebesar 232.135.821 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 19,55 persen. Pada sisi lain jumlah output pembiayaannya adalah sebesar 154.001.943 juta, sedangkan jumlah output pendapatannya adalah sebesar 28.998.395. Jumlah output tersebut jauh dari target yang seharusnya dapat dicapai, yaitu 235.582.617 juta (pembiayaan) dan 44.359.945 juta (pendapatan). untuk mencapai efisiensi 100 persen, maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 52,97 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. BNI mengalami pemborosan pada input simpanan, dikarenakan ada perbedaan antara nilai actual dan nilai target. Jumlah simpanan yang digunakan adalah sebesar 190.455.122 juta, padahal target inputnya hanya berjumlah 183.132.629 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4 persen. Kedua output BNI juga tidak efisien, karena jumlah outputnya hanya 133.222.846 juta (pembiayaan) dan 22.964.053 juta (pendapatan). Padahal target outputnya mencapai 179.932.540 juta (pembiayaan) dan 31.015.544 juta (pendapatan). Hal yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,06 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. 83
Bank CIMB Niaga menjadi bank inefisien selanjutnya dengan membutuhkan peningkatan efisiensi 16,65 persen untuk input simpanan dikarenakan penggunaan simpanan sebesar 115.349.204 juta, padahal targetnya hanya 98.881.669 juta. Kedua outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 102.074.749 juta (pembiayaan) dan 20.818.413 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar 103.460.905 juta (pembiayaan) dan 21.101.123 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan
efisiensi
sebesar
1,35
persen
masing-masing
untuk
pembiayaan dan pendapatan. Bank inefisien selanjutnya adalah Bank Permata dengan jumlah output 50.589.480 juta (pembiayaan) dan 7.070.415 juta (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai sebesar 54.987.965 juta (pembiayaan) dan 8.494.677 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 8,7 persen untuk pembiayaan, dan 20,14 persen untuk pendapatan. Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2010 adalah BII. Input simpanan yang digunakan BNI adalah 59.507.744 juta, sedangkan target inputnya sebesar 56.465.283 juta. Maka yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi input simpanan sebesar 5,39 persen. Pada output BII, jumlah outputnya adalah 49.695.623 juta (pembiayaan) dan 7.688.299 (pendapatan). Jumlah tersebut tidak seusai dengan target outputnya yang mencapai 53.722.271 juta (pembiayaan) dan 8.311.253 juta (pendapatan). Maka yang harus diupayakan adalah
84
peningkatan efisiensi sebesar 8,1 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Tahun 2010 jumlah bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen berkurang dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya tiga bank. Tabel 4.13 menunjukkan tiga bank konvensional yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen dengan nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.13 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank Bank Danamon Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
79.541.163 113.860.553 2.545.038 75.090.482 40.744.621
79.541.163 113.860.553 2.545.038 75.090.482 40.744.621
0 0 0 0 0
100
75.054.982 106.507.838 550.017 57.549.199 8.931.165
75.054.982 106.507.838 550.017 57.549.199 8.931.165
0 0 0 0 0
100
45.332.650 68.334.110 728.772 48.624.640 10.472.735
45.332.650 68.334.110 728.772 48.624.640 10.472.735
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
85
Pada tahun 2011, tidak terjadi perubahan jumlah dan nama bank yang inefisien, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Untuk penjabaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14. Bank Mandiri tidak menggunakan input simpanannya secara maksimal, hal tersebut terlihat dengan jumlah simpanan yang tidak sesuai target inputnya. Jumlah input simpanan yang dialokasikan sebesar 380.236.178 juta, padahal target inputnya adalah 373.097.399 juta. Hal yang mesti diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 1,91 persen. Disisi lain, output Bank Mandiri berjumlah 273.806.876 juta (pembiayaan) dan 44.885.941 juta (pendapatan), padahal target yang seharusnya dicapai adalah 339.128.660 (pembiayaan) dan 62.864.930 (pendapatan). Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 23,85 persen (pembiayaan) dan 40,05 persen (pendapatan). Tabel 4.14 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011
Nama Bank Bank Mandiri Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
81
380.236.178 491.224.513 5.097.336 273.806.876 44.885.941
373.097.399 491.224.513 5.097.336 339.128.660 62.864.930
1,91 0 0 23,85 40,05
83
372.083.736 456.381.943 7.695.139 283.877.226
365.023.933 456.381.943 7.695.139 340.326.898
1,93 0 0 19,88
86
Nama Bank
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
53.195.127
63.773.106
Potential Improvement (Persen) 19,88
73
323.457.283 378.651.728 4.820.533 202.268.609 32.660.092
295.536.564 378.651.728 4.820.533 278.058.376 53.185.947
9,44 0 0 37,47 62,84
74
224.901.974 289.458.487 4.313.755 158.164.744 27.152.113
224.901.974 289.458.487 4.313.755 214.770.605 39.018.679
0 0 0 35,79 43,7
88
79.258.385 101.537.861 1.403.686 65.859.107 8.971.378
79.258.385 101.537.861 1.403.686 74.988.831 14.001.685
0 0 0 13,86 56,07
93
70.075.044 90.740.977 1.386.973 62.574.123 9.168.357
70.075.044 90.740.977 1.386.973 67.379.396 12.084.129
0 0 0 7,68 31,8
Pendapatan BCA Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BNI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Permata Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BII Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BRI mengalami inefisiensi pada input simpanan dengan jumlah yang dialokasikan sebesar 372.083.736 juta, padahal target efisiensi inputnya sebesar 365.023.933 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,93 persen. Kedua output BRI juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 283.877.226 juta (pembiayaan) dan 340.326.898 juta (pendapatan),
87
padahal target outputnya mencapai 340.326.898 juta (pembiayaan) dan 63.773.106 juta (pendapatan). BCA merupakan bank konvensional yang tingkat efisiensinya paling rendah di tahun 2011. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan BCA berjumlah 323.457.283 juta, sedangkan target inputnya berjumlah 295.536.564 juta. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 9,44 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya sebesar 202.268.609 juta (pembiayaan) dan 32.660.092 juta (pendapatan). Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai
278.058.376
juta
(pembiayaan)
dan
53.185.947
juta
(pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 37,47 persen (pembiayaan) dan 62,84 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BNI yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output pada BNI adalah sebesar 158.164.744 juta (pembiayaan) dan 27.152.113 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 214.770.605 juta (pembiayaan) dan 39.018.679 (pendapatan). Maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,79 persen untuk pembiayaan dan 43,7 persen untuk pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output adalah 65.859.107 juta (pembiayaan) dan 14.001.685 juta (pendapatan), sedangkan target yang 88
perlu dicapai sebesar 74.988.831 juta (pembiayaan) dan 14.001.685 juta (pendapatan) Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 adalah BII. Ketidakefisienan BII terjadi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Output BII berjumlah 62.574.123 juta (pembiayaan) dan 9.168.357 juta (pendapatan). jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai 67.379.396 juta (pembiayaan) dan 12.084.129 (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 7,36 persen (pembiayaan) dan 12.084.129 persen (pendapatan). Pada sisi bank konvensional yang efisien, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun 2011. Tabel 4.15 menunjukkan bank-bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen beserta nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.15 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011
Nama Bank Bank CIMB Niaga Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Danamon Simpanan
Tingkat Efisiensi (Persen)
100
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
127.652.056 164.238.923 2.009.404 120.194.922 23.178.882
127.652.056 164.238.923 2.009.404 120.194.922 23.178.882
0 0 0 0 0
87.993.957
87.993.957
0
89
Nama Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
127.128.138 2.695.073 86.699.835 18.009.027
127.128.138 2.695.073 86.699.835 18.009.027
Potential Improvement (Persen) 0 0 0 0
100
85.536.601 118.991.272 726.948 70.817.519 11.632.924
85.536.601 118.991.272 726.948 70.817.519 11.632.924
0 0 0 0 0
100
58.649.604 89.253.345 911.559 59.337.756 8.995.123
58.649.604 89.253.345 911.559 59.337.756 8.995.123
0 0 0 0 0
100
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Pada tahun 2012, bank konvensional yang mengalami inefisiensi adalah Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII dan BTN sesuai dengan Tabel 4.16. Input simpanan Bank Mandiri mengalami inefisiensi karena input simpanannya berjumlah 435.458.912 juta, padahal target inputnya hanya 433.606.868 juta. Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 0,42 persen. Sedangkan output Bank Mandiri berjumlah 339.973.690 juta (pembiayaan) dan 48.535.454 juta (pendapatan), padahal target seharusnya mencapai 400.731.101 juta (pembiayaan) dan 57.084.103 juta (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar
90
17,87 persen untuk output pembiayaan dan 17,61 persen untuk output pendapatan. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yakni pembiayaan dan pendapatan. Jumlah simpanan yang dialokasikan berjumlah 370.278.094 juta, padahal target inputnya hanya 348.173.878. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,35 persen. sedangkan
jumlah
outputnya
adalah
sebesar
256.713.553
juta
(pembiayaan) dan 38.541.400 juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai 324.488.653 juta (pembiayaan) dan 48.012.516 juta (pendapatan). Maka upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 26,4 persen untuk output pembiayaan dan 24,57 persen untuk output pandapatan.
Tabel 4.16 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012
Nama Bank Bank Mandiri Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
85
435.458.912 561.164.590 6.228.024 339.973.690 48.535.454
433.606.868 491.224.513 6.228.024 400.731.101 57.084.103
0,42 0 0 17,87 17,61
80
370.278.094 436.741.456 5.694.720 256.713.553 38.541.400
348.173.878 436.741.456 5.694.720 324.488.653 48.012.516
6,35 0 0 26,4 24,57
91
Nama Bank BNI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank CIMB Niaga Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Permata Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BII Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
78
249.027.580 324.781.709 5.055.376 192.656.744 29.517.085
249.027.580 324.781.709 5.055.376 247.426.692 37.908.430
0 0 0 28,42 28,42
95
144.144.127 192.705.029 2.572.600 133.605.301 19.644.480
144.144.127 192.705.029 2.572.600 141.359.657 20.784.631
0 0 0 5,8 5,8
85
97.884.824 132.150.360 1.850.141 86.955.200 11.534.387
97.060.718 132.150.360 1.850.141 101.757.967 14.279.142
0,85 0 0 17,02 23,8
85
85.469.916 111.548.790 1.662.817 74.318.622 10.198.769
85.069.117 111.548.790 1.662.817 87.081.526 12.628.675
0,47 0 0 17,17 23,82
98
75.782.530 111.875.325 1.011.747 75.410.705 9.673.959
75.782.530 111.875.325 1.011.747 76.649.222 9.832.840
0 0 0 1,64 1,64
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa BNI belum mampu menghasilkan output secara maksimal. Jumlah outputnya sebesar 192.656.744 juta (pembiayaan) dan 29.517.085 juta (pendapatan), padahal target yang harus 92
dicapai sebesar 247.426.692 juta (pembiayaan) dan 37.908.430 juta (pendapatan). Maka perbaikan efisiensinya adalah sebesar 28,42 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional yang inefisien di tahun 2012 selanjutnya adalah Bank CIMB Niaga dengan jumlah output sebesar 133.605.301 juta (pembiayaan) dan 19.644.480 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar 141.359.657 juta (pembiayaan) dan 20.784.631 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 5,8 persen untuk output pembiayaan dan pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 97.884.824 juta, padahal target inputnya hanya 97.060.718 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,85 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah 86.955.200 juta (pembiayaan) dan 11.534.387 juta (pendapatan), padahal target outputnya sebesar 101.757.967 juta (pembiayaan) dan 14.279.142 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 17,02 persen untuk output pembiayaan dan 23,8 persen untuk output pendapatan. Bank konvensional inefisien selanjutnya adalah BII dengan inefisiensi yang terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 85.469.916 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 85.069.117 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,47 persen. 93
sedangkan output BII berjumlah 74.318.622 juta (pembiayaan) dan 10.198.769 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 87.081.526 juta (pembiayaan) dan 12.628.675 juta (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 17,17 persen (pembiayaan) dan 23,82 persen (pendapatan). Bank inefisien terakhir di tahun 2012 adalah BTN yang membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,64 persen untuk kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar 75.410.705 juta (pembiayaan) dan 9.673.959 juta (pendapatan), berbeda dengan target outputnya sebesar 76.649.222 juta (pembiayaan) dan 9.832.840 juta (pendapatan). Sedangkan bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen di tahun 2012 adalah BRI, Bank Danamon, dan Panin Bank. Tabel 4.17 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement.
Tabel 4.17 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012
Nama Bank BRI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
100
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
436.084.418 547.591.919 9.348.523 347.953.020 69.178.558
436.084.418 547.591.919 9.348.523 347.953.020 69.178.558
Potential Improvement (Persen) 0 0 0 0 0
94
Nama Bank Bank Danamon Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
90.605.236 130.391.429 3.063.563 91.532.966 18.780.212
90.605.236 130.391.429 3.063.563 91.532.966 18.780.212
0 0 0 0 0
100
101.503.070 141.788.920 935.938 91.765.984 11.725.984
101.503.070 141.788.920 935.938 91.765.984 11.725.984
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia 2008-2012 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode DEA, tingkat efisiensi teknik 10 bank syariah tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.18. Data statistik tersebut menunjukkan bahwa di tahun 2008 hanya terdapat empat bank syariah yang dianalisis, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Sedangkan bank syariah yang belum menyediakan laporan keuangannya pada tahun 2008 adalah Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB) Syariah, dan Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah. Pada tahun 2008 terdapat satu bank syariah yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik
95
100 persen (inefisien), yaitu BSMI (93 persen). Sedangkan bank yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien) adalah BMI, BSM, dan BRI Syariah. Tabel 4.18 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012 (Persen) Nama Bank BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Pencapaian rata-rata
2008 100 100 93 100 98,25
2009 97 99 100 100 100 99,20
Tahun 2010 100 96 93 100 98 65 42 74 100 75 84,30
2011 92 97 100 100 93 100 100 83 81 93 93,90
2012 94 100 100 100 98 100 78 82 88 99 93,90
Sumber: Data diolah (MaxDEA 5.2) Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Di tahun 2009, bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Sedangkan bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah BMI (97 persen) dan BSM (99 persen). Pada tahun 2010, lima bank syariah masuk setelah memberikan laporan keuangannya. Bank syariah tersebut ialah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Bank syariah yang mengalami inefisiensi pada tahun tersebut adalah BSM 96
(96 persen), BSMI (93 persen), Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank Panin Syariah (65 persen), Bank Victoria Syariah (42 peren), BCA Syariah (74 persen), dan BNI Syariah (75 persen). Adapun bank syariah yang telah efisien adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah. Jumlah bank syariah yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 berkurang satu setelah terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan bank syariah yang inefisien adalah BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Pada tahun 2012 BSMI, BRI Syariah, dan Bank Panin Syariah mampu mempertahankan efisiensi teknik 100 persen. Sedangkan BSM mampu mencapai tingkat efisiensi teknnik 100 persen setelah pada tahun sebelumnya berada pada tingkat efisiensi 97 persen. BMI (94 persen), Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank Victoria Syariah (78 persen), BCA Syariah (82 persen), BJB Syariah (88 persen), dan BNI Syariah (99 persen) adalah bank-bank syariah yang inefisen di tahun 2012. Berdasarkan Tabel 4.18, bahwa pencapaian rata-rata bank syariah pada periode 2008-2012 mengalami fluktuasi. Sempat mengalami kenaikan efisiensi dari 98,25 persen (2008) menjadi 99,20 persen (2009), lalu mengalami penurunan menjadi 84,30 persen (2010). Dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan efisiensi menjadi 93,90 persen dan tidak ada
97
perubahan pencapaian rata-rata efisiensi setelah pada tahun 2012 kembali berada pada 93,90 persen. Tabel 4.19 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2008
Nama Bank BSMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
80
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
2.626.471 3.096.201 88.912 2.094.011 404.138
2.626.471 3.096.201 88.912 2.358.207 435.690
0 0 0 12,61 7,8
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Berdasarkan Tabel 4.19, ketidakefisienan BSMI di tahun 2008 terjadi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output BSMI adalah 2.094.011 juta (pembiayaan) dan 404.138 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 2.358.207 juta (pembiayaan) dan 435.690 juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 12,61 persen (pembiayaan) dan 7,8 persen (pendapatan). Bank-bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen di tahun 2008 adalah BMI, BSM, dan BRI Syariah. Tabel 4.20 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bagi bank syariah yang telah efisien.
98
Tabel 4.20 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2008
Nama Bank BMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSM Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
10.073.953 12.596.715 136.813 10.550.732 1.619.080
10.073.953 12.596.715 136.813 10.550.732 1.619.080
0 0 0 0 0
100
14.796.479 17.063.838 297.805 13.327.482 2.407.182
14.796.479 17.063.838 297.805 13.327.482 2.407.182
0 0 0 0 0
100
39.085 482.898 11.437 47.034 42.168
39.085 482.898 11.437 47.034 42.168
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Terdapat dua bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen, yaitu BMI dan BSM. Tabel 4.21 menunjukkan bahwa letak ketidakefisienan BMI terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 13.316.898 juta, sedangkan target inputnya adalah 12.140.552 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 9,69 persen. Pada sisi outputnya,
jumlahnya adalah 10.699.976 juta
(pembiayaan) dan 1.753.611 juta (pendapatan), padahal target yang harus 99
dicapai sebesar 11.037.520 juta (pembiayaan) dan 1.808.931 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 3,15 persen untuk masing-masing output. Tabel 4.21 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2009
Nama Bank BMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSM Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
97
13.316.898 16.027.178 201.067 10.699.976 1.753.611
12.140.552 16.027.178 201.067 11.037.520 1.808.931
9,69 0 0 3,15 3,15
99
19.168.005 22.029.242 389.292 16.019.535 2.835.217
17.230.648 22.029.242 389.292 16.143.256 2.857.114
11,24 0 0 0,77 0,77
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Bank inefisien selanjutnya adalah BSM dengan input simpanan yang mencapai 19.168.005 juta, padahal targetnya hanya sebesar 17.230.648 juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 11,24 persen. Di sisi outputnya, jumlahnya sebesar 16.019.535 juta (pembiayaan) dan 2.835.217 juta (pendapatan). Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai 16.143.256 juta (pembiayaan) dan 2.857.114 juta (pembiayaan). Maka upaya perbaikan
100
efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 0,77 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank syariah yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen di tahun 2009 adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2009
Nama Bank BSMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bukopin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
3.947.370 4.381.991 188.979 3.195.253 826.672
3.947.370 4.381.991 188.979 3.195.253 826.672
0 0 0 0 0
100
2.151.086 3.178.386 90.176 2.635.647 309.955
2.151.086 3.178.386 90.176 2.635.647 309.955
0 0 0 0 0
100
1.271.855 1.976.422 20.478 1.283.682 164.343
1.271.855 1.976.422 20.478 1.283.682 164.343
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Berdasarkan Tabel 4.23, BSM mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya di tahun 2010. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 28.671.278 juta, padahal target inputnya hanya 101
25.485.011 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 12,5 persen. Sedangkan pada sisi output, target output yang seharusnya dicapai adalah 24.691.405 juta (pembiayaan) dan 4.100.920 juta (pendapatan), sedangkan jumlah outputnya sebesar 23.777.024 juta (pembiayaan) dan 3.949.053 juta (pendapatan). Upaya perbaikan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 3,84 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Tabel 4.23 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010
Nama Bank BSM Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bukopin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
96
28.671.278 32.455.189 627.225 23.777.024 3.949.053
25.485.011 32.455.189 627.225 24.691.405 4.100.920
12,5 0 0 3,84 3,84
93
4.040.981 4.660.762 290.677 3.154.012 1.050.416
3.584.276 4.660.762 118.834 3.402.762 1.133.260
12,74 0 144 7,88 7,88
98
1.621.914 2.198.542 41.391 1.616.903 269.888
1.621.914 2.198.542 41.391 1.650.150 294.875
0 0 0 2,05 9,26
65
309.763 457.143 8.665
309.763 457.143 6.954
0 0 24,6
102
Tingkat Efisiensi (Persen)
Nama Bank Pembiayaan Pendapatan Victoria Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BNI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
216.096 27.635
332.112 47.302
Potential Improvement (Persen) 53,68 71,16
42
166.581 336.941 4.474 28.650 30.300
166.581 238.025 4.474 151.108 71.684
0 41,55 0 427 136
74
556.774 873.850 19.010 433.689 107.041
556.774 834.723 9.906 589.493 145.496
0 4,69 91,9 35,92 35,92
75
5.162.728 6.380.269 77.679 3.570.980 464.683
5.162.728 6.380.269 77.679 4.731.028 624.143
0 0 0 32,48 34,31
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Bank
syariah
inefisien
selanjutnya
adalah
BSMI
dengan
ketidakefisienan terjadi pada dua input (simpanan dan biaya tenaga kerja) dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah input simpanan BSMI adalah 4.040.981 juta (simpanan) dan 290.677 juta (biaya tenaga kerja), padahal target inputnya hanya 3.584.276 juta (simpanan) dan 118.834 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 12,74 persen (simpanan) dan 144 persen (biaya tenaga kerja). Sedangkan jumlah output BSMI adalah 3.154.012 juta (pembiayaan) dan 1.050.416 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 3.402.762 103
juta (pembiayaan) dan 1.133.260 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 7,88 persen baik untuk output pembiayaan maupun pendapatan. Bank Bukopin Syariah mengalami inefisiensi pada kedua outputnya yaitu pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output Bank Bukopin Syariah adalah sebesar 1.616.903 juta (pembiayaan) dan 269.888 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 1.650.150 juta (pembiayaan)
dan 294.875
juta
(pendapatan).
Maka
dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 2,05 persen (pembiayaan) dan 9,26 persen (pendapatan). Bank syariah inefisien selanjutnya adalah Bank Panin Syariah, ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja, serta kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerjanya berjumlah 8.665 juta, padahal target yang dibutuhkan adalah 6.954 juta. Maka diperlukan upaya peningkatan efisiensi sebesar 24,6 persen. Kedua outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 216.096 juta (pembiayaan) dan 27.635 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 332.112 juta (pembiayaan) dan 47.302 (pendapatan). Hal tersebut mengharuskan adanya perbaikan efisiensi sebesar 53,68 persen untuk output pembiayaan dan 71,16 persen untuk output pendapatan. Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan total asetnya secara optimal, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah aset sebesar 336.941 juta, sedangkan target inputnya sebesar 238.025 juta. Maka diperlukan 104
peningkatan efisiensi sebesar 41,55 persen. Output yang dihasilkan juga tidak optimal dengan jumlah 28.650 juta (pembiayaan) dan 30.300 juta (pendapatan),
padahal
(pembiayaan)
dan
target
71.684
outputnya
juta
mencapai
(pendapatan).
151.108
Maka
juta
dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 427 persen (pembiayaan) dan 136 persen (pendapatan). BCA Syariah mengalami inefisiensi pada input (aset dan biaya tenaga kerja) dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). jumlah aset BCA Syariah adalah 873.850 juta, padahal targetnya sebesar 4,69 persen. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,69 persen. Input biaya tenaga kerja juga terjadi pemborosan dengan penggunaan sebesar 19.010 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 9.906 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 91,9 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah sebesar 433.689 juta (pembiayaan) dan 107.041 juta (pendapatan),
padahal
target
(pembiayaan)
dan 145.496
outputnya juta
mencapai
(pendapatan).
589.493
Maka
juta
dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 35,92 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. Bank syariah terakhir di tahun 2010 yang mengalami inefisiensi adalah
BNI
Syariah.
Jumlah outputnya
sebesar
3.570.980
juta
(pembiayaan) dan 464.683 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 4.731.028 juta (pembiayaan) dan 624.143 juta (pendapatan).
105
Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 32,48 persen (pembiayaan) dan 34,31 persen (pembiayaan). Bank syariah yang berhasil mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah. Tabel 4.24 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank syariah tersebut. Tabel 4.24 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank BMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BJB Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
17.442.568 21.449.981 245.419 15.868.648 2.022.019
17.442.568 21.449.981 245.419 15.868.648 2.022.019
0 0 0 0 0
100
5.762.953 6.866.528 196.604 5.496.519 884.233
5.762.953 6.866.528 196.604 5.496.519 884.233
0 0 0 0 0
100
1.321.909 1.933.567 33.161 1.417.027 159.038
1.321.909 1.933.567 33.161 1.417.027 159.038
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Berdasarkan Tabel 4.25, terdapat enam bank syariah yang inefisien di tahun 2011, yaitu BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah, 106
BJB Syariah, dan BNI Syariah. BMI mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BMI adalah 29.167.560 juta, padahal target inputnya hanya 25.920.838 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,52 persen. Sedangkan jumlah output BMI sebesar 22.398.037 juta (pembiayaan) dan 3.108.842 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 24.296.352 juta (pembiayaan) dan 4.460.414 juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang dibutuhkan adalah sebesar 8,47 persen (pembiayaan) dan 43,47 persen (pendapatan).
Tabel 4.25 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011
Nama Bank BMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSM Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bukopin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
92
29.167.560 32.529.678 494.942 22.398.037 3.108.842
25.920.838 32.529.678 494.942 24.296.352 4.460.414
12,52 0 0 8,47 43,47
97
42.133.653 48.694.167 992.864 36.472.627 6.089.553
40.458.578 48.694.167 992.864 37.643.503 6.337.777
4,14 0 0 3,21 4,07
93
2.291.738 2.730.873 44.443 1.916.219 315.671
2.195.084 2.730.873 44.443 2.054.307 370.560
4,4 0 0 7,2 17,38
107
Nama Bank BCA Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BJB Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BNI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
83
864.135 1.217.765 32.755 681.322 150.808
864.135 1.217.765 32.755 816.318 180.689
0 0 0 19,81 19,81
81
2.218.533 2.849.451 64.417 1.769.445 273.494
2.218.533 2.849.451 64.417 2.191.403 338.714
0 0 0 23,84 23,84
93
6.756.261 8.466.887 183.764 5.310.291 1.234.078
6.713.040 8.466.887 183.764 5.696.469 1.323.823
0,64 0 0 7,27 7,27
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BSM juga mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan yang dialokasikan sebesar 42.133.653 juta, sedangkan targetnya sebesar 40.458.578 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah sebesar 36.472.627 juta (pembiayaan) dan 6.089.553 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 3,21 persen (pembiayaan) dan 4,07 persen (pendapatan). Bank Bukopin Syariah membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,4 persen dikarenakan jumlah actual simpanan (2.291.738 juta) lebih 108
besar dari targetnya (2.195.084 juta). Sedangkan jumlah outputnya adalah 1.916.219 juta (pembiayaan) dan 315.671 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 2.054.307 juta (pembiayaan) dan 370.560 juta (pendapatan). maka membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 7,2 persen (pembiayaan) dan 370.560 juta (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BCA Syariah yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya dengan jumlah 681.322 juta (pembiayaan) dan 150.808 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 816.318 juta (pembiayaan) dan 180.689 juta (pendapatan). Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah masing-masing sebesar 19,81 persen untuk pembiayaan dan pendapatan. BJB Syariah juga mengalami inefisiensi pada kedua outputnya sebesar 1.769.445 juta (pembiayaan) dan 273.494 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 2.191.403 juta (pembiayaan) dan 338.714 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 23,84 persen untuk masing-masing output. Dan bank syariah terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2011 adalah BNI Syariah, dimana ketidakefisienan terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BNI Syariah adalah 6.756.261 juta, sedangkan targetnya sebesar 6.713.040 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,64 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya sebesar 5.310.291 juta (pembiayaan) dan 1.234.078 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 5.696.469 juta 109
(pembiayaan) dan 1.323.823 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 7,27 persen. Terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun 2011, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement Bank syariah tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.26. Tabel 4.26 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank BSMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Victoria Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
4.928.442 5.582.305 309.747 4.094.797 1.078.207
4.928.442 5.582.305 309.747 4.094.797 1.078.207
0 0 0 0 0
100
9.906.411 11.265.253 312.778 9.128.752 1.354.424
9.906.411 11.265.253 312.778 9.128.752 1.354.424
0 0 0 0 0
100
419.771 1.016.792 14.955 684.117 80.570
419.771 1.016.792 14.955 684.117 80.570
0 0 0 0 0
100
465.036 636.421 8.666 214.280 107.114
465.036 636.421 8.666 214.280 107.114
0 0 0 0 0
110
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, terdapat enam bank yang mengalami inefisiensi, yaitu BMI, Bank Bukopin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Tabel 4.27 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012
Nama Bank BMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bukopin Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Victoria Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BJB Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
94
39.420.574 44.932.176 660.746 32.766.528 3.949.498
33.985.312 44.932.176 660.746 34.970.530 5.035.394
15,99 0 0 6,72 23,49
98
2.850.784 3.619.863 50.471 2.627.337 400.760
2.850.784 3.619.863 50.471 2.677.237 408.371
0 0 0 1,89 1,89
78
646.323 940.160 22.166 476.814 104.121
646.323 930.134 21.854 652.941 133.967
0 1,07 1,42 36,93 28,66
82
1.261.822 1.614.555 39.036 1.008.423 185.980
1.261.822 1.614.555 35.332 1.225.229 225.965
0 0 10,48 21,5 21,5
88
3.362.073 4.275.080 78.070 2.960.606
3.362.073 4.275.080 67.006 3.375.876
0 0 16,51 14,02
111
Nama Bank
Tingkat Efisiensi (Persen)
Pendapatan BNI Syariah Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
99
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
383.527
502.657
Potential Improvement (Persen) 31,06
8.980.035 10.640.032 280.613 7.692.138 1.573.811
8.073.850 10.640.032 280.613 7.788.170 1.593.459
11,22 0 0 1,24 1,24
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BMI mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BMI adalah 39.420.574 juta, padahal target simpanannya adalah 33,985.312 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 15,99 persen. Sedangkan jumlah output BMI sebesar 32.766.528 juta (pembiayaan) dan 3.949.498 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 34.970.530 juta (pembiayaan) dan 5.035.394 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,72 persen (pembiayaan) dan 23,49 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah Bank Bukopin Syariah yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah outputnya adalah 2.627.337 juta (pembiayaan) dan 400.760 juta (pendapatan), padahal target yang harus dicapai sebesar 2.677.237 juta (pembiayaan) dan 408.371 (pendapatan). Hal tersebut mengharuskan adanya peningkatan efisiensi sebesar 1,89 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. 112
Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan asetnya secara optimal dikarenakan masih membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,07 persen. Input biaya tenaga kerja juga mengalami pemborosan dengan membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,42 persen. Sedangkan pada sisi outputnya berjumlah 476.814 juta (pembiayaan) dan 104.121 juta (pendapatan), padahal targetnya mencapai 652.941 juta (pembiayaan) dan 133.967 juta (pendapatan). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan efisiensi sebesar 36,93 persen (pembiayaan) dan 28,66 persen (pendapatan). Bank syariah inefisien selanjutnya adalah BJB Syariah dengan input biaya tenaga kerja dan output (pembiayaan dan pendapatan) yang mengalami inefisiensi. Target input biaya tenaga kerja adalah sebesar 67.006 juta, namun yang digunakan adalah 78.070 juta. Maka perbaikan efisiensi yang mesti dilakukan adalah sebesar 16,51 persen. Di sisi lain, outputnya berjumlah 2.960.606 juta (pembiayaan) dan 383.527 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 3.375.876
juta
(pembiayaan) dan 502.657 juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi output yang harus dilakukan adalah sebesar 14,02 persen untuk pembiayaan dan 31,06 persen untuk pendapatan. Bank syariah inefisien terkahir di tahun 2012 adalah BNI Syariah dengan input
simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan
pendapatan) yang mengalami inefisiensi. Jumlah simpanannya adalah sebesar 8.980.035 juta, padahal targetnya hanya 8.073.850 juta. Maka 113
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,22 persen. Sedangkan jumlah outputnya
adalah
7.692.138
(pembiayaan)
dan
1.573,811
juta
(pendapatan), padahal targetnya mencapai 7.788.170 juta (pembiayaan) dan 1.593.459 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 1,24 persen. Di tahun 2012 terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, yaitu BSM, BSMI, BRI Syariah, dan Bank Panin Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement bagi bankbank efisien tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.28. Tabel 4.28 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2012
Nama Bank BSM Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSMI Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRIS Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
100
46.687.969 54.244.054 979.926 44.357.760 7.116.458
46.687.969 54.244.054 979.926 44.357.760 7.116.458
0 0 0 0 0
100
7.090.422 8.212.763 323.224 6.213.570 1.452.941
7.090.422 8.212.763 323.224 6.213.570 1.452.941
0 0 0 0 0
100
11.948.889 14.088.914 323.283 11.417.499 1.686.474
11.948.889 14.088.914 323.283 11.417.499 1.686.474
0 0 0 0 0
114
Nama Bank BPS Simpanan Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan
Tingkat Efisiensi (Persen)
100
Actual (Juta Rupiah)
Target (Juta Rupiah)
Potential Improvement (Persen)
1.223.578 2.133.071 18.815 1.512.773 167.584
1.223.578 2.133.071 18.815 1.512.773 167.584
0 0 0 0 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
3. Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode 20082012 Perhitungan dengan metode DEA tidak hanya mengukur efisiensi dari masing-masing sampel bank yang diteliti, tetapi juga memberikan referensi atau acuan bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien menjadi efisien (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Bank–bank yang inefisien diharapkan mengacu kepada bank yang telah efisien dengan menggunakan bobot input-output yang telah ditetapkan. Hasil output dari perhitungan DEA dengan bantuan software MaxDEA telah memberikan referensi atau acuan bagi bank-bank inefisien setiap tahunnya selama periode 2008-2012. Tabel 4.29 menunjukkan bank-bank yang belum efisien pada tahun 2008 diharapkan mengacu kepada bank-bank yang telah efisien berdasarkan benchmark dan lambda yang telah ditentukan. Benchmark adalah bank yang dijadikan acuan bagi bank yang inefisien, sedangkan
115
lambda adalah bobot input-output yang hendaknya digunakan untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen. Tabel 4.29 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2008 Kode Bank BM BRI BCA BNI BCN BDI PB BP BII BTN BMI BSM BSMI BRIS
Benchmark (Lambda) BDI (0,0652106); BMI (22,1470532); BSM (3,0817991) BDI (0,7211188); BSM (9,9873487) BMI (12,9484333); BSM (4,7823475) BDI (0,2733730); BMI (7,0080180); BSM (4,8905445) BMI (5,0749182); BRIS (11,1288432) BDI (0,0755971); BMI (3,2673074); BSM (0,2876989) BDI (0,1337630); BMI (0,9704657); BSM (1,6200825) BMI (3,0769584); BRIS (13,0562967) BDI (0,0035520); BSM (0,1596239) -
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen disarankan bank-bank yan inefisien mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditetapkan. Bank Mandiri (BM) hendaknya menggunakan 0,0652106 input-output Bank Danamon Indonesia (BDI), 22,1470532 input-output Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan 3,0817991 input-output Bank Syariah Mandiri (BSM). Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) hendaknya menggunakan 0,7211188 input-output BDI dan 9,9873487 input-output BSM. Bank Central Asia (BCA) mengacu kepada BMI dan BSM dengan menggunakan 12,9484333 input-output BMI dan 4,7823475 116
input-output BSM. Bank Negara Indonesia (BNI) hendaknya mengacu pada BDI, BMI, dan BSM dan menggunakan input-output yang telah ditetapkan. Bank CIMB Niaga (BCN) mengacu kepada BMI dan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS). Bank Permata (BP) dan Bank Internasional Indonesia (BII) hendaknya mengacu pada BDI, BMI, dan BSM dan dengan menggunakan input-output yang telah ditetapkan. Bank Tabungan Negara (BTN) mengacu kepada BMI dan BRIS, sedangkan BSMI mengacu kepada BDI dan BSM. Tabel 4.30 menunjukkan bahwa di tahun 2009 terdapat tujuh bank yang menjadi acuan bagi bank-bank yang inefisien, yaitu BCN, BDI, PB, BTN, BSMI, BRIS, dan Bank Bukopin Syariah (BBS). Tabel 4.30 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2009 Kode Bank BM BRI BCA BNI BCN BDI PB BP BII BTN BMI BSM BSMI BRIS BBS
Benchmark (Lambda) BCN (0,4909990); BDI (0,8832634); PB (3,0976221) BCN (1,9238457); BDI (0,8590922); BSMI (5,9604841) BCN (0,1730336); BDN (1,4088696); PB (1,6582185) BCN (1,0163105); BDI (0,6544419); PB (0,7116756) BCN (0,4687299); BSMI (1,1763047); BRI S (0,2122109) BCN (0,3524835); BDI (0,1191910); PB (0,1250125) BCN (0,0657542); PB (0,0702336); BTN (0,0625135) BCN (0,1520188); BDI (0,0432104); PB (0,0211140) -
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 117
Bank-bank inefisien di tahun 2009 hendaknya mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditentukan untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen. Di tahun 2010 terdapat enam bank yang menjadi acuan bagi bank inefisien yaitu BDI, PB, BTN, BMI, BRIS, dan Bank Jabar Banten Syariah (BJBS). Tabel 4.31 menunjukkan bahwa bank-bank yang inefisien agar mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditentukan Tabel 4.31 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 Kode Bank BM BRI BCA BNI BCN BDI PB BP BII BTN BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS
Benchmark (Lambda) BTN (3,4356639); BMI (7,9855944); BRIS (0,3943549) BTN (2,6861877); BMI (3,2840440); BRIS (20,5916655) BTN (3,1091292); BMI (3,3517109); BRIS (5,6790866) BTN (1,4620334); BMI (3,4014275); BRIS (9,9818877) BTN (1,7395941); BMI (0,2890677); BRIS (2,5992190) BTN (0,2419185); BMI (1,8698466); BRIS (2,4657114) BTN (0,2226463); BMI (1,7355773); BRIS (2,7935695) BTN (0,1275651); BMI (0,3943594); BRIS (2,2251625) BDI (0,0204381); BRIS (0,3398612) BTN (0,0149085); BRIS (0,1305475); BJBS (0,1465566) BTN (0,0019994); BJBS (0,1657637) BDI (0,0016580); PB (0,0004623) BDI (0,0007542); BTN (0,0109587) BTN (0,0032152); BMI (0,2740529); BRIS (0,0410880)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
118
Pada tahun 2011 jumlah bank yang menjadi acuan bertambah menjadi delapan bank yang terdiri dari BCN, BDI, PB, BTN, BSMI, BRIS, Bank Panin Syariah (BPS), dan Bank Victoria Syariah (BVS). Benchmark beserta lambda-nya bagi bank-bank inefisien ditunjukkan pada Tabel 4.32. Tabel 4.32 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 Kode Bank BM BRI BCA BNI BCN BDI PB BP BII BTN BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS
Benchmark (Lambda) BCN (2,0837623); PB (1,2521055) BCN (2,1684574); BSMI (3,5848360); BRIS (7,1214721) BCN (2,2318396); BRIS (1,0738144) BCN (1,3903076); BRIS (4,2231190); BPS (13,3177249) BCN (0,5452449); BRIS (0,8957700); BPS (1,8650323) BCN (0,4134188); BRIS (1,4976982); BPS (5,8709799) BCN (0,1600522); BRIS (0,5541708) BCN (0,1407955); BRIS (2,2698176) BCN (0,0123024); BRIS (0,0630560) BDI (0,0063805); BSMI (0,0424308); BPS (0,0942878); BVS (0,1160976) BCN (0,0037452); BSMI (0,0073595); BRIS (0,1519718); BPS (0,4733064) BCS (0,0327639); BSMI (0,3247697); BVS (1,9999694)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Di tahun 2012 jumlah bank yang menjadi acuan tidak mengalami perubahan yaitu enam bank, namun dengan komposisi yang berbeda,
119
terdiri dari BRI, BDI, PB, BSM, BSMI, dan BPS. Tabel 4.33 menunjukkan benchmark (lambda) bagi bank-bank inefisien dan bank-bank inefisien diharapkan mengacu pada bank-bank yang telah ditetapkan sebagai referensinya. Tabel 4.33 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2012 Kode Bank BM BRI BCA BNI BCN BDI PB BP BII BTN BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS
Benchmark (Lambda) PB (2,4051026); BSM (4,0584667) PB (1,3504001); BSM (4,5215957) BDI (0,3091821); PB (0,2732453); BSM (3,3601896); BPS (29,7475114) BDI (0,1443152); PB (0,4272432); BSM (1,4580448); BPS (16,0421071) BSM (1,3650010); BPS (27,2410875) BSM (1,3538227); BPS (17,8671781) BDI (0,0370435); PB (0,4157643); BSM (0,1693259); BPS (18,2410594) BSM (0,5272933); BPS (7,6554638) BSM (0,2483356); BPS (0,2898101) BDI (0,0023968); PB (0,0101218); BSM (0,0341825); BPS (0,0084321) BDI (0,0071334) BDI (0,0059230); BSM (0,0138203); BSMI (0,0112720) BSM (0,0584234); BPS (0,5184807) BDI (0,0504363); BSM (0,0292912); BSMI (0,3013239)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
120
4. Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012 a) Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) Sebelum menguji perbedaan tingkat efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, maka dilakukan uji normalitas dahulu sebagai syarat uji beda independent sample t-test. Uji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tahun2008 Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011 Tahun2012 N
14
15
20
20
20
89.3571
93.2667
86.0500
91.5500
92.2500
12.11869
9.58024
16.41397
9.29332
8.52164
Absolute
.190
.259
.242
.218
.250
Positive
.190
.241
.198
.182
.182
Negative
-.190
-.259
-.242
-.218
-.250
Kolmogorov-Smirnov Z
.711
1.001
1.080
.977
1.118
Asymp. Sig. (2-tailed)
.694
.268
.194
.296
.164
Mean Normal Parameters
a,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah (Output SPSS. 20)
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 (lihat Tabel 4.34) menunjukkan bahwa nilai K-S untuk variabel I (efisiensi tahun 2008) sebesar 0,711 dengan probabilitas signifikasi 0,694 dan nilainya jauh diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Variabel II (efisiensi tahun 2009) 121
mempunyai nilai K-S = 1,001 dengan probabilitas signifikasi 0,268 dan nilainya diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal. Variabel III (efisiensi tahun 2010) memiliki nilai K-S = 1,080 dengan probabilitas signifikasi 0,194 dan nilainya diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal. Selanjutnya adalah variabel IV (efisiensi tahun 2011) memiliki nilai K-S = 0,977 dengan probabilitas signifikasi 0,296 dan nilainya jauh diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal. Dan yang terakhir adalah variabel V (efisiensi tahun 2012) yang memiliki nilai K-S = 1,118 dengan probabilitas signifikasi 0,164 dan nilainya berada diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.34, data nilai efisiensi yang dihasilkan dari metode DEA pada masing-masing bank di tahun 2008-2012 seluruhnya berdistribusi normal.
b) Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Dari hasil pengujian Levene’s test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,453 (sig > α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam yang sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variance assumed) (Nurjannah, 2008: 14). Besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel dengan α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan 122
bahwa t hitung < t tabel sehingga H0 diterima. Berdasarkan nilai probabilitasnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena probabilitas α > = 0,05 maka H0 diterima. Dengan melihat perbandingan nilai t dan probabilitas yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode 2008-2012. Tabel 4.35 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Independent Samples Test Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig. (2tailed)
Equal variances assumed
.567
.453
-1.548
87
.125
-1.529 77.351
.130
Efisiensi Equal variances not assumed
Sumber: Data diolah (SPSS 20)
5. Analisis dan Interpretasi Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah input dan output baik untuk bank konvensional maupun bank syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan pencapaian rata-rata efisiensi teknik bank konvensional dan bank syariah mengalami fluktuasi selama periode pengamatan. Di sisi lain, ada beberapa bank konvensional maupun bank syariah yang mengalami inefisiensi. Ketidakefisienan tersebut disebabkan kurang maksimalnya penggunaan input dan outputnya baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Inefisiensi terjadi pada 123
variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Sutawijaya dan Lestari (2009:53) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas hanya pada hubungan teknik dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan efisiensi teknik hanya perlu menggunakan kebijakan mikro yang bersifat intenal, yaitu dengan cara pengendalian dan mengalokasikan sumber daya secara optimal. Pertama, ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit atau pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank tersebut tetap dapat mampu bersaing.
124
Kedua, ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, inefisiensi input biaya tenaga kerja terjadi karena jumlah biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan lebih besar dari yang dibutuhkan. Besarnya biaya tenaga kerja bisa diakibatkan karena banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Bank konvensional dan bank syariah memiliki masalah yang sama, yaitu peningkatan jumlah tenaga kerja tidak diimbangi dengan skill yang memadai sehingga menyebabkan bank mengalami penurunan produktivitas (Sutawijaya dan Lestari, 2009:61). Kondisi tersebut sesuai dengan teori law of diminishing marginal return, dimana penambahan tenaga kerja justru akan 125
menyebabkan penurunan marjinal tenaga kerja. Rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya (Sutawijaya dan Lestari, 2009:66). Dengan demikian bank dapat mengefisienkan penggunaan tenaga kerjanya karena jika bank merasa karyawan tidak memiliki skill yang cukup maka bank dapat menghentikan atau mem PHK (Putus Hubungan Kerja) karyawan. Cara lainnya yang dapat ditempuh adalah dengan bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitasuniversitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas dan kompeten. Khusus untuk bank syariah, kerjasama dengan Universitas-universitas ini hendaknya dapat dilakukan secara optimal mengingat kebutuhan akan tenaga kerja syariah yang meningkat, namun tidak diimbangi dengan jumlah SDM yang mengerti dengan baik perbankan syariah. Ketidakefisienan output terjadi pada pembiayaan dan pendapatan. pertama, jumlah pembiayaan lebih kecil dari target yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya prinsip kehati-hatian oleh bank sebelum memberikan kredit. Namun hendaknya kehati-hatian yang dilakukan oleh bank tidak menghambat target yang telah ditentukan. Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dan tidak menghambat target yang telah ditentukan serta melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau 126
perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan dapat tecapai serta turut andil dalam pembangunan ekonomi. Kedua, jumlah pendapatan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya).
Langkah tersebut
akan meningkatkan
pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua, penggunaan atau pengalokasian total aset hendaknya digunakan secara optimal sehingga diharapkan pendapatan operasional bank juga akan meningkat. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang maksimal. Bank konvensional masih terlalu dominan dibandingkan dengan bank syariah, terbukti dengan jumlah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah. Kinerja bank syariah yang semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, dan nantinya akan diikuti dengan meningkatnya jumlah simpanan dan aset yang dimiliki. Sehingga kedepannya bank syariah diharapkan mampu bersaing dengan bank konvensional yang telah ada terlebih dahulu.
127
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah, maka dilakukan uji beda independent sample t-test. Berdasarkan hasil uji beda tersebut diketahui besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel dengan α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan bahwa t hitung < t tabel sehingga H0 diterima. Berdasarkan nilai probabilitasnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena probabilitas α > = 0,05 maka H0 diterima. Dengan melihat perbandingan nilai t dan probabilitas yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode 2008-2012. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bader et al. (2008), Shahid et al. (2010), dan Purwanto (2011) bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata efisiensi yang signifikan antara bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
128
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Dari 20 bank yang menjadi sampel penelitian (10 bank konvensional dan 10 bank syariah), hanya terdapat tiga bank yang selalu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen selama periode 2008-2012, terdiri dari dua bank konvensional dan satu bank syariah, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank untuk bank konvensional, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah untuk bank syariah. Sedangkan 11 bank lainnya mengalami kondisi efisiensi yang fluktuatif, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Syariah Mega Indonesia. Bank pendatang baru di tahun 2009 yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah Bank Bukopin Syariah. Selanjutnya bank pendatang baru di tahun 2010 adalah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Seluruh bank tersebut mengalami tingkat efisiensi yang fluktuatif setiap tahunnya. Rata-rata pencapaian efisiensi baik bank konvensional maupun bank syariah mengalami fluktuasi selama periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank 129
konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56 persen. 2. Ketidakefisienan 15 bank tersebut terjadi pada semua variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Ketidakefisienan input simpanan hampir dialami oleh setiap bank. Sedangkan input aset dan biaya tenaga kerja hanya dialami oleh beberapa bank. Hal ini menandakan penggunaan input yang berlebihan dan tidak sesuai target. Pada sisi output, ketidakefisienan pembiayaan dan pendapatan terjadi pada semua bank yang mengalami inefisiensi setiap tahunnya. Hal tersebut menandakan bahwa output yang dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang ditentukan. 3. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan metode parametrik independent sample t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode 2008-2012 dengan melihat nilai signifikasi 2-sisi (H1 ditolak). Dengan tidak ditemukannya perbedaan efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, maka hal ini mengindikasikan bahwa 20 bank yang diteliti telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik meskipun kedua kelompok bank belum berada pada tingkat efisiensi 100 persen.
130
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuaraikan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan: 1. Bank konvensional dan bank syariah yang belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen, dapat melakukan upaya kebijakan internal dengan cara: a. Ketidakefisienan
penggunaan
input
simpanan
oleh
bank
konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit/pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank tersebut tetap dapat mampu bersaing. b. Ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang 131
dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi. Pembelian
aset
tetap
seyogyanya
harus
sejalan
dengan
penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. c. Kebijakan mengenai inefisiensi input biaya tenaga kerja dapat dilakukan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk menggunakan bekerjasama
sistem kontrak dengan
lembaga
untuk
pegawainya
pendidikan
atau
dan
yang
Universitas-
universitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas. Dengan melakukan cara diatas, diharapkan dapat memperkecil biaya tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas bank karena memiliki SDM yang berkualitas. d. Kebijakan yang berkaitan dengan output pembiayaan adalah dengan cara tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaannya 132
dengan tidak menghambat target yang telah ditentukan dan melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan dapat tecapai serta ikut turut andil dalam pembangunan ekonomi. e. Perbaikan inefisiensi output pendapatan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya). Langkah tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua, total aset hendaknya digunakan dan dialokasikan secara optimal sehingga diharapkan berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang maksimal. f. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen hendaknya mengacu kepada bank-bank yang telah efisien dengan menggunakan bobot input-output yang telah ditentukan.
133
2. Efisiensi perbankan merupakan indikator penting untuk melihat bagaimana kinerja bank. Semakin efisien suatu bank, maka akan semakin baik bank tersebut dalam mengelola input secara optimal dan menghasilkan output dengan maksimal. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan bank konvensional dan bank syariah terus meningkatkan efisiensinya agar mampu bersaing dalam dunia perbankan nasional yang berkembang semakin pesat. 3. Dengan tidak ditemukannya perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah berdasarkan hasil uji hipotesis diatas, maka baik nasabah maupun calon nasabah dapat menjadikan seluruh bank yang diteliti sebagai referensi sebagai tempat untuk menitipkan dananya. Namun jika ingin terhindar dari riba, maka bank syariah merupakan pilihan yang tepat. 4. Bagi peneliti yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya mencoba menggunakan analisis efisiensi DEA dengan dengan asumsi VRS (Variable Return to Scale) sehingga seluruh unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, bahwa suatu teknologi dan skala produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Selain itu, menggunakan variabel input biaya-biaya lainnya selain biaya tenaga kerja, sehingga dapat diketahui biaya lain selain biaya tenaga kerja yang mempengaruhi efisiensi suatu bank. Disarankan juga menggunakan sampel lebih banyak dan tahun pengamatan lebih panjang, sehingga diharapkan mendapat hasil yang lebih komprehensif. 134
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zaenal dan Endri. 2009. “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11 No. 1 Hal 21-29. Afiatun, Pipit dan Sudarso Kaderi Wiryono. 2010. “Efficiency and Productivity of Indonesian Islamic Banking”. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol 9 No.3. Hal 264-274. Afif Amrillah, Muhammad. “Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005-2009”. Tesis S2 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro. 2010. Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan di Indonesia (Teori dan Implementasi). Jakarta: Pustaka LP3ES. Ascarya, Diana Yumanita. 2008. “Comparing The Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Tim IAEI. Hal 95-119. Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 4 Mei 2013. Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Syariah. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 4 Mei 2013. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. 2000 Coelli T.J, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis (Computer) Program, No 8/96. Centre For Efficiency and Productivity Analysis Department of Econometric University of New England Armidale, NSW, 2351. Australia. 1996. Endri. 2011. “Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage data envelopment analysis”. STEI Tazkia. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung: Alfabeta. Hadad, Muliaman D., dkk. 2003. Pendekatan Parametrik Efisiensi Perbankan Indonesia. www.bi.go.id. Diakses tanggal 7 Mei 2013.
135
Hadinata, Ivan dan A. H Manurung. 2006. “Penerapan Data Envelopment Analysis Untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Reksa Dana Saham”. Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002)”. Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No 2 Hal 95-110. Johnes, Jill ., dkk. 2009. “Eficiency in Islamic and conventional banks: A comparison based on financial ratios and data envelopment analysis”. Journal Department of Economics Lancaster University. Hal. 1-45. Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lie, C. L. and Lih A. T. 2005. “Application of DEA and SFA on the Measurement of Operating Efficiencies for 27 International Container Ports”. Paper dalam Proceedings of the Eastern Asia Society for Transporation Studies, Vol. 5, Hal. 592-607. Taiwan. Maflachatun. 2010. “Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”. Semarang. Majid, A.M, dkk. 2009.”Efficiency in Islamic and Conventional Banking: an International Comparison”. J Prod Anal 34:25-43. Mardiah, Siti, Dkk. 2006. “Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta Dengan Metode EVA dan MVA Terhadap Return Saham”. Akuntabilitas, Hal 97104. Jakarta Mokhtar, Hamim. S A, et al. 2006. “Efficiency of Islamic Banking in Malaysia: A Stochastic Frontier Approach”. Journal of Economic Cooperation, Vol. 27 , No.2, Hal 37-70. Malaysia. Mokhtar, Hamim. S A, et al. 2008. “Efficiency and Competition Of Islamic Banking in Malaysia”. Humanomics, Vol 24 No 1 hal 28-48 : Emerald Group Publishing Limited. Muhamad, Shamsher, dkk. 2007. “Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using the Stochastic Frontier Approach (SFA)”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal. 107130. Muhamad, Shamsher, dkk. 2008. “Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using the Data Envelopment Analysis 136
(DEA)”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal. 2365. Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3. Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media. Nisfiannoor, Muhammad. 2009. “Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial”. Salemba Humanika: Jakarta Nurjannah. 2008. “Model Pelatihan SPSS”. Melbourne Purwanto, Rakhmat dan Endang Tri Widyarti. 2011. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010). Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Hal 1-30. Putri, Vicky Rahma dan Niki Lukviarman. 2008. “Pengukuran Kinerja Bank Komersial Dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan GoPublic di Indonesia. JAAI. Vol 12 No.1. Hal 37-52 Qureshi, Muhammad Azeem. 2012. “Efficiency of Islamic and Conventional Banks in Pakistan: A Non-parametric Approach”. International Journal of Bussiness and Mangement. Vol 7 No.7. Hal 40-50. Riyadi, Selamet. 2006. “Banking Assets and Liability Management, Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Santoso, Singgih. 2005.” Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik”. Elex Media Komputindo: Jakarta. Shafitranata. 2011. “Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”. Shahid, Haseeb, dkk. 2010. “Efficiencies Comparison of Islamic and Conventional Banks of Pakistan”. International Research Journal of Finance and Economics. Vol. Issue 49: EuroJournals Publishing, Inc. Sufian, Fadzlan. 2007. “The Efficiency Of Islamic Banking Industry In Malaysia: Foreign vs Domestic Bank”. Humanomics, Vol. 23 No. 3 hal 174-192 : Emerald Group Publishing Limited.
137
Sukarno, Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu. 2006. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vol. 3 No. 2 Hal 46-58. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP. Suseno, Priyonggo. 2008. “Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Indsutri Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2. No. 1. Yogyakarta: Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Ekonomi UII. Susilo, Y. S., Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1. Suyatno, Thomas. 1996. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yudhistira, D. 2003. “Efficiency In Islamic Banking: An Empirical Analysis of 18 Banks”. United Kingdom: Departement of Economic, Loughborough University, Leicestershire.
138
139
LAMPIRAN 1 INPUT-OUTPUT BANK KONVENSIONAL 1. Tahun 2008
Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN
I1 273565821 201495222 209534856 163325401 51559458 74492063 46253664 42803015 43712226 31507440
I2 8542498 4631974 5124620 7177359 699121 2835331 2491287 1646718 1188916 1732960
I3 4095822 6317638 3195721 3220991 928439 2270214 375826 922019 926468 616761
O1 159007051 161061059 112846628 112061397 50667223 64983038 36868877 34883337 35375567 32025231
O2 29599453 30997465 22903592 19342076 7174734 14483577 6215115 5712412 6467391 4949590
I1 299721940 254168613 244666004 190734715 86258306 67782107 56307220 45751144 47515274 40216071
I2 9213385 4849153 5830022 7276781 2657825 3053078 2790578 1671601 1240976 1998874
I3 4205057 6587462 4048502 3631842 1899727 2102538 456866 1131892 977340 704882
O1 179687845 205563569 123596037 120768825 82970344 60579191 43220220 41244082 37491774 40732957
O2 35350256 39152486 27195614 22945002 13186705 15883655 7869064 6890972 6738269 6225485
I1 332727856 328778818 277533692 190455122
I2 8631790 5134176 6728964 7135890
I3 4541164 6811989 4204951 3862743
O1 218992542 241064755 154001943 133222846
O2 38831286 43160319 28998395 22964053
2. Tahun 2009
Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN
3. Tahun 2010
Mandiri BRI BCA BNI
140
CIMB Danamon Panin Permata BII BTN
115349204 79541163 75054982 57791510 59507744 45332650
2548296 2599309 3056824 1192631 1301106 2037957
1849727 2545038 550017 1119968 1137429 728772
102074749 75090482 57549199 50589480 49695623 48624640
I1 380236178 372083736 323457283 224901974 127652056 87993957 85536601 79258385 70075044 58649604
I2 9258876 5674281 7708758 7702804 2849963 2872699 3284362 1219442 1418679 2278166
I3 5097336 7695139 4820533 4313755 2009404 2695073 726948 1403686 1386973 911559
O1 273806876 283877226 202268609 158164744 120194922 86699835 70817519 65859107 62574123 59337756
I1 435458912 436084418 370278094 249027580 144144127 90605236 101503070 97884824 85469916 75782530
I2 10513387 6881022 10454233 9134749 3232975 3197904 3533034 1278352 1634012 2626540
20818413 40744621 8931165 7070415 7688299 10472735
4. Tahun 2011
Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN
O2 44885941 53195127 32660092 27152113 23178882 18009027 11632924 8971378 9168357 8995123
5. Tahun 2012
Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Bank Permata BII BTN
I3 6228024 9348523 5694720 5055376 2572600 3063563 935938 1850141 1662817 1011747
O1 339973690 347953020 256713553 192656744 133605301 91532966 91765984 86955200 74318622 75410705
O2 48535454 69178558 38541400 29517085 19644480 18780212 11725984 11534387 10198769 9673959
141
LAMPIRAN 2 INPUT-OUTPUT BANK SYARIAH 1. Tahun 2008
BMI BSM BSMI BRIS
I1 10073953 14796479 2626471 39085
I2 12596715 17063838 3096201 482898
I3 136813 297805 88912 11437
O1 10550732 13327482 2094011 47034
O2 1619080 2407182 404138 42168
I1 13316898 19168005 3947370 2151086 1271855
I2 16027178 22029242 4381991 3178386 1976422
I3 201067 389292 188979 90176 20478
O1 10699976 16019535 3195253 2635647 1283682
O2 1753611 2835217 826672 309955 164343
I1 17442568 28671278 4040981 5762953 1621914 309763 166581 556774 1321909 5162728
I2 21449981 32455189 4660762 6866528 2198542 457143 336941 873850 1933567 6380269
I3 245419 627225 290677 196604 41391 8665 4474 19010 33161 77679
O1 15868648 23777024 3154012 5496519 1616903 216096 28650 433689 1417027 3570980
O2 2022019 3949053 1050416 884233 269888 27635 30300 107041 159038 464683
2. Tahun 2009
BMI BSM BSMI BRIS BBS
3. Tahun 2010
BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS
142
4. Tahun 2011
BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS JBS BNIS
I1 29167560 42133653 4928442 9906411 2291738 419771 465036 864135 2218533 6756261
I2 527950 749746 131497 218670 80837 36442 16503 21406 9518 88098
I3 494942 992864 309747 312778 44443 14955 8666 32755 64417 183764
O1 22398037 36472627 4094797 9128752 1916219 684117 214280 681322 1769445 5310291
O2 3108842 6089553 1078207 1354424 315671 80570 107114 150808 273494 1234078
I1 39420574 46687969 7090422 11948889 2850784 1223578 646323 1261822 3362073 8980035
I2 693411 1189651 136314 267368 86224 39463 19704 19799 143705 153169
I3 660746 979926 323224 323283 50471 18815 22166 39036 78070 280613
O1 32766528 44357760 6213570 11417499 2627337 1512773 476814 1008423 2960606 7692138
O2 3949498 7116458 1452941 1686474 400760 167584 104121 185980 383527 1573811
5. Tahun 2012
BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS
143
LAMPIRAN 3 OUTPUT MAXDEA 1. Tahun 2008
144
2. Tahun 2009
145
3. Tahun 2010
146
4. Tahun 2011
147
5. Tahun 2012
148
LAMPIRAN 4 OUTPUT SPSS 1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Tahun2008
14
89.3571
12.11869
67.00
100.00
Tahun2009
15
93.2667
9.58024
72.00
100.00
Tahun2010
20
86.0500
16.41397
42.00
100.00
Tahun2011
20
91.5500
9.29332
73.00
100.00
Tahun2012
20
92.2500
8.52164
78.00
100.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tahun2008 Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011 Tahun2012 N
14
15
20
20
20
89.3571
93.2667
86.0500
91.5500
92.2500
12.11869
9.58024
16.41397
9.29332
8.52164
Absolute
.190
.259
.242
.218
.250
Positive
.190
.241
.198
.182
.182
Negative
-.190
-.259
-.242
-.218
-.250
Kolmogorov-Smirnov Z
.711
1.001
1.080
.977
1.118
Asymp. Sig. (2-tailed)
.694
.268
.194
.296
.164
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
149
2. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Group Statistics Jenis Bank
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Bank Konvensional
50
88.7400
11.01911
1.55834
Bank Syariah
39
92.5641
12.22120
1.95696
Efisiensi
Independent Samples Test Levene's
t-test for Equality of Means
Test for Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig.
Mean
Std.
95% Confidence
(2-
Difference
Error
Interval of the
Differen
Difference
tailed)
ce
Lower
Upper
Equal variances
.567
.453
-1.548
87
.125
-3.82410
2.46955 -8.73261 1.08440
-1.529 77.351
.130
-3.82410
2.50162 -8.80510 1.15690
assumed Efisiensi
Equal variances not assumed
150