perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : LUQMAN HARUN ZULFIDAR F.0108082
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit i to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit ii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit iii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Apabila Shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu Beruntung” (QS. Al-Jumuah:10) “Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5-6) “Barangsiapa bersungguh-sungguh maka Ia akan mendapatkannya“ (Man jadda wa jadda) “Jika Engkau menginginkan sesuatu, Gapailah itu, Titik.” (-The Pursuit of Happines-) “Inginkanlah sesuatu hal Besar yang bisa disyukuri ketika telah mendapatkannya dan visualisasikanlah keinginan tersebut agar menjadi suatu Kenyataan” (Penulis)
commit iv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk: Kedua Orang tuaku, Ummi dan Abah yang dengan tulus&ikhlas telah mendidik dan memberikan hal yang terbaik buat putranya Kakakku Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat, atas motivasinya selama ini Penghuni Wisma Tsaqofi, tempat pertama menimba ilmu dan banyak belajar dari para sesepuh yang sekarang sebagian basar telah berkeluarga Penghuni Pesma Ar-Royyan, tempat yang nyaman untuk belajar indahnya islam… & special untuk ust.imam dan pak dwi jazakumullah khair atas bimbingannya selama ini Seluruh rekan Organisasi (KEI, JN UKMI, BPPI, SIM, BEM FE, KOPMA), banyak hal positif yang saya dapatkan dari kalian semua. Teman seperjuangan EP’08, kalian semua Luar Biasa… Semoga di masa depan kita dapat berkumpul dalam keadaan Successs, See u at the Top! Penghuni Griya Sehat (GS) dan seluruh Keluarga Besar Para Pemilik Masa Depan Gemilang (Nopal, bos Faik, pak Kholiq, bang Udin, bung Roni, mz Reeza, mz Hasan, Insan, Anam,), mari kita rapatkan barisan untuk berbaris menuju Kesuksesan yang hakiki…
commit v to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil di Kota Surakarta Tahun 2011 Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret jurusan Ekonomi Pembangunan Program Strata-1 di Surakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. dukungan serta perhatian yang telah diberikan memberikan semangat tersendiri untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada: 1.
Dr. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan segenap Pembantu Dekan serta jajaran di Fakultas Ekonomi yang telah memberikan izin penelitian.
2.
Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Akhmad Daerobi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
commit vi to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FE UNS khususnya Dosen Ekonomi Pembangunan (Bu Izza, Pak Malik, Pak Suryanto, Pak Hery dll) yang membimbing dan mengajarkan ilmunya kepada penulis.
5.
Orang tuaku Abah Zaenal Arifin S,Ag dan Ummi tercinta Nurhayati Mustika S,Pd, Kakakku Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat yang senantiasa memberikan doa, dukungan serta motivasinya kepada penulis.
6.
Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008. Terima kasih atas kerjasama, dukungan dan bantuannya selama ini.
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya sebagai balasan atas
segala budi baik yang telah dilakukan. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit vii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i ABSTRAKSI ................................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................ v LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 B. Perumusan Masalah......................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian............................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ....................................................... 8 B. Teori Efisiensi .................................................................................. 27 C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) .................... 46 D. Pengukuran Efisiensi dengan DEA ................................................ 47 E. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 52 F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 54 G. Hipotesis......................................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 56 commit viii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 56 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 56 D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................. 57 E. Metode Analisis Data ..................................................................... 59 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 66 B. Analisis Variabel Input Output ...................................................... 68 C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 72 D. Analisis Ketidakefisienan BMT ..................................................... 86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 96 B. Saran ............................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit ix to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Fungsi dan Prinsip/Produk BMT ……………………………………………… 21 Tabel 2.2 Produksi dengan Satu Input Variabel.................................................................... 37 Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasar Agama di Kota Surakarta................................... 67 Tabel 4.2 Jumlah Modal, Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …….... …… 67 Tabel 4.3 Data Jumlah Variabel Input Modal....................................……………................ 68 Tabel 4.4 Data Jumlah Variabel Input Biaya Total....................................………............... 69 Tabel 4.5 Data Jumlah Variabel Input Jumlah Tenaga kerja...........................……............ 70 Tabel 4.6 Data Jumlah Variabel Output Pendapatan.....................................……................ 71 Tabel 4.7 Data Jumlah Variabel Output Pembiayaan..........................…………….............. 72 Tabel 4.8 Tingkat Efisiensi BMT.......................................................……………............... 73 Tabel 4.9 Kriteria Efisiensi BMT.......................................................……………............... 74 Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data BMT At-Taubah.........................……………............... 76 Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Data BMT Pedagang Pasar Surakarta.....................................77 Tabel 4.12 Hasil Pengolahan Data BMT Mawaddah Aisyiyah.........................…................ 78 Tabel 4.13 Hasil Pengolahan Data BMT Raharjo...............................…………….............. 79 Tabel 4.14 Hasil Pengolahan Data BMT Rindang Rizky....................…………….............. 80 Tabel 4.15 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera............................……………............... 81 Tabel 4.16 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera Banjarsari............……………........... 82 Tabel 4.17 Hasil Pengolahan Data BMT Surya Buana........................……………............. 83 Tabel 4.18 Hasil Pengolahan Data BMT Wanita Melati Harapan.......……………..........
84
Tabel 4.19 Uji One Sample T Test......................................................…………….............. 85 Tabel 4.20 Target Capaian Input dan Output BMT .....................................……................ 86 Tabel 4.21 Kriteria Efisiensi Variabel Input Modal...........................……………............... 88 Tabel 4.22 Kriteria Efisiensi Variabel Input Biaya...........................……………................ 89 Tabel 4.23 Kriteria Efisiensi Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja ..……………............... 90 Tabel 4.24 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pendapatan.................……………............... 91 Tabel 4.25 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pembiayaan................……………...............92 commit x to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Struktur Organisasi BMT.................................................................................. 13 Gambar 2.2. Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal................ 34 Gambar 2.3. Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product.............................. 39 Gambar 2.4. Kurva Produksi Sama........................................................................................42 Gambar 2.5. Kurva Biaya Sama............................................................................................ 43 Gambar 2.6. Kurva Memaksimumkan Produksi atau Meminimumkan biaya.......................45
commit xi to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Variabel Input dan Output Lampiran 2. Hasil Analisis DEA Lampiran 3. Daftar Sample Penelitian BMT Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
commit xii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit xiii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
LUQMAN HARUN ZULFIDAR F01080082
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis tingkat efisiensi BMT di Kota Surakarta. Efisiensi merupakan ukuran untuk menilai capaian keberhasilan sebuah lembaga dalam mencapai tujuannya. Terdapat 9 BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan berupa variabel input dan variabel output. Variabel input terdiri dari modal, biaya total dan jumlah tenaga kerja, sedangkan variabel output terdiri dari total pendapatan dan pembiayaan. Hasil dari analisis data menyebutkan bahwa tingkat efisensi BMT di Kota Surakarta terdapat 4 BMT yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100%. BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 90%-99,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 70%-89,9% tidak ada, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 50%-69,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru mencapai tingkat efisiensi 40%-49,9% berjumlah 1 BMT, sedangkan untuk BMT yang tingkat efisiensinya di bawah 40% tidak ada. Hasil analisis BMT secara keseluruhan menyatakan bahwa BMT di Kota Surakarta belum memiliki efisiensi yang baik. Saran bagi BMT yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%, yaitu dapat lebih mengoptimalkan alokasi input yang dimiliki dalam operasional agar mampu menghasilkan output yang lebih optimal dengan mengacu pada benchmark masingmasing. Selain itu BMT juga dapat melakukan perbaikan kebijakan untuk pencapaian efisiensi. Bagi BMT yang sudah mencapai efisiensi 100% juga perlu meningkatkan promosi guna menarik lebih minat masyarakat dan semakin mengenalkan BMT kepada masyarakat luas. Kata kunci: Efisiensi, BMT, One Sample T-Test, Data Envelopment Analysis
commit to user
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha skala mikro di Indonesia merupakan kegiatan usaha nonformal yang sangat signifikan jumlahnya apabila dibandingkan dengan usaha skala kecil, menengah, dan besar. Salah satu bentuk dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) saat ini yang berkembang pesat di masyarakat adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan sebuah lembaga yang tidak hanya berorientasi bisnis namun juga berorientasi pada nilai sosial, dan juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan mikro syariah lainnya (Ridwan, 2004), Dengan munculnya begitu banyak BMT di Indonesia ternyata masih belum sepenuhnya didukung oleh faktor-faktor yang dapat mendukung BMT untuk dapat terus berkembang dan berjalan dengan baik. Menurut Santoso (2003) dan Heri Pratikto (2011) menyebutkan bahwa fakta di lapangan menunjukkan banyak BMT yang gagal dan tenggelam karena berbagai macam permasalahan. Hal inilah yang kemudian mendorong perlu dilakukannya pengukuran efisiensi terhadap BMT dalam meningkatkan efisiensi usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah situasi perekonomian global. commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Heri Pratikno (2011) menjelaskan bahwa pengukuran terhadap kinerja efisiensi suatu lembaga keuangan penting untuk dilakukan yang berguna sebagai dasar perhitungan kesehatan dan pertumbuhan lembaga keuangan tersebut. Ada dua komponen yang digunakan dalam pengukuran kinerja efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan output semaksimal mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input tertentu. Menurut Suseno (2008), menyatakan bahwa efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hal ini juga dapat diterapkan pada Lembaga Keuangan Mikro semisal BMT. BMT adalah suatu lembaga keuangan mikro atau lembaga keuangan syariah masyarakat atau bisa juga disebut sebagai lembaga ekonomi
masyarakat
berbadan
hukum
koperasi
yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah. Syariah didefinisikan sebagai ketetapanketetapan yang telah diwajibkan Allah atas orang-orang mukallaf (yaitu orang yang menurut syara’ sudah dikenai beban serta tanggungjawab untuk mematuhi segala ketentuan hukum (syariah) yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya (Imam Fakhrurrazy dalam Ilmi, 2002). commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut data Kemenkop dan UKM tahun 2011, total Koperasi Simpan Pinjam (KSP), dan Koperasi Kredit di Indonesia sebanyak 71.365 unit. Dari jumlah itu, sebanyak 2.508 unit merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Total aset KJKS ini mencapai Rp 13,23 triliun dari total aset KSP secara keseluruhan Rp 18,72 triliun. Jumlahnya bertumbuh setelah banyak BMT sudah memilih badan hukumnya koperasi. Ketua Umum BMT Center, Jularso, juga menyatakan sejak berdiri pada tahun 2005 hingga sekarang, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) atau juga dikenal Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) telah menyalurkan pembiayaan kepada sekitar 3 juta nasabah mikro. Pertumbuhan LKMS dari tahun ke tahun terus meningkat. Secara kelembagaan sekarang sudah ada sekitar 4.000 BMT. Mereka mengelola aset sekitar Rp 3 triliun rupiah. BMT itu umumnya berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) (Kompas, Senin 18/10/2010). Sabirin
(2001) menjelaskan bahwa untuk
memberdayakan
masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satunya bisa melalui pembiayaan usaha kredit mikro. Lembaga Keuangan Mikro ini (BMT) bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana penduduk miskin atas ketersediaan dana. Lain halnya jika dibanding dengan lembaga keuangan formal perbankan misalnya, penduduk miskin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
sulit untuk mendapatkan akses karena kendala persyaratan formal yang harus dipenuhi. Banyaknya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia ternyata masih belum memberikan sinyal positif. Sebagai lembaga keuangan mikro yang mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat ekonomi lemah, banyak tantangan dan permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam proses perkembangan BMT, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Selain kelemahan internal, BMT juga dihadapkan pada tantangan yang lebih berat. BMT tidak dapat lagi mengandalkan modal kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah, seperti keharaman riba dan sistem bunga serta menjalankan sistem ekonomi berdasarkan syariah Islam (Sadrah dkk, 2004). Secara eksternal, Bank Syariah dan BPRS-BPRS dengan fasilitas dan permodalannya yang kuat juga semakin mempersempit ruang gerak BMT-BMT. Oleh karenanya BMT harus mampu meningkatkan efisiensi usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah situasi perekonomian global. Penelitian ini didasari oleh adanya research gap mengenai efisiensi dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis yaitu penelitian Muharram dan Purvitasari (2007) yang meneliti efisiensi perbankan syariah pada tahun 2005 dengan menggunakan data kuartal pada tahun 2005, yang menggunakan jumlah simpanan dan biaya operasional lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
sebagai variabel input dan menggunakan jumlah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Penelitian ini menemukan bahwa Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi selama tahun 2005. Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami inefisiensi pada kuartal I, III, IV, sedangkan kuartal II tahun 2005 mengalami efisiensi, sedangkan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) mengalami tingkat efisiensi pada kuartal I,III, IV tahun 2005 dan mengalami inefisiensi pada kuartal II tahun 2005. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamim S. A Mokhtar, dkk (2008) pada perbankan di Malaysia di mana BUS mempunyai nilai efisiensi yang lebih besar daripada UUS, selain itu perbedaan hasil penelitian juga tampak dari penelitian yang dilakukan Aryanto Yudho (2007) yang menyatakan bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami efisiensi sepanjang periode 2005. Bank Syariah Mandiri (BSM) mencapai tingkat efisiensi pada kuartal I dan II periode 2005 sedangkan kuartal III dan IV periode 2005 mengalami inefisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Bank Mega Syariah Indonesia pada kuartal I dan II mengalami inefisiensi sedangkan kuartal III dan IV periode 2005 efisien dalam kegiatan operasionalnya. Adanya perbedaan hasil penelitian mengenai efisiensi perbankan ini dijadikan acuan dalam penelitian ini karena pada dasarnya fungsi dari Bank sama dengan fungsi dari BMT yaitu sebagai lembaga intermediasi. Selain itu penelitian mengenai efisiensi BMT masih jarang dilakukan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga penelitian ini mengacu pada penelitian efisiensi perbankan. Dengan adanya research gap ini maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi tentang BMT. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul "ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA).”
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan,dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota Surakarta tahun 2011?
2. Apakah BMT Kota Surakarta tahun 2011 secara keseluruhan sudah efisien? 3. Apakah masing-masing variabel dalam penelitian sudah efisien secara keseluruhan?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota Surakarta tahun 2011.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk mengetahui efisiensi BMT di Kota Surakarta tahun 2011 secara keseluruhan.
3. Untuk mengetahui skala efisiensi dari masing-masing variabel dalam penelitian secara keseluruhan.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi, antara lain: 1. Bagi penulis, dapat mengetahui aplikasi dari teori-teori yang diperoleh dengan
mengembangkan analisis efisiensi dengan metode DEA serta
menambah pengetahuan mengenai perkembangan Lembaga Keuangan Mikro, khususnya BMT. 2. Bagi pihak BMT, dapat mengetahui masing kinerjanya dengan melihat tingkat efisiensi yang dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan serta kebijakan ke depan 3. Bagi kalangan akademisi, dapat sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan studi dan penelitian selanjutnya. 4. Bagi pemerintah, untuk dapat mengetahui perkembangan Lembaga Keuangan Mikro khususnya BMT.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) 1. Sejarah dan Pengertian BMT Keuangan mikro di Indonesia telah dimulai dengan didirikannya Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa. Kedua lembaga ini dibentuk untuk membantu melepaskan petani, pegawai, dan buruh dari rentenir atau lintah darat. Pada tahun 1929, Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Staatblad 1929 No. 37 tentang pendirian Badan Kredit Desa (BKD) yang ditujukan untuk menangani kredit pedesaan di Jawa dan Bali. Pada tahun 1930 ditetapkan peraturan tentang Algemen Volkskrediet Bank (AVB) yang kemudian menjadi cikal bakal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Afdeelings Bank (AB) yang saat ini berkembang menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pada tahun 1970 Pemerintah mencanangkan program kredit bimbingan massal atau intensifikasi massal yang melibatkan BRI melalui BRI Unit Desa sebagai penyalur kredit mini dan midi. Namun karena terjadi kemacetan, sejak tahun 1984 penyaluran kredit dan tabungan baru yang bernama Kredit Umum dan Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedes) yang bersifat komersial. Pada masa itu telah ada beberapa lembaga keuangan mikro yang dibentuk oleh pemerintah daerah, user (LDKP) di Jawa Barat, Badan seperti Lembaga Dana dancommit Kredit to Pedesaan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali (Usman dkk, 2004) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) termasuk ke dalam kelompok LKM non formal dengan badan hukum koperasi. Sejarah berdirinya BMT di Indonesia bermula oleh Aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang mendirikan Koperasi Jasa Keahlian Teknosa pada tahun 1980. Koperasi inilah yang kemudian menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun 1984 yang kemudian berkembang semakin pesat oleh dukungan badan hukum usaha koperasi dan kesadaran masyarakat akan sistem tabungan dan pinjaman yang terbebas dari adanya unsur bunga. Menurut Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau padanan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah suatu lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan menggunakan prinsip bagi hasil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua lembaga yaitu:
1. Baitul Maal Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang berorientasi sosial keagamaan yang usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat berupa Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 2. Baitul Tamwil Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan ataupun deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan. Menurut Dewi (2007), kegiatan BMT meliputi: 1. Penghimpunan
dana
dari
masyarakat/anggota
dalam
bentuk
simpanan pokok maupun sukarela 2. Pemberian pembiayaan kegiatan usaha ekonomi kepada masyarakat 3. Menerima titipan dan mengelola pemanfaatan Zakat, Infaq, dan Shadaqah menurut ketentuan syariah Kegiatan operasional BMT diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Fungsi utama DPS yaitu sebagai penasehat, pemberi saran, pemberi fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan produk (Ridwan, 2004). Dengan demikian produk yang dikeluarkan oleh BMT harus mendapatkan persetujuan dari DPS terlebih dahulu. Selain itu DPS berfungsi sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional atau Dewan Pengawas Syariah Propinsi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Menurut AD/ART BMT pasal 15, BMT tunduk pada keputusankeputusan Dewan Pengawas Syariah PINBUK pusat, Dewan Pengurus Syariah PINBUK propinsi, dan Dewan Pengawas Syariah PINBUK kabupaten/kota serta Dewan Pengawas Syariah BMT. Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), karenanya fatwa DSN menjadi bagian dari pengawasan syariah oleh DPS. Dengan demikian yang paling berwenang dalam merumuskan fatwa mengenai sistem keuangan syariah adalah DSN. Sedangkan DPS hanya berfungsi sebagai pelaksana atas fatwa tersebut (pinbukpress.com). BMT secara hukum merupakan koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), secara status BMT adalah lembaga dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat, kelompok simpan pinjam yang berbentuk koperasi berbadan hukum. Untuk operasional BMT berlandaskan segala bentuk usaha sesuai dengan syariah islam. Kriteria yang harus dipenuhi BMT yaitu: a) Menjauhkan diri dari unsur riba atau bunga. b) Menjauhkan diri dari maysir (judi) dan gharar (tidak jelas). c) Menerapkan sistem bagi hasil, jual beli, dan sewa.
2. Tujuan dan Sifat BMT Tujuan didirikannya sebuah BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat pada umumnya serta mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera. Anggota BMT harus diberdayakan (empowering) agar mampu mandiri. Pemberian pinjaman modal tersebut diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh nasabah untuk memajukan usahanya. BMT memiliki sifat bisnis dan sosial. Sifat bisnis dimaksudkan agar pengelolaan BMT dapat dijalankan secara professional, sehingga mencapai tingkat kinerja maksimal. Aspek bisnis BMT menjadi kunci sukses dalam mengembangkan BMT dalam bentuk hasil yang kompetitif kepada para deposannya serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya sejajar dengan lembaga lainnya. Sedangkan aspek sosial BMT berorientasi pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Struktur Organisasi dan Manajemen BMT
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BMT Rapat Anggota Tahunan (RAT)
INSTANSI TERKAIT
PENGURUS Ketua, Sekretaris, Bendahara
PINBUK/ ABSINDO/ PEMBINA
MANAGER Umum Kasir / Pelayanan Anggota
Penggalangan Dana
Berikut
adalah
Pembukuan
penjelasan
tentang struktur
Pembiayaan / Marketing
organisasi
dan
manajemen BMT : (1) Rapat Umum Anggota (RUA) Rapat Umum Anggota adalah Rapat Anggota Tahunan yang diikuti oleh para pendiri dan anggota penuh BMT (anggota commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah menyetor uang simpanan pokok dan simpanan wajib). RUA mempunyai wewenang atau kekuasaan tertinggi di dalam BMT yang berfungsi untuk: a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya umum dalam rangka pengembangan BMT sesuai dengan AD dan ART. b. Mengangkat Pengurus dan Dewan Syariah BMT setiap periode dan juga dapat memberhentikan pengurus apabila melanggar ketentuan-ketentuan BMT. c. Menetapkan Rencana Kerja, Anggaran Pendapatan dan Belanja BMT serta pengesahan laporan keuangan. d. Melakukan pembagian Sisa Hasil Usaha. (2) Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) berwenang melakukan pengawasan penerapan konsep syariah dalam operasional BMT dan memberikan nasehat serta konsultasi dalam bidang syariah. Adapun tugas dari DPS adalah : a. Membuat
pedoman
syariah
dari
setiap
produk
penghimpunan dana maupun produk pembiayaan BMT. b. Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh kegiatan operasional BMT. c. Melakukan pembinaan ataupun konsultasi dalam bidang syariah bagi pengurus, pengelola maupun anggota BMT. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Pengurus Kepengurusan BMT terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Fungsi dan tugas masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Ketua Bertugas memimpin Rapat Umum Anggota dan Rapat Pengurus; memimpin Rapat bulanan Pengurus dengan Manajemen, menilai kinerja bulanan dan kesehatan
BMT.
Melakukan
pembinaan
kepada
pengelola.Menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh anggota
BMT
sebagaimana
tertuang dalam
AD/ART BMT, khususnya mengenai pencapaian tujuan. 2. Sekretaris Bertugas membuat serta memelihara Berita Acara yang asli dan lengkap dari Rapat Umum Anggota dan Rapat Pengurus. Bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada Anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan
AD/ART.
Memberikan
catatan-catatan
keuangan BMT hasil laporan dari pengelola serta memberikan saran pada Ketua tentang berbagai situasi dan perkembangan BMT. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bendahara Bertugas bersama manajer operasional memegang rekening bersama (counter sign) di Bank Syariah terdekat.
Selain
itu
juga
bertanggung
jawab
mengarahkan, mengevaluasi pengelolaan dana oleh pengelola. (4) Pembina Manajemen Pembina Manajemen mempunyai tugas dan wewenang melakukan pembinaan, pengawasan dan konsultasi dalam bidang manajemen BMT, yaitu antara lain : a. Pembinaan dan pengembangan sistem. b. Memberikan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan sistem apabila diperlukan. (5) Manajer BMT Manajer BMT memiliki kewenangan dan tugas antara lain : a. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan keuangan secara periodik. b. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan oleh DPS. c. Membuat
laporan
pembiayaan
baru,
perkembangan
pembiayaan, dana, rugi laba secara periodik kepada DPS. (6) Penggalangan Dana commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagian Penggalangan Dana memiliki wewenang dan mempunyai tugas: a. Melakukan kegiatan penggalangan tabungan anggota atau masyarakat. b. Menyusun rencana penggalangan tabungan. c. Mendiskusikan strategi penggalangan dana bersama manajer dan pengurus. (7) Pembiayaan (Marketing) Bagian Pembiayaan memiliki wewenang melaksanakan kegiatan pemasaran dan pelayanan baik kepada calon nasabah maupun kepada calon peminjam serta melakukan pembinaan agar tidak terjadi kemacetan pengembalian pinjaman. Tugasnya antara lain adalah : a. Menyusun rencana pembiayaan. b. Menerima permohonan pembiayaan. c. Melakukan analisa pembiayaan. d. Melakukan administrasi pembiayaan. e. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.
(8) Kasir / Pelayanan Anggota Kasir memiliki wewenang melakukan pelayanan kepada anggota terutama nasabah penabung serta bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar. Adapun tugasnya antara lain : commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Melayani dan membayar pengambilan tabungan. b. Membuat buku kas harian. c. Menangani pembukuan kartu tabungan. (9) Pembukuan Bagian pembukuan berwenang menangani administrasi keuangan dan menghitung bagi hasil serta menyusun laporan keuangan dan memiliki tugas antara lain : a. Menangani administrasi keuangan. b. Mengerjakan jurnal dan buku besar. c. Melakukan perhitungan bagi hasil. d. Menyusun laporan keuangan secara periodik.
4. Produk-produk BMT BMT memiliki layanan produk-produk perbankan seperti bank syariah pada umumnya yang pada prinsipnya tanpa mengandung unsur bunga dengan menggunakan sistem syariah yaitu dengan bagi hasil, jual beli, sewa atapun jasa.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Fungsi dan Prinsip/Produk BMT No. 1
Fungsi
Prinsip/Produk
Pengumpulan dana (fundrising)
Titipan (wadiah) Bagi hasil (mudharabah)
2
Penyaluran
dan
pengelolaan
dana Bagi hasil, Jual beli, Sewa
(financing) 3
Jasa
Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Qard
4
Sosial (tabarru’)
Zakat, Infaq, Shadaqoh
Sumber : M. Syafii Antonio (2003)
a. Mekanisme Penghimpunan Dana BMT Pelayanan dalam bentuk simpanan dengan syarat tertentu dalam hal penyertaan dan penarikannya. Akad-akad tabungan dalam BMT yaitu antara lain : 1. Akad Wadi’ah Wadi’ah berarti titipan.Prinsip simpanan wadi’ah merupakan akad penitipan barang atau uang kepada BMT. Akad Wadi’ah ditinjau
dari
boleh
tidaknya
penerima
titipan
untuk
memanfaatkan titipan tersebut dibedakan kedalam dua macam, yaitu: commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Wadiah al-Amanah Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan kepadanya. Atas pengembangan produk ini, BMT dapat mensyaratkan adanya jasa (fee) kepada penitip (muwadi’) sebagai imbalan atas
pengamanan,
pemeliharaan
dan
administrasinya
(Ridwan, 2004). b. Wadiah ad Dhamanah Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan boleh memanfaatkan barang yang dititipkan dengan syarat, apabila pemilik sewaktu-waktu ingin mengambil barangnya kembali, barang tersebut harus dalam keadaan seperti semula. Atas akad ini deposan akan mendapatkan imbalan berupa bonus, yang tentu saja besarnya sangat tergantung dengan kebijakan manajemen BMT.
2. Akad Mudharabah Mudharabah merupakan akad kerjasama modal dari pemilik
dana
(shohibul
maal)
dengan
pengelola
dana
(mudhorib) atas dasar bagi hasil. Berbagai sumber dana tersebut pada prinsipnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni; dana pihak pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar) dan dana pihak ketiga (simpanan). commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Dana Pihak Pertama (DP I) Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat pendirian. Dana ini dapat terus dikembangkan, seiring denganperkembangan BMT. Sumber dana pihak pertama terdiri dari: 1. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan) Simpanan Pokok Khusus yaitu simpanan modal penyertaan, yang dapat dimiliki oleh individu maupun lembaga dengan jumlah setiap penyimpan tidak harus sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam rapat. 2. Simpanan Pokok Simpanan pokok yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT. Besarnya simpanan pokok harus sama. 3. Simpanan Wajib Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan
permodalan
dan
anggotanya.
Besarnya
simpanan wajib setiap anggota sama (Ridwan, 2004). b. Dana Pihak ke II (DP II) Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Dana ini bersifat tidak terbatas. Dengan demikian, kemampuan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BMT dalam menanamkan kepercayaan pada calon investor akan sangat berpengaruh terhadap besarnya DP II.
c. Dana Pihak Ketiga (DP III) Dana ini merupakan simpanan suka rela atau tabungan dari paraanggota BMT. Jumlah dan sumber dana ini sangat
luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara
pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi tabungan dan deposito.
b. Mekanisme Penyaluran Dana BMT Kegiatan operasional yang juga penting dalam BMT adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan. Dalam kegiatan penyaluran dananya, secara garis besar pembiayaan BMT dapat dibedakan menurut tujuanpenggunaannya, yaitu: 1. Jual beli Jual beli adalah akad antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli di mana objeknya adalah barang dan harga. Penerapan akad jual beli ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Murabahah, yaitu jual beli barang sebesar harga pokok barang to useryang telah disepakati. ditambah margincommit keuntungan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Salam, yaitu jual beli barang melalui pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. c. Istishna, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
2. Bagi hasil Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat karena memangfungsinya sebagai pengganti bunga (Suhendi, 2004). Dalam prakteknya BMT dapat menggunakan akad ini dalam dua sisi sekaligus, yaitu sisi penghimpunan dana (funding) dan sisi penyaluran dana (lending). Penerapan akad bagi hasil dalam bentuk penghimpunan dana melalui produk simpanan, sedangkan dalam
penyaluran dana adalah pada produk pembiayaan
Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih,pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan suatu modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad atau perjanjian keuntungan (Karim, 2004).Bentuk kerjasama ini commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa modal 100% dari shahibul maal dengan keahlian dari mudharib. b. Pembiayaan Musyarakah Musyarakah merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan dua pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001). Bentuk kontribusi pihak-pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang, perdagangan, kewiraswastaan, keterampilan, kepemilikan, peralatan, dan intangible asset seperti nama baik (good will) serta kepercayaan.
3. Sewa-Menyewa Sewa menyewa yaitu perjanjian yang objeknya merupakan manfaat atas suatu barang atau pelayanan, sehingga bagi pihak yang menerima manfaat berkewajiban membayar uang sewa atau upah (ujrah). BMT menggunakan akad ini dalam produk penyaluran dana berupa pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah muntahia
bit
tamlik.
Adapun
pengertian
dari
jenis-jenis
pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ijarah Transaksi ijarah yaitu adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli, namun commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Pada prinsip jual beli objek transaksinya adalah barang sedangkan ijarah objek transaksinya adalah jasa (Karim, 2004). b. Ijarah Muntahia Bit Tamlik Transaksi Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) hampir sama dengan transaksi ijarah, hanya saja transaksi ini memberikan pilihan bagi penyewa untuk membeli barang yang disewa.
4. Prinsip Jasa Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta’awun atau tabarru’. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebajikan (Ridwan, 2004). Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Al Wakalah (Wakil) Wakalah dapat berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah.
b. Kafalah (Garansi) Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditanggung. Dalam praktiknya BMT dapat berperan sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya. c. Al Hawalah (Pengalihan Piutang) Al Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. d. Ar Rahn (Gadai) Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
5. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial Dalam operasional BMT transaksi pinjam-meminjam dikenal dengan nama pembiayaan qardh, yaitu pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus ataupun diangsur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Produk jasa merupakan produk yang saat ini banyak dikembangkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) termasuk juga BMT (Suhendi, 2004). Adapun mengenai produk jasa misalkan
didasarkan
pada
akad
wakalah.BMT
dalam
menggunakan akad ini misalnya dalam perpanjangan SIM, KTP, STNK dan sebagainya. Dengan demikian BMT akan mendapatkan fee dari transaksi ini. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Teori Efisiensi Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Menurut Syafroedin (dalam Muharram dan Purvitasari, 2000). Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila: 1. Menggunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan output yang sama. 2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara teknis apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya yang
minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi,
produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga harus dapat memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga output. Produsen dapat berproduksi dengan efisien jika :
commit to user ……………..
(2.1)
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Dimana MP1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja (L), MPk adalah produk marginal faktor produksi kapital, dan MPa adalah produk marginal faktorA, sedangkan P1,Pk, dan Pa masing-masing adalah harga sumber-sumber tersebut.(Wijaya dalam Rifki, 2010). Menurut Endang Suhendar (dalam Suryani 2005), menyatakan bahwa ada beberapa macam cara untuk mengukur atau membandingkan tingkatan efisiensi antar perusahaaan yaitu (1) Efisiensi Teknis, dua perusahaan mempunyai tingkatan efisiensi teknis yang berbeda jika pada tingkat penggunaan input yang sama, output yang dihasilkan berbeda. Efisiensi teknis mengukur keberhasilan suatu kegiatan ekonomi dalam memproduksi output maksimal dari kombinasi input tertentu, pada umumnya input yang dipergunakan dalam proses produksi biasa digambarkan dengan menggunakan kurva isoquant, fungsi produksi (production function), fungsi biaya (cost function), dan fungsi keuntungan (profit function); (2) Efisiensi Alokatif (efisiensi harga), dua perusahaan mempunyai kesanggupan yang berbeda dalam hal menyamakan nilai produk marginal (marginal value product) dari input peubah terhadap harga peluang sehingga gagal memaksimumkan harga. Efisiensi alokatif mengukur keberhasilan perusahaan dalam mengalokasikan input untuk mencapai keuntungan maksimum; (3) Efisiensi Ekonomi, dua perusahaan mempunyai tingkat efisiensi yang berbeda walaupun keduanya beroperasi pada kondisi pasar faktor produksi atau pasar produk yang sama namun commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mungkin masing-masing mendapat perlakuan harga yang berbeda atau dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Selanjutnya akan dibahas mengenai teori produksi.
1. Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi modal, tenaga kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2007). Menurut Adiningsih (2003) yang dimaksud dengan produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang bertambah.
2. Fungsi Produksi Dalam ilmu ekonomi hubungan antara input dengan output digambarkan dalam suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input (Adiningsih, 2003). Fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Q = f (L, K, X, E)
…………………
Dimana: Q
= Output commit to user
(2.2)
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L, K, X, E = Input (tenaga kerja, modal, bahan baku, keahlian keusahawan) Hubungan antara input dan output cukup kompleks karena beberapa
input
atau
faktor
produksi
secara
bersama-sama
mempengaruhi output (Wijaya, 1991). Analisis sementara dianggap bahwa faktor-faktor produksi lain yang digunakan kecuali tenaga kerja tetap konstan kuantitasnya, sehingga dapat diketahui secara lebih jelas bagaimana pengaruh suatu faktor produksi terhadap kuantitas produksi. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : …………………
(2.3)
Tanda bar menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut konstan tak berubah sehingga secara lebih sederhana dapat dituliskan sebagai berikut : ………………….
(2.4)
Artinya bahwa kuantitas yang diproduksi dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan saja, apabila salah satu faktor produksi merupakan faktor yang dapat diubah (variable input) untuk menghasilkan sejumlah output, sedangkan faktor produksi lain dianggap tetap (fixed input) maka kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, semua faktor produksi merupakan faktor variabel yang dapat diubah (variable input).
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hubungan Persamaan-Persamaan dalam Fungsi Produksi Menurut W. Nicholson (1999), hubungan persamaan-persamaan dalam fungsiproduksi meliputi: a. Total Product (TP), adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi dan pada umumnya dilambangkan dengan TP atau Q (Quantity). b. Marginal Product(MP), adalah perubahan faktor produksi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan faktor produksi variabel. Apabila faktor produksi yang berubah adalah tenaga kerja, Marginal Product nya disebut Marginal Product of Labor (MPL). MPLmenunjukkan perubahan Q yang dihasilkan dari setiap perubahan pemakaian L. Apabila penyebab dari timbulnya Marginal Product adalah perubahan modal, maka disebut Marginal Product of Capital (MPC). Apabila ΔL adalah perubahan tenaga kerja dan ΔQ adalah perubahan produksi total, MPL dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut: (2.5) c. Average Product (AP), adalah besarnya rata-rata produksi yangdihasilkan oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Apabila L menunjukkan
tenaga kerja yang
digunakan, Average Product nya disebut Average Product of commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Labor (APL). APL menunjukkan jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja. (2.6) Ada tiga tahapan yang dapat diklasifikasikan dari produk marjinal (W. Nicholson, 1999), yaitu: a. Produk marjinal terus naik pada keadaan produk total yang mengalami kenaikan (tahap I). Tahap ini disebut irrational region, di mana pada saat APL naik hingga APL maksimum. b. Produk marjinal mengalami penurunan pada saat keadaan produk total yang terus naik (tahap II). Tahap II ini disebut rational region, di mana pada saat APL maksimum hingga TPL maksimum. Pada saat APL mencapai maksimum, tercapai kondisi efisiensi teknis. Dalam konsep efisiensi teknis, kondisi ini merupakan suatu tingkat pemakaian faktor produksi dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila kondisi tersebut dapat memberikan AP L yang lebih besar. c. Produk marjinal terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan produk total yang juga turun (tahap III).Tahap III disebut irrational region, di mana pada saat TPL maksimum hingga TPL menurun.
Hubungan antara produk marjinal dan produk rata-rata (average product), to user adalah apabila produk rata-ratacommit yang merupakan perbandingan antara produk
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
total dengan jumlah unit input yang digunakan. Adanya hubungan antara produk marjinal dengan produk rata-rata dapat diperoleh melalui proses-proses, yaitu: a. Apabila produk marjinal lebih besar dari produk rata-rata, posisi produk rata-rata masih dalam keadaan naik. b. Apabila produk marjinal telah mencapai maksimal, posisi produk rata-rata masih dalam keadaan naik. c. Apabila produk marjinal sama dengan produk rata-rata, produk ratarata mengalami keadaan maksimum. Dalam keadaan jangka panjang, semua input bersifat variabel dan perusahaan dapat menentukan jumlah input yang digunakan. Setiap tingkat produksi tertentu dapat digunakan berbagai kombinasi input. Kondisi ini digambarkan sebagai kurva isoquant. d. Apabila produk marjinal lebih kecil dari produk rata-rata, produk rata-rata mengalami penurunan. (Soekartawi, 1990)
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.2 Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal
di mana: TPL
= jumlah produksi secara keseluruhan dengan penggunaan tenaga kerja pada tingkat tertentu (Total Product of
Labor) L
= tenaga kerja yang digunakan (Labor)
L*
= L1= tenaga kerja yang digunakan pada tahap I (irrational region)
L**
= L2 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap II (rational region) commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L***
= L3 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap III
(irrational region) MPL
= Perubahan total produksi dari perubahan setiap
penggunaan tenaga kerja (Marginal Product of Labour) APL
= Rata-rata total produksi yang dihasilkan dengan setiap penggunaan tenaga kerja (Average Product of Labour)
4. Macam-macam Fungsi Produksi Fungsi produksi yang digunakan produsen dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Fungsi produksi disebut sebagai fungsi produksi jangka pendek apabila menggunakan input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input) dalam produksi. Fungsi produksi dikatakan fungsi produksi jangka panjang apabila kedua input yang digunakan adalah variable input. (Adiningsih, 2003)
a. Fungsi Produksi Jangka Pendek Produksi dengan satu input tetap dan satu input variabel disebut produksi jangka pendek. Teori produksi dengan satu input variabel menggambarkan secara sederhana tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dengan fungsi produksi seperti commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini dapat diketahui hubungan antara Total Product (Q), Marginal Product (MP), Average Product (AP). Total Product (TP) adalah suatu jumlah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, Total Product biasa dilambangkan dengan TP atau Q. Marginal Product (MP) merupakan perubahan jumlah produksi yang diakibatkan oleh penambahan penggunaan satu input variabel. Produksi marginal dari suatu input mengukur seberapa besar tambahan output yang dihasilkan apabila suatu input variabel bertambah dengan satu unit sedangkan input yang lainnya tetap. Adapun rumus yang dapat digunakan apabila hanya ditambah faktor tenaga kerja, sedangkan input yang lain tetap adalah : ……………………..
(2.7)
Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh setiap penggunaan input variabel. Jika L merupakan tenaga kerja yang digunakan, maka Average Product nya disebut sebagai Average Product of Labour (APL) di mana formulasinya adalah : ..................................
(2.8)
Untuk memperjelas hubungan antara TP, MP, dan AP dapat dilihat dalam tabel berikut.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.2 Produksi dengan satu input variabel L
Q=TP
MPL
APL
0
0
-
-
1
5
5
5
2
18
13
9
3
30
12
10
4
40
10
10
5
45
5
9
6
48
3
8
7
49
1
7
8
49
0
6,1
9
45
-4
5
(Sumber: Sugiarto, 2002) Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa input tetap digunakan pada suatu tingkat tertentu. L merupakan input variabel tenaga kerja. Q merupakan TP, berdasarkan tabel menunjukkan bahwa penambahan input L maka Q juga bertambah hingga L mencapai unit ke 8 dan setelah itu Q mengalami penurunan, demikian juga dengan MP dan AP yang mengalami pola kenaikan dan kemudian menurun pada L unit ke 5. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa penambahan L yang semakin banyak akan menambah TP hingga pada tingkat maksimum yang kemudian akan mengalami penurunan. Keadaan inilah yang dinamakan dengan the law of diminishing return. Berdasar hukum tesebut hubungan antara TP, AP dan MP user: terbagi dalam tigacommit tahap, to yaitu
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Tahap pertama, di mana pertambahan total product semakin cepat. 2) Tahap kedua, di mana pertambahan total product semakin melambat. 3) Tahap ketiga, di mana pertambahan total product semakin berkurang.
Gambar 2.3 Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product
(Sumber: Sugiarto, 2002) Gambar 2.3 di atas menunjukkan bahwa kurva TP pada awalnya naik secara lambat kemudian mengalami kenaikan dengan cepat (ditandai dengan kenaikan MPL dan APL) dan mulai melambat setelah MP mencapai titik maksimum. Hal ini commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan berlakunya hukum tambahan hasil yang menurun (the law of diminishing return). MP mencapai titik maksimum pada saat slope kurva TP adalah terbesar (titik A), sehingga titik A disebut titik balik atau titik infleksi (inflection point). MP selanjutnya mencapai titik nol pada saat TP mencapai titik maksimum yang berarti jika tenaga kerja terus ditambah, maka output total justru akan turun. Sementara itu AP akan mencapai titik maksimum pada saat garis yang ditarik dari titik origin ke kurva TP mempunyai slope terbesar (titik B), pada saat itu AP sama dengan MP, setelah itu AP akan turun (Sugiarto, 2002). Sesuai dengan gambar tersebut, maka fungsi produksi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap I Terjadi pada saat kurva MP di atas kurva AP yang meningkat. MP yang meningkat menunjukkan MC yang menurun sehingga input terus ditambah, MP akan menghasilkan MC atau tambahan biaya per unit yang semakin menurun, tidak rasional jika produsen berproduksi saat kondisi ini. Tahap I akan berakhir pada titik di mana MP memotong kurva AP di titik maksimum. Tahap II Terjadi pada saat kurva MP menurun dan berada di bawah kurva AP, namun masih lebih besar dari nol. Pada awal tahap ini, commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
efisiensi input variabel mencapai titik puncak, sedangkan pada akhir tahap ini, efisiensi input tetap mencapai puncaknya, yaitu pada saat kurva TP mencapai titik maksimum. Tahap III Terjadi pada saat kurva MP negatif. Hal ini dikarenakan rasio input variabel terhadap input terlalu besar sehingga TP menurun.
b. Fungsi Produksi Jangka Panjang Fungsi produksi jangka panjang adalah fungsi produksi apabila semua input yang digunakan adalah input variabel. Kedua jenis input ini dapat diubah jumlahnya dalam proses produksi. Faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya, misalnya tenaga kerja dan modal. 1) Kurva Produksi Sama (Isoquant) Kurva Isoquant adalah suatu kurva yang menunjukkan kombinasi penggunaan dua macam input yang menghasilkan tingkat output yang sama (Adiningsih, 2003). Kurva Isoquant juga menggambarkan gabungan antara tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. Kurva Isoquant atau kurva produksi sama (isokuan) yaitu kurva yang menunjukkan bahwa kombinasi berbeda dari commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tenaga kerja dan barang modal (misalnya input yang digunakan adalah tenaga kerja (L) dan barang modal (K), memungkinkan proses produksi untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar dan Isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil (Dominick Salvatore, 1994)
Gambar 2.4 Kurva Produksi Sama
Karakteristik dari Kurva Isoquant adalah : 1. Semakin ke kanan (tinggi) semakin besar kuantitas outputnya 2. Tidak saling berpotongan 3. Berslope negative 4. Cembung terhadap titik nol
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kurva Garis Biaya Sama (Isocost) Cara melakukan penghematan biaya produksi dalam proses produksi dan sekaligus memaksimumkan keuntungan, maka perusahaan harus meminimumkan biaya produksi. Analisis mengenai cara meminimumkan biaya produksi dilakukan dengan membuat garis biaya sama atau isocost (Sukirno, 2005). Garis biaya sama (isocost) adalah suatu garis yang menunjukkan kombinasi dua input yang dapat digunakan untuk menghasilkan output dengan biaya yang sama (Adiningsih, 2003) Suatu kurva biaya sama (isocost) merupakan kombinasi input berbeda (misal inputnya adalah tenaga kerja (L) dan barang modal (K)), dapat dibeli oleh perusahaan dengan pengeluaran total pada tingkat harga faktor produksi tertentu. Kemiringan kurva ini ditentukan oleh –PL/PK, di mana PL merupakan harga tenaga kerja dan PK menjelaskan harga barang modal (Dominick Salvatore, 1994). Kurva Isoquant dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.5 Kurva Biaya Sama
3) Keseimbangan Produsen Seorang produsen yang berpikir rasional tentu akan berproduksi pada kombinasi input dengan biaya yang terendah. Kondisi ini dapat dicapai dengan dua pendekatan (Adiningsih, 2003) : 1) Apabila dana yang dimiliki produsen terbatas, maka kombinasi biaya minimum dapat dicapai jika dengan dana tersebut dapat dihasilkan output yang sebesar-besarnya. 2) Apabila input yang akan dihasilkan tertentu, maka kombinasi biaya minimum dapat dicapai jika dana yang diperlukan untuk memproduksi output tersebut adalah serendah-rendahnya. Menurut Sadono Sukirno (1994) cara penggabungan kurva produksi sama dengan kurva biaya sama dapat commit user yang berbeda, antara lain : dianalisis dengan duatokondisi
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Memaksimumkan produksi, di mana penggambaran penentuan tingkat produksi yang paling maksimum dengan tingkat biaya tertentu.
Gambar 2.6 Memaksimumkan Produksi atau Meminimumkan Biaya
b. Meminimumkan biaya, di mana penggambaran pencapaian tingkat produksi dengan tingkat biaya yang paling minimum. Gambar 2.6 menjelaskan bahwa produksi yang akan dimaksimumkan adalah apabila kurva produksi sama bersinggungan dengan kurva biaya sama pada titik R. Hal ini karena titik R merupakan tingkat produksi yang paling maksimum
pada
kurva
tersebut.
Produksi
yang
diminimumkan adalah apabila kurva produksi sama commit to user bersinggungan dengan kurva biaya sama pada titik P yang
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan tingkat biaya yang paling minimum dalam produksi pada kurva tersebut (Sadono Sukirno, 1994). C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) Dalam mengukur efisiensi setiap Unit Kegiatan Ekonomi cara yang paling sederhana adalah dengan menghitung rasio antara output UKE tersebut dengan faktor produksi yang digunakan. Hal ini tidak akan menjadi masalah apabila UKE tersebut hanya memproduksi satu jenis output dan menggunakan satu macam faktor produksi. Namun seringkali dalam prakteknya, setiap UKE tersebut menghasilkan berbagai macam produk dengan berbagai jenis faktor produksi. Dalam kasus output dan faktor produksi yang bervariasi, efisiensi UKE dapat dihitung dengan mentransformasikannya menjadi output dan faktor produksi tunggal. Transformasi ini dapat dilakukan dengan menentukan pembobotan yang tepat. Penentuan pembobotan yang tepat itulah yang menjadi inti masalah dalam pengukuran efisiensi. Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan memberi kesempatan pada setiap UKE untuk menentukan pembobotannya masing-masing. DEA juga menjamin bahwa pembobotan yang dipilih setiap UKE akan menghasilkan ukuran efisiensi yang terbaik bagi UKE yang bersangkutan. Pembobotan tersebut dibatasi agar jumlahnya tidak melebihi nilai tertentu, misalnya 100 persen. Kinerja tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Angka rasio kinerja tersebut akan bervariasi antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), UKE yang efisien akan memiliki angka rasio 1 (satu) atau 100 persen. Sedangkan angka rasio yang mendekati nol menunjukkan efisiensi UKE yang semakin rendah. Ada dua kriteria dalam sebuah UKE yang memiliki kinerja 100 persen. (1) apabila tidak ada unit lain atau kombinasi UKE yang menggunakan jumlah input yang sama. (2) jumlah output yang dihasilkan oleh UKE lain yang berkinerja 100 persen. Dengan demikian peningkatan output UKE tersebut hanya dapat dilakukan dengan jalan menambah penggunaan input (Pusat Antar Universitas, 2010).
D. Pengukuran Efisiensi dengan DEA Ditinjau dari Teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi (Ghafur, 2007). Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan commit to user alokasi sumber daya yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara teknis apabilamenghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya yang minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi, produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga harus dapat memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga output. Produsen dapat berproduksi dengan efisien jika :
Dimana MP1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja (L), MPk adalahproduk marginal faktor produksi kapital, dan MPa adalah produk marginal faktor A, sedangkan P1, Pk, dan Pa masingmasing adalah harga sumber-sumber tersebut. (Wijaya, 1991 dalam Lendro Kurniawan, 2005). Salah satu cara untuk mengukur efisiensi secara teknis adalah menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Menurut Wimboh dan Kurnia (dalam Susila dan Isa, 2007), DEA merupakan ukuran efisiensi relative, baik antar organisasi yang berorientasi laba maupun tidak, yang mengukur inefisiensi unit-unit usaha yang dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Dalam analisis DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100% yang artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang commit to user terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Berger dan Mester, 1997 (dalam Afnan, 2009), ada tiga pendekatan konsep dasar model efisiensi dalam sector financial yaitu cost efficiency, standard profit efficiency, dan alternative profit efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan best practicedbank’s cost yang menghasilkan output yang sama dengan kondisi yang sama. Standard profit efficiency mengukur bagaimana bank menghasilkan keuntunganyang cenderung maksimal dengan dengan tingkat khusus dari harga input danoutput. Sedangkan
alternative
profit
efficiency
mengukur
bagaimana
bankmendapatkan pendapatan maksimum dengan tingkat output dibanding denganharga output. Menurut Hadad, dkk (2003), konsep-konsep yang digunakan dalam menjelaskan hubungan input-output dalam tingkah laku institusi keuangan pada metode parametrik maupun non parametrik adalah, (1) Pendekatan produksi (the production approach), (2) Pendekatan intermediasi (the intermediation approach), dan (3) Pendekatan asset (the asset approach). Pendekatan produksi melihat lembaga keuangan sebagai
unit
kegiatan
ekonomi
yang
melakukan
usahadalam
menghasilkan keuntungan berupa pinjaman kepada nasabah. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi, lembaga keuangan ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi bentuk dana yang dihimpun ke dalam berbagai bentuk pinjaman. Menurut Muharram dan Purvitasari (2007), pendekatan asset mencerminkan fungsi primer commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk asset. Dalam penelitian ini, pendekatan pendekatan
intermediasi.
Pendekatan
yang digunakan adalah ini
digunakan
karena
mempertimbangkan fungsi BMT sebagai financial intermediation yang menghimpun dana lalumenyalurkannya dalam bentuk pembiayaan. Meskipun tidak ada kesepakatan umum dalam pendekatan yang digunakan serta dalam hal menentukan input-output, Berger dan Humprey, 1997 (dalam Muharram dan Purvitasari, 2007) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan sebagai financial intermediation. Dengan demikian, pendekatan intermediasi yang digunakan dalam penelitian
ini
mengasumsikan
bahwa
BMT
bertujuan
untuk
memaksimalkan output untuk mencapai efisiensi dalam fungsi intermediasi. Dalam pendekatan intermediasi, BMT ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi berbagai bentuk dana yang dihimpun sebagai input kedalam berbagai bentuk pembiayaan sebagai output serta mempunyai peran penting sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya ke deficit unit. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model orientasi output (output-oriented model). Karena dalam pendekatan intermediasi, fungsi intermediasi lembaga keuangan dalam hal ini BMT akan tercapai apabila BMT mampu menghimpun dan menyalurkan dana dari surplus unit ke deficit unit secara optimal. Oleh karena itu model yang digunakan dalam orientasi output adalah dengan maksimalisasi output. Pengukuran
efisiensi
dengan
menggunakan
metode
DEA
membutuhkan adanya variabel input dan output. Menurut Purwantoro (2004)
identifikasi
pengukuran
perbandingan
efisiensi
kinerja
merupakan langkah pertama dan terpenting karena hasil evaluasi kinerja nantinya akan sangat bergantung pada pemilihan variabel input output yang
dipakai.
Dalam
pendekatan
intermediasi,
variabel
input
ditransformasikan menjadi berbagai bentuk output yang dihasilkan dari input-input yang ada sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
E. Penelitian Terdahulu Harjum Muharram dan Purvitasari (2007), penelitian ini mengukur tentang “Analisis Perbandingan Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” yang menggunakan simpanan dan beban operasional sebagai input dan menggunakan pembiayaan, aktiva, dan pendapatan lain sebagai output. Periode pengamatan pada tahun 2005 dengan 12 bank yang diteliti. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Bank BTN Syariah, Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100% selama periode pengamatan. Sedangkan 9 bank lain mengalami fluktuasi dalam pencapaian efisiensi. Ihwan Susila (2007), penelitian ini mengukur tentang “Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” yang menggunakan jumlah aktiva tetap, jumlah tabungan, jumlah pegawai menurut usia, jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan, jumlah pegawai menurut jenis kelamin, jumlah pegawai menurut pengalaman kerja/lama kerja, pengeluaran Badan Kredit Desa dan jumlah modal sebagai variabel input, sedangkan variabel output menggunakan jumlah kredit, jumlah aktiva lancar, jumlah nasabah baik penabung maupun kreditur dan jumlah laba. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 169 BKD di Kabupaten Sukoharjo yang tersebar ke dalam 167 desa/kelurahan, berdasarkan tingkat kinerjanya secara umum diperoleh 73 Unit BKD (43,20%) sudah efisiensi, sedangkan 96 BKD lainnya (56,80%) belum efisien. Sedangkan berdasarkan kinerja keuangan BKD, diperoleh 21 BKD (12,43%) yang sudah efisien, sedangkan 148 lainnya (87,57%) tidak efisien. Heri Pratikto dan Iis Sugianto (2011), penelitian ini mengukur tentang “Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis”. Variabel input yang digunakan terdiri dari simpanan, aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan variabel output yang digunakan terdiri dari pembiayaan dan pendapatan operasional. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan variabel input (simpanan, aktiva, biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional) secara rata-rata, baik sebelum dan sesudah krisis global, cenderung mengalami peningkatan. Kinerja efisiensi perbankan syariah, baik sebelum maupun sesudah masa krisis global, secara umum termasuk dalam kondisi efisien.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Kerangka Pemikiran
Kebutuhan Operasional BMT
Variabel input :
Variabel output :
Modal
Pendapatan
Biaya Total
Pembiayaan
Jumlah Tenaga Kerja
Alat Analisis DEA
EFISIENSI Kebutuhan operasional BMT meliputi Variabel Input yaitu modal, biaya total dan jumlah tenaga kerja, sedangkan Variabel Output meliputi pendapatan menggunakan
dan
pembiayaan
metode
DEA
yang
kemudian
untuk
mengetahui
dilakukan
analisis
apakah
kegiatan
operasional dari BMT telah mencapai tingkat efisiensi 100%.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Oktavilia, 2001). Berdasarkan pertimbangan dari telaah pustaka dan kajian berbagai penelitian sebelumnya, maka hipotesis sebagai dugaan sementara berkenaan dengan perilaku variabel yang hendak diteliti adalah: Di duga secara keseluruhan berdasar masing-masing variabel yang diteliti menunjukkan bahwa BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011 belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa tentang efisiensi dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang berada di Kota Surakarta tahun 2011. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing BMT pada tahun 2011 dan data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Surakarta. 3. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi dan data melalui studi pustaka dan eksplorasi literatur-literatur dari laporan keuangan yang dibuat oleh BMT yang bersangkutan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 13 BMT. Dari seluruh populasi diambil sampel secara keseluruhan, namun karena keterbatasan yang dimiliki maka penelitian ini tidak dapat mengambil keseluruhan sampel dari populasi dikarenakan beberapa populasi menolak dijadikan sampel dalam penelitian ini, maka jumlah to user sampel dalam penelitian commit ini hanya sejumlah 9 BMT, yaitu BMT At-
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Taubah, BMT Pedagang Pasar Surakarta, BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Raharjo, BMT Rindang Rizky, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Surya Buana, BMT Wanita Melati Harapan. 4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Proses identifikasi dalam variabel input-output yang digunakan dalam pengukuranperbandingan efisiensi merupakan langkah pertama dan terpenting (Purwantoro, 2005). Sebagai pedoman dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel input dan output harus didasarkan pada exclusivity dan exhaustiveness. Artinya hanya variabel input yang dapat mempengaruhi variabel output yang digunakan dalam pengukuran saja yang dapat dipengaruhi. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA dapat juga dilakukan dengan cara menentukan variabelvariabel input dan output. Selanjutnya menentukan orientasi model, apakah bertujuan untuk meminimalkan input atau memaksimalkan output. Hubungan variabel input dengan output apakah bersifat Constant Return to Scale (CRS) atau Variabel Return to Scale (VRS) merupakan aspek yang penting dalam teknik DEA. Dalam penelitian ini menggunakan variabel input dan output sebagai berikut: A. Variabel Input 1. Modal Modal adalah semua dana yang dihimpun dari anggota yang berupa simpanan pokok khusus, simpanan pokok, simpanan wajib, dan sisa hasil usaha. Modal juga dapat berasal dari pihak commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain yang berupa penyertaan modal. Modal dinyatakan dalam satuan rupiah. 2. Biaya total Biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh BMT untuk membiayai kegiatan operasional BMT. Biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah. 3. Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja adalah jumlah semua karyawan yang terlibat dalam lembaga tersebut. Jumlah tenaga kerja dinyatakan dalam satuan orang.
B. Variabel Output 1. Pendapatan Pendapatan adalah seluruh laba yang diperoleh dari kegiatan pembiayaan.Pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah. 2. Pembiayaan Pembiayaan merupakan jumlah seluruh dana yang bisa disalurkan BMT kelompok masyarakat dan yang membutuhkan dana. BMT menyediakan berbagai macam aplikasi produk pembiayaan dan penyaluran dana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembiayaan dinyatakan dalam satuan rupiah.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Metode Analisis Data A. Data Envelopment Analysis (DEA) Dalam menjawab permasalahan mengenai efisiensi maka diperlukan suatu alat analisis DEA (Data Envelopment Analysis) yang terdiri atas variable input dan output. DEA merupakan sebuah metode optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknis suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), dan membandingkan secara relative terhadap UKE yang lain (Charnes et, al. 1978; Banker et, al. 1984 dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari 2009). Data Envelopment Analysis (DEA) adalah salah satu pendekatan non-parametrik yang dikenal sebuah teknik pemrograman matematika yang mengukur efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) terhadap UKE lainnya. DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978. DEA adalah teknik pemrograman linear untuk memeriksa bagaimana pengambilan keputusan unit tertentu (Decition Making Unit) dalam mengelola sumberdaya (input) dengan jenis yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula, di mana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak diketahui (Erwinta Siswandi, 2005). Ahmad Syakir Kurnia (2004) juga menyebutkan bahwa beberapa pendekatan biasa digunakan untuk mengukur efisiensi bank, namun secara garis besar terdapat dua jenis pendekatan, yaitu commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
parametrik dan non-parametrik. Pendekatan Stochastic Frontier Approuch (SFA), Thick Frontier Approuch (TFA) dan Distribution Free Approuch (DFA) merupakan pendekatan paremetrik, sedangkan pendekatan yang termasuk non-parametrik adalah Data Envelopment Approuch (DEA) dan Free Disposable Hull (FDH). DEA adalah pendekatan non-parametrik yang berbasis program linear (Linear Programming) dengan dibantu paket-paket software efisiensi secara teknis, seperti Banxia Frontier Analysis (BFA) dan Warwick for Data Envelopment Analysis (WDEA). Penelitian ini menggunakan software WDEA. Pada intinya kedua software tersebut akan mengarah pada hasil yang sama (Ahmad Syakir Kurnia, 2004). Pada dasarnya teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur efisiensi relative suatu UKE dalam kondisi input maupun output yang banyak. Kondisi tersebut biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya (Nugroho, 1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004). Efisiensi relative suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan kedalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009). commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan (Samsubar Saleh, 2000). Adapun kedua kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004): a. Bobot tidak boleh negatif; b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted output/total weighted input ≤ 1) (Harjum Muharam dan Purvitasari, 2007).
DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted ouput/total weighted input) (Harjum Muharam dan Purvitasari, 2007). Asumsi maksimisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknis. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Orientasi lainnya adalah minimisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009). Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda, sehingga setiap UKE
akan
memilih
seperangkat
bobot
yang
mencermin
keanekaragaman tersebut (Harjum Muharam dan Purvitasari, 2007). Silkman (1986); Nugroho (1995); dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati (2004) menyebutkan bahwa setiap UKE cenderung memiliki pola penggunaan input minimum pada input yang memiliki bobot tinggi atau polaproduksi output secara maksimum pada output yang memiliki bobot tinggi untuk pencapaian tingkat efisiensi yang maksimum.
Bobot
yang
dipilih
tersebut
tidak
semata-mata
menggambarkan suatu nilai ekonomis, tetapi lebih merupakan suatu kuantitatif rencana untuk memaksimum kanefisiensi bersangkutan. Kondisi ini dapat digambarkan apabila suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit maximizing firm) dan setiap input-outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit. Hal ini menjadikan perusahaan tersebut akan menggunakan seminimal mungkin input yang biaya per unitnya termahal atau berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga jualnya tertinggi (Samsubar Saleh, 2000). commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu UKE dikatakan efisien secara relative apabila nilai dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen), sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1 maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004) Model yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Miller dan Noulas (1996). Efisiensi teknis suatu lembaga keuangan diukur dengan menghitung rasio antara input dan output. DEA akan menghitung lembaga keuangan yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda. Sehingga alat analisisnya dirumuskan menjadi sebagai berikut :
Dimana: Hs: efisiensi teknis BMT s Yis: jumlah output i yang diproduksi oleh BMT s Xjs: jumlah input j yang diproduksi oleh BMT s Ui: bobot output i yang dihasilkan oleh BMT s Vj: bobot input j yang dihasilkan oleh BMT s dan dihitung dari 1 ke m serta j dihitungdari 1 ke n Metode
DEA
mempunyai
beberapa
keunggulan
dan
kelemahan di antaranya (Purwantoro 2003 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati 2004): commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Keunggulan DEA, meliputi: (1). Dapat menangani banyak input dan output. (2). Tidak membutuhkan asumsi hubungan antar variabel input dan output. (3). UKE yang dibandingkan secara langsung dengan UKE yang sejenis. (4). Input dan Output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. b. Kelemahan DEA, meliputi: (1). Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap input atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama). (2). Merupakan extreme point technique. (3). Kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal. (4). Hanya untuk mengukur produktivitas relative dari UKE bukan produktivitas absolut. (5). Uji hipotesis secara statistika hasil DEA sulit dilakukan.
B. Teknik Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji One-Sample T Test untuk menjawab hipotesis apakah lembaga keuangan mikro syariah di Surakarta efisien atau tidak selama periode tahun penelitian. Data efisiensi yang didapat dari pengujian menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian diuji dengan uji One-Sample T Test. Kriteria menggunakan apabila –thitung ttabel thitung,
pengujian dua sisi dan menggunakan maka Ho diterima dan apabila thitung
ttabel atau thitung -t
ditolak.
commit to user
tabel
maka Ho
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Baitul maal waat Tamwil (BMT) yang menjadi obyek dalam penelitian adalah BMT yang berada di Kota Surakarta. Wilayah administratif Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2.644 RT. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Surakarta jumlah Koperasi di Kota Surakarta seluruhnya tahun 2011 yaitu sejumlah 558 Koperasi, hanya terdapat 13 BMT yang masih aktif. Apabila dikaitkan dengan faktor agama atau kepercayaan yang dianut, jumlah BMT di Kota Surakarta seharusnya dapat lebih banyak dari jumlah yang sekarang ada. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Kota Surakarta yang memeluk agama Islam merupakan yang terbesar dibanding dengan pemeluk agama lain. Berikut adalah data komposisi Penduduk Surakarta menurut Agama yang dianut.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasar Agama di Kota Surakarta No. 1
Agama Islam
2010 443.231
2
Katholik
67.734
3
Protestan
69.718
4
Budha
3.761
5 Hindu 1.595 Sumber: BPS Surakarta (Surakarta Dalam Angka, 2010) Dari Tabel 4.1 jumlah penduduk tahun 2010 yang memeluk Agama Islam di Surakarta adalah sebesar 443.231. Oleh sebab itu, seharusnya dengan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, persentase jumlah BMT di Surakarta dapat lebih besar dari jumlah koperasi yang ada secara keseluruhan.Berikut disajikan data jumlah modal, jumlah tenaga kerja, biaya, pendapatan dan pembiayaan BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.2 Jumlah Modal, Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan NAMA BMT
MODAL
BIAYA
TENAGA
PENDAPATAN
PEMBIAYAAN
KERJA At-Taubah
400.000.000
44.000.000
6
55.000.000
1.750.000.000
Pedagang Pasar Surakarta
42.006.605
42.399.095
3
12.536.605
261.378.867
Mawaddah Aisyiyah
81.330.000
16.000.000
4
35.000.000
140.700.000
Raharjo
25.000.000
98.371.800
4
204.170.700
1.399.471.900
Rindang Rizky
150.000.000
194.466.500
6
209.164.929
232.803.000
Sejahtera
15.000.000
30.000.000
2
72.536.796
300.000.000
Sejahtera Banjarsari
26.000.000
177.159.551
4
218.157.439
1.171.112.092
Surya Buana
15.000.000
60.000.000
4
82.000.000
245.000.000
Wanita Melati Harapan
406.360.947
152.986.894
4
208.436.370
1.105.764.950
Sumber: BMT Kota Surakarta (Laporan 2011) commitRAT to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisis Variabel Input Output Perhitungan efisiensi BMT dengan alat analisis DEA pada penelitian ini menggunakan tiga variabel input, yaitu: Modal, Biaya, dan Tenaga kerja. Sedangkan variabel outputnya meliputi Pendapatan dn Pembiayaan. Variabel input pertama, Modal adalah semua dana yang dihimpun dari anggota berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan sisa hasi usaha. Modal juga dapat berasal dari pihak lain berupa penyertaan modal. Modal dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut disajikan data jumlah modal BMT dalam penelitian ini. Tabel 4.3 Data Jumlah Variabel Input Modal NAMA BMT At-Taubah Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah Raharjo Rindang Rizky Sejahtera Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan Sumber: Olah data
MODAL 400.000.000 42.006.605 81.330.000 25.000.000 150.000.000 15.000.000 26.000.000 15.000.000 406.360.947
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah modal BMT dalam penelitian ini, yang memiliki modal paling besar adalah BMT Wanita Melati Harapan yaitu sebesar Rp. 406.360.947. Sedangkan BMT yang memiliki modal paling kecil adalah BMT Sejahtera dan BMT Surya Buana yaitu sebesar Rp. 15.000.000.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel kedua, Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh BMT untuk membiayai kegiatan operasional BMT. Biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut disajikan data biaya total BMT dalam penelitian ini. Tabel 4.4 Data Jumlah Variabel Input Biaya Total NAMA BMT At-Taubah Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah Raharjo Rindang Rizky Sejahtera Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan Sumber: Olah data
BIAYA 44.000.000 42.399.095 16.000.000 98.371.800 194.466.500 30.000.000 177.159.551 60.000.000 152.986.894
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah biaya total BMT dalam penelitian ini, yang memiliki biaya total paling besar adalah BMT Rindang Rizky yaitu sebesar Rp. 194.466.500. Sedangkan BMT yang memiliki biaya total paling kecil adalah BMT Mawaddah Aisyiyah yaitu sebesar Rp.16.000.000. Variabel ketiga, Jumlah Tenaga Kerja yaitu jumlah semua karyawan yang terlibat dalam lembaga tersebut. Jumlah tenaga kerja dinyatakan dalam satuan orang. Berikut merupakan data jumlah tenaga kerja BMT dalam penelitian ini.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Data Jumlah Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja NAMA BMT At-Taubah Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah Raharjo Rindang Rizky Sejahtera Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan Sumber: Olah data
TENAGA KERJA 6 3 4 4 6 2 4 4 4
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja BMT dalam penelitian ini, yang memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak adalah BMT AtTaubah dan BMT Rindang Rizky yaitu sebanyak 6 orang. Sedangkan BMT yang memiliki jumlah tenaga kerja paling sedikit adalah BMT Sejahtera yaitu sebanyak 2 orang. Selanjutnya adalah variabel output, variabel yang pertama adalah Pendapatan, yaitu seluruh laba yang diperoleh dari kegiatan pembiayaan. Pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut merupakan data Pendapatan BMT dalam penelitian ini.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Data Jumlah Variabel Output Pendapatan NAMA BMT At-Taubah Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah Raharjo Rindang Rizky Sejahtera Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan
PENDAPATAN 55.000.000 12.536.605 35.000.000 204.170.700 209.164.929 72.536.796 218.157.439 82.000.000 208.436.370
Sumber: Olah data
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan BMT dalam penelitian ini, yang memiliki jumlah pendapatan paling besar adalah BMT Sejahtera Banjarsari yaitu sebesar Rp. 218.157.439. Sedangkan BMT yang memiliki jumlah pendapatan paling kecil adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta yaitu sebesar Rp.12.536.605. Variabel output yang kedua, Pembiayaan adalah jumlah seluruh dana yang bisa disalurkan BMT kelompok masyarakat dan yang membutuhkan dana. Pembiayaan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut disajikan data jumlah Pembiayaan BMT dalam penelitian ini.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Data Jumlah Variabel Output Pembiayaan NAMA BMT At-Taubah Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah Raharjo Rindang Rizky Sejahtera Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan Sumber: Olah data
PEMBIAYAAN 1.750.000.000 261.378.867 140.700.000 1.399.471.900 232.803.000 300.000.000 1.171.112.092 245.000.000 1.105.764.950
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan BMT dalam penelitian ini, yang memiliki jumlah pembiayaan paling besar adalah BMT AtTaubah yaitu sebesar Rp. 1.750.000.000. Sedangkan BMT yang memiliki jumlah pembiayaan paling kecil adalah BMT Mawaddah Aisyiyah yaitu sebesar Rp.140.700.000.
C. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Data dengan Metode DEA Berikut adalah pengolahan data seluruh BMT. Berdasarkan penghitungan dengan metode DEA menggunakan software DEAWIN dapat dilihat pada Tabel 4.8, dari 9 BMT tersebut, menunjukkan tidak semua BMT telah mencapai tingkat 100%. Dari hasil analisis dan commit to efisiensi user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengolahan data variabel input dan output dengan DEA maka diperoleh tingkat efisiensi BMT di Kota Surakarta sebagai berikut:
Tabel 4.8 Tingkat Efisiensi BMT No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NAMA BMT
TINGKAT EFISIENSI At-Taubah 100% Pedagang Pasar Surakarta 37,69% Mawaddah Aisyiyah 90,47% Raharjo 100% Rindang Rizky 66,49% Sejahtera 100% Sejahtera Banjarsari 100% Surya Buana 66,90% Wanita Melati Harapan 97,46% Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
BENCHMARK At-Taubah Sejahtera Raharjo Raharjo Raharjo
Raharjo Sejahtera Banjarsari Sejahtera Banjarsari Sejahtera Banjarsari
Setelah dilakukan pengolahan data diketahui bahwa jumlah BMT yang sudah mencapai efisiensi 100% berjumlah 4 BMT, yaitu BMT AtTaubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, dan BMT Sejahtera Banjarsari. Diketahui pula jumlah BMT yang belum efisien terdapat 5 BMT, dengan rincian yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta sebesar 37,69%, BMT Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang Rizky sebesar 66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90% dan BMT Wanita Melati Harapan sebesar 97,46%.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Kriteria Efisiensi BMT No
KRITERIA
BMT
1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
Sempurna
2
90%-99,9%
Sangat Baik
3 4
70%-89,9% 50%-69,9%
Baik Cukup Baik
5
40%-49,9%
Kurang Baik
At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Banjarsari Sejahtera Mawaddah Aisyiyah, Wanita Melati Harapan Rindang Rizky, Surya Buana Pedagang Pasar Surakarta -
6
<40 Sumber: Olah data
Buruk
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, penulis membuat kriteria efisiensi untuk
mempermudah
penilaian
BMT,
yaitu
hasil
dari
analisis
menyebutkan bahwa BMT yang sudah mencapai 100% dimasukkan dalam kriteria Sempurna berjumlah 4 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat efisiensi 90%-99,9% dimasukkan dalam kriteria Sangat Baik berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat efisiensi 70%-89,9% dimasukkan dalam kriteria Baik tidak ada, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat efisiensi 50%-69,9% dimasukkan dalam kriteria Cukup Baik berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat efisiensi 40%-49,9% dimasukkan dalam kriteria Kurang Baik berjumlah 1 BMT. Sedangkan untuk BMT yang tingkat efisiensinya di bawah 40% tidak ada. Selanjutnya akan dibahas tentang evaluasi mengenai tingkat efisiensi masing-masing BMT, hasil data yang diolah tersebut maka commitdari to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan dapat mengetahui BMT manakah yang sudah mencapai efisiensi. Sedangkan BMT yang belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukkan dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input untuk menghasilkan output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga menunjukkan target yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek, yaitu : i. Variable, merupakan nama-nama variabel input dan output yang digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan dievaluasi tingkat efisiensinya. ii. Actual, merupakan nilai dari variabel input dan output yang terjadi secara riil dalam operasional perusahaan. iii. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal. iv. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bisa dimaksimalkan oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai. v. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah dimanfaatkan, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase nilai yang sudah dicapai.
Berikut adalah hasil dari olah data, yaitu target yang seharusnya dicapai BMT dan jumlah sumber daya yang efisien untuk mencapai target. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. BMT At-Taubah Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data BMT At-Taubah Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 400000000.0 400000000.0 BIAYA 44000000.0 44000000.0 100% TK 6.0 6.0 PENDAPATAN 55000000.0 55000000.0 PEMBIAYAAN 1750000000.0 1750000000.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Achieved 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai pencapaian sebenarnya oleh BMT At-Taubah sama dengan nilai target atau nilai yang seharusnya dicapai oleh BMT At-Taubah. Pada kolom To Gain atau persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%. Artinya BMT At-Taubah telah mencapai target efisiensinya.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. BMT Pedagang Pasar Surakarta Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Data BMT Pedagang Pasar Surakarta Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 42006605.0 15832854.8 BIAYA 42399095.0 15980789.5 37,69% TK 3.0 0.8 PENDAPATAN 12536605.0 32068478.1 PEMBIAYAAN 261378867.0 261378867.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 62.3% 62.3% 74.1% 155.8% 0.0%
Achieved 37.7% 37.7% 25.9% 39.1% 100.0%
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa BMT Pedagang Pasar Surakarta belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Pedagang Pasar Surakarta untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-37,69% = 62,31% dan mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT At-Taubah dan BMT Raharjo (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Pedagang Pasar Surakarta, modal harus dikurangi 62,3% menjadi Rp. 15.832.854.8, biaya harus dikurangi 62,3% menjadi Rp. 15.980.789.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 74,1% menjadi 1 orang. Sedangkan untuk outputnya perlu meningkatkan pendapatan sebesar 155,8% menjadi Rp. 32.068.478.1.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. BMT Mawaddah Aisyiyah Tabel 4.12 Hasil Pengolahan Data BMT Mawaddah Aisyiyah Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 81330000.0 7237706.0 BIAYA 16000000.0 14475411.9 90,47% TK 4.0 1.0 PENDAPATAN 35000000.0 35000000.0 PEMBIAYAAN 140700000.0 144754119.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 91.1% 9.5% 75.9% 0.0% 2.9%
Achieved 8.9% 90.5% 24.1% 100.0% 97.2%
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa BMT Mawaddah Aisyiyah belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Mawaddah Aisyiyah untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-90,47% = 9,53% dan mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Sejahtera (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Mawaddah Aisyiyah, modal harus dikurangi 91,1% menjadi Rp. 7.237.706.0, biaya harus dikurangi 9,5% menjadi Rp. 14.475.411.9, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 75.9% menjadi 1 orang. Sedangkan untuk outputnya hanya perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 2.9% menjadi Rp. 144.754.119.0.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. BMT Raharjo Tabel 4.13 Hasil Pengolahan Data BMT Raharjo Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 25000000.0 25000000.0 BIAYA 98371800.0 98371800.0 100% TK 4.0 4.0 PENDAPATAN 204170700.0 204170700.0 PEMBIAYAAN 1399471900.0 1399471900.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Achieved 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai pencapaian sebenarnya oleh BMT Raharjo sama dengan nilai target atau nilai yang seharusnya dicapai oleh BMT Raharjo. Pada kolom To Gain atau persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%. Artinya BMT Raharjo telah mencapai target efisiensinya.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. BMT Rindang Rizky Tabel 4.14 Hasil Pengolahan Data BMT Rindang Rizky Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
MODAL 150000000.0 BIAYA 194466500.0 66,49% TK 6.0 PENDAPATAN 209164929.0 PEMBIAYAAN 232803000.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
Target
To Gain 25329420.7 83.1% 129299761.5 33.5% 4.0 33.5% 209164929.0 0.0% 1305352394.9 460.7%
Achieved 16.9% 66.5% 66.5% 100.0% 17.8%
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa BMT Rindang Rizky belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Rindang Rizky untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan mengurangi
setiap
inputnya
sebesar
100%-66,49%
=
33,51%
dan
mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera Banjarsari (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Rindang Rizky, modal harus dikurangi 83,1% menjadi Rp. 25.329.420.7, biaya harus dikurangi 33,5% menjadi Rp. 129.299.761.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 33.5% menjadi 4 orang. Sedangkan untuk outputnya perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 460.7% menjadi Rp. 1.305.352.394.9.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. BMT Sejahtera Tabel 4.15 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 15000000.0 15000000.0 BIAYA 30000000.0 30000000.0 100% TK 2.0 2.0 PENDAPATAN 72536796.0 72536796.0 PEMBIAYAAN 300000000.0 300000000.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Achieved 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai pencapaian sebenarnya oleh BMT Sejahtera sama dengan nilai target atau nilai yang seharusnya dicapai oleh BMT Sejahtera. Pada kolom To Gain atau persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%. Artinya BMT Sejahtera telah mencapai target efisiensinya.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. BMT Sejahtera Banjarsari Tabel 4.16 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera Banjarsari Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 26000000.0 26000000.0 BIAYA 177159551.0 177159551.0 100% TK 4.0 4.0 PENDAPATAN 218157439.0 218157439.0 PEMBIAYAAN 1171112092.0 1171112092.0 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Achieved 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai pencapaian sebenarnya oleh BMT Sejahtera Banjarsari sama dengan nilai target atau nilai yang seharusnya dicapai oleh BMT Sejahtera Banjarsari. Pada kolom To Gain atau persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%. Artinya BMT Sejahtera Banjarsari telah mencapai target efisiensinya.
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. BMT Surya Buana Tabel 4.17 Hasil Pengolahan Data BMT Surya Buana Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
MODAL 15000000.0 10034396.2 BIAYA 60000000.0 40137584.8 66,90% TK 4.0 1.6 PENDAPATAN 82000000.0 82000000.0 PEMBIAYAAN 245000000.0 559231737.4 Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
To Gain 33.1% 33.1% 59.9% 0.0% 128.3%
Achieved 66.9% 66.9% 40.1% 100.0% 43.8%
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa BMT Surya Buana belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Surya Buana untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-66,90% = 33,1% dan mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera Banjarsari (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Surya Buana, modal harus dikurangi 33,1% menjadi Rp. 10.034.396.2, biaya harus dikurangi 33,1% menjadi Rp. 40.137.584.8, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 59.9% menjadi 1 orang. Sedangkan untuk outputnya perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 128.3% menjadi Rp. 559.231.737.4.
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. BMT Wanita Melati Harapan Tabel 4.18 Hasil Pengolahan Data BMT Wanita Melati Harapan Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
To Gain MODAL 406360947.0 25040869.9 93.8% BIAYA 152986894.0 149102719.5 2.5% 97,46% TK 4.0 3.9 2.5% PENDAPATAN 208436370.0 208436370.0 0.0% PEMBIAYAAN 1105764950.0 1209662446.5 9.4% Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
Achieved 6.2% 97.5% 97.5% 100.0% 91.4%
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa BMT Wanita Melati Harapan belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Wanita Melati Harapan untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-97,46% = 2,54% dan mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera Banjarsari (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Wanita Melati Harapan, modal harus dikurangi 93,8% menjadi Rp. 25.040.869.9, biaya harus dikurangi 2,5% menjadi Rp. 149.102.719.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 2.5% menjadi 3 orang. Sedangkan untuk outputnya hanya perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 9.4% menjadi Rp. 1.209.662.446.5.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian Hipotesis Penelitian Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini, digunakan uji One Sample T Test dengan menggunakan bantuan software SPSS 17. Data efisiensi hasil olahan DEA kemudian di uji One Sample T Test yang kemudian didapat hasil uji yang ditunjukkan seperti pada tabel IV.18 berikut. Tabel 4.19 Uji One Sample T Test One-Sample Statistics N EFISIENSI
9
Mean 84.3344
Std. Deviation 22.33174
Std. Error Mean 7.44391
One-Sample Test Test Value = 0
EFISIENSI
t
df
Lower
Upper
11.329
Sig. (2-tailed) Lower 8
.000
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Upper
Lower
84.33444
67.1688
Upper 101.5001
Sumber: Hasil Olah Data (SPSS)
Dari Tabel 4.19, menunjukkan hasil t hitung (11, 329) > t
tabel (8;0,025)
adalah 2,262, maka Ho diterima. Jadi dalam penelitian ini BMT di Kota Surakarta secara keseluruhan belum memiliki tingkat skala efisiensi yang baik.
commit to user
85
D. Analisis Ketidakefisienan BMT Berikut akan dibahas tentang ketidakefisienan variabel yang terjadi pada BMT Kota Surakarta. Tabel 4.20 Target Capaian Input dan Output BMT INPUT Tingkat No
MODAL
OUTPUT
BIAYA
TK
PENDAPATAN
PEMBIAYAAN
Nama BMT Efisiensi
To
To
To
Gain
Achieved
Gain
Achieved
Gain
Achieved
To Gain
Achieved
To Gain
Achieved
1
Pedagang Pasar Surakarta
37,69%
62,3%
37,7%
62,3%
37,7%
74,1%
25,9%
155,8%
39,1%
0,0%
100%
2
Mawaddah Aisyiyah
90,47%
91,1%
8,9%
9,5%
90,5%
75,9%
24,1%
0,0%
100%
2,9%
97,2%
3
Rindang Rizky
66,49%
83,1%
16,9%
33,5%
66,5%
33,5%
66,5%
0,0%
100%
460,7%
17,8%
4
Surya Buana
66,9%
33,1%
66,9%
33,1%
66,9%
59,9%
40,1%
0,0%
100%
128,3%
43,8%
5
Wanita Melati Harapan
97,46%
93,8%
6,2%
2,5%
97,5%
2,5%
97,5%
0,0%
100%
9,4%
91,4%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui BMT yang belum efisien dengan capaian yang sudah dicapai serta target yang harus dicapai oleh masing-masing BMT. Tabel tersebut menunujukkan variabel dengan tingkat ketidakefisienan masingmasing. Dari data yang ada terlihat yang paling membuat tidak efisien adalah pada variabel inputnya, dari ke 5 BMT menunjukkan variabel inputnya paling rendah capaiannya atau paling membuat tidak efisien. BMT Pedagang Pasar Surakarta yang membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel input tenaga kerja, BMT Surya Buana yang membuat paling tidak efisien juga terdapat pada variabel input tenaga kerja BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Rindang Rizky dan BMT Wanita Melati Harapan yang membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel inputmodal. Berdasarkan Tabel 4.20 dapat pula diketahui dari setiap variabel , BMT manakah yang variabelnya paling kecil capaiannya di antara BMT yang lain, yaitu untuk variabel input modal adalah BMT Wanita Melati Harapan, untuk variabel input biaya adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta, untuk variabel input tenaga kerja adalah BMT Mawaddah Aisyiyah, sedangkan untuk variabel output pendapatan adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta dan untuk variabel output pembiayaan adalah BMT Rindang Rizky. Selanjutnya agar memudahkan penilaian efisiensi setiap variabel seluruh BMT, akan dibahas kriteria peringkat efisiensi seluruh BMT. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tabel 4.21 Kriteria Efisiensi Variabel Input Modal No. 1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
KRITERIA Sempurna
2 3 4 5
90%-99,9% 70%-89,9% 50%-69,9% <50%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
6 Sumber: Olah data
<40
Buruk
BMT At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Sejahtera Banjarsari Surya Buana Wanita Melati Harapan, Mawaddah Aisyiyah, Rindang Rizky, Pedagang Pasar Surakarta -
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.21, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input modal berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input modal berkriteria cukup baik adalah BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input modal berkriteria kurang baik adalah BMT Wanita Melati Harapan, BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Rindang Rizky, BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input modal menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan variabel modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 4.22 Kriteria Efisiensi Variabel Input Biaya No. 1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
KRITERIA Sempurna
2
90%-99,9%
Sangat Baik
3 4
70%-89,9% 50%-69,9%
Baik Cukup Baik
5
<50%
Kurang Baik
<40
Buruk
6 Sumber: Olah data
BMT At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Sejahtera Banjarsari Wanita Melati Harapan, Mawaddah Aisyiyah Rindang Rizky, Surya Buana Pedagang Pasar Surakarta -
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.22, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input biaya berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input biaya berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan dan BMT Mawaddah Aisyiyah. Untuk variabel input biaya berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang Rizky dan BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input biaya berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input biaya menunjukkan ratarata tingkat efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 4.23 Kriteria Efisiensi Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja No. 1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
KRITERIA Sempurna
2
90%-99,9%
Sangat Baik
3 4 5
70%-89,9% 50%-69,9% <50%
Baik Cukup Baik Kurang Baik
6 Sumber: Olah data
<40
Buruk
BMT At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Sejahtera Banjarsari Wanita Melati Harapan, Rindang Rizky, Pedagang Pasar Surakarta, Mawaddah Aisyiyah, Surya Buana -
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.23, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input tenaga kerja berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input tenaga kerja berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan. Untuk variabel input tenaga kerja berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang Rizky. Sedangkan untuk variabel input tenaga kerja berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta, BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Surya Buana. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input tenaga kerja menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 72,67%, sehingga secara keseluruhan variabel tenaga kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Tabel 4.24 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pendapatan No. 1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
KRITERIA Sempurna
2 3 4 5
90%-99,9% 70%-89,9% 50%-69,9% <50%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
6 Sumber: Olah data
<40
Buruk
BMT At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Sejahtera Banjarsari, Mawaddah Aisyiyah, Surya Buana, Wanita Melati Harapan, Rindang Rizky Pedagang Pasar Surakarta -
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.24, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel output pendapatan berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Surya Buana, BMT Wanita Melati Harapan, BMT Rindang Rizky. Sedangkan untuk variabel output pendapatan berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel output pendapatan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93,23%, sehingga secara keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 4.25 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pembiayaan No. 1
FREKUENSI EFISIENSI 100%
KRITERIA Sempurna
2
90%-99,9%
Sangat Baik
3 4 5
70%-89,9% 50%-69,9% <50%
Baik Cukup Baik Kurang Baik
6 Sumber: Olah data
<40
Buruk
BMT At-Taubah, Raharjo, Sejahtera, Sejahtera Banjarsari, Pedagang Pasar Surakarta Mawaddah Aisyiyah, Wanita Melati Harapan Surya Buana, Rindang Rizky -
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.25, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel output pembiayaan berkriteria sempurna adalah BMT AtTaubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Pedagang Pasar Surakarta. Untuk variabel output pembiayaan berkriteria sangat baik adalah BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Wanita Melati Harapan. Sedangkan untuk variabel output pembiayaan berkriteria kurang baik adalah BMT Surya Buana dan BMT Rindang Rizky. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel output pembiayaan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik. Berikut akan dibahas secara garis besar tentang BMT yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%. Pertama, ketidakefisienan penggunaan input modal oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
BMT adalah jumlah modal yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menunjukkan perannya sebagai input yang tidak maksimal untuk mengahsilkan output. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input modal ke bagian input lain ataupun dialokasikan ke output yang ada, dapat dilakukan dengan cara peningkatan jumlah pembiayaan atau penyaluran dana kepada masyarakat. Hal ini berarti sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan. Kedua, ketidakefisienan penggunaan input biaya oleh BMT adalah jumlah biaya operasional yang masih lebih besar dibandingkan target yang dikeluarkan. Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki pengelolaan pengeluaran yang menjadi kebutuhan BMT. Kelebihan penggunaan input biaya operasional tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pengelolaannya dapat diubah dengan memperbesar pengalokasian porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional yang tersisa bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat juga dialihkan ke penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar terjadi peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan jasa dari BMT tersebut. Ketiga, ketidakefisienan input jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan terlalu berlebih dari target yang seharusnya. Terdapat beberapa kasus yang sering dijumpai pada BMT, di mana peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan skill ataupun keterampilan yang memadai menyebakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
BMT mengalami penurunan produktivitas (Adrian dan Etty, 2009). Kondisi tersebut sesuai dengan teori the law of diminishing return, di mana penambahan tenaga kerja akan menurunkan marjinal tenaga kerja (secara kuantitas). Alternatif solusinya adalah dengan mengikutkansertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan serta seminar motivasi agar menunjang keterampilan dan kemampuan personal maupun secara tim, sehingga diharapkan BMT akan mengalami penambahan produktivitas yang dilakukan oleh karyawan. Ketidakefisienan output terjadi pada variabel pendapatan dan pembiayaan. Pertama, jumlah pendapatan operasional masih dapat dimaksimalkan potensinya. Perbaikan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya dengan peningkatan jumlah pembiayaan (inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa yang terkait, serta perbaikan kualitas SDM guna peningkatan pendapatan operasional, karena hal ini berkaitan dengan produktvitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk menghasilkan output yang maksimal. Kedua, jumlah pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan target yang ditentukan pada BMT-BMT yang mengalami inefisiensi. Hal ini salah satunya disebabkan adanya prinsip kehati-hatian yang diberlakukan BMT tersebut. Solusinya adalah dengan adanya prinsip kehati-hatian agar jumlah pembiayaan tidak terhambat, serta perlu adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya moral hazard), misalnya dengan adanya pendampingan atas usaha yang sedang berjalan, sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Selain itu dapat menambah variasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsipprinsip syariah yang ada. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ihwan Susila (2007) yang menyebutkan bahwa untuk melakukan optimalisasi output Badan Kredit Desa (BKD) dilakukan dengan mengatasi permasalahan yang ada, yakni masalah SDM, keuangan, pemasaran, operasional, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan peningkatan SDM, peningkatan modal, perbaikan pemasaran, dan optimalisasi bidang operasional. Berdasarkan nilai efisiensi relatif dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan menggunakan model orientasi maksimalisasi output menghasilkan referensi BMT yang efisien untuk dijadikan acuan bagi BMT yang inefisien. BMT yang dapat dijadikan referensi adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera dan BMT Sejahtera Banjarsari. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Heri Pratikto (2011), yang mendukung bahwa penggunaan software DEA mampu menunjukkan adanya benchmarking, yakni beberapa perbankan syariah yang efisien menjadi acuan bagi sebagian bank syariah yang berada dalam kondisi inefisien. Bank yang menjadi benchmarking secara berkelanjutan pada saat sebelum dan sesudah krisis adalah Bank Syariah Mandiri dan Permata. Dari kondisi tersebut mencerminkan bahwa ketika sebelum dan sesudah krisis global Bank Syariah Mandiri dan Bank Permata memiliki nilai efisiensi yang optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian mengenai efisiensi BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari BMT di Kota Surakarta yang telah diteliti tidak semuanya mencapai efisiensi 100%. Dari 9 BMT yang diteliti, terdapat 4 BMT yang sudah mencapai efisiensi 100%, yaitu BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Diketahui pula jumlah BMT yang belum mencapai efisiensi 100% atau dapat dikatakan belum efisien terdapat 5 BMT, yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta sebesar 37,69%, BMT Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang Rizky sebesar 66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90%, dan BMT Wanita Melati Harapan sebesar 97,46%. 2. Sesuai hasil pengujian dengan menggunakan One Sample T Test dalam menguji hipotesis, menunjukkan bahwa ternyata Ho diterima sedangkan Ha ditolak, sehingga dalam penelitian ini secara keseluruhan BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011 belum memiliki tingkat skala efisien 100 persen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
3. Berdasarkan analisis dari masing-masing variabel dalam penelitian didapat hasil bahwa pada variabel input modal menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan variabel modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien yang baik. Pada variabel input biaya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik. Pada variabel input tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 72,67%, sehingga secara keseluruhan variabel tenaga kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik. Sedangkan pada variabel output pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93,23%, sehingga secara keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik. Pada variabel output pembiayaan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
B. SARAN
Berdasarkan uraian dari kesimpulan hasil penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. BMT-BMT yang belum efisien 100% dapat melakukan perbaikan kebijakan untuk pencapaian efisiensi. Kebijakan yang dapat diupayakan tersebut diantaranya: a. Kebijakan yang dapat dilakukan oleh BMT-BMT berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input
modal yaitu dengan cara
mengalokasikan kelebihan input modal kebagian input lain ataupun dialokasikan ke output yang ada, yaitu dengan peningkatan jumlah pembiayaan atau penyaluran dana (seperti pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil dan lain sebagainya) kepada masyarakat. Hal ini berarti menunjukkan bahwa sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan. b. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input biaya operasional adalah kelebihan dari penggunaan input biaya operasional
tidak
perlu
dialihkan
ke
input
lainnya,
namun
pengelolaannya dapat diubah dengan memperbesar pengalokasian porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional yang tersisa bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
juga dialihkan ke penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar terjadi peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan jasa dari BMT tersebut. c. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengikutkan sertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan agar menunjang keterampilan dan kemampuan personal maupun secara tim, sehingga diharapkan BMT akan mengalami penambahan produktivitas yang dilakukan oleh karyawan. d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan output pendapatan dapat dilakukan dengan cara peningkatan jumlah pembiayaan (melalui inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa yang terkait, serta perbaikan kualitas SDM guna peningkatan pendapatan operasional, karena hal ini berkaitan dengan produktvitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk dapat menghasilkan output yang maksimal. e. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output yang terjadi pada pembiayaan adalah dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang diberlakukan BMT tersebut. Dengan adanya prinsipkehati-hatian tersebut tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun perlu adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya moral hazard), misalnya dengan adanya pendampingan atas usaha commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
yang sedang berjalan, sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Selain itu juga dapat menambah variasi bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsipprinsip syariah yang ada.
2. BMT yang telah efisien atau telah mencapai efisiensi 100% diharapkan dapat memperbesar kapasitas, tingkat produktivitas dan memperluas jangkaun BMT, yaitu dengan strategi pemasaran (marketing) dengan promosi atau iklan lewat media massa maupun media cetak agar lebih menarik minat masyarakat dan semakin mengenalkan konsep dari Lembaga Keuangan Mikro yang berbasis syariah islam kepada masyarakat luas.
commit to user