1
EFFECT OF WARM COMPRESSES DECOCTION OF GINGER TO DECREASE OSTEOARTHRITIS PAIN IN TECHNICAL SERVICES UNIT SOCIAL HOMES OF ELDERLY JOMBANG *Widyastutik,**Hariyono,***Ucik Indrawati****
ABSTRACT Pain is an unpleasant feeling things that are perceived by osteoarthritis patients. Now to overcome the pain pharmacological treatment alone is not enough, sh ouldalso be granted non- pharmacological treatment with herbal treatment, ginger contains anti - inflammatory and anti–inflammatory which proven to reduce pain. The purpose of this study was to determine the influence of warm compresses decoction of ginger todecrease the pain of osteoarthritis. The types of research used approach one group pra-post test design. The sample studied is 19 people with technique sampling rendom sampling with the inclusion and exclusion criteria. The independent variable is warm compresses decoction of ginger, while the dependent variable is the pain of osteoarthritis with parameters ginger is boiled and used as a compress as well as facial expressions and ranges pain to determine pain intensity,with ordinal scale will be used wilcoxon test to determine the effect of the experiment with criteria painless (0), mild pain (1-3),moderate pain (4-6), severe pain (7-9) and very severe pain ( 10 ). Collecting data using instruments vas with a range of 1-10 who have tested the validity and reliabelitasnya then the data collected in the edit coding assessed the score later in the tabulation . The results showed before to warm ginger decoction obtained 4 mild pain (21%), pain was 12 people (63.2%), 3 severe pain (15.8%) After compresses a change of 60%. The increase in painless 2 (10.5 %) , mild pain 7 people (36.8%) , pain was 9 people (47.4%), severe pain one person (5.3%). Based on statistical test Wilcoxon p-value of 0,000 (<0.05), which means H1 accepted. The conclusions of research there is effect of warm compresses decoction of ginger to decrease the pain of osteoarthritis. Keywords : Warm Compresses Decoction Of Ginger, pain, Osteoarthriti
PENDAHULUAN Masalah yang sering dialami pasien osteoarthritis adalah tidak terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman (nyeri) dan memerlukan penanganan yang spesifik yaitu dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Osteoarthritiis setiap tahunnya mengalami peningkatan menurut organisasi kesehatan dunia WHO (2004) prevalensi penderita osteoarthritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan27,4 juta jiwa berada di asia tenggara. Di indonesia prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun 30% pada usia 40-60 tahu dan 65% pada usia >61 tahun (Koentjoro, 2010). Studi pendahuluan di panti werdha didapatkan populasi lansia di panti sebanyak 70 lansia, terdapat 24 lansia yang mengalami keluhan nyeri sendi dan selama ini dari semua lansia yang mengalami nyeri sendi diberikan obat-obatan farmakologis untuk meredakan nyeri sendi. Penanganan nyeri bisa di lakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan non farmakologis. Salah satu pengobatan farmakologi adalah antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk menghambat produksi prostaglandin dari jaringan–jaringan yang mengalami inflamasi. Namun obat-obatan tersebut bisa menimbulkan efek samping yang merugikan
jika digunakan dalam jangka panjang (Altman & Marcussen, 2001; Bachtiar, 2010). Jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic dari oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol, oleoresin memiliki potensi antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. (Grant, & Lautz, 2000; Bachtiar, 2010). Rumusan masalah : Adakah pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan skala nyeri osteoarthritis pada lansia Di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang? Tujuan: Menganalisis pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lansia Di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode praekspermental dengan rancangan one grup pra-post test design dengan rancangan ini peneliti akan melakukan pengukuran skala nyeri pada pasien osteoarthritis di unit pelayanan teknis panti sosial lanjut usia jombang kemudian melakukan kompres hangat rebusan jahe selama 10 -15 menit dan
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012
2 setelah itu peneliti akan menguur ulang tingkat nyeri pasien. Penelitian dilakukan mulai penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan skripsi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2012 tempat penelitian dilakukan di unit pelayanan teknis panti sosial lanjut usia jombang (UPT PSLU Jombang) Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan osteoarthritis yang berada Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang. Sebanyak 24 lansia. Sampelnya di pilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu 19 responden dengan teknik sampling random sampling. Variabel independen : Kompres hangat rebusan jahe dengan parameterjahe sebagai alat kompres, instrumen menggunakan pemberian intervensi. Variabel dependen : nyeri osteoarthritis dengan parameter rentan nyeri menggunakan instrumen VAS ( visual analog scale) skala ordinal dan kriteria Nyeri ringan bila nilai 1-3 Nyeri sedang bila nilai 4-6 Nyeri berat bila nilai 7-9 Nyeri sangat berat bila nilai 10. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dan menggunakan uji bertanda peringkat yaitu uji wilcoxson untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis. HASIL PENELITIAN Karaktristik kelamin
responden
berdasarkan
jenis
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin studi di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang pada bulan Juni 2012 Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) Perempuan 15 79 Laki - laki 4 21 Jumlah 19 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 79%.
Karaktristik responden berdasarkan usia Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia studi di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang pada bulan Juni 2012 Usia Jumlah Persentase (%) 45 – 59 Tahun 4 21 60 – 74 Tahun 12 63 75 – 90 Tahun 3 16 Jumlah 19 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berusia antara 60-74 sebanyak 63 %. Intensitas nyeri sebelum dilakukan kompres hangat rebusan jahe Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum dilakukan kompres hangat rebusan jahe di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang pada bulan Juni 2012 Intensitas nyeri
Jumlah
Persentase (%) Tidak nyeri 0 0 Nyeri Ringan 4 21 Nyeri sedang 12 63,2 Nyeri berat 3 15,8 Nyeri sangat berat 0 0 Jumlah 19 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden sebelum dilakukan kompres hangat rebusan jahe, responden mengalami nyeri sendi sedang sebanyak 63,2% nyeri ringan 21% dan sedangkan sebagian kecilnya mengalami nyeri berat sebanyak 15,8% Intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang pada bulan Juni 2012 Intensitas nyeri
Jumlah
Persentase (%) Tidak nyeri 2 10,5 Nyeri ringan 7 36,8 Nyeri sedang 9 47,4 Nyeri berat 1 5,3 Nyeri sangat berat 0 0 Jumlah 19 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa intensites nyeri sebagian besar responden yang tidak nyeri mengalami peningkatan yaitu 10,5% sedangkan pada responden dengan nyeri ringan menjadi Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012
3 36,8%, dengan demikian terjadi penurunan pada nyeri sedang dan nyeri berat. Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Osteoarthritis Tabel 5 Hasil tabulasi pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis studi di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang Tingkat Intensitas Nyeri
Sebelum
Sesudah
Jumla h
Persenta se (%)
Jumla h
Persent ase (%)
Tidak nyeri (0)
0
0
2
10,5
Nyeri (1-3)
ringan
4
21
7
36,8
Nyeri (4-6)
sedang
12
63,2
9
47,4
Nyeri berat (79)
3
15,8
1
5,3
Nyeri sangat berat(10)
0
0
0
0
Total 19 100 19 100 Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012
Karaktristik responden berdasarkan usia
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar respoden sebelum di lakukan kompres hangat rebusan jahe mengalami intensitas nyeri sedang 63,2% dan nyeri berat 15,8%. Setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe mengalami penurunan menjadi 47,4% dan 5,3%. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis. Jahe yang sudah di bersihkan dan ditumbuk kemudian di rebus sampai mendidih kemudian masukan dalam tremos agar tetap hangat dan diletakkan diatas kain beserta dengan tumbukan jahenya setelah itu di kompres pada daerah yang nyeri selama 10-15 menit . Karaktristik kelamin
responden
berdasarkan
hal ini terjadi akibat hormonal pada wanita yang telah menaupose, yang mengakibatkan hormon estrogen menurun dari densitas tulang dan persendian. Sebagaimana yang kita tahu fungsi dari hormon estrogen salah satunya adalah membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang, dan jika estrogen menurun maka sintesa kondrosit menurun sehingga sintesa proteoglikan dan kolagen juga menurun sedangkan aktifitas lisosom meningkat. Hal inilah yang mengakibatkan osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita. Menurut Bactiar (2010) distribusi jenis kelamin dari 22 responden yang mengalami osteoarthritis 91,7% diantaranya terjadi pada wanita sedangkan pada laki-laki hanya 8,3%. Sedangkan menurut Khairani (2012) mengenai jenis kelamin yang mengalami osteoarthritis adalah wanita yang diakibatkan karena menurunnya hormon estrogen. Dari beberapa penelitian tersebut jika dilihat dari resiko jenis kelamin, besarnya resiko wanita terkena osteoarthritis dibandingkan dengan lakilaki diduga disebabkan oleh defisiensi hormon estrogen. Namun alasan ini juga masih menjadi perdebatan dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut lagi.
jenis
Berdasarkan tabel 1 di ketahui bahwa mayoritas responden adalah wanita. Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari 100% responden 79% diantaranya adalah wanita yaitu sekitar 15 responden dan sisanya sebanyak 4 responden atau 21 % adalah berjenis kelamin lakilaki. Jenis kelamin memiliki peranan penting dalam terjadinya osteoarthritis, dimana wanita lebih sering terkena osteoarthritis dibandingkan laki-laki
Berdasarkan tabel 2 di ketahui bahwa populasi responden yang mengalami osteoarthritis rata2 berkisar antara 45-90 tahun. Dengan mayoritas responden usia 60 -75 tahun. Setelah dilakukan penelitian terdapat 4 responden atau sekitar 12% responden yang mengalami osteoarthritis berada pada usia <60 tahun, dan yang paling banyak adalah responden dengan usia 60-75 tahun ada 12 responden atau sekitar 63% yang mengalami nyeri osteoarthritis, sedangkan sisanya berada pada usia >70 yaitu sekitar 16% yang mengalami nyeri osteoarthriti. Sebagian telah dijelaskan pada bab 2 bahwa usia merupakan faktor yang sangat penting terjadinya tanda dan gejala osteoarthritis. Khairani (2012) menjelaskan bahwa faktor usia merupakan yang paling dominan dan paling kuat diantara faktorfaktor lainnya, prevalensi osteoarthritis semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Osteoarthritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak, dan juga jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun, osteoarthritis lebih sering terjadi pada usia diatas 60 tahun, dimana sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan hasil bahwa usia >60 menduduki presentasi tertinggi yaitu 48,6% di banding usia <50 tahun. Berdasarkan teori proses penuaan dimulai pada usia lanjut, terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada usia muda menjadi permukaan granular mengalami kerusakan pada usia tua.
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012
4 Ditambah lagi usia tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses regenerasi, perubahanperubahan degeneratif ini tidak dapat kembali kekeadaan semula dan bersifat progresif. Osteoarthritis bukanlah merupakan proses pasif, dimana terjadi suatu aktifitas selular dan metabolik yang tinggi dalam tulang rawan. Kondrosit berusaha mempercepat sintesa proteoglikan dan kolagen. Walaupun kondrosit berusaha mempercepat sintesis, kadar proteoglikan tetap berkurang karena rusak oleh enzim lisosom. Pada pusat permukaan sendi dimana gesekan terus terjadi dan sendi yang menerima bebean mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulangtulang disekitar tulang rawan. Kondrosit ini akhirnya mengalami osifikasi enkondral dan terjadilah pengapuran. Intensitas nyeri sendi pada lansia sebelum di lakukan kompres Pada tabel 3 menunjukkan sebelum dilakukan perlakuan kompres hangat rebusan jahe, responden yang mengalami nyeri sendi dengan intensitas ringan 4 orang dengan persentase 21%,pada intensitas nyeri sedang ada 12 orang dengan persentase 63,2% dan nyeri berat 3 orang dengan persentase 15%. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden mengalami intensitas sedang 63.2% dan sebagian kecilnya mengalami nyeri berat 15,8%. Hal ini terlihat bahwa selama penelitian berlangsung responden sering mengeluh nyeri sendi yang sangat mengganggu aktivitas responden sehari hari dengan mandiri. Selain itu dikarenakan sebagian responden sudah memasuki usia lanjut yang mana pada usia lanjut manusia mengalami perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri. Dapat dijelaskan pula nyeri yang dirasakan oleh responden bersifat individual, sehingga intensitas nyeri yang dialami sangat bervariasi. Antara responden satu dengan yang lainnya memiliki ambang nyeri yang bervariasi. Di panti responden hanya mendapatkan pengobatan farmakologis yaitu obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) yang berfungsi untuk menghambat produksi prostaglandin dari jaringan jaringan yang mengalami inflamasi. Namun pemberian obat-obatan itu justru bisa menimbulkan efek yang merugikan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan pengobatan nonfarmakologis sebagai intervensi dari asuhan keperawatan osteoarthritis pada lansia yang ada di UPT PSLU Jombang.
Intensitas nyeri setelah di lakukan kompres hangat rebusan jahe Pada tabel 4 menunjukkan bahwa setelah di lakukan perlakuan kompres hangat rebusan jahe, di ketahui bahwa sebagian besar responden setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe responden mengalami penurunan nyeri, dengan intensitas tidak nyeri 2 orang, nyeri ringan 7 orang, nyeri sedang 9 orang dan nyeri berat 1 orang. Sebagian besar responden setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe mengalami penurunan intensitas nyeri dari 63.2% menjadi 47.4% pada nyeri sedang. Itu menunjukkan bahwa ada pengaruh dari pemberian kompres hangat rebusan jahe terhadap intensitas nyeri osteoarthritis. Jahe mengadung antiinflamasi dan anti peradangan dimana jahe menekan sintesis prostaglandin melalui inhibisi cylooxygenase dan 5-lypoxygenase, sehingga mampu mengurangi nyeri disamping itu aroma atsiri dan rasa pedasnya mampu memberikan kenyamanan dan rasa tenang bagi responden sehingga nyeri bisa berkurang. Menurut Ehrlic,2008; Bachtiar,2010. Jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic dari oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol, oleoresin memiliki potensi antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Ekstrak jahe telah lama digunakan dalam praktik pengobatan tradisional untuk mengurangi inflamasi. Kompres hangat rebusan jahe bisa memberikan efek panas dan pedas yang dapat meredakan nyeri sendi dan kaku. Sejak dahulu jahe dipercaya memiliki banyak khasiat, untuk mengatasi radang sendi, jahe dipercaya bisa menggantikan aspirin dan obat jenis lainnya. Salah satu hasil penelitian tentang peranan jahe untuk mengatasi osteoarthritis yang dilakukan oleh Prof. R.D Althman MD, Ph.D., ahli osteoarthritis dari miami ditemukan selama tiga minggu pada 261 pasien penderita osteoarthritis, menunjukkan bahwa jahe cukup efektif mengatasi nyeri pada osteoarthritis. Secara preklinik baik in vitro maupun in vivo, jahe telah dibuktikan memiliki efek anti mikrob, anti fungal, anti helmintik, anti oksidatif, anti inflamasi, anti tumor, bersifat imunomodulatori, anti lipidemic, bersifat analgesic, dan memiliki efek perlindungan terhadap saluran pencernaan. Sedangkan secara klinik, efek yang palking nyata dari jahe adalah untuk mengatasi mual. Untuk efek lain adalah mencegah mual selepas oprasi, mabuk perjalanan dan sakit karena osteoarthritis, secara studi klinik sampai saat ini masih cukup efektif tapi masih perlu dilakukan studi lebih lanjut lagi.
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012
5 Menurut dr. Harry Isbagio, ahli rematologi obatobatan yang beredar saat ini hanya untuk mengurangi gejala, seperti penghilang radang dan nyeri seperti analgesic atau obat antiinflamasi nonsteroid. Meskipun manjur menghilangkan nyeri dan peradangan obat ini tidak baik jika digunakan dalam jangka panjang apalagi jika digunakan dalam dosis yang tinggi bisa menimbulkan adiksi, pengeroposan tulang dan tulang rawan. Jahe yang meupakan tanaman rimpang ini mampu untuk digunakan sebagai salah satu intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dan peradangan yang sekaligus memiliki efek menenangkan karena aromanya, selain itu jahe juga tidak memiliki efek samping yang berbahaya jika dibandingkan dengan obat-obatan nonsteroid. Winarti Christina. (2009). Pengaruh terapi kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis studi di unit pelayanan teknis panti sosial lanjut usia jombang pada bulan juni 2012 Dari hasil penelitian diatas terjadi penurunan intensitas nyeri sekitar 53% dimana diperoleh data bahwa skala nyeri pada nyeri osteoarthritis sebelum di lakukan kompres hangat rebusan jahe memiliki intensitas tidak nyeri 0%, nyeri ringan 21%, nyeri sedang 63,2%, nyeri berat 15,8% , dan nyeri sangat berat 0%, sedangkan setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe terjadi perubahan yang cukup signifikan yaitu pada intensitas tidak nyeri dari 0% menjadi 10,5% , pada nyeri ringan dari 21% menjadi 36,8%, pada nyeri sedang terjadi penurunan yaitu dari 63,2% menjadi 47,8% dan pada nyeri berat dari 15,8% menjadi 5,3% Dari analisa data dengan menggunakan program komputerisasi dengan Uji Wilcoxson, menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah perlakuan kompres hangat rebusan jahe didapatkan nilai 0,000. Sedangkan berdasarkan harga signifikasi p<0,05 yaitu 0,00<0,05, maka H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antara kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada responden. Hal ini sesuai dengan salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri pada penderita osteoarthritis yaitu dengan melakukan kompres hangat rebusan jahe. Kompres hangat rebusan jahe merupakan bagian dari tehnik stimulasi yang merupakan salah satu intervensi non farmakologi dalam penanganan nyeri tanpa menimbulkan efek
samping walaupun digunakan dalam jangka panjang. Jahe sendiri merupakan rempah-rempah yang banyak tumbuh dan banyak di temukan di sekitar kita khususnya di Panti Soial Lanjut Usia Jombang, harga jahe yang relative terjangkau membuat peneliti tertarik untuk meneliti manfaat jahe yang hasilnya berguna untuk penduduk panti. Menurut Bachtiar (2010). Kompres hangat jahe memiliki kandungan enzim siklo oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita osteoarthritis selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Sesuai juga dengan teori bahwa kandungan jahe juga bermanfaat untuk mengurangi nyeri osteoarthritis karena jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatik dari olerasin seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Olerasin memiliki potensi anti inflamasi, analgetik dan antioksidan yang kuat. Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas olerasin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (swarbric dan boylan 2012) jahe mengandung olerasin atau zingerol yang dapat menghambat sintesis prostaglandin sehingga nyeri reda atau radang berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dari radang atau inflamasi, ia terbentukdari asam arakidunat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX) dengan menghambat pada COX maka prostaglandin tidak terbentuk. Menurut susanti (2012) Kompres air hangat juga dapat meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi berkurang ( Lemone & Burke, 2010), kompres dilakukan pada penderita osteoarthritis karena dapat mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, mengurangi penekanan atau kompresi dan nyeri pada sendi, melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat Faktor – faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri seseoarang diantara adalah jenis kelamin, secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon terhada nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi nyeri di pengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin. Faktor lainnya adalah usia yang sangat berpengaruh terhadap
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012
6 toleransi nyeri seseorang. Umumnya makin bertambah usia makin bertambah toleransinya terhadap nyeri. Responden dalam penelitian ini sebagian besar berada pada usia lansia yang berarti rata-rata responden memiliki toleransi yang tinggi terhadap nyeri dan mereka memiliki pengalaman dalam merespon nyeri karena sudah cukup lama menderita nyeri sendi. Smeltzer (2010). Menurut perry & potter (2009) usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkem,bangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhada nyeri. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut 1. Nyeri osteoarthritis pada lansia sebelum dilakukan kompres hangat rebusan jahe sebagian besar mengalami nyeri sedang 2. Nyeri osteoarthritis pada lansia setelah dilakukan kompres hangat rebusan jahe intensitas nyeri mengalami penurunan persentase dengan intensitas tertinggi pada nyeri sedang 3. Ada pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan intensitas nyeri osteoarthritis. Dari nyeri berat menjadi nyeri sedang, nyeri sedang menjadi nyeri ringan dan nyeri ringan menjadi tidak nyeri. Saran Bagi perawat panti. Di harapkan untuk kedepannya bapak dan ibu selaku tim kesehatan yang ada di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia Jombang selain memberikan pengobatan secara farmakologis juga bisa menerapkan terapi non farmakologis kompres hangat rebusan jahe terhadap lansia yang ada di panti guna membantu meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.
penelitian selanjutnya dapat menampilkan kelompok kontrol, sehingga perbedaan dapat terlihat lebih jelas pada subjek yang diteliti. KEPUSTAKAAN Harwati T. (2009). Khasiat Jahe Bagi Kesehatan Tubuh Manusia Baktiar A. (2010). Keperawatan, F. I., Magister, P., Keperawatan, I., Keperawatan, K., & Bedah, M. Universitas Indonesia Pengaruh Ekstrak Jahe ( Zingiber Officinale ) Terhadap Tanda Dan Gejala Osteoartritis Universitas Indonesia Pengaruh Ekstrak Jahe ( Zingiber Officinale ). Koentjoro. (2010). Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh (Imt) Dengan Derajat Osteoarthritis Lutut Menurut Kellgren Dan Lawrence (Skripsi). Semarang. Universitas Diponegoro Khairani Y. (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Imt, Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Osteoathritis Lutut Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer. SC. Bare, BG. (2010). Buku Ajar Kepeawatan Medikal Bedah. Edisi 8 : EGC. Jakarta Susanti. (2012). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Remhatoid Pada Lansia Di Pstw Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Winarti Christina. (2009). Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe. Kandungan Bahan Aktif Jahe Dan Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. Bogor.
Bagi Dosen. Di harapkan bisa melakukan pengabdian dan edukasi terhadap para lansia di unit pelayanan teknis pant sosial lanjut usia jombang tentang osteoarthritis, pencegahan osteoarthritis dan terapi kompres hangat rebusan jahe untuk menurunkan nyeri pada osteoarthritis. Bagi peneliti selanjutnya. Di harapkan pada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian ini, perlu untuk menambahkan kriteria respondennya serta jangan lupa untuk menyertakan tanda-tanda vital pasien ( tekanan darah , nadi dan suhu ). Dan di harapkan dalam Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 03 No. 001 Maret 2012