Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors on Age at Menopause at Bendo Community Health Center, Kediri, East Java Estin Gita Maringga1), Rita Benya Adriani2), Ambar Mudigdo3) 1) Masters
Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta Polytechnics Program, Ministry of Health, Surakarta 3) Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University 2) Health
ABSTRACT Background: Menopause is the natural cessation of menstruation that usually occurs between the ages of 45 and 55. Menopause women may experience some undesirable effects, such as sleep disturbance, prone to pain, increased susceptibility to sexually transmitted disease (STD), and thinner hair. It is hypothesized that age at menopause is affected by genetic factor, as well as psychosocial factors. This study aimed to the effect of contraceptive use, parity, and social economic factors on age at menopause. Subjects and Method: This study was an analytic observatioanal study using case control design. The study was conducted in Bendo Village, Bendo Village, Sumberbendo Village, Pelem Village, Darungan Village, and Sambirejo Village in Community Health Center Bendo, Kediri, East Java, from 8-31 March 2017. A sample of 120 menopausal women was selected for this study by fixed disease sampling. The dependent variable was age at menopause. The independent variables were hormonal contraceptive use, duration of contraceptive use, parity, education level, and family income. The data were collected by questionnaire, and analyzed by path analysis. Results: Menopausal age was affected by duration of hormonal contraceptive use (b= 0.29; SE= 0.12; p= 0.014), parity (b= 1.98; SE= 0.49; p= 0.001), and family income (b= 2.29; SE= 0.88; p= 0.009). Duration of hormonal contraceptive use was affected by hormonal contraceptive use (b= 5.23; SE= 0.57; p= 0.001) and parity (b= 1.22; SE= 0.27; p= 0.001). Family income was affected by parity (b= 0.14; SE= 0.05; p= 0.002) and education level (b= 0.10; SE= 0.11; p= 0.361). Conclusion: Menopausal age is directly affected by duration of hormonal contraceptive use, parity, and family income. Menopausal age is indirectly affected by hormonal contraceptive use, parity, and education level. Keywords: menopausal age, hormonal contraceptive, parity, social economic factors, path analysis Correspondence: Estin Gita Maringga. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta. Email:
[email protected]. Mobile: +6281357673430.
LATAR BELAKANG Masa menopause merupakan salah satu fase kehidupan yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi wanita dalam waktu satu tahun akibat penurunan kadar hormon estrogen (Goodman, 2011). Menurut beberapa hasil penelitian, rata-rata wanita di Amerika
114
Serikat mengalami menopause pada usia 50 tahun (Goodman, 2011). Rata-rata wanita di negara berkembang seperti di India mengalami menopause usia 47.9 tahun (Pathak, 2010). Berdasarkan data SDKI (2013) Indonesia juga merupakan negara berkembang dengan rata-rata wanita mengalami menopause pada usia 49 tahun. e-ISSN: 2549-0257 (online)
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
Akhir-akhir ini jumlah akseptor Keluarga Berencana (KB) di seluruh dunia mengalami peningkatan. Sekitar 64% Pasangan Usia Subur di seluruh dunia tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi dan 14% diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal (United Nation, 2015). Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 8,500,247 Pasangan usia Subur (PUS) merupakan peserta KB baru dan sebagian besar diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 84.39% (Kemenkes RI, 2014). Jumlah PUS di Jawa Timur pada tahun 2015 sebanyak 6,277,248. Sebagian besar PUS merupakan akseptor KB hormonal sebanyak 70% (BKKBN, 2016). Akseptor KB aktif di Kabupaten Kediri pada tahun 2015 sebanyak 64.8% dan sebagian besar akseptor KB aktif tersebut menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 74.5% (Dinkes Kabupaten Kediri, 2016). Menurut Mulyani (2013) bahwa wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause, hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi hormonal yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Jumlah PUS di Jawa Timur tahun 2015 sebanyak 6,277,248 dengan tingkat paritas <2 anak sebanyak 44.16% dan paritas ≥2 anak sebanyak 55.84% (BKKBN, 2016). Tingkat paritas seorang wanita akan mempengaruhi usia memasuki masa menopause, hal ini dikendalikan oleh reseptor hormon Anti-Mullerian Hormone (AMH). Paritas akan menstimulasi proses up regulation sehingga seorang wanita yang sering melahirkan akan semakin banyak terjadi peningkatan progesteron yang signifikan. Wanita tersebut semakin sering mengalami inhibisi pelepasan folikel. Semakin sering e-ISSN: 2549-0257 (online)
wanita melahirkan maka semakin lama (lambat) wanita tersebut mengalami menopause (Kevenaar, 2007). Seiring dengan perkembangan perekonomian negara, ternyata masih banyak peduduk miskin di Indonesia. Menurut data BPS Provinsi Jawa Timur (2015), menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 17.37 juta penduduk dan di Jawa Timur sebesar 1.5 juta penduduk. Tingginya angka kemiskinan di Indonesia tersebut akan berdampak pada tingkat pendapatan dan pendidikan. Umumnya jika tingkat pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan akan membaik pula (Suhardjo et al., 2010). Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, asupan nutrisi juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang juga dapat mempengaruhi usia menopause. Hal ini sejalan dengan penelitian Akahoshi et al., (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi Body Mass Index (BMI) seorang wanita, maka akan memasuki masa menopause yang lebih lama. Hal ini berkaitan dengan kadar estrogen yang tinggi pada wanita yang mengalami obesitas. Jaringan lemak pada wanita yang memiliki BMI ≥30 dapat mensistesis estrogen. Masa menopause pada seorang wanita perlu mendapat perhatian yang serius. Menurut hasil penelitian Ziberman (2015) wanita yang memasuki masa menopause berisiko mengalami kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki poyandu lansia sebanyak 514. Tingginya jumlah Posyandu Lansia di Kabupaten Kediri, Jawa Timur tidak diimbangi dengan pencapaian target terhadap pelayanan kesehatan lansia di Kabupaten Kediri yang masih di bawah target yaitu 63% dari target 65% (Profil Kesehatan Kabupaten Kediri, 2014). Hasil sensus penduduk di Kabu115
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
paten Kediri pada tahun 2013 didapatkan data jumlah wanita yang berusia ≥45 tahun sebanyak 763,808 jiwa. Hasil dari sensus penduduk menunjukkan bahwa usia wanita ≥45 tahun paling banyak terdapat di Kecamatan Pare dengan jumlah 53,805 jiwa (BPS, 2014). Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bendo Kabupaten Kediri didapatkan data sebanyak 3,840 wanita menopause. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Pare didapatkan data sebanyak 70% wanita mengalami usia menopause dalam rentang usia normal (45-54 tahun) dan 30% wanita mengalami menopause dini (<45 tahun). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal, tingkat paritas dan faktor sosial ekonomi terhadap usia menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo, Kediri, Jawa Timur. SUBJEK DAN METODE 1. Desain penelitian Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan desain case control. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo, di lima desa yaitu Desa Bendo, Desa Darungan, Desa Sumberbendo, Desa Pelem, dan Desa Sambirejo pada tanggal 8-31 Maret 2017. 2. Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo, Kediri. Subjek penelitian adalah ibu menopause sejumlah 102 orang ibu menopause dengan riwayat pernah menggunakan KB hormonal dan KB IUD yang usianya kurang 60 tahun dipilih menggunakan teknik fixed disease sampling. Kelompok kasus adalah ibu menopause dengan riwayat pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. Kelompok kontrol adalah ibu 116
menopause dengan riwayat pernah menggunakan Intra Uterine Device (IUD). Pemilihan tersebut didasarkan dari data akseptor KB di masing-masing desa, yang kemudian dipilih secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan oleh peneliti. 3. Variabel Penelitian Terdapat enam variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen yaitu usia menopause. Variabel independen yaitu jenis kontrsepsi, lama penggunaan kontrasepsi, tingkat paritas, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. 4. Definisi operasional Definisi operasional jenis kontrasepsi adalah wanita yang secara sadar telah memilih dan menggunakan alat kontrasepsi, yang berupa menggunakan alat kontrasepsi IUD jenis Copper T dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal (pil, suntik, atau implant). Lama penggunaan kontrasepsi adalah wanita yang secara sadar telah memilih dan menggunakan alat kontrasepsi dalam jangka waktu <5 tahun atau ≥5 tahun. Tingkat paritas adalah jumlah kelahiran aterm yang telah dialami oleh seorang wanita, tanpa melihat jumlah anaknya (gemelli dihitung sebagai satu kali paritas) yang terdiri dari primipara dan multipara. Tingkat pendidikan adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan tingkat menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan rendah dikategorikan <SMA dan pendidikan tinggi dikategorikan ≥ SMA. Tingkat pendapatan adalah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Tingkat pendapatan rendah adalah
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
Usia menopause adalah masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi yang terdiri dari early menopause dan natural menopause. 5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data univariat, analisis data bivariat menggunakan regresi linier, dan analisis multivariat menggunakan analisis jalur. Menurut Murti (2014) langkahlangkah dalam melakukan analisis data dengan menggunakan analisis jalur, yaitu sebagai berikut: a. Spesifikasi model Spesifikasi model digambarkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang diteliti dibedakan menurut variabel endogen dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam penelitian ini terdiri dari variabel endogen yaitu lama penggunaan kontrasepsi hormonal, tingkat pendapatan, dan usia menopause. Variabel eksogen adalah variabel yang didalam model tidak dipengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini variabel eksogennya yaitu jenis kontrasepsi hormonal, tingkat paritas, dan tingkat pendidikan. b. Identifikasi model Identifikasi terhadap jumlah variabel terukur, jumlah variabel endogen, variabel eksogen, dan parameter yang akan di estimasi. Tahap ini dihitung degree of freedom (df). Hasil perhitungan diperoleh nilai degree of freedom (df) sebesar 9, artinya over identified sehingga analisis jalur dapat dilakukan karena df ≥ 0. c. Kesesuaian model Model analisis jalur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dicek/ dites kesesuaiannya dengan model hubungan variabel yang terbaik menurut komputer (SPSS) disebut model saturasi yang dibuat berda-
e-ISSN: 2549-0257 (online)
sarkan data sampel yang dikumpulkan peneliti. d. Estimasi parameter Hubungan sebab akibat variabel ditunjukan oleh koefisien regresi (b), baik yang belum terstandarisasi (unstandardized) maupun yang sudah di-standarisasi (standardized). Koefisien regresi yang belum terstandarisasi menunjukkan hubungan variabel independen dan dependen dalam unit pengukuran yang asli. e. Respesifikasi model Jika model yang dibuat peneliti tidak sesuai dengan data sampel sebagaimana ditunjukkan oleh model saturasi dan juga terdapat koefisien regresi yang bernilai sangat kecil mendekati nol serta secara statistik tidak signifikan, maka perlu dibuat ulang model analisis jalur sehingga diperoleh model yang sesuai dengan data sampel. HASIL A. Analisis Univariat Dimensi karakteristik data umum subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Seluruh subjek penelitian diketahui tidak ada yang pernah melakukan operasi pengangkatan kandungan dan tidak pernah melakukan kemoterapi. Hasil statistik deskriptif data kontinu yang meliputi, lama penggunaan kontrasepsi, tingkat paritas, tingkat pendapatan, dan usia menopause dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa masingmasing variabel memiliki keberagaman data yang relatif kecil. Mean menggambarkan nilai rata-rata, sedangkan nilai standard deviation (SD) menggambarkan seberapa jauh bervariasinya data. Nilai SD yang kecil indikasikan data yang representatif.
117
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Klasifikasi Riwayat operasi pengangkatan kandungan 1. Ya 2. Tidak Riwayat penggunaan kemoterapi 1. Ya 2. Tidak
N
%
0 102
0 100
0 102
0 100
Tabel 2. Analisis univariat variabel penelitian Variabel Lama penggunaan kontrasepsi (tahun) Tingkat paritas Tingkat pendapatan keluarga/ bulan (rupiah) Usia menopause (tahun)
n 102
Min. 0
Maks. 15
Mean 3.75
SD 4.104
102 102
1 500,000
5 2,500,000
2.77 1,005,392.16
1.024 532,317.32
102
40
55
47.50
5.352
Tabel 3. Analisis bivariat pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal, tingkat paritas, dan faktor sosial ekonomi terhadap usia menopause Variabel Independen r p Jenis kontrasepsi 1.71 0.180 Lama penggunaan kontrasepsi (tahun) 0.43 0.011 Tingkat paritas 1.96 <0.001 Tingkat pendidikan 0.37 0.715 Tingkat pendapatan keluarga /bulan (rupiah) 2.15 0.020
B. Analisis Bivariat Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi (r=1.71; p=0.180), tingkat pendidikan (r=0.37; p=0.715) memiliki pengaruh secara positif terhadap usia menopause meskipun secara statistik tidak signifikan. Lama penggunaan kontrasepsi (r= 0.43; p=0.011), tingkat paritas (r=1.96; p<0.001), tingkat pendapatan (r=2.15; p= 0.020), memiliki pengaruh positif terhadap usia menopause dan secara statistik signifikan. C. Analisis Jalur Gambar 1 menunjukkan model struktural setelah dilakukan estimasi menggunakan IBM SPSS AMOS 20, sehingga didapatkan nilai seperti pada gambar tersebut. Indikator yang menunjukan kesesuaian model analisis jalur ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai goodness of fit measure (pengukuran kecocokan model) didapatkan hasil fit
118
index (indeks kecocokan) CMIN sebesar 1.44; p=0.21 >0.05; NFI=0.96 ≥0.90; CFI 0.99 ≥0.95; RMSEA=0.06 ≤0.08. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model empirik tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan dan dinyatakan sesuai dengan data empirik. Melalui Tabel 4 dapat diketahui bahwa usia menopause dipengaruhi oleh lama penggunaan kontrasepsi, tingkat paritas, dan tingkat pendapatan. Lama penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh jenis kontrasepsi dan tingkat paritas. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh tingkat paritas dan tingkat pendapatan. Setiap peningkatan satu unit lama penggunaan kontrasepsi akan meningkatkan usia menopause sebesar 0.29 unit (b= 0.29; SE= 0.12; p= 0.014).
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
Gambar 1. Model struktural analisis jalur Tabel 4. Hasil analisis jalur pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal, paritas, dan faktor sosial ekonomi terhadap usia menopause Variabel Endogen Variabel Eksogen b* SE p β** Pengaruh Langsung Lama penggunaan Usia Menopause (tahun) 0.29 0.12 0.014 0.22 kontrasepsi hormonal (tahun) Tingkat paritas Usia Menopause (tahun) 1.98 0.49 0.001 0.38 Usia Menopause (tahun) Tingkat pendapatan 2.29 0.88 0.009 0.21 (rupiah) Pengaruh tidak langsung Jenis kontrasepsi Lama pengggunaan 5.23 0.57 0.001 0.62 kontrasepsi hormonal hormonal (tahun) Tingkat Paritas Lama pengggunaan 1.22 0.27 0.001 0.30 kontrasepsi hormonal (tahun) Tingkat pendapatan (rupiah) Tingkat Pendidikan 0.10 0.11 0.361 0.08 Tingkat Pendapatan (rupiah) Tingkat Paritas 0.14 0.05 0.002 0.29 Model Fit CMIN =1.44 p= 0.21 (≥0.05) GFI = 0.98 (≥ 0,90) NFI = 0.96 (≥ 090) CFI = 0.99 (≥ 0.90) RMSEA = 0.06 (≤0.08) *koefisien jalur tidak terstandarisasi **koefisien jalur terstandarisasi
Setiap peningkatan satu unit tingkat paritas akan meningkatkan usia menopause sebesar 1.98 unit (b=1.98; SE=0.49; p= 0.001). Setiap peningkatan satu unit tingkat pendapatan akan meningkatkan usia menoe-ISSN: 2549-0257 (online)
pause sebesar 2.29 unit (b=2.29; SE=0.88; p=0.009) Setiap peningkatan satu unit jenis kontrasepsi akan meningkatkan lama penggunaan kontrasepsi sebesar 5.23 unit (b= 5.23; SE=0.57; p= 0.001). 119
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
Setiap peningkatan satu unit tingkat paritas akan meningkatkan lama penggunaan kontrasepsi sebesar 1.22 unit (b= 1.22; SE= 0.27; p= 0.001). Setiap peningkatan satu unit tingkat pendidikan akan meningkatkan tingkat pendapatan sebesar 0.10 unit (b= 0.10; SE= 0.11; p= 0.361). Setiap peningkatan satu unit tingkat paritas akan meningkatkan tingkat pendapatan sebesar 0.14 unit (b= 0.14; SE= 0.05; p= 0.002). PEMBAHASAN 1. Pengaruh jenis kontrasepsi terhadap usia menopause Terdapat pengaruh yang positif antara jenis kontrasepsi terhadap usia menopause meskipun tidak mempengaruhi secara langsung yaitu melalui lama penggunaan kontrasepsi. Menurut Kusuma (2016) bahwa pemilihan jenis kontrasepsi berhubungan dengan lama pemakaian kontrasepsi. Hasil penelitian Pallikadavath et al., (2016) menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian menopause pada usia yang normal (45-55 tahun) jika dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil sebelumnya. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Stepaniak et al., (2013) bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia menopause yang lebih lama pada seorang wanita. Murugan et al., (2015) juga menyatakan bahwa penggunaan AKDR dan tubektomi akan mempercepat terjadinya menopause pada seorang wanita. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rini (2014) didapatkan hasil bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi pil oral kombinasi mempunyai rata-rata onset menopause lebih tinggi daripada wanita yang menggunakan kontrasepsi dalam 120
rahim (AKDR). Onset menopause antara kedua jenis pengguna alat kontrasepsi tersebut memiliki selisih sebesar 1.4 tahun. Hasil penelitian Fitriyani (2013) justru menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi pil dengan usia menopause. Perbedaan usia menopause pada seorang wanita di berbagai wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetic. Hasil penelitian Fitriyani (2013) tidak mengkaji secara mendalam tentang pengaruh faktor terhadap usia menopause. Jenis kontrasepsi yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap usia menopause tersebut akan mempengaruhi lama penggunaan kontrasepsi. Lama pemakaian kontrasepsi tergantung tujuan subjek penelitian apakah untuk menjarangkan kelahiran atau mengakhiri kesuburan (Kusuma, 2016). Lama penggunaan kontrasepsi hormonal berpengaruh terhadap usia menopause. Penyebabnya adalah kandungan hormon estrogen dan progesteron yang ada pada kontrasepsi hormonal berdampak pada perubahan hormonal pada ovarium. Tubuh terus menerus diberikan hormon tersebut sehingga merangsang hipofisis tidak memproduksi hormon estrogen dan progesteron (Varney, 2006). 2.Pengaruh lama penggunaan kontrasepsi terhadap usia menopause Terdapat pengaruh positif lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap usia menopause. Mulyani (2013) menyatakan bahwa wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu lama akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause. Penyebabnya adalah cara kerja kontrasepsi hormonal yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Pallikadavath et al., (2016) menyatakan bahwa wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian menopause e-ISSN: 2549-0257 (online)
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
pada usia yang normal (45-55 tahun) jika dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Bentzen (2012) menyatakan bahwa semakin lama durasi penggunaan kontra-sepsi hormonal akan menurunkan jumlah Antral Follicle Count (AFC) dan volume ovarium, serta meningkatkan kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) secara signifikan yang artinya hal ini akan berpengaruh terhadap kejadian menopause yang lebih lama dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian Fitriyani (2013) menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi pil 5 tahun berisiko 0.90 kali lebih kecil untuk menopause dini daripada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil. Lama penggunaan kontrasepsi hormonal berpengaruh terhadap usia menopause. Penyebabnya adalah adanya kandungan hormon estrogen dan progesteron yang ada pada kontrasepsi hormonal berdampak pada perubahan hormonal di ovarium. Tubuh terus menerus diberikan hormon tersebut maka merangsang hipofisis tidak memproduksi kedua hormon tersebut sehingga hormon estrogen dan progesteron tidak diproduksi (Varney, 2006). Semakin lama penggunaan kontrasepsi hormonal tersebut, maka adaptasi dan perubahan dalam tubuh seseorang juga akan lebih lama terjadi. 3.Pengaruh tingkat paritas terhadap usia menopause Terdapat pengaruh positif lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap usia menopause. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tingkat paritas memiliki pengaruh secara langsung terhadap usia menopause. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian (Kevenaar, 2007) bahwa pengaruh paritas terhadap usia menopause dikene-ISSN: 2549-0257 (online)
dalikan oleh reseptor hormon AMH yang dikenal sebagai AMHR2 – 482 A>G polymorphism. Seiring dengan perubahan hormonal menjelang paritas, kadar progesterone yang sangat tinggi terbukti meningkatkan ekspresi reseptor AMH tersebut di jaringan. Terlebih lagi, tingginya kadar prolaktin juga mempotensiasi efek up regulation reseptor AMHR2 tersebut. Tingginya jumlah reseptor AMH akan memperkuat efek inhibisi proses initial recruitment dari folikel primordial sehingga memperlambat kejadian menopause. Jumlah paritas akan menstimulasi proses up regulation, maka peningkatan jumlah paritas juga akan memperlambat usia menopause. Tingginya tingkat paritas pada subjek penelitian dikaitkan dengan rendahnya pengetahuan dari subjek penelitian yang sebagian besar memiliki riwayat pendidikan dasar sebanyak 63 subjek penelitian (61.76%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Friedman (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat paritas seseorang adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki kemampuan dalam berpikir yang lebih rasional. Terdapat pengaruh tidak langsung tingkat paritas terhadap usia menopause lama penggunaan kontrasepsi. Semakin tinggi paritas seseorang wanita maka penggunaan kontrasepsinya juga akan lebih lama dibandingkan dengan wanita yang memiliki tingkat paritas yang rendah. Sehingga semakin lama juga akan semakin lama memasuki usia menopause Menurut Hartanto (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi lama penggunaan dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi, adalah paritas. Semakin lama penggunaan kontrasepsi hormonal tersebut, maka 121
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
adaptasi dan perubahan dalam tubuh seseorang juga akan lebih lama terjadi (Varney, 2006). Perubahan hormon tersebut menyebabkan perubahan haid menjadi tidak teratur. Pengaruh negatif ketidakseimbangan hormon bisa menyebabkan mundurnya siklus menstruasi, sehingga usia menopause juga akan berlangsung lambat dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. Terdapat pengaruh positif antara tingkat paritas terhadap tingkat pendapatan. Hal ini terjadi pada masyarakat di pedesaan yang memiliki anggapan bahwa anak merupakan sumberdaya ekonomi dan aset masa kini, sehingga kehadiran anak sangat diharapkan dalam keluarga. Tingkat paritas yang tinggi berhubungan dengan tingkat pendapatan dalam keluarga (Hartoyo et al., 2011). Semakin tinggi jumlah anak maka semakin tinggi usaha kedua orangtua tersebut untuk memperbaiki tingkat pendapatan salam keluarganya. Tingkat pendapatan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap usia menopause. Suhardjo (2010) menyatakan bahwa jika tingkat pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan akan membaik pula. Asupan nutrisi yang baik sejak dalam usia reproduktif akan mempengaruhi sistem endokrin dalam tubuhnya, sehingga peluang terjadinya menopuse dini akan dapat diminimalkan. 4.Pengaruh tingkat pendidikan terhadap usia menopause Terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan. Hal ini berkaitan dengan dari hasil wawancara sebagian besar dari wanita yang menjadi subjek penelitian yang termasuk dalam pendidikan menengah dan tinggi, memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bloom (1908) dalam Efendi dan 122
Makhfudli (2009) tentang teori perilaku, bahwa domain dari perilaku terdiri dari pengetahuan dan sikap. Seorang wanita yang memutuskan untuk bekerja tidak hanya cukup didasari dari pendidikan tinggi tetapi juga didasari pada sikap dan perilaku seorang wanita yang memutuskan untuk mau bekerja atau tidak untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Pendapatan yang didapat oleh keluarga subjek penelitian penelitian ini sebagian besar masih di bawah UMR di Kabupaten Kediri. Hal ini bertentangan dengan konsep teori yang ada, yaitu bertambah tingginya tingat pendidikan seseorang maka makin besar kemungkinan seseorang untuk memperbaiki kondisi ekonominya menjadi lebh baik (Karsidi, 2008). Meskipun tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan, namun ter-dapat hubungan yang tidak langsung antara tingkat pendidikan terhadap usia menopause melalui tingkat pendapatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Shobeiri et al., (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan usia menopause, semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita akan semakin lama untuk memasuki masa menopause begitupula sebaliknya. Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi terjadinya menopause, karena akan menentukan pemilihan jenis kualitas asupan makanan dan aktivitas fisik. Asupan nutrisi yang baik sejak usia reproduktif akan mempengaruhi sistem endokrin dalam tubuhnya, sehigga peluang terjadinya menopuse dini dapat diminimalkan (Akahoshi et al., 2010). Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Gold (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan yang lebih signifikan terhadap usia menopause jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan. Hasil penelitian e-ISSN: 2549-0257 (online)
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
yang bervariasi terkait sosial ekonomi terhadap usia menopause dikaitkan dengan budaya yang ada di masing-masing wilayah tentang pendidikan dan pekerjaan bagi seorang wanita. Meskipun pendidikannya tinggi, wanita tidak akan mudah untuk memutuskan untuk bekerja untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Hal ini disampaikan oleh (Istibsyaroh, 2004) yaitu didalam setiap masyarakat, peran laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan berdasarkan komunitas, status, maupun kekuasaan mereka. Perbedaan perkembangan peran gender dalam masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos-mitos yang digunakan untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin. 5.Pengaruh tingkat pendapatan terhadap usia menopause Terdapat pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap usia menopause yang bersifat langsung. Pendapatan adalah semua penghasilan yang berupa uang yang diperoleh suatu keluarga. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya memiliki pendapatan yang baik untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bagi masya-rakat yang mempunyai penghasilan kecil, mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan bagi keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang lainnya seperti makanan yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik, pendidikan yang baik, dan bagi keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Karsidi, 2008). Kesimpulannya adalah semakin tinggi penghasilan seseorang maka akan semakin baik pula e-ISSN: 2549-0257 (online)
upayanya memenuhi kebutuhan pokok yang dengan terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui makanan yang baik. Hal ini didukung oleh pendapat Suhardjo (2010) jika tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan akan membaik pula. Asupan nutrisi yang baik sejak dalam usia reproduktif akan mempengaruhi sistem endokrin dalam tubuhnya, sehigga peluang terjadinya menopuse dini akan dapat diminimalkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Potsangbam et al., (2016) yang menyatakan bahwa tingginya status sosial ekonomi, tingkat paritas yang rendah, tempat tinggal di pedesaan, dan siklus menstruasi yang tidak teratur berhubungan dengan gaya hidup dan kesehatan secara umum pada seorang wanita sehingga juga akan berpengaruh terhadap usia menopause. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia menopause dipengaruhi oleh lama penggunaan kontrasepsi, tingkat paritas, dan tingkat pendapatan. Lama penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh jenis kontrasepsi, dan tingkat paritas. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh tingkat paritas dan tingkat pendidikan. REFERENCE Akahoshi M, Soda M, Nakashima E, Tominaga T, Ichimaru S, Seto S, Yano K (2010). The Effect of Body Mass Index on Age at Menopause. International Journal of Obesity 26(7):961968. Bentzen JG, Forman JL, Pinborg A, Lidegaard O, Larsen EC, Friis-Hansen L, Johannsen TH, Andersen AN (2012). Ovarian Reserve Parameters: a Comparison Between Users and Nonusers of Hormonal Contraception. Reproductive BioMedicine Online, 25(6): 612-619.
123
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(2): 114-125
BKKBN (2016). Grafik Perkembangan pencapaian KB. Diakses dari http://jatim.bkkbn.go.id/ pada tanggal 28 November 2016. BPS Provinsi Jawa Timur (2015). Jawa Timur dalam Angka 2015. Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur. ISSN: 0215 – 2193 Dinkes Kabupaten Kediri (2016). Resume Profil Kesehatan Kabupaten Kediri. Diakses dari http://dinkes.kedirikab.go.id/?hal=dprofilkesehatan&id=5 0 pada tanggal 1 Desember 2016. Efendi F, Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Fitriyani (2013). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil dengan Usia Menopause. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(4). Friedman (2005). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Gold EB, Syibil LC, Nancy EA, Carolyn JC, Kren A, Elaine W (2013). Factor Related to Age Natural at Menopause: Longitudinal Analysis from SWAN. American Journal of Epidemiology 178(1): 70-83. Goodman NF, Rhoda H, Samara A, Ira K, Dwain W (2011). American Association of Clinical Endocrinologist Medical Guideline for Clinical Practice for the Diagnosis and Treatment of Menopause. AACE Menopause Guidelines Endocr Pract 17: 34-45. Hachul H, Polesel DN, Nozoe KT, Sanchez ZM, Prado MCO, Andersen ML, Bittencourt L, Tufik S (2015). The Age of Menopause and their Associated Factors: A Cross-Sectional PopulationBased Study. J Women's Health Care 5:5.
124
Hartanto H (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hartoyo, Melly L, Sri RM. (2011). Studi Nilai Anak, Jumlah Anak Yang Diinginkan, Dan Keikutsertaan Orang Tua Dalam Program KB. Jur. Ilm. Kel. & Kons, 4(1) : 37 – 45. Heffner, Linda J, Schust D (2006). Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga. Karsidi R. (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UMS dan UNS Pers Kemenkes RI (2014). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Pusat Data dan Informasi Kevenaar ME, Axel PN, Joop SE, Andre G (2007). A polymorphism in the AMH type II receptor gene is associated with age at menopause in interaction with parity. Human Reproduction 22(9): 2382–88. Kumalasari I, Andhyantoro I (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Kusuma N (2016). Hubungan Antara Metode Dan Lama Pemakaian Dengan Keluhan Kesehatan Subyektif Pada Akseptor. Jurnal Berkala Epidemiologi 4 (2): 164–175. Mulyani S (2013). Menopause. Jakarta: Nuha Medika. Murti B (2013). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Murugan A, Vanaja (2015). Evaluation of Some Risk Factors on the Age at Menopause in South Indian Women. International Journal of Research and Review in Pharmacy and Applied Sciences 5(1):1117-1124 Pallikadavath S, Reuben Ogollah, Abhishek S, Tara D, Ann D, William S (2016). e-ISSN: 2549-0257 (online)
Maringga et al./ Effect of Contraceptive Use, Parity, and Social Economic Factors
Natural Menopause among Women Below 50 years in India: A PopulationBased Study. Indian J Med Res 144:366-377. Potsangbam R, Deben SL, Ratana U, Bishwalata RK (2016). Age at Menopause and its Determinants. Annals of International Medical and Dental Research (AIMDR). ISSN (O):23952822; ISSN (P):2395-2814. Pathak RK, Purnima P (2010). Age at Menopause and Associated Bio Social Factor of Health in Punjabi Women. Open Acces Anthropolgy Journal 3:172-180. Profil Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2014. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/ PROFIL_KAB_KOTA_2014/3506_Jat im_Kab_Kediri_2014.pdf. Purwoastuti E, Elisabeth S (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Rini SP (2014). Perbedaan Onset Menopause Antara Pengguna Pil Oral Kombinasi dan Akseptor Non Hormonal di kecamatan Jebres Surakarta. Ramezani F, Mahnaz B, Roya G, Somayeh H, Kobra N, Fereidoun A (2014). Secular Trend of Menopausal Age and Related Factors Among Tehrani Women Born from 1930 to 1960; Tehran Lipid and Glucose Study. Archieve of Iranian Medicine (17)6. Rizvanovic M, Devleta B, Zumra B, Adnan B, Gordana B, Lejla K (2013). Parity and Menarche as Risk Factors of Time of Menopause Occurance. Med Arh, 67(5):336-338. Schoenaker, Caroline AJ, Jemma VR, Gita D (2014). Socioeconomic Position, life-
e-ISSN: 2549-0257 (online)
style factors and age at natural menopause: a systematic review and meta-analyses of studies across six continents. International Jaournal of Epidemiology 43(5): 1542-1562. SDKI (2013). Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta Shobeiri F, Mansour N (2014). Age at Menopause and Its Main Predictors among Iranian Women. Int J Fertil Steril. 8(3): 267-272 Steiner, Anne Z (2011). Predicting Age at Menopause: Hormonal, Familial, and Menstrual Cycle Factors to Consider. American Society for Reproductive Medicine 19(2). Stepaniaka UK, Szafranieca R, Kubinovab S, Malyutinac A, Peaseyd H, Pikhartd A, Pajaka M, Bobakd (2013). Age at natural menopause in three Central and Eastern European urban populations: The HAPIEE study. Maturitas 75: 87– 93. Suhardjo (2010). Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. United Nation (2015). Trends in Contraceptive Use Worldwide. New York: Departement of Economic and Social Affairs. Varney H (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC WHO (2012). Obesity and Overweight. Fact Sheet No 311 May 2012 Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs311/en/. Ziberman, Judith M, Gustavo H, Cerezo, Sueldro MD, Perez CF, Claros NM, Vicario A (2015). Association Between Hypertention Menopause, and Cognition in Women. The Journal of Clinical Hypertention 17(12).
125