Perilaku Sedimentasi dan Pengaruhnya pada Jaringan Irigasi (Wirosoedarmo dkk)
PERILAKU SEDIMENTASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA SALURAN PADA JARINGAN IRIGASI WARU-TURI KANAN KEDIRI
Effect on Sedimentation Behavior and Performance of Irrigation Channel at Waru-Turi Kanan Kediri Ruslan Wirosoedarmo, Alexander Tunggul Sutan Haji, Estin D. Kristanti Jurusan Keteknikan Pertanian-Fak. Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran - Malang ABSTRACT The objectives of this research were to determine the rate of sedimentation in the primary, secondary, and tertiary channel; to determine channel dimension changes caused by sediment, and the effect of sedimentation to determine the cross section channel’s specific energy. This research consisted of two stages. First stage was data collection i.e. sediment sampling, measurement of flow velocity, and measurement of channel dimensions. Second stage was laboratory analysis. Each stage was replicated three times in 2-week intervals. Sediment sampling was done directly on the primary, secondary, and tertiary irrigation channel networks. Sedimentation rate in primary irrigation channel at dry season was 54.99x10-6 tons/day, while at the secondary was 0.88x10-6 tons/day, and at the tertiary was 0.65x10-6 tons/day. Primary channel with channel cross sectional area of 56.734 m 2 reduced into 46.541 m2 due to 10.913 m 2 area sedimentation. Secondary channel with channel cross sectional area of 3.086 m2 reduced into 2.732 m2 due to 0.354 m2 area of sedimentation. At tertiary channels with channel cross-sectional area of 1.398 m2 reduced into 1.341 m2 due to 0.057 m2 area sedimentation. The rate of sedimentation in the irrigation channel caused changes in the performance of the channel, namely the primary channel, the channel only worked for 76.93%, the secondary channel was 94.2%, and 91.47% in tertiary canals. Keywords: sedimentation, irrigation channel, subsection atau tebing (tank). Partikel yang terlepas tersebut akan terbawa oleh aliran air. Aliran di saluran irigasi yang dekat dengan bangunan irigasi tidak lagi seragam karena adanya pembendungan atau terjunan, yang menyebabkan aliran menjadi tidak seragam (non uniform). Pada umumnya aliran seragam di saluran terbuka adalah turbulen (Seyhan, 1990). Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Keadaan air di sungai dipengaruhi oleh 1). banyaknya, besarnya, dan frekuensi hujan, 2). luas, bentuk, dan keadaan daerah pengaliran, serta 3). miringnya tanah, kehilangan air, dan perlambatan pengalirannya.
PENDAHULUAN Keberadaan air tersebar di seluruh bagian dunia sehingga ketersediaan air di berbagai tempat di seluruh bagian dunia akan bervariasi seiring berjalannya waktu. Salah satu usaha untuk mengatasi kesenjangan persediaan air tersebut diupayakan dengan membangun bangunan air seperti bendungan (waduk) dan bendung, sehingga dengan adanya bangunan air semacam ini pendistribusian air irigasi dapat diatur. Apabila air mengalir pada alur sungai atau saluran, maka air tersebut akan menyebabkan pengikisan (scouring) pada permukaan tanahnya (Anonymous, 1993; Sosrodarsono, 2003). Partikel-partikel tanah berupa lumpur, kerikil atau yang agak besar dapat terlepas dari dasar laut (bed)
68
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 1 (April 211) 68-75
Kehilangan air disebabkan penguapan dan merembesnya air ke dalam tanah, perlambatan pengaliran karena banyaknya tumbuh-tumbuhan, adanya sawah, balong, waduk, dan sebagainya di daerah pengalirannya (Gandakoesoemah, 1975; Anonim, 1986). Sedimentasi adalah suatu proses pengapungan, penggelindingan, penyeretan atau pemercikan jarah-jarah tanah hasil pemecahan dan telah terlepas dari satuan tubuh tanahnya, menempuh rentang jarak tertentu sampai tertahan di tempat pengendapan (Yang, 1996; Wulandari, 1999). Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Sedangkan hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak, 2004; Chow, 1997). Proses pengangkutan sedimen dan pengendapannya tidak hanya tergantung dari sifat-sifat aliran tetapi juga tergantung pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Pada alur sungai yang curam, daerah mana merupakan obyek dari pekerjaan bangunan pengendali sedimen ada dua fenomena dari gerak sedimen. Sedimentasi terjadi apabila banyaknya sedimen yang terangkut lebih besar daripada kapasitas sedimen yang ada. Sungai selalu berubah-ubah baik bentuk, aliran, pengangkutan sedimen dan kekasaran dasar sungai, hal ini disebabkan karena faktor sifat-sifat aliran air, sifatsifat sedimen, dan pengaruh timbal balik (inter-action). Faktor-faktor tersebut selalu berubah secara terus menerus sejalan dengan kondisi curah hujan yang terjadi. Proses pengangkutan sedimen dan pengendapannya tidak hanya tergantung dari sifat-sifat aliran tetapi juga tergantung pada sifat-sifat sedimen itu sendiri (Priyantoro, 1987).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas air topografi serta salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang tertentu. Tanggapan DAS tidak hanya merupakan limpasan saja, melainkan juga erosi dan pengangkutan bahan-bahan kimia. Tiga tanggapan ini juga saling bertindak antara mereka sendiri di dalam mengendalikan perubahan-perubahan dalam DAS. Dalam suatu analisis sistem dimana limpasan dilihat sebagai keluaran, sedangkan erosi dan pengangkutan bahan-bahan kimia dapat dihilangkan karena proses-prosesnya sangat lambat (Saragih dan Sitorus, 1983). Bendung Gerak Mrican terletak di Sungai Brantas ±32 km sebelah hilir pintu pengambilan bebas Mrican tepatnya di Desa Gampengrejo, Kabupaten Kediri yang dibangun dengan tujuan penyediaan air irigasi daerah Warujayeng-Turi Tunggorono seluas 29.200 ha, pengontrol sedimen masuk ke saluran irigasi, pengendali banjir, dan pencegah degradasi berlebihan di sungai. Luasnya lahan yang dialiri air irigasi dari saluran irigasi Waru-Turi Kediri inilah yang melatar belakangi pemilihan lokasi penelitian pada jaringan irigasi Waru-Turi Kediri. Sedimen yang terdapat di saluran dapat menyebabkan perubahan dimensi saluran dari dimensi asal saluran serta dapat mempengaruhi energi spesifik penampang saluran sehingga secara tidak langsung dapat mengakibatkan kurang optimumnya kinerja saluran irigasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui laju sedimentasi di saluran primer, sekunder, dan tersier pada jaringan irigasi Waru-Turi kanan Kediri; mengetahui perubahan dimensi saluran yang disebabkan oleh sedimen, dan mengetahui pengaruh sedimen terhadap energi spesifik pada penampang saluran.
69
Perilaku Sedimentasi dan Pengaruhnya pada Jaringan Irigasi (Wirosoedarmo dkk)
METODE PENELITIAN
dicatat sebagai besarnya kecepatan aliran.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober 2008. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengambilan data di lapang dan pengukuran dimensi dan tahap analisis laboratorium. Pengambilan data di lapang dilakukan di saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier yang terletak di jaringan irigasi Waru-Turi kanan Kediri.
Pengukuran dimensi saluran Tujuan dilakukannya pengukuran dimensi yaitu untuk mengetahui besarnya sedimen pada saluran. Perubahan dimensi dapat diketahui dengan membandingkan dimensi hasil pengukuran di lapang dengan dimensi asal saluran, dimana data dimensi asal saluran didapat dari Balai Pengembangan Sumber Daya Air Cabang Kediri. Prosedur pengukuran dimensi saluran yaitu saluran primer dibagi menjadi tiga ruas (P1, P2, dan P3). Masingmasing titik tersebut dibagi menjadi tiga subsection yaitu kanan, tengah, dan kiri dimana masing-masing subsection tersebut akan dilakukan pengukuran kedalaman saluran (h) dan lebar dasar saluran (b). Begitu juga dengan saluran sekunder dan saluran tersier.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah currentmeter, theodolit digital, rollmeter, erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, corong, timbangan digital, oven, cawan petri. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan sampel sedimen Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara langsung di saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan ember yang telah diikat dengan tali tampar dan telah diberi pemberat, yang kemudian dimasukkan ke dalam saluran irigasi hingga pada kedalaman dimana terdapat sedimen melayang.
Analisis sedimentasi 1. Konsentrasi Sedimen Konsentrasi sedimen dapat diketahui dari perbandingan dari berat sedimen kering (mg) terhadap berat total dari sampel (liter). Nilai berat kering (BK) diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium. C
Pengukuran kecepatan aliran Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kecepatan aliran rerata, yang digunakan untuk menghitung debit aliran dan debit sedimen, dengan prosedur sebagai berikut: 1. Masing-masing saluran irigasi (primer, sekunder, dan tersier) dibagi menjadi tiga ruas. 2. Masing-masing ruas dibagi menjadi 3 subsection. 3. Currentmeter diletakkan di dalam aliran air dengan kedalaman 2/3 dari kedalaman saluran irigasi, didiamkan sejenak hingga nilai yang ditunjukkan pada seven segmen display stabil dan
BK (mg ) V (lt ) ......................... ......... (1)
2. Debit aliran Debit aliran diketahui dengan terlebih dahulu mengukur kecepatan aliran. Kecepatan aliran dapat diketahui dari pengukuran langsung menggunakan alat ukur currentmeter yang kemudian dimasukkan ke dalam saluran pada kedalaman 2/3 atau 0,6 dari kedalaman pada masing-masing segmen di setiap ruas saluran irigasi. Lamanya pengukuran kecepatan aliran pada penelitian ini yaitu 30 detik pada masing-masing segmen di setiap ruas saluran irigasi. N
put t (dtk ) ...................................... (2)
N < 0,59 V = 0,221 N + 0,025
70
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 1 (April 211) 68-75
N > 0,59 V = 0,2491 N + 0,009 Q=V.A
dengan h diperoleh dari selisih ratarata beda tinggi pada 8 point pada ruas hulu dan ruas hilir.
3. Laju sedimentasi Laju sedimentasi dapat diketahui dengan mengetahui konsentrasi sedimen dan debit aliran. Qs=0,0864.C.Qw
V
3. Dimensi asal saluran dengan debit rencana menunjukkan bahwa energi spesifik adalah minimum Emin dengan kedalaman kritis yc. Apabila pada keadaan tersebut saluran dikatakan bekerja 100%, maka dengan adanya sedimen pada saluran maka akan berpengaruh terhadap kinerja saluran, sehingga parameter kinerja saluran dapat diukur dari: E Emin E 100% x100% E
Analisis hidrolik 1. Karakteristik hidrolik saluran Karakteristik hidrolik pada saluran terbuka meliputi variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit.
A hB fh ; P B 2h 1 f 2 (3)
R
1 2 3 12 V2 .R .I ; Emin y n 2g
A P ............................................ (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Energi spesifik Sedimen yang terdapat di dasar saluran irigasi menyebabkan kemiringan dasar saluran irigasi berubah, sehingga jumlah tinggi tekanan (kedalaman) juga berubah dan pada suatu ketika dapat menyebabkan air irigasi melimpah ke luar saluran apabila sedimen di dasar saluran dibiarkan. Perubahan tinggi tekanan ini berkaitan dengan energi spesifik dalam suatu penampang saluran dimana keduanya merupakan unsur penentu laju pengaliran air pada saluran, sehingga berpengaruh juga terhadap kinerja saluran dalam pendistribusian air irigasi. 1. Menghitung Emin dengan data dimensi asal dan debit rencana yaitu sebagai berikut:
Analisis Sedimentasi Konsentrasi sedimen Konsentrasi sedimen dapat diketahui dari perbandingan berat sedimen kering (mg) terhadap berat total sampel (liter) dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi sedimen rata-rata pada saluran primer periode 1,2,3 dan 4 sebesar 82,22 mg/L; 56,67 mg/L; 122,22 mg/L, dan 74,44 mg/L. Konsentrasi sedimen ratarata pada saluran sekunder periode 1,2,3 dan 4 sebesar 93,33 mg/L; 75 mg/L; 120 mg/L, dan 70 mg/L, sedangkan konsentrasi sedimen rata-rata pada saluran tersier pada periode 1,2,3 dan 4 sebesar 88,33 mg/L; 68,33 mg/L; 150 mg/L, dan 53,33 mg/L.
A hB fh ; P B 2h 1 f 2
2
1 2 3 12 V A R ; V .R .I ; Emin y n P 2g 2. Menghitung E pada saluran primer periode 1, dengan dimensi asal dan debit rencana namun dengan kemiringan berbeda (setelah terdapat sedimen di dasar saluran) yaitu sebagai berikut:
S tg
h ; arc..tg L
71
Perilaku Sedimentasi dan Pengaruhnya pada Jaringan Irigasi (Wirosoedarmo dkk)
Tabel 1. Konsentrasi sedimen pada saluran primer, sekunder, dan tersier setiap periode Jenis Sampel Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr
P1
P2
P3
S1
S2
T1
T2
Debit aliran diketahui dengan terlebih dahulu mengukur kecepatan aliran dengan pengukuran langsung menggunakan currentmeter yang kemudian dimasukkan ke dalam saluran pada kedalaman 2/3 atau 0,6 kedalaman dan lama pengukuran 30 detik. Hasil perhitungan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saluran primer rata-rata debit aliran pada periode 1,2,3 dan 4 3 3 diperoleh 7,36 m /dtk; 7,49 m /dtk; 7,54 3 3 m /dtk, dan 7,62 m /dtk. Debit aliran pada saluran sekunder rata-rata periode 3 1,2,3 dan 4 diperoleh 0,095 m /dtk; 3 3 0,125 m /dtk; 0,109 m /dtk, dan 0,124 3 m /dtk.Pada saluran tersier diperoleh rata-rata debit aliran pada periode 1, 2, 3, 3 3 dan 4 sebesar 0,081 m /dtk; 0,07 m /dtk, 3 3 0,085 m /dtk, dan 0,079 m /dtk.
Konsentrasi Sedimen (mg/L) P1 P2 P3 P4 30 60 140 50 70 70 100 70 80 70 140 80 50 40 120 100 130 40 130 70 100 70 130 80 50 70 110 60 110 40 120 80 120 50 110 80 140 70 110 60 60 50 120 50 120 70 100 90 140 90 130 90 40 90 140 70 60 80 120 60 120 90 140 70 60 80 140 70 100 60 160 40 80 40 110 40 90 60 170 40 80 80 180 60
Laju sedimentasi Laju sedimentasi dapat diketahui dengan mengetahui konsentrasi sedimen dan debit aliran. Qs=0,0864.C.Qw. Hasil perhitungan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa suspended load rata-rata di saluran primer periode 1,2,3 dan 4 -6 -6 sebesar 53,61.10 ton/hari; 36,67.10 -6 ton/hari; 80,24.10 ton/hari, dan -6 49,44.10 ton/hari, sehingga total besarnya sedimen dasar yang terdapat pada saluran primer pada periode ter-6 tentu 54,99.10 ton/hari. Rata-rata sedimen dasar pada saluran sekunder pe-6 riode 1,2,3 dan 4 sebesar 0,78.10 -6 -6 ton/hari; 0,8.10 ton/hari; 1,16.10 -6 ton/hari, dan 0,76.10 ton/hari, sehingga total besarnya sedimen yang terdapat pada sa-luran sekunder pada -6 periode tertentu 0,88.10 ton/hari, sedangkan sedimen dasar pada saluran tersier pada periode 1, 2, 3, dan 4 se-6 -6 besar 0,66.10 ton/hari; 0,44.10 ton/ -6 -6 hari; 1,1.10 ton/hari, dan 0,38.10 ton/hari sehingga total besarnya sedimen yang terdapat pada saluran tersier -6 pada periode tertentu 0,65.10 ton/hari.
Debit aliran Hasil pengukuran debit aliran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Debit aliran (Qw) pada saluran primer, sekunder, dan tersier Saluran
P1
P2
P3
S1
S2
T1
T2
Debit Aliran (m/dtk) P1
P2
P3
P4
Kn
7,393
7,637
7,278
7,393
Tg
10,99
10,750
11,149
11,149
Kr Kn
8,455 7,752
8,713 8,455
8,455 7,996
8,355 8,24
Tg
11,388
11,149
11,149
11,548
Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr
8,713 2,383 4,402 4,78 0,106 0,174 0,08 0,088 0,016 0,106
8,455 2,627 4,115 5,498 0,073 0,168 0,124 0,099 0,179 0,106
8,455 2,742 5,981 4,665 0,088 0,125 0,08 0,106 0,168 0,088
8,24 2,526 6,221 4,881 0,063 0,125 0,114 0,124 0,189 0,131
Kn Tg Kr Kn Tg Kr
0,146 0,066 0,069 0,03 0,07 0,107
0,091 0,047 0,097 0,026 0,069 0,091
0,118 0,078 0,102 0,063 0,055 0,091
0,118 0,067 0,073 0,055 0,053 0,107
72
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 1 (April 211) 68-75
P1
P2
P3
S1
S2
T1
T2
ton/hari)
P1
P2
P3
P4
Kn
19,163
39,59
88,035
31,938
Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr Kn Tg Kr
66,468 58,441 33,489 127,91 75,28 10,295 41,837 49,559 1,282 0,902 0,829 1,064 0,055 0,549 1,514 0,342 0,596 0,207 0,544 0,739
65,016 52,696 29,22 38,531 51,136 15,888 14,221 23,751 0,442 0,726 0,749 0,769 1,392 0,733 0,708 0,325 0,503 0,089 0,358 0,629
96,327 102,272 82,903 125,226 94,967 26,059 62,011 44,336 0,836 1,296 0,691 1,191 2,032 0,912 1,427 0,943 1,41 0,599 0,808 1,415
67,429 57,75 71,194 69,842 56,955 13,095 42,999 33,737 0,327 0,54 0,886 0,964 1,143 0,679 0,714 0,405 0,252 0,19 0,183 0,555
12 11 10 9 8 7 6 1
2
3
4
Vp Sekunder1(mdpl)
5
6
7
Vp Sekunder2 (mdpl)
8
9
Sal. (mdpl)
10
11 Jarak (m)
Muka Air (mdpl)
Gambar 2. Hubungan D (m) dan Vp (mdpl) pada saluran sekunder
Beda Tinggi di Atas Permukaan Laut (mdpl)
Suspended Load (.10
Saluran
-6
Beda Tinggi di Atas Permukaan Laut (mdpl)
Tabel 3. Perhitungan Qs (ton/hari) pada saluran primer, sekunder, dan tersier
11
10.5
10
9.5
9
8.5 1
2
Vp Tersier1(mdpl)
3
4
5
Vp Tersier2 (mdpl)
6 Sal. (mdpl)
7
8
9
10 Jarak (m)
Muka Air (mdpl)
Gambar 3. Hubungan D (m) dan Vp (mdpl) pada saluran tersier
Hubungan D (m) dan Vp (mdpl) pada saluran primer, sekunder dan tersier ditunjukkan pada Gambar 1, 2 dan 3. Gambar tersebut menunjukkan perubahan luas sedimen setiap periodenya. Luas sedimen pada saluran primer lebih besar daripada luas sedimen saluran sekunder dan saluran tersier, dikarenakan saluran primer memiliki lebar dasar saluran yang lebih besar daripada saluran sekunder dan saluran tersier, demikian juga dengan kedalamannya.
Analisis Hidrolik Data dimensi asal saluran Data dimensi ini meliputi data lebar dasar saluran, tinggi saluran, kekasaran manning, talud, dan slope dan sebagainya.
Saluran Primer Bpp.1 A=24.095Ha n=0.017 s=0.0001 3 Q=30.57 m /s h=2.21 m f=1:1.5 b=13m v=0.85 m/s fb=0.98m
Beda Tinggi di Atas Permukaan Laut (mdpl)
Saluran Sekunder Bpp.I A=292 Ha n=0.03 s=0.0003 3 Q=0.438 m /s h=0.64 m f=1:1 b=1.5 m v=0.32 m/s fb=0.52m
12 10
Saluran Tersier Bpp.I
8
A=74 Ha n=0.03 s=0.0003 3 Q=0.144 m /s h=0.52 m f=1:1 b=0.6 m v=0.25 m/s fb=0.40 m
6 4 2
Karakteristik hidrolik saluran Karakteristik hidrolik pada saluran terbuka meliputi variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit.
0 1
Vp Primer1(mdpl)
2
3
4
5
Vp Primer2 (mdpl)
6
7
8
9
Vp Primer3 (mdpl)
10 11 12 13 14 Jarak (m) Sal. (mdpl)
Muka Air (mdpl)
Gambar 1. Hubungan D (m) dan Vp (mdpl) pada saluran primer
73
Perilaku Sedimentasi dan Pengaruhnya pada Jaringan Irigasi (Wirosoedarmo dkk)
Saluran primer A hB fh 3,19.(13 1,5.3,19) 56,734m
Tabel 4. Energi Spesifik pada Saluran Primer, Sekunder, dan Tersier
2
P B 2h 1 f 2 13 2.3,19 1 1,5 24,5017m A 56,734 R 2,3155m P 24,5017
Saluran
2
P
Saluran sekunder A hB fh 1,16.1,5 1.1,16 3,086m2 P B 2h 1 f 2 1,5 2.1,16 1 1 4,781m 2
S
A 3,086 0,645m P 4,781 Saluran tersier A hB fh 0,92.0,6 1.0,92 1,398m2 R
T
P B 2h 1 f 2 0,6 2.0,92 1 1 3,202m
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
I (o) 0,0048 0,0377 0,0481 0,0472 0,3896 0,4698 1,4779 0,7448 0,1909 0,0573 0,1146 0,1833
V (m/s) 7,134 19,993 22,583 22,371 15,532 17,056 30,251 21,475 8,361 5,957 6,478 8,193
E
E (%)
5,784 23,563 29,183 28,698 13,456 15,987 47,802 24,626 4,483 2,728 3,059 4,241
56,09 13,77 11,12 11,30 8,69 7,31 2,45 4,75 6,60 10,85 9,68 6,98
2
R
Apabila pada keadaan kinerja saluran mendistribusikan air irigasi dengan energi spesifik sebesar 100%, maka berdasarkan hasil perhitungan tinggi tekanan dan energi spesifik dapat diketahui bahwa sedimen yang terdapat di dasar saluran irigasi menyebabkan saluran irigasi pada saluran primer, sekunder dan tersier hanya bekerja 76,93%; 94,2%, dan 91,47%.
A 1,398 0,435m P 3,202
Hasil perhitungan di atas adalah sama di setiap ruas di sepanjang saluran irigasi Waru-Turi Kanan Kediri, karena dimensi saluran irigasi ini adalah homogen. Energi spesifik Perubahan tinggi tekanan terhadap energi spesifik dalam suatu penampang saluran merupakan unsur penentu laju pengaliran air pada saluran, dan berpengaruh terhadap kinerja saluran dalam pendisribusian air irigasi. Pengaruh sedimen terhadap energi spesifik penampang saluran dapat diketahui dari hasil perhitungan mengkombinasikan data dimensi asal saluran atau data teknis (dt) dengan data pengukuran di lapang (dl). Data hasil perhitungan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa saluran primer dengan dimensi asal dan debit rencana serta kemiringan 0,0345 setelah terdapat sedimen di dasar saluran, diketahui energi spesifik rata-ratanya 21,807, pada saluran sekunder dengan kemiringan 0,7705 energi spesifik 25,468, dan pada saluran tersier kemiringan 0,1365 energi spesifik sebesar 3,628.
SIMPULAN Laju sedimentasi pada saluran irigasi primer pada musim kemarau sebe-6 sar 54,99.10 ton/hari, pada saluran -6 sekunder 0,88.10 ton/hari, dan pada -6 saluran tersier 0,65.10 ton/hari. Laju sedimentasi pada saluran irigasi mempengaruhi dimensi saluran, pada saluran primer dengan luas penampang lintang 2 saluran asal 56,734 m karena terdapat 2 sedimen seluas 10,913 m luas saluran 2 menjadi 46,541 m , saluran sekunder 2 dengan luas penampang lintang 3,086 m 2 karena terdapat sedimen seluas 0,354 m 2 luas saluran menjadi 2,732 m , dan saluran tersier dengan luas penampang lin2 tang 1,398 m karena terdapat sedimen 2 seluas 0,057 m luas saluran menjadi 2 1,341 m . Laju sedimentasi pada saluran irigasi menyebabkan perubahan kinerja saluran, pada saluran primer hanya bekerja 76,93%, sekunder 94,2%, dan 91,47% pada saluran tersier.
74
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 1 (April 211) 68-75
Mahasiswa Pengairan Brawijaya, Malang Saragih, J. P. N. dan S. Sitorus. 1983. Bunga Rampai Lingkungan Hidup. Usaha Nasional, Surabaya Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. UGM Press, Yogyakarta Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. P.T Pradnya Paramita, Jakarta Wulandari, E. 1999. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Laju Sedimentasi Waduk Wonorejo. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang Yang, C. T. 1996. Sediment Transport: Theory and Practice. Mc.Graw-Hill, New York
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01). CV Galang Persada, Bandung ______. 1993. Scour and Deposition in Rivers and Reservoirs. Hydrologic Engineering Center. US Army Corps of Engineer Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengolahan Aderah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press, Yogyakarta Chow, V. T. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga, Jakarta Gandakoesoemah, R. 1975. Ilmu Irigasi. Penerbit Sumur Bandung, Bandung Priyantoro, D. 1987. Teknik Pengangkutan Sedimen. Himpunan
75