Efektivitas Perendaman Alat Ortodonti Lepas dengan Bahan Pembersih Gigi Tiruan terhadap Perubahan pH Saliva pada Pasien di RSGM-P FKG UI Raedi Mahardika, Nada Ismah, Miesje K Purwanegara ABSTRAK Penggunaan alat ortodonti lepas dapat menyebabkan retensi plak dan bakteri yang menyebabkan menurunnya derajat keasaman saliva. Agen anti mikroba diperlukan untuk mengurangi jumlah plak dan bakteri tersebut. Tjuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas perendaman alat ortodonti lepas dengan bahan pembersih gigi tiruan terhadap perubahan pH saliva pada pasien di RSGM-P FKG UI. Dua puluh subjek dibagi menjadi dua kelompok K1 dan K2 dilakukan perendaman alat ortodonti lepas menggunakan aquabides untuk kelompok (K1) dan larutan bahan pembersih gigi tiruan untuk kelompok (K2). Perendaman dilakukan 5 menit selama 4 hari berturut-turut. Subjek diinstruksikan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari dan mengurangi konsumsi makanan manis, asam, dan soda. Dilakukan pengukuran pH saliva pada awal dan hari kelima pemakaian alat ortodonti lepas. Berdasarkan analisa statistik uji t, perubahan pH saliva sebelum dan setelah alat ortodonti lepas direndam dengan aquabides dan bahan pembersih gigi tiruan menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pembersih gigi tiruan efektif membersihkan plak dan bakteri serta menjaga kestabilan pH saliva. Perendaman alat ortodonti lepas menggunakan bahan pembersih gigi tiruan efektif menjaga kestabilan pH saliva di rongga mulut pada pasien pengguna alat ortodonti lepas. Kata Kunci : Alat ortodonti lepas, pH saliva, bahan pembersih gigi tiruan ABSTRACT The usage of removable orthodontic appliance can cause plaque retention and bacterias can decrease pH level of saliva. Antimicrobial agent is needed to reduce the number of plaque and bacterias. the aim of this research is to know the submersion’s effectivity of removable orthodontic appliances with prothese’s cleansing agent towards patient’s alteration of pH saliva in RSGMP-FKG UI.Twenty subjects are divided into two groups, K1 and K2. For group K1, removable orthodontic appliances is submerged in aquabidest and prothese’s cleansing agent for group K2 for five minutes and four days (once per day). Subjects are instructed to clean removable appliance twice per day and to reduce the consumption of sweet and sour dietary and soda. The measurement of pH saliva is done on the first and the fifth day of removable orthodontics appliance’s usage. Based on statistic analysis, the alteration of pH level of saliva after removable orthodontic appliance is submerged with aquabidest and Polident prothese’s cleansing agent show a significant result with p<0.01. It shows that the prothese`s cleaning agents is effective for plaque and bacterical cleaning and keep the pH level of saliva`s normally. Removable orthodontic appliance submersion using prothese’s cleansing agent is effective to maintain pH level of saliva’s stability in normal condition.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
Keywords: Removable orthodontic appliance, pH level of saliva, prothese’s cleansing agent. PENDAHULUAN Ketertarikan masyarakat terhadap perawatan ortodonti semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.1 Perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki maloklusi pada pasien, sehingga dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan fungsi
mastikasi,
memperbaiki
penampilan
dan
memberikan
kenyamanan. 2
Perawatan ortodonti dapat menggunakan alat lepas maupun cekat. Peralatan ortodonti yang menggunakan alat lepas memiliki beberapa keuntungan, yaitu alat tersebut dibuat di laboratorium, bukan langsung di mulut pasien, sehingga mengurangi waktu kunjungan pasien untuk berada di dental unit yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Komponen alat ortodonti lepas yang tidak terlalu terlihat mencolok di dalam mulut sehingga tidak terlalu mengganggu penampilan pasien dan kebersihan alat lebih mudah terjaga menjadi keunggulan alat ortodonti lepas. Hal ini menyebabkan alat ortodonti lepas masih menjadi pilihan dalam perawatan ortodonti, khususnya pada masa pertumbuhan.3 Kekurangan alat ortodonti lepas dipaparkan oleh beberapa penelitian menunjukan bahwa alat ortodonti menjadi tempat akumulasi bakteri, yaitu pada permukaan metal dan keramik brackets,4,
5
kawat ortodonti, bands, springs,
6
ortodhontic adhesive, dan basis akrilik. Hal tersebut dikarenakan alat ortodonti tersebut sulit untuk dibersihkan.7 Bakteri ini dapat berkoloni dan melekat pada alat ortodonti lepas, terutama pada basis akrilik yang mempunyai porositas di dalam dan di luar permukaan, serta merupakan kondisi yang menguntungkan bagi bakteri untuk berkoloni.8,9 Beberapa kolonisasi bakteri tersebut yang sudah matang merupakan spesies bakteri yang kariogenik seperti S.mutans. 8,10 Perawatan ortodonti, baik menggunakan alat ortodonti lepas maupun cekat, dapat menyebabkan perubahan yang spesifik di dalam rongga mulut, termasuk berubahnya nilai derajat keasaman (pH), meningkatnya akumulasi biofilm dan bakteri, dan kandungan bakteri yang di tinggi di dalam saliva.11 Menurut Jordan et al, peningkatan jumlah bakteri baik S.mutan dan spesies Lactobacillus, serta perubahan mikrobiota oral terjadi selama perawatan ortodonti menggunakan alat ortodonti lepas.11 Aktivitas bakteri di dalam plak gigi dapat mempengaruhi perubahan pH di dalam mulut dan menghasilkan penurunan pH yang
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
cepat, kemudian dalam beberapa waktu pH kembali ke awal secara lambat. Respon ini menjadi landasan plak dan campuran bakteri yang terlibat sebagai penyebab karies gigi. Penurunan pH berbanding terbalik dan jelas berkaitan dengan aktivitas karies.
Sebuah
penelitian
yang
menggunakan
analisa
Logistic
Stepwise
mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara pH saliva dan jumlah bakteri anaerob. Disimpulkan bahwa pH saliva mempengaruhi jumlah mikroba dalam saliva dan juga sebaliknya.12 Pada praktik kedokteran gigi, tidak ada protokol yang sistematik dalam mekanisme pembersihan alat ortodonti lepas. Namun, penggunaan agen anti mikroba dianjurkan kepada pasien untuk mengontrol pembentukan bakteri patogen karena sikat gigi tidak bisa secara maksimal membersihkan mikroorganisme yang melekat di alat ortodonti lepas. Pertanyaan yang menarik bagi setiap dokter gigi adalah mengenai cara untuk mengurangi atau menghilangkan bakteri yang terdapat rongga mulut. 13 Menurut Benson et al, suplemen fluoride, baik dalam obat kumur dan aplikasi gel topikal, dapat digunakan sebagai metode pencegahan terhadap pembentukan biofilm. Selanjutnya, agen antimikroba yang mengandung chlorhexidine gluconat (Periogard), dianjurkan untuk digunakan. 14 Menurut Mervyn et al, klorheksidin memiliki efek bakterisida. Disinfeksi tidak hanya melibatkan rongga mulut, tetapi juga perangkat alat ortodonti lepas dan sikat gigi.15 Menurut Kurang et al, basis akrilik yang dibersihkan dengan air memiliki mikroorganisme lebih banyak daripada basis alat ortodonti lepas yang dibersihkan dengan agen anti mikroba. 11 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bahan pembersih gigi tiruan sebagai agen anti mikroba untuk membersihkan alat ortodonti lepas, terutama pada komponen basis akrilik. Kandungan bahan kimia yang terdapat di dalam larutan bahan pembersih gigi tiruan mempunyai kemampuan untuk menghilangkan serta mencegah terbentuknya kembali plak dan bakteri S.mutans. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perendaman alat ortodonti lepas dengan bahan pembersih gigi tiruan sebagai agen anti mikroba terhadap perubahan pH saliva di dalam rongga mulut. TINJAUAN TEORITIS Alat ortodonti lepas merupakan suatu alat yang digunakan dalam terapi ortodonti yang dapat dilepas sesuai keinginan pasien sendiri. Alat ortodonti lepas juga sering digunakan sebagai retensi paska perawatan dengan alat ortodonti
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
lepas.16 Alat ortodonti lepas memberikan beberapa keuntungan dalam hal menjaga kebersihan mulut pasien dan waktu yang digunakan di dental unit oleh pasien lebih sedikit. Namun, kerugian menggunakan alat ortodonti lepas adalah keberhasilan perawatannya sangat bergantung pada tingkat kooperatif pasien. Kerugian lainnya antara lain dapat memberikan rasa ketidaknyamanan pada pasien karena adanya basis akrilik di bagian palatal. Selain itu, dari Studi oleh Kitada et al, menunjukkan bahwa jumlah bakteri dan jamur mengalami peningkatan pada pasien dengan perawatan ortodonti.17Alat ortodonti lepas terdiri dari beberapa komponen, yaitu komponen retensi (cengkeram), komponen aktif (pegas-pegas), dan basis. Basis akrilik suatu alat ortodonti lepas adalah basis yang berbahan dasar resin akrilik. Resin akrilik adalah turunan dari Etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Dalam kedokteran gigi, yang sering digunakan adalah ester dari asam akrilik (CH2=CHCOOH) dan asam metakrilik (CH2=C(CH3)COOH). Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisik dan mekanik yang cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.20,21 Akrilik dipilih karena sifatnya yang cukup elastik dan cukup rigid atau keras terhadap tekanan kunyah, stabil dalam cairan mulut, biokompatibel, warna menyerupai warna gusi, mudah direstorasi bila patah tanpa mengalami distorsi, mudah dibersihkan sendiri oleh pasien, mudah dimanipulasikan dalam masa yang relatif singkat, serta harga yang cukup murah dan tahan lama. 22,23 Namun, kekurangan yang dimiliki adalah mudah berubah warna dan sering terjadi shrinkage.24 Basis akrilik terdiri dari self-cure dan heat-cure akrilik. Self cure akrilik digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan sendok cetak fisiologis dan peranti ortodonti lepas. Beberapa keuntungan dari self cure akrilik adalah, bersifat mudah dimanipulasi dan biokompatibel dalam cairan mulut, hasil akhir yang didapatkan akurat
seperti
yang diinginkan,
proses
curing
untuk self-cure
menghabiskan waktu yang singkat sekitar 20 menit, dan tidak menimbulkan iritasi pada jaringan.26 Sedangkan
kerugiannya adalah memerlukan stabilitas dimensi
yang baik, self-cure akrilik mempunyai porositas yang lebih banyak, rentan terhadap resorpsi air, dan residu dari monomernya bisa menyebabkan reaksi yang sensitif. 25 Beberapa keuntungan menggunakan resin heat-cure, yaitu mempunyai kekuatan yang lebih, sedikit porositas, lebih tahan abrasi, dan monomernya tidak
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
reaktif terhadap perubahan dibandingkan dengan yang lainnya. Namun kerugian dari resin heat-cure diantaranya adalah, biaya dan waktu yang dikeluarkan relatif lebih banyak serta memerlukan proses curing yang relatif lebih lama sekitar sepuluh jam.25 Beberapa mikroorganisme dari kolonisasi bakteri yang sering dijumpai di rongga mulut adalah S.mutans dan S.sobrinus yang sangat berkaitan dengan karies gigi. Penelitian yang menggunakan teknik kultur mikroba menyatakan bahwa kontaminasi S. mutans , S. Sobrinus, L.casei, dan L.acidophilus banyak ditemukan di permukaan dari komponen spesifik alat ortodonti lepas dan cekat. Analisa kultur dari tes adhesi menunjukkan bahwa adanya peningkatan perlekatan bakteri pada basis akrilik berbahan polymethyl methacrylate. S.mutans merupakan bakteri gram positif yang dapat menghasilkan asam. Bakteri ini dapat menurunkan nilai pH dan menciptakan kondisi karies dini pada gigi. 26 Penelitian telah menemukan adanya hubungan antara alat ortodonti lepas dengan bakteri penyebab karies gigi, terutama pada pasien berusia muda yang dilakukan perawatan ortodonti. Penyebab karies, gingivitis, dan periodontitis banyak berasal dari plak dan bakteri yang berada pada rongga mulut pasien, terutama yang sedang dalam perawatan ortodonti. Alat tersebut dapat menjadi tempat bagi plak dan bakteri untuk menumpuk. Plak gigi dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi tempat hidup bakteri. Keadaan ini yang dapat membuat bakteri bertahan hidup dan berproliferasi. Ekosistem di dalam mulut yang terbentuk ini dapat menambah jumlah bakteri dan mengubah nilai pH saliva. 27 Penelitian tambahan menunjukkan bahwa bakteri pada alat ortodonti lepas memiliki kesamaan dengan bakteri yang berada pada gigi tiruan.28 pH merupakan singkatan dari Potential of hydrogen. Derajat keasaman suatu larutan dinyatakan dengan pH. pH dipakai untuk menunjukkan konsentrasi ion-ion hidrogen dalam sel serta cairan tubuh. Sorensen mendefinisikan pH sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen : pH = - log [H+].16 Suatu larutan dikatakan asam jika pH < 7 , sedangkan dikatakan basa jika pH > 7. pH dari saliva ditentukan dengan adanya konsentrasi bikarbonat. Jadi, pH akan bervariasi bergantung konsentrasi bikarbonat yang ada.31 Ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan derajat keasaman dan kemampuan buffer dari saliva, yaitu usia, diet, irama siang dan malam, perangsangan kecepatan ekskresi, jenis kelamin, status psikologis, penyakit
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
sistemik, medikasi tertentu, perubahan hormonal, dan radioterapi. 32,34 Secara umum, penurunan laju aliran saliva diakibatkan oleh faktor usia. Untuk mengetahui pH saliva dapat diukur menggunakan saliva check buffer kit. Cara pengukurannya adalah dengan mengumpulkan saliva yang tidak terstimulasi pada gelas ukur, kemudian diukur pH saliva tersebut menggunakan kertas pH dari saliva check buffer kit. Setelah 10 detik, tingkat pH saliva dilihat berdasarkan petunjuk dari saliva check buffer kit. Perubahan warna kertas menjadi merah menandakan pH saliva kurang dari 5,8, yang berarti saliva bersifat asam. Jika pH normal, maka kertas akan berubah warna menjadi kuning dengan pH antara 5,8-6,8. Sedangkan saliva yang baik akan ditandai dengan perubahan kertas menjadi hijau dengan pH lebih dari 6,86.32 Perawatan ortodonti dapat memberikan pengaruh terhadap laju alir saliva, kapasitas bufer saliva, dan nilai pH saliva. Pada saat laju alir saliva meningkat, maka pH juga akan meningkat diikuti dengan bertambahnya jumlah dari kandungan bikarbonat di dalamnya. Kondisi pH yang asam sering ditemukan pada pasien ortodonti karena kurangnya kebersihan mulut di dalamnya. 35 Bahan pembersih gigi tiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan. Pembersih gigi tiruan merupakan agen anti mikroba yang dapat digunakan pada alat ortodonti lepas, gigi tiruan (metal atau akrilik), splints atau mouthguard. Sebuah bahan pembersih gigi tiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak, bakteri, dan mencegah terbentuknya kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain. Bahan pembersih gigi tiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotek dan toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik. 35 Salah satu contoh dari pembersih gigi tiruan yang digunakan pada penelitian ini adalah pembersih gigi tiruan Polident. Sediaan yang dianjurkan pada larutan bahan pembersih gigi tiruan Polident adalah satu butir tablet dimasukkan di dalam satu gelas air (± 200 ml) sehingga alat ortodonti lepas, gigi tiruan (metal atau akrilik), splints atau mouthguard terendam seluruhnya. Tablet akan bereaksi (mendesis dan mengeluarkan gelembung) dan melarut seluruhnya bersama air. Lama perendaman disarankan ± 3-5 menit.36
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
Tabel 1. komposisi Polident
No.
Komposisi
1. 2. 3. 4.
Citric acid Sodium bicarbonate Potassium peroxymonosulfate Sodium perborate monohydrate Non-hazardous ingredients
5.
Persentase (%) 20 11 10 10 49
Sodium bikarbonat dan asam sitrat lebih dikenal sebagai baking soda, Asam sitrat banyak ditemukan dalam makanan pemanis buatan. Ketika dikombinasikan dan jatuh ke dalam air, unsur-unsur bereaksi menghasilkan karbon dioksida menimbulkan suara mendesis dan muncul gelembung seperti yang terlihat dalam minuman ringan. Reaksi ini memberikan "tindakan pembersihan mekanik" yang dapat melepaskan partikel
makanan dan plak gigi dari
gigi palsu, dan
menghilangkan bau dengan membunuh bakteri. Pembersih gigi tiruan berisi dua agen oksidasi : natrium perborate monohidrat dan peroxymonosulfate kalium. Bahan kimia ini bertindak sebagai agen pemutihan, menghilangkan perubahan warna dan noda pada gigi tiruan. Sodium perborate dapat menghasilkan hidrogen peroksida ketika ditambahkan ke air. Menurut Portal Kimia Organik, peroxymonosulfate kalium tidak hanya berfungsi sebagai pemutih noda, namun disinfects gigi palsu dan alat ortodonti lepas. Selain itu, terdapat juga deterjen polifosfat natrium yang bertindak sebagai deterjen dan pembersih ruang kosong dari gigi tiruan dan alat ortodonti lepas. Polifosfat natrium berfungsi sebagai penstabil dan pengatur keasaman yang menyeimbangkan asam dalam gigi tiruan, membersihkan dan mencegah gigi tiruan dari kerusakan kimia. Untuk mencegah overexposure kimia, everlace enzim ditambahkan ke dalam campuran pembersih gigi tiruan. Everlace secara kimia dikenal sebagai subtilisin yaitu enzim yang dapat memecah protein seperti yang ditemukan pada plak gigi. 37 METODE PENELITIAN Penelitian bertempat di klinik Integrasi 1 RSGM-P FKG UI dan Klinik Ortodonti Spesialis FKG UI. Subjek pada penelitian ini adalah pasien RSGMP FKG UI pria/wanita berumur 18-22 tahun yang menggunakan alat ortodonti lepas. Sampel
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
penelitian ini adalah pH saliva dari subjek penelitian. Dua puluh subjek dibagi kedalam 2 kelompok (K1 dan K2) masing-masing sepuluh subjek tiap kelompok. Dilakukan persiapan awal pembuatan alat ortodonti lepas rahang atas baru pada setiap subjek penelitian. Dilakukan pencetakan rahang atas objek menggunakan bahan cetak alginat, pengecoran cetakan alginat (negatif) menggunakan stone gips untuk membuat model studi, pembuatan pegas-pegas dan cengkeram adams, dan pembuatan basis akrilik alat ortodonti lepas. Pengambilan data awal (Pemeriksaan pH saliva) dialkukan pada hari pertama alat diinsersikan/dipasangkan ke subjek. Saliva diambil dari subjek sebanyak 5-10 ml dan ditampung. Ujung kertas pH dicelupkan pada saliva sampai seluruhnya terbasahi, ditunggu 10 detik kemudian segera diangkat. Perubahan warna pada kertas pH diamati dan dicatat oleh peneliti yang tidak mengalami buta warna sesuai dengan panduan pada dental saliva pH indicator. Pada perlakuan kelompok subjek pertama (K1) diminta untuk memakai alat ortodonti lepas seharian (kecuali saat makan). Subjek diinstruksikan untuk mengurangi konsumsi makanan yang banyak memicu
kolonisasi bakteri (soda,
asam, manis, karbohidrat, dll) dan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari (pagi dan sore/malam) dengan menyikat menggunakan pasta gigi (Sensodyne). Subjek diminta datang selama lima hari berturut-turut ke FKG UI untuk dilakukan perendaman alat ortodonti lepas oleh peneliti. Perendaman dilakukan di dalam aquabides 50 ml selama lima menit sekali sehari. Hal tersebut dilakukan selama empat hari. Kemudian dilakukan pengukuran dan pencatatan pH kembali pada hari kelima pemakaian. Pada perlakuan kelompok subjek kedua (K2) diminta untuk memakai alat ortodonti lepas seharian (kecuali saat makan). Subjek diinstruksikan untuk mengurangi konsumsi makanan yang banyak memicu
kolonisasi bakteri (soda,
asam, manis, karbohidrat, dll) dan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari (pagi dan sore/malam) dengan menyikat menggunakan pasta gigi (sensodyne). Subjek diminta datang selama lima hari berturut-turut ke FKG UI untuk dilakukan perendaman alat ortodonti lepas oleh peneliti. Perendaman dilakukan di dalam larutan bahan pembersih gigi tiruan Polident (1/2 tablet+50 ml air) selama lima menit sekali sehari. Hal tersebut dilakukan selama empat hari. Kemudian dilakukan pengukuran dan pencatatan pH kembali pada hari kelima pemakaian. Setelah lima
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
hari, dilakukan pemeriksaan pH saliva pada kedua kelompok perlakuan seperti pada pengambilan data awal. HASIL PENELITIAN Pengukuran pH saliva sebelum perendaman pada kelompok K1 didapatkan nilai rerata pH saliva 6,76, standar deviasi 0,44, nilai pH minimum 6,4, dan nilai pH maksimum 7,8. Pengukuran pH saliva setelah perendaman pada kelompok K1 didapatkan nilai rerata pH saliva 6,4, standar deviasi 0,46, nilai pH minimum 6, dan nilai pH maksimum 7,6. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2. Pada pengukuran pH saliva kelompok K1 ini, 2 subjek tidak mengalami perubahan nilai pH, 8 subjek mengalami penurunan nilai pH, dan tidak ada subjek yang mengalami kenaikan nilai pH. Nilai penurunan pH saliva pada kelompok K1 antara 0-0,8. Tabel 2. Data hasil pengukuran pH saliva K1 sebelum dan setelah perlakuan
pH
K1 Sebelum
N
Rerata
SD
Minimum
10
6,760
0,440
6,400
K1 Setelah 10
Maksimum 7,800
p Value
0.004* 6,400
0,461
6,000
7,600
*p < 0,01 Kumpulan data yang diperoleh pada kelompok K1 baik sebelum dan setelah perendaman dilakukan uji normalitas untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh. Data ini memiliki sebaran data yang normal (berdasarkan pengujian Shapiro-Wilk) dengan nilai p=0.080 pada kelompok sebelum perendaman dan nilai p=0.364 pada kelompok setelah perendaman. Dilakukan uji t test berpasangan untuk melihat kemaknaan perbedaan nilai pH saliva K1 sebelum dan setelah perlakuan. Diperoleh nilai p=0.004 (p<0.01) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai pH saliva K1 sebelum dan setelah perlakuan. Sehingga hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan pH saliva sebelum dan setelah kelompok alat ortodonti lepas direndam aquabides (K1) diterima.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
dengan
Pengukuran pH saliva sebelum perendaman pada kelompok K2 didapatkan nilai rerata pH saliva 6,92, standar deviasi 0,37, nilai pH minimum 6,4, dan nilai pH maksimum 7,6. Pengukuran pH saliva setelah perendaman pada kelompok K2 didapatkan nilai rerata pH saliva 6,98, standar deviasi 0,17, nilai pH minimum 6,8, dan nilai pH maksimum 7,2. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Pada pengukuran pH saliva kelompok K2 ini, 4 subjek tidak mengalami perubahan nilai pH, 2 subjek mengalami penurunan nilai pH, dan 4 subjek yang mengalami kenaikan nilai pH. Nilai penurunan pH saliva pada kelompok K1 antara 0-0,8 . Tabel 3. Data hasil pengukuran pH saliva K2 sebelum dan setelah perlakuan
pH
K2 Sebelum
N
Rerata
SD
Minimum
Maksimum
10
6,92
0,379
6,400
7,600
K2 Setelah 10
p Value
0.591* 6,98
0,175
6,800
7,200
*p > 0,01 Kumpulan data yang diperoleh pada kelompok K2 baik sebelum dan setelah perendaman dilakukan uji normalitas untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh. Data ini memiliki sebaran data yang normal (berdasarkan pengujian Shapiro-Wilk) dengan nilai p=0.573 pada kelompok sebelum perendaman dan nilai p=0.170 pada kelompok setelah perendaman. Dilakukan uji t berpasangan untuk melihat kemaknaan perbedaan nilai pH saliva K1 sebelum dan setelah perlakuan. Diperoleh nilai p=0.591 (p>0.01) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara nilai pH saliva K2 sebelum dan setelah perendaman. Sehingga hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan antara pH saliva sebelum dan setelah kelompok alat ortodonti lepas direndam dengan larutan bahan pembersih gigi tiruan (K2) ditolak. Pada pengujian t tidak berpasangan untuk melihat kemaknaan perbedaan pH saliva pada K1 dan K2 setelah perendaman diperoleh nilai p=0.002 (p<0.01) pada kelompok K1 setelah perendaman dan nilai p=0.003 (p<0.01) pada kelompok K2 setelah perendaman menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai pH saliva K1 dan K2 setelah perendaman. Sehingga hipotesis yang menyatakan
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
terdapat perbedaan pH saliva alat ortodonti lepas setelah direndam dengan aquabides (K1) dengan kelompok setelah direndam dengan larutan bahan pembersih gigi tiruan (K2) diterima.
Tabel 4. Data hasil perbandingan pH saliva K1 dan K2 setelah perlakuan
pH N
p Value
Rerata
SD
Minimum
Maksimum
K1 Setelah 10
6,400
0,461
6,000
7,600
0.002*
K2 Setelah 10
6,980
0,175
6,800
7,200
0.003*
pH
*p < 0.01
7.2 7 6.8 6.6 6.4 6.2 6 5.8
sebelum sesudah Aquabides *
*P<0,01
Polident
Bahan Perendaman
Gambar 1. Grafik rerata pH saliva subjek sebelum dan setelah dilakukan perendaman dengan Aquabides dan bahan pembersih gigi tiruan
PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai pH saliva pada kelompok K1 yang direndam pada aquabides terdapat 8 subjek yang mengalami penurunan nilai pH, 2 subjek tidak mengalami penurunan pH. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi penurunan pH tersebut karena retensi plak dan bakteri pada alat ortodonti lepas sebagai hasil metabolisme bakteri. Hasil uji statistik t berpasangan pada kelompok K1 didapatkan nilai p=0,004 (p < 0.01) yang dapat diartikan ada perbedaan
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
bermakna pada perlakuan K1. Hal ini menunjukkan bahwa aquabides dapat dikatakan tidak efektif untuk menjaga kestabilan nilai pH saliva dalam pembersihan alat ortodonti lepas. Hasil pengukuran nilai pH saliva pada kelompok K2 yaitu kelompok yang direndam pada bahan pembersih gigi tiruan Polident adalah 2 subjek mengalami penurunan nilai pH, 4 subjek mengalami kenaikan nilai pH, dan 4 subjek tidak mengalami perubahan pH. Pada pengukuran awal nilai pH saliva K2 terdapat 2 subjek yang memiliki nilai pH cenderung basa, namun setelah perendaman nilai pH menjadi normal. Terdapat 3 subjek pada K2 diawal pengukuran memiliki nilai pH cenderung asam dan setelah perendaman nilai pH menjadi normal. Terdapat 5 subjek pada K2 diawal pengukuran nilai pH salivanya adalah normal dan setelah perendaman nilai pH tetap normal. Perubahan pH yang terjadi pada kelompok K2 mengarah ke nilai pH normal antara 6,7-7,4.42 Hasil uji statistik t berpasangan pada kelompok K2 didapatkan nilai p=0,591 (p > 0.01) yang dapat diartikan tidak ada perbedaan bermakna pada perlakuan K2. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahan pembersih gigi tiruan Polident efektif untuk menjaga kestabilan nilai pH saliva dalam pembersihan alat ortodonti lepas. Hasil uji statistik t tidak berpasangan untuk melihat kemaknaan perbedaan pH saliva pada K1 dan K2 setelah perendaman diperoleh nilai p=0.002 (p<0.01) untuk kelompok K1. Sedangkan pada kelompok K2 setelah perendaman diperoleh nilai p=0.003 (p<0.01). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nilai pH saliva K1 dan K2 setelah perendaman yang berarti larutan pembersih gigi tiruan Polident dapat menjaga nilai pH saliva pada kondisi normal dan mengurangi jumlah plak dan bakteri pada alat ortodonti lepas sesuai dengan penelitian sebelumnya. Iza, ea melakukan penelitian dengan metode
penyemprotan
klorheksidin 0,12% untuk pembersihan alat ortodonti lepas selama 4-7 hari menghasilkan penurunan jumlah kolonisasi S.mutan.6 Pada penelitian ini, dilakukan pemakaian alat ortodonti lepas selama 5 hari. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, pemakaian alat ortodonti lepas selama 7 hari. Kemungkinan selama 7 hari, retensi plak dan bakteri yang terbentuk lebih banyak. Hal ini disebabkan karena larutan bahan pembersih gigi tiruan dan klorheksidin mempunyai fungsi dan kandungan anti mikroba yang dapat mengurangi retensi plak dan bakteri pada alat ortodonti lepas.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perendaman alat ortodonti lepas menggunakan bahan pembersih gigi tiruan Polident efektif dalam menjaga kestabilan nilai pH saliva dan
membersihkan alat ortodonti lepas dari plak dan
bakteri dibandingkan dengan perendaman menggunakan air atau aquabides. Hal ini dapat mengurangi risiko terjadinya karies, kalkulus, serta penyakit periodontal lainnya sehingga meningkatkan kebersihan rongga mulut pasien dan membantu keberhasilan perawatan menggunakan alat ortodonti lepas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa bahan pembersih gigi tiruan efektif menjaga kestabilan nilai pH saliva dan membersihkan plak serta bakteri pada alat ortodonti lepas. SARAN Dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai kombinasi pembersihan secara kimia dan mekanik bahan pembersih plak dan bakteri pada alat ortodonti lepas serta dilakukan pengujian secara mikroskopik. KEPUSTAKAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Mitchell L. An introduction to orthodontics. 3 rd. London: Oxford University Press; 2007:1-6. Lau PY WR. Risks and complication in orthodontic treatment. Hong Kong Dental Journal. 2006;3:15-22. William R. Proffit D, PhD, Henry W. Fields, Jr., DDS, MS, MSD and David M. Sarver, DMD, MS. The biology basic of orthodontic therapy. In : contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier 2007:212-216. Anhoury P ND, Hughes CV, Socransky S, Feres M, Chou LL. Microbial profile on metallic and ceramic bracket materials. Angle Orthodontic. 2002 Aug ; 72(4) :338-343. Leung NM CR, Rudney JD. Oral bacteria in plaque and invading buccal cells of young orthodontic version. Am J Orthod Dentofaci. 2006 Dec;130(6):698. Iza T. Evaluation of home disinfection protocols for acrylic baseplates of removable orthodontic appliances : a randomize clinical investigation. Am J Orthod Dentofaci. 2011;140:51-57. Batoni G PM, Giannotti A, Otta F, Giuca M R, Gabrielle M. Effect of removable orthodontic appliances on oral colonization by mutan streptococci in children. European Journal Oral Science. 2001;109:388-392. Enoki C ea. Evaluation of bacterial contamination and disinfection of acrylic baseplates of removable orthodontic appliances Am J Orthod Dentofaci. 2007;131:705. Morgan T. Anti dose adhesive and antibacterial properties of propriatary denture cleanser. J Appl Microbial. 2000;89:617-623. Deng DM. Demineralization of dentin by streptococcus mutans biofilms grown in the constant depth film fermentor. Caries Res. 2004;38:54-61.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
23. 24.
25. 26.
27.
Jordan C LDJ. Influences of orthodontic appliances on oral populations of mutans streptococci. Oral microbiol immunol. 2002 April;17(2):65-71. Kleinberg. A mixed-bacteria ecological approach to understanding the role of the oral bacteria in dental caries causation: an alternative to streptococcus mutans and the spesific-plaque hypothesis. Department of Oral Biology and Pathology, State University of New York. 2002;13(2):108-125. Diedrich P. Microbial colonization and various cleaning procedures for orthodontic appliances. Fortschr Kieferorthop. 1989;50(3):231-239. Benson P E PN, Millett D T, Dyer F E, Vine S, Shah A. Fluorides for the prevention of white spots on teeth during fixed brace treatment. Cochrane Database of Systematic. 2004;3. Mervyn Y H C BHJ, Evans R, Noar J, Pratten J. Early biofilm formation and the effects of antimicrobial agents on orthodontic bonding materials in a parallel plate flow chamber. Eur J Orthod. 2006 Feb;28(1):1-7. Bhalajhi SI. Orthodontic "The Art and Science". 3 rd Edition. New Delhi: Arya (Medi); 2004.277-300. Kitada K, de Toledo, A, & Oho, T. Increase in detectable opportunistic bacteria in the oral cavity of orthodontic patients. International Journal of Dental Hygiene. 2009;7(2):121-125. Orthospecialistpc.www.orthospecialistpc.com/tratment/phase-1-removableappliances.aspx. Diunduh pada tanggal 10 September 2012. Pukul 19.00 Neuronarc.www.neuronarc.com/-harley-aplliances-advantagesdisadvantages-indication-component-fabrication-adjustment.html. Diunduh pada tanggal 10 September 2012. Pukul 20.00 Wilson HJ MM, Health JR, Spence D. Dental technology and materials for students. 8th Edition. Oxford: Blackwell Scientific Publication;1987.233-242 RR D. Material prescribed in the management of edentulous patient. India: Mosby; 2004:23-34. Agarwal M NA, Hallikerimath RB. A Study to evaluate the transverse strength of repaired acrylic denture resins with conventional heat-cured, autopolymerizing and microwave-cured resins : An in vitro study. J Indian Prosthodont Soc 2008;8: 36-41. Powers JM WJ. Dental materials properties and manipulation. 9 th Edition. Missouri: Mosby Elsevier; 2008:354-358. Lewis, ea, Ogle, R.E, Sorensen, S.E, dan Zysik, D.A. Clinical and laboratory evaluation of visible light-cured denture based resin and their application to orthodontics. American Journal of Orthodontics : Official Publication of The American Association of Orthodontist, Its Constituent Societies, and The Amrican Board of Orthodontics. 1988;94 (3):207-215. Millet D. Master of dentistry. 1st. London: Churchill, Livingstone 2003 : 156167. Gizani, S., Papaioannou, W., Haffajee, A. D., Kavvadia, K., Quirynen, M., & 71 Papagiannoulis, L. (2009). Distribution of selected cariogenic bacteria in five different intra-oral habitats in young children. International Journal of Paediatric Dentistry / the British Paedodontic Society and the International Dentistry for Children, 19(3),193-200. Mars, P.D. Microbial ecology of dental plaque and its significancy in health and diseases. Advances in dental research. 1994;8(2):263-271.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
28. 29. 30.
31. 32. 33.
34.
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
42.
Addy M. Candidal carriage and plaque distribution before, during and after removable orthodontic appliance therapy. Journal of Clinical Periodontology. 1985;12(5):360-368. Sari E, & Birinci, I. Microbiological evaluation of 0.2% chlorhexidine gluconate mouth rinse in orthodontic patients. The Angle Orthodontist. 2007;77(5):881884. Tanner J. C, A., Soderling, E, & Vallittu, P. K. Adsorption of parotid saliva proteins and adhesion of streptococcus mutans ATCC 21752 to dental fiberreinforced composites. Journal of Biomedical Materials ResearchPart B, Applied Biomaterials. 2003;66(1):391-398. Suddick RPea. Salivary water and electrolytes and oral health. Maryland: Harper and Row;1980:256-278. Amerongen AVN. Ludah dan Kelenjar Ludah. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press;1991:78-82. Bardow A, Nyvad, B, & Nauntofte, B. Relationships between medication intake, complaints of dry mouth, salivary flow rate andcomposition, and the rate of tooth demineralization in situ. Archives of Oral Biology. 2001;46(5):413-423. Lara-Carrillo E, Montiel-Bastida, N. M, Sanchez-Perez, L, & Alanis-Tavira J. Effect of orthodontic treatment on saliva, plaque and the levels of streptococcus mutans and lactobacillus. Medicina Oral, Patologia Oral Cirugia Bucal. 2010;15(6):924-929. Chang HS, Walsh LJ, & Freer TJ. The effect of orthodontic treatment on salivary flow, pH, buffer capacity, and levels of mutans streptococci and lactobacilli. Australian Orthodontic Journal. 1999;15(4):229-234. Msds-gsk. www.msds-gsk.com/consumer/12697006.pdf.135. Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2012. Pukul 19.00 WIB. Livestrong.www.livestrong.com/article/121826-ingredients-denture-cleanser. Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2012. Pukul 20.00. Sudigdo S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. CV Sagung Seto;2011;348-383. Ryu M, Ueda T, Saito T, Yasui M, Isihara K, & Sakura K. Oral environment factors affecting number of microbes in saliva of complete denture wearers. J oral rehabilitation. 2010;37:194-201. Featherstone JDB. Delivery challenges for flouride, chlorhexidine and xylitol. BMC Oral Health 2006;6(Supp1):S1-8. Yankell, SL; Emling, RC, Petrone, ME, Rustogi, K, Volpe, AR, DeVizio, W, Chaknis, P, Proskin, HM (1999). "A six-week clinical efficacy study of four commercially available dentifrices for the removal of extrinsic tooth stain.". The Journal of clinical dentistry. 10(3 Spec No):115–118. Mount GJ HW. Preservation and restoration of tooth structure. Queensland: Knowledge book and software;2005:21-35.
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013
Efektivitas perendaman..., Raedi Mahardika, FKG UI, 2013