Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Nilai Siswa
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN E-LEARNING MOODLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP NILAI SISWA DI SMK MA'ARIF KOTA MUNGKID Gunawan Budi Sulistyo Manajemen Informatika AMIK BSI Yogyakarta Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta email:
[email protected]
Abstract The technology continues to evolve, taking part in education creates effective learning. At this time there has been a paradigm shift in learning caused by the shifting foundation of education (National Education Policy, Psychological, Sociological, and science and technology).The use of e-learning in this case Moodle, is believed to contribute to the effectiveness of teaching and learning, which in turn can improve students' grades. Through the study efevtivitas known whether Moodle E-learning used in the teaching and learning SMK Maarif Kota Mungkid has lasted effective. This study used a method introduced Mc. DeLone, who apply through kuesioner sampling test to obtain the data. The data were processed with the software and Spss Amos. The result shows there are still obstacles that led to the use of E-learning has not been effective. Kata Kunci: Effectiveness, SEM, Amos, E-learning, Moodle
1.
PENDAHULUAN Pembelajaran yang Efektif adalah pembelajaran yang berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran/kompetensi, yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara utuh. Sedangkan pembelajaran yang bermakna memiliki dua sisi: (1) Pembelajaran dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Dengan kata lain. terjadinya asimilasi pengetahuan antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge) dengan informasi baru yang dipelajari siswa sehingga membentuk pengetahuan baru; dan (2) Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang memiliki arti (nilai) psikologis bagi peserta didik yang dapat dimanfaatkannya untuk kepentingan kehidupan sehari-hari maupun masa yang akan datang. Pada saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pembelajaran yang disebabkan oleh bergesernya landasan pendidikan (Kebijakan Pendidikan Nasional, Psikologis, Sosiologis, dan IPTEK). Pergeseran landasan pendidikan inilah yang mengharuskan guru untuk terus menerus berupaya mencari, menemukan dan mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan efektif, serta tidak lagi terpasung pada cara-cara konvensional yang mungkin sudah dianggap usang dan kadaluwarsa.
20
Seiring dengan perkembangan tersebut metode pembelajaran juga banyak mengalami perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal ataupun proses pembelajaran. Bentuk dari perkembangan teknologi informasi yang diterapkan di dunia pendidikan adalah ELearning. E-Learning merupakan sebuah inovasi yang mempunyai kontribusi sangat besar terhadap perubahan proses belajar mengajar, dimana proses belajar tidak lagi hanya mendengarkan uraian materi dari guru yang terkesan membosankan tetapi materi bahan ajar dapat divisualisasikan dalam berbagai format dan bentuk yang lebih dinamis dan interaktif. 1.1. PENGERTIAN E-LEARNING Istilah e-learning atau eLearning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi eLearning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley dalam [Agus 2008]yang menyatakan:e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain[Hartley 2001]. LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary 2001] dalam [Agus 2008] menyatakan definisi yang lebih luas bahwa:e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media
Jurnal Bianglala Informatika Vol. I No. 2 September 2013 internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.E-learning adalah pembelajaran yang dilakukan di internet, komponen-komponennya disampaikan dalam banyak format, pengaturan belajar berdasar pengalaman, dan jaringan komunitas dari para pembelajar, juga terlibat para pengembang dan para ahli.E-learning memberikan pembelajaran dengan cepat dengan menekan biaya, meningkatkan akses belajar, dan pertanggungjawaban yang jelas bagi semua partisipan yang terlibat di dalam proses pembelajaran [Cross 2003]. Sistem e-learning merupakan bentuk pendidikan jarak jauh yang menggunakan media elektronik sebagai media penyampaian materi dan komunikasi antara pengajar dengan pelajarnya.Istilah e-learning merupakan istilah yang umumnya digunakan dalam bisnis.“elearning” adalah istilah yang paling baru pada sistem pendidikan jarak jauh (distance education) dan istilah ini diperuntukkan bagi pembelajaran secara elektronik termasuk media komputer dan telekomunikasi, Eileen (2001) dalam [Agus 2008]. Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo paling tidak, ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:[Purbo 2002] a. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah/ pekajaran dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. b.
Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
c.
Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo,menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama [Rahardjo 2001].
Walaupun masih banyak kendalanya, kesenjangan mutu pendidikan antar-daerah setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat internet, e-learning.Syaratnya, mengubah paradigma teaching menjadi learning.Pembelajaran (learning) berbeda dengan pengajaran (teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery (menguak apa yang semula tertutup). Pendeknya, belajar mengubah seseorang menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. “Pintar” dan “cerdas” berbeda yang digambarkan dengan: “Smart people know from repetition of others. Intelligent people can figure it out by themselves”.
1.2. EFEKTIVITAS TEKNOLOGI INFORMASI Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar, (Handoko, 1999, dalam [Ratna 2009], 3). Yamit dalam ([Ratna 2009], 3), mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai, baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya adalah pada keluaran (output) yang dihasilkan. Jumaili mengemukakan bahwa secara umum, efektivitas penggunaan dan pengimplementasian teknologi sistem informasi dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari kemudahan pemakai dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan menginterpretasikan data tersebut [Jumaili 2005]. Claude Shannon dalam [Yearry 2008] mengutarakan tentang Mathematical Theory of Communication. Teori ini memfokuskan pada “that of reproducing at one point either exactly or approximity a message selected at another point”. Jadi, yang menjadi penting dalam teori ini adalah soal transmisi komunikasi.Teori ini dibangun untuk meningkatan efisiensi dan akurasi (kecermatan) yang terjadi dalam proses transmisi dan penerimaan. Efisiensi merujuk pada jumlah bits (binary digits) suatu informasi pada setiap detiknya yang dapat dikirimkan dan diterima, sedangkan akurasi lebih mengacu pada tingkatan kejelasan suatu informasi untuk dapat dipahami. Karenannya, akurasi dapat dinyatakan sebagai kejelasan penerimaan atau pemahaman makna pesan yang disampaikan. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam dan lengkap dari
21
Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Nilai Siswa
subyek yang akan diteliti, dengan cara memberikan kuesioner kepada responden, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena sifatnya menjelaskan fenomena yang diteliti. Tabel 1:Tingkat Keefektifan Situasi Pembelajaran untuk Mencapai Tujuan.
merupakan jawaban atas kritikan Seddon mengenai model proses dan model kausal [Seddon 1997]. Namun karena sikap merupakan hal yang sulit diukur, variabel use tetap dapat digunakan dalam model ini. Model reformulasi D&M tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1: [DeLone 2003] Piskurich, 2000 menekankan bahwa sistem penyampaian gabungan terutama sangat bermanfaat jika proses pelatihan atau pembelajaran yang digunakan adalah yang berbasis teknologi. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, DeLone dan McLean melakukan reformulasi Model D&M [DeLone 2003]. Mereka menyepakati bahwa variabel service quality perlu ditambahkan dalam model tersebut, dimana instrumen pengukuran yang digunakan adalah SERQUAL yang dikemukakan oleh Parasuraman, yang disusun untuk mengakses harapan konsumen dan persepsi mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi retail dan jasa. Dimensi-dimensi yang menjelaskan konsep ini adalah: Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Variabel lain yang dimasukkan ke dalam model adalah net benefit, menggantikan variabel individual impact dan organizational impact. Menurut DeLone dan McLean, ada satu rangkaian kesatuan entitas individual sampai nasional yang dapat memberi dampak (impact) bagi aktivitas sistem informasi. Pemilihan mengenai dimana dampak ini harus diukur tergantung kepada sistem yang dievaluasi dan tujuannya. Untuk menghindari kerumitan dalam pemodelan, mereka mengelompokkan semua pengukuran mengenai impact menjadi satu variabel yaitu net benefits. Ia juga memberikan alternatif variabel intention to use bagi variabel use, dimana intention to use merupakan suatu sikap (attitude) sedangkan use menunjukkan suatu perilaku (behavior) [DeLone 2003]. Hal ini
22
Model Reformulasi D&M
2.
PENGEMBANGAN MODEL BERBASIS TEORI Dalam penelitian ini, model berbasis teori yang dikembangkan merupakan adopsi model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean 2003 seperti yang terlihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2: Model Berbasis Teori Seperti terlihat pada model, terdapat 3 (tiga) konstruk eksogen dan 3 (tiga) konstruk endogen. Konstruk eksogen disebut dengan source variables atau variabel independen yang tidak diprediksi atau tidak dipengaruhi oleh variabel. Variabel independen, meliputi : 1. 2. 3.
Kualitas Informasi (KI) Kualitas Sistem (KS) Kualitas Pelayanan (SQ) Sedangkan konstruk endogen atau disebut variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
Jurnal Bianglala Informatika Vol. I No. 2 September 2013 menerima akibat adanya variabel independen. Variabel dependen, meliputi : 1. 2. 3.
Intensi Penggunaan (IP) Kepuasan Pengguna (KP) Net Benefits (NB) Konstruk (faktor) dan indikator yang akan diteliti dari model teoritis di atas, diuraikan dalam tabel berikut,
Tujuan pembuatan path diagram adalah untuk memudahkan peneliti dalam melihat hubungan kausalitas yang ingin diuji. Hubungan antar konstruk ditunjukkan oleh anak panah. Anak panah yang mengarah dari konstruk satu ke konstruk lainnya menunjukkan hubungan kausalitas. Adapun rancangan path diagram dalam penelitian ini, terlihat pada gambar di bawah,
Tabel 2 Variabel dan Indikator Penelitian
Gambar 3:Path Diagram (Diagram Jalur)
Proses pengolahan data penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan AMOS. Proses analisis yang dilakukan adalah model measurement/pengujian model (validitas dan reliabilitas) kemudian dilanjutkan dengan structural measurement atau Structural Equation Modeling (SEM) yang merupakan pengujian hubungan antara variabel dan pengujian hipotesis. Model persamaan struktural yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari model keberhasilan sistem informasi dari DeLone and McLean 2003. 2.1. RANCANGAN DIAGRAM JALUR (PATH DIAGRAM) Pada umumnya hubungan-hubungan kausal dinyatakan dalam bentuk persamaan. Namun, dalam SEM dengan menggunakan operasi AMOS, hubungan kausal cukup digambarkan dalam sebuah path diagram. Selanjutnya, bahasa program akan melakukan konversi gambar tersebut ke dalam bentuk persamaan, dan persamaan menjadi estimasi.
2.2. PERSAMAAN SPESIFIKASI MODEL PENGUKURAN (MEASUREMENT MODEL) Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk dengan membentuk model pengukuran variabel laten eksogen dan endogen, bentuk persamaannya antara lain; IP = 11 KI + 12 KS + 13 SQ + z1 KP=21 KI + 22 KS + 23 SQ + 21 IP + z2 MB=31 IP + 32 KP + z3 2.3. PERSAMAAN SPESIFIKASI MODEL PENGUKURAN (MEASUREMENT MODEL) Merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara konstruk laten eksogen maupun endogen dengan variabel-variabel indikatornya, dan juga menyatakan korelasi antar konstruk yang dihipotesakan. Bentuk persamaan indikator variabel laten eksogen dan indikator variabel laten endogen antara lain : X1 = 11 KI + e1 X2 = 21 KI + e2 X3 = 31 KI + e3 X4 = 41 KI + e4 X5 = 51 KI + e5
23
Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Nilai Siswa
X6 = 61 KI + e6 X7 = 72 KS + e7 3.
PROFIL DATA RESPONDEN Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa STMIK Indonesia. Penelitian dilakukan pada tahun akademik 2010-2011 semester ganjil. Sampel dipilih dengan menggunakan expert judgement untuk mendapatkan data yang “representatif” yaitu mahasiswa tingkat tiga, tingkat empat, dan mahasiswa di atas tingkat empat.
X8 = 82 KS + e8 X9 = 92 KS + e9 X10 = 102 KS + e10 X11 = 112 KS + e11 X12 = 122 KS + e12
Tabel 4: Profil Responden
X13 = 132 KS + e13 X14 = 142 KS + e14 X15 = 153 SQ + e15 X16 = 163 SQ + e16 X17 = 173 SQ + e17 X18 = 183 SQ + e18 X19 = 193 SQ + e19
Persamaan pengukuran endegenous :
indikator
Y1 = 11 IP + d1 Y2 = 21 IP + d2 Y3 = 32 KP + d3 Y4 = 42 KP + d4 Y5 = 52 KP + d5 Y6 = 62 KP + d6
variabel
Responden yang menjawab kuesioner sebanyak 161 orang. Kuesioner disebar secara langsung kepada responden. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi kaidah analisis SEM yang membutuhkan sampel berkisar antara 100 - 200 sampel. Data lengkap mengenai profil responden yang menjadi obyek penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut : 4. Pengujian 4.1. Pengujian Validitas Pengujian validitas digunakan untuk menguji kemampuan (keakuratan) suatu indikator sehingga dapat mewakili suatu variabel laten. Untuk mengukur validitas konstruk dapat dilihat dari nilai loading factor. Pada penelitian ini dilakukan analisis model Confirmatory Factor Analysis (CFA) terhadap variabel laten eksogen dan endogen.
Y7 = 72 KP + d7 Y8 = 83 MB + d8 Y9 = 93 MB + d9 Y10 = 103 MB + d10
Berdasarkan hasil uji CFA dapat disampaikan uji validitas sebagai berikut : 4.2. Uji Validitas Variabel Laten Eksogen 4.2.1. Kualitas Informasi (KI) Tabel 5: Uji Validasi Variabel KI Indikator Estimasi Keterangan
Y11 = 113 MB + d11 X1
0,679
Konstruk yang valid
X2
0,758
Konstruk yang valid
Y12 = 123 MB + d12 Y13 = 133 MB + d13
24
Jurnal Bianglala Informatika Vol. I No. 2 September 2013
X3
0,690
Konstruk yang valid
Indikator
Estimasi
X4
0,466
Konstruk yang tidak valid
X15
0,866
Konstruk yang valid
X5
0,730
Konstruk yang valid
X16
0,686
Konstruk yang valid
X6
0,691
Konstruk yang valid X17
0,808
Konstruk yang valid
X18
0,700
Konstruk yang valid
X19
0,714
Konstruk yang valid
Dari hasil output standardized loading estimate, terlihat estimate pada standardized regression weight yang merupakan nilai loading factor indikator variabel laten Kualitas Informasi untuk X1, X2, X3, X5, dan X6 memiliki nilai di atas 0,5, berarti merupakan konstruk yang valid. Sedangkan indikator X4 < 0,5 merupakan konstruk yang tidak valid dan harus dikeluarkan dari variabel laten Kualitas Informasi. 4.2.2.
Kualitas Sistem (KS) Tabel 6: Uji Validasi Variabel KS Indikator Estimasi Keterangan X7
0,637
Konstruk yang valid
X8
0,587
Konstruk yang valid
X9
0,755
Konstruk yang valid
X10
0,632
Konstruk yang valid
X11
0,768
Konstruk yang valid
X12
0,746
Konstruk yang valid
X13
0,624
Konstruk yang valid
X14
0,505
Konstruk yang valid
Dari hasil output standardized loading estimate, terlihat nilai loading factor (estimate pada standardized regression weight) indikator variabel laten Kualitas Sistem memiliki nilai di atas 0,5. Hal ini berarti keseluruhan indikator yang terdapat pada variabel laten Kualitas Sistem merupakan konstruk yang valid. 4.2.3. Kualitas Pelayanan (SQ) Nilai loading factor (estimate pada standardized regression weight) indikator variabel laten Kualitas Pelayanan memiliki nilai di atas 0,5, terlihat pada tabel IV-4 di bawah. Hal ini berarti keseluruhan indikator yang terdapat pada variabel laten Kualitas Pelayanan merupakan konstruk yang valid. Tabel 7: Uji Validasi Variabel SQ
Keterangan
4.3. Uji Validitas Variabel Laten Endogen 4.3.1. Intensi Penggunaan (IP) Tabel 8:Uji Validasi Variabel IP Indikator Estimasi Keterangan Y1
0,649
Konstruk yang valid
Y2
0,823
Konstruk yang valid
Dari hasil output standardized loading estimate, terlihat nilai loading factor (estimate pada standardized regression weight) indikator variabel laten Intensi Penggunaan memiliki nilai di atas 0,5. Hal ini berarti keseluruhan indikator yang terdapat pada variabel laten Intensi Penggunaan merupakan konstruk yang valid. 4.3.2. Kepuasan Pengguna (KP) Dari hasil output standardized loading estimate, tabel IV-6 di bawah terlihat nilai loading factor (estimate pada standardized regression weight) indikator variabel laten Kepuasan Pengguna memiliki nilai di atas 0,5. Hal ini berarti keseluruhan indikator yang terdapat pada variabel laten Kepuasan Pengguna merupakan konstruk yang valid. Tabel 9: Uji Validasi Variabel KP Indikator Estimasi Keterangan Y3
0,786
Konstruk yang valid
Y4
0,800
Konstruk yang valid
Y5
0,831
Konstruk yang
25
Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Nilai Siswa
valid Y6
Y7
0,788
0,808
Konstruk yang valid Konstruk yang valid
4.3.3. Net Benefits (MB)` Tabel 10:Uji Validasi Variabel NB Indikator Estimasi Keterangan Y8
0,799
Konstruk yang valid
Y9
0,799
Konstruk yang valid
Y10
0,832
Konstruk yang valid
Y11
0,707
Konstruk yang valid
Y12
0,753
Konstruk yang valid
Y13
0,824
Konstruk yang valid
Nilai loading factor (estimate pada standardized regression weight) indikator variabel laten net benefits seperti terlihat dalam tabel IV-7 di atas, memiliki nilai di atas 0,5. Artinya bahwa seluruh indikator yang terdapat dalam variabel net benefits mulai dari indikator Y8 sampai dengan Y13 merupakan konstruk yang valid bagi variabel laten net benefits (NB). 4.4. Pengujian Reliabilitas Dalam pengujian realiabilitas pendekatan yang dianjurkan adalah mencari nilai besaran composite (construct) reliability dan variance extracted dari masing-masing variabel laten dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam loading factor dan measurement error. Constructreliability menyatakan ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator tersebut mengidentifikasikan sebuah konstruk/laten yang umum. Sedangkan variance extracted
26
menunjukkan indikator-indikator telah mewakili secara baik konstruk/ laten yang dikembangkan. Cut-off value dari construct reliability adalah minimal 0,70 sedangkan Cut-off value dari variance extracted minimal 0,50 [Ghozali 2008, 233]. Berdasarkan hasil uji reabilitas konstruk (data lampiran 8) hasil uji reliabilitas dapat ditabelkan sebagai berikut; Tabel 11. Uji Reliabilitas Gabungan Variance Variabel Construct Extracted Laten Reliability KI
0,836
0,504
KS
0,860
0,439
QS
0,870
0,575
IP
0,706
0,549
KP
0,901
0,644
MB
0,907
0,619
Dari tabel tersebut di atas dapat disampaikan bahwa seluruh konstruk variabel laten memenuhi syarat cut-off value untuk contruct reliability yaitu memiliki nilai > 0,70. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel memiliki reliabilitas yang baik. 4.5. UJI KESESUAIAN MODEL Untuk menyatakan suatu model fit (diterima) atau tidak, perlu dilakukan uji model secara menyeluruh guna mengukur kesesuaian antara matriks varians kovarians sampel (data observasi) dengan matriks varians kovarians. Kriteria utama sebagai dasar pengambilan keputusan adalah; jika probability (P) 0,05 maka matriks varians-kovarians sampel sama (tidak berbeda) dengan matriks varians-kovarians populasi dugaan, artinya model fit. Sebaliknya jika nilai P 0,05 maka model tidak fit. Hasil uji kesesuaian model diketahui nilai Probability (P) pada tabel IV-9 kurang dari nilai yang direkomendasikan, yaitu kurang dari 0,05. Hal ini berarti model teori yang diajukan pada penelitian ini tidak sesuai dengan model populasi yang diobservasi.
Jurnal Bianglala Informatika Vol. I No. 2 September 2013
Tabel 12 Hasil Uji Kesesuaian Model, Sumber data : hasil olah AMOS 7.0 (gambar IV-2) Karena nilai P tidak memenuhi persyaratan, maka uji kriteria lain seperti; absolut fit measure, incremental fit measures, dan parsimonious fit measures tidak dilanjutkan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor apakah yang mempengaruhi efektivitas e-learning serta untuk mengetahui bagaimana bentuk model yang sesuai untuk mengkaji efektivitas e-learning dalam kegiatan pembelajaran di SMK Ma’arif Kota Mungkid. Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan : 1. Faktor intensi penggunaan dan faktor kepuasan pengguna secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas e-learning di SMK Ma’arif Kota Mungkid. Besarnya pengaruh secara bersama-sama sebesar 27,1%. 2. Model yang diajukan dalam penelitian ini yaitu model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean tidak sepenuhnya terbukti secara empiris dalam penelitian efektivitas e-learning di SMK Ma’arif Kota Mungkid. 3. Hubungan kausal antar faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas e-learning di SMK Ma’arif Kota Mungkid dari model akhir penelitian : a. Kualitas informasi dan kualitas sistem, secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap intensi penggunaan. b. Kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas pelayanan secara bersamasama berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna. c. Intensi penggunaan dan kepuasan pengguna, secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap net benefits. 4. Penerapan e-learning dalam kegiatan pembelajaran di SMK Ma’arif Kota Mungkid belum efektif.
5.2. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. SMK Ma’arif Kota Mungkid perlu meningkatkan sarana pendukung (infrastruktur) e-learning, baik dari segi perangkat keras (hardware) maupun peningkatan software aplikasi e-learning. Penambahan bandwith diperlukan untuk mempercepat akses internet dan menghindari koneksi down. Untuk softwarenya disarankan menggunakan Linux. 2. Diperlukan unit pengelola teknologi informasi yang bertanggungjawab terhadap TIK SMK Ma’arif Kota Mungkid. Juga diperlukan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur tata laksana operasionalnya. 3. SMK Ma’arif Kota Mungkid perlu meningkatan kualitas dosen khususnya yang terlibat dalam e-learning. 4. SMK Ma’arif Kota Mungkid sebaiknya mengadakan studi banding sebagai upaya untuk meningkatkan e-learning. 5. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan; (a) penambahan jumlah sampel dan variabel serta memodifikasi indikator, (b) menggunakan model atau pendekatan selain model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean.
DAFTAR PUSTAKA DeLone , Willian H. and Ephraim R. McLean. 1992, Information Systems Success: The Quest for Dependent Variable, Journal of Information Systems Research, The Institute of Management Sciences. DeLone . 2003, Information Systems Success: A Ten-Year Update, Journal of Information Systems Research, The Institute of Management Sciences. DEPDIKNAS. 2003, Departemen Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014, 2003. Ghozali. 2008, “Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Jogiyanto 2007, “Model Kesuksesan Sistem Informasi”, Andi, Yogyakarta, 2007.
27
Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Nilai Siswa
Purbo, Onno W dan Antonius AH. 2002. “Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-Learning”, Jakarta: Gramedia, 2002. Santoso. 2011, “Structural Equation Modelling (SEM)”, Konsep dan Aplikasi dengan AMOS 18, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2011. Sunarini. 2003 ,Efektivitas Distance Learning Berbasis Internet Kasus PT. Telkozditam Tbk, Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia.
28
Venkatesh, Vismanath, 2000. Determinants of Perceived Ease of Use: Zahedi, Fatemeh, Reliability of Information System Based on the Critical Success Factors-Formulation, International Journal of Quality & Reliability Management, 14(8), 791-813. http://insight/ViewContentServlet?contentTy pe=Article&Filename= Published/EmeraldFullTextArticle/Article/04 00140803.html. Widodo 2007, “Seri Structural Equation Modeling”, Universitas Budi Luhur, 2007.