EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum Linn) MENTAH DAN SANGRAI DALAM RANSUM TERHADAP PROFIL DARAH AYAM BROILER
ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Aditya Guzwatutohir R NIM D24080243
ABSTRAK ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO. Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian ransum dengan penambahan biji ketumbar mentah dan ketumbar sangrai terhadap profil darah ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 90 ekor ayam DOC (Cobb CP 707) yang dipelihara selama 5 minggu. Perlakuan ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum tanpa biji ketumbar (R0), ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar mentah (R1), dan ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangrai (R2). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 10 ekor. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah (R1) dan biji ketumbar sangrai (R2) dengan taraf 2% dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hematokrit, hemoglobin, eritrosit, dan leukosit darah ayam broiler. Disimpulkan bahwa ransum tanpa penambahan biji ketumbar mentah atau pun sangrai tidak memberikan hasil yang lebih baik dalam profil darah yang diteliti. Kata kunci : ayam broiler, biji ketumbar mentah, biji ketumbar sangrai, profil darah
ABSTRACT ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO. Efectivity of Raw and Roasted Coriander Seeds (Coriandrum sativum Linn) on Blood Parameters of Broiler. Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA. This study aimed to analyzed coriander seeds and roasted coriander on blood profiles of broilers. This study used 90 chickens DOC ( CP Cobb 707 ) were maintained for 5 weeks. Treatment diet were used in this study is the diet without coriander seeds ( R0 ), diet with the addition of 2% coriander seeds raw ( R1 ), and the addition of 2% diet with toasted coriander seeds ( R2 ) . Diets and drinking water given ad libitum. The experimental design used was completely randomized design ( CRD ) with 3 treatments and 3 replications, each replication consisted of 10 animals. The results showed the use of raw coriander seeds ( R1 ) and roasted coriander seeds ( R2 ) with a level of 2% in the diet did not affect on the percentage of hematocrit, hemoglobin, erythrocytes, and leukocytes in the blood of broiler chickens. Keywords: blood profiles, broiler chickens, raw coriander seeds, toasted coriander seeds
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum Linn) MENTAH DAN SANGRAI DALAM RANSUM TERHADAP PROFIL DARAH AYAM BROILER
ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler Nama : Aditya Guzwatutohir Rahmawanto NIM : D24080243
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I
Dr Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Alhamdulillahirobil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Agustus hingga Oktober tahun 2011. di Kandang Unggas Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, pengukuran parameter dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas (Fapet, IPB). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler sehingga dapat ditemukan taraf suplementasi ketumbar yang optimum pada ransum ayam broiler. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan penulis dari program Sarjana Peternakan, Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan serta, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Bogor, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Ternak Pakan Penelitian Kandang dan Peralatan Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Rancangan dan Analisis Data Analisis Data Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Hematokrit Hemoglobin Eritrosit Leukosit Deferensiasi Leukosit Performa SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii ix 1 2 2 2 3 3 3 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 11 11 11 11 13 14
DAFTAR TABEL 1 Komposisi pakan penelitian periode starter dan finisher 2 Kandungan nutrien pakan penelitian periode starter dan finisher 3 Hasil pengujian profil darah
2 2 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sidik ragam hemoglobin selama penelitian 2 Sidik ragam eritrosit selama penelitian 3 Sidik ragam hematokrit selama penelitian 4 Sidik ragam leukosit selama penelitian 5 Sidik ragam rasio h/l selama penelitian 6 Sidik ragam heterofil selama penelitian 7 Sidik ragam limfosit selama penelitian
13 13 13 13 13 13 13
PENDAHULUAN Usaha pengadaan sumber pangan hewani terus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan protein hewani, khususnya yang berasal dari ternak. Ayam broiler salah satu ternak yang digunakan untuk upaya memenuhi kebutuhan protein hewani tersebut. Broiler merupakan ayam ras yang mampu tumbuh dengan cepat, sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yaitu 35-40 hari, dan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Produksi broiler yang optimum tergantung pada kualitas dan kuantitas pakan, lingkungan, serta manajemen pemeliharaan. Pengembangan broiler di daerah tropis dengan sistem perkandangan terbuka dihadapkan pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktivitas, karena secara alami akan terekspos oleh variasi stres lingkungan (kedinginan, kepanasan, dan kecepatan angin/aliran udara). Indonesia yang merupakan daerah tropis, secara umum suhu hariannya berfluktuasi antara 27.7-34.6 C dan kelembaban 55.8%-86.6% (Badan Pusat Statistik. 2003). Suhu lingkungan harian yang panas dan fluktuatif berdampak buruk terhadap kesehatan broiler, seperti terjadi anemia disertai defisiensi nutrien tertentu, serta menekakan respon kekabalan dalam memproduksi antibodi, yang meningkatkan kepekaan terhadap penyakit. Hal ini bisa dilihat dari gambaran komponen sel-sel darah. Pengamatan hematologi seperti perubahan jumlah leukosit dalam jangka pendek menunjukkan resistensi terhadap infeksi mikroba patogen, dan dalam jangka waktu lama terjadi pengecilan organ limfoid. Suhu lingkungan panas juga menyebabkan stres oksidatif (kondisi aktivitas radikal bebas melebihi antioksidan). Hal ini biasanya tercermin dari meningkatnya produk aktivitas radikal bebas seperti malondealdehida dalam darah. Efek dari proses dan produk radikal bebas dapat mengganggu keseimbangan fisiologis yang berujung pada rendahnya kualitas kesehatan dan produksi. Biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) merupakan salah satu rempah biji tanaman yang bernilai medis. Dalam dunia kuliner proses penyangraian biji ketumbar bertujuan untuk mengeluarkan aroma dan rasa. Kadar minyak esensial (atsiri) yang terkandung dalam biji ketumbar mampu menjadi antibakteri, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Minyak esensial (atsiri) yang dikandung biji ketumbar juga berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ pencernaan, dan merangsang enzim pencernaan, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler. Proses penyangraian biji ketumbar dilakukan sebelum dicampur ke dalam pakan ternak. Hal ini bertujuan agar pakan dapat memberikan pengaruh yang positif juga sehingga dapat meningkatkan selera makan terhadap ransum yang diberikan dan kesehatan ternak. Penambahan biji ketumbar pada makanan dapat menurunkan produk peroksida lipid dan kolesterol darah (Giiler et al. 2005). Minyak atsiri pada biji ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap spesies patogen seperti Salmonella (Isao et al. 2004), dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati (Hernandez et al. 2004). Perubahan akan keadaan hematologi dalam jangka pendek menunjukkan resistensi terhadap infeksi mikroba patogen dan dalam jangka waktu lama terjadi pengecilan organ limfoid. Kandungan flavonoid pada biji ketumbar berperan sebagai antioksidan yang
2 mampu menetralisir radikal bebas dan berperan menurunkan kolesterol (Chithra dan Leelamma. 1997) dan sebagai antioksidan (Wangensteen et al. 2004). Biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) juga bermanfaat sebagai antidiabetes (Giiler et al. 2005) dan stimulus dalam proses pencernaan (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 2004). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler.
METODE Ternak Penelitian ini menggunakan 90 ekor DOC strain CP 707 dari PT Charoen Pokphand Indonesia. Waktu pemeliharaan selama 5 minggu. DOC dibagi ke dalam 3 perlakuan dan 3 ulangan dan dalam setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Pakan Penelitian Pakan yang digunakan merupakan hasil formulasi berdasarkan Leeson dan Summers (2005) dengan penambahan 2% biji ketumbar pada perlakuan R1 dan R2. Pemberian pakan dibagi menjadi 2 periode sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu starter, umur 0-3 minggu dan ransum finisher, umur 4-5 minggu. Komposisi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, dan Kandungan nutrien pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Komposisi pakan penelitian periode starter dan finisher Bahan Pakan (%) Jagung Dedak Padi B. kedelai Tepung ikan CPO Ketumbar CaCO3 DCP Premiks Lysin Methionin
Finisher
Starter R0
R1
R2
R0
R1
R2
54.14
53.68
53.68
60.41
59.61
59.61
6
4.85
4.85
5.17
4.3
4,3
28
28
28
19.46
19.19
19.19
6.05
5.93
5.93
9.39
9.52
9.52
3.61 0 1 0.5 0.5 0.1 0.1
3.34 2 1 0.5 0.5 0.1 0.1
3.34 2 1 0.5 0.5 0.1 0.1
3.37 0 1 0.5 0.5 0.1 0.1
3.18 2 1 0.5 0.5 0.1 0.1
3.18 2 1 0.5 0.5 0.1 0.1
RO.= Ransum tanpa biji ketumbar, R1 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar, R2 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangai, CPO = Crude Palm Oil
3 Tabel 2 Kandungan nutrien pakan penelitian periode starter dan finisher Nutrien -1
Energi Metabolis (Kkal kg )
Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Ca (%) P avail (%) Lysin (%) Methionin (%)
R0 3050 22 6.19 2.97 0.96 0.53 1.44 0.54
Starter R1 3050 22 6.08 3.45 0.97 0.53 1.43 0.53
R2 3051 22 6.18 3.45 0.98 0.52 1.43 0.53
R0 3100 20 6.17 2.81 1.16 0.62 1.35 0.55
Finisher R1 3100 20 6.15 3.30 1.19 0.62 1.34 0.54
R2 3100 20 6.28 3.56 1.20 0.62 1.34 0.54
Komposisi nutrien bahan pakan berdasarkan perhitungan menurut Lesson.dan/Summers (2005). RO.= Ransum tanpa biji ketumbar, R1 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar, R2 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangai
Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah 3 kandang utama berukuran 5 m2. Setiap kandang utama terdiri dari 3 kandang kecil berukuran 1 m2 yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan pendukung yang digunakan antara lain lampu pijar 60 watt, termometer, tempat pakan, tempat minum, ember, selotip, karung, alat tulis, pisau, tirai penutup kandang, pemanas buatan (brooder), kertas koran, kompor gas, karbol, kapur sirih dan peralatan sanitasi. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemeliharaan dilakukan selama 5 minggu pada bulan Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB dan pengujian sampel darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Prosedur Penyiapan Tepung Biji Ketumbar Biji ketumbar yang dipilih yaitu bulat dan berwarna kuning kecokelatan. Biji ketumbar digiling dengan mesin giling hingga bertekstur mash (tepung). Biji ketumbar yang sudah berbentuk mash kemudian disangrai selama 5 menit. Pembuatan Ransum Penelitian Bahan baku ransum diperoleh dari PT Indofeed Bogor. Penimbangan bahan baku ransum sesuai formulasi. Bahan pertama yang dicampur adalah jagung kuning dan CPO (Crude Palm Oil). Bahan kedua yang dicampur adalah bungkil kedelai dan tepung ikan. Bahan ketiga yang dicampur adalah tepung biji ketumbar, dedak padi, CaCO3 (calsium carbonate), DCP, premiks, L-lysin, dan DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen dalam mesin pencampur (mixer). Bahan yang telah homogen kemudian dibentuk menjadi pellet di mesin pellet. Proses selanjutnya adalah ransum dibentuk menjadi crumble di
4 mesin crumble. Ransum yang telah jadi kemudian ditimbang dan dikemas sesuai perlakuan. Pemeliharaan Ayam Broiler Pemeliharaan 0-3 minggu dengan ransum starter dan 4-6 minggu dengan ransum finisher. Perlihan ransum starter ke finisher dilakukan selama 4 hari dengan perbandingan starter : finisher hari pertama 75% : 25% hari ke-dua 50% : 50% hari ke-tiga 25% : 75% dan hari ke-empat 100% finisher. Pengambilan Sampel Sampel darah diambil saat umur ayam 35 hari. Waktu pengambilan pada pagi hari pukul 08.30 WIB setelah dipuasakan 3 jam. Ayam yang diambil berjumlah 12 ekor (setiap perlakuan diambil 4 ekor sebagai ulangan) yang berbobot badan mendekati rata-rata bobot badan tiap ulangan. Bagian bawah sayap diusap dengan cairan alkohol. Darah kemudian diambil melalui vena pectoralis (pembuluh darah dibagian bawah sayap). Darah diambil sekali menggunakan spoit sebanyak 2 ml dan dimasukkan dalam tabung berantikoagulan. Analisis Persentase Hematokrit (%) Analisis persentase hematokrit dilakukan dengan metode Mikrohematokrit. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 4/5 volume tabung berukuran panjang 75 mm dan berdiameter 1 mm. Mulut tabung ditutup dengan dempul (clay). Proses berikutnya disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 12 000 rpm. Tinggi volume padatan yang terbentuk diukur dengan alat pembaca hematokrit. Analisis Kadar Hemoglobin (g 100ml-1) Analisis kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sianmethemoglobin. Larutan pereaksi 5 ml (berbahan kalium ferrosianida 200 mg + KCN 50 mg + kalium hidrogen fosfat 140 mg + detergen 1 ml + aquadest 1.000 ml) dimasukkan ke dalam tabung reaksi berukuran panjang 75 cm dan berdiameter 10 mm. Sebanyak 0.02 ml sampel darah ditambahkan ke dalam 5 ml pereaksi dengan menggunakan mikropipet (dihindari terbentuknya gelembung). Sampel yang telah tercampur dibiarkan pada suhu kamar selama ± 5 menit, dan serapannya dibaca dalam spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm, dengan larutan pereaksi sebagai blangko. Analisis Jumlah Eritrosit (106 butir mm-3) Analisis jumlah eritrosit dilakukan dengan menggunakan metode Nuebauer. Larutan pengencer yaitu larutan Hayem (natrium sulfat 2.5 g + natrium klorid 0.5 g + merkuri klorid 0.25 g + aquadest 100 ml) disiapkan. Sampel darah dari tabung dihisap menggunakan pipet eritrosit sampai batas 0.5. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu, lalu larutan pengencer dihisap hingga tanda tera 101. Pipet diangkat dari cairan dan ujung pipet ditutup dengan ujung jari, kemudian dikocok selama 30 detik. Kamar hitung dan kaca penutup diletakkan mendatar di atas meja. Cairan yang ada pada batang kapiler pipet dibuang 3 tetes. Mulut pipet disentuhkan (± sudut 30 ) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar hitung, dan diteteskan cairan sampel. Kamar hitung akan terisi cairan perlahanlahan, dengan gaya kapilaritasnya sendiri. Kamar hitung yang sudah terisi cairan dibiarkan selama 2 menit agar mengendap. Kamar hitung terbagi dalam 25 kotak
5 kecil-kecil. Sel eritrosit dihitung dalam 5 kotak, yaitu 1 kotak di tengah, 2 kotak pojok atas dan 2 kotak pojok bawah. Perhitungan di bawah mikroskop dengan lensa objektif besar (pembesaran 40 kali). Jumlah eritrosit dihitung dengan rumus : = (E / [Jumlah kamar hitung x Volume kamar hitung (mm3)]) x Pengenceran (kali) = (E / [5 x 0.2 x 0.2 x 0.1 ] ) x 100 = (E / 0.02 ) x 100 = E x 5 000 E = jumlah sel eritrosit yang terhitung
Analisis Jumlah Leukosit (103 butir mm-3) Analisis jumlah leukosit dilakukan dengan menggunakan metode Nuebauer. Larutan pengencer yaitu larutan Turk (larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml + asam asetat glasial 1 ml + aquadest 100 ml) disiapkan. Sampel darah dari tabung dihisap menggunakan pipet leukosit dengan bantuan alat penghisap aspirator pada pipet sampai batas 0.5. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu lalu hisap larutan pengencer hingga tanda tera 11. Pipet diangkat dari cairan dan ujung pipet ditutup dengan ujung jari kemudian dikocok selama 30 detik. Kamar hitung dan kaca penutup diletakkan mendatar di atas meja. Cairan yang ada pada batang kapiler pipet dibuang 3 tetes. Mulut pipet disentuhkan (± sudut 30 ) dengan menyinggung pinggir kaca penutup kamar hitung, dan diteteskan cairan sampel. Kamar hitung akan terisi cairan perlahan-lahan, dengan gaya kapilaritasnya sendiri. Kamar hitung yang sudah terisi dibiarkan selama 2 menit agar cairan mengendap. Jumlah leukosit dilihat dengan bantuan mikroskop pada 5 bidang pandang, yaitu 1 kotak di tengah (kotak eritrosit), 2 kotak pojok atas dan 2 kotak pojok bawah. Perhitungan di bawah mikroskop dengan lensa objektif kecil (10 kali). Jumlah leukosit dihitung dengan rumus : = (L / [Jumlah kamar hitung x Volume kamar hitung (mm3)]) x Pengenceran(kali) = (L / [5 x 1 x 1 x 0.1 ] ) x 100 = (L / 0.5 ) x 100 = L x 200 L = jumlah sel leukosit yang dihitung
Analisis Deferensiasi Leukosit: Persentase Limfosit (%) dan Persentase Heterofil (%) Deferensiasi jenis leukosit dilakukan dengan melihat granulosit yaitu eosinofil, basofil, dan heterofil. Eosinofil dengan ciri granula berwarna merah dan besar. Basofil dengan ciri granula berwarna biru tua dan besar-besar. Heterofil dengan ciri granula netral dan bentuk halus. Jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Limfosit dengan ciri inti bulat, berwarna biru tua, dan sitoplasma lebih sedikit. Monosit dengan ciri inti berlekuk, berwarna biru tua, dan sitoplasma lebih banyak. Deferensiasi leukosit dihitung dengan rumus: Deferensiasi leukosit (%) = Jenis leukosit (106 butir mm-3) x 100% Leukosit (106 butir mm-3)
6 Rancangan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan 3 Perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah : R0 R1 R2
= Pakan tanpa tepung biji ketumbar (kontrol) = Pakan dengan tepung biji ketumbar 2% = Pakan dengan tepung biji ketumbar sangrai 2%
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Model matematis yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut : Yij = µ + + Keterangan : Yij : nilai pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum i : efek perlakuan ke-i : galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil atau Least significant difference (LSD) (Mattjik dan Sumertajaya, 2000). Peubah yang Diamati Pengamatan profil darah dilakukan dengan mengamati persentase hematokrit, kadar hemoglobin (g 100ml-1), jumlah eritrosit (106 butir mm-3), dan jumlah leukosit (103 butir mm-3). Pengamatan deferensiasi leukosit dilakukan dengan mengamati persentase limfosit (%) dan persentase heterofil (%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai hematologi/profil darah hasil pengamatan, ditunjukkan pada Tabel 3. Secara umum profil darah ayam broiler yang diberi tepung biji ketumbar sebanyak 2%, baik mentah maupun sangrai tidak berbeda dengan ayam yang tidak diberi tepung ketumbar. Profil darah tersebut juga masih berada pada kisaran normal dibandingkan dengan standar. Biji ketumbar dapat digunakan sebagai bahan pakan, ransum dengan komposisi biji ketumbar mentah maupun sangrai sebanyak 2% dapat diaplikasikan untuk mendapatkan tingkat kesehatan yang tinggi dan menghasilkan peforma yang baik pada broiler yang dipelihara di lingkungan tropis. Hasil perhitungan peforma broiler penelitian pada umur 5 minggu disajikan pada Tabel 4.
7 Tabel 3 Hasil pengujian profil darah Profil Darah Hematokrit (%) Hemoglobin (g 100 ml-1) Eritrosit (106 butir mm-3) Leukosit (103 butir mm-3) Limfosit (%) Heterofil (%) Rasio H/L
R0 29.08±3.56 9.46±0.66 2.39±0.33 15.13±3.72 43.67±2.08 49.33±2.52 1.13±0.10
Perlakuan R1 R2 25.25±1.98 24.50±2.29 8.15±0.57 8.76±1.09 2.31±0.36 2.47±0.38 15.00±3.99 14.07±6.52 51.67±2.31 52.00±6.00 43.33±3.51 38.00±8.89 0.84±0.11 0.75±0.25
Standar 24.0-43.0 7.3-10.9 2.0-3.2 16.0-40.0 24.0-84.0 9.0-56.0 -
R0 : Ransum kontrol, R1: Ransum biji ketumbar 2%, R2: Ransum biji ketumbar sangrai 2%. Standar menurut Mangkoewidjojo dan smith (1988).
Hematokrit Hematokrit dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi normal, anemia, maupun polisetamia. Hematokrit adalah proporsi komponen darah dalam volume darah, yang terdiri dari sel darah merah (Mangkoewidjojo dan Smith. 1988). Adanya kondisi polisetamia ditandai dengan hematokrit dan jumlah eritrosit yang tinggi. Anemia ditandai dengan hematokrit dan jumlah eritrosit yang rendah. Hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah, menunjukkan anemia disertai ukuran atau volume eritrosit yang membesar. Hematokrit dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran eritrosit, serta faktor-faktor yang mempengaruhi eritrosit (Guyton dan Hall, 2010). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah dan sangrai dengan taraf 2% dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hematokrit broiler. Hasil penelitian menunjukkan kadar hematokrit darah ayam sebesar R0 29.08%, R1 25.25% dan R2 24.50% (Tabel 3). Hasil ini berada dalam selang normal yang dilaporkan Mangkoewidjojo dan Smith (1988) yaitu 24.0%-43.0% dan Sugito (2007) yaitu 24.3%-30.1%. Biji ketumbar tidak memperlihatkan hasil yang signifikan, karena faktor penyebab anemia maupun polisetamia tidak dalam tingkat yang tinggi. Guyton dan Hall (2010) menjelaskan, hematokrit dikatakan normal jika memiliki jumlah eritrosit yang sesuai, bukan karena ukuran atau jumlahnya yang besar. Hemoglobin Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen. Hemoglobin berfungsi sebagai distributor oksigen (O2) bagi jaringan, dan membawa karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru (Guyton dan Hall. 2010). Hemoglobin dipengaruhi oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit, sehingga ada kecenderungan jika jumlah eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan rendah, dan jika oksigen (faktor ketinggian tempat) dalam darah rendah, maka tubuh terangsang meningkatkan produksi hemoglobin dan eritrosit (Schalm. 2010). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hemoglobin broiler. Hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin darah ayam sebesar R0 9.46 g 100ml-1, R1 8.15 g 100ml-1 dan R2 8.76 g 100ml-1 (Tabel 3). Hasil menunjukkan biji ketumbar memberi efek negatif pada hemoglobin broiler. Biji
8 ketumbar tidak memperlihatkan khasiatnya, karena faktor negatif terhadap hemoglobin tidak dalam tingkat yang tinggi. Hasil ini menunjukkan oksigen dalam darah untuk kebutuhan jaringan tercukupi, namun Jain (1993) menyatakan bahwa hemoglobin akan melakukan fungsinya dengan baik, jika kosentrasi hemoglobin sesuai jumlah eritrositnya dalam volume darah. Eritrosit Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut hemoglobin yang selanjutnya membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan, nutrien yang disiapkan saluran pencernaan, sisa-sisa hasil metabolisme yang diseksresikan ke ginjal, serta kelancaran sirkulasi darah. Jumlah eritrosit rendah memberi gambaran kondisi anemia, sedangkan jumlah eritrosit tinggi memberi gambaran kondisi polisetamia (Guyton dan Hall 2010). Guyton dan Hall (2010) menambahkan, jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur, aktivitas individu, nutrien, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit. Hasil penelitian menunjukkan kadar eritrosit darah ayam sebesar R0 2.39 106 butir mm-3, R1 2.31 106 butir mm-3 dan R2 2.47 106 butir mm3 (Tabel 3). Hasil ini berada dalam selang normal yang dilaporkan Mangkoewidjojo dan Smith (1988) yaitu 2.0-3.2 juta ml-1 dan Sugito (2007) yaitu 2.3-2.7 juta ml-1. Biji ketumbar tidak memperlihatkan khasiatnya, karena faktor negatif terhadap eritrosit tidak dalam tingkat yang tinggi. Hasil ini juga menunjukkan kadar oksigen dalam darah, dan kebutuhan untuk melaksanakan fungsi eritrosit tercukupi. Jain (1993) menyatakan eritrosit dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan nutrien untuk memproduksi eritrosit tercukupi, jika memiliki ukuran yang normal. Leukosit Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah leukosit ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan kadar leukosit darah ayam sebesar R0 15.13 106 butir mm-3, R1 15.00 106 butir mm-3 dan R2 14.07 106 butir mm-3 (Tabel 3). Hasil penelitian ini lebih kecil dari pernataan Mangkoewidjojo dan Smith (1988) bahwa kadar leukosit darah normal berkisar antara 16-40 106 butir mm-3. Leukosit di dalam aliran darah bersifat non fungsional karena akan diproduksi lebih banyak dan menuju jaringan ketika dibutuhkan. Indikasi lain dari rendahnya jumlah leukosit adalah rendahnya bobot organ pembentuk leukosit, khususnya limfoid (Frandson, 1992). Deferensiasi Leukosit Limfosit Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase limfosit ayam broiler (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan kadar limfosit darah ayam sebesar R0 43.69%, R1 51.67% dan R2 52.00% (Tabel 4).
9 Berdasarkan kadar leukosit ini, maka ayam yang dipelihara berada dalam kondisi stres, seperti yang dilaporkan Khan et al. (2002) yaitu 42.55%-51.20%. Persentase limfosit ketika memiliki nilai rendah dari heterofil saat leukosit di bawah atau di atas normal, mengindikasikan broiler terkena stres, rendahnya bobot organ limfoid, dan bisa penurunan tingkat kesehatan jika berlangsung lama (Sturkie, 2000). Limfosit diberi predikat sebagai sel pertahanan paling utama, karena menunjukkan tingkat kesehatan ternak (Day dan Schultz, 2010). Hasil menunjukkan adanya penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum memberikan efek positif terhadap broiler. Efek positif ini karena biji ketumbar memiliki minyak esensial yang bekhasiat sebagai antimikroba (Isao et al. 2004), sehingga limfosit tidak banyak berkurang untuk aktivitas melawan agen penyakit. Kondisi ini juga menunjukkan terjadi penurunan tingkat stres, karena meningkatnya persentase limfosit. Khasiat lain dari minyak esensial adalah meningkatkan konsumsi ransum. Peningkatan ini meningkatkan konsumsi nutrien seperti energi, protein (asam amino), mineral, dan vitamin. Semua nutrien tersebut memiliki peranan terhadap aktivitas kerja sel, perkembangan, serta pemeliharaan jaringan limfoid dalam mengontrol produksi dan persentase limfosit dalam darah (Fauci et al.2008). Heterofil Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak mempengaruhi kadar heterofil darah ayam (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan kadar heterofil darah ayam sebesar R0 49.33%, R1 43.33% dan R2 38.00%. Hasil ini mengindikasikan bahwa ayam berada dalam kondisi stress, seperti yang dilaporkan Khan et al. (2002) yaitu 31.95% - 41.30%. Persentase heterofil yang tinggi karena dalam aliran darah terjadi peningkatan produksi heterofil atau penurunan jumlah limfosit. Kondisi ini mengindikasikan broiler terkena stres atau rendahnya organ pembentuk limfosit. Heterofil merespon, diproduksi, serta bekerja sangat cepat akibat gangguan internal maupun eksternal fisiologis (penyebab stres). Heterofil dikenal sebagai garis pertahanan tubuh pertama (Day dan Schultz. 2010). Rasio Heterofil/Limfosit (HL-1) Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak mempengaruhi rasio H/L darah ayam (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan rasio H/L darah ayam sebesar R0 1.13, R1 0.84 dan R2 0.75 Penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum memberikan efek positif terhadap broiler. Efek positif ini karena biji ketumbar memiliki minyak esensial yang berkhasiat sebagai antibakteri (Isao et al. 2003), sehingga heterofil tidak banyak diproduksi untuk aktivitas melawan agen penyakit. Kondisi ini juga menunjukkan terjadi penurunan tingkat stres, karena menurunnya persentase heterofil. Khasiat lain dari minyak esensial adalah meningkatkan konsumsi ransum, sehingga meningkatkan konsumsi nutrien seperti energi, protein (asam amino), mineral, dan vitamin. Semua nutrien ini memiliki peranan terhadap level sel, aktivitas kerja sel, perkembangan, serta pemeliharaan jaringan penghasil heterofil dalam mengontrol produksi dan persentase heterofil dalam darah (Fauci et al. 2008).
10 Performa Ayam Broiler Hasil perhitungan peforma broiler penelitian pada umur 5 minggu disajikan pada Tabel 4. Adanya perkembangan broiler di daerah tropis dihadapkan pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktifitas, karena pengaruh tingginya tingkat stres akibat suhu lingkungan panas pada siang hari (Austic. 2000), yaitu bisa mencapai 34.6 C (Badan Pusat Statistik. 2003). Suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah dibawah 25 C (Charoen Pokphand. 2005). Stres secara kasat mata (peforma) dalam jangka waktu lama dapat dicerminkan dengan produktivitas yang tidak optimal, seperti bobot badan rendah (di bawah standar), keseragaman rendah, mortalitas cenderung tinggi (infeksi penyakit), dan feed conversion ratio (FCR) mengalami peningkatan, dan pertambahan bobot badan yang rendah. Tabel 4 Performa ayam broiler penelitian pada umur 5 minggu Perlakuan Peubah R0 R1 R0 -1 Bobot Badan (g ekor ) 1217 ± 34 1215 ± 16 PBB (g ekor-1) 1175 ± 34 1173 ± 16 -1 Konsumsi starter (g ekor ) 816 ± 14ab 692 ± 41a Konsumsi finisher (g ekor-1) 1383 ± 88 1338 ± 92 Konversi Pakan 1.87 ± 0.13 1.73 ± 0.06 Keseragaman (%) 21.7 ± 2.8 51.8 ± 22.6 Mortalitas starter (ekor) 0.00 0.00 Mortalitas finisher (ekor) 2.00 3.00 -1 Panting (kali menit ) 124 ± 5.13 124 ± 1.35
R2 1256 ± 84 1214 ± 83 836 ± 79b 1388 ± 127 1.84 ± 0.09 54.4 ± 21.2 0.00 2.00 132 ± 5.20
R0 : (ransum tanpa biji ketumbar/kontrol); R1 (ransum dengan biji ketumbar mentah 2%); R2 (ransum dengan biji ketumbar sangrai 2%). PBB (Pertambahan Bobot Badan), Keseragaman = Bobot Badan ± 10% Bobot Badan, g/ekor (gram/ekor), panting diukur saat suhu maksimum pemeliharaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa ayam broiler seluruh perlakuan mengalami kondisi stres, seperti akibat suhu lingkungan. Dapat dilihat hasil dari peubah keseragaman yang rendah (di bawah 90%), konversi pakan yang tinggi (di atas 1.64) dan mortilitas terjadi pada periode finisher (Austic. 2000; Charoen Pokphand. 2005). Taraf penggunaan biji ketumbar 2% dalam ransum, mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan konsumsi ransum starter. Hal ini sangat diperlukan dalam mengurangi penurunan konsumsi yang merupakan dampak dari faktor penyebab stres. Menurut Isao et al. (2004) minyak esensial yang terkandung dalam biji ketumbar meningkatkan tambahan (aditif) dalam ransum, serta dengan proporsi yang sesuai berkhasiat terhadap palatabilitas makanan, sehingga meningkatkan nafsu makan. Mortalitas terjadi pada priode finisher, artinya terjadi setelah broiler memasuki umur 3 minggu. Broiler akan meningkatkan intensitas panting ketika panas tubuh tidak mampu lagi dikeluarkan karena suhu lingkungan yang tinggi, karena suhu lingkungan merupakan faktor penyeimbang produksi panas tubuh (heat production/HP) dan yang dihilangkan ke lingkungan (heat lost/HL).
11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah (R1) dan biji ketumbar sangrai (R2) dengan taraf 2% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase hematokrit, hemoglobin, eritrosit, dan leukosit darah ayam broiler. Saran Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian ketumbar dalam bentuk ekstrak minyak biji ketumbar untuk mengetahui khasiat langsung dari minyak atsiri pada biji ketumbar terhadap profil darah.
DAFTAR PUSTAKA Austic RE. 2000. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates. In: Yousef MK, editor. Stress Physiology in Livestock. 3rd Ed. Florida (USA) : Poultry CRC Press. Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik RI. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2004. Tanaman Obat: Ketumbar (Coriandrum sativum L.). Jakarta (ID) : Departemen Keshatan RI. Charoen Pokphand Indonesia. 2004. Feed and Nutrition In Broiler Management. Stadium General Charoen Pokphand, Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian. Chithra V, Leelamma S. 1997. Hypolipidermic effect of coriander seeds (Coriandrum sativum). Antioxidant enzyme in experimental animals. Int. J. Biochem. Biophys. 36: 59-61. Day MJ, Schultz RD. 2010. Veterinary Immunology: Principles and Practice. London (UK) : Manson Publishing. Fauci B, Hauser K, Jameson. 2008. Princiciples of Internal Medicine. 17th Ed. New York (USA) : McGraw Hill Companies. Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. 4th Ed. Terjemahan B. Srigandono, Koen Praseno. Yogyakarta (ID) : GMU Press. Giiler T, Ertas ON, Ciftci M, Dalkhe B. 2005. The effect of coriander seed (Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on the performance of Japanese quail. J Anim Sci. 35: 260-266. Guyton AC, Hall JE. 2010. Textbook of Medical Physiology. 12th Ed. W. B. Philadelphia (USA) : Saunders Company. Hernandez FJ, Madrid V, Garcia J, Orengo, Megias MD. 2004. Influence of two plant extract on broiler performance, digestibility and digestive organ size. Poult Sci. 83: 169-174. Isao K, Ken-Ichi F, Aya K, Ken-Ichi N, Tetsuya A. 2004. Antimicrobial activity of coriander volatile compound against Salmonella choleraesuits. J Agric Food Chem. 52: 3329-3332.
12 Jain NC. 1993. Essentials of Veterinary Haematology. Philadelphia (USA) : Lea and Fabiger,. Khan WA, Khan A, Anjum AD, Rehman ZU. 2002. Effects of induced heat stress on haematological values in broiler chicks. Int J Agri Bio 4 (1): 1560 –8530. Leeson S, Summers J. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Ontario (CA) : Ontario Company. Mangkoewidjojo S, Smith JB. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID) : UI Press. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Schalm. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J. Weiss K. Jane W. London (UK) : Blackwell Publishing Ltd Sturkie PD. 2000. Avian Physiology. 15th Ed. New York (USA) : Spinger-Verlag. Sugito. 2007. Kajian penggunaan kulit jaloh sebagai anti stress pada ayam broiler yang diberi cekaman panas. [disertasi]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Wangensteen H, Samuelsen AB, Malterud KE. 2004. Antioksidan activity in extracts from coriander. Food Chem. 88:293-297.
13 Lampiran 1 Sidik ragam hemoglobin selama penelitian Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 2.58 3.92 6.50
KT 0.86 0.49
FHIT 1.75
F0.05 4.07
F0.01 7.59
FHIT 0.14
F0.05 4.07
F0.01 7.59
Lampiran 2 Sidik ragam eritrosit selama penelitian Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0.04 0.76 0.80
KT 0.01 0.09
Lampiran 3 Sidik ragam hematokrit selama penelitian Sumber Keragaman db JK KT FHIT Perlakuan 3 36.26 12.09 2.21 Galat 8 43.67 5.46 Total 11 79.93
F0.05 4.07
F0.01 7.59
Lampiran 4 Sidik ragam leukosit selama penelitian Sumber Keragaman db JK KT Perlakuan 3 2.03 0.68 Galat 8 144.53 18.07 Total 11 146.56
F0.05 4.07
F0.01 7.59
FHIT 0.04
Lampiran 5 Sidik ragam ratio H/L selama penelitian. Sumber Keragaman db JK KT FHIT Perlakuan 3 0.24 0.08 3.83 Galat 8 0.17 0.02 Total 11 0.41 Lampiran 6 Sidik ragam heterofil selama penelitian. Sumber Keragaman db JK KT FHIT Perlakuan 3 192.89 64.30 2.63 Galat 8 195.33 24.42 Total 11 388.22 Lampiran 7 Sidik ragam limfosit selama penelitian. Sumber Keragaman db JK KT Perlakuan 3 133.56 44.52 Galat 8 91.33 11.42 Total 11 224.89
FHIT 3.90
F0.05 4.07
F0.01 7.59
F0.05 4.07
F0.01 7.59
F0.05 4.07
F0.01 7.59
14 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 September 1989 di Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suyoto dan Ibu Marmaningsih. Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Negeri Jaten 04 pada tahun 1996 hingga tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 01 Solo pada tahun 2002 hingga 2005 dan melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMA Negeri 01 Solo pada tahun 2005 hingga 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan diterima sebagai mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Penulis aktif mengikuti kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulu tangkis sebagai anggota periode 2008-2010. Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Inseminasi Buatan di Lembang. Penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) sebagai anggota periode 2010-2011.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda H.M. Suyoto S.Pd. dan Ibunda tercinta Hj. Marmaningsih S.Pd., kakak Imas Rizki Nurul Hida Hakim yang memberi dukungan serta do’a kepada penulis selama berkuliah. 2. Dr Ir Rita Mutia. MAgr selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi, Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi. Beliau telah menyediakan waktu dan sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr Ir Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr selaku dosen penguji sidang pertama pada tanggal 19 Agustus 2014 dan kepada Dr Sri Suharti, SPt MSi sebagai dosen penguji sidang kedua pada tanggal 3 Maret 2015 yang telah memberikan masukkan untuk skripsi ini. 4. Dr Ir Lilis Khotijah, MSi sebagai dosen pembahas seminar pada tanggal 9 Agustus 2013. 5. Agis, Fenni, Sherly, Riadhi, Umam, Rifki, dan Handi teman satu grup penelitian yang memberikan dukungan materil dan kerjasama selama penelitian. 6. Teman-teman GENETIK 45 (INTP 2008), Ibu Lanjarsih, Mas Mul, Pak Idris Indofeed, dan satpam kandang yang memberikan dukungan kerja selama penelitian.