EFEKTIVITAS PENERAPAN BAYAR PASCAPANEN PADA PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH PERTANIAN PADI DI BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK
NANA RODIANA
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penerapan Bayar Pascapanen pada Pengembalian Pembiayaan Akad Murabahah Pertanian Padi di BMT As Salam, Kramat, Demak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Nana Rodiana NIM H54100055
ABSTRAK NANA RODIANA. Efektivitas Penerapan Bayar Pascapanen pada Pengembalian Pembiayaan Akad Murabahah Pertanian Padi di BMT As Salam, Kramat, Demak. Dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan SALAHUDDIN EL AYYUBI. Pertanian tanaman pangan sangat tergantung musim, sejak masa pengolahan lahan hingga panen. Keterlambatan tanam karena kekurangan modal, akan mengakibatkan kegagalan panen atau produktivitas tanaman rendah. Lembaga keuangan mikro syariah, seperti BMT, menawarkan pembiayaan, salah satunya pembiayaan akad murabahah. Penerapan akad murabahah umumnya diikuti dengan angsuran pembayaran bulanan. Kondisi petani kebanyakan tidak memungkinkan mereka untuk memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar angsuran pokok dengan rentang waktu bulanan. Sistem pengembalian pembiayaan dengan bayar pascapanen (yarnen) adalah alternatif pengembalian pokok pembiayaan. Penelitian ini menganalisis faktor yang memengaruhi petani dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan yarnen pada pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As Salam, Kramat, Demak menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan alasan memilih sistem pembayaran berpengaruh signifikan terhadap pilihan petani padi. Responden memiliki peluang lebih besar memilih yarnen karena sesuai kemampuan pembayaran. Efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad murabahah pertanian padi diukur menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan penerapan yarnen tersebut sudah efektif di seluruh tahapan pembiayaan dan memberi dampak positif pada usahatani anggota. Kata kunci: BMT, Efektivitas, Likert, Logit, Yarnen
ABSTRACT NANA RODIANA. Effectiveness of Postharvest Payment Return Implementation on Murabaha Rice Farming Financing in BMT As Salam, Kramat, Demak. Supervised by NUNUNG NURYARTONO and SALAHUDDIN EL AYYUBI. Agricultural crops greatly depends on the season, since the time of land preparation to harvest. Planting delays due to lack of capital, will result in crop failure or low crop productivity. Islamic microfinance institutions, such as BMT, offers murabaha financing as one of financing options. Application of murabaha is generally followed by monthly installment payments. The condition of most farmers doesn’t enable them to have enough income due to pay the main installments with a monthly period. Postharvest payment return system is an alternative main return of financing. The research result showed the factors that influence farmers in choosing the monthly payment system and postharvest margins on murabaha rice farming financing in BMT As Salam, Kramat, Demak using binary logistic regression. The analysis result showed the reason for choosing the payment system significantly influenced rice farmers choice. The chance of postharvest payment is acceptable according to the ability of most farmers. The effectiveness of postharvest payment return implementation on
murabaha rice farming financing was measured using a Likert scale. The results showed that postharvest payment implementation has been effective in all stages of financing and made a positive impact on farm members. Keywords: BMT, Effectiveness, Likert, Logit, Postharvest payment
EFEKTIVITAS PENERAPAN BAYAR PASCAPANEN PADA PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH PERTANIAN PADI DI BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK
NANA RODIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama Maret 2014 ini ialah pembiayaan pertanian, dengan judul Efektivitas Penerapan Bayar Pascapanen pada Pengembalian Pembiayaan Akad Murabahah Pertanian Padi di BMT As Salam, Kramat, Demak. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir R Nunung Nuryartono dan Bapak Salahuddin El Ayyubi Lc MA selaku pembimbing, atas bimbingan dan sarannya dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah (Abdul Salam), ibu (Nunuk Tjahyaningsih), dan seluruh keluarga atas segala dukungan dan doanya. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ahmad Hanafi, Bapak Sarwan, Bapak Salim beserta staf BMT As Salam, Kramat, Demak, dan para responden, yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data, serta teman-teman Ekonomi Syariah 47, Koran Kampus IPB, dan teman-teman satu bimbingan, yang telah memberi saran dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Nana Rodiana
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pandangan Syariah tentang Modal
3
Pembiayaan Syariah dalam Pertanian Tanaman Pangan
4
Karakteristik Pertanian Tanaman Pangan
6
Baitul Maal wat Tamwil
6
Penyaluran Dana Baitul Maal wat Tamwil
8
Efektivitas Penerapan Yarnen
9
Penelitian-penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis
12
METODE PENELITIAN
13
Lokasi dan Waktu Penelitian
13
Jenis dan Sumber Data
13
Metode Pengumpulan Data
13
Metode Penentuan Sampel
13
Metode Pengolahan dan Analisis Data
14
GAMBARAN UMUM BMT AS SALAM
15
Sejarah Pendirian dan Wilayah Kerja
15
Kelembagaan dan Susunan Organisasi
16
Mekanisme Pembiayaan Murabahah Yarnen
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Karakteristik Umum Responden
18
Karakteristik Usaha Responden
20
Karakteristik Pembiayaan Responden
21
Faktor-faktor yang Memengaruhi Petani Padi dalam Memilih Sistem Pembayaran Margin Bulanan dan Margin Yarnen
22
Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen pada Pengembalian Pembiayaan
24
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
38
RIWAYAT HIDUP
46
DAFTAR TABEL 1
Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan di Indonesia, 2013 1 2 Skim pembiayaan syariah tanaman padi 5 3 Karakteristik responden berdasarkan usia 18 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 18 5 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 19 6 Karakteristik responden berdasarkan rata-rata pendapatan RT per bulan 19 7 Karakteristik responden berdasarkan rata-rata konsumsi RT per bulan 19 8 Karakteristik responden berdasarkan lama usahatani 20 9 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan tani 20 10 Karakteristik responden berdasarkan omzet usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan 21 11 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan 21 12 Karakteristik responden berdasarkan lama anggota 21 13 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaan 22 14 Karakteristik responden berdasarkan plafon pembiayaan 22 15 Hasil pendugaan parameter logit 22 16 Faktor- faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin akad murabahah 23 17 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengajuan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat 25 18 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pencairan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat 26 19 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pemanfaatan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat 28 20 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengembalian pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat 29 21 Kondisi ekonomi petani padi setelah mendapat pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat 30 22 Hubungan lama usahatani dan omzet usahatani per musim 31 23 Hubungan luas lahan tani dan omzet usahatani per musim 32 24 Hubungan lama usahatani dan pendapatan usahatani per musim 33 25 Hubungan luas lahan tani dan pendapatan usahatani per musim 34
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Cara Kerja BMT Perputaran Dana BMT Kerangka pemikiran efektivitas penerapan yarnen pada pembiayaan murabahah pertanian padi Mekanisme pembiayaan murabahah yarnen Alasan petani padi memilih margin bulanan maupun yarnen
7 8 12 17 24
6 Omzet usahatani per musim, sebelum dan setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen 7 Tingkat pendapatan usahatani per musim, sebelum dan setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen
31 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar checklist dokumen pembiayaan 38 2 Hasil uji faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan pembayaran margin 39 3 Kuesioner penelitian 41
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas pengkonsumsi utama padi-padian membuat tanaman pangan ini tetap menduduki urutan pertama dalam tanaman pangan yang banyak dikonsumsi dibandingkan golongan tanaman pangan lain, seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Tabel 1 Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan di Indonesia, 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Bahan makanan Beras Jagung basah berkulit Jagung pipilan Ketela pohon Ketela rambat Kacang kedelai
Jumlah (kg) 85.514 0.574 1.304 3.494 2.346 0.052
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2013 (Kementerian Pertanian RI)
Pertanian tanaman pangan sangat tergantung musim, sejak masa pengolahan lahan hingga panen. Keterlambatan tanam karena kekurangan modal, akan mengakibatkan kegagalan panen atau produktivitas tanaman yang rendah. Ketepatan waktu dalam memperoleh modal ini merupakan kriteria yang sangat penting bagi petani (Tampubolon 2002). Selain itu, menurut Soekartawi (2002), pembentukan modal bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani. Pembentukan modal dapat dilakukan petani melalui dana pinjaman atau kredit. Menurut Tampubolon (2002), kredit dianggap mampu mengeluarkan petani dari pendapatan rendah, produktivitas usahatani rendah, serta kemampuan membeli sarana produksi dan memupuk modal rendah. Lembaga keuangan sebagai salah satu lembaga yang menyalurkan kredit, menetapkan bunga tetap untuk kredit yang diajukan anggota dan harus dikembalikan ketika jatuh tempo. Sektor pertanian dengan segala risiko kegagalan yang tinggi, baik dalam produksi maupun fluktuasi harga yang relatif tinggi tidak sesuai dengan skim kredit berbasis bunga ini (Ashari dan Saptana 2005). Lembaga keuangan syariah menawarkan penyediaan dana tanpa bunga. Penyediaan dana atau tagihan/piutang dalam lembaga keuangan syariah ini disebut pembiayaan. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro syariah memiliki kegiatan pembiayaan usaha kecil bawah (mikro) (Soemitra 2009). Salah satu bentuk pembiayaan usaha kecil mikro adalah pembiayaan murabahah yang merupakan akad jual beli dengan margin keuntungan yang disepakati. Pembiayaan murabahah pada BMT cenderung lebih dominan dibandingkan jenis pembiayaan lain seperti mudharabah dan
2 musyarakah karena pihak yang menerima pembiayaan tidak perlu membuat laporan rutin penggunaan dana pembiayaan dan risiko yang diterima BMT lebih kecil. Penerapan akad murabahah umumnya diikuti dengan angsuran pembayaran bulanan. Kondisi petani kebanyakan tidak memungkinkan untuk memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar angsuran pokok dengan rentang waktu bulanan karena penghasilan utama baru akan didapat saat panen. Pada tanaman padi dibutuhkan waktu 4 hingga 5 bulan, sejak tanam hingga panen. Oleh karena itu, petani membutuhkan sistem pengembalian pembiayaan yang sesuai dengan kondisi petani. Sistem pengembalian pembiayaan dengan bayar pascapanen (yarnen) adalah pengembalian pembiayaan pada akhir periode pembiayaan atau dalam hal ini setelah panen. Yarnen dapat menjadi alternatif pengembalian pembiayaan pada akad murabahah dengan pertimbangan bahwa petani baru memiliki penghasilan setelah masa panen. Demak memiliki BMT yang fokus pembiayaannya pada pertanian padi, yaitu BMT As Salam, Kramat, Demak. Sebesar 75% pembiayaannya disalurkan pada sektor pertanian. BMT As Salam merupakan salah satu BMT yang menerapkan sistem pengembalian pembiayaan yarnen. Petani yang menerima pembiayaan murabahah dari BMT As Salam akan mengembalikan pokok pembiayaannya setelah panen, sedangkan margin pembiayaan dapat dibayar bulanan ataupun yarnen. Berbagai sistem pengembalian pembiayaan yang diterapkan BMT ini disesuaikan dengan kondisi petani setempat. Sistem pengembalian pembiayaan yarnen akad murabahah di BMT As Salam mencapai 90% dari total pembiayaan murabahah yang diberikan.
Perumusan Masalah Pembiayaan syariah pada pertanian tanaman pangan dengan pola pengembalian pembiayaan per bulan masih memiliki kendala. Pertanian tanaman pangan memiliki pola tanam yang bergantung musim, sehingga petani dengan penghasilan utama berupa hasil panen, baru memiliki pendapatan setelah panen. Berdasarkan hasil penelitian Saptia (2009) pada BMT Bina Ummah, Yogyakarta, pola pengembalian pembiayaan syariah per bulan pada pertanian tanaman pangan tidak sesuai dengan kemampuan petani hulu yang baru memiliki pendapatan setelah panen, sedangkan BMT ingin menjaga arus kas keuangan tetap berjalan dengan baik agar pengembalian ke Bank Syariah Mandiri sebagai mitranya tidak mengalami kemacetan. Kesulitan pengembalian pembiayaan pada pertanian tanaman pangan memunculkan alternatif pengembalian yarnen. Dengan sistem ini, petani akan mengembalikan pembiayaan akad murabahah setelah panen. Sistem pengembalian pembiayaan yarnen akad murabahah di BMT As Salam mencapai 90% dari total pembiayaan murabahah yang diberikan. Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan: 1. Faktor apa yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen pada pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat?
3 2.
Bagaimana tingkat efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat?
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen pada pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat 2. Menganalisis tingkat efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi BMT atau lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) lainnya. Penelitian ini bermanfaat untuk melihat penerapan pengembalian pembiayaan akad murabahah yang efektif, sehingga LKMS dapat menerapkannya untuk pembiayaan sektor pertanian. 2. Bagi akademisi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau ide untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengembalian pembiayaan syariah pada sektor pertanian. 3. Bagi penulis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai pengembalian pembiayaan syariah sektor pertanian.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada pengembalian pembiayaan akad murabahah yarnen pada pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat, Demak. Hal yang diteliti adalah sistem pengembalian pembiayaan dan pembayaran margin.
TINJAUAN PUSTAKA Pandangan Syariah tentang Modal Salah satu faktor produksi yang penting selain sumberdaya alam dan tenaga kerja adalah modal. Petani sebagai tenaga kerja dalam usahatani memerlukan modal, seperti sarana produksi pertanian (saprotan). Pemenuhan modal ini dapat diperoleh dari uang pribadi, kredit program pemerintah, dan pinjaman yang berasal dari lembaga keuangan formal maupun rentenir. Afzalurrahman dalam
4 Ashari dan Saptana (2005) mendefinisikan modal sebagai kekayaan yang akan membantu menghasilkan kekayaan selanjutnya. Dalam pandangan syariah, modal ini harus diperoleh sesuai prinsip syariah dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah mantap kedua kaki seseorang pada hari kiamat nanti, sehingga ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa dipergunakan, dan ilmunya untuk apa dipergunakan.” (H.R. Tirmidzi) a Menurut Hafidhuddin dalam Ashari dan Saptana (2005), manusia diperintahkan bekerja mencari rezeki secara halal dan didorong untuk menguasai dan memanfaatkan sektor-sektor kegiatan untuk kemaslahatan bersama. Pembiayaan Syariah dalam Pertanian Tanaman Pangan Pinjam-meminjam adalah akad sosial, bukan komersial, sehingga tidak diperbolehkan membebankan tambahan atas pokok pinjamannya (Ashari dan Saptana 2005). Pinjaman dengan tambahan atas pokok pinjamannya dapat dikategorikan sebagai riba. Allah SWT telah melarang riba, sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. An-Nisa ayat 161:
“Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (bathil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.” Dalam lembaga pembiayaan syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tetapi pembiayaan. Kegiatan penyaluran dana berupa pembiayaan, antara lain menggunakan akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT), dan Qardh. Pembiayaan dengan skim syariah memerlukan analisa mendalam terhadap kebutuhan petani, keadaan dan prospek usaha, serta penerapan akad yang sesuai syariah, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, baik petani maupun lembaga keuangan (Saptia 2009). Usaha subsektor tanaman pangan, khususnya padi, yang mencakup subsistem hulu dan hilir, memungkinkan penggunaan skim pembiayaan syariah pada masing-masing subsistem seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
a
H.R. Tirmidzi No. 2416
5 Tabel 2 Skim pembiayaan syariah tanaman padi Proses/subsistem
Hulu
Budidaya
Hilir
Seluruh proses produksi (hulu-hilir)
Kegiatan Penyediaan lahan Penyediaan pupuk dasar Penyediaan benih Penyediaan pestisida/fungisida Penyediaan alat dan mesin (alsin) berupa traktor atau ternak kerja Alat tanam/semprot Penyediaan pupuk/obatobatan Pengairan intensif Pemasaran padi/gabah Penyediaan alsin pascapanen (Rice Milling Unit) dan pengolahan Pemodalan perkongsian (pelaku usaha dan lembaga pembiayaan) Pemodalan sepenuhnya oleh lembaga pembiayaan
Akad Ijarah 1. Murabahah 2. Istishna’ 3. IMBT
1. Murabahah 2. Istishna’ 1. Murabahah 2. Istishna’ Musyaqah 1. Salam 2. Murabahah 1. Murabahah 2. IMBT 3. Istishna’ Musyarakah
Mudharabah
Sumber: Direktorat Pembiayaan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (2011)
Dalam Islam, penyewaan lahan pertanian dilarang, sehingga penerapan akad ijarah untuk penyediaan lahan pertanian tidak tepat. Rasululullah SAW dengan tegas melarang penyewaan lahan pertanian. Imam Bukhari meriwayatkan dari Nafi’: “Rasulullah SAW memanggil Zuhair dan bertanya “Apa yang kamu lakukan dengan lahan pertanianmu? Saya menjawab, “Kami mendapatkan hasil dari menyewakan lahan kami di pinggir sungai atau menyewakan untuk beberapa wasqs gandum dan kurma.” Rasulullah berkata, “Jangan lakukan itu, tetapi kelola tanahmu sendiri atau biarkan orang lain mengelolanya tanpa beban sewa, atau diamkan.”b Menurut Ibnu Hazm, kepemilikan tanah tidak mutlak, tetapi relatif selama tanah itu dimanfaatkan (Amalia 2010). Ibnu Hazm berpandangan bahwa tanah tidak dapat disamakan dengan rumah atau peralatan yang didapatkan dari kerja keras, sehingga dapat disewakan. Secara ekonomi, menurut Ma’turidi dan Syukur (2008), larangan penyewaan lahan pertanian dapat dipahami sebagai upaya agar lahan pertanian dapat berfungsi optimal. Larangan terhadap penyewaan lahan ini memiliki alternatif solusi berdasarkan pandangan Ibnu Hazm, antara lain tanah digarap sendiri oleh b
H.R. Bukhari Volume 3, Buku 39, No. 532
6 pemiliknya, digarap oleh orang lain tanpa meminta sewa, dan digarap oleh orang lain dengan modal dari pemilik, tetapi pemilik berhak memperoleh imbal hasil sesuai kesepakatan (Amalia 2010). Karakteristik Pertanian Tanaman Pangan Pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan, merupakan salah satu sektor penting dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia. Di Indonesia, pertanian tanaman pangan turut memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pertanian ini mampu menyumbang produk domestik bruto (PDB) yang relatif besar. Akan tetapi, pencapaian kedua peranan penting tersebut masih memiliki kendala, terutama dalam pemodalan. Pertanian tanaman pangan memiliki karakteristik khusus terkait masa tanam dan pendapatan yang diperoleh petani. Masa tanam pertanian pangan bergantung musim, seperti padi, membutuhkan waktu 4-5 bulan mulai dari penanaman hingga pemanenan. Hal ini berpengaruh pada pendapatan petani yang bergantung pada hasil panen. Menurut Saptia (2009), petani tanaman pangan memiliki beberapa permasalahan, antara lain: 1. Produk pertanian pangan tergantung musim 2. Rata-rata produk pertanian dihasilkan di pedesaan, sehingga harus tersedia infrastruktur yang memadai 3. Produk pertanian tanaman pangan biasanya dalam jumlah besar dan mudah busuk 4. Rata-rata petani tidak memiliki sertifikat tanah sebagai jaminan dalam mengajukan pembiayaan ke lembaga perbankan 5. Kelembagaan keuangan sektor pertanian di tingkat pedesaan masih jarang ditemukan, sehingga akses petani ke lembaga keuangan sangat terbatas Karakteristik khusus dan berbagai permasalahan ini menuntut lembaga keuangan yang menyalurkan pembiayaan pada sektor pertanian memiliki mekanisme tertentu, salah satunya dalam pengembalian kredit atau pembiayaan. Baitul Maal wat Tamwil Baitul Maal wat Tamwil (BMT) terdiri atas kata Baitul Maal (rumah harta) dan Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta). BMT merupakan balai usaha mandiri terpadu yang memiliki kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas hidup pengusaha kecil (Soemitra 2009). Menurut Ma’turidi dan Syukur (2008), respon atas kemiskinan, pengangguran, serta kurangnya pemodalan dan pendampingan terhadap pengusaha mikro dan kecil melatarbelakangi pembentukan BMT sejak 1992. BMT sebagai lembaga keuangan berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat sesuai prinsip syariah. Menurut Soemitra (2008), penyelenggaraan BMT didasarkan pada prinsip-prinsip utama, di antaranya keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, keterpaduan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian, profesionalisme, dan konsisten.
7 Sebagai lembaga keuangan mikro syariah non bank, BMT memiliki ciriciri utama, antara lain (Soemitra 2008): 1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi untuk anggota dan lingkungan 2. Dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, sedekah, walaupun bukan lembaga sosial 3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat 4. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang perseorangan Berdasarkan publikasi Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), BMT yang sebagian besar berbadan hukum koperasi memiliki persyaratan minimum jumlah pemrakarsa seperti koperasi, yaitu 20 orang. Pemilihan pengurus BMT dilakukan dalam rapat yang diadakan oleh pendiri. Pengurus BMT ini dapat merekrut pengelola atau manajemen BMT. Pelatihan pada calon pengelola akan diberikan oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dan/atau Asosiasi BMT se-Indonesia (Absindo) setempat. Para pendiri memaparkan kepada rekanrekannya mengenai BMT. Jika terjadi kesepakatan untuk mendirikan BMT, para pemrakarsa mengumpulkan modal awal pendirian BMT hingga mencapai jumlah yang memadai untuk mendirikan BMT di suatu wilayah (Gambar 1).
Anggota Pemrakarsa 20-44 orang
Peminjam
Simpanan Bagi hasil
SHU
Modal awal
Anggota
BMT Pengurus Pengelola
Pinjaman Bagi hasil
Anggota Peminjam
Gambar 1 Cara Kerja BMT c BMT melakukan penggalangan dana melalui simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela bagi hasil dari para anggota BMT yang telah secara resmi mendaftarkan diri sebagai anggota BMT. Dana yang telah terhimpun dapat disalurkan kepada usaha mikro dan kecil dengan akad bagi hasil ataupun margin (Gambar 2).
c
Azis (2008)
8
Gambar 2 Perputaran Dana BMTd Penyaluran Dana Baitul Maal wat Tamwil BMT menggunakan akad pembiayaan dengan bagi hasil, yaitu mudharabah dan musyarakah, akad pembiayaan dengan margin, yaitu murabahah dan bai bithaman ajil (BBA), dan pembiayaan qardhul hasan. Akad mudharabah merupakan akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) untuk mendapatkan keuntungan, melalui bagi hasil. Dalam pelaksanaannya, BMT menyediakan seluruh modal kepada pengelola dana untuk menjalankan suatu usaha. Pengelola dana hanya bertindak sebagai pengelola, tanpa ada keterlibatan dalam penyediaan dana. Pemilik dana menanggung seluruh kemungkinan risiko yang terjadi dalam pelaksanaan usaha. Akad musyarakah merupakan akad kerjasama dengan penyertaan modal oleh dua pihak atau lebih yang berakad, untuk menjalankan suatu usaha. Keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama. Akad bai bithaman ajil (BBA) merupakan akad jual beli suatu barang dengan mekanisme pembayaran cicilan. Akad qardhul hasan merupakan akad pinjaman. Karena berbentuk pinjaman, tidak boleh ada tambahan pengembalian, kecuali sebatas biaya administrasi. Menurut Choudury dalam Kusmiyati (2007), pembiayaan murabahah lebih dominan terjadi karena pembiayaan ini cenderung memiliki risiko lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder. Akad murabahah merupakan akad jual beli dengan kesepakatan margin keuntungan dari harga pokok suatu barang. Lembaga keuangan syariah akan membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dan pembayaran dari pengadaan barang dilakukan secara tunai atau tangguh sesuai kesepakatan. Praktik murabahah diperbolehkan sesuai dengan Q.S. AnNisa ayat 29:
d
Soemitra (2009)
9 “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” Rasulullah SAW memperbolehkan praktik murabahah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (H.R. Ibnu Majah)e Syarat dan rukun jual beli murabahah menurut Al-Kasani dalam Nawawi (2012), antara lain: 1. Pembeli kedua harus mengetahui harga pokok (harga beli). Hal ini merupakan syarat mutlak murabahah. 2. Kejelasan keuntungan yang diinginkan penjual kedua. Keuntungan merupakan persentase dari harga beli. Keuntungan ditambah harga pokok akan menjadi harga jual untuk pembeli kedua. Harga jual ini merupakan syarat sahnya jual beli. 3. Modal untuk membeli objek transaksi harus terdapat padanannya di pasaran. 4. Objek transaksi dan alat pembayaran tidak boleh berupa barang ribawi 5. Akad jual beli antara pembeli pertama dengan penjual pertama harus sah. 6. Murabahah disandarkan pada sebuah kepercayaan antara pembeli dan penjual. Pembeli percaya atas informasi yang diberikan penjual, sehingga penjual tidak boleh berkhianat. Seperti halnya jual beli lainnya, murabahah juga harus disertai sighah (ijab dan qabul). Menurut Zuhaily dalam Nawawi (2012), beberapa syarat harus dipenuhi dalam ijab dan qabul. Syarat-syarat ijab dan qabul antara lain adanya kejelasan maksud dari kedua pihak yang berakad, kesesuaian antara ijab dan qabul, dan pertemuan ijab dan qabul dalam satu majlis. Ketika melakukan sighah, kesepakatan mengenai waktu pengembalian pembiayaan juga harus disepakati, baik pembayaran secara tunai maupun tangguh dengan mengangsur atau membayar saat jatuh tempo. Akad murabahah dalam pembiayaan sektor pertanian dapat diterapkan untuk penyediaan alat dan mesin pertanian, bibit, benih, pupuk, maupun pestisida. Petani dapat mengembalikan pembiayaan beserta margin yang telah disepakati, secara tunai maupun tangguh dengan mengangsur atau bayar pascapanen (yarnen). Yarnen meringankan petani, terutama petani tanaman pangan yang membutuhkan waktu bulanan untuk mendapatkan penghasilan dari hasil panennya. Efektivitas Penerapan Yarnen Efektivitas adalah kriteria yang menunjukkan apakah suatu hal yang dilakukan telah mencapai tujuan yang diinginkan, bukan menunjukkan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas e
Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
10 pembiayaan menunjukkan sejauh mana pembiayaan mencapai tujuan yang diinginkan sesuai mekanisme yang telah dilaksanakan. Kredit produksi untuk melakukan produksi pertanian dianggap sebagai faktor pelancar penting bagi pembangunan pertanian. Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan produksi pertanian dilakukan melalui kredit produksi yang akan dibayar dalam bentuk hasil usahatani. Kredit pertanian semacam ini telah digunakan secara efektif di banyak negara. Dengan pembayaran yang dilakukan setelah panen (yarnen), petani dapat membeli sarana dan prasarana produksi serta memperhitungkan berapa banyak padi yang akan dihasilkan dari hasil panennya untuk membayar kredit (Mosher 1987). Admiral dalam Anjani (2013) menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter, antara lain persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi pembiayaan, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/calon nasabah, serta dampak positif yang diberikan. Menurut Hamid dalam Kurnia (2009), efektivitas pembiayaan dapat diukur dengan melihat kemantapan prosedur pembiayaan atau efektivitas pembiayaan menurut shahibul maal yang berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat diterima dan mampu menjangkau sasaran secara luas 2. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan fleksibilitas prosedur pembiayaan yang dijalankan 3. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam mengambil pembiayaan 4. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam menunggak pembayaran dalam satu proses peminjaman 5. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi pembiayaan Efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaaan akad murabahah dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan dari penerapan alternatif pengembalian pembayaran tersebut. Pengembalian dengan pola yarnen bertujuan meringankan petani, yang baru memiliki penghasilan setelah panen. Penelitian-penelitian Terdahulu Menurut Saptia (2009), keberadaan kredit atau pembiayaan sangat dibutuhkan oleh petani dalam upaya mengatasi keterbatasan modal untuk meningkatkan hasil produksi. Kredit sudah menjadi bagian hidup dan ekonomi usahatani karena apabila kredit tidak tersedia maka tingkat produksi dan pendapatan usahatani akan menurun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sukabumi dan Yogyakarta ini, skim pembiayaan syariah di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan masih jarang ditemukan. Pembiayaan pertanian tanaman pangan dengan sistem syariah, terbatas pada risk sharing antara pemerintah dengan perbankan yang diwujudkan dalam kredit program. Kebijakan kredit program pemerintah ini masih menunjukkan banyak kelemahan, sehingga kurang efektif.
11 Aminullah (2014) melakukan penelitian mengenai pola pemberdayaan petani peserta Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) untuk menganalisis dampak pengembalian pinjaman dengan yarnen pada GP3K terhadap petani. Hasil penelitian menunjukkan paket pinjaman dana umum Pola Kemitraan Bina Lingkungan berupa penyediaan sarana produksi petani dengan pola yarnen memberikan dampak positif bagi petani. Anjani (2013) melakukan analisis kualitatif bersifat deskriptif untuk mengetahui apakah pembiayaan pada sektor pertanian yang dilakukan KBMT Ibaadurrahman, Bogor telah efektif dalam hal pengelolaannya serta dampak yang ditimbulkan terhadap nasabah. Penilaian efektivitas pembiayaan dilihat dari aspek pengajuan, pencairan, pemanfaatan, pengembalian, dan dampak pembiayaan terhadap nasabah. Efektivitas pembiayaan dinilai berdasarkan persepsi responden yang diwawancarai. Pengukuran efektivitas pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Ibaadurrahman berdasarkan penilaian nasabah diukur dengan alat bantu skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas pembiayaan pada KBMT berdasarkan hasil penilaian responden dapat dikategorikan efektif. Akan tetapi, pada tahap pencairan dan pengembalian pembiayaan masih memiliki nilai efektivitas yang cukup rendah. Nawai dan Shariff (2012) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengembalian pada program pembiayaan mikro di Malaysia menggunakan regresi logistik multinomial dengan variabel dependen berupa dummy yang terbagi tiga, yaitu nasabah yang tidak memiliki masalah pengembalian, pernah melakukan pelanggaran, dan gagal bayar. Hasil penelitian menunjukkan faktorfaktor yang signifikan memengaruhi pengembalian pada program pembiayaan mikro di Malaysia adalah jenis kelamin, agama, jarak ke kantor pembiayaan, etika berbisnis, total penjualan per bulan, total penerimaan pembiayaan, pengawasan pembiayaan, dan keterlambatan pencairan pembiayaan. Kerangka Pemikiran Padi merupakan tanaman pangan utama bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Salah satu faktor produksi yang penting untuk menjamin tersedianya padi adalah modal. Modal seperti bibit unggul, pupuk, pestisida, dan saprotan, dapat diperoleh dengan tabungan maupun kredit atau pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik pertanian. Penyediaan modal tersebut oleh lembaga keuangan syariah dapat dilakukan melalui akad murabahah. Skim pembiayaan syariah pertanian padi yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah perlu disesuaikan dengan kemampuan petani dalam pengembalian pembiayaan. Umumnya, petani baru memiliki penghasilan pascapanen, yaitu 4 hingga 5 bulan setelah masa tanam, sehingga pengembalian pembiayaan dapat dilakukan setelah hasil panen terjual. Alternatif pengembalian pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik pertanian adalah sistem yarnen. Penerapan murabahah yarnen terdiri atas penerapan pembayaran margin bulanan dan yarnen, serta pengembalian pokok yarnen. Analisis faktor-faktor yang diduga memengaruhi pemilihan pembayaran margin bulanan dan yarnen serta efektivitas penerapan yarnen secara keseluruhan untuk menunjukkan pencapaian tujuan penerapan yarnen ini.
12 Pertanian padi Kebutuhan pemodalan yang sesuai dengan karakteristik pertanian
Pembiayaan sektor pertanian oleh LKMS (BMT As Salam) Pembiayaan murabahah pertanian padi
Pengembalian pembiayaan murabahah yang sesuai karakteristik pertanian
Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan petani terhadap sistem pembayaran margin
Sistem pengembalian pembiayaan murabahah
Yarnen Efektivitas penerapan yarnen
Gambar 3 Kerangka pemikiran efektivitas penerapan yarnen pada pembiayaan murabahah pertanian padi Hipotesis Hipotesis untuk faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen pada pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam, Kramat dan efektivitas penerapan yarnen adalah sebagai berikut: 1. Variabel alasan pemilihan, rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan, rata-rata konsumsi rumah tangga per bulan, omzet usaha per musim, dan plafon pembiayaan berpengaruh nyata pada pemilihan petani padi terhadap sistem pembayaran margin yarnen 2. Penerapan yarnen sudah efektif dan memberikan dampak positif pada usahatani petani padi.
13
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BMT As-Salam, Kramat, Demak. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan BMT As-Salam merupakan salah satu BMT yang menerapkan sistem pengembalian pembiayaan murabahah dengan yarnen pada pembiayaan sektor pertanian serta memiliki proporsi pembiayaan pertanian sebesar 75%. Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada Maret 2014. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, metode wawancara dengan alat bantu kuesioner, dan wawancara langsung dengan pihak BMT As Salam. Data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi BMT As Salam, BPS, Kementerian Pertanian RI, jurnal, buku, serta sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi, wawancara pihak penerima pembiayaan (petani padi) yarnen akad murabahah, yang telah menerima pembiayaan yarnen lebih dari satu kali dan sudah melunasi pengembaliannya, serta wawancara langsung pihak BMT As Salam yang kompeten dan mampu memberikan informasi akurat mengenai pembiayaan yarnen akad murabahah. Petani padi diwawancarai dengan alat bantu kuesioner untuk mengetahui persepsi petani terhadap pembiayaan yarnen akad murabahah. Hasil kuesioner ini akan dianalisis untuk menentukan efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan murabahah. Data sekunder diperoleh dari arsip dan administrasi BMT As Salam sebagai gambaran umum BMT As Salam dan variabel yang akan dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kriteria sampel penelitian ini adalah petani padi yang menerima pembiayaan murabahah di BMT As Salam, Kramat, lebih dari satu kali dan sudah melunasi pengembaliannya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan sebagai panduan.
14 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Sebelum diolah dan dianalisis, data tersebut digolongkan dalam beberapa kategori dan dibuat pengkodean untuk data-data yang tidak terukur. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif, regresi, dan efektivitas penerapan yarnen. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menggambarkan suatu data yang akan digolongkan menjadi data tunggal maupun kelompok. Tujuan analisis deskriptif untuk menggambarkan secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai faktafakta serta hubungan antarfenomena yang diteliti (Riduwan dan Sunarto, 2011). Penelitian ini akan menunjukkan karakteristik umum dan karakteristik usahatani petani padi. Data untuk analisis deskriptif diperoleh melalui kuesioner yang diberikan pada responden. Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pilihan petani padi pada sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen. Data yang dianalisis diperoleh dari kuesioner perhitungan faktor-faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pengembalian margin bulanan dan margin yarnen yang berisi empat faktor yang diduga berpengaruh nyata. Faktor-faktor tersebut akan dianalisis dengan analisis regresi logistik biner. Analisis dengan model logit ini digunakan untuk mengestimasi parameter dengan variabel respons kualitatif (Kusrini dan Setiawan 2010). Regresi logistik biner dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) berupa dummy. Berikut model regresi logistik biner dalam penelitian ini: (3.1) Keterangan: Pi = Probabilitas petani padi untuk memilih sistem pembayaran margin P1 = Petani padi memilih pembayaran margin yarnen P2 = Petani padi memilih pembayaran margin bulanan α = Intersep βi = Parameter peubah Xi X1 = Dummy alasan pemilihan sistem pembayaran; (1 jika pendapatan hanya berasal dari pertanian, 0 jika sesuai kemampuan pembayaran) X2 = Dummy alasan pemilihan sistem pembayaran; (1 jika lebih ringan, jika sesuai kemampuan pembayaran) X3 = Rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan (Rupiah) X4 = Rata-rata konsumsi rumah tangga per bulan (Rupiah) X5 = Omzet usaha per musim (Rupiah) X6 = Dummy plafon pembiayaan (Rupiah); (1 jika
15 Analisis Efektivitas Analisis efektivitas digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian akad murabahah. Data yang dianalisis diperoleh dari kuesioner penilaian efektivitas yang berisi beberapa pertanyaan dalam aspek pengajuan, pencairan, pemanfaatan, pengembalian pembiayaan, dan aspek ekonomi responden. Data tersebut diukur dengan skala Likert. Pernyataan responden dalam kuesioner penilaian efektivitas diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu efektif, cukup efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Pembagian penilaian ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian akad murabahah agar analisis lebih tajam. Penentuan skor bagi tiap pertanyaan berdasarkan rumus (Akdon dan Riduwan 2009): Skor = Jumlah responden yang memilih jawaban tertentu x Nilai skor tiap pertanyaan (3.2) Total Skor = Jumlah skor pada tiap kategori
(3.3)
Total skor untuk tiap kategori berkisar antara 90-270. Kisaran skor ini diperoleh dari hasil perkalian antara skor terendah dan tertinggi dengan jumlah pertanyaan dalam tiap aspek dan jumlah responden. Pengelompokkan kriteria efektivitas tiap aspek dihitung berdasarkan rumus (Akdon dan Riduwan 2009): (3.4)
Berdasarkan rumus tersebut, kriteria efektivitas tiap aspek adalah: 1. Angka 0% - 25% = Tidak efektif 2. Angka 26% - 50% = Kurang efektif 3. Angka 51% - 75% = Cukup efektif 4. Angka 76% - 100% = Efektif
GAMBARAN UMUM BMT AS SALAM Sejarah Pendirian dan Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha (KSU) BMT As Salam merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berada di Kabupaten Demak. BMT As Salam berawal dalam bentuk arisan warga sekitar Desa Mangunrejo, Kebonagung, Demak yang diinisiasi oleh 3 orang pada 2003. Kebutuhan yang dirasa semakin bertambah, memunculkan gagasan untuk membuat lembaga keuangan mikro syariah yang dapat membantu warga sekitar dalam memenuhi kebutuhannya. Pada 2004, BMT As Salam resmi berdiri sebagai LKMS berbadan hukum koperasi. BMT As Salam memiliki kantor pusat di Desa Mangunrejo dan juga kantor cabang di Desa Mangunrejo, Desa Kramat, serta kantor cabang pembantu di Desa Sarimulyo dan Desa Sambung.
16 Kantor cabang di Desa Kramat didirikan pada 2011. BMT As Salam, Kramat berkantor di Desa Kramat RT 04 RW 01, Kecamatan Dempet, Demak. Wilayah kerjanya meliputi Desa Kramat, Wedean, Harjowinangun, Sambiroto, Gedangalas, Tempel, Gompeng, Krasak, dan desa-desa lain yang berada di Kecamatan Dempet maupun Kebonagung. Warga Desa Kramat dan sekitarnya bermata pencaharian sebagai petani padi, sehingga mayoritas anggota BMT As Salam, Kramat adalah petani padi. Kelembagaan dan Susunan Organisasi BMT As Salam berbadan hukum koperasi dengan No. 68/BH.Kop.1103/X/2004. BMT As Salam didirikan pada 10 Mei 2004 dan diresmikan sebagai badan hukum koperasi pada 28 Oktober 2004. BMT As Salam memperluas jaringan dengan mendirikan kantor cabang di Desa Kramat, Dempet, Demak. Pemodalan berasal dari modal sendiri, yaitu simpanan pokok anggota dan simpanan wajib, serta modal penyertaan yang berasal pengurus, pengawas, dan staf BMT. Selain itu, BMT mendapat modal pinjaman dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah), dan perbankan syariah. Setiap anggota harus menyetorkan simpanan pokok sebesar Rp 5 juta dan dapat diangsur sebanyak 5 kali. Susunan Organisasi BMT As Salam, Kramat Pengurus Ketua : Sarwan, S.Pd.I Sekretaris & General Manager : H. Ahmad Hanafi, S.Ag Bendahara : Subekan Badan Pengawas Ketua : H. Siswadi, SH Anggota : Nur Salim dan Inarotun Pengelola Cabang Kramat Manajer : Nur Salim Pemasaran : Masruah dan Moh. Nurul Huda Teller : Uswatun Nikmah Mekanisme Pembiayaan Murabahah Yarnen Pengajuan pembiayaan murabahah yarnen pertanian padi di BMT As Salam, Kramat memiliki berbagai persyaratan yang disesuaikan dengan plafon pembiayaan yang diterima anggota. Plafon pembiayaan sebesar Rp 1 juta sampai Rp 10 juta hanya melampirkan fotokopi KTP dan KK, sedangkan plafon pembiayaan di atas Rp 10 juta perlu penandatangan akta dengan notaris dan persyaratan lainnya (Lampiran 1). Gambar 5 menunjukkan mekanisme pembiayaan murabahah yarnen dari tahap pengajuan hingga pengembalian.
17
Petani memenuhi hal-hal berikut: - Pengisian form pengajuan dan akad pembiayaan (termasuk kaitannya dengan tujuan penggunaan pembiayaan, pembayaran margin dan pokok) - Penyerahan persyaratan - Penyerahan jaminan (BPKB, sertifikat tanah)
Lengkap
Belum lengkap
Melengkapi persyaratan
Pembiayaan diproses oleh BMT Pembiayaan disetujui manajer cabang BMT
Pembayaran biaya administrasi Pencairan pembiayaan
Pembayaran margin tiap bulan Pengembalian pokok pembiayaan yarnen
Pembayaran margin yarnen beserta pengembalian pokok pembiayaan
Gambar 4 Mekanisme pembiayaan murabahah yarnenf BMT As Salam telah mengalami berbagai penyesuaian jangka waktu pengembalian pembiayaan murabahah pertanian agar sesuai dengan kondisi dan kemampuan petani padi. Awalnya, pengembalian pembiayaan dilakukan mingguan. Sistem ini bertahan selama 2 tahun. Karena anggota atau petani padi sering mengalami keterlambatan pengembalian, BMT memperpanjang jangka waktunya menjadi 4 bulan disesuaikan dengan waktu panen padi. Hal ini ternyata belum mampu meminimalisasi keterlambatan pengembalian karena petani padi tidak langsung mampu menjual hasil panennya setelah panen. BMT mengubah f
Hasil wawancara dengan pihak BMT As Salam, Kramat
18 janga waktu pengembalian menjadi 6 bulan dengan pertimbangan, petani memiliki waktu 2 bulan setelah masa panen untuk menjual hasil panennya. Jangka waktu ini yang digunakan BMT As Salam hingga saat ini. BMT As Salam hanya menerapkan akad murabahah pada akad jual beli sektor pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT, penerapan akad salam dalam jual beli di sektor pertanian tidak sesuai dengan BMT karena BMT tidak membeli hasil panen, melainkan menerima pembayaran langsung dengan uang tunai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Petani padi yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki perbedaan karakteristik. Karakteristik umum yang membedakannya, antara lain usia, pendidikan, jumlah tanggungan, rata-rata pendapatan dan konsumsi rumah tangga per bulan, serta lama usahatani. Usia Sebanyak 13 orang atau 43.3% responden berusia 36-50 tahun. Hal ini menunjukkan rata-rata petani padi masih berada di usia produktif untuk melakukan usahatani. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia Usia (tahun) 21-35 36-50 51-65 Total
Jumlah (orang) 7 13 10 30
Persentase (%) 23.4 43.3 33.3 100
Pendidikan Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 15 orang atau 50% dari total responden hanya menempuh pendidikan formal hingga SD. Berdasarkan hasil tersebut, pendidikan petani padi masih tergolong rendah. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Tidak sekolah Bebas 3 buta SD SMP SMA Total
Jumlah (orang) 2 1 15 9 3 30
Persentase (%) 6.67 3.33 50 30 10 100
19 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga sebagian besar responden adalah 1-3 orang. Sebanyak 23 orang atau 76.7% responden memiliki tanggungan 1-3 orang dalam keluarga dan 7 orang atau 23.3% responden memiliki tanggungan 4-6 orang dalam keluarga. Hal ini menunjukkan sebagian besar petani padi memiliki tanggungan keluarga yang relatif sedikit. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga (orang) 1-3 4-6 Total
Jumlah (orang) 23 7 30
Persentase (%) 76.6 23.4 100
Rata-rata Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga (RT) per Bulan Rata-rata pendapatan RT sebagian besar responden berkisar antara Rp 1-5 juta. Sebanyak 23 orang atau 76.6% responden memiliki pendapatan berkisar antara Rp 1-5 juta. Pendapatan ini diperoleh dari rata-rata pendapatan usahatani jika dijadikan per bulan, maupun pendapatan lain yang berasal dari usaha non pertanian. Karakteristik responden berdasarkan rata-rata pendapatan RT per bulan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan rata-rata pendapatan RT per bulan Rata-rata pendapatan RT/bulan (Rp) < 1 juta 1-5 juta 5.5-9.5 juta >10 juta Total
Jumlah (orang) 2 23 3 2 30
Persentase (%) 6.7 76.6 10 6.7 100
Sebanyak 16 orang atau 53.3% responden memiliki rata-rata konsumsi per bulan kurang dari Rp 1 juta. Penghitungan pengeluaran untuk konsumsi yang dilakukan responden meliputi biaya makan, pendidikan, kesehatan, air, dan listrik. Karakteristik responden berdasarkan rata-rata konsumsi RT per bulan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan rata-rata konsumsi RT per bulan Rata-rata konsumsi RT/bulan (Rp) < 1 juta 1-2 juta 2.5-3.5 juta > 3.5 juta Total
Jumlah (orang) 16 11 2 1 30
Persentase (%) 53.3 36.7 6.7 3.3 100
20 Rata-rata pendapatan dan konsumsi RT per bulan responden menunjukkan sebagian besar responden mampu memenuhi kebutuhannya dengan pendapatan yang didapat per bulan. Karakteristik Usaha Responden Petani padi memiliki karakteristik usaha yang berbeda dilihat dari lama usahatani dan luas lahan tani, skala usahatani (omzet) dan tingkat pendapatan usahatani setelah mendapat pembiayaan. Lama Usahatani Lama usahatani 11 orang atau 36.7% responden berkisar antara 10-20 tahun. Sebagian besar petani padi sudah lama bekerja di sektor pertanian dan konsisten bekerja di sektor ini. Karakteristik responden berdasarkan lama usahatani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan lama usahatani Lama usahatani (tahun) <10 10-20 21-31 32-42 > 42 Total
Jumlah (orang) 5 11 8 5 1 30
Persentase (%) 16.7 36.7 26.6 16.7 3.3 100
Luas Lahan Tani Sebagian besar responden, yaitu 15 orang atau 50% responden, mengelola lahan tani seluas 0.7 ha. Petani tersebut menggarap lahan tani padi yang cukup luas dan dapat memanen padi berkisar 900-1000 kg per masa tanam. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan tani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan tani Luas lahan tani (ha) 0.175 0.35 0.525 0.7 > 0.7 Total
Jumlah (orang) 2 5 1 15 7 30
Persentase (%) 6.7 16.7 3.3 50 23.3 100
Omzet Usahatani per Musim Omzet usahatani per musim sebagian besar responden, yaitu 14 orang atau 46.7%, mencapai sekitar Rp11-21 juta dalam kurun waktu 4-6 bulan. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui dalam kurun waktu 4-6 bulan, petani padi dapat memperoleh penjualan hasil panen berkisar antara Rp11-21 juta. Karakteristik responden berdasarkan omzet usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan dapat dlihat pada Tabel 10.
21 Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan omzet usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan Omzet usahatani per musim ( juta rupiah) <5 5-10 11-21 22-32 >32 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 9 14 4 1 30
6.7 30 46.7 13.3 3.3 100
Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani sebagian besar responden, yaitu 13 orang atau 43.3%, mencapai sekitar Rp 5-10.5 juta dalam kurun waktu 4-6 bulan. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan usahatani per musim setelah mendapat pembiayaan Pendapatan usahatani per musim (juta rupiah) <5 5-10.5 11-21 22-32 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 13 10 2 30
16.7 43.3 33.3 6.7 100
Karakteristik Pembiayaan Responden Petani padi yang menerima pembiayaan murabahah pertanian dari BMT As Salam, Kramat, Demak memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari lama anggota, frekuensi pembiayaan, dan plafon pembiayaan. Lama Anggota BMT As Salam Sebagian besar responden, yaitu 20 orang atau 66.7% responden, sudah terdaftar menjadi anggota BMT As Salam, Kramat selama 3 tahun atau sejak BMT ini berdiri. Karakteristik responden berdasarkan lama anggota dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan lama anggota Lama anggota (tahun) 1 1.5 2 3 Total
Jumlah (orang) 6 1 3 20 30
Persentase (%) 20 3.3 10 66.7 100
22 Frekuensi Pembiayaan Sebagian besar responden, yaitu 16 orang atau 53.3% responden, sudah 3 kali menerima pembiayaan di BMT As Salam, Kramat. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaan Frekuensi pembiayaan 2-3 4-5 >5 Total
Jumlah (orang) 16 12 2 30
Persentase (%) 53.3 40 6.7 100
Plafon Pembiayaan Plafon pembiayaan dibagi menjadi tiga sesuai dengan tingkatan margin yang digunakan oleh BMT As Salam, yaitu 3.5% untuk pembiayaan Rp 1-4 juta, 3.25% untuk Rp 5-9 juta, dan 3% untuk Rp 10-19 juta. Sebagian besar responden, yaitu 29 dari 30 orang atau 96.7% responden pernah menerima pembiayaan pada kisaran Rp 1-4 juta. Sebanyak 10 dari 30 orang atau 33.3% responden pernah menerima pembiayaan pada kisaran Rp 5-9 juta. Hanya 3 dari 30 orang atau 10% responden yang pernah menerima pembiayaan pada kisaran Rp 10-19 juta. Karakteristik responden berdasarkan plafon pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan plafon pembiayaan Plafon pembiayaan (Rp) 1-4 juta 5-9 juta 10-19 juta
Jumlah (orang) 29 dari 30 10 dari 30 3 dari 30
Persentase (%) 96.7 33.3 10
Faktor-faktor yang Memengaruhi Petani Padi dalam Memilih Sistem Pembayaran Margin Bulanan dan Margin Yarnen Kesesuaian sistem pengembalian pembiayaan murabahah pertanian padi dengan kondisi petani juga termasuk kesesuaian dalam sistem pembayaran margin murabahah. Anggota BMT As Salam, Kramat yang bermata pencaharian sebagai petani padi dapat memilih sistem pembayaran margin, yaitu margin bulanan dan margin yarnen. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin akad murabahah dilakukan dengan regresi logistik biner atau model logit. Tabel 15 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut. Tabel 15 Hasil pendugaan parameter logit Aktual Memilih margin bulanan Memilih margin yarnen Overall Percentage
Prediksi Bulanan Yarnen 15 2 2 11
Percentage Correct 88.2 84.6 86.7
23 Hasil pendugaan parameter tersebut menunjukkan model mampu mengklasifikasikan secara keseluruhan responden yang memilih margin bulanan maupun margin yarnen sebesar 86.7%. Dari total 17 responden yang memilih margin bulanan, 15 responden tepat diklasifikasikan memilih margin bulanan dan 2 responden diprediksi memilih margin yarnen, sehingga ketepatan klasifikasi 88.2%. Dari total 13 responden yang memilih margin yarnen, 11 responden tepat diklasifikasikan memilih margin yarnen dan 2 responden diprediksi memilih margin bulanan, sehingga ketepatan klasifikasi 84.6%. Hasil uji Chi Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi Square sebesar 2.246 dengan p-value 0.973 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin bulanan dan margin yarnen. Tabel 16 menyajikan hasil regresi faktor-faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin. Tabel 16 Faktor- faktor yang memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin akad murabahah Variabel Konstanta Dummy Alasan Pemilihan (1) Dummy Alasan Pemilihan (2) Rata-rata Pendapatan RT Rata-rata Konsumsi RT Omzet Usaha Plafon Pembiayaan
Parameter 2.637 28.583 -3.656 0.034 -0.334 0.005 -1.073
Metode Logit P-value Odds Ratio 0.221 13.971 0.998 2.591E12 0.018* 0.026 0.465 1.035 0.116 0.716 0.644 1.005 0.693 0.342
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%
Variabel yang signifikan memengaruhi pada taraf nyata 5% adalah dummy alasan pemilihan kedua, yaitu alasan memilih sistem pembayaran karena lebih ringan, dengan nilai odds ratio sebesar 0.026. Hasil regresi menunjukkan alasan lebih ringan untuk memilih pembayaran margin yarnen memiliki peluang lebih kecil dibandingkan alasan sesuai kemampuan. Alasan lebih ringan untuk memilih margin yarnen memiliki peluang 0.026 kali dibandingkan dengan alasan sesuai kemampuan pembayaran pada taraf nyata 5%. Hal ini menunjukkan responden memiliki peluang lebih besar memilih yarnen karena sesuai kemampuan pembayaran.
24
Pendapatan hanya berasal dari pertanian
17% Lebih ringan
50% 33% Sesuai kemampuan pembayaran
Gambar 5 Alasan petani padi memilih margin bulanan maupun yarnen Sebanyak 17% petani padi memilih margin yarnen karena pendapatan hanya berasal dari pertanian, yang baru didapat saat hasil panen sudah terjual. Sebanyak 50% petani padi memilih margin bulanan ataupun yarnen karena lebih ringan. Petani padi yang memilih bulanan dengan alasan lebih ringan karena petani padi dapat mengangsur setiap bulan, tidak diakumulasi saat akhir periode pembiayaan. Petani padi yang memilih margin yarnen dengan alasan lebih ringan karena petani padi tidak ingin pengembalian pembayaran diakumulasi dengan margin. Sebanyak 33% petani padi memilih margin bulanan ataupun yarnen karena sesuai kemampuan pembayaran. Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen pada Pengembalian Pembiayaan Pengembalian pokok pembiayaan yarnen akad murabahah dan pembayaran margin oleh seluruh petani padi yang menerima pembiayaan murabahah di BMT As Salam, Kramat pada akhir periode pembiayaan tergolong lancar berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT As Salam, Kramat, Demak. Pembayaran margin oleh petani padi pernah mengalami kemacetan di pertengahan periode pembiayaan, tetapi statusnya bergeser ke pembayaran yang tergolong lancar karena petani telah mampu membayar sebelum jatuh tempo. Pengembalian yang tidak lancar terdapat pada anggota yang bergerak dalam usaha perdagangan, seperti usaha toko kelontong, maupun bidang jasa seperti penyedia jasa reparasi barang-barang elektronik. Efektivitas penerapan yarnen yang dilakukan BMT As Salam, Kramat dinilai berdasarkan persepsi petani padi yang telah diwawancara. Efektivitas dilihat untuk mengetahui apakah dengan pengembalian lancar, penerapan yarnen sudah efektif. Penilaian efektivitas penerapan yarnen dilihat dari aspek pengajuan pengajuan, pencairan, pemanfaatan, pengembalian pembiayaan, dan aspek ekonomi. Responden yang diwawancara untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad murabahah sebanyak 30 orang.
25 Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen Tahap Pengajuan Pembiayaan Tahap pengajuan merupakan tahapan awal yang harus dilalui anggota yang ingin mengajukan pembiayaan kepada BMT As Salam, Kramat. Pada tahap ini, BMT As Salam menerapkan beberapa prosedur dan persyaratan, serta jaminan yang harus dipenuhi anggota. Penilaian aspek jaminan pada tahap pengajuan pembiayaan ini dipisahkan dari aspek persyaratan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi pembiayaan bermasalah. Hasil wawancara terhadap responden BMT As Salam menunjukkan prosedur dan persyaratan pengajuan pembiayaan yang dilakukan BMT As Salam sangat mudah dan ringan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengajuan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat No.
Aspek Pengajuan Pembiayaan
1 Kemudahan Prosedur 2 Persyaratan Pembiayaan 3 Jaminan Total Skor
Frekuensi Jawaban Responden Berbelit-belita/ Mudaha/ Sedang Beratb ringanb 0 0 30 0 0 30 0 28 2
Total skor 90 90 62 242
Sumber: Data primer (2014) Keterangan: Skor 1 untuk jawaban berat/berbelit-belit; Skor 2 untuk jawaban sedang; Skor 3 untuk jawaban mudah/ringan a : Pilihan jawaban aspek No. 1 b : Pilihan jawaban aspek No. 2 dan 3
Tabel 17 menunjukkan 100% responden menyatakan pengajuan pembiayaan murabahah yarnen memiliki prosedur yang mudah dan persyaratan yang ringan, sehingga mudah dipenuhi. Prosedur yang harus dilalui responden sejak proses pengajuan pembiayaan hingga realisasi pembiayaan dianggap tidak berbelit-belit. Persyaratan pengajuan pembiayaan dianggap ringan atau mudah dipenuhi oleh responden karena responden hanya perlu melampirkan fotokopi KTP dan KK saat mengajukan pembiayaan, di mana pembiayaan yang diajukan responden berkisar di bawah Rp 10 juta. Tiga responden pernah mengajukan pembiayaan di atas Rp 10 juta dengan persyaratan tambahan berupa penandatanganan akta notaris, tetapi responden tersebut menganggap persyaratan ini juga tergolong ringan. Sebanyak 6.7% responden menyatakan jaminan berupa BPKB atau sertifikat tanah sebagai persyaratan memperoleh pembiayaan tergolong ringan karena anggota tidak merasa keberatan. Sebanyak 93.3% responden menyatakan jaminan tersebut tergolong sedang karena anggota cukup keberatan dengan jaminan yang disyaratkan, tetapi tetap mengambil pembiayaan disebabkan kebutuhan akan pembiayaan. Total skor efektivitas pada tahap pengajuan pembiayaan sebesar 242, dengan persentase sebesar 89.7%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT As Salam sudah efektif. Efektivitas tahap pengajuan digambarkan oleh kemudahan yang dirasakan anggota baik dalam hal
26 pengajuan, persyaratan maupun jaminan yang disyaratkan oleh pihak BMT As Salam, Kramat. Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen Tahap Pencairan Pembiayaan Pada tahap pencairan pembiayaan yarnen, anggota yang telah melengkapi persyaratan pembiayaan dapat memperoleh pembiayaan yang diajukan. Anggota BMT As Salam dapat memperoleh pencairan pembiayaan di hari yang sama saat anggota mengajukan pembiayaan, jika persyaratan sudah dipenuhi. Hasil wawancara terhadap responden BMT As Salam menunjukkan realisasi pembiayaan cepat dan biaya administrasi ringan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pencairan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat
No.
Aspek Pencairan Pembiayaan
1 2 3
Realisasi Pembiayaan Biaya Administrasi Kemampuan dalam Memenuhi Permintaan Pembiayaan Total Skor
Frekuensi Jawaban Responden Lamaa/ Sedangab/ Cepata/ beratb/ kurang ringanb/ tidak c mampu mampuc mampuc 0 0 30 0 1 29 0
0
30
Total skor 90 89 90 269
Sumber: Data primer (2014) Keterangan: Skor 1 untuk jawaban lama/berat/tidak mampu Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang mampu Skor 3 untuk jawaban cepat/ringan/mudah a : Pilihan jawaban aspek No. 1 b : Pilihan jawaban aspek No. 2 c : Pilihan jawaban aspek No. 3
Tabel 18 menunjukkan 100% responden menyatakan realisasi pencairan pembiayaan murabahah yarnen tergolong cepat karena pada hari yang sama ketika mengajukan pembiayaan dan persyaratan telah dipenuhi, dana dapat langsung cair. Penerapan akad murabahah pada BMT As Salam ini belum memenuhi syarat dan rukun akadnya karena tidak ada pengadaan barang yang diinginkan pembeli (petani padi), melainkan hanya pengadaan uang. Hal ini menyebabkan, syarat mutlak murabahah juga tidak terpenuhi, yaitu petani padi harus mengetahui harga pokok (harga beli) barang yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil wawancara, BMT pernah menerapkan akad murabahah sesuai dengan syarat dan rukunnya, yaitu adanya pengadaan barang, tetapi BMT menyesuaikan dengan beragamnya kebutuhan petani (bibit, pupuk, upah penggarap lahan). Oleh karena itu, pembiayaan disalurkan dalam bentuk uang.
27 Sebanyak 96.7% responden menyatakan biaya administrasi tergolong ringan karena biaya tersebut tidak memberatkan responden, yaitu sebesar 3%. Sebanyak 3.3% responden menyatakan biaya tersebut tergolong sedang karena responden mengalami kesulitan mencari dana awal sebesar 3% dari plafon pembiayaan. Biaya administrasi yang dibebankan kepada anggota dengan plafon pembiayaan di bawah Rp 50 juta sebesar 3% dari plafon pembiayaan, sedangkan pembiayaan di atas atau sama dengan Rp 50 juta sebesar 2% dari plafon pembiayaan. Perbedaan persentase biaya administrasi yang disesuaikan dengan plafon pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan asas keadilan dalam ekonomi Islam karena petani dengan plafon pembiayaan lebih rendah justru dibebankan dengan persentase biaya administrasi yang lebih tinggi dari petani padi yang menerima plafon pembiayaan tinggi. Perintah untuk berlaku adil dalam transaksi ekonomi diterangkan dalam Q.S. Hud ayat 85: “Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” BMT As Salam selalu menyetujui permohonan murabahah yarnen yang diminta anggota, di mana besar pengajuan pembiayaan sama dengan realisasi pembiayaan. Hal ini ditunjukkan dengan 100% responden yang beranggapan BMT As Salam mampu memenuhi permintaan pembiayaan. Pencairan pembiayaan murabahah di BMT As Salam berupa uang tunai bukan sarana produksi pertanian yang dibutuhkan anggota. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT, hal ini disebabkan anggota ingin menggunakan pembiayaan tidak hanya untuk membeli sarana produksi pertanian seperti pupuk dan bibit, melainkan juga untuk upah penggarap lahan tani. Pencegahan terhadap penyelewengan pembiayaan dilakukan saat akad terjadi, dengan cara pengisian kesepakatan akad pembiayaan digunakan untuk keperluan apa saja. Dana yang digunakan BMT untuk memberi pembiayaan kepada petani padi berasal dari Bank Syariah Mandiri, Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah), dan simpanan anggota. Total skor efektivitas pada tahap pengajuan pembiayaan sebesar 269, dengan persentase sebesar 99.6%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pencairan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT As Salam sudah efektif, tetapi masih ada syarat dan rukun akad, serta prinsip syariah yang belum terpenuhi. Efektivitas tahap pencairan digambarkan oleh kecepatan realisasi pembiayaan, biaya administarasi yang ringan, dan kemampuan pihak BMT As Salam dalam memenuhi permintaan pembiayaan. Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen Tahap Pemanfaatan Pembiayaan Pada tahap pemanfaatan pembiayaan yarnen, BMT As Salam melakukan pengawasan terhadap usahatani anggota dan pelayanan konsultasi perkembangan usaha anggota. Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan BMT As Salam mengetahui perkembangan usahatani anggota dan melayani anggota dengan ramah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19.
28 Tabel 19 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pemanfaatan pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat
No.
Aspek Pemanfaatan Pembiayaan
1 2 3
Pengawasan terhadap Usaha Sikap dalam Hal Konsultasi Keaktifan Petugas dalam Memberi Masukan terhadap Usaha Total Skor
Frekuensi Jawaban Responden Tidak Kurang aktifa/ aktifa/ Aktifa/ tidak biasa ramahb ramahb sajab
Total skor
0 0
0 0
30 30
90 90
0
30
0
60 240
Sumber: Data primer (2014) Keterangan: Skor 1 untuk jawaban tidak aktif/tidak ramah Skor 2 untuk jawaban kurang aktif/biasa saja Skor 3 untuk jawaban aktif/ramah a : Pilihan jawaban aspek No. 1 & 3 b : Pilihan jawaban aspek No. 2
Tabel 19 menunjukkan 100% responden menyatakan BMT As Salam selalu datang terjadwal untuk melihat perkembangan usaha, sehingga mengetahui perkembangan usaha anggota, dan ramah dalam pelayanan konsultasi perkembangan usahatani. Akan tetapi, BMT As Salam kurang aktif dalam memberi masukan, arahan, maupun motivasi dalam menjalankan usahatani. Pihak BMT mengetahui perkembangan usaha responden dan memberi kepercayaan kepada responden karena responden memiliki jarak tempat tinggal yang terjangkau dari BMT, yaitu berkisar antara 0.3 sampai 3.5 km, dan lahan tani yang digarap responden berdekatan dengan lahan tani yang digarap pihak BMT. Total skor efektivitas pada tahap pengajuan pembiayaan sebesar 240, dengan persentase sebesar 88.9%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pemanfaatan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT As Salam sudah efektif. Efektivitas tahap pengajuan digambarkan oleh pengetahuan pihak BMT terhadap perkembangan usahatani anggota dan keramahan pihak BMT dalam pelayanan konsultasi anggota. Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen Tahap Pengembalian Pembiayaan Pada tahap pengembalian pembiayaan murabahah yarnen, BMT As Salam menetapkan margin berdasarkan pembiayaan yang diterima anggota. Semakin tinggi pembiayaan yang diterima anggota, maka semakin kecil margin yang dibebankan. Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan BMT As Salam menetapkan margin yang ringan dan anggota aktif datang sendiri mengangsur atau melunasi pengembalian pembiayaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.
29 Tabel 20 Persepsi petani padi dalam menanggapi pelaksanaan tahap pengembalian pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat
No.
Aspek Pengembalian Pembiayaan
1 2
Besar Margin Jangka Waktu Pengembalian Pokok 3 Keaktifan Anggota dalam Pengembalian Total Skor
Frekuensi Jawaban Responden Berata/ Sedangab/ Ringana/ Cepatb/ Kurang Lamab/ Tidak c aktif Aktifc aktifc 0 1 29
Total skor 89
2
28
0
58
0
0
30
90 237
Sumber: Data primer (2014) Keterangan: Skor 1 untuk jawaban berat/cepat/tidak aktif Skor 2 untuk jawaban sedang/kurang aktif Skor 3 untuk jawaban ringan/lama/aktif a : Pilihan jawaban aspek No. 1 & 2 b : Pilihan jawaban aspek No. 2 c : Pilihan jawaban aspek No. 3
Tabel 20 menunjukkan 96.7% responden menyatakan besar margin murabahah yang ditetapkan BMT As Salam tergolong ringan karena tidak memberatkan. Sebanyak 3.3% responden menyatakan besar margin tergolong sedang karena masih terjangkau, walaupun terkadang telat membayar. Besar margin yang ditetapkan BMT As Salam pada responden berkisar antara 3.25%3.5% tergantung pembiayaan yang diterima. Pilihan anggota untuk membayar margin setiap bulan maupun setelah panen tidak memengaruhi besarnya margin yang harus dibayar. Jangka waktu pengembalian pokok pembiayaan murabahah yarnen adalah 6 bulan. Jangka waktu pengembalian disesuaikan dengan masa tanam hingga panen yang dibutuhkan petani padi. Sebanyak 93.3% responden menyatakan jangka waktu pengembalian tergolong sedang dan 6.7% menyatakan jangka waktunya cepat. Perbedaan persepsi ini tidak memengaruhi responden dalam mengembalikan pokok pembiayaan, karena responden mampu mengembalikan pokok pembiayaan tepat waktu. Sebanyak 100% responden mengaku aktif mengantarkan sendiri margin maupun pengembalian pokok pembiayaan ke BMT As Salam. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BMT, anggota memang diakui aktif mengantarkan sendiri margin maupun pengembalian pokok pembiayaan tersebut. Total skor efektivitas pada tahap pengembalian pembiayaan sebesar 237, dengan persentase sebesar 87.8%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pengembalian pembiayaan yang dilakukan oleh BMT As Salam sudah efektif. Efektivitas tahap pengembalian pembiayaan digambarkan oleh margin yang ringan, jangka waktu pengembalian yang sedang, dan keaktifan anggota dalam mengembalikan pembiayaan murabahah langsung ke kantor BMT As Salam.
30 Analisis Efektivitas Penerapan Yarnen terhadap Aspek Ekonomi Aspek ekonomi responden setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen dari BMT As Salam ada yang tetap maupun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain keputusan anggota untuk menambah lahan atau tidak dan beragamnya pemanfaatan pendapatan usahatani. Skala usahatani yang diperhitungkan dalam aspek ekonomi ini adalah omzet usahatani sebelum dan setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen. Kondisi ekonomi responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Kondisi ekonomi petani padi setelah mendapat pembiayaan murabahah BMT As Salam, Kramat No.
Aspek Ekonomi
1 Skala Usahatani 2 Tingkat Pendapatan Usahatani 3 Aset yang Dimiliki Total Skor
Frekuensi Jawaban Responden Menurun Tetap Meningkat 0 0 0
13 13 14
17 17 16
Total skor 77 77 76 230
Tabel 21 menunjukkan 66.2% responden menyatakan skala usahatani dan tingkat pendapatan usahatani meningkat dengan menambah lahan garap maupun membeli sarana produksi pertanian sendiri, setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen. Sebanyak 33.8% menyatakan skala usahatani dan tingkat pendapatan usahatani tetap setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen. Hal ini disebabkan responden tidak menambah lahan garap. Sebanyak 63.2% responden menyatakan aset yang dimiliki mengalami peningkatan. Aset tersebut meliputi kendaraan dan lahan pertanian. Sebanyak 36.8% responden menyatakan aset yang dimiliki tetap. Responden memiliki beragam alasan, antara lain karena pendapatan digunakan untuk memperbaiki rumah maupun biaya pendidikan anak. Skala usahatani yang dilihat dari omzet usahatani sebelum dan setelah pembiayaan ditunjukkan pada Gambar 6.
31
Omzet Usahatani per Musim (Juta Rupiah)
40
35 30 25 20
Sebelum mendapat pembiayaan
15
Setelah mendapat pembiayaan
10 5 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Responden Ke-i Gambar 6 Omzet usahatani per musim, sebelum dan setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen
Gambar 6 menunjukkan ada dua responden (responden ke-8 dan ke-11) yang mengalami peningkatan signifikan pada omzet usahatani per musim sebelum dan setelah mendapat pembiayaan. Hal ini disebabkan responden sudah mampu membeli sarana produksi pertanian sendiri dan menambah lahan tani untuk digarap sendiri maupun disewakan. Karakteristik usahatani petani padi yang meliputi omzet usahatani, pendapatan usahatani, lama usahatani, dan luas lahan tani dapat memiliki hubungan satu sama lain. Hubungan lama usahatani dan luas lahan tani yang dimiliki maupun digarap petani padi dengan omzet usahani per musim yang didapat ditunjukkan pada Tabel 22 dan 23. Tabel 22 Hubungan lama usahatani dan omzet usahatani per musim Lama Omzet usahatani per musim (orang) Total usahatani < Rp 5 jt Rp 5-10jt Rp 11-21jt Rp 22-32jt > Rp 32jt (tahun) <10 2 2 1 5 10-20 2 3 6 11 21-31 2 4 2 8 32-42 1 2 1 4 >42 1 1 2 Total 2 9 14 4 1 30
32 Tabel 22 menunjukkan lama usahatani petani padi tidak berhubungan dengan omzet usahatani. Hal ini dapat dilihat pada sebaran responden dengan lama usahatani kurang dari 10 tahun hingga lebih dari 42 tahun yang menyebar pada omzet sebesar Rp 5-10 juta, yaitu sebanyak 9 responden, dan pada omzet sebesar Rp 11-21 juta, yaitu sebanyak 14 responden. Sebaran tersebut menunjukkan semakin lama usahatani belum mampu signifikan meningkatkan omzet usahatani. Tabel 23 Hubungan luas lahan tani dan omzet usahatani per musim Luas Omzet usahatani per musim (orang) Total lahan tani < Rp 5 jt Rp 5-10jt Rp 11-21jt Rp 22-32jt > Rp 32jt (ha) 0.175 2 2 0.35 5 5 0.525 1 1 0.7 3 12 4 19 >0.7 2 1 3 Total 2 9 14 4 1 30 Sebanyak 12 dari 30 responden memiliki maupun menggarap lahan tani seluas 0.7 ha dengan omzet berkisar Rp 11-21 juta. Jika dibandingkan dengan omzet usahatani yang didapat dari lahan tani seluas 0.525 ha, yaitu berkisar Rp 510 juta, dengan peningkatan luas lahan menjadi 0.7 ha, omzet dapat meningkat mencapai kisaran Rp 22-32 juta. Hal ini menunjukkan, semakin besar luas lahan yang digarap, omzet usahatani yang didapat semakin besar. Omzet usahatani yang telah dikurangi biaya produksi pertanian dapat menunjukkan tingkat pendapatan usahatani. Peningkatan omzet memengaruhi peningkatan pendapatan usahatani, sehingga dapat ditunjukkan pada Gambar 7 ada dua responden (responden ke-8 dan ke-11) yang mengalami peningkatan signifikan pada pendapatan usahatani per musim sebelum dan setelah mendapat pembiayaan.
Tingkat Pendapatan Usahatani per Musim (Juta rupiah)
33
30 25 20 15
Sebelum mendapat pembiayaan
10
Setelah mendapat pembiayaan
5 0 1 3 5 7 9 11 1315 1719 2123 2527 29 Responden Ke-i
Gambar 7 Tingkat pendapatan usahatani per musim, sebelum dan setelah mendapat pembiayaan murabahah yarnen Tingkat pendapatan usahatani, seperti omzet usahatani, juga tidak memiliki hubungan dengan lama usahatani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Hubungan lama usahatani dan pendapatan usahatani per musim Lama usahatani (tahun) <10 10-20 21-31 32-42 >42 Total (orang)
Pendapatan usahatani per musim (orang) < Rp5jt Rp 5-10jt Rp 11-21jt Rp 22-32jt 1 3 1 5
1 6 3 2 1 13
3 2 4 1 10
2 2
Total
5 11 8 5 1 30
Tabel 24 menunjukkan lama usahatani petani padi tidak berhubungan dengan pendapatan usahatani. Hal ini dapat dilihat pada sebaran responden dengan lama usahatani kurang dari 10 tahun hingga lebih dari 42 tahun yang menyebar pada pendapatan sebesar Rp 5-10 juta, yaitu sebanyak 13 responden, dan pada omzet sebesar Rp 11-21 juta, yaitu sebanyak 10 responden. Sebaran tersebut menunjukkan semakin lama usahatani belum mampu signifikan meningkatkan pendapatan usahatani.
34
Tabel 25 Hubungan luas lahan tani dan pendapatan usahatani per musim Luas lahan tani (ha) 0.175 0.35 0.525 0.7 >0.7 Total
Pendapatan usahatani per musim (orang) < Rp5jt Rp 5-10jt Rp 11-21jt Rp 22-32jt 2 3 2 1 10 5 5 2 5 13 10 2
Total 2 5 1 15 7 30
Sebanyak 10 dari 30 responden memiliki maupun menggarap lahan tani seluas 0.7 ha dengan pendapatan berkisar Rp 5-10 juta. Jika dibandingkan dengan pendapatan usahatani yang didapat dari lahan tani seluas 0.525 ha, yaitu berkisar Rp 5-10 juta, dengan peningkatan luas lahan menjadi 0.7 ha, besar pendapatan yang diperoleh relatif sama, yaitu Rp 5-10 juta. Hal ini dapat disebabkan adanya peningkatan luas lahan tani juga menimbulkan peningkatan pada biaya produksi pertanian, sehingga pendapatan usahataninya tidak berbeda. Total skor efektivitas pada tahap pengajuan pembiayaan sebesar 230, dengan persentase sebesar 85.2%. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah yarnen di BMT As Salam memberi dampak positif bagi anggota dan sudah efektif.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel yang signifikan memengaruhi petani padi dalam memilih sistem pembayaran margin pada pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam pada taraf nyata 5% adalah dummy alasan pemilihan kedua, yaitu alasan memilih sistem pembayaran karena lebih ringan, dengan nilai odds ratio sebesar 0.026. Alasan lebih ringan untuk memilih pembayaran margin yarnen memiliki peluang lebih kecil dibandingkan alasan sesuai kemampuan. Hal ini menunjukkan responden memiliki peluang lebih besar memilih yarnen karena sesuai kemampuan pembayaran. 2. Penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As-Salam sudah efektif di seluruh tahapan pembiayaan dan memberi dampak positif pada usahatani anggota. Hal ini menunjukkan penerapan yarnen telah mencapai tujuannya, yaitu menerapkan sistem yang sesuai dengan kondisi petani. Akan tetapi, ada syarat dan rukun akad, serta prinsip keadilan ekonomi yang belum terpenuhi.
35 Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengembalian murabahah yarnen yang diterapkan BMT As Salam mampu memberi dampak positif bagi anggota. Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah: 1. Penerapan akad murabahah belum sesuai dengan prinsip syariah karena BMT tidak langsung menyediakan barang yang dibutuhkan oleh anggota yang mengajukan pembiayaan, melainkan dalam bentuk uang tunai. BMT dapat menyesuaikan penerapan murabahah yang sesuai prinsip syariah dan memenuhi syarat dan rukun akad murabahah. 2. Biaya administrasi yang dibebankan oleh BMT kepada anggota yang menerima pembiayaan tidak sesuai dengan perintah berlaku adil dalam transaksi ekonomi karena penentuannya berdasarkan persentase pembiayaan yang diterima. BMT dapat menetapkan standar biaya administrasi untuk pembiayaan sesuai dengan keperluan administrasi pembiayaan, bukan dengan persentase. 3. Penyewaan lahan pertanian dilarang dalam Islam, sehingga pengelolaan lahan pertanian dapat dilakukan dengan akad kerjasama, bukan sewamenyewa. 4. BMT As Salam terus berusaha menyesuaikan sistem pembiayaan pertanian dengan kondisi petani sebagai anggota dan mempertahankan efektivitas penerapan sistem tersebut 5. BMT lain dapat menerapkan sistem pembiayaan murabahah yarnen dengan penyesuaian kondisi petani di lokasi sasaran BMT 6. Pengembalian petani padi di BMT As Salam, yang tergolong lancar, dapat diteliti lebih lanjut untuk mengetahui faktor apa yang memengaruhinya, sehingga BMT dapat mengetahui apakah petani padi yang menerima pembiayaan memiliki potensi pengembalian lancar.
36
DAFTAR PUSTAKA Akdon, Riduwan. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID): Alfabeta. Amalia E. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok (ID): Gramata Publishing. Aminullah M. 2014. Pola Pemberdayaan Petani Peserta Program GP3K (Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi) Binaan PT. Pusri Palembang. Jurnal Ilmiah AgrIBA. [internet]. [diunduh 2014 Jun 4 ]. No. 2 Edisi Maret 2014. Tersedia pada: http://jurnal-agriba.info/wpcontent/uploads/2014/04/1-Aminullah.pdf Anjani SS. 2013. Analisis Efektivitas Pembiayaan Syariah bagi Sektor Pertanian pada KBMT Ibaadurrahman, Ciawi, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ashari, Saptana. 2005. Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi [internet]. [diunduh 2014 Jan 20]. Volume 23(2): 132-147 Azis MA. 2008. Tata Cara Pendirian BMT. Jakarta (ID): Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Publishing. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Indonesia menurut Provinsi. [internet]. [diunduh 2014 Jun 24]. Tersedia pada: http://bps.go.id [Kementan RI] Kementerian Pertanian RI. 2013. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia. [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabe15b-konsumsi-rata.pdf [Kementan RI] Kementerian Pertanian RI. 2011. Pola Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. Jakarta (ID): Direktorat Pembiayaan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Kurnia F. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusmiyati ANS. 2007. Risiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Jurnal La Riba. [internet]. [diunduh 2014 Feb 5]. Tersedia pada: http://journal.uii.ac.id/index.php/ JEI/article/viewFile/1045/970. Kusrini DE, Setiawan. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset. Ma’turidi DH, Syukur M. 2008. Pembiayaan Syariah dalam Pembangunan Pertanian. Jakarta: Pusat Pembiayaan Pertanian, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Krisnandhi S, Samad B, penyadur. Jakarta (ID): Yasaguna. Terjemahan dari: Getting Agriculture Moving. Nawai N, Shariff MNM. 2012. Factor Affecting Repayment Performance in Microfinance Programs in Malaysia. Procedia – Social and Behavioral Sciences. [internet]. [diunduh 2014 Mar 11]. 62 (2012): 806-811.
37 Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/ S187704281203577X Nawawi I. 2012. Fikih Muamalah : Klasik dan Kontemporer. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta. Saptia Y. 2009. Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam Mengembangkan Sektor Pertanian. [internet]. [diunduh 2014 Jan 28]. Tersedia pada: http://perpustakaan.ekonomi.lipi.go.id. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Prenada Kencana. Tampubolon SMH. 2002. Suara dari Bogor: Sistem dan Usaha Agribisnis Kacamata Sang Pemikir. Bogor (ID): Pusat Studi Pembangunan IPB & USESE Foundation.
38 Lampiran 1 Daftar checklist dokumen pembiayaan DAFTAR CHECKLIST DOKUMEN PEMBIAYAAN A. Untuk Perorangan 1. Formulir permohonan pembiayaan 2. Legalitas a. Fotokopi KTP/SIM suami-istri (yang masih berlaku) b. Fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Nikah yang masih berlaku c. Fotokopi rekening (listrik, telepon, PAM) d. Surat keterangan tempat usaha (kios, toko, lapak) e. Peta lokasi rumah tinggal dan tempat usaha f. Daftar barang dan atau spesifikasi barang jika pengajuan pembiayaan untuk pembelian barang g. Apabila telah memiliki menyerahkan fotokopi (SIUP, TDP, NPWP) h. Menyerahkan SPK bila pembiayaan yang diajukan untuk membiayai modal kerja suatu proyek i. Menyerahkan keadaan keuangan sederhana (dapat dibuatkan oleh AO) j. Fotokopi rekening bank 3. Akad pembiayaan 4. Fotokopi dokumen jaminan/agunan 5. Keputusan persetujuan pembiayaan 6. Tanda terima jaminan/agunan 7. Persyaratan lainnya B. Untuk Badan Usaha (ditambah) 1. Formulir permohonan pembiayaan 2. Fotokopi SIUP, TDP, dan NPWP 3. Surat Keterangan Domisili Perusahaan 4. Fotokopi akta/anggaran dasar badan usaha beserta segala perubahannya 5. Fotokopi KTP pemohon dan pengurus badan usaha (yang masih berlaku)
39 Lampiran 2 Hasil uji faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan pembayaran margin Categorical Variables Codings Parameter coding Frequency Alasan_Pemilihan
Plafond_Pembiayaan
(1)
(2)
0
5
1.000
.000
1
15
.000
1.000
2
10
.000
.000
0
3
1.000
1
27
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 15.179a
1
.578
.775
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Df
Sig.
Step
25.875
6
.000
Block
25.875
6
.000
Model
25.875
6
.000
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 2.246
df
Sig. 8
.973
40
Classification Tablea Predicted Pembayaran_Margin Observed Step 1
Pembayaran_Margin
0
Percentage
1
Correct
0
15
2
88.2
1
2
11
84.6
Overall Percentage
86.7
a. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Alasan_Pemilihan
Wald
df
Sig.
Exp(B)
5.580
2
.061
.000
1
.998
2.591E12
Alasan_Pemilihan(1)
28.583 1.316E4
Alasan_Pemilihan(2)
-3.656
1.548
5.580
1
.018
.026
.034
.046
.534
1
.465
1.035
-.334
.213
2.470
1
.116
.716
.005
.012
.213
1
.644
1.005
-1.073
2.723
.155
1
.693
.342
2.637
2.155
1.498
1
.221
13.971
Rata2_Pendapatan Rata2_Konsumsi Omzet_Usaha_per_Musim Plafond_Pembiayaan(1) Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Alasan_Pemilihan, Rata2_Pendapatan, Rata2_Konsumsi, Omzet_Usaha_per_Musim, Plafond_Pembiayaan.
41 Lampiran 3 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN YARNEN PADA PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH PERTANIAN PADI DI BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK Tanggal:
No. Kuesioner:
Kuesioner ini digunakan dalam rangka pengambilan data untuk penyusunan bahan penelitian skripsi oleh Nana Rodiana, Mahasiswi Ekonomi Syariah IPB. Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi kuesioner ini. Terima kasih atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu. I. Identitas Responden Nama
:
Usia
:
Alamat
:
Jenis kelamin
:
Pria
Wanita
Status
:
Menikah
Belum menikah
Pendidikan
:
SD
Pekerjaaan utama
:
Pekerjaan sampingan
:
SLTP
SLTA
Lainnya, sebutkan….
Anggota keluarga No. 1. 2. 3 4.
Nama
Hub. dalam keluarga
Usia (tahun)
Rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan Besar Pendapatan (Rp) Sumber No. Pendapatan Suami Istri Anak 1. 2. 3. Rata-rata konsumsi rumah tangga per bulan No. Jenis Total Biaya (Rp) 1. 2. 3. 4.
Makan dan minum Pendidikan Kesehatan Air dan Listrik Total
Pendidikan
Total Pendapatan (Rp)
42 Lama menjadi anggota BMT As Salam: Jarak rumah dengan BMT As Salam :
km
Sudah berapa kali mendapat pembiayaan dari BMT As Salam : Jumlah pembiayaan yang diterima
: Rp
Luas lahan usahatani :
m2/ha*
kali
Pembiayaan yang diterima digunakan untuk: Pertanian Lain-lain. Sebutkan: *Coret yang tidak perlu II. Kuesioner Perhitungan Faktor-faktor yang Memengaruhi Petani Padi Memilih Sistem Pembayaran Margin Bulanan dan Margin Yarnen 1. Sistem pembayaran margin : : Bulanan Bayar pascapanen (Yarnen) 2. Alasan pemilihan sistem tersebut: Pendapatan hanya berasal dari pertanian Lebih ringan Sesuai kemampuan pembayaran 3. Jenis usaha
:
Subsistem Hulu (pengadaan sarana produksi pertanian) Subsistem Usahatani (produksi pertanian) Subsistem Hilir (pengolahan, perindustrian, pemasaran, dan perdagangan)*
4. Jangka waktu pengembalian pembiayaan :
bulan
5. Frekuensi dan realisasi pembiayaan Frekuensi pembiayaan
Pengajuan pembiayaan (Rp)
Realisasi pembiayaan (Rp)
Keterlambatan pengembalian (Ya/Tidak)
1 2 3 4 5 Jika pernah mengalami keterlambatan pengembalian pembiayaan, alasannya: Gagal panen Produktivitas tanaman rendah Lain-lain. Sebutkan: 6. Tingkat margin
: ……% per … bulan
7. Pendapatan usaha yang memperoleh pembiayaan: Rp 8. Lama usaha *Coret yang tidak perlu
:
tahun
per musim
43 III. Kuesioner Penilaian Efektivitas Penerapan Yarnen Petunjuk pengisian: Lingkari jawaban yang sesuai A. Aspek Pengajuan 1. Kemudahan Prosedur Tahapan yang harus dilalui sejak proses pengajuan pembiayaan hingga realisasi pembiayaan kepada anggota. a. Mudah (tidak berbelit-belit/tidak terlalu banyak tahapan pencairan dana) b. Sedang (tidak terlalu berbelit-belit, tetapi prosesnya lambat) c. Berbelit-belit (prosesnya panjang dan lama) 2. Persyaratan Pembiayaan Ketentuan yang harus dipenuhi seorang calon anggota. a. ringan (mudah dipenuhi oleh anggota) b. sedang (ada ketentuan yang tidak bisa dipenuhi anggota) c. berat (sulit dipenuhi oleh anggota) 3. Jaminan Jaminan yang disyaratkan, seperti harus melampirkan sertifikat/akta jual beli tanah/bangunan, BPKB kendaraan (motor/mobil). a. ringan (anggota tidak keberatan dengan jaminan yang disyaratkan), sebutkan : b. sedang (anggota agak keberatan dengan jaminan yang disyaratkan, tetapi tetap mengambil pembiayaan karena kebutuhan), sebutkan : c. berat (anggota keberatan dengan jaminan yang disyaratkan), sebutkan : B. Aspek Pencairan Pembiayaan 1. Realisasi Pembiayaan Cairnya dana pembiayaan setelah melalui berbagai tahapan dengan melihat ketepatan pada setiap tahap proses yang dilakukan sejak pembiayaan disetujui. a. cepat (jangka waktu paling lambat 7 hari sejak pengajuan pembiayaan) b. sedang (jangka waktu 1 minggu-1 bulan sejak pengajuan pembiayaan) c. lama (jangka waktu melebihi 1 bulan sejak pengajuan pembiayaan) 2. Biaya Administrasi Saat Pencairan Biaya yang dibebankan kepada anggota selama proses permohonan pembiayaan hingga selesai. a. ringan (tidak memberatkan anggota), sebutkan Rp......... b. sedang (anggota mengalami kesulitan untuk mencari dana awal), sebutkan Rp......... c. berat (anggota merasa keberatan dan tidak dapat membayar biaya administrasi tersebut), sebutkan Rp............ 3. Kemampuan dalam memenuhi permintaan pembiayaan Batasan terhadap kemampuan BMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan adalah pihak BMT selalu menyetujui permohonan pembiayaan yang diminta di mana besar pengajuan sama dengan realisasi pembiayaan (mampu), besar pembiayaan yang terealisasi jurang dari besar pengajuan (kurang mampu), besar pembiayaan jauh dari pengajuan (tidak mampu) a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
44 C. Aspek Pemanfaatan Pembiayaan 1. Pengawasan dan Pembinaan terhadap Usaha Anggota Pihak BMT selalu datang terjadwal untuk melihat perkembangan usaha (aktif), terkadang tidak datang sesuai jadwal (kurang aktif), tidak pernah datang untuk melihat perkembangan usaha (tidak aktif). a. aktif b. kurang aktif c. tidak aktif 2. Sikap dalam Hal Konsultasi Pelayanan BMT kepada anggota ketika anggota melakukan konsultasi perkembangan usaha a. ramah b. biasa saja c. tidak ramah 3. Keaktifan Petugas dalam Memberi Masukan terhadap Usaha Pihak BMT selalu memberikan masukan maupun arahan dan motivasi dalam menjalankan usaha anggota. a. aktif b. kurang aktif c. tidak aktif D. Aspek Pengembalian Pembiayaan 1. Besar Margin Jumlah margin pembiayaan yang harus dibayar anggota setelah pengambilan pembiayaan murabahah. Besarnya margin ini telah disepakati oleh kedua belah pihak. a. ringan (margin tidak memberatkan), sebutkan : Rp b. sedang (margin masih terjangkau, tetapi terkadang telat bayar), sebutkan : Rp c. berat (margin memberatkan, sehingga sering telat bayar), sebutkan : Rp 2. Jangka Waktu Pengembalian Pokok Selang waktu anggota melunasi pengembalian pembiayaan. Jangka waktu ini telah disepakati bersama oleh anggota dan BMT. a. lama, hari/bulan/tahun* b. sedang, hari/bulan/tahun* c. cepat, hari/bulan/tahun* *coret yang tidak perlu 3. Keaktifan Anggota saat Pembayaran Margin dan Pengembalian Pembiayaan Anggota mengantarkan sendiri pembayaran margin dan pengembalian ke BMT (aktif); terkadang tidak datang (kurang aktif); angsuran dan pengembalian diambil langsung oleh BMT (tidak aktif) a. aktif b. kurang aktif c. tidak aktif E. Aspek Ekonomi (Dampak Pembiayaan yang Diberikan) 1. Skala Usahatani a. Meningkat b. Tetap c. Menurun Keterangan Sebelum Pembiayaan Setelah Pembiayaan
Omzet (Rp)
45 2. Tingkat Pendapatan dari Usahatani a. Meningkat
b. Tetap
Keterangan
c. Menurun Pendapatan (Rp)
Sebelum Pembiayaan Setelah Pembiayaan
3. Aset yang Dimiliki a. Meningkat
b. Tetap
Jika meningkat atau menurun, sebutkan: Alat pertanian. Sebutkan: Kendaraan. Sebutkan: Barang elektronik. Sebutkan: Lain-lain. Sebutkan:
c. Menurun
46
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, pada 29 Mei 1992 dari Bapak Abdul Salam dan Ibu Nunuk Tjahyaningsih. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 70 Jakarta pada tahun 2010 dan pada tahun tersebut penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui SNMPTN dan diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik. Penulis pernah menjadi Reporter dan Pimpinan Produksi Tabloid Koran Kampus IPB, dan anggota Islamic Agri-Economist Forum di Sharia Economics Student Club FEM IPB.