EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Skripsi)
Oleh YUKE AGUSTIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Oleh YUKE AGUSTIN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Bandarlampung semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6. Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan teknik purposive sampling. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian The Matching-Only-Pretest-Posttest Control Group. Efektivitas pendekatan saintifik ditinjau dari beberapa aspek, yaitu peningkatan nilai aktivitas dan kinerja siswa pada kelas eksperimen serta perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai aktivitas dan kinerja siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan rata-rata n-Gain
Yuke Agustin keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,17 dan 0,72. Berdasarkan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, laju reaksi, pendekatan saintifik
EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Oleh Yuke Agustin
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan pada tanggal 31 agustus 1995 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ismail dan Ibu Hoiroma. Pendidikan formal dimulai pada tahun 1999 di TK Aisyah Baturaja dan diselesaikan tahun 2000, kemudian di jenjang SD diselesaikan di SDN 4 OKU pada tahun 2007. Setelah itu diterima di SMP Negeri 2 OKU dan selesai pada tahun 2010, selanjutnya pendidikan SMA dilanjutkan di SMA Negeri 4 OKU dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pernah menjadi asisten praktikum Kimia Fisik 1 dan 2 pada tahun 2015 dan 2016. Pada tahun 2016 meng-ikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terintegrasi di Kelurahan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di SMA Negeri 1 Gunung Sugih.
MOTO
“Semua yang tidak mungkin, akan mungkin terjadi bagi kita yang percaya itu mungkin” “Sukses dunia adalah kebahagian orang tua”
PERSEMBAHAN
“Teruntuk Ayahanda, Ibunda dan Adikku tercinta, Almamater Tercinta, Universitas Lampung”
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Materi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterampilan dan pengetahuan penulis masih terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini
5. Ibu Lisa Tania, S.Pd.,M.Sc. selaku Pembimbing II dan Dosen Pembimbing Akademik atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini. 7. Bapak M. Mahfudz Fauzi S, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan. 8. Bapak Drs. Hendro Suyono selaku Kepala SMA Negeri 9 dan Ibu Dra. Raya Dewi selaku guru mitra, atas izin yang diberikan untuk penelitian. 9. Ayah, Ibu dan Adikku tercinta. Terima kasih atas motivasi restu dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran dan keberhasilan menempuh studi ini. 10. Squad Tim Skripsweet (Dela dan Fia), JK tercinta (Dela, Neny, Mbak Riri, Hanni, Tika, Tiwi, dan Dian), Roommate 3 tahun (Elissa), Teman Berjuang (Faris), Paparazi tercinta (Nurma, Mbak Pus, Yusi, Atul dan Dini) Keluarga Ion tercinta (Dama, Rimas, Miss Yola, Dina, Anita, Ica, Ipah, Emem, dan Sandy), serta teman-teman Pendidikan Kimia 2013, Terima kasih atas kerjasama dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kiranya masukan dari pembaca dapat menjadi bahan perbaikan penulis untuk karya selanjutnya.
Bandarlampung, Penulis,
Yuke Agustin
April 2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6 E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik ................................................................................... 8 B. Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................................... 14 C. Analisis Konsep............................................................................................ 17 D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 22 E. Anggapan Dasar .......................................................................................... 24 F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 26 B. Jenis Data ...................................................................................................... 26 C. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 27
D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 29 E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ........................................ 29 F. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 30 G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ..................................................... 32 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ........................................................41 1. Data pretes dan postes keterampilan berpikir kritis .........................41 2. Data aktivitas siswa..........................................................................47 3. Data kinerja siswa ............................................................................49 B. Pembahasan ...........................................................................................52 1. Perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa ..................................... 52
2. Perkembangan aktivitas siswa .........................................................62 3. Perkembangan kinerja siswa .............................................................66 4. Kendala dalam penelitian ..................................................................70 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................................................... 71 B. Saran .............................................................................................................. 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Analisis KI-KD............................................................................................. 79 Silabus ........................................................................................................... 91 RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 105 RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 135 LKPD ............................................................................................................. 146 Kisi-Kisi Soal Pretes ................................................................................... 160 Soal Pretes .................................................................................................... 174 Rubrik Penilaian Soal Pretes ..................................................................... 177 Kisi-Kisi Soal Postes .................................................................................. 181 Soal Postes ................................................................................................... 194 Rubrik Penilaian Soal Postes ..................................................................... 197 Rubrik dan Lembar Assesmen Aktivitas Siswa ...................................... 202 Rubrik dan Lembar Assesmen Kinerja Siswa ......................................... 206 Lembar Observasi Kinerja Guru ............................................................... 210
15. Lembar Hasil Penilaian Aktivitas Siswa (Pengamatan 1) ...................... 218 16. Lembar Hasil Penilaian Aktivitas Siswa (Pengamatan 2) ...................... 220 17. Lembar Hasil Penilaian Aktivitas Siswa (Pengamatan 3) ...................... 222 18. Lembar Hasil Penilaian Aktivitas Siswa (Pengamatan 4) ...................... 224 19. Lembar Hasil Penilaian Kinerja Siswa (Praktikum 1) ............................ 226 20. Lembar Hasil Penilaian Kinerja Siswa (Praktikum 2) ............................ 230 21. Lembar Pemeriksaan Jawaban Siswa ........................................................ 234 22. Perhitungan ................................................................................................... 242 23. Daftar Hadir Seminar Proposal .............................................................265 24. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .........................................267 25. Daftar Hadir Seminar Hasil ...................................................................269
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Kerangka berpikir kritis Norris dan Ennis ...................................................16 2.
Analisis Konsep Materi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ...........................................................................................................18
3.
Bagan Alir Penelitian ..................................................................................27
4.
Nilai χ2hitung, χ2tabel dan pengambilan keputusan uji normalitas keterampilan awal siswa ..............................................................................43
5.
Nilai Fhitung, Ftabel dan pengambilan keputusan uji homogenitas keterampilan awal siswa ..............................................................................43
6.
Nilai thitung, ttabel dan pengambilan keputusan uji kesamaan dua rata-rata ........................................................................................................44
7.
Nilai χ2hitung, χ2tabel dan pengambilan keputusan uji normalitas keterampilan berpikir kritis siswa ................................................................46
8.
Nilai Fhitung, Ftabel dan pengambilan keputusan uji homogenitas keterampilan berpikir kritis siswa ................................................................46
9.
Nilai thitung, ttabel dan pengambilan keputusan uji perbedaan dua rata-rata ........................................................................................................47
10. Penilaian aktivitas siswa kelas eksperimen ..................................................48 11. Penilaian kinerja siswa pada praktikum pengaruh konsentrasi ....................49 12. Penilaian kinerja siswa pada praktikum pengaruh luas permukaan .............50 13. Penilaian kinerja siswa pada praktikum pengaruh suhu ..............................50 14. Penilaian kinerja siswa pada praktikum pengaruh katalis ...........................51
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik .......9
2.
Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui pengamatan sikap, keterampilan dan pengetahuan .......14
3.
Desain Penelitian .........................................................................................28
4.
Bagan Alur Prosedur Penelitian ...................................................................31
5.
Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen .....................................................42
6.
Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.......................................................................45
7.
Rata-rata skor aktivitas siswa di kelas eksperimen ......................................48
8.
Rata-rata skor kinerja siswa di kelas eksperimen ........................................51
9.
Hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen ....................61
10. Skor aktivitas siswa kelas eksperimen .........................................................64 11. Skor kinerja siswa kelas eksperimen ...........................................................69
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA yang ilmunya diperoleh berdasarkan pengamatan terhadap fenomena alam dalam menjawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana terkait dengan fenomena yang sedang diamati (Suyanti, 2010; Fadiawati, 2014). Para ahli kimia mempelajari fenomena-fenomena alam melalui proses dan metode ilmiah. Secara umum, langkah-langkah metode ilmiah yaitu melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine dalam Tim Penyusun, 2014a). Dengan menggunakan proses dan metode ilmiah, para ahli kimia menemukan pengetahuan kimia yang berupa konsep, hukum dan prinsip. Ketika siswa belajar ilmu kimia, maka siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan (Tim Penyusun, 2014b). Pemerolehan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran harus sesuai dengan bagaimana ilmu itu ditemukan, namun karena ini merupakan pembelajaran di kelas, metode ilmiah ini dikemas dalam suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang didasari oleh metode ilmiah adalah pendekatan saintifik (Fatturohman, 2015). Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, dimana siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan yang berkaitan dengan mata
1
2
pelajaran (Fathurrohman, 2015). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri dari lima tahapan yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan data (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating) dan mengkomunikasikan (networking) (Tim Penyusun, 2014b). Dengan menggunakan pendekatan saintifik, siswa diberikan pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan observasi dan eksperimen (Hilda, 2015). Salah satu materi kimia yang dapat dibelajarkan dengan pendekatan saintifik yaitu materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Materi tersebut terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 4.7 dari Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi (Tim Penyusun, 2014b). Untuk mencapai kompetensi tersebut, ada beberapa tahapan yang harus dilalui siswa. Sebelum merancang suatu percobaan, siswa diajak untuk mengamati fenomena alam yang berhubungan dengan laju dari suatu reaksi kimia (Roestiyah, 1985). Lalu siswa diminta untuk menentukan variabel-variabel yang terlibat dalam percobaan berdasarkan wacana yang disajikan guru pada tahap mengamati (Hidayah, 2014). Kemudian siswa diminta untuk membuat suatu rumusan masalah dengan cara menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk memperoleh jawaban sementara dari rumusann masalah yang mereka ajukan, siswa akan mencari informasi dari berbagai sumber yang tersedia (buku, modul, dan internet). Berdasarkan informasi tersebut siswa mengajukan hipotesis (jawaban sementara). Siswa diminta untuk mengendalikan variabel-variabel dan merancang prosedur percobaan serta menentukan alat dan bahan yang akan digunakan (Lawson dalam Wiyanto, 2006). Setelah itu siswa melakukan percobaan faktor-faktor yang mem-
3
pengaruhi laju reaksi untuk menguji hipotesis yang telah mereka ajukan. Data hasil percobaan akan digunakan sebagai bahan diskusi untuk memperoleh suatu kesimpulan (Roestiyah, 1985). Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dimilikinya (Chase dkk., 2016). Berpikir kritis merupakan berpikir yang masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir didasarkan atas fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik (Norris dan Ennis dalam Stiggins, 1994). Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dwijananti dan Yulianti, 2010). Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan pada siswa melalui latihan secara berkelanjutan. Dalam pembelajaran, siswa dihadapkan pada suatu isu persoalan yang menuntut sikap kritis siswa untuk mempertanyakan dan meragukan suatu kebenaran melalui logika berpikir (Norris dan Ennis dalam Stiggins, 1994). Setiap siswa akan memiliki cara pandang sendiri dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan. Cara pandang yang didasari dengan penalaran penting dilakukan dalam mengemukakan argumen. Ketika berargumen dengan menggunakan penalarannya, berarti siswa sedang melakukan tindakan berpikir kritis (Rosana, 2014). Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis siswa dapat terlatih melalui metode pembelajaran yang melibatkan proses-proses kognitif (Cowden dan Santiago, 2015). Secara umum, pembelajaran kimia di sekolah cenderung tidak dibelajarkan se-
4
bagaimana mestinya yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 (Fathurrohman, 2015). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMA Negeri 9 Bandarlampung menunjukkan bahwa pembelajaran kimia di sekolah tersebut sudah menerapkan kurikulum 2013, namun kegiatan pembelajarannya masih di dominasi dengan kegiatan ceramah. Pembelajaran dengan metode ceramah hanya berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak dilatih untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya (Rosana, 2014). Penerapan metode ceramah ini, cenderung membuat siswa hanya bisa mengingat dan memahami informasi yang disampaikan oleh guru (Fakhriyah, 2014). Berdasarkan taksonomi bloom, mengingat dan memahami merupakan ranah kognitif C1 dan C2, yang masih termasuk dalam domain kognitif yang rendah (Anderson dan Krathwohl, 2001). Dengan demikian, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar tersebut, belum menyentuh ranah kognitif yang lebih tinggi dan belum melatih keterampilan berpikir kritis siswa (Asta dkk., 2015). Oleh sebab itu, diperlukan metode atau pendekatan pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir siswa (Gunawi dkk., 2014; Leksono, 2014; Purwaningsih dkk., 2014; Rudyanto, 2014; Rismalinda dkk., 2014; Saputra dkk., 2014; Utami dkk., 2014; Wahyuni dkk., 2014; Wuri dan Mulyaningsih, 2014; Asta dkk., 2015; Cowden dan Santiago, 2015; Mustakim, 2015; Nafiah dan Prasetyo, 2015). Dalam menciptakan keterampilan berpikir siswa, ada empat proses berpikir kompleks yang dilalui seseorang yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan
5
berpikir kreatif (Costa dalam Yuliati, 2013). Berpikir kritis merupakan salah satu proses dari berpikir kompleks, dengan demikian pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan uraian di atas, untuk mendeskripsikan efektivitas dari pendekatan saintifik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Materi FaktorFaktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pendekatan saintifik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: (1) bagaimana perbedaan rata-rata n-gain siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen?; (2) bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik?; (3) bagaimana kinerja siswa selama melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
6
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1) siswa, melalui penerapan pendekatan saintifik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui indikator merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang, dan melakukan percobaan serta menganalisis data yang diperoleh dari percobaan untuk menemukan konsep, hukum dan prinsip secara mandiri; (2) guru, setelah dilakukan penelitian ini, guru dapat mempelajari dan mengadopsi pendekatan saintifik untuk diterapkan dalam pembelajaran; (3) sekolah, penerapan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kualitas pelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bertujuan menghindari kesalahpahaman oleh pembaca, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Materi pokok dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang merupakan materi pembelajaran kimia kelas XI IPA Semester 1 yang meliputi pengaruh konsentrasi, suhu, luas pemukaan dan katalis terhadap laju reaksi.
7
2. Berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Terdapat 5 tahapan dalam berpikir kritis (Norris dan Enis dalam Stiggins, 1994). 3. Pendekatan saintifik meliputi beberapa tahapan, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (Tim Penyusun, 2014b). 4.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan secara statistik keterampilan berpikir kritis siswa menunjukkan perbedaan rata-rata n-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen (Eggen dan Kauchak dalam Warsita, 2008; Nuraeni dkk., 2010)
5. Aktivitas siswa yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan kritis dalam merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 6. Penilaian kinerja siswa diperoleh ketika siswa melakukan kegiatan praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 7. Pembelajaran konvensional yang dilakukan di kelas kontrol adalah pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Saintifik Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang di tempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserta didik (Fathurrohman, 2015). Proses pembelajaran merupakan proses ilmiah sehingga kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah. Pendekatan saintifik diyakini berperan dalam perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa (Fathurrrohman, 2015). Menurut Fathurrohman (2015) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. berpusat pada siswa 2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum dan prinsip. 3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4. dapat mengembangkan karakteristik peserta didik.
8
9
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diantaranya mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (networking). Langkah-langkah pembelajaran mengunakan pendekatan saintifik (scientific approach) terlihat pada Gambar 1.
Observing (mengamati)
Questioning (menanya)
Experimenting (mencoba)
Associating (menalar)
Communicating (mengomunikasikan)
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (Tim Penyusun, 2013a) 1. Mengamati (Observing) Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan indera. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan tertantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru (Tim Penyusun, 2013a). Kegiatan mengamati dalam proses pembelajaran sebagaimana diamanatkan oleh Permendikbud Nomor 81a, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
10
siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut: 1. menentukan objek yang akan diobservasi. 2. membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. 3. menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. 4. menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5. menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. 6. menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku oleh guru. Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran disajikan berikut: a. cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. b. banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau
11
situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan. c. guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi. 2. Menanya (Questioning) Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi ini siswa dilatih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal (Tim Penyusun, 2013b). 3. Mencoba (Experimenting) Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau
12
objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu menalar (Tim Penyusun, 2013a). Hasil belajar yang nyata atau otentik dapat diperoleh, apabila siswa belajar dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, siswa memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya sehari-hari (Fathurrohman, 2015). Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Tim Penyusun, 2013a). Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: 1. menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, 2. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, 3. mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya, 4. melakukan dan mengamati percobaan, 5. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, 6. menarik simpulan atas hasil percobaan, dan 7. membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
4. Menalar (Associating) Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir
13
yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Fathurrohman, 2015). Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasoning. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada keterampilan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasiakan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori (Tim Penyusun, 2013a) 5. Mengkomunikasikan (Networking) Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun jejaring atau mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan mengkomunikasikan adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut (Tim Penyusun, 2013a). Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, seperti terlihat pada Gambar 2.
14
ahuan
Gambar 2. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Tim Penyusun, 2013a). Dalam proses pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa (Tim Penyusun, 2013a). Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur adalah keterampilan berpikir kritis. B. Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan berpikir adalah proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya (Kowiyah, 2012). Salah satu pelajaran yang dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis adalah pelajaran IPA termasuk kimia (Sunarno, 2015).
15
Norris dan Ennis (dalam Stiggins, 1994) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir yang didasarkan atas fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Dengan demikian definisi berpikir kritis menurut Norris dan Ennis adalah berpikir yang terarah pada tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah mengevaluasi tindakan atau keyakinan yang terbaik. Dalam pendidikan modern berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting untuk dikembangkan. Ada 4 kemampuan yang harus dimiliki siswa, agar nantinya bisa berkompetisi dalam era global yaitu, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja Ada beberapa pertimbangan untuk mengembangkan berpikir kritis (As’ari, 2015). Menurut H.A.R Tilaar (Kowiyah, 2012), ada 4 pertimbangan mengapa berpikir kritis perlu dikembangkan di dalam pendidikan modern, diantaranya: 1. mengembangkan berpikir kritis didalam pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect as person), 2. berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya, 3. pengembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmuilmu eksakta, dan 4. berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan demokratis. Sehingga berpikir kritis haruslah dikembangkan. Menurut Norris dan Ennis (Stiggins, 1994) terdapat satu set tahapan yang termasuk proses berpikir kritis: 1. mengklarifikasi isu dengan mengajukan pertanyaan kritis, 2. mengumpulkan informasi tentang isu,
16
3. mulai bernalar melalui berbagai sisi atau sudut pandang yang berbedabeda, 4. mengumpulkan informasi dan melakukan analisis lebih lanjut, jika diperlukan, dan 5. membuat dan mengkomunikasikan keputusan. Kerangka Norris dan Ennis memfokuskan pada proses berpikir yang melibatkan pengumpulan informasi dan penerapan kriteria untuk mempertimbangkan serangkaian tindakan atau pandangan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan evaluasi tingkat berpikir pada taksonomi Bloom. Kerangka Norris dan Ennis ditunjukkan dalam Tabel 1. Dalam bentuk lima langkah proses penalaran. Tabel 1. Kerangka berpikir kritis Menurut Norris dan Ennis (Stiggins, 1994) Langkah dalam proses Melakukan Klarifikasi Dasar dari Masalah
Mengumpulkan Informasi Dasar Membuat Kesimpulan
Melakukan Klarifikasi Lanjutan Memperoleh Kesimpulan Terbaik
1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2.
Berpikir yang di perlukan Memahami masalah yang ada Menganalisis poin dari pandangan atau kedudukan Bertanya dan menjawab pertanyaan yang mengklarifikasi dan menantang. Menilai kredibilitas berbagai sumber informasi Mengumpulkan dan menilai informasi Membuat dan menilai keputusan menggunakan informasi yang ada. Membuat dan menilai induksi. Membuat dan menilai nilai dari penilaian Mendefinisikan istilah dan menilai definisi sebagai kebutuhan Mengidentifikasi asumsi Menentukan suatu tindakan Mengkomunikasikan keputusan ke yang lain
Kerangka Norris dan Ennis (dalam Stiggins, 1994) menjelaskan tentang penalaran kompleks yang memerlukan penggunaan terintegrasi dari sejumlah proses berpikir. Kerangka kerja Norris dan Ennis memerlukan asesmen kinerja untuk menilai penalaran. Penilaian kinerja dapat menggunakan suatu isu yang disajikan kepada siswa baik individu maupun kelompok dan kemudian menilai keterampilan berpikir kritis. Di samping dengan asesmen kinerja, penalaran siswa juga
17
dapat dinilai melalui komunikasi personal dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan. Melalui kedua cara tersebut, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dinilai. C. Analisis Konsep Markle dan Teimann (Fadiawati dan Syamsuri, 2016 ) mengatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang benar-benar ada. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang telah digunakan secara luas oleh Markle dan Teimann serta Klausmeier (Fadiawati dan Syamsuri, 2016 ). Prosedur ini digunakan untuk mempermudahkan guru dalam merencanakan urutan-urutan pencapaian suatu konsep dalam kegiatan pembelajaran. Dengan analisis konsep memungkinkan guru untuk mendefinisikan konsep serta menghubungkan antara konsep yang satu dengan yang konsep yang lain. Menurut Herron dkk (Fadiawati dan Syamsuri, ), analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan: 1. label konsep, merupakan nama konsep yang dianalisis, 2. definisi konsep, label konsep didefinisikan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan tingkat pencapain konsep yang diharapkan dikuasi oleh siswa, 3. jenis konsep, 4. atribut kritis dan atribut variabel konsep, atribut kritis konsep merupakan ciri-ciri utama konsep yang merupakan penjabaran definisi konsep. Atribut variabel menunjukkan ciri-ciri yang nilainya dapat berubah, namun besaran dan satuannya tetap, 5. hirarki (posisi) konsep, merupakan hubungan suatu konsep dengan konsep lain berdasarkan tingkatannya, yaitu superordinat (konsep yang tingkatannya lebih tinggi), ordinat (konsep yang tingkatannya setara), serta subordinat (konsep yang tingkatannya lebih rendah), dan 6. contoh dan noncontoh, merupakan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dimaksud. Analisis konsep untuk materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis konsep materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Atribut No
Nama/ Definisi Konsep Label
Jenis Konsep
1
Abstrak Laju reaksi Menyatakan laju perubahan konsentrasi zat-zat komponen reaksi yaitu zat pereaksi (reaktan) atau zat hasil reaksi (produk), setiap satuan waktu yang berlangsung dalam orde tertentu.
2
Tumbuk an efektif
Tumbukan yang mem- Abstrak punyai energi yang cukup untukmemutuskan ikatan-ikatan kimia pada zat yang bereaksi dan menghasilkan energi.
Posisi Konsep Contoh
Kritis
Variabel
Super ordinat
Laju perubahan Konsentrasi zat komponen reaksi dan hasil reaksi Satuan waktu Tumbukan efektif Orde reaksi
Konsentrasi Perubahan konsentras zat i komponen reaksi Suhu Luas permukaan Katalis
Tumbukan Energi cukup Ikatan kimia Zat yang bereaksi Menghasilkan energy
Molekul pereaksi dalam wadahnya selalu bergerak
Ordinat
Persamaan laju reaksi
Partikel Molekul partikel pereaksi pereaksi Molekul dalam suatu hasil reaksi reaksi
Non Contoh
Sub Ordinat Orde mA + nB reaksi oC + pD Persamaa n laju reaksi
-
K + CH3I → KI + CH3
Perkaratan besi
K + CH3I →
18
Tabel 2.(Lanjutan) Atribut No
Nama/ Definisi Konsep Label
Jenis Konsep
3
Konsentra Semakin besar si konsentrasi pereaksi, Pereaksi maka laju reaksinya semakin cepat dan sebaliknya makin kecil konsentrasi pereaksi, lajunya semakin lambat
Konkrit
4
Luas Semakin besar luas Konkrit permukaan permukaan suatu zat, maka laju reaksinya semakin cepat dan semakin kecil luas permukaan suatu zat, lajunya semakin lambat
Posisi Konsep Contoh
Kritis
Variabel
Komposisi Konsentrasi konsentrasi makin besar laju reaksi makin cepat Konsentrasi makin kecil laju reaksi semakin lambat
Super ordinat
Ordinat
Non Contoh
Sub Ordinat
Faktor yang Suhu mempengar Luas uhi laju permukaan reaksi Katalis
Laju berlansung cepat Laju berlangsung lambat
Luas permukaan Besar kecilnya Faktor yang Suhu mempengaru Konsentras makin besar, laju luas hi laju reaksi i reaksi makin cepat permukaan Luas permukaan Katalis kecil, laju reaksi semakin lambat
Laju berlansung cepat Laju berlangsung lambat
Sayur yang dipotong kecil lebih cepat matang
Serbuk Mg dengan massa yang sama akan lebih cepat meluruh dalam HCl 1M dibanding kan larutan HCl 0,5 M. Laju meluruhnya serbuk dan bongkahan batu pualam dalam HCl 1M
19
Tabel 2. (lanjutan) Atribut No
Nama/ Definisi Konsep Label
Jenis Konsep
Posisi Konsep Contoh
Kritis
Variabel
5
Suhu
Makin tinggi suhu Konkrit makin cepat laju reaksi, sebaliknya makin rendah suhu makin lambat laju reaksinya
Suhu tinggi, lajuPerubahan suhu reaksi cepat Suhu rendah, laju reaksi lambat
6
Katalis
Penambahan katalis dapat mempercepat laju reaksi
Katalis ditambahkan
Abstrak
Zat yang ditambahkan
Super ordinat
Ordinat
Non Contoh
Sub Ordinat
Faktor yang Luas Laju mempengaru Permukaan berlansung hi laju reaksi Konsentras cepat Laju i berlangsung Katalis lambat
Faktor yang Luas Laju mempengaru Permukaan berlansung hi laju reaksi Konsentras cepat Laju i berlangsung Suhu lambat
Makanan yang Reaksi antara NaS2O3 dimasak pada suhu tinggi dengan HCl akan lebih akan lebih cepat atang cepat dibandingkan bereaksi dengan suhu pada suhu rendah tinggi dibandingkan dengan pada suhu rendah Daging akan Reaksi lebih cepat H2O2 empuk saat H2 dimasak O + O2 dengan daun berlangsung pepaya. sangat lambat sehingga ditambahkan FeCl3 sebagai katalis
Tabel 2. (lanjutan)
20
Atribut No
7
Nama/ Definisi Konsep Label Orde Reaksi
Tingkat reaksi terhadap suatu komponen yang merupakan pangkat dari konsentrasi komponen tersebut.
Jenis Konsep
Berdasar kan prinsip
Posisi Konsep Contoh
Kritis Tingkat reaksi Komponen reaksi Pangkat Konsentrasi komponen
Variabel
Super ordinat
Ordinat
Memperkiraka Konsentrasi Jumlah n sejauh mana zat pereaksi molekul konsentrasi zat pereaksi pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu
Non Contoh
Sub Ordinat -
v = k[A]n
-
21
22
D. Kerangka Pemikiran Para ahli kimia menemukan pengetahuan kimia dengan menggunakan proses dan metode ilmiah. Pendekatan pembelajaran yang merupakan esensi dari metode ilmiah adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki beberapa tahap pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Dari kelima tahap tersebut, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu materi kimia yang dapat dibelajarkan dengan pendekatan saintifik dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaki. Materi tersebut terdapat pada KD 4.7 dari KI 4 yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi. Pada pendekatan ilmiah, tahap pertama pada proses pembelajaran yaitu kegiatan mengamati. Pada tahap ini, keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan dengan memahami dan menganalisis poin penting dari masalah yang disajikan. Siswa diajak untuk mengamati fenomena alam yang erat kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya perbedaan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi. Fenomena kayu bakar yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat terbakar di bandingkan dengan kayu bakar berukuran besar. Tahap kedua dalam pendekatan ilmiah yaitu menanya. Pada tahap ini, keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan dengan bertanya dan menjawab pertanyaan
23
yang mengklarifikasi dan menantang. Siswa diminta untuk menentukan variabelvariabel yang terlibat dalam percobaan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan wacana yang disajikan guru pada tahap mengamati. Kemudian siswa diminta untuk membuat suatu rumusan masalah dengan cara menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat. Rumusan masalah dari rasa ingin tahu siswa ini dituliskan dalam lembar kerja siswa yang telah diberikan oleh guru. Tahap ketiga dalam pendekatan ilmiah yaitu mencoba atau mengumpulkan data. Melalui kegiatan ini, keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan dengan menilai kredibilitas berbagai sumber informasi dan membuat kesimpulan sementara. Siswa akan mencari informasi dari berbagai sumber yang tersedia (buku, modul, dan internet). Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, siswa mengajukan hipotesis (jawaban sementara) dari rumusan masalah yang mereka ajukan. Pada kegiatan ini keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan melalui kegiatan menentukan tindakan (strategi dan taktik). Siswa diminta untuk mengendalikan variabel yang telah ditentukan pada tahap menanya. Kemudian mereka akan dibimbing untuk merancang percobaan dan menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Setelah itu siswa akan diminta merancang tabel hasil pengamatan untuk memberi-kan gambaran hasil pengamatan. Lalu siswa akan melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk menguji hipotesis yang telah mereka ajukan. Pada tahap ini, siswa melakukan klarifikasi lanjutan yang merupakan langkah dalam proses berpikir kritis. Tahap keempat dalam pendekatan ilmiah yaitu mengasosiasi. Pada tahap ini keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan dengan mendefinisikan dan menilai
24
kebenaran dari definisi. Siswa dapat mengolah informasi dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, menjawab beberapa pertanyaan dan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaannya. Tahap kelima dalam pendekatan ilmiah adalah mengkomunikasikan. Pada tahap ini keterampilan berpikir kritis siswa dilatihkan dengan mengkomunikasikan keputusan kepada orang lain. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru, untuk mendapatkan tanggapan. Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran akan melatih proses berpikir kritis siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, penerapan proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah: a. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir kritis siswa semata-mata terjadi karena perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran. b. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.
25
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan saintifik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 215 orang siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016-2017 yang tersebar dalam 6 kelas. Diambil 2 kelas dari populasi yang dijadikan sampel, 1 kelas bertindak sebagai kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvesional dan 1 kelas lainnya sebagai kelas eksperimen menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode Nonrandom sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu teknik peng-ambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu, biasanya informasi mengenai populasi diperoleh dari guru dan pihak sekolah. Setelah diperoleh informasi mengenai karakteristik populasi, maka diambil 2 kelas dari populasi yang dijadikan sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6. Melalui teknik pengundian diperoleh, kelas XI IPA 5 bertindak sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas XI IPA 6 bertindak sebagai kelas kontrol. B. Jenis Data Penelitian ini terdiri dari dua jenis data utama. Data utama yang pertama berupa hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa yang dilakukan sebelum proses
27
pembelajaran dimulai (hasil pretes) dan hasil tes setelah pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa pembelajaran selesai (hasil postes). Data utama kedua berupa nilai aktivitas dan nilai kinerja siswa yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
C. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group (Fraenkel dkk., 2012). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitan ini disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Desain Penelitian The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel dkk., 2012) Perlakuan Kelas Eksperimen M O1 X O2 Kelas Kontrol M O1 C O2 Dalam penelitian ini kedua kelas penelitian diberikan pretes (O1) yang terdiri dari 5 soal uraian. Selanjutnya dilakukan matching (M) secara statistik terhadap hasil pretes kedua kelas sampel, yang bertujuan untuk mengetahui apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki keterampilan berpikir kritis yang berbeda secara signifikan atau tidak. Setelah diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelas penelitian memiliki keterampilan awal yang sama, maka penelitian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua sampel tersebut. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (X), sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional (C). Setelah diberi perlakuan, kedua kelas penelitian diberikan postes (O2) yang terdiri dari 5 soal uraian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 5.
1. Melakukan observasi lapangan 2. Studi literatur 3. Menyusun Instrumen penelitian (tes keterampilan berpikir kritis, lembar kerja peserta didik (LKPD), lembar observasi kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja siswa, bahan ajar, dan RPP )
Pretes Keterampilan Berpikir Kritis
Pembelajaran secara Konvensional
Melakukan matching secara statistik terhadap kedua kelas penelitian
Nilai pretes keterampilan berpikir kritis
Postes Keterampilan Berpikir Kritis
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Penilaian terhadap aktivitas siswa menggunakan lembar observasi aktivitas siswa 2. Penilaian terhadap kinerja siswa menggunakan lembar observasi kinerja siswa
Nilai postes keterampilan berpikir kritis
Nilai aktivitas dan kinerja siswa
Melakukan Analisis data
Gambar 3. Desain Penelitian
28
29
D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kelas XI IPA SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016-2017. E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKPD faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang digunakan sebagai data untuk mewakili keterampilan berpikir kritis siswa, lembar observasi penilaian aktivitas dan kinerja siswa. Sebelum digunakan masing-masing instrumen divalidasi agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen (Fraenkel dkk., 2012). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian kevalidan instrumen ini dilakukan dengan cara judgment oleh ahli.
30
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prapenelitian Meminta izin kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016-2017 untuk mengadakan penelitian. Setelah itu, mengadakan penelitian pendahuluan di sekolah tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kurikulum, metode pembelajaran yang diterapkan, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung penelitian. Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian. 2. Penelitian a. tahap persiapan Menyiapkan instrumen yang mendukung proses penelitian di antaranya silabus, RPP, LKPD kimia yang menggunakan pendekatan saintifik pada materi faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi, bahan ajar, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang digunakan sebagai data kuantitatif untuk mewakili keterampilan berpikir kritis siswa, lembar observasi penilaian aktivitas siswa, lembar observasi penilaian kinerja siswa dan lembar observasi kinerja guru. b. tahap pelaksanaan penelitian Adapun tahap pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan tipe dan jumlah soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (2) melakukan matching nilai secara statistik antara kelas kontrol dan kelas eksperimen; (3) melakukan kegiatan pembelajaran, dimana kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol diberikan pembelajaran
31
dengan metode konvensional; (4) melakukan postes dengan tipe dan jumlah soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (5) melakukan analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini disajikan pada alur penelitian berikut ini : 1. Melakukan observasi lapangan 2. Menyusun instrumen penelitian
Persiapan
Menentukan sampel penelitian
Tes Keterampilan berpikir Kritis
Hasil 1. Informasi mengenai populasi 2. Instrumen penelitian (RPP, LKPD, soal tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi aktivitas dan kinerja siswa)
Hasil awal : keterampilan berpikir kritis
Pretes
Kelas Eksperimen (pembelajaran pendekatan saintifik)
Perlakuan
Kelas Kontrol (pembelajaran konvensional) K
Matching nilai secara statistik terhadap kedua sampel has Hasil : 1. Data aktivitas siswa 2. Data kinerja siswa dalam praktikum has
Penilaian aktivitas siswa dan kinerja siswa
Postes
Hasil akhir: keterampilan berpikir kritis
Analisis Data has Kesimpulan
Gambar 4. Bagan alir penelitian has has has
32
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis data Untuk memperoleh makna atau arti yang digunakan dalam menarik kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya data yang diperoleh harus dianalisis terlebih dahulu. Berikut teknik analisis data, dalam penelitian ini : a. nilai pretes dan postes mengubah skor menjadi nilai Nilai pretes dan postes keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut : nilai siswa
jumlah skor jawaban yang diperoleh 100 jumlah skor maksimum
Selanjutnya menghitung rata-rata nilai dari nilai masing-masing siswa dengan rumus sebagai berikut: rata rata nilai
∑ nilai siswa jumlah siswa
menghitung rata-rata n-gain dari nilai siswa Perhitungan n-gain digunakan untuk melihat efektivitas pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Perhitungan n-gain dirumuskan sebagai berikut: ng n
postest pretest 100 pretest
33
Selanjutnya menghitung rata-rata n-gain dari n-gain masing-masing siswa dengan rumus sebagai berikut: rata rata n g n
∑ n g n siswa jumlah siswa
Hasil perhitungan rata-rata n-gain (g) kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1999) sebagai berikut : 1. jika g 0,7 maka n-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi. 2. Jika 0,7 > g 0,3 maka n-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang. 3. Jika g < 0,3 maka n-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah. b. nilai aktivitas siswa Perhitungan rata-rata skor aktivitas siswa setiap pengamatan pada materi faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi dirumuskan sebagai berikut: rata rata skor aktivitas
∑ skor aktivitas siswa jumlah siswa
Selanjutnya menghitung persentase skor masing-masing siswa dan rata-rata persentase skor aktivitas siswa dengan rumus sebagai berikut: persentase ( ) skor siswa
rata rata
jumlah skor yang diperoleh 100 jumlah skor maksimum
aktivitas
∑ persen aktivitas siswa jumlah siswa
Hasil perhitungan rata-rata persentase skor tersebut kemudian ditafsirkan dalam kategori sebagai berikut: Tabel 4. Kategori Persentase Skor (Purwanto, 2008) Persentase (%)
Kategori
86 – 100 76 – 85 60 – 75 55 – 59 0 – 54
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
34
c. nilai kinerja siswa Perhitungan rata-rata skor kinerja siswa setiap praktikum pada materi faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi dirumuskan sebagai berikut: rata rata skor kinerja
∑ skor kinerja siswa jumlah siswa
Selanjutnya menghitung persentase skor masing-masing siswa dan rata-rata persentase skor kinerja siswa dengan rumus sebagai berikut: persentase ( ) skor siswa
rata rata
jumlah skor yang diperoleh 100 jumlah skor maksimum
kinerja
∑ persen kinerja siswa jumlah siswa
2. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata dengan data pretes keterampilan berpikir kritis siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dengan data n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata dan perbedaan dua rata-rata, perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada data penelitian tersebut. a. uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berguna untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk
35
uji normalitas adalah sebagai berikut : H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut :
χ
2
(fo fe )2 ∑ fe
Keterangan: 2
= uji chi-kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan Data akan berdistribusi normal jika
2
hitung
≤
2 tabel dengan
taraf signifikan 5%
dan derajat kebebasan (dk) = k – 3 (Sudjana, 2005).
b. uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0 : H1 :
=
(kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang homogen) (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)
36
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005): varians terbesar varians terkecil 2
S
n ∑ fi
2 i
( ∑ fi n(n 1)
i)
2
Keterangan: F = Kesamaan dua varians S2= Varians n = Jumlah Sampel fi = Frekuensi Xi = Nilai tengah data interval Kriteria uji tolak H0 jika F
F1/2
dari distribusi F dengan peluang ½
(v1,v2) atau , derajat
Fhitung
Ftabel. F1/2
(v1,v2) di
dapat
kebebasan v1 n1 -1 dan v2 n2 -1, =
taraf signifikan. Selain itu H0 diterima.
Setelah dilakukan kedua uji prasyarat terhadap data pretes dan n-gain keterampilan berpikir kritis, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Berikut ini penjelasan mengenai uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. a. uji kesamaan dua rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki keterampilan berpikir kritis yang berbeda secara signifikan atau tidak. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
37
Rumusan Hipotesis: H0 : μ1x = μ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol pada materi faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. H1 : μ1x ≠ μ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol pada materi faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Keterangan: μ1 = Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. μ2 = Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa kelas kontrol pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. x = Keterampilan berpikir kritis siswa. Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen (
1
2
=
2
2
), maka
pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut: thitung
x̅ 1 x̅2 1 sg √n
1
sg
2
1 n2
(n1 1)S1 2 (n2 1)S2 2 n1 n2 2
Keterangan: thitung = Kesamaan dua rata-rata x̅ 1 = Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. x̅ 2 = Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol
38
sg n1 n2 S1 S2
pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. = Simpangan baku gabungan = Jumlah siswa pada kelas eksperimen = Jumlah siswa pada kelas kontrol = Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol
Dengan kriteria uji: terima H0 jika -t(1-1/2 an d(k) = n1 + n2 – 2 pada taraf signifikan
)
< t < t(1-1/2 5
)
dengan derajat kebebas-
dan peluang (1-1/2 ). Untuk
harga t lainnya H0 ditolak.
b. uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut: H0 : μ1x > μ2x = Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. H1 : μ1x < μ2x : Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih rendah daripada rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa
39
pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Keterangan: μ1 = Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. μ2 = Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas kontrol pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. x = Keterampilan berpikir kritis siswa.
Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen (
1
2
=
2
2
), maka peng-
ujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut: hitung
x̅ 1 x̅2 1 sg √n
1
sg
2
1 n2
(n1 1)S1 2 (n2 1)S1 2 n1 n2 2
Keterangan, thitung = Kesamaan dua rata-rata
x̅ 1
= Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran saintifik pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
x̅ 2
= Rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
sg
= Simpangan baku gabungan
n1
= Jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2
= Jumlah siswa pada kelas kontrol
S1
= Simpangan baku siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran saintifik
40
S2
= Simpangan baku siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional
Dengan kriteria uji: terima H0 jika thitung > t(1- ) dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan
5
peluang (1- ).
71
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Efektivitas pembelajaran ini ditinjau dari: 1. rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbeda secara signifikan dengan rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2. penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menjadikan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 3. penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik meningkatkan keterampilan siswa di dalam praktikum.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan:
72
1. pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik yang sama karena terbukti pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 2. bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, hendaknya lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal.
73
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan D.R. Krathwohl.2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, nd A Rev s on of Bloom’s T xonomy of Educ on Objec ves. New York : Addison Wesley Lonman Inc. Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asta, I.K.R., A.A.G. Agung dan I.W. Widiana. 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 3(1): 1-10. As’ari, A.R.. 2015. Pendidikan Matematika Kreatif Untuk Mening-katkan Daya Saing Siswa Indonesia Dalam Era Global. Makalah disajikan dalam Stadium Generale dan Seminar Nasional Pendidikan MIPA, UNILA, Bandarlampung 12 September 2015. Chase, M.A., H.A. Clancy, R.P. Lachance, B.M. Mathison, M.M. Chiu, G.C. Wheaver. 2016. Improving Critical Thinking via Authenticity : The CASPiE Research experience in a Military Academy Chemistry Course. Journal of Chemistry Education Research and Practice. 18(1): 55-63. Cowden, D.C. dan M.F. Santiago. 2015. Interdisciplinary Explorations : Promoting Critical Thinking via Problem-Based Learning in an Advanced Biochemistry Class. Journal of Chemical Education. 3(93) : 464-469. Dahar, R.W.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dwijananti, P. dan D. Yulianti. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 108-114. Fadiawati, N. 2014. Ilmu Kimia sebagai Wahana Mengembangkan Sikap dan Keterampilan Berpikir.. Eduspot Edisi 10 (Maret-Juni), hlm 8-9.
74
Fadiawati, N. dan M.M.F. Syamsuri. 2016. Merancang Pembelajaran Kimia di Sekolah Berbasis Hasil Riset Pengembangan. Yogyakarta: Media Akademi. Fathurrohman, M. 2015. Paradigma pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kalimedia. Fakhiriyah, F. 2014. Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.1(3): 95-101. Fraenkel, J. R., N.E.,Wallen, & H.H.Hyun. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (Eigth Edition). New York: McGrawHill. Gunawi, W., N. Fadiawati, dan T. Efkar. 2014. Penggunaan Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Sensitivitas Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 3(2): 1-14. Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Journal Dept.of Physic Indiana University.16(7):1-4. Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed. 6(1): 48-60. Hidayah, F.F. 2014. Karakteristik Panduan Praktikum Kimia Fisika Bervisi-SETS untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang. 2(1): 20-25. Hilda, L. 2015. Pendekatan Saintifik pada Proses Pembelajaran (Telaah Kurikulum 2013) . Jurnal Darul Ilmi. 3(1): 70-84. Kowiyah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan. 3(5): 175-179. Leksono, J.W. 2014. Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejujuran (APTEKINDO): 520525.
Mustakim. 2015. Implementasi Pembelajaran Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Patean Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan. 16 (1): 15-28. Nafiah, I dan A.P.B. Prasetyo.2015. Analisis Kebiasaan Berpikir Kritis Siswa Saat Pembelajaran IPA Kurikulum 2013 Berpendekatan Scientific. Unnes Journal of Biology Education. 4(1) : 53-59.
75
Norris, S.P. dan R.Ennis. 1989. Evaluating Critical Thinking. Pacific Grove, CA : Midwest Publications. Nuraeni, N., E. Fitrajaya, dan W. Setiawan. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Bandung: UPI. Purwaningsih, E., N. Fadiawati, dan N. Kadaritna. 2014. Penggunaan Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Elaborasi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 3(1): 114. Purwanto, M.N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Belajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Rismalinda. A., N. Fadiawati, dan R.B. Rudibyani. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 3(1): 1-15. Roestiyah 1985. Strategi Belajar Mengajar : Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian. Jakarta: Rineka Cipta. Rosana, L.N. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa. Jurnal Pendidikan Sejarah. 3(1): 34-44. Rudyanto, H.E.2014. Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Premium Educandum. 4(1): 41-48. Saputra, H.A., N. Fadiawati, dan R.B.Rudibyani. 2014. Pembelajaran menggunakan Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Mengevaluasi pada Materi Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia.3(1): 1-15. Saragih, S. 2008. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Matematika. Makalah dipresentasikan pada seminar Pendidikan Matematika di UNY, Yogyakarta pada tanggal 28-12-2008: 310-327. Stiggin, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assesment. New York : College Macmillan Publishing Company . Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
76
Sunarno, W. 2015. Kontribusi Pendidikan IPA dalam Menyiapkan Generasi Kreatif di Era Kompetisi Global. Makalah disajikan dalam Stadium Generale dan Seminar Nasional Pendidikan MIPA, UNILA, Bandarlampung 12 September 2015. Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta : Graha Ilmu. Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis, Perkembangan Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Tim Penyusun. 2013a. Analisis Materi Ajar SD/SMP/SMA : Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. . 2013b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. . 2014a. Implementasi Kurikulum 2013: Mata Pelajaran IPA SMP. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. . 2014b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Utami, R.R., N. Fadiawati, dan L.Tania. 2014. Pendekatan Ilmiah pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektolit dalam Meningkatkan Kepekaan Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 3(2): 1-15. Wahyuni, E., N. Fadiawati, dan N. Kadaritna. 2014. Penggunaan Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Fleksibilitas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 3(1): 1-15. Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Wiyanto. 2006. Pengembangan Kemampuan Merancang Kegiatan Laboratorium Fisika berbasis Inkuiri Bagi Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 39(2): 422-436. Wuri, O.R. dan S. Mulyaningsih. 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika Materi Kalor terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 3(3): 91-95.
77
Yuliati, L. 2013. Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 9: 53-57.