1
EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KAYU MANIS (Cinnamomum Burmannii) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
FEYNANDA FERLYCIA PERMATA HARIYANTO
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Pemberian Tepung Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Feynanda Ferlycia P.H NIM D24120045
2
3
ABSTRAK FEYNANDA FERLYCIA PERMATA HARIYANTO. Efektivitas Pemberian Tepung Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa dan income over feed and chick cost broiler yang diberi tepung kayu manis dalam ransum dengan level berbeda. Seratus enam puluh ekor broiler betina dibagi kedalam 4 perlakuan dan 4 ulangan yang masing-masing ransum diberikan tepung kayu manis (0.0%, 2.0%, 4.0% dan 6.0%). Ransum penelitian diberikan selama lima minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ransum memberikan efek yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum. Ransum dengan 2% tepung kayu manis memberikan pengaruh yang signifikan (P<0.05) dalam meningkatkan pertambahan bobot badan, bobot badan akhir dan konversi pakan terbaik. Ransum 4% tepung kayu manis berpengaruh terhadap menurunkan persentase mortalitas yang lebih kecil. Pemberian tepung kayu manis berpengaruh terhadap Income Over Feed and Chick Cost. Semua ransum yang diberikan menghasilkan pendapatan yang rendah, hal ini dikarenakan bobot badan akhir rendah dan harga jual per kilogram hidup juga rendah, sehingga tidak menutup biaya pengeluaran. Kata-kata Kunci : broiler, cinnamon, performa, income over feed and chick cost
ABSTRACT FEYNANDA FERLYCIA PERMATA HARIYANTO. Effectivity of Cinnamon’s Powder in Diet on Broiler Performance. Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA. This study aimed to analyze growth performance and income over feed and chick cost of broiler fed cinnamon’s powder in the diet with different level. A hundred and sixty day-old female broiler chicks were divided into 4 treatments and 4 replication with added the cinnamon’s powder to the diets at level (0.0%, 2.0% 4.0% and 6.0%). The experimental diets were fed for 5-weeks duration. The result showed that all of the diets including the basal diet resulted similar effect (P>0.05) of feed intake. The diet with 2.0% of cinnamon’s powder resulted significantly (P<0.05) increasing heaviest body weight gain, highest final body weight and best feed conversion ratio. The diet with 4.0% of cinnamon’s powder gave influence on mortality. Addition cinnamon’s powder given influence for income over feed and chick cost (IOFCC). All of the diets was given lossing of income, this is because the final weights obtained is low and the selling price per kg of live weight was low. So that the revenue could not cover the cost of capital. Keywords: broiler, cinnamon, performance, income over feed and chick cost.
4
5
EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KAYU MANIS (Cinnamomum Burmannii) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
FEYNANDA FERLYCIA PERMATA HARIYANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
6
7
Judul Skripsi : Nama NIM
: :
Efektivitas Pemberian Tepung Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Broiler. Feynanda Ferlycia Permata Hariyanto D24120045
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I
Dr Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK,MSi. Ketua Departemen
Tanggal Lulus : (
)
8
9
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 sampai Mei 2016 dengan judul Efektivitas Pemberian Tepung Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Broiler telah berhasil diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pemberian tepung kayu manis sebagai pengganti antibiotik sintetik dalam ransum terhadap performa broiler. Kayu manis diketahui dapat digunakan sebagai antibiotik alami, sehingga pemberian kayu manis dalam bentuk tepung dapat dimanfaatkan sebagai pengganti antibiotik sintetik yang banyak meninggalkan residu dalam daging. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2016
Feynanda Ferlycia P.H
10
11
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Materi Ransum Penelitian Komposisi Kayu Manis Prosedur Waktu dan Lokasi Penelitian Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Feed Conversion Ratio Mortalitas Bobot Badan Akhir Income Over Feed and Chick Cost SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
xi xii xii 1 1 1 2 2 2 2 3 4 5 6 6 7 7 8 8 9 9 11 11 14 17 17
12
DAFTAR TABEL 1. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum basal periode starter (1-3 minggu). 2. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum basal periode grower finisher (4-5 minggu). 3. Komposisi Kayu Manis 4. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum, Mortalitas dan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler. 5. Perhitungan nilai Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) dengan pemberian tepung kayu manis dalam ransum selama pemeliharaan 35 hari.
3 4 4 6 9
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil analisis statistik konsumsi ransum 2. Hasil analisis statistik pertambahan bobot badan 3. Hasil analisis statistik feed and convertion ratio 4. Hasil analisis statistik bobot badan akhir 5. Hasil ANOVA konsumsi ransum 6. Hasil ANOVA pertambahan bobot badan 7. Hasil ANOVA feed and convertion ratio 8. Hasil ANOVA bobot badan akhir 9. Hasil analisis uji DUNCAN konsumsi ransum 10. Hasil analisis uji DUNCAN pertambahan bobot badan 11. Hasil analisis uji DUNCAN feed and convertion ratio 12. Hasil analisis uji DUNCAN bobot badan akhir
15 15 15 15 16 16 16 16 16 16 17 17
1
PENDAHULUAN Peternakan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan daging mempunyai prospek yang baik, sehingga ternak yang ideal untuk dikembangkan adalah ternak unggas khususnya ayam broiler (Kiramang dan Jufri 2013). Namun ayam broiler rentan terhadap cekaman akibat cuaca yang ekstrim. Kondisi Indonesia yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangbiakan mikroorganisme seperti bakteri, virus dan mikroorganisme patogen lainnya yang dapat mempengaruhi ketahanan tubuh ayam, sehingga dapat menurunkan produksi dan meningkatkan mortalitas (Sumarsono 2008). Hal ini menyebabkan banyak peternak menggunakan antibiotik sebagai alternatif untuk melindungi ternak dari penyakit. Prinsip mekanisme kerja antibiotik adalah mengurangi populasi bakteri di dalam saluran pencernaan sehingga meningkatkan ketersediaan zat gizi ransum dan penyerapannya yang dapat memacu pertumbuhan ternak. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan dosis dapat mengganggu kesehatan manusia. Daging ayam broiler yang aman harus bebas dari residu akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan yang dikhawatirkan akan menimbulkan alergi tertentu pada konsumen, gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan serta resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika. Kelemahan ayam broiler adalah lebih peka terhadap suatu penyakit, maka perlu dilakukan pengkajian terkait penggunaan tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti antibiotik sintetik sehingga diharapkan dapat meningkatkan performa broiler. Beralihnya penggunaan antibiotik ke bahan aditif alami (natural additives) cukup beralasan kerena dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemakaian antibiotik pada ternak dapat menyebabkan resistensi bakteri patogen yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia. Beberapa tanaman herbal yang sudah banyak diteliti penggunaannya untuk ternak diantaranya adalah kunyit dan temulawak (Sinurat et al. 2009), serbuk cengkeh (Kiramang dan Jufri 2013), dan daun sembung (Sumarsono 2008). Penggunaan tanaman herbal merupakan salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai pengganti antibiotik sintetik karena mengandung beberapa senyawa aktif yang dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. Tanaman herbal yang digunakan dalam penelitian ini ialah kayu manis (Cinnamomum burmannii). Tanaman kayu manis telah lama dikenal masyarakat sebagai tumbuhan obat dan penyedap makanan, minuman maupun sebagai bahan pewangi (Harun 2010). Kulit batang dan daun Cinnamomum burmannii mengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoida. Kandungan utama yang terdapat dalam Cinnamomum sp. adalah cinnamaldehyde (Koochaksaraie et al. 2011). Berdasarkan penelitian Park et al. (2013) yang telah melakukan kajian penggunaan tepung Cinnamon terhadap kualitas daging broiler, dinyatakan bahwa penggunaan 5% tepung Cinnamon dapat meningkatkan kualitas daging. Usaha peternakan ayam pedaging merupakan salah satu usaha yang berpotensi menghasilkan daging dan meningkatkan konsumsi protein bagi masyarakat. Melakukan suatu kajian finansial dalam usaha peternakan sangat perlu sebab penentuan kelayakan suatu usaha harus dilakukan minimal dengan menghitung
2
biaya pengeluaran dan pendapatan yang diterima. Penggunaan kayu manis dalam ransum dalam bentuk tepung perlu diuji pada ternak broiler. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan tanaman herbal tersebut terhadap perfoma broiler.
METODE Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 160 ekor ayam broiler betina strain Cobb umur satu hari (DOC) dari PT. Japfa Comfeed yang dipelihara selama 35 hari. Kandang dan Peralatan Kandang menggunakan sistem litter beralaskan sekam padi yang telah difumigasi. Kandang terdiri dari 16 petak dengan 10 ekor ayam setiap kandang. Setiap petak kandang dilengkapi dengan satu tempat pakan dan satu tempat minum serta lampu pijar 100 watt sebagai pemanas buatan. Peralatan yang digunakan diantaranya timbangan, plastik, seng sebagai lingkar pembatas, tempat pakan dan minum, termometer, litter, lampu 100 watt, sapu dan alat tulis. Ransum Ransum penelitian disusun manual berdasarkan kebutuhan energi dan protein yang direkomendasikan Leeson dan Summers (2005). Ransum dibagi dalam dua periode yaitu periode starter (1-3 minggu) dengan kebutuhan energi metabolis (ME) sebesar 3050 kkalkg-1, protein 22%, Available Phosphorus 0.45%, Lysin 1.3%, Methionine 0.5%, Calcium 0.95%. Ransum periode growerfinisher (4-5 minggu) dengan kebutuhan Metabolic energy (ME) sebesar 3100 kkalkg-1, protein 20%, Available Phosphorus 0.41%, Methionine 0.44%, Lysine 1.15, Calcium 0.92%. Bahan baku ransum yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pabrik pakan Indofeed-Bogor. Bahan tersebut adalah jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak sawit, corn gluten meal (CGM), CaCO3, Dicalcium Phosphate (DCP), DL-Methionine, L-Lysine, premix dan kayu manis yang diperoleh dari pasar Bogor. Komposisi Kayu Manis Hasil analisis komposisi nutrien kayu manis dalam bentuk tepung disajikan pada Tabel 1. Komposisi Ransum Susunan ransum ayam broiler terbagi atas dua fase yaitu starter dan grower yang disajikan dalam Tabel 2 dan 3. Satu minggu awal pemeliharaan, ternak diberikan pakan komersial dari PT. Charoen Pokhpand sesuai kebutuhan untuk adaptasi agar organ pencernaan dapat berkembang dengan sempurna.
3
Tabel 1. Komposisi nutrien tepung kayu manis Nutrien Air (%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%) Serat kasar (%) Gross energy (GE) Kkal kg-1
Jumlah (as fed) 11.86 3.69 3.41 3.41 17.67 4453
*Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen INTP, Fapet IPB (2016).
Prosedur
Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang dibersihkan dengan sapu dan disiram dengan air detergen sampai bersih kemudian disiram kembali dengan disinfektan. Dosis disinfektan adalah 1 sendok takar (10 ml) dalam 5 liter air. Kandang diberi kapur dengan dosis 150 gram m-2 dan diberi lingkar pembatas berdiameter 85 cm yang dipasang di tengah ruangan. Kandang ditaburi sekam dengan ketebalan 5-7 cm dan disemprot menggunakan disinfektan ke seluruh bagian ruangan. Tiap petak diberikan lampu pemanas beserta tempat pakan dan minum. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari. Kandang dan peralatan dibersihkan saat awal penelitian dimulai. Pakan yang diberikan ditimbang terlebih dahulu sesuai kebutuhan ayam selama satu minggu, lalu diberikan pada ternak beserta air minum bersih yang diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Kandang diberi lampu penghangat terutama selama dua minggu pertama dan dinyalakan selama 24 jam, setelah minggu kedua lampu dinyalakan pada malam hari saja. Tempat minum selalu dibersihkan sebelum diganti air minum yang baru. Sisi kandang selalu disapu. Setiap minggu penimbangan, air minum diberikan Vita Chick untuk mencegah agar ayam tidak stres setelah penimbangan. Pengukuran Peubah = Sisa ransum akhir - sisa ransum awal = Bobot badan akhir - bobot badan awal = Konsumsi ransum total PBB total = Jumlah ayam yang mati x 100% Jumlah ayam awal = Konsumsi (kg ekor-1) x harga pakan (Rp kg-1) = Produksi (kg) x harga jual (Rp kg-1) = Pendapatan (Rp) – biaya pakan (Rp)
Konsumsi ransum Pertambahan bobot badan Konversi ransum Mortalitas Biaya pakan Pendapatan IOFCC
4
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di Laboratorium Lapang Blok C, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan dilakukan di pabrik pakan daerah Cinangneng, Bogor. Analisis proksimat kayu manis dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, dan Analisis Gross Energy ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Tabel 2. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum basal periode starter (umur 7-21 hari). Nama Bahan Starter (7-21 hari) ----------------------------%----------------------------R0 R1 R2 R3 Jagung kuning CGM Bungkil kedelai Tepung ikan Minyak sawit DCP Garam CaCO3 Premix L-Lysin DL-Metionin Tepung kayu manis Jumlah *Kandungan nutrien Energi metabolis (kkal kg-1) Protein kasar (%) Lemak kasar (%) Serat kasar (%) Methionin+sistein(%) Lysin (%) Ca (%) P-available
52.45 6 28.98 7.6 3.1 0.15 0.2 1 0.5 0.01 0.01 100 R01) 3127.04
51.29 6 28.8 7.1 3 0.05 0.1 1.12 0.5 0.01 0.03 2 100 R11) 3152.28
53.3 6 24.2 7 3.3 0.1 0.3 1 0.5 0.2 0.1 4 100 R21) 3209.22
47.2 5.85 28.8 7.2 3 0.1 0.3 0.9 0.5 0.1 0.05 6 100 R31) 3192.55
22.78 2.44 2.41 0.98 1.5 0.98 0.51
22.45 2.45 2.72 0.98 1.47 0.99 0.47
22.41 2.57 2.98 0.99 1.51 0.96 0.47
22.20 2.43 3.32 0.99 1.55 0.96 0.48
Kandungan nutrien mengacu pada kebutuhan nutrisi ayam broiler starter oleh Lesson and Summer (2005). R0 = Ransum Kontrol, R1 = Ransum dengan penambahan 2.0% tepung kayu manis, R2 = Ransum dengan penambahan 4.0% tepung kayu manis, R3 = Ransum dengan penambahan 6.0% tepung kayu manis. 1). Hipotesis hasil perhitungan manual trial and error.
5
Tabel 3. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum basal periode finisher (22-35 hari). Nama Bahan Finisher (22-35 hari) -------------------------%-------------------------R0 R1 R2 R3 Jagung kuning 59.4 56.57 55.14 53.14 CGM 6 6.2 6 6 Bungkil kedelai 22.6 25 23 22.12 Tepung ikan 7 5 7 7.2 Minyak sawit 3 3 3 3.2 DCP 0.01 0.3 0.1 0.65 Garam 0.2 0.1 0.1 0.5 CaCO3 1.1 1.19 1.05 0.55 Premix 0.5 0.5 0.5 0.5 L-Lysin 0.18 0.1 0.1 0.1 DL-Metionin 0.01 0.04 0.01 0.04 Tepung kayu manis 2 4 6 Jumlah 100 100 100 100 *Kandungan nutrien R01) R11) R21) R31) Energi metabolis 3170 3179.37 3217.74 3238.26 (kkal kg-1) Protein kasar (%) 20.61 20.60 20.54 20.19 Lemak kasar (%) 2.66 2.60 2.64 2.63 Serat kasar (%) 2.39 2.72 2.94 3.27 Methionin + sistein (%) 0.89 0.89 0.88 0.90 Lysin (%) 1.45 1.33 1.37 1.35 Ca (%) 0.93 0.93 0.97 0.94 P-available 0.45 0.43 0.46 0.57 Kandungan nutrien mengacu pada kebutuhan nutrisi ayam broiler starter oleh Lesson and Summer (2005). R0 = Ransum Kontrol, R1 = Ransum dengan penambahan 2.0% tepung kayu manis, R2 = Ransum dengan penambahan 4.0% tepung kayu manis, R3 = Ransum dengan penambahan 6.0% tepung kayu manis. 1). Hipotesis hasil perhitungan manual trial and error.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdapat 4 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah : R0 : Ransum kontrol (tanpa tepung kayu manis) R1 : Ransum mengandung tepung kayu manis 2.0% R2 : Ransum mengandung tepung kayu manis 4.0% R3 : Ransum mengandung tepung kayu manis 6.0% Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Tiap ulangan masing-masing terdiri dari 10 ekor yang dipilih secara acak. Model
6
matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993) : Yij = μ + τi + Єij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum τi = Efek perlakuan ke-i Єij = Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan ragam (Analysis of variance/ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot badan akhir, pertambahan bobot badan total, konsumsi ransum total, konversi ransum, mortalitas dan income over feed cost.
HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Pemberian Tepung Kayu Manis dalam Ransum terhadap Performa Ayam Broiler Hasil penelitian dengan pemberian tepung kayu manis dalam ransum terhadap performa ayam broiler yang meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, mortalitas dan bobot badan akhir pada ayam broiler dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Rataan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, mortalitas dan bobot badan akhir ayam broiler Peubah R0 R1 R2 R3 Konsumsi ransum (g ekor-1) PBB (g ekor-1) Konversi ransum Mortalitas (ekor) Mortalitas (%) Bobot badan akhir (g ekor-1)
1987.42±173.84
1981.81±76.86
2039.92±150.46
1971.02±171.76
1045.46±65.14a 1.90±0.08a 3 7.5 1086.81±65.55a
983.49±112.80a 2.03±0.20ab 3 7.5 1024.06±112.52a
829.25± 30.35b 2.46±0.13b 2 5 870.07±30.64b
818.85± 75.19b 2.43±0.4b 3 7.5 858.45±75.63b
*Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). R0 = Ransum Kontrol, R1 = Ransum dengan penambahan 2.0% tepung kayu manis, R2 = Ransum dengan penambahan 4.0% tepung kayu manis, R3 = Ransum dengan penambahan 6.0% tepung kayu manis.
7
Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan oleh ternak dalam jangka waktu tertentu dan akan selalu berhubungan dengan pertumbuhan ternak itu sendiri (Wirapati 2008). Berdasarkan Tabel 4, konsumsi total dari empat perlakuan yang diberikan selama pemeliharaan 35 hari berada pada kisaran 1971.02-2039.92 g ekor-1 dengan rataan yang dicapai adalah 1995.04 g ekor-1. Menurut Amrullah (2004), lidah unggas memiliki indera perasa berupa gustative or taste buds yang dapat mengenali rasa makanannya, tetapi indera penciumannya (olfactory system) kurang berkembang. Konsumsi tiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga pemberian tepung kayu manis tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum ayam broiler. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pakan yang diberikan selama pemeliharaan berbentuk mash sehingga dapat dimungkinkan ayam sulit untuk makan dan pakan tercecer sehingga konsumsi rendah. Faktor lainnya dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan selama pemeliharaan. Suhu dan kelembaban mempengaruhi konsumsi pakan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi ransum ialah bobot badan ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC 1994). Berdasarkan Pedoman Technical Service PT. Charoen Pokhpand (2006) jumlah konsumsi ransum standar untuk strain Cobb adalah 2912 g ekor-1 dalam lima minggu pemeliharaan. Rataan suhu kandang dalam kandang adalah 27.29-33.360C. Suhu lingkungan selama penelitian lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan yang dianjurkan PT Charoen Pokphand yaitu 24-31ºC. Adanya perbedaan suhu tersebut dapat dimungkinkan memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum, seperti yang dinyatakan Bell dan Weaver (2002) bahwa broiler akan membutuhkan jumlah energi lebih banyak dalam suhu yang rendah sehingga konsumsi ransum akan lebih cepat bahkan lebih banyak sedangkan konsumsi akan menurun apabila broiler berada pada suhu yang tinggi. Seperti yang telah diteliti oleh Chaves et al. (2008) dengan penambahan suplementasi cinnamaldehyde sebanyak 0.2 g kg-1 dalam pakan tidak mempengaruhi konsumsi ransum dibanding kontrol pada ternak domba. Menurut penelitian Koochaksaraie et al. (2011) pemberian tepung kayu manis (250; 500; 1000 atau 2000 mg kg-1) atau minyak kayu manis (500-1000 ppm) (Ciftci et al. 2009) tidak menunjukkan efek yang signifikan terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan ayam broiler. Hasil penelitian Barreto et al. (2008) menunjukkan tidak adanya juga pengaruh ekstrak kayu manis (1000 ppm) dalam ransum broiler terhadap konsumsi ransum. Pertumbuhan ayam broiler juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan setelah diberikan suplementasi cinnamaldehyde dalam ransum (100 ppm) (Lee et al. 2003). Menurut hasil penelitian Park et al. (2013) yang menggunakan tepung kayu manis dalam ransum menunjukkan level 5.0% dapat meningkatkan kualitas daging ayam broiler. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan pada Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0.05) pada ransum dengan penambahan tepung kayu manis sebanyak 2.0% yang memberikan hasil yang sama dengan ransum kontrol namun berbeda dibandingkan ransum perlakuan tepung kayu manis 4.0% dan 6.0%.
8
Rataan pertambahan bobot badan pada perlakuan tepung kayu manis lebih dari 2% memberikan hasil yang semakin menurun. Hal ini dapat dikaitkan dengan kandungan serat dalam tepung kayu manis sebesar 17.67% yang memberikan sumbangan serat dalam ransum yang meningkat seiring bertambahnya proporsi tepung kayu manis yang digunakan. Hal ini berpengaruh karena serat pakan bersifat bulky (pengenyang), jika pakan dengan kandungan serat yang cukup tinggi diberikan pada unggas menyebabkan saluran pencernaannya menjadi cepat penuh, sehingga unggas cenderung lebih sedikit mengkonsumsi ransum (Handoko et al. 2013) sehingga pertambahan bobot badan yang dihasilkan pun rendah. Pertambahan bobot badan pada perlakuan tepung kayu manis 2% memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 4% dan 6% kayu manis, hal ini dapat dikarenakan adanya kandungan cinnamaldehyde yang terdapat dalam kayu manis yang dianggap sebagai faktor penstimulasi pencernaan (Eltazi 2014). Hal ini juga didukung dengan perolehan Jamroz dan Kamel (2002) yang menyatakan bahwa pakan broiler dengan kombinasi minyak herbal seperti capsaicin, carvacrol dan cinnamaldehyde memberikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Feed Conversion Ratio (FCR) Nilai FCR merupakan banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan dengan tepung kayu manis 2% memberikan nilai konversi yang sama (P>0.05) dengan ransum kontrol. Meskipun memberikan terhadap performa broiler namun perlakuan tepung kayu manis 2% nyata lebih baik (P<0.05) menghasilkan angka konversi lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan tepung kayu manis 4% dan 6%. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna 2006). Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum yang berkualitas. Pemberian tepung kayu manis dalam ransum memberikan nilai FCR yang tinggi pada perlakuan 4.0% dan 6.0%. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan, dan angka mortalitas (Amrullah 2004). Semakin kecil angka konversi ransum maka semakin efisien ransumnya. Konversi ransum dipengaruhi oleh laju perjalanan digesta di dalam alat pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan pengaruh imbangan nutrien (Anggorodi 1985). Pemberian tepung kayu manis dengan level 2.0% dapat berpengaruh terhadap bobot badan akhir ayam. Konversi pakan yang lebih baik pada perlakuan kayu manis dapat dikaitkan dengan adanya aktivitas antibakteri dalam kayu manis yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen seperti E. coli dalam usus yang mengakibatkan meningkatnya penyerapan nutrien dalam tubuh. Mortalitas Mortalitas merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan ayam. Angka mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tiap perlakuan memiliki persentase mortalitas yang sama kecuali pada perlakuan pemberian tepung kayu manis 4.0%. Tingginya persentase
9
mortalitas disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kondisi fisiologis ayam, lingkungan, kualitas ransum dan manajemen pemeliharaan. Dapat dilihat pada jumlah ekor yang mati, pada tiap perlakuan masing-masing terdapat 3 ekor ayam yang mati kecuali ransum dengan tepung kayu manis 4.0% yang hanya mati 2 ekor. Penelitian sebelumnya pada aktifitas biokimia dari tanaman kayu manis terutama dalam bentuk minyak atsiri, menurut Wang et al. (2008) termasuk sebagai zat antioksidan dan antibakteri (Singh et al. 2007). Pemeliharaan ayam broiler secara komersial dinyatakan berhasil jika angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5.0% (North dan Bell 1990). Tiap perlakuan menghasilkan persentase mortalitas diatas 5.0% kecuali ransum yang diberi tepung kayu manis 4.0%, namun hal ini belum tentu pemeliharaan ayam dinyatakan tidak berhasil. Hal ini dapat disebabkan karena faktor populasi dalam suatu perlakuan yang dipelihara. Jika dalam suatu populasi terdapat banyak ternak belum tentu menghasilkan persentase mortalitas yang rendah begitupun sebaliknya. Bobot Badan Akhir Bobot badan akhir ayam dapat dilihat dari bobot penimbangan di minggu akhir pemeliharaan. Bobot badan akhir dapat tercapai sesuai target jika kualitas ransum yang diberikan baik dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan kondisi ternak yang sehat. Hasil bobot badan akhir ayam perlakuan berkisar antara 858.45-1086.81 g ekor-1. Ransum perlakuan kayu manis 2% memberikan hasil bobot badan akhir yang sama dengan ransum kontrol namun nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan 4% dan 6%. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Park et al. (2013) yang melaporkan bahwa bobot badan kelompok broiler yang diberi perlakuan kayu manis memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Selain efek positif dari penggunaan kayu manis dalam ransum terhadap kecernaan, kayu manis mampu mengurangi bakteri patogen seperti E. coli dan meningkatkan bobot badan broiler (Ebrahimi 2013). Hasil penelitian Shirzadegan (2014) menunjukkan bahwa suplementasi tepung kayu manis pada taraf 0.5% mampu meningkatkan bobot badan akhir ayam broiler. Rendahnya bobot badan akhir yang didapatkan selama penelitian dapat dikaitan dengan tingginya angka konversi ransum dan konsumsi pakan yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena tidak efektifnya bentuk ransum penelitian yang berupa mash sehingga mengakibatkan pakan ayam tercecer dan konsumsi menjadi sedikit. Income over Feed and Chick Cost (IOFCC) Melakukan suatu kajian finansial dalam usaha peternakan sangat perlu sebab penentuan kelayakan suatu usaha harus dilakukan minimal dengan menghitung semua biaya pengeluaran dan pendapatan. Income over feed and chick cost merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya pakan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomis pakan terhadap pendapatan. Perhitungan nilai Income over Feed and Chick Cost ditampilkan pada Tabel 5.
10
Tabel 5. Perhitungan nilai Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) dengan pemberian tepung kayu manis dalam ransum selama pemeliharaan 35 hari Perlakuan R0 R1 R2 R3 DOC (Rp) 6600 6600 6600 6600 -1 Kayu manis (Rp kg ) 0 50000 50000 50000 -1 Konsumsi (kg ekor ) 0.130 0.121 0.124 0.124 Harga pakan 7700 7700 7700 7700 (Rp kg-1) Biaya pakan komersil 1001 931.7 954.8 954.8 -1 starter (Rp kg ) Konsumsi (kg ekor-1) 1.99 1.98 2.04 1.97 -1 Harga pakan (Rp kg ) 7482 8407 9408 10399 Biaya pakan 14889 16645 19192 20486 -1 perlakuan (Rp kg ) Bobot akhir 1.09 1.02 0.87 0.86 -1 (kg ekor ) Harga jual ayam 18500 18500 18500 18500 -1 (Rp kg ekor ) Pendapatan (Rp) 20106 18945 16096 15881 Laba/Rugi (Rp) (-2384) (-5231) (-10650) (-12159) Salah satu hasil produk peternakan yaitu ayam broiler banyak diminati oleh peternak karena proses pembudidayaan yang lebih singkat jika dibandingkan dengan memelihara ternak ruminansia kecil maupun besar yang juga sebagai penghasil daging. Selain itu komoditi ternak unggas yang juga banyak diminati masyarakat adalah ayam dibandingkan jenis ternak unggas lainnya, dan banyaknya inovasi olahan produk daging ayam seperti sosis, nugget dan lainnya sehingga dapat mempengaruhi permintaan daging ayam tiap tahunnya. Selama pemeliharaan, faktor biaya menjadi sangat penting untuk menjalankan usaha peternakan terutama biaya pakan. Biaya pakan berkisar antara 60%-80% (Sembiring et al. 2006). Thanh dan Suksombat (2015) menyatakan bahwa penggantian pakan akan mempengaruhi Income over feed and chick cost (IOFCC) peternak. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan dengan harga jual, sedangkan biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak (Prasetiyo 2013 Data Tabel 5, IOFCC yang didapatkan semua perlakuan bernilai minus. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah ransum yang dikonsumsi tidak menghasilkan bobot badan akhir yang tinggi dengan harga jual pasar tiap ekor sebesar Rp 18500 per kilogram bobot hidup. Hal ini mengakibatkan jumlah pendapatan tidak menutup biaya pengeluaran. Tingginya kerugian yang dihasilkan dapat diasumsikan bahwa pemeliharaan ayam broiler dengan pemberian tepung kayu manis 2%-6% tidak layak jika ditargetkan harga pasar secara umum.
11
Penggunaan kayu manis dalam ransum mampu menekan produksi gas amonia dalam kandang selama pemeliharaan. Hal ini didukung oleh Busquet et al. (2005) bahwa penambahan cinnamaldehyde sebanyak 31.2 mg L-1 dapat menurunkan gas amonia dari 21.5 menjadi 18.5 mg 100 ml-1. Tidak adanya aroma amonia dalam kandang selama pemeliharaan mengindikasikan bahwa pemeliharaan ternak dengan pemberian tepung kayu manis dapat memberikan efek yang baik terhadap lingkungan. Tabel 5 menunjukkan bahwa pakan kontrol memberikan nilai IOFCC yang minus. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu kualitas ransum, proses pembuatan ransum, adanya penambahan pro-biotik atau aditif lainnya yang berbeda dengan susunan ransum komersil dari perusahaan. Kelebihan yang dapat mendukung daya jual dari produk daging dengan kayu manis ini adalah produk lokal tanpa antibiotik sintetik yang dapat meninggalkan residu dalam tubuh.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ransum perlakuan kayu manis dengan taraf 2%; 4% dan 6% belum mampu menghasilkan performa yang baik dibandingkan ransum kontrol. Nilai income over feed and chick cost pada ransum perlakuan juga memberikan nilai negatif yang lebih tinggi dibandingkan ransum kontrol.
Saran Sebaiknya perlu dilakukan kajian penggunaan kayu manis dalam bentuk ekstrak dengan konsentrasi yang tepat agar dapat mengetahui adanya pengaruh dari kayu manis tersebut di daerah tropis.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler Ed ke-3. Bogor (ID) :Lembaga Gunungbudi. Anggorodi R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta (ID): UI Pr. Barreto MSR, Menten JFM, Racanicci AMC, Pereira PWZ, Rizzo PV. 2008. Plant extracts used as growth promoters in broilers. Braz J Poult Sci. 10 (2):109–115. Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Production Meat and Egg Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media Inc: USA.
12
Busquet M, Calsamiglia S, Ferret A, Kamel C. 2005. Effects of cinnamaldehyde and garlic oil on rumen microbial fermentation in a dual flow continuous culture. J Dairy Sci. 88(7): 2508-2516. Charoen P. 2005. Manual Manajemen Broiler CP 707. Charoen Pokphand Indonesia. Jakarta (ID). Chaves AV, Stanford K, Gibson LL, McAllister TA, Benchaar C. 2008. Effects of carvacrol and cinnamaldehyde on intake, rumen fermentation, growth performance, and carcass characteristics of growing lambs. Animal Feed Sci Tech. 145: 396–408. doi: 10.1016/j.anifeedsci.2007.04.016. Ciftci M, Dalkilic B, Cerci IH, Guler T, Ertas ON, Arslan O. 2009. Influence of dietary cinnamon oil supplementation on performance and carcass characteristics in broilers. J. Appl. Anim. Res. 36(1):125–128. Ebrahimi M, Hoseini A, Palizdar MH, Mohamadian-Tabrizi HR, Porelmi MR. 2013. Effect of cinnamon, red pepper, ginger and cumin on broiler’s performance. Anim Vet Sci 3(5):131-135. Eltazi SMA. 2014. Effect using of cinnamon powder as natural feed additive on performance and carcass quality of broiler chicks. Int J Innovative Agricultural and Biology Research. 2(3):1-8. Handoko H, Nurhayati, Nelwida. 2013. Penggunaan Tepung Kulit Buah Nanas dalam Ransum Terhadap Bobot Relatif Organ Pencernaan dan Usus Halus Ayam Pedaging yang Disuplementasi Yoghurt. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 15(1):53-59. Harun N. 2010. Karakteristik minyak kayu manis (Cinnamomum Burmannii Blume) berdasarkan letak kulit pada batang dan ukuran bahan pada proses penyulingan. SAGU. 9(2):28-32. Jamroz D, Kamel C. 2002. Plant extracts enhance broiler performance. In nonruminant nutrition: Antimicrobial agents and plant extracts on immunity, health and performance. J Anim Sci. 80 (Suppl. 1):41. Kartasudjana R, Supriyatna E. 2006. Manajemen Usaha Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Kiramang K, Jufri M. 2013. Pengaruh pemberian serbuk cengkeh (Syzygium Aromaticum) pada ransum terhadap performan ayam broiler. Jurnal Teknosains. 7(2): 219-230. Koochaksaraie RR, Irani M, Gharavysi S. 2011. The effects of cinnamon powder feeding on some blood metabolites in broiler chicks. Braz J Poult Sci. 13(3): 197–201. Lee K.-W, Everts H, Kappert HJ, Frehner M, Losa R, Beynen AC. 2003. Effects of dietary essential oil components on growth performance, digestive enzymes and lipid metabolism in female broiler chickens. Br Poult Sci. 44(3): 450–457. Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. England (EN): Notingham University Pr. North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production manual. 4th Ed. The Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut. Park Sang-Oh, Ryu CM, Park BS, Hwangbo J. 2013. The meat quality and growth performance in broiler chickens fed diet with cinnamon powder. Journal of Environmental Biology. 34: 127-133.
13
Prasetiyo AB. 2013. Partisipasi pelaksanaan program sarjan membangun desa dalam pengembangan sapi potong di Bantul Daerah Istimewa Yogjakarta. [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Sembiring I, Hasnudi, Satria AY. 2006. Pemanfaatan beberapa hasil sampingan tanaman kelapa sawit, padi dan jagung terhadap pertumbuhan dan IOFC domba lokal betina selama penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2(3):106-111. Shirzadegan K. 2014. Reactions of modern broiler chickens to administration of cinnamon powder in the diet. IJAS. 4(2): 367-371. Singh G, Maurya S, de Lampasona MP, Catalan CAN. 2007. A comparison of chemical, antioxidant and antimicrobial studies of cinnamon leaf and bark volatile oils, oleoresins and their constituents. Food Chemical Toxic. 45(9): 1650–1661. Sinurat A, Purwadaria T, Bintang IAK, Ketaren PP, Bermawie N, Raharjo M, Rizal M. 2009. Pemanfaatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV. 14(2): 90-96. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Gramedia. Sumarsono HOP. 2008. Pengaruh penggunaan tepung daun sembung (Blumea balsamifera) dalam ransum terhadap performa ayam broiler. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Thanh LP, Suksombat W. 2015. Milk production and income over feed costs in dairy cows fed medium-roasted soybean meal and corn dried distiller’s grains with solubles. Asian-Aust. J Anim Sci. 28(4): 519-529. Wang R,Wang R, Yang B. 2008. Extraction of essential oils from cinnamon leaves and identification of their volitile compound composition. Innovative Food Science and Emerging Technologies. 10(2): 289–292. Wirapati RD. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galanga linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolestrol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Lampiran 1. Analisis Statistik Konsumsi Ransum Ulangan 1 2 3 4 JUMLAH RATAAN SD
Perlakuan 2 4
0 4.27 4.19 3.79 4.21 16.46 4.115 0.219
3.45 4.12 3.74 3.85 15.16 3.79 0.277
4.07 3.89 3.96 3.85 15.77 3.9425 0.096
Jumlah
6 4.04 3.59 3.9 4.28 15.81 3.9525 0.288
15.83 15.79 15.39 16.19 63.2
Lampiran 2. Analisis Statistik Pertambahan Bobot Badan Ulangan 1 2 3 4 Jumlah Rataan SD
Perlakuan 2 4
0 225.68 210.78 194.28 205.63 836.37 209.09 13.029
201.32 224.96 189.37 171.14 786.79 196.70 22.559
160.64 167.33 173.80 161.62 663.40 165.85 6.069
Jumlah
6 175.04 148.94 152.80 178.30 655.08 163.77 15.038
762.68 752.01 710.26 716.69 2941.64 735.41
Lampiran 3. Analisis Statistik Feed Convertion Ratio Ulangan 1 2 3 4 Jumlah Rataan SD
Perlakuan 2 4 1.893 2.534 1.832 2.325 2.148 2.593 2.252 2.382 8.125 9.835 2.031 2.459 0.201 0.126
0 1.992 1.809 1.939 1.860 7.600 1.900 0.081
Jumlah
6 2.307 2.906 2.552 1.964 9.729 2.432 0.397
8.726 8.873 9.232 8.458 35.289
Lampiran 4. Analisis Statistik Mortalitas Ulangan 1 2 3 4 Jumlah % mort
0 2 0 1 0 3 7.5
Perlakuan 2 4 1 0 0 0 2 2 0 0 3 2 7.5 5.0
6 0 3 0 0 3 7.5
Jumlah 3 3 5 0 11
15
Lampiran 5. Analisis ANOVA Konsumsi Ransum
ANOVA SK TOTAL PERL GALAT
db 15 3 12
JK KT Fhit F0.05 F0.01 0.8634 0.05756 0.21155 0.070517 1.298151 3.490295 5.952545 nf 0.65185 0.054321
JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, nf : tidak signifikan, *: signifikan, **: sangat signifikan Lampiran 6. Analisis ANOVA Pertambahan Bobot Badan
ANOVA SK TOTAL PERL GALAT
db 15 3 12
JK 8942.70 6117.76 2824.93
KT 596.18 2039.25 235.41
Fhit
F0.05
F0.01
8.66
3.49
5.95
Fhit
F0.05
F0.01
5.780976
3.490295
5.952545
**
Lampiran 7. Analisis ANOVA Feed and Convertion Ratio
ANOVA SK TOTAL PERL GALAT
db 15 3 12
JK 1.619696 0.95731 0.662386
KT 0.10798 0.319103 0.055199
*
Lampiran 8. Analisis ANOVA Bobot Badan Akhir
ANOVA SK TOTAL PERL GALAT
Db 15 3 12
JK 225186.77 154336.19 70850.59
KT 15012.45 51445.40 5904.22
Fhit
F0.05
F0.01
8.71
3.49
5.95
Lampiran 10. Uji DUNCAN Pertambahan Bobot Badan Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 6% 4 818.5000 4% 4 829.0000 2% 4 982.7500 0% 4 1.0450E3 Sig .850 .273
**
16
Lampiran 11. Uji DUNCAN Feed and Convertion Ratio Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 0% 4 1.0000 2% 4 1.5000 1.5000 6% 4 1.7500 4% 4 2.0000 Sig .089 .103 Lampiran 12. Uji DUNCAN Bobot Badan Akhir Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 6% 4 858.4500 4% 4 870.0725 2% 4 1.0241E3 0% 4 1.0868E3 Sig .834 .271
17
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Feynanda Ferlycia Permata Hariyanto dilahirkan di Tegal pada tanggal 31 Desember 1994 dari ayah Silas Hariyanto dan ibu Rosiyati (almh). Penulis adalah putri ke-dua dari empat bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri 1 Kapas. Tahun 2009 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Bojonegoro. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bojonegoro dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA). Penulis aktif dalam Organisasi HIMASITER sebagai staf biro komunikasi dan informasi. Penulis aktif sebagai asisten praktikum Teknik Formulasi Ransum. Penulis pernah mengikuti magang di Peternakan Nusantara di daerah Pacet, Mojokerto. Penulis juga mengikuti seminar sebagai peserta di Pendidikan Karakter Mahasiswa TPB IPB tahun, ESQ Leadership Training tahun, I-SHARE IPB Social and Health Care tahun, Sosialisasi Fasilitas Information&Communication Technology (ICT) Kampus IPB, Empat Pilar Goes to Campuss, Sosialization of Bayer Young Environmental Envoyl, Masa Perkenalan Fakultas, IPB’S Dedication for Education Seminar. Penulis pernah mengikuti kegiatan pelatihan Program Diklat Profesi IPB dalam Training dan Workshop Penerapan dan Penyusunan Dokumen ISO 22000 tahun 2016. Penulis juga pernah menjadi guru privat untuk siswa Sekolah Dasar di Lembaga Konsultasi dan Pendidikan Anak ADI INDONESIA. UCAPAN TERIMA KASIH Selama penyelesaian karya ilmiah ini, penulis mengucap syukur kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Rasa terima kasih yang sangat tulus penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku dosen pembimbing akademik sekaligus skripsi, dan Ibu Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembahas seminar Dr Ir M. Ridla, MAgr pada tanggal 22 Juni 2016 atas saran yang diberikan. Tak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih kepada dosen penguji skripsi pada tanggal 09 September 2016 Prof Dr Ir Nahrowi, MSc dan Dr Rudi Afnan, SPt Msi atas arahan, saran dan motivasi yang diberikan. Penulis sampaikan rasa terima kasih yang teramat dalam kepada papa tercinta Silas Hariyanto dan mama Rosiyati (Almh), serta kakak-adik dan sekeluarga atas bantuan, semangat dan motivasinya. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada Bayu Ardiantoro, MPd yang selama ini dengan tulus menunggu dan memberikan semangat. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat Wisma Nusantara (Ghvirly dan Lani) atas motivasinya dan temanteman Centaurus serta semua pihak yang telah mendukung selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini dengan baik.