EFEKTIVITAS PEMBERIAN SURAT PERINGATAN (SP) UNTUK MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SMK PGRI 3 MALANG
THE EFFECTIVENESS OF WARNING LETTERS (SP) TO FROM STUDENTS DISCIPLINE CHARACTER IN SMK PGRI 3 MALANG
Danar Dwi Ayu Lestari Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
Abstract: Education is the primary need of the people in this era and in the future. Education is also a process to make the students’ character better. Educational values are either meanings or accurate measurement tools that form the education itself. In accordance with discipline character education itself, the people, nowadays, try to figure out a solution how to build the students’ character to be discipline. One of the topics that is preferred to discuss is about the Warning Letter or, in another word, memo that can be used to form the discipline character of the students. The goals of this study are to describe The Effectiveness of Warning Letters (SP) to From Students Discipline Character In SMK PGRI 3 Malang. The techniques used to collect the data were observation, interview, and documentation. The data that had been gathered and arranged were, then, analyzed in stages. Keyword: Warning Letter, Discipline character of the students Abstrak: Pendidikan merupakan kebutuhan utama setiap orang di masa sekarang dan yang akan datang. Pendidikan juga merupakan sebuah proses untuk mengubah jati diri peserta didik untuk lebih maju. Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna serta ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. Terkait dengan pendidikan karakter disiplin, dewasa ini mulai banyak dibicarakan bentukbentuk alternatif pemecahannya. Salah satu topik yang menarik untuk dibahas adalah mengenai surat peringatan yang muncul sebagai bentuk alternatif pemecahan untuk membentuk karakter disiplin siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang efektivitas pemberian Surat Peringatan (SP) untuk membentuk karakter disiplin siswa di SMK PGRI 3 Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dan disusun selanjutnya dianalisis secara bertingkat. Kata Kunci: Surat peringatan, Karakter disiplin siswa
1
METODE Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai pemberian surat peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif (Arifin, 2012: 140). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus dilakukan dengan maksud untuk melakukan telaah secara mendalam terhadap prosedur pemberian surat peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa. Dalam penelitian ini kehadiran peneliti adalah sebagai perancang penelitian, pelaksana di lapangan dan pelapor hasil penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SMK PGRI 3 Malang Jln. Raya Tlogomas IX/9 Malang. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari data lapangan. Data lapangan berupa hasil observasi atau pengamatan langsung dan wawancara kepada para informan, informannya meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staf kesiswaan, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang menunjukkan siswa bisa mendapatkan surat peringatan. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengenai profil sekolah, bentuk surat peringatan, prosedur pemberian surat peringatan, efektifitas pemberian surat peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara. Analisi data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi data). Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2011: 280), “mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu”. Pengecekan keabsahan data dilakukan
2
dengan tiga cara yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi (triangulasi sumber dan teknik).
HASIL Profil Historis Bedirinya SMK PGRI 3 Malang SMK PGRI 3 Malang dirintis sejak tahun 1986 atas prakarsa dosen muda POLITEKNIK Universitas Brawijaya Malang yang berjumlah 16 orang. Berdasarkan hasil pertimbangan dan kesepakatan, sekitar bulan September 1986 para perintis SMK PGRI 3 Malang bersatu untuk mendirikan STM (Sekolah Teknologi Menengah) swasta yang bernaung di bawah yayasan PGRI Kecamatan DAU kabupaten Malang, sehingga sekolah ini diberi nama STM PGRI DAU Malang. Pada tanggal 9 Februari 1987, turun surat keputusan (SK) Pendirian STM PGRI DAU Malang dengan nomor SK.364/32.B-1987 dari Direktorat Pendidikan Dasar Menengah. STM PGRI DAU Malang pada saat itu berstatus tercatat. Berdasarkan SK di atas, akhirnya pada tanggal 16 Juli 1987, STM PGRI DAU Malang mulai melaksanakan aktivitasnya dalam rangka penerimaan siswa baru yang pertama. Pada saat itu, siswa yang masuk menjadi siswa STM PGRI DAU Malang sebanyak 36 siswa yang terbagi menjadi 2 jurusan yaitu jurusan mesin dan elektronika. Walaupun jumlah siswa relatif sedikit, namun para perintis STM PGRI DAU Malang tidak putus asa untuk terus mengembangkannya. Waktu kian berjalan, mengikuti perkembangan STM PGRI DAU Malang. Siswa STM PGRI DAU Malang lambat laun bertambah sedikit demi Akhirnya sekitar tahun 1991 nama STM PGRI DAU Malang harus mengikuti aturan pemerintah tentang perluasan wilayah Kodya Malang. Dengan perluasan wilayah itulah, akhirnya lokasi SD Negeri Tlogomas 2 Malang kecamatan Dau yang ditempati STM PGRI
3
DAU Malang masuk wilayah Kecamatan Lowokwaru Kodya Malang. Dengan demikian, nama STM PGRI DAU Malang berubah menjadi STM PGRI 2 Malang. Sekitar tahun 1992, STM PGRI 2 Malang dilaksanakan akreditas sekolah yang membawa pengaruh terhadap turunnya SK nomor 488/C/Kep/I/1992/31 Desember, dari Direktorat Pendidikan Dasar Menengah tentang perubahan status, yang awalnya berstatus tercatat berubah menjadi status diakui. Jumlah siswa STM PGRI 2 Malang semakin lama semakin bertambah diikuti oleh bertambahnya jumlah pengajar, fasilitas sekolah atau kualitas pendidikannya.Kepercayaan masyarakat semakin meningkat dalam rangka membantu terciptanya tujuan Pendidikan Nasional. Dengan semakin bertambahnya jumlah siswa, maka STM PGRI 2 Malang berusaha untuk meminjam SD Negeri Tlogomas 3 Malang, SD Negeri Tlogomas I Malang dan SD Negeri Dinoyo I Malang untuk di jadikan tempat belajar-mengajar bagi siswanya. Pada tahun 1997, Pemerintah mengeluarkan aturan untuk mengubah nama Sekolah Teknologi Menengah (STM) menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena STM PGRI 2 Malang merupakan salah satu sekolah dasar menengah yang bisa dikategorikan sekolah kejuruan. Maka dengan demikian STM PGRI 2 Malang berubah nama menjadi SMK PGRI 4 Malang. Perubahan nomor 2 ke nomor 4 tersebut karena SMK (STM atau SMEA) ynng bernaung di bawah yayasan PGRI di kodya Malang itulah yang menyebabkan STM PGRI 2 Malang menduduki urutan ke-4. Sekitar tahun 1998, ada perpindahan salah satu SMK PGRI yang ada di wilayah Kodya Malang ke wilayah Kabupaten Malang. Hal tersebut menyebabkan nama SMK PGRI 4 Malang harus berubah nama lagi menjadi SMK PGRI 3 Malang sampai sekarang.
4
Pada tahun 1997, SMK PGRI 3 Malang menempati gedung baru di Jalan Tlogomas XI/29 Malang yang merupakan hasil swadaya maupun swadana pendiri sekolah, dewan guru serta karyawan/karyawati SMK PGRI 3 Malang. Dengan ditempatinya gedung baru, akhirnya SD Negeri Tlogomas I Malang dan SD Negeri Dinoyo I Malang dikembalikan ke pihak SD tersebut. Setelah itu, sejak tahun pelajaran 2001-2002, SMK PGRI 3 Malang sudah bisa sepenuhnya menempati gedung sendiri di jalan Tlogomas IX/29 Malang. SMK PGRI 3 Malang adalah sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi serta ketrampilan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mencerdaskan dan memberdayakan kehidupan manusia Indonesia. Program keahlian yang ada mulai tahun ajaran 1999/2000 adalah Teknik Mesin Perkakas, Teknik Las, Mekanik Otomotif, Bodi Otomotif, Teknik Informatika dan Elektronika Industri. Sejak berdiri sampai tahun 1999 SMK PGRI 3 Malang memiliki jurusan Teknik Mekanik Umum dan Teknik Elektronika Komunikasi. Pengajar yang merupakan salah satu unsur penentu kualitas anak didik di SMK PGRI 3 Malang bersumber dari lulusan S1 dan S2, dan dalam rangka kesesuaian ouput dengan dunia kerja setiap semester SMK PGRI 3 Malang selalu melaksanakan program kerja industri yang dilaksanakan oleh siswa dengan monitoring secara kontinyu oleh para pembimbing PRAKERIN.
PEMBAHASAN Bentuk Surat Peringatan di SMK PGRI 3 Malang Di SMK PGRI 3 Malang telah melaksanakan pemberian Surat Peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa. Surat Peringatan di SMK 5
PGRI 3 Malang bahwa Surat Peringatan tidak langsung diberikan kepada siswa akibat adanya pelanggaran indisipliner yang dilakukan namun melalui bebarapa tahapan dalam pemberian Surat Peringatan. Bentuk Peringatan yang diberikan kepada siswa ada dua macam yaitu peringatan lisan dan peringatan tertulis. Jadi, keduanya ini saling melengkapi. Surat yang seharusnya diberikan secara lisan seharusnya diberikan secara tertulis dan apabila diberikan secara lisan harus diikuti pula dengan peringatan secara tertulis. Peringatan tertulis ini antara lain berisi informasi tentang terjadinya suatu pelanggaran dan sanksi yang akan diperoleh. Sedangkan peringatan lisan itu berisi tentang kata-kata, ini merupakan yang paling umum digunakan oleh guru. Bentuk peringatan ini juga lebih efektif jika guru dekat dengan siswa dan bukan berada jauh, misalnya guru berada didalam kelas sedangkan siswa berada di belakang kelas. Peringatan ini juga lebih efektif bila dilakukan dengan kontak mata antara guru dan siswa. Surat Peringatan mempunyai kegunaan sebagai berikut yaitu; (a) sebagai sarana penyambung lidah antara pihak sekolah, guru wali dan orang tua murid; (b) sebagai sarana untuk mengingatkan siswa yang terkait berbuat atau melaksanakan sesuatu yang sudah disepakati, dengan baik dan disiplin; (c) sebagai contoh atau bukti setiap siswa yang berbuat tidak tertib atau tidak disiplin akan mendapat teguran, bahkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya; (d) untuk memecahkan masalah yang dihadapi . Bentuk Surat Peringatan di SMK PGRI 3 Malang ada tiga yaitu Surat Peringatan Satu (SP 1), Surat Peringatan Dua (SP 2), Surat Peringatan Tiga (SP 3). Semuanya merupakan peringatan tertulis. Menurut Amini (2008) peringatan tidak hanya tertulis tetapi juga ada peringatan lisan. Peringatan lisan itu berisi
6
tentang kata-kata, ini merupakan yang paling umum digunakan oleh guru. Bentuk peringatan ini juga lebih efektif jika guru dekat dengan siswa dan bukan berada jauh, misalnya guru berada didalam kelas sedangkan siswa berada di belakang kelas. Peringatan ini juga lebih efektif bila dilakukan dengan kontak mata antara guru dan siswa. a. Surat Peringatan Satu (SP 1) Surat Peringatan 1 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 9 sampai dengan 17 jam pelajaran, tergantung perbuatan lain setara dengan perbuatan itu, misalnya siswa ramai di dalam kelas, tidak piket kelas, terlambat, tidak membawa buku paket. SP 1 keluar, diterimakan kepada siswa dan orang tua. Pemberian SP 1 berlaku dalam satu semester sejak diberikan. Dalam pengumpulan point menjadi setara 9 jam pelajaran jika siswa yang ramai dalam kelas dan melampaui batas bisa diberikan sanksi alpa 3 jam pelajaran itu, namun tergantung guru yang mengajar dan berbeda dalam setiap mata pelajaran. Perbuatan lain juga dengan tidak membawa buku paket bisa diberikan sanksi alpa 3 jam pelajaran. Keterlambatan siswa juga bisa menjadi Dalam hal ini semua alpa-alpa atau presensi siswa setiap harinya akan direkap secara langsung oleh pihak kesiswaan dan jika siswa sudah melampui 9 jam pelajaran maka akan diberikan SP 1. Semua data presensi siswa langsung direkap dalam kesiswaan secara online. b. Surat Peringatan Dua (SP 2) Surat Peringatan 2 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 18 sampai dengan 35 jam pelajaran. SP 2 keluar, diterimakan kepada siswa dan orang tua, disertai pemanggilan kepada orang tua untuk menghadap guru wali.
7
Pemberian SP 2 apabila setelah SP 1 diberikan kemudian siswa masih melanggar peraturan. c.
Surat peringatan Tiga (SP3) SP 3 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 36 sampai dengan
59 jam pelajaran. SP 3 keluar, diberikan kepada siswa disertai pemanggilan orang tua untuk menghadap guru wali, dan membuat surat pernyataan penegasan kepada siswa dan orang tua apabila tidak ada perbaikan kehadiran, sehingga alpa mencapai 60 jam pelajaran dalam satu semester, maka akan dikeluarkan surat pemutusan studi. Pemberian SP 3 merupakan tahapan akhir apabila sudah mendapat SP1 dan SP 2. Dalam hal ini tergantung nilai perilaku dan akademik siswa jika baik maka akan perlu dipertimbangkan kembali sebelum pemutusan studi dilakukan. Menurut peraturan SMK PGRI 3 Malang pasal 7 tentang pemanggilan orang tua mengenai keluarnya Surat Peringatan (SP 2) dan (SP 3) yaitu; (a) memakai seragam tidak sesuai dengan peraturan SMK PGRI 3 Malang, setelah satu kali diingatkan oleh kesiswaan; (b) rambut tidak sesuai dengan peraturan SMK PGRI 3 Malang, setelah satu kali diingatkan oleh kesiswaan; (c) terlambat tiga kali, dan seterusnya dalam satu semester; (d) lalai, terlambat hadir lebih dari 20 menit dari bel berbunyi tanda pelajaran dimulai; (e) tidak membawa fasilitas belajar untuk hari itu; (f) tertangkap merokok; (g) membawa obat terlarang atau mengkonsumsi; (g) kabur atau meninggalkan jam pelajaran tanpa izin; (h) siswa berkelahi, menganiaya, mencuri, merusak fasilitas sekolah, mengkonsumsi narkoba, membawa obat terlarang, minum-minuman keras, bertato, bertindik bagi siswa putra, bertindik bagi siswa putri, rambut disemir, nikah, hamil, menghamili,
8
dan membawa alat komunikasi (HANDPHONE, I pad, tablet dan lain-lain); (i) siswa melakukan tindakan indisipliner yang lain, sehingga perlu dianggap memanggil orang tua; (j) orang tua hadir untuk dan harus menemui guru wali, dalam rangka memaksimalkan bimbingan kepada siswa; (k) apabila orang tua tidak hadir sesuai undangan, dan sampai batas waktu selama-lamanya 3 hari terhitung hari pertama pemanggilan, maka kepada siswa yang bersangkutan dinyatakan alpa 9 jam pelajaran (diperlakukan sama dengan anak yang seharusnya mendapatkan tindakan pemulangan).
Prosedur pemberian Surat Peringatan di SMK PGRI 3 Malang Prosedur dalam pemberian Surat Peringatan yaitu a. Latar Belakang Surat Peringatan Surat Peringatan diberikan kepada siswa perihal adanya pelanggaran indisipliner. Secara garis besar, pemberian Surat Peringatan dilakukan berurutan dimana masing-masing jenis Surat Peringatan Peringatan berlaku selama 6 (enam) bulan, namun jika dalam perjalanan pelanggaran yang sama dilakukan kembali maka tingkatan Surat Peringatan dapat diberikan (jika sebelumnya SP1 maka diberikan SP 2 atas kesalahan yang dilakukan berulang-ulang, dan seterusnya. Setalah SP 2 diberikan SP 3 atau Surat Peringatan terakhir dimana jika dalam masa waktu yang ditentukan untuk melakukan upaya perubahan/perbaikan sekolah dapat memberikan sanksi skorsing atau dikeluarkan. Jika pelanggaran yang dilakukan dikatagorikan pelanggaran berat (pindana, perdata, khusus), maka dapat langsung diberikan Surat Pemutusan Studi. Begitu juga sesuai dengan buku peraturan SMK PGRI 3 Malang Tahun 2012/2013, pasal 6 tentang peringatan
9
siswa pertama kali dengan peringatan lisan, peringatan tertulis dengan diteruskan pemanggilan orang tua sampai dengan dikeluarkan Surat Peringatan (SP) 1, 2, dan b. Langkah-langkah pemberian Surat Peringatan Pemberian surat peringatan langkah-langkahnya yaitu; (a) sosialisasi yang diberikan kepada orang tua murid pada saat rapat yang diadakan minimal 2 kali dalam setahun atau pada waktu semesteran; (b) pemberian surat pemberitahuan kepada guru siswa dan orang tua melalui jasa pos (letter); (c) pemanggilan orang untuk datang ke sekolah menemui guru wali, kemudian dikonsultasikan permasalahannya di ruang BK (Bimbingan Konseling). Sedangkan menurut peraturan SMK PGRI 3 Malang langkah-langkah dalam pemberian surat peringatan yaitu; (a) SP 1 diberikan kepada siswa yang masih dalam kategori pelanggaran ringan, pada awalnya peringatan diberikan berupa teguran lisan; (b) SP 2 akan diberikan kepada siswa jika siswa tetap melakukan sikap kurang disiplin dan melanggar aturan lebih dari satu kali; (c) SP 3 akan lebih mengutamakan jika siswa yang bersangkutan tetap tidak bisa berubah dan terus melanggar peraturan, hal ini bisa diberikan sanksi berat yang mungkin berujung pada pemutusan studi.
Efektivitas pemberian Surat Peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa di SMK PGRI 3 Malang a. Tujuan Surat Peringatan Surat Peringatan berkaitan dengan tindakan sebagian siswa yang kurang memperhatikan tata tertib. Surat peringatan diberikan jika ada pelanggaran yang
10
dilakukan siswa, misalnya absen, sering terlambat, atau kurang disiplin dalam aturan. Karena itu dibuat Surat Peringatan yang bertujuan untuk (a) memberi efek jera sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama; (b) mendisiplinkan siswa; (c) orang tua akan mengetahui perilaku atau catatan pribadi siswa dalam sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparjati (2000:51). Ia berpendapat bahwa surat peringatan mempunyai tujuan, yaitu agar siswa yang berbuat dan melanggar sesuatu yang telah disepakati sesuai dengan ketentuan tata tertib Sekolah yang berlaku. Sehingga, Surat Peringatan mempunyai kegunaan sebagai berikut; (a) sebagai sarana untuk mengingatkan siswa yang terkait berbuat atau melaksanakan sesuatu yang sudah disepakati, dengan baik dan disiplin; (b) sebagai contoh atau bukti setiap siswa yang berbuat tidak tertib atau tidak disiplin akan mendapat teguran, bahkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya; (c) untuk mengajak saling menjaga nama sekolah; (d) untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Soeroso (2010:98) saran agar Surat Peringatan efektif untuk mencapai sasaran; (a) pihak sekolah rajin melakukan sosialisasi peraturan sekolah kepada siswa baik melalui kegiatan upacara rutin atau memberikan papan pengumuman mengenai peraturan sekolah. Hal ini akan membuat siswa merasa diperhatikan oleh guru dan sekolah; (b) memberikan teguran secara lisan , mengingatkan bahwa apa yang dilakukan melanggar peraturan sekolah jika kesalahan yang dilakukan adalah kesalahan ringan seperti masalah abensi atau meninggalkann jam pelajaran. Jika kesalahan seperti mencuri atau narkoba tidak perlu lisan akan tetapi langsung SP 3 dan langsung dilaporkan
11
kepada pihak yang berwajib; (c) surat peringatan diberikan langsung oleh sekolah kepada siswa yang bersangkutan. b. Peraturan tata tertib SMK PGRI 3 Malang Peraturan SMK PGRI 3 Malang tidak hanya itu saja namun ada peraturan tambahan yang tidak tercantumkan dan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan tersebut, akan menyesuaikan dan diatur kemudian. Setelah dikeluarkannya Surat Peringatan 1,2,3, kemudian dikeluarkan surat pernyataan mungkin ada pertimbangan-pertimbangan yang akan akhirnya bisa membantu siswa, biasanya surat pernyataan itu menyatakan tentang batasan atau ampunan akhir sebelum akhirnya dikeluarkannya pemutusan studi atau DO (Drop Out). Pemtusan Studi sendiri merupakan sanksi larangan melanjutkan sekolah di SMK PGRI 3 Malang. Sanksi ini diberikan kepada siswa yang terbukti melanggar peraturan SMK PGRI 3 Malang. Di dalam peraturan sekolah di SMK PGRI 3 Malang terdapat berbagai macam aturan yaitu mengenai tampilan diri siswa, (a) seragam sekolah, bahwa setiap siswa wajib mengenakan seraga sekolah, yaitu seragam yang ditetapkan dan dibagikan kepada seluruh siswa, dengan ketentuan tidak boleh dirubah bentuk dan ukuran, kecuali atas perintah dan seijin pihak sekolah; (b) rambut, model rambut standart SMK PGRI 3 Malang khusus siswa laki-laki. Rambut tidak boleh disemir, diwarna, diextention (sambung), dipotong tidak rata. Rambut siswi yang panjang wajib diikat rapi; (c) asesoris, siswa tidak boleh memakai asesoris (gelang, kalung, cincin dan asesoris yang dianggap tidak pantas oleh sekolah); (d) keterlambatan siswa; (e) melanggar pelanggaran yang dikategorikan berat (pidana, perdata, khusus).
12
Menurut UU No 13 tahun 2003, Pasal 161 antara lain mengatur bahwa bisa dibuat SP1, SP2, dan SP3. Masing-masing SP berlaku 6 bulan. Bila SP1 masih berlaku, siswa masih juga melakukan pelanggaran, dikeluarkan SP2, dan seterusnya. Begitu juga sesuai dengan buku peraturan SMK PGRI 3 Malang Tahun 2012/2013, pasal 6 tentang peringatan siswa pertama kali dengan peringatan lisan, peringatan tertulis dengan diteruskan pemanggilan orang tua sampai dengan dikeluarkan Surat Peringatan (SP) 1, 2, dan 3 bahkan hingga surat pemutusan studi. c. Perilaku siswa setelah mendapatkan Surat Peringatan Perilaku siswa setelah mendapatkan Surat Peringatan, semua siswa yang mendapatkan surat peringatan diharapkan berubah menjadi lebih baik dan disiplin. Namun, masih banyak juga siswa yang menganggap mudah tentang Surat Peringatan. Salah satu tindakan untuk menetertibkan bebarapa siswa mengupayakan membuat surat peringatan yang jelas. Kepala sekolah yang disiplin dan teguh harus mampu mengarahkan dan mengkoordinasi para guru dan siswa agar bersikap tertib dan taat pada peraturan yang berlaku. Namun, sebagian dari beberapa siswa ada yang setuju dan tidak setuju dengan diterapkannya Surat Peringatan di SMK PGRI 3 Malang. Namun pada kenyataannya surat peringatan di SMK PGRI 3 Malang ini sangat efektif sekali. Tidak sedikit sekolah-sekolah lain yang mengapresiasi peraturan dan surat peringatan yang diterapkan di sekolah SMK PGRI 3 Malang. Keefektifan Surat Peringatan di sekolah SMK PGRI 3 Malang tentunya tidak terpisahkan dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sekolah. Misalnya, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staf kesiswaan, guru, siswa dan orang tua
13
murid. Semuanya diperlukan kerjasama yang baik guna untuk menciptakan kedisiplinan siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disusun kesimpulan sebagai berikut: (1) bentuk surat peringatan di SMK PGRI 3 Malang. Surat Peringatan ada 3 bentuk yaitu: (a) SP 1 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 9 sampai dengan 17 jam pelajaran, tergantung perbuatan lain setara dengan perbuatan itu, misalnya siswa ramai di dalam kelas, tidak piket kelas, terlambat, tidak membawa buku paket. SP 1 keluar, diterimakan kepada siswa dan orang tua. Pemberian SP 1 berlaku dalam satu semester sejak diberikan. (b) SP 2 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 18 sampai dengan 35 jam pelajaran. SP 2 keluar, diterimakan kepada siswa dan orang tua, disertai pemanggilan kepada orang tua untuk menghadap guru wali. Pemberian SP 2 apabila setelah SP 1 diberikan kemudian siswa masih melanggar peraturan. (c) SP 3 diberikan jika siswa tidak masuk sekolah tanpa ijin 36 sampai dengan 59 jam pelajaran. SP 3 keluar, diberikan kepada siswa disertai pemanggilan orang tua untuk menghadap guru wali, dan membuat surat pernyataan penegasan kepada siswa dan orang tua apabila tidak ada perbaikan kehadiran, sehingga alpa mencapai 60 jam pelajaran dalam satu semester, maka akan dikeluarkan surat pemutusan studi. Pemberian SP 3 merupakan tahapan akhir apabila sudah mendapat SP1 dan SP 2. Dalam hal ini tergantung nilai perilaku dan akademik siswa jika baik maka akan perlu dipertimbangkan kembali sebelum pemutusan studi dilakukan: (2) prosedur pemberian surat peringatan di SMK PGRI 3 Malang. 14
Prosedur pemberian surat peringatan langkah-langkahnya meliputi (a) sosialisasi yang diberikan kepada orang tua murid pada saat rapat yang diadakan minimal 2 kali dalam setahun atau pada waktu semesteran; (b) pemberian surat pemberitahuan kepada guru siswa dan orang tua melalui jasa pos (letter); (c) pemanggilan orang untuk datang ke sekolah menemui guru wali, kemudian dikonsultasikan permasalahannya di ruang BK (Bimbingan Konseling): (3) efektivitas pemberian surat peringatan untuk membentuk karakter disiplin siswa di SMK PGRI 3 Malang Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan kepada: (1) sekolah, disarankan agar pemberian surat peringatan tetap dilaksanakan seefektif mungkin, serta kendala-kendala yang di hadapi terutama yang berkaitan dengan surat peringatan dapat dihindari dengan memberikan pembinaan atau sosialisasi kepada guru-guru dan orang tua: (2) guru, untuk ke depan hendaknya meningkatkan kedisiplinan dan menjadi contoh yang baik untuk siswa: (3) siswa, diharapkan untuk lebih disiplin dengan adanya pemberian surat peringatan: (4) peneliti lain, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi dan juga menjadi bahan koreksi bagi penyempurnaan penelitian yang peneliti lakukan, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.\
DAFTAR RUJUKAN Amini, Semai Jiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerangan di Sekolah Dan Lingkungan. Jakarta: PT Grasindo. Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
15
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soeroso, R. 2010. Contoh-contoh Perjanjian yang Banyak di Pergunakan dalam Praktik. Jakarta: Sinar Grafika. Suparjati. 2000. Surat-menyurat Dalam Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Prinsip Penyelenggaraan pendidikan. (Online), (http://www.infokursus.net), di akses 21 September 2013. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang. BAAPSI bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.
Wiyatama, Satya. 2013. Sedikit Tentang Peraturan atau Tata Tertib Sekolah.(Online). (http://www.Mcdens13's Blog.htm) di akses pada 25 Desember 2013.
16