Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA YANG MAMPU BERSAING DI ERA MEA
Happri Novriza Setya Dhewantoro Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terwujud dalam pengembangan kemampuan, watak serta peradaban bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan makna dan membangun kebiasaan baik pada siswa. Model pembelajaran E-Learning ditawarkan sebagai solusi untuk pembentukan karakter siswa yang siap mengahadapi MEA. E-learning adalah suatu model pembelajaran yang dibuat dalam format digital melalui perangkat elektronik salah satunya adalah berbasis web. Tujuan digunakannya E-learning dalam sistem pembelajaran adalah untuk memperluas akses pendidikan kepada masyarakat luas. E-learning dapat membantu menyediakan lebih banyak waktu yang lebih berkualitas bagi siswa untuk bisa berdiskusi, memahami pelajaran yang diberikan dengan mudah, belajar sesuai waktu yang diinginkan, tidak dihalangi oleh tempat dan jarak, dapat belajar dengan biaya yang lebih murah serta kemudahan lainnya. Pelaksanaan pendidikan karakter yang diintegrasikan pada model pembelajaran E-learning sangatlah perlu untuk dilaksanakan, karena proses pendidikan karakter menjadi lebih konkret dan siswa akan lebih siap dalam menghadapi MEA. Kata Kunci: Model Pembelajaran, E-Learning, Karakter, MEA.
A. PENDAHULUAN Teknologi informasi dan komputer merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini menyentuh berbagai aspek kehidupan di masyarakat dan telah mengubah pemikiran baru di masyarakat. Peran ilmu pengetahuan sangatlah menonjol yang menuntut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam mengikuti teknologi teknologi dan informasi, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung perkembangan teknologi inforasi dan komuniaksi dengan kemampuan sumber daya manusia yang ada. Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya produk dan pemanfaatan teknologi informasi, maka konsepsi penyelenggraan pembelajaran telah bergeser pada upaya perwujudan pembelajaran modern. Konsep teknologi informasi sebagai salah langkah konkret guna mempersiapkan insan-insan bangsa menghadapi era globalisasi khususnya memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pendidikan merupakan ujung tombak dalam membentuk insan yang cerdas dan kompetitif, sehingga menghasilkan Sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi atau bersaing. Pendidikan salah satu bidang yang tersentuh oleh revolusi teknologi tersebut. Perkembangan teknologi infromasi mulai 1
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” diperkenalkan sebagai sarana pembelajaran untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu dari perkembangan teknologi informasi adalah teknologi e-learning. Menurut Darmawan (2014: 10) e-learning merupakan aplikasi internet yang dapat menghubungkan antara pendidik dan siswa dalam sebuah ruang belajar online. Pendapat di atas didukung oleh Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mentransfer serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Melalui e-learning, maka pendidik dan murid tidak harus ada dalam satu dimensi ruang dan waktu, sebab proses belajar mengajar dapat berjalan kapan saja dengan mengaikan kedua hal tersebut. Melalui e-learning, maka komunikasi dan interaksi siswa dengan pendidik semakin mudah. Komunikasi antara pendidik dengan siswa merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Komunikasi tersebut mencerminkan proses interaksi untuk mencapai makna dalam pembelajaran. Selain itu dengan dikembangkannya e-learning, maka kolaborasi antar siswa dapat membantu siswa untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Kolaborasi juga menciptakan hubungan antar siswa untuk saling berbagi dan saling membantu dalam memecahkan masalah. Sejalan dengan pendapat di atas, manfaat e-learning menurut Kamarga (Darmawan, 2014: 33) meliputi empat hal, yaitu; 1) meningkatkan produktivitas, 2) mempercepat proses inovasi, 3) efisiensi dalam proses pembengunan kompetensi siswa, 4) fleksibel dan interaktif. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (pasal 40), menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga pengajar berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Pendidik harus memberi ruang gerak bagi krativitas dan kemandirian sesuai sesuai minat dan bakat siswa. Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan kebermaknaan bagi siswa yang dilakukan secara dialogis atau interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pebelajar dan pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada siswa. Oleh karena itu, siswa harus memiliki interaksi global yang tidak terbatas untuk memperkaya pembelajaran mereka dari perilaku organisasi global (Schank, 2002). Dengan demikian integrasi pendidikan karakter yang diterapkan melalui model pembelajaran e-learning diharapkan dapat mencapai sebuah keunggulan kompetitif. Proses belajar bukan hanya meningkatkan prestasi siswa dalam ranah kognitif saja, tetapi juga dapat membentuk karakter seperti ketaatan pada Allah orientasi, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, etos kerja yang lebih baik, kemandirian, mampu membangun sinergi dengan orang lain, bersikap kritis, kreatif dan inovatif, visioner, peduli, tulus, keadilan, kesederhanaan, nasionalisme (Zuchdi et al, 2010). Kerangka pengembangan karakter dapat diinternalisasi melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Sebagai agen perubahan, pendidik diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada siswanya. Oleh karena itu, materi pembelajaran seharusnya berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat (Hadi Wiyono, 2012: 2). Dalam proses pembelajaran seorang pendidik harus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dikemas sesuai dengan kebutuhan siswa. Inovasi dalam pembelajaran tersebut dapat menggunakan model pembelajaran elearning yang berorientasi kepada pembentukan karakter siswa. Dengan menerapkan 2
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” model pembelajaran e-learning, siswa secara langsung dituntut mengeksplorasi pengetahuannya. Sehingga pada akhirnya melalui proses pembelajaran yang berinovasi tersebut, akan dapat mencetak siswa yang bukan hanya cerdas dalam ranah kognitif, melainkan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan globalisasi. B.
PEMBAHASAN 1. Model Pembelajaran Berbasis E-Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran, dengan begitu siswa akan mengalami kegiatan belajar yang terstruktur. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana atau kerangka yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Dewey dalam Joyce dan Well, (1986), mendefenisikan model pembelajaran sebagai “a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional material”. Artinya suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas, serta untuk menyusun materi pembelajaran. Winataputra (1993) mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajarmengajar. Senada dengan itu, Arends (1997: 7) menyatakan “the term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system”. Artinya pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. b. E-Learning E-learning sebagai media pembelajaran dalam pendidikan yang memberikan peran sangat penting dan fungsi yang besar bagi dunia pendidikan. Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena elearning merupakan hanya satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran serta jangkauan luas. Menurut Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usahausaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. E-learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar (Barbara and Wagner P., et al, 2008). Selanjutnya, Pepen Permana (2009) mendefinisikan e-learning secara khusus didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses informasi terkait materi pembelajaran dari mana saja. Dalam proses pembelajaran menggunakan model e-learning memiliki karakteristik sebagai berikut (Nursalam, 2008: 135); a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer 3
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” networks), c) Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja, d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Sementara itu, Munir (2009: 170), mengungkapkan beberapa karakteristik e-learning, yakni: “Memanfaatkan teknologi, menggunakan media komputer, pendekatan mandiri, tersimpan di media komputer, otomatisasi proses pembelajaran”. Masing-masing karakteristik diuraikan sebagai berikut: 1) Memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi yang digunakan dapat berupa internet sehingga penyampaian pesan dan komunikasi antara pebelajar dengan pebelajar, pebelajar dengan pembelajar, dan pembelajar dengan pembelajar dapat dilakukan secara mudah dan cepat. 2) Memanfaatkan media komputer seperti jaringan komputer (komputer networks atau digital media). 3) Menggunakan pendekatan pembelajaran mandiri. Dengan menggunakan e-learning, pebelajar dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap pembelajar karena pembelajaran tidak dilakukan secara langsung. Dabbagh (2007) menjelaskan online learner harus memiliki kemampuan learn how to learn, memiliki disiplin, mampu memonitor perkembangannya sendiri, mampu memotivasi diri, dan mampu memanajemen diri. Intinya, dengan menggunakan elearning pebelajar dituntut untuk dapat mengorganisir dirinya sendiri dalam belajar. Oleh karena itu pembelajar harus dapat mendesain elearning yang dapat memotivasi pebelajar. Menurut Allen (2007) memotivasi pebelajar dalam e-learning dapat dilakukan melalui konteks, tantangan, aktivitas yang bervariasi, dan umpan balik yang membangun. 4) Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer. 5) Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil kemajuan belajar, administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang banyak dari berbagai sumber informasi. Pemanfaatan internet berpengaruh terhadap tugas pendidik dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses pembelajran didominasi oleh peran pendidik, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses pembelajaran banyak didominasi oleh peran pendidik, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology). Sejalan dengan itu beberapa beberap ahli berpendapat manfaat e-learning dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Memperluas “background knowledge” pendidik, pembelajaran yang dinamis dan fleksibel, mengatasi keterbatasan bahan ajar, kontribusi dan pengayaan bahan ajar, implementasi model pembelajaran. (Deni Darmawan, 2010). 2) Mampu menjelaskan materi pembelajaran yang sulit dan rumit menjadi mudah dan sederhana. Selain itu juga materi pelajaran dapat disimpan dnegan mudah di komputer sehingga siswa dapat mempelajari kembali materi pembelajaran yang telah dipelajarinya setiap saat dan dimana saja sesuai dengan keperluannya. Siswa dapat menilai materi pembelajaran mana yang telah dikuasainya dan terus dilanjutkan atau materi pembelajaran mana yang belum dikuasainya sehingga perlu dikuasainya sampai dikuasainya atau dikonsultasikan kepada pendidik/pengajar. (Munir, 2009). 4
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
c.
3) Mengurangi biaya, fleksibiltas waktu, fleksibiltas tempat, fleksibiltas kecepatan pembelajaran, standarisasi pembelajaran, efektivitas pengajaran, kecepatan distribusi, keterbatasan on-demand dan otomatisasai adminintrasi pengajaran ( Empy Effendi, dkk, 2005). Selain manfaat, e-learning juga memiliki kelebihan dibandingkan menggunakan model pembelajaran yang lain, kelebihan dari e-learning menurut Kusmana (2011), keuntungan e-learning adalah: 1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu, 2) Pendidik dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari, 3) Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer, 4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses internet, 5) Baik pendidik maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, 6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif, 7) Relatif lebih efisien. Selanjutnya, kelebihan e-learning menurut Effendi dan Zhuang (2005) meliputi beberapa point sebagai berikut; a) Biaya: mampu mengurangi biaya pelatihan. Organisasi perusahaan atau pendidikan dapat menghemat biaya karena tidak perlu dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor dan alat tulis, b) Fleksibilitas waktu: e-learning membuat siswa dapat menyesuaikan waktu belajar, karena dapat mengakses pelajaran di internet kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan, c) Fleksibilitas tempat: adanya e-learning membuat siswa dapat mengakses materi pelajaran dimana saja, selama komputer terhubung dengan jaringan internet, d) Fleksibilitas kecepatan pembelajaran: e-learning dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa, e) Efektivitas pengajaran: elearning merupakan teknologi baru, oleh karena itu siswa dapat tertarik untuk mencobanya. E-learning yang didesain dengan instruksional desain mutahir membuat siswa lebih mengerti isi pelajaran, f) Ketersediaan Ondemand: e-learning dapat sewaktu-waktu diakses dari berbagai tempat yang terjangkau internet, maka dapat dianggap sebagai “buku saku” yang membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap saat. Model Pembelajaran E-Learning sebagai Inovasi dalam Pembelajaran Walaupun banyak kendala yang ditemukan di lapangan, e-learning perlu dipertimbangkan keberadaan dan kesinambunganya. Penggunaan model e-learning tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memajukan pendidikan masa depan. Potensi itu adalah: 1) Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan: mempercepat lajunya tahap belajar (rate of learning), membantu pendidik mengunakan waktunya secara lebih baik, mengurangi beban pendidik dalam menyajikan informasi, sehingga pendidik lebih banyak pada pembinaan dan memotivasi siswa, 2) Memberikan kemungkinan pendidikan lebih bersifat individual, dengan cara: mengurangi peran pendidik dalam pembelajaran, memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembanga sesuai dengan kemapuannya, 3) Memberikan dasar yang ilmiah terhadap pengajaran, dengan cara: perencanaan program pengajaran lebih sistematis, pengembangan 5
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
d.
pembelajaran dilandasi penelitian tentang perilaku anak, 3) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan cara: meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagai media informasi, penyajian informasi dan data lebih konkrit dan up date, 4) Memungkin pembelajaran secara seketika (imedicy of learning), karena dapat: mengurangi jurang pemisah pembelajaran di sekolah dengan luar sekolah, memberikan pengetahuan secara langsung, 5) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, menembus ruang dan waktu: pemanfaatan secara bersama secara lebih luas, penyajian informasi dapat menembus batas geografi (Miarso, 1982: 20). Model Pembelajaran E-Learning dapat Membentuk Karakter Siswa Kata karakter (Inggris: character) secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dengan makna seperti itu berarti karakter identik dengan akhlak. Karakter diartikan sebagai tanda atau ciri yang baik dalam semua aspek kehidupan (Sudrajat, 2011: 48). Menurut Marzuki (2012: 36) karakter seringkali dihubungkan dengan istilah akhlak, etika, moral atau nilai. Karakter juga bersinggungan dengan masalah-masalah yang terkait dengan kepribadian, atau kepribadian seseorang. Dengan demikian, orang yang memiliki karakter merupakan orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, dan berwatak, sehingga dengan kata lain karakter dapat membedakan seseorang dengan orang lainnya. Karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Doni Koesman, 2007: 80). Jika bawaannya baik, manusia itu akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika bawaannya jelek, manusia itu akan berkarakter jelek. Sementara itu, sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, yakni bahwa karakter bisa dibentuk dan diupayakan, sehingga pendidikan karakter menjadi bermakna untuk membawa manusia dapat berkarakter yang baik. Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural pada konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan serta masyarakat. Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan sebagaimana yang digambarkan dalam gambar berikut Kemendiknas (2011: 9):
6
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Berdasarkan gambar tersebut di atas, pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosialkultural dapat dikelompokkan dalam: a) olah hati; b) olah pikir; c) olah raga/kinestetik; dan d) olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi. Menurut M. Furqon Hidayatullah, (2010: 12), karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Pengertian karakter tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (Lickona, 1991: 22), yang menyatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat tersebut harus dimanifestasikan dalam tindakan melalui tingkah laku yang positif, baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, serta semua nilai-nilai moral yang baik lainnya. Dari penjelasan mengenai pengertian karakter di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu karena pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik. C. SIMPULAN Model pembelajaran berbasis e-learning dapat membentuk karakter siswa, tentunya dibarengi dengan penerapan pendidikan karakter yang tepat bagi siswa. Hal ini merupakan solusi yang tepat dalam menyambut era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). E-learning mempermudah interaksi antara siswa dan materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara siswa dan pendidik atau antara sesama siswa dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran. Pendidik dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di tempat tertentu di dalam website untuk diakses oleh para siswa. Penggunaan e-learning sebagai sistem pembelajaran yang baru, mendorong penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran semakin efektif. Dengan e-learning 7
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” dimungkinkan dengan banyaknya informasi data pembelajaran yang diperoleh sehingga memberikan palayanan kepada siswa lebih memuaskan. Idealnya pendidik dan siswa senantiasa mengakses berbagai informasi aliran data dengan cepat, bertanggung jawab dan sesuai harapan. Adanya model pembelajaran elearning lebih dapat dirasakan siswa sebagai harapan agar mampu menghadapi tantangan-tantangan di Era MEA. Sehingga siswa mampu menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan memiliki mental yang kuat masyarakat dan pemerintah senantiasa mempunyai komitmen dalam memajukan pendidikan di negara ini.
8
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc-Graw Hill. Coon, Dennis. 1983. Introduction to Psychology: Exploration and Aplication. New York: West Publishing Company. Darmawan, Deni. 2014. Pengembangan E-Learning Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendi, Empy & Hartono, Zhuang. 2005. E-Learning Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI. Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Joyce, N and Weil, M. 1986. Models of Teaching. Third Edition. New Jersey: PenticeHall, Inc. Koesoema, A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Kusmana, Ade. 2011. E-learning dalam Pembelajaran. Lentera Pendidikan, Vol. 14, no.1, hal. 25-51. Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik (Terjemahan Lita S). New York: Bantam book (buku asli terbit tahun 1991). Marzuki. 2012. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Karakter, 2, 1, 36. Miarso, Yusuf Hadi. 1982. Makalah Dasar Falsafah dan Teori Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pustekom Depdikbud. Munir, M. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Purbo, Onno W. (2002). Membangun E-Learning. Jakarta: Elex Media Computindo Rosenberg, Marc. J. (2001). E-Learning : Strategies For Delivering Knowledge In The Digital Age. USA: McGraw-Hill Companies. Schank, R. C. 2002. Designing world class e-learning: how IBNM, GE, Harvard Business School and Columbia University are succeeding in e-lerning. USA: McGraw-Hill Companies. Sudrajat, Ajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 2, 4, 2. Suherman, E dan Winataputra, U.S. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka.
9
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada Press. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wana, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Wiyono, Hadi. 2012. Pendidikan Karakter dalam Bingkai Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Ilmiah Civics, 2, 2, 2. Zuchdi, D., Kuncoro, S.A., Kun Prasetyo, dan Marzuki. 2010. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas. Yogyakarta: UNY Press.
10