EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE PRESENTASI KELOMPOK PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS Studi Kasus di SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Nama
: Eka Noviyanto
Nim
: 021424015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE PRESENTASI KELOMPOK PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS Studi Kasus di SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Nama
: Eka Noviyanto
Nim
: 021424015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Noviyanto, Eka. 2009. Efektifitas Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Metode Presentasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah metode presentasi kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis; (2) apakah metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran; serta (3) bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Subyek penelitian yaitu siswa kelas IX SMP PL I Kalibawang-Yogyakarta. Sampel yang diteliti berjumlah 58 siswa, dengan rincian 29 siswa dari kelas uji dan 29 siswa dari kelas kontrol. Treatment pada kelas uji yaitu pembelajaran melalui metode presentasi kelompok, sedang pada kelas kontrol rangkaian pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah. Instrument yang dipakai yaitu: (1) test, (2) observasi, dan (3) kuesioner. Metode analisis data menggunakan metode kuantitatif, sebab data-data yang diperoleh berupa data angka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rangkaian pembelajaran dengan metode presentasi kelompok terbukti lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan listrik dinamis, (2) metode presentasi kelompok lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) metode presentasi kelompok mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran.
vi
ABSTRACT
Noviyanto, Eka. 2009. The Effectiveness Physics Learning With Approach Constructivism Using Group Presentation Method About Dynamic Electricity. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta. This research was intended to know whether: (1) group presentation learning method increases student’s understanding about dynamic electricity; (2) students become more active in learning process; and (3) students have positive attitude toward this method. The sample of this research was 58 Kalibawang-Yogyakarta SMP Pangudi Luhur students, 29 students as research sample, and 29 students as control sample. The research used test, observations, and questioner as instruments. The data was statistically analyzed using t-test. The result of this research was: (1) the group presentation learning method increases student’s understanding about dynamic electricity, (2) students become more active in the learning process, and (3) students have positive attitude toward this method.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa penyelenggara kehidupan yang selalu menaungi dan melimpahkan karunia bagi kita. Terlebih atas terselesaikannya skripsi dengan judul ” Efektivitas Melalui Pendekatan
Pembelajaran Fisika
Konstruktivisme Menggunakan Metode Presentasi
Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis ”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari sumbang saran beberapa pihak lain. Untuk itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan FKIP USD yang telah memberikan surat ijin permohonan penelitian. 2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku ketua jurusan pendidikan fisika USD. 3. Romo Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini. 4. Staff dosen pendidikan fisika USD yang telah membantu dan membimbing saya sebagai seorang calon guru fisika. 5. Staff sekretariat JPMIPA yang telah membantu saya selama proses perkuliahan dan kelancaran dalam pelayanan administrasi. 6. Br. Lusius Supardji, FIC. selaku Kepala Sekolah SMP PL I Kalibawang yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
viii
7. Bapak Yohanes Dedi Setyawan selaku guru pengampu mata pelajaran IPA di SMP PL I Kalibawang yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk melakukan pengambilan data. 8. Rekanku Trihandono yang telah membantu saya sebagai observer selama proses penelitian. 9. Gisela Kusria atas segala motivasi dan dukungannya. 10. Teman-teman seperjuanganku Pfis 02; Ari Purwadi, Dwi Ariyanto, Andreas Trihartanto, Yohanes Wisnu Asmoro, Titik Utaminingsih, Osnita sari, serta Tri Handono, atas inspirasi serta kerjasamanya yang telah kalian berikan selama kuliah. 11. Yoseph Asiri Dotheres, Eryanto, Darmiyono, Ariyanto, Adrianus Suada, Salvinus Baco, Alexander San Lohat, serta Yakobus Suwardoyo atas dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu atas kerelaan, kerja sama, serta sumbang sarannya selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan sederhana ini tidak lepas dari keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 November 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................
ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................
v
ABSTRAK....................................................................................................
vi
ABSTRACT..................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR.................................................................................
viii
DAFTAR ISI.................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv DAFTAR TABEL.........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xvii
BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Perumusan Masalah...........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian...............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................
4
BAB. II. DASAR TEORI A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar………………………………………………
6
2. Pengertian Pembelajaran……………………………………….
8
x
B. Filsafat Konstruktivisme dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran 1. Pembelajaran Konstruktivistik………………………………....
8
2. Aspek Pembelajaran Konstruktivistik………………………….
15
a. Perubahan Konsep…………………...……………………..
15
b. Keterampilan Proses………………………………...……...
19
c. Berpikir Kritis……………………………………...…….…
20
d. Sikap……………………………………………..………....
21
C. Metode Presentasi Kelompok……………………………………....
23
a. Aspek Positif Metode Presentasi Kelompok…………………...
23
b. Aspek Negatif Metode Presentasi Kelompok…………………..
24
D. Efektivitas Pembelajaran…………………………………………...
24
1. Pengertian Pembelajaran yang Efektif………………………….
24
2. Aspek Pembelajaran yang Efektif………………………………
26
a. Keterlibatan Siswa Secara Aktif…..………………………..
26
b. Membangkitkan Motivasi Belajar…………………………..
26
c. Menarik Minat dan Perhatian Siswa……...………………...
27
d. Memahami Prinsip Individualitas…………………………..
27
e. Prestasi Belajar……………………………………………... 28 E. Ringkasan Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamis.........................
30
1. Rangkaian Listrik……………..…………………….…………..
30
a. Arus Listrik……..………………...………………………...
30
b. Saklar dan Sekring…………………………..……………...
32
c. Sumber Tegangan…………...…………………..………….
34
xi
1) Elemen Volta………………………………………..….
34
2) Elemen Kering……………….....………………………
35
3) Elemen Basah…………………………………..………. 36 d. Beda Potensial…………………………………..…………..
38
e. Gaya Gerak Listrik Sumber Tegangan...………......……….
39
2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik………….......……………..
40
a. Hambatan dan Hukum Ohm……..…...…………………….
40
1) Hambatan……………………………………..………...
40
2) Hukum Ohm…………………..………………………..
41
b. Hambatan pada Kawat Penghantar….…..………..……..….
42
c. Kemampuan Zat Menghantarkan Arus Listrik………..…....
43
d. Arus Listrik pada Rangkaian Bercabang….……......………
43
e. Rangkaian Hambatan Listrik…………………………..…...
45
f. Rangkaian Sumber Tegangan……..……………..…………
48
1) Rangkaian Seri………………………………..………...
48
2) Rangkaian Paralel…………………….………………...
49
3. Energi dan Daya Listrik………………………………………...
50
a. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Panas.………......
50
b. Daya Listrik………………………..…………………….....
51
F. Kaitan Dasar Teori dengan Metode Penelitian…………………….
53
G. Perumusan Hipotesis……………………………………………….
54
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Tahap Penelitian………………………...…………….....
xii
56
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………...
57
C. Subjek Penelitian…………………………………………………...
57
D. Treatment…………………………………………………………...
57
E. Instrument Penelitian……………………………………………….
58
1. Test………………………..…………………………………….
58
2. Pengamatan……………………………………………………..
61
3. Kuesioner Sikap………….……………………………………..
62
F. Validitas Instrument…………….………………………………......
62
G. Metode Analisis Data………….…………………………………....
63
1. Analisis Skor Test……………...……………...………………..
63
a. Pemahaman Awal Siswa………...………………………….
64
b. Perbadingan Pencapaian Hasil Belajar…..……...………….
65
c. Efektivitas Metode Pembelajaran…………………………..
66
2. Analisis Keterlibatan Siswa.........................................................
66
3. Analisis sikap siswa ………………………..…………………..
68
BAB. IV. DATA DAN ANALISIS DATA A. Proses Pengambilan Data………...………...……………………….
70
1. Awal……………………………………………………………. 70 2. Inti………………………………………………………………
70
3. Akhir……………………………………………………………
73
B. Data dan Analisis…………………………………………………...
74
1. Skor Test……………...………………………………………...
74
a. Skor pretest dan posttest………....……………..…………..
74
xiii
b. Analisis Pemahaman Awal Siswa……....……..……………
76
c. Analisis Perbandingan Pencapaian Hasil Belajar Siswa……
77
d. Analisis Efektivitas Metode Pembelajaran...…...…………..
80
2. Keterlibatan Siswa Selama Proses Pembelajaran…..…………..
81
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran….……………
83
C. Pembahasan………………………………………………………… 87 1. Hasil Test Pemahaman………….…...………………………….
87
2. Keterlibatan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran…..…….….
89
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran.……….
90
BAB. V. PENUTUP A. Kesimpulan………...……………………………………………….
92
B. Saran………………………………………………………………..
92
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
94
LAMPIRAN…………………...………………………………….………..
96
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1 : Konsepsi Skematik Sikap........................................................
22
Gambar 2 : Rangkaian Listrik Sederhana...................................................
30
Gambar 3 : Pemasangan Amperemeter dalam Rangkaian..........................
32
Gambar 4 : Rangkaian Listrik dengan Ujung Kabel sebagai Saklar..........
33
Gambar 5 : Sketsa Elemen Volta................................................................
34
Gambar 6 : Sketsa Elemen Kering..............................................................
36
Gambar 7 : Sketsa Elemen Basah/Akumulator...........................................
37
Gambar 8 : Rangkaian Listrik dengan sebuah Baterai, Saklar, Lampu,.....
39
Gambar 9 : Rangkaian Listrik tak Bercabang…………….…...………….
43
Gambar 10 : Rangkaian listrik bercabang……...…………………………..
44
Gambar 11 : Rangkaian Hambatan disusun secara Seri………….………..
45
Gambar 12 : Rangkaian Hambatan disusun secara Paralel...…...………….
46
Gambar 13 : Rangkaian Kombinasi…………...…………...………………
46
Gambar 14 : Rangkaian Sumber Tegangan…………….………………….
48
Gambar 15 : Sumber Tegangan disusun secara Seri………...…..…………
49
Gambar 16 : Sumber Tegangan dirangkai secara Paralel……...……..........
49
Gambar 17 : Skema Pelaksanaan Penelitian.................................................
56
Gambar 18 : Skema Pengolahan Data Pretest...............................................
64
Gambar 19 : Skema Pengolahan Data Pretest-Posttest……..……………...
65
Gambar 20 : Skema Pengolahan Data Posttest……………..……………...
66
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1 : Distribusi Soal Test...................................................................... 58 Tabel 2 : Pengelompokan Aspek Keterlibatan Siswa.................................
61
Tabel 3 : Aspek Keterlibatan Siswa............................................................
67
Tabel 4 : Hasil Rekapitulasi Keterlibatan Siswa.........................................
67
Tabel 5 : Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa.......................................
68
Tabel 6 : Hasil Rekapitulasi Pengisian Kuesioner......................................
69
Tabel 7 : Kriteria Kualifikasi Sikap Siswa….............................................
69
Tabel 8 : Skor Pretest-Posttest Kelas Uji…………...……………….…...
74
Tabel 9 : Skor Pretest-Posttest Kelas Kontrol.………......……………….
75
Tabel 10 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Uji……......…………..………..
81
Tabel 11 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol …....……....……….....
82
Tabel 12 : Data Skor Sikap Siswa Kelas Uji…………….…......………….
84
Tabel 13 : Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Pada Kelas Uji….…...…………
85
Tabel 14 : Data Skor Sikap Siswa Kelas Kontrol ……...………………….
85
Tabel 15 : Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Pada Kelas Kontrol ……………
86
Tabel 16 : Kriteria Penskoran Jawaban Pretest-Posttest......……...….......... 116 Tabel 17 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Uji…...……............................... 149 Tabel 18 : Data Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol………...….................... 150
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian…………………………………….....
97
Lampiran 2 : Soal Test Pemahaman…….…………………….…………
99
Lampiran 3 : Pedoman Jawaban Soal Test…….………………………... 104 Lampiran 4 : Kriteria Penskoran Pengerjaan Soal Test….……………… 116 Lampiran 5 : Hasil Test Pemahaman…………..….…..………………… 139 Lampiran 6 : Uji Normalitas Data Skor………........…………………...
147
Lampiran 7 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa….....……………
148
Lampiran 8 : Data Keterlibatan Siswa Pada Kelas Uji…....…………….. 149 Lampiran 9 : Data Keterlibatan Siswa Pada Kelas Kontrol…....………..
150
Lampiran 10 : Kuesioner Sikap Kelas Uji …...……..……………………. 151 Lampiran 11 : Kuesioner Sikap Kelas Kontrol ………..…………………. 155 Lampiran 12 : Hasil Pengisian Soal Kuesioner.....……….………………. 159 Lampiran 13 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….…………….... 163
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan kesatuan dari dua konsep yaitu belajar dan mengajar. Konsep belajar lebih tertuju pada pihak peserta didik, sedangkan konsep mengajar lebih mengarah
pada pihak pendidik. Individu-individu
yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai dorongan dan tujuan untuk menuju tercapainya perubahan
perilaku, pengetahuan, serta
sikap positif pada peserta didik. Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran fisika mendasarkan pada terciptanya proses interaksi antara peserta didik dengan sekumpulan objek belajar. Pada
saat berinteraksi dengan objek belajar siswa mempunyai
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan situasi dan kondisi objek belajar. Sehubungan dengan hal tersebut banyak digunakan berbagai pendekatan terhadap kegiatan pembelajaran fisika. Berdasarkan filsafat pengetahuan konstruktivisme, terdapat prinsip bahwa pengetahuan (knowledge) yang dimiliki seseorang (siswa) tidak lain merupakan konstruksi dari siswa itu sendiri. Filsafat pengetahuan konstruktivisme menekankan bahwa pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, seseorang (siswa) harus aktif mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri berdasarkan konsepkonsep yang telah ia peroleh dari tahap sebelumnya. Proses aktif menyiratkan pengertian bahwa seseorang (siswa) harus terlibat secara langsung dan terusmenerus
dalam
hal
mengeksplorasi
1
dan
mengkonstruksi
sendiri
2
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang relevan, terlebih dalam mendayagunakan kemampuan berpikir untuk menghadapi dan menyelesaikan suatu persoalan yang mereka temui pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Rangkaian kegiatan pembelajaran fisika dilaksanakan untuk mengerti dan memahami konsep-konsep fisika beserta bagaimana hubungan antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Setelah siswa memahami sejumlah konsep serta hubungan keterkaitan antar konsep tersebut diharapkan mampu menerapkannya dalam menghadapi dan memecahkan persoalan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pada materi tertentu. Unsur penyajian materi merupakan unsur penting dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran, materi
yang
menggunakan
tergolong metode
sulit yang
bila tepat,
proses
penyampaiannya
kesannya
menjadi
dikemas
menarik
dan
menyenangkan, sehingga siswa memiliki motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan serius. Suasana yang sedemikian dapat membawa mereka lebih mudah untuk mengerti dan memahami konsep-konsep fisika beserta hubungannya antara konsep yang satu dengan yang lain, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung dengan efektif. Sebagai tinjak lanjut dari tujuan pembelajaran yang tersebut di atas, maka model penyampaian materi menggunakan metode presentasi kelompok merupakan salah satu langkah untuk membantu siswa agar mudah mengerti dan memahami suatu konsep yang terdapat pada materi pembelajaran. Metode presentasi kelompok merupakan suatu wahana yang tepat untuk menanamkan
3
dan melatih siswa untuk mampu bersikap ilmiah seperti: bekerjasama, mampu menyampaikan ataupun menerima gagasan untuk dan dari orang lain, jujur, berpikir kritis, bersikap positif dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan terkait berlangsungnya proses pembelajaran. Model pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode presentasi kelompok merupakan metode yang sederhana untuk mengemas suasana pembelajaran yang sedapat mungkin mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif dan berkesinambungan dalam membangun pengetahuannya melalui proses belajar-mengajar. Untuk memperjelas isi materi presentasi sangat dimungkinkan penggunaan alat peraga yang relevan. Selain hal itu untuk memperdalam isi materi yang disajikan dilakukan melalui sesi tanya-jawab yang diharapkan dapat memperkaya pemahaman konsep terkait materi yang disajikan. Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep beserta kaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lain, sangatlah penting untuk semaksimal mungkin melibatkan siswa secara aktif dan berkesinambungan dalam serangkaian proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pada
penelitian
ini
penulis
mengambil
topik
“
Efektivitas
Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Metode Presentasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis ”. Penulis membatasi pengertian pembelajaran yang efektif sebagai kegiatan pembelajaran yang memiliki representasi: a) meningkatnya prestasi belajar
4
siswa; b) melibatkan siswa secara aktif; dan c) menumbuhkan sikap positif terhadap pembelajaran.
B. Perumusan Masalah Masalah yang diteliti dalam penelitian ini: 1. Apakah metode presentasi kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa? 2. Apakah metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran? 3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat keefektifan metode presentasi kelompok dalam hal pemahaman konsep siswa untuk materi listrik dinamis. 2. Mengetahui tingkat keterlibatan siswa terkait model pembelajaran yang diterapkan. 3. Mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penelitian
5
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kepentingan pengembangan kegiatan pembelajaran. 2. Bagi siswa Melalui penelitian ini siswa dapat mengetahui dan mengalami secara langsung rangkaian pembelajaran melalui metode presentasi kelompok. 3. Bagi calon guru maupun guru Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan sejumlah informasi yang bersifat praktis bagi calon guru maupun guru dalam menentukan alternatif pembelajaran demi pengembangan ilmu pengetahuan.
6
BAB II DASAR TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Hamalik (2003:27) menyatakan “learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing”. Menurut dia belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan diatas belajar dapat dimaknai sebagai serangkaian proses (kegiatan) yang semata-mata bukan hanya menitik-beratkan pada aspek hasil saja. Representasi belajar hendaknya tidak hanya sebatas pada rutinitas mengingat, menghafal, mencatat, akan tetapi belajar akan menjadi lebih bermakna bila melibatkan aspek proses (terjadinya suatu perubahan) misalnya dari tidak mengerti menjadi lebih mengerti, dari kurang tepat menjadi lebih tepat, dari kurang sempurna menjadi sempurna, bahkan dari tidak tahu menjadi lebih tahu. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui serangkaian interaksi dengan lingkungan, dimana selama proses interaksi itu berlangsung terjadi serangkaian
pengalaman-pengalaman
belajar (Hamalik, 2003:28). Belajar dapat dimaknai sebagai serangkaian proses yang melibatkan tahap-tahap tertentu untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Lester dan Crow (Roestiyah, 1982:149) mendefinisikan belajar sebagai “perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.
6
7
Seseorang dapat dikatakan belajar bila pada individu tersebut mengalami perubahan sesuatu hal, baik dari keadaan yang semula tidak tahu berubah menjadi lebih tahu, dari hal yang tidak benar menjadi benar, sehingga secara umum dapat dikatakan seseorang dikatakan belajar apabila individu yang bersangkutan mengalami proses pembiasaan tertentu terkait dengan kebiasaan, pengetahuan, serta sikap yang pada akhirnya bermuara pada proses pencapaian suatu hal menuju tingkat yang lebih baik. Konteks belajar menjadi kurang tepat apabila hanya menitik-beratkan pada salah satu aspek misalnya aspek hasil saja tanpa memperhatikan segi proses dan pola perubahan selama seseorang mengalami proses pembiasaan tertentu (belajar). Sedangkan Gagne (Roestiyah, 1982:156-157) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, serta tingkah laku yang diperoleh dari instruksi. Menurut teori ini “sesuatu” yang pada umumnya dipelajari oleh manusia tersusun atas lima aspek meliputi: a) keterampilan motoris; b) informasi verbal; c) kemampuan intelektual; d) strategi kognitif; dan e) sikap. Pada saat seseorang terlibat dalam proses belajar maka terjadi pula hubungan timbal-balik antara komponen aspek yang satu dengan yang lain, semakin selaras hubungan timbal-balik antara kelima aspek tersebut maka akan menentukan kualitas belajar seseorang yang tercermin pada seberapa dalam taraf pencapaian yang ia peroleh.
8
2. Pengertian Pembelajaran Surya (2004:7-10) merumuskan pembelajaran sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurutnya terdapat beberapa prinsip yang mendasari suatu pembelajaran seperti: a) pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan tingkah- laku; b) hasil dari pembelajaran diindikasikan dengan terjadinya perubahan perilaku secara keseluruhan; c) pembelajaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan; d) proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu dorongan serta tujuan yang akan dicapai; serta e) pembelajaran merupakan manifestasi bentuk pengalaman. Berdasarkan perumusan tersebut di atas, penulis dapat mengatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses yang secara sadar dilakukan oleh seseorang (peserta didik) dan berlangsung secara terusmenerus untuk mencapai terjadinya perubahan tingkah laku selama seseorang berinteraksi dengan lingkungan fisik, individu lain, situasi, serta persoalan tertentu.
B. Filsafat Konstruktivisme dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran 1. Pembelajaran Konstruktivistik Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi (bentukan) kita
9
sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt dan Matthews, dalam Suparno, 1997:18). Von Glasersfeld secara sederhana menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge) bukanlah suatu tiruan dari suatu kenyataan dan bukanlah suatu gambaran nyata dari kenyataan yang ada, akan tetapi pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individual. Seseorang dapat membentuk sebuah skema, kategori, konsep beserta struktur pengetahuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya (Bettencourt, dalam Suparno, 1997:18). Menurutnya pengetahuan merupakan hasil ciptaan manusia yang dikonstruksi berdasarkan pengalaman, dimana pengalaman tersebut terbatas pada banyak sedikitnya pengalaman yang telah dialami dan didapat oleh seseorang. Jika seseorang mengkonstruksi pengetahuannya sudah barang tentu akan melibatkan sebuah proses. Menurut Piaget (Suparno, 1997:18), proses pembentukan pengetahuan berlangsung secara terus-menerus dengan setiap kali perlu mengadakan reorganisasi akan adanya suatu pemahaman yang bersifat baru. Dari keseluruhan gagasan mengenai definisi pengetahuan maka penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil bangunan dari pemikiran (abstraksi) seseorang terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar manusia, dimana proses konstruksi tersebut berlangsung terus-menerus, yang dilandasi dengan pengalaman baik pengalaman fisik, kognitif, serta mental yang telah seseorang miliki untuk mengkolaborasikannya dengan informasi yang bersifat baru.
10
Senada dengan hal di atas, Lorsbach dan Tobin (Suparno, 1997: 18), mengemukakan sebuah gagasan bahwa sarana yang dapat memungkinkan seseorang untuk mengetahui tentang “sesuatu” ialah inderanya. Dengan kemampuan inderanya seseorang dapat berinteraksi dengan obyek maupun lingkungan, sehingga setelah terjadi proses interaksi memungkinkan seseorang untuk memikirkan mengenai obyek dan lingkungan tersebut. Para konstruktivis menekankan bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu (belajar). Lorsbach dan Tobin (Suparno, 1997:19), dengan tegas menyatakan bahwa pengetahuann tidak bisa dipindahkan (ditransfer) secara langsung dari pikiran seseorang (pendidik) menuju kepikiran orang lain (peserta didik), sehingga siswa sendirilah yang harus memahami apa yang
telah
diajarkannya
melalui
proses
penyesuaian
dengan
pengalamannya. Berdasarkan gagasan Von Glasersfeld, dkk (Suparno,1997: 18) yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan akan lebih bermakna bagi seseorang jika pengetahuan tersebut merupakan hasil dari serangkaian proses aktif di bawah bimbingan seorang guru ataupun orang lain yang dilakukan terus-menerus berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki seseorang. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara langsung dari otak seseorang (guru) menuju ke otak individu lain (murid) tanpa melalui serangkaian proses tertentu, dapat dikatakan pula bahwa pengalamanlah yang berperan dalam proses konstruksi pengetahuan.
11
Kesimpulan akhir dari uraian di atas ialah: “tanpa melalui pengalaman fisik, kognitif, dan mental, maka pengetahuan tidak mungkin akan terbangun”. Menurut Von Glasersfeld (1996 dalam Suparno, 1997:19), pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang pada waktu orang tersebut berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Menurut dia lingkungan dapat berupa: a) keseluruhan obyek dan semua relasi yang diabstraksikan dari pengalaman; dan b) sesuatu disekitar kita terutama halhal yang sedang kita isolasikan. Von Glasersfeld dalam Matthews (1994 dalam Suparno, 1997:19), menekankan bahwa struktur konsepsi seseorang akan membentuk pengetahuan apabila struktur tersebut dapat digunakan dalam mengadapi persoalan-persoalan sehubungan dengan konsepsi tersebut. Syarat mutlak agar suatu konsepsi dan abstraksi disebut telah membentuk pengetahuan di dalam pikiran seseorang yaitu apabila konsep ataupun abstraksi terhadap “sesuatu” dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai macam persoalan yang sedang dihadapi. Von Glasersfeld (Bettentcourt, 1989 dalam Suparno, 1997:20), mengutarakan bahwa semua pengetahuan (knowledge) yang kita peroleh merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Ajaran konstruktivis secara tegas menolak adanya kemungkinan proses transfer pengetahuan dari individu yang satu (guru) menuju individu yang lain (siswa), dengan dasar tidak mungkin seseorang dapat memindahkan pengetahuan sebab setiap orang
12
akan membangun pengetahuan pada diri masing-masing. Jika seseorang (guru) bermaksud menstransfer pengetahuan
baik konsep, ide, serta
pengertian yang ditujukan kepikiran orang lain (siswa), maka proses transfer pengetahuan tersebut harus diinterpretasi dan dikonstruksi oleh siswa berdasarkan pengalaman yang telah ia peroleh. Menurut dia untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan diperlukan beberapa kemampuan seperti: a. Mengingat dan mengungkapkan kembali suatu pengalaman, sebab pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalamanpengalaman tersebut. b. Membandingkan
dan menjustifikasi (mengambil keputusan)
mengenai persamaan dan perbedaan tentang sesuatu, sebab untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat persamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. c. Lebih menyukai pengalaman tertentu dari pada pengalaman yang lain sehingga akan membentuk persoalan nilai dari pengetahuan yang seseorang bangun. Dalam
konteks
proses
pembentukan
pengetahuan,
Piaget
(Suparno,1997: 20-21), menyatakan terdapat dua aspek berpikir yaitu: a. Berpikir figuratif yang berarti imajinasi keadaan sesaat dan statis, dimana aspek ini meliputi persepsi, imajinasi, serta gambaran mental seseorang terhadap suatu obyek maupun fenomena.
13
b. Berpikir operatif yang bermakna sesuatu yang lebih cenderung dan berkaitan dengan transformasi dari satu level ke level lain, dimana aspek ini meliputi proses operasi intelektual maupun sistem transformasi. Menurutnya aspek berpikir yang lebih esensial adalah aspek berpikir opertif, dimana dengan memanfaatkan aspek tersebut memungkinkan seseorang untuk dapat mengembangkan pengetahuannya mulai dari level satu menuju level yang lebih tinggi. Shapiro (Suparno, 1997: 21), menegaskan tujuan dari seseorang untuk dapat mengetahui sesuatu bukanlah untuk menemukan sebuah realitas, akan tetapi untuk mengorganisasikan “pengetahuan” yang cocok dengan pengalaman hidup seseorang, sehingga dapat digunakan bila suatu saat seseorang berhadapan dengan tantangan dan pengalaman yang bersifat baru. Tasker (Hamzah, 2006), menitik-beratkan tiga hal yang harus terjadi dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu: a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
14
Senada dengan pernyataan Tasker, Wheatley (Hamzah, 2006), mengajukan dua prinsip utama yang mencerminkan pembelajaran konstruktivistik yaitu: a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, melainkan secara aktif oleh struktur kognitif siswa. b. Fungsi-fungsi
kognisi
bersifat
adaptif
dan
membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Berdasarkan gagasan Tasker dan Wheatley (Hamzah, 2006) tersebut di atas, sebuah pembelajaran dapat dikatakan konstruktivistik bila selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung melibatkan peran aktif seluruh siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya. Peran aktif itu dapat berwujud mengaitkan antara konsepsi yang sudah ia miliki dengan konsepsi yang baru ia terima, sehingga tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan
ketidak-selarasan
dengan
hal
tersebut.
Dengan
memanfaatkan fungsi-fungsi kognisi masing-masing anak yang tidak lepas dari bimbingan guru maupun orang lain yang berkompeten pada bidang tertentu diharapkan siswa tersebut dapat membangun pengetahuan secara mandiri. Kartika Budi (2000: 46-57), menegaskan bahwa suatu pembelajaran yang bersifat konstruktivistik dapat dibangun melalui beberapa variasi antara lain: a) membina siswa-siswi untuk mampu membaca sendiri seperti: literatur, reader, hand out, serta buku-buku pelajaran; b) mendorong siswa untuk selalu berperan aktif bertanya; c) melatih dan
15
membiasakan siswa untuk berani menyampaikan pendapat, konsepsi, ideide serta gagasan yang telah dimiliki masing-masing siswa; d) membangun peta konsep; e) merancang dan melaksanakan percobaan; f) menganalisis data dan menarik kesimpulan; g) memilih dan menentukan sendiri kegiatan (belajar) yang akan dilakukan; h) eksperimen dan demonstrasi; i) belajar dalam kelompok; serta j) penyelesaian soal-soal secara sistematis. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak aspek yang dilakukan (muncul) selama proses belajar mengajar berlangsung, maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan disebut sebagai pembelajaran konstruktivistik. 2. Aspek Pembelajaran Konstruktivistik 1. Perubahan konsep Suparno (2000:15), secara sederhana menjelaskan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan baik apabila selama proses pembelajaran berlangsung, membantu terjadinya perubahan konsep pada diri siswa. Menurut dia perubahan tersebut dapat berupa semakin lengkapnya suatu konsep maupun semakin benarnya suatu konsep, dimana perubahan yang terjadi dapat bersifat pelan-pelan yang lazim disebut proses “asimilasi”, selain itu perubahan yang terjadi juga dapat bersifat drastis disebut dengan proses “akomodasi”. Menurut disiplin ilmu fisika hal yang paling utama pada saat seseorang (siswa) sedang belajar adalah terjadinya perubahan konsep
16
pada diri anak yang sedang belajar. Secara umum perubahan itu dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu: a. Pengembangan konsep yang telah dimiliki seseorang siswa dari yang belum lengkap menjadi lebih lengkap ataupun dari yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. b. Pembetulan konsep dari yang tidak tepat atau salah menjadi konsep yang benar dan atau sesuai dengan apa yang telah menjadi kesepakatan para ahli di bidang ilmu fisika (Suparno, 2000: 15). Melalui proses perubahan tersebut diharapkan seseorang siswa yang sedang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar, sehingga apa yang mereka pelajari pada saat tertentu pada akhirnya dapat berguna untuk memenuhi tuntutan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang siswa yang sedang menuntut ilmu pengetahuan pada jenjang dan periode tertentu, ataupun juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mempelajari
suatu konsep yang
memiliki taraf lebih tinggi dari apa yang sedang mereka pelajari saat itu. Posner, dkk (Suparno, 2000: 16), menekankan bahwa dalam proses belajar terdapat dua fase dari perubahan konsep yaitu: a. Central commitment, berdasar ungkapan tersebut tersirat pengertian bahwa dalam fase ilmuwan
mendefinisikan
“central commitment” para
persoalan,
strategi
menghadapi
17
persoalan,
dan
menentukan
kriteria
untuk
melakukan
penyelesaian suatu persoalan. b. The central commitment in need of modification, berdasar ungkapan
ini tersirat pengertian bahwa ilmuwan harus
mengubah “central commitment” jika ternyata hal tersebut bertentangan dengan asumsi dasar mereka (ilmuwan). Menurut Suparno (2000:16), suatu perubahan konsep harus dilakukan apabila definisi, strategi, maupun kriteria yang digunakan ternyata masih menghasilkan akibat-akibat yang berlawanan dengan anggapan dasar para ilmuwan, dapat dikatakan pula secara konkret perubahan konsep harus dilakukan apabila
definisi, strategi, dan
kriteria yang digunakan masih belum berguna pada saat seseorang (siswa) menemui suatu persoalan yang terkait dengan tuntutan tugas dan tanggung jawabnya sebagai individu yang sedang belajar. Selain kedua fase di atas Posner, dkk (Suparno, 2000:16), menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua proses yang memiliki sifat hubungan kedekatan terhadap “central commitment dan the central commitment in need of modification” dari perubahan konsep yaitu: a. Tahap “asimilasi”, pada tahap ini siswa hanya menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk menghadapi gejala-gejala maupun situasi yang bersifat baru melalui suatu
18
perubahan kecil, dimana perubahan tersebut masuk dalam taraf penyesuaian. b. Tahap “akomodasi”, dalam tahap ini seseorang (siswa) harus mengganti atau mengubah konsep-konsep lama yang masih mereka pertahankan dari suatu waktu tertentu hingga saat itu, sebab konsep-konsep lama yang mereka punyai tersebut sudah tidak relevan lagi jika digunakan untuk menghadapi situasi maupun persoalan yang bersifat baru. Posner dkk (Suparno, 2000:17), menekankan bahwa diperlukan beberapa keadaan lain agar proses “akomodasi” dapat terjadi seperti: a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada, sehingga seseorang yang sedang belajar akan mengubah konsep yang telah mereka punyai jika ternyata sudah tidak relevan lagi terhadap situasi, gejala, dan pengalaman yang mereka hadapi saat itu, sehingga sebagian maupun keseluruhan konsep dan pengalaman yang telah mereka miliki sampai waktu itu sudah usang
(tidak sesuai) untuk menghadapi situasi, gejala, dan
pengalaman yang bersifat baru. b. Konsep yang baru harus bersifat “intelligible” (mudah dipahami dan dimengerti), sehingga siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman yang
baru saja didapat pada waktu
tertentu dapat dengan mudah didekati menggunakan konsepkonsep yang bersifat baru tersebut.
19
2. Keterampilan proses Pendekatan terhadap keterampilan proses merupakan usaha untuk memperoleh informasi mengenai seberapa dalam perolehan belajar siswa secara menyeluruh baik pengetahuan, sikap, konsep, serta nilai (Usman, 1997: 42). Menurutnya dengan pendekatan keterampilan proses maka sekaligus dapat dikembangkan sikap lain seperti: a) kreatif; b) kerja sama; c) tanggung jawab; dan d) disiplin sesuai penekanan pada bidang ilmu yang terkait. Selanjutnya secara sederhana dia menjelaskan bahwa pendekatan keterampilam proses merupakan salah satu pendekatan dalam proses belajar-mengajar yang tertuju pada pengembangan kemampuan-kemampuan fisik dan sosial yang sangat mendasar sebagai daya penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam setiap individu. Selebihnya Usman (1997: 42-43), memberikan batasan mengenai aspek-aspek yang terkait dalam keterampilan proses antara lain kemampuan untuk: a. Mengamati yaitu keterampilan mengumpulkan data maupun informasi dengan memanfaatkan kepekaan indera. b. Merencanakan penelitian yaitu keterampilan menentukan hal-hal seperti: obyek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan bahan yang diperlukan, maupun sumber acuan yang diperlukan. c. Menginterpretasikan yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu yang dapat berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, ataupun
20
informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, analisis, serta eksperimen. d. Mengklasifikasikan yaitu keterampilan menggolongkan sesuatu yang dapat berupa benda, konsep, atau nilai melalui peninjauan terhadap persamaan dan perbedaan sesuatu baik berupa benda, kenyataan, maupun konsep sebagai dasar penggolongan. e. Memprediksi yaitu keterampilan
mengantisipasi dan atau
menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi berdasrkan perkiraan atas kecenderungan pola tertentu maupun hubungan antar data serta informasi. f. Menerapkan yaitu keterampilan menggunakan hasil belajar yang dapat berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, ataupun keterampilan tertentu. g. Mengkomunikasikan yaitu keterampilan menyampaikan suatu perolehan ataupun hasil belajar terhadap individu (siswa) yang lain baik dalam bentuk tulisan, gambar, peragaan, serta tindakan. 3. Berpikir kritis Dalam
konteks
proses
belajar-mengajar
“berpikir
kritis”
merupakan salah satu unsur yang layak untuk selalu dibina. Suparno (1999: 42), memberikan ulasan berkaitan dengan pentingnya berpikir kritis (critical thingking). Menurut dia sangatlah penting seorang guru dapat melatih siswa-siswi untuk berpikir kritis mengenai persoalan yang sedang dihadapi, murid perlu dilatih untuk tidak terlalu mudah
21
“mengiyakan” suatu gagasan atau pernyataan yang sedang ataupun yang telah dikemukakan oleh guru maupun orang lain. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan jalan membiasakan mereka untuk selalu bertanya tentang suatu hal, misalnya; mengapa bisa demikian? Selain hal tersebut perlu juga membiasakan mereka untuk dapat memberikan suatu alasan yang rasioanal pada saat mereka akan mengungkapkan suatu gagasan maupun ide-idenya sehubungan dengan segala sesuatu yang sedang dihadapi. 4. Sikap Thurstone, dkk (Azwar, 2005: 5), mendefinisikan “sikap” sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, dimana reaksi tersebut pada umunya nampak dalam hal perasaan memihak (favorable) atau perasaan tidak memihak (unfavorable). Lebih lanjut Thurstone memformulasikan definisi mengenai “sikap” sebagai “derajad efek positif ataupun efek negatif
yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu obyek”. Sedangkan Rosenberg dan Hovland (Azwar, 2005: 7-9), menyatakan bahwa “sikap” tersusun atas tiga komponen yaitu: a) kognisi (cognitif); b) afeksi (affectif); dan c) konasi (conatif), dimana ketiganya akan terabstraksi membentuk sikap. Menurut pendapat kedua tokoh ini sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek merupakan suatu gejala yang dapat menjembatani proses interaksi antara respon seseorang terhadap obyek yang sedang dihadapi.
22
Selebihnya Rosenberg dan Hovland membuat skema mengenai konsepsi sikap sebagai berikut:
Gambar 1. Konsepsi skematik sikap menurut Rosenberg dan Hovland (sumber; Azwar: 2005, hal 8)
Kothandapani (Azwar, 2005: 23-28) mengatakan bahwa struktur sikap terdiri atas tiga komponen yaitu: a) kognitif; b) afektif; serta c) konatif. Komponen kognitif merupakan suatu manivestasi dari keyakinan seseorang terhadap suatu obyek. Komponen afektif merupakan bentuk representasi dari perasaan yang ditentukan oleh aspek emosional pada saat seseorang sedang berinteraksi terhadap obyek tertentu. Sedangkan komponen konatif dimaknai sebagai generalisasi kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang sedang berperan pada situasi dan saat itu.
23
C. Metode Presentasi Kelompok Menurut tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 700), kata “presentasi”
dibatasi pada konteks: 1) pemberian; 2) penyajian. Sedangkan “kelompok” dibatasi pada sekumpulan “siswa” yang tergabung dalam satu kesatuan (tujuan atau tanggung jawab) yang sama untuk kepentingan proses belajarmengajar. Berdasarkan kedua batasan di atas serta ruang lingkup penelitian ini istilah
“presentasi
kelompok”
dimaknai
sebagai
penyajian
materi
pembelajaran oleh sekelompok siswa terhadap siswa yang lain yang mana dipandu oleh guru sebagai moderator. Cilstrap dan Martin (Roestiyah, 2001: 15) mendefinisikan model pembelajaran kelompok sebagai kegiatan se-kelompok kecil siswa yang dikoordinasi dalam rangka kepentingan belajar. Roestiyah, (2001: 17) mengungkapkan sebagai berikut; sebagai model pembelajaran, metode presentasi memiliki aspek positif dan negatif. 1. Aspek Positif Metode Presentasi Kelompok a. Memberikan
kesempatan
yang
luas
untuk
mendayagunakan
keterampilan bertanya dan pembahasan lebih lanjut terkait hal yang sedang dihadapi. b. Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan mengemukakan gagasan pribadi maupun menerima gagasan dari individu lain. c. Memungkinkan pihak guru untuk lebih memperhatikan tingkat kebutuhan masing-masing siswa.
24
d. Siswa lebih berpeluang untuk terlibat aktif dalam iklim pembelajaran. e. Peluang untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap masalah yang sedang dihadapi lebih terbuka. f. Membina tanggung jawab terhadap suatu pendapat, keputusan maupun kesimpulan yang telah diambil. 2. Aspek Negatif Metode Presentasi Kelompok a. Presentasi seringkali didominasi oleh siswa yang memiliki bakat dan kemampuan keterampilan berbicara. b. Tidak semua materi dapat disajikan dengan metode presentasi kelompok. c. Memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak, pengaturan tempat duduk yang berbeda, serta membutuhkan persiapan yang lebih. d. Tingkat keberhasilan sangat bergantung pada kemampuan anggotanya.
D. Efektivitas Pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran yang efektif Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan atau tidaknya serangkaian proses pembelajaran memerlukan suatu ukuran yang dapat merepresentasikan dari keseluruhan hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan, pada umumnya ukuran berhasil atau tidaknya kegiatan belajarmengajar disebut dengan istilah “Efektivitas”. Kartika Budi (Ismayanti, 2003: 7-8), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran meliputi: a) menciptakan situasi;
25
b) kondisi; c) kemudahan; dan d) memberi pengarahan serta bimbingan yang mengantar siswa untuk dapat melakukan serangkaian proses secara berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mampu mendefinisikannya. Sehingga suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila apa yang dikerjakan selama proses pembelajaran, yaitu apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya sesuai dengan hakikat pembelajaran, materi, serta tujuan pembelajaran. Kauchak (Kartika Budi, 2001: 48), mengemukakan pembelajaran dapat dinilai efektif apabila serangkaian kegiatan belajar-mengajar merupakan kesatuan dari beberapa aspek seperti: a) keterampilan; b) perasaan; c) penguasaan materi; dan d) pemahaman arti belajar yang bermuara pada satu perilaku, yang secara nyata dapat diwujudkan dalam hal kemampuan dan mengembangkan proses belajar secara optimal. Menurut Kartika Budi (2001: 48), strategi pembelajaran disebut efektif jika selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dapat melibatkan siswa secara aktif, yang pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan Elis (Kartika Budi, 2001: 48) secara sederhana mengemukakan
pembelajaran
dapat
dikatakan
efektif
apabila
pembelajaran tersebut mengacu pada aspek proses, dan aspek hasil yang tampak dalam semakin optimalnya tingkat keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Menurutnya agar suatu pembelajaran dapat berjalan secara efektif maka diperlukan beberapa syarat seperti:
26
a. Adanya kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. b. Adanya banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik. c. Tugas-tugas tersebut diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan; d. Adanya beberapa variasi metode pembelajaran. e. Proses pemantauan dan evaluasi perkembangan siswa dilaksanakan secara berkesinambungan. 2. Aspek pembelajaran yang efektif a. Keterlibatan siswa secara aktif Kegiatan mengajar merupakan membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar (Usman, 1997: 21-27). Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas mental dan jasmani meliputi: 1) aktivitas visual seperti membaca, menulis, dan melakukan ekperimen; 2) aktivitas lisan seperti menceritakan sesuatu, diskusi, dan tanyajawab; 3) aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan; 4) aktivitas motorik seperti melukis, dan memperagakan sesuatu; serta 5) aktivitas menulis seperti membuat makalah atau karangan karya ilmiah. b. Membangkitkan motivasi belajar Motivasi merupakan suatu proses menggiatkan daya dalam diri seseorang dan mendorong untuk melakukan sesuatu menjadi perbuatan ataupun tingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam
27
mencapai suatu tujuan tertentu (Usman: 28-30). Menurutnya tugas seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan proses belajar. Motivasi dapat bersifat intrinsik apabila motivasi muncul akibat dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh adanya dorongan dari orang lain. Sedangkan motivasi dapat bersifat ekstrinsik bila motivasi yang muncul sebagai akibat adanya dorongan dari luar (orang lain) sehingga dengan demikian seseorang (siswa) mau melakukan sesuatu (proses belajar). c. Menarik minat dan perhatian siswa Dalam sebuah pembelajaran faktor minat dan perhatian siswa memiliki peranan penting. Minat adalah
suatu sifat yang bersifat
relatif menetap pada diri seseorang (Usman, 1997: 27). Dengan adanya minat seseorang akan melakukan apa yang diminatinya. Senada dengan
hal
tersebut
William
James
(Usman,
1997:
27-28)
mengemukakan bahwa minat siswa untuk belajar merupakan faktor utama yang menetukan derajad keaktifan siswa. Sedangkan perhatian merupakan suatu sifat
yang bersifat relatif menetap pada diri
seseorang tetapi lebih bersifat sementara. d. Memahami prinsip individualitas Permasalahan yang sering muncul saat kegiatan pembelajaran berlangsung adalah adanya perbedaan kemampuan setiap individu. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya bukan semata-mata ditujukan pada seorang individu, melainkan dapat ditujukan pada sekelompok
28
siswa dalam kelas dengan mengakui memahami adanya perbedaan kemampuan masing-masing individu sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat memungkinkan berkembangnya potensi masingmasing siswa secara optimal (Usman: 1997: 30-31). e. Prestasi belajar Menurut
tim
penyusun
kamus
pusat
pembinaan
dan
pengembangan Bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 700) kata “prestasi” dimaknai sebagai hasil yang telah dicapai, dari apa yang telah dilakukan. Sedangkan kata “belajar” dimaknai sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui penyelenggaraan mata pelajaran. Berdasarkan kedua batasan tersebut maka “prestasi belajar” dapat dimengerti sebagai “suatu hasil yang
dikumpulkan
berdasarkan
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan (bersifat akademik) yang pada umumnya diwujudkan dengan nilai atau angka-angka”. Bertolak dari batasan di atas, “prestasi belajar” dapat didefinisikan sebagai ukuran tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang (siswa) setelah dalam periode tertentu telah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar seseorang (siswa) dapat diketahui atau diukur berdasarkan
hasil pencapaian indikator-indikator yang
relevan sebelum serangkaian proses belajar-mengajar dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
29
Nawawi (Rosalina, 2007: 16-17), mendefinisikan “prestasi belajar” sebagai wahana yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, pada umunya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil evaluasi dari sejumlah mata pelajaran tertentu. Suratinah (Rosalina, 2007: 16-17), menyatakan makna prestasi belajar sebagai suatu penilaian hasil usaha kegiatan belajar-mengajar yang umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang secara sah dapat merepresentasikan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa selama periode tertentu. Sedangkan Sunaryo (Rosalina, 2007: 16-17), memaknai “prestasi belajar” sebagai hasil perubahan
kemampuan
yang
meliputi
kemampuan
kognitif,
kemampuan afektif serta kemampuan yang bersifat psikomotorik. Dengan mencermati beberapa batasan dan pengertian tentang prestasi belajar yang terdapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berprestasi baik bilamana siswa tersebut mampu menguasai dan melakukan serangkaian kompetensi sesuai dengan disiplin ilmu serta jenjang pengajaran tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa pada umumnya berdasarkan beberapa sudut pandang seperti: pemahaman, analisis sintetis, logika matematis, memori, serta aplikasi dalam kehidupan dan masyarakat secara konkret.
30
E. Ringkasan Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamik 1. Rangkaian Listrik a. Arus listrik
Gambar 2. Rangkaian listrik sederhana (sumber; Purwanto: 2001 hal 2)
Pada
gambar
di
atas,
jika
kedua
kutub
dihubungkan
menggunakan kabel dan lampu, maka elektron mengalir dari kutub negatif baterai menuju kutub positif baterai. Mengalirnya elektron menyebabkan terjadi arus listrik, arahnya dari kutub positif menuju kutub negatif diluar baterai. Adanya arus listrik ditandai dengan lampu menyala. Dalam keadaan seperti itu baterai berfungsi sebagai sumber tegangan sebab baterai memiliki dua kutub yang beda potensialnya tidak sama. Syarat agar terjadi arus listrik yaitu terdapat sumber tegangan, penghantar, dan beban yang membentuk sebuah rangkaian tertutup. Jika rangkaian listrik pada gambar (2) salah satu bagian penghantar maupun beban diputus, aliran listrik pada rangkaian tersebut terhenti. Berdasarkan hal di atas maka kuat arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik yang mengalir melalui penampang sebuah penghantar setiap satu-satuan waktu.
31
Kuat arus diberi simbol (I), muatan listrik diberi simbol (Q), waktu diberi simbol (t). Sehingga secara matematis dapat dinyatakan: I=
Q …………atau t
Q = I x t.
Keterangan: I = kuat arus, satuannya amper (A); Q = muatan listrik satuannya coulomb (C) ; t = waktu satuannya sekon (s). Secara teoritis kuat arus dapat ditentukan dengan menggunakan perumusan di atas, tetapi kuat arus juga dapat diukur dengan amperemeter. Hal yang perlu kita perhatikan saat melakukan pengukuran arus listrik dengan amperemeter yaitu: amperemeter harus dipasang seri dengan beban yang akan diketahui kuat arusnya, atau antara amperemeter dan beban hanya membentuk satu jalan arus. Terdapat dua jenis amperemeter yaitu amperemeter arus searah dan amperemeter arus bolak-balik, prosedur dalam menggunakan amperemeter arus searah; arus masuk amperemeter melalui terminal positif dan keluar melalui terminal negatif amperemeter, cara pemasangan tersebut tidak boleh saling dipertukarkan. Saat arus mengalir melalui rangkaian jarum penunjuk pada amperemeter menyimpang, sehingga besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian dapat diketahui dengan membaca besarnya angka yang ditunjukkan jarum penunjuk amperemeter. Gambar pemasangan amperemeter sebagai berikut:
32
Gambar 3. Pemasangan Amperemeter dalam rangkaian (sumber; Purwanto: 2001, hal 4)
Saat mengetahui kuat arus yang mengalir pada rangkaian, tidak bisa serta-merta mengetahui hasil pengukuran dari skala yang ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sebab amperemeter memiliki beberapa batas ukur tertentu, nilai dari batas ukur tersebut dapat disesuaikan dengan kuat arus yang mau diukur, harus diingat jika mengukur arus listrik, batas ukur ditetapkan harus lebih besar dari pada kuat arus yang akan diukur. Ketentuan yang digunakan dalam mengukur besarnya arus listrik sebagai berikut:
Jika tidak bisa memperkirakan besar arus yang mau diukur sebaiknya memilih batas ukur yang paling besar, bila besar arus belum terbaca, kecilkan sedikit demi sedikit batas ukurnya sampai kuat arusnya dapat terbaca. b. Saklar dan sekering Saklar adalah piranti elektronika yang berfungsi sebagai penyambung maupun pemutus arus listrik, dengan piranti ini kita
33
dapat menyambung dan memutus arus listrik dengan cepat dan mudah tanpa harus mengubah susunan rangkaian. Penerapan saklar dalam kehidupan
sehari-hari
digunakan
untuk
menyalakan
maupun
memadamkan lampu, prinsip kerja dari sebuah saklar adalah sebagai berikut; perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar 4. Rangkaian listrik dengan ujung kabel sebagai saklar (sumber; Purwanto: 2001, hal 6)
Bila saklar dibuka, dalam rangkaian tidak ada arus listrik yang mengalir, sedangkan jika saklar ditutup, dalam rangkaian terdapat arus listrik yang mengalir sehingga lampu menyala. Sering kali kita mendapati rangkaian listrik (instalasi) di rumah maupun pada alat-alat elektronika, saat tertentu arus listriknya kurang stabil. Sebagai langkah antisipasi dibuat alat yang berfungsi sebagai pengaman dan sekaligus berfungsi sebagai pembatas arus, baik pada rangakaian listrik bolak-balik (AC) maupun rangkaian listrik searah (DC) yang disebut sekring. Sekring dibuat dari bahan yang memiliki sifat sebagai konduktor, prinsip kerjanya: karena sekring dibuat dari logam jenis tertentu (bersifat sebagai konduktor) dan dirancang sedemikian sehingga pada saat arus yang mengalir melebihi dari batas-batas tertentu dengan sendirinya konduktor tersebut mudah terbakar sehingga arus terputus,
34
sekring mudah terbakar (putus) jika dalam rangkaian terjadi hubungan pendek arus listrik (korsleting). c. Sumber Tegangan 1) Elemen Volta Elemen Volta tersusun dari sejumlah pelat tembaga (Cu) yang berfungsi sebagai kutub positif dan sejumlah pelat yang terbuat dari seng (Zn) yang berfungsi sebagai kutub negatif, dan larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Dalam H2SO4 pelat seng mengalami
reaksi
kimia,
sedangkan
pelat
tembaga
tidak
mengalami reaksi kimia, sehingga pelat tembaga memiliki potensial yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pelat seng.
Gambar 5. Sketsa elemen Volta (sumber; Purwanto: 2001, hal 8)
Saat terjadi reaksi kimia timbul aliran elektron dari pelat seng menuju pelat tembaga, sehingga timbul aliran listrik dari pelat tembaga menuju pelat seng dalam rangkaian diluar larutan elektrolit. Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan gas hidrogen dan sejumlah energi, energi tersebut digunakan elektron untuk bergerak dari pelat seng menuju pelat tembaga. Karena terjadi
35
aliran elektron dari pelat seng menuju pelat tembaga melalui larutan elektrolit menyebabkan adanya aliran listrik dari pelat tembaga menuju pelat seng diluar larutan elektrolit. Apabila antara kedua kutubnya dihubungkan lampu melalui penghantar (kabel) maka lampu menyala, jika keadaan tersebut dibiarkan selama waktu tertentu, perlahan-lahan nyala lampu menjadi redup sebab selama terjadi reksi kimia lambat-laun pelat tembaga yang terendam dalam larutan elektrolit tertutup oleh gelembung-gelembung gas hidrogen yang berasal dari pelat seng, peristiwa menempelnya gelembung-gelembung gas hidrogen dari pelat seng pada pelat tembaga disebut dengan polarisasi. Apabila pelat tembaga yang terendam dalam larutan elektrolit sudah tertutup oleh gelembung-gelembung gas hidrogen semakin tebal menyebabkan elemen tersebut menjadi sulit untuk dialiri arus listrik. 2) Elemen kering (baterai) Baterai tersusun dari: batang karbon, pembungkus batang karbon,
larutan
amonium
klorida,
campuran
mangan
(klorida+karbon). Batang karbon berfungsi sebagai kutub positif, pembungkus batang karbon (seng (Zn)) berfungsi sebagai kutub negatif, larutan amonium klorida sebagai larutan elektrolit, sedangkan campuran mangan klorida dengan karbon berfungsi sebagai depolarisator (pelindung larutan elektrolit).
36
Gambar 6. Sketsa elemen kering /baterai (sumber; Purwanto: 2001, hal 9)
Saat baterai digunakan terjadi reaksi antara kutub positif dan kutub negatif. Pada keping seng (Zn) terjadi pelepasan elektron yang mengakibatkan terbentuknya ion seng yang mengandung muatan positif. Elektron yang dilepaskan oleh kutub negatif ditangkap oleh kutub positif
(mangan dioksida dan larutan
amonium klorida). Sewaktu digunakan pelat seng bereaksi dengan amonium klorida dan menghasilkan seng klorida+gas hidrogen. Terjadinya reaksi mengakibatkan jumlah amonium klorida akan berkurang. Bila reaksi terjadi terus-menerus mengakibatkan perbedaan potensial antara kedua pelat bernilai nol. 3) Elemen basah (akumulator) Akumulator
tersusun dari: pelat timbal, pelat timbal
dioksida, larutan elektrolit (H2SO4). Pemasangan pelat timbal dan pelat timbal dioksida dibatasi dengan isolator untuk mencegah terjadinya korsleting antara kedua pelat.
Saat akumulator
37
digunakan kedua pelat berubah menjadi timbal sulfat, sebab kedua pelat tersebut bereaksi dengan larutan elektrolit (H2SO4).
Gambar 7. Sketsa Elemen basah (akumulator) (sumber; Purwanto: 2001, hal 9)
Saat terjadi reaksi pelat timbal melepaskan elektron, sehingga timbul arus listrik dari pelat timbal dioksida menuju pelat timbal. Setelah akumulator digunakan dalam waktu yang lama kedua elektrode menjadi tertutup oleh timbal sulfat sehingga antara kedua pelat tersebut tidak ada lagi beda potensial, dalam keadaan tersebut akumulator dikatakan tidak dapat dimuati muatan listrik. Akumulator merupakan elemen sekunder sebab setelah muatannya habis dapat dimuati muatan listrik kembali, kedua elektrode (positif dan negatif) yang berubah menjadi timbal sulfat dapat dikembalikan menjadi timbal (elektrode negatif) dan timbal dioksida (elektrode positif) dengan cara: kutub positif akumulator dihubungkan dengan kutub positif sumber arus searah (DC), dan elektrode negatif akumulator dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah (DC). Melalui cara tersebut terjadi arus elektron dari sumber arus searah menekan arus elektron
38
akumulator, sehingga elektron akumulator masuk kembali menuju elemen semula. d. Beda potensial Beda potensial sumber tegangan dapat diukur besarnya. Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya beda potensial disebut voltmeter. Voltmeter harus dipasang secara paralel dengan sumber tegangan ataupun peralatan listrik yang akan diukur tegangannya, kutub positif voltmeter dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan atau alat listrik, sedangkan kutub negatif voltmeter dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan atau alat listrik. Saat menggunakan voltmeter, arahkan selektor pada posisi DC, dan tentukan batas ukur tegangan yang mau diukur, batas ukur harus lebih besar dari tegangan yang mau diukur. Ketentuan membaca hasil pengukuran beda potensial:
1) Mengukur beda potensial Beda potensial antara dua titik dapat diukur menggunakan voltmeter, voltmeter secara paralel dengan sumber listrik ataupun alat-alat listrik yang akan dukur besar beda potensialnya. 2) Cara memasang amperemeter dan volmeter Untuk memasang amperemater, rangkaian harus diputus terlebih dahulu, amperemeter dipasang diantara dua komponen
39
rangkaian, dapat dikatakan bahwa amperemeter dipasang seri dengan beban yang mau diukur. Untuk memasang voltmeter, rangkaian tidak perlu diputus terlebih dahulu, volmeter dipasang diujung-ujung beban atau komponen dalam rangkaian, dapat dikatakan bahwa volmeter dipasang paralel dengan beban yang akan diukur beda potensialnya. 3) Mengukur beda potensial antara ujung-ujung alat listrik Arus listrik yang mengalir pada beban dalam rangkaian mengakibatkan adanya selisih potensial antara ujung-ujung beban, dan
sebaliknya
beda
potensial
antara
ujung-ujung
beban
menghasilkan arus listrik dalam suatu beban. Syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terdapat beda potensial pada ujung-ujung beban maka ujung-ujung beban tersebut harus dihubungkan secara langsung atau tidak langsung dengan sumber tegangan maupun dengan sumber listrik yang akan menyebabkan beban tesebut akan dialiri arus listrik. e. Gaya gerak listrik sumber tegangan
Gambar 8. Rangkaian listrik dengan sebuah baterai, saklar, lampu, serta Volmeter (sumber; Purwanto: 2001, hal 12)
40
Angka yang ditunjuk jarum voltmeter ketika saklar terbuka atau saat baterai tidak mengalirkan arus listrik disebut gaya gerak listrik. Sedangkan angka yang ditunjuk jarum voltmeter ketika saklar dalam keadaan tertutup atau ketika baterai dalam keadaan menghantarkan arus listrik disebut dengan tegangan jepit. Pada saat menghantarkan arus listrik sumber tegangan kehilangan energi potensial, energi yang hilang tersebut digunakan oleh elektron untuk bergerak dari kutub positif
sumber
tegangan
dan
memanaskan
penghantar
yang
dilewatinya. Sehingga yang dimaksud dengan gaya gerak listrik sumber tegangan adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber tegangan ketika sumber tegangan dalam keadaan tidak menghantarkan arus. 2. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik a. Hambatan dan hukum Ohm 1) Hambatan Hambatan merupakan besaran yang menyatakan mudah atau tidaknya
suatu penghantar untuk menghantarkan arus listrik.
Materi yang dapat menghantarkan arus listrik disebut dengan konduktor. Kemampuan penghantar untuk menghantarkan arus listrik dinyatakan dengan daya hantar, sedangkan ukuran sukar mudahnya untuk menghantarkan arus listrik disebut dengan hambatan. Jika suatu materi memiliki daya hantar yang besar maka hambatannya kecil, dan sebaliknya jika memiliki hambatan yang
41
besar maka daya hantarnya kecil. Daya hantar adalah besaran yang menyatakan
kemampuan
suatu
penghantar
untuk
dapat
menghantarkan arus listrik. Komponen yang dipergunakan utnuk menghambat atau membatasi arus listrik disebut dengan resistor. 2) Hukum Ohm Hasil bagi tegangan antara ujung-ujung beban dengan kuat arus yang mengalir dalam rangkaian merupakan besar hambatan dari beban yang digunakan. Hasil bagi antara kuat arus dalam suatu beban dengan beda potensial (tegangan) antara ujung-ujung beban tersebut merupakan besarnya daya hantar dari beban yang dipakai. Bila hambatan disimbolkan dengan R, beda potensial (tegangan) disebut V, daya hantar listrik disebut K, dan kuat arus disebut I, maka berlaku hubungan sebagai berikut: R=
V V atau I = atau V = I x R I R
K=
I I atau V = atau I = V x K V K
K=
1 1 atau R = atau 1 = K x R R K
Keterangan: R = hambatan, satuannya ohm (Ω); I = kuat arus, satuannya ampere (A); V = tegangan, satuannya volt (V); K = daya hantar listrik, satuannya (
1 ). ohm
42
b. Hambatan pada kawat penghantar Faktor – faktor yang menentukan besarnya hambatan penghantar: 1) Bila jenis dan penampang sama, makin panjang penghantar makin besar hambatanya, percobaan yang sangat teliti membuktikan bahwa hambatan sebanding atau berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar. Berarti bila panjang kawat n kali semula, maka hambatan juga menjadi n kali semula, sehingga R ≈ L 2) Bila dan jenis panjangnya sama, makin besar penampang kawat, makin kecil hambatanya. Percobaan yang ideal menunjukan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan penampang kawat. Berarti bila penampang kawat n kali, maka hambatan menjadi
sehingga R ≈
1 kali , n
1 A
3) Bila panjang dan luas penampangnya sama, maka hambatanya ditentukan oleh jenisnya. Pengaruhnya pada besar hambatan dinyatakan dengan hambatan sejenis, yang diberi simbol ρ (dibaca rho). Hambatan kawat sebanding dengan hambatan jenis, sehingga R≈ρ secara matematis hubungan dari ke tiga faktor di atas dapat dinyatakan sebagai berikut : R=ρ
RxA L atau ρ = A L
43
Keterangan: R = hambatan kawat, satuannya ohm (Ω); ρ = hambatan jenis kawat, satuannya ohm mm2 dalam SI
adalah ohm. m2/m = ohm m; L =
panjang kawat satuannya meter (m); A = luas penampang kawat, satuanya mm2/m2. Dapat dikatakan hambatan jenis merupakan besarya hambatan dari suatu materi tertentu yang panjangnya 1 meter dan luas penampangnya 1 mm2. c. Kemampuan zat menghantarkan arus listrik Benda atau materi yang dapat menghantarkan arus listrik disebut penghantar atau konduktor, sedangkan yang sulit atau tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut bukan penghantar yang baik atau isolator. d. Arus listrik pada rangkaian tak bercabang dan bercabang
Gambar 9. Rangkaian listrik tak bercabang (sumber; Purwanto: 2001, hal 25)
Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa pada rangkaian tak bercabang, kuat arus yang mengalir disetiap titik
44
besarnya sama. Sehingga ketiga amperemeter tersebut menunjukkan angka yang sama. Sedangkan pada rangkaian bercabang, juga dapat dianalogikan sebagai air yang mengalir pada sungai yang bercabang. Aliran air yang mengalir melalui seluruh cabang jumlahnya sama dengan jumlah air yang mengalir sebelum masuk titik percabangan. Perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar 10. Rangkaian listrik bercabang (sumber; penulis; pengembangan dari Prasodjo, dkk: 2001, hal 42)
Pada gambar rangkaian diatas berlaku hubungan arus yang mengalir pada amperemeter 2, 3, 4, dan 5 jika dijumlahkan besarnya sama dengan arus yang mengalir melalui titik A. Dapat dikatakan pula arus pada titik B merupakan jumlah dari arus yang mengalir melalui lampu 1, 2, 3, dan 4. Pada rangkaian bercabang jumlah arus yang mengalir masuk melalui titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang mengalir
45
keluar dari titik cabang. Pernyataan ini disebut dengan hukum I Kirchoff. Secara matematis pernyataan itu dapat ditulis dengan: Imasuk titik cabang = Ikeluar dari titik cabang e. Rangkaian hambatan listrik Cara menyambung resistor dalam suatu rangkaian listrik dapat dilakukan secara seri maupun paralel. Perhatikan rangkaian lampu pada gambar (11; baik pada rangkaian P, Q, dan R), arus yang mengalir melalui titik X menuju Y melalui R1, R2, dan R3 hanya ada satu jalan arus dan tidak ada titik cabangnya. Hambatan yang dirangkai demikian membentuk rangkaian seri. Dua beban atau lebih terangkai secara seri bila beban-beban tersebut hanya membentuk satu jalan arus, yaitu tidak ada titik pada terminal yang bersekutu, cermati gambar rangkaian di bawah ini!
Gambar 11. Rangkaian hambatan disusun secara seri (sumber: penulis; pengembangan dari Prasodjo: 2002, hal 45)
Dua beban atau lebih terangkai secara paralel bila sepasang-sepasang terminalnya berhubungan secara langsung.
46
Gambar 12. Rangkaian hambatan disusun secara paralel (sumber: penulis; pengembangan dari Prasodjo: 2002, hal 45)
Perhatikan gambar rangkaian di atas, Arus listrik yang mengalir melalui titik P menuju titik Q (baik pada rangkaian X, Y dan Z) jalannya bercabang, yaitu melalui R1, dan R2, dan R3 kemudian jalanya menyatu kembali. R1 berhubungan langsung dengan R2, dan R3 serta terminal R1 yang lain menjadi satu atau berhubungan dengan yang lain. Rangkaian yang demikian disebut rangkaian paralel.
Gambar 13. Rangkaian kombinasi (sumber: penulis)
Pada gambar rangkaian di atas R1 dan R4 terangkai secara seri karena hanya membentuk satu jalan arus. R2 dan R
3
terangkai secara
paralel karena sepasang-sepasang terminalnya berhubungan secara langsung.
47
Sifat-sifat rangkaian seri : 1) Pada beberapa hambatan (resistor) yang dipasang seri, hanya ada satu macam arus sehingga dalam rangkaian seri, kuat arus dimanamana sama. 2) Dalam rangkaian seri, bila ada satu bagian yang terputus maka seluruh rangkaian tidak ada arus. 3) Bila dua penghambat yang hambatanya masing-masing R1 dan R2 dirangkai secara seri maka hambatan secara keseluruhan sama dengan jumlah hambatan kedua resistor tersebut. 4) N resistor yang hambatanya R1,R2,R3,…Rn dapat diganti dengan sebuah resistor Rp dengan catatan nilainya Rp = R1+ R2 ... +Rn. Sifat-sifat rangkaian paralel : 1) Antara ujung-ujung beberapa hambatan yang dirangkai secara paralel hanya ada satu beda potensial. 2) Jumlah arus yang massuk titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang, Imasuk = Ikeluar, hubungan ini disebut dengan hukum I Kirchoff. 3) Pada rangkaian paralel, putusnya salah satu cabang tidak menyebabkan arus pada cabang lain terputus. 4) Bila dua penghambat masing–masing R1 dan R2 dirangkai secara paralel dan hambatan secara keseluruhan Rp maka berlaku hubungan
1 1 1 = + . R p R1 R2
48
5) N resistor yang hambatannya R1,R2,R3,…Rn dapat diganti dengan sebuah resistor Rp asalkan nilainya
1 1 1 1 . ... + = + R P R1 R2 Rn
f. Rangkaian sumber tegangan Beberapa sumber tegangan dapat dirangkai secara seri maupun paralel. Setiap sumber tegangan memiliki nilai hambatan yang disebut dengan hambatan dalam (dilambangkan dengan r). Hambatan dalam inilah yang menyebabkan mengapa ggl sumber tegangan selalu lebih besar daripada tegangan jepitnya, hambatan dalam (r) selalu tersusun seri dengan hambatan luar (R), Berdasarkan hukum Ohm maka dapat dituliskan:
Gambar 14. Rangkaian sumber tegangan (sumber; Purwanto: 2001, hal 32)
E = I ( R + r) Keterangan: E = ggl sumber tegangan, I = kuat arus listrik, R = hambatan luar, r = hambatan dalam, IR = V = tegangan jepit. 1) Rangkaian seri Tiga buah baterai yang dirangkai secara seri seperti pada gambar di bawah ini, pada rangkaian tersebut ggl total merupakan jumlah aljabar tiap-tiap baterai tersebut.
49
Gambar 15. Sumber tegangan disusun secara seri (sumber; Purwanto: 2001, hal 32)
E = E1+E2+E3 Jika ada n buah baterai sejenis yang dirangkai secara seri maka Etot = nE Jika baterai dirangkai secara seri, maka hambatan dalamnya pasti terangkai secara seri. Jika ada n buah baterai sejenis yang dirangkai seri hambatan dalam totalnya: Rtotal = n r maka kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar: I=
nE R + nr
2) Rangkaian paralel Tiga buah baterai yang dirangkai secara paralel, pada rangkaian dibawah ini, ggl tiap-tiap baterai sama dengan ggl totalnya, sehingga besarnya ggl adalah:
Gambar 16. Sumber tegangan yang dirangkai secara paralel (sumber; Purwanto: 2001, hal 33)
50
E1 = E2 = E3 = EXY = E Bila terdapat n buah baterai sejenis yang dirangkai paralel, hambatan dalamnya pasti terangkai secara paralel demikian:
dengan
1 1 1 1 r = + + ... + sehingga rp = rp r1 r2 rn n
Bila terdapat beberapa baterai yang dirangkai secara paralel, gglnya berharga tetap. Tetapi kemampuan menghasilkan arus listrik menjadi lebih besar sebab hambatan totalnya menjadi lebih kecil. Sehingga kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian diatas sebesar: I =
E R+
r n
3. Energi dan Daya Listrik a. Perubahan energi listrik menjadi energi panas Terjadinya perubahan energi listrik menjadi kalor (energi panas) disebabkan oleh kalor, adanya kalor akan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu benda yang dilalui arus listrik, besarnya kalor yang digunakan untuk menaikan suhu benda sebesar: Q = m c ∆T Keterangan: Q = kalor, c = kalor jenis benda, m = massa benda, ∆T = perubahan suhu.
51
Secara umum energi listrik yang timbul dalam rangkaian yang dilalui arus listrik sebanding dengan beda potensial (V), kuat arus (I) ,dan waktu (t) sehingga secara matematis dapat ditulis: W=VIt Keterangan: W = energi listrik (joule); V = tegangan (volt); I = kuat arus (amper); t = waktu (s). Berdasarkan hukum Ohm V = I R, sehingga persamaan yang menyatakan besar energi listrik dapat dinyatakan menjadi: W = I2 R t Keterangan: 1 joule = 0,24 kal atau 1 kal 4,2 joule. b. Daya listrik Energi yang dihasilkan atau yang digunakan setiap satuan waktu disebut daya atau power. Jika selama t sekon arus listrik menghasilkan energi sebesar W maka besarnya daya listrik dapat dinyatakan: P=
w t
Keterangan: P = Daya (watt), W = usaha ( joule ), t = waktu (sekon). dari persamaan energi listrik W = V x I x t, dan definisi daya P= atau W = P x t, maka diperoleh persamaan V x I x t = p x t dengan demikian daya listrik dapat dinyatakan menjadi: P = V x I
w t
52
Keterangan: P = daya (watt), V = tegangan (volt), I = kuat arus (amper) Berdasarkan hukum Ohm, V = I x R, persamaan yang menyatakan daya listrik dapat dituliskan menjadi : P = V x I, oleh karena V = I x R maka P = I2 x R P = V x I, oleh karena V = I x R, maka I =
P=
V , maka : R
V2 R
Pada alat-alat listrik biasanya tertulis besarnya daya listrik dan tegangan yang harus digunakan misalnya pada sebuah bola lampu tertulis 220 V - 25 W, artinya bola lampu dapat menghasilkan energi sebesar 25 W jika dipasang pada tegangan 220 V. Jika dipasang pada tegangan kurang dari 220 V bola lampu tersebut akan menyala redup dan jika dipasang pada tegangan lebih dari 220 V bola lampu tersebut akan menyala terang, namun filamennya lebih cepat putus. Daya dan tegangan pada suatu alat listrik sangat bervariasi nilainya, tetapi hambatan dalam yang terdapat dalam alat tersebut besarnya tetap. Jika nilai tegangan dan daya listrik pada suatu alat listrik tidak diketahui, besarnya hambatan dalam yang terdapat dalam alat tersebut dapat ditentukan dengan: R =
V2 P
Keterangan: P = Daya (watt), V = tegangan (volt), R = hambatan listrik (ohm).
53
F. Kaitan Dasar Teori dengan Metode Penelitian Sebagai bahan kajian dan rujukan penelitian ini melibatkan beberapa teori. Kajian teori yang diangkat merupakan sumber inspirasi dalam merancang penelitian ini. Kajian teori belajar dan pembelajaran melatar-belakangi dalam pemilihan sampel penelitian serta perancangan treatment, tepatnya pada identifikasi metode pembelajaran yang akan diterapkan pada sampel penelitian. Kajian filsafat konstruktivisme direalisasikan melalui penerapan model belajar dengan metode presentasi kelompok, melalui model ini siswa berpeluang lebih banyak untuk menggali dan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Selain hal tersebut melalui metode presentasi peluang siswa untuk melibatkan diri secara aktif juga semakin luas. Terdapat dua hal utama yang terkandung dalam kajian filsafat konstruktivisme yaitu: 1) pengetahuan merupakan hasil konstruksi seseorang melalui proses belajar yang ditandai adanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik; 2) belajar merupakan proses berkelanjutan dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui serangkaian proses, pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan sekitar maupun obyek belajar. Berdasarkan uraian tersebut maka, dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas pemahaman diukur dengan pemberian test, untuk melihat ada dan tidaknya perubahan pemahaman
54
direalisasikan melalui pretest-posttest. Sedangkan untuk mengukur kuantitas keterlibatan siswa selama pembelajaran dikontrol melalui proses pengamatan oleh observer. Pada dasarnya sains merupakan kesatuan antara aspek proses, hasil, serta sikap. Pada penelitian ini aspek hasil dan proses telah diidentifikasi berdasarkan kajian filsafat konstruktivisme. Sedangkan kajian kecenderungan sikap siswa diidentifikasi melalui beberapa teori sikap yang memiliki relevansi dengan konteks penelitian ini. Kajian teori sikap melatar-belakangi dalam perancangan lembar kuesioner dalam rangka menghimpun data sikap yang melandasi siswa terhadap penerapan metode pembelajaran. Kristalisasi dari beberapa kajian teori yang melatar-belakangi penelitian ini bermuara pada perancangan dan penyusunan metodologi penelitian yang didalamnya memuat sejumlah hal seperti: perancangan dan penyusunan instrument penelitian, analisis data, pembahasan hasil analisis data, serta perancangan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini.
G. Perumusan Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang terdapat pada bagian awal, hipotesis dirumuskan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih membantu siswa dalam hal memahami konsep-konsep fisika jika dibandingkan dengan metode ceramah.
55
2. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran, dibandingkan dengan metode ceramah. 3. Pembelajaran dengan metode presentasi kelompok lebih mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran, dibandingkan dengan metode ceramah.
56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Tahap Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus “hipotesis inferensial”. Hal yang mendukung antara lain: proses olah data melibatkan hipotesis sebagai dasar penarikan kesimpulan, selain itu pengukuran variabel menghasilkan data angka, selanjutnya penarikan kesimpulan dilandasi hasil uji statistik. Penelitian ini melibatkan dua kelas dan dua model pembelajaran. Pembelajaran pada kelas uji ditempuh melalui metode presentasi kelompok, sedangkan pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah. Diagram pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Gambar 17. Skema pelaksanaan penelitian.
56
57
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur I Kalibawang Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 21 Juli 2008 sampai dengan tanggal 20 November 2008.
C. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian yaitu siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur I Kalibawang Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. 2. Sampel Penelitian melibatkan siswa-siswi kelas IX A sebagai kelas uji dan kelas IX B sebagai kelas kontrol, dengan jumlah seluruhnya 58 partisipan yang terdiri dari 27 siswa dan 31 siswi.
D. Treatment 1.
Pada Kelas Uji Rangkaian
pembelajaran
ditempuh
dengan
pendekatan
konstruktivistik yang diwujud-nyatakan melalui metode presentasi kelompok. 2.
Pada Kelas Kontrol Rangkaian pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode konvensional (ceramah).
58
E. Instrument Penelitian 1. Test (Pretest dan Posttest) Instrument ini dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa. Berhasil dan tidaknya belajar siswa dikaji melalui ada tidaknya perbedaan hasil pencapaian pretest dan posttest. Tipe soal yang dipilih yakni soal essai. Soal test dirancang berdasarkan tabel di bawah ini. Tabel 1. Distribusi Soal Test Berdasarkan Indikator Pencapaian Hasil Belajar Serta Taraf yang Mau Diukur Butir soal
Taraf Indikator pencapaian hasil belajar • Mampu memahami konsep arus listrik dan beda potensial listrik.
Ingatan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
(1)
-
-
-
1
• Memahami konsep kuat arus listrik dan mampu menganalisis perhitungannya.
-
-
(2a)
-
1
• Memahami prinsip pengukuran beda potensial secara manual menggunakan Volmeter analog.
-
(2b)
-
-
1
• Menyelidiki hubungan antara arus listrik dan beda potensial dalam suatu rangkaian berdasarkan hukum Ohm, serta mampu menganalisis perhitungannya.
-
(3a)
(3b)
-
2
59
Butir soal
Taraf Indikator pencapaian hasil belajar • Memahami faktor apa saja yang mempengaruhi hambatan jenis suatu penghantar listrik dan mampu menerapkannya dalam menghitung besarnya hambatan listrik suatu penghantar. • Memahami makna konduktor, semikonduktor, dan isolator beserta contoh bendanya. • Memahami prinsip hukum Kirchoff I dan mampu menerapkannya dalam menghitung kuat arus (I) dalam suatu rangkaian listrik. • Memahami prinsip hambatan pengganti baik pada rangkaian seri maupun listrik paralel, serta mampu memahami esensi hubungan antara arus listrik, beda potensial, dan hambatan listrik. • Memahami konsep gaya gerak listrik (ggl) pada suatu rangkaian listrik dan mampu menentukan besarnya ggl beberapa sumber listrik yang disusun bervariasi. • Memahami karakteristik sumber elemen primer dan sekunder (memahami: fungsi komponen penyusun, prinsip kerjanya) serta mampu mengelompokkan mana yang termasuk sumber listrik primer dan sekunder.
Ingatan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
-
(4a)
(4b)
-
2
(5)
-
-
-
1
-
-
(6)
-
1
-
(7a)
(7b,c)
(7c)
3
-
(8)
-
-
1
(9a1,a2,a3)
(9a1,a2,a3), (9b)
-
-
4
60
Butir soal
Taraf Indikator pencapaian hasil belajar • Memahami konsep gaya gerak listrik, dan tegangan jepit sumber listrik yang dipasang pada suatu rangkaian listrik, serta menerapkannya untuk memecahkan masalah terkait gaya gerak listrik, dan tegangan jepit sumber listrik • Memahami hubungan antara tegangan (V), arus listrik (I) dengan besarnya energi listrik yang dihasilkan suatu alat listrik. • Memahami konsep kalor berdasarkan data yang ada, dan mampu mengembangkannya untuk memecahkan persoalan yang diberikan. • Memahami konsep daya listrik (P) dan energi listrik (w), serta hubungan antara keduanya, memahami esensi spesifikasi suatu alat listrik, serta mampu memecahkan masalah terkait konsep daya listrik dan energi listrik. • Memahami prinsip perhitungan pemakaian energi listrik serta mampu melakukan perhitungan penggunaan energi listrik pelanggan PLN.
Ingatan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
(10a)
(10a)
(10b)
(10b)
2
-
-
(11)
-
1
-
(12)
(12)
(12)
1
-
(13a,13b)
(13c)
-
3
-
(14)
-
(14)
1 14
Jumlah Soal
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dengan pasti jumlah soal yang diperlukan, selanjutnya dari rincian aspek tersebut didistribusikan
61
menjadi 15 indikator pencapaian hasil belajar. Soal secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 2 halaman 99. Contoh soal test: 1. Adakah hubungan antara kuat arus listrik dan beda potensial? Jika ada jelaskan bagaimana hubungannya? (dikenal dengan apa?) dan jika tidak ada hubungannya mengapa? (jelaskan!) 2. Ketika ujung-ujung sebuah penghantar diberi beda potensial 5 volt, dalam penghantar mengalir arus listrik sebesar 4,25 Amper. Hitunglah besarnya hambatan listrik pada penghantar tersebut! 2. Pengamatan Instrument ini digunakan untuk mengamati keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa dikontrol melalui hasil observasi
langsung oleh observer. Hal-hal yang diamati
dikelompokkan menjadi 6 keterlibatan, aspek-aspek keterlibatan yang dimaksud yakni: Tabel 2. Pengelompokan Aspek Keterlibatan Siswa No 1 2 3 4 5 6
Aspek keterlibatan Mengajukan gagasan Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Membantu teman yang mendapat kesulitan Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) Mengerjakan soal latihan
3. Kuesioner Sikap Instrument ini digunakan untuk menghimpun data sikap siswa terhadap pelaksanaan metode pembelajaran. Oleh karena melibatkan dua treatment, maka soal kuesioner untuk masing-masing grup disesuaikan
62
dengan treatmentnya. Soal kuesioner menganut tipe soal berstruktur. Alternatif pilihan yang tersedia yaitu: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Masing-masing alternatif peryataan memiliki bobot tertentu sesuai dengan jenis pernyataannya. Tipe soal kuesioner yang dipakai yaitu soal kuesioner tipe positif. a. Contoh soal kuesioner untuk kelas uji: Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode presentasi terasa lebih bermakna. a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
b. Contoh soal kuesioner untuk kelas kontrol: Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode ceramah terasa lebih bermakna. a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
Untuk masing-masing grup jumlah soal kuesioner 20 item, soal kuesioner secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 8 halaman 151.
F. Validitas Instrument Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) test (pretest dan posttest); 2) lembar observasi (pengamatan); dan 3) lembar kuesioner sikap. Perancangan semua instrument (soal test, pengamatan, serta soal kuesioner) mengacu pada validitas isi. 1. Test (Pretest dan Posttest)
63
Soal test disusun untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran, penyusunan soal test menekankan pada isi materi pembelajaran. Untuk menjamin hal ini perancangan soal dilakukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar yang mau diukur. 2. Observasi (pengamatan) Proses pengamatan digunakan untuk mengumpulkan sejumlah gejala yang muncul, tepatnya aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Untuk memperkuat hasil pengamatan maka peneliti menetapkan kriteria keterlibatan yang diwujud-nyatakan menjadi aspek-aspek keterlibatan. 3. Kuesioner Sikap Kuesioner disusun untuk menghimpun pernyataan sikap siswa terkait pelaksanaan metode pembelajaran. Agar data pernyataan sikap yang diperoleh dapat mencerminkan keadaan siswa, maka soal kuesioner disusun berdasarkan isi kajian teoritis sikap yang mendukung, dalam hal ini menganut isi kajian teoritis sikap yang peneliti tetapkan pada bagian landasan teori.
G. Metode Analisis Data 1. Analisis skor test Untuk mengawali proses analisis hasil test peneliti menyiapkan pedoman jawaban serta kriteria penentuan skor hasil pengerjaan siswa untuk setiap soal. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan skor hasil test untuk setiap soal yakni:
64
Bila langkah pengerjaan sesuai pedoman jawaban dan hasilnya benar maka skornya penuh.
Bila langkah pengerjaan sesuai pedoman jawaban dan hasilnya kurang benar maka skornya tidak penuh.
Bila langkah pengerjaan kurang sesuai pedoman jawaban dan hasilnya kurang benar maka skornya juga tidak penuh.
Bila tidak dikerjakan sama sekali maka skornya nol. Penskoran hasil test secara lengkap dapat dibaca pada lampiran 4
halaman 116. a. Pemahaman awal siswa Tahap ini diawali dengan menentukan garis besar rencana olah data, dalam hal ini merancang skema olah data untuk menganalisis data pretest. Skema olah data dirancang sebagai berikut:
Gambar 18. Skema pengolahan data pretest.
Setelah skor pretest dihimpun selanjutnya dilakukan proses olah data. Untuk menguji apakah skor pencapaian test pemahaman awal (pretest) dari kedua kelas berbeda atau tidak maka skor pretest dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent (independent
65
samples test). Uji statistik dilakukan dengan program SPSS. Menurut teori statistik untuk sampel independent persamaannya sebagai berikut: t=
t=
( x1 − x 2 )
.....................jika n1 = n2
⎡ s12 s 22 ⎤ ⎢ + ⎥ ⎣ n1 n2 ⎦
( x1 − x 2 ) ⎡ (n1 − 1) s + (n2 − 1) s 22 ⎤ ⎡ 1 1⎤ ⎢ ⎥⎢ + ⎥ (n1 + n2 − 2) ⎣ ⎦ ⎣ n1 n2 ⎦ 2 1
.......... jika n1≠ n2
b. Perbandingan pencapaian hasil belajar siswa
Langkah yang ditempuh untuk mengukur terjadi dan tidaknya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa yaitu dengan menentukan skema olah data untuk menganalisis data pretest-posttest. Skema olah data dirancang sebagai berikut:
Gambar 19. Skema pengolahan data pretest-posttest.
Untuk mengetahui terjadi dan tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dapat dianalisis berdasarkan skor pencapaian pretest – posttest. Skor pretest - posttest
dianalisis menggunakan uji–t sampel
berpasangan (paired samples statistics). Menurut teori statistik untuk sampel berpasangan persamaannya sebagai berikut:
66
( x1 − x 2 )
t real =
(∑ D) 2 N N ( N − 1)
[∑ D 2 −
c. Efektifitas metode pembelajaran
Untuk mengetahui bagimana pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa perlu menentukan skema olah data untuk menganalisis data posttest. Skema olah data dirancang sebagai berikut:
Gambar 20. Skema pengolahan data posttest.
Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman akhir (posttest) dari kedua kelas berbeda atau tidak maka skor posttest dianalisis dengan menggunakan uji–t sampel independent (independent samples test). 2. Analisis keterlibatan siswa
Data keterlibatan siswa selama pembelajaran dihimpun berdasarkan hasil pengamatan observer. Aspek keterlibatan yang diamati dimuat dalam tabel dibawah ini:
67
Tabel 3. Aspek Keterlibatan Siswa yang Diamati Selama Pembelajaran No 1 2 3 4 5 6
Aspek keterlibatan Kode Mengajukan gagasan a Mengajukan pertanyaan b Menjawab pertanyaan c Membantu teman yang mendapat kesulitan d Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) e Mengerjakan soal latihan f
Proporsi keterlibatan siswa dalam setiap aspek di atas ditetapkan sebagai berikut: a) untuk setiap aspek keterlibatan, siswa maksimal dapat terlibat 5 kali. Setiap siswa yang terlibat dalam 1 aspek, diberi skor 1 dan sebaliknya bila tidak terlibat skornya nol. Total skor keterlibatan bila pada setiap aspek dapat terpenuhi semuanya sebesar 30, dan sebaliknya bila terdapat siswa yang sama sekali tidak terlibat skornya nol. Hasil rekapitulasi keterlibatan siswa selama pembelajaran dimuat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Keterlibatan Siswa Berdasarkan Aspek dan Prosentase Keterlibatan No
Kode AK
1 2 3 4 5 6
a b c d e f
Catatan : AK RPK
Jumlah Siswa
Siswa yang terlibat
Prosentase (%)
RPK (%)
= Aspek keterlibatan = Rerata prosentase keterlibatan
Untuk mengetahui prosentase keterlibatan siswa pada setiap aspek ditentukan dengan prosedur sebagai berikut:
68
prosentase (%) =
Jumlah siswa yang terlibat x 100 Jumlah siswa seluruhnya
Sedangkan untuk mengetahui rerata prosentase keterlibatan (RPK) siswa secara keseluruhan pada kelas yang diteliti ditentukan dengan prosedur sebagai berikut: RPK (%) =
∑ ( prosentase setiap aspek ) 6
Berdasarkan tabel 4, selanjutnya dilakukan kualifikasi keterlibatan siswa menjadi lima tingkatan yaitu: sangat tinggi; tinggi; cukup; rendah; serta sangat rendah. Penggolongan tersebut dapat dinyatakan dalam tabel berikut ini: Tabel 5. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa Prosentase Keterlibatan Efektivitas (%) 81 - 100 Sangat tinggi (ST) 61 - 80 Tinggi (T) 41 - 60 Sedang-sedang saja (SS) 21 - 40 Rendah (R) ≤ 20 Sangat rendah (SR) (Sumber; Kartika Budi: 2001, hal 55)
3. Analisis sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Data sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dihimpun berdasarkan hasil pengisian soal kuesioner. Kuesioner tipe positif setiap alternatif pilihan memiliki bobot: (a) skornya 5; (b) skornya 4; (c) skornya 3; (d) skornya 2; dan (e) skornya 1. Jumlah soal kuesioner untuk masingmasing sampel ada 20 soal, skor maksimum dari pengisian soal kuesioner sebesar 100, sedangkan skor minimumnya 20.
69
Tahap berikutnya yaitu rekapitulasi skor pengisian kuesioner yang dicapai masing-masing siswa. Analisis untuk data ini ditempuh dengan mengkonversi skor pengisian kuesioner menjadi bentuk prosentase (%), caranya: prosentase (%) =
Skor yang dicapai siswa x 100 Skor maksimum
Hasil rekapitulasi skor pengisian kuesioner dimuat dalam tabel berikut: Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Pengisian Kuesioner Kode Skor Prosentase (%) 1. 2. 3. . . . n.
Rangkaian analisis data pada tabel di atas dilanjutkan dengan mengelompokkan prosentase (%) hasil pengisian kuesioner ke dalam tabel di bawah ini: Tabel 7. Kriteria Kualifikasi Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Prosentase (%) Kualifikasi Sikap ≤ 20 Sangat Negatif (SN) 21 – 40 Negatif (N) 41 – 60 Netral (NT) 61 – 80 Positif (P) 81 – 100 Sangat Positif (SP) (Sumber; Kartika Budi: 2001, hal 55)
70
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
A. Proses Pengambilan Data Rangkaian penelitian diawali dengan kegiatan observasi oleh peneliti, tujuan-nya untuk mengetahui bagaimana situasi dan kondisi siswa sebelum diteliti. Selain hal itu peneliti mengumpulkan data keadaan kedua kelas dari hasil konsultasi dengan guru pengampu mata pelajaran IPA di sekolah tersebut. Proses pengambilan data terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Awal Kegiatan yang dilakukan peneliti: a. Melakukan tes awal (pretest). b. Mengoreksi hasil pengerjaan siswa berdasarkan pedoman yang disiapkan. c. Mengambil sampel penelitian guna menentukan mana yang dipilih menjadi kelas uji dan kelas kontrol. d. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Inti a. Proses pembelajaran pada kelas uji 1) Kegiatan yang dilakukan peneliti: a) Mengkomunikasikan
rencana
pelaksanaan
terkait metode yang telah ditetapkan.
70
pembelajaran
71
b) Membagi siswa dalam kelompok, satu kelompok terdiri dari 3 – 4 siswa (pembagian-nya berdasarkan hasil pengerjaan test, diusahakan setiap kelompok proporsi kemampuan anggotanya seimbang). c) Membagi format penyusunan materi presentasi untuk setiap kelompok. d) Membagi materi listrik dinamik untuk masing-masing kelompok (satu kelompok mendapatkan 1 sampai 2 bahasan, bila
sub-
satu sub-bahasan isinya banyak maka satu
kelompok cukup diberi satu sub-bahasan). e) Mengulas materi yang dipresentasikan kelompok penyaji, tujuan-nya seandainya masih terjadi kekeliruan segera dapat dibenahi. f) Memberikan contoh dan soal latihan, terkait materi yang baru saja dipresentasikan kelompok. g) Menyimpulkan materi maupun pekerjaan yang telah dibahas bersama. 2) Kegiatan yang dilakukan siswa: a) Mempelajari materi dari sumber belajar yang tersedia (bekerja dalam kelompok, dilanjutkan dengan pembagian tugas terhadap anggotanya).
72
b) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, waktunya 10 sampai 15 menit, setelah itu dilanjutkan dengan sesi tanyajawab sekitar 10 sampai 15 menit. c) Menjelaskan persoalan yang diajukan peserta lain. d) Membantu
memecahkan
persoalan
yang
muncul
saat
pembelajaran. e) Memperhatikan penjelasan yang disampaikan kelompok lain. f) Mengajukan konsep, pernyataan, maupun sanggahan terhadap kelompok penyaji. g) Menjawab pertanyaan yang diajukan perserta lain. h) Mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. i) Mencatat, memahami hal-hal yang fundamental maupun penjelasan tambahan dari peneliti. 3) Kegiatan yang dilakukan observator: a) Mengamati
keterlibatan
siswa
selama
pembelajaran
berdasarkan aspek-aspek keterlibatan yang telah ditetapkan peneliti. b. Proses pembelajaran pada kelas kontrol 1) Kegiatan yang dilakukan peneliti: a) Mengajar dan menjelaskan materi pembelajaran. b) Melibatkan siswa dalam iklim pembelajaran, misalnya memberikan pertanyaan.
73
c) Memberikan contoh soal dan latihan, setelah konsep selesai dibahas agar siswa lebih memahami materi yang baru saja dipelajari. d) Membahas ulang hasil pengerjaan siswa misalnya: membaca ulang,
mengomentari,
membenahi
kekeliruan,
serta
menyimpulkannya. 2) Kegiatan yang dilakukan siswa: a) Mempelajari materi dari sumber belajar yang tersedia dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan peneliti. b) Mengajukan konsep, pernyataan, maupun sanggahan kepada peneliti. c) Mencatat, memahami hal-hal yang fundamental maupun penjelasan dari peneliti. d) Menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti maupun teman sekelas dan membantu memecahkan persoalan yang muncul saat pembelajaran berlangsung. e) Mengerjakan
tugas
yang
diberikan
peneliti,
misalnya
mengerjakan soal-soal latihan. 3) Kegiatan yang dilakukan observator: a) Sama dengan kegiatan yang dilakukan di kelas uji, (lihat halaman 72). 3. Akhir a. Kegiatan yang dilakukan peneliti:
74
1. Menyelenggarakan test pemahaman akhir (posttest). 2. Membagikan soal kuesioner pengukur sikap. 3. Mengoreksi hasil posttest berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan. 4. Mengumpulkan data sikap siswa berdasarkan hasil pengisian soal kuesioner. b. Kegiatan yang dilakukan siswa: 1.Mengerjakan soal pemahaman akhir (posttest). 2.Mengisi pernyataan sikap yang terdapat pada soal kuesioner.
B. Data dan Analisis 1. Skor Test a. Skor pretest dan posttest 1) Kelas uji Tabel 8. Skor pretest-posttest Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Pretest 67 38 54 32 45 56 50 46 60 42 34 58 44 43 66
Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Posttest 90 69 82 69 58 75 79 62 84 59 65 85 75 74 85
75
Kode 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Pretest 41 43 40 54 56 48 52 52 50 38 65 65 54 58
Kode 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Posttest 68 75 62 77 78 78 73 78 79 65 90 92 75 77
2) Kelas kontrol Tabel 9. Skor pretest-posttest Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Pretest 54 56 47 56 56 54 66 50 50 38 65 66 64 48 44 46 60 46 41 34 56 48 44
Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Posttest 70 62 47 64 63 73 74 63 56 57 76 72 65 55 58 54 74 54 50 33 66 63 58
76
Kode 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Pretest 64 38 36 54 46 50
Kode 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Posttest 74 80 68 62 46 55
Sebagai informasi sebelum data skor (pretest dan posttest) diolah, terlebih dahulu diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS, berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa semua data skor (pretest dan posttest) distribusinya normal. (uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 147). b. Analisis pemahaman awal siswa Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman awal (pretest) dari kedua kelas berbeda atau tidak, maka skor pretest dianalisis
dengan
menggunakan
uji–t
sampel
independent
(independent samples test). Berdasar tabel. (8 dan 9) diperoleh hasil sebagai berikut: Group Statistics
SKOR
GRUP 1 2
N 29 29
Mean 50.03 50.93
Std. Deviation 9.716 9.169
Std. Error Mean 1.804 1.703
Hasil analisis grup statistik skor pretest adalah sebagai berikut: 1) grup (1) dari 29 siswa, skor rerata 50,03, standar deviasi 9,719, serta rerata simpangan 1,804; 2) grup (2) dari ke-29 siswa, skor rerata 50,93, standar deviasi 9,169, serta rerata simpangannya 1,703.
77
Dari analisis test sampel independent tahap selanjutnya diperoleh
treal = − 0, 361 = 0,361.
Hasil
ini
lebih
kecil
jika
dibandingkan dengan harga tcritical yang terdapat pada tabel distribusi t dengan level signifikasi (α = 0,05) untuk df = 56, untuk kasus ini tcritical = 2,0105. Oleh karena 0,361 < 2,0105, berarti tidak signifikan, dalam kajian ini berarti tingkat pemahaman awal (sebelum diberi treatment) dari kelas uji dan kelas kontrol sama. c. Analisis perbandingan pencapaian hasil belajar siswa Untuk mengetahui ada dan tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dapat dianalisis berdasarkan skor pencapaian pretest – posttest. Skor pretest - posttest dianalisis menggunakan uji-t untuk sampel berpasangan (paired samples statistics). 1) Kelas uji Berdasarkan tabel 8 diperoleh hasil sebagai berikut: Paired Samples Statistics
Pair 1
Pretest Posttest
Mean 50.03 75.10
N 29 29
Std. Deviation 9.716 9.151
Std. Error Mean 1.804 1.699
78
Hasil uji statistik sampel berpasangan skor pretest-posttest sebagai berikut: a) hasil pretest menunjukkan, skor rerata 50,03, standar deviasi 9,716, serta rerata simpangannya 1,804; b) hasil posttest menunjukkan, skor rerata 75,10, standar deviasi 9,151, serta rerata simpangannya 1,699. Paired Samples Correlations N Pair 1
Pretest & Posttest
29
Correlation .826
Sig. .000
Dari hasil uji statistik test sampel berpasangan tahap selanjutnya diperoleh treal = − 24,138 = 24,138 . Hasil ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tcrit pada tabel distribusi harga t dengan level signifikasi (α = 0,05), untuk kajian ini tcritical = 2,048 untuk df = 28. Oleh karena treal > tcritical, berarti signifikan, berarti skor posttest sungguh mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan skor pretest, hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran dengan metode presentasi kelompok “untuk kasus yang diteliti” dapat meningkatkan pemahaman konsep. 2) Kelas kontrol Berdasarkan tabel 9 diperoleh hasil sebagai berikut:
79
Hasil uji statistik sampel berpasangan skor pretest-posttest adalah sebagai berikut: a) hasil pretest menunjukkan, skor rerata 50,93, standar deviasi 9,169, serta rerata simpangannya 1,703; b) hasil posttest menunjukkan, skor rerata 61,79, standar deviasi 10,503, serta rerata simpangannya 1,950.
Dari hasil uji statistik test sampel berpasangan tahap selanjutnya diperoleh treal = − 6, 480 = 6, 480. Hasil ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tcritical pada tabel distribusi harga t dengan level signifikasi (α = 0,05), untuk kasus ini tcritical = 2,048 untuk df = 28. Oleh karena treal > tcritical, berarti signifikan, berarti pula skor posttest mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan skor pretest, hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran dengan metode konvensional “untuk kasus yang diteliti” juga dapat meningkatkan pemahaman konsep.
80
d. Analisis efektivitas metode pembelajaran Untuk mengetahui apakah skor pencapaian test pemahaman akhir (posttest) dari ke dua kelas berbeda atau tidak maka skor posttest dianalisis
dengan
menggunakan
uji–t
sampel
independent
(independent samples test). Berdasar tabel. (8 dan 9) diperoleh hasil sebagai berikut: Group Statistics
SKOR
GRUP 1 2
N 29 29
Mean 75.10 61.79
Std. Deviation 9.151 10.503
Std. Error Mean 1.699 1.950
Hasil uji grup statistik untuk skor posttest adalah sebagai berikut: 1) grup (1) dari 29 siswa, skor rerata 75,10, standar deviasi 9,151, serta rerata simpangannya 1,699; 2) grup (2) dari 29 siswa, skor rerata 61,79, standar deviasi 10,503, serta rerata simpangannya 1,950.
Dari analisis test sampel independent tahap selanjutnya diperoleh treal =
− 5,146 = 5,146. Hasil ini lebih besar
jika
dibandingkan dengan harga tcritical pada tabel distribusi t dengan level signifikasi (α = 0,05) untuk df = 56, untuk kasus ini tcritical = 2,0105.
81
Oleh karena 5,146 > 2,0105 , berarti signifikan, dalam kajian ini skor pencapaian test posttest (sesudah diberi treatment) dari kelas uji lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Jadi model pembelajaran dengan metode presentasi kelompok “untuk kasus yang diteliti” terbukti lebih meningkatkan pemahaman konsep jika dibandingkan dengan metode ceramah. 2. Keterlibatan Siswa Selama Proses Pembelajaran Pada bagian ini data berupa angka komulatif keterlibatan siswa dalam setiap aspek keterlibatan selama pembelajaran berlangsung, data ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan observer. Aspek keterlibatan yang diamati dapat dibaca pada tabel 2 (halaman: 61). a. Kelas uji 1) Data keterlibatan siswa Tabel 10. Data Keterlibatan Siswa Berdasar Prosentase Beserta Kualifikasinya Tingkat No Kode J S Jumlah Prosentase R P K (%) (%) Keterlibatan AK yang Terlibat 79,3 1 a 23 Tinggi 2 b 27 Sangat tinggi 93,1 3 c 29 21 77,0166 Tinggi 72,4 4 d 23 Tinggi 79,3 5 e 22 Tinggi 75,9 6 f 18 Tinggi 62,1 Keterangan: AK = Aspek keterlibatan RPK = Rerata prosentase keterlibatan JS = Jumlah siswa
2) Analisis data keterlibatan siswa a) Secara umum tingkat keterlibatan siswa pada kelas uji berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 77,02 %.
82
b) Bila dikaji secara khusus (berdasar aspek keterlibatan) hasilnya sebagai berikut:
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan gagasan sebesar 79,3 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan pertanyaan sebesar 93,1 %, keterlibatannya sangat tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal menjawab pertanyaan sebesar 72,4 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal membantu teman yang mendapat kesulitan sebesar 79,3 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal bersikap kritis sebesar 75,9 %, keterlibatannya tergolong tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengerjakan soal latihan sebesar 62,1 %, keterlibatannya tinggi.
b. Kelas kontrol 1) Data keterlibatan siswa Tabel 11. Data Keterlibatan Siswa Berdasar Prosentase Beserta Kualifikasinya Tingkat No Kode J S Jumlah Prosentase R P K (%) (%) Keterlibatan AK yang Terlibat 1 a 22 Tinggi 75,9 2 b 24 Sangat tinggi 82,8 3 c 29 21 70,1333 Tinggi 72,4 4 d 22 Tinggi 75,9 5 e 15 Sedang 51,7 6 f 18 Tinggi 62,1
83
2) Analisis data keterlibatan siswa a) Secara umum tingkat keterlibatan siswa pada kelas kontrol berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 70,13 %. b) Bila dikaji secara khusus (berdasar aspek keterlibatan) hasilnya sebagai berikut:
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan gagasan sebesar 75,9 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengajukan pertanyaan sebesar 82,8 %, keterlibatannya sangat tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal menjawab pertanyaan sebesar 72,4 %, sehingga keterlibatannya tinggi
Tingkat keterlibatan dalam hal membantu teman yang mendapat kesulitan sebesar 75,9 %, keterlibatannya tinggi.
Tingkat keterlibatan dalam hal bersikap kritis sebesar 51,7 %, keterlibatannya sedang.
Tingkat keterlibatan dalam hal mengerjakan soal latihan sebesar 62,1%, keterlibatannya tinggi.
3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran Pada bagian ini data berupa skor yang merepresentasikan sikap setiap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran yang dikaji. Data tersebut diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan peneliti kepada siswa, tepatnya setelah seluruh rangkaian pembelajaran pada masing-masing kelas terselesaikan.
84
Hal-hal yang berkaitan dengan kuesioner dapat dibaca pada bagian instrument penelitian (halaman 61). Sedangkan kerangka acuan yang dipakai dalam mengolah data skor sikap dapat dicermati pada bagian metode analisis data (halaman 68). a. Kelas uji 1) Data skor sikap siswa Tabel 12. Data Skor Sikap Siswa Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Berseta Kualifikasinya Kode Skor Prosentase (%) Kualifikasi Sikap 1. 100 100 Sangat Positif 2. 84 84 Sangat Positif 3. 67 67 Positif 4. 66 66 Positif 5. 64 64 Positif 6. 73 73 Positif 7. 82 82 Sangat Positif 8. 65 65 Positif 9. 100 100 Sangat Positif 10. 71 71 Positif 11. 62 62 Positif 12. 97 97 Sangat Positif 13. 67 67 Positif 14. 84 84 Sangat Positif 15. 97 97 Sangat Positif 16. 78 78 Positif 17. 85 85 Sangat Positif 18. 64 64 Positif 19. 70 70 Positif 20. 69 69 Positif 21. 64 64 Positif 22. 65 65 Positif 23. 75 75 Positif 24. 64 64 Positif 25. 64 64 Positif 26. 91 91 Sangat Positif 27. 90 90 Sangat Positif 28. 73 73 Positif 29. 69 69 Positif
85
2) Analisis data skor sikap siswa Berdasarkan tabel kriteria kualifikasi sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran (halaman 69), maka hasilnya dinyatakan menjadi tabel berikut: Tabel 13. Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Beserta Prosentasenya No Kualifikasi Sikap Jumlah Siswa Prosentase (%) 1. Sangat Negatif (SN) 0 0 2. Negatif (N) 0 0 3. Netral (NT) 0 0 4. Positif (P) 19 65,52 5. Sangat Positif (SP) 10 34,48 Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan hasil sebagai berikut: 19 siswa (65,69 %) bersikap positif; serta 10 siswa (34,48 %) bersikap sangat positif terhadap penerapan metode presentasi kelompok. Tidak ditemukan siswa yang bersikap netral, negatif, serta sangat negatif terhadap penerapan hal ini. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa penerapan metode presentasi kelompok dapat menumbuhkan sikap positif pada diri siswa pada saat mengikuti rangkaian pembelajaran. b. Kelas kontrol 1) Data skor sikap siswa Tabel 14. Data Skor Sikap Siswa Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Berseta Kualifikasinya Kode Skor Prosentase (%) Kualifikasi Sikap 1. 83 83 Sangat Positif 2. 62 62 Positif 3. 62 62 Positif 4. 77 77 Positif 5. 80 80 Positif
86
Kode 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Skor 76 87 68 67 72 96 74 60 58 92 63 85 61 61 52 86 84 56 64 93 80 67 49 73
Prosentase (%) 76 87 68 67 72 96 74 60 58 92 63 85 61 61 52 86 84 56 64 93 80 67 49 73
Kualifikasi Sikap Positif Sangat Positif Positif Positif Positif Sangat Positif Positif Netral Netral Sangat Positif Positif Sangat Positif Positif Positif Netral Sangat Positif Sangat Positif Netral Positif Sangat Positif Positif Positif Netral Positif
2) Analisis data skor sikap siswa Berdasarkan tabel kriteria kualifikasi sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran (halaman 69), maka hasilnya dinyatakan menjadi tabel berikut: Tabel 15. Hasil Kualifikasi Sikap Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Beserta Prosentasenya No Kualifikasi Sikap Jumlah Siswa Prosentase (%) 1. Sangat negatif (SN) 0 0 2. Negatif (N) 0 0 3. Netral (NT) 5 17,24 4. Positif (P) 16 55,17 5. Sangat positif (SP) 8 27,59
87
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan hasil sebagai berikut: 5 siswa (17,24 %) bersikap netral; 16 siswa (55,17 %) bersikap positif; serta 8 siswa (27,59 %) bersikap sangat positif terhadap penerapan metode ceramah. Tidak ditemukan siswa yang bersikap negatif maupun sangat negatif terhadap penerapan metode ceramah. Sehingga dapat dimengerti bahwa penerapan metode ceramah juga dapat menumbuhkan sikap positif pada diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa metode ceramah masih memungkinkan untuk dipakai dalam rangkaian pembelajaran.
C. Pembahasan 1. Hasil Test Pemahaman a. Pemahaman awal Skor pretest merepresentasikan kemampuan awal siswa dalam mengerjakan
soal
sebelum
mendapatkan
“treatment”.
Untuk
memastikan apakah kemampuan awal siswa tersebut berbeda apa tidak, perlu dilakukan tahap analisis menggunakan uji yang relevan. Berdasarkan hasil analisis data pretest kelas uji dan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil treal < tcritical, sehingga dapat dipahami bahwa perbedaan pemahaman konsep awal yang dimiliki siswa tidak
88
signifikan, dalam hal ini tidak ada perbedaan pemahaman awal siswa dari kelas uji maupun kelas kontrol. b. Perbandingan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa Berdasarkan hasil analisis data pretest-posttest (halaman 77 dan 78), peneliti menemukan fakta sebagai berikut: 1) skor rata-rata posttest > skor rata-rata pretest; 2) hasil uji statistik sampel berpasangan (pretest-posttest) menghasilkan treal > tcritical berarti signifikan, sehingga dapat dipahami metode pembelajaran yang diterapkan pada kelas uji dan kelas kontrol berhasil, dalam kajian ini pemberian treatment menyebabkan pemahaman konsep yang dialami siswa meningkat. c. Pemahaman akhir Skor posttest merepresentasikan kemampuan akhir yang dicapai siswa dalam mengerjakan soal setelah mendapatkan “treatment”. Untuk menyelidiki apakah kemampuan siswa baik pada kelas uji maupun kelas kontrol itu berbeda apa tidak, perlu dilakukan tahap pengujian. Analisis data posttest antara kedua kelas menunjukkan bahwa kemampuan akhirnya sungguh berbeda, perbedaanya sebagai berikut: 1) skor rata-rata posttest kelas uji > skor rata-rata posttest kelas kontrol; 2) hasil analisis treal > tcritical berarti signifikan. Dalam kajian ini terjadi perbedaan pencapaian skor posttest antara kelas uji dan kelas kontrol. Dapat dikatakan pula bahwa model pembelajaran dengan metode presentasi kelompok terbukti lebih meningkatkan
89
pemahaman konsep dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan demikian dapat dipahami bahwa model pembelajaran melalui metode presentasi kelompok lebih “efektif” dalam hal meningkatkan pemahaman konsep dari pada metode ceramah. 2. Keterlibatan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran a. Kelas uji 1) Kajian umum Fakta yang diperoleh berdasarkan hasil analisis data keterlibatan siswa pada kelas ini tingkat keterlibatannya tinggi, hal ini nampak dari hasil prosentase keterlibatan siswa sebesar 77,02 %. 2) Kajian khusus Hasil prosentase keterlibatan dari aspek yang diamati sebagai berikut: a) Keterlibatan siswa pada kategori sangat tinggi Mengajukan pertanyaan (93,1 %). b) Keterlibatan siswa pada kategori tinggi Mengajukan gagasan dan membantu teman yang mendapat kesulitan (79,3 %); bersikap kritis (75,9 %); menjawab pertanyaan (72,4 %); serta mengerjakan soal latihan 62,1 %). b. Kelas kontrol 1) Kajian umum
90
Dengan mencermati hasil analisis data keterlibatan siswa pada kelas ini tingkat keterlibatannya tinggi, hal ini ditunjukkan prosentase keterlibatan siswa sebesar 70,13 %. 2) Kajian khusus Hasil prosentase keterlibatan dari aspek yang diamati sebagai berikut: a) Keterlibatan siswa pada kategori sangat tinggi Mengajukan pertanyaan (82,8 %). b) Keterlibatan siswa pada kategori tinggi Mengajukan gagasan dan membantu teman yang mendapat kesulitan (75,9 %); menjawab pertanyaan (72,4 %); mengerjakan soal latihan (62,1 %). c) Keterlibatan siswa pada kategori sedang Bersikap kritis (51,7 %). Dengan mencermati hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode presentasi kelompok lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, hal ini diperkuat dari hasil prosentase keterlibatan siswa dari kelas uji (77,02%) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (70,13%). Jadi metode presentasi kelompok lebih efektif dalam hal melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, bila dibandingkan dengan metode ceramah. 3. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran a. Kelas uji
91
Berdasarkan hasil kajian kualifikasi sikap siswa terhadap penerapan metode presentasi kelompok dapat dipaparkan sebagai berikut: Dari 29 siswa yang diteliti diperoleh hasil sebagai berikut: 19 siswa (65,52 %) sikapnya positif; serta 10 siswa (34,48 %) sikapnya sangat positif terhadap penerapan metode presentasi kelompok. b. Kelas kontrol Berdasarkan hasil kajian kualifikasi sikap siswa terhadap penerapan metode ceramah dapat dinyatakan sebagai berikut: Dari 29 siswa yang diteliti diperoleh hasil sebagai berikut: 5 siswa (17,24 %) sikapnya netral; 16 siswa (55,17 %) sikapnya positif; serta 8 siswa (27,59 %) sikapnya sangat positif terhadap penerapan metode ceramah. Berdasarkan hasil prosentase sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran dapat disimpulkan bahwa metode presentasi kelompok lebih mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap metode pembelajaran yang diterapkan, jika dibandingkan dengan hasil prosentase sikap siswa terhadap metode pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini dapat dipahami dari hasil prosentase jumlah siswa yang bersikap positif dari kelas uji (65,52%) lebih tinggi jika dibandingkan dengan prosentase jumlah siswa yang bersikap positif dari kelas kontrol (55,17%).
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok lebih membantu siswa dalam hal memahami konsep pada pokok bahasan listrik dinamis. 2. Metode presentasi kelompok lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. 3. Penerapan metode presentasi kelompok dapat mendorong siswa untuk bersikap positif terhadap kegiatan pembelajaran.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok lebih efektif daripada metode ceramah dalam hal meningkatkan pemahaman konsep siswa yang diindikasikan dengan terjadinya peningkatan prestasi belajar, maka disarankan kepada pendidik dan calon pendidik untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep. 92
93
2. Penerapan model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok terbukti lebih baik daripada metode ceramah dalam hal meningkatkan keterlibatan siswa dalam rangkaian pembelajaran, maka disarankan
kepada guru dan calon guru untuk menerapkan model
pembelajaran ini, agar siswa terbiasa melibatkan diri dalam proses pembelajaran. 3. Model pembelajaran fisika melalui metode presentasi kelompok dan metode
ceramah
keduanya
dapat
mendorong
siswa
dalam
mengembangkan sikap positif terhadap penerapan metode pembelajaran, maka disarankan kepada pendidik dan calon pendidik untuk menerapkan model pembelajaran tersebut dalam upaya proses pengembangan sikap siswa terhadap pembelajaran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah. 2006. Teori Belajar Konstruktivisme. http://www.duniaguru.com/index.php. (diakses, 9 april 2007). Kartika, Budi. 1997. Fisika SLTP. Jakarta: Widya Utama. Kartika, Budi. 2000. Mengoptimalkan Aspek Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (1998-2001). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Kartika, Budi. 2001. Berbagai Strategi untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif dalam Proses Pembelajaran Fisika Di SMU, Efektivitasnya dan Sikap Mereka pada Strategi Tersebut. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (19982001). Yogyakarta: USD. Prasodjo, B, dkk. 2002. Panduan Fisika SLTP. Jakarta: Yudhistira. Purwanto, B. 2001. Pelajaran Fisika. Solo: Pustaka Mandiri. Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rosalina, M. 2007. Efektivitas Metode Jigsaw Dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Konsep Gerak di Kelas Xi Ipa Smak Frateran Podor Larantuka Tahun Ajaran 2006/2007. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suparno, P.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. 2000. Pengertian, Penerimaan, dan Pelaksanaan Guru-guru IPA Sekolah Dasar Yayasan Kanisius Semarang Terhadap Pendekatan
94
95
Konstruktivistik dalam Praktek Mengajar. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:12 (1998-2001). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suparno, P. 2000. Teori Perubahan Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Fisika. (Widya Dharma, Vol IX-XI, no:1-2 (1998-2001). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Usman. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
.
LAMPIRAN
97
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
98
99
Lampiran 2 : SOAL TEST PEMAHAMAN Petunjuk: Bacalah soal dengan teliti! Kemudian kerjakan sesuai dengan perintahnya! 1. Ditinjau dari segi muatan, apa yang dimaksud dengan arus listrik dan beda potensial antara dua buah titik? (1) 2. a) Muatan listrik (q) 40 coulomb, mengalir dalam penghantar selama 10 sekon. Berapa kuat arus yang mengalir pada penghantar itu? (2) b) Pengukuran beda potensial menggunakan voltmeter analog, jarum voltmeter menunjuk angka 100, skala yang dipakai (0 – 250), batas ukurnya 10 volt. Berapa beda potensial yang sedang diukur? (2) 3. a) Adakah hubungan antara kuat arus listrik dan beda potensial? Jika ada jelaskan bagaimana hubungannya? (dikenal dengan apa?) dan jika tidak ada hubungan-nya mengapa? (2) b) Ketika ujung-ujung penghantar diberi beda potensial 5 volt, dalam penghantar mengalir arus listrik 0,5 amper. Berapa besar hambatan listrik penghantar itu! (2) 4. a) Bagaimana pengaruh faktor-faktor berikut terhadap besarnya hambatan jenis (ρ) penghantar? (3) ♦ Jika jenis dan panjang penghantar sama, maka………? ♦ Jika jenis penghantar dan luas penampangnya sama, maka………? ♦ Jika panjang penghantar dan luas penampangnya sama, maka………? b) Diketahui panjang kabel listrik 1,5 meter, luas penampangnya (A) = 1 mm2. Jika hambatan jenisnya 10-5 ohm.meter, berapa besarnya hambatan kabel itu? (catatan 1mm = 1 x 10-3 m) (2) 5. Apakah yang dimaksud dengan konduktor, semikonduktor, dan isolator? Kemudian berilah contoh bendanya, (masing-masing cukup dua )! (3) 6. Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
100
Data : I masuk = 100 mA, I1 = 15 mA, I2 =10 mA, I4 = 5 mA, tentukanlah: I3, I5, dan I keluar ! (6) 7. a) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
Jika hambatan dan beda potensial yang sama. Rangkaian mana yang menghasilkan kuat arus (I) terbesar? (4) b) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini
Jika R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω. Berapakah besarnya hambatan pengganti (RAB)! (6) c) Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!
Diketahui R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt. Hitunglah kuat arusnya! (6)
101
8. Jika semua ukuran lampu dan baterai sama, rangkaian mana yang menghasilkan arus listrik paling besar? Jelaskan jawabanmu! (6)
9. a) 1. Gambar berikut merupakan sketsa elemen Volta yang terangkai dengan saklar, kabel, serta lampu.
Apa fungsi dari setiap komponen-nya? Kemudian apa yang terjadi bila saklar ditutup?(2) a) 2. Gambar berikut memperlihatkan sketsa akumulator yang dirangkai dengan lampu.
Apa fungsi dari setiap komponen-nya dan bagaimana prinsip kerjannya? (3)
102
a) 3. Gambar berikut memperlihatkan sketsa baterai yang dirangkai dengan sebuah lampu.
Apa
fungsi
dari
setiap
komponen-nya
dan
bagaimana
prinsip
kerjannya?(3) b) Dari ke-tiga elemen diatas, mana yang termasuk elemen primer dan elemen sekunder? Bagaimana sifatnya? (4) 10. a) Apa yang dimaksud dengan gaya gerak listrik dan tegangan jepit suatu sumber tegangan? Besar yang mana antara keduanya? (3) b) Berapa kuat arus dan tegangan jepit yang dihasilkan rangkaian dibawah ini!
Diketahui beda potensial baterai (Vs) = 12 volt, hambatan dalam baterai (r) = 0,25 Ω dan R1 = 2,5 Ω , R2 = 7,5 Ω . (6) 11. Hitung energi yang dihasilkan kompor listrik dengan spesifikasi V = 220 volt, pada elemennya mengalir arus 5 amper, jika dipakai selama 5 menit! (catatan : 1 menit = 60 sekon) (2)
12. Alat pemanas spesifikasi V =220 volt, hambatan-nya 40 Ω, dipakai untuk memanaskan 4 kg air (suhu awal air 10 0c) selama 5 menit. Berapa suhu akhir air jika diketahui kalor jenis (cair = 4.200 joule/kg.0c), (catatan : 1 menit = 60 sekon) (10)
103
13. a) Spesifikasi alat listrik tertulis: 110 volt – 150 watt, apa arti spesifikasi tersebut? (1) b) Apa yang terjadi bila alat listrik dengan spesifikasi 110 volt – 150 watt dipasang pada sumber tegangan 220 volt? (1) c) Sebuah alat listrik hambatan-nya 110 ohm, dipasang pada sumber tegangan 220 volt. Dari data itu tentukan besarnya: arus listrik; daya; serta berapa energi yang dihasilkan bila alat ini digunakan selama ½ jam. (catatan : 1 menit = 60 sekon) (8)
14. Di sebuah rumah terdapat 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, serta 5 lampu 20 watt, semua lampu setiap harinya menyala selama 10 jam. Tarif setiap kWh = Rp 200,-. Berapa biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari)? (10)
104
Lampiran 3 : Pedoman Jawaban Soal Test Pemahaman 1. » Arus listrik: aliran muatan listrik positif dari kutub positif sumber menuju kutub negatif sumber listrik. » Beda potensial antara dua buah titik: besar usaha yang diperlukan untuk membawa satu-satuan muatan dari suatu titik menuju ke titik yang lain. 2. a. Data : muatan listrik (q) = 40 coulomb waktu (t)
= 10 sekon
Masalah : menentukan kuat arus yang mengalir dalam penghantar. Analisis : I =
40 coulomb = 4 amper 10 sekon
Jadi kuat arus yang mengalir dalam penghantar tersebut 4 ampere. b. Data : angka yang ditunjuk jarum voltmeter = 100 skala yang digunakan = 0 – 250 batas ukur = 10 volt Masalah : menentukan hasil pengukuran beda potensialnya Analisis : besar tegangan = =
angka yang ditunjuk jarum x batas ukur skala terbesar 1000 volt 100 x 10 volt = = 4 volt 250 250
Jadi hasil pengukuran beda potensial itu 4 volt. 3. a. Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar berbanding lurus dengan beda potensial dari ujung-ujung penghantar. Pernyataan ini dikenal dengan hukum Ohm, perbandingan tegangan listrik (V) dengan kuat arus (I) adalah tetap, hasil perbandingan antara keduanya itu disebut dengan hambatan listrik (resistansi) yang dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω). b. Data : beda potensial (V) = 5 volt kuat arus (I)
= 0,5 amper
Masalah : menentukan besarnya hambatan listrik penghantar tersebut!
105
Analisis : V = I x R……R =
5 volt V = = 10 ohm 0,5 amper I
Jadi hambatan listriknya sebesar 10 ohm. 4. a. Bila jenis dan panjang penghantar sama, maka semakin besar luas penampang semakin kecil nilai hambatan-nya. Bila jenis penghantar dan luas penampang sama, maka semakin panjang penghantar semakin besar hambatan-nya. Bila panjang penghantar dan luas penampang sama maka, hambatan penghantar ditentukan oleh jenis penghantar. b. Data : panjang kawat penghantar ( l ) = 1,5 meter luas penampang (A)
= 1 mm2 = 1 x 10-6 m2
hambatan jenis (ρ)
= 10-5 ohm.meter
Masalah : menentukan besarnya hambatan penghantar Analisis : R = ρ
l meter 1,5 = 10-5 ohm.meter x −6 A 1x10 meter 2
= 1,5 x 10 Ω = 15 Ω, jadi hambatan-nya 15 Ω. 5. Konduktor: Bahan (penghantar) yang memiliki kemampuan (mudah) menghantarkan arus listrik, contohnya : perak, tembaga, alumunium, wolfram, nikelin, besi, timah.
Semikonduktor: Bahan (penghantar) yang dalam keadaan khusus dapat menghantarkan arus listrik, akan tetapi dalam keadaan khusus sulit untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : germanium dan silikon.
Isolator: Bahan atau penghantar yang sulit untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : busa, karet, plastik, kayu kering, kain, kertas, dan nilon. 6. Gambar rangkaian:
106
Data : I masuk = 100 mA, I1 = 15 mA, I2 =10 mA, I4 = 5 mA Masalah : menentukan besarnya I3, I5, dan I keluar ! Analisis : a) Pada titik cabang A berlaku;
Σ I masuk = Σ I keluar 100 mA = (I1 + I2) +13 + I 4 = (15 mA + 10 mA) + I3 + 5 mA = 25 mA + I3 + 5 mA = 30 mA + I3 I 3 = 100 mA – 30 mA = 70 mA b) Pada titik cabang B berlaku;
Σ I masuk = Σ I keluar I3 +I4 = I5 70 mA + 5 mA = I5 75 mA
= I5
c) Pada titik cabang C berlaku;
Σ I masuk = Σ I keluar I masuk (( I1 +I2 )+ I5)
= I keluar
((15 mA+ 10 mA )+ 75 mA) = I keluar 25mA + 75 mA
= I keluar
100 mA
= I keluar
7. a. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
Jika nilai semua hambatan sama besar, dan dipasang pada beda potensial yang sama. Kuat arus (I) yang paling besar apabila hambatan total (RP)
107
nilainya kecil. Nilai hambatan total (RP) kecil dapat tercapai jika resistorresistor tersebut dirangkai paralel. Dari ke-empat gambar rangkaian diatas yang menghasilkan nilai hambatan yang paling kecil adalah gambar rangkaian (A) sebab gambar rangkaian tersebut merupakan rangkaian murni paralel. b. Menentukan besarnya hambatan pengganti :
Data : R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω. Masalah : menentukan besarnya hambatan pengganti (RAB) Analisis :
¾ R2 dan R4 terangkai paralel, dapat diganti dengan hambatan pengganti
1 1 1 1 1 = + = + R2 R4 RP 1 10 Ω 10 Ω =
10 Ω 2 maka Rp1 = =5Ω 10 Ω 2
gambar rangkaian penggantinya:
¾ R5, RP1, dan R3 terangkai seri dapat diganti dengan hambatan pengganti
(RP2) = 20 Ω + 5 Ω + 10 Ω = 35 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
¾ RP2 dengan R1 terangakai paralel dapat diganti dengan hambatan pengganti total;
108
1 RP total
=
1 1 1 + = 1 + R1 RP 2 35 Ω 5 Ω
=
1 + 7 35 Ω 35 Ω
=
35Ω 8 maka RP total = = 4, 375 Ω 8 35 Ω
gambar rangkaian penggantinya:
c. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
Data : R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt Masalah : menentukan kuat arus (I) yang mengalir melalui rangkaian. Analisis :
¾ R1 dan R2 terangkai paralel, dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti
1 1 1 1 1 = + = + R P1 R1 R2 15 Ω 10 Ω
= RP1 =
2 3 5 + = 30 Ω 30 Ω 30 Ω 30 Ω =6Ω 5
gambar rangkaian penggantinya:
109
¾ RP1 dengan R3 terangkai seri, sehingga dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti; RPtotal = RP1 + R3 = 6 Ω + 6 Ω = 12 Ω gambar rangkaian penggantinya:
¾ Berdasarkan hukum ohm maka kuat arus dalam rangkaian tersebut dapat ditentukan : V = I x R, maka I =
V 12 volt = =1 amper. Rp 12 Ω
8. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini:
¾ Gambar rangkaian (a);
ggl total ε T = ε 1 + ε 2 − ε 3 = 2 ε , arus I =
εT R
=
2ε R
¾ Gambar rangkaian (b);
ggl total ε T = - ε 1 + ε 2 − ε 3 = - ε , arus I =
¾ Gambar rangkaian (c);
εT R
=
−ε R
110
ggl total ε T = - ε 1 + ε 2 = 0, arus I =
εT R
=
0 =0 R
¾ Gambar rangkaian (d);
ggl total ε T = ε 1 + ε 2 + ε 3 = 3 ε , arus I =
εT R
=
3ε R
Jadi dari ke-empat gambar rangkaian di atas yang menghasilkan kuat arus listrik paling besar adalah gambar (D). 9. Perhatikan gambar di bawah ini! a.1.Gambar berikut merupakan sketsa elemen Volta yang dirangkai dengan saklar, kabel, serta lampu.
Fungsi dari:
Pelat tembaga (Cu): sebagai elektroda positif (anoda);
Pelat seng (Zn): sebagai elektroda negatif (katoda);
Larutan asam sulfat (H2 SO4): sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik);
Bila saklar ditutup, terjadi arus listrik dari anoda menuju katoda yang disebabkan adanya aliran elektron dari katoda (seng) menuju anoda (tembaga), sebagai akibatnya lampu menyala sebab terjadi reaksi kimia antara keping-keping logam dengan larutan elektrolit.
2. Gambar berikut memperlihatkan sketsa elemen basah (akumulator) yang dirangkai dengan sebuah lampu.
111
Fungsi dari:
Timbal dioksida : sebagai elektroda positif (anoda);
Timbal : sebagai elektroda negatif (katoda);
Larutan asam sulfat (H2 SO4): sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik).
Prinsip kerjanya: Reksi kimia pada plat timbal dioksida dan timbal menimbulkan elektron pada plat timbal terlepas dan mengalir melalui penghantar menuju plat timbal dioksida, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari plat timbal dioksida melalui penghantar (diluar larutan elektrolit). 3. Gambar berikut merupakan sketsa elemen kering (baterai) yang dirangkai dengan sebuah lampu.
Fungsi dari:
Batang karbon : sebagai elektroda positif (anoda);
Seng : sebagai elektroda negatif (katoda);
Ammonium klorida : larutan elektrolit;
112
Mangan dioksida + karbon : sebagai depolarisator (pelindung larutan elektrolit).
Prinsip kerjanya: Reaksi pada keping anoda dan keping katoda menyebabkan elektron pada katoda lepas dan mengalir menuju keping anoda melalui penghantar luar, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari keping anoda menuju katoda (diluar larutan elektrolit). b. #Yang termasuk elemen primer : elemen Volta dan elemen kering (baterai), sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut tidak dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya tidak bisa dibalik, hanya mengubah energi kimia menjadi energi listrik). #Yang termasuk elemen sekunder : elemen basah (akumulator), sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya dapat dibalik, selain mengubah energi kimia menjadi energi listrik, pada saat dimuati muatan listrik mengikuti proses mengubah energi listrik menjadi kimia. 10. a. Gaya gerak listrik sumber tegangan : gejala yang menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu pada saat sumber tegangan tersebut dalam keadaan tidak menghantarkan arus listrik. Tegangan jepit sumber tegangan : gejala yang menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu ketika sumber tegangan tersebut dalam keadaaan menghantarkan arus listrik. Gaya gerak listrik sumber tegangan pasti lebih besar dari pada tegangan jepit suatu sumber tegangan, karena ketika sumber tegangan menghantarkan arus listrik, sumber tegangan kehilangan sebagaian energi potensialnya, energi potensial itu digunakan oleh elektron untuk bergerak menuju kutub negatif menuju kutub positif sumber tegangan. b. Gambar rangkaian :
113
Data : beda potensial baterai (V) = 12 volt hambatan dalam baterai (r) = 0,25 Ω R1 = 2,5 Ω , R2 = 7,5 Ω . Masalah : menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit Analisis :
¾ R1 dan R2 terangkai seri, dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti RP = R1 + R2 = 2,5 Ω + 7,5 Ω = 10 Ω gambar rangkaian penggantinya:
¾ I=
12 volt E 12volt = = = 1,17 amper R + r 10 Ω + 0, 25 Ω 10, 25 Ω
¾ Tegangan jepit V = I x R = 1,17 amper x 10 Ω = 11,7 volt. 11. Data : tegangan (V) kuat arus listrik
= 220 volt = 5 amper
lama pemakaian (waktu) = 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon Masalah : menentukan energi yang dihasilkan kompor listrik Analisis :
¾ W=VxIxt = 220 volt x 5 amper x 300 sekon = 330.000 volt.amper.sekon = 330.000 joule. 12. Data : tegangan :220 volt hambatan : 40 Ω massa air : 4 kg suhu awal air : 10 0C
114
waktu memanasi : 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon kalor jenis air (cair )= 4.200 joule/kg.0C Masalah : menentukan suhu akhir air setelah dipanasi Analisis : Kuat arus yang mengalir pada elemen-nya sebesar : V = I x R maka I =
V 220 volt = = 5,5 amper R 40 ohm
Kalor yang dilepas pemanas
= kalor yang diterima air
VxIxt
= m x cair x ∆T
220 volt x 5,5 amper x 300 sekon = 4 kg x 4.200 joule/kg.0C x ∆T 363.000 joule = 16.800 joule/ 0C x ∆T ∆T =
363.000 joule = 21,61 0 C 0 16.800 joule / C
Sehingga suhu akhir air : suhu awal + ∆T = 10 0C + 21,610C = 31,610C. 13. a. Alat listrik tersebut dapat menyala normal bila dipasang pada tegangan 110 volt, dan menggunakan atau menghasilkan daya listrik sebesar 150 watt. b. Apabila alat listrik tersebut dipasang pada tegangan 220 volt maka akan mengalami kerusakan sebab tegangan yang dibutuhkan hanya 110 volt, sedangkan yang tersedia sebesar 220 volt. c. Data : tegangan (V) hambatan (R)
= 220 volt = 110 Ω
lama penggunaan (waktu) = 30 menit = 30 x 60 sekon = 1800 sekon Masalah : menentukan besar arus, daya, serta energi yang diserap oleh alat tersebut Analisis :
¾ V = I x R, maka I =
V 220 volt = = 2 amper R 110 Ω
¾ P=VxI = 220 volt x 2 amper = 440 volt.amper = 440 watt.
¾ W=VxIxt = 220 volt x 2 amper x 1800 sekon
115
= 792.000 volt.amper.sekon = 792.000 joule. 14. Data :
•
Pada suatu rumah terdapat: 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, 5 lampu 20 watt, semua lampu setiap hari menyala selama 10 jam.
Masalah : menentukan besar biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari). Analisis I :
5 lampu 40 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 40 W x 10 jam /hari = 2.000 Wh /hari.
5 lampu 25 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 25 W x 10 jam /hari = 1.250 Wh /hari.
5 lampu 20 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 20 W x 10 jam /hari = 1.000 Wh /hari.
Total energi yang digunakan lampu-lampu tersebut ; (2.000 + 1.250 + 1000) Wh /hari = 4.250 Wh /hari. Analisis II :
Total energi yang digunakan selama 1 bulan (30 hari) ; (30 hari) x (4.250 Wh /hari) = 127.500 Wh = 127,5 kWh.
Tarif untuk setiap kWh = Rp 200,-. Besar biaya yang harus ditanggung; = energi yang terpakai (1 bulan) x tarif untuk setiap kWh = 127,5 kWh x Rp 200,- /kWh = 25.500,-. Jadi biaya yang harus dibayar pelanggan dalam 1 bulan sebesar Rp. 25.500,-
Lampiran 4 : Tabel 16. Kriteria Penskoran Jawaban Pretest dan Posttest No Lingkup soal 1. Mendefinisikan arus listrik dan beda potensial antara dua buah titik.
2.
a. Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir dalam penghantar, ditinjau dari segi muatan (Q) dan waktu (t).
Acuan jawaban Arus listrik: aliran muatan listrik positif dari kutub positif menuju kutub negatif sumber listrik. Beda potensial antara dua buah titik: besar usaha yang diperlukan untuk membawa satu-satuan muatan dari suatu titik menuju ke titik yang lain. Data : muatan listrik (q) = 40 coulomb waktu (t) = 10 sekon Masalah :
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Hanya benar salah satu Jawaban tidak benar
Skor 1 1/2 0
Jawaban sesuai pedoman Menyertakan persamaan Ada persm, hitungan keliru Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar
2 1 1
Jawaban sesuai pedoman Menyertakan persamaan Ada persm, hitungan keliru Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar
2 1 1 1 0
0
Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir dalam penghantar Analisis : I = Q = 40 coulomb = 4 amper t
b. Menentukan besarnya hasil pengukuran beda potensial menggunakan voltmeter analog.
10 sekon
Data : angka yang ditunjuk jarum voltmeter = 100 skala yang digunakan = 0 – 250 batas ukur = 10
116
No
Lingkup soal
Acuan jawaban Masalah : menentukan hasil pengukuran beda potensialnya Analisis : Hasil pengukuran tegangan (∆V) = angka yang ditunjuk jarum x batas ukur
Kriteria
Skor
skala terbesar
∆V 3.
=
100 x 10 volt = 4 volt 250
a. Menyatakan hubungan antara kuat arus listrik (I) dan beda potensial (V) pada suatu penghantar.
Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar berbanding lurus dengan beda potensial dari ujungujung suatu penghantar. Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Ohm, perbandingan beda potensial (V) dengan kuat arus (I) adalah tetap, hasil perbandingan antara ke dua variabel itu disebut dengan hambatan listrik (resistansi) dan dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω).
Jawaban sesuai pedoman Mendekati pedoman Jawaban tidak benar
2 1 0
b. Menentukan besarnya hambatan listrik pada sebuah penghantar.
Data : beda potensial (V) = 5 volt kuat arus (I) = 0,5 amper Masalah : Menentukan besarnya hambatan listrik penghantar tersebut
Jawaban sesuai pedoman Menyertakan persamaan Ada persm, hitungan keliru Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar
2 1 1 1 0
117
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Analisis : V = I x R maka R =
4.
a. Menyelidiki faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi besarnya hambatan jenis dari suatu penghantar.
V 5 volt = = 10 ohm I 0,5 amper
Bila jenis dan panjang penghantar sama, semakin besar luas penampang penghantar, maka semakin kecil nilai hambatannya.
Jawaban sesuai pedoman Benar 2 faktor Benar 1 faktor Jawaban tidak benar
3 2 1 0
Jawaban sesuai pedoman Menyertakan persamaan Ada persm, hitungan keliru Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar
2 1 1 1 0
Bila jenis dan luas penampang penghantar sama, semakin panjang penghantar semakin besar hambatannya. Bila panjang dan luas penampang penghantar sama, besarnya hambatan ditentukan oleh jenis penghantar.
b. Menentukan nilai hambatan suatu penghantar.
Data : panjang kawat ( l ) = 1,5 meter luas penampang (A) = 1 mm2 = 1 x 10-6 m2 hambatan jenis (ρ) = 10-5 ohm.meter Masalah : Menentukan besarnya hambatan penghantar
118
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Analisis : l R=ρ A 1,5 meter 1 x 10 −6 meter 2 = 1,5 x 10 ohm = 15 ohm
= 10 −5 ohm.meter
5.
Mendefinisikan sifat penghantar listrik berdasarkan kemampuan menghantarkan arus listrik, dan memberikan contoh bendanya.
Konduktor : bahan /penghantar yang (mudah) memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, contoh : perak, tembaga, alumunium, wolfram, nikelin, besi, timah, emas, dan raksa karbon. Semikonduktor : bahan /penghantar yang dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, akan tetapi dalam keadaan tertentu sulit untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : germanium dan silikon.
Jawaban sesuai pedoman Benar 3, contoh tidak ada Benar 2, contoh ada Benar 1, contoh ada Benar 1, contoh tidak ada Jawaban tidak benar
3 2 2 1 1/2 0
Isolator : bahan /penghantar yang (sulit) atau bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik, contohnya : busa, karet, plastik, kayu kering, kain, kertas, dan nilon.
119
No
Lingkup soal
6.
Menentukan kuat arus listrik berdasarkan hukum I Kirchoff pada rangkaian bercabang.
Acuan jawaban Gambar rangkaian:
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat slh Lgkh 1 bnr, sat bnr Lgkh 1 bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
Skor 6 5 4 3 2 1 0
Pada titik cabang (A) berlaku; Σ I masuk = Σ I keluar 100 mA = (I1 + I2) +13 + I 4 = (15 mA + 10 mA) + I3 + 5 mA = 25 mA + I3 + 5 mA = 30 mA + I3 I 3 = 100 mA – 30 mA = 70 mA Pada titik cabang (B) berlaku; Σ I masuk = Σ I keluar I3 +I4 = I5 70 mA + 5 mA = I5 75 mA = I5 Pada titik cabang (C)berlaku; Σ I masuk = Σ I keluar
120
No
Lingkup soal
Acuan jawaban I masuk (( I1 +I2 )+ I5) ((15 mA+ 10 mA )+ 75 mA) 25mA + 75 mA 100 mA
7.
a. Berdasarkan gambar, menentukan rangkaian mana yang menghasilkan arus paling besar.
Kriteria
Skor
= I keluar = I keluar = I keluar = I keluar
Gambar rangkaian:
Jawaban sesuai pedoman Konsep benar Konsep mendekati (pjlsn ada) Konsep mendekati (pjlsn tdk ada)
Jawaban tidak benar
4 3 2 1 0
Memahami prinsip berikut: karena beda potensial dan nilai hambatan untuk setiap rangkaian sama, (kuat arus listrik (I) merupakan nilai perbandingan antara beda potensial (V) dan hambatan (R)).dalam hal ini harga (V) tetap, namun harga (R) total untuk setiap rangkaian bervariasi tergantung susunannya. Agar (I) besar tercapai bila (R) sekecil-kecilnya, harga (R) kecil bila hambatan disusun paralel.
121
No
Lingkup soal
b. Menentukan nilai hambatan pengganti (RP) berdasarkan gambar rangkaian.
Acuan jawaban Berdasar gambar, yang menghasilkan arus listrik paling besar adalah gambar rangkaian (A). Gambar rangkaian:
Kriteria
Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1bnr, sat bnr Lgkh 1bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
Skor
6 5 4 3 2 1 0
Data : R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 10 Ω, dan R5 = 20 Ω. Masalah : menentukan besarnya hambatan pengganti (RAB) Analisis : Memahami prinsip-prinsip menentukan nilai hambatan pengganti dari beberapa hambatan yang tersusun secara seri maupun paralel. R2 dan R4 (paralel), dapat diganti dengan hambatan pengganti 1 1 1 1 1 = + = + RP 1 R2 R4 10 Ω 10 Ω
122
No
Lingkup soal
Acuan jawaban =
Kriteria
Skor
10 Ω 2 maka Rp1 = =5Ω 2 10 Ω
rangkaian penggantinya:
R5, RP1, dan R3 terangkai seri dapat diganti dengan
hambatan pengganti (RP2) = 20 Ω + 5 Ω + 10 Ω = 35 Ω, rangkaian penggantinya:
RP2 dengan R1 terangakai paralel dapat diganti dengan hambatan pengganti total;
123
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
1 RP total
=
Kriteria
Skor
1 1 1 + = 1 + R1 35 Ω 5 Ω RP 2
1 + 7 35 Ω 35 Ω 35Ω 8 = maka RP total = = 4,375 Ω. 8 35 Ω rangkaian akhirnya:
=
c. Menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian listrik berdasarkan gambar.
Gambar rangkaian :
Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1bnr, sat bnr Lgkh 1bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
6 5 4 3 2 1 0
124
No
Lingkup soal
Acuan jawaban Data : R1 = 15 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 6 Ω, dan Vs = 12 volt Masalah : menentukan kuat arus (I) yang mengalir melalui rangkaian
Kriteria
Skor
Analisis: R1 dan R2 (paralel), dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti 1 1 1 1 1 = + = + R P1 R1 R2 15 Ω 10 Ω 2 3 5 = + = 30 Ω 30 Ω 30 Ω 30 Ω =6Ω maka RP1= 5 rangkaian penggantinya:
125
No
Lingkup soal
Acuan jawaban RP1 dengan R3 terangkai seri, sehingga dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti; RPtotal = RP1 + R3 = 6 Ω + 6 Ω = 12 Ω
Kriteria
Skor
rangkaian penggantinya:
Berdasarkan hukum ohm maka kuat arus dalam rangkaian tersebut dapat ditentukan : V=I x R, V 12 volt maka I = = =1 amper. Rp 12 Ω 8.
Menentukan nilai ggl total pada suatu rangkaian berdasarkan susunan sumber tegangan, selanjutnya menentukan kuat arus yang mengalir dalam rangkaian.
Gambar rangkaian: rangkaian (a)
Jawaban sesuai pedoman Hanya benar 3 rangkaian Hanya benar 2 rangkaian Hanya benar 1 rangkaian Jawaban tidak benar
8 6 4 2 0
126
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
ggl total ε T = ε 1 + ε 2 − ε 3 = 2 ε arus I =
εT R
2ε R
=
rangkaian (b)
ggl total ε T = - ε 1 + ε 2 − ε 3 = - ε arus I =
εT R
=
−ε R
rangkaian (c)
127
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
ggl total ε T = - ε 1 + ε 2 = 0 arus I =
εT
=
R rangkaian (d)
0 =0 R
ggl total ε T = ε 1 + ε 2 + ε 3 = 3 ε
εT
3ε R R Jadi yang menghasilkan arus listrik paling besar yaitu rangkaian (d). arus I =
9.
a. Memahami fungsi komponen penyusun sumber tegangan beserta prinsip kerjanya.
=
1) Sketsa elemen Volta:
Jawaban sesuai pedoman Fungsi komponen terjawab Fenomena terjawab benar Jawaban tidak benar
2 1 1 0
128
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Fungsi dari: Pelat tembaga (Cu) : sebagai elektroda positif (anoda); Pelat seng (Zn) : sebagai elektroda negatif (katoda); Larutan asam sulfat (H2 SO4) : sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik); Bila saklar ditutup maka, terjadi arus listrik dari anoda menuju katoda yang disebabkan adanya aliran elektron dari katoda (seng) menuju anoda (tembaga), sebagai akibatnya lampu akan menyala sebab terjadi reaksi kimia antara keping-keping logam dengan larutan elektrolit.
129
No
Lingkup soal
Acuan jawaban 2) Sketsa elemen basah (akumulator):
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Prinsip kerja terjawab benar Prinsip kerja terjawab (mendekati)
Fungsi komponen terjawab Jawaban tidak benar
Skor 3 2 1 1 0
Fungsi dari: Timbal dioksida : sebagai elektroda positif (anoda); Timbal : sebagai elektroda negatif (katoda); Larutan asam sulfat (H2 SO4) : sebagai larutan elektrolit (penghantar arus listrik). Prinsip kerjanya: Reksi kimia pada plat timbal dioksida dan timbal menimbulkan elektron pada plat timbal terlepas dan mengalir melalui penghantar menuju plat timbal dioksida, sebagai akibatnya terjadi aliran listrik dari plat timbal dioksida melalui penghantar (diluar larutan elektrolit).
130
No
Lingkup soal
Acuan jawaban 3) Sketsa elemen kering (baterai):
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Prinsip kerja terjawab benar Prinsip kerja terjawab (mendekati)
Fungsi komponen terjawab Jawaban tidak benar
Skor 3 2 1 1 0
Fungsi dari: Batang karbon : sebagai elektroda positif (anoda); Seng : sebagai elektroda negatif (katoda); Ammonium klorida : larutan elektrolit; Mangan dioksida + karbon : sebagai depolarisator (pelindung larutan elektrolit). b. Mengelompokkan sumber tegangan berdasarkan sifat, serta menguraikan bagaimana sifat masing-masing.
Jawaban sesuai pedoman Elemen primer : elemen Volta dan elemen kering (baterai), sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut tidak dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya tidak bisa dibalik, hanya mengubah energi kimia menjadi energi listrik).
Sft ke-2nya bnr, pengelompokan slh Sft bnr 1, pengelompokan bnr Sft bnr 1, pengelompokan slh
Jawaban tidak benar
4 3 2 1 0
131
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Elemen sekunder : elemen basah (akumulator),
sifatnya ketika muatannya habis elemen tersebut dapat dimuati muatan listrik kembali (proses reaksinya dapat dibalik, selain mengubah energi kimia menjadi energi listrik, pada saat dimuati muatan listrik mengikuti proses mengubah energi listrik menjadi kimia. 10. a. Mendefinisikan tegangan jepit suatu sumber tegangan dan membandingkanman a antara nilai keduanya, serta mengetahui penyebab mengapa nilainya berbeda.
Gaya gerak listrik sumber tegangan: keadaan yang menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu pada saat sumber tegangan tersebut dalam keadaan tidak menghantarkan arus listrik.
Tegangan jepit sumber tegangan: keadaan yang menunjukkan adanya beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan, yaitu ketika sumber tegangan tersebut dalam keadaaan menghantarkan arus listrik.
Gaya gerak listrik sumber tegangan pasti lebih besar dari pada tegangan jepit suatu sumber tegangan, karena ketika sumber tegangan menghantarkan arus listrik, sumber tegangan kehilangan sebagaian energi potensialnya, energi potensial itu digunakan oleh elektron untuk bergerak menuju kutub negatif menuju kutub positif sumber tegangan.
Jawaban sesuai pedoman Konsep ke-2nya bnr, perbd slh
Konsep hanya bnr 1 Jawaban tidak benar
3 2 1 0
132
No
Lingkup soal b. Menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit berdasarkan gambar rangkaian listrik.
Acuan jawaban Gambar rangkaian:
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-3 bnr, gmbr bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, gmbr bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, gmbr bnr, sat slh Lgkh 1 bnr, gmbr bnr, sat bnr Lgkh 1 bnr, gmbr bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
Skor 6 5 4 3 2 1 0
Data : beda potensial baterai (V) = 12 volt hambatan dalam baterai (r) = 0,25 Ω R1 = 2,5 Ω R2 = 7,5 Ω Masalah : menentukan nilai kuat arus dan tegangan jepit Analisis : R1 dan R2 (seri), dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti RP = R1 + R2 = 2,5 Ω + 7,5 Ω = 10 Ω, rangkaian penggantinya :
133
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Jawaban sesuai pedoman Menyertakan persamaan Ada persm, hitungan keliru Ada hasil, tetapi satuan salah Jawaban tidak benar
2 1 1 1 0
Jawaban sesuai pedoman
10 9 8 7
kuat arus I=
12 volt E = R + r 10 Ω + 0, 25 Ω =
11. Menghitung energi listrik yang dihasilkan sebuah alat listrik (kompor listrik)
12. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan perubahan energi listrik menjadi kalor.
12 volt = 1, 17 amper 10, 25 Ω
tegangan jepit V = I x R = 1,17 amper x 10 Ω = 11,7 volt. Data : tegangan (V) = 220 volt kuat arus listrik = 5 amper lama penggunaan (waktu) = 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon Masalah : Menentukan energi yang dihasilkan kompor listrik Analisis : Menggunakan persamaan; W=VxIxt = 220 volt x 5 amper x 300 sekon = 330.000 volt.amper.sekon = 330.000 joule. Data : tegangan : 220 volt hambatan : 40 Ω
Lgkh 1-5 bnr, sat slh Lgkh 1-4 bnr, sat bnr Lgkh 1-4 bnr, sat slh
134
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
massa air : 4 kg suhu awal air : 10 0C waktu memanasi : 5 menit = 5 x 60 sekon = 300 sekon kalor jenis air (cair )= 4.200 joule/kg.0C
Masalah : menentukan suhu akhir air setelah dipanasi
Kriteria Lgkh 1-3 bnr, sat bnr Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat slh Lgkh 1 bnr, sat bnr Lgkh 1 bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
Skor 6 5 4 3 2 1 0
Analisis : Kuat arus dalam elemennya sebesar : V = I x R maka I =
V 220 volt = = 5,5 amper R 40 ohm
kalor yang dilepas pemanas, =VxIxt = 220 volt x 5,5 amper x 300 sekon = 363.000 joule. kalor yang diterima air, = m x cair x ∆T = 4 kg x 4.200 joule/kg.0C x ∆T = 16.800 joule/ 0C x ∆T 363.000 joule ∆T = = 21,61 0 C 16.800 joule / 0 C suhu akhir air = suhu awal + ∆T = 10 0C + 21,610C = 31,610C.
135
No Lingkup soal 13. a. Memahami makna spesifikasi alat listrik.
b. Memperkirakan apa yang akan terjadi bila alat listrik dengan spesifikasi tertentu pemasangannya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera. c. Menentukan besar arus, daya, serta energi yang digunakan suatu alat listrik.
Acuan jawaban Makna dari alat listrik dengan spesifikasi (110 volt – 150 watt) yaitu: Alat listrik tersebut dapat menyala normal bila dipasang pada tegangan 110 volt, dan alat itu dapat menggunakan atau menghasilkan daya listrik sebesar 150 watt. Jika alat listrik dengan spesifikasi (110 volt – 150 watt) dipasang pada sumber tegangan 220 volt, kemungkinannya alat listrik itu akan mengalami kerusakan sebab tegangan yang dibutuhkan hanya 110 volt, sedangkan yang tersedia sebesar 220 volt.
Kriteria Jawaban sesuai pedoman Pekerjaan mendekati Jawaban tidak benar
Skor 1 1/2 0
Jawaban sesuai pedoman Pekerjaan mendekati Jawaban tidak benar
1 1/2 0
Data : tegangan (V) = 220 volt hambatan (R) = 110 Ω lama penggunaan (waktu) = 30 menit = 30 x 60 sekon = 1800 sekon Masalah : menentukan besar arus, daya, serta energi yang diserap oleh alat tersebut.
Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-4 bnr, sat slh Lgkh 1-3 bnr, sat bnr Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2 bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat slh Lgkh 1 bnr
8 7 6 5 4 3 2 0
Jawaban tidak benar
136
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
Analisis : V = I x R, maka I =
V 220 volt = = 2 amper R 110 Ω
P =VxI = 220 volt x 2 amper = 440 volt.amper = 440 watt. W = V x I x t (ingat, t harus dikonversi) = 220 volt x 2 amper x 1800 sekon = 792.000 volt.amper.sekon = 792.000 joule. 14. Menghitung besar biaya penggunaan energi listrik berdasarkan datadata yang disertakan.
Data : Pada suatu rumah terdapat: 5 lampu 40 watt, 5 lampu 25 watt, 5 lampu 20 watt, semua lampu setiap hari menyala selama 10 jam. Masalah : Menentukan besar biaya yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari). Analisis I : 5 lampu 40 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 40 W x 10 jam /hari = 2.000 Wh /hari. 5 lampu 25 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 25 W x 10 jam /hari = 1.250 Wh /hari.
Jawaban sesuai pedoman Lgkh 1-5 bnr, sat slh Lgkh 1-4 bnr, sat bnr Lgkh 1-4 bnr, sat slh Lgkh 1-3 bnr, sat bnr Lgkh 1-3 bnr, sat slh Lgkh 1-2bnr, sat bnr Lgkh 1-2 bnr, sat slh Lgkh 1 bnr, sat bnr Lgkh 1 bnr, sat slh
Jawaban tidak benar
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
137
No
Lingkup soal
Acuan jawaban
Kriteria
Skor
5 lampu 20 watt menyala 10 jam /hari, energi yang digunakan = 5 x 20 W x 10 jam /hari = 1.000 Wh /hari. Total energi yang digunakan lampu-lampu tersebut ; (2.000 + 1.250 + 1000) Wh /hari = 4.250 Wh /hari. Analisis II : Total energi yang digunakan selama 1 bulan (30 hari) ; (30 hari) x (4.250 Wh /hari) = 127.500 Wh = 127,5 kWh. (tarif untuk setiap kWh = Rp 200,-.) Besar biaya yang harus ditanggung pelanggan; = total energi yang terpakai (1 bulan) x tarif untuk setiapkWh = 127,5 kWh x Rp 200,- /kWh = 25.500,-. Skor maksimal jika siswa mengerjakan semua soal dan hasilnya benar Catatan: Persm
: persamaan
Sft
: sifat
Lgkh
: langkah
Gmbr
: gambar
Bnr
: benar
Pjlsn
: penjelasan
Slh
: salah
Tdk
: tidak
Sat
: satuan
Perbd
: perbandingan
Mdkt
: mendekati
100
138
Lampiran 5 : HASIL TEST PEMAHAMAN Skor pretest kelas uji (IX A) Kode 1 2 3 a b a b 1. 1 2 2 2 2 2. 1 2 2 2 2 3. 1 2 2 2 2 4. 1 2 2 0 2 5. 1 2 0 2 2 6. 1 2 2 1 2 7. 1 2 0 1 2 8. 1 2 0 2 2 9. 1 2 2 2 0 10. 1 2 0 2 2 11. 1 2 0 1 2 12. 1 2 2 0 2 13. 1 2 2 1 2 14. 1 2 0 2 2 15. 1 2 2 1 2 16. 1 2 0 2 2 17. 1 2 0 1 2 18. 1 2 0 2 2 19. 1 2 2 2 2 20. 1 2 2 2 2
4 a 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 0 0 2
5 b 2 2 2 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2 2 0 1 0 0 0
3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 6 2 4 2 2 4 4 2 6 2 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4
a 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
7 b 4 0 3 2 3 4 4 2 4 2 2 4 4 2 4 2 2 4 3 4
c 4 0 2 2 3 4 4 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 4
No Soal 8 9 a.1 a.2 4 2 2 4 2 3 2 2 3 2 1 1 0 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 4 2 3 0 2 3 2 2 2 0 2 3 0 2 2 0 2 2
Skor 10 a.3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2
b 3 4 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4 2 2 4 4 3 4 4 2
a 2 0 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
11 12 b 3 0 2 2 3 4 2 4 0 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 4
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 2
4 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 4 0 0 2 0 0 0 2 2
a 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
13 b 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1
14 c 4 0 0 0 2 4 4 2 2 2 0 0 0 2 4 0 2 0 2 4
4 0 4 0 4 2 4 2 4 0 0 2 0 0 4 0 0 0 4 4
67 38 54 32 45 56 50 46 60 42 34 58 44 43 66 41 43 40 54 56
139
Skor pretest kelas uji (IX A) (lanjutan) Kode 1 2 3 4 a b a b a b 21. 1 2 0 2 2 3 2 22. 1 2 0 2 2 3 2 23. 1 2 2 2 2 3 2 24. 1 2 0 2 2 3 2 25. 1 2 0 2 2 3 0 26. 1 2 2 2 2 3 2 27. 1 2 2 2 2 3 2 28. 1 2 2 1 2 3 2 29. 1 2 0 1 2 3 2
5
6
3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 2 4 4 4 4 4 4
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 1 2 2 2 2 2 2 2
3 3 4 4 3 4 4 3 4
2 3 4 4 3 4 4 4 3
3 3 3 4 3 4 3 4 4
2 2 2 2 1 2 3 2 3
3 3 4 2 0 4 4 3 4
2 2 2 2 2 4 4 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 3 2 3 3 3 3
2 3 2 2 2 3 3 3 3
Skor 10
11 12 2 2 2 0 0 2 2 2 2
0 0 0 0 0 2 4 2 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1
2 2 2 2 0 2 2 2 2
0 2 0 0 0 4 2 0 4
48 52 52 50 38 65 65 54 58
140
Skor pretest kelas kontrol (IX B) Kode 1 2 3 4 a b a b a 1. 1 2 2 0 2 3 2. 1 2 2 2 2 0 3. 1 2 0 1 2 3 4. 1 2 2 2 0 2 5. 1 2 2 2 2 0 6. 1 2 0 2 2 2 7. 1 2 2 2 2 3 8. 1 1 2 1 2 3 9. 1 2 2 1 2 2 10. 1 2 0 2 2 2 11. 1 2 2 2 2 3 12. 1 2 2 2 2 2 13. 1 2 2 2 2 2 14. 1 2 2 2 2 3 15. 1 2 0 2 2 2 16. 1 2 0 2 2 2 17. 1 2 2 2 2 3 18. 1 2 0 2 2 2 19. 1 2 0 2 2 2 20. 1 2 0 1 0 2 21. 1 2 0 2 2 3 22. 1 2 0 2 0 2
5
6
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 6 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4
b 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2
2 4 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 4 2 3 3 4 2 0 0 0 3
2 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 0 0 0 3
4 4 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4
2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
3 4 4 3 3 3 4 2 3 0 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2
2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 4 4 2 2 2 4 2 0 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3
3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3
Skor 10
11 12 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 2
0 0 0 0 2 0 4 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
2 4 2 4 4 2 4 2 4 2 2 4 6 2 0 2 4 2 2 2 4 4
4 0 4 4 4 6 6 4 2 0 4 6 4 0 0 0 0 0 0 0 6 0
54 56 47 56 56 54 66 50 50 38 65 66 64 48 44 46 60 46 41 34 56 48
141
Skor pretest kelas kontrol (IX B) (lanjutan) Kode 1 2 3 4 5 a b a b a b 23. 1 2 2 1 2 2 2 3 24. 1 2 2 2 2 3 2 2 25. 1 2 2 2 0 0 0 3 26. 1 2 0 1 2 1 2 2 27. 1 2 0 1 2 2 0 3 28. 1 2 0 1 2 2 0 3 29. 1 2 0 2 2 3 2 3
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 2 2 2 2 2 2
3 3 2 2 3 4 2
2 3 2 2 3 4 3
3 4 4 3 4 3 4
0 0 2 1 2 0 0
0 0 4 0 3 2 0
6 4 6 2 2 4 4 4
2 4 0 2 2 2 4
2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 3 2 3
3 3 3 2 3 2 3
Skor 10
11 12 2 2 0 2 2 2 2
0 4 0 0 2 0 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 0 1 1 1
2 4 0 2 0 4 4
0 6 0 0 6 0 0
44 64 38 36 54 46 50
142
Skor posttest kelas uji (IX A) Kode 1 2 3 a b a b 1. 1 2 2 2 2 2. 1 2 2 2 2 3. 1 2 2 2 2 4. 1 2 0 2 2 5. 1 2 2 1 2 6. 1 2 0 2 2 7. 1 2 2 2 2 8. 1 2 2 0 2 9. 1 2 2 2 1 10. 1 2 2 2 2 11. 1 2 2 2 2 12. 1 2 2 2 2 13. 1 2 0 2 2 14. 1 2 2 2 2 15. 1 2 2 2 2 16. 1 2 2 2 2 17. 1 2 2 2 0 18. 1 2 2 2 2 19. 1 2 2 2 2 20. 1 2 2 2 0 21. 1 2 2 2 2 22. 1 2 0 1 2
4 a
b
3 2 3 3 2 3 3 0 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2
2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5
6
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 4 6 4 4 6 6 4 6 4 6 6 6 6 6 6 4 4 6 6 6 6
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 0 2 1 2 2
6 4 6 6 4 6 4 4 4 4 3 6 4 6 6 4 4 2 6 4 6 4
6 4 6 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 6 4 4 4 0 6 6 6
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4
3 3 3 3 2 2 0 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 6 3
6 4 4 4 4 6 6 2 6 4 2 4 4 2 6 4 6 4 4 6 4 4
6 4 4 4 2 4 6 4 6 4 4 8 4 4 6 4 4 4 4 6 4 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skor 10
11 12 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2
6 2 4 0 0 0 4 0 6 0 0 6 6 4 4 0 4 0 4 0 0 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
6 4 6 2 4 6 6 4 8 4 4 6 6 2 6 4 4 2 6 6 6 6
10 6 8 10 4 10 8 10 8 0 10 6 6 10 8 6 10 10 10 10 6 10
90 69 82 69 58 75 79 62 84 59 65 85 75 74 85 68 75 62 77 78 78 73
143
Skor posttest kelas uji (IX A) (lanjutan) Kode 1 2 3 4 5 a b a b a b 23. 1 2 2 2 2 3 2 3 24. 1 2 2 2 2 3 2 3 25. 0 2 2 2 2 3 0 3 26. 1 2 2 2 2 3 2 3 27. 1 2 2 2 2 3 2 3 28. 1 2 2 2 2 3 2 3 29. 1 2 2 1 2 2 2 3
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 2 2 2 2 2 2
6 4 4 6 6 4 6
4 6 4 6 4 6 4
4 4 3 4 4 3 4
3 3 2 3 3 3 2
2 4 4 6 6 4 4
6 6 6 6 6 6 6 6
6 4 4 6 8 4 6
2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
Skor 10
11 12 2 2 2 2 2 2 2
4 0 0 8 8 0 4
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
8 8 4 6 6 4 6
4 10 6 8 10 10 6
78 79 65 90 92 75 77
144
Skor posttest kelas kontrol (IX B) Kode 1 2 3 4 a b a b a 1. 1 2 2 2 2 3 2. 1 2 2 2 2 3 3. 1 2 0 1 2 3 4. 1 2 0 2 2 2 5. 1 2 2 1 2 3 6. 1 2 0 2 2 2 7. 1 2 2 2 2 3 8. 1 2 0 1 2 3 9. 1 2 0 2 2 3 10. 1 2 2 2 2 2 11. 1 2 2 2 2 3 12. 1 2 0 2 2 3 13. 1 2 0 1 2 3 14. 1 2 1 2 2 3 15. 1 2 0 2 2 3 16. 1 2 0 2 2 2 17. 1 2 2 2 2 3 18. 1 2 0 1 2 3 19. 1 2 2 1 2 2 20. 1 2 0 0 2 2 21. 1 2 2 2 2 3 22. 1 2 2 2 2 3
5
6
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
6 4 4 4 6 6 6 6 6 4 6 4 6 4 4 4 4 4 2 4 6 4
b 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 2 2 0 0 2 2 2 0 1 2 1 2 2 2 0 0 2 0 0 1 2
4 2 2 4 4 4 6 2 4 2 2 4 2 2 4 2 4 3 2 0 3 3
4 4 0 6 4 4 4 6 2 2 4 4 2 2 3 0 4 2 4 0 3 3
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3
3 3 0 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 0 3 3
4 0 2 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 0 0 2 4 0
4 2 4 4 4 6 6 4 0 2 4 6 4 4 2 0 4 2 2 2 4 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skor 10
11 12 2 0 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 0 2 0 1 2 0 2 2
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 6 4 4 0 0 10 6 0 0 0 0 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1 2 1
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
4 6 0 4 4 6 4 4 4 2 4 6 0 4 2 2 4 0 2 0 4 4
6 8 4 6 0 6 8 4 4 6 10 6 10 4 6 4 10 10 8 2 4 10
70 62 47 64 63 73 74 63 56 57 76 72 65 55 58 54 74 54 50 33 66 63
145
Skor posttest kelas kontrol (IX B) (lanjutan) Kode 1 2 3 4 5 6 a b a b a b 23. 1 2 0 0 2 3 2 3 4 24. 1 2 2 2 2 3 2 3 4 25. 1 2 2 1 2 0 2 3 6 26. 1 2 2 1 2 3 2 3 4 27. 1 2 2 1 2 3 0 3 6 28. 1 2 0 2 2 3 2 3 2 29. 1 2 0 2 2 3 2 3 4
a
7 b
No Soal 8 9 c a.1 a.2 a.3
b
a
b
2 0 2 2 1 2 2
2 2 4 4 3 2 3
2 4 4 4 3 3 2
3 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 2 2 3
4 4 4 2 2 0 4
4 4 4 4 4 2 2
1 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
Skor 10
11 12 2 2 2 1 1 2 2
0 6 10 6 4 0 0
a
13 b
14 c
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 2 4 0 0
6 10 10 6 4 2 4
58 74 80 68 62 46 55
146
147
Lampiran 6 : Uji Normalitas Data Skor Test A. Hasil uji normalitas data skor kelas uji (IX A) NPar Tests (skor pretest-posttest ) IX A Descriptive Statistics N Skor
58
Mean 62.57
Std. Deviation 15.728
Minimum 32
Maximum 92
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Skor N Normal Parameters a,b
58 62.57 15.728 .096 .061 -.096 .729 .663
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
B. Hasil uji normalitas data skor kelas kontrol (IX B) NPar Tests (skor pretest-posttest ) IX B Descriptive Statistics N Skor
58
Mean 56.36
Std. Deviation 11.203
Minimum 33
Maximum 80
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Skor N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
58 56.36 11.203 .072 .065 -.072 .548 .925
Lampiran 7 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa No 1 2 3 4 5 6
Aspek keterlibatan Kode Mengajukan gagasan a Mengajukan pertanyaan b Menjawab pertanyaan c Membantu teman yang mendapat kesulitan d Bersikap kritis (menunjukkan kesalahan dan memperbaiki) e Mengerjakan soal latihan f
Kode
Kode Siswa 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
a b c d e f
148
149
Lampiran 8 : Tabel 17. Data Keterlibatan Siswa kelas Uji (IX A) Terlibat / tidak Kode 1 √ 2 √ 3 √ 4 √ 5 √ 6 √ 7 √ 8 √ 9 √ 10 √ 11 √ 12 √ 13 √ 14 √ 15 √ 16 √ 17 √ 18 √ 19 √ 20 √ 21 √ 22 √ 23 √ 24 √ 25 √ 26 √ 27 √ 28 √ 29 √ ∑ siswa yang terlibat PK (%)
Aspek Keterlibatan
a 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2
b 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
c 1
d 1 1
2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1
f
JK
3
2
2
2 1
1 2
1 1 2 3
6 2 5 4 4 5 6 3 5 4 3 5 5 6 6 3 6 3 6 6 4 4 5 5 3 6 4 4 6
e
1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1
2 1 2 1 1 1 1
1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 27 21 23 22 18 79,3 93,1 72,4 79,3 75,9 62,1
Keterangan:
Kd
: Kode
JK
: Jenis keterlibatan
PK
: Prosentase keterlibatan
RPK
: Rerata prosentase keterlibatan
RPK
77,0166
150
Lampiran 9 : Tabel 18. Data Keterlibatan Siswa kelas kontrol (IX B) Terlibat / tidak Kode 1 √ 2 √ 3 √ 4 √ 5 √ 6 √ 7 √ 8 √ 9 √ 10 √ 11 √ 12 √ 13 √ 14 √ 15 √ 16 √ 17 √ 18 √ 19 √ 20 √ 21 √ 22 √ 23 √ 24 √ 25 √ 26 √ 27 √ 28 √ 29 √ ∑ siswa yang terlibat PK (%)
Aspek Keterlibatan
a 1 1
b 2
1 2 2
1 1 2 1
1 2 2 3 1 1 2 1 2 1
1 1 3 2 1 1 1 1 1 1
c 2 2 1 1 1 1 2 1 1
1 1 1 1 1 1
d 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
e 1
f
JK
1 1 1
4 5 3 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 2 2 5 3 5 5 6 5 3 4 4
1 2 1 1
2 1 1
1 2 3 1
2 2 1
1
1
2
2
1 1 1
1 2
1 1
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 22 24 21 22 15 18 75,9 82,8 72,4 75,9 51,7 62,1
Keterangan:
Kd
: Kode
JK
: Jenis keterlibatan
PK
: Prosentase keterlibatan
RPK
: Rerata prosentase keterlibatan
RPK
70,1333
151
Lampiran 10 : Kuesioner Sikap Kelas Uji Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan /pernyataan yang terdapat pada setiap nomor soal kuesioner. 2. Isilah semua soal yang tersedia, dan usahakan jangan sampai ada salah satu soal tidak terisi. 3. Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan /pernyataan; yaitu yang paling sesuai dengan perasaanmu saat ini. 4. Bubuhkan tanda silang ( X ) pada pilihan yang tersedia. Contoh: Saya merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode presentasi. Pilihan yang tersedia: Pilihan yang tersedia SS S N TS STS
Arti Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju
Jika kamu merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode presentasi, maka pilihlah jawaban (a) dengan memberikan tanda silang pada pilihan yang tersedia. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran dengan metode presentasi. a. b.
SS S
c. d.
N TS
e.
ST S
Apapun jawaban anda tidak akan mempengaruhi penentuan nilai mata pelajaran fisika.
Terima kasih atas partisipasi kalian dalam mengisi kuesioner ini. *******Selamat mengerjakan!*******
152
1. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran fisika dengan metode presentasi. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. ST
2. Menurut saya metode presentasi sangat membantu saya dalam memahami materi fisika. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
3. Belajar fisika dengan metode presentasi ternyata sangat menyenangkan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
4. Mempelajari fisika dengan metode presentasi, semakin menyadarkan saya bahwa fisika itu tidak sulit a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
5. Metode presentasi membuat saya merasa sangat bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
6. Metode presentasi semakin memotivai saya untuk giat belajar. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
7. Metode presentasi memperluas peluang saya untuk mengungkapkan ide-ide dan gagasan yang saya pikirkan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
8. Metode presentasi membantu dalam menemukan kelemahan-kelemahan yang saya punyai. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
9. Belajar fisika dengan metode presentasi memotivasi saya untuk intensif menyelidiki suatu hal sebelum saya merasa yakin. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
153
10. Belajar fisika dengan metode presentasi merupakan hal yang sangat efektif dan efisien. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
11. Metode presentasi memotivasi saya untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
12. Metode presentasi sangat memacu saya untuk tidak takut bertanya tentang hal yang belum aku pahami. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
13. Metode presentasi sangat mendorong saya untuk memperkaya pengetahuan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
14. Metode presentasi dapat menumbuh-kembangkan sikap kritis terhadap hal yang sulit dipahami. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
15. Metode presentasi mendorong saya untuk tidak mudah mempercayai suatu hal yang sudah ditulis /disampaikan orang lain. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
16. Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode presentasi menjadi lebih bermakna. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
17. Ketika mempelajari fisika dengan metode presentasi, saya merasa yakin bisa belajar sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
18. Dengan metode presentasi kesempatan saya untuk mendayagunakan keterampilan bertanya lebih banyak. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
154
19. Model pembelajaran presentasi memperluas kesempatan guru untuk. memperhatikan tingkat kebutuhan belajar untuk masing-masing siswa. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
20. Metode presentasi memperluas kesempatan saya untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi serta menghargai pendapat teman. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
155
Lampiran 11 : Kuesioner Sikap kelas kontrol Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan /pernyataan yang terdapat pada setiap nomor soal kuesioner. 2. Isilah semua soal yang tersedia, dan usahakan jangan sampai ada salah satu soal tidak terisi. 3. Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan /pernyataan; yaitu yang paling sesuai dengan perasaanmu saat ini. 4. Bubuhkan tanda silang ( X ) pada pilihan yang tersedia. Contoh: Saya merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode ceramah. Pilihan yang tersedia: Pilihan yang tersedia SS S N TS STS
Arti Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju
Jika kamu merasa sangat tertarik model pembelajaran dengan metode ceramah, maka pilihlah jawaban (a) dengan memberikan tanda silang pada pilihan yang tersedia. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran dengan metode ceramah. a. SS c. N e. STS b. S d. TS Apapun jawaban anda tidak akan mempengaruhi penentuan nilai mata pelajaran fisika.
Terima kasih atas partisipasi kalian dalam mengisi kuesioner ini.
*******Selamat mengerjakan!*******
156
1. Saya merasa sangat tertarik dengan model pembelajaran fisika dengan metode ceramah. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
2. Menurut saya metode ceramah sangat membantu saya dalam memahami materi fisika. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
3. Belajar fisika dengan metode ceramah ternyata sangat menyenangkan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
4. Mempelajari fisika dengan metode ceramah, semakin menyadarkan saya bahwa fisika itu tidak sulit. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
5. Metode ceramah membuat saya merasa sangat bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
6. Metode ceramah semakin memotivai saya untuk giat belajar. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
7. Metode ceramah memperluas peluang saya untuk mengungkapkan ide-ide dan gagasan yang saya pikirkan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
8. Metode ceramah membantu dalam menemukan kelemahan-kelemahan yang saya punyai. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
9. Belajar fisika dengan metode ceramah memotivasi saya untuk intensif menyelidiki suatu hal sebelum saya merasa yakin. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
157
10. Belajar fisika dengan metode ceramah merupakan hal yang sangat efektif dan efisien. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
11. Metode ceramah memotivasi saya untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
12. Metode ceramah sangat memacu saya untuk tidak takut bertanya tentang hal yang belum aku pahami. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
13. Metode ceramah sangat mendorong saya untuk memperkaya pengetahuan. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
14. Metode ceramah dapat menumbuh-kembangkan sikap kritis terhadap hal yang sulit dipahami. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
15. Metode ceramah mendorong saya untuk tidak mudah mempercayai suatu hal yang sudah ditulis /disampaikan orang lain. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
16. Menurut saya pembelajaran fisika dengan metode ceramah terasa lebih bermakna. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
17. Ketika mempelajari fisika dengan metode ceramah, saya merasa yakin bisa belajar sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
18. Dengan metode ceramah kesempatan saya untuk mendayagunakan keterampilan bertanya lebih banyak. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
19. Model pembelajaran ceramah memperluas kesempatan guru untuk memperhatikan tingkat kebutuhan belajar untuk masing-masing siswa.
158
a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
20. Metode ceramah memperluas kesempatan saya untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi serta menghargai pendapat teman. a. SS
c. N
b. S
d. TS
e. STS
Lampiran 12 : Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (pilihan) Kelas uji (IX A) No Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
2 A B A C C A A B B B C A A B C C A A B A
3 C C D C B C C B C C B B C B D C B C B A
4 C E C D A D C B C D B B C C D C B B B A
5 B C C C B C D B B B B D C C C C C B C C
6 C D B D B B B B C B A B A A C C D C C B
7 A A B E E C A A B A B A A E C A B A B B
8 C B D D D C B B B C C C C C D B C A B B
9 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
10 C B B B B B B C C D B B B B C C B B C C
11 C C C D E C B B C C C B B C C B C C C C
12 A A A A A A B A A A A A B B A A A A A A
13 B C C D C C B C C C B C B C C C C C B B
Kode Siswa 14 15 16 B A B A A A A A A A A B B B B B A B A A B B A B A A B B A B C A C A A C B A B A A A C B B C A B C B C A A B C A C A A C
17 A B A B B C B B B A A B B B B A B A B B
18 B C C C B C C B B C B D C C C B C B D D
19 C D C D C C B B B C B B B C C C B C C B
20 C C C C C B C C C B B C B B C C C B B B
21 C D C D C C C D C C C B C C B C C C B A
22 C D C C C C B B C C C B C B C C C C B B
23 C D C C C B B B B C B B B B D B B B A A
24 B D C B C C B C B D B D C B D D D B C B
25 C C B C C C C B C C B C C C C B C C C C
26 A A A A A A C B B A B A C A A C A A A A
27 A A A A A B B A A A B C A B C B B A A A
28 C C C D C A B B B C B B B B C C B B C B
29 A B C B C B C C C C C C B C C B C B C B
159
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (bobot) Kelas uji (IX A) Kode Siswa No Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
5
5
3
3
4
3
5
3
5
3
3
5
4
4
5
4
5
4
3
3
3
3
3
4
3
5
5
3
5
5
4
3
1
3
4
5
4
5
4
3
5
3
5
5
5
4
3
4
3
2
2
4
2
3
5
5
3
4
5
5
2
3
3
4
4
2
5
4
3
5
3
5
5
5
5
3
3
3
3
3
3
3
4
5
5
3
3
5
3
3
2
3
2
1
2
5
4
2
5
4
5
5
4
4
3
4
3
4
3
3
4
3
5
5
4
4
5
3
4
5
4
4
1
2
5
4
1
5
3
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
5
5
3
3
5
5
3
4
2
4
3
3
5
4
3
5
3
4
5
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
5
4
5
4
5
5
3
3
2
4
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
5
4
4
4
4
4
5
4
5
3
4
5
3
4
5
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
5
4
3
5
4
3
3
4
3
4
4
5
3
3
5
3
5
5
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
4
5
4
3
5
4
3
2
4
4
5
3
5
2
3
5
3
4
5
4
5
3
3
4
3
3
3
2
3
5
5
3
3
5
3
4
4
4
5
4
3
5
4
3
5
4
3
5
3
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
5
5
4
4
2
4
5
3
5
4
4
5
3
5
5
3
4
4
4
3
4
4
4
2
3
5
3
4
3
5
5
3
3
3
5
5
3
5
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
5
4
4
5
4
4
3
3
5
5
3
5
4
3
4
3
5
5
5
4
3
3
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
5
3
2
2
3
3
3
2
5
3
3
5
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
4
2
3
5
3
3
3
5
3
3
3
3
3
5
4
5
3
4
5
3
3
5
4
5
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
5
5
4
4
3
2
4
3
5
4
3
5
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
4
2
3
5
4
4
3
5
5
3
4
4
3
5
5
5
4
3
5
3
5
5
4
5
4
3
4
3
3
2
4
3
5
5
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
5
3
3
5
4
3
5
3
4
2
3
4
4
4
5
3
3
5
5
3
3
5
5
5
5
3
4
4
4
5
3
3
5
4
5
5
3
4
2
4
4
5
4
5
4
3
5
5
4
4
∑
100
84
67
66
64
73
82
65
100
71
62
97
67
84
97
78
85
64
70
69
64
65
75
64
64
91
90
73
69
160
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (pilihan) Kelas kontrol (IX B) No Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A B A A B D A C B A C B C A B A B B A B
2 B C B B B D C C B D C C C C C D D B C C
3 A C D C C C B C B C B C C C B C C D C A
4 B B A B A A B B B A C C B B B D C D B B
5 C D B C B C B A A A B B A A C A B A B B
6 C B C B C C B C A B A B B B D B C B A A
7 A B D A B A B C A A B A A B B A A C B B
8 B B C B C B C B B C C C C B C B C C B C
9 B C D C D B C B C C C B B C C B B D C B
10 B C B B C B C B A B B C B C C B B B C B
11 A A C A A A A A A B A B A A B A A C A A
12 A C B D C A B B D D C C A D B A B A B C
13 D D C D C C C D B C B B B B C D C C B B
14 C C D B C C D C C C C C C C C D C D B C
Kode Siswa 15 16 17 A D A B C A C C B B C A A C B A C A A B C A C B B B B A C B A C A B C B A C A A B C B C A B C C A C B A C A A B B A C B
18 D E C C D C C B B C B B B D D C D B B B
19 C C C C C C C C C C C C C C C C B C C C
20 C C D C D D E D C C C C C C C C C C D D
21 A B A A C A A B B A B A C B B B B A B B
22 B A A A A A A A B A B C B D A B D A B B
23 D D D D D C C B C D C C D C C D B C C C
24 B B B C C C B A B C B C E C C E C E C E
25 A B A B A B B A A A A B A A B A A A B A
26 A B B B A B C B C D A B B A B B C A B B
27 B B C C D C C B C B B D B C D B C B C C
28 C D C D C C B C B C E E C C D D C E E D
29 C B B C C B C C B D A B B B B C B B B B
161
Hasil Pengisian Soal Kuesioner Sikap (bobot) Kelas kontrol (IX B) Kode Siswa No Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
5
4
5
4
3
3
5
4
4
4
5
5
2
3
5
2
5
2
3
3
5
4
2
4
5
5
4
3
3
4
3
3
4
2
4
4
4
3
3
5
3
2
3
4
3
5
1
3
3
4
5
4
4
4
4
4
2
4
5
4
2
5
4
3
4
3
4
4
3
4
3
2
3
3
4
3
3
2
5
5
2
4
5
4
3
3
4
5
4
3
4
3
4
5
4
3
2
5
2
2
4
4
3
5
3
3
3
5
4
2
3
4
4
3
2
3
4
4
3
5
4
3
4
3
2
3
5
3
3
3
5
3
4
2
3
2
3
5
2
3
5
5
2
3
3
2
2
3
5
3
3
5
4
4
4
5
5
3
3
5
3
5
3
3
2
5
5
3
3
4
4
3
3
4
5
3
4
4
4
4
4
3
3
3
5
4
3
2
5
4
3
3
3
1
5
5
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
4
5
3
3
4
4
4
5
4
2
3
5
3
4
4
3
2
4
5
4
5
5
4
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
4
3
5
5
2
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
5
3
3
4
4
5
2
3
5
5
4
5
3
3
4
5
4
3
3
5
3
4
3
3
3
5
5
2
3
5
2
4
3
2
3
3
4
3
4
5
4
3
3
4
5
3
4
3
5
3
5
4
3
3
4
4
3
4
5
5
4
1
5
4
3
3
3
4
4
5
3
4
3
4
3
2
3
4
3
4
4
3
3
5
3
3
3
4
4
2
1
4
3
3
3
4
5
4
5
3
4
4
5
5
4
3
5
3
5
4
3
3
3
4
2
1
5
4
4
3
4
5
3
3
4
5
4
4
3
3
3
5
2
4
3
5
4
3
2
3
3
4
2
3
3
5
5
3
3
4
4
3
4
4
3
2
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
5
2
3
3
4
5
3
3
4
4
4
2
4
5
2
3
2
4
4
5
4
4
4
5
5
2
2
4
3
3
3
3
3
4
4
2
1
5
4
4
2
3
4
2
3
3
4
3
5
3
4
4
5
4
3
3
5
3
4
2
4
3
4
2
4
3
5
3
3
3
4
4
4
2
2
5
4
3
3
2
4
5
5
3
2
5
3
5
4
3
3
5
5
3
1
5
5
4
1
4
5
3
3
4
4
5
4
4
3
3
5
4
4
4
5
4
4
4
3
2
4
4
3
3
4
4
3
1
4
4
3
1
4
4
5
4
3
4
4
5
3
4
3
5
3
4
4
3
2
4
4
3
5
5
4
3
2
4
∑
83
62
62
77
80
76
87
68
67
72
96
74
60
58
92
63
85
61
61
52
86
84
56
64
93
80
67
49
73
162
163
Lampiran 13 : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran
: SMP PANGUDI LUHUR I KALIBAWANG : IX (Sembilan)/1 (satu) : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika
Standar Kompetensi: Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Menganalisis percobaan listrik dinamik dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator: Siswa mampu: 1. Menjelaskan hubungan kuat arus dan beda potensial listrik dalam suatu rangkaian sederhana. 2. Membedakan rangkaian komponen listrik baik secara seri maupun paralel. 3. Merumuskan hukum Ohm dalam persamaan R = V/I berdasarkan analisa data kuat arus listrik dan beda potensial hasil pengamatan. 4. Mendeskripsikan perbedaan konduktor, semi konduktor dan isolator. 5. Menghitung hambatan penghantar. 6. Melakukan percobaan untuk menyelidiki besar arus listrik dalam rangkaian bercabang. 7. Menghitung hambatan pengganti rangkaian listrik seri dan paralel. Alokasi waktu : 8 x 40’ (4 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan hubungan kuat arus dan beda potensial dalam suatu rangkaian sederhana. 2. Membedakan rangkaian komponen listrik seri dan paralel. 3. Merumuuskan hukum ohm dalam persamaan R = V/ I. 4. Melakukan percobaan mengukur tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dengan salah satu variabel diubah. 5. Menyajikan hasil percobaan dalam tabel dan grafik. 6. Melakukan percobaan untuk membedakan konduktor, semikonduktor, isolator. 7. Mengetahui hubungan jenis, panjang dan luas penampang penghantar terhadap nilai hambatannya. 8. Menhitung nilai hambatan penghantar.
164
9. Menganalisa kuat arus pada skema rangkaian listrik bercabang. 10. Menerapkan hukum Ohm dan hukum I Kirchhoff untuk menghitung hambatan pengganti rangkaian seri dan paralel. B. Materi Pembelajaran ¾ Pertemuan 1: Arus listrik dan beda potensial listrik. Rangkaian listrik seri-paralel. ¾ Pertemuan 2: Hukum Ohm dan penerapannya. ¾ Pertemuan 3: Hambatan penghantar. ¾ Pertemuan 4: Hukum Kirchhoff. Hambatan pengganti seri-paralel. C. Metode Pembelajaran 1. Model: Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional. 2. Metode: Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah. D. Langkah-langkah Kegiatan 1. Pertemuan 1 a. Kelas uji: Siswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan pembagian materi pada pertemuan sebelumnya. 1) Kegiatan pendahuluan: Motivasi dan apersepsi o Menunjukkan dari mana siswa harus memulai presentasinya. o Memberikan batasan materi presentasi (hal-hal fundamental yang harus muncul saat kegiatan presentasi). Prasyarat pengetahuan o Pemahaman tentang muatan listrik dan sifat muatan listrik. 2) Kegiatan inti: Kelompok penyaji mempresentasikan hasil kerjanya dihadapan kelompok lain, bila dibutuhkan dapat ditambah penggunaan alat peraga yang relevan. Kelompok peserta dapat langsung menanggapi, mengajukan pertanyaan, menyanggah, serta mengajukan saran/ masukan kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji berkewajiban menjawab pertanyaan, menjelaskan ulang, serta membahas persoalan yang diajukan peserta lain.
165
Bila kelompok penyaji tidak mampu mengatasi persoalan yang ada guru membantunya, dimungkinkan juga persoalan dipecahkan dalam forum/ antar peserta. Peneliti mengulas kembali atas hal-hal yang dirasa masih perlu diperjelas. Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan terkait materi dipelajari. Peneliti mengontrol suasana pengerjaan soal latihan, kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa. 3) Kegiatan penutup: Siswa membuat rangkuman materi (yang baru saja dipelajari). Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan). b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan: Motivasi dan apersepsi o Bagaimana sebuah lampu dapat menyala? Prasyarat pengetahuan o Pemahaman tentang muatan listrik dan sifat muatan listrik. 2) Kegiatan inti: Peneliti menjelaskan materi, untuk memperjelas dapat menggunakan alat peraga yang relevan. Siswa yang mengalami masalah terkait materi pembelajaran dapat langsung bertanya kepada peneliti. Siswa mendiskusikan hubungan tegangan terhadap arus listrik. Siswa mengamati beberapa skema rangkaian lampu dan mendiskusikannya. Siswa membuat rangkaian seri dan paralel. Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan yang relevan dengan materi. Siswa mengerjakan soal latihan. Peneliti mengontrol proses pengerjaan soal latihan kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi. 3) Kegiatan penutup: Siswa membuat rangkuman materi (yang baru saja dipelajari). Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan). 2. Pertemuan 2 a. Kelas Uji: Kegiatan pada pertemuan ke-2 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan: Motivasi dan apersepsi o Tahukah kamu bagaimana kuat arus dalam rangkaian apabila beda potensialnya diubah-ubah?
166
Prasyarat pengetahuan o Pemahaman tentang arus listrik, beda potensial listrik, rangkaian seri dan paralel, alat-alat ukur listrik. Pra penggunaan alat peraga o Kita harus hati-hati saat mengunakan alat ukur listrik. o Pastikan rangkaian sudah benar sebelum menghubungkan dengan sumber listrik. 2) Kegiatan inti: Peneliti menjelaskan materi hukum Ohm. Peneliti meminta perwakilan siswa untuk mengukur tegangan dan kuat arus dalam rangkaian jika salah satu variabel diubah-ubah, kemudian perwakilan siswa yang lain. Siswa dengan bimbingan peneliti menganalisis hasil percobaan yang sudah disajikan dalam tabel dan grafik serta merumuskan hukum Ohm. Siswa mendiskusikan hasil percobaan dengan teman terdekat, kemudian mengutarakan hasil diskusinya, dan siswa yang lain menanggapinya. Peneliti membahas ulang hal-hal yang masih dirasakan sulit dipahami oleh siswa. Apabila terdapat siswa yang mempunyai kesulitan, usulan, serta sanggahan dapat disampaikan kepada peneliti. Peneliti memberikan contoh persoalan beserta penyelesaiannya. Peneliti memberikan soal latihan yang relevan dengan materi saat itu. Siswa mengerjakan soal latihan. Peneliti mengontrol proses pengerjaan soal latihan kemudian dilanjutkan pembahasan hasil pengerjaan siswa. Siswa dengan bimbingan peneliti membuat kesimpulan terkait materi yang baru saja dibahas. 3) Kegiatan penutup: Siswa dengan bimibingan peneliti menyimpulkan hal-hal tekait hukum Ohm. Siswa mencatat tugas rumah (bila diperlukan). 3. Pertemuan 3 a. Kelas Uji: Kegiatan pada pertemuan ke-3 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan: Motivasi dan apersepsi o Peneliti memeragakan penggunaan multimeter untuk mengukur tegangan dan kuat arus. o Salah satu siswa diminta untuk menyentuh kabel yang dialiri listrik terisolasi, apa yang dirasakan? Prasyarat pengetahuan
167
o Pemahaman hukum Ohm. 2) Kegiatan inti Siswa membentuk kelompok. Siswa melakukan percobaan tentang konduktor, semikonduktor dan isolator. Siswa menuliskan hubungan panjang, jenis, dan luas penampang kawat penghantar dengan nilai hambatnnya melalui tabel yang disajikan. Siswa menghitung nilai hambatan dari data pada tabel. 3) Kegiatan penutup Siswa bersama guru menyimpulkan tentang konduktor, isolator, semikonduktor. Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa mencatat tugas rumah. 4. Pertemuan 4 a. Kelas Uji: Kegiatan pada pertemuan ke-4 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas Kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan Motivasi dan apersepsi o Bagaimana rangkaian listrik yang terdapat di rumah? Prasyarat pengetahuan o Pemahaman rangkaian seri-paralel. o Pemahaman teoritis bahwa kuat arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. 2) Kegiatan inti Siswa membentuk kelompok. Siswa melakukan percobaan merangkai rangkaian seri paralel. Siswa mengamati dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel. Siswa menganalisis kuat arus pada setiap cabang dari tabel. Siswa menganalisis hambatan pengganti seri paralel dari rangkaian Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain menanggapinya. Siswa bersama peneliti menyimpulkan tentang Hukum Kirchoff dan hambatan pengganti seri paralel. Siswa mengerjakan tugas menghitung kuat arus pada rangkaian seri atau paralel serta menentukan hambatan pengganti suatu rangkaian. 3) Kegiatan penutup Peneliti memberikan penguatan dengan melakukan tanya jawab singkat. Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa mencatat tugas rumah.
168
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: Hasil tes tertulis 2. Bentuk Instrument: Test uraian 3. Contoh Instrument: Sebuah kawat penghantar memiliki hambatan 110 ohm ujungujungnya diberi beda potensial 220 volt, hitunglah kuat arus yang melewati penghantar tersebut! 4. Rubrik Penilaian: No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan
169
Lanjutan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran
: SMP PL I KALIBAWANG : IX (Sembilan)/1 (satu) : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika
Standar Kompetensi: Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator: Siswa mampu: 1. Menjelaskan susunan dan cara kerja elemen. 2. Mendefinisikan konsep GGL sumber arus listrik. 3. Mengukur tegangan antara kutub-kutub sebagai tegangan. 4. Mengukur tegangan yang terpakai (tegangan jepit). 5. Menyebutkan penggunaan elemen dalam kehidupan sehari-hari. Alokasi waktu : 4 x 40’ (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan hubungan antara bagian elemen volta dan prinsip kerjanya. 2. Mendefinisikan pengertian GGL sumber arus listrik. 3. Menyebutkan contoh elemen primer. 4. Membedakan besarnya GGL dan tegangan jepit dalam suatu rangkaian. 5. Menyebutkan penggunaan elemen dalam kehidupan sehari-hari.
B. Materi Pembelajaran: • Gaya gerak listrik • Elemen volta • Baterai • Akumulator • Tegangan jepit
C. Metode Pembelajaran:
170
1. Model: Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional. 2. Metode: Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah.
D. Langkah-langkah kegiatan 1. Pertemuan 5 a. Kelas uji: Kegiatan pada pertemuan ke-5 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan Motivasi dan apersepsi o Pernahkah anda mengukur tegangan baterai secara langsung? o Apakah anda tahu tentang alat ukur tegangan listrik? Prasyarat pengetahuan o Memahami prinsip penggunaan voltmeter. 2) Kegiatan inti Peneliti menjelaskan materi tentang elemen volta. Siswa mengikuti penjelasan dari peneliti. Peneliti memberi contoh soal. Peneliti memberi soal latihan dan membimbing siswa melakukan diskusi kelas. Menarik kesimpulan dari hal tersebut. 3) Kegiatan penutup Peneliti memberikan tes. Memberi tugas rumah untuk mendata beberapa sumber tegangan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pertemuan 6 a. Kelas uji: Kegiatan pada pertemuan ke-6 langkahnya sama dengan pertemuan ke-1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan Mengertikah arti dari spesifikasi 1,5 V pada baterai? Perubahan energi apakah yang terjadi baterai dipakai untuk menghidupkan lampu? 2) Kegiatan inti Siswa memahami prinsip pengukuran GGL dan tegangan jepit pada rangkaian. Siswa berdiskusi kelompok tentang GGL dan tegangan jepit. Peneliti memberi contoh soal.
171
Peneliti memberi soal latihan dan membimbing siswa melakukan diskusi kelas Siswa bersama peneliti menarik kesimpulan dari hasil diskusi. 3) Kegiatan penutup Guru memberikan tes Guru memberikan tugas rumah untuk menggambar berbagai sumber tegangan DC.
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku Referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik penilaian: Hasil tes tertulis 2. Bentuk instrument: Tes uraian 3. Contoh Instrument: Sebutkan komponen dari sebuah akumulator dan jelaskan prinsip kerjanya Sebutkan dua contoh dari elemen primer. 4. Rubrik Penilaian: No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan
172
Lanjutan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran
: SMP PL I KALIBAWANG : IX (Sembilan)/1 (satu) : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)-Fisika
Standar Kompetensi: Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator: Siswa mampu: 1. Merumuskan hubungan energi dan daya listrik serta satuannya. 2. Menyebutkan adanya perubahan bentuk energi listrik. 3. Mengkonversi satuan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menghitung biaya pengguanaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menentukan alat-alat listriknyang menghemat energi. Alokasi waktu : 6 x 40’ (3 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan hubungan energi dan daya listrik. 2. Menentukan satiuan energi dan daya listrik. 3. Menyebutkan adanya perbuhan energi listrik. 4. Mengkonversi satuan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menghitung biaya penggunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. 6. Menentukan alat-alat listrik yang menghemat energi listrik. 7. Menghitung besarnya energi listrik yang digunakan di rumah khusus alatalat elektronika selama 1 bulan.
B. Materi Pembelajaran: Energi dan Daya
C. Metode Pembelajaran: 1. Model: Kelas Uji (IXA) menggunakan pendekatan konstruktivisme.
173
Kelas Kontrol (IX B) menggunakan model konvensional. 2. Metode: Kelas Uji (IXA) menggunakan metode presentasi kelompok. Kelas Kontrol (IX B) menggunakan metode ceramah. D. Langkah - langkah Kegiatan: 1. Pertemuan 7 a. Kelas uji: Kegiatan pada pertemuan ke-7 langkahnya sama dengan pertemuan ke1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan Motivasi dan apersepsi o Satuan energi listrik adalah Joule, apakah satuan yang ada dalam meteran listrik o Bagaimana cara menghitung biaya penggunaan energi listrik. Prasyarat pengetahuan o Tuliskan persamaan energi listrik yang kalian gunakan. 2) Kegiatan inti Melalui diskusi kelas peneliti memberikan informasi cara mengkonversi satuan energi listrik. Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk menghitung energi listrik yang digunakan di rumah tangga pada masingmasing kelompok dan menghitung biaya yang harus dibayarkan selam 1 bulan. Setiap kelompok mengutarakan hasil diskusi tersebut. 3) Kegiatan penutup Peneliti bersama siswa berdiskusi untuk membuat rangkuman. Peneliti memberikan tugas rumah soal-soal tentang banyaknya energi listrik yang digunakan dalam rumah tangga. 2. Pertemuan 8 a. Kelas uji: Kegiatan pada pertemuan ke-8 langkahnya sama dengan pertemuan ke1 (lihat halaman 164), hal yang membedakan materi yang dibahas. b. Kelas kontrol: 1) Kegiatan pendahuluan Motivasi dan apersepsi o Seterika listrik yang bertuliskan 250 W - 220 V dengan seterika listrik yang bertuliskan 300 W-220 V jika mau membeli seterika tersebut memilih yang mana? Prasyarat pengetahuan o Bagaimana pendapatmu jika peralatan rumah tangga menggunakan energi listrik yang besar?
174
2) Kegiatan inti Peneliti menjelaskan karakteristik salah satu alat listrik yang hemat energi listrik. Melalui diskusi kelompok siswa memberikan contoh alat-alat yang hemat energi listrik. Siswa diberi tugas untuk menghitung energi listrik pada salah satu alat elektronika yang berada di rumahnya, selama 30 hari. 3) Kegiatan penutup Peneliti beserta Siswa melakukan diskusi kelas dari hasil diskusi kelompok. Siswa dengan dibimbing peneliti membuat kesimpulan hasil belajar. Peneliti memberikan tes untuk mengetahui pemahaman materi yang baru saja dipelajari.
E. Sumber Belajar 1. Hand-out 2. Buku Referensi 3. Alat peraga yang relevan
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik penilaian: Hasil tes tertulis 2. Bentuk instrument: Tes uraian 3. Contoh instrument: a. Sebuah bola lampu bertuliskan 40W-220V dipasang pada tegangan 220 volt. Jika lampu dipakai selama 25 menit, hitunglah besarnya energi listrik! b. Tuliskan perubahan bentuk energi listrik yang terjadi pada bola lampu! c. Dalam sebuah rumah tangga terdapat 5 lampu 100 watt dan 3 lampu 50 watt yang menyala selama 8 jam /hari, jika biaya satu KwH 325 rupiah, hitunglah biaya yang harus dibayar selama 1 bulan! d. Sebuah TV 80 Watt 220 volt dinyalakan selam 6 jam /hari. Hitunglah besar energi listrik yang digunakan selama 1 bulan! 4. Rubrik Penilaian: No Aspek yang Diperhatikan 1. Kesesuaian dengan konteks yang ditanyakan 2. Kelengkapan langkah pengerjaaan 3. Hasil analisis/ pengerjaan