1
EFEKTIVITAS MODEL PENGALAMAN BERBAHASA TERKONSENTRASI (CONCENTRATED LANGUAGE ENCOUNTER) DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI Syekh Adiwijaya Latief, S. Pd., M. Pd. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected] Abdul Wahid, S. Pd., M. Pd. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen jenis One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas kelas eksperimen dan kontrol dengan jumlah sampel 48 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes hasil belajar, observasi, dan angket Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan teknik analisis inferensial jenis uji t onesample statistics. Hasil penelitian pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa terdapat dua puluh tiga (95,83%) orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal, sedangkan hasil belajar pada posttest kelas kontrol sembilan belas (79,16%) orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. hasil analisis statistik menggunakan program SPSS versi 20 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung sebesar 2.593 pada taraf signifikan p = .016 karena p < α = 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima. berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif setelah diterapkan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) efektif dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai. Kata kunci: Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter), kemampuan membaca intensif
2
I. PENDAHULUAN Keterampilan membaca merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif artinya pembaca menerima berbagai informasi, ide, gagasan dan amanat yang ingin disampaikan penulis. Dengan membaca akan membuka jendela dunia, melihat wawasan yang ada, dan menjadi salah satu cara memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Membaca merupakan aktivitas yang sangat penting untuk dilakukan karena dengan membaca seseorang dapat memeroleh informasi yang diinginkannya. Pentingnya kemampuan membaca masih menjadi persoalan bagi bangsa Indonesia. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian Programmme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2012 lalu mengeluarkan survei bahwa Indonesia menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara, dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca dan sains. Dari 65 negara yang ikut dalam survei, Indonesia yang selama ini dicintai dan dikagumi menduduki peringkat paling bawah. Survei PISA-OECD ini dilakukan secara kualitatif pada tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan Desember 2013. Survei ini melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia serta 80 persen ekonomi global. (detik.com: 2014) Redahnya kemampuan membaca anak Indonesia selaras dengan persoalan pembelajaran yang terjadi di sekolah, salah satu masalah yang dihadapi adalah guru jarang mengunakan model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap model-model pembelajaran yang dapat memudahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya ada banyak variasi model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Dengan mengunakan model-model pembelajaran yang sesuai, tentunya siswa akan termotivasi dalam belajar, dan ini akan berdampak positif pada hasil belajarnya. Model pembelajaran merupakan panduan bagi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Joyce dan Weil (1980:1) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, merancang materi pembelajaran, dan memberi petunjuk di dalam kelas dan kegiatan lainnya. Kemudian, mereka mengemukakan
3
bahwa model mengajar pada dasarnya adalah model pembelajaran yang membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, ketrampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan memahami ekspresinya. Oleh karena itu, sebagai alternatif pemecahan masalah tentang rendahnya kemampuan membaca bagi siswa SMP perlu segera dicari jalan keluarnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penerapan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi concentrated language encounter pada pembelajaran membaca yang dapat memberikan pengalaman belajar serta dapat meningkatkan keterlibatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Dalam pengajaran PBT ini, guru diharapkan sabar membimbing siswa mengembangkan kemampuannya untuk mengungkapkan sesuatu, meningkatkan kepercayaan dirinya, berpikir kreatif, menerima ide dan pendapat temannya atau orang lain, serta mampu bekerja secara kelompok. Model Pembelajaran Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) adalah model belajar yang “membenamkan” siswa dalam berbahasa yang terkait dengan kegiatan-kegiatan baru dalam kegiatan kelompok, mulai dari yang sederhana sampai pada kegiatan yang sulit. (Taroepratjeka, 2002: 1). Hal senada diungkapkan oleh Nusyirwan (2003) bahwa PBT merupakan suatu model yang melibatkan murid dalam belajar bahasa secara berkelompok dengan menggunakan metode ‘scaffolding’ (berjenjang), guru memberi contoh dan menuntun, sambil mendorong siswa untuk mampu mengembangkannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) dalam Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai”
II. METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group PretestPosttest Design. Artinya, peneliti menetapkan satu kelompok eksperimen untuk diberi perlakuan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi.
4
B. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (kemampuan membaca intensif) dan variabel independen. (model pengalaman berbahasa terkonsentrasi concentrated language encounter). C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 5 Sinjai Selatan, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015. Pembuatan instrumen dilaksanakan bulan Januari 2015 dengan tujuan digunakan pelaksanaan pembelajaran pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pelaksanaan penelitian. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan kabupaten Sinjai yang berjumlah 192 siswa dan dibagi dalam delapan kelas. Sampel penelitian ini adalah diambil dengan teknik random sampling probability. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil 2 kelas dari 8 kelas anggota populasi, kemudian dilakukan pengundian lagi untuk mendapatkan kelas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. E. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan jenis data dan sumber data penelitian, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi adalah pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran direkam dengan menggunakan instrument, aspek yang diamati meliputi: (1) perhatian siswa, (2) Interaksi dan keaktifan siswa, dan (3) kesenangan teknik tes adalah tes kemampuan membaca intensif dan teknik angket untuk mengetahui respons siswa selama perlakuan diberikan. Sebanyak 11 butir pertanyaan diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon mereka terhadap perlakuan. F. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
5
1. Analisis Statistik Deskriptif Adapun data yang menggunakan teknik analisis sistematik deskriptif yakni hasil belajar. Kreteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar bahasa Indonesia pada pembelajaran kemampuan membaca adalah menurut standar kategorisasi dari Depertemen Pendidikan Nasional (Tahirman, 2012:31) yang dinyatakan dalam table berikut. Tabel 3.3 Kategorisasi Standar yang Ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Skor Kategori 0 ≤ × ≤ 54 Sangat Rendah 54< × ≤ 64 Rendah 64 < × ≤ 79 Sedang 79 < × ≤ 89 Tinggi 89 < × ≤ 100 Sangat Tinggi Sumber: Departemen Pendidikan Nasional (Tahirman, 2012:31) Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Skor Kategori 0 ≤ × < 75 Tidak Tuntas 75 ≤ × ≤ 100 Tuntas 2. Analisis Statistika Inferensial Analisis statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Posttest pada Kelas Eksperimen melalui Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) Pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca pada tahap ini dengan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) dengan langkah-langkah pembelajaran, yaitu: 1) menganalisis jenis bacaan, 2) menghubungkan isi bacaan dengan pengalaman pribadi, 3) mendiskusikan isi bacaan, 4) menganalisis dengan kritis sebuah teks baru, dan 5) aktivitas bahasa dan elaborasi pada siswa kelas eksperimen. Rangkuman nilai statistik hasil posttest pembelajaran kemampuan membaca intensif dengan model pengalaman berbahasa
6
terkonsentrasi (concentrated language encounter) dapat diliahat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 :
Rangkuman Eksperimen Statistik Ukuran Sampel Skor Ideal Skor Rata-Rata Median Skor Terendah Skor Tertinggi Rentang Skor Deviasi standar
Nilai
Statistik
Hasil
Posttest
Kelas
Nilai Statistik 24 100 86,67 89,00 70 96 26 7,545
Berdasarkan hasil analisis data posttest kelas eksperimen dari 24 siswa diperoleh gambaran yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Nilai
tertinggi yaitu 96 yang diperoleh dua orang siswa dan skor
terendah 70 diperoleh oleh satu orang. Gambaran yang jelas dari nilai tertinggi sampai nilai terendah yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 :
Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Posttest Kelas Eksperimen pada Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif
No.
Nilai Siswa
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
96 94 92 90 88 86 84 80 78 76 70
2 4 3 3 2 1 2 2 1 3 1 24
8,33 16,66 12,5 12,5 8,33 4,16 8,33 8,33 4,16 12,5 4,16 100%
Jumlah
Hasil analisis data tersebut dapat ditransformasikan ke dalam kriteria ketuntasan hasil belajar pada siswa SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, khususnya bahasa Indonesia yaitu siswa harus memperoleh nilai 75. Maka hasil
7
posttest dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kategori tuntas dan tidak tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat di cermati tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 :
Hasil Pencapaian KKM Posttest Kelas Eksperimen pada Pembelajaran Kemampuan Membaca Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai.
No 1.
Skor ≤ 75
2.
> 75
Kategori Tidak tuntas
Posttest 1
Persentase (%) 4,16%
23 24
95,83% 100%
Tuntas Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa pada saat posttest dua puluh tiga (95,83%) orang siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan satu (4,16%) orang siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan demikian siswa yang diajar dengan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) pada kelas eksperimen VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai efektif. Apabila dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Tabel 4.4 : Interval 90-100 80-89 65-79 55-64 <54
Tingkat Pembelajaran Kemampuan Membaca Nilai Posttest Kelas Eksperimen Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Total
Frekuensi 12 7 5
24
Persentase % 50% 29,16 20,83 0% 0% 100%
Rata-rata 86,67 -
Setelah diperoleh nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen dalam pembelajaran kemampuan membaca dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan membaca kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan termasuk dalam kategori sangat tinggi, terlihat pada tabel tersebut yang menunjukkan bahwa nilai 86,67 berada pada interval 80-89 (Tinggi). 2) Hasil Analisis Posttest pada Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional Pelaksanaan
pembelajaran
kemampuan
melalui Penerapan
membaca
pada
tahap
ini
menerapkan pembelajaran yang umum digunakan yakni pembelajaran konvensional yang ditandai dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan pada kelas kontrol. Hal
8
ini dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran kemampuan membaca melalui tanya jawab dan penugasan dalam pembelajaran kemudian siswa diminta untuk memahami isi teks bacaan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran kemampuan membaca dengan pembelajaran konvensional. Berikut dipaparkan nilai statistik hasil posttest pada kelas kontrol. Tabel 4.5 :
Rangkuman Nilai Statistik Hasil Posttest Kelas Kontrol Statistik Ukuran Sampel Skor Ideal Skor Rata-Rata Median Skor Terendah Skor Tertinggi Rentang Skor Deviasi standar
Nilai Statistik 24 100 79,00 80,00 70 86 16 5,004
Berdasarkan hasil analisis data posttest kelas kontrol dari 24 siswa diperoleh gambaran, yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Skor tertinggi yang diperoleh siswa pada saat posttest yaitu 82 yang diperoleh satu orang siswa, sedangkan skor terendah 70 diperoleh oleh satu orang. Gambaran yang jelas dari nilai tertinggi sampai nilai terendah yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 : No. 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pembelajaran Kemampuan Membaca Intendif pada Kelas Kontrol (Posttest) Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%) 86 3 12,5 84 3 12,5 82 4 16,66 80 3 12,5 78 3 12,5 76 1 4,16 74 3 12,5 72 3 12,5 70 1 4,16 24 100% Jumlah
Hasil analisis data tersebut dapat ditransformasikan ke dalam kriteria ketuntasan hasil belajar pada siswa SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, khususnya bahasa Indonesia yaitu siswa harus memperoleh nilai 75. Maka hasil
9
belajar posttest dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kategori tuntas dan tidak tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati tabel 4.15 berikut: Tabel 4.7 :
No. 1.
≤ 75
2.
> 75
Hasil Pencapaian KKM Posttest Kelas Kontrol pada Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai. Skor
Kategori Tidak tuntas
Posttest 5
Persentase (%) 20,83%
19 24
79,16% 100%
Tuntas Jumlah
Apabila dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Tabel 4.8 : Interval 90-100 80-89 65-79 55-64 <54
Tingkat Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif Nilai Posttest Kelas Kontrol Kategori Frekuensi Persentase % Rata-rata Sangat Tinggi 0 0% Tinggi 13 54,16% Sedang 11 45,83% 79,00 Rendah 0 0% Sangat Rendah 0 0% Total 24 100% -
Setelah diperoleh nilai rata-rata posttest siswa pada kelas kontrol dalam pembelajaran kemampuan membaca dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan membaca kelas kontrol setelah diberikan perlakuan termasuk dalam kategori sedang, terlihat pada tabel tersebut yang menunjukkan bahwa nilai 79,00 berada pada interval 65-79 (kategori sedang). 3) Analisis Efektivitas Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) Hasil analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian, sebelum melakukan analisis statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk melakukan uji t atau uji hipotesis. Adapun uji tersebut sebagai berikut: a) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Seluruh perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan
10
komputer dengan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel: 4.9 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk Data Posttest Kelas Eksperimen Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. POSTTEST ,171 24 ,069 ,912 24 ,039 a. Lilliefors Significance Correction
Taraf signifikansi pretest pada kelas eksperimen yang diberi simbol p = ,069 ini berarti signifikansi p > α = 0,05 berarti data yang diambil mengikuti distribusi normal. Tabel: 4.10 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk Data Posttest Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. * POSTTEST ,142 24 ,200 ,933 24 ,113 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Taraf signifikansi posttest pada kelas kontrol yang diberi simbol p = , ,200 ini berarti signifikansi p > α = 0,05 berarti data yang diambil mengikuti distribusi normal. b) Uji Homogenitas Uji homegenitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua data sampel berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sampel t test dan ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam analisis ini adalah varian (ANOVA) adalah sama sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut: Tabel: 4.11 Uji Homegenitas untuk Data pretest dan Posstest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variances DATA Levene Statistic df1 df2 Sig. .121 1 46 .730
11
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 730. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data berdasarkan pada poretest dan posttest mempunyai varian sama. c)
Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20. Untuk mengukur keefektivan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif, hasil uji t-test bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil analisis statistik Paired Samples Test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut: Gambar tabel: 4.12: Uji t-test Paired Samples Test Paired Samples Test Paired Differences Mean
Pair GAINEKS - 3.1666 1 GAINKONT 7
Std. Deviation
5.98307
Std. Error Mean
1.22129
t
Df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .64024 5.69309
2.593
Sig. (2tailed)
23
.016
Berdasarkan hasil analisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung sebesar 2.593 pada taraf signifikan p = .016 karena p < α = 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif
setelah
diterapkan
model Pengalaman
Berbahasa
Terkonsentrasi
(Concentrated Language Encounter) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. PEMBAHASAN 1.
Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif melalui Model Pembelajaran Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) Model pembelajaran pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) adalah model belajar yang “membenamkan” siswa dalam berbahasa yang terkait dengan kegiatan-kegiatan baru dalam kegiatan kelompok, mulai dari yang sederhana sampai pada kegiatan yang sulit. (Taroepratjeka, 2002: 1). Hal senada diungkapkan oleh Nusyirwan (2003) bahwa PBT merupakan suatu
12
model yang melibatkan murid dalam belajar bahasa secara berkelompok dengan menggunakan metode ‘scaffolding’ (berjenjang), guru memberi contoh dan menuntun, sambil mendorong siswa untuk mampu mengembangkannya sendiri. Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (PBT) memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu: 1) menganalisis jenis bacaan, 2) menghubungkan isi bacaan dengan pengalaman pribadi, 3) mendiskusikan isi bacaan, 4) menganalisis dengan kritis sebuah teks baru, dan 5) aktivitas bahasa dan elaborasi. Pada tahap ini, siswa merundingkan isi teks secara berkelompok. Dalam kelompok tersebut siswa diharapkan terlibat semuanya untuk dapat mengemukakan pendapatnya. Guru harus dengan sabar dan cermat mengamati jalannya diskusi sehingga siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk terlibat akhirnya mau terlibat dengan rekan-rekannya. Pada tahap ini, siswa menganalisis dengan kritis sebuah teks baru secara berkelompok kemudian menjawab soal-soal yang telah dipersiapkan pada teks. Pada tahap ini siswa diharapkan berpikir secara kritis dalam menganalisis bacaan. Siswa melakukan aktivitas berbahasa dan elaborasi dari hasil kegiatan membacanya. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi bacaan sebagai hasil kegiatan membacanya. Selain itu, pada tahap ini siswa dapat diarahkan untuk menemukan arti kata-kata yang sulit dalam wacana kemudian siswa diharapkan dapat membuat kalimat menggunakan kata-kata yang sulit tersebut. Kemampuan siswa dalam pembelajaran kemampuan membaca melalui model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (PBT) pada kelas eksperimen dapat dilihat pada pemerolehan nilai rata-rata siswa setelah diadakan perlakuan (tindakan) mencapai 86,83, dari hasil tes awal (pretest) yang hanya mencapai nilai rata-rata 70,83. setelah diadakan perlakuan perolehan nilai tertinggi yaitu 96 yang diperoleh dua orang siswa dengan persentase (8,33%), sedangkan nilai terendah 70 yang diperoleh satu orang siswa dengan persentase (4,16%). Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari hasil pretest dan posttest. Berdasarkan uraian pada hasil pembelajaran kemampuan membaca melalui Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (PBT) efektif diterapkan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif siswa hal tersebut terlihat dengan meningkatnya kreativitas, berpikir logis, kemampuan visual dan kemampuan kognisi siswa. Dampak penyerta lainnya yaitu siswa memiliki kemampuan
13
berinteraksi dengan guru dan siswa dengan baik, memiliki kepercayaan diri, mandiri, dan menghargai pendapat orang lain. 2.
Keefektivan Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) dalam Pembelajaran Kemampuan Membaca Intensif Berdasarkan hasil penyajian data, dapat dibahas tentang keefektivan pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif pada kelas VIII SMP Negeri 5 Sinjai Selatan kabupaten Sinjai efektif diterapkan hal ini dinyatakan bahwa model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (concentrated language encounter) dapat membantu siswa dalam menganalisis bacaan, menghubungkan isi bacaan dengan pengalaman pribadi, mendiskusikan isi bacaan, menganalisis dengan kritis sebuah teks baru, dan aktivitas bahasa dan elaborasi. Berdasarkan hasil pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, tampak perbedaan yang signifikan pada nilai yang diperoleh siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) efektif diterapkan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan program SPSS versi 20 menyatakan bahwa hasil analisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung sebesar 2.593 pada taraf signifikan p = .016 karena p < α = 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif
setelah
diterapkan
model
pengalaman
berbahasa
terkonsentrasi
(Concentrated Language Encounter) pada kelas eksperimen.
IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan yang terkait dengan penelitian ini adalah hasil belajar kemampuan membaca intensif pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa saat posttest, dua puluh tiga (95,83%) orang siswa, sedangkan kelas kontrol pada saat posttest sembilan belas (79,16%) orang siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan demikian siswa yang diajar dengan menerapkan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) efektif pada kelas eksperimen SMP Negeri 5 Sinjai Selatan kab. Sinjai.
14
Berdasarkan
kriteria
keefektifan
model
pengalaman
berbahasa
terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) dapat di lihat dari hasil analisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung sebesar 2.593 pada taraf signifikan p = .016 karena p < α = 0,05 maka H0 ditolak, dan H1 diterima. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran kemampuan membaca intensif setelah diterapkan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) pada kelas eksperimen di bandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis menyarankan: 1.
Kepada guru bahasa Indonesia diharapkan agar dapat menerapkan model pengalaman berbahasa terkonsentrasi (Concentrated Language Encounter) pada pembelajaran kemampuan membaca berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 5 Sinjai Selatan Kab. Sinjai
2.
Untuk peneliti lanjutan dapat menjadi renferensi sebagai upaya pengembangan model
pengalaman
berbahasa
terkonsentrasi
Concentrated
Language
Encounter.
PUSTAKA RUJUKAN Damaianti, V.S. 2005. “Strategi Volisional melalui Dramatisasi dalam Meningkatkan Motivasi Membaca”. Makalah FPBS UPI. tidak diterbitkan. Depdiknas. 2012. Standar Kategori Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Harjasujana, A.S. dan Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara. Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Nusyirwan, L. 2003. “Concentrated Language Encounter”: http://www.govritje.com pdf. Rattavanich, S. 1997. “Literacy in Thailand Project: A Lighthouse Project in Asia”.
15
Sisavanh, K. 1997. “Concentrated Language Encounter as a Starting Point to Improving Literacy in Laos PDR”. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Witdarmono. 2007. Membaca dan Agresivitas. (Online) (www.kompas.com), diakses Selasa, 16 Desember 2014.