EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013, hlm 82 - 89
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SAVI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI SISWA Wahyu Sumawardani, Chairil Faif Pasani Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin e-mail :
[email protected] Abstrak. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visualization and Intellectualy), karena pada tiap tahapan pada model ini melibatkan siswa secara keseluruhan dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran SAVI untuk mengembangkan karakter mandiri siswa.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive random sampling, yaitu memilih kelas VII-E dan VII-F sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu yang selanjutnya dipilih kelas VII-E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-F sebagai kelas kontrol secara random. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes dan observasi. Teknik analisis data menggunakan, uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa, antara kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI dan kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hasil belajar matematika siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI lebih tingggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung. Sementara itu untuk karakter mandiri siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI dominan berada pada kualifikasi Sudah Berkembang (SB). Kata kunci :
model pembelajaran SAVI, karakter mandiri, hasil belajar matematika
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan berusaha mencetak generasi-generasi yang cerdas, sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi serta dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, matematika memiliki peranan yang sangat penting, karena tujuan pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa untuk menumbuhkan kemampuan bernalar yang tercermin melalui kemampuan berfikir logis, rasional, kritis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin yang digunakan dalam pemecahan masalah baik di bidang matematika, di bidang ilmu yang lainnya
maupun di kehidupan sehari-hari. Pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) merupakan peralihan cara berfikir siswa yang masih sangat konkrit sewaktu di sekolah dasar menuju ke semi konkrit. Sehingga ketika siswa berada pada jenjang ini diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan pelajaran matematika pada jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Pasal I UU SISDIKNAS tahun 2003 diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat keputusan yang ia buat. Oleh karena itu, pentingnya pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan guru di sekolah sangat beraneka ragam. Untuk meningkatkan berbagai 82
Wahyu Sumawardani, Chairil Faif Pasani, Efektivitas Model Pembelajaran SAVI dalam Pembelajaran Matematika …. 83
karakter siswa, guru haruslah mencoba model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan karakter siswa tersebut. Sehingga selain memperkuat karakter, hasil belajar siswa pun menjadi meningkat. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan karakter siswa terutama karakter mandiri adalah model pembelajaran SAVI. Hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran khususnya di kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin, terlihat bahwa siswa terbiasa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Adapun Setelah peneliti melakukan wawancara dengan guru yang bersangkutan, benar adanya bahwa model pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Pada proses pembelajaran ini biasanya hanya ada beberapa siswa yang aktif dan hal tersebut berpengaruh dalam hasil belajar siswa, pengembangan karakter siswapun cukup sulit, khususnya “Karakter Mandiri”. Karakter mandiri adalah salah satu nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri, yang merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Guru matematika yang bersangkutan menambahkan, kesulitan mengembangkan karakter mandiri ini dikarenakan siswa yang terbiasa mendengarkan, mengikuti pembelajaran persis sama yang diberikan guru tanpa belajar sesuatu yang baru yang berasal dari siswa itu sendiri. Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin diperoleh keterangan bahwa dengan model pembelajaran langsung, mengembangkan karakter siswa cukup sulit, khususnya karakter mandiri. Selain itu, di kelas VII belum pernah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI karena pada umumnya para guru belum mengenal model pembelajaran ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI dengan yang dibelajarkan melalui model pembelajaran langsung di kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013. (2)Karakter mandiri siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI di kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013.
Di dalam bukunya Djamarah (2011) menuliskan pengertian belajar menurut beberapa para ahli. Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Menurut Kingskey belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dari pendapat beberapa para ahli, Djamarah (2011) menyimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan menurut Suprijono (2012) belajar berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Menurut Djamarah (2011) perubahan yang terjadi sebagai akibat dari belajar merupakan hasil dari proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar dari perubahan tersebut harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu: (1) Faktor Luar, terdiri dari: (a) faktor lingkungan, lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa karena dalam lingkungannya siswa hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan. (b) faktor instrumental, setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, dalam rangka mewujudkan hal tersebut dibutuhkan seperangkat kelengkapan misalnya kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru. (2) Faktor Dalam, terdiri dari: (a) faktor fisiologis, kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Aspek fisioligis ini mempengaruhi pengelolaan kelas. (b) faktor psikologis, yaitu minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuankemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis utama yang menpengaruhi proses belajar siswa. Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan, salah satu yang berpengaruh dalam proses belajar yaitu faktor instrumental, dimana didalamnya terdapat faktor guru. Guru merupakan salah satu syarat terjadinya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu tugas guru adalah memilih model pembelajaran yang dapat digunakan
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013, hlm 82 - 89
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga materi belajar lebih mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh seluruh siswa di sekolah. Menurut Suprijono (2012) melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa dalam mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide. Meier (2003) mengungkapkan bahwa salah satu modalitas dalam belajar anak, yaitu modalitas Intelektual. Sedangkan DePorter (2011) mengatakan bahwa anak memiliki 3 gaya belajar yang berbeda sebagai modalitas awal dalam belajar yaitu Visual, Auditorial dan Kinestetik/Somatik. Pembelajaran tidak otomatis meningkat hanya dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Keempat modalitas awal dalam belajar mudah diingat, yaitu: (1) Somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat. (2) Auditori: belajar dengan berbicara dan mendengarkan. (3) Visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan. (4) Intelektual: belajar dengan pemecahan masalah dan refleksi. Selanjutnya Meier (2003) berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelektual (I). Berdasarkan keempat dimensi yang dimiliki manusia tersebut, maka ditemukanlah suatu model pembelajaran aktif Somatic Auditory Visualization and Intellectualy yang disingkat SAVI. Karena semua unsur-unsur dari model pembelajaran SAVI itu terpadu, sehingga pembelajaran akan berlangsung lebih optimal bila keempat cara yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual ada dalam pembelajaran dan dilaksanakan secara simultan. Model pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Belajar somatik adalah belajar melalui keterlibatan fisik terutama indra peraba, selama pembelajaran berlangsung. Dalam belajar somatik tubuh dan pikiran itu satu. Keduanya merupakan suatu sistem elektris-kimiawi-biologi yang benar-benar terpadu. Jadi belajar somatik adalah belajar dengan bergerak dan berbuat. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran somatis: (1) Membuat model dalam suatu proses. (2) Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem.
84
(3) Menciptakan bagan, diagram, piktogram. (4) Memperagakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep. (5) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik. (6) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain). (7) Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan aktif secara fisik dapat membantu pembelajaran setiap orang. Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengarkan. Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kita sadari. Kita membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting pada otak kita menjadi aktif. Belajar auditory merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak awal sejarah. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang dipelajari. Cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan aktivitas belajar auditori dalam pembelajaran matematika misalnya: (1) Mendengarkan materi yang disampaikan dan merangkumnya. (2) Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana menerapkannya. (3) Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan menjelaskan apa yang dilakukan. Belajar visual merupakan belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan aktivitas belajar visual dalam pembelajaran matematika antara lain dengan memvisualisasikan hasil kerja kelompok ke dalam bentuk gambar atau menggunakan benda 3 dimensi. Belajar intelektual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan aktivitas belajar intelektual dalam pembelajaran: (1) Pemecahan masalah, misalnya memecahkan masalah dalam latihan soal. (2) Menganalisis pengalaman, kasus. (3) Menciptakan makna pribadi, misalnya dalam penarikan kesimpulan.
Wahyu Sumawardani, Chairil Faif Pasani, Efektivitas Model Pembelajaran SAVI dalam Pembelajaran Matematika …. 85
Adapun tahapan-tahapan model pembelajaran SAVI menurut Rusman (2011) adalah sebagai berikut: (1) Tahap Persiapan Tahap persiapan dilaksanakan dalam kegiatan pendahuluan. Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. (2) Tahap Penyampaian Tahap penyampaian dilaksanakan dalam kegiatan inti. Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. (3) Tahap Pelatihan Sama seperti tahap penyampaian, tahap pelatihan juga dilaksanakan dalam kegiatan inti. Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. (4) Tahap penampilan hasil Tahap penampilan hasil dilaksanakan dalam kegiatan penutup. Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran SAVI ini berpusat pada siswa, dimana siswa diharapkan mampu melibatkan seluruh alat inderanya dalam suatu pembelajaran. Model ini juga menekankan pada aktivitas belajar siswa yakni, belajar somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), belajar auditori (belajar dengan mendengarkan dan berbicara), belajar visual (belajar dengan melihat dan menggambarkan) dan belajar intelektual (belajar berfikir dan refleksi/memecahkan masalah). Dengan adanya keempat unsur tersebut diharapkan siswa dapat belajar secara optimal. Menurut Suprijono (2012) pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan aktive teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh siswa. Pembelajaran langsung
dirancang untuk penugasan pengetahuan prosedural, penugasan deklaratif serta berbagai keterampilan. Pendekatan utama dalam pembelajaran langsung mengikuti urut-urutan sebagai berikut: (1) Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar. (2) Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki siswa. (3) Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah telah dikerjakan. (4) Siswa perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya. Suprijono (2012) menjabarkan sintaks model pembelajaran langsung sebagai berikut : Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Dari uraian di atas Suprijono (2012) menyimpulkan bahwa dalam model pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran hampir identik dengan yang digunakan guru ketika menerapkan model presentasi. Dalam pembelajaran langsung guru menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fokus akademis dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar dan partisipan yang tekun. Kelebihan model pembelajaran langsung menurut Brophy dan Good (Tim Pengembangan Ilmu pendidikan) yaitu efektif untuk mengembangkan keterampilan prosedural karena mampu meningkatkan kemampuan berfikir matematik tingkat rendah, sedangkan kelemahan model pembelajaran langsung adalah pada soal-soal yang berkaitan dengan kemampuan tingkat tinggi seperti pemecahan masalah, siswa pada umumnya menunjukan hasil belajar yang kurang baik. Selain itu Anderson menemukan bahwa siswa sangat sulit memperoleh pengertian dan makna konsep yang dipelajari. Berdasarkan kajian berbagai nilai agama, norma sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013, hlm 82 - 89
butir nilai yang dikelompokkan lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan adalah nilai yang bersifat religius. Dengan kata lain, pikiran, perkataan dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan atau ajaran agama. Salah satunya yaitu karakter Mandiri. Karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Asmani, 2011). Rusman (2010) menyebutkan konsep belajar dan pembelajaran mandiri. Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukannya sendiri. Kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada siswa agar mereka mempunyai tanggung jawab dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung pada guru, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri, siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dengar. Jika mendapatkan kesulitan, barulah siswa akan bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau orang lain. Teman dalam proses belajar mandiri itu sangat penting, karena dengan berdiskusi dengan teman, siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan kemampuan temannya. Sesungguhnya belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri, karena dalam belajar mandiri siswa boleh bertanya, berdiskusi atau minta penjelasan kepada orang lain. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah mampu mengetahui kapan membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain. Pengertian tersebut termasuk kapan perlu bertemu atau berdiskusi dengan siswa lain, membentuk kelompok belajar atau saling bertukar informasi dengan teman. Konsep belajar mandiri mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas dan tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang harus dilakukannya. Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas didapatkan ciri-ciri karakter mandiri, sebagai berikut: (1) Tidak tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukannya sendiri. (2) Dalam belajar mandiri siswa boleh bertanya.
86
(3) Berdiskusi dengan siswa lain. (4) Membentuk kelompok belajar atau saling bertukar informasi dengan teman. (5) Mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas. (6) Bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang diikuti. (7) Disiplinkan dalam mengembangkan kemampuan belajar. Dari ciri-ciri tersebut didapat indikator karakter kemandirian siswa yang dijadikan bahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Menyelesaikan semua tugas dan latihan yang menjadi tanggung jawabnya. (b) Menjalankan instruksi yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. (c) Mengerjakan sendiri tugas yang diberikan (tidak mencontek pekerjaan teman atau kelompok lain). (d) Dapat memahami dan mendiskusikan tugas yang diberikan. (e) Dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya. (f) Membantu teman satu kelompok yang sedang kesulitan dalam mengerjakan tugas. (g) Mampu mengemukakan pendapatnya dalam kelompok/kelas. (h) Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. (i) Bertanya Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan karakter mandiri siswa adalah model pembelajaran SAVI yaitu model yang menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami (Rusman, 2010). METODE
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-E dan VII-F SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013 dengan kelas VII-E sebagai kelas eksperimen sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, sedangkan kelas VII-F sebagai kelas kontrol sebanyak 33 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Objek penelitian adalah hasil belajar serta karakter mandiri siswa pada materi bangun datar segitiga dengan model pembelajaran SAVI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi dan observasi. Peneliti menggunakan instrumen soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa melalui evaluasi di
Wahyu Sumawardani, Chairil Faif Pasani, Efektivitas Model Pembelajaran SAVI dalam Pembelajaran Matematika …. 87
akhir program pembelajaran, pada kelas eksperimen setelah berlangsungnya penerapan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization And Intellectualy (SAVI), sedangkan pada kelas kontrol, setelah berlangsungnya penerapan model pembelajaran langsung. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui karakter mandiri siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model SAVI. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, pada kelas eksperimen kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah 2 40 menit. Kegiatan evaluasi dilakukan sebanyak 1 kali di hari terakhir kegiatan pembelajaran dengan pemberian tes evaluasi hasil belajar. Pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran SAVI, pertamatama guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pembelajaran sebelumnya yang berkaitan hal ini berguna untuk mengingatkan kembali materi pelajaran yang telah dipelajari pada sub bab sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru memulainya dengan menjelaskan sedikit materi. Kemudian guru memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam memahami materi yang akan disampaikan. Setelah guru menjelaskan sedikit materi, guru membagi siswa kedalam kelompok belajar secara heterogen (somatic dalam membentuk kelompok). Setelah seluruh siswa berkumpul besama kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar kerja kelompok (LKK). Siswa secara berkelompok mengamati LKK tersebut (Visualization). Selanjutnya, setiap siswa dalam kelompoknya diminta untuk bersama-sama berdiskusi memahami materi dan contoh soal di LKK dengan batas waktu yang telah ditentukan (Intellectualy). Setelah siswa menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan, kemudian guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan meminta siswa lainnya untuk mendengarkan (Auditory). Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk bertanya jika masih ada hal yang kurang dipahami. Untuk menambah keterampilan dan pemahaman siswa, guru memberikan beberapa soal kuis untuk dikerjakan masing-masing siswa.
Sementara pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru, dilanjutkan dengan pemberian apersepsi kepada siswa. Setelah itu, siswa diberikan motivasi tentang pentingnya memahami materi segitiga. Pada kegiatan inti, terlebih dahulu guru menjelaskan materi. Selanjutnya, guru memberikan beberapa contoh soal untuk dibahas bersama siswa. Setelah siswa memahami soal yang telah diberikan, guru kemudian memberikan soal untuk dikerjakan oleh masingmasing siswa dengan batas waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya, salah satu siswa yang telah menyelesaikan soal diminta untuk menuliskan hasil jawabannya di papan tulis untuk dibahas bersamasama. Setelah membahas soal bersama-sama, kemudian guru memberikan kuis kepada setiap siswa. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran SAVI siswa yang hadir saat dilakukan evaluasi adalah 31 siswa karena satu orang siswa pindah sekolah dan dua orang siswa tidak hadir. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung siswa yang hadir saat dilakukan evaluasi adalah 32 siswa karena satu orang siswa alpa. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai tertinggi 100, sedangkan nilai terndah pada kelas eksperimen 47,5 dan nilai terendah kelas kontrol 30. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 85,97 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 77,42. Hasil belajar siswa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal sedangkan hasil belajar pada kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji homogenitas, ternyata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut tidak homogen. Karena data ada yang tidak berdistribusi normal dan data tidak homogeny maka dilakukanlah uji U. Uji U menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI dan kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung, karena nilai Asymp Sig. (2-tailed) kurang dari 𝛼 = 0,05 Untuk mengetahui karakter mandiri siswa terhadap pembelajaran materi bangun datar segitiga di kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI maupun di kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung maka digunakanlah lembar observasi. Lembar observasi ini diisi oleh observer pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karakter mandiri di kelas yang menggunakan model pembelajaran SAVI berada pada kualifikasi mulai terlihat hingga sudah berkembang. Untuk dapat melihat perkembangan karakter mandiri siswa, dapat
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013, hlm 82 - 89
dibandingkan antara pertemuan pertama dan pertemuan 6 (terakhir). Pada pertemuan pertama persentase siswa yang masuk kalifikasi mulai terlihat yaitu 12,5 %, mulai berkembang 66,7 % dan sudah berkembang 20,8%. Sedangkan pada pertemuan terakhir persentase siswa yang masuk kalifikasi mulai terlihat yaitu 0 %, mulai berkembang 20,8 % dan sudah berkembang 79,2 %. Karakter siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dari pertemuan pertama sampai pertemuan keenam, ada beberapa siswa yang karakter mandirinya meningkat mulai dari kualifikasi mulai terlihat (MT) kemudian masuk kualifikasi mulai berkembang (MB) dan terakhir masuk kualifikasi sudah berkembang (SB). Sementara itu ada juga siswa yang tiap pertemuan karakter mandirinya masuk kualifikasi yang berubahubah dan ada pula yang tetap. Tiap-tiap siswa perkembangan karakter mandirinya berbeda. Siswa yang karakter mandirinya meningkat dari mulai terlihat (MT) menjadi sudah berkembang (SB) ada tiga siswa, dari mulai berkembang (MB) menjadi sudah berkembang (SB) ada dua belas siswa. Adapun karakter mandiri siswa yang tetap pada kualifikasi mulai berkembang (MB) ada empat siswa, pada kualifikasi sudah berkembang (SB) ada empat siswa dan siswa yang karakter mandirinya menurun dari kualifikasi sudah berkembang (SB) menjadi mulai berkembang (MB) ada satu siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI dengan yang dibelajarkan melalui model pembelajaran langsung. (2) Karakter mandiri siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran SAVI berada pada kualifikasi mulai terlihat (MT) hingga sudah berkembang (SB). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mengemukakan saransaran sebagai berikut : (1) Model pembelajaran SAVI dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
88
(2) Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika. (3) Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran SAVI dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan pengetahuannya terutama mata pelajaran matematika. (4) Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut khususnya penelitian yang berkenaan dengan hasil penelitian ini dengan mengingat berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. (5) Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang efektivitas model pembelajaran SAVI pada pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Bumi Aksara, Jakarta. Asmani, Jamal M. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Diva Pers, Yogyakarta. DePorter, B. & Hernacki, M. 2011. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alawiyah Abdurrahman. Kaifa, Bandung. Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, 2011. Psikologi Belajar.Rineka Cipta, Jakarta. Martiyono. 2012 Perencanaan Pembelajaran Suatu Pendekatan Praktis Berdasarkan KTSP Termasuk Model Tematik. Aswara, Jakarta. Meier, D. 2003. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif & Efektif Merancang program Pendidikan dan Pelatihan.Terjemahan Rahmani Astuti. Kaifa, Bandung. Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Bumi Aksara, Jakarta. Nuharini, Dwi. 2008. Matematika Konsep dan Apliksainya Untuk SMP/MTs Kelas VII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.Priyatno. 2011. Buku Saku SPSS Analisis Statistik Data Lebih Cepat, Efisien, dan Akurat. Media Kom, Yokyakarta. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers, Jakarta.
Wahyu Sumawardani, Chairil Faif Pasani, Efektivitas Model Pembelajaran SAVI dalam Pembelajaran Matematika …. 89
Sugiyono. 2010. Metode penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Alfabeta, Bandung. Supinah, & Parmi. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika di SD. Kementrian Pendidikan Nasional, Yokyakarta. Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Supriyoko. 2011. Pendidikan Karakter Membangun: Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat. Samudra Biru, Jogjakarta. Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tim Dosen Jurusan Pendidikan MIPA FKIP - Unlam, Banjarmasin. 2012. Petunjuk Penulisan
Karya Ilmiah. Jurusan PMIPA FKIP - Unlam, Banjarmasin. Tim Ahli JICA untuk SISTTEMS. 2009. Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajaran Yang lebih Baik. Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama Republik Indonesia, International Development Center of Japan. Tim Pengembangan Ilmu pendidikan. Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bangian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Grasindo, FIP-UPI. Tim Pengembangan MKDP Kurikiulum dan Pembelajaran.2011. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung. Zainal, Agus. 2012. Pendidikan Karakter:Berbasis Nilai & Estetika Di Sekolah. Ar-Ruzz, Jogjakarta.