perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : FITRI NUR KOLIFAH K 3307005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Fitri Nur Kolifah
NIM
: K3307005
Jurusan/Program Studi
: PMIPA/Pendidikan Kimia
Menyatakan
bahwa
Skripsi
saya
berjudul
EFEKTIVITAS
METODE
PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Fitri Nur Kolifah
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Disusun Oleh : FITRI NUR KOLIFAH K 3307005
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Juli 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sugiharto, Apt., M.S. NIP. 19490317 197603 1 002
Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. NIP. 19780806 200604 2 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Diterima untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari Tanggal
: _______________ 31 Juli 2012 : _______________
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
(Tanda Tangan)
Ketua
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si.
Sekretaris
: Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D.
Anggota I
: Drs. Sugiharto, Apt., M.S.
Anggota II : Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.
_____________ _____________ _____________ _____________
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n Dekan, Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fitri Nur Kolifah. EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMA N 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel terdiri dari 2 kelas, kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang dipilih secara random sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t pihak kanan. Hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen menggunakan TAI disertai eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol menggunakan ceramah disertai demonstrasi, untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 3,211 > 1,67), untuk aspek afektif (thitung > ttabel = 1,725 > 1,67) dan untuk aspek psikomotor (t hitung > ttabel = 2,06 > 1,67) dengan = 5 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 Kata kunci : efektivitas, TAI, eksperimen, koloid
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Fitri Nur Kolifah. THE EFFECTIVENESS OF TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) LEARNING METHOD WITH EXPERIMENT TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT COLLOID ON XI CLASS IN THE 2nd SEMESTER OF SMA NEGERI 8 SURAKARTA IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. December 2011. The purpose of this research is to know the effectivity of TAI (Teams Assisted Individualization) learning method with experiment toward learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. This research employ an experimental method that was Randomized Control Group Pretest-Postest Design for cognitive, affective, and psychomotor aspect. The population of this research was 2nd semester of XI class SMA N 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. The sampling technique employ a random sampling technique. The sample consist of two class that was class XI IPA 4 as experimental class and class XI IPA 3 as control class. The main data of this om cognitive, affective, and psychomotor aspect. Right section t-test for testing hypotheses was used to analyze the data. From the research, it could be concluded that the students learning achievement of experimental class by using TAI with experiment was higher than control class by using lecture with demonstration, from the right section t-test cognitive aspect (tobs > ttable = 3,211 > 1,67), for affective aspect (tobs > ttable = 1,725 > 1,67), and for psychomotor aspect (tobs > ttable = 2,06 > 1,66) with = 5%. So, it could be concluded that TAI with experiment learning method was effective to increase learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. Key word : effectivity, TAI, experiment, colloid
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu sudah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyirah : 6-7)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al-Mujadilah : 11)
Kedewasaan bukanlah tentang seberapa tua usia kita, namun kedewasaan adalah tentang sikap, pertimbangan, dan orientasi kita dalam mengarungi lika-liku kehidupan. (Penulis)
Kebahagian bukanlah tentang terpenuhinya segala apa yang kita inginkan, tapi kebahagiaan adalah tentang kemanfaatan kita bagi diri dan orang lain yang didasarkan atas keikhlasan. (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini teruntuk :
Mewujudkan harapan Ibu dan Bapakku yang senantiasa memberikan semua yang terbaik Mbak Ning, Mbak Min, Mbak Imut, Mbak Ama yang selalu mendukung dan Teman-teman seperjuangan di Azimah, Al-Fina, LDK, TF dan crew Al Abidin yang senantiasa menyemangatiku mengucapkan mistaqon gholidzon
Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan pengarahan dan izin penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt., M.S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah pula memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku penasehat akademik atas bimbingan dan nasehat selama ini. 7. Ibu Dra. A.D. Gayatri, M.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kita.
Surakarta, Juli 2012
commit to user x
Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................
5
D. Perumusan Masalah .............................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................
7
BAB II. LANDASAN TEORI .........................................................................
8
A. Kajian Teori .........................................................................................
8
1. Efektivitas ......................................................................................
8
2. Belajar ............................................................................................
9
3. Prestasi Belajar ...............................................................................
11
4. Pembelajaran .................................................................................. 12 5. Metode Pembelajaran TAI ............................................................ 15
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Metode Konvensional .................................................................... 20 7. Eksperimen.....................................................................................
21
8. Demonstrasi ................................................................................... 22 9. Koloid.............................................................................................
23
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................
33
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................
34
D. Perumusan Hipotesis ............................................................................ 35 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
36
1. Tempat Penelitian........................................................................... 36 2. Waktu Penelitian ............................................................................ 36 B. Metode Penelitian................................................................................. 36 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 38 1. Populasi Penelitian ......................................................................... 38 2. Sampel Penelitian ........................................................................... 38 3. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 38 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39 1. Variabel Penelitian ......................................................................... 39 2. Teknik Pengumpuan Data ..............................................................
39
3. Instrumen Penelitian.......................................................................
41
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47 1. Uji Prasyarat Analisis.....................................................................
47
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 49 BAB IV. HASIL PENELITIAN .....................................................................
51
A. Deskripsi Data Penelitian .....................................................................
51
1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Koloid................... 51 2. Pencapaian Hasil Posttest Siswa Materi Pokok Koloid ................. 52 3. Selisih Nilai Postest dan Pretest Siswa Materi Pokok Koloid .......
52
B. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................... 57 1. Uji Normalitas ................................................................................ 57 2. Uji Homogenitas ............................................................................ 57
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis ..............................................................................
58
D. Pembahasan Analisis Data ................................................................... 59 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 66 A. Kesimpulan .......................................................................................... 66 B. Implikasi ...............................................................................................
66
C. Saran.....................................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
68
LAMPIRAN .....................................................................................................
71
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010....................
2
Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi ..............
24
Tabel 3. Jenis-jenis Koloid ..............................................................................
25
Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob .....................................
30
Tabel 5. Pola Penelitian................................................................................... 37 Tabel 6. Penskoran Aspek Afektif .................................................................. 45 Tabel 7. Hasil Pretest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..............................................................................................
51
Tabel 8. Hasil Posttest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..............................................................................................
52
Tabel 9. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ..............................................................................................
52
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Koloid .......................................................................
53
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Koloid ......................................................................
54
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Materi Pokok koloid ........................................................................ 55 Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Siswa Materi Pokok Koloid ..............................................................................................
57
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Koloid ..............................................................................................
58
Tabel 15. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ..............................................................................................
commit to user xiv
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar .......
15
Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi .......... 24 Gambar 3. Efek Tyndall .................................................................................. 26 Gambar 4. Gerak Brown ................................................................................. 27 Gambar 5. Elektroforesis ................................................................................ 27 Gambar 6. Adsorpsi Koloid ............................................................................ 28 Gambar 7. Proses Dialisis ...............................................................................
29
Gambar 8. Contoh Emulgator ......................................................................... 29 Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 34 Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................................................ 59 Gambar 11. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 59 Gambar 12. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................................................ 60
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Silabus ......................................................................................
71
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 75
Lampiran 3.
Lembar Kerja Siswa ................................................................. 92
Lampiran 4.
Instrumen Kognitif ................................................................... 106
Lampiran 5.
Instrumen Afektif ..................................................................... 123
Lampiran 6.
Instrumen Psikomotor .............................................................. 135
Lampiran 7.
Kuisioner ................................................................................. 147
Lampiran 8.
Data Induk Kelas Kontrol ......................................................... 149
Lampiran 9.
Data Induk Kelas Eksperimen .................................................. 150
Lampiran 10. Uji Normalitas ......................................................................... 152 Lampiran 11. Uji Homogenitas ....................................................................... 159 Lampiran 12. Uji T Pihak Kanan ................................................................... 162 Lampiran 13. Uji Normalitas Sampel ............................................................ 165 Lampiran 14. Uji Homogenitas Sampel.......................................................... 168 Lampiran 15. Uji T matching.......................................................................... 169 Lampiran 16. Data Induk Nilai Ksp ................................................................ 170 Lampiran 17. Daftar Kelompok Kelas Kontrol .............................................. 172 Lampiran 18. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen ........................................ 173 Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 174
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), salah satu Misi Pendidikan Nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing ditingkat nasional, regional, dan internasional. Optimalisasi mutu pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka membentuk out put sumber daya manusia yang unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah lama dilakukan. Salah satunya diwujudkan dengan mengadakan perombakan dan pembaharuan kurikulum yang dinilai lebih tepat digunakan untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang diterapkan dan dikembangkan di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional
Pendidikan
(BSNP).
Prinsip
yang
digunakan
dalam
pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungan. KTSP pada dasarnya merupakan aplikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai suatu konsep dan sekaligus sebuah program yang memiliki ciri-ciri: 1) Menekankan pada ketercapaian siswa baik secara individual maupun secara klasikal. 2) Berorientasi pada hasil dan keberagaman. 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi (Mimin Haryati: 2007). Dalam KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru (teacher centered), akan tetapi lebih menempatkan siswa sebagai subyek didik,
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
sehingga dalam kurikulum ini menuntut diterapkannya penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berfikir mandiri. Potensi ini akan berkembang jika siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk berfikir mandiri tanpa perlu didikte lagi. Guru dipandang sebagai suatu media dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengembangkan potensinya. Caranya adalah dengan memberikan pelayanan pembelajaran. Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih metode belajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar agar siswa dapat aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa yang telah mengambil jurusan Ilmu Alam. Pada umumnya banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran kimia itu sulit dan membosankan. Hal ini cukup beralasan karena pelajaran kimia bersifat abstrak. Banyak materi yang harus dipelajari yang sifatnya hafalan, melibatkan lebih dari sekedar pemecahan soalsoal dan menuntut banyak belajar. Oleh karena itu seorang guru kimia diharapkan dapat menyajikan materi lebih menarik dan penuh inovasi. Salah satunya adalah dengan pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Pada pembelajaran kimia, khususnya materi pokok Koloid sering ditemui siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa nilai Koloid yang diperoleh dari SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 adalah seperti pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Nilai Kompetensi Dasar Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 No 1 2
Kelas XI IPA-1 XI IPA-2
commit to user
Rata-rata nilai 58,31 51,44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Rendahnya rata-rata nilai Koloid ini dimungkinkan karena metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dari hasil observasi, diketahui bahwa masih adanya beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru. Dalam hal ini guru yang lebih aktif memberikan informasi dalam menerangkan suatu konsep. Pada materi pokok Koloid ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah-demonstrasi. Pembelajaran dengan metode ceramah ini cenderung membuat siswa pasif dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu menyerap secara materi dan mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain mampu meningkatkan prestasi belajar juga diharapkan metode pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Salah satu cara untuk mengajak siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). TAI merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman - temannya yang mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide atau gagasan, dan tanggung jawab terhadap tugasnya. Penerapan pembelajaran kooperatif saat ini dipandang sangatlah penting untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Pembelajaran kooperatif membimbing siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan (Slavin, 2008 : 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Materi Koloid mengandung banyak konsep yang harus dikuasai siswa, sedangkan kemampuan siswa untuk memahami konsep tersebut berbeda-beda. Dalam TAI terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dengan metode TAI diharapkan konsep-konsep yang terdapat dalam materi Koloid dapat dikuasai dengan baik. Selain itu metode TAI dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Dalam hal ini peran pendidik sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Metode TAI
lebih
menekankan pada aspek
kooperatif.
Dengan
karakteristik materi Koloid yang mengandung banyak konsep dan sebagian bersifat abstrak. Maka metode TAI akan lebih baik jika disertai eksperimen. Dengan eksperimen siswa melakukan percobaan secara langsung sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang sistem koloid dan tidak sekedar membayangkan. Selain itu eksperimen dapat memberi kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa yang akan datang. Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan diantaranya :1) Dapat mengamati proses, 2) Mengembangkan ketrampilan inkuiri, 3) Mengembangkan sikap ilmiah, dan 4) Memperkaya pengalaman belajar peserta didik dengan halhal yang bersifat obyektif dan realistis (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 132). Untuk mengatahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan maka perlu diukur efektivitasnya. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari penggunaan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen pada pokok bahasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Koloid di kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta. Indikator keefektifan ini apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional. Bertolak dari latar belakang masalah di atas, peneliti terdorong untuk METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid masih bisa ditingkatkan ? 2. Apakah metode pembelajaran TAI disertai eksperimen dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran kimia pada materi pokok Koloid ? 3. Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode TAI disertai eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional ? 4. Apakah pembelajaran kimia dengan metode TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa ?
C. Pembatasan Masalah Kualitas penelitian terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini dititikberatkan pada :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
1. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Metode Pembelajaran a. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah metode TAI disertai eksperimen. b. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode ceramah disertai demonstrasi. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 4. Materi Ajar Penyampaian materi dibatasi pada salah satu materi pokok pelajaran kimia kelas XI, yaitu materi pokok Koloid. 5. Metode konvensional Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajar, yaitu ceramah disertai demonstrasi. 6. Efektif Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.
D. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan Apakah metode pembelajaraan TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
E. Tujuan penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Informasi mengenai implementasi pembelajaran TAI yang disertai eksperimen pada materi pokok Koloid 2. Inovasi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai 3. Masukan bagi para guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia materi pokok Koloid sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 4. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Efektivitas Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta (1984 : 266) efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), manjur, mujarab, mempan. Menurut Davis dalam Slamet Soewandi, dkk (2008: 43) efektivitas mengacu pada apa yang dikerjakan dan suatu pembelajaran dikatakan efektif jika apa yang dikerjakan benar. Menurut Mulyasa (2004 : 82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Elis dalam Slamet Soewandi, dkk (2008: 43) mengatakan bahwa efektivitas, selain mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil, yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, maka proses pun harus efektif, yaitu ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, lebih banyak tugas-tugas yang
mendukung pencapaian tujuan, ada variasi metode pembelajaran,
pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan, dan memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya. Dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Efektif, Richard Dunne dan Teg Wragg (1996) mengemukakan tentang karakteristik pembelajaran efektif, yaitu bahwa pembelajaran efektif memudahkan siswa belajar, sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Dengan demikian efektivitas berarti ada efek (pengaruh, akibat) yang menunjukkan keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan karena kesesuaian antara proses dengan tujuan.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mengenai pengertian belajar para ahli mengemukakan rumusan yang berbeda-beda. Howard L. Kingskey dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 13) Learning is the process by which behavior (in the broader . Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
anperubahan sebagai berikut : 1) Penambahan informasi, 2) Pengembangan atau peningkatan pengertian, 3) Penerimaan sikap-sikap
baru,
4)
Perolehan
penghargaan baru, 5) Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Ia juga mengatakan bahwa seseorang dapat belajar secara efektif bila memiliki tanggung jawab dan terlibat secara aktif di dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang berupa penambahan informasi, ketrampilan dan sikap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). 1). Faktor Internal Dari faktor internal dibagi menjadi 2 faktor yaitu : a). Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, dan cacat tubuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
b). Faktor psikologis, meliputi; intelegensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi. 2). Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor sosial dan faktor nonsosial. a). Faktor sosial, meliputi keluarga, guru dan masyarakat. b). Faktor nonsosial, meliputi gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar. 3). Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala macam cara/strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
efektivitas
dan efisiensi proses
pembelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Muhibbin Syah, 2005 : 132-139). Dengan demikian agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka dalam proses pembelajaran harus memperhatikan ketiga faktor tersebut. Kondisi internal meliputi jasmaniah dan psikologis, siswa akan dapat belajar dengan baik jika kesehatan jasmaniahnya baik, tidak sakit atau menderita cacat tubuh. Selain itu psikologis siswa juga berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Siswa yang memiliki minat, motivasi, dan intelegensi baik cenderung mudah dalam menerima pelajaran, sebaliknya siswa yang sedang bermasalah biasanya susah untuk berkonsentrasi, sehingga sulit menerima pelajaran. Selain faktor internal, kondisi lain yang mempengaruhi keefektifan belajar adalah kondisi eksternal yang meliputi faktor sosial dan nonsosial. Kondisi sosial meliputi keluarga, teman, guru, dan masyarakat yang berinteraksi dengan siswa. Siswa yang mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang di sekitarnya, biasanya mudah dalam menerima pelajaran. Faktor ketiga yang mempengaruhi keefektifan belajar adalah faktor pendekatan belajar, yaitu pemilihan metode yang digunakan guru untuk mengajar. Faktor ini sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut mampu untuk memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang akan dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Prestasi Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari prestasi belajar. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102) achievement atau prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan Muhibbin Syah (2005: 150) berpendapat bahwa pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir, maupun ketrampilan motorik. Sistem penilaian dalam KTSP menerapkan sistem berkelanjutan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Secara eksplisit ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. a. Aspek kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir atau intelektual siswa. Mimin Haryati (2007: 22) mengungkapkan bahwa menurut taksonomi Bloom kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir hirarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir sederhana, yaitu mengingat sampai pada
kemampuan
memecahkan
masalah
yang
menuntut
siswa
untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Menurut Wina Sanjaya (2005: 35) keenam tingkatan tersebut adalah : 1) Tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang materi pembelajaran secara fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. 2) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, dan menyimpulkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. 4) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, merinci dan mengurai suatu obyek. 5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, dan lain sebagainya. 6) Tingkatan evaluasi penilaian, meliputi kemampuan menilai (jugment) terhadap obyek studi menggunakan kriteria tertentu. b. Aspek afektif Aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap materi pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi aspek ini meliputi memberikan respon terhadap nilai, menerima nilai, menerapkan dan mempraktikkan nilai (Wina Sanjaya, 2005: 35). Menurut Mimin Haryati (2007: 38) Karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. c. Aspek psikomotor Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individual. Menurut Sax dalam Mimin Haryati (2007: 25), ketrampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi non diskursif.
4. Pembelajaran Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2011: 164) adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari ketrampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah, mengurai,
menggabungkan,
menyimpulkan
dan
menyelesaikan
masalah.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005: 102) pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dalam mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika estetika, logika dan kinestitika, serta menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang bersifat dua arah, dalam hal ini siswa ditempatkan sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh. a. Karakteristik Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya (2005: 79) Terdapat beberapa karakteristik penting dalam istilah pembelajaran. Karakteristik-karakteristik pembelajaran adalah : 1) Pembelajaran Berarti Membelajarkan Siswa Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama adalah membelajarkan siswa. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. 2) Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran siswa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satusatunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. 3) Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa haruslah berperan sebagai subjek pembelajaran. Artinya siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
yang harus aktif menemukan ilmu, guru hanyalah fasilitator bagi siswa untuk menggali pengetahuan. b. Pilar-pilar Pembelajaran Dalam istilah pembelajaran terdapat pilar-pilar penting yang harus ada. Empat pilar pembelajaran tersebut dirumuskan Unesco dalam Suhaenah Suparno, (2000: 14-15), yaitu : 1) Learning to know atau learning to learn Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari tersebut. 2) Learning to do Belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Ini juga mengandung arti pembelajarn berorientasi pada pengalaman (learning by experiences). 3) Learning to be Belajar adalah membentuk manusia kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. 4) Learning to live together Belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar agar hasil yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
belajar mengajar. Adapun faktor-faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut : Environmental Input
Raw Input
Learning Teaching Process
Output
Instrumental Input Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Gagasan mentah (Raw input) merupakan bahan baku yang berupa pemberian pengalaman belajar. Dengan learning teaching process (proses pembelajaran) diharapkan input dapat berubah menjadi output (keluaran) dengan kualifikasi tertentu. Interaksi berbagai faktor dari lingkungan (environmental input) dengan peralatan atau media (instrumental input) akan menghasilkan keluaran tertentu (Kasihani Kasbolah, 2001: 22).
5. Metode Pembelajaran TAI Metode pembelajaran TAI adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang diungkapkan oleh Slavin. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tetapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif. Pembelajaran kooperatif ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu diantara anggota kelompok untuk mencapai hasil yang lebih baik. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2007: 31) adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
1) Saling ketergantungan positif Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan
dalam
menyelesaikan
tugas,
peran,
saling
ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa. 3) Akuntabilitas individual Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual. 4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Menurut Slavin (2008 : 5), keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena adanya 5 prinsip, yaitu : a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok. Tugas dari ketua kelompok memberikan sumbangan pengetahuan bagi anggota
kelompoknya,
karena
ketua
kelompok
dianggap
memiliki
kemampuan lebih dibanding anggota kelompoknya yang lain. Anggota yang lain diharapkan memperhatikan dan mempelajari informasi yang diberikan ketua kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Keheterogenan kelompok Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial atau tingkat kecerdasan. c. Ketergantungan pribadi yang positif Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus mampu mambangun pengetahuannya sendiri sebelum mereka bekerja sama dengan temannya d. Keterampilan bekerja sama. Dalam proses bekerja sama perlu keterampilan khusus sehingga kelompok tersebut berhasil membawa nama kelompoknya e. Otonomi kelompok Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi yang terbaik jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah. Adapun keuntungan-keuntungan yang dapat diambil dengan menerapkan model
pembelajaran
kooperatif
adalah
meningkatkan
kepekaan
dan
kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari E. B. Kolawole dalam
academic
journal (2008)
pembelajaran kooperatif efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar, interaksi ketrampilan sosial dan mengembangkan meta-kognitif siswa. Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa variasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain adalah TAI a. Definisi TAI (Teams Assisted Individualization) TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok, terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Pembelajaran TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti
dengan
pemberian
bantuan
secara
individu
bagi
siswa
yang
memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Slavin (2008 : 190) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, metode ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. b. Komponen-komponen dalam TAI Menurut Slavin (2008 : 195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu : 1) Kelompok / tim Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masingmasing terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam menjalankan aktivitas akademik, jenis kelamin, dan suku etnik. Fungsi utama dari kelompok adalah membentuk semua anggota kelompok agar mengingat materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja. 2) Tes pengelompokan Siswa-siswi diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal ini digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok. 3) Materi kurikulum Proses pengajaran harus sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan srategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi. 4) Kelompok belajar Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru. 5) Penilaian dan pengakuan tim Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan criteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika dapat melampaui criteria yang telah ditentukan. 6) Mengajar kelompok Materi yang belum dipahami oleh semua kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru memberikan penjelasan kepada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual dan kelompok dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini keaktifan siswa sangat diutamakan. 7) Lembar kerja Pada setiap materi yang diajarkan diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman individu. 8) Mengajar seluruh kelas Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentian program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan serta memberikan kesimpulan pada materi tersebut c. Langkah-langkah dalam Pembelajaran TAI Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran TAI adalah sebagai berikut : 1) Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk membentuk kelompok dan menentukan siswa yang berperan sebagai asisten. 2) Guru memberikan materi Koloid secara singkat. 3) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan hasil pre-test, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan satu siswa yang berperaan sebagai asisten. 4) Setiap kelompok melaksanakan eksperimen sesuai dengan petunjuk yang terdapat di Lembar Kerja Siswa (LKS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5) Setiap
kelompok
mendiskusikan
data
hasil
eksperimen
yang
telah
dilaksanakan dengan anggota kelompoknya dengan dipandu oleh asisten, kemudian guru memberikan bantuan secara individual dan kelompok bagi yang memerlukannya. 6) Ketua kelompok (asisten) melaporkan hasil diskusi kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya. 7) Guru menetapkan kelompok terbaik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan 8) Mengajar kembali konsep-konsep materi yang belum dipahami oleh siswa. 9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
6. Metode Konvensional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah konvensional berarti berdasarkan kesepakatan umum (adat, kebiasaan, kelaziman); tradisional. Sedangkan menurut Margono (1995: 50) pembelajaran konvensional artinya pembelajaran yang kita kenal sehari-hari. Guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Dalam hal ini kelas disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai minat, kepentingan, kecakapan, dan kecepatan belajar yang sama. Ciri metode konvensional siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan sebagai sumber belajar, mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan metode dan isi materi pelajaran. Siswa yang mempunyai pemahaman materi pelajaran yang lebih cepat akan merasa malas dan jemu dalam mengikuti pelajaran, kurang terampil serta tergantung pada guru. Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru masih mengandalkan ceramah dalam memberikan materi pelajaran. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah. Kepiawaian guru dalam menguasai forum, ketrampilan bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan metode ini. kelemahan metode ceramah ini adalah sebagai berikut :
commit to user
Adapun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
1. Dapat memberikan kejenuhan pada peseta didik. 2. Menimbulkan verbalisme pada peserta didik. 3. Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru. 4. Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik. 5. Terjadi proses satu arah dari guru ke peserta didik.
8. Eksperimen Eksperimen adalah metode mengajar yang menyajikan suatu bahan ajar dengan menggunakan peragaan yang didukung dengan alat-alat yang memadai. Pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri oleh siswa melalui percobaan secara mandiri. Keterlibatan siswa akan terlihat dan kemampuan menyerap pelajaran akan teruji. Menurut Mulyasa (2009: 110) metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan, atau suatu proses. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialami tersebut. Inci Morgil, dkk (2009) dalam jurnal ilmiah pendidikan Turki menyatakan bahwa tujuan dari eksperimen adalah : a. Mengaktualisasikan konsep pembelajaran b. Meningkatkan ketrampilan psikomotor c. Meningkatkan ketrampilan penelitian d. Menciptakan pembelajaran yang efektif Dengan metode eksperimen mampu memberikan pengalaman yang membantu siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kehidupan sehari-hari dan dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Adapun kelebihan-kelebihan metode ini diantaranya : a. Membuat peserta didik percaya akan kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima penjelasan guru atau buku. b. Peserta didik aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya. c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme. e. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama. Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas, metode eksperimen juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut : a. Memerlukan peralatan percobaan yang lengkap. b. Memerlukan waktu yang relatif lama. c. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian. d. Kegagalan dan kesalahan dalam eksperimen berakibat kesalahan dalam menyimpulkan.
9. Demonstrasi Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133) metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Menurut Suradji (2008: 37) mendemonstrasikan sesuatu artinya mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu. Yang didemonstrasikan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada kalanya pula suatu proses terjadinya suatu peristiwa. Hal ini sebagaimana pendapat Silberman (2007: 225) yang mengatakan bahwa demonstrasi ini cocok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
digunakan ketika mengajar jenis prosedur langkah demi langkah. Dari berbagai pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperlihatkan atau menunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber lainnya. Tujuan penggunaan metode demonstrasi adalah : 1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik. 2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik. 3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama. Kelemahan metode demonstrasi adalah : 1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus. 2) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu. 3) Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru
10. Koloid Dalam kurikulum KTSP kompetensi dasar yang ditetapkan dalam materi pokok Koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun materi Koloid yang disampaikan adalah sebagai berikut: a. Pengertian Sistem Koloid Koloid merupakan campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase, yaitu fase pendispersi dan fase terdispersi. Fase pendispersi bersifat kontinyu sedangkan fase terdispersi bersifat diskontinyu (terputus-putus). Perbandingan antara sifat larutan sejati, koloid dan suspensi disajikan dalam Gambar 2 dan Tabel 2 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Sirup Larutan
Susu Koloid
Kopi Suspensi
Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi. Sumber: www.yahooimage.com Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi No 1
Larutan Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
Koloid Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Suspensi Heterogen
2
Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
3
Satu fase
Dua fase
Dua fase
4
Stabil
Pada umumnya stabil
Tidak stabil
5
Tidak dapat disaring
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra
Dapat disaring
6
Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin
Contoh: sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones
Contoh: air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air (Utami dkk, 2009: 221 )
b. Jenis-jenis Koloid Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
fase pendispersi koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu seperti pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Jenis-jenis Koloid No 1 2 3 4 5 6 7 8
Fase terdispersi Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas
Fase pendispersi Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat
Nama Aerosol Sol Sol padat Aerosol Emulsi Emulsi padat Buih Buih Padat
Contoh Debu, asap Tinta, cat, sol emas Gelas berwarna Kabut Susu, santan Jeli, mutiara Buih sabun (Utami dkk, 2009: 222)
c. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan-bahan kimia berbentuk koloid. Hal ini karena koloid merupakan cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara (pada tingkat makroskopis atau tidak mudah rusak). 1) Industri kosmetik Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi. 2) Industri tekstil Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi, sehingga dapat melekat pada tekstil. 3) Industri farmasi Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak mudah rusak. 4) Industri sabun dan detergen Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak. 5) Industri makanan Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam jangka waktu cukup lama, seperti kecap, saos, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
d. Sifat-sifat Sistem Koloid Koloid memiliki sifat-sifat yang khas dibandingkan dengan campuran lainnya. Sifat-sifat koloid tersebut antara lain: 1) Efek Tyndall Efek Tyndall adalah peristiwa terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain: sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu, berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. Menurut Ralph H. Petrucci (1985) efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan antara larutan sejati dan koloid. Dalam larutan sejati cahaya yang lewat akan diteruskan, sedangkan dalam koloid cahaya yang lewat akan dihamburkan ke segala arah. Peristiwa efek Tyndall dapat diamati melalui Gambar 3 dibawah ini :
Gambar 3. Efek Tyndall. Sumber: www.yahooimage.com 2) Gerak Brown Apabila disperse koloid diamati dari dibawah mikroskop dengan pembesaran yang tinggi maka akan tampak adanya partikel yang bergerak terus menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig zag). Gerakan zig zag pada partikel koloid inilah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown ini terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar. Kejadian tersebut terjadi berulang secara terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran partikel terdispersi yang relatif besar dibandingkan medium pendispersinya. Adanya gerak Brown ini mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
ukurannya besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak terus-menerus pengaruh dari gaya gravitasi kurang berarti. Peristiwa gerak Brown dapat diilustrasikan melalui Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Gerak Brown. Sumber: www.yahooimage.com 3) Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Peristiwa elektroforesis dapat diamati melalui Gambar 5 dibawah ini :
Gambar 5. Elektroforesis. Sumber: www.yahooimage.com 4) Adsorpsi Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan ion/muatan listrik oleh permukaan partikel koloid. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As 2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
bermuatan negatif. Gambar 6 berikut merupakan contoh dari peristiwa adsorpsi koloid :
Gambar 6. Adsorpsi Koloid. Sumber: www.yahooimage.com Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokan antar-sesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lamakelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya mengendap). Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum. 5) Koagulasi Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi. Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanisme atau peristiwa. Peristiwa mekanisme misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan agar-agar akan menggumpal bila didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi antara lain pencampuran koloid yang berbeda muatan dan adanya elektrolit.
e. Kestabilan Koloid Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Suatu produk industri dalam brentuk koloid umumnya diinginkan dalam kondisi yang stabil. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
1) Dialisis Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput
semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Gambar 7 berikut merupakan contoh proses dialisis :
Gambar 7. Proses Dialisis. Sumber: www.yahooimage.com 2) Koloid Pelindung (Emulgator) Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatkan kestabilan koloid, misalnya koloid pelindung (emulgator). Contoh pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula seperti pada Gambar 8 berikut ini :
Gambar 8. Contoh Emulgator. Sumber: www.yahooimage.com
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masingmasing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob dirangkum dalam Tabel 4 berikut : Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob No Sol hidrofil 1 Mengadsorpsi mediumnya 2 Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar 3 Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit 4 Viskositas lebih besar daripada mediumnya 5 Bersifat reversible 6 Efek Tyndall lemah
Sol hidrofob Tidak mengadsorpsi mediumnya Hanya stabil pada konsentrasi kecil Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit Viskositas hampir sama dengan mediumnya Tidak reversible Efek Tyndall lebih jelas (Utami dkk, 2009: 229)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
g. Pembuatan Sistem Koloid Sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, maka cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan cara disperse dan cara kondensasi. 1) Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig). a) Cara Mekanik Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau pengiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Misalnya Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air. b) Peptisasi Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin. Contohnya Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3. c) Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2) Cara Kondensasi Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. a) Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan SO2. 2H2S(g) + SO2(aq)
2H2O(l) + 3S (sol belerang)
(1)
b) Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh pembuatan sol Fe(OH) 3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH) 3. FeCl3(aq) + 3H2O(l)
Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
(2)
c) Dekomposisi Rangkap Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H 3AsO3 dengan larutan H 2S. 2H3AsO3(aq) + 3H2S(g)
As 2S3(s) + 6H2O(l)
(3)
d) Penggantian Pelarut Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Contohnya Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Shafiuddin dalam International Journal of Educational Administration (2010: 589-595) yang berjudul Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics
menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dalam satu kelas bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran kooperatif bukan hanya bekontribusi dalam pengembangan intelektual siswa, tetapi juga pengembangan sosial dan psikologis. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif lebih effektif dari pada pembelajaran konvensional. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas Borrman dalam Eurasia Journal of mathematics, Science & Technology Education (2008: 327-335) yang berjudul Laboratory Education in New Zealand
pembelajaran
dengan laboratorium menunjukkan hasil yang positif, artinya terjadi peningkatan prestasi dan apresiasi atau ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Selain itu pembelajaran dengan loboratorium baik untuk meningkatkan kepercayaan diri, metode berfikir ilmiah, dan ketrampilan siswa. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Valda Miller, Elwyn Oldfield dan Michael Bulmer (2004) dalam Uniserve Science Scholary Inquiry Symposium Proceedings yang berjudul
Peer Assisted Study Sessions in First Year
Chemistry and Statistics Courses: Insights and Evaluations
menyatakan
bahwa dengan metode Peer Assisted Study Sessions perkembangan ketrampilan kognitif dan afektif siswa meningkat, siswa yang diajar dengan metode ini kualitas belajarnya meningkat, memahami tugas, berproses dengan disiplin, dan memiliki ketertarikan yang besar dalam kelompok belajarnya .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : Rendahnya prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa dan materinya. Penerapan metode pembelajaran konvensional cenderung membuat siswa pasif dan kurang memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh siswa. Siswa Sekolah Menengah Atas yang merupakan anak didik usia remaja memiliki karakteristik suka berkelompok dan kebutuhan mengaktualisasikan diri yang tinggi, maka perlu dilaksanakan sebuah metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam sebuah kelompok. Sesuai dengan karakteristik materi pokok Koloid yang mengandung banyak konsep dan sebagian bersifat abstrak, maka penerapan metode TAI disertai eksperimen diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Adapun alur pemikiran dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 9 sebagai berikut : Metode konvensional
Metode TAI disertai eksperimen
Prestasi belajar Koloid rendah
Siswa pasif, pembelajaran berpusat pada guru
Prestasi belajar Koloid lebih tinggi
Siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan, pembelajaran berpusat pada siswa. Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : embelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Surakarta Tahun pelajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara bertahap yang secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan tahap penyelesaian. a. Tahap Persiapan Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, permohonan izin penelitian dan konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dimulai pada bulan Februari
April 2011
b. Tahap Penelitian Tahap ini meliputi semua kegiatan yang ada di lapangan, yaitu uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan
pengambilan data. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2011. c. Tahap Penyelesaian Tahap penyelasaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2011.
B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Eksperimen ini berupa pembelajaran dengan menggunakan metode TAI disertai eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan dua kelas, satu sebagai kelas kontrol dan yang satu sebagai kelas eksperimen. Dari penelitian ini siswa yang diperlakukan sebagai kelas kontrol adalah kelas siswa yang dikenai metode konvensional. Sedangkan kelas eksperimen adalah kelas siswa yang dikenai metode TAI disertai eksperimen. Pada akhir eksperimen kedua kelas tersebut diukur hasil belajarnya
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes kognitif bentuk objektif, angket afektif. Untuk penilaian aspek psikomotor dengan lembar observasi alat ukur yang digunakan tidak sama. Instrumen penilaian psikomotor pada penelitian ini hanya digunakan sebagai penguatan pada kelas eksperimen dan tidak dicari selisih nilai pretest dan postestnya. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2010 : 112) dalam desain ini terdapat dua kelas yang dipilih secara random. Untuk mengetahui keadaan awal siswa digunakan nilai hasil pretest dan nilai siswa pada semester sebelumnya. Pada akhir eksperimen kedua kelompok diberikan tes, hasilnya kemudian dibandingkan, dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Pola Penelitian No 1 2
Kelas Eksperimen Kontrol
Pretest T1 T1
Perlakuan X
Posttest T2 T2
Keterangan : TI
: Hasil pretest
T2
: Hasil posttest
X
: Perlakuan dengan metode TAI disertai eksperimen
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Memberikan pretest TI pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan. 2. Memberikan perlakuan X pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran dengan metode TAI disertai eksperimen. 3. Memberikan posttest T2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata prestasi belajar yang siswa setelah diberi perlakuan X 4. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 (prestasi belajar) pada kelompok eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest. 5. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 (prestasi belajar) pada kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
6. Membandingkan prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk menentukan perbedaan yang timbul, jika ada sebagai akibat perlakuan. 7. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 117) wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA semester dua Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 4 kelas. 2. Sampel Penelitian Sugiyono (2010: 118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sesuai dengan pendapat tersebut maka sampel dari penelitian ini adalah dua kelas dari empat kelas yang ada dalam populasi. Pembagian kedua kelas tersebut adalah sebagai berikut: a. Kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan metode TAI disertai dengan Eksperimen b. Kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode konvensional 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Cluster Random Sampling, yaitu penelitian sampel dimana yang dipilih secara random bukan individual, tetapi kelompok-kelompok. Menurut Budiyono (2003: 37) dalam pengambilan sampel dengan cara ini, kluster-kluster yang ada dianggap homogen (sama antara satu dengan yang lainnya). Dari empat kelas yang menjadi populasi kemudian diacak dan diambil dua kelas sebagai sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2010 : 60) variabel adalah sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas Sugiyono (2010 : 61) mengatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TAI yang disertai eksperimen. b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia materi pokok Koloid. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi teknik dokumentasi, tes, angket dan observasi yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut : a. Teknik dokumentasi Sugiyono (2010: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik dokumentasi lebih mudah digunakan dibanding teknik lain karena apabila ada kekeliruan sumber datanya belum berubah. Pada metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi benda mati. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan rata-rata nilai koloid siswa. b. Teknik Tes Suharsimi Arikunto (2002: 127) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
atau kelompok. Data yang diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, sebelum diujikan kepada siswa soal tersebut diujicobakan kepada kelompok uji coba. Hasil ujicoba digunakan untuk analisis item. c. Teknik Angket Menurut Sugiyono (2010 : 199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe angket tertutup. Sugiyono mengatakan bahwa angket tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk ceklist, yaitu bentuk dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (v) pada kolom yang disediakan. d. Teknik Observasi Budiyono (2003: 53) menyatakan bahwa observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian hingga subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati. Agar teknik ini dapat menghasilkan data secara efektif dan terarah, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) Observasi harus direncanakan secara sistematis dan mempunyai tujuan yang jelas. 2) Menggunakan alat yang cocok misalnya lembar observasi yang berupa daftar cek atau skala urutan (rating skala). 3) Sedapat mungkin pihak yang diobservasi tidak tahu kalau ia diobservasi. 4) Hasil observasi diolah dan disimpulkan secara tepat. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperoleh data nilai psikomotor siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
3. Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah kognitif. Langkahlangkah penyusunan instrument tes adalah sebagai berikut: 1) Proses spesifikasi data Ditekankan pada penyusunan konsep yang menjadi pusat perhatian, kemudian menentukan indikator. 2) Penyusunan kisi-kisi tes Dari variabel dan indikator yang telah dirumuskan dapat dibuat kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes dapat diperoleh pedoman penyusunan item pertanyaan maupun pernyataan beserta jumlahnya sehingga keseluruhan aspek dapat tercakup. 3) Penyusunan item tes Dari kisi-kisi tes yang telah dibuat, disusun item soal/tes. 4) Uji coba soal Instrumen tes yang baik adalah instrumen yang telah diujicobakan kepada kelas lain kemudian baru diterapkan pada kelas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen tes yang baik dapat diketahui dengan terlebih dahulu mencari taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibitasnya. 5) Perbaikan soal tes Setelah mengetahui kualitas soal tes dari perhitungan taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya, maka soal yang masih berkualitas rendah perlu didrop dan digantikan dengan soal tes yang lain. a) Uji validitas Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat ukurnya, suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas tinggi. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas keseluruhan butir soal adalah formula dari Gregory (2007). Pada formula Gregory diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Content Validity (CV) =
+
+
+
Keterangan : A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan menurut Panelis II C : Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis II dan relevan menurut Panelis I D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0.700 maka analisis dapat dilanjutkan.
b) Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Uji Reliabilitas yang digunakan adalah rumus Kuder-Richardson (K-R 20). Menurut Budiyono (2003: 69) teknik K-R 20 ini hanya dapat digunakan pada instrument yang dikhotomus (setiap butir hanya memiliki dua kategori skor yaitu benar atau salah, seperti pada tes pilihan ganda). Rumus KR 20 berbentuk sebagai berikut: r11 =
n
S12
n 1
PQ 2 1
S
Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas tes n
: jumlah item dalam instrumen
St2 : varian total P : jumlah siswa yang menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan Q : 1-P
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga r1 > rtabel maka tes instrumen tersebut adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,70 = reliabilitas tinggi < 0,70 = reliabilitas rendah (Anas Sudijono, 2008: 208-209)
c) Tingkat kesukaran Taraf kesukaran suatu soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Pengujian tingkat kesukaran soal dari Anas Sudijono (2008: 372) sebagai berikut: P=
B JS
Keterangan : P
: indeks kesukaran
B
: jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
: Jumlah seluruh siswa
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : < 0,30
: terlalu sukar
0,30-0,70 : cukup (sedang) > 0,70
: terlalu mudah
d) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut :
D
BA JA
BB JB
PA
PB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Keterangan : D
= indeks diskriminasi
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA
BA JA
PB
BB JB
=
proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar (P sebagai indeks kesukaran)
=
proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut : D
:
negatif
:
tidak baik
(butir soal dibuang )
D
:
0,00 - 0,20
:
jelek
(poor)
D
:
0,20 - 0,40
:
cukup
(satisfactory)
D
:
0,40 - 0,70
:
baik
(good)
D
:
0,70 - 1,00
:
baik sekali (excellent)
(Suharsimi Arikunto, 2005: 211-218)
b. Instrumen Angket Angket digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar ranah afektif. Data yang diperoleh dari ujicoba angket digunakan untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket. Angket yang telah tersusun ini kemudian digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran kimia. Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Menurut Mimin Haryati (2007 : 79) ada lima macam instrument aspek afektif yaitu instrument minat, sikap, konsep diri, nilai, dan moral. 1) Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata ajar. 2) Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu obyek, misal mata ajar. 3) Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. 4) Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. 5) Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral individu. Bentuk angket yang dgunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal member tanda cek (v) pada kolom yang disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada empat. Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari 4 sampai 1. Keterangan penyekorannya ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Pensekoran Aspek Afektif No 1 2 3 4 Keterangan
Skor untuk aspek yang dinilai SS. Sangat setuju S. Setuju TS. Tidak Setuju STS. Sangat tidak setuju
Jumlah nilai 121 - 160
sangat baik (A)
Jumlah nilai 81 - 120
baik (B)
Jumlah nilai 41 - 80
cukup (C)
Jumlah nilai
kurang (D)
40
Nilai 4 3 2 1
Instrument angket perlu diuji untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket. 1) Validitas Validitas dari instrumen angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut. Validitas konstruksi inipun akan mudah ditentukan pada tes hasil belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkahlangkah perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki validitas konstruksi yang tinggi (Sugiyono, 2010 : 210). Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:
N
rxy N
XY
X2
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan: rxy = koefisien validitas N = jumlah subjek X = skor butir item soal yang dijawab benar Y = skor total Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item adalah: 0,91
1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71
0,90
: Tinggi (T)
0,41
0,70
: Cukup (C)
0,21
0,40
: Rendah (R)
Negatif
0,20
: Sangat Rendah (SR)
kriteria item soal dinyatakan valid jika r xy
tabel .
Sedangkan kriteria item
dinyatakan tidak valid jika rxy < rtabel. 2) Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Koefisien Alpha yaitu sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
r11
n 1 n -1
S2 St
2
Keterangan: r11
= koefisien reliabilitas tes
n
= jumlah item 2
St2
= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = Varian total
kriteria reliabilitasnya adalah : 0,70
: reliabilitas tinggi
< 0,70
: reliabilitas rendah (Anas Sudijono, 2008: 209)
c. Instrumen observasi Instrument penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi kinerja (performance assessment). Bentuk instrument ini digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktek dan keaktifan siswa. Perangkat tes ini diisi oleh guru atau asisten laboratorium sesuai dengan kriteria skor untuk tiap-tiap aspek yang dinilai. Instrumen penilaian psikomotor pada penelit ian ini hanya digunakan sebagai penguatan pada kelas eksperimen dan tidak dicari selisih nilai pretest dan postestnya.
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas dengan uji Lilliefors, yaitu : Keterangan : F(zi)
: P(z
S(zi)
:
Zi
: skor standar
Lo
: koefisien Lilliefors pengamatan
banyaknya z1 , z 2 , ...., zn yang zi n
commit to user
Lo = |F(zi) S(zi) |
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a) Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya i
_
n
xi 2 -
n
2
S
2
xi
n(n -1)
b) Menghitung nilai zi _
xi - X Zi
S
c) Mencari nilai zi pada daftar F
banyaknyaz 1 , z 2 , ...., z n yang zi n
d) Menghitung S(zi) =
e) Menghitung selisih F(zi)
S(zi)
f) Mencari nilai kritis yang dapat diperoleh pada kolom harga mutlak, kemudian dibandingkan dengan tabel. g) Kriteria Pengujian adalah : tolak Ho jika Lo maks < L tabel berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Sudjana, 1996: 466-469) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari poopulasi yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan uji Bartlett dengan rumus :
(ln 10) {B -
(n1 -1) log Si 2}
2,3026 {B -
(n1 - 1) log Si }
X2
B (log S2 )
(ni 1)
(ni - 1) Si
S2
2
2
(ni 1)
yang akan diuji adalah : Ho
2 1
2 2
kedua populasi mempunyai varian yang sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Ho
2 1
2
paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
2
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis 2 1
Ho
2 2
2 1
H1
2 2
2. Menghitung varians masing-masing sampel (S i2) denagn rumus : (X i - X)2 n 1
Si 2
3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S 2) dengan rumus :
(ni - 1)Si
S2
2
(ni 1)
4. Menghitung harga satuan B (log S2 )
(ni 1)
5. Menghitung Chi_kuadrat ( 2
(ln 10) {B 2
6. Menghitung
2
) , dengan rumus : 2
(ni 1) logS i }
dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikan 5%
7. Kriteria uji. Ho diterima, apabila
2
hitung
<
2
tabel,
yang berarti sampel homogen. (Sudjana, 1996: 261-263)
2. Uji Hipotesis Teknik analisis data untuk uji hipotesis digunakan kanan dengan kriteria : Ho :
1
H1 :
1
2
>
2
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Ho =
Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode TAI disertai eksperimen lebih rendah atau sama dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode konvensional.
H1 =
Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode TAI disertai eksperimen kebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan metode konvensional.
1
=
nilai rata-rata kelas eksperimen
2
=
nilai rata-rata kelas kontrol
Kriteria : Terima Ho jika thit < ttab Tolak Ho jika thit > t tab Rumus yang digunakan adalah : X1
t S
X2
1 n1
1 n2 2
Sgab
(n1 - 1)s1 (n 2 - 1)s2 ( n1 n 2 ) 2
2
Keterangan : X
: Mean nilai
Sgab
: Simpangan baku
n
: Jumlah sampel (Sudjana, 1996: 239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II, yaitu metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011, maka diperlukan data-data yang harus dianalisis. Pembelajaran ini dikatakan efektif apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional. Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari selisih nilai posttest dan pretest pada pembelajaran kimia materi pokok Koloid. Pencapaian prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk nilai psikomotor siswa tidak ada nilai pretest, karena penilaian dilihat langsung melalui unjuk kerja siswa dalam pembelajaran. Datadata tersebut diambil dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang melibatkan 50 siswa dari kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Untuk lebih jelasnya disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel. 1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Koloid. Data penelitian mengenai hasil pretest prestasi belajar siswa materi pokok Koloid kelas eksperimen pada kelas XI IPA 4 dan kelas kontrol pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta dengan sampel sebanyak 50 siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian hasil pretest secara ringkas disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pretest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. No 1. 2.
Uraian Rata-rata hasil pretest aspek kognitif Rata-rata hasil pretest aspek afektif
Kelas Eksperimen 60,769
Kelas Kontrol 60,625
81,000
81,250
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Pencapaian Hasil Postest Siswa Materi Pokok Koloid. Data penelitian mengenai hasil postest prestasi belajar siswa materi pokok Koloid kelas eksperimen pada kelas XI IPA 4 dan kelas kontrol pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta dengan sampel sebanyak 50 siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai hasil postest secara ringkas disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil Postest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. No 1. 2. 3.
Uraian Rata-rata hasil posttest aspek kognitif Rata-rata hasil posttest aspek afektif Rata-rata hasil posttest aspek psikomotor
Kelas Eksperimen 76,635
Kelas Kontrol 71,562
100,385
96,875
2.462
2.186
3. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Siswa Materi Pokok Koloid. Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari selisih nilai posttest dan pretest materi pokok Koloid kelas eksperimen pada kelas XI IPA 4 dan kelas kontrol pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta dengan sampel sebanyak 50 siswa, selengkapnya dapat dilihat di lampiran data induk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai selisih nilai postest dan pretest siswa secara ringkas disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. No 1. 2. 3.
Uraian Selisih rata-rata prestasi belajar aspek kognitif Selisih rata-rata prestasi belajar aspek afektif Selisih rata-rata prestasi belajar aspek psikomotor
Kelas Eksperimen 1 15.865
Kelas Kontrol 10.937
19.385
15.625
2.462
2.186
Data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Distribusi frekuensi aspek kognitif yang diperoleh disajikan pada Tabel 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Koloid. No
Interval
Nilai Tengah
1 2 3 4 5 6 7
2.0-5.0 5.5-8.5 9.0-12.0 12.5-15.5 16.0-19.0 19.5-22.5 23.0-26.0
3.5 7 10.5 14 17.5 21 24.5
Frekuensi Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 1 7 0 4 3 2 8 6 7 2 6 3 1 0
Frek. Relatif (%) Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 2 14 0 8 6 4 16 12 14 4 12 6 2 0
Data distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar aspek kognitif mempunyai rentang antara 2 sampai 26. Jumlah kelas interval sebanyak 7 kelas dan panjang intervalnya sebesar 4. Dari tabel distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif materi pokok Koloid dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen frekuensi terbanyak pada interval 12.5
15.47 dengan frekuensi 8, sedangkan
pada kelas kontrol frekuensi terbanyak pada interval 2
5 dengan frekuensi 7.
Untuk lebih mudah dalam membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, maka data tersebut disajikan dalam sebuah histogram perbandingan prestasi belajar, yaitu pada Gambar 10.
Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Dari Gambar 10 dapat dilihat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Prestasi belajar aspek kognitif siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
kelas eksperimen lebih banyak berada di atas nilai tengah, yaitu dengan rata-rata nilai 15.865. Sedangkan untuk prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas kontrol lebih banyak yang berada di bawah nilai tengah, yaitu dengan rata-rata nilai 10.937. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian, dari selisih prestasi belajar aspek afektif maka dibuat distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi aspek afektif yang diperoleh disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Koloid. No
Interval
Nilai Tengah
1 2 3 4 5 6
1.0-7.0 8.0-14.0 15.0-21.0 22.0-28.0 29.0-35.0 36.0-42.0
4 11 18 25 32 39
Frekuensi Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 0 4 7 7 12 9 3 3 3 0 1 1
Frek. Relatif (%) Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 0 8 14 14 24 18 6 6 6 0 2 2
Data distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar aspek afektif mempunyai rentang antara 1 sampai 42. Jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dan panjang intervalnya sebesar 7. Dari tabel distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif materi pokok Koloid dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen frekuensi terbanyak pada interval 15
21 dengan frekuensi 12, sedangkan untuk
kelas kontrol frekuensi terbanyak pada interval 15
21 dengan frekuensi 9.
Untuk lebih mudah dalam membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, maka data tersebut disajikan dalam sebuah histogram perbandingan prestasi belajar, yaitu pada Gambar 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Gambar 11. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Dari gambar 11 dapat dilihat perbedaan prestasi belajar aspek afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hampir setengah siswa pada kelas eksperimen tepat berada pada nilai tengah, dengan rata-rata nilai 19.385. Sedangkan untuk prestasi belajar aspek afektif siswa kelas kontrol sebagian besar berada di bawah nilai tengah, dengan rata-rata nilai 15.625. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol. Untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian, dari selisih prestasi belajar aspek psikomotor maka dibuat distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi aspek psikomotor yang diperoleh disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Materi Pokok Koloid. No
Interval
Nilai Tengah
1 2 3 4 5 6 7
0.99-1.27 1.28-1.56 1.57-1.85 1.86-2.14 2.15-2.43 2.44-2.72 2.73-3.01
1.13 1.42 1.71 2 2.29 2.58 2.87
Frekuensi Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 2 0 0 2 0 4 3 6 6 8 5 2 10 2
commit to user
Frek. Relatif (%) Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 4 0 0 4 0 8 6 12 12 16 10 4 20 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Data distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar aspek psikomotor mempunyai rentang antara 0.99 sampai 3.01. Jumlah kelas interval sebanyak 7 kelas dan panjang intervalnya sebesar 0.29. Dari tabel distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif materi pokok Koloid dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen frekuensi terbanyak pada interval 2.73
3.01 dengan frekuensi 10,
sedangkan untuk kelas kontrol frekuensi terbanyak pada interval 2.15
2.43
dengan frekuensi 8. Untuk lebih mudah dalam membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, maka data tersebut disajikan dalam sebuah histogram perbandingan prestasi belajar, yaitu pada Gambar 12.
Gambar 12. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Dari gambar 12 dapat dilihat perbedaan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Prestasi belajar aspek psikomotor siswa kelas eksperimen mayoritas berada di atas nilai tengah, dengan nilai ratarata 2,462. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor siswa kelas kontrol cenderung merata, dengan nilai rata-rata 2,186. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek psikomotor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
B. Uji Prasyarat Analisis Sebelum melaksanakan analisis uji-t pihak kanan untuk menguji hipotesis penelitian perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan rumus yang telah disebutkan dalam bab III. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Koloid. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen Prestasi Kognitif Kelas Kontrol Prestasi Afektif Kelas Eksperimen Prestasi Afektif Kelas Kontrol Prestasi Psikomotor Kelas Eksperimen Prestasi Psikomotor Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26
Harga L Hitung Tabel 0,1482 0,1610
Kesimpulan Berdistribusi Normal
24
0,1713
0,1730
Normal
26
0,1435
0,1610
Normal
24
0,0908
0,1730
Normal
26
0,1585
0,1610
Normal
24
0,1217
0,1730
Normal
Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh harga Lhitung yang lebih kecil dari L tabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji homogenitas ini secara lengkap pada lampiran uji homogenitas dan telah diringkas pada Tabel 14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Koloid No 1. 2. 3.
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Prestasi Afektif Prestasi Psikomotor
Jumlah Sampel 50 50 50
Harga X 2 Hitung Tabel 1,69 3,84 0,24 3,84 0,76 3,84
Kesimpulan Homogen Homogen Homogen
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (
<
). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t pihak kanan. H0 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan rata-rata prestasi belajar siswa kelas kontrol. H1 : Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada ratarata prestasi belajar siswa kelas kontrol. Uji t-pihak kanan untuk selisih nilai kognitif yang menunjukkan prestasi belajar kognitif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran dan hasilnya dirangkum pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uji-t Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen Prestasi Kognitif Kelas Kontrol Prestasi Afektif Kelas Eksperimen Prestasi Afektif Kelas Kontrol Prestasi Psikomotor Kelas Eksperimen Prestasi Psikomotor Kelas Kontrol
Rata-rata 15,865
Variansi 21,971
t 3,211
10,938
37,398
3,211
19,385
53,686
1,725
15,625
65,723
1,725
2,462
0,261
2,06
2,186
0,182
2,06
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 3,211 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% (0,05) didapat harga t tabel = 1,67. Jadi keputusan uji = thitung > ttabel (3,211 >1,67). Kesimpulan = H0 ditolak. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar aspek kognitif siswa kelas kontrol. Uji t-pihak kanan untuk selisih nilai afektif yang menunjukkan prestasi belajar afektif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran dan hasilnya dirangkum pada Tabel 15. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,725 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% (0,05) didapat harga ttabel = 1,67. Jadi keputusan uji = thitung > ttabel ( 1,725 > 1,67 ). Kesimpulan = H0 ditolak. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar aspek afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar aspek afektif siswa kelas kontrol. Uji t-pihak kanan untuk selisih nilai psikomotor yang menunjukkan prestasi belajar psikomotor antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran dan hasilnya dirangkum pada Tabel 15. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2,06 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% (0,05) didapat harga t tabel = 1,67. Jadi keputusan uji = thitung > ttabel ( 2,06 > 1,67 ). Kesimpulan = H0 ditolak. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar aspek psikomotor siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar aspek psikomotor siswa kelas kontrol.
D. Pembahasan Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI disertai eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen menggunakan metode TAI disertai eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol menggunakan metode ceramah demonstrasi. Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Koloid, siswa baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa mengenai pelajaran yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
diikuti yaitu materi Koloid. Hasil tes ini dapat digunakan untuk memperkirakan bagian materi yang belum dikuasai dan yang sudah dikuasai. Guru dapat memperkirakan materi yang harus diajarkan lebih mendalam dan yang tidak, sehingga waktu pembelajaran akan lebih efektif. Hasil pretes juga digunakan sebagai salah satu dasar dalam pembentukan kelompok disamping nilai ulangan harian pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, karena metode yang digunakan adalah metode TAI yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) . Tahap kedua dalam kelas eksperimen adalah penyampaian materi kurikulum. Guru memberi penjelasan dan memotivasi siswa untuk mempelajari konsep-konsep pada materi pokok Koloid . Setelah itu guru menyampaikan garis besar materi dengan memberikan konsep. Tujuan dari penyampaian materi-materi kurikulum dengan penyampaian garis besar materi supaya siswa memahami konsep bukan untuk menghafal materi. Tahap ketiga adalah tahap belajar kelompok. Ini merupakan ciri utama pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini, tahap belajar kelompok dilaksanakan dengan
kelompok
eksperimen
Koloid.
Semua
kelompok
melaksanakan
eksperimen Koloid yang sama kemudian mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam TAI, siswa yang berkemampuan lebih tinggi berperan sebagai asisten yang akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan rendah sehingga akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Sistem kompetisi antar kelompok untuk mempertahankan nilai yang terbaik membuat setiap anggota kelompok berusaha memahami materi dan berperan aktif dalam memecahkan permasalahan. Siswa dalam satu kelompok selama pembelajaran bekerja sebagai tim, sehingga siswa yang belum memahami materi atau merasa kesulitan dalam memecahkan masalah dapat dibantu oleh teman kelompoknya yang sudah memahami materi. Tahap keempat adalah presentasi hasil kerja kelompok, masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok kepada teman-teman dalam satu kelas. Presentasi kelompok ini juga digunakan sebagai dasar penetapan kelompok terbaik. Adanya penetapan kelompok terbaik ini membuat siswa lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
bersemangat dalam mengaktualisasikan kemampuan belajar. Hal ini akan membantu siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal Koloid di akhir pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah mengajar seluruh kelas. Setelah akhir dari pembelajaran materi pokok Koloid guru menghentikan program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami kemudian memberikan kesimpulan pada materi tersebut. Untuk kelas kontrol, materi disampaikan dengan metode ceramah disertai demonstrasi. Dalam hal ini siswa juga dibentuk kelompok-kelompok. Tiap kelompok melakukan satu judul demonstrasi. Setelah pembelajaran selesai, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan posttes untuk mengukur prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Adanya pretes dan postes ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan prestasi belajar setelah diterapkan metode dalam proses pembelajaran. Dari data induk penelitian dapat dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen pada aspek kognitif adalah 60,769 sedangkan kelas kontrol adalah 60,625. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kedua sampel setara. Sedangkan rata- rata nilai postest kelas eksperimen 76.635 dan untuk kelas kontrol 71.562. Dari rata- rata nilai pretest
postest diatas maka dapat dilihat rata-
rata selisih nilainya, yaitu pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 15,866 sedangkan pada kelas kontrol adalah 10,937. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kemampuan yang hampir sama ternyata dengan perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil yang berbeda pula. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t lebih besar dari harga t
tabel
hitung
= 3,211
= 1,67, sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar
untuk aspek kognitif pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini
karena pemahaman konsep siswa yang berada di kelas TAI lebih
mendalam dibandingkan siswa yang ada di kelas kontrol. Di kelas TAI terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Metode TAI lebih memotivasi siswa untuk saling membantu anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slavin (2008: 190) bahwa TAI ini memiliki tiga keunggulan. Pertama, metode ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan metode TAI konsep-konsep yang terdapat dalam materi Koloid dapat dikuasai dengan baik. Selain itu adanya eksperimen yang dilakukan oleh masing-masing kelompok dapat lebih memvisualisasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga pemahaman siswa terhadap materi Koloid meningkat dan prestasi belajar kognitif siswa menjadi lebih tinggi. Untuk prestasi belajar aspek afektif siswa, rata- rata nilai pretest untuk kelas eksperimen adalah 81,00 dan pada kelas kontrol adalah 81,25. Untuk ratarata nilai postest kelas eksperimen adalah 100,38 dan pada kelas kontrol adalah 96,88. Dari rata- rata nilai pretes- postest afektif diatas maka dapat dilihat ratarata selisih nilai pretest- postest pada kelas eksperimen adalah 19,38 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 15,62. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t lebih besar dari harga t
tabel
hitung
= 1,725
= 1.67, sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar
untuk aspek afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Aspek afektif menyangkut sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tersebut. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Thomas Borrman menunjukkan bahwa pembelajaran di laboratorium lebih meningkatkan kepercayaan diri dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran. Selain itu siswa akan lebih mudah memahami konsep karena praktik secara langsung. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu kognitif. Untuk siswa yang melakukan eksperimen secara langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
tentunya akan lebih mudah memahami dan menghubungkan konsep dan praktikum yang telah dilakukan dari pada siswa yang diajar dengan demonstrasi. Untuk prestasi belajar aspek psikomotor siswa, rata- rata nilai prestasi untuk kelas eksperimen adalah 2,46 dan pada kelas kontrol adalah 2,18. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek psikomotor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t dari harga t
tabel
hitung
= 2,06 lebih besar
= 1.67, sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar untuk aspek
psikomotor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Aspek psikomotor menyangkut unjuk kerja siswa dalam eksperimen dan demonstrasi koloid, kerja kelompok dan keaktifan individu selama proses pembelajaran. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek psikomotor menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu kognitif. Pembelajaran kooperatif TAI merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, disini siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran TAI menjadikan siswa memiliki ketergantungan positif untuk saling membantu dalam penguasaan materi pembelajaran. Siswa berinteraksi dan bekerjasama untuk saling membantu dalam belajar satu dengan yang lain. Di dalam kelompok TAI, siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang berkemampuan rendah. Proses kooperatif menjadikan anggota kelompok meningkat motivasi belajarnya, harapan untuk berhasil lebih tinggi, saling memberikan dukungan yang menguntungkan, serta keterlibatan emosional yang tinggi dalam belajar, sehingga penguasaan materi baik secara individual maupun kelompok semakin meningkat. Dalam hal ini setiap kelompok dapat menjadi kelompok terbaik jika dapat mengoptimalkan potensi setiap anggota dalam kelompoknya. Pembelajaran yang dilakukan dalam kelas kontrol lebih banyak ceramah daripada diskusi sehingga siswa merasa bosan mempelajari materi Koloid dan kurang memahami serta mendalami materi. Disini keaktifan siswa pun kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
terlihat karena pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered). Siswa dengan kondisi seperti itu prestasi belajarnya cenderung rendah karena kesulitan dalam memahami materi belum bisa teratasi. Dalam model ceramah siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga suasana kelas menjadi pasif. Hanya sebagian kecil dari siswa yang berani bertanya ketika diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Daya tahan siswa untuk mendengarkan pelajaran sangat terbatas, akibatnya siswa yang memiliki ketrampilan mendengarkan rendah cepat merasa bosan dan terpecah perhatiannya. Materi Koloid mengandung banyak konsep yang harus dikuasai siswa, sedangkan kemampuan siswa untuk memahami konsep tersebut berbeda-beda. Dalam TAI terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Selain konsep, materi Koloid pun ada yang bersifat abstrak sehingga dengan adanya eksperimen siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sistem Koloid dan tidak sekedar membayangkan. Dengan eksperimen dapat memberi kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta memperkaya pengalaman belajar dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis. Dalam kelas ceramah juga disertai dengan demonstrasi. Dalam arti sempit demonstrasi dan eksperimen sebagai metode pembelajaran hakikatnya sama, yaitu percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data (Sund dalam Slamet Soewandi dkk, 2008). Namun demikian dalam demonstrasi siswa hanya melihat guru atau sekelompok siswa melakukan percobaan, tanpa terlibat secara langsung setiap proses yang ada dalam percobaan tersebut, sedangkan dalam eksperimen setiap siswa dalam kelompok kecil melakukan sendiri percobaan sehingga dalam kelas eksperimen siswa lebih memperoleh gambaran yang jelas tentang percobaan yang dilakukan dan akhirnya pemahaman siswa tentang materi Koloid menjadi lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode TAI disertai eksperimen dapat membantu siswa dalam memahamkan konsep Koloid. Hal ini terbukti dengan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor selalu lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Oleh karena itu, penggunaan metode TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis. 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kimia secara maksimal. 2. Implikasi Praktis Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa pada materi yang memiliki banyak konsep dan sebagian bersifat abstrak, seperti pada materi Koloid.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan sebagai berikut: 1. Kepada Guru kimia dalam menyampaikan pelajaran kimia, khususnya pada materi yang memiliki banyak konsep dan bersifat abstrak lebih baik menggunakan metode TAI disertai eksperimen daripada menggunakan metode ceramah-demonstrasi.
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2. Kepada siswa hendaknya memberikan respon yang baik terhadap guru dalam menyajikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode pembelajaran TAI pada materi pokok yang lain dengan mengaitkan aspekaspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan
commit to user