1
Efektivitas Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kedisplinan Siswa Di SMK Negei 1 Masohi Rusnawati Ellis, S.Psi, M.Pd E-mail:
[email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan metode bermain peran untuk meningkatkan kedisplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre eksperimental design yang menggunakan teknik one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X sebayak 120 siswa, dan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive yaitu sampel yang mempunyai tujuan sehingga yang menjadi sampel adalah 15 siswa yang mempunyai tingkat disiplinan sedang 6 dan rendah 9. Analisis menggunakan Uji Wilcoxson dan di bantu SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Asymp. Sig. = 0.001. Oleh karena nilai Asymp. Sig. = 0.001 < α = 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan Ada perbedaan yang signifikan tingkat kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran. Kata Kunci: Bermain peran, Kedisplinan siswa
Siswa yang dapat melaksanakan tata
PENDAHULUAN Peraturan tata tertib siswa di sekolah
tertib dengan benar akan merasa terarah
merupakan ketentuan yang berupaya
untuk
mengatur perilaku dan sikap siswa agar
diharapkan dan terhindar dari perasaan
disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas
terpaksa.
mencapai
keberhasilan
yang
di sekolah, patuh dan taat terhadap
Tulus (2004) menjelaskan bahwa
berbagai aturan dan tata tertib yang
disiplin adalah mengikuti dan menaati
berlaku di sekolah (Tapa, 2009). Adanya
peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.
peraturan
dapat
Disiplin belajar merupakan serangkaian
mentaati
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
peraturan dan tidak mencoba untuk
ketaatan, dan keteraturan berdasarkan
melanggar.
acuan
mendorong
sekolah siswa
diharapkan untuk
Menaati
peraturan
nilai
moral
individu
untuk
berdasarkan dorongan dalam diri, akan
memperoleh perubahan tingkah laku yang
membentuk
mencakup perubahan berfikir, sikap dan
kesadaran
siswa
untuk
berperilaku disiplin di sekolah dan bukan
tindakan yang sesuai dengan standar.
merupakan suatu keterpaksaan. Peraturan
Kedisiplinan sering dikaitkan dengan
yang dimaksud di sekolah adalah tata
ketaatan
tertib siswa. Tata tertib tersebut harus
terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta
dipatuhi siswa selama berada di sekolah.
aturan-aturan
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
dan
kepatuhan
yang
berlaku.
seseorang
Disiplin
2
merupakan hal yang sangat penting
Untuk
mengantisipasi
dalam berbagai aktifitas manusia sebagai
tersebut,
salah satu alat untuk mencapai tujuan.
mempunyai peraturan dan tata tertib yang
Sebagaimana dikemukakan oleh Amir
tujuannya adalahuntuk mendisiplinkan
Daien,
siswa,
menjelaskan
sebagai
adanya
bahwa
disiplin
misalnya
sebenarnya
bagi
telah
siswa
yang
untuk
terlambat masuk sekolah harus menyapu
dan
dan membersihkan lapangan bola volley
disini
dan bola basket, mengangkat kotoran-
adanya
kotoran yang ada di jalan masuk sekolah
tekanan-tekanan dari luar, melainkan
dan kotoran yang ada di depan kelas
kepatuhan yang didasari oleh adanya
maupun di selokan atau got, siswa yang
kesadaran tentang nilai dan pentingnya
terlambat biasanya di kontrol oleh guru
peraturan-peraturan
BK yang bekerja sama dengan guru
memenuhi
peraturan-peraturan
larangan-larangan. bukan
kesediaan
sekolah
hal-hal
hanya
Kepatuhan
patuh
karena
dan
larangan
tersebut.
petugas harian dan satpam.
Menurut Widodo (2010), bentuk
Namun
perilaku tidak disiplin siswa antara lain
pengamatan
perilaku membolos, terlambat masuk
pihak sekolah, selalu saja ada siswa yang
sekolah, rebut di kelas, mengobrol saat
masih sering terlambat. Dalam aturan
guru sedang menjelaskan pelajaran, tidak
sekolah
mengenakan
sebelum
atribut
sekolah
secara
lengkap, dan menyontek. Kedisiplinan merupakan salah satu
ternyata dan
wawancara
mengharuskan jam
berdasarkan
07.00
dengan
siswa
datang
WIB,
tetapi
kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Siswa yang
nilai penting yang harus dimiliki siswa.
terlambat
Namun pada prakteknya, masih banyak
lancarnya
siswa yang tidak taat pada peraturan
mengajar
sekolah. Fakta di lapangan menunjukkan
pelajaran.
mengakibatkan proses pada
kegiatan saat
jam
kurang belajar pertama
bahwa hampir setiap hari ada siswa yang
Keterlambatan pada siswa tersebut
datang terlambat ke sekolah, dan masih
bukan berarti tanpa sebab, berbagai
ditemukannya kasus siswa yang tidak
macam alasan diungkapkan para siswa
disiplin serta membolos dari kegiatan
yang sering terlambat, diantaranya siswa
belajar mengajar di sekolah.
yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan, beres-
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
3
beres rumah dan sebagainya. Alasanalasan
seperti
dikemukakan terlambat
inilah siswa
pada
yang ketika
saat
jam
Disiplin
merupakan
cermin
sering
kepribadian seseorang. Kemampuan atau
datang
kekuatan
yang
ada
pada
individu
pelajaran
diperlukan sebagai cara untuk memahami
pertama sudah di mulai. Namun apapun
cirri utama disiplin. Disiplin berasal dari
alasan para siswa yang datang terlambat
bahasa latin “discipline” yang berarti
menunjukan tingkat kedisiplinan yang
latihan
rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan
kerohanian serta pengembangan bakat.
atau
pendidikan
kesopanan,
begitu saja sehingga pada akhirnya akan
Winataputra, (1998: 10) menjelaskan
menjadi budaya yang tidak baik pada
bahwa disiplin didefinisikan sebagai
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
berikut: “(1) disiplin diartikan sebagai
Bimbingan
diperlukan
guna
tingkat keteraturan yang terdapat pada
memberikan intervensi untuk masalah
suatu kelompok; (2) disiplin diartikan
kedisplinan peserta didik. Strategi untuk
sebagai teknik yang digunakan oleh guru
meningkatkan
untuk
displin
peserta
didik
membangun
atau
memelihara
adalah menggunakan teknik bermain
keteraturan di dalam kelas; (3) disiplin
peran.
disamakan dengan hukuman.
Bermain dalam penelitian adalah mendramatisasi meningkatkan
tingkah displin
Dalam
kamus
besar
Bahasa
laku
untuk
Indonesia (2003), disiplin berarti tata
peserta
didik
tertib
(di
sekolah,
kemiliteran,
dan
dengan cara memainkan peran tokoh–
sebagainya), ketaatan atau kepatuhan
tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk
kepada peraturan atau tata tertib. Tata
merajut
sehingga
tertib berarti perangkat peraturan yang
berkesempatan melakukan, menafsirkan
berlaku untuk menciptakan situasi yang
dan memerankan suatu peranan atau
tertib.
cerita
bersama,
model. Bimbingan
melalui bermain
Tata tertib dan disiplin sekolah
peran ini dibuat dengan tujuan untuk
berlaku untuk semua unsur yang ada di
membantu peserta didik belajar mentaati
sekolah dan tidak terkecuali untuk kepala
peraturan dan meningkatkan kedisiplinan
sekolah, guru dan staf semuanya harus
siswa di sekolah.
patuh dan taat pada peraturan sekolah
KAJIAN PUSTAKA
yang berlaku dan menjadi komitmen yang mengikat.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
4
Sejak awal siswa perlu dididik untuk selalu
bersikap
disiplin
di
sekolah,
sehingga siswa akan terbiasa untuk bertanggung
jawab
pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat untuk meningkatkan kedisiplinan
mentaati
Model role playing ini sangat efektif
peraturan sekolah. Muss (dalam Sarlito,
untuk memfasilitasi peserta didik dalam
2004: 27) memaparkan bahwa anak
mempelajari perilaku sosial dan nilai-
adalah manusia kecil yang perlu di didik
nilai. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa:
dengan
(a) kehidupan nyata dapat dihadirkan dan
disiplin
dalam
standar perilakunya; (3) menggunakan
untuk
mencegah
berkembangnya perilaku negatif. Pendidikan
tentang
dianalogikan
ke
dalam
skenario
kedisiplinan
permainan peran; (b) role playing dapat
sangat penting dalam perkembangan
menggambarkan perasaan otentik siswa,
siswa, karena dapat menanamkan sikap
baik yang hanya dipikirkan maupun yang
bertanggung
dan
diekspresikan; (c) emosi dan ide-ide yang
berperilaku positif dalam menjalankan
muncul dalam permainan peran dapat
kegiatan
digiring menuju sebuah kesadaran, yang
jawab,
mandiri
sehari-hari
di
sekolah.
Penerapan kedisiplinan di sekolah akan
selanjutnya
membuat siswa berperilaku dan bersikap
menuju
patuh dan taat kepada peraturan sekolah,
psikologis yang tidak kasat mata yang
tidak ada lagi siswa yang terlambat,
terkait dengan sikap, nilai, dan sistem
membolos, membuat kerusuhan, dan
keyakinan dapat digiring menuju sebuah
terlambat dalam melaksanakan tugas.
kesadaran melalui pemeranan spontan
Dalam
menenamkan
kedisiplinan
pada siswa, guru sebagai pendidik harus
akan
memberikan
perubahan;
dan
(d)
arah proses
dan diikuti analisis (Joyce Bruce, 2009: 329).
bertanggungjawab untuk mengarahkan
Mulyasa
(2004:
223
-
empat
asumsi
224)
apa yang baik, menjadi teladan, sabar dan
menyatakan
penuh penegertian. Guru harus mampu
mendasari teknik bermain peran (role
menumbuhkan disiplin diri pada peserta
playing) dapat mengembangkan perilaku
didik. Untuk kepentingan tersebut guru
yang baik dan nilai-nilai sosial, yang
harus mampu melakukan hal-hal sebagai
kedudukannya sejajar dengan model-
berikut: (1) membantu mengembangkan
model
pola
(2)
asumsi tersebut sebagai antara lain: (a)
membantu peserta didik meningkatkan
bermain peran dilaksanakan berdasarkan
perilaku
dalam
dirinya;
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
mengajar
lainnya.
yang
Keempat
5
pengalaman peserta didik dan isi dari
peserta didik dapat menguji sikap dan
pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi
nilainya yang sesuai dengan orang lain,
"disini pada saat ini"; (b) bermain peran
apakah sikap dan nilai yang dimilikinya
memungkinkan
untuk
perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa
mengungkapkan perasaannya yang tidak
bantuan orang lain, para peserta didik
dapat dikenal tanpa bercermin pada
sulit untuk menilai sikap dan nilai yang
orang lain. Mengungkapkan perasaannya
dimilikinya.
untuk mengurangi beban emosional; (c)
METODE PENELITIAN
peserta
didik
teknik bermain peran ini berasumsi
Pendekatan penelitian yang dipilih
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat
ialah dengan penelitian kuantitatif dan
ke
kualitatif. Pendekatan ini dipilih guna
taraf
sadar
untuk
kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok.
mendapatkan
Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tersebut, penelitian ini dimaksudkan juga
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari
untuk memperoleh hasil dari teknik
reaksi pengamat terhadap masalah yang
pegumpulan
sedang diperankan. Dengan demikian,
rumusan masalah dan identifikasinya.
para peserta didik dapat belajar dari
Menurut Sugiyono (2006:12) penelitian
pengalaman orang lain tentang cara
kuantitatif
memecahkan
memperoleh data yang berbentuk angka
masalah
yang
pada
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
hasil
data
adalah
dari
yang
penelitian
ada
penelitian
dalam
dengan
atau data kualitatif yang diangkakan.
mengembangkan dirinya secara optimal.
Desain penelitian yang digunakan
Dengan demikian, peserta didik belajar
dalam
dari pengalaman orang lain tentang cara
eksperimental design yang menggunakan
memecahkan
teknik
masalah
yang
pada
penelitian
one
group
ini
yaitu
pre
pretest-posttest
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
(Sugiyono, 2006). Melalui desain ini
mengembangkan dirinya secara lebih
penelitian dilakukan hanya pada satu
optimal lagi; (d) teknik bermain peran
kelompok dengan melakukan dua kali
berasumsi bahwa proses psikologis yang
pengukuran yaitu O1 (pretest) untuk
tersembunyi, berupa sikap, nilai dan
mengukur peningkatan kedisiplinan siswa
sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf
sebelum diberikan metode bermain peran.
sadar melalui
Desain penelitian dapat digambarkan
secara
spontan.
kombinasi
pemeranan
Dengan
demikian,
sebagai berikut:
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
6
O1
X
(Pretest)
O2
Perlakuan
(Postest)
Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Masohi, Ambon. Populasi berjumlah 120 orang yang terdiri dari 4 jurusan dan terbagi 5 kelas. Untuk selengkapnya dapat dilihat melalui tabel di bawah. Tabel 1. Populasi Siswa SMK Negeri 1 Masohi
N o 1.
Kelas
Populasi L P 17 9
Administrasi perkantoran Akuntasi A Akuntasi B Tata niaga Usaha jasa parawisata Jumlah
2. 3. 4. 5.
Pengambilan
Juml ah 26
10 13 10 9
18 10 14 10
28 23 24 19
59
61
120
sampel
dalam
pre dan post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan menunjukkan
hasil
bahwa
penelitian
profil
tingkat
kedisiplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi secara umum berada kategori sedang. Kemudian pada tabel 2 hasil profil umum kedisiplinan siswa berikut ini. Tabel 2. Profil Umum Tingkat Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 1 Masohi Kategori Interval F Persentase (%) Tinggi 40 – 79 26 26 Sedang 80 - 119 65 65 Rendah 120 -160 9 9 Jumlah 100 100
Dari tabel di atas
terlihat bahwa
tingkat kedisiplinan siswa
dari 100
penelitian yaitu sejumlah 15 pesera didik.
terdapat 26 mahasiswa (26%) berada
Pengambilan sampel dilakukan dengan
pada kategori tinggi, 65 mahasiwa ( 65
menggunakan teknik purposive sampling
%) berada pada kategori sedang dan 9
(sampel bertujuan) yaitu pengambilan
mahasiwa (9 %) kategori rendah.
sampel bertujuan untuk memperoleh hasil
Untuk
mengetahui
tingkat
kedisiplinan siswa yang rendah dan
keberhasilan yang telah dilaksanakan,
sedang. Cara pengambilan sampel yang
peneliti
rendah
perbandingan
dilakukan
secara
random
menggunakan undian.
Berikut
Untuk melihat keefektifan metode bermain
peran
untuk
gunakan adalah dengan menggunakan uji wilcoxson yaitu melihat perbedaan hasil
menyajikan
hasil
pretest
dan
posttest.
perbandingan
hasil
diantara
keduanya:
meningkatkan
kedisiplinan siswa, maka analisis yang di
akan
No. urut 1 2 3 4 5
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
Tabel 3. Perbandingan Hasil Test Pret Katego Postt Katego est ri est ri 78 Rendah 125 Tinggi 77 Rendah 110 Sedang 74 Rendah 123 Tinggi 90 Sedang 131 Tinggi 79 Rendah 112 Sedang
Total Peningk atan
47 33 49 41 33
7
6 7 8 9 10 11 12 13
98 69 72 92 73 89 76 90 101 79
14
15
Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah
123 116 122 131 112 134 110 123 135 112
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang
25 47 50 39 39 45 34 33 34 33
Berdasarkan tabel di atas dan analisis proses
pelaksanaan
pengujian adalah : terima Ho jika µA - µB = 0 atau tolak Ho dan terima H1 jika µA µB ≠ 0, hanya jika W+ dan W- cukup kecil, atau dengan kata lain W juga cukup kecil. Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.
treatment
membuktikan bahwa metode bermain
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon pada Kelompok Eksperimen
peran yang dilaksanakan secara efektif
posttest - pretest
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di
Z Asymp. Sig. (2-
SMK Negeri 1 Masohi.
tailed)
Untuk mengetahui efektivitas metode bermain
peran
kedisiplinan
untuk
siswa,
meningkatkan
maka
dilakukan
post-test
dengan Wilcoxon.
kelompok
menggunakan
a) Berdasarkan peringkat negatif. b) Uji
Uji
Wilcoxon
Uji
digunakan
karena variabel data yang ada dalam penelitian
ini
merupakan
data
non
parametrik, selain itu Uji Wilcoxon juga tidak menerapkan syarat-syarat tentang parameter-parameter populasi penelitian.
Berdasarkan
distribusi normal dapat dilakukan jika n ≤ 15 dengan menggunakan uji statistik (Irawan, 2010). Untuk mencari besarnya harga W adalah dengan mengambil harga yang terkecil dari W+ dan W-. Kriteria
menunjukkan
hasil
perhitungan
diperoleh Asymp. Sig. = 0.001. Oleh karena nilai Asymp. Sig. = 0.001 < α = 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya,
terdapat
perbedaan
skor
kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran. PENUTUP
Menurut Furqon pedekatan statistik Wilcoxon W+ (W) dengan menggunakan
Wilcoxon
peringkat tes.
eksperimen rumus
.001
Keterangan
perhitungan uji komparasi antara pre-test dan
-2.406a
Kesimpulan hasil penelitian untuk menguji keefektifan metode bermain peran untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 1 Masohi di paparkan sebagai berikut (1) tingkat kedisiplinan siswa dari 100 terdapat 26 mahasiswa (26%) berada pada kategori tinggi, 65 mahasiwa ( 65 %) berada pada
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
8
kategori sedang dan 9 mahasiwa (9 %) kategori rendah; (2) Ada perbedaan yang signifikan tingkat kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mengikuti sesi metode bermain peran. Peneliti meromendasikan beberapa saran (1) pihak
kepala sekolah, agar
menyediakan peraturan yang tepat untuk meningkatkan
kedisiplinan
siswa
Irawan, Edy. 2010. Efektivitas Teknik Bimbingan Kelompok Untuk Menigkatkan Konsep Diri Remaja (Studi Pre-Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Yapema Gadingrejo Lampung). (Tesis). Bandung:UPI. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasisi Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi). Bandung: Remaja Rosda Karya.
di
sekolah sehingga proses belajar mengajar
Sarlito,
bisa berjalan dengan baik dan lancar; (2) siswa
harus
kedisiplinan
menanankan
yang
tinggi
agar
sikap bisa
mencapai cita – citanya; (3) keterbatasan
Wirawan Sarwono. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2006, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta.
proses dan hasil peneilitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti
Tapa,
Harjanta. 2009. Upaya Optimalisasi Disiplin Melalui Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 2 Purwodadi Pada Semester Genap. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Tulus.
2004. Peran Displin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
dalam mengelolah kegiatan peneliti. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya di rekomendasikan
untuk:
mengadakan
penelitian mengenai metode bermain peran dan kedisiplinan siswa secara lebih mendalam
melalui
penedekatan
dan
teknik lain, seperti action research dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Bruce, Joyce et al. 2009. Model of Teaching.(Model-Model Pengajaran).Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Widodo, Bernadus. 2010. Keefektifan Konseling Kelompok Realita Mengatasi Persoalan Perilaku Disiplin Siswa Di Sekolah (Online). (http://portal.widyamandala.ac.id/ jurnal/index.php/) Diakses tanggal 10 April 2016. Winataputra, Udin. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru SD setara DII.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016