JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 5 NO. 2, AGUSTUS 2010: 264 - 276
EFEKTIVITAS KONSELING BAGI ORANG TUA BEKERJA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PEMBIMBINGAN BELAJAR KEPADA ANAK Putri Saraswati1 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia Abstract The purpose of this research is to explain the effectiveness of counseling for working parent to improve the quality of child's learning guidance. The research is conducted for M by reason of her demanding working schedule. Moreover, M holds the responsibility for guiding her child in studying. M tends to show aggressive behavior (threaten, frighten, snarl) when guiding her child’s studying. The intervention which is chosen is counseling aiming for giving insight to M in terms of her and her child’s condition, as well as providing correction for her misbehavior, when conducting guidance in her child’s studying. Thus it is expected to be able to change M’s attitude and behavior for the quality improvement of study guidance. The design of research is case study with single case. Based on the research, it is explained that the subject is aware of her and her child’s condition when conducting the guidance and realizes that her attitude and behavior in conducting the guidance is not appropriate. However, the subject does not have a will to change her aggression properly. Keyword: Working Parent, Counseling, Guidance
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi:
[email protected]
264
SARASWATI
Orang tua memiliki andil yang besar
tua tidak mengetahui kemampuan anaknya,
dalam kehidupan anak, dimulai semenjak
tidak memenuhi kebutuhan anaknya baik fisik
anak berada dalam kandungan, hingga anak
maupun psikologis, tidak memperhatikan
tumbuh menjadi orang dewasa. Salah satu
kesesuaian antara harapan orang tua dengan
peran orang tua adalah sebagai pembimbing
kemampuan anak, dan tidak mengindahkan
anaknya. Dalam hal ini, definisi bimbingan
komunikasi verbal serta nonverbal dengan
(guidance) dianggap sebagai konsep yang
anak.
lebih luas, yang menggabungkan semua
pengetahuan, harapan, sikap dan perilaku
tindakan orang dewasa atau semua perkataan
orang tua berpengaruh terhadap efektivitas
orang dewasa untuk mempengaruhi perilaku
bimbingan.
Pendek
kata,
pengaturan
waktu,
anak (Hearron & Hildebrand dalam Henniger,
Sikap orang tua dalam membimbing
2009). Bimbingan tersebut dapat diwujudkan,
belajar anak turut memberikan andil dalam
misalnya, melalui tindakan dan ucapan orang
proses pembelajaran anak. Bimbingan belajar
tua agar anak dapat berperilaku sesuai dengan
yang efektif membutuhkan situasi yang
keinginan
Dengan
membuat anak merasa aman, nyaman dan
demikian, apabila orang tua melakukan dan
dicintai (Henniger, 2009). Orang tua yang
mengatakan hal-hal yang dapat mendukung
bersikap
proses belajar anak maka dapat dikatakan
memaksa anak untuk belajar, menuntut
bahwa
harapan yang tinggi akan keberhasilan anak,
orang
tua
orang
tersebut.
tua
tersebut
sedang
dan
berperilaku
terlalu
keras,
dapat menyebabkan anak menjadi merasa
membimbing anaknya untuk belajar. memenuhi
tidak nyaman. Sebaliknya, cara orang tua
efektif,
mendidik dan mendampingi anak dengan
diantaranya adalah mengetahui perkembangan
hangat, pengertian, dan kasih sayang dapat
anak, menemukan kebutuhan anak, dan
berpengaruh positif terhadap diri anak baik
memperhatikan
secara
Bimbingan beberapa
seharusnya
elemen
agar
harapan
lebih
yang
sesuai
psikologis
maupun
akademik.
(2009),
Bronfenbrenner (Papalia, 2007) menyatakan
menambahkan bahwa bimbingan yang efektif
bahwa pengaruh lingkungan keluarga yaitu
juga membutuhkan perencanaan waktu yang
aktivitas, peran dan hubungan dengan orang
tepat agar dapat menyesuaikan kemampuan
tua dapat berpengaruh terhadap prestasi
dan minat anak, komunikasi verbal dan non-
akademik
verbal yang baik seperti bagaimana cara
penelitian
menyampaikan
jelas,
menunjukkan bahwa kehangatan orang tua
senyuman, gesture dan body language orang
berhubungan dengan regulasi diri dan prestasi
tua. Hal tersebut berarti bimbingan yang
akademik anak. Dengan demikian, kondisi
efektif tidak akan bisa terlaksana, jika orang
lingkungan khususnya lingkungan belajar
(Morrison,
265
2009).
pesan
Henniger
dengan
anak.
Hal
Moilanen
ini
terbukti (2005)
dari yang
JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
yang tercipta dari sikap dan perilaku orang tua
ditandai dengan (1) pekerjaan sekolah yang
dalam membimbing dapat mempengaruhi
sering tidak selesai jika tidak diingatkan, (2)
kualitas pembelajaran anak.
menghindari
Perilaku yang dimunculkan orang tua dalam
membimbing,
mendampingi
dan
mengajari anak saat belajar dipengaruhi oleh kondisi
fisik
orang
tua.
sekolah,
(3)
mudah
terganggu dengan stimulus eksternal, (4) kehilangan barang-barang miliknya dan tidak terorganisir.
banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah
tugas
Kesulitan konsentrasi yang dialami B diperkuat
dengan
kondisi
lingkungan
Bronfenbrenner (Santrock, 2002) dalam teori
belajarnya di rumah yang tidak kondusif
ekologinya,
menyatakan
lingkungan
selain
bahwa
faktor
karena sikap dan perilaku orang tuanya yang
mikrosistem
yang
tidak mendukung. Kedua orang tua B adalah
mempengaruhi individu, salah satunya adalah
orang tua yang memiliki jam bekerja yang
eksosistem,
yaitu
ketika
pengalaman-
cukup padat. Ayah B bekerja sebagai satpam
pengalaman
dalam
setting
sosial
lain
perusahaan dan M (ibu dari B) adalah kasir di
mempengaruhi apa yang dialami individu
sebuah mall besar di Jakarta dengan waktu
dalam konteks yang dekat. Dalam hal ini,
kerja 8 jam per hari. M biasanya membimbing
orang tua yang lelah akibat bekerja membuat
B belajar pada malam hari antara pukul 7
mereka
hingga 11 malam, bahkan hingga dini hari
menjadi
lebih
mudah
untuk
mengekspresikan rasa lelahnya dengan cara
(melewati
yang kurang tepat ketika anak berperilaku
menyerahkan tanggung jawab membimbing B
tidak sesuai dengan keinginan orang tua.
belajar kepada istrinya. M biasanya mengajari
Sebagai akibatnya, orang tua akan membuat
B
lingkungan belajar menjadi kurang kondusif
mendampingi
dan bimbingan belajar menjadi kurang efektif.
memarahi, mengancam dan menakut-nakuti
Hal yang sama terjadi pada kasus B
apabila B kehilangan konsentrasi. Sebelum
yang ditangani oleh peneliti. Pemeriksaan
dan selama M mendampingi belajar, B tidak
psikologis dilakukan pada tanggal 10 – 19
diijinkan
Agustus 2009, atas dasar permintaan dari guru
menyelesaikan tugas sekolahnya atau sebelum
B dan orang tua B yang ingin menyelesaikan
ia benar-benar lapar. M juga memiliki
permasalahan yang dialami B dalam belajar.
harapan agar prestasi B setara dengan
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa
sepupunya yang mendapatkan ranking di
secara umum B memiliki kemampuan yang
kelas. Selain itu, M sering membanding-
kurang baik dalam inteligensi maupun potensi
bandingkan kemampuan akademik B dengan
yang
juga
adik kandung B. Perilaku-perilaku M saat
yang
mendampingi belajar B ini terjadi karena M
dimilikinya.
mengalami
Selain
kesulitan
JURNAL PSIKOLOGI
itu,
B
konsentrasi
setelah
pukul
pulang B
makan
12
malam).
dari
Ayah
bekerja.
belajar,
malam
M
B
Dalam
cenderung
sebelum
ia
266
SARASWATI
belum memahami kondisi dan kemampuan B
membimbing belajar. Dengan pengetahuan
yang
dan pemahaman ini, M diharapkan dapat
sesungguhnya.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan psikologik terdahulu, orang tua
mengubah
B telah disarankan untuk tidak menggunakan
menciptakan suasana lingkungan belajar yang
cara yang keras dalam membimbing B seperti
kondusif bagi B. Konseling orang tua ini
mengancam,
dan
dianggap sesuai untuk diterapkan mengingat
sebagainya. Namun demikian, hingga saat ini
masalah yang dihadapi tidak sepenuhnya
M masih memarahi dan mengancam ketika
adalah masalah anak, tetapi juga orang tua
membimbing B belajar.
memiliki
memukul,
mencubit,
Dilihat dari uraian mengenai kasus B
sikap
dan
masalah
tersampaikan
pada
perilaku
dan anak
sehingga
hal
tersebut
melalui
sikap
dan bagaimana M membimbing B dalam
ketegangan, emosi yang tidak konsisten,
belajar,
yang
kekerasan, dan sejenisnya (Brammer &
dilakukan oleh M terhadap B tidak bisa
Shostrom, 1982). Selain itu, efek konseling
dikatakan
yang
yang relatif panjang (Lambert & Cattani-
dilakukan pada waktu yang tidak tepat
Thompson dalam Seligman & Reichenberg,
membuat proses belajar B menjadi mubazir.
2010) memberikan harapan bahwa setelah
Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik M yang
program
sudah lelah, dan kurangnya pemahaman M
menciptakan lingkungan belajar yang aman
akan kondisi B baik fisik B yang sudah
dan nyaman secara berkesinambungan. Oleh
mengantuk,
karena itu, pada penelitian ini peneliti ingin
maka
bimbingan
efektif.
belajar
Bimbingan
maupun
M
intelektual
serta
intervensi
selesai,
M
dapat
kesulitan konsentrasi yang dialami oleh B.
melihat
Oleh karena itu, bimbingan yang bertujuan
konseling bagi ibu yang bekerja untuk
untuk membantu anak membentuk perilaku
memperbaiki kualitas bimbingan belajar pada
positif dalam belajar, percaya diri, dan
anak?”
“Bagaimana
efektivitas
program
mampu mengatasi masalah sosial-emosional tidak
dapat
terwujud
akibat
kurangnya
Metode Penelitian yang digunakan dalam tesis
pemahaman M akan kondisi dirinya dan diri
ini adalah studi kasus. Menurut Yin (2006)
B. Dengan
mempertimbangkan
studi kasus adalah metode penelitian yang
keefektifan bimbingan belajar, maka peneliti
lebih
berencana memberikan program intervensi
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan
berupa konseling bagi M agar M dapat
“bagaimana”
memahami dan menyadari kondisi B dan
menambahkan bahwa studi kasus sesuai jika
kondisinya
bagaimana
peneliti memiliki fokus penelitian pada
seharusnya bersikap dan berperilaku, saat
fenomena kontemporer (masa kini) dalam
267
sehingga
tahu
tepat
digunakan atau
untuk
“mengapa”.
menjawab Ia
juga
JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
kehidupan nyata. Studi kasus pada penelitian
dalam satu sesinya berlangsung selama 60
ini, studi kasus yang dilakukan adalah studi
hingga 90 menit. Hal ini didasarkan pada
kasus
pertimbangan
tunggal,
dimana
peneliti
hanya
lamanya
satu
sesi
dalam
memiliki satu subyek penelitian dengan kasus
mengajari materi manajemen waktu bagi
yang unik. Hal ini diperkuat oleh pendapat
individu yaitu antara 60 menit hingga 165
Yin (2006), bahwa alasan pemilihan studi
menit (Downs, 2008) dan lamanya waktu
kasus
tersebut
konseling dengan masalah yang berhubungan
menyajikan suatu kasus yang ekstrem atau
dengan keluarga lebih panjang dari 45-50
unik.
menit (Seligman, 2004).
Subjek penelitian
Pengolahan Data, Analisis Data dan Penulisan
tunggal
Sesuai
karena
dengan
kasus
latar
belakang
Laporan
permasalahan yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
karakteristik
subyek
Proses ini dilakukan setelah program
dalam
konseling berakhir.
penelitian ini (M), sebagai berikut: (1)
Pengumpulan Data
Berusia 43 tahun (2) Bekerja di tempat
Alat ukur yang digunakan dalam
kerjanya dalam waktu 8 jam perhari. (3)
penelitian ini adalah checklist manajemen
Memiliki tanggung jawab dalam perawatan
waktu, checklist bimbingan efektif, observasi
keluarga,
mencuci,
dan wawancara. Checklist dan wawancara ini
membersihkan rumah, mengurus keperluan
ditujukan kepada subyek penelitian. Checklist
anak dan suami. (4) Memiliki suami yang
manajemen
menyerahkan tanggung jawab membimbing
Developing Management Skills (Whetten &
belajar anak kepadanya. (5) Memiliki anak
Cameron, 2007) karena dari checklist tersebut
dengan potensi dan kemampuan intelektual
telah
kurang,
kesulitan
manajemen waktu. Untuk checklist bimbingan
konsentrasi. (6) Pendidikan terakhir SPG
efektif diperoleh dari indikator bimbingan
(Sekolah Pendidikan Guru).
efektif yang berasal dari teori bimbingan
Pelaksanaan
efektif. Kedua checklist ini terdiri dari lima
yaitu
serta
memasak,
mengalami
waktu
mewakili
diperoleh
seluruh
dari
buku
indikator
dari
Intervensi yang dilakukan pada kasus
pilihan jawaban, yaitu tidak pernah, jarang,
M dalam penelitian ini adalah konseling
kadang-kadang, sering dan selalu. Sementara
kepada M. Konseling ini akan dilaksanakan di
itu,
tempat yang nyaman dan mudah dijangkau M.
perilaku ibu saat membimbing B belajar.
Sesi konseling pada penelitian ini sebanyak
Observasi
ini
11 kali sebab menurut Seligman (2004)
bimbingan
belajar
konseling
berlangsung
wawancara adalah langkah lanjutan dari
sebanyak 8 hingga 20 sesi. Sementara itu,
checklist yang telah diberikan kepada subyek
jangka
JURNAL PSIKOLOGI
pendek
observasi
dilakukan
untuk
berdasarkan efektif.
melihat indikator
Selanjutnya,
268
SARASWATI
penelitian. Kriteria Keberhasilan
Model
yang sesuai dengan perilaku
dengan
Indikator keberhasilan penelitian ini
cara
mendemostrasikan
menunjukkan, apa
yang
harus
adalah ketika M, melakukan hal-hal sebagai
dilakukan
berikut:
ditirukan anak terakhir orang tua kembali
Setalah
konseling
M
dapat
melakukan
Melakukan komunikasi non-verbal yaitu
bagaimana,
kemudian
melakukan evaluasi serta mengulangi
bimbingan belajar secara efektif, antara lain :
dan
kembali jika diperlukan.
Mendukung perilaku prososial dengan
menatap mata dan melihat wajah anak
cara memberikan contoh, kesempatan
dengan hangat, tersenyum, menggunakan
bagaimana cara berbagi, merawat dan
nada suara yang rendah saat belajar
mendampingi
Melakukan komunikasi verbal melalui
memberikan
mendengarkan keluhan dan pendapat anak
menyenangkan
tanpa mengomentari, mengatakan apa
melakukannya.
orang
lain
serta
umpan
balik
yang
ketika
anak
behasil
yang harus dilakukan anak ketika belajar.
dapat
menceritakan
kelebihan
dan
dan
menjelaskan
kekurangan
anak
tema yang ditampilkan oleh M, antara lain: 1. Menyadari Kondisi B
Memperhatikan kebutuhan anak (B) saat
2. Menyadari Kondisinya Saat Membimbing
terpenuhi, lingkungan belajar (setting)
Belajar B 3. Menyadari Sikap dan Perilakunya Yang
yang tidak mendukung seperti cahaya
Kurang Tepat
yang kurang baik, lingkungan yang bising
Belajar
Saat Membimbing
dan polusi udara serta kondisi fisik yang
4. Manajeman Waktu M
lelah. Tidak belajar dalam keadaan anak
5. Penerimaan M Terhadap Kondisi B
merasa takut. Memberikan cinta dan kasih
6. Keyakinan
sayang kepada anak melalui pelukan, ciuman, pujian. Membantu anak merasa mampu, bertanggung jawab dan berharga. Memberikan harapan yang sesuai dengan anak (B) yaitu meminta anak melalukan kegiatan
269
Pada saat proses konseling terdapat beberapa
khususnya dalam hal akademik belajar. Seperti kebutuhan akan gizi tidak
Hasil dan Pembahasan
Mengetahui perkembangan anak yaitu
belajar
sesuai
dengan
M
Mengenai
B
Cara
Membimbing Belajar 7. Respon B terhadap perilaku M ketika membimbing belajar 8. Sikap Ayah B Saat Membimbing B Belajar 9. Kecemasan M Terhadap B
kemampuan anak dan tidak memaksa bila
10. Kesiapan M Jika B tidak Naik Kelas
anak tidak mampu melakukannya.
11. Hubungan M dengan Ayah B JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
12. Status Sosial Ekonomi
dalam hal akademik. Hal ini didukung oleh
13. Komitmen M dalam Konseling
pendapat Crawford dan Unger (2004), bahwa
14. Pembelaan Diri M
ibu yang bekerja memiliki masalah dalam
Program intervensi konseling yang
peran yang berdampak secara psikologis.
dilaksanakan terhadap M ini, tidak berhasil
Peran yang bertentangan dalam pekerjaan dan
untuk mengubah ranah afeksi dan psikomotor
keluarga memunculkan ketidakpuasan dalam
M dalam membimbing belajar B. Sebagai
menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sedikit gambaran mengenai sikap dan perilaku
sehingga
M dalam membimbing belajar B yaitu M
bersalah, kecemasan dan depresi. Ditambah
membimbing B belajar dengan menggunakan
dengan pernyataan Phoenix, Woollett, Lloyd
kemarahan ketika B tidak berhasil melakukan
(1991), bahwa ibu yang bekerja dan memiliki
apa yang seharusnya bisa dilakukannya,
anak memiliki tanggung jawab ganda dan rasa
menurut pandangan M. Misalnya ketika B
bersalah serta kesulitan dalam menyesuaikan
tidak berhasil menjawab soal yang diajukan
dengan
oleh M, setelah beberapa kali ditanyakan, atau
mereka. Hal ini lah yang membuat M menjadi
ketika B tidak bisa menggambar sudut. M
sulit untuk mengubah seluruh perilakunya
membimbing B dengan kemarahan dalam
dalam membimbing B belajar, karena M
bentuk
dan
merasa memiliki waktu yang sedikit untuk
menakut-nakuti B. Sebagai contoh, ketika B
melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari baik
tidak selesai menulis karena perhatiannya
di tempat kerja maupun di rumah. Selain itu,
teralih
M merasa semakin memiliki beban baru yaitu
mengancam,
dan
M
telah
menggertak
mengingatkannya
menyebabkan
tuntutan yang
munculnya
dibebankan
rasa
pada
beberapa kali, M akan mengancam memotong
untuk
satu
membimbing B ketika masalahnya belum
jari
tangan
B.
Ketidakberhasilan
konseling ini disebabkan karena masalah yang dialami oleh M adalah tekanan dirasakan
mengubah
perilakunya
dalam
terselesaikan. Alasan
ketidakberhasilan
lain
dalam membagi waktu untuk menjalankan
konseling ini dalam mengubah sikap dan
perannya sebagai seorang ibu dan seorang
perilaku M dalam membimbing belajar B
wanita yang bekerja. M harus menyelesaikan
disebabkan karena M memiliki keyakinan
tugas-tugasnya baik di rumah maupun di
dalam dirinya bahwa hanya dengan cara kasar
tempat kerja. Hal ini membuatnya menjadi
yaitu dengan amarah dan agresi, B baru bisa
tertekan. Ditambah lagi suaminya tidak
menyelesaikan
membantunya meringankan tugas-tugasnya di
Selain itu, M juga meyakini bahwa anak
rumah baik dalam pekerjaan domestik rumah
menjadi pandai karena orang tua yang keras
tangga maupun dalam membimbing belajar
dan agresif dalam membimbing anak-anaknya
anak, serta B yang mengalami kesulitan
belajar. Keyakinan lain M yang membuat
JURNAL PSIKOLOGI
tugas-tugas
akademiknya.
270
SARASWATI
konseling ini menjadi tidak berhasil dalam
dengan keyakinannya yang lain. Selanjutnya,
mengubah perilaku M dalam membimbing
temperamen M yang keras tidak bisa dengan
belajar B adalah ibu yakin bahwa rata-rata
mudah diubah dalam waktu yang singkat.
orang tua akan melakukan hal yang sama
Temperamen M yang mudah meluapkan
seperti yang dirinya lakukan kepada B ketika
emosi ini, ketika membimbing B belajar,
membimbing belajar, yaitu dengan kasar dan
semakin mudah diekspresikan karena kondisi
agresif.
M yang lelah akibat bekerja. Hal ini terkait Ketidakberhasilan konseling ini selain
dengan waktu belajar yang kurang tepat. M
karena keyakinan yang dimiliki M, juga
membimbing B belajar dalam waktu yang
karena temperamen yang dimiliki oleh M. M
lama, dengan bertimbangan konsentrasi B
merasakan
yang mudah teralih. Sementara itu, M bekerja
bahwa
dirinya
sulit
untuk
shift,
yang
membuatnya
mengubah perilakunya dalam membimbing B
dengan
tersebut karena ada perasaan ingin marah.
memutuskan untuk membimbing B belajar
Perasaan ingin marah ini akan muncul
pada malam hari hingga larut malam sepulang
meskipun
untuk
dirinya bekerja. M tidak memiliki banyak
dengan
waktu pada pagi atau siang hari untuk
mengingatkan perilaku B yang menurutnya
membimbing belajar B sebanyak waktunya
tidak sesuai ketika belajar. Ketidakberhasilan
pada malam hari sepulang bekerja. Hal ini
dalam
dalam
membuktikan bahwa kondisi ekonomi M
membimbing belajar karena alasan keyakinan
mempengaruhi dalam keberhasilan konseling.
dan
M
sudah
mengendalikan
berusaha
emosinya
mengubah
perilaku
M
sistem
M
ini
Menurut Seligman & Reichenberg (2010),
Seligman
&
keberhasilan konseling oleh tingkatan status
Reichenberg (2010) mengenai ketahanan diri
sosial ekonomi yang dimiliki oleh klien. Oleh
klien dalam konseling. Ia mengatakan bahwa
karena itu, kebiasaan M dalam membimbing
klien yang dapat mendukung keberhasilan
belajar B pada waktu malam, akan terus
konseling adalah klien yang memiliki tingkat
berlangsung. Dengan kata lain, M tetap akan
ketahanan diri yang rendah. Sementara itu,
mengekspresikan perilaku agresinya selama
dalam kasus ini, M memiliki ketahan diri
membimbing B belajar.
temperamen
didukung
oleh
yang
dimiliki
pernyataan
yang tinggi, keyakinan yang kuat akan
Kendala yang juga dialami pada
perilakunya. M menyadari dampak dari
pelaksanaan konseling adalah konseling ini
perilakunya yang agresif dalam membimbing
berlangsung di rumah M. M menolak untuk
B belajar namun M tidak mengindahkan
melakukan konseling di sekolah B, dengan
dampak tersebut dengan alasan hanya cara itu
alasan tidak nyaman. Situasi, suasana dan
lah yang paling efektif untuk membuat B
tatanan tempat konseling inilah yang juga
menyelesaikan
memungkin konseling mengalami kegagalan.
271
tugasnya
dan
diperkuat
JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
Menurut Gladding (2000), konseling dapat
tingkat stres yang lebih banyak dibandingkan
terjadi dimana saja, tetapi tatanan fisik yang
suaminya. Istri memiliki tanggung jawab
nyaman, dapat meningkatkan proses menjadi
terhadap
lebih baik. Ia juga menambahkan bahwa
merawat keluarga. Selanjutnya, Santrock
karakteristik
ruangan
(2002) menyatakan bahwa ibu yang bekerja
konseling yang jauh dari gangguan dapat
dituntut untuk memiliki waktu dan tenaga
meningkatkan keberhasilan konseling. Pada
yang
konseling yang dilakukan kepada M ini,
perannya sebagai orang yang bekerja dan
meskipun berada di tempat yang nyaman
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
yaitu di rumah, namun tempat konseling ini
anak dan suami serta keperluan rumah tangga
tidak memiliki tatanan ruangan konseling
lainnya.
ruangan,
tatanan
pekerjaan
lebih
besar
Menurut
yang layak dengan pencahayaan, furnitur
rumah
untuk
Brammer,
tangga
serta
melaksanakan
Abrego
&
terpenting
Shostrom, 1993 (dalam Lesmana, 2005),
tempatkonseling ini mudah memunculkan
menyatakan bahwa keterbukaan dan kejujuran
gangguan baik gangguan dari suara maupun
yang merupakan langkah awal dari proses
gangguan
M.
konseling juga dibutuhkan untuk membangun
Ketidakberhasilan proses konseling ini karena
hubungan yang positif. Ketidakberhasilan
selama
melakukan
konseling ini juga bisa disebabkan karena
aktivitas lain seperti memasak, menyalin
kurang terbukanya M saat sesi awal konseling
catatan.
karena
dimana
peneliti
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh M. Ibu
tentang
proses
M memiliki banyak tanggung jawab dan tugas
persetujuannya atas komitmen konseling. M
baik sebagai ibu rumah tangga maupun
baru menyatakan pendapatnya pada beberapa
sebagai seorang pekerja. Selain karena tempat
pertemuan akhir konseling, agar konseling
konseling yang tidak kondusif, waktu yang
dilaksanakan bersama suaminya dan khawatir
terbatas, konseling ini tidak berhasil karena,
jika kegiatannya pada pagi hari terganggu.
pemilihan waktu yang kurang tepat. Pada saat
Selain itu, M juga tidak melaksanakan
melakukan konseling ini meskipun M, sedang
komitmen yang telah disetujui sebelumnya
bekerja pada shift siang namun kondisi M
dengan
tampaknya cukup tegang menjelang ulangan
diberikan oleh peneliti. Kurangnya komitmen
akhir semester yang akan dihadapi oleh anak-
M dalam menjalankan tugas-tugas konseling
anaknya. Hal ini menambahkan beban dan
juga disebabkan karena masalah waktu yang
tanggung jawab M sebagai seorang ibu yang
dimiliki oleh M yang terbatas dan harus
bekerja. Brooks (2008) menyatakan bahwa
membaginya antara tugas pekerjaan dan
ibu yang bekerja memiliki masalah dan
tugasnya sebagai seorang ibu di rumah,
yang
baik,
dari
proses Hal
JURNAL PSIKOLOGI
dan
yang
pekerjaan konseling ini
harian M
disebabkan
tidak
memberikan konseling
mengerjakan
gambaran
dan
meminta
tugas
yang
272
SARASWATI
sehingga tugas dalam konseling pun menjadi
(komunikasi non-verbal) yang positif yang
urutan yang kesekian.
membuat anak merasa aman, nyaman serta
Penyebab
lain
ketidakberhasilan
dicintai. Strategi lain yang dibutuhkan dalam
konseling dalam mengubah sikap dan perilaku
bimbingan efektif, menurutnya adalah dengan
M dalam membimbing B adalah M yang
menggunakan komunikasi verbal yang efektif
belum bisa menerima kondisi B secara afeksi
yaitu mendengarkan secara aktif. Pada kasus
dan psikomotor. M masih meyakini bahwa B
ini, M lebih banyak memberikan komentar
bisa berubah menjadi lebih baik dalam hal
terhadap perilaku dan keinginan B ketika
akademik, meskipun M mengetahui bahwa
membimbing
kemampuan B dalam hal akademik tergolong
menambahkan untuk melakukan bimbingan
kurang. M masih menuntut B dengan harapan
kepada anak secara efektif, dibutuhkan juga
yang tinggi, yang tidak sesuai dengan
pemenuhan
kemampuannya. Secara kognitif M memang
memperhatikan
sudah mengetahui kemampuan B dan kondisi
kepada anak. Dalam hal ini, M masih belum
B, namun M masih sulit dan cenderung
konsisten
menolak apa yang diketahuinya tentang
melalui komunikasi verbal dan non verbalnya.
kondisi dan kemampuan B sehingga M
M masih menggunakan nada suara yang
menjadi sulit untuk menerima kondisi dan
tinggi dan memberikan komentar kepada B.
kemampuan B dalam hal akademik.
M
juga
belajar.
Morrison
kebutuhan
anak,
harapan
dalam
(2009),
yang
diberikan
menyampaikan
cenderung
kurang
dan
pesan
memenuhi
Beberapa penjelasan diatas tentang
kebutuhan B baik kebutuhan fisik seperti rasa
ketidakberhasilan konseling ini, bimbingan
lapar, rasa lelah maupun kebutuhan untuk
belajar
terwujud.
memperoleh rasa aman, nyaman dan kasih
efektif
sayang. Hal ini tidak diperoleh B karena
membutuhkan pengaturan waktu yang tepat
perilaku agresi M saat membimbingnya
untuk belajar. Selain itu bimbingan efektif
belajar dan rasa tidak puas yang dimiliki M
juga membutuhkan suasana yang nyaman,
terhadap hasil belajar B. Ditambah lagi
aman dan menyenangkan yang berasal dari
dengan harapan M yang tidak sesuai dengan
lingkungan dan orang tua. Hal ini didukung
kemampuan yang dimiliki B.
efektif,
tidak
Sesungguhnya,
dapat
bimbingan
oleh pernyataan Hearron dan Hildebran
Berbagai hal yang telah diuraikan di
(dalam Henniger, 2009), mengenai strategi
atas adalah mengenai alasan dan penyebab
bimbingan
adalah
ketidakberhasilan konseling, namun peneliti
perencanaan jadwal harian yang cermat, yang
melihat ada satu hal yang berubah dari
mempertemukan minat dan kemampuan anak.
perilaku M saat membimbing B belajar. M
Selain itu, strategi dalam bimbingan efektif
terlihat
adalah
dengan adiknya (W). Keberhasilan konseling
273
efektif,
diantaranya
pembimbingan
secara
fisik
sudah
tidak
membandingkan
B
JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
untuk mengubah perilaku M ini tampaknya
mengikuti perilaku M ini.
disebabkan
Kesimpulan
karena
M
memiliki
tingkat
pertahan diri yang rendah (level defensive).
Berdasarkan tujuan program intervensi
Selain itu, suasana konseling pada awal
serta
konseling hingga
konseling ini, maka dapat disimpulkan bahwa
pembicaraan mengenai
hasil
yang diperoleh
dampak dari membandingkan kemampuan B
konseling ini efektif dalam:
dan W, terbilang kondusif. Saat itu, konseling
1
berjalan dengan situasi yang tenang dan tidak ada gangguan. M tidak melakukan kegiatan
M
akan
2
membimbing B belajar. 3
Menyadarkan
M
bahwa
perilakunya
membimbing belajar serta menyadari bahwa
belajar kurang tepat.
agresi
M
ketika
sikap
dan
membimbing
B
mengancam,
Semua keberhasilan itu mengubah M
menakut-nakuti, menggertak dan sebagainya,
secara kognitif saja sedangkan secara afeksi
berdampak buruk bagi perkembangan B.
dan psikomotor, konseling dianggap kurang
Beberapa keberhasilan ini terjadi karena, pada
atau tidak efektif dalam mengubah seluruh
saat itu M memiliki keterbukaan dalam
sikap dan perilaku M dalam membimbing
menerima informasi.
belajar. Hal ini karena M merasa dengan cara
Berdasarkan
seperti
dan
Menyadarkan M akan kondisinya ketika
M menyadari kondisinya dan kondisi B saat perilaku
kondisi
kemampuan B dalam hal akademik.
lain selain konseling. Selain keberhasilan ini, keberhasilan lain dalam konseling ini adalah
Menyadarkan
dari proses
atas
agresi (mengancam, menggertak, menakut-
mengenai ketidakberhasilan dan keberhasilan
nakuti), B dapat menyelesaikan tugas-tugas
konseling dan penyebabnya, peneliti ingin
sekolahnya. Ranah afektif yaitu sikap M
menyampaikan hasil lain yang diperoleh
terhadap menerimaan kondisi dan keadaan B
selama melakukan penelitian. Berdasarkan
sempat berubah namun M kembali tidak dapat
penelitian yang telah dilakukan peneliti
menerima. Adapun, pada ranah psikomotor,
terhadap M, peneliti melihat M memiliki
sebagian perilaku M dalam membimbing
hubungan
dengan
belajar yang berubah setelah konseling adalah
suaminya, hal ini terlihat dari komunikasi
tidak membandingkan B dengan W ketika
yang kurang dan M juga kurang menghargai
membimbing belajar.
yang
penjabaran
kurang
baik
di
suaminya. M terlihat kurang menghargai suaminya dalam hal finansial dan usaha
Saran Berdasarkan
suaminya dalam membimbing anak-anaknya
hasil
pelaksanaan
belajar. Selanjutnya, W yang selalu belajar
program konseling ini, terdapat beberapa
bersama dengan B, melihat perilaku M
saran
membandingkannya dengan B, membuat W
membantu M maupun program konseling
JURNAL PSIKOLOGI
yang
dapat
dilaksanakan
untuk
274
SARASWATI
yang sejenis ini.
M yang kurang tepat mengenai B dan cara
Untuk Penelitian Sejenis
membimbing B dalam belajar.
Agar program konseling sejenis ini dapat berjalan efektif pada kesempatan yang
Kepustakaan
lain, maka terdapat beberapa saran yang dapat
Adair, J and Allen, M. (2003). The Concise Time Management And Personal Development . London: Thorogood Publishing, Ltdo
dilaksanakan, seperti:
Menemukan dan menggali masalah yang benar-benar
dihadapi
oleh
konselee
sehingga dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi keberhasilan konseling
Memilih waktu dan tempat konseling yang
tepat
menceritakan
sehingga dan
konselee
dapat
mengekspresikan
seluruh masalah yang dihadapinya
Memberikan jeda waktu yang cukup antar sesi, agar apa yang diajarkan dapat ditelaah dengan baik oleh konselee.
Untuk Subyek Penelitian Agar
M
dapat
mengoptimalkan
maka M dapat menjalankan beberapa saran berikut ini: Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan suaminya, agar dapat saling mengerti dan memahami kondisi masingmasing dan mengkomunikasikan masalah, keinginan dan harapan masing-masing.
Menyediakan waktu untuk datang kepada psikolog dan melakukan terapi keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah M dalam pembagian waktu dan tanggung jawab dalam pekerjaan dan keluarga
Menyediakan waktu untuk datang kepada psikolog dan melakukan terapi keluarga untuk mengubah keyakinan dan perasaan
275
th
4 Ed. USA: Prentice-Hall Brooks, Jane. (2008). The Process of Parenting. New York: McGraw-Hill Crawford, M & Unger, R. (2004). Women and th
Gender A Feminist Psychology 4 Ed. New York: McGraw-Hill Downs, L, J. (2008). Time Management Training. USA: ASTD Press \ Forsyth,
kualitas bimbingan belajarnya terhadap B,
Brammer, L.M & Shostrom, L.E. (1982). Therapeutic Psychology Fundamental of Counseling and Psychotherapy
P.
Management 2 Page Gladding,
Successful
(2007).
S.T.
nd
Time
Ed. London: Kogan
(2000).
Counseling
Comprehensieve Profession 4 New
th
A Ed.
Jersey: Prentice-Hall Gunarsa, S.D. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Henniger, M.L. (2009). Teaching Young Children An Introduction. New Jersey: Pearson Jones, L., Loftus, P.(2009). Time Well Spent Getting Things Done Through efeective Time Management. London: Kogan Page Lesmana, J. M. (2005). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI-Press Moilanen, K. L. regulation
"Parenting and selfin adolescence: JURNAL PSIKOLOGI
EFEKTIVITAS KONSELING PADA WANITA DENGAN PERAN GANDA
Associations with adolescent behavior" (January 1, 2005). ETD collection for University of Nebraska Lincoln. Paper AAI3176795. http://digitalcommons.unl.edu/disserta tions/AAI3176795 Morrison, G.S. (2009). Early Childhood th
Education Today 11 Ed. New Jersey: Pearson Papalia, D.E., Olds, S. W., Feldman, R. D. th
(2007). Human Development 10 Ed. New York: The McGraw Hill Companies, Inc. Phoenix, A., Woollett, A & Lloyd, E. (1991). Motherhood Meanings, Practices, and Ideologies. London: SAGE Publications. Santrock, J. W. (2002). Life-Span DevelopmentPerkembangan Masa Hidup Edisi Kelima. Jakarta : PENERBIT ERLANGGA. Seligman,L. (2004). Diagnosis And Treatment rd
Planning In Counseling 3 Ed. USA: Springer Science+Business Media. Reichenberg, L.W. (2010). Theories of Counseling and Psychotherapy rd
system, strategies, and skills 3 Ed. New Jersey: Pearson Whetten, D.A. Cameron,
K.S.
(2007).
th
Management Skills 7 Pearson Prentice Hall.
Developing Ed. India:
Yin, R.K. (2006). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
JURNAL PSIKOLOGI
276