i
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor
Oleh : PARNAMIAN JOHANNES I34060152
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
i
ABSTRACT
PARNAMIAN JOHANNES. EFFECTIVENESS OF COMMUNICATION BETWEEN CASH ASSISTANCE RECIPIENTS AND THE COMPANION OF PROGRAM KELUARGA HARAPAN. Case Balumbang Jaya Sub-Distinct, Bogor. (Supervised by AIDA VITAYALA S. HUBEIS)
The objective of this study is analyzing: 1) characteristics of household cash assistance recipients in Balumbang Jaya sub-distinct, Bogor; 2) relation between the characteristics of cash assistance recipients and communication activities of group meeting in Balumbang Jaya sub-distinct; 3) relation between communication activities and the effectiveness of communication in Balumbang Jaya sub-distinct. The sampel of this research is 45 people. The result of the study indicates that 1) most of them do not have income, have children/grandchild/ nephew amounting to between three to five people. Most of cash assistance recipients adults aged
with an average low income. They have low formal and non formal education. In most cash assistance recipients everyday use sunda language because they are Sundanese from Bogor area. 2) Not all characteristics of cash assistance recipients have significant relationship with communication activities in the form of group meeting. Characteristic of cash assistance recipients that have very significant relationship with communication activities is only variable language of communication and the number of child/grandchild/nephew. 3) Communication activities of group meetings have signficant relationship with knowledge, attitude and behavioral.
Keywords:
effectiveness of communication, communication activities, cash assistance recipients.
ii
RINGKASAN
PARNAMIAN
JOHANNES.
EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI
ANTARA
RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN. Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. (Di bawah bimbingan AIDA VITAYALA S. HUBEIS)
Program Keluarga Harapan (PKH) Kota Bogor merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan rumahtangga sangat miskin (RTSM) di Bogor dengan memberikan insentif berupa uang tunai kepada keluarga miskin yang mempunyai anak usia sekolah SD atau SMP, memiliki Balita atau terdapat ibu yang sedang hamil dalam keluarga tersebut. Pemberian dana kepada RTSM tersebut disertai dengan pendampingan yang bertujuan agar dana yang diterima dapat digunakan sesuai dengan tujuan PKH. Kegiatan pendampingan RTSM dilakukan oleh unit pelaksana program keluarga harapan (UPPKH) dimana pada setiap Kelurahan terdapat petugas PKH yang disebut sebagai pendamping. Kegiatan pendampingan RTSM dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok yang wajib dihadiri oleh seluruh RTSM. Aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH akan disebut efektif bila pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM menjadi lebih baik. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok yaitu karakteristik RTSM penerima bantuan PKH (usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, jumlah tanggungan dan penggunaan bahasa) dan efektivitas komunikasi (sikap, pengetahuan dan tindakan).
iii
Populasi dari penelitian ini adalah RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat yang memiliki kriteria memiliki Balita dan anak usia sekolah SD atau SMP yang berjumlah 80 orang. Populasi yang digunakan tersebut didasari pada pemanfaatan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dari populasi yang ada diambil sampel yang ada di setiap RW dengan jumlah keseluruhan sampel 45 orang (didapat dari perhitungan rumus Slovin). Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan wawancara mendalam. Data dari penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara yang dilakukan saat pengisian kuesioner dan jawaban dari kuesioner tersebut berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang terkait aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan alat uji statistik Chi-Square dan korelasi Spearman. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa mayoritas RTSM penerima dana PKH di Kelurahan Balumbang Jaya adalah ibu rumahtangga yang tidak memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak/keponakan/cucu yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu Bahasa Sunda dikarenakan mereka mayoritas berasal dari daerah Bogor.
iv
Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata/sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi hanya penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. Penggunaan bahasa memiliki hubungan yang sangat nyata dengan aktivitas komunikasi karena bahasa yang digunakan RTSM merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pertanyaan, keluhan dan kritik kepada pendamping. Penggunaan bahasa yang baik akan membuat pendamping mengerti dan memahami permasalahan yang ada pada RTSM tersebut. Jumlah tanggungan juga merupakan variabel yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok karena jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM mengindikasikan seberapa sibuknya RTSM tersebut untuk mengurus anaknya. RTSM yang memiliki anak yang banyak akan cenderung memiliki lebih banyak halangan untuk hadir dalam pertemuan kelompok atau walaupun hadir tetapi tidak terlalu aktif berdiskusi karena menjaga anaknya agar tidak menangis. Sementara itu variabel karakteristik RTSM yang tidak berhubungan dengan aktivitas komunikasi adalah usia, status pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Hasil analisis hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi juga didapat bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok memiliki hubungan nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM. Hubungan nyata antara aktivitas komunikasi dan pengetahuan begitu pula antara aktivitas komunikasi dan sikap tidak dapat dilihat dengan menggunakan
v
alat pengolahan data karena 100 persen RTSM memiliki pengetahuan yang tinggi dan 100 persen RTSM juga memiliki sikap yang positif. Hubungan nyata antara aktivitas komunikasi dengan kedua variabel tersebut didapat dari hasil wawancara mendalam dimana seluruh RTSM menyampaikan bahwa pertemuan kelompok yang diadakan pendamping membuat pengetahuan mereka tentang PKH bertambah. Hal tersebut juga terjadi pada sikap seluruh RTSM yang menjadi positif setelah mendapat pendampingan oleh pendamping PKH. Hubungan yang nyata antara aktivitas komunikasi dan tindakan RTSM menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki keaktifan yang tinggi saat pertemuan kelompok cenderung akan memiliki tindakan yang tinggi sesuai dengan prosedur PKH. Saat RTSM aktif bertanya, menyampaikan keluhan atau kritik berkaitan tentang program PKH dan mereka mendengarkan informasi dari pendamping dengan baik maka mereka akan bertindak lebih sesuai dengan prosedur PKH. Hal tersebut juga dilengkapi saat wawancara mendalam dimana sebagian besar RTSM yang tindakannya tidak sesuai dengan prosedur PKH memang saat pertemuan kelompok RTSM tersebut tidak aktif bertanya dan pada saat pendamping memberi informasi tentang PKH, RTSM tersebut tidak mendengarkan dengan baik.
vi
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Studi kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor
Oleh: PARNAMIAN JOHANNES I34060152
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
vii
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama
: Parnamian Johannes
NRP
: I34060152
Program Studi
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Efektivitas Komunikasi antara Rumahtangga Sangat Miskin Penerima Bantuan Tunai dan Pendamping Program Keluarga Harapan Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis NIP. 19470928 197503 2 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: __________________
viii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN
PENERIMA
PROGRAM
BANTUAN
KELUARGA
TUNAI
HARAPAN
DAN
PENDAMPING
KASUS
KELURAHAN
BALUMBANG JAYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR” BELUM DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT DAN SAYA BERSEDIA MEMBERI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PERNYATAAN INI.
Bogor, Februari 2010
Parnamian Johannes I34060152
ix
RIWAYAT HIDUP
Parnamian Johannes (penulis) lahir di Jakarta, 11 Oktober 1987. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak L.M Nababan (Alm) dan Ibu R. Sipayung. Penulis merupakan keturunan suku Batak. Penulis memiliki riwayat pendidikan masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 05 Pagi Duren Sawit pada tahun 1994-2000, setelah itu penulis melanjutkan ke SLTPN 194 Jakarta Timur pada tahun 2000-2003, dan SMUN 71 Jakarta Timur pada tahun 2003-2006. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI dan pada tahun kedua penulis memilih untuk melanjutkan ke Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Penulis memenuhi aktivitas Perkuliahan di Institut Pertanian Bogor dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan penambahan pengetahuan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, disamping kegiatan yang bersifat olahraga penulis juga aktif pada kegiatan paduan suara mahasiswa. Berbagai kegiatan kejuaran paduan suara diikuti oleh penulis dengan tujuan untuk menambah pengalaman. Kegiatan tersebut selalu dilakukan penulis sampai akhirnya penulis mendapatkan gelar S1 di IPB hanya dalam waktu studi 3,5 tahun.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Efektivitas Komunikasi antara Rumahtangga Sangat Miskin Penerima Bantuan Tunai dan Pendamping Program Keluarga Harapan Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.” Tujuan dari penelitian ini untuk memahami dan menganalisis karakteristik RTSM penerima bantuan PKH, hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH (usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, jumlah tanggungan dan pengunaan bahasa) dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok, serta hubungan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan efektivitas komunikasi (pengetahuan, sikap dan tindakan).
Bogor, Februari 2010
Penulis
xi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof.Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr.Ir. Amiruddin Saleh, MS. Selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis. 3. Martua Sihaloho, Msi. Selaku dosen penguji perwakilan departemen SKPM yang memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis. 4. Ayahanda tercinta L.M. Nababan (alm) dan Ibunda tercinta Rasonti Br. Sipayung yang telah melahirkan seorang anak yang membanggakan keluarga. 5. Ompu Boru tercinta di Pematang Siantar yang selalu menanti kelulusanku. 6. Saudara-saudaraku terkasih (Abang dan Kakak Johan, Abang dan Kakak Eca, Abang dan Kakak Pieter, Abang dan Kakak Oey serta Bungaran) yang telah memberikan dukungan, kepercayaan serta dorongan positif . 7. Para anggota Choir Katedral Bogor, Choir kategorial Exultate, Choir Andante yang selalu mendorong untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat kecil penulis yang selalu memberi dukungan (Artati yang selalu menanyakan perkembangan skripsi, Yoga, Ulan, Tia, Aini, Eri, Efriel, Janri, Intan, Pangeran, Novi, Mail dan Aan ) 9. Teman-teman KPMers 42, 43, 44 dan 45, teman-teman departemen lain serta petugas Sekretariat SKPM (Mbak Maria, Mbak Icha) yang selalu mendukung dan memberikan masukan. 10. Teman-teman penghuni Wisma Alma (Bapak. Abas, Lukman, Andi, Tanjung, Rezki, Hadi, Rian, Alif, Nobo, Iyan, Anton, Erlangga) semangat selalu. 11. Asep Nadzarullah, A.Md dan rekan-rekan pendamping PKH Kecamatan Bogor Barat yang selalu memberi dukungan.
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI……………………………………………………..................... xii DAFTAR TABEL……………………………………………………..……... xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... xv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………......... xvi I. PENDAHULUAN…………………………………………………….........
1
1.1 Latar Belakang……..………………………………………………….... 1 1.2 Masalah Penelitian…………..……………………………………..…… 3 1.3 Tujuan Penelitian……………..…………………………………..……..
4
1.4 kegunaan Penelitian…………..………………………………..………..
5
II. PENDEKATAN TEORITIS……………………………………..………..
6
2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................... 6 2.1.1 Pengertian Komunikasi…………………………………………..…. 7 2.1.2 Model Komunikasi………………………………………………….
7
2.1.3 Aktivitas Komunikasi…………………………………………….....
8
2.1.4 Efektivitas Komunikasi……………………………………………... 9 2.1.5 Faktor-Faktor Efektivitas Komunikasi………………………..…….
11
2.2 Kerangka Pemikiran……………………………………….……………
13
2.2.1 Deskripsi dan Bagan………………………………………………...
15
2.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………………..
16
2.4 Definisi Operasional………………………………………………….....
17
III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………….
20
3.1 Pendekatan Penelitian…………………………………………………...
20
3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu …………………………………….…….
21
3.3 Teknik Pemilihan Responden…………………………………………...
21
3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….... 24 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data………………………………......
24
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………………………...
26
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya…………………….…...
26
4.1.1 Kondisi Geografis…………………………………………………...
26
4.1.2 Sumberdaya Alam…………………………………………………... 26
xiii
4.1.3 Kondisi Demografi……………………………………………….…
27
V. GAMBARAN UMUM PROGRAM KELUARGA HARAPAN…………
30
5.1 Profil Program Keluarga Harapan………………………………………
30
5.2 Ketentuan Bantuan Program Keluarga Harapan………………………... 32 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..
37
6.1 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH…………………………..
37
6.2 Hubungan antara Karakteristik RTSM dan Aktivitas Komunikasi……..
44
6.2.1 Variabel Karakteristik RTSM yang tidak Berhubungan…………..... 46 6.2.2 Variabel Karakteristik RTSM yang berhubungan…………………..
53
6.3 Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dan Efektivitas Komunikasi.....
56
VII. KESIMPULAN DAN SARAN……………..…………………………...
63
7.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
63
7.2 Saran………………………………………………………………….....
66
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
67
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 68
xiv
DAFTAR TABEL Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
13
14 15 16 17
Sebaran penggunaan lahan Kelurahan Balumbang Jaya…………..……… Sebaran jumlah penduduk Kelurahan Balumbang Jaya menurut kelompok umur dan jenis kelamin……………………...…………………………….. Sebaran mata pencaharian masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya……… Sebaran tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya…..… Rencana tahapan cakupan penerima PKH 2007-2015………..…………… Skenario bantuan PKH……………………………………...……………... Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi…………………...………………………………...... Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009……….. Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009……….. Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009…… Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009…………….……………………………….............................. Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009………………………………………………………..………. Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009……………………………………….……………………….. Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat……... Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009…...... Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun 2009……...... Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 200...………...
27 27 28 29 31 34 45 46 48 49
50
52
53 55 57 59 60
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan kerangka pemikiran……………………..…………………………...
15
2 Skema penentuan sampel penelitian ………………..……………....……...
23
3 Sebaran umur RTSM penerima dana PKH ………………..………………..
37
4 Sebaran pekerjaan RTSM penerima dana PKH …………..………………...
38
5 Sebaran pendapatan RTSM penerima dana PKH …………..………………
39
6 Sebaran pendidikan formal RTSM penerima dana PKH ……………..…….
40
7 Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima dana PKH..………..……..
41
8 Sebaran penggunaan bahasa RTSM penerima dana PKH ..………………...
42
9 Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima dana PKH…………………..
43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil analisis SPSS 15.0………………………..…………………………...
69
2 Kuesioner penelitian………………..………………..……………....……...
73
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi yang didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Dirjen PMD Depdagri, 2003). Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke
dalam
bentuk
peningkatan kesejahteraan penduduk
miskin.
Upaya
penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksitas permasalahan dan keterbatasan sumber daya yang dihadapi masyarakat miskin. Penanggulangan kemiskinan tidak dapat ditangani oleh satu sektor saja, tetapi harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait. Sasaran yang telah dibuat pada tahun 2000 adalah dimana Indonesia bersama dengan 188 negara menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) dan adapun delapan point MDGs adalah: 1. penanggulangan kemiskinan dan kelaparan 2. pemenuhan standar pendidikan dasar 3. meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan 4. mengurangi angka kematian bayi 5. meningkatkan kesehatan ibu 6. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
2
7. mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan 8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Sejalan
dengan
tujuan
MDGs
tersebut
dan
sebagai
kerangka
penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, mulai Tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan umum Program ini adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas masyarakat tidak mampu terhadap layanan publik, khususnya pendidikan dan kesehatan. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai kepada rumahtangga sangat miskin (RTSM), program ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, melalui kewajiban yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku yang berkaitan dengan aktivitas perbaikan kesehatan dan status gizi serta peningkatan taraf pendidikan RTSM yang memiliki anak (PKH, 2008). Pelaksanaan PKH hingga tahun 2015 diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam upaya memutus rantai kemiskinan bagi RTSM dimana kepesertaan PKH tidak hanya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat penerima PKH saja, tetapi perubahan pola hidup dan perilaku yang menyangkut pendidikan dan perbaikan kesehatan dapat berdampak luas kepada masyarakat di wilayah dilaksanakannya program PKH. Dalam pelaksanaannya peserta yang menerima dana PKH akan menerima bantuan selama maksimal enam tahun. Hal ini berdasarkan pada pengalaman pelaksanaan program serupa di negara-negara lain yang menunjukkan bahwa selama lima sampai enam tahun peserta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
3
Faktor penting penunjang berjalannya program yaitu peran dari tim pendamping PKH. Dalam pelaksanaannya setiap RTSM yang menerima dana bantuan didampingi oleh pendamping dalam pengalokasian dana yang telah didapatkan agar tepat pada sasaran yaitu untuk pendidikan dan kesehatan. Peran pendamping PKH menjadi sangat penting karena mayoritas Penerima dana PKH merupakan RTSM yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga membutuhkan fasilitas pendampingan. Proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping PKH merupakan agenda rutin yang harus dilakukan sebagai upaya mengarahkan RTSM agar tepat dalam penggunaan dana bantuan tersebut. Pendampingan merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara rutin antara pendamping dengan rumahtangga sangat miskin (RTSM) penerima dana PKH. Efektivitas komunikasi antara kedua aktor tersebut menjadi sangat penting untuk dilihat karena komunikasi yang efektif di antara kedua aktor tersebut memungkinkan terjadinya perubahan pada diri penerima dana tersebut yang mengarah kepada perubahan yang positif dalam hal pengetahuan, sikap serta tindakan terkait pendidikan dan kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikatakan bahwa Program Keluarga Harapan merupakan salah satu solusi alternatif dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Program tersebut menjadi semakin terarah dengan adanya tim pendamping yang akan mendampingi RTSM penerima dana. Dengan adanya pendampingan memungkinkan RTSM mengerti mengenai tujuan dari Program Keluarga Harapan tersebut. Perubahan yang ada pada RTSM penerima bantuan menjadi indikator dari efektivitas komunikasi yang dilakukan antara
4
pendamping dengan RTSM, oleh karena itu penulis merasa penting untuk menganalisis hal-hal berikut: 1.
Bagaimana karakteristik RTSM penerima bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya?
2.
Bagaimana karakteristik RTSM penerima bantuan tunai dihubungkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok pada Program Keluarga Harapan?
3.
Bagaimana aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dihubungkan dengan efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mendeskripsikan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya. 2. Menganalisis hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. 3. Menganalisis hubungan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kolompok antara penerima bantuan PKH dan pendamping dengan efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan.
5
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai efektivitas komunikasi dari Program Keluarga Harapan yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti para praktisi dan akademisi sebagai tambahan pengetahuan. Untuk praktisi kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan evaluasi keberlangsungan Program Keluarga Harapan dilihat dari sisi efektivitas komunikasinya. Untuk akademisi kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber literatur tentang program pemerintah yang juga dilihat dari sisi efektivitas komunikasi dan untuk menjadi bahan kajian lebih lanjut.
6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka berada dalam usaha untuk menimbulkan pengertian bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), agar orang tersebut mengikuti, tahu, serta bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, sehingga mau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain (Yusuf, 2004). Menurut Schramm dan Kincaid (1977) terdapat tiga ukuran untuk menilai dipercayai atau tidaknya sumber suatu pesan yaitu: (1) kecakapan dan kompetensi mengenai persoalan; (2) sampai berapa jauh sumber dapat dipercayai untuk mengatakan kebenaran; dan (3) kedinamisan dari sumber. Disebutkan oleh Berlo (1960) bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) dan pengaruh (effect). Rogers dan Kincaid (1982) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat berbagai informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Effendi (2000) mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikan, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi
7
menurutnya, ada empat yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat. Komunikasi dapat dipahami dengan tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai proses linear. Sebagai tindakan satuarah, suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mensyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) atau melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi. Komunikasi dianggap suatu proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau timbal balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan (Mulyana 2000 dalam Cahyanto 2007). 2.1.2 Model Komunikasi Sebagai suatu proses sosial utama dalam kehidupan manusia dalam suatu sistem sosial, komunikasi merupakan urat nadi bagi terselenggaranya proses pembangunan sehingga mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, model komunikasi
8
pembangunan yang tepat tentu akan dapat menjawab tantangan dan mengatasi kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul. Djunaedi (2003) mengatakan bahwa terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi dan semangat zaman yang melingkunginya. 2.1.3 Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh informasi. Menurut Rahmat (2000) aktivitas komunikasi menunjukkan perilaku komunikan yang dipengaruhi oleh faktor personal (intern) dan faktor situasional (ekstern). Faktor personal merupakan faktor yang terpusat pada personal, berupa sikap, instink, kepribadian, sistem kognitif. Faktor internal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan sektor sosiopsikologis. Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan komponen afektif merupakan aspek emosional, kognitif merupakan aspek intelektual, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak. Menurut Effendy (2000) Salah satu aktivitas komunikasi adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi kelompok
9
merupakan komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi yang berlangsung dengan jumlah orang dalam jumlah yang sedikit, disebut komunikasi kelompok kecil (small
group
communication)
sedangkan
apabila
jumlah
orang
yang
berkomunikasi banyak dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication). Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada kognisi (pikiran) komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, dimana komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya dan dapat menyanggah. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (sikap) komunikan dan proses berlangsung secara linear (satu arah) (Anas, 2003). Komunikasi kelompok merupakan aktivitas komunikasi dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan kelompok akan mempengaruhi tercapainya tujuan anggota kelompok. Selain itu komunikasi kelompok merupakan salahsatu langkah untuk menyatukan persepsi anggota kelompok kerja, sehingga terjadi kesepahaman, dalam bertindak dalam mencapai tujuan dalam kelompok (Jufri, 2005). 2.1.4 Efektivitas komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya keberhasilan yang telah ditetapkan. Yusuf (2004) mengemukakan efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen, dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dan perlu pula ukuran efisiensinya. Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber, sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
10
Djunaedi (2003) menyatakan bahwa prinsip efektif itu adalah kemampuan mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Sementara itu, Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) behavioral, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Sastropoetra (1988) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif haruslah 1) menggunakan lambang-lambang yang serasi dan tepat, 2) menggunakan media saluran yang tepat, 3) pesan yang disampaikan dapat menimbulkan minat dan perhatian, 4) pesan memberikan saran atau stimuli untuk pemecahan masalah. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadi ukuran bagi komunikasi yang efektif yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan Menurut Cahyanto (2007), faktor-faktor karakteristik individu yang menentukan keefektivan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani adalah usia, pendidikan nonformal, motivasi dan tingkat pendapatan serta lama menjadi anggota kelompok tani. Hal lain yang menentukan adalah keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Djunaedi (2003), menyatakan bahwa variabel-variabel profil penerima yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi Imbal Swadaya adalah tingkat
11
pendidikan, intensitas komunikasi, pemilikan media komunikasi dan tingkat partisipasi dalam pembangunan. Sedangkan menurut Rahmani (2006) peran fasilitator atau pendamping berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek konatif dimana peran fasilitator lebih menjadi sebagai agen perubahan pada pemberdayaan mandiri lahan kering pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Pada pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Pontianak didapati program berjalan efektif saat komunikasi yang bersifat partisipatif dilakukan. Komunikasi tersebut memiliki tujuan mengetahui teknologi tepat guna yang baik untuk digunakan dalam penerapan program tersebut. Komunikasi dijalankan secara sirkuler dimana ada timbal balik di antara tim Prima Tani dan petani. Komunikasi partisipatif dinilai efektif dalam perencanaan program Prima Tani dilihat dari masukan-masukan yang diberikan oleh petani (Cahyanto (2007)). 2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Menurut Eddy (2007) dua faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi yaitu: 1. Faktor pada komponen komunikan Faktor yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan dalam menyampaikan suatu pesan yaitu: (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan, (2) bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti, (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, (4) jenis kelompok dimana komunikasi itu dilaksanakan. Seorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan: (1) ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi; (2) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya
12
sesuai dengan tujuannya; (3) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; serta (4) ia mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik. 2. Faktor pada komponen Komunikator Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source atrractiveness). a. Kepercayaan kepada komunikator kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada arah yang dikehendaki komunikator. b. Daya tarik komunikator Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa terdapat empat syarat pesan yang harus dipenuhi agar komunikasi menjadi efektif yaitu: (1) pesan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian, (2) pesan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti, (3) pesan harus dapat menimbulkan
13
kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi dan (4) pesan harus sesuai dengan situasi penerima. Dalam melakukan proses komunikasi
dapat
terjadi
hambatan-hambatan
komunikasi
seperti
pada
komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dimana terdapat 10 indikator yaitu kurangnya pengetahuan, tingkat keterampilan berkomunikasi, tingkat perbedaan persepsi, tingkat penguasaan bahasa, tingkat pengendalian diri, tingkat perhatian, tingkat perbedaan umur, tingkat perbedaan gaya berkomunikasi, tingkat kredibilitas dan tingkat prasangka negatif (Damayanti, 2003) 2.2 Kerangka Pemikiran Mengacu pada pendekatan teoritis, Program Keluarga Harapan merupakan program yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui pemberian bantuan untuk pendidikan dan kesehatan. Tingkat keberhasilan dari Program Keluarga Harapan salahsatunya dapat dilihat dari berjalannya proses komunikasi yang dilakukan antara pendamping PKH dengan RTSM penerima bantuan PKH. Efektivitas komunikasi dapat dinilai dengan melihat perubahan yang terjadi pada RTSM penerima bantuan PKH. Perubahan yang terjadi sebagai dasar untuk melihat efektivitas dari suatu komunikasi dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari RTSM yang dijadikan sasaran dari komunikasi tersebut. Sebuah komunikasi yang efektif dapat terjadi saat aktivitas komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik pula. Dengan kata lain aktivitas komunikasi antara RTSM dengan pendamping memberi peran terhadap efektivitas komunikasi dari RTSM penerima bantuan PKH. Aktivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan terjadi antara RTSM penerima bantuan tunai dengan
14
pendamping PKH yang dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok. Pertemuan yang efektif dapat dihubungkan dengan karakteristik peserta pertemuan tersebut yang adalah RTSM penerima bantuan PKH sehingga diduga berhubungan dengan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Hubungan antar variabel pembangun kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
15
Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH: Umur Status pekerjaan Tingkat pendapatan Pendidikan formal Pendidikan nonformal Penggunaan bahasa Jumlah tanggungan
Aktivitas Komunikasi : Pertemuan Kelompok (Pendampingan)
= Hubungan
Sikap Tindakan
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran Keterangan gambar:
Efektivitas Komunikasi : Pengetahuan
16
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan pernyataan yang masih belum teruji kebenarannya, masih harus diuji melalui riset mengumpulkan data empiris dan bersifat dugaan awal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini: a) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara usia dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. b) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara status pekerjaan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. c) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendapatan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. d) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. e) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. f) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. g) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara jumah tanggungan (anak/keponakan/cucu) dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. h) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan pengetahuan dari RTSM penerima bantuan PKH.
17
i) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan sikap dari RTSM penerima bantuan PKH. j) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH. 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan pengertian mengenai variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat atau respon dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut. Batasan operasional untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut: No 1.
2.
3.
4.
5.
Variabel Usia
Status pekerjaan
Pendidikan formal
Pendidikan nonformal
pendapatan
Definisi Operasional Kategori Satuan umur a. Muda: responden dalam tahun kurang dari 33 tahun yang dihitung sejak b. Dewasa: lahir sampai penelitian antara 33 sampai 41 tahun ini dilakukan c. Tua: lebih dari 41 tahun Jenis pekerjaan yang a. Buruh dilakukan oleh RTSM b. Pedagang dalam kesehariannya c. Ibu rumah tangga Jenjang pendidikan terakhir responden
Pelatihan atau kursus yang pernah diikuti oleh responden dalam dua tahun terakhir
Jumlah rupiah yang diperoleh oleh RTSM
a. Rendah: lulusan SD b. Sedang: lulusan SMP c. Tinggi: lulusan SMA a. Tidak pernah b. Rendah: Pernah mengikuti (berkisar antara 1-2 kali) c. Tinggi: Pernah mengikuti (lebih dari dua kali) a. Tidak ada b. Rendah:
Sumber data
Responden
Responden
Responden
Responden
18
sebagai hasil dari bekerja sesuai dengan mata pencahariannya.
c. d.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Penggunaan bahasa
Jumlah tanggungan
Aktivitas komunikasi
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Bahasa yang biasa digunakan oleh responden untuk berinteraksi, menyampaikan informasi
a.
Jumlah anggota keluarga (anak/keponakan/ cucu) yang menjadi tanggungan keluarga yang masuk kategori Balita atau anak usia sekolah (SD/SMP) Tingkat keaktifan RTSM (bertanya, menyampaikan saran dan kritik) pada saat Pertemuan kelompok Tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya kesehatan serta pendidikan yang didiseminasikan dalam Program Keluarga Harapan
a.
Respon responden terhadap bantuan yang diterima dalam Program Keluarga Harapan
a. b. c. d.
b. c.
b.
c.
kurang dari Rp400.000 Sedang: Rp 400.100-Rp800.000 Tinggi: Rp800.100-Rp1.200.000 Cukup baik: Bahasa Sunda Baik: Bahasa Indonesia Sangat baik: Bahasa Indonesia dan Bahasa sunda Rendah: kurang dari 3 orang Sedang: berkisar antara 3 sampai 5 orang Tinggi: lebih dari 5 orang
a. Rendah: 1 (skor 3-14) b. Tinggi: 2 (skor 15-26) a. Salah: 0 b. Benar:1 Rendah: (Skor 0-7) Tinggi: (Skor 8-14)
Sangat Setuju: 4 Setuju: 3 Tidak Setuju: 2 Sangat tidak setuju: 1 Negatif: (Skor 11-27) Positif: (Skor 28-44) Tindakan responden a. Tidak pernah: 1 terhadap dana bantuan b. Tidak selalu: 2 yang telah didapat dari c. Selalu: 3 Program Keluarga Rendah: Harapan (skor 12-24) Tinggi (skor 25-36)
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dan individu sebagai unit analisa (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pendekatan kuantitatif dikumpulkan dari responden dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai hubungan beberapa variabel penelitian. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam serta untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial yang diperoleh melalui metode kuantitatif. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sebelumnya diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Uji ini berupa uji coba kuesioner kepada lima orang calon responden yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji realibilitas dan validitas yang dilakukan melalui uji korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS 15.0. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagi kepada responden yang merupakan para penerima bantuan PKH. Setiap responden diberikan kuesioner yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi antara Pendamping PKH dengan RTSM dalam bentuk Pertemuan kelompok serta hubungannya
20
dengan efektivitas komunikasi dari pertemuan tersebut. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu karakteristik RTSM penerima bantuan PKH yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi yang dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. 3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan efisiensi biaya, jarak dan waktu dari peneliti. Selain itu, Pemilihan desa tersebut sebagai lokasi penelitian karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang menerima dana Program Keluarga Harapan dari Pemerintah sehingga sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Desember 2009. Pada bulan Agustus dilakukan studi literatur (pengambilan data sekunder), penentuan hipotesis penelitian, dan penentuan metode penelitian yang disajikan dalam proposal penelitian. Secara disengaja pada bulan tersebut juga dilakukan penentuan lokasi penelitian karena lokasi tersebut merupakan lokasi dimana peneliti melakukan
Kuliah Kerja Profesi (KKP) Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) pada mitra Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Bogor Barat. 3.3 Teknik Pemilihan Responden Total keluarga penerima dana Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat yaitu 194 Keluarga (data pencairan dana
21
tahap III tahun 2009) yang tersebar di 12 RW. Data sekunder mengenai total dari keluarga penerima dana Program Keluarga Harapan didapat sebelumnya dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Bogor Barat saat Kegiatan KKP. Dari 194 keluarga yang menerima dana PKH tersebut dapat dikelompokan menjadi: 1. keluarga yang memiliki Balita; 2. keluarga yang memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 3. keluarga yang memiliki ibu hamil; 4. keluarga yang memiliki Balita dan memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 5. keluarga yang memiliki ibu hamil dan memiliki Balita; 6. keluarga yang memiliki ibu hamil dan memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 7. keluarga yang memiliki ibu hamil, memiliki Balita serta memiliki anak usia sekolah SD/SMP. Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang ada pada kelompok 4, 5, 6, 7 dan setelah dilakukan pendataan didapat populasi sebanyak 80 orang yang hanya ada pada 10 RW dari total 12 RW (RW 7 dan RW 10 tidak terdapat kategori yang dibutuhkan). Pemilihan populasi tersebut didasari pada pemanfaatan terhadap fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Responden yang memiliki kombinasi seperti ibu hamil, memiliki Balita dan memiliki anak usia sekolah memiliki akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan sehingga pada kuesioner pertanyaan yang diberikan dapat yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Jumlah responden yang diambil adalah 45 orang. Penentuan jumlah responden tersebut didasarkan pada perhitungan yang
22
dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin dengan persentase kesalahan 10 persen.
=44.44 ≈ 45 orang
Keterangan : n = Jumlah Sampel N= Populasi e= Batas eror 10 persen Pemilihan responden dilakukan dengan cara acak distratifikasi yaitu dengan cara memilih bertahap RTSM berdasarkan wilayah Rukun Warga (RW) tempat RTSM tinggal. Pengambilan sampel dari setiap RW tersebut disesuaikan dengan jumlah RTSM yang masuk ke dalam kategori populasi. Dengan melihat pada ketegori tersebut maka akan didapat jumlah populasi yang berbeda di setiap RW lalu dibagi secara proporsional setiap RW hingga didapat jumlah sampel tiap RW. Pembagian sampel seperti Gambar 2.
Kecamatan Balumbang Jaya
Purposive
RW1
RW 2
RW3
RW 4
RW 5
RW 6
RW 8
RW 9
RW 11 p= 7
RW 1 2
p= 8
p= 3
p =13
p =16
p=16
p= 5
p= 1
p= 5
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
Rsp
n= 3
n= 4
Rsp n= 3
n= 4
n= 2
n= 7
n= 9
n= 9
n= 3
n= 1
p= 6
n =5
2=1 8
n = 45 Gambar 2 Skema Penentuan sampel penelitian
Acak distratifikasi
23
3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang berupa data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang diajukan kepada responden. Data primer juga diperoleh melalui wawancara yang dilakukan pada saat pengisian kuesioner dan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH, aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur berupa buku teks atau hasil penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sedangkan data-data seputar Program Keluarga Harapan seperti data RTSM penerima dana bantuan PKH, jumlah dana yang dicairkan dan alur kegiatannya didapat dari UPPKH Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Data sekunder mengenai geografis, sumberdaya alam dan demografi (kependudukan) Kelurahan Balumbang Jaya diperoleh dari Kantor Kelurahan Balumbang Jaya. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif yang telah diolah dipaparkan secara deskriptif dan diolah menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, uji korelasi Spearman serta uji korelasi Chi Square. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik RTSM penerima bantuan PKH yang meliputi usia, status pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, penggunaan bahasa, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Tabulasi silang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara variabel karakteristik dengan aktivitas komunikasi, selain itu juga untuk
24
mendeskripsikan hubungan antara aktivitas komunikasi dan aspek pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap Program Keluarga Harapan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, penggunaan bahasa, pendidikan formal, pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok, selain itu korelasi Spearman juga untuk mengetahui hubungan antara aktivitas komunikasi dan pengetahuan, sikap dan tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH. Uji korelasi Chi Square digunakan untuk melihat hubungan antara status pekerjaan dan aktivitas komunikasi. Pengolahan data masing-masing variabel diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 dan Microsoft Excel 2007.
25
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan Bogor Barat. Secara geografis terletak pada 106,48o BT, 60,36o LS dengan ketinggian 200 mdpl dan tinggi curah hujan 2.5 mm3. Kelurahan ini memiliki luas total 123,373 Ha yang meliputi 12 RW dan 38 RT. Batas wilayah Kelurahan Balumbang Jaya adalah sebagai berikut: 1. sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede 2. sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Margajaya 3. sebelah barat berbatasan dengan Desa Babakan 4. sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak Jarak kantor Kelurahan Balumbang Jaya ke Ibu Kota Kecamatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan ibu Kota Negara adalah sebagai berikut: 1. Ibu Kota Kecamatan Bogor Barat 2. Ibu Kota Bogor 3. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 4. Ibu Kota Negara
6 km 12 km 120 km 60 km
4.1.2 Sumberdaya Alam Kelurahan Balumbang Jaya memiliki areal yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan permukiman (Tabel 1). Hal ini menandakan kepadatan penduduk di Balumbang Jaya relatif tinggi. Pemanfaatan untuk pertanian hanya
26
seluas 18,5 Ha. Jumlah ini dapat terus berkurang seiring dengan pembangunan perumahan yang ada di sekitar wilayah Kelurahan tersebut. Tabel 1 Sebaran Penggunaan Lahan Kelurahan Balumbang Jaya Lahan/penggunaan
Luas Lahan (ha)
Persentase (%)
Perumahan/pemukiman dan pekarangan
82,277
66,68
Sawah
18,596
15,07
19,5
15,80
3
2,43
123, 373
100
Jalan Perkebunan Total
Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008
4.1.3 Kondisi Demografi Total penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sampai akhir bulan Desember tahun 2008 tercatat sebanyak 9.455 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.943 jiwa, perempuan sebanyak 4.512 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.518 dengan kepadatan penduduk 756 jiwa/km. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kelurahan Balumbang Jaya memiliki tingkat usia produktif yang cukup tinggi yaitu pada usia 25-29 tahun dengan jumlah 1.177 jiwa atau sebesar 12,40 persen. Tabel 2 Sebaran Jumlah Penduduk Kelurahan Balumbang Jaya menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
00-04
613
6,48
05-09
902
9,53
10-14
899
9,50
15-19
823
8,70
20-24
930
9,83
25-29
1177
12,40
30-34
965
10,20
27
Lanjutan Tabel 2 Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
35-39
819
8,66
40-44
616
6,51
45-49
512
5,41
50-54
358
3,78
55-59
271
2,86
60-64
222
2.34
65-69
139
1,47
Total
9.455
100,00
Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008
Kelurahan Balumbang Jaya memiliki penduduk yang beragam bila dilihat dari sisi kepercayaan. Sebagai besar penganut kepercayaan penduduk yaitu beragama Islam sebanyak 9.368 orang (99,07%). Selain itu juga terdapat penduduk yang beragam Kristen 62 orang (0,65 %), Katolik sebanyak 23 orang (0,24%) dan Hindu sebanyak dua orang (0,021%). Keadaan mata pencaharian penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 25,06 persen (Tabel 3). Hal ini dikarenakan terjadinya penyempitan lahan pertanian yang dimanfaatkan menjadi lahan permukiman sehingga petani tidak bekerja. Tabel 3 Sebaran Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya Jenis Pekerjaan
Jumlah Persentase (%) Petani 432 7,18 Wiraswasta/pedagang 1.062 17,67 Buruh 1.241 20,65 Swasta/BUMN/BUMD 839 13,96 Pegawai Negeri Sipil 96 0,16 TNI/Polri 10 0,16 Pensiunan 523 8,70 Tidak bekerja 1.506 25,06 Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008
28
Penduduk di Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar memiliki pendidikan yang tidak terlalu tinggi dimana sebagai besar merupakan lulusan SD/Sederajat (Tabel 4). Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung SD sebanyak tiga buah. Sementara untuk gedung sekolah tingkat pertama yaitu SLTP terdapat satu buah. Hal ini berimplikasi dengan mereka untuk memperoleh pendidikan SLTA harus bersekolah di luar wilayah kelurahan. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki satu Buah TK dan pos pendidikan anak usia dini (PAUD) sehingga pada usia dini masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya sudah dapat berpendidikan. Tabel 4 Sebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya Strata
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.683
49,70
Tamatan SLTP/ Sederajat
610
18,20
Tamatan SLTA/ Sederajat
986
29,12
Tamatan Akademi/ D1-D3
46
1,35
Tamatan Perguruan Tinggi/ S1-S2
60
1,77
3.385
100,00
Tamatan SD/ Sederajat
Total
Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008
29
BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM KELUARGA HARAPAN
5.1 Profil Program Keluarga Harapan Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program yang diluncurkan oleh Pemerintah. Program Keluarga Harapan adalah suatu program yang memberikan Bantuan Tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Program Keluarga Harapan merupakan program lintas Kementerian dengan aktor utama yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik serta dibantu oleh tim tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di daerah dilakukan dengan koordinasi dari beberapa unit pelaksana dengan lokasi dan tugas yang berbeda yaitu Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat (UPPKH Pusat), Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota dan Tim pendamping yang bekerja di lapangan. Program Keluarga Harapan diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007 dengan sasaran awal sebanyak 500.000 RTSM. Saat ini PKH berada di 13 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu Gorontalo, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sumatra Barat, Jawa Barat, NTT, Jawa Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan milenium
30
(Millenium Development Goals atau MDGs). Dengan PKH setidaknya ada lima komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan Balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan. Program ini memiliki periode yang panjang dari tahun 2007-2015 dengan rencana penerima sesuai dengan Tabel 5. Tabel 5 Rencana tahapan cakupan penerima PKH 2007-2015 Tahap
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahap 1
0,5 jt
0,5 jt
0,5 jt
0,5 jt
0,5 jt
0,5 jt
1,25
1,25
1,25
1,25
1,25
1,25
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
2.25
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
Jt
6,5 Jt
6,5 Jt
6,5 Jt
6,0 Jt
4,75
2,5 Jt
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Total
0,5 Jt
1,05
4,0 Jt
2013
Jt Biaya
1,0
2014
2015
Jt 3,0
6,7
11,0
11,0
11,0
10,1
8,0
4,2
(Triliun) Sumber : Pedoman Umum PKH 2008
Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM; (2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM; (4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai terhadap RTSM program ini dapat mengurangi beban
31
pengeluaran RTSM sedangkan untuk jangka panjang melalui kewajiban yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut sehingga rantai kemiskinan keluarga tersebut dapat diputus. 5.2 Ketentuan Bantuan Program Keluarga Harapan Penerima bantuan PKH adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari Balita, memiliki anak usia sekolah dan ibu hamil/nifas. Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Agar penggunaan bantuan dapat lebih efektif diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante,/bibi, atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumahtangga. Sebuah rumahtangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumahtangga tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara statistik memiliki korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti antara lain kondisi demografi dan sosial-ekonomi. UPPKH pusat merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang
32
dibutuhkan. UPPKH kabupaten/kota melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH kabupaten/kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan. pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk di dalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi
berupa undangan pertemuan,
perubahan data,
pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Pengaplikasian PKH merupakan pemberian dana bantuan kepada RTSM yang telah memenuhi syarat-syarat dasarnya. Besarnya bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besar bantuan ini bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan besarnya bantuan akan dikurangi atau sebagai bentuk sanksi terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH. Rincian dana bantuan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Skenario bantuan PKH
33
Skenario Bantuan
Bantuan per RTSM per tahun
Bantuan tetap
Rp. 200.000
Bantuan bagi RTSM yang memiliki:
Rp. 800.000
a. Anak usia di bawah 6 tahun b. Ibu hamil/menyusui
Rp. 800.000
c. Anak usia SD/MI
Rp. 400.000
d. Anak usia SMP/MTs
Rp. 800.000
Rata-rata bantuan per RTSM
Rp. 1.390.000
Bantuan minimum per RTSM
Rp. 600.000
Bantuan maksimum per RTSM
Rp. 2.200.000
Sumber: Pedoman Umum PKH 2008
Pemilihan daerah merupakan salah satu mekanisme dan prosedur dalam PKH yang dilaksanakan sebelum PKH berjalan di tingkat pelaksanaan operasional. Untuk tahun anggaran 2007 keikutsertaan daerah dilakukan melalui dua tahap, yaitu Tahap pertama berupa pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar kesediaan pemerintah provinsi pada saat Musrenbang tahun 2006. Sebanyak tujuh provinsi pada tahun 2007 telah dipilih sebagai daerah uji coba pelaksanaan PKH, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008 terjadi perkembangan dengan penambahan enam provinsi yang meliputi Sumatra Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Tahap kedua yaitu pemilihan kabupaten/kota dan Kecamatan dari 13 provinsi yang telah terpilih, selanjutnya dipilih sejumlah kabupaten/kota dan dengan kriteria: (i) tingginya angka kemiskinan, (ii) angka gizi buruk dan angka transisi dari SD/MI ke SMP/MTs,
34
(iii) ketersediaan sarana dan prasarana (supply) baik pendidikan maupun kesehatan, serta (iv) adanya komitmen daerah. Salah satu provinsi yang dijadikan ujicoba adalah Jawa Barat pada tanggal 16 November 2007 dengan sosialisasi yang dilaksanakan di 11 kabupaten dengan 70 kecamatan di dalamnya dan pada tahun 2008 terjadi pertambahan kuota sehingga sasaran sosialisasi bertambah menjadi 14 kabupaten dan satu kota yaitu Kota Bogor dengan jumlah kecamatan yang menjadi daerah sosialisasi sebanyak 142 kecamatan. Kota Bogor menjadi salah satu sasaran Program Keluarga Harapan dengan enam Kecamatan yang menjadi lokasi sasaran yaitu Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Tanah Sareal.
Dari
kecamatan tersebut dipilih para peserta yang berasal dari kelurahan-kelurahan dengan proses pemilihan peserta PKH melalui beberapa tahap, yaitu: Survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin, pemilihan rumah tangga sangat miskin (RTSM) dari semua rumahtangga yang disurvai sebagai calon peserta PKH, calon peserta tandatangani komitmen sebagai peserta PKH untuk menjadi peserta PKH. Pemilihan peserta PKH dilakukan dengan melakukan survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin. Untuk tahun 2007 survai tersebut dilakukan oleh BPS dengan data dasar yang diambil dari data daftar penerima subsidi langsung tunai (SLT) kategori sangat miskin dan miskin, dan data pendukung lainnya. Dalam melakukan survai, petugas terdiri atas unsur BPS dan pengawas. Data yang telah disusun tersebut kemudian disaring kembali
35
berdasarkan syarat kepesertaan PKH, yaitu rumahtangga yang memiliki anak 0-15 tahun, Ibu hamil atau anak 15-18 tahun yang belum selesai sembilan tahun wajib belajar. Informasi yang diperoleh dari survai calon peserta tadi digunakan untuk mengurutkan RTSM berdasarkan tingkat kemiskinannya. Agar distribusi RTSM antar kecamatan tersebar secara proporsional, digunakan model statistik yang menetapkan kuota per kecamatan. Penetapan calon peserta PKH dilakukan oleh BPS dan selanjutnya diadakan pertemuan awal yang salah satu kegiatan utamanya adalah melakukan klarifikasi data dan penandatanganan komitmen keikutsertaan. Hasil pertemuan tersebut merupakan acuan untuk menetapkan calon peserta PKH menjadi Peserta PKH. Dana bantuan yang diterima oleh RTSM merupakan dana yang telah disesuaikan sebelumnya dengan verifikasi yang dilakukan oleh tim pendamping yang biasanya berjumlah dua atau tiga orang dalam setiap kelurahan. Tim pendamping memiliki peran yang penting dalam proses penyaluran dana karena pendamping yang memantau secara langsung tentang bagaimana dana diterima oleh RTSM dan tersalurkan dengan baik. Perubahan yang terjadi pada RTSM merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan dari pengetahuan, sikap maupun tindakan dari RTSM pasca menerima dana PKH. Keberhasilan dalam merubah RTSM menuju ke arah yang lebih baik salahsatunya dapat dinilai dari efektivitas komunikasi yang dilakukan antar sesama RTSM atau antar pendamping dan RTSM.
36
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya Variabel karakteristik RTSM yang diteliti variabelnya adalah umur, status pekerjaan, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. 1) Umur RTSM Berdasarkan hasil penelitian sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH bervariasi yang secara keseluruhan berkisar antara 25–50 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu umur muda, umur dewasa dan umur tua. Sebaran umur secara garis besar mayoritas RTSM penerima bantuan PKH masuk ke dalam kategori umur dewasa yaitu 33-41 tahun sebanyak 62,2 persen, kategori muda sebanyak 26,7 persen dan kategori umur tua sebanyak 11,1 persen. Sebaran umur tersebut dianalisis dalam rataannya yaitu sebesar 35,3 tahun. Sebaran umur RTSM dapat dilihat pada Gambar 3.
kategori umur 100% 80% 60% 40% 20% 0%
62.20% 26.70%
umur muda (25-32 tahun)
11.10%
umur dewasa (33-41 tahun)
umur muda (25-32 tahun) umur dewasa (33-41 tahun) umur tua (42-50 tahun)
umur tua (42-50 tahun)
Gambar 3. Sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
37
Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH tergolong ke dalam umur dewasa dan masih produktif. Kategori umur tersebut merupakan saat dimana RTSM dapat melakukan banyak aktivitas seperti bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Masih terdapat RTSM penerima bantuan PKH dengan kategori umur tua yaitu 42-50 tahun sebesar 11.1 persen. Hal tersebut terjadi karena RTSM tersebut masih memiliki anak usia sekolah serta Balita atau karena yang bersangkutan menjadi wakil keluarga penerima bantuan PKH. Jadi tidak harus ibu dari Balita atau anak usia sekolah yang dapat menjadi penerima bantuan PKH tetapi dapat juga diwakili oleh nenek atau bibi dari anak tersebut. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah bidang atau profesi yang dikerjakan oleh RTSM penerima bantuan PKH dalam kesehariannya. Sebaran pekerjaan RSTM penerima bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya bervariasi. Pekerjaan responden tersebut terdiri dari buruh, pedagang dan ibu rumahtangga. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 4.
pekerjaan 100.00% 80.00% 60.00%
44.40%
37.80%
40.00%
buruh pedagang
17.80%
ibu rumahtangga
20.00% 0.00% buruh
pedagang
ibu rumahtangga
Gambar 4. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
38
Gambar 4 menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM secara keseluruhan mayoritas adalah sebagai ibu rumahtangga yaitu sebesar 44.4 persen, yang diikuti oleh buruh 37.8 persen dan pedagang 17.8 persen. Sebagian besar RTSM saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga karena terkait dengan kondisi dimana mereka mempunyai Balita yang belum dapat ditinggal bekerja. Sebagian besar ibu yang saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga sebelumnya bekerja dengan bermacammacam pekerjaan seperti menjadi pembantu rumahtangga, buruh pabrik atau berdagang. Akan tetapi terdapat juga RTSM yang tetap bekerja walaupun memiliki Balita seperti bekerja sebagai buruh cuci pakaian mahasiswa IPB. 3) Pendapatan Pendapatan RTSM penerima bantuan PKH merupakan jumlah uang yang diterima oleh RTSM berdasarkan pekerjaan yang dijalaninya setiap hari. Untuk pendapatan besarnya dikategorikan berdasarkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM yang digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu: pendapatan rendah Rp100.000-Rp400.000, pendapatan sedang Rp400.100- Rp800.000, pendapatan tinggi Rp800.100-Rp1.200.000 dan tidak ada pendapatan. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 5.
pendapatan 100.00%
48.90% 15.60%
0.00%
20.00%
15.60%
rendah sedang tinggi tidak ada pendapatan
Gambar 5. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
39
Gambar 5 menunjukkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM penerima bantuan PKH diluar penerimaan dari dana PKH. Pendapatan terendah yang diterima oleh RTSM yang bekerja dalam sebulan sebesar Rp100.000 dan pendapatan tertinggi yang diterima oleh RTSM dalam sebulan sebesar Rp1.200.000. Untuk RTSM yang tidak bekerja (sebagai ibu rumahtangga) besar pendapatan yaitu 0 (nol) sehingga dikategorikan tidak ada pendapatan. Berdasarkan penelitian ditemukan RTSM yang memiliki pendapatan sedang yaitu antara Rp400.100 sampai dengan Rp800.000 dengan jumlah 20 persen. Jumlah RTSM yang memiliki pendapatan rendah (antara Rp100.000 sampai Rp400.000) yaitu berjumlah 15.6 persen. Sementara itu jumlah RTSM yang memiliki pendapatan tinggi (antara Rp800.100 sampai dengan Rp1.200.000) berjumlah 15.6 persen dan sebagian besar RTSM tidak ada pendapatan dengan jumlah sebanyak 48.9 persen. 4) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah didapatkan oleh RTSM. Pendidikan yang pernah dijalani responden bervariasi yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah (SD), pendidikan sedang (SMP/sederajat) dan pendidikan tinggi (SMA/SMK/SMEA). Sebaran tingkat pendidikan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 6.
Pendidikan formal 84.40% 100.00% 0.00%
11.10%
4.40%
rendah (SD)sedang tinggi (SMP) (SMA/SMK)
rendah (SD) sedang (SMP) tinggi (SMA/SMK)
Gambar 6. Sebaran pendidikan formal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH memiliki beragam tingkat pendidikan. Sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 84.4 persen, tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 11.1 persen dan sekolah menengah atas (SMA) sebesar 4.4 persen. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar RTSM tersebut memungkinkan menjadi salah satu indikator kemiskinan. 5) Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didapat RTSM dalam bentuk kursus atau pelatihan. Pendidikan nonformal diterima oleh responden di tempat responden tersebut tinggal. Pendidikan nonformal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dari seseorang yang mengikutinya dan bahkan dapat mengubah tindakan. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi menjadi tiga, yaitu tidak pernah mendapat kursus, rendah dan tinggi. Berdasarkan penelitian terhadap RTSM penerima bantuan PKH didapat hasil bahwa RTSM terbagi menjadi RTSM yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal dan RTSM yang pendidikan nonformalnya rendah. Sebaran pendidikan nonformal RTSM dapat dilihat pada Gambar 7.
Pendidikan nonformal 100.00%
71.10%
80.00% 60.00%
28.90%
40.00%
tidak pernah rendah
20.00% 0.00% tidak pernah
rendah
Gambar 7. Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
41
Hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 7 menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH sebesar 71.1 persen tidak pernah mendapat pendidikan nonformal. Jumlah RTSM penerima bantuan PKH yang pernah mendapatkan pendidikan nonformal kurang dari tiga kali sebesar 28.9 persen dengan pendidikan yang didapat saat mereka aktif sebagai kader di Puskesmas/Posyandu. 6) Penggunaan bahasa Bahasa merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari satu individu ke individu yang lain. Penggunaan bahasa oleh RTSM penerima bantuan PKH terdapat keragaman dimana mereka ada yang menggunakan bahasa Sunda, bahasa Indonesia dan campuran keduanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan bahasa yang beragam oleh RTSM dapat dikategorikan menjadi penggunaan bahasa yang cukup baik (bahasa sunda), baik (bahasa Indonesia), dan sangat baik (campuran bahasa sunda dan Indonesia). Sebaran penggunaan bahasa dapat dilihat pada Gambar 8.
penggunaan bahasa 100%
68.90%
bahasa Sunda 22.20%
8.90% bahasa Indonesia
0% bahasa Sunda
bahasa campuran Indonesia (Sunda dan Indonesia)
campuran (Sunda dan Indonesia)
Gambar 8. Sebaran Penggunaan Bahasa RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH menggunakan bahasa sunda untuk berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat pertemuan kelompok
42
dengan persentase sebesar 68.9 persen. Sebagian RTSM juga menggunakan bahasa Indonesia (22.2%) dan campuran dari keduanya (8.9%). Sebagian besar menggunakan bahasa Sunda karena sesuai dengan daerah asal mereka dan mereka merasa lebih nyaman saat menggunakan bahasa sunda saat berinteraksi dengan orang lain karena sudah merupakan kebiasaan sehari-hari. 7) Jumlah tanggungan Responden dalam penelitian ini telah ditentukan dimana sudah dapat dipastikan memiliki tanggungan anak/cucu/keponakan. Besarnya tanggungan yang dimiliki RTSM penerima bantuan PKH beragam yang nilainya
dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah (memiliki anak kurang dari 3 orang), sedang (memiliki anak 3 sampai 5 orang) dan kategori tinggi (lebih dari 5 orang). Jumlah tanggungan dari responden dalam penelitian ini dipastikan terdapat kombinasi antara Balita dengan anak usia sekolah yang jumlahnya minimal satu orang balita dan satu orang anak usia sekolah. Sebaran jumlah tanggungan yang dimiliki oleh RTSM dapat dilihat pada Gambar 9.
Jumlah tanggungan 100% 80% 60%
46.70%
rendah
51.10%
sedang
40% 2.20%
20%
tinggi
0% rendah
sedang
tinggi
Gambar 9. Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
43
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki jumlah anak tiga sampai lima orang sehingga termasuk kategori sedang (51.1%). RTSM yang memiliki tanggungan kurang dari tiga orang juga cukup banyak yaitu sebesar 46.7 persen serta RTSM yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang sebanyak 2.2 persen. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tanggungan yang dimiliki oleh RTSM tidak hanya anak kandung melainkan dapat juga cucu atau keponakan yang telah ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal atau bekerja di luar daerah atau luar negeri.
6.2 Hubungan antara Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH dan Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok Aktivitas komunikasi antara RTSM penerima bantuan PKH dengan pendamping PKH dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan kelompok. Pada pertemuan tersebut seluruh anggota kelompok di setiap RW wajib hadir untuk mendapatkan informasi dari pendamping. Pertemuan kelompok yang dijadwalkan oleh pendamping PKH merupakan sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk menyampaikan saran, kritik serta mungkin juga pertanyaan. Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh
RTSM dengan pendamping PKH tersebut
diduga berhubungan nyata dengan faktor karakteristik dari RTSM penerima bantuan PKH. Melalui pengujian hipotesis dengan mengkorelasikan aktivitas komunikasi dengan karakteristik RTSM dapat dilihat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang diuji tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dijabarkan pada karakteristik RTSM sebagian besar RTSM adalah ibu rumahtangga yang tidak
44
memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dengan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu bahasa Sunda karena kebanyakan berasal dari daerah Bogor. Hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dengan aktivitas komunikasi diuji dengan menggunakan Spearman dan Chi Square. Variabel karakteristik RTSM yang diuji menggunakan uji Spearman adalah usia, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi. Sedangkan variabel yang diuji dengan menggunakan uji Chi Square adalah variabel pekerjaan dengan aktivitas komunikasi . Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi Karakteristik RTSM Penerima bantuan PKH Usia
Aktivitas Komunikasi (pertemuan Kelompok) -0.081
Pendapatan
0.258
Pendidikan formal
0.144
Pendidikan nonformal
0.082
Penggunaan bahasa
0.422**
Jumlah tanggungan
-0.408**
Jenis pekerjaan
0.710
Keterangan: ** Hubungan sangat nyata pada α = 0.01 (uji 2 sisi) * Hubungan nyata pada α = 0.05 (uji 2 sisi) Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi adalah penggunaan bahasa dan jumlah
45
tanggungan. Adapun variabel yang tidak berhubungan nyata adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. 6.2.1 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang tidak Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi 1) Hubungan usia dan aktivitas komunikasi Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan teori Harlock, yakni usia muda (kurang dari 30 tahun), usia dewasa (antara 30 sampai dengan 50 tahun) dan usia tua (lebih dari 50 tahun). Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi yang paling tinggi adalah 75 persen pada RTSM usia muda dan aktivitas komunikasi rendah pada RTSM usia tua yaitu 40 persen. Tabel 8
Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Usia
Muda Dewasa Tua
Rendah 25 28.6 40
Tinggi 75 71.4 60
Hasil uji korelasi Spearman yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara usia dan aktivitas komunikasi terdapat
nilai
koefisien korelasi -0.081. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya tinggi rendahnya usia tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua RTSM penerima bantuan PKH dari berbagai kategori usia memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 8. Setiap RTSM penerima bantuan PKH memiliki tingkat keinginan
46
untuk memperoleh informasi yang tinggi dari Pendamping sehingga pada saat pertemuan kelompok setiap kategori usia turut bertanya, menyampaikan saran atau keluhan kepada pendamping PKH. Setiap RTSM dengan berbagai kategori umur turut aktif berkomunikasi dengan pendamping PKH saat pertemuan kelompok. Saat dilakukan wawancara mendalam ditemukan bahwa sering kali RTSM menanyakan mengenai kapan akan diadakan pendataan untuk penambahan penerima bantuan PKH. Hal tersebut selalu ditanyakan kepada pendamping karena mereka merasa kasihan dengan tetangga yang tidak mendapat dana bantuan padahal kondisinya dilihat sama dengan RTSM tersebut. Setiap kategori umur juga aktif bertanya kepada pendamping mengenai kapan pencairan dilaksanakan karena mereka tidak diberitahu mengenai kepastian waktu pencairan. 2) Hubungan jenis pekerjaan dan aktivitas komunikasi Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 75 persen yang dilakukan oleh RTSM yang bekerja sebagai pedagang. Hal tersebut terjadi karena RTSM yang bekerja sebagai pedagang memiliki kemampuan yang lebih dalam berbicara disebabkan kesehariannya berinteraksi dengan banyak orang untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah terjadi pada RTSM yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebesar 33.3 persen karena tingkat interaksi yang lebih sedikit dengan banyak orang. RTSM yang bekerja sebagai buruh sebagian besar adalah pembantu rumahtangga atau buruh pencuci pakaian. Mereka yang bekerja sebagai buruh tersebut cenderung memiliki waktu yang terbatas.
47
Tabel 9
Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Pekerjaan
Buruh Pedagang Ibu rumah tangga
Rendah 33.3 25 27.3
Tinggi 66.7 75 72.7
Hasil Uji Chi Square pada tabel 7 halaman 45 sebesar 0.710 dan hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH tidak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi. Artinya apapun jenis pekerjaan RTSM pada saat pertemuan kelompok aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan pendamping tetap sama. Hal tersebut terjadi karena setiap RTSM memiliki kewajiban yang sama yaitu menghadiri pertemuan kelompok walaupun ada sebagian besar yang bekerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat dilakukan pertemuan kelompok ditemukan bahwa status pekerjaan yang berbeda tidak menjadi penghalang mereka untuk berdiskusi antara sesama penerima bantuan PKH dan terhadap pendamping PKH. Pendamping PKH tidak membedakan-beda RTSM yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal menyampaikan pertanyaan, saran ataupun keluhan karena setiap informasi yang disampaikan oleh pendamping bersifat umum mengenai kesehatan dan pendidikan. RTSM penerima bantuan PKH baik yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan ibu rumahtangga sebagian besar aktif pada saat pertemuan kelompok. Keaktifan mereka pada saat pertemuan kelompok terkait dengan keingintahuan terhadap pendidikan dan kesehatan untuk anak mereka masing-masing.
48
3) Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi Tingkat pendapatan yang diterima oleh RTSM setiap bulan merupakan hasil dari pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh RTSM dalam satu bulan. Sebaran
tingkat
pendapatan
dikategorikan
menjadi
rendah
(pendapatan
Rp100.000-Rp400.000), sedang (pendapatan Rp400.100-Rp800.000), tinggi (pendapatan Rp800.100-Rp1.200.000) dan tidak memiliki pendapatan. Tabel 10 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 85.7 persen yang memiliki pendapatan tinggi yang dalam hal ini adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang dan aktivitas komunikasi rendah adalah dengan pendapatan rendah yaitu mereka yang bekerja sebagai buruh atau pembantu. Tabel 10 Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Pendapatan
Tidak ada Rendah sedang tinggi
Rendah 27.3 57.1 22.2 14.3
Tinggi 72.7 42.9 77.8 85.7
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman seperti yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendapatan dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.159. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendapatan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.
49
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki pendapatan tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan RTSM yang tidak memiliki pendapatan. Artinya berapapun pendapatan yang diterima oleh RTSM tidak membuat mereka merasa segan dalam bertanya pada pendamping PKH mengenai pendidikan dan kesehatan. Walaupun pada saat pertemuan kelompok RTSM yang memiliki pendapatan tinggi terkadang membawa handphone atau mengenakan perhiasan hasil dari penghasilan mereka akan tetapi hal tersebut tidak membuat RTSM yang tidak memakai barang tersebut merasa terkucilkan dan segan untuk berdiskusi. 4) Pendidikan formal Tingkat pendidikan formal yang pernah didapat oleh responden beragam dari yang hanya tamat sekolah dasar hingga tamat SMA. Pengkategorian pendidikan dari responden yaitu dari yang rendah (lulusan SD), sedang (lulusan SMP), dan tinggi (lulusan SMA). Tabel 11 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu persen pada RTSM berpendidikan SMA. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok rendah yaitu 31.6 persen pada RTSM berpendidikan SD. Tabel 11 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Aktivitas komunikasi (%) Kategori Variabel
Pendidikan Formal
Rendah (SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA)
Rendah 31.6 20 0
Tinggi 68.4 80 100
50
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.114. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendidikan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM memiliki pendidikan formal dengan kategori rendah. Perbedaan tingkat pendidikan formal pada RTSM tidak membuat mereka pasif pada saat pertemuan kelompok. Mereka yang memiliki pendidikan formal rendah justru semakin sering bertanya kepada pendamping disebabkan rendahnya pengetahuan mereka. Rendahnya pendidikan formal RTSM membuat pendamping harus menyampaikan informasi secara detail dan pelahan agar setiap RTSM memahami informasi yang disampaikan pendamping PKH. 5) Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi Pendidikan nonformal merupakan bentuk pendidikan seperti pelatihan atau kursus yang pernah didapatkan oleh RTSM penerima bantuan PKH. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi tinggi (pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari dua kali) dan rendah (pernah mengikuti pelatihan atau kursus satu sampai dua kali) dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus. Tabel 12 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu 76.9 persen pada RTSM yang pernah mendapat pelatihan atau kursus pada kategori rendah. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan
51
kelompok rendah yaitu 31.3 persen pada RTSM yang tidak pernah mendapat pelatihan atau kursus. Tabel 12 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Pendidikan Nonformal
Tidak pernah rendah
Rendah 31.3 23.1
Tinggi 68.7 76.9
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.082. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nonformal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini pernah atau tidaknya RTSM mendapatkan pendidikan nonformal dalam bentuk pelatihan atau kursus tidak memiliki hubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan RTSM yang tidak pernah mendapatkan pendidikan nonformal dan RTSM yang mendapatkan pendidikan nonformal rendah tidak memiliki perbedaan dalam aktivitas komunikasi. Pada saat pertemuan kelompok dilaksanakan RTSM kedua RTSM yang berbeda kategori tersebut turut aktif bertanya seputar PKH kepada pendamping PKH. RTSM yang pernah mendapat pendidikan nonformal dengan yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal memiliki keaktifan yang tidak jauh berbeda karena PKH merupakan program pemerintah yang relatif baru mereka dengar dan
52
merupakan program yang bersifat pemberian dana dengan fokus untuk pendidikan dan kesehatan. 6.2.2 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi 1) Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi Bahasa yang digunakan oleh RTSM merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Bahasa yang digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH saat pertemuan kelompok dapat dikategorikan menjadi cukup baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi), baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi) dan sangat baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa sunda saat berkomunikasi). Sesuai dengan Tabel 13 bila dikaitkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok maka nilai aktivitas tertinggi yaitu 100 persen pada RTSM yang penggunaan bahasa baik (bahasa Indonesia) dan sangat baik (bahasa Indonesia dan bahasa Sunda). Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah yaitu 41.9 persen terjadi pada RTSM yang penggunaan bahasanya cukup baik (bahasa Sunda). Tabel 13 Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Penggunaan Bahasa
Cukup baik Baik Sangat baik
Rendah 41.9 0 0
Tinggi 58.1 100 100
53
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.422**. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahasa berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini bahasa yang biasa digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang semakin baik
pada RTSM penerima bantuan PKH membuat aktivitas
komunikasi juga semakin tinggi, hal tersebut juga terjadi sebaliknya bila semakin kurang baik penggunaan bahasanya maka aktivitasnya rendah. RTSM yang dapat menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki kecenderungan lebih aktif dalam berdiskusi dengan pendamping saat pertemuan kelompok. Mereka yang dapat menggunakan bahasa dengan sangat baik akan tidak canggung dalam bertanya, menyampaikan saran dan keluhan. RTSM yang hanya menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya cenderung lebih pasif saat pertemuan kelompok karena mereka merasa malu bila pendamping tidak mengerti tentang apa yang ingin mereka sampaikan. Aktivitas komunikasi berjalan dengan efektif saat RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH menggunakan bahasa yang dapat saling dimengerti sehingga didapat kesamaan makna antara keduanya. Pendamping yang juga berperan sebagai pengawas penggunaan dana PKH sangat terbantu dengan penggunaan bahasa yang baik oleh RTSM. 2) Hubungan jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi
54
Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH beragam dan dikategorikan menjadi RTSM dengan kategori jumlah tanggungan rendah (kurang dari 3 orang), sedang (antara 3 sampai 5 orang) dan tinggi (lebih dari 5 orang). Berdasarkan Tabel 14 didapatkan bahwa aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok tertinggi yaitu 85.7 persen pada RTSM yang memiliki jumlah tanggungan kurang dari tiga orang. Sedang aktivitas komunikasi rendah yaitu 100 persen pada jumlah tanggungan yang tinggi. Tabel 14 Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Aktivitas komunikasi (%) Kategori
Jumlah Tanggungan
Rendah Sedang Tinggi
Rendah 12.5 43.5 100
Tinggi 87.5 56.5 0
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi -0.408**. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini jumlah anak/keponakan/cucu yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH yang memiliki jumlah tanggungan keluarga rendah memiliki tingkat aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok yang lebih tinggi dibandingkan RTSM yang tanggungan keluarganya tinggi. RTSM yang memiliki jumlah
55
tanggungan keluarga rendah memiliki cenderung lebih aktif hadir pada pertemuan kelompok dibanding RTSM yang memiliki banyak tanggungan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam ditemukan bahwa kecenderungan untuk menghadiri pertemuan kelompok bagi RTSM yang memiliki banyak anak lebih kecil karena anaknya tidak dapat ditinggal atau sedang sakit. Sementara itu RTSM yang memiliki jumlah anak yang lebih sedikit akan lebih leluasa saat menghadiri pertemuan kelompok karena anaknya dapat dititipkan kepada tetangga yang tidak mendapat dana PKH yang sebagian besar masih ada hubungan keluarga. Hubungan yang sangat nyata antara jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi juga dapat dilihat dari keaktifan RTSM dalam berdiskusi. RTSM yang anaknya banyak akan cenderung lebih pasif dibandingkan dengan RTSM yang anaknya sedikit karena sering kali saat diskusi berlangsung Balita yang dibawa oleh RTSM menangis atau anaknya meminta jajanan sehingga RTSM tersebut tidak fokus saat mengikuti pertemuan kelompok. 6.3 Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok dan Efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan Aktivitas komunikasi yang dilakukan antara RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH dapat dinilai tingkat efektivitasnya. Efektivitas komunikasi antara keduanya membentuk perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok dapat dilihat hubungannya dengan efektivitas komunikasi. RTSM yang memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tinggi cenderung memiliki perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan yang tinggi.
56
Berdasarkan hasil analisis untuk melihat hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi didapat hasil bahwa hanya efektivitas komunikasi pada aspek tindakan yang dapat dilihat hubungannya dengan bantuan alat analisis statistik. Aspek pengetahuan dan sikap tidak dapat dilihat hasil olahannya karena data hasil penelitian yang didapat seragam yaitu berpengetahuan tinggi dan sikap RTSM positif. 1) Hubungan pengetahuan dan aktivitas komunikasi Pengetahuan RTSM terhadap Program Keluarga Harapan merupakan hasil dari pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH. Pengukuran aspek pengetahuan RTSM dilakukan dengan mengajukan pertanyaan positif yang berkaitan dengan PKH dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab benar atau salah. Tabel 15 menunjukkan tingkat pengetahuan responden 100 persen tinggi. Tingkat pengetahuan sebesar 71.1 persen pada RTSM yang memiliki aktivitas komunikasi tinggi pada saat pertemuan kelompok. Sementara itu tingkat pengetahuan sebesar 28.9 persen pada RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah saat pertemuan kelompok. Tabel 15 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Pengetahuan (%) Kategori
Aktivitas komunikasi
Rendah Tinggi
Tinggi 28.9 71.1
Keseragaman input data dimana tingkat pengetahuan 100 persen responden sama tinggi menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan tingkat pengetahuan RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan
57
bantuan alat analisis statistik antara tingkat pengetahuan dan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 15 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam kepada RTSM didapat 100 persen RTSM mengalami perubahan tingkat pengetahuan yang awalnya tidak mengetahui Program Keluarga Harapan setelah adanya pertemuan kelompok menjadi tahu akan PKH. Pertemuan yang diadakan oleh pendamping PKH diadakan secara rutin tiap satu bulan sekali kepada para ketua kelompok disetiap Kelurahan dan tiap tiga bulan sekali pada seluruh RTSM disetiap kelompok. Pertemuan kelompok yang dilakukan secara intensif dan bersifat wajib tersebut membuat RTSM mendapat informasi yang lengkap dari pendamping dan menambah pengetahuan mereka menyangkut pendidikan, kesehatan dan tentang PKH. Pengetahuan yang tinggi dari RTSM menunjukkan bahwa RTSM memperhatikan pendamping saat pertemuan kelompok. Nilai 100 persen pengetahuan RTSM
tinggi walaupun aktivitas
RTSM tersebut
rendah
menunjukkan bahwa proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh pendamping PKH sangat baik sehingga RTSM pengetahuannya tinggi walaupun aktivitas komunikasinya rendah. Tingginya pengetahuan yang dimiliki oleh RTSM menunjukkan komitmen dari RTSM terhadap PKH. Dari 100 persen pengetahuan yang tinggi diantaranya pengetahuan mengenai jumlah dana yang diterima oleh RTSM dimana mereka mengetahui tentang frekuensi pencairan dana dan jumlah dana yang diterima setiap keluarga dengan kategorinya masing-
58
masing. Dengan kata lain aspek pengetahuan memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok. 2) Hubungan sikap dan aktivitas komunikasi Pengukuran aspek sikap dari RTSM pada penelitian ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang terkait sikap dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan empat pilihan jawaban yang di antaranya adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Total jawaban RTSM tersebut diukur dengan menggunakan skala likert. Tabel 16 menunjukkan bahwa 100 persen RTSM bersikap positif terhadap Program Keluarga Harapan. Kategori sikap positif pada aktivitas komunikasi tinggi sebesar 62.2 persen. Sedangkan RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah nilai sikap positifnya sebesar 37.8 persen. Tabel 16 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Sikap (%) Kategori
Aktivitas komunikasi
Rendah Tinggi
Positif 37.8 62.2
Keseragaman input data dimana sikap 100 persen RTSM sama yaitu positif menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan sikap RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan bantuan alat analisis statistik antara sikap dengan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 16 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam didapat 100 persen RTSM memang dari awal sosialisasi Program Keluarga Harapan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bantuan PKH karena dengan
59
bantuan tersebut mereka jadi lebih ringan menanggung biaya kesehatan dan pendidikan. Sikap positif RTSM tersebut diiringi dengan pengharapan mereka agar mereka untuk seterusnya mendapatkan dana bantuan dari pemerintah sehingga terkesan ketergantungan. Sikap positif yang dimiliki oleh RTSM seiring dengan perubahan pengetahuan dari RTSM setelah mengikuti pertemuan kelompok. Dengan kata lain aspek sikap memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok. 3) Hubungan tindakan dan aktivitas komunikasi Aspek tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH terkait dengan tanggungjawab yang telah disepakati pada awal berjalannya program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak. Pengukuran aspek tindakan RTSM dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait tindakan RTSM dalam memanfaatkan dana serta dalam aktivitas komunikasi. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi tiga yaitu selalu, tidak selalu dan tidak pernah dimana total dari jawaban tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala likert. Pengkategorian tindakan dibagi menjadi dua yaitu rendah dan tinggi. Berdasarkan analisis didapat
bahwa RTSM yang aspek tindakannya
rendah yaitu sebesar 20.4 persen dan RTSM yang aspek tindakannya tinggi sebesar 79.6 persen. Bila dihubungkan dengan aktivitas komunikasi pada Tabel 17 didapat aktivitas komunikasi rendah aspek tindakan rendahnya sebesar 46.2 persen dan tindakan tingginya 53.8 persen. Sementara itu RTSM yang memiliki aktivitas komunikasinya tinggi aspek tindakan rendahnya sebesar 12.5 persen dan tindakan tingginya sebesar 87.5 persen.
60
Tabel 17 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel
Tindakan (%) Kategori
Aktivitas komunikasi
Rendah Tinggi
Rendah 46.2 12.5
Tinggi 53.8 87.5
Hasil uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa antara tindakan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.367*. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek tindakan. Artinya pada penelitian ini semakin sering pertemuan kelompok dilakukan maka perubahan tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH akan semakin tinggi. Semakin sering RTSM mengikuti pertemuan kelompok membuat tindakan RTSM semakin mengarah kepada aturan yang seharusnya dilaksanakan terkait pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping membuat RTSM penerima bantuan PKH terkontrol karena selalu diingatkan mengenai kewajiban dalam penggunaan dana PKH. Saat pertemuan kelompok setiap RTSM akan ditanyakan oleh pendamping mengenai untuk apa dana PKH digunakan dan apabila RTSM melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH maka pendamping saat pertemuan kelompok tersebut akan memberikan pengarahan agar tidak diulangi lagi tindakan yang menyimpang dari prosedur PKH. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tidak semua RTSM memiliki kategori tindakan tinggi atau tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH. Masih terdapat RTSM yang menggunakan dana PKH tidak untuk
61
kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH di antaranya, masih terdapat RTSM yang tidak selalu melakukan penimbangan secara rutin tiap bulan dengan alasan bekerja atau tidak mengetahui jadwal penimbangan sebanyak 28.9 persen, terdapat RTSM yang tidak selalu menggunakan dana PKH untuk keperluan sekolah (22%) dengan alasan keperluan sekolah yang sebelumnya masih ada seperti baju, sepatu, tas sehingga dananya selalu digunakan untuk kepeluan konsumsi sebesar 17.8 persen, masih terdapat juga RTSM yang menggunakan dana PKH untuk membeli barang-barang elektronik walaupun hanya 2.2 persen. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur tersebut merupakan aspek kategori tindakan rendah dan bila dihubungkan aktivitas komunikasi, besarnya persentase aktivitas komunikasi yang rendah (46.2%) merupakan aspek yang berhubungan dengan rendahnya tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH.
62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya terhadap pendidikan dan kesehatan. Kategori penerima bantuan PKH merupakan rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anak usia sekolah SD atau SMP, memiliki Balita dan Ibu dalam kondisi hamil. Mayoritas RTSM penerima dana PKH adalah ibu rumahtangga yang tidak memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak/keponakan/cucu yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dengan pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu bahasa Sunda dikarenakan mereka mayoritas berasal dari daerah Bogor. 2. Aktivitas komunikasi dalam Program Keluarga Harapan merupakan aspek penting sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik. Aktivitas komunikasi antara RTSM dengan pendamping PKH dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok yang diadakan secara rutin. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH menjadi sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk berdiskusi dengan pendamping seputar pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok juga menjadi indikator
63
yang digunakan oleh pendamping untuk melihat komitmen dari RTSM pasca menerima dana bantuan. 3. Tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi hanya penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. Penggunaan bahasa memiliki hubungan yang sangat nyata dengan aktivitas komunikasi karena bahasa yang digunakan RTSM merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pertanyaan, keluhan dan kritik pendamping dimana penggunaan bahasa yang baik akan membuat pendamping mengerti dan memahami permasalahan yang ada pada RTSM tersebut. Jumlah tanggungan juga merupakan variabel yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok karena jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM mengindikasikan seberapa sibuknya RTSM tersebut untuk mengurus anaknya. RTSM yang memiliki anak yang banyak akan cenderung memiliki lebih banyak halangan untuk hadir dalam pertemuan kelompok atau walaupun hadir tetapi tidak terlalu aktif berdiskusi karena menjaga anaknya agar tidak menangis. Sementara itu variabel karakteristik RTSM yang tidak berhubungan dengan aktivitas komunikasi adalah usia, status pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. 4.
Aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok memiliki hubungan nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM.
64
Hubungan antara aktivitas komunikasi dan Pengetahuan begitu pula antara aktivitas komunikasi dan sikap tidak dapat dilihat dengan menggunakan alat analisis statistik karena 100 persen RTSM memiliki pengetahuan yang tinggi dan 100 persen RTSM juga memiliki sikap yang positif. Hubungan antara aktivitas komunikasi dengan kedua variabel tersebut didapat dari hasil wawancara mendalam dimana seluruh RTSM menyampaikan bahwa pertemuan kelompok yang diadakan pendamping membuat pengetahuan mereka tentang PKH bertambah. Hal tersebut juga terjadi pada sikap seluruh RTSM yang menjadi positif setelah mendapat pendampingan oleh pendamping PKH. Hubungan yang nyata antara aktivitas komunikasi dan tindakan RTSM menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki keaktifan yang tinggi saat pertemuan kelompok cenderung akan memiliki tindakan yang tinggi sesuai dengan prosedur PKH. Saat RTSM aktif bertanya, menyampaikan keluhan atau kritik berkaitan tentang program PKH dan mereka mendengarkan informasi dari Pendamping dengan baik maka mereka akan bertindakan lebih sesuai dengan prosedur PKH. Hal tersebut juga dilengkapi saat wawancara mendalam dimana sebagian besar RTSM yang tindakannya tidak sesuai dengan prosedur PKH memang saat pertemuan kelompok RTSM tersebut tidak aktif bertanya dan pada saat pendamping memberi informasi tentang PKH, RTSM tersebut tidak mendengarkan dengan baik.
65
7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: 1. Program Keluarga Harapan akan semakin efektif apabila dalam pelaksanaannya terdapat proses komunikasi yang baik antara pendamping PKH dan RTSM. Semakin intensif komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok maka akan semakin tinggi efektivitas komunikasinya. Untuk itu sangat penting bagi pendamping PKH agar membuat penjadwalan yang lebih intensif untuk bertemu dengan RTSM penerima bantuan PKH agar RTSM lebih efektif dalam penggunaan dana PKH. 2. Pada saat pertemuan kelompok pendamping PKH perlu memilih secara bergantian seorang ketua (mother leader). Penggiliran menjadi ketua kelompok bertujuan agar setiap RTSM yang menjadi ketua kelompok memiliki tanggungjawab untuk memimpin kelompok dan lebih aktif pada saat pertemuan kelompok. Tanggungjawab yang dimiliki oleh seorang ketua kelompok akan membuat RTSM yang menjadi ketua kelompok akan memberi contoh kepada anggota kelompoknya. Dengan status menjadi ketua kelompok akan membuat RTSM lebih aktif saat pertemuan kelompok.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anas P. 2003. Efektivitas Komunikasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir; Kasus Cilincing dan Kepulauan Seribu. [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Berlo DK.1960. The Process of Communiccation: an introduction to theory and practice. Inc New York: Holt-Rinehart & Winston. Cahyanto PG. 2007. Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Damayanti P. 2003.Hambatan Komunikasi Organisasi Pemerintah daerah. [tesis]. Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB Dirjen PMD Depdagri .2003. Strategi Pengentasan Kemiskinan Nasional. Jakarta Djunaedi. 2003. Efektivitas Komunikasi di dalam Program Imbal Swadaya di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Eddy S. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten (Kasus Penanganan Aspek Sosial di Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor). [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Effendy OU .2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Jufri M. 2005. Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Pemakai Sarana Air Bersih; kasus Program PABPLP-mpr Kec. Bungku Tengah Kab. Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.[tesis]. Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Kincaid L, Schramm W. 1977. Azas-Azas Komunikasi antar Manusia. Jakarta: LP3ES. Rahmani AW. 2006. Efektivitas Komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Lahan Kering (Kasus Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat). [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.
67
Rahmat J. 2000. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya. Bandung. Rogers EM, Kincaid DL.1982. Communication Network: Toward a new paradigm for research. London: collier Macmillan Publishers. Sastropoetro S. 1988. Partisipasi, Komunikasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni. Bandung. Singarimbun M, effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES Tubbs SL, Moss S. 1996. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung. UPPKH.2008.”Pedoman Umum PKH 2008”.Jakarta: Depsos RI. Yusuf H. 2004. Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat dalam Penyelesaian Konflik Masyarakat di Maluku Utara.[tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.
68
LAMPIRAN
69
LAMPIRAN 1: Hasil analisis data SPSS 15.0 1) Hubungan usia dan aktivitas komunikasi KTGUMUR * KTGAKTIK Crosstabulation Count KTGAKTIK rendah KTGUMU R
muda dewasa tua
tinggi
3 8 2 13
Total
Total 9 20 3 32
12 28 5 45
Symmetric Measures
Interval by Interval Ordinal by Ordinal
Pearson's R Spearman Correlation
Value -,084
Asymp. Std. Error(a) ,151
Approx. T(b) -,555
Approx. Sig. ,582(c)
-,081
,150
-,534
,596(c)
N of Valid Cases
45 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.
2) Hubungan pekerjaan dan aktivitas komunikasi Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value ,231 a ,229 ,138
2 2
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,891 ,892
1
,710
df
45
a. 2 cells (33,3%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum ex pec ted count is 2,31.
Sym m e tric Measure s
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coef f ic ient
Value ,071 45
Approx. Sig. ,891
a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the as ymptotic standard error ass uming the null hypothes is .
70
3) Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi PNDPATAN * KTGAKTIK Cross tabulation Count
PNDPATAN
rendah sedang tinggi
Total
KTGAKTIK rendah tinggi 7 6 3 16 3 10 13 32
Total 13 19 13 45
Sym m e tric Measure s
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation N of Valid Cases
Value ,258 ,258 45
Asy mp. a Std. Error ,153 ,156
b
Approx. Sig. ,087 c ,087 c
b
Approx. Sig. ,302 c ,346 c
Approx. T 1,751 1,751
a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the as ymptotic standard error ass uming the null hypothes is . c. Based on normal approximation.
4) Hubungan pendidikan formal dan aktivitas komunikasi pendidik an form al * KTGAKTIK Cros stabulation Count
pendidikan f ormal
KTGAKTIK rendah tinggi 12 26 1 4 0 2 13 32
tamat SD tamat SMP tamat SMA
Total
Total 38 5 2 45
Sym m e tric Measure s
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation N of Valid Cases
Value ,157 ,144 45
Asy mp. a Std. Error ,096 ,118
Approx. T 1,044 ,953
a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the as ymptotic standard error ass uming the null hypothes is . c. Based on normal approximation.
71
5) Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi pendidik an nonform al * KTGAKTIK Cros stabulation Count
pendidikan nonf ormal
tidak pernah pernah
Total
KTGAKTIK rendah tinggi 10 22 3 10 13 32
Total 32 13 45
Sym m e tric Measure s
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation N of Valid Cases
Asy mp. a Std. Error ,142 ,142
Value ,082 ,082 45
b
Approx. T ,538 ,538
a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the as ymptotic standard error ass uming the null hypothes is . c. Based on normal approximation.
6) Hubungan jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi KTGJUM * KTGAKTIK Cross tabulation Count
KTGJUM
rendah sedang tinggi
Total
KTGAKTIK rendah tinggi 3 18 10 13 0 1 13 32
Total 21 23 1 45
Cor relations Spearman's rho
KTGA KTIK
KTGJUM
Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).
KTGA KTIK KTGJUM 1,000 -,408** . ,005 45 45 -,408** 1,000 ,005 . 45 45
Approx. Sig. ,594 c ,594 c
72
7) Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi KTGBHS * KTGAKTIK Cros stabulation Count
KTGBHS
KTGAKTIK rendah tinggi 13 18 0 10 0 4 13 32
cukup baik baik sangat baik
Total
Total 31 10 4 45
Cor relations Spearman's rho
KTGA KTIK
KTGBHS
KTGA KTIK KTGBHS 1,000 ,422** . ,004 45 45 ,422** 1,000 ,004 . 45 45
Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).
8) Hubungan aktivitas komunikasi dan tindakan TNDK * KTGAKTIK Cros s tabulation Count
TNDK Total
rendah tinggi
KTGAKTIK rendah tinggi 6 4 7 28 13 32
Total 10 35 45
Sym me tric Measure s
Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation N of Valid Cases
Value ,367 ,367 45
Asy mp. a b Std. Error Approx. T Approx. Sig. ,155 2,586 ,013 c ,155 2,586 ,013 c
a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the as ymptotic standard error ass uming the null hypothes is . c. Based on normal approximation.
73
Lampiran 2. Kuesioner EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RTSM PENERIMA BTB DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) (Studi Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat)
-KUESIONER UNTUK RTSM PENERIMA BTBDengan hormat, Saya Parnamian Johannes Mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor bermaksud untuk
mengevaluasi efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Balungbang Jaya. Dengan demikian Saya perlu mewawancarai ibu untuk mendapat masukan tentang efektivitas komunikasi pada PKH selama ini. Berikut ini Saya mengajukan beberapa pertanyaan dan harapan Saya pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan jujur. Atas waktu yang disiapkan untuk pengisian kuesioner ini, Saya Ucapkan terima Kasih Nomor Responden
: ..…………………………………………………………….
Nama Responden
: ……………………………………………………………..
Alamat Rumah
: RT………RW…………………………………………….. Desa………………………………………………………....
PROGRAM STUDI SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
74
2009 I. KARAKTERISTIK RTSM PENERIMA BTB Petunjuk
: 1. Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda bulat (O) pada huruf yang sesuai dengan jawaban ibu. 2. Kuesioner ini hanya digunakan sebagai bahan penelitian.
1. Berapa umur ibu saat ini?............. (Tahun) 2. Apa pekerjaan ibu saat ini? 1= Petani 2= Buruh 4= Karyawan 5= PNS 7= Ibu rumah tangga
3= Pedagang 6= Wirausaha
3. Berapa pendapatan keluarga yang diterima tiap bulan? Pendapatan Ibu Pendapatan Bapak Jumlah
(diluar dana PKH)
= Rp.................../ bulan (isi bila ibu bekerja) = Rp.................../ bulan = Rp.................../ bulan
4. Berapa jumlah tanggungan anak yang ibu miliki? 1= Kurang dari 3 orang (balita.......dan anak usia sekolah.....) 2= Antara 3 orang - 5 orang (balita.......dan anak usia sekolah.....) 3= diatas 5 orang (balita.......dan anak usia sekolah.....)
5. Apa bahasa yang ibu gunakan sehari-hari ? 1= Bahasa Indonesia 2= Bahasa sunda 3=lainnya........................
6. Sampai jenjang apa ibu mendapat pendidikan di sekolah ? 1= Tidak tamat SD 2= Tamat SD 3= Tamat SMP 4= Tidak tamat SMP 5= Tidak tamat SMA 6= Tamat SMA
7. Apakah ibu pernah mendapat pelatihan/kursus/penataran ? 1= Tidak pernah 2= Pernah
8. Dari manakah daerah asal ibu ? 1= Asal Bogor (Pribumi)
2= Di luar Bogor (Pendatang)
75
II. AKTIVITAS KOMUNIKASI Petunjuk
: 1. Isilah pernyataan atau pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda bulat (O) pada huruf yang sesuai dengan jawaban ibu. 2. Kuesioner ini hanya digunakan sebagai bahan penelitian.
Pendampingan Kegiatan yang dilakukan pendamping terhadap RTSM Penerima BTB PKH
1. Apakah pendamping mengadakan pertemuan kelompok? 1= Tidak
2= Ya (lanjut ke no. 2)
2. Apakah ibu menghadiri pertemuan kelompok tersebut? 1= Tidak
2= Ya
3. Apakah pertemuan kelompok tersebut dilakukan secara rutin? 1= Tidak (lanjut ke no. 5) 2= Ya (lanjut ke no. 4) 4. Berapa kali dalam satu bulan pertemuan rutin tersebut dilaksanakan? 1= Satu kali dalam sebulan 2= Dua kali dalam sebulan 3= lebih dari dua kali dalam sebulan 5. Apakah ibu diingatkan saat akan diadakannya pertemuan kelompok? 1= Tidak (lanjut ke no. 7) 2= Ya (lanjut ke no. 6) 6. Siapa yang mengingatkan ibu saat akan diadakan pertemuan kelompok? 1= Pendamping PKH 2= Ketua kelompok 3= Anggota kelompok 4=(lainnya)........................................ 7. Apakah alasan ibu menghadiri pertemuan kelompok tersebut? 1= Karena kesadaran sendiri untuk mendapat informasi 2= Karena takut namanya dicoret bila tidak hadir pertemuan kelompok 3= Karena dipaksa oleh ketua kelompok 4= (lainnya)......................................... 8. Apakah ibu mendengarkan saat pendamping menyampaikan informasi pada pertemuan kelompok? 1= Tidak 2= Ya 9. Apakah ibu berbicara dengan ibu-ibu yang lain saat pendamping berbicara? 1= Tidak 2= Ya
76
10. Apakah ibu membawa anak/balita saat pertemuan kelompok? 1= Tidak (lanjut ke no. 13) 2= Ya (lanjut ke no.11) 11. Apakah anak/balita ibu yang ibu bawa sering menangis saat pertemuan kelompok berlangsung? 1= Tidak 2= Ya 12. Apakah anak/balita yang ibu bawa menghambat ibu untuk mendengarkan pendamping? 1= Tidak 2= Ya 13. Apakah bahasa yang digunakan pendamping saat menyampaikan informasi? 1= Bahasa Indonesia 2= Bahasa Sunda 3= (lainnya)......................................................... 14. Apakah ibu mengerti bahasa yang digunakan oleh pendamping? 1= Tidak 2= Ya 15. Apakah ibu bertanya saat tidak mengerti mengenai apa yang disampaikan pendamping? 1= Tidak 2= Ya
16. Apakah pendamping menyampaikan bahwa dana PKH hanya untuk kesehatan, pendidikan anak, dan ibu hamil? 1= Tidak
2= Ya
18. Apakah saat pertemuan kelompok pendamping menegur ibu saat tidak memeriksakan kandungan ke posyandu? 1= Tidak
2= Ya
19. Apakah saat pertemuan kelompok pendamping menegur ibu saat tidak menimbang balita ke posyandu? 1= Tidak
2= Ya
20. Apakah saat pertemuan kelompok pendamping menegur ibu saat anaknya mendapat nilai buruk di sekolah? 1= Tidak
2= Ya
77
IV. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI A. Pengetahuan (kognitif) I.
Apa yang anda ketahui tentang Program Keluarga Harapan setelah mendapat sosialisasi dan Pendampingan dari Pendamping. Jawablah dengan mencantumkan tanda silang (X) pada kolom yang anda pilih.
Keterangan : 1 = Salah 2 = Benar No Aspek-aspek dalam PKH 1. PKH singkatan dari Program Keluarga Harapan. 2.
PKH memiliki tujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan keluarga miskin.
3.
PKH merupakan program pemberian bantuan yang bersyarat.
4.
Bantuan PKH diberikan kepada keluarga miskin yang memiliki anak balita atau memiliki anak usia SD/SMP yang belum berusia 18 tahun atau Ibu yang sedang hamil/nifas.
5.
Dana PKH diberikan 3 kali dalam satu tahun.
6.
Dana yang diterima hanya untuk kesehatan ibu hamil dan balita serta biaya pendidikan anak SD/SMP.
7.
Jumlah dana yang diberikan setiap keluarga berbeda.
8.
Dana diberikan melalui kantor pos dengan membawa kartu PKH.
9.
Bila di dalam keluarga tidak ada yang hamil,memiliki balita, dan anak usia sekolah maka bantuan akan diakhiri.
10. Terdapat sanksi apabila dana yang diberikan tidak digunakan untuk kesehatan dan pendidikan. 11. Setiap RW terdapat seorang ketua kelompok (mother leader). 12. Setiap kelurahan terdapat satu atau dua orang petugas PKH yang disebut sebagai seorang Pendamping. 13. Pendamping memiliki kewajiban mengarahkan ibu untuk memeriksakan kesehatan dan pendidikan.
Salah
Benar
78
14. PKH bekerjasama dengan puskesmas/posyandu B. Sikap (afektif) I. Jawablah dengan mencantumkan tanda silang (X) pada kolom berikut. Keterangan : 1 = Sangat Tidak setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Setuju 4 = Sangat Setuju No Pendapat anda tentang pernyataan 1 2 dibawah ini 1. Saya mau menghadiri pertemuan yang diadakan pendamping. 2. Saya mau mendengarkan saat pendamping menyampaikan arahan. 3. Saya mau bertanya saat tidak mengerti apa yang disampaikan pendamping saat pertemuan kelompok. 4. Saya mau menabungkan dana bantuan PKH yang masih tersisa. 5. Saya mau membayarkan iuran SPP anak saya tepat pada waktunya. 6. Saya mau menimbangkan balita secara rutin tiap bulan ke posyandu. 7. Saya bersedia mengingatkan ibu yang belum menimbangkan balitanya ke posyandu 8. Saya bersedia berdiskusi dengan ibu-ibu satu kelompok tentang kesehatan saat pertemuan. 9. Saya bersedia mengingatkan ibu yang anaknya tidak berangkat ke sekolah. 10. Saya bersedia dikeluarkan dari daftar penerima PKH bila dianggap sudah tidak miskin lagi oleh pendamping. 11. Saya bersedia dikeluarkan apabila tidak menggunakan dana PKH dengan benar.
3
4
79
C. Tindakan Bagaimana tindakan Ibu setelah mendapatkan pendampingan dari Pendamping. Jawablah dengan mencantumkan tanda silang (X) pada kolom berikut
Keterangan : 1= Tidak pernah 2= tidak selalu 3= Selalu No
Tindakan Ibu
1.
Melakukan penimbangan balita tiap bulan. Memantau kehadiran anak di sekolah. Membayar iuran SPP anak tepat pada waktunya. Menggunakan dana bantuan untuk keperluan sekolah anak. Menggunakan dana bantuan untuk keperluan kesehatan anak. Menghadiri pertemuan kelompok. Bertanya pada pendamping.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
Berdiskusi dengan anggota kelompok seputar kesehatan. 9. Bertanya kepada guru tentang kemajuan belajar anak di sekolah. 10. Menggunakan dana PKH untuk membeli kebutuhan konsumsi. 11. Menabungkan dana PKH yang masih tersisa. 12. Menggunakan dana PKH untuk membeli barang elektronik.
Apakah Ibu melakukannya Tidak pernah Tidak selalu Selalu