eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (3) 783-792 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
EFEKTIVITAS KERJASAMA INDONESIA DAN UNITED NATIONS WORLD TOURISM ORGANIZATION (UNWTO)PASCA TSUNAMI DI PANGANDARAN Eko Suhartono AS1 Nim. 0902045022 Abstract Kerjasama antara UNWTO ( United Nations World Tourism Organization ) dan Indonesia dalam mengembangkan sektor pariwisata di Pangandaran. Sektor pariwisata merupakan komponen penting dari perekonomian Indonesia, dan Pangandaran merupakan salah satu tujuan pariwisata populer di Jawa Barat yang berkontribusi dalam perekonomian Indonesia.Namun, karena bencana tsunami pada tahun 2006 sangat mempengaruhi pariwisata di Pangandaran.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proyek STREAM telah membuat Pangandaran sebagai daerah pariwisata yang tahan terhadap perubahan iklim dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun asing.Penelitian ini juga menunjukkan efektivitas dari program STREAM di Pangandaran.Salah satu faktor keberhasilan proyek ini adalah keterlibatan masyarakat lokal dan masyarakat sekitar selama proyek dilaksanakan.Proyek STREAM di Pangandaran dilaksanakan oleh UNWTO bersama-sama dengan Kementerian Indonesia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Keywords: UNWTO, Kerjasama, Pariwisata. Pendahuluan Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa - Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika. Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 783-792
hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Pantai Pangandaran adalah salah satu tujuan wisata terkenal di Propinsi Jawa Barat.Pantai Pangandaran memiliki dua pantai disisi barat dan timur.Pada tanggal 17 Juli 2006 terjadi gempa bumi di pantai selatan pulau Jawa, daerah Pangandaran. Gempa utama berkekuatan 6,8 SR pada titik kordinat 9,46° LS dan 107°, 19° BT. Gempa tersebut menimbulkan gelombang pasang yang menyebabkan bencana tsunami.Bencana gempa dan tsunami yang melanda daerah Pangandaran dan sekitarnyamenimbulkan kerusakan bangunan dan jumlah korban di wilayah pantai selatan Jawa Barat.Pasca bencana tsunami pemerintah telah membuat kebijakankebijakan terkait pariwisata di Indonesia, namun hal tersebut masih kurang cukup dan cenderung kurang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan membangun kawasan wisata pasca tsunami. Untuk itu diperlukan kebijakan lain yang lebih efektif guna meningkatkan sektor pariwisata di Pangandaran. Salah satunya adalah dengan melakukan kerjasama, baik dengan aktor negara maupun dengan aktor-aktor non negara. Sejak tahun 2007 pasca tsunami, UNWTO dengan Indecon telah bekerjasama dalam merevitalisasi kawasan wisata di Pangandaran, yang selanjutnya pemerintah Indonesia juga setuju untuk bekerjasama dengan UNWTO dalam kerangka kerja untuk membangun pariwisata berkelanjutan (STREAM) di Pangandaran. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Peran Organisasi Internasional Peranan dapat diartikan orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh satu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut sang pelaku baik itu individu maupun organisasi internasionalakan menjalankan perilaku sesuai dengan harapan orang dilingkungannya. Dalam hal ini peranan-peranan yang berpola dari orang lain atau lingkungannya dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial.Organisasi internasional merupakan bentuk kerjasama yang melembaga antar negara-negara, yang pada umumnya didasarkan atas persetujuan bersama. Perkembangan pesat dalam bentuk kerjasama melalui organisasi internasional makin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan hanya melibatkan negara beserta pemerintah saja. Setiap organisasi internasional mempunyai tujuan yang tentunya disadari oleh para anggotanya.Sesuai dengan namanya sebagai organisasi internasional, organisasi tersebut didalam operasionalnya mempunyai sasaran-sasaran yang bersifat internasional pula. Melalui kerjasama di dalam organisasi diharapkan akan memberikan kesempatan untuk memuaskan kepentingan negara-negara anggota organisasi.Selain itu, organisasi internasional menjalankan program-programnya dalam membantu perkembangan negara-negara di dunia secara multidimensional seperti, ekonomi, politik, hukum, keamanan dan sebagainya.Setiap anggota organisasi internasional diwajibkan untuk mendukung secara penuh program-program yang telah disepakati bersama dalam perjanjian internasional.
784
Efektivitas Kerjasama Indonesia-UNWTO Pasca Tsunami di Pangandaran (Eko Suhartono)
Seperti halnya penelitian ini UNWTO sebagai organisasi internasional memiliki peran penting dalam menangani pariwisata dunia. Pariwisata sebagai salah satu penggerak perekonomian nasional suatu negara, akan membawa UNWTO berperan agar pariwisata di negara-negara berkembang lebih maju. UNWTO bertanggung jawab dalam mengembangkan pariwisata di negara anggotanya, dengan melakukan kerjasama dan membuat berbagai kebijakan serta program-program untuk membantu negara berkembang mengembangkan sektor pariwisatanya sehingga pariwisata di negara tersebut berkembang secara optimal. Konsep Kerjasama Internasional Kerjasama dapat didefinisikan sebagai serangkaian hubungan-hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti dalam sebuah organisasi internasional seperti PBB atau Uni Eropa.Aktor-aktor negara membangun hubungan kerjasama melalui suatu organisasi internasional dan rezim internasonal, yang didefinisikan sebagai seperangkat aturan-aturan yang disetujui, regulasi-regulasi, norma-norma, dan prosedur-prosedur pengambilan keputusan, dimana harapan-harapan para aktor dan kepentingan-kepentingan negara bertemu dalam suatu lingkup hubungan internasional. Berkaitan dengan itu, kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada situasi-situasi yang bersifat di sentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang menyangkut kurang memadai informasi tentang motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting. Interaksi yang dilakukan secara terus menerus, berkembangnya komunikasi dan transportasi antar negara dalam bentuk pertukaran informasi mengenai tujuan-tujuan kerjasama, dan pertumbuhan berbagai intitusi yang walaupun belum sempurna dimana pola-pola kerjasama menggambarkan unsur-unsur dalam teori kerjasama berdasarkan kepentingan sendiri dalam sistem internasional anarkis ini. Selanjutnya, perilaku kerjasama dalam berlangsung dalam situasi institusional yang formal, dengan aturan-aturan yang disetujui, norma-norma yang disetujui, normanorma yang diterima, atau prosedur-prosedur pengambilan keputusan yang umum. Teori kerjasama internasional sebagai dasar utama dari kebutuhan akan pengertian dan kesepakatan pembangunan politik mengenai dasar susunan internasional sebagai dasar utama dari kebutuhan akan pengertian dan kesepakatan pembangunan politik mengenai dasar susunan internasional dimana perilaku muncul dan berkembang. Melalui multilateralisme dari organisasi internasional, rezim internasional, dan aktor internasional meletakkan konsep masyarakat politik dan proses integrasi dimana kesatuan diciptakan. Seperti halnya dengan penelitian ini, dimana Indonesia melakukan kerjasama dengan UNWTO dalam bentuk program-program pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mengembangkan dan membangun sektor pariwisa di Pangandaran pasca tsunami, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung kembali, disamping itu tujuan UNWTO untuk membantu para negara anggotanya dalam industri pariwisata dunia.
785
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 783-792
Teori Efektivitas Organisasi Penelitian kepustakaan yang ada mengenai teori efektivitas memperlihatkan keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat efektivitas suatu hal. Hal ini terkadang mempersulit penelaahan terhadap suatu penelitian yang melibatkan teori efektivitas, namun secara umum, efektivitas suatu hal diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian target atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas memiliki beragam jenis, salah satunya adalah efektivitas organisasi. Sama halnya dengan teori efektivitas secara umum, para ahli pun memiliki beragam pandangan terkait dengan konsep efektivitas organisasi. Umumnya teori efektivitas organisasi masih terkait dengan targetan dan tujuan organisasi, walaupun indikator penilaian pencapaian target tersebut berbeda-beda. Mengingat bahwa dasar dari didirikannya suatu organisasi itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Selanjutmya, kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Konsep kerjasama dapat didefinisikan sebagai serangkaian hubungan-hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum. Hal ini berarti bahwa, kerjasama suatu organisasi itu dapat dilihat dari sejauh mana hubungan-hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.Berdasarkan penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksankan dengan tepat sesuai dengan tujuan, goal, visi dan misi yang telah direncanakan. Bila disinggungkan dengan terminologi kerjasama, penulis melihat antara efektivitas dan kerjasama terlihat saling berhubungan, namun efektivitas menekankan kepada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Sedangkan kerjasama merupakan bentuk hubungan antara aktor dan organisasi dalam mencapai tujuannya. Jadi, penulis berargumen bahwa antara teori efektivitas (organisasi) dan kerjasama dapat digabungkan sehingga didapatkan definisi serangkaian hubungan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan, goal, visi dan misi yang sebelumnya telah ditentukan. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa efektivitas kerjasama antara Indonesia dan UNWTO dapat di lihat dari sejauh mana implementasi program-program yang dicapai sesuai dengan aturan yang ditetapkan sebelumnya. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakantipe penelitian deskriptif, dimana peneliti akan menjelaskan pada bentuk dan efektivitas kerjasama Indonesia dan UNWTO pasca tsunami di Pangandaran. Jenis data yang digunakanadalah data sekunder yang berasal dari literatur-literatur yang didapatkan dari berbagai sumber kepustakaan seperti buku, jurnal, majalah, artikel dan internet dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dan dianggap berguna serta saling berkaitan. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan (documentary research)dan Teknik analisa data penulis menggunakan metode kualitatifdengan menghubungkan
786
Efektivitas Kerjasama Indonesia-UNWTO Pasca Tsunami di Pangandaran (Eko Suhartono)
data yang satu dengan yang lain yang memiliki hubungan saling keterkaitan yang dapat mendukung permasalahan yang akan diteliti. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini akan menunjukkan proyek STREAM (Sustainable Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures) Pariwisata Berkelanjutan Melalui Efisiensi Energi dengan Langkah-langkah Adaptasi dan Mitigasi sebagai bentuk kerjasama yang terjalin antara Indonesia dengan UNWTO dalam pengembangan sektor pariwisata di Pangandaran. Kesepakatan kerjasama berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta pada tanggal 13 Juni 2011, dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari Kementerian, pemerintah propinsi Jawa Barat, pemerintah kabupaten Ciamis, masyarakat Pangandaran dan lembaga internasional. STREAM (Sustainable Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures) adalah sebuah proyek kolaborasi para pihak yang memadukan pendekatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk mewujudkan terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable Tourism) di Pangandaran yang berlangsung pada tahun 2011-2014.Proyek STREAM merupakan proyek pengembangan pariwisata yang mendukung keanekaragaman.Proyek efisiensi energi untuk pariwisata berkelanjutan tersebut dilakukan dengan kegiatan-kegiatan adaptasi dan mitigasi.Kawasan wisata pangandaran dipilih karena lokasi ini memainkan peranan penting dalam pembangunan daerah.Namun akibat bencana tsunami tahun 2006, pariwasata di Pangandaran merosot tajam, bahkan semua fasilitas dan sarana pendukung pariwisata dikawasana tersebut rusak.Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi hadirnya proyek STREAM, yang merupakan proyek utama di Indonesia.Adapun lingkup wilayah yang termasuk dalam wilayah kerja proyek STREAM ini adalah desa Pangandaran, Panunjang, Babakan dan Wonoharjo yang termasuk dalam kecamatan Pangandaran.Selain itu, desa lainnya yg juga menjadi cakupan proyek ini adalah desa Cikembulan, kecamatan Sidamulih.Kelima wilayah tersebut merupakan desa-desa yang dipilih untuk dilaksanakannya proyek STREAM. Tujuan dari kerjasama dalam proyek STREAM secara umum adalah untuk menciptakan model percontohan inovasi dalam kegiatan mitigasi dan adaptasi dalam merespon perubahan iklim di Indonesia, sehingga dapat di replikasi di destinasidestinasi wisata lainnya. Sedangkan sasaran dalam proyek tersebut guna mencapai tujuannya yaitu, peningkatan kesadaran dan kapasitas untuk masyarakat dan para pemangku kepentingan di daerah, sehingga dapat meningkatkan peran serta masyarakat, baik dalam tahap perencanaan maupun pengelolaan proyek. Berdasarkan penelitian penulis, program yang dijalankan oleh UNWTO di Pangandaran adalah proyek STREAM dimana kegiatan utama dari proyek ini mencakup kegiatan adaptasi dan mitigasi. Dalam kegiatan adaptasi, terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu penanaman mangrove dan terumbu karang, peningkatan kesadaran publik dan peningkatan kapasitas untuk perencanaan tanggap terhadap perubahan iklim. Sedangkan dalam kegiatan mitigasi terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu reduksi emisi karbon di industri hotel dan
787
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 783-792
pengembangan energi terbarukan untuk fasilitas pariwisata.Adapun implementasi kegiatan adaptasi dilakukan oleh Indecon sedangkan implementasi mitigasi dilakukan oleh IESR. Implementasi kegiatan adaptasi dan mitigasi di Pangandaran yaitu: 1. Adaptasi perubahan iklim, merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim yang tidak dapat dikurangi melalui kegiatan mitigasi. Walaupun emisi dapat dikurangi melalui kegiatan mitigasi, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sudah terlanjur tinggi sehingga proses perubahan iklim tidak akan otomatis terhenti atau berkurang dalam kurun waktu singkat. Kegiatan adaptasi adalah upaya penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi secara alamiah , baik dengan meminimalkan tingkat kerusakan maupun mencoba mengambil manfaat dari dampak tersebut. Kegiatan adaptasi yang dilakukan dalam proyek STREAM di Pangandaran adalah kegiatan rehabilitasi mangrove dan restorasi terumbu karang. 2. Mitigasi perubahan iklim, lingkungan dan iklim berperan penting dalam mendukung atraksi pariwisata di Pangandaran. Banyak kegiatan wisata seperti berenang, berselancar, dan berlayar, adalah beberapa dari sekian banyak aktivitas yang sangat bergantung pada keadaan alam. Oleh karena itu, menekan dampak kegiatan pariwisata terhadap alam dan lingkungan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh para pemangku kepentingan untuk keberlangsungan investasi jangka panjang pariwisata di Pangandaran. Untuk mengurangi dampak buruk emisi gas rumah kaca dari sektor pariwisata, program STREAM berusaha menerapkan efisiensi energi dan mengembangkan energi terbarukan sebagai contoh solusi-solusi yang dapat diterapkan di Pangandaran. Kegiatan yang diterapkan berupa pengumpulan data, penyusunan data dasar, peningkatan kesadaran masyarakat yang lebih luas, peningkatan kapasitas untuk para pemangku kepentingan kunci, monitoring dan evaluasi, serta penerapan pembelajaran terbaik di destinasi-destinasi lainnya. Selain itu, praktek-praktek terbaik dalam proyek STREAM ini akan ditransfer dan diadopsi oleh destinasidestinasi lainnya diluar Pangandaran. Berdasarkan penelitian penulis, keterlibatan masyarakat setempat adalah kunci keberhasilan untuk program STREAM. Pengetahuan tentang energi terbarukan dan pariwisata berkelanjutan harus direncanakan dan dilaksanakan di setiap proses. Namun keterlibatan masyarakat setempat untuk implementasi menghadapai beberapa tantangan antara lain: a. Ketersedian waktu dari masyarakat setempat Masyarakat setempat biasanya lebih suka terlibat di waktu luang mereka, sementara pelaksana program/ mitra kerja memiliki jadwal yang sudah ditentukan, misalnya pelaksanaan program dilakukan di siang dan malam hari sementara masyarakat tidak mungkin bersedia. b. Orientasi proyek Kebanyakan masyarakat yang terlibat dalam proyek mengharapkan dampak yang nyata, langsung dan cepat dari manfaat energi terbarukan yang dilaksanakan. Padahal dalam pelaksanaannya proyek harus melalui proses yang panjang.
788
Efektivitas Kerjasama Indonesia-UNWTO Pasca Tsunami di Pangandaran (Eko Suhartono)
c. Pemimpin desa Komitmen dan kebijakan saja tidak cukup dalam implementasi program.Kehadiran aparat pemerintah desa dalam kegiatan proyek menunjukkan dukungan bagi masyarakat lokal. d. Teknologi baru Pengetahuan tentang teknologi baru relatif lebih lama dipahami masyarakat setempat, untuk itu dibutuhkan waktu dan penjelasan yang berulang. Upaya yang dilakuakan UNWTO dalam menghadapi tantangan dalam program STREAM berupa: a. Membuat panduan Local Climate Change Adaptation Guide for Pangandaran dan Practical Guidlines for Climate Change Action in Tourism Destination. b. Meningkatkan kemitraan dengan pihak mitra kerja Indecon dan IESR, pemerintah, stakeholder, LWG dan dinas terkait di sektor pariwisata Pangandaran. c. Meningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, seperti pendidikan, pelatihan dan sosialisasi. d. Meningkatan bimbingan teknis dan sosialisasi. e. Melakukan pelatihan teknologi efisiensi energi terbarukan. f. Melakukan kampanye dan pengertian kepada masyarakat lokal terhadap pentingnya menjaga lingkungan dan melawan perubahan alam. g. Membuat Media Tourism Centre(MTC) bagi wisatawan yang berkunjung dan ditujukan kepada semua pihak agar mengetahui dan mendukung program dan membantu pelaksanaan program. Hasil yang dicapai oleh UNWTO dalam programnya tidak hanya dilihat dari apa yang telah di berikan kepada masyarakat, namun juga dilihat bagaimana respon masyarakat terkait proyek STREAM dan bagaimana kehidupan setelahnya. Kerjasama Indonesia dan UNWTO melalui proyek STREAM dinilai berhasil, indikatornya dapat terlihat dari sarana dan prasarana yang lebih layak dan memadai, peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata di Pangandaran, serta partisipasi masyarakat dalam proyek tersebut. Proyek STREAM ini merupakan contoh praktis dari keterlibatan masyarakat lokal dalam sektor pariwisata.Hampir seluruh proyek ini telah dilaksanakan dan dimonitor oleh mitra lokal.Salah satu kunci keberhasilan proyek ini adalah keterlibatan masyarakat Pangandaran. Berdasarkan teori efektivitas organisasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa efektivitas sebuah organisasi dapat dilihat dari sejauh mana organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang sebelumnya telah di tentukan, hal ini dapat dilihat dari proyek STREAM. Berkat proyek ini jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara kembali meningkat hingga pertengahan tahun 2014, yaitu sebesar 1,4 juta wisatawan.2Proyek ini juga telah berhasil dalam memperdayakan masyarakat sekitar untuk turut serta dalam pengembangan pariwisata 2
Kunjungan Wisatawan ke Pangandaran Meningkat, terdapat di http://travel.kompas.com/read/2014/04/13/1708412/Kunjungan.Wisatawan.ke.Pangandaran.Menin gkat diakses 8 Desember 2015.
789
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 783-792
di Pangandaran.Selain itu, proyek ini juga telah berhasil dalam memberikan solusi efektif pada hotel-hotel restoran maupun unit pariwisata lainnya, baik berskala kecil maupun besar dalam hal penerapan efisiensi energi dan energi terbarukan. Dengan keberhasilan dari proyek ini, maka dapat menjadi acuan maupun contoh bagi negara lain untuk dapat diterapkan di destinasi-destinasi wisata lainnya di luar Pangandaran. Kesimpulan Kerjasama Indonesia dan UNWTO dalam sektor pariwasata di Pangandaran merupakan salah satu bentuk dari kerjasama internasional yang diikuti oleh Indonesia. Pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami 17 Juli 2006 di Pangandaran yang memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan serta lingkungan, Pemerintah sudah melakukan kebijakan-kebijakan dan upaya pemulihan terkait pariwisata. Upaya tersebut diperlukan agar kawasan wisata yang telah rusak dapat kembali diperbaiki dan dilengkapi fasilitas yang memadai.Namun hal tersebut masih kurang cukup dan kurang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan membangun kawasan wisata pasca tsunami. Untuk itu dibutuhkan kebijakan lain yang lebih efektif guna meningkatkan sektor pariwisata di Pangandaran, salah satunya adalah dengan melakukan kerjasama, baik dengan aktor negara maupun aktor-aktor non negara. Berdasarkan latar belakang tersebut akhirnya Indonesia bersama UNWTO (United Nations World Tourism Organization) sepakat untuk melakukan kerjasama dalam sektor pengembangan pariwisata Pangandaran. Kesepakatan kerjasama tersebut berlangsung di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2011, dihadiri oleh perwakilanperwakilan dari Kementerian, pemerintah provinsi Jawa Barat, pemerintah kabupaten Ciamis, masyarakat Pangandaran dan lembaga internasional. Alasan lain dari diadakannya kerjasama ini adalah dikarenakan UNWTO melihat bahwa Pangandaran merupakan daerah yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Upaya yang dilakukan UNWTO dengan Indonesia di Pangandaran adalah dengan melaksanakan proyek STREAM (Sustainable Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures).Proyek STREAM tersebut bertujuan untuk dapat menjadikan kawasan wisata Pangandaran sebagai kawasan wisata yang tahan terhadap perubahan iklim dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia.Sedangkan sasaran dalam proyek tersebut guna mencapai tujuannya yaitu, peningkatan kesadaran dan kapasitas untuk masyarakat dan para pemangku kepentingan di daerah, sehingga dapat meningkatkan peran serta masyarakat, baik dalam tahap perencanaan maupun pengelolaan proyek.Kegiatan utama dari proyek ini mencakup kegiatan adaptasi dan mitigasi. Dalam kegiatan adaptasi, terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu penanaman mangrove dan terumbu karang, peningkatan kesadaran publik dan peningkatan kapasitas untuk perencanaan tanggap terhadap perubahan iklim.Sedangkan dalam kegiatan mitigasi terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu reduksi emisi karbon di industri hotel dan pengembangan energi terbarukan untuk fasilitas pariwisata.Adapun implementasi kegiatan adaptasi dilakukan oleh Indecon sedangkan implementasi mitigasi dilakukan oleh IESR.
790
Efektivitas Kerjasama Indonesia-UNWTO Pasca Tsunami di Pangandaran (Eko Suhartono)
Dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan akhirnya proyek ini memberikan dampak yang positif dan dinilai berhasil, indikatornya dapat terlihat dari sarana dan prasarana yang lebih layak dan memadai, peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata di Pangandaran, serta partisipasi masyarakat dalam proyek tersebut. Proyek STREAM ini merupakan contoh praktis dari keterlibatan masyarakat lokal dalam sektor pariwisata. Selain itu, proyek ini juga telah berhasil dalam memberikan solusi efektif pada hotelhotel restoran maupun unit pariwisata lainnya, baik berskala kecil maupun besar dalam hal penerapan efisiensi energi dan energi terbarukan. Dengan keberhasilan dari proyek ini, maka dapat menjadi acuan maupun contoh bagi negara lain untuk dapat diterapkan di destinasi-destinasi wisata lainnya di luar Pangandaran. Saran Upaya pemulihan dan pengembangan pariwisata Pantai Pangandaran kedepan tidak hanya dimonitor tetapi juga harus memperhatikan para pelaku usaha tradisional yang berada di kawasan wisata Pangandaran. Pelaku usaha yang melakukan kegiatannya harus memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan pariwisata di obyek wisata Pantai Pangandaran guna mendukung tujuan dari proyek STREAM.Menurut penulis dalam pengembangan pariwisata Pangandaran masih memiliki beberapa tantangan yang harus diselesaikan oleh pemerintah setempat yang terkait dengan hal ini, terlepas daripada UNWTO.Adapun tantangan berikutnya yang harus menjadi perhatian pemerintah setempat yaitu pertama, peningkatan pedagang kreatif lapangan/ pedagang jalanan relatif tinggi sehingga menutup area pantai.Kedua, pengelolaan lingkungan sekitar pantai terkait dengan manajemen sampah, pemanfaatan energi.Ketiga, meningkatnya kebutuhan untuk pelayanan yang lebih baik dari pemangku kepentingan wisatawan di Pangandaran. Daftar Pustaka Buku Ade Maman Suherman,Organisasi Internasional dan Integritasi Ekonomi Regional dalam perspektif hukumdan globalisasi, Jakarta, Ghlm.ia Indonesia, 2003 hlm. 48. Dougherty, James E. & Pfaltzgraff, Robert L. Jr, (1997) Contending Theories of International Relations, A Comprehensive Survey, 4th ed, Longman. Teuku May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, PT. Reflika Aditama, 1998, hlm. 2. Teuku May Rudy, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung, PT. Reflika Aditama, 2002, hlm. 137-138. R.Sueprapto, Hubungan Internatsional system, interaksi dan perilaku,Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm.182.
791
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 783-792
Internet Bulletin STREAM Program Kegiatan 2011/2012, http://www.streamindonesia.org diakses 28 Desember 2015.
terdapat
di
Gempa Bumi dan Tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, terdapat di www.esdm.go.id diakses 7 Desember 2015. Kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, terdapat http://streamindonesia.info/?q=activities diakses 8 Desember 2015.
di
Kunjungan Wisatawan ke Pangandaran Meningkat, terdapat di http://travel.kompas.com/read/2014/04/13/1708412/Kunjungan.Wisatawan.ke.P angandaran.Meningkat diakses 8 Desember 2015. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dengan Energi Efisiensi Melalui Kegiatan Adaptasi dan Mitigasi (STREAM), terdapat di http://indecon.or.id/proyek diakses 28 Desember 2015. Pengembangan pariwisata pendukung keanekaragaman hayati di Pangandaran Indonesia didukung oleh un world tourism organization, terdapat di www.indecon.or.id/proyek di akses 13 Desember 2015. Proyek STREAM, terdapat di http://biodiv.unwto.org/content/stream diakses 8 Desember 2015. STREAM Indonesia, terdapat di http://www.iesr.or.id/proyek/stream diakses 28 Desember 2015 Tentang Indecon, terdapat di www.indecon.or/id/tentang-indecon/ di akses 13 Desember 2015. Teuku May Rudy, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung, PT. Reflika Aditama, 2002, hlm. 137-138. World Tourism Organization (UN-WTO), terdapat di http://www.kemlu.go.id/pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCoorporatio n&IDP=2&P=Multilateral&l=id di akses 5 Februari 2015.
792