perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN RECALL MEMORY PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh: Masrika Lestina Raharjani G0106063
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Januari 2012
Masrika Lestina Raharjani
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram. (ar-
Man jadda wajada. Man shabara zhafira. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Siapa yang bersabar akan beruntung. (Ahmad Fuadi)
Hidup dan hati boleh jatuh bangun. Konsistensi berkarya jalan terus. (Steve Jobs)
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari adanya hambatan dan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi Efektivitas Brain Gym Terhadap Peningkatan Recall Memory Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana dari Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat menuntut ilmu di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat menuntut ilmu di Program Studi
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta memberi izin atas penelitian ini. 3. Bapak Drs. H. Thulus Hidayat, SU., MA. selaku dosen pembimbing utama dan Bapak Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping dan pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, motivasi, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si. selaku dosen penguji I dan Bapak Nugraha Arif Karyanta, M.Psi. selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran maupun kritik kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak, Ibu dosen, staf tata usaha, dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses studi. 6. Bapak Maryanto, S.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta, dan Bapak Sriyadi A.Md., selaku Wali Kelas V, beserta seluruh staf tenaga kependidikan yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian serta seluruh siswa kelas V yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi subjek penelitian dan membantu dalam proses pengumpulan data. 7. Bapak, Ibu, adik dukungan yang senatiasa diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Kru Brain Gym (Rasty, Arfi, Zhaifa, Vera, Sheila, Sita, Jaya, Wildan, Gendig, Prehaten, Indri, Burhan, dan Uwie) yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk suksesnya penelitian ini. 9. Keluarga besar
Psikologi Dua Ribu Enem) yang telah berbagi
cerita dan semangat, menemaniku hingga karya ini terselesaikan. Perjalanan kita masih panjang, ini hanyalah awal dari sebuah tahapan yang baru. 10. Keluarga besar Marching Band Sebelas Maret Surakarta, untuk persahabatan, pengalaman, dan pelajaran yang kuperoleh. Kepada rekan-rekan Tim Pelatih GPMB 2010 dan BMBC 2011, serta Color Guard Marching Band Sebelas Maret, terima kasih atas kebersamaan yang teriring dalam perjuangan ini. Bangga menjadi bagian dari kalian. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam karya ini, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan hasilnya masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN RECALL MEMORY PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA Masrika Lestina Raharjani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Ingatan merupakan komponen penting dalam belajar, terutama terkait dengan kemampuan siswa untuk mereproduksi pengetahuan yang sudah diterimanya. Permasalahan yang kerap dijumpai adalah banyak siswa yang mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan atau yang baru saja diajarkan. Kegiatan seseorang dalam mengambil kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada waktu lampau dalam ilmu psikologi disebut recall memory. Peningkatan kemampuan recall memory pada siswa dapat ditinjau dari cara belajar yang merupakan kunci pokok untuk menunjang keberhasilan belajar. Brain gym merupakan aktivitas fisik dalam cara belajar kinestetik yang digunakan untuk merangsang kedua belahan otak sehingga memungkinkan pencapaian kinerja otak yang maksimal. Brain gym dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan recall memory siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Penelitian ini menggunakan Randomized Pretest-Posttest Control Group Design dengan subjek penelitian sebanyak 46 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta yang terbagi dalam Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Pemberian brain gym menggunakan metode ice breaking, presentasi, dan simulasi gerakan serta materi pelatihan yang telah disusun dalam modul. Pengambilan data dilakukan menggunakan Tes Recall Memory yaitu Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dengan daya beda aitem 0,088-0,803 dan koefisien Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U-Test diperoleh probabilitas (p) pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,014, sehingga Asymp. Sig. (2-tailed) 0,014 < 0,05 Level of Significant bahwa pemberian brain gym efektif terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Kata Kunci: Brain Gym, Recall Memory, Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
commitxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE EFFECTIVENESS OF BRAIN GYM TO INCREASE RECALL MEMORY ON 5th GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA Masrika Lestina Raharjani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT Memory is the important aspect in learning, especially it is related to the students' ability to reproduce the knowledge that has been received before. The most common problem is there are many students who easily forget the subject that are given to them. The activity in taking-back or re-calling the previous subject that has been learned before in psychologics, is called recall memory. The increasing method. This becomes the main key to support the study. Brain gym is the physical activity in kinesthetic study which is used to stimulate both hemispheres of the brain in order to reach the maximum performance. Brain gym is intended to enhance students' ability to recall memory. This research is conducted to know the effectiveness of brain gym to increase recall memory in 5th Grade elementary school students of Bulukantil No. 150 Surakarta. This research applies Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. This research involves 46 students in 5th Grade elementary school of Bulukantil No. 150 Surakarta which are divided into two groups. First group is Experimental Group, while the second is Control Group. Brain gym is given by ice breaking method, presentation, movement simulation, and training materials that have been compiled in modules. The data is collected using a Recall Memory Test is Not Meaningful Letter Composition Tests with different power aitem 0.088 to 0.803 and the reliability coefficient ( 0.941. Based on test results the Mann-Whitney U-Test obtained probability (p) in column Asymp. Sig. (2-tailed) of 0.014, so Asymp. Sig. (2-tailed) 0.014 < 0.05 Level of Significant ( This research concludes that there is an effectiveness of brain gym to increase recall memory in 5th Grade elementary school students of Bulukantil No. 150 Surakarta. Key words: Brain Gym, Recall Memory, 5th Grade Elementary School Students of Bulukantil No. 150 Surakarta
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................iv MOTTO..........................................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi KATA PENGANTAR ....................................................................................vii ABSTRAK .....................................................................................................x ABSTRACT .....................................................................................................xi DAFTAR ISI ..................................................................................................xii DAFTAR BAGAN .........................................................................................xvi DAFTAR TABEL ..........................................................................................xvii DAFTAR GRAFIK.........................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1 B. Perumusan Masalah ..............................................................................9 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................9 D. Manfaat Penelitian................................................................................9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Recall Memory .....................................................................................11
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Recall Memory ...............................................................11 2. Tahapan Memory .............................................................................13 3. Syarat Terjadinya Recall Memory ....................................................18 4. Pengukuran Recall Memory .............................................................19 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory .........................21 B. Brain Gym ............................................................................................28 1. Pengertian Brain Gym .....................................................................28 2. Pengaruh Brain Gym pada Kinerja Otak ..........................................29 3. Dimensi Kerja Otak dalam Brain Gym.............................................32 4. Bentuk-Bentuk Gerakan Brain Gym ................................................34 5. Manfaat Brain Gym .........................................................................44 C. Pengaruh Brain Gym Terhadap Recall Memory pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.......................................................46 D. Kerangka Pemikiran .............................................................................50 E. Hipotesis ...............................................................................................51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian.............................................................52 B. Definisi Operasional .............................................................................52 C. Subjek Penelitian ..................................................................................53 D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................54 E. Validitas dan Reliabilitas ......................................................................56 F. Rancangan Penelitian ............................................................................57 G. Prosedur Penelitian ...............................................................................58
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Teknik Analisis Data ............................................................................60 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian .............................................................................61 1. Orientasi Kancah Penelitian .............................................................61 2. Persiapan Administrasi ....................................................................63 3. Persiapan Alat Ukur ........................................................................63 a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba .......................................................63 b. Uji Coba Alat Ukur .....................................................................66 c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ................................68 4. Persiapan Eksperimen......................................................................73 a. Persiapan Alat dan Bahan ............................................................73 b. Screening ....................................................................................74 c. Penentuan Subjek Penelitian ........................................................77 B. Pelaksanaan Penelitian..........................................................................79 1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest............................................79 2. Pelaksanaan Eksperimen..................................................................82 3. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest ..........................................85 C. Hasil Penelitian.....................................................................................89 1. Hasil Analisis Kuantitatif.................................................................89 2. Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................91 D. Pembahasan..........................................................................................126 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................134
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran ....................................................................................................135 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................136
commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Aktivitas Utama pada Ingatan............................................................13 Bagan 2 Tahapan Ingatan ................................................................................14 Bagan 3 Model Pemrosesan Informasi dalam Ingatan .....................................17 Bagan 4 Kerangka Pemikiran ..........................................................................50 Bagan 5 Desain Penelitian Randomized Control Group PretestPosttest Design .................................................................................58
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta .....62 Tabel 2 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Sebelum Uji Coba ........................64 Tabel 3 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Setelah Uji Coba ..........................70 Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas
.............................................72
Tabel 5 Hasil Tes IQ Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta ..............................................................................75 Tabel 6 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......78 Tabel 7 Skor Pretest Kelompok Eksperimen ...................................................80 Tabel 8 Skor Pretest Kelompok Kontrol .........................................................81 Tabel 9 Skor Posttest Kelompok Eksperimen ..................................................86 Tabel 10 Skor Posttest Kelompok Kontrol ......................................................88 Tabel 11 Hasil Uji Mann Whitney U-Test pada Dua Independen Sampel .........90 Tabel 12 Distribusi Kategori Recall Memory pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol (dalam Persen) ..........................128 Tabel 13 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan ..........................131
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
rafik G
1 Skor Recall Memory pada Peserta AW (Pretest-Posttest) ..................92
rafik 2 Skor Recall Memory pada Peserta HSM (Pretest-Posttest) ................93 G rafik 3 Skor Recall Memory pada Peserta ITC (Pretest-Posttest) ..................95 G rafik 4 Skor Recall Memory pada Peserta ATY (Pretest-Posttest).................96 G rafik 5 Skor Recall Memory pada Peserta YWA (Pretest-Posttest) ...............98 G rafik 6 Skor Recall Memory pada Peserta ASA (Pretest-Posttest) .................99 G rafik 7 Skor Recall Memory pada Peserta RF G CP ( Pretest-Posttest) ...............101 rafik 8 Skor Recall Memory pada Peserta EHPP (Pretest-Posttest) ...............102 G rafik 9 Skor Recall Memory pada Peserta HAL( Pretest-Posttest).................104 G rafik G
10 Skor Recall Memory pada Peserta MHA (Pretest-Posttest)..............105
rafik G
11 Skor Recall Memory pada Peserta RNS (Pretest-Posttest) ...............107
rafik G
12 Skor Recall Memory pada Peserta HCP (Pretest-Posttest) ...............108
rafik G
13 Skor Recall Memory pada Peserta MMA (Pretest-Posttest) .............109
rafik G
14 Skor Recall Memory pada Peserta AAAM (Pretest-Posttest) ...........111
rafik G
Z T ( Pretest-Posttest) ...............113 15 Skor Recall Memory pada Peserta K
rafik G
16 Skor Recall Memory pada Peserta S LJ ( Pretest-Posttest).................114
rafik G
17 Skor Recall Memory pada Peserta G SP ( Pretest-Posttest) ...............115
rafik G
18 Skor Recall Memory pada Peserta ASIH (Pretest-Posttest)..............117
rafik G
19 Skor Recall Memory pada Peserta ERP (Pretest-Posttest) ...............119
rafik 20 G
Skor Recall Memory pada Peserta SA (Pretest-Posttest)..................120
Grafik 21 Skor Recall Memory pada Peserta ARN (Pretest-Posttest) ..............122
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rafik 22 G
Skor Recall Memory pada Peserta RAR (Pretest-Posttest)...............123
rafik 23 G
Skor Recall Memory pada Peserta OMR (Pretest-Posttest) ..............125
rafik 24 G
Perbedaan Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...............................129
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
ampiran A Jadwal Kegiatan Penelitian ..........................................................140 L ampiran B Tes Recall Memory Try Out & L Penelitian (Tes Susunan Huruf Tak Bermakna) ...........................................142 ampiran C L
Modul Pelatihan Brain Gym........................................................161
ampiran D L
Detail Rancangan Penelitian .......................................................171
ampiran E L
e mbar Panduan Observasi & L eLmbar Evaluasi Proses
ampiran F L
Daftar Hadir Siswa .....................................................................179
ampiran GTabulasi L
..............176
Try Out, Tabulasi Pretest, Tabulasi Posttest,
Kategorisasi Recall Memory .......................................................182 ampira n H Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Hipotesis ................................200 L ampiran I Dokumentasi .................................................................................207 L ampiran J Surat -Surat ...................................................................................215 L
commitxxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sepanjang kehidupannya, manusia tidak terlepas dari proses belajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat positif pada diri seseorang. Dunia pendidikan merupakan komponen penting yang berperan dalam usaha membangun dan mencerdaskan anak bangsa, terutama di sekolah-sekolah karena disinilah berlangsungnya proses belajar mengajar dan evaluasi hasil belajar berlangsung. Endang Ekowarni (1993) menjelaskan bahwa pada dasarnya proses pendidikan mengandung education transmission, sehingga diharapkan sekolah dapat memacu dan menunjang perkembangan kognitif melalui proses belajar mengajar yang sesuai dan searah dengan ciri perkembangan pada tahap tertentu. Piaget (dalam Syamsu Yusuf, 2002) membagi tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun keatas). Pada usia sekolah dasar yang termasuk dalam tahap operasional konkret, kemampuan kognitif anak telah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional. Menurut Papalia dkk (2008), ketika anak bergerak melewati masa sekolahnya, mereka membuat kemajuan berkesinambungan dalam kemampuan memproses dan menyimpan informasi. Anak telah lebih paham tentang kinerja
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
ingatan dan pengetahuan ini memungkinkan mereka menggunakan strategi, atau dengan sengaja membuat rencana, untuk membantu mengingat. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan anak melalui proses belajar, mereka menjadi semakin awas terhadap jenis informasi yang penting untuk diperhatikan dan diingat. Atkinson dkk (1983) mengungkapkan bahwa segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika seseorang tidak dapat mengingat apa pun mengenai pengalamannya, maka seseorang tidak akan dapat belajar apa-apa. Tanpa ingatan, seseorang tidak dapat merefleksikan dirinya, karena pemahaman diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Aktivitas belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2003) tidak lepas dari proses mengingat, terutama anak-anak karena pada masa ini terjadi perkembangan memori yang sangat pesat, begitu pula dengan kemampuan mengingatnya. Hasil belajar atau informasi yang diperoleh akan disimpan agar dapat digunakan kembali, sehingga informasi tersebut harus disimpan dalam ingatan atau memori. Menurut Alex Sobur (2003) antara proses-proses belajar dan ingatan terdapat hubungan yang erat. Tidak mungkin seseorang dapat mempelajari sesuatu tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang dipelajari adalah nonsens, tidak ada artinya. Hal senada diungkapkan oleh E. P. Hutabarat (1988) yang menyebutkan bahwa kemampuan mengingat mempunyai peran yang sangat penting dalam belajar. Mengingat adalah kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia dan sering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dilakukan tanpa disadari. Hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa kegiatan mengingat bukanlah sesuatu yang penting untuk dipelajari. Stine (1999) menyatakan bahwa cara mengingat yang efektif perlu diajarkan sehingga daya ingat dapat meningkat. Melalui ingatan yang baik, seseorang dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya. King (2010) mengatakan bahwa ingatan menunjuk pada penyimpanan informasi seiring dengan berjalannya waktu melalui proses pengodean, penyimpanan, dan pengambilan. Ellis dkk (dalam Suharnan, 2005) menjelaskan bahwa ingatan atau memory menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Hampir semua aktivitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan, sehingga ingatan memegang peranan penting di dalam proses-proses kognitif manusia. Ingatan merupakan komponen penting dalam belajar, terutama terkait dengan kemampuan siswa untuk mereproduksi pengetahuan yang sudah diterimanya, misalnya pada waktu ujian para siswa harus mereproduksi pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran. Namun permasalahan yang kerap dijumpai adalah banyak siswa yang mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan atau yang baru saja diajarkan. Sumadi Suryabrata (2004) mengungkapkan bahwa salah satu sifat khas anak pada masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar (9-12 tahun) yaitu anak memandang nilai (angka rapor) adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya. Oleh karena itu untuk mendapatkan prestasi dan nilai yang baik maka siswa perlu memiliki kemampuan mengingat yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Kemampuan mengingat menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Bimo Walgito, 2004). Kegiatan seseorang dalam mengambil kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada waktu lampau dalam ilmu psikologi disebut recall memory. Recall memory merupakan salah satu tahapan dalam proses ingatan yang disebut dengan retrieval. Adapun tahap pemrosesan informasi pada ingatan terdiri dari encoding (pemasukan informasi ke dalam ingatan), penyimpanan, dan retrieval (pengambilan informasi dari penyimpanan). Pengambilan kembali (retrieval) ingatan terjadi ketika informasi yang disimpan pada ingatan dikeluarkan dari penyimpanan (King, 2010). Nobel dan Shiffrin (dalam King, 2010) mengungkapkan bahwa kehadiran atau ketiadaan isyarat yang baik dan tugas retrieval adalah faktor yang penting dalam pembedaan ingatan yaitu mengingat kembali (recall) dan mengenali kembali (recognition). Mengingat kembali (recall) adalah tugas ingatan ketika seseorang harus mengambil kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, seperti ketika ujian esai. Mengenali kembali (recognition) adalah tugas ingatan ketika seseorang hanya harus mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang sudah pernah dipelajari sebelumnya, seperti dalam ujian pilihan ganda. Tes mengingat seperti tes esai yang terkait dengan recall memory memiliki isyarat retrieval yang buruk (King, 2010). Menurut Bimo Walgito (2004) pada mengingat kembali (recall) seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
stimulus untuk dapat diingat kembali. Sedangkan pada mengenali kembali (recognition) seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau apa yang telah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Karena pada mengenal kembali (recognition) dibantu dengan adanya objek, maka besar kemungkinannya seseorang dapat melakukan retrieval dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengenal kembali akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan mengingat kembali. Kemampuan ingatan seseorang itu terbatas, dalam arti bahwa tidak semua yang disimpan dalam ingatan itu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghauss dan Boreas (dalam Bimo Walgito, 2004) menunjukkan bahwa kekuatan mengingat (recall) seseorang makin lama makin berkurang, yang pada akhirnya seseorang dapat mengalami kelupaan. Berdasarkan hasil penelitian Ebbinghauss dan Boreas (dalam Bimo Walgito, 2004) maka dapat dikemukakan bahwa kelupaan dapat terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan tidak sering ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, sehingga akhirnya seseorang mengalami kelupaan. Burt dan Dobell (dalam Bimo Walgito, 2004) mengadakan suatu eksperimen berkaitan dengan mengenal kembali (recognition) dan mengingat kembali (recall) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali menampilkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat kembali. Permasalahan yang muncul pada siswa adalah saat diadakannya tes evaluasi belajar. Pada umumnya bentuk dari tes yang disajikan berupa tes esai dan tes pilihan ganda. Telah diungkapkan sebelumnya bahwa tes esai yang terkait
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
dengan recall memory memiliki isyarat retrieval yang buruk. Padahal tujuan pelaksanaan tes evaluasi belajar adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengingat materi pelajaran yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Winkel (1991) mengemukakan bahwa recall memory memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pendidikan. Hal ini terkait dengan reproduksi pengetahuan, misalnya pada waktu ujian siswa harus me-recall kembali pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh selama mengikuti pelajaran. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik atau metode yang dapat meningkatkan kemampuan recall memory pada siswa. Peningkatan kemampuan recall memory pada siswa dapat ditinjau dari cara belajar yang merupakan kunci pokok untuk menunjang keberhasilan belajar. Menurut Denisson dan Denisson (2004), terdapat tiga macam cara belajar yaitu visual (belajar dengan cara melihat), audiotorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Cara belajar kinestetik merupakan cara belajar yang mengintegrasikan potensi otak dan penerapan gerakan untuk proses pembelajaran. Menurut Rentschler (2007), cara belajar kinestetik mencakup senam otak, senam penglihatan, dan teknik-teknik lainnya untuk meningkatkan pembelajaran dan performansi. Dennison dan Denisson (1986) memandang aktivitas fisik dalam cara belajar kinestetik sebagai salah satu kecerdasan bodily-kinesthetic, yaitu proses untuk mempermudah pembelajaran yang biasanya dimasukkan dalam bidang pendidikan kinestetik. Dennison dan Denisson (1986) lebih lanjut mendalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pendidikan ini seperti halnya prinsip yoga untuk menjadikan senam otak sebagai program pengembangan kecerdasan. Brain gym meliputi 26 gerakan sederhana untuk menstimuli kedua belahan otak sehingga memungkinkan pencapaian kinerja otak yang maksimal. Menurut Ayinosa (dalam Untari Retno Wulan, 2010), brain gym atau senam otak menjadi alat bantu pembelajaran yang sangat efektif. Brain gym dapat dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak. Brain gym adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar. Penelitian sebelumnya mengenai efektivitas brain gym terkait dengan ingatan yaitu daya ingat jangka pendek dilakukan oleh Untari Retno Wulan (2010). Berdasarkan penelitiannya, diketahui pada kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan rata-rata subjek memiliki daya ingat jangka pendek berada pada kategori sedang yaitu 50%. Setelah diberi perlakuan rata-rata subjek memiliki daya ingat jangka pendek yang berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 70%. Hal ini berarti rata-rata daya ingat jangka pendek pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai manfaat brain
gym
terhadap
ingatan,
membuat
peneliti
tertarik
untuk
dapat
menggunakannya sebagai salah satu metode meningkatkan kemampuan recall memory siswa sekolah dasar. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar terutama ingatan pada masa ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
mencapai intensitas yang paling besar dan kuat. Sejalan dengan pendapat Kartini Kartono (1990), ingatan anak mengalami kemajuan pesat pada fase-fase tertentu. Ingatan pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas yang paling besar. Menurut Slavin (2008), anak-anak pada masa ini dapat dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognitifnya. Hal tersebut yang melandasi peneliti memilih siswa kelas V sekolah dasar sebagai subjek penelitian karena pada rentang usia tersebut anak mencapai intensitas ingatan paling besar. Hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas V mengenai recall memory yang ditemukan dalam subjek penelitian diketahui bahwa dalam kegiatan belajar siswa seringkali kesulitan untuk mengingat kembali dengan cermat materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru, terutama pada saat evaluasi atau ujian. Hal ini mengakibatkan pencapaian prestasi belajar siswa menjadi kurang optimal, terutama pada mata pelajaran yang lebih banyak menghafal seperti PKn, IPA, dan IPS. Rata-rata nilai siswa kelas V untuk ketiga mata pelajaran tersebut antara lain PKn sebesar 63.16, IPA sebesar 62.35, dan IPS sebesar 72.04. Selain itu kendala dari guru adalah belum menggunakan secara efektif mengenai cara belajar kinestetik, terutama dengan menggunakan brain gym atau senam otak. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut membuat Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Brain gym diharapkan dapat memberi pengaruh dalam mengoptimalkan ingatan, terutama recall memory pada siswa. Hal tersebut yang mendasari Peneliti mengemukakan
commit to user
Efektivitas Brain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Gym Terhadap Peningkatan Recall Memory Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
B. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis a. Memberi informasi tentang pengertian pembelajaran menggunakan brain gym. b. Memberi pengertian tentang pentingnya pembelajaran menggunakan brain gym pada cara belajar kinestetik terhadap peningkatan kemampuan recall memory anak. c. Memberi masukan kepada guru tentang kesesuaian pembelajaran menggunakan brain gym dengan perkembangan jiwa anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2.
Manfaat Praktis a. Melatih siswa sekolah dasar untuk mempermudah mengingat atau melakukan recall memory atas materi pelajaran dengan pembelajaran menggunakan brain gym. b. Mengenalkan kepada guru mengenai pembelajaran dengan menggunakan brain gym dalam cara belajar kinestetik. c. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya melalui cara belajar kinestetik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Recall Memory 1. Pengertian Recall Memory Recall memory adalah kemampuan menggali kembali dan mereproduksi informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Soal ujian esai dan isian singkat merupakan contoh jenis soal yang membutuhkan kemampuan penggalian kembali atau recall (Wade dan Tavris, 2007). Menurut Ahmad Fauzi (1997), seseorang me-recall sesuatu apabila ia sadar bahwa ia telah mengalami sesuatu di masa yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu pada inderanya. Misalnya saat me-recall nama buku yang telah selesai dibaca minggu lalu. Recall memory merupakan suatu tipe pengembalian ingatan dengan isyarat minimum yang membuat seseorang dapat mengingat kembali pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari sebelumnya (Kartini Kartono dan Dali Gulo, 2000). Winkel (1991) mengemukakan bahwa dalam recall memory, dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan, tetapi hal yang diingat itu tidak hadir pada saat mengingat kembali. Berdasarkan pejelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada waktu mengingat kembali, seseorang memproduksi apa yang pernah dijumpai tanpa berkontak kembali dengan hal yang pernah dijumpai itu.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Sternberg (2008) menyatakan bahwa dalam pengingatan kembali (recall) seseorang harus mereproduksi sebuah fakta, sebuah kata, atau hal lain dalam memorinya, sehingga recall memory umumnya menghasilkan tingkat ingatan yang lebih dalam. Menurut Akyas Azhari (2004), recall memory merupakan bentuk mengingat yang lebih sukar, seperti mengingat-ingat rangkaian kejadian yang pernah terjadi dimasa lalu. Recall memory berarti mengingat kembali atau mereproduksi kembali fakta-fakta atau informasi dari ingatan. Kemampuan recall memory pada umumnya diperlukan dalam tes esai, karena dalam bentuk tes ini seseorang diharuskan untuk menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Kemampuan recall
memory
juga
berarti
kemampuan
untuk
mereproduksi
atau
menimbulkan kembali informasi dengan meminimalisasi stimulus eksternal (Coon, 1988). Penelitian ini menggunakan waktu yang terbatas untuk mengukur kemampuan recall memory dari materi yang disimpan dalam short term memory. Menurut Atkinson dan Shiffrin (dalam King, 2010), short term memory atau ingatan jangka pendek adalah penyimpanan ingatan dengan rentang waktu hingga 30 detik. Menurut Wade dan Tavris (2007), penyimpanan dalam short term memory memiliki kemampuan yang terbatas dan terlibat dalam proses mengingat suatu informasi untuk kurun waktu yang singkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa recall memory adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali pengalaman atau informasi yang disimpan dalam short term memory tanpa dibantu suatu objek sebagai stimulus untuk mengingat kembali, atau dengan kata lain tanpa berkontak kembali dengan hal yang pernah dipelajari atau ditemui sebelumnya.
2. Tahapan Memori Ingatan atau memory terjadi melalui tiga aktivitas utama diantaranya encoding, penyimpanan, dan retrieval (King, 2010). Ketiga aktivitas utama pada ingatan dijelaskan dalam bagan dibawah ini. Encoding Memasukkan informasi ke dalam ingatan
Penyimpanan Menyimpan ingatan seiring dengan berjalannya waktu
Retrieval Mengambil informasi dari penyimpanan
Bagan 1 Aktivitas Utama pada Ingatan (Sumber: King, 2010). Ketiga aktivitas utama tersebut kemudian menjalankan fungsinya dalam proses pembentukan dan pengambilan ingatan yang disebut dengan tahapan ingatan, mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Memasukkan (learning)
Mengeluarkan kembali (remembering) Penyimpanan
Bagan 2 Tahapan Ingatan (Sumber: Bimo Walgito, 2004). Berdasarkan gambar di atas, dapat dikemukakan bahwa ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Bimo Walgito (2004) mengemukakan istilah-istilah lain yaitu encoding, storage, dan retrieval untuk tahapan masuknya informasi, penyimpanan informasi, dan pengingatan kembali. Penjelasan mengenai ketiga tahapan ingatan antara lain sebagai berikut. a. Encoding (Masuknya Informasi). Encoding
adalah
proses
saat
informasi
masuk
ke
dalam
penyimpanan ingatan. Sebagian informasi masuk ke dalam ingatan nyaris secara otomatis, sedangkan encoding sebagian informasi yang lain mungkin membutuhkan usaha (King, 2010). Encoding merupakan proses masuknya rangsangan ke dalam otak melalui indera dan diproses oleh jaringan yang terdiri dari impuls syaraf. Proses masuknya rang sangan ini oleh Bimo Walgito (2004) dibedakan menjadi dua cara yaitu: 1) Cara tidak sengaja, cara ini merupakan ketidaksengajaan dari suatu peristiwa yang dialami sehingga terekam dalam ingatan. Cara tidak sengaja ini umumnya terlihat jelas pada diri anak-anak saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tidak sengaja dari suatu peristiwa-peristiwa tertentu disekitarnya sehingga disimpan dalam memorinya sebagai pengertian-pengertian. 2) Cara sengaja, individu yang sengaja memasukkan pengalamanpengalaman dan pengetahuan-pengetahuan kedalam memori. Dalam bidang ilmu pada umumnya seseorang akan memperoleh pengetahuan secara sengaja melalui pemahaman dan pembelajaran dari hal-hal atau keadaan-keadaan yang pada akhirnya akan dimasukkan kedalam ingatannya. Cepat atau lambat seseorang memasukkan apa yang dipersepsi atau apa yang dipelajari itu merupakan sifat ingatan yang berkaitan dengan kemampuan memasukkan (learning). Problem psikologisnya adalah bagaimana usaha agar yang dipelajari atau yang dipersepsi itu dapat cepat masuk dan dapat dengan baik disimpannya (Bimo Walgito, 2004). b. Retensi atau Retention atau Storage (Penyimpanan Informasi). Selain kualitas encoding yang mempengaruhi kualitas ingatan, ingatan juga harus disimpan dengan baik setelah dikodekan. Penyimpanan (storage) mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan waktu dan bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan (King, 2010). Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini ialah bagaimana agar yang telah dipelajari atau yang telah dimasukkan itu dapat disimpan dengan baik, sehingga pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
apabila dibutuhkan. Sehubungan dengan fungsi retensi atau penyimpanan, terdapat pula masalah kelupaan, dimana persoalan yang timbul adalah masalah interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan atau mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang telah dipelajari (Bimo Walgito, 2004). c. Retrieval (Pengingatan Kembali atau Mereproduksi Kembali). Merupakan proses menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan, melalui tahap pencarian dan menemukan informasi yang disimpan dalam ingatan untuk digunakan kembali. Gardiner dan Radvansky (dalam King, 2010) menyebutkan bahwa retrieval sangat tergantung pada situasi bagaimana ingatan tersebut dikodekan dan bagaimana ingatan tersebut disimpan. Retrieval dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali (to recognize). Pada mengingat kembali, seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali, contohnya seperti ketika ada ujian esai. Pada mengenal kembali, seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat dengan bantuan adanya objek yang harus diingat, contohnya dalam ujian pilihan ganda (Bimo Walgito, 2004). Sistem ingatan memerlukan suatu prosedur tertentu guna memasukkan dan mengambil kembali informasi. Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila seseorang memasukkan informasi ke dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
ingatannya, akan terjadi tahapan atau stage tertentu dalam proses mengingat informasi tersebut (Bimo Walgito, 2004). Berikut adalah bagan dari proses ingatan berdasarkan teori ingatan dari Atkinson dan Shiffrin. Memory Output
Sensory Register
Rehearsal
Short-Term Store
Retrieval
Long-Term Store
Sensory Input Attention
Storage
Bagan 3 Model Pemrosesan Informasi dalam Ingatan (Sumber: Bimo Walgito, 2004). Stimulus atau informasi yang merupakan sensory input dipersepsi melalui alat indera atau sensory register. Untuk mengadakan persepsi maka perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi masuk dalam ingatan dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi tersebut dapat ditimbulkan kembali sebagai memory output. Inilah yang disebut dengan short-term memory (King, 2010) atau disebut juga dengan short-term store (Morgan dalam Bimo Walgito, 2004). Namun di samping itu apa yang dipersepsi dapat pula tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui encoding. Pada suatu waktu apabila diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam ingatan dapat ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval merupakan kebalikan dari encoding, yaitu mencari informasi dalam gudang ingatan. Informasi yang dipersepsi atau dipelajari dapat disimpan dalam ingatan dalam waktu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
lama, dan apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Inilah yang disebut dengan long-term memory (King, 2010) atau disebut juga dengan long-term store (Morgan dalam Bimo Walgito, 2004). Sehubungan dengan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa ingatan mencakup tiga tahapan yakni encoding (masuknya informasi), penyimpanan informasi (retensi atau retention atau storage), dan retrieval (pengingatan kembali atau mereproduksi kembali). Ketiga tahapan tersebut kemudian menjalankan fungsinya dalam proses pembentukan dan pengambilan ingatan.
3. Syarat Terjadinya Recall Memory Atkinson dan Shiffrin (dalam Matlin, 1998), menjelaskan bahwa terdapat beberapa syarat terjadinya proses mengingat kembali informasi (recall memory) antara lain: a. Adanya stimulus yang diterima Stimulus akan diperhatikan jika (a) stimulus tersebut lain daripada biasanya maka stimulus tersebut akan lebih diperhatikan, (b) jika stimulus tersebut kontras dibanding lingkungannya, (c) intensitas/kekuatan stimulus, yang
berarti semakin kuat stimulus
maka cenderung akan lebih
diperhatikan, (d) ulangan stimulus, yang berat semakin menarik perhatian, (e) ukuran stimulus lain daripada biasanya cenderung akan lebih diperhatikan, dan (f) individu, jika ada hal yang terkait secara mendalam akan lebih menarik perhatian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
b. Alat indera Jika alat indera yang digunakan sehat dan berfungsi dengan baik maka informasi yang diterima akan semakin jelas. c. Waktu Semakin lama stimulus tidak diakses maka akan dimasukkan ke dalam long term memory namun jika stimulus segera diakses atau ditimbulkan kembali maka masuk ke dalam short term memory yang akan lebih mudah untuk ditimbulkan kembali. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat terjadinya recall memory antara lain adanya stimulus yang diterima, alat indera, dan waktu.
4. Pengukuran Recall Memory Recall memory dapat diukur dengan menggunakan tes recall. Tes recall akan mengarahkan subjek untuk memproduksi stimulus-stimulus yang terdapat di dalam peristiwa sasaran. Pada tahap pengetesan ingatan atau tes recall, subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar (Suharnan, 2005). Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2008), terdapat tiga tipe utama dalam mengukur recall memory yang digunakan dalam eksperimeneksperimen, diantaranya: a. Serial recall atau tugas pengingatan-berseri, yaitu dimana subjek diminta untuk mengulangi penyebutan item di sebuah daftar sepersis mungkin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
setelah membaca atau mendengarnya. Menurut Crowder dan Green (dalam Sternberg, 2008) dalam tipe tes ini subjek diminta mengingat item-item dalam urutan yang tepat seperti yang telah diperlihatkan kepada subjek. Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan rangkaian angka 2-8-7-1-6-4, maka subjek diminta untuk mengulangi rangkaian tersebut sesuai urutan yang diberikan. b. Free-recall atau tugas pengingatan-bebas, yaitu dimana subjek diminta untuk mengulangi penyebutan item-item di dalam daftar berdasarkan urutan apapun yang dapat diingat. Pengertian lain diungkapkan oleh Davidoff (1981) bahwa dalam tugas pengingatan bebas, subjek harus mengingat materi yang diberikan secara bebas, tanpa terdapat aturan. Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan daftar kata-kata seperti anjing, pensil, waktu, rambut, kera, monyet, restoran. Subjek kemudian diminta untuk menyebutkan kata-kata tersebut secara bebas. c. Clued-recall atau tugas pengingatan-berpetunjuk, yaitu dimana subjek harus mengingat sebuah daftar berisi pasangan-pasangan item yang berbeda-beda, kemudian ketika diberikan salah satu item dari pasanganpasangan tersebut, maka subjek harus dapat mengingat kembali pasangannya. Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2008), selama proses mengingat dalam tugas pengingatan-berpetunjuk, subjek diberi petunjuk hanya salah satu dari setiap pasangan dan kemudian diminta menyebutkan setiap pasangannya dengan tepat. Mengingat dengan menggunakan petunjuk juga sering disebut dengan mengingat item yang berpasangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan rangkaian pasangan kata seperti: waktu-kota, tombol-kertas, penghargaan-hari, tinjuawan, angka-cabang. Kemudian subjek akan diberikan stimulus seperti
sebagai pasangan katanya. Pengukuran dalam recall memory diketahui dapat dilakukan dengan menggunakan tes recall. Tes recall itu sendiri terbagi menjadi tiga tipe utama yaitu serial recall, free recall, dan clued recall. Peneliti memilih menggunakan pengukuran recall memory secara langsung dengan clued-recall atau tugas pengingatan-berpetunjuk. Pengukuran recall memory dilakukan dengan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna yang diadaptasi dari penelitian Peterson dan Peterson (1959). Setiap item dari tes berupa rangkaian 3 huruf (trigram) yang membentuk susunan huruf tak bermakna (nonsense syllable) dan pasangannya berupa rangkaian angka yang terdiri dari 2 digit angka. Subjek akan diminta untuk mengingat trigram tersebut dengan pentunjuk yang diberikan berasal dari rangkaian 2 digit angka yang menjadi pasangan dari trigram tersebut.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory Menurut Haberlandt (1997), beberapa faktor yang mempengaruhi recall memory antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
a. Jangka waktu penyimpanan (retention interval). Semakin lama interval penyimpanan, maka semakin lemah retensinya. Hal ini akan mengakibatkan kemampuan recall memory menurun. Menurut Bimo Walgito (2004), lama interval berkaitan dengan lamanya waktu antara waktu pemasukan bahan (act of learning) sampai ditimbulkan kembali bahan itu (act of remembering). b. Kuantitas materi. Kemampuan recall memory akan menurun seiring dengan semakin banyaknya materi yang harus diingat. c. Efek posisi serial (serial position effect). Recall memory khususnya dalam free-recall, informasi yang terletak pada bagian awal dan akhir akan cenderung diingat lebih baik daripada informasi yang berada di urutan tengah. Menurut Suharnan (2005), informasi yang terletak di bagian awal akan lebih dulu memasuki ingatan jangka pendek sehingga memungkinkan dilakukan pengulangan (rehearsal) secara memadai untuk kemudian dipindahkan ke dalam ingatan jangka panjang. Bagi informasi yang terletak di tengah urutan, ketika memasuki ingatan jangka pendek bersamaan waktunya dengan proses pengulangan informasi di bagian depan, sehingga hanya sedikit kapasitas bagi pengulangan kembali informasi yang terletak di tengah. Dengan demikian, informasi yang terletak di tengah urutan belum sampai dipindahkan ke ingatan jangka panjang. Sementara itu, informasi yang terletak di bagian akhir cenderung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
diingat lebih baik, sebab informasinya masih berada di ingatan jangka pendek pada waktu di-recall. d. Kedalaman pemrosesan (depth of processing). Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan meningkatkan kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan (recall). Menurut Suharnan (2005), pemrosesan yang lebih dalam ini disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya karakteristik yang menonjol (distinctiveness) dan pemerincian (elaboration). Karakteristik yang menonjol berarti seberapa jauh suatu stimulus berbeda dengan stimulus yang lain di dalam berkas atau sistem ingatan seseorang. Elaborasi melibatkan proses penambahan atau perluasan makna informasi. Selain itu elaborate) berarti memberikan perhatian penuh kepada sebuah subjek dan menanmbahkan detail. Kellog (dalam King, 2010) mengatakan bahwa dalam sebuah pemrosesan yang mendalam, semakin luas pemrosesan, maka semakin baik dalam mengingat kembali. Adapun aspek-aspek lain yang mempengaruhi keoptimalan hasil dari recall memory antara lain: a. Inteligensi. Menurut Suharnan (2005) inteligensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia. Inteligensi merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher order cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
orang yang memiliki inteligensi tinggi sering disebut pula sebagai orang cerdas atau jenius. Suatu definisi kerja tentang inteligensi manusia diajukan oleh Solso (1995) di dalam perspektif kognitif dan pemrosesan informasi. Solso mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan diantara objekobjek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif. Menurut Schunn dkk (dalam Suharnan, 2005), individu yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih cepat dan akurat di dalam memproses informasi jika dibandingkan dengan yang memiliki inteligensi rendah. Hal ini berlaku pada proses mengingat kembali atau me-recall pengetahuan dari ingatan. Individu yang memiliki inteligensi tinggi lebih efisien atau baik di dalam encoding informasi sehingga recall memory yang dihasilkan lebih maksimal. b. Asosiasi. Asosiasi merupakan kemampuan untuk menghubungkan materi yang yang tengah dipelajari dengan fakta yang ada dalam ingatan (Higbee, 2003). Membuat asosiasi antara data baru dengan yang telah diketahui sering dilakukan tanpa sadar. Semakin banyak asosiasi yang dibuat, semakin dalam pemrosesannya dan semakin kuat pengkodeannya. Hal ini terkait dengan elaborasi, dimana menurut King (2010), semakin banyak elaborasi yang digunakan maka semakin baik seseorang me-recall informasi dari ingatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c. Konteks. Konteks yang dimaksud dalam hal ini adalah memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konteks informasi dimana seseorang memasukkan pesan dalam ingatan. Menurut Estes (dalam Atkinson dkk, 1983), merupakan hal yang lebih mudah jika untuk pengingatan kembali suatu episode tertentu, seseorang berada dalam konteks yang sama dengan konteks dimana episode itu terjadi. Konteks tidak selalu merupakan sesuatu yang eksternal bagi orang yang mengingat, seperti lokasi fisik atau wajah tertentu. Sesuatu yang terjadi dalam diri seseorang sewaktu menyusun informasi (keadaan internal) juga merupakan bagian dari konteks. Ingatan sebagian tergantung pada keadaan internal selama masa belajar yang disebut dengan belajar yang tergantung pada keadaan. Menurut pendapat Eich dkk (dalam Atkinson dkk, 1983), terdapat banyak penelitian mengenai belajar yang tergantung pada keadaan, dan meskipun buktinya bersifat kotroversial, tetapi menunjukkan bahwa ingatan memang bertambah baik jika keadaan internal sewaktu pengingatan kembali sesuai dengan keadaan pada waktu menyusun informasi dalam ingatan. Konteks merupakan suatu syarat pengingatan kembali atau recall memory yang kuat, hal ini dapat ditingkatkan dengan memulihkan konteks dimana belajar terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
d. Faktor emosional. Menurut Rapport (dalam Atkinson dkk, 1983), banyak peneliti telah menemukan adanya ingatan yang lebih baik dalam situasi emosional dibandingkan dengan situasi yang tidak emosional. Selain emosi yang bersifat positif, emosi negatif juga dapat menghalangi terjadinya pengingatan kembali. Holmes (dalam Atkinson dkk, 1983) menyatakan bahwa secara tidak langsung kecemasan merupakan sebab gagalnya ingatan,
tetapi kecemasan
itu menyebabkan atau
diasosiasikan dengan pikiran yang bukan-bukan dan pikiran inilah yang menyebabkan kagagalan ingatan dengan cara mengganggu pengingatan kembali (recall memory). Emosi dapat mengganggu ingatan adalah melalui dampak konteks. Ingatan akan kuat bila konteks pada pengingatan kembali cocok dengan konteks pada saat penyusunan informasi. Karena keadaan emosi selama belajar merupakan bagian dari konteks, bila seseorang merasakan emosi sedih ketika belajar materi tertentu, maka ia dapat dengan baik mengingat kembali materi itu bila dalam keadaan sedih pula e. Perhatian. Perhatian dipengaruhi minat. Dari semua metode alamiah yang telah digunakan dalam recall memory atau mengingat informasi, selama ini minat adalah metode yang paling mudah dan sederhana. Seseorang mempunyai begitu banyak informasi dalam otaknya dan butuh untuk disimpan dalam ingatan jangka pendek. Karena kapasitas dalam ingatan jangka pendek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
terbatas, maka jika hanya diperhatikan sepintas, sebuah informasi tak akan pernah berhasil memasuki ingatan permanen. Seseorang harus memutuskan informasi mana yang ingin dipindahkan ke dalam ingatan permanen, lalu memusatkan perhatian pada informasi tersebut. Kegagalan recall memory atau mengingat informasi merupakan kegagalan untuk memberi perhatian secara optimal. Fenomena seperti ini dinamakan sebagai absent minded, atau pikiran kosong (Chernow, 2001). f. Pengulangan. Pengulangan merupakan penghafalan repetitif suatu item (Sternberg, 2006). Eksperimen Peterson dan Peterson (dalam Solso dkk, 2008) menunjukkan bahwa kemampuan mengingat (recall) menurun drastis ketika partisipan tidak dijinkan mengulang informasi (kluster tiga huruf) yang disimpan di dalam short term memory. g. Sisi yang menarik dari informasi. Menurut Chernow (2001), agar dapat me-recall atau mengingat sesuatu, maka seseorang harus tertarik pada hal itu. Seseorang tidak bisa berharap bahwa apa yang dilihat atau didengar akan secara ajaib terekam dalam ingatan. Apabila suatu informasi memiliki sisi yang menarik untuk diperhatikan, maka tingkat ketertarikan ini akan membuat informasi tersebut me-recall informasi yang bersangkutan. Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat diketahui faktor yang mempengaruhi recall memory yang diungkapkan oleh Haberlandt (1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
antara lain jangka waktu penyimpanan (retention interval), kuantitas materi, efek posisi serial (serial position effect), dan kedalaman pemrosesan (depth of processing). Selain itu faktor-faktor lain yang mempengaruhi keoptimalan dari recall memory antara lain inteligensi, asosiasi, konteks, faktor emosional, perhatian, pengulangan, serta sisi yang menarik dari sebuah informasi.
B. Brain Gym 1. Pengertian Brain Gym Brain gym atau senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan mengoptimalkan kemampuan otak. Brain gym terdiri dari serangkaian gerakan yang dapat membantu mengoptimalkan kemampuan belajar dan bermanfaat secara akademik (Dennison dan Dennison, 2002). Menurut McClelland (dalam Ihwan Sidiq Nugroho, 2008) brain gym merupakan metode yang dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh melalui gerakan-gerakan sederhana. Metode brain gym sering digunakan untuk membantu siswa agar lebih sukses di sekolah, meningkatkan kepercayaan diri, serta membantu penderita yang mengalami kelemahan otak, cacat otak, gangguan perhatian, dan gangguan perilaku. Soemarmo Markam (2005) mengemukakan bahwa brain gym atau senam otak adalah senam yang bertujuan utama untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan. Latihan vitalisasi otak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dalam brain gym merupakan sebuah produk latihan kebugaran fisik yang mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia. Otak manusia terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran akan lebih mudah diterima bila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Otak manusia memiliki tugas-tugas yang spesifik, sehingga untuk aplikasi brain gym digunakan istilah Dimensi Lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, Dimensi Pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta Dimensi Pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex). Gerakan-gerakan dalam brain gym dibuat guna menstimulasi (Dimensi Lateralitas), meringankan (Dimensi Pemfokusan), atau merelaksasi (Dimensi Pemusatan) murid yang terlibat dalam situasi belajar tertentu sehingga membuat pengalaman belajar lebih bermutu dan tepat (Dennison dan Dennison, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan tubuh sederhana yang digunakan sebagai latihan vitalisasi otak sehingga dapat membantu mengoptimalkan kegiatan belajar.
2. Pengaruh Brain Gym pada Kinerja Otak Menurut Atkinson dkk (1983), otak merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia dan sistem saraf otonom yang utama dalam tubuh yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
berfungsi mengendalikan semua aktivitas tubuh. Otak manusia terdiri atas tiga lapisan konsentrik antara lain: a. Sentral core. Mencakup medulla, yang bertanggung jawab terhadap pengeluaran dan gerak refleks postural; serebelum yang menyangkut koordinasi motorik; thalamus sebagai atasiun pemancar untuk informasi sensorik yang masuk; serta hipotalamus yang berperan penting dalam hal emosi dan mempertahankan homeostatis. Sistem retikular yang menyilang melalui beberapa struktur yang disebut di atas mengendalikan keadaan organisme dalam keadaan terjaga dan terkena rangsang. b. Sistem limbic. Bertanggung jawab mengendalikan beberapa kegiatan instingtif yang diatur oleh hipotalamus yang juga memegang peranan penting dalam emosi dan ingatan. c. Sereberum. Dibagi dalam dua belahan sentral. Permukaan belahan yang bergelombang
yaitu
korteks
serebral
mengendalikan
diskriminasi,
pembuatan keputusan, belajar, dan berpikir. Bagian tertentu otak merupakan pusat masukan sensorik atau untuk pengendalian gerakan khusus. Bagian otak selebihnya terdiri dari bagian yang berasosiasi. Soemarmo Markam (2005) berpendapat bahwa secara neurologi (ilmu yang mempelajari tentang otak), pemeliharaan otak dapat dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan struktural dan fungsional. Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak hingga diharapkan struktur otak akan terpelihara dan fungsi otak pun akan menjadi lebih optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Otak dapat diibaratkan sebagai komputer istimewa. Menurut Soemarmo Markam (2005) perilaku manusia tergantung pada program-program yang ada di dalamnya. Sementara chips otak adalah sel saraf-neuron. Sel-sel saraf yang berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu jaringan. Hubungan satu sel saraf dengan sel saraf lainnya disebut sinapsis. Makin rimbun hubungan antar sel saraf, makin tinggi kecerdasannya. Makin banyak dan baik asupan program yang terjadi dalam proses belajar, makin banyak percabangan juluran sel saraf yang terjadi sehingga daya ingat meningkat. Soemarmo Markam (2005) mengungkapkan bahwa salah satu upaya untuk menjaga vitalisasi otak adalah dengan cara latihan. Latihan vitalisasi otak merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan, dan pusat berpikir. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam brain gym atau senam otak dapat merangsang kerja sama antarbelahan otak dan antar bagian-bagian otak. Menurut Jensen dan Kovalik (dalam Ihwan Sidiq Nugroho, 2008) pergerakan atau aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang
(1991) menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak hanya meningkatkan hubungan antar neuron akan tetapi juga menstimuli otak untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa brain gym dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan antar neuron dan menstimuli otak dengan cara merangsang kerja sama antarbelahan otak dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
antar bagian-bagian otak, sehingga dapat berfungsi secara optimal terutama dalam belajar.
3. Dimensi Kerja Otak dalam Brain Gym Dennison dan Dennison (2002) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam tiga fungsi yakni, dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-belakang), serta dimensi pemusatan (otak atasbawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya: a. Dimensi Lateralitas. Tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang tengah. Bila keterampilan ini telah dikuasai, seseorang akan mampu memproses kode linear, simbollis tertulis (misalnya tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut ketidakmampuan belajar (learning disabled) seperti sulit menulis dan cenderung menulis huruf terbalik (disgrafia) dan sulit membaca (disleksia).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
b. Dimensi Pemfokusan.
uh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari samping); tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah seseorang berada di depan atau di belakang garis tersebut. Informasi diterima oleh otak bagian belakang (batang otak atau brainstem) yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya. Ketidaklengakapan perkembangan refleks dapat menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar. Murid yang mengalami fokus-kurang (underfocused) disebut kurang perhatian, kurang pengertian, terlambat bicara, atau hiperaktif. Sementara, sebagian lain adalah anak yang terlalu mengalami fokus lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu. c. Dimensi Pemusatan. Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian dan bawah otak; bagian tengah sisten limbis (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir abstrak. Apa yang dipelajari benar-benar harus dapat dihubungkan dengan perasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
dan memberi arti. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai atau menyatakan emosi. Gerakan yang membuat sistem badan menjadi relaks dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau bertumpu pada dasar yang kokoh. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah tombol bumi, tombol keseimbangan, tombol angkasa, pasang telinga, titik positif dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja brain gym didasarkan pada pembagian otak ke dalam tiga fungsi yaitu dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depanbelakang), dan dimensi pemusatan (otak atas-bawah) yang masing-masing dimensi tersebut memiliki tugas tertentu, sehingga setiap dimensi memiliki gerakan senamnya masing-masing.
4. Bentuk-Bentuk Gerakan Brain Gym Gerakan brain gym yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada gerakan brain gym yang diperkenalkan oleh Dennison dan Dennison (2002). Gerakan brain gym yang digunakan berhubungan dengan ingatan dan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan recall memory anak, dengan mekanisme gerakan antara lain sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
a. 8 Tidur (Lazy 8s). Gerakan dilakukan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri dan membentuk angka delapan tidur. Gerakan ini diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Angka delapan tidur dibuat 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk memperbaiki penglihatan dengan dua mata bersamaan (binocular) dan melihat lebih jauh ke samping (perifer), serta meningkatkan koordinasi otot mata (terutama untuk menyusuri). 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat digunakan untuk melepaskan ketegangan mata, otot tengkuk dan bahu pada waktu memusatkan perhatian; meningkatkan kedalaman persepsi; meningkatkan keseimbangan dan koordinasi. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mekanisme membaca melalui gerakan mata ke kiri dan ke kanan dan menangkap arti dari bacaan (ingatan asosiatif jangka panjang). b. Gajah (The Elephant). Gerakan dilakukan dengan menekuk lutut sedikit, letakkan telinga di atas bahu dan tangan direntangkan lurus ke depan. Bayangkan tangan menjadi belalai gajah yang menyatu dengan kepala. Gerakan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
membuat angka delapan tidur di udara, dimulai dengan menggerakkan tangan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Mata diarahkan melewati jari tangan ke kejauhan sambil melakukan gerakan delapan tidur dari pinggul. Gerakan ini mengaktifkan bagian dalam telinga untuk keseimbangan yang lebih baik, juga mengintegrasi otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat rileks otot-otot tengkuk yang tegang yang sering timbul sebagai reaksi terhadap bunyi atau gerakan bibir yang berlebihan sewaktu membaca dalam hati. Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah pendengaran, daya ingat jangka panjang dan pendek, kemampuan berbicara dalam hati dan berpikir, integrasi penglihatan, pendengaran, dan gerakan tubuh, kedalaman persepsi, dan kemampuan koordinasi kedua mata. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat meningkatkan kemampuan gerakan kepala ke kiri dan kanan; penglihatan binokuler; tengkuk tetap rileks saat berkonsentrasi; koordinasi tubuh bagian atas dan bawah meningkat; mengaktifkan telinga bagian dalam untuk keseimbangan. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mendengar, berbicara, mengeja, dan mengingat secara berurutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
c. Burung Hantu (The Owl). Gerakan dilakukan dengan mengurut otot bahu kiri dan kanan, tarik nafas saat kepala berada di posisi tengah. Kemudian hembuskan nafas ke samping atau ke otot yang tegang sambil rileks. Gerakan tersebut kemudian diulangi dengan tangan kiri. Gerakan burung hantu akan memperpanjang otot tengkuk dan bahu, dengan mengatur kembali jangkauan gerakannya dan peredaran darah ke otak untuk meningkatkan kemampuan fokus, perhatian, dan ingatan. Gerakan ini melegakan otot trapezius atas dan digunakan untuk melepaskan ketegangan saat melakukan keterampilan dengan jarak pandang dekat. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat meningkatkan kemampuan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan; meningkatkan kekuatan dan keseimbangan otot leher dan tengkuk;
melegakan
otot-otot
tengkuk,
rahang
dan
bahu;
menyeimbangkan otot leher dan tengkuk. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan pemahaman, perhitungan matematika, ingatan, dan pekerjaan lain yang menggunakan papan tombol. d. Pasang Kuda-Kuda (The Grounder). Gerakan dilakukan dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
nafas, lalu ambil nafas saat lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas, ulangi tiga kali kemudian ganti dengan kaki kiri. Gerakan ini termasuk dalam gerakan meregangkan otot yang membuat rileks kelompok otot dasar tubuh yang kelenturannya penting bagi keseimbangan dan koordinasi seluruh tubuh. Gerakan ini dapat membantu pernafasan yang lebih baik, kesadaran ruang gerak, dan merelaksasi seluruh tubuh. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan; konsentrasi dan perhatian meningkat; tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan simetris; sikap lebih mantap dan lebih rileks. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan pemahaman, ingatan untuk jangka panjang, penyimpanan ingatan jangka pendek, keterampilan mengatur pikiran, kemampuan matematika, dan ekspresi diri. e. Pasang Telinga (The Thinking Cap). Gerakan ini membantu pendengaran lebih baik, dan sebaiknya dilakukan sebelum kelas dimulai. Gerakan dilakukan dengan memijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah sebanyak 3-5 kali. Gerakan ini berfungsi mengaktifkan otak dalam memperbaiki pendengaran (termasuk pengenalan, perhatian, pembedaan bunyi, persepsi, dan ingatan melalui pendengaran), memperbaiki ingatan jangka pendek, kebugaran mental dan fisik meningkat, dan mengaktifkan formatio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
retricularis
atau
kemampuan
untuk
menyaring
suara-suara
yang
mengganggu dari yang perlu didengar. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Energi dan nafas akan lebih baik; resonansi meningkat; merelaksasi otot wajah, lidah, dan rahang; kemampuan menolehkan kepala ke kiri dan kanan lebih baik; fokus perhatian meningkat; keseimbangan lebih baik; jangkauan pendengaran yang lebih luas. 2) Secara akademik: Gerakan ini mempunyai manfaat untuk meningkatkan pemahaman ketika mendengar, berbicara di depan umum, penyampaian lisan, dan mengeja. f. Titik Positif. Titik positif adalah dua tonjolan di tengah dahi. Titik positif ini disentuh dengan kedua ujung jari tangan selama ± 30 detik. Dalam keadaan stres, otot bagian depan pada kening adalah salah satu yang mengalami kerutan, sehingga menghambat kelancaran arus neurovascular ke daerah prefrontal di bagian depan otak. Jika otot pada bagian tersebut diber i pijatan lembut,maka otot wajah akan rileks dan arus neurovascular tidak terhambat lagi. Gerakan ini mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat, dan keterampilan. Mengatasi lupa karena gugup, menenangkan pada saat tes di sekolah, dan dalam penyesuaian sehari-hari. Titik-titik ini merupakan titik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
keseimbangan neurovascular untuk meridian perut. Titik positif membuat darah mengalir dari hipotalamus ke otak bagian depan yang berfungsi sebagai pemikiran logis. Hal ini dapat meningkatkan respon untuk mempelajari situasi yang baru. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Gerakan ini akan meningkatkan kemampuan
dalam
mengatur
pekerjaan, keterampilan belajar, dan memperbaiki kinerja pada saat tes. 2) Secara akademik: Gerakan titik positif ini dapat membantu mengoptimalkan ingatan, meningkatkan kemampuan berhitung, dan ketika ingatan jangka panjang dibutuhkan. g. Positive (Kait Relaks). Mekanisme gerakan ini, pertama letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah, jari-jari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan kearah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik nafas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat menghembuskan nafas. Tahap kedua, buka silangan kaki dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil bernafas dalam 1 menit lagi. Gerakan ini memindahkan energi listrik dari pusat-pusat pertahanan hidup di batang otak ke pusat-pusat penalaran di otak tengah dan neocortex, sehingga mengaktifkan integrasi hemisferik, meningkatkan koordinasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
motorik halus, dan meningkatkan penalaran formal. Tangan dan kaki menyilang menstimuli korteks motorik di dalam kedua hemisfer dan secara simultan mengaktifkan semua pusat kontrol motorik otak, sehingga menolak setiap respons yang tidak memadai dari refleks pertahanan diri, hormon stres, atau sistem saraf simpatik. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat
mengendalikan
diri
dan
lebih
menyadari
batas-batas;
keseimbangan dan koordinasi meningkat; perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar; dan pernafasan yang lebih mendalam. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mendengar dan berbicara, kesiapan menghadapi tes, dan tantangan sejenisnya. h. Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl). Dilakukan dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan tangan kiri dengan kaki kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Selain itu menyentuh lutut dengan tangan secara berlawanan juga dapat dilakukan. Gerakan silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan
gerakan
pemanasan
untuk
semua
keterampilan
yang
memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral tubuh. Juga efektif karena merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan juga
bagian
yang
mengungkapkannya
mempermudah proses belajar yang terintegrasi.
commit to user
(expressive),
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Gerakan ini berfungsi mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah
penglihatan/pendengaran/kinestetik/perabaan/sentuhan,
gerakan
mata dari kiri ke kanan, meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata (binocular). 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Meningkatkan koordinasi tubuh bagian kiri dan kanan; memperbaiki pernafasan dan stamina; memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang gerak; memperbaiki pendengaran dan penglihatan. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mengeja, menulis, mendengarkan, membaca, dan memahami. i.
Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons). Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Sakelar otak terletak persis di atas pembuluh darah carotid, yang mensuplai darah yang baru saja dioksigenasi ke otak. Tindakan menstimuli titik-titik ini akan menstimuli carotid untuk memperbaiki kerja mengantar oksigen. Menaruh tangan di pusar akan membangun kembali pusat gravitasional tubuh, dengan menyeimbangkan rangsangan ke dan dari kanal-kanal semilingkaran (pusat-pusat keseimbangan di telinga dalam). Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk mengirim pesan dari bagian otak kanan ke sisi kiri tubuh dan sebaliknya, meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
penerimaan oksigen, stimulasi arteri karotis untuk meningkatkan aliran darah ke otak, dan meningkatkan aliran energi elektromagnetik. 1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Keseimbangan tubuh kiri dan kanan (pinggang tidak ditekuk, kepala tegak tidak menunduk) meningkat; tingkat energi lebih baik; memperbaiki kerja sama kedua mata (dapat meringankan stres visual atau memperbaiki pandangan yang terus-menerus); otot tengkuk dan bahu lebih rileks. 2) Secara akademik: Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan membaca, koordinasi tubuh, koreksi terbaliknya huruf dan angka, memadukan konsonan, dan fokus pada saat membaca. j.
Energetic (Minum Air). Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan, dan menggunakan kembali informasi secara efisien. Dengan kecukupan air, maka kemampuan akademik akan meningkat. Minum air yang cukup sangat bermanfaat sebelum menghadapi tes atau kegiatan lain yang dapat menimbulkan stres. Kebutuhan air adalah kira-kira 2% dari berat badan per hari. Semua aksi listrik dan kimia dari otak dan sistem saraf pusat tergantung pada aliran arus listrik antara otak dan organ sensorik, yang dimudahkan oleh air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh: Dapat meningkatkan konsentrasi (mengurangi kelelahan mental); kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat; koordinasi mental dan fisik meningkat (mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan
perubahan
neurologis);
melepas
stres;
meningkatkan
komunikasi dan keterampilan sosial. 2) Secara akademik: Jika kecukupan air, maka kemampuan akademik dapat meningkat, selain itu apabila minum air sebelum menghadapi tes atau kegiatan lain akan membantu mengurangi stres. Melalui penjelasan di atas, diketahui bahwa gerakan brain gym yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh macam gerakan antara lain 8 Tidur (Lazy 8s), Gajah (The Elephant), Burung Hantu (The Owl), Pasang Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The Thinking Cap), Titik Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl), Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan Energetic (Minum Air). Gerakan brain gym yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan recall memory anak.
5. Manfaat Brain Gym Kegiatan brain gym dapat dikatakan telah mencapai tujuannya setelah para murid mampu belajar bagaimana mengoordinasikan gerakan mata, tangan, dan tubuh. Menurut Dennison dan Dennison (2002), sebagian orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
akan mengakui bahwa gerakan-gerakan brain gym dalam waktu singkat sangat membantu untuk mencapai perilaku tertentu. Kebanyakan murid secara sadar memilih untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut secara teratur selama beberapa minggu atau bulan guna membantu memperkuat sesuatu yang dipelajari. Banyak murid akan kembali menggunakan gerakan-gerkan rutin brain gym yang disenangi bilamana stres atau menghadapi evaluasi belajar. Dennison dan Dennison (2002) juga mengungkapkan bahwa brain gym didasarkan pada tiga pokok pemikiran, yaitu: a. Belajar adalah kegiatan yang alami dan menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup. b. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan menghadapi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru. c.
elajar untuk tidak bergerak.
Berdasarkan tiga pokok pemikiran tersebut, diketahui bahwa gerakan-gerakan brain gym efektif untuk mengurangi kelelahan mental. Brain gym juga dapat menimbulkan
rasa
senang,
mengeliminasi
situasi
emosional,
dan
menumbuhkan rasa percaya diri. Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, brain gym juga dapat memberikan beberapa manfaat lain seperti yang dikemukakan oleh Demuth (2005) antara lain: a. Mengurangi stres dan pikiran menjadi lebih jernih. b. Suasana bekerja atau belajar dapat menjadi lebih rileks dan lebih tenang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
c. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat. d. Menjadi lebih bersemangat,lebih kreatif, dan efisien. e. Prestasi kerja dan belajar dapat meningkat. Sehubungan dengan penjelasan di atas dapat diketahui beberapa manfaat dari brain gym yaitu dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa; mengurangi stress dan menjernihkan pikiran; membuat suasana bekerja dan belajar menjadi lebih rileks; meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat; menambah semangat, kreativitas, dan lebih efisien; serta meningkatkan prestasi kerja dan belajar.
C. Pengaruh Brain Gym Terhadap Recall Memory pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Recall memory adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari atau dijumpai sebelumnya tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk mengingat informasi tersebut dari ingatan. Pembicaraan tentang ingatan termasuk recall memory berarti terkait dengan potensi otak dan segala kelebihannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rolls dkk (dalam King, 2010) bahwa banyak bagian sistem saraf dan otak yang terlibat dalam proses yang kaya dan kompleks yang disebut ingatan. Menurut Sperry (dalam Deasy Harianti, 2008) otak menusia terbagi menjadi dua belahan yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan atau hemisfer memiliki fungsi
yang
berbeda walaupun keduanya saling mendukung.
Diungkapkan pula oleh Deasy Harianti (2008) bahwa setiap belahan otak bersifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
dominan dalam aktivitas tertentu, tetapi masing-masing belahan otak tetap saling mendukung dalam proses berpikir. Agar aktivitas setiap belahan otak dapat saling mendukung, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyeimbangkan keterampilan mental antara otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak ra optimal sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal,. Hal ini penting, mengingat dalam proses berpikir
Dennison dan Dennison (2002) mengemukakan bahwa cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi otak adalah dengan brain gym. Menurut Demuth (2005) brain gym atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari, serta merupakan inti dari Edu-K. Edu-K merupakan singkatan dari Educational Kinesiology atau ilmu education educare Berdasarkan arti harfiah tersebut, education tidak seperti yang sering dipahami
menarik keluar potensi-potensi yang terdapat dalam diri (Demuth, 2005). Menurut penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan dasar Educational Kinesiology sebagai metode belajar adalah menarik keluar potensi belajar yang terpendam dalam diri seseorang melalui gerakan tubuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Gerakan merupakan pintu dari pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hannaford (1995), bahwa gerakan akan membangunkan dan mengaktivasi kapasitas mental, mengintegrasikan, dan menjangkarkan informasi baru dalam sistem saraf, serta berperan penting dalam mengekspresikan proses berpikir dan pemahaman diri. Menurut Hannaford (1995) gerakan dibutuhkan untuk memasukkan sebuah informasi yang penting dalam ingatan, salah satu caranya adalah materialisasi dengan kata-kata atau menulis. Gerakan tangan pada saat menulis akan membantu seseorang membuat hubungan dalam pemikirannya dan hal ini diperlukan untuk membangun jaringan saraf. Pendapat lain dikemukakan oleh Ratey (2001) yang menjelaskan bahwa pergerakan fisik seseorang dapat mempengaruhi kemampuan belajar, berpikir, dan mengingat. Kapasitas untuk menguasai daya ingat secara biologis akan meningkat oleh karena aktivitas fisik. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan dapat merangsang neuron untuk memaksimalkan kemampuan kognitif seseorang. Beberapa pendapat di atas diperkuat oleh penemuan para pakar neurosains yang diungkapkan oleh Hannaford (1995). Pada dasawarsa terakhir ini ditemukan dua area di otak yang sebelumnya ditengarai hanya berhubungan dengan kontrol gerakan, ternyata juga berperan penting dalam koordinasi pikiran. Area tersebut adalah ganglia basalis dan serebelum. Area ini ditemukan berhubungan dengan lobus frontalis yang berperan dalam fungsi kognitif. Menurut Kulak dan Sobaniec (2004) latihan fisik akan meningkatkan jumlah neuron-neuron baru yang mungkin diperantarai oleh faktor neurotrofik seperti Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Brain-Derived Neurotrophic
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Factor (BDNF) adalah suatu faktor neurotrofik yang ditemukan pertama kali di otak. BDNF merupakan suatu protein yang mempunyai aktivitas pada neuronneuron sistem saraf pusat dan perifer yang membantu survival neuron, meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi neuron serta sinaps baru. BDNF pada otak ditemukan aktif di hippokampus, korteks, dan basal forebrain, yaitu area-area vital dalam proses belajar, mengingat, dan proses berpikir yang lebih tinggi. Molteni dkk (2002) berpendapat bahwa peningkatan kadar BDNF akibat latihan fisik dapat mempengaruhi plastisitas neuronal pada terminal pre dan pasca sinaps, dengan kata lain latihan fisik dapat berpotensial meningkatkan plastisitas neuronal di hippokampus. Gomez-Pinilla dkk (2002) menenemukan bahwa terdapat mekanisme lain yang mengalami peningkatan selain BDNF, yaitu peningkatan sinapsin I, GrowthAsscociated Protein 43 (GAP-43), serta Cyclic AMP Response Element-Binding Protein (CREB). Sinapsin I merupakan anggota fosfoprotein spesifik terminal saraf dan terlibat dalam pengeluaran neurotransmitter, pemanjangan akson, dan pemeliharaan kontak sinaptik. BDNF mempengaruhi sintesis dan fosforilasi sinapsin I sehingga meningkatkan pelepasan neurotransmitter. GAP-43 terdapat dalam terminal akson yang sedang tumbuh dan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan akson, pelepasan neurotransmitter, serta proses belajar dan mengingat. CREB merupakan salah satu faktor transkripsi di otak dan dapat dimodulasi oleh BDNF, dibutuhkan dalam berbagai bentuk mengingat dan memiliki peran dalam ketahanan neuronal bersama-sama dengan BDNF.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka diketahui bahwa gerakan fisik mampu meningkatkan kemampuan belajar, berpikir, dan mengingat. Hal ini didasari dengan penemuan bahwa gerakan fisik diketahui dapat meningkatkan platisitas neuronal di hippokampus, yaitu bagian otak yang berperan dalam proses belajar, mengingat, dan proses berpikir yang lebih tinggi. Bentuk-bentuk gerakan fisik yang terangkum dalam brain gym diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar terutama kemampuan recall memory pada siswa kelas V sekolah dasar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (1990) bahwa ingatan pada usia 8-12 tahun merupakan masa dimana mencapai intensitas yang paling besar. Brain gym diharapkan efektif dalam mengoptimalkan ingatan, terutama recall memory pada siswa.
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara sistematis terlihat seperti bagan di bawah ini:
Kelompok Eksperimen
Perlakuan Berupa Brain Gym
Recall Memory
Kelompok Kontrol
Tanpa Perlakuan
Recall Memory
Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Bagan 4 Kerangka Pemikiran Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Siswa yang termasuk dalam kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa brain gym, sementara siswa yang termasuk ke dalam kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Selanjutnya akan dibandingkan kemampuan recall memory antara kedua kelompok penelitian, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
E. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan konsep yang mempunyai variabilitas, suatu konstruk yang bervariasi atau yang dapat memiliki bermacam nilai tertentu (Latipun, 2006). Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Sumadi Suryabrata, 2006). Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung
: Recall Memory
2. Variabel bebas
: Brain Gym
B. Definisi Operasional Definisi operasional berarti meletakkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu (Latipun, 2006). Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Sumadi Suryabrata, 2006). Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Recall Memory. Recall memory adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari tanpa dibantu suatu objek
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
sebagai stimulus untuk mengingat kembali. Penelitian ini menggunakan waktu yang terbatas untuk mengukur kemampuan recall memory dalam short term memory, dengan rentang waktu hingga 30 detik. Pengukuran recall memory dilakukan dengan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dari penelitian Peterson dan Peterson (1959). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka kemampuan recall memory juga tinggi, dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka kemampuan recall memory juga rendah. 2. Brain Gym. Brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan tubuh sederhana yang digunakan untuk latihan vitalisasi otak sehingga dapat membantu mengoptimalkan kegiatan belajar. Gerakan-gerakan brain gym yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh macam gerakan antara lain 8 Tidur (Lazy 8s), Gajah (The Elephant), Burung Hantu (The Owl), Pasang Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The Thinking Cap), Titik Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl), Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan Energetic (Minum Air). Gerakan brain gym yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan recall memory anak.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta, sebanyak 49 siswa. Pemilihan sekelompok subjek yang terbagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan atas karakteristik subjek penelitian, antara lain: 1. Siswa kelas V sekolah dasar dengan rentang usia 8-12 tahun. Sesuai dengan pendapat Kartini Kartono (1990) bahwa ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas yang paling besar. Brain gym diharapkan dapat memberi pengaruh positif dalam mengoptimalkan ingatan, terutama recall memory pada siswa. 2. Subjek yang memiliki tingkat kecerdasan average. Berdasarkan pendapat dari Schunn dkk (dalam Suharnan, 2005) bahwa subjek yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih cepat dan akurat dalam memproses informasi jika dibandingkan dengan subjek yang memiliki inteligensi rendah. Hal ini berlaku pada proses mengingat kembali atau merecall pengetahuan dari ingatan. Subjek yang memiliki inteligensi tinggi lebih efisien atau baik di dalam encoding informasi sehingga recall memory yang dihasilkan lebih optimal. Subjek yang diambil adalah subjek yang memiliki tingkat kecerdasan average sesuai dengan norma CFIT (Culture Fair Intelligence Test).
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan metode tes. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tes Susunan Huruf Tak Bermakna untuk mengukur recall memory. Tes Susunan Huruf Tak Bermakna yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
modifikasi dari tes serupa yang dikembangkan dalam penelitian Peterson dan Peterson (1959). Setiap aitem dalam tes terdiri dari rangkaian 3 huruf (trigram) yang membentuk susunan huruf tak bermakna (nonsense syllable) dan pasangannya berupa rangkaian angka yang terdiri dari 2 digit angka. Urutan dibuat sedemikian rupa sehingga pengulangan huruf untuk soal yang berurutan dibuat minimal. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 44 soal. Modifikasi yang dilakukan Peneliti terletak pada cara penyampaian soal, cara menjawab, dan materi soal yang diberikan. Pada tes yang asli, penyajian soal dilakukan secara individual, setiap soal disampaikan kepada subjek secara verbal, dan jawaban yang diberikan subjek secara verbal pula. Pada penelitian ini, pemberian tes dilakukan secara klasikal. Modifikasi dilakukan pada cara penyampaian soal dan cara menjawab. Setiap soal disampaikan dengan cara ditayangkan menggunakan LCD dan jawaban dituliskan oleh subjek pada kolom dalam lembar jawaban yang disediakan. Tiap-tiap aitem soal ditampilkan selama 2 detik. Setelah 1 aitem soal ditayangkan, maka tugas subjek adalah menghitung mundur sebanyak 3 angka dari 2 digit angka yang menjadi pasangan trigram yang ditayangkan. Misalnya trigram yang ditayangkan adalah ABC, kemudian subjek diminta untuk menghitung mundur angka pasangannya, misalnya 25, yaitu 22-19-16. Jawaban ditulis pada kolom dalam lembar jawaban yang disediakan, dimulai dari angka acak yang diberikan, lalu kemudian menuliskan kembali trigram yang ditayangkan sebelumnya. Menurut Davidoff (1981) tugas menghitung mundur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
diberikan untuk mengurangi efek latihan agar recall memory dapat diukur secara murni. Selang waktu yang diberikan kepada subjek untuk mengerjakan adalah selama 15 detik. Tugas menghitung mundur dapat dilakukan sebanyak 3 atau 4 angka seperti yang dikemukakan oleh Peterson dan Peterson (1959). Peneliti memilih untuk melakukan perhitungan mundur sebanyak 3 angka, dengan komposisi angka ganjil dan angka genap dibuat sama banyaknya. Skor yang diberikan adalah 1 (satu) untuk jawaban benar, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna. Jawaban yang salah, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna maupun salah satunya, maka skor yang diberikan adalah 0 (nol). Tes Susunan Huruf Tak Bermakna diberikan sebanyak dua kali kepada subjek penelitian sebagai pretest dan posttest. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh brain gym terhadap recall memory pada subjek dengan membandingkan hasil sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
E. Validitas dan Reliabilitas Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang berperan penting dalam menentukan baik atau tidaknya suatu hasil penelitian. Oleh karena itu, alat ukur yang digunakan berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna harus memenuhi syarat valid dan reliabel. Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dimodifikasi oleh Peneliti dari tes serupa yang dikembangkan dalam penelitian Peterson dan Peterson (1959). Modifikasi yang dilakukan terletak pada cara penyampaian soal, cara menjawab,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dan materi soal yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada Tes Susunan Huruf Tak Bermakna. Pengukuran uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
dengan bantuan SPSS 16.
Try Out atau uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilakukan di SD Negeri Ngoresan Surakarta dengan karakteristik subjek yang sama dengan subjek penelitian.
F. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan true experimental research. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pretest-posttest control group design. Peneliti menggunakan desain penelitian ini karena validitas internalnya menjadi lebih kuat (tinggi) dan variasi antar-session (yaitu extraneous variables yang terjadi antara T1 dan T 2) telah dikontrol (Sumadi Suryabrata, 2006). Dengan kata lain, dalam desain penelitian ini hampir semua variabel luar dan sumber invaliditas dapat terkendali sepenuhnya (Latipun,2006). Pertama-tama dilakukan pengukuran (pretest) dengan menggunakan tes susunan huruf tak bermakna pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen (Te) dan kelompok kontrol (Tk), lalu dikenakan perlakuan berupa brain gym pada kelompok eksperimen (T e) untuk jangka waktu tertentu sedangkan kelompok kontrol (T k) tidak mendapatkan perlakukan. Setelah jangka waktu tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (posttest) pada kedua kelompok. Rancangan eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut: Group
Pretest
Exp. Group (T e)
T1
Contr. Group (Tk)
T1
Treatment X
Posttest T2 T2
Bagan 5 Desain Penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design (Sumber: Sumadi Suryabrata, 2006)
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran tingkat kecerdasan pada subjek penelitian dengan menggunakan norma CFIT (Culture Fair Intelligence Test). Tes yang digunakan adalah CFIT skala 2 karena sesuai dengan usia subjek penelitian antara 8-12 tahun. 2. Melakukan matching. Matching dilakukan dengan mengurutkan nilai atau skor dari pengukuran tingkat kecerdasan yang telah dilakukan. Setiap subjek dibuatkan pasangan berdasarkan urutan skor CFIT, yaitu pasangan pertama: subjek urutan no.1 dengan no.2; pasangan kedua: subjek urutan no.3 dengan no.4, dan seterusnya. Setelah matching dilakukan, randomisasi juga dilakukan saat memasukkan subjek ke dalam setiap kelompok penelitian. Randomisasi atau random assigment adalah prosedur memasukkan secara acak subjek penelitian pada sampel penelitian ke dalam setiap kelompok penelitian (Te dan Tk) sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
kedua kelompok penelitian diasumsikan setara sebelum manipulasi dilakukan (Liche Seniati, 2005). Dari setiap pasangan yang diperoleh, salah satu subjek dimasukkan secara acak ke dalam kelompok eksperimen (Te) dan salah satu subjek lagi ke dalam kelompok kontrol (Tk). Liche Seniati (2005) juga mengungkapkan bahwa penggunaan teknik matching hanya dapat dilakukan apabila memenuhi 2 syarat. Pertama, apabila besar atau nilai variabel sekunder subjek sudah atau dapat diketahui oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan, dalam penelitian ini yaitu skor tes inteligensi setiap subjek sudah diketahui. Kedua, matching dapat dilakukan apabila hanya melibatkan 2 kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen (Te) dan kelompok kontrol (Tk). 3. Melaksanakan pretest (T1) berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna pada kelompok eksperimen (Te) dan kelompok kontrol (Tk). 4. Memberikan perlakuan yang dilaksanakan selama sembilan kali perlakuan dalam kurun waktu tiga minggu pada kelompok eksperimen (T e) berupa brain gym, sedangkan untuk kelompok kontrol (T k) tidak diberi perlakuan. 5. Melaksanakan posttest (T2) berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna baik pada kelompok eksperimen (Te) maupun kelompok kontrol (T k). Tes Susunan Huruf Tak Bermakna yang digunakan pada saat posttest (T2) merupakan bentuk tes yang sama dengan pretest (T1). 6. Menganalisis hasil perlakuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan nonperlakuan pada kemampuan recall memory siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U-Test. Perhitungan selengkapnya menggunakan analisis data statistik dengan SPSS version 16 for MS Windows. Analisis Mann-Whitney U-Test digunakan dengan alasan karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil skor recall memory perlakuan dan non perlakuan pada siswa. Selain itu menurut Imam Ghozali (2006), Mann-Whitney U-Test digunakan karena menguji signifikansi hipotesis komparatif dua grup independen yang datanya berbentuk ordinal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penentuan tempat penelitian merupakan salah satu tahapan persiapan penelitian yang dilakukan oleh Peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Penentuan tempat penelitian didasarkan oleh populasi dan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Peneliti. Peneliti berkoordinasi dengan Guru Wali Kelas V untuk melihat nilai-nilai mata pelajaran yang terkait dengan ingatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan recall memory siswa berdasarkan performansi siswa saat tes mata pelajaran. Mata pelajaran yang dijadikan acuan oleh Peneliti adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Rata-rata nilai siswa kelas V untuk ketiga mata pelajaran tersebut antara lain PKn sebesar 63.16, IPA sebesar 62.35, dan IPS sebesar 72.04. Selain itu cara belajar yang digunakan selama di dalam kelas hanya mencakup cara belajar visual dan audiotorial. Sedangkan kendala dari guru adalah belum menggunakan secara efektif untuk cara belajar kinestetik, terutama dengan menggunakan brain gym atau senam otak. Hal ini yang menjadi perhatian utama Peneliti dalam mencermati permasalahan tersebut.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta beralamat di Jl. Kartika No. 32 Ngoresan, Jebres, Surakarta. Visi dan misi dari sekolah ini antara lain sebagai berikut: Tabel 1 Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta Terwujudnya sekolah berkualitas yang berdasarkan imtaq, Visi iptek dan dapat dijangkau lapisan masyarakat. 1. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif melalui Misi budaya disiplin di segala bidang. 2. Mengembangkan intelektual siswa dengan mendorong serta membantu untuk mengenal potensi dirinya agar tercapai perestasi yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya 3. Membina anak agar dapat tumbuh menjadi manusia yang sehat sosial, jasmani, rohani, berbudaya, terampil, dan berbudi luhur, bertanggung jawab sesuai dengan agamanya masing-masing. 4. Mengembangkan komunikasi dan kegiatan dengan lingkungan masyarakat dan sekolah (Sumber: Profil Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta) Tenaga kependidikan dari sekolah ini terdiri dari 15 orang guru, 1 orang petugas tata usaha, dan 1 orang tenaga bantu. Jumlah anak didik tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 271 siswa, dengan rincian siswa Kelas I sebanyak 42 siswa, Kelas II sebanyak 45 siswa, Kelas III sebanyak 44 siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Kelas IV sebanyak 45 siswa, Kelas V sebanyak 49 siswa, dan Kelas VI sebanyak 46 siswa. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa Kelas V sejumlah 49 siswa yang terdiri dari 21 putra dan 28 putri. 2. Persiapan Administrasi Persiapan administrasi untuk penelitian meliputi perizinan yang diajukan kepada pihak yang terkai Brain Gym Terhadap Recall Memory Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar penelitian dilakukan melalui surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
dengan
nomor
surat
820/UN27.06.7.1/TU/2011 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Melalui surat izin tersebut, Peneliti mengajukan permohonan kepada pihak Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Berdasarkan izin dari pihak sekolah dan jadwal yang telah disepakati bersama maka penelitian dilakukan pada bulan November 2011 setelah pelaksanaan ujian tengah semester. 3. Persiapan Alat Ukur a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Susunan Huruf Tak Bermakna yang digunakan untuk mengukur kemampuan recall memory siswa. Tes ini terdiri dari 48 soal. Setiap item dalam tes terdiri dari rangkaian 3 huruf (trigram) yang membentuk susunan huruf tak bermakna (nonsense syllable) dan pasangannya berupa rangkaian angka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
yang terdiri dari 2 digit angka. Urutan dibuat sedemikian rupa sehingga pengulangan huruf untuk soal yang berurutan dibuat minimal. Skor yang diberikan dalam tes ini adalah 1 (satu) untuk jawaban benar, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna. Jawaban yang salah, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna maupun salah satunya, maka skor yang diberikan adalah 0 (nol). Tabel 2 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Sebelum Uji Coba Huruf Tak No
Angka Acak
3 Angka yang Dihitung Mundur Bermakna
1.
45
42
39
36
BFH
2.
74
71
68
65
PGZ
3.
26
23
20
17
RJH
4.
52
49
46
43
QGK
5.
87
84
81
78
CJP
6.
40
37
34
31
BGK
7.
58
55
52
49
FNQ
8.
75
72
69
66
SZP
9.
70
67
64
61
DEX
10.
77
74
71
68
NRZ
11.
94
91
88
85
LSH
12.
51
48
45
42
PXT
13.
56
53
50
47
KGD
14.
93
90
87
84
RPB
15.
69
66
63
60
MQX
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
16.
96
93
90
87
ZSN
17.
25
22
19
16
LXH
18.
22
19
16
13
MBS
19.
61
58
55
52
SHX
20.
20
17
14
11
DKM
21.
32
29
26
23
TJN
22.
44
41
38
35
CMF
23.
31
28
25
22
GJP
24.
36
33
30
27
FDM
25.
23
20
17
14
GMB
26.
64
61
58
55
TQH
27.
55
52
49
46
JNB
28.
78
75
72
69
HZT
29.
21
18
15
12
QSW
30.
80
77
74
71
ZBK
31.
27
24
21
18
JXZ
32.
84
81
78
75
NLR
33.
46
43
40
37
HBK
34.
35
32
29
26
DSZ
35.
71
68
65
62
KPB
36.
95
92
89
86
NCS
37.
54
51
48
45
HCT
38.
29
26
23
20
JDP
39.
66
63
60
57
ZET
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
40.
47
44
41
38
MPB
41.
88
85
82
79
QSG
42.
79
76
73
70
CMZ
43.
65
62
59
56
KMX
44.
48
45
42
39
CQK
45.
37
34
31
28
SBF
46.
53
50
47
44
THL
47.
68
65
62
59
XFR
48.
57
54
51
48
BPM
b. Uji Coba Alat Ukur Uji coba alat ukur dilakukan dengan uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna kepada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta yang berjumlah 38 orang dari total siswa kelas V sebanyak 48 orang. Peneliti menggunakan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta sebagai subjek uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna karena memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian di Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta, yaitu siswa kelas V memiliki rentang usia yang sama antara 8-12 tahun dan memiliki tingkat kecerdasan average atau rata-rata berdasarkan hasil screening menggunakan tes CFIT skala 2. Uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilaksanakan tanggal 4 November 2011 terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta, setelah satu hari sebelumnya yaitu tanggal 3 November 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dilakukan screening untuk subjek yang sama. Prosedur pelaksanaannya adalah sebelumnya Peneliti memberikan informasi kepada pihak sekolah yang bersangkutan bahwa Peneliti akan melakukan screening dan uji coba alat tes, serta negosiasi jadwal dengan pihak sekolah. Pada tanggal 3 November 2011 sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, Peneliti melakukan screening terhadap 48 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta. Screening dilakukan dengan menggunakan tes CFIT skala 2 untuk mengukur tingkat kecerdasan siswa. Pada hari pelaksanaan screening, 2 siswa tidak hadir sehingga screening dilakukan pada 46 siswa. Hasil screening tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh Peneliti dengan mengambil beberapa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan ratarata sebagai subjek uji coba alat tes. Hal ini dilakukan dalam upaya menyamakan kriterianya dengan subjek penelitian. Peneliti mengambil 40 siswa dengan tingkat kecerdasan rata-rata sebagai subjek uji coba alat tes yang terdiri dari 4 siswa dengan klasifikasi high average, 25 siswa dengan klasifikasi average, dan 11 siswa dengan klasifikasi low average. Hari berikutnya yaitu pada tanggal 4 November 2011, Peneliti melaksanakan uji coba alat tes terhadap 40 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta. Peneliti didampingi oleh Guru dan 3 orang observer selama proses uji coba alat tes berlangsung. Sebelum melakukan uji coba, Peneliti terlebih dahulu menginformasikan kepada para siswa mengenai maksud dan tujuan uji coba alat tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Setelah uji coba alat tes dilakukan, diperoleh 38 alat tes yang dapat dianalisis, hal ini karena 2 orang subjek tidak hadir pada hari itu. Langkah selanjutnya adalah penskoran dan analisis terhadap 38 alat tes untuk pengujian validitas dan reliabilitas. Selanjutnya Peneliti mengkategorikan skor menjadi tiga kategori (Saifuddin Azwar, 2003) yaitu: Rendah
: X < MH - 1(SD)
Sedang
: MH
Tinggi
: MH + 1(SD)
1(SD)
X < MH + 1(SD) X
Keterangan: MH = Mean Hipotetik SD = Standar Deviasi Perhitungan kategori skor recall memory dan tabulasi try out selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran G. c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Penskoran Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilakukan oleh Peneliti terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Skor untuk setiap aitem yang benar, untuk susunan huruf tak bermakna dan 3 angka yang dihitung mundur adalah 1 (satu). Skor untuk setiap aitem yang salah, baik untuk susunan huruf tak bermakna, 3 angka yang dihitung mundur, maupun keduanya adalah 0 (nol). Setelah penskoran selesai dilakukan, maka diperoleh skor total untuk setiap subjek. Berdasarkan hasil penskoran tersebut maka dilakukan pengujian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
validitas dan reliabilitas tes, dengan menggunakan bantuan program SPSS version 16 for MS Windows. 1) Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini mencakup content validity dan construct
validity. Content validity dilakukan
melalui review
professional judgement, dalam hal ini adalah Pembimbing sebagai pihak yang berkompeten. Review professional judgement dilakukan untuk menilai tes agar memenuhi kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur. Uji
daya
beda
aitem
selanjutnya
dilakukan
dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 16. Peneliti mendapati hasil uji tersebut memiliki indeks korelasi berkisar antara 0,088 hingga 0,803. Seleksi atau dasar pengambilan keputusan untuk aitem yang valid dengan cara membandingkan nilai r
hitung
dengan nilai r
kriteria
0,320 untuk taraf
signifikansi 5%. Jika nilai corrected item total correlation bernilai positif dan > 0,320 maka aitem dianggap valid, sedangkan jika nilai corrected item total correlation bernilai negatif dan < 0,320 maka aitem dianggap tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, Peneliti memperoleh 44 aitem yang valid dari 48 aitem yang diujicobakan dengan kisaran nilai antara 0,323 hingga 0,803. Aitem yang valid sejumlah 44 aitem, antara lain aitem 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, dan 48. Aitem yang gugur sejumlah 4 aitem yaitu aitem 6, 25, 39, dan 42. Tabel 3 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Setelah Uji Coba Huruf Tak No
Angka Acak
3 Angka yang Dihitung Mundur Bermakna
1.
45
42
39
36
BFH
2.
74
71
68
65
PGZ
3.
26
23
20
17
RJH
4.
52
49
46
43
QGK
5.
87
84
81
78
CJP
6.
58
55
52
49
FNQ
7.
75
72
69
66
SZP
8.
70
67
64
61
DEX
9.
77
74
71
68
NRZ
10.
94
91
88
85
LSH
11.
51
48
45
42
PXT
12.
56
53
50
47
KGD
13.
93
90
87
84
RPB
14.
69
66
63
60
MQX
15.
96
93
90
87
ZSN
16.
25
22
19
16
LXH
17.
22
19
16
13
MBS
18.
61
58
55
52
SHX
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
19.
20
17
14
11
DKM
20.
32
29
26
23
TJN
21.
44
41
38
35
CMF
22.
31
28
25
22
GJP
23.
36
33
30
27
FDM
24.
64
61
58
55
TQH
25.
55
52
49
46
JNB
26.
78
75
72
69
HZT
27.
21
18
15
12
QSW
28.
80
77
74
71
ZBK
29.
27
24
21
18
JXZ
30.
84
81
78
75
NLR
31.
46
43
40
37
HBK
32.
35
32
29
26
DSZ
33.
71
68
65
62
KPB
34.
95
92
89
86
NCS
35.
54
51
48
45
HCT
36.
29
26
23
20
JDP
37.
47
44
41
38
MPB
38.
88
85
82
79
QSG
39.
65
62
59
56
KMX
40.
48
45
42
39
CQK
41.
37
34
31
28
SBF
42.
53
50
47
44
THL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
43.
68
65
62
59
XFR
44.
57
54
51
48
BPM
2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas pada aitem yang valid merupakan tahapan selanjutnya yang dilakukan setelah pengujian validitas. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan teknik analisis
dengan
bantuan SPSS 16. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .941
44
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Saifuddin Azwar, 2003). Hasil uji reliabilitas Tes Susunan Huruf Tak Bermakna diperoleh koefisien reliabilitas ( ) sebesar 0,941 sehingga dapat dinyatakan bahwa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna tersebut reliabel, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
4. Persiapan Eksperimen Eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pelatihan brain gym sebagai perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Pelatihan brain gym ini dilakukan oleh seorang fasilitator atau penyaji, dan lima orang observer. Sebelum berjalannya eksperimen, Peneliti melakukan briefing terlebih dahulu dengan fasilitator dan observer mengenai materi dan pelaksanaan pelatihan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai materi dan detail pelatihan kepada fasilitator dan observer. Persiapan eksperimen yang dilakukan oleh Peneliti antara lain persiapan alat dan bahan, screening pada subjek penelitian, serta penentuan subjek penelitian ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain itu Peneliti juga mempersiapkan materi brain gym yang tersusun dalam modul sebagai perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen. a. Persiapan Alat dan Bahan Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam rangka eksperimen. Adapun alat dan bahan tersebut antara lain: 1) Satu unit laptop, laptop dalam penelitian ini digunakan untuk menayangkan slide Tes Susunan Huruf Tak Bermak na pada saat pretest dan posttest. 2) Slide Tes Susunan Huruf Tak Bermakna, slide dibuat untuk pelaksanaan pretest dan posttest, terdiri dari 44 butir soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
3) Lembar observasi, lembar observasi ini dibuat untuk membantu Peneliti dalam mengamati keaktifan, ekspresi, dan sikap subjek selama berlangsungnya pelatihan brain gym. 4) Lembar evaluasi proses, lembar evaluasi proses dibuat untuk mengetahui pendapat subjek penelitian, dalam hal ini kelompok eksperimen, terhadap pelatihan brain gym. 5) Alat tulis, alat tulis berupa pulpen atau pensil digunakan oleh subjek penelitian untuk mengerjakan soal pretest dan posttest serta mengisi lembar evaluasi proses. 6) Kamera digital, dipergunakan untuk keperluan dokumentasi penelitian. b. Screening Screening dilaksanakan pada hari yang sama dengan screening untuk subjek uji coba alat tes, yaitu tanggal 3 November 2011. Screening dilakukan dengan menggunakan tes IQ yaitu CFIT skala 2 terhadap kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Jumlah keseluruhan siswa kelas V adalah sebanyak 49 orang, namun pada hari pelaksanaan ternyata 2 siswa tidak hadir. Sehingga screening dilakukan terhadap 47 siswa. Berdasarkan hasil screening diperoleh data sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Tabel 5 Hasil Tes IQ Siswa Kelas V SDN Bulukantil No. 150 Surakarta Jenis No
Nama
Usia
IQ
Klasifikasi
Kelamin 1
WSA
11
L
121
Superior
2
AW
10
P
119
High Average
3
DAR
10
P
119
High Average
4
HSM
10
L
119
High Average
5
RA
10
P
119
High Average
6
ITC
10
L
116
High Average
7
NL
10
P
116
High Average
8
ATY
10
P
114
High Average
9
ELR
10
P
114
High Average
10
YWA
10
P
114
High Average
11
OA
11
L
111
High Average
12
ASA
10
P
108
Average
13
AM
10
P
108
Average
14
RFCP
10
P
108
Average
15
MAS
11
L
107
Average
16
EHPP
10
L
105
Average
17
EM
11
P
105
Average
18
HAL
10
L
105
Average
19
KDE
10
P
105
Average
20
MHA
10
L
105
Average
21
RIS
10
L
105
Average
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
22
RNS
10
P
105
Average
23
SAD
10
P
103
Average
24
HCP
10
L
100
Average
25
ITH
10
L
100
Average
26
MMA
10
L
100
Average
27
RRPP
10
L
100
Average
28
AAAM
11
P
97
Average
29
JAN
10
P
97
Average
30
ZKT
10
P
97
Average
31
EBMA
10
P
95
Average
32
LSJ
10
P
95
Average
33
LNK
10
P
95
Average
34
GSP
11
L
93
Average
35
MIA
10
L
93
Average
36
ASIH
10
P
92
Average
37
B. Q. R. DIM
10
L
92
Average
38
ERP
10
P
92
Average
39
SEK
10
P
92
Average
40
SA
12
L
91
Average
41
GH
11
P
89
Low Average
42
ARN
11
P
87
Low Average
43
ANA
10
P
87
Low Average
44
RAR
11
L
84
Low Average
45
DNK
10
L
81
Low Average
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
46
OMR
10
P
81
Low Average
47
M
11
L
80
Low Average
48
RP
-
-
-
-
49
SNC
-
-
-
-
Keterangan: RP dan SNC tidak hadir saat pelaksanaan screening. Data hasil tes IQ digunakan untuk memilih subjek penelitian dan untuk membagi subjek menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik yang digunakan adalah dengan teknik matching, yaitu mengurutkan IQ yang tertinggi sampai terendah seperti yang telah dipaparkan dalam Tabel 5. c. Penentuan Subjek Penelitian Peneliti mengambil subjek penelitian yang berada dalam kategori IQ Average, termasuk didalamnya yaitu High Average, Average, dan Low Average. Jumlah subjek penelitian sebanyak 46 orang adalah siswa yang berada dalam tiga tingkat kategori IQ yaitu kategori High Average sebanyak 10 siswa, kategori Average sebanyak 29 siswa, dan kategori Low Average sebanyak 7 siswa. Subjek penelitian dengan IQ yang sama dibagi menjadi 2 kelompok dengan cara random assigment. Berikut dipaparkan pembagian subjek penelitian kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Tabel 6 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
No Nama
IQ
Klasifikasi
Nama
IQ
Klasifikasi
1
AW
119
High Average
DAR
119
High Average
2
HSM
119
High Average
RA
119
High Average
3
ITC
116
High Average
NL
116
High Average
4
ATY
114
High Average
ELR
114
High Average
5
YWA
114
High Average
OA
111
High Average
6
ASA
108
Average
AM
108
Average
7
RFCP
108
Average
MAS
107
Average
8
EHPP
105
Average
EM
105
Average
9
HAL
105
Average
KDE
105
Average
10
MHA
105
Average
RIS
105
Average
11
RNS
105
Average
SAD
103
Average
12
HCP
100
Average
ITH
100
Average
13
MMA
100
Average
RRPP
100
Average
14
AAAM
97
Average
JAN
97
Average
15
ZKT
97
Average
EBMA
95
Average
16
LSJ
95
Average
LNK
95
Average
17
GSP
93
Average
MIA
93
Average
18
ASIH
92
Average
B. Q. R. DIM
92
Average
19
ERP
92
Average
SEK
92
Average
20
SA
91
Average
GH
89
Low Average
21
ARN
87
Low Average
ANA
87
Low Average
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
22
RAR
84
Low Average
DNK
81
Low Average
23
OMR
81
Low Average
M
80
Low Average
Selanjutnya, Peneliti menginformasikan hasil pembagian subjek penelitian kepada pihak sekolah mengenai siswa yang termasuk dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pihak sekolah kemudian menginformasikan kepada siswa yang menjadi peserta pelatihan atau masuk ke dalam kelompok eksperimen untuk mengikuti pelatihan brain gym.
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest Pengambilan data pretest dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 November 2011. Pretest dilakukan dengan menggunakan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna untuk mengetahui kemampuan recall memory dari 46 siswa yang menjadi subjek penelitian. Peneliti membagi 46 siswa tersebut kedalam 5 kelompok dimana 4 kelompok terdiri dari 10 siswa dan 1 kelompok terdiri dari 6 siswa. Pelaksanaan pretest dilakukan secara bergantian per kelompok. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh siswa. Selain itu, Peneliti juga dibantu oleh 10 orang observer untuk mengawasi tiap siswa selama pretest berlangsung. Berdasarkan skor pretest yang diperoleh, maka subjek penelitian dapat dikategorikan dalam tingkatan recall memory yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 7 Skor Pretest Kelompok Eksperimen Jenis No
Nama
Usia
Kategori Skor
Kelamin
Recall Memory
1
AW
10
P
29
Sedang
2
HSM
10
L
34
Tinggi
3
ITC
10
L
33
Tinggi
4
ATY
10
P
43
Tinggi
5
YWA
10
P
16
Sedang
6
ASA
10
P
43
Tinggi
7
RFCP
10
P
44
Tinggi
8
EHPP
10
L
30
Tinggi
9
HAL
10
L
31
Tinggi
10
MHA
10
L
30
Tinggi
11
RNS
10
P
40
Tinggi
12
HCP
10
L
31
Tinggi
13
MMA
10
L
9
Rendah
14
AAAM
11
P
24
Sedang
15
ZKT
10
P
11
Rendah
16
LSJ
10
P
13
Rendah
17
GSP
11
L
17
Sedang
18
ASIH
10
P
16
Sedang
19
ERP
10
P
37
Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
20
SA
12
L
41
Tinggi
21
ARN
11
P
7
Rendah
22
RAR
11
L
29
Sedang
23
OMR
10
P
14
Rendah
Jumlah
622
Rata-Rata
27.04
Sedang
Tabel 8 Skor Pretest Kelompok Kontrol Jenis No
Nama
Usia
Kategori Skor
Kelamin
Recall Memory
1
DAR
10
P
40
Tinggi
2
RA
10
P
40
Tinggi
3
NL
10
P
37
Tinggi
4
ELR
10
P
18
Sedang
5
OA
11
L
35
Tinggi
6
AM
10
P
42
Tinggi
7
MAS
11
L
39
Tinggi
8
EM
11
P
43
Tinggi
9
KDE
10
P
42
Tinggi
10
RIS
10
L
22
Sedang
11
SAD
10
P
32
Tinggi
12
ITH
10
L
29
Sedang
13
RRPP
10
L
39
Tinggi
14
JAN
10
P
19
Sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
15
(EBMA)
-
-
-
-
16
LNK
10
P
29
Sedang
17
MIA
10
L
30
Tinggi
18
B. Q. R. DIM
10
L
24
Tinggi
19
SEK
10
P
22
Sedang
20
GH
11
P
41
Tinggi
21
ANA
10
P
32
Tinggi
22
DNK
10
L
40
Tinggi
23
M
11
L
10
Rendah
Jumlah
705
Rata-Rata
32.04
Tinggi
Keterangan: EBMA tidak hadir saat pelaksanaan posttest sehingga jumlah subjek penelitian dalam kelompok kontrol menjadi 22 siswa.
Berdasarkan hasil pretest maka diketahui bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata skor sebesar 27,04 yang termasuk dalam kategori Recall memory sedang. Kelompok kontrol memiliki rata-rata skor sebesar 32,04 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Tabulasi pretest dan kategorisasi Recall memory untuk pretest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran G. 2. Pelaksanaan Eksperimen Pelaksanaan eksperimen dengan
memberikan perlakuan berupa
pelatihan brain gym. Pelatihan ini dilaksanakan selama sembilan kali pertemuan selama kurun waktu tiga minggu. Durasi waktu tiap pertemuan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
pelatihan ini adalah 60 menit. Pelaksanaan eksperimen terdiri atas tiga sesi yang berlangsung dari pukul 09.30 WIB hingga pukul 10.30 WIB untuk hari Senin dan Sabtu, dan pukul 08.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB untuk hari Rabu dan Jumat. Pelatihan brain gym yang telah dilaksanakan yaitu: a. Eksperimen 1 (Pertemuan Pertama) pada hari Senin tanggal 14 November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB. b. Eksperimen 2 (Pertemuan Kedua) pada hari Rabu tanggal 16 November 2011 pukul 08.00-09.00 WIB. c. Eksperimen 3 (Pertemuan Ketiga) pada hari Jumat tanggal 18 November 2011 pukul 08.00-09.00 WIB. d. Eksperimen 4 (Pertemuan Keempat) pada hari Sabtu tanggal 19 November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB. e. Eksperimen 5 (Pertemuan Kelima) pada hari Senin tanggal 21 November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB. f. Eksperimen 6 (Pertemuan Keenam) pada hari Rabu tanggal 23 November 2011 pukul 08.00-09.00 WIB. g. Eksperimen 7 (Pertemuan Ketujuh) pada hari Jumat tanggal 25 November 2011 pukul 08.00-09.00 WIB. h. Eksperimen 8 (Pertemuan Kedelapan) pada hari Sabtu tanggal 26 November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB. i. Eksperimen 9 (Pertemuan Kesembilan) pada hari Senin tanggal 28 November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Penjelasan tiap sesi pelatihan brain gym untuk sembilan kali pertemuan adalah sebagai berikut: a.
Sesi I Sesi I terdiri dari pembukaan, perkenalan, dan ice breaking. Durasi waktu dalam sesi I ini adalah 10 menit. Kegiatan dalam sesi I diawali dengan pengkondisian tempat pelatihan. Pembukaan pelatihan dilakukan oleh fasilitator, kemudian seluruh pelaksana memperkenalkan diri kepada peserta pelatihan. Sementara itu ice breaking yang dilakukan untuk sesi I ini m
b. Sesi II Sesi II merupakan pelatihan gerakan brain gym yang bertujuan untuk meningkatkan recall memory, dengan durasi waktu 45 menit. Gerakan brain gym yang diberikan terdiri dari sepuluh gerakan antara lain 8 Tidur (Lazy 8s), gerakan Gajah (The Elephant), gerakan Burung Hantu (The Owl), Pasang Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The Thinking Cap), Titik Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl), Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan Energetic (Minum Air). c. Sesi III Sesi III adalah penutup untuk pelatihan brain gym dengan durasi 5 menit. Penutupan dilakukan oleh fasilitator. Fasilitator mengucapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
terima kasih dan salam penutup serta mengarahkan peserta pelatihan untuk kembali ke kelas. Pelatihan brain gym dilaksanakan di Ruang Serba Guna Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Selama berjalannya pelatihan, terdapat beberapa pertemuan dimana kehadiran kelompok eksperimen yang tidak lengkap 23 siswa. Daftar hadir siswa untuk setiap pertemuan dapat dilihat pada Lampiran F. Pelatihan brain gym dipandu oleh seorang fasilitator atau penyaji, dan lima orang observer yang merupakan mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta semester 11. Pada pelatihan ini Peneliti membagi kelompok eksperimen yang terdiri dari 23 siswa menjadi 5 kelompok kecil dimana 3 kelompok terdiri dari 5 siswa dan 2 kelompok terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok eksperimen ini menjadi 5 kelompok kecil dilakukan oleh Peneliti dengan alasan untuk memudahkan kinerja observer. Tiap observer bertanggungjawab atas 1 kelompok kecil dalam
mengamati
keaktifan,
ekspresi,
dan
sikap
subjek
selama
berlangsungnya pelatihan brain gym. 3. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest Pengambilan data posttest dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2011, dengan jarak 5 hari setelah pelaksanaan pelatihan terakhir. Hal ini dilakukan karena menurut Latipun (2006) bahwa untuk mengetahui efek suatu perlakuan dilakukan dengan jalan membandingkan kondisi atau performansi subjek antara kondisi awal dengan kondisi setelah perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Masih menurut Latipun (2006), untuk menghindari carry over effect antara pengambilan data awal dan setelah perlakuan maka harus diberi interval waktu tertentu. Berdasarkan teori tersebut, maka Peneliti melakukan posttest 5 hari setelah pelatihan terakhir dan 24 hari setelah pretest. Pengambilan interval waktu tersebut dilakukan dengan maksud untuk memberi waktu kepada subjek untuk mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh dari pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pengambilan interval waktu juga dilakukan untuk menghindari carry over effect antara pretest dengan posttest karene menggunakan alat ukur yang sama yakni Tes Susunan Huruf Tak Bermakna. Posttest direncanakan untuk diberikan pada 46 siswa subjek penelitian, namun pada hari pelaksanaan posttest terdapat 1 orang siswa dari kelompok kontrol yang tidak hadir, sehingga keseluruhan subjek penelitian menjadi 45 siswa. Prosedur untuk pelaksanaan posttest merupakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan pretest. Skor posttest kelompok kontrol dan eksperimen ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 9 Skor Posttest Kelompok Eksperimen Jenis No
Nama
Usia
Kategori Skor
Kelamin
Recall Memory
1
AW
10
P
36
Tinggi
2
HSM
10
L
40
Tinggi
3
ITC
10
L
40
Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
4
ATY
10
P
44
Tinggi
5
YWA
10
P
17
Sedang
6
ASA
10
P
43
Tinggi
7
RFCP
10
P
44
Tinggi
8
EHPP
10
L
33
Tinggi
9
HAL
10
L
35
Tinggi
10
MHA
10
L
38
Tinggi
11
RNS
10
P
40
Tinggi
12
HCP
10
L
37
Tinggi
13
MMA
10
L
21
Sedang
14
AAAM
11
P
27
Sedang
15
ZKT
10
P
17
Sedang
16
LSJ
10
P
31
Tinggi
17
GSP
11
L
41
Tinggi
18
ASIH
10
P
28
Sedang
19
ERP
10
P
43
Tinggi
20
SA
12
L
42
Tinggi
21
ARN
11
P
14
Rendah
22
RAR
11
L
35
Tinggi
23
OMR
10
P
20
Sedang
Jumlah
766
Rata-Rata
33.30
commit to user
Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 10 Skor Posttest Kelompok Kontrol Jenis No
Nama
Usia
Kategori Skor
Kelamin
Recall Memory
1
DAR
10
P
40
Tinggi
2
RA
10
P
44
Tinggi
3
NL
10
P
40
Tinggi
4
ELR
10
P
19
Sedang
5
OA
11
L
39
Tinggi
6
AM
10
P
44
Tinggi
7
MAS
11
L
39
Tinggi
8
EM
11
P
41
Tinggi
9
KDE
10
P
43
Tinggi
10
RIS
10
L
31
Tinggi
11
SAD
10
P
23
Sedang
12
ITH
10
L
34
Tinggi
13
RRPP
10
L
39
Tinggi
14
JAN
10
P
25
Sedang
15
(EBMA)
10
P
-
-
16
LNK
10
P
30
Tinggi
17
MIA
10
L
38
Tinggi
18
B. Q. R. DIM
10
L
29
Sedang
19
SEK
10
P
28
Sedang
20
GH
11
P
43
Tinggi
21
ANA
10
P
35
Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
22
DNK
10
L
41
Tinggi
23
M
11
L
7
Rendah
Jumlah
752
Rata-Rata
34.18
Tinggi
Keterangan: EBMA tidak hadir saat pelaksanaan posttest sehingga jumlah subjek penelitian dalam kelompok kontrol menjadi 22 siswa.
Berdasarkan hasil posttest maka diketahui bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata skor sebesar 33,30 yang termasuk dalam kategori Recall memory tinggi. Kelompok kontrol memiliki rata-rata skor sebesar 34,18 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Tabulasi posttest dan kategorisasi recall memory untuk posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran G.
C. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Kuantitatif Berdasarkan hasil screening, diperoleh subjek penelitian yaitu sebanyak 23 siswa dalam kelompok eksperimen dan 22 siswa dalam kelompok kontrol. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data statistik nonparametrik dengan uji Mann-Whitney U-Test. Menurut pendapat Imam Ghozali (2006), uji ini merupakan salah satu uji nonparametrik yang sangat kuat (powerful) dan merupakan alternatif dari uji parametric T-test. Selain itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Mann-Whitney U-Test digunakan karena data dalam penelitian ini merupakan data ordinal. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu Mann-Whitney U-Test dengan gain skor (selisih skor posttest dan skor pretest). Uji Mann-Whitney U-Test digunakan untuk melihat apakah terdapat efektivitas dari pelatihan brain gym terhadap peningkatan recall memory subjek penelitian. Hasil pengujian atas efektivitas dari pelatihan brain gym terhadap peningkatan recall memory pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Uji Mann-Whitney U-Test pada Dua Independen Sampel (Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol)
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Recall_Memory
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eksperimen
23
27.70
637.00
Kontrol
22
18.09
398.00
Total
45
Test Statisticsa Recall_Memory Mann-Whitney U
145.000
Wilcoxon W
398.000
Z
-2.468
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kelompok
commit to user
.014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata ranking kelompok eksperimen adalah 27,70 dengan jumlah ranking 637, sementara rata-rata ranking kelompok kontrol adalah 18,09 dengan jumlah ranking 398. Besarnya nilai Wilcoxon W (Wx) = 398 dengan nilai Z hitung -2,468. Tabel Test Statistics diatas juga menunjukkan nilai probabilitas (p) pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,014 (uji dua sisi), sehingga Asymp. Sig. (2-tailed) 0,014 < 0,05 Level of Significant dapat diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor recall memory yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan berupa pelatihan brain gym. Artinya, terdapat efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. 2. Hasil Analisis Deskriptif Peneliti melakukan analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran proses yang dialami peserta pelatihan selama proses pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh dari skor pretest, posttest, dan hasil observasi. Hasil analisis deskriptif dari peserta pelatihan antara lain sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
a. Analisis Deskriptif pada Peserta 1 (AW) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 1 Skor Recall Memory pada Peserta AW (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (AW) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor recall memory dari Peserta (AW) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (AW) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 29, yang termasuk dalam kategori sedang. Sementara untuk posttest, Peserta (AW) memperoleh skor 36 yang berada dalam kategori tinggi. Peningkatan skor recall memory dari Peserta (AW) didukung pula dari hasil observasi selama pelatihan dalam sembilan kali pertemuan. Pada umumnya keaktifan di kelas dari Peserta (AW) cukup baik. Posisi duduk Peserta (AW) selama pelatihan berada didepan, sehingga dapat mengikuti instruksi dari fasilitator dengan baik dan tidak berbicara sendiri maupun tertawa-tawa dengan teman lainnya saat materi diberikan. Terutama pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
pertemuan ke-5, Peserta (AW) berani memeragakan gerakan Burung Hantu di depan kelas. Selama berjalannya pelatihan, Peserta (AW) hanya sesekali bercanda dengan teman yang duduk disebelahnya. Ikut tertawa bila ada candaan dari teman-temannya yang lain namun tidak pernah membuat keributan di dalam kelas. b. Analisis Deskriptif pada Peserta 2 (HSM) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 2 Skor Recall Memory pada Peserta HSM (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (HSM) setelah mengikuti pelatihan brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas. Peningkatan skor recall memory Peserta (HSM) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (HSM) yang berjenis kelamin laki-laki untuk pretest adalah sebesar 34 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sementara dari hasil posttest, Peserta (HSM) memperoleh skor 40 yang juga berada dalam kategori recall memory tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan, Peserta (HSM) umumnya sulit memfokuskan perhatiannya saat materi disampaikan oleh fasilitator. Peserta (HSM) suka bermain sendiri, mengobrol, dan tertawa dengan teman disebelahnya. Bahkan pada pertemuan ke-5, Peserta (HSM) mengganggu teman yang duduk didepannya dengan cara menyundul kepala temannya dengan tangan. Peserta (HSM) juga memain-mainkan name tag dengan cara ditempelkan di dahi atau dagunya. Beberapa kali Peserta (HSM) melontarkan perkataan yang menimpali perintah fasilitator. Walaupun Peserta (HSM) sering bergurau dengan temannya saat pelatihan, Peserta (HSM) dapat melakukan gerakan dengan cukup baik sesuai instruksi dari fasilitator. Pada pertemuan ke-2 Peserta (HSM) memberitahu teman yang duduk disebelahnya karena salah saat melakukan gerakan Titik Positif. Peserta (HSM) juga suka mencoba-coba sendiri gerakan brain gym sebelum diberi intruksi untuk dilakukan bersama-sama peserta lainnya. Pada pertemuan ke-8 Peserta (HSM) tidak dapat hadir karena sakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
c. Analisis Deskriptif pada Peserta 3 (ITC) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 3 Skor Recall Memory pada Peserta ITC (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (ITC) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (ITC) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor 33 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory
tinggi.
Sedangkan untuk posttest,
Peserta (ITC)
memperoleh skor 40 yang juga termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Menurut hasil observasi selama pelatihan, Peserta (ITC) cukup aktif mengikuti instruksi dari fasilitator. Beberapa kali mengganggu dan mengobrol dengan teman yang duduk disebelah kanan dan kirinya. Pada pertemuan ke-5, Peserta (ITC) menambahkan gerakan sendiri untuk materi Pasang Telinga dan Pasang Kuda-Kuda. Pada gerakan Pasang Telinga yang seharusnya hanya memijat telinga, Peserta (ITC) menambahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
gerakan menggosok-gosok telinga dengan tangannya. Sedangkan untuk gerakan Pasang Kuda-Kuda, tangan seharusnya diletakkan di pinggang, beberapa kali Peserta (ITC) berpegangan pada kursi di depannya. Secara keseluruhan, Peserta (ITC) antusias menerima materi selama berjalannya pelatihan namun ada beberapa gerakan yang dilakukan secara berlebihan. Pada gerakan Burung Hantu saat bagian menoleh dan menghembuskan nafas, Peserta (ITC) melakukannya sambil tertawa dan memanggil teman yang duduk disebelahnya, sesekali menghembuskan nafas dengan bersuara. Pada gerakan Silang, Peserta (ITC) melakukannya hingga meloncat-loncat. Contoh lain adalah saat gerakan Kait Relaks, Peserta (ITC) menghembuskan nafas hingga mulutnya terbuka. d. Analisis Deskriptif pada Peserta 4 (ATY) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0 Pretest
Pos e st
Grafik 4 Skor Recall Memory pada Peserta ATY (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya sedikit peningkatan skor recall memory dari Peserta (ATY) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor recall memory dari Peserta (ATY) diperoleh dari hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ATY) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 43, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (ATY) memperoleh skor 44 yang juga berada dalam kategori tinggi. Peningkatan skor recall memory Peserta (ATY) yang kurang maksimal terlihat dari hasil observasi Peserta (ATY) selama proses pelatihan. Peserta (ATY) mempu memperhatikan dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh fasilitator namun perhatiannya mudah teralihkan, misalnya saat ada teman lain yang membuat keributan dan tertawa-tawa. Peserta (ATY) tampak bingung saat materi pertama kali diberikan di pertemuan pertama, namun dalam kelanjutannya Peserta (ATY) dapat mengikuti instruksi dan gerakan dengan baik. Sebaiknya selain dapat mempraktekkan gerakan, Peserta (ATY) juga dapat memfokuskan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan sehingga benar-benar memahami detail gerakan yang dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
e. Analisis Deskriptif pada Peserta 5 (YWA) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 5 Skor Recall Memory pada Peserta YWA (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (YWA) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (YWA) yang berjenis kelamin perempuan memperoleh skor 16 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory sedang. Sedangkan untuk posttest, Peserta (YWA) memperoleh skor 17 walaupun masih termasuk dalam kategori recall memory sedang. Hasil
observasi
selama
pelatihan
untuk
Peserta
(YWA)
memperlihatkan Peserta (YWA) cukup memperhatikan saat fasilitator memberi materi gerakan brain gym dan dapat melakukan gerakan dengan baik, namun beberapa kali bercanda dan mengobrol dengan teman yang duduk disebelahnya. Hal inilah yang turut mempengaruhi keoptimalan dari gerakan dan pemahaman akan detail gerakan yang dilakukan oleh Peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
(YWA). Pada pertemuan ke-4, Peserta (YWA) berani maju ke depan kelas untuk memeragakan gerakan Pasang Telinga dan Titik Positif. Peserta (YWA) sering tertawa sendiri bila fasilitator memeragakan gerakan yang menurutnya lucu, contohnya gerakan Gajah, Pasang Kuda-Kuda, dan gerakan Silang. f. Analisis Deskriptif pada Peserta 6 (ASA) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 6 Skor Recall Memory pada Peserta ASA (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (ASA) setelah mengikuti pelatihan brain gym tidak mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas. Skor recall memory Peserta (ASA) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ASA) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest adalah sebesar 43 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sementara dari hasil posttest, Peserta (ASA) memperoleh skor yang sama. Hasil observasi selama pelatihan untuk Peserta (ASA) menunjukkan bahwa Peserta (ASA) kurang mengikuti instruksi dengan baik. Hal inilah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
yang dapat menjadi penyebab mengapa Peserta (ASA) tidak mengalami peningkatan skor recall memory, walaupun kemampuan recall memory Peserta (ASA) termasuk dalam kategori tinggi. Peserta (ASA) cukup aktif dalam menjawab pertanyaan dari fasilitator, namun kurang mematuhi instruksi. Contohnya suka mempercepat gerakan untuk gerakan 8 Tidur, tidak mengikuti hitungan dari fasilitator sehingga gerakan lebih cepat dibandingkan teman-temannya. Peserta (ASA) juga sering melakukan kegiatan yang tidak perlu, misalnya menoleh dan melihat apa yang dilakukan oleh teman yang lain. Peserta (ASA) cukup aktif memberi intrupsi pada fasilitator apabila ada gerakan yang kurang dimengerti, contohnya pada gerakan Kait Relaks. Secara keseluruhan, Peserta (ASA) mengerti gerakan yang disampaikan dan ia lakukan, hanya kurang disiplin dalam melakukannya. Selain itu Peserta (ASA) juga suka mencari perhatian teman-temannya dan fasilitator dengan sengaja menjatuhkan diri dari kursi atau dengan mengeluh pada fasilitator.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
g. Analisis Deskriptif pada Peserta 7 (RFCP) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 7 Skor Recall Memory pada Peserta RFCP (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan tidak adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (RFCP) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (RFCP) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (RFCP) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 44, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (RFCP) memperoleh skor yang sama. Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan, Peserta (RFCP) melakukan seluruh gerakan dan mengikuti instruksi dengan tertib. Peserta (RFCP)
tetap
memperhatikan
fasilitator
walaupun
teman-teman
disebelahnya banyak yang bercanda. Gerakan-gerakan yang dilakukan Peserta (RFCP) benar, sesuai dengan hitungan dari fasilitator. Pada pertemuan ke-3, Peserta (RFCP) terlihat agak kesulitan melakukan gerakan Silang saat membuang kaki. Hal ini dikarenakan Peserta (RFCP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
menggunakan rok agak panjang dan posisinya sedikit lebih dekat dengan teman disebelahnya. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Peserta (RFCP) selama pelatihan cenderung biasa-biasa saja, namun secara keseluruhan Peserta (RFCP) melakukan instruksi dengan disiplin gerakan dan hitungan. Peserta (RFCP) tidak mengalami peningkatan skor recall memory karena telah memperoleh skor maksimal pada saat pretest dan posttest. h. Analisis Deskriptif pada Peserta 8 (EHPP) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 8 Skor Recall Memory pada Peserta EHPP (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (EHPP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (EHPP) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor 30 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (EHPP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
memperoleh skor 33 walaupun masih termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Peningkatan skor recall memory Peserta (EHPP) ditunjukkan dari hasil observasi selama pelatihan. Hasil observasi Peserta (EHPP) menunjukkan Peserta (EHPP) tampak antusias, dapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh fasilitator, dan mampu melakukan gerakan dengan baik. Peserta (EHPP) tampak bersemangat selama menjalani pelatihan. Ekspresi wajah ceria dan banyak tersenyum sering terlihat dari Peserta (EHPP) dalam beberapa kali pertemuan. Peserta (EHPP) disiplin dengan instruksi dari fasilitator, beberapa kali ia memperhatikan dan menyamakan gerakan dengan teman disebelahnya. Hanya sesekali Peserta (EHPP) terlihat bergurau dengan teman disebelahnya, berbicara hanya pada saat teman disebelahnya mengajak berbicara. Pada pertemuan pertama, Peserta (EHPP) beberapa kali diganggu oleh teman disebelahnya sehingga terjatuh dari kursi. Peserta (EHPP) pada pertemuan pertama terlihat sedikit bingung dalam mengikuti gerakan Silang, saat mengordinasikan tangan dan kaki mana yang harus digerakkan. Secara keseluruhan selama berjalannya pelatihan, Peserta (EHPP) memperlihatkan sikap yang baik dan sopan, serta melakukan instruksi dengan disiplin gerakan dan hitungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
i. Analisis Deskriptif pada Peserta 9 (HAL) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 9 Skor Recall Memory pada Peserta HAL (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (HAL) setelah mengikuti pelatihan brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas. Skor recall memory Peserta (HAL) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (HAL) yang berjenis kelamin laki-laki untuk pretest adalah sebesar 31 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sementara dari hasil posttest, Peserta (HAL) memperoleh skor 35 yang tergolong dalam tingkat recall memory tinggi. Hasil observasi Peserta (HAL) memperlihatkan bahwa Peserta (HAL) dapat mengikuti instruksi dari fasilitator dengan baik, walaupun beberapa kali bercanda dengan teman-teman yang duduk disebelahnya. Peserta
(HAL)
suka
memain-mainkan
name
tag
dengan
cara
meletakkannya di hidung atau pada dagunya. Pada awal pertemuan, Peserta (HAL) tampak malas melakukan gerakan, namun lama-kelamaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
mulai menikmati gerakan yang dilakukan bersama teman-temannya. Secara keseluruhan, Peserta (HAL) tidak cukup aktif dalam menjawab pertanyaan maupun umpan dari fasilitator, namun melakukan gerakan sesuai dengan yang disampaikan oleh fasilitator. Sikap Peserta (HAL) yang kurang aktif selama proses pelatihan juga dapat mempengaruhi performa Peserta (HAL) saat pelaksanaan pengukuran recall memory, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. j. Analisis Deskriptif pada Peserta 10 (MHA) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 10 Skor Recall Memory pada Peserta MHA (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (MHA) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (MHA) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (MHA) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 30, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (MHA)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
memperoleh skor 38 yang masih termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Berdasarkan hasil observasi, Peserta (MHA) menunjukkan sikap yang aktif di dalam kelas. Peserta (MHA) aktif dalam menjawab pertanyaan maupun umpan dari fasilitator. Peserta (MHA) terlihat cepat menangkap materi gerakan dan menghitung sendiri tahapan-tahapan gerakan
yang
dilakukannya.
Pada
pertemuan
ke-7,
fasilitator
memperkenalkan sebuah ice breaking (MHA) yang bernyanyi dengan suara paling keras disbanding temantemannya yang lain. Peserta (MHA) terlihat bersemangat mengikuti kegiata pelatihan dari awal hingga akhir. Walaupun beberapa kali banyak gangguan dari teman disebelahnya, Peserta (MHA) tetap memperhatikan instruksi dengan sungguh-sungguh. Peserta (MHA) juga sering melontarkan komentarkomentar yang menimpali materi yang disampaikan fasilitator. Pada pertemuan ke-3, Peserta (MHA) mengerjai teman yang duduk di depannya dengan cara menarik kursi yang akan diduduki oleh temannya tersebut. Beberapa kali saat jeda antar materi, Peserta (MHA) suka bernyanyinyanyi sendiri dengan suara pelan. Secara keseluruhan selama mengikuti pelatihan, Peserta (MHA) mampu mengikuti instruksi dan menerima materi gerakan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
k. Analisis Deskriptif pada Peserta 11 (RNS) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 11 Skor Recall Memory pada Peserta RNS (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (RNS) tidak mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (RNS) yang berjenis kelamin perempuan memperoleh skor 40 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (RNS) memperoleh skor yang sama. Hasil observasi Peserta (RNS) mengesankan Peserta (RNS) cenderung pasif terhadap pertanyaan atau umpan dari fasilitator, namun Peserta (RNS) mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Selama mengikuti pelatihan, Peserta (RNS) menunjukkan sikap tenang dan tidak banyak bercanda dengan teman lain. Peserta (RNS) terkadang melamun dan tidak fokus, ekspresi yang terlihat cenderung datar dan kurang bersemangat. Sikap Peserta (RNS) yang kurang aktif selama proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
pelatihan juga dapat mempengaruhi performa Peserta (RNS) saat pelaksanaan pengukuran recall memory, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Secara keseluruhan, Peserta (RNS) cukup baik dalam mengikuti instruksi dan tidak melakukan hal-hal selain gerakan yang diinstruksikan. l.
Analisis Deskriptif pada Peserta 12 (HCP) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 12 Skor Recall Memory pada Peserta HCP (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (HCP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (HCP) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor 31 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (HCP) memperoleh skor 37 walaupun masih termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Berdasarkan hasil observasi, Peserta (HCP) dapat mengikuti instruksi dari fasilitator dengan baik, walaupun beberapa kali bercanda dengan teman-teman yang duduk disebelahnya. Peserta (HCP) juga termasuk peserta pelatihan yang suka memainkan name tag dengan cara menempelkan name tag di dahinya. Selama berjalannya pelatihan, Peserta (HCP) memperhatikan penjelasan fasilitator dengan cukup baik, namun perhatiannya mudah teralihkan. Fokus dari Peserta (HCP) teralihkan saat ia mulai menoleh ke arah teman untuk melihat gerakan yang dilakukan oleh temannya, atau memainkan name tag yang tertempel di dahi dengan cara
meniupnya.
Pada
pertemuan
ke-4,
Peserta
(HCP)
berani
memeragakan gerakan Titik Positif bersama dengan fasilitator di depan kelas.
Walaupun
beberapa kali terlihat
bergurau dengan teman
disebelahnya, Peserta (HCP) dapat mengikuti instruksi dan disiplin saat melakukan gerakan maupun hitungannya. m. Analisis Deskriptif pada Peserta 13 (MMA) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0 Pretest
Pos e st
Grafik 13 Skor Recall Memory pada Peserta MMA (Pretest-Posttest)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (MMA) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (MMA) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (MMA) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 9, yang termasuk dalam kategori rendah. Sementara untuk posttest, Peserta (MMA) memperoleh skor 21 yang termasuk dalam kategori recall memory sedang. Peningkatan skor recall memory Peserta (MMA) didukung dari hasil observasi selama pelatihan. Secara keseluruhan Peserta (MMA) tidak terlalu aktif dalam menjawab pertanyaan maupun umpan dari fasilitator, namun
Peserta
(MMA)
selalu
memperhatikan
fasilitator
dalam
menjelaskan materi. Pada pertemuan ke-6, Peserta (MMA) terlihat telah hapal tahapan-tahapan dari gerakan brain gym yang diberikan. Pandangan Peserta (MMA) melihat fasilitator saat materi disampaikan, namun perhatiannya juga mudah teralihkan bila ada teman lain yang membuat keributan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
n. Analisis Deskriptif pada Peserta 14 (AAAM) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 14 Skor Recall Memory pada Peserta AAAM (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (AAAM) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (AAAM) yang berjenis kelamin perempuan memperoleh skor 24 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory sedang. Hasil posttest untuk Peserta (AAAM) memperoleh skor 27, yang masih tergolong recall memory sedang. Hasil observasi Peserta (AAAM) selama mengikuti pelatihan terlihat bahwa Peserta (AAAM) dapat mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Selama berjalannya pelatihan, Peserta (AAAM) tidak begitu aktif menaggapi pertanyaan atau umpan dari fasilitator, namun dapat melakukan gerakan dengan baik sesuai instruksi. Sikap Peserta (AAAM) yang kurang aktif selama proses pelatihan juga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
mempengaruhi performa Peserta (AAAM) saat pelaksanaan pengukuran recall memory, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Pada pertemuan pertama, Peserta (AAAM) terlihat agak bingung saat diberi penjelasan tentang materi brain gym. Setelah diberi penjelasan dan mekanisme gerakan, Peserta (AAAM) mulai menikmati gerakan yang ia lakukan. Pada pertemuan ke-5, bahkan Peserta (AAAM) berani menemani fasilitator di depan kelas untuk memeragakan gerakan Burung Hantu dan Pasang Kuda-Kuda. Peserta (AAAM) terlihat bersemangat saat mempraktekkan gerakan. Saat merasa kesulitan melakukan gerakan, ia tidak bertanya pada fasilitator namun melihat gerakan teman disebelahnya untuk kemudian membenarkan gerakannya sendiri. Secara keseluruhan, sikap yang ditunjukkan Peserta (AAAM) baik dan tidak membuat kegaduhan. Peserta (AAAM) tampak fokus pada penjelasan fasilitator dan mengikuti instruksi dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
o. Analisis Deskriptif pada Peserta 15 (ZKT) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 15 Skor Recall Memory pada Peserta ZKT (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (ZKT) setelah mengikuti pelatihan brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas. Skor recall memory Peserta (ZKT) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ZKT) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest adalah sebesar 11 yang termasuk dalam kategori recall memory rendah. Sementara dari hasil posttest, Peserta (ZKT) memperoleh skor 17 yang tergolong dalam tingkat recall memory sedang. Berdasarkan hasil observasi, selama pelatihan Peserta (ZKT) dapat mengikuti instruksi dan mempraktekkan materi gerakan yang diberikan, walaupun sering kali bergurau dengan teman yang duduk disebelahnya. Terdapat beberapa gerakan yang kurang sungguh-sungguh dilakukan oleh Peserta (ZKT), yaitu gerakan 8 Tidur, Kait Relaks, dan Titik Positif. Pada gerakan 8 Tidur, pandangan mata dari Peserta (ZKT) tidah melihat ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
ujung jari jempol melainkan melihat ke arah depan. Pada gerakan Kait Relaks, beberapa kali Peserta (ZKT) tersenyum-senyum sendiri saat bagian memejamkan mata. Sedangkan untuk gerakan Titik Positif, Peserta (ZKT) memijat hingga bagian batang hidungnya. Konsentrasi Peserta (ZKT) mudah teralihkan, sehingga beberapa kali terlambat memulai instruksi dari fasilitator. p. Analisis Deskriptif pada Peserta 16 (LSJ) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 16 Skor Recall Memory pada Peserta LSJ (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (LSJ) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (LSJ) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (LSJ) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 13, yang termasuk dalam kategori rendah. Sementara untuk posttest, Peserta (LSJ) memperoleh skor 31 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Peningkatan skor recall memory Peserta (LSJ) didukung oleh hasil observasi selama pelatihan. Peserta (LSJ) selalu memperhatikan materi yang disampaikan dan instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Selama pelatihan, Peserta (LSJ) memperlihatkan sikap tenang dan tidak pernah bercanda dengan teman lain atau membuat kegaduhan. Peserta (LSJ) dapat mengikuti gerakan dengan baik sesuai aba-aba dari fasilitator. Peserta (LSJ) khidmat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, walaupun
teman-teman
disebelahnya
membuat
kegaduhan.
Pada
pertemuan pertama, Peserta (LSJ) terlihat kesulitan mempraktekkan gerakan 8 Tidur, karena Peserta (LSJ) sulit mengikuti gerakan ujung ibu jarinya. Pada pertemuan ke-2, Peserta (LSJ) berani memeragakan gerakan Burung Hantu dan Pasang Kuda-Kuda. Secara keseluruhan, Peserta (LSJ) memperlihatkan sikap yang baik selama pelatihan, memperhatikan penjelasan fasilitator dengan baik, dan melakukan instruksi dengan tertib. q. Analisis Deskriptif pada Peserta 17 (GSP) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0 Pretest
Pos e st
Grafik 17 Skor Recall Memory pada Peserta GSP (Pretest-Posttest)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (GSP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (GSP) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor 17 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory sedang. Hasil posttest untuk Peserta (GSP) memperoleh skor 41, yang tergolong recall memory tinggi. Peningkatan skor recall memory Peserta (GSP) setelah mengikuti pelatihan brain gym terlihat dari hasil observasi selama pelatihan. Peserta (GSP) tampak antusias mengikuti kegiatan pelatihan. Peserta (GSP) selama mengikuti pelatihan memunjukkan sikap yang aktif. Terkadang beberapa kali keaktifan dari Peserta (GSP) sedikit mengganggu aktivitas teman disampingnya. Contohnya saat gerakan Pasang Kuda-Kuda, kakinya dibuka melebihi lebar bahu, hingga mengenai kaki teman disebelahnya. Pada pertemuan ke-5, Peserta (GSP) berani maju ke depan kelas untuk memeragakan gerakan Burung Hantu dan Pasang Kuda-Kuda. Peserta (GSP) terlihat enjoy dan rileks selama kegiatan, serta tidak tampak kesulitan dalam mengikuti setiap gerakan yang dicontohkan. Peserta (GSP) memang terlihat tidak begitu serius, namun ia mampu mengikuti instruksi dengan baik. Fokus dari Peserta (GSP) mudah teralihkan, saat melakukan gerakan banyak menoleh ke arah teman lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Pada pertemuan ke-2 untuk gerakan 8 Tidur, Peserta (GSP) terlihat telah hafal mekanisme gerakannya. Hal ini membuatnya melakukan gerakan mendahului instruksi dari fasilitator. Peserta (GSP) melakukan beberapa gerakan tambahan, antara lain menggoyang-goyangkan kaki, bersandar pada meja, dan menyuarakan napas yang dihembuskan. Peserta (GSP) terlihat tidak terlalu serius dalam memperhatikan fasilitator saat menjelaskan, namun secara keseluruhan ia dapat melakukan materi gerakan yang diberikan. Misalnya pada pertemuan ke-5, ia mengoreksi gerakan Titik Positif yang dilakukan Peserta (ITC). Peserta (GSP) memberitahukan bahwa seharusnya yang dilakukan adalah memijat titik positif di tengah dahi, bukan menggosok dahi seperti yang dilakukan oleh Peserta (ITC). r. Analisis Deskriptif pada Peserta 18 (ASIH) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0 Pretest
Pos e st
Grafik 18 Skor Recall Memory pada Peserta ASIH (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (ASIH) setelah mengikuti pelatihan brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Skor recall memory Peserta (ASIH) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ASIH) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest adalah sebesar 16 yang termasuk dalam kategori recall memory sedang. Sementara dari hasil posttest, Peserta (ASIH) memperoleh skor 28 yang masih tergolong dalam tingkat recall memory sedang. Pada pertemuan pertama, Peserta (ASIH) tidak dapat hadir mengikuti pelatihan dikarenakan sakit, sehingga baru mulai mengikuti pelatihan di pertemuan kedua. Selama pelatihan berlangsung, Peserta (ASIH) menunjukkan sikap tenang, fokus pada penjelasan dari fasilitator, dan mampu mempraktekkan materi gerakan dengan baik. Peserta (ASIH) juga tergolong aktif karena berani menjawab pertanyaan atau umpan dari fasilitator, walaupun sering kali dilakukan berbarengan dengan teman lainnya. Peserta (ASIH) pada pertemuan ke-3 telah berani maju ke depan kelas bersama fasilitator untuk memandu gerakan 8 Tidur dan Gajah. Secara keseluruhan Peserta (ASIH) mampu melakukan gerakan brain gym dengan baik. Salah satu hal yang menjadi catatan Peneliti adalah saat gerakan Silang, Peserta (ASIH) agak kesulitan mengkoordinasikan kaki dan tangan yang harus digerakkan. Kesulitan yang dialami Peserta (ASIH) tersebut hanya sementara, karena seiring berjalannya pelatihan ia mulai terbiasa untuk mengkoordinasikan anggota tubuh dalam bergerak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
s. Analisis Deskriptif pada Peserta 19 (ERP) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 19 Skor Recall Memory pada Peserta ERP (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (ERP) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (ERP) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ERP) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 37, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (ERP) memperoleh skor 43 yang masih termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Hasil observasi Peserta (ERP) menunjukkan Peserta (ERP) memperlihatkan sikap tenang selama pelatihan berlangsung. Peserta (ERP) memang tidak begitu aktif dalam menjawab pertanyaan atau umpan dari fasilitator, namun selalu memperhatikan penjelasan dan instruksi dari fasilitator. Pada pertemuan ke-1 saat pertama kali diperkenalkan dengan gerakan brain gym, Peserta (ERP) memperhatikan penjelasan fasilitator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
dengan serius. Walaupun terlihat sedikit bingung setiap mencoba gerakan baru, Peserta (ERP) lama-kelamaan terbiasa dengan gerakan yang dilakukannya. Secara keseluruhan, Peserta (ERP) mengikuti pelatihan dengan baik. Ekspresi wajah yang ditunjukkan cenderung datar, hanya sesekali tersenyum.
Sikap
Peserta
(ERP)
selama pelatihan
sopan,
tidak
mengganggu teman lainnya, dan hanya sesekali berbicara dengan teman disebelahnya. t. Analisis Deskriptif pada Peserta 20 (SA) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 20 Skor Recall Memory pada Peserta SA (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (SA) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (SA) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor 41 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Hasil posttest untuk Peserta (SA) memperoleh skor 42, yang masih tergolong recall memory tinggi. Berdasarkan hasil observasi, Peserta (SA) tergolong aktif selama mengikuti pelatihan. Peserta (SA) aktif menjawab pertanyaan dari fasilitator. Beberapa kali Peserta (SA) bergurau dengan beberapa teman, namun dapat mengikuti instruksi dengan baik. Pada pertemuan pertama, pandangan Peserta (SA) lurus ke fasilitator saat diberikan penjelasan. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya Peserta (SA) mulai banyak menoleh ke teman lain untuk melihat gerakan mereka. Konsentrasi Peserta (SA) mudah teralihkan, terutama saat ada teman didekatnya yang bercanda. Hal ini yang dapat menyebabkan mengapa performansi Peserta (SA) yang kurang maksimal karena konsentrasi yang sulit terfokus. Pada pertemuan ke-4 Peserta (SA) berani maju ke depan kelas untuk memeragakan gerakan Gajah, Burung Hantu, dan Pasang Kuda-Kuda. Pada pertemuan ke-8 Peserta (SA) tidak hadir dikarenakan sakit. Secara umum meskipun Peserta (SA) suka bergurau dengan teman lain, ia mengikuti jalannya kegiatan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
u. Analisis Deskriptif pada Peserta 21 (ARN) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 21 Skor Recall Memory pada Peserta ARN (Pretest-Posttest) Skor recall memory dari Peserta (ARN) setelah mengikuti pelatihan brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas. Skor recall memory Peserta (ARN) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (ARN) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest adalah sebesar 7 yang termasuk dalam kategori recall memory rendah. Sementara dari hasil posttest, Peserta (ARN) memperoleh skor 14 yang masih tergolong dalam tingkat recall memory rendah. Peningkatan skor recall memory Peserta (ARN) terlihat dari hasil observasi selama pelatihan. Peserta (ARN) selalu memperhatikan fasilitator dengan seksama, beberapa kali mencoba sendiri gerakan sebelum fasilitator selesai menjelaskan. Selama pelatihan, Peserta (ARN) melakukan gerakan dengan baik dan mengikuti instruksi dengan tertib.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Selama mengikuti pelatihan, Peserta (ARN) terlihat bersemangat, antusias, dan banyak tersenyum. Secara keseluruhan Peserta (ARN) tertib mengikuti kegiatan dan dapat mengikuti instruksi dengan baik, walaupun sesekali mengobrol dengan teman lain. Pada pertemuan ke-9 Peserta (ARN) tidak mengikuti pelatihan dikarenakan sakit. v. Analisis Deskriptif pada Peserta 22 (RAR) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 22 Skor Recall Memory pada Peserta RAR (Pretest-Posttest) Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory dari Peserta (RAR) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall memory dari Peserta (RAR) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta (RAR) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 29, yang termasuk dalam kategori sedang. Sementara untuk posttest, Peserta (RAR) memperoleh skor 35 yang masih termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Hasil observasi Peserta (RAR) menunjukkan bahwa Peserta (RAR) selama mengikuti pelatihan brain gym menunjukkan sikap yang sangat aktif. Pada awal pelatihan, Peserta (RAR) sering membuat kegaduhan, hal ini juga dipicu karena posisi duduk Peserta (RAR) berada di deretan paling belakang. Peserta (RAR) sering menyela saat fasilitator menerangkan materi dan mengganggu teman yang duduk didepannya. Selain itu Peserta (RAR) juga kurang memperhatikan fasilitator sehingga beberapa kali gerakan yang dilakukan tidak sesuai dengan instruksi. Pada hari ke-3, Peserta (RAR) mulai terlihat lebih tertib mengikuti pelatihan dibandingkan hari-hari sebelaumnya. Pada pertemuan ke-3 Peserta (RAR) berani mencontohkan gerakan Silang kepada fasilitator. Peserta (RAR) aktif mengikuti instruksi dari fasilitator, walaupun ada gerakan yang ditambahkan sendiri. Gerakan yang dimodifikasi oleh Peserta (RAR) adalah gerakan Pasang Telinga. Selain memijat daun telinga, Peserta (RAR) juga menggosok-gosokkan daun telinganya dengan telapak tangan. Walaupun demikian, dari pertemuan ke-3 hingga selanjutnya Peserta (RAR) mempu mengikuti instruksi dengan baik selama kegiatan
berlangsung.
Peserta (RAR)
bersemangat, baik motorik maupun verbal.
commit to user
selalu
menunjukkan
sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
w. Analisis Deskriptif pada Peserta 23 (OMR) Skor Recall Memory 40 30 20 10 0
Pos e st
Pretest
Grafik 23 Skor Recall Memory pada Peserta OMR (Pretest-Posttest) Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta (OMR) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (OMR) yang berjenis kelamin perempuan memperoleh skor 14 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory rendah. Hasil posttest untuk Peserta (OMR) memperoleh skor 20, yang masih tergolong recall memory sedang. Peningkatan skor recall memory Peserta (OMR) didukang pula dengan hasil observasi. Peserta (OMR) menunjukkan sikap yang tertib selama pelatihan, jarang mengobrol dan bercanda dengan teman lainnya. Peserta (OMR) memperhatikan penjelasan materi dari fasilitator, walaupun dari ekspresi wajahnya terlihat datar dan kurang bersemangat. Pada gerakan Silang, Peserta (OMR) terlihat kurang bersemangat dibandingkan teman-teman lainnya, terlihat kurang bertenaga. Beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
kali pandangan mata Peserta (OMR) terkesan kosong, sehingga terlambat mengikuti instruksi. Peserta (OMR) suka memperhatikan teman-teman lainnya saat bergerak, sehingga kurang fokus dengan gerakan sendiri. Secara umum walaupun Peserta (OMR) sering terlihat tidak fokus, ia mampu mempraktekkan gerakan dengan baik. Pada pertemuan ke-9 Peserta (OMR) tidak mengikuti pelatihan dikarenakan sakit. Hasil analisis deskriptif yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pelatihan mengalami peningkatan kemampuan recall memory yang ditunjang dari hasil observasi selama pelatihan, namun terdapat tiga orang peserta pelatihan yang tidak mengalami peningkatan skor. Ketiga peserta tersebut adalah ASA, RFCP, dan RNS yang memperoleh skor yang sama untuk pretest dan posttest. Hasil observasi peserta pelatihan yang mengalami peningkatan kemampuan recall memory umumnya menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelatihan, memperhatikan penjelasan dari fasilitator, dan mengikuti instruksi dengan baik. Pada ketiga peserta yang tidak mengalami peningkatan skor, hasil observasi menunjukkan keaktifan yang kurang pada peserta RFCP dan RNS. Sedangkan pada peserta ASA terlihat kurang disiplin hitungan saat melakukan gerakan dan kurang memperhatikan penjelasan dari fasilitator.
D. Pembahasan Pengujian hipotesis dari penelitian ini dilakukan dengan menguji selisih skor posttest dan skor pretest (gain skor) antara kelompok eksperimen dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
kelompok kontrol. Hasil uji gain skor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney U-Test terlihat pada tabel 11. Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor recall memory antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan probabilitas (p) signifikansi 0,014 < 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan skor recall memory yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan brain gym dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan apapun. Berdasarkan hasil uji hipotesis, yang menyatakan terdapat efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta dapat diterima. Peningkatan rata-rata skor recall memory kelompok eksperimen sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pemberian perlakuan berupa pelatihan brain gym dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 9. Pada Tabel 7 terlihat rata-rata skor pretest kelompok eksperimen sebesar 27,04 yang berada dalam kategori recall memory sedang. Pada Tabel 9 terlihat rata-rata skor posttest kelompok eksperimen mengalami peningkatan, yaitu menjadi 33,30 yang berada dalam kategori recall memory tinggi. Selanjutnya untuk mendukung analisis data diatas, Peneliti menyusun tabel distribusi frekuensi relatif sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Tabel 12 Distribusi Kategori Recall Memory pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol (dalam Persen) Kelompok Eksperimen
Kategori Recall
Kelompok Kontrol
Rentang Skor Memory Rendah
X < 14,7 14,7
Sedang
X < 29,3
29,3
Tinggi
X
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
21,74%
4,35%
4,55%
4,55%
26,09%
26,09%
27,27%
22,73%
52,17%
69,56%
68,18%
72,72%
100%
100%
100%
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui rata-rata skor pretest dan posttest kedua kelompok berada dalam kategori recall memory tinggi. Apabila dicermati saat sebelum (pretest) dan setelah (posttest) perlakuan, rata-rata kelompok eksperimen yang berada dalam kategori recall memory tinggi mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 17,39%, sedangkan kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan sebesar 4,54%. Perbedaan rata-rata skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
40
Kelompok Eksperimen
30
Kelompok Kontrol
20 10 0
Pretest
Pos
est
Grafik 24 Perbedaan Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Rata-rata skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk pretest dan posttest mengalami peningkatan. Rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah 27,04 dan skor posttest 33,30. Rata-rata skor pretest kelompok kontrol adalah 32,04 dan skor posttest 34,18. Selisih skor pretest dan posttest kelompok eksperimen adalah 6,26 sedangkan kelompok kontrol 2,14. Artinya, pada kelompok eksperimen yang diberi pelatihan brain gym terjadi peningkatan skor yang lebih besar dibandingkan peningkatan skor kelompok kontrol. Adanya peningkatan skor recall memory yang lebih besar pada kelompok eksperimen setelah pelatihan brain gym menunjukkan bahwa brain gym efektif dalam meningkatkan kemampuan recall memory. Efektivitas yang dimaksud adalah brain gym terbukti dapat meningkatkan kemampuan recall memory. Hampir
seluruh
peserta
pelatihan
dalam
kelompok
eksperimen
menunjukkan perubahan positif berupa peningkatan kemampuan recall memory.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Peningkatan kemampuan recall memory peserta pelatihan juga ditunjang dengan hasil observasi selama pelatihan brain gym. Peserta pelatihan pada umumnya mengikuti kegiatan pelatihan dengan tertib, memperhatikan penjelasan dari fasilitator, dan dapat mempraktekkan gerakan dengan baik. Peneliti berkoordinasi dengan Guru Wali Kelas untuk mengkondisikan kelompok kontrol yang tidak mengikuti pelatihan agar tetap belajar di dalam kelas. Berdasarkan evaluasi proses pelatihan pada peserta pelatihan, perubahan positif juga mulai dirasakan oleh sebagian besar peserta. Sebanyak 91,30% peserta pelatihan merasa lebih rileks setelah mereka melakukan rangkaian gerakan brain gym. Selain itu menurut 78,26% dari peserta pelatihan ingin melakukan gerakan-gerakan brain gym sebelum mereka mulai belajar. Bagi 91,30% peserta pelatihan, pelatihan brain gym sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan. Bagi Peneliti, perubahan positif dari peserta pelatihan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan recall memory siswa setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan tersebut diperoleh dari peningkatan skor recall memory peserta pelatihan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) mengikuti pelatihan brain gym. Selengkapnya mengenai evaluasi proses pelatihan terlihat dalam tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Tabel 13 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan No 1.
Aspek yang Dievaluasi
Kriteria Evaluasi
Jumlah (%)
Penyaji memperkenalkan diri dengan
Setuju
100%
Tidak Setuju
0%
Setuju
100%
memperagakan materi dengan baik.
Tidak Setuju
0%
Gerakan-gerakan brain gym mudah
Setuju
100%
dipahami dan diperagakan.
Tidak Setuju
0%
Gerakan-gerakan brain gym
Setuju
95.65%
Tidak Setuju
4.35%
Setelah melakukan gerakan-gerakan
Setuju
91.30%
brain gym, saya merasa lebih rileks.
Tidak Setuju
8.7%
Setuju
78.26%
Tidak Setuju
21.74%
Setuju
91.30%
Tidak Setuju
8.7%
jelas. 2.
3.
4.
Penyaji dapat menjelaskan dan
menyenangkan untuk dilakukan. 5.
6.
Saya ingin melakukan gerakangerakan brain gym sebelum mulai belajar.
7.
Kegiatan ini bermanfaat dan menambah pengetahuan.
Hasil penelitian mengenai efektivitas brain gym terhadap peningkatan recall memory ini sesuai dengan pendapat dari Hannaford (1995), bahwa gerakan akan membangunkan dan mengaktivasi kapasitas mental, mengintegrasikan dan menjangkarkan informasi baru dalam sistem saraf, serta berperan penting dalam mengekspresikan proses berpikir dan pemahaman diri. Selain pendapat dari Hannaford (1995), hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat dari Ratey (2001) bahwa pergerakan fisik seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
belajar, berpikir, dan mengingat. Kapasitas untuk menguasai daya ingat secara biologis akan meningkat oleh karena aktivitas fisik. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan dapat merangsang neuron untuk memaksimalkan kemampuan kognitif seseorang. Hal ini yang terjadi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta yang menjadi peserta pelatihan Brain Gym. Upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif yakni recall memory inilah yang dikaji oleh Peneliti. Sementara gerakan fisik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan recall memory adalah gerakan brain gym. Faktor yang mendukung pelaksanaan penelitian ini adalah modul pelatihan yang telah disusun sedemikian rupa oleh Peneliti sehingga memudahkan fasilitator dalam memandu pelatihan dan menyampaikan materi. Selama berlangsungnya pelatihan, fasilitator dapat menjelaskan dan memperagakan materi dengan baik. Fasilitator mampu memandu pelatihan dan membangun suasana keakraban dengan peserta pelatihan. Suasana keakraban dibangun oleh fasilitator dari awal pertemuan dengan perkenalan dan ice breaking. Peneliti juga membagi 23 siswa peserta pelatihan ke dalam 5 kelompok kecil untuk mempermudah observasi selama pelatihan berlangsung. Secara teknis dalam pelaksanaan pelatihan, Peneliti juga dimudahkan dengan tersedianya sarana dan prasarana. Ruangan pelatihan yang kondusif dan terpisah dari ruang kelas turut menunjang kenyamanan peserta pelatihan. Alat dan bahan yang dibutuhkan Peneliti dalam penelitian ini juga tersedia, sehingga hal tersebut turut menunjang keberhasilan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Hasil penelitian ini memang telah membuktikan hipotesis yang diajukan oleh Peneliti, namun penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yakni: 1. dAanya proses belajar dari s ubjek penelitian karena Tes Susunan HurufTak Bermakna diberikan dua kali,yaitu pada saat pretest dan posttest. 2. Minimnya variasi ice breaking maupun games selama pelatihan, sehingga pada pertemuan-pertemuan terakhir peserta mudah merasa bosan. 3. Beberapa peserta pelatihan kurang mampu memfokuskan seluruh perhatian pada fasilitator, sesekali bercanda dengan teman-teman yang lain. 4. Peneliti tidak mampu mengendalikan faktor -faktor yang mempengaruhi penerimaan materi pelatihan untuk seluruh peserta pelatihan. Beberapa diantaranya dari sembilan kali pertemuan, dalam dua kali pertemuan kehadiran peserta pelatihan tidak lengkap karena ada peserta pelatihan yang sakit. Selain itu pada saat posttest, 1 sisw a dari kelompok kontrol tidak hadir karena sakit, sehingga jumlah subjek penelitian berkurang dari 46 sisw a menjadi 45 sisw a. Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan seperti yang telah disebutkan di atas. Meskipun demikian, Peneliti telah berusaha untuk meminimalisir kekurangan dengan cara memaksimalkan persiapan dan konsep penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian baik analisis kuantitatif maupun analisis deskriptifyang telah dilakukan,Peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat efektivitas
dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall
memory pada sisw a kelas VSekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Hal ini diketahui dari hasil analisis kuantitatif melalui uji hipotesis bahw a terdapat perbedaan skor
recall memory yang signifikan
antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan probabilitas (p) signifikansi 0,014 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahw a terdapat perbedaan skor recall memory antara kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan brain gym dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan apapun. 2. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, sebagian besar sisw a kelas Vyang menjadi peserta pelatihan mengalami peningkatan skor recall memory setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan kemampuan recall memory peserta pelatihan diperoleh melalui peningkatan skor sebelum (pretest) dan setelah (posttest) mengikuti pelatihan brain gym. Hal ini juga didukung dari hasil observ a si peserta pelatihan. Peserta pelatihan pada umumnya mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik, memperhatikan penjelasan dari fasilitator,dan dapat mempraktekkan gerakan brain gym yang diberikan.
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan beberapa saran antara lain: 1. Cara belajar kinestetik melalui brain gym dimasukkan dalam agenda kegiatan belajar mengajar di sekolah sebagai alternatif peningkatan hasil belajar sisw a, terutama terkait dengan kemampuan recall memory. Contohnya sesaat sebelum mulai pelajaran atau disela-sela jam pelajaran sisw a melakukan
brain
gym dengan dipandu oleh guru. 2. Kepada Peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan secara matang faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi invaliditas dari penelitian, agar perubahan yang terjadi benar-benar disebabkan karena perlakuan atau intervensi bukan karena faktor lain.
commit to user