LAPORAN AKHIR
EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA (LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KALIMANTAN SELATAN
Oleh : Nita Rahayu, SKM, M.Sc Sri Sulasmi, S.Si Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN 2016 i
HALAMAN JUDUL
JUDUL PENELITIAN: EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA (LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KALIMANTAN SELATAN
PENGUSUL: 1. 2. 3. 4.
Nama Jabatan Fungsional Instansi Alamat Kantor
5. Telepon/Faks kantor 6. Alamat Email
: : : :
NITA RAHAYU, SKM, M.Sc Peneliti Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Jl. Loka Litbang, Kaw. Perkantoran Pemda Tanah Bumbu Ds. Gunung Tinggi Kec. Batulicin Kab. Tanah Bumbu 72171 : 0518 – 6076049 :
[email protected];
ii
SUSUNAN TIM PENELITI
No
Nama
Kedudukan Dalam Tim
1
Hijaz Nuhung, M.Sc
Pembina
2
Nita Rahayu, SKM, M.Sc
Ketua Pelaksana
3
Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt
Peneliti
4
Sri Sulasmi, S.Si
Peneliti
5
Akhmad Rosanji, SKM
Litkayasa
6
Dwi Candra Ariyanti
Litkayasa
7
Dahlia
Sekretariat
iii
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU Jalan Loka Litbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666 Telepon : (0518) 6076049, Faksimile : (0518) 6076049 Surat Elektronik :
[email protected], Laman (Website) : http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id
SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU NOMOR : HK.03.06/III.6/ 931 /2016 TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENELITI EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA (LLIN) DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VECTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROV. KALSEL Menimbang
:
a. bahwa dalam rangka penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)
dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah b. Bumbu Prov. Kalsel”, perlu dibentuk tim peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan
Mengingat
:
penelitian tersebut. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditunjuk tim peneliti yang terdiri dari Ketua Pelaksana/Peneliti Utama, Peneliti, Pembantu peneliti, Sekretariat dan Pengolah data. 1. Undang – undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/MENKES/PER/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; 2. Surat Keputusan Menkes RI No. 894/Menkes/SK/IX/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka Litbang P2B2; Surat Keputusan Menkes RI No. 4.04.3.1.03977, tentang Pengangkatan dalam 3. Jabatan Struktural di Lingkungan Kemkes RI.; Keputusan Menteri Kesehatan RI No. KU.05.55.SK.III.0066, tentang Penetapan Atasan Langsung dan Bendaharawan Rutin;
MEMUTUSKAN Menetapkan
:
PERTAMA
:
Menunjuk tim peneliti pada penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel”, sebagaimana terlampir.
KEDUA
:
a. Bersangkutan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan dalam penelitian sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing-masing. b. Pembagian tugas secara teknis diatur kemudian.
KETIGA
:
Kepada tim yang ditunjuk diberikan honorarium sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
iv
KEEMPAT
:
KELIMA
:
Anggaran tim peneliti pada penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel”, ditransfer melalui rekening a.n. Bendahara Pengeluaran Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Kalimantan Selatan No. Rek. 03100-0651052-6 Bank Mandiri Cabang Batulicin. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di
: Gunung Tinggi
Pada Tanggal
: 3 Maret 2016
Kepala,
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc NIP. 196708012000121005
v
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU
Jalan Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666 Telepon : (0518) 6076049, Faksimile : (0518) 6076049 Surat Elektronik :
[email protected], Laman (Website) : http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.g
Lampiran Surat Keputusan Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Tentang
:
Nomor Tanggal
: :
Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel HK.03.06/III.6/ 931 /2016 3 Maret 2016
No
Nama
Kedudukan Dalam Tim
1
Hijaz Nuhung, M.Sc
Pembina
2
Nita Rahayu, SKM, M.Sc
Ketua Pelaksana
3
Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt
Peneliti
4
Sri Sulasmi, S.Si
Peneliti
5
Akhmad Rosanji, SKM
Litkayasa
6
Dwi Candra Ariyanti
Litkayasa
7
Dahlia
Sekretariat
Mengetahui, Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu,
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc NIP. 196708012000121005
vi
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN
SURAT PERSETUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN NOMOR : LB.02.03/III.6/ 932 /2016LB.02.01.16.0000000 Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ini diberikan atas dasar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal di bawah ini:
BAB 1
IKHTISAR 1. Judul Penelitian
:
2. Maksud dan Tujuan
:
Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel Mengetahui edektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel
3. Penanggung Jawab
:
NITA RAHAYU, SKM, M.Sc
4. Waktu Pelaksanaan
:
Maret s/d November 2016
BAB ll
BIAYA 1. Biaya yang disediakan untuk kegiatan ini dibebankan pada anggaran DIPA Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp. 156.566.000,- (Seratus Lima Puluh Enam Juta Lima Ratus Enam Puluh Enam Ribu Rupiah) dan merupakan biaya maksimum yang tidak boleh dilampaui.
vii
2. Biaya tersebut dirinci sebagai berikut : TOTAL : RP. 156.566.000 1. Belanja Bahan = Rp 11. 967.000 2. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota = Rp 47.400.000 3. Belanja Perjalanan Biasa = RP 50.160.000 4. Belanja Barang Non Operasional lainnya = Rp 27.416.000 5. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi = Rp 19.623.000
BAB III PELAKSANAAN 1. Penanggung Jawab Kegiatan berkewajiban mengajukan nama-nama pelaksana dan petugas lainnya kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu segera setelah Surat Persetujuan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ini ditandatangani. 2. Penanggung Jawab Kegiatan wajib menyusun dan menyerahkan protokol kegiatan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, segera setelah surat keputusan kegiatan dikeluarkan. 3. Penyediaan biaya untuk kegiatan ini akan diberikan secara bertahap dan merupakan uang yang harus dipertanggungjawabkan oleh Penanggung Jawab Kegiatan. a. Penaggung Jawab mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. b. Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu memberikan persetujuan pembayaran setelah ada laporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan yang telah dimintakan sebelumnya. c. Semua uang yang telah dikeluarkan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. BAB IV PENGAWASAN 1. Pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. 2. Pengawasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan Penanggung Jawab Kegiatan wajib memberikan keterangan-keterangan yang diminta. 3. Apabila dipandang perlu Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu dapat melakukan atau menunjuk pejabat lain untuk melakukan pengawasan. BAB V PELAPORAN 1. Penanggung Jawab Kegiatan wajib memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan untuk setiap triwulan dan harus diterima oleh Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. 2. Penanggung Jawab Kegiatan wajib memberikan laporan kemajuan pekerjaan untuk setiap triwulan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pelaporan yang berlaku, dan harus diterima oleh Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. viii
3. Penanggung Jawab Kegiatan wajib membuat laporan akhir hasil penelitian sebanyak 5 (lima) eksemplar yang terdiri dari : - Laporan Administrasi - Laporan Hasil Penelitian - Abstrak Penelitian dan Executive Summary - Raw data - Naskah Publikasi BAB VI PERSYARATAN LAIN 1. Segala penemuan dan hasil penelitian ini menjadi milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kseshatan (Balitbangkes). 2. Hasil penelitian ini harus diterbitkan di dalam Jurnal, Majalah, atau Buletin di Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Apabila naskah ilmiah hendak diajukan ke majalah atau di dalam suatu pertemuan ilmiah supaya terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari atasan yang berwenang. 3. Apabila seorang peneliti menerbitkan hasil penelitian milik Badan Litbangkes Kemkes RI di luar lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tanpa seizin atasan yang berwenang, maka kepada yang bersangkutan : a. Akan diberikan teguran tertulis. b. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan usulan penelitian tahun berikutnya. c. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan penambahan angka kredit dari hasil penelitian tersebut. 4. Apabila seorang peneliti membawakan hasil penelitian yang belum mendapatkan pengesahan atasan yang berwenang di dalam suatu pertemuan yang bersifat umum, maka kepada yang bersangkutan : a. Akan diberikan teguran tertulis. b. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan usulan penelitian tahun berikutnya. c. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan penambahan angka kredit dari hasil penelitian tersebut.
ix
BAB VII SANKSI 1. Uang muka tidak akan diberikan apabila Penanggung Jawab Kegiatan belum menyelesaikan dan menyerahkan protokol penelitian. 2. Apabila laporan triwulan tidak masuk pada waktunya maka tidak akan diberikan uang muka berikutnya sebelum laporan dimaksud dapat diselesaikan. 3. Selama Penanggung Jawab Kegiatan belum menyelesaikan laporan akhir, maka ia tidak akan dipertimbangkan menjadi Penanggung Jawab Kegiatan Penelitian lainnya.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Apabila penyelesaian Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena sesuatu hal yang berada di luar kekuasaan Penanggung Jawab Kegiatan, ketua pelaksana penelitian dapat mengusulkan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu kemungkinan perpanjangannya.
Tanah Bumbu, 3 Maret 2016 Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
Menerima dan Menyetujui Penanggung Jawab Kegiatan
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc NIP 196708012000121005
Nita Rahayu, SKM, M.Sc NIP 197812062002122003
x
PERSETUJUAN ETIK
xi
xii
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG
Tanah Bumbu,
Desember 2016
Peneliti
Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
Nita Rahayu, SKM, M.Sc NIP 197812062002122003
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc NIP 196708012000121005
Mengetahui,
Ketua Panitia Pembina Ilmiah
Kepala Puslitbang
Upaya Kesehatan Masyarakat
Sri Iriyanti, SKM, M.Phil.Ph.D NIP 195804121981022001
Drg.Agus Suprapto NIP 196408131991011001
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya
sehingga
Laporan
Akhir
Penelitian
“Efektivitas
Aplikasi
Kelambu
Berinsektisida (Long Lasting Insecticide net) dalam Program Pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan” ini dapat diselesaikan. Data dan informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemangku Program Kesehatan terkait kebijakan dan pengendalian Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimatan Selatan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini terutama kepada instansi terkait dalam penelitian ini dan sumber pembiayaan penelitian dibebankan pada anggaran DIPA Balai Litbang Tahun anggaran 2016. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun analisis serta pembahasannya, untuk itu saran dari semua pihak akan menjadi masukan yang berharga bagi kami sebagai perbaikan ke depan. Akhirnya kami berharap laporan akhir penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak terkait .
xiv
RINGKASAN PENELITIAN
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa dan Bali. Besar angka kasus baru malaria tahun 20092010 di luar Jawa-Bali adalah 45,2‰ atau hampir 6 kali angka kasus baru malaria di kawasan Jawa-Bali (7,6‰). Kondisi ini disebabkan karena adanya vektor yang dapat menularkan malaria dan resistensi obat serta insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor. Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Eliminasi malaria di Indonesia dimulai sejak tahun 2004. Berbagai upaya aplikasi pengendalian malaria dilakukan di berbagai daerah. Upaya tersebut antara lain kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko, penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor Residual Spray), larvasida, surveillan penderita dan pengobatan yang tepat dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) serta pengobatan pencegahan pada ibu hamil. Upaya ini dilaksanakan dengan berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah seperti The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria(GFATM)(Badan Litbangkes, 2010). Global
Fund
pada
tahun
2009
membagikan
kelambu
berinsektisida ke 16 provinsi salah satunya termasuk Kalimantan selatan. Penggunaan kelambu berinsektisida pada balita merupakan salah satu indikator malaria dalam MDGs. Cakupan kelambu di Indonesia merupakan 3 terendah di Negara SEARO(Laihad dkk., 2011). Pemakaian kelambu berinsektisida dilaporkan dapat menurunkan prevalensi malaria dan parasitemia pada balita di daerah endemis(Sharma et al., 2009). Efektivitas
kelambu
berinsektisida
yang
dipercaya
dapat
menurunkan prevalensi malaria dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci kelambu. Perilaku masyarakat ini dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan
xv
dengan budaya, kultur dan suku/etnis (faktor predisposisi)(Notoatmodjo, 2003). Cara pemakaian dan pencucian kelambu yang tidak tepat dapat menurunkan kadar insektisida di dalamnya, selain kurang efektif dalam mengendalikan nyamuk vektor, juga dapat menimbulkan resistensi nyamuk terhadap jenis bahan aktif insektisida dalam kelambu. Blum (1974) menyatakan bahwa faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian malaria selain faktor perilaku adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kondisi yang berkaitan dengan keberadaan vektor yang menularkan malaria serta bagaimana perilakunya. Oleh karena itu perlu diketahui efektivitas pemakaian kelambu berinsektisida terhadap nyamuk vektor malaria. Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus malaria sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan meningkat setiap tahun. Program pengendalian dengan pembagian kelambu berinsektisida telah dilaksanakan oleh Dinkes setempat dengan bantuan GF. Akan tetapi efektivitas penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat di daerah endemis malaria belum diketahui. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Propinsi Kalimantan Selatan Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten endemis malaria di Provinsi Kalimantan Selatan, selama 9 bulan dari bulan Maret s/d November 2016, penelitian ini menggunakan pendekatan desain potong lintang (cross sectional). Populasi target ádalah seluruh penduduk yang mendapat pembagian kelambu berinsektisida di wilayah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi kalimantan Selatan sebagai sampel penelitian. Sampel adalah responden yang mendapat pembagian kelambu berinsektisida dan mempunyai data lengkap yaitu berhasil diwawancarai dan bersedia diambil darahnya untuk diperiksa parasit malaria. Dengan xvi
kriteria inklusi :penduduk berumur 15-50 tahun, tidak sedang hamil/menyusui, bersedia berpartisipasi dalam persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar dapat diikutsertakan dalam penelitian sehingga termasuk dalam kriteria pemilihan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perilaku penggunaan kelambu
berinsektisida
termasuk
penerimaan
dan
kemandirian
masyarakat. Variabel terikat penelitian adalah hasil bioassay test kelambu, jumlah kasus malaria di wilayah kerja Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan. Metode análisis data menggunakan análisis univariat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat yaitu metode statistik yang digunakan menganalisis dengan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan
yang signifikan dan faktor
yang
berkonstribusi terhadap penyebab. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil MBS di Desa Mentewe dengan jumlah 100 sampel, didapatkan hasil positif malaria sebanyak 7 sampel (7%) dengan jenis plasmodium vivax sebanyak 2 sampel (2%) dan 5 (5%) plasmodium falciparum.Hasil perilaku pemakaian
kelambu berinsektisida dari 100 responden diwawancarai menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat, sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan dan kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan tidak digunakan, dan hasil uji bio essay sebanyak 20 kelambu terdiri dari kelambu merek oliset sebanyak 10 buah dan kelambu permanent 10 buah dan kelambu control 2 buah menunjukkan bahwa hanya 5 kelambu (merek olyset 3 kelambu dan 2 permanent) yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium. Kesimpulan bahwa hasil MBS menunjukkan terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dari 100 responden positif 7 responden , SPR 7 %. Kelambu xvii
olyset masih efektif setelah digunakan selama 4 tahun dari tahun 2012, sedangkan kelambu berisektisida permanent masih efektif setelah digunakan selama 3 tahun dari tahun 2013. Sesuai dengan pernyataan Subdit malaria Dirjen PP&PL Depkes 2007 bahwa efektifitas kelambu berinsektisida bisa bertahan sampai 5 tahun pemakaian. Rekomendasi, kepada para pekerja hutan untuk tetap memakai kelambu berinsektisida yang telah dibagikan pada saat tidur malam hari, dan memakai repellent untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles serta mengkonsumsi obat propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk bekerja.
xviii
ABSTRAK
Berbagai upaya penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk telah banyak dilakukan, satu diantaranya adalah penggunaan kelambu berinsektisida. Kelambu berinsektisida adalah kelambu yang dilapisi anti nyamuk dan tidak berbahaya bagi kesehatan, menurut WHO anti nyamuk tersebut tidak meracuni manusia dan dinyatakan aman untuk dipakai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan. Metode penelitian ini adalah analitik menggunakan pendekatan desain potong lintang. Jenis penelitian adalah kuantitatif dan quasi eksperimen melalui uji kontak nyamuk Anopheles dan kelambu berinsektisida dilakukan uji di Laboratorium B2P2VRP Salatiga. Populasi adalah seluruh penduduk mendapatkan pembagian kelambu berinsektisida di Desa Mentewe, sedangkan sampel penelitian adalah penduduk yang bersedia diambil darahnya,diwawancarai mewakili sebagai kasus maupun kontrol, mendapat pembagian kelambu berinsektisida (merek olyset tahun 2012 maupun permanent tahun 2013). Penentuan sampel (perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dan Mass Blood Survei) sebanyak 100 responden menggunakan purposive sampling dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil MBS di Desa Mentewe dengan jumlah 100 sampel, didapatkan hasil positif malaria sebanyak 7 sampel (7%) dengan jenis plasmodium vivax sebanyak 2 sampel (2%) dan 5 (5%) plasmodium falciparum, hasil perilaku pemakaian kelambu berinsektisida menunjukkan bahwa sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan kelambu berinsektisida saat tidur dan kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan tidak digunakan. Hasil uji bio essay sebanyak 20 kelambu terdiri dari kelambu merek oliset sebanyak 10 buah dan kelambu permanent 10 buah dan kelambu control 2 buah menunjukkan bahwa hanya 5 kelambu (merek olyset 3 kelambu dan 2 permanent) yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium. Kesimpulan bahwa hasil MBS menunjukkan terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dari 100 responden positif 7 responden , SPR 7 %. Kelambu olyset masih efektif setelah digunakan selama 4 tahun dari tahun 2012, sedangkan kelambu berisektisida permanent masih efektif setelah digunakan selama 3 tahun dari tahun 2013. Sesuai dengan pernyataan Subdit malaria Dirjen PP&PL Depkes 2007 bahwa efektifitas kelambu berinsektisida bisa bertahan sampai 5 tahun pemakaian. Rekomendasi, kepada para pekerja hutan untuk tetap memakai kelambu berinsektisida yang telah dibagikan pada saat tidur malam hari, dan memakai repellent untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles serta mengkonsumsi obat propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk bekerja. Kata kunci : Efektifitas, kelambu berinsektisida, Anopheles
xix
ABSTRACT
Various efforts to control mosquito-borne diseases have been done, one of which is the use of insecticide-treated nets. Insecticide-treated nets are mosquito nets coated with antimosquito and is not harmful to health, according to WHO anti mosquito does not poison people and declared safe to use. The study aims to determine the effectiveness of the application of insecticide-treated nets (LLIN) in vector control programs in malaria endemic areas of South Kalimantan. This research method is analytic using cross sectional design approach. This type of research is quantitative and quasi-experimental through contact testing of the Anopheles mosquito and insecticide-treated nets to test in the laboratory B2P2VRP Salatiga. The population is the entire population distribution of insecticide-treated nets to get at the Village Mentewe, while the sample is a population that is willing to have blood drawn, interviewed represented as cases and controls, the division received insecticide-treated nets (brand olyset in 2012 and permanently in 2013). Determination of the sample (usage behavior insecticide-treated nets and Mass Blood Survey) of 100 respondents using purposive sampling to meet the inclusion and exclusion criteria. Results of MBS in the village Mentewe with 100 samples, showed positive malaria as much as 7 samples (7%) with the type of plasmodium vivax as much as 2 samples (2%) and 5 (5%) of plasmodium falciparum, the result of the behavior of the use of insecticide-treated nets showed that most (53%) of respondents receive and use insecticide-treated nets while sleeping, and less than half (47%) received and not used. Bio essay test results as much as 20 nets consist of netting brand oliset as many as 10 pieces and 10 pieces of mosquito nets and mosquito nets permanent control 2 pieces shows that only 5 mosquito net (brand olyset 3 mosquito nets and 2 permanent) that they effectively kill mosquitoes An. Aconitus, with the death of 82,67- 100%, while netting 15 more shows are no longer effective to kill mosquitoes An. Acunitus laboratory colony. MBS conclusion that the results show a decline in malaria cases after the use of insecticidetreated nets (LLIN) in the community of 100 respondents positively 7 respondents, SPR 7%. Valance olyset still effective after using it for 4 years from 2012, while still effective permanent berisektisida netting after being used for three years from 2013. In accordance with the statement of malaria Subdit Malaria Director General PP & PL 2007, that the effectiveness of insecticide-treated nets can last up to 5 years of use. Recommendations to the forest workers to continue applying the insecticide-treated nets have been distributed during nighttime sleep, and wear repellent to avoid mosquito Anopheles and prophylactic drugs on the way down to the field / woods to work. Keywords: Effectiveness, insecticide-treated nets, Anopheles
xx
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ ii SUSUNAN TIM PENELITI ...................................................................................................iii SK
............................................................................................................. v
PERSETUJUAN ETIK............................................................................................................ xi PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG ............................................................................xiii KATA PENGANTAR ........................................................................................................... xiv RINGKASAN PENELITIAN ................................................................................................ xv ABSTRAK............................................................................................................................. xix DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xxv 1.
2
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 22 1.1
Masalah Penelitian .................................................................................................. 22
1.2
Topik Penelitian ...................................................................................................... 23
1.3
Pertanyaan Penelitian.............................................................................................. 24
1.4
Pertimbangan Fokus Penelitian .............................................................................. 24
1.5
Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 24
1.6
Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 40
METODE........................................................................................................................ 41 2.1
Kerangka Teori ....................................................................................................... 41
2.2
Kerangka Konsep.................................................................................................... 42
2.3
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. 42
2.4
Jenis Penelitian dan desain ..................................................................................... 43
2.5
Desain Penelitian .................................................................................................... 43
2.6
Populasi dan Sampel ............................................................................................... 43
2.7
Estimasi Besar Sampel ........................................................................................... 43
2.8
Cara Penarikan Sampel ........................................................................................... 44
2.9
Variabel .................................................................................................................. 45
2.10
Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 45
2.11
Bahan dan Prosedur Kerja ...................................................................................... 55
2.12
Manajemen dan Analisis Data ................................................................................ 57 xxi
2.13 3
Definisi Operasional ............................................................................................... 58
HASIL ............................................................................................................................ 61 3.1
Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................................... 61
3.2
Hasil Penilaian Efektifitas Penggunaan Kelambu Berinsektisida oleh Masyarakat 66
3.3
Gambaran Aspek Parasitologi ................................................................................ 67
3.4
Gambaran Aspek Entomologi ................................................................................. 68
3.5
Gambaran Aspek Perilaku Masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida 73
4
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 78
5
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 81 5.1
Kesimpulan : ........................................................................................................... 81
5.2
Saran : ..................................................................................................................... 81
6
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................................... 81
7
DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 82
8
LAMPIRAN ................................................................................................................... 83
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG ........................................................................... 101
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1-1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin ........................ 62 Tabel 3.5-1 Perilaku masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida diwilyah kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe ...................................................... 75 Tabel 3.5-2 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria ............................................................................................ 76 Tabel 3.5-3 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian Malaria ............................................................................................ 76 Tabel 3.5-4 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian Malaria ............................................................................................ 77
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1-1. Peta Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu 61 Gambar 3.1-2 Kepadatan Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan Tahun 201063 Gambar 3.1-3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan 63 Gambar 3.1-4 Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 64 Gambar 3.1-5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode Tahun 2000-2010 65 Gambar 3.3-1 Mass Blood Survey dengan SDJ di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 67 Gambar 3.3-2 Mass Blood Survey dengan RDT di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 68 Gambar 3.4-1 Hasil Pencidukan Larva di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 70 Gambar 3.4-2 Hasil Pencidukan Larva di di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 70
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Uraian
Hal.
L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7 L-8 L-9
Realisasi Anggaran Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subjek Persetujuan setelah penjelasan Kuesioner malaria Jadwal kegiatan penelitian Rincian Rencana Anggaran Rekapitulasi biaya per triwulan Biodata ketua pelaksana Foto- foto kegiatan
xxv
68 69 70 71 77 78 81 82 85
1.
PENDAHULUAN
1.1
Masalah Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa dan Bali. Besar angka kasus baru malaria tahun 2009-2010 di luar Jawa-Bali adalah 45,2‰ atau hampir 6 kali angka kasus baru malaria di kawasan Jawa-Bali (7,6‰). Kondisi ini disebabkan karena adanya vektor yang dapat menularkan malaria dan resistensi obat serta insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor. Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Eliminasi malaria di Indonesia dimulai sejak tahun 2004. Berbagai upaya aplikasi pengendalian malaria dilakukan di berbagai daerah. Upaya tersebut antara lain kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko, penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor Residual Spray), larvasida, surveillan penderita dan pengobatan yang tepat dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) serta pengobatan pencegahan pada ibu hamil. Upaya ini dilaksanakan dengan berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah seperti The
Global
Fund
to
Fight
AIDS,
Tuberculosis
and
Malaria(GFATM)(Badan Litbangkes, 2010). Global Fund pada tahun 2009 membagikan kelambu berinsektisida ke 16 provinsi. Penggunaan kelambu berinsektisida pada balita merupakan salah satu indikator malaria dalam MDGs. Cakupan kelambu di Indonesia merupakan 3 terendah di Negara SEARO(Laihad dkk., 2011). Pemakaian kelambu berinsektisida dilaporkan dapat menurunkan prevalensi malaria dan parasitemia pada balita di daerah endemis(Sharma et al., 2009). Efektivitas kelambu berinsektisida yang dipercaya dapat menurunkan prevalensi malaria dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci kelambu. Perilaku masyarakat ini dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan
22
dengan
budaya,
kultur
dan
suku/etnis
(faktor
predisposisi)(Notoatmodjo, 2003). Tiap jenis (merk) kelambu mungkin memiliki aturan mencuci yang berbeda. Kelambu berinsektisida yang beredar di pasaran adalah Permanet®(deltametrin), sipermetrin)
dan
Olyset®(permetrin),
Interceptor®(α-
NetProtect®(deltametrin).SumitomoChemical
Company, Jepang merekomendasikan bahwa Olyset® memerlukan perlakuan pemanasan (heat assisted regeneration)setelah pencucian, yaitu membungkus kelambu dengan kantung plastik dan menjemurnya di bawah terik matahari untuk meningkatkan kembali aktivitas biologik insektisida yang terkandung didalamnya (Sudarnika dkk., 2008). Kelambu berinsektisida dapat dipakai hingga 3-4 tahun (polyester) dan 4-5 tahun (polyethylene). Cara pemakaian dan pencucian kelambu yang tidak tepat dapat menurunkan kadar insektisida di dalamnya, selain kurang efektif dalam mengendalikan nyamuk vektor, juga dapat menimbulkan resistensi nyamuk terhadap jenis bahan aktif insektisida dalam kelambu. Blum (1974) menyatakan bahwa faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian malaria selain faktor perilaku adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kondisi yang berkaitan dengan keberadaan vektor yang menularkan malaria serta bagaimana perilakunya. Oleh karena itu perlu diketahui efektivitas pemakaian kelambu berinsektisida terhadap nyamuk vektor malaria.
1.2 Topik Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus malaria sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan meningkat setiap tahun. Program pengendalian dengan pembagian kelambu berinsektisida telah dilaksanakan oleh Dinkes setempat dengan bantuan GF. Akan tetapi efektivitaspenggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat di daerah endemis malariabelum diketahui. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida 23
(LLIN)dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan.” 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Menganalisis
perilaku
masyarakat
dalam
penggunaan
kelambu
berinsektisida (LLIN)? 2. Apakah kelambu berinsektisida (LLIN ) masih efektif setelah pemakaian oleh masyarakat? 3. Apakah terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat ?. 1.4 Pertimbangan Fokus Penelitian Mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan. 1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria 1.5.1.1.
Pengertian Malaria Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, menggigil, berkeringat, kelemahan, anemia dan hepatosplenomegali. (Rempengan, 2010). Malaria (berasal dari bahasa Italia: mala = buruk, aria = udara) adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu (Anopheles). Berbeda dengan nyamuk biasa (culex), nyamuk ini khususnya menyengat pada malam hari dengan posisi yang khas, yakni nagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 °. (Tan Hoan, 2007)
24
1.5.1.2.
Penyebab Malaria Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium, pada
manusia Plasmodium terdiri dari empat spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium Falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium terdapat di Indonesia, yaitu P.Falciparum yang menyebabkan malaria tropika, P.vivax yang menyebabkan malaria tertiana, P.malariae yang menyebabkan malaria quartana dan P. ovale yang menyebabkan malaria ovale. Seorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium yang dikenal sebagai infeksi campuran atau majemuk (mixed infection). Pada umumnya, paling banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. (Rampengan, 2010) Siklus hidup parasit malaria, untuk kelangsungan hidupnya, parasite malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan, yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk. a. 1)
Siklus Aseksual Dalam Tubuh Manusia Siklus di luar sel darah merah Siklus di luar sel darah merah atau eksoeritrositer ini berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium Vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosit. Hipnosit ini merupakan suatu fase dari siklus hidup parasite yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium Vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3-4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pegobatannya tidak dilakukan dengan baik.
2)
Siklus dalam sel darah merah Siklus hidup dalam sel darah merah/eritroser terbagi dalam : a)
Siklus sisigoni yang menimbulkan demam.
25
b)
Siklus gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi
sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kumat pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus di dalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur.
b.
Siklus Seksual Dalam Tubuh Nyamuk Siklus seksual ini biasa juga disebut siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya siklus ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara.
1.5.1.3.
Epidemiologi Malaria Epidemiologi malaria mempelajari penyebaran penyakit malaria dan faktor-faktor malaria, ditemukan pada 64 ° LU dan 32 ° LS, dari daerah rendah 400 meter dibawah permukaan laut dan 2.600 meter diatas permukaan laut. Dalam epidemiologi selalu ada tiga faktor yang perlu diselidiki yaitu Host (umumnya manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment (lingkungan). Manusia disebut sebagai host intermediate dimana siklus aseksual parasit malaria terjadi dan nyamuk malaria disebut host definitive dimana siklus seksual parasit malaria berlagsung.
a.
Host (pejamu)
1). Manusia (Host intermediate) Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh Agent atau penyakit dan merupakan tempat berkembangbiaknya Agent ( parasit Plasmodium). Bagi Host (pejamu) ada beberapa faktor intrinsic yang dapat mempengaruhi kerentanan Host terhadap Agent. Faktor-faktor tersebut antara lain : usia, jenis kelamin, ras, social ekonomi, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan (hereditas) dan status gizi.
26
2). Nyamuk (Host definitive) Nyamuk anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan spesiesnya. Berdasarkan kebiasaan menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokan sebagai berikut : -
Endofil : Suka tinggal dirumah
-
Eksofil : Suka tinggal diluar rumah
-
Endofogi
: Mengigit di dalam rumah / bangunan
-
Eksofogi
: Mengigit di luar rumah / bangunan
-
Zoofili : Suka mengigit binatang
Jarak terbang nyamuk anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2 – 3 Km dari tempat perindukan. Bila ada angin yang kuat, nyamuk anopheles bisa terbawa sampai 30 Km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan penyakit malaria ke daerah non endemis. b.
Agent (Penyebab penyakit) Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup atau tidak hidup dimana dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa.
c.
Environment 1)
Lingkungan Fisik
a) Suhu Makin tinggi suhu udara semakin pendek masa inkubasi intrinsic, dan sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi intrinsic dan akan mati pada suhu kurang dari 15 ºC, dimana pengaruh suhu berbeda bagi setiap species. b)
Kelembaban Kelembapan yang rendah memperpendek umur nyamuk serta
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasan menggit, serta istirahat dari nyamuk. c)
Hujan 27
Terdapat hubungan antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung jenis hujan, derasnya hujan serta jenis tempat perindukan dari nyamuk.
d)
Angin Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan matahari terbenam
yang merupakan saat terbangnya nyamuk dalam rumah dan keluar rumah, adalah salah satu factor yang menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. e)
Sinar matahari Pengaruh sinar matahari pada perubahan larva nyamuk berbeda-
beda misalnya anopheles hycarnus lebih senang tempat terbuka. 2)
Lingkungan kimiawi Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan, sebagai contoh anopheles sundaicus tumbuh dan berkembang dan baik pada air payau dengan kadar garam berkisar antara 12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas.
3)
Lingkungan Biologis Tumbuhan bakau, lumut ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gambusia, ikan mujair, akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah, selain itu adanya ternak besar seperti sapid an kerbau dapat mengurangi gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang ternak tersebut diletakan di luar rumah.
4)
Lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial kadang-kadang besar sekali pengaruhnya disbanding dengan faktor lingkungan yang lain, seperti adanya kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam.
1.5.1.4.
Manifestasi Klinis Penyakit Malaria Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium mempunyai gejala utama demam. Diduga terjadinya demam berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Akhir-akhir ini demam 28
dihubungkan dengan pengaruh GPI ( glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin dan atau toksin lain. Pada beberapa penderita demam tidak terjadi seperti di daerah hiperendemik, banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik malaria ialah demam periodik , anemia dan splenomegali. Berat ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi sebagai berikut : 1.
Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/vivaks dengan demam tiap hari ke- 3. 2.
Plasmodium falciparum, menimbulkan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika / falciparum dengan demam tiap 24-48 jam. 3.
Plasmodium malariae, jarang dan dapat menimbulkan banyak komplikasi
dan memnyebabkan malaria quartana / malariae dengan demam tiap hari ke empat. 4.
Plasmodium ovale, dijumpai di daerah afrika dan pasifik barat. Di
Indonesia dijumpai di Irian dan Nusa tenggara, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale. 5.
Plasmodium knowlesi, dilaporkan pertama kali pada tahun 2004, di
daerah Serawak, Malaysia, juga ditemukan di Singapore, Thailand, Myanmar serta Filipina. Bentuk plasmodium menyerupai Plasmodium malariae sehingga sering dilaporkan sebagai malaria malariae. 1.5.1.5. Manifestasi umum malaria a. Masa inkubasi Masa inkubasi bervariasi pada setiap plasmodium. Plasmodium vivax sub-spesies Plasmodium vivax multinucleatum (Cheson Strain), sering dijumpai di Cina tengah, mempunyai masa inkubasi yang lebih panjang, 312323 hari dan sering relaps setelah infeksi primer. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek daripada infeksi sporozoit. Suntikan subkutan memberikan masa inkubasi lebih panjang dibandingkan intra-muskular dan masa inkubasi pada suntikan intravena paling pendek. Pada strain di daerah dingin inkubasi lebih panjang. Inkubasi terpendek pernah dilaporkan di Afrika, yaitu tiga hari. 29
b.
Keluhan-keluhan prodromal Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam. Keluhan antara lain lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung), nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, perut tak enak , diare ringan dan kadangkadang merasa dingin dipunggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale, sedangkan pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
c.
Gejala-gejala umum Gejala klasik berupa “ Trias Malaria “ (Malaria paroxysm) secara berurutan.
1)
Periode dingin Mulai mengigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2)
Periode Panas Muka mereh, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas tubuh tetap tinggi, sampai 4
C atau lebih, penederita membuka selimutn a, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retro – orbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), dapat delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. 3)
Periode berkeringat Penderita berkeringat, mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatu turun, penedrita merasa kelelahan dan sering tertidur. Jika penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. (Harijanto, 2010)
1.5.1.6. Cara penularan Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk betina Anhopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anhopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat 30
juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual melalui transfusi darah, suntikan atau melalui plasenta. Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu cara alamiah dan bukan alamiah. a.
Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk anopheles. Nyamuk mengigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularka ke orang lain.
b.
Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu : 1)
Malaria bawaan (congenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta , penularan terjadi melalui tali pusat.
2)
Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerluka siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.
3)
Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.
1.5.1.7. Diagnosa Malaria Diagnosa malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium (mikroskopis, tes diagnosis cepat) dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit dalam sediaan darah secara mikroskopik. Pada daerah yang tidak tersedia fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis tanpa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis (Depkes RI, 2003). 31
Pemeriksaan
sediaan
darah
(SD)
tebal
dan
tipis
di
Puskesmas/Lapangan/Rumah sakit untuk menentukan : 1.
Ada tidaknya parasit malaria (Positif/negatif)
2.
Spesies dan stadium plasmodium
3.
Kepadatan parasit malaria
Pada pemeriksaan sediaan darah untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu : 1.
Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut. 2.
Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-
turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan (Depkes RI, 2003). Mekanisme kerja tes diagnostik berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metode imunikromatografi, dalam bentuk dipstik. Tes ini digunakan sebagai alternatif pemeriksaan mikroskopik malaria. Tes tersebut digunakan untuk skrining tersangka penderita malaria berat di unit gawat darurat, kejadian luar biasa, daerah terpencil dan pada waktu dilakukan dinamika penularan untuk memperoleh hasil yang cepat. Disamping itu pemeriksaan dengan mikroskopik tetap harus dilakukan untuk penilaian tindak lanjut pengobatan (follow up). 1.5.1.8. Pengobatan Malaria Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pengobatan pencegahan jika obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif jika diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi, terdiri dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi atau penularan jika obat digunakan terhadap gametosit dalam darah. Sedangkan dalam program pemberantasan malaria (menurut tujuan) dikenal 3 cara pengobatan yaitu pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran, pengobatan radikakal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang, dan pengobatan massal yang digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur. Saat ini pengobatan massal hanya diberikan saat terjadi wabah. 32
Malaria tanpa komplikasi Malaria tanpa komplikasi dapat diberikan obat anti malaria dengan rawat jalan. Berdasarkan hasil penelitian, resistensi malaria vivaks terhadap klorokuin ditemukan sangat tinggi di berbagai daerah di Indonesia sehingga Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pengobatan malaria vivaks sama dengan malaria falciparum, yaitu dengan menggunakan kombinasi anti malaria yang mengandung derivat artemisinin (Artemisinin based combination therapy-ACT). Untuk daerah yang sudah ada resistensi terhadap obat malaria yang biasa digunakan, saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi anti malaria terutama yang mengandung artemisinin. Obat-obat anti malaria kombinasi yang direkomendasikan oleh WHO, antara lain: a.
Artemeter/lumefantrin (Co-artem)diberikan dengan dosis artemeter 2 mg/kg BB 2 kali sehari selama 3 haridan lumefantrin 12 mg/kg BB 2 kali sehari selama 3 hari. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet kombinasi 20 mg artemeter + 120 mg lumefantrin.
b.
Artesunat + amodikuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan amodikuin dosis standar 25 mg basa/kg BB selama 3 hari. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50mg/tablet dan amodikuin basa 153 mg/tablet.
c.
Artesunat + meflokuin, dengan dosis artesunat 4mg/kg BB/hari selama 3 hari dan meflokuin basa 15-25 mg/kg BB dosis tunggal atau dibagi dalam dosis 2 – 3 kali.
d.
Artesunat + sulfadoksin – pirimetamin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan sulfadoksin – perimetamin 25 mg/kg BB dosis tunggal.
e.
Dihidroartemisinin + piperakuin, dengan dosis dehidroartemisinin 6,4 mg/kg BB dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.
f.
Artesunat + klorokuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan klorokuin basa dosis standar 25 mg/kg BB selama 3 hari.
g.
Artesunat + atovokuon – proguanil (Malaron) tablet film coated untuk anak dosis dari artesunat 4 mg/kg BB/hari dan 62,5 mg atovakuon dan 25 mg proguanil.
33
h.
Artesunat + kloproguanil – dapson (Lapdop), dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan kloroproguanil – dapson.
i.
Artemisinin + piperakuin, dengan dosis artemisisnin 20 mg/kg BB 2 kali sehari pada hari pertama, selanjutnya 1 kali sehari pada hari kedua dan ketiga, dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.
j.
Artesunat + pironaridin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan pironaridin.
k.
Naftokuin
+
dehidroartemisinin,
terdiri
dari
nafttokuin
dan
dihidroartemisinin 6,4 mg/kg BB selama 3 hari. Untuk daerah yang belum ada resistensi terhadap obat malaria yang biasa digunakan atau obat-obat tersebut di atas belum tersedia, pengobatan malaria adalah: a.
Klorokuin dosis standar (25 mg basa/kg BB) untuk 3 hari dan sulfadoksin pirimetamin dosis tunggal (25 mg/1,25 mg/kg BB).
b.
Sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal dan kina (10 mg garam/kg BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.
c.
Amodikuin dosis standar (25 mg/kg BB untuk 3 hari) dan sulfadoksin dosis tunggal.
d.
Kombinasi klorokuin dosis standar dan primakuin dosis harian tunggal 0,75 mg basa/kg BB tunggal untuk malaria falciparum atau 0,25 mg basa/kg BB/hari selama 14 hari.
e.
Klorokuin dosis standar dan doksisiklin (2 mg/kg BB/dosis) 2 kali sehari selama 7 hari.
f.
Kina (10 mg garam/kg BB/ dosis) 3 kali sehari selama 7 hari dan dosisiklin (2 mg/kg BB/dosis) 2 kali sehari selama 7 hari.
g.
Kina (10 mg gram/kg BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.
34
1.5.1.9. Pencegahan Malaria Adapun beberapa upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakita yang meliputi : a.
Penggunaan Kelambu Penggunaan kelambu merupakan salah satu cara menghindari kontak gigitan nyamuk. Dengan adanya penggunaan kelambu pada waktu tidur host akan terlindungi dari gigitan nyamuk.
b. Penggunaan Kawat Kasa Rumah-rumah dilindungi dengan menggunakan kawat kasa pada lubang-lubang angin. Hal ini dilakukan untuk mencegah nyamuk tidak dapat masuk sama sekali ke dalam rumah. c.
Pemakaian Obat Anti Nyamuk Pemakaian residu insektisida seperti DDT, benzene hexachloride dengan formula dan dosis yang tepat yang disemprotkan di dinding bagian rumah tinggal dan pada perrmukaan lain dimana vektor Anopheles sering hinggap. Hal ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa.
d. Pengaturan Pakaian Pengaturan atau penyimpanan pakaian adalah salah satu cara keluarga untuk menghindari bertumpuknya pakaian yang ada di dalam rumah. Kebiasaan mengatur atau menyimpan pakaian pada tempatnya atau tidak disembarang tempat merupakan cara untuk mengindari dari nyamuk dewasa yang mempunyai kebiasaan mencari tempat peristirahatan sementara menunggu proses perkembangan telur.
35
1.5.2.
Tinjauan Umum Tentang Kelambu Insektisida Salah satu tindakan protektif terhadap nyamuk malaria yaitu dengan menggunakan kelambu tidur dengan atau tanpa insektisida pada saat tidur malam. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dulu kala. Sesuai persyaratan bahwa kelambu yang baik memiliki jumlah lubang per sentimeter antara 6 – 8 dengan diameter 1,2 – 1,5 mm. Ada dua jenis kelambu yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu kelambu yang tidak menggunakan insektisida dan kelambu yang dicelup dengan insektisida. (Lamaka dalam Izhar, 2010)
1. Jenis Kelambu Menurut WHO (2007) , saat ini ada dua jenis kelambu berinsektisida, yaitu (Depkes RI, 2009) : a.
Kelambu Berinsektisida Tahan Lama (KBTL) atau Longlasting Insectisidal Nets adalah kelambu berinsektisida proses insektisida pada bahan kelambu dilakukan dipabrik, melalui pencampuran pada serat benang (fiber) atau pelapisan pada semi benang, atau pada kelambu yang sudah jadi dicelup dengan bahan pencelup insektisida tahan lama. Ketiga macam kelambu berinsektisida tersebut melalui uji standar WHO secara laboratorium masih efektif setelah dicuci minimal 20 kali, dan uji lapangan efektifitasnya minimal 3 tahun tanpa pencelupan ulang dengan insektisida. Bahan pencelupan insektisida tahan lama (long lasting insekticidal treatment kits) adalah satu paket bahan rang terdiri dari insektisida dan bahan perekat yang dapat digunakan untuk mencelup kelambu biasa menjadi kelambu berinsektisida tahan lama (KBTL).
36
b. Kelambu Berinsektisida Celup Ulang (KBCU) atau insecticide Treated Nets (ITN) adalah kelabu biasa (tidak berinsektisida) yang dicelup dengan insektisida sehingga efektif selama 6-12 bulan dengan pencucian kelambu setiap 6 bulan. Agar tetap efektif terhadap vektor, kelambu tersebut setelah dicuci harus dicelup ulang insektisida 6-12 bulan (tergantung jenis insektisidanya). Agar kelambu berinsektisida celup ulang yang digunakan berkualitas dan aman bagi penduduk yang memakai, maka disarankan memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut : 1) Ukuran kelambu Kelambu untuk keluarga (suami, isteri, dan 1 anak umur kurang dari 2 tahun).
Panjang
: 180 – 200 cm
Lebar
: 160 – 180 cm
Tinggi
: 150 – 180 cm
Kelambu untuk individu (misalnya TNI/Polri)
Panjang
: 180 – 200 cm
Lebar
: 79 – 80 cm
Tinggi
2)
Jenis bahan kelambu yang ada adalah katun, nilon, polyester dan
: 150 – 180 cm
polyethylene. 3) Jumlah lubang (mesh) dihitung dengan 2 cara : a.
Dihitung jumlah lubang per inchi persegi (squere inch), minimal
terdapat 156 lubang dengan ukuran luas 1,2 – 2,0 min per lubang.
37
b.
Dihitung jumlah lubang secara diagonal pada kelambu seluas i inchi
persegi, terdapat 25 – 26 lubang pada garis diagonal dan salah satu garis datar, dengan menghitung dua kali terhadap lubang pada titik sudutnya. 4)
Untuk kelambu biasa yang dijual di pasaran, ukuran, denier, jumlah
lubang, seperti pada KBTL. 5) Kelengkapan, mempunyai tali untuk menggantung pada ke empat sudut (Depkes RI, 2009). 2. Cara Pemakaian Agar kelambu berinsektisida dapat efektif mencegah gigitan nyamuk, maka dalam pemakaian kelambu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a)
Kelambu berinsektisida yang baru saja dikeluarkan dari bungkus
plastiknya, sebelum dipakai sebaiknya diangin-anginkan dahulu ditempat yang teduh dengan cara menggantungkan kelambu tersebut pada tali sampai baunya hilang (selama sehari semalam). b)
Kelambu dipasang dengan mengikatkan ke empat tali kelambu pada
tiang tempat tidur atau pada paku di dinding. Pada saat tidur dalam kelambu, seluruh ujung bawah kelambu dimasukkan (dilipat) dibawah kasur atau tikar/matraks sehingga tidak ada kemungkinan nyamuk masuk ke dalam kelambu. c)
Kelambu digunakan waktu tidur setiap malam sepanjang tahun, tidak
hanya pada saat nyamuk mengganggu atau dianggap tidak ada nyamuk. d) Kelambu dirawat dengan baik agar tidak cepat robek, maka pada siang hari kelambu diikat/digulung.
38
e) Jika kelambu berinsektisida sudah tidak efektif lagi, baik KBTL (setelah 3 tahun) atau KBCU (setelah 6-12 bulan) hubungi petugas puskesmas atau kader setempat yang sudah terlatih, untuk dilakukan pencelupan ulang. f) Jangan merokok atau menyalakan api di dalam atau dekat dengan kelambu, karena kelambu mudah terbakar (Depkes RI, 2009).
39
1.6 1.6.1
TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan Penelitian
1.6.1.1 Tujuan Umum: Mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan. 1.6.1.2 Tujuan Khusus: 1.
Mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat.
2.
Melakukan bioassay test kelambu berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian oleh masyarakat.
3.
Menghitung jumlah kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dengan Mass Blood Survey (MBS).
1.6.2
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Memberi masukan kepada pengelola program pengendalian vektor malaria tentang efektivitas distribusi kelambu berinsektisida (LLIN).
2.
Penelitian efektivitas kelambu berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian masyarakat sangat mendukung penelitian resistensi nyamuk vektor malaria di Indonesia.
40
2
METODE
2.1 Kerangka Teori Secara epidemiologis, kejadian malaria ditentukan oleh adanya interaksi antaraagen-pejamu-lingkungan yaitu adanya nyamuk yang menjadi vector malaria, adanya manusia yang rentan terhadap infeksi malaria serta keadaan lingkungan yang mendukung berkembang biaknya vektor, keadaan iklim terutama suhu dan curah hujan dan kontak antara manusia dan vektor. Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap agent
malaria
diantaranya
factor
usia,
jenis
kelamin,
ras,
social
ekonomi,status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi dan imunitas. Faktor risiko tersebut penting diketahui karena akan mempengaruhi risiko terpapar oleh sumber penyakit malaria (3). Menurut
(8)
perilaku secara bersamadipengaruhi oleh faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai berikut: 1) Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita sakit,yaitu pengetahuan sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor predisposisi berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. 2) Faktor pendukung/pemungkin adalah kondisi yang memungkinkan penderita malaria atau keluarganya memanfaatkan fasilitas kesehatan, yang
mencakup status ekonomi keluarga dan akses terhadap sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Dalam (8,dikatakan bahwa factor pendukung ini termasuk juga aspek lingkungan fisik. 3) Faktor
pendorong,
merupakan
faktor yang mendorong
atau
memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau tokoh yang merupakan kelompok panutan dari perilaku masyarakat.
41
2.2
Kerangka Konsep
Pembagian kelambu berinsektisida (LLIN)
Gambar
2.3.
Bioassay test LLIN
Perilaku masyarakat dalam penggunaan LLIN
Kasus malaria
1. Kerangka konsep “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah endemis malariadi Indonesia”
Hipotesis Penelitian 1. Di duga ada penurunan hasil bioassay test kelambu sehubungan dengan
perilaku
penggunaan
kelambu
berinsektisida
(waktu
pemakaian, jumlah dan cara pencucian oleh masyarakat). 2. Di duga ada penurunan jumlah kasus malaria sebagai pelaksanaan program pengendalian dengan aplikasi dan distribusi kelambu berinsektisida LLIN.
2.3
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mentewe daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, selama 9 bulan dari bulan Maret s/d November 2016. Lokasi penelitian direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu dan lokasi dapat dijangkau oleh peneliti.9
42
2.4
Jenis Penelitian dan desain Jenis penelitian adalah kuantitatif dan quasi eksperimen dengan pendekatan deskriptif, untuk menerapkan ilmu dasar yang menghasilkan teknologi kesehatan terkait bidang epidemiologi dan observasi di lapangan serta laboratorium. Sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dilakukan uji statistik.10
2.5
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ádalah analitik dengan pendekatan desain potong lintang (cross sectional) yaitu rancangan untuk mempelajari etiologi suatu penyakit dengan melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat di ukur sekaligus pada waktu yang sama pada saat observasi.10
2.6 2.6.1
Populasi dan Sampel Populasi Populasi Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang mendapatkan pembagian kelambu berinsektisida oleh Dinkes Kabupaten di wilayah endemis malaria dan nyamuk Anopheles di Propinsi Kalimantan Selatan
2.6.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang mendapat pembagian kelambu berinsektisida oleh Dinkes Kabupaten endemis malaria, mewakili sebagai kasus dan control sebanyak 100 responden.
2.7
Estimasi Besar Sampel Besar sampel minimal diestimasi dengan menggunakan rumus Lemeshow, et al. (1990) dan Murti (2006). Rumus ini digunakan karena ukuran populasi tidak diketahui dan ditentukan berdasarkan proporsi.
43
n
⁄
Keterangan : n
= jumlah sampel ⁄
= statistik Z, dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 5%, sehingga Z=1,96
p
= perkiraan proporsi (prevalensi)= 0,5
q
= 1-p = 0,5
d
= delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi = 10%
Hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel minimal adalah 100 responden. Pengambilan sampel akan ditambahkan 10 %.
2.8
Cara Penarikan Sampel Cara pemilihan sampel didasarkan pada kriteria tersebut di bawah ini, yaitu: Kriteria inklusi adalah penduduk, berumur 15-50 tahun, tidak sedang hamil/menyusui, bersedia berpartisipasi dalam persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar dapat diikutsertakan dalam penelitian, sehingga termasuk dalam kriteria pemilihan. Alasan mengambil sampel 15-50 tahun, karna umur 15 tahun bisa berpartisipasi dalam menjawab kuisioner yg disediakan dalam penelitian ini. Eksklusi (kriteria penolakan) adalah bila sampel terpilih tidak bersedia diambil darahnya, atau menolak diwawancarai . Teknik dalam penngambilan sampel ini adalah non random sampling dengan menggunakan proposive sampling artinya, didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.7
44
2.9
Variabel Variabel bebas penelitian adalah perilaku penggunaan kelambu berinsektisida termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat. Variabel terikat penelitian adalah hasil bioassay test kelambu, jumlah kasus malaria. Dari semua variabel ini dituangkan dalam
kuesioner kuantitatif.
Analisis data hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Kemudian dilanjutkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis ini digunakan uji kai- kuadrat (chi- square) dengan derajat kepercayaan 95%. Bila P value <0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan), dan bila nilai P value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna.11
2.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Cara kerja penelitian : 1.
Pengambilan sampel kelambu berinsektisida (LLIN) dari masyarakat
2.
Masyarakat diberi kelambu berinsektisida (LLIN) baru sebagai ganti dari kelambu milik mereka yang diambil sebagai sampel. Penggantian kelambu memperhatikan : -
Macam kelambu berinsektisida (merk dagang) dan bahan aktif insektisida.
3.
Ukuran kelambu (panjang x lebar x tinggi).
Pengambilan data perilaku penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat. Data diambil dengan instrumencheck list dan kuesioner. -
Data dari
Petugas Puskesmas (sehubungan dengan program
distribusi kelambu berinsektisida) -
Data dari masyarakat (sehubungan dengan pemakaian LLIN) dan
penggunaan insektisida di rumah (insektisida rumah tangga) dan di lahan pertanian (khususnya bahan aktif yang digunakan pada produk tersebut). Data dari masyarakat juga meliputi : 45
a.
Jumlah kelambu yang dibagikan setiap keluarga
b.
Lama penggunaan kelambu oleh keluarga
c.
Berapa kali pencucian selama penggunaan kelambu
d.
Cara pencucian dan sabun yang digunakan (formula dan merk dagang)
e.
Penggunaan (setiap malam digunakan atau tidak)
f.
Anggota keluarga yang menggunakan kelambu ketika tidur.
g.
Penerimaan serta kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang dibagikan
8.5. 1)
Bahan dan Prosedur Kerja Uji bioassay Uji dilakukan untuk mengukur efektivitas sampel kelambu berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian oleh masyarakat.Uji bioassay digunakan metode WHO (1995), menggunakan nyamuk vektor malaria strain laboratorium. Alat dan bahan yang digunakan adalah kelambu dari masyarakat (sampel), kapas, hygrometer, thermometer, aspirator lengkung, cone(kerucut plastik) dan gelas kertas. Cara kerja: a. Pengambilan nyamuk koloni strain laboratorium dengan kondisi abdomen unfed. b. Dipasang kelambu yang akan diuji. a. Cone(kerucut plastik) dipasang 3 buah tiap permukaan kelambu perlakuan dan kontrol b. Timer disiapkan. c. Nyamuk dimasukkan ke dalam cone 5 ekor/cone, setiap cone dipaparkan 15 nyamuk. Nyamuk dibiarkan terpapar pada kelambu selama 3 menit. d. Nyamuk hasil uji dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas, simpan/pelihara selama 24 jam di laboratorium. Selama pengujian diukur kelembaban dan temperatur. e. Kematian nyamuk dihitung setelah diholding 24 jam 46
f. Residu insektisida dikatakan efektif bila kematian nyamuk > 70% g. Jika kematian nyamuk pada kontrol : - < 5%
:
penelitian dapat dilanjutkan
- 5-20 %
:
dikoreksi dengan Formula Abbot
Formula Abbot:
Keterangan: X
: Persentase nyamuk mati setelah dikoreksi
a
: Persentase nyamuk mati pada perlakuan
b
: Persentase nyamuk mati pada kontrol
-
> 20% :
penelitian
gagal
(harus
diulang).
2) Data perilaku nyamuk potensial vektor malaria A. Pengumpulan data lingkungan fisik Suhu, kelembaban, curah hujan dan intensitas cahaya diukur dengan alat ukur termometer, hygrometer, psychrometer dan luxmeter. B. Survei larva nyamuk vektor potensi malaria Survei dilakukan di daerah penelitian. Semua genangan air yang berpotensi sebagai habitat larva Anopheles (nyamuk vektor potensi malaria) disurvei dengan menciduk airnya sebanyak 10 kali cidukan. Larva tertangkap dimasukkan ke botol dan diberi label. Larva direaring hingga menjadi nyamuk dewasa dan diidentifikasi spesiesnya. C. Survei nyamuk dewasa Dilakukan survei untuk mengumpulkan data kepadatan nyamuk dewasa. Penangkapan nyamuk dilakukan di rumah penduduk yang memenuhi syarat untuk pengamatan perilaku nyamuk dewasa, yaitu dekat dengan kandang dan habitat larva. Dipilih 3 sampel rumah secara purposive. a.
Penangkapan nyamuk di dalam dan luar rumah pada malam hari Penangkapan dilakukan pada jam 18.00–06.00 terhadap nyamuk hinggap dan menggigit orang di dalam rumah (landing indoor) 47
dan luar rumah (landing outdoor).Tiap sampel rumah dilakukan penangkapan oleh dua orang (1 orang di dalam dan 1 orang di luar rumah). Penangkapan dengan umpan badan dilakukan selama 40 menit per jam. b.
Penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah dan sekitar kandang pada malam hari Penangkapan dilakukan pada pukul 18.00-06.00. Tiap sampel rumah dilakukan penangkapan nyamuk istirahat oleh 2 orang (1 orang di dalam rumah dan 1 orang di sekitar kandang kerbau atau sapi). Penangkapan dilakukan 10 menit per jam.
c.
Penangkapan nyamuk istirahat di pagi hari Penangkapan dilakukan pada pukul 06.00-08.00. Penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah atau bangunan lain, dilakukan oleh 2 orang.Tiap orang
melakukan penangkapan nyamuk di
dalam 8 buah rumah selama 15 menit. Penangkapan nyamuk istirahat di habitat aslinya
dilakukan
2 orang
petugas.
Penangkapan dilakukan pada rerumputan/ vegetasi, tebing sungai, saluran irigasi, selokan dan lain-lain. Penangkapan nyamuk istirahat di dalam atau di sekitar kandang ternak, dilakukan oleh 1 orang penangkap nyamuk. Penangkapan dilakukan di beberapa kandang di daerah penelitian, selama 15 menit/kandang. Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi spesiesnya.
3)
Cara kerja uji ELISA untuk penentuan sporozoit Plasmodium a).
Nyamuk
tertangkap
dimasukkan
vial,
dipisahkan
berdasarkan tempat, waktu penangkapan dan spesies (diberi kode). b).
Uji ELISA sporozoit hanya menggunakan kepala dan thoraks.
c).
Kepala dan thoraks nyamuk digrinder(dihaluskan).
d).
Dihomogenkan5 ml PBS dengan : (1).
20 l Mab capture (untuk Plasmodium falcifarum) atau 48
5 l Mab capture (untuk Plasmodium vivax)
(2). e).
Homogen PBS dimasukkan dengan capture ke microplate @ 50 l
f).
Microplate ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama 30 menit
g).
Sisa capture yang ada di microplate dibuang
h).
Blocking buffer ditambahkan ke dalam microplate @ 200 l
i).
Tutup plate dengan aluminium foil dan diamkan selama 1 jam
j).
Buang sisa BB dari microplate
k).
Masukkan sampel nyamuk ke dalam microplate @ 50 l
l).
Positif kontrol dimasukkan ke dalam sumuran A1. Negatif control dimasukkan ke dalam sumuran B1 sampai H1 dan sumuran yang tersisa diberi sampel
m). Tutup microplate dengan aluminium foil dan diamkan selama 2 jam n).
Buang sisa larutan dari plate, cuci 3x dengan Plate Washer
o).
Tambahkan Mab peroxidase (untuk P. falcifarum ataupun P. vivax) ke dalam sumuran plate @ 50 l
p).
Tutup microplate dengan aluminium foil dan diamkan selama 1 jam
q).
Buang sisa larutan dari microplate, cuci 3x dengan Plate Washer
r).
Tambahkan larutan substrat ke dalam sumuran microplate @ 100 l
s).
Tutup microplate dengan aluminium foil, diamkan selama 30-60 menit.
t). 4)
Baca hasilnya dengan plate reader
Mass Blood Survey (MBS)pada masyarakat Dilakukan untuk mengetahui jumlah kasus malaria (penduduk yang darahnya positif mengandung Plasmodium). Pada MBS dibuat sediaan darah tebal dan tipis serta 49
pengecatan giemsa. Apabila hasil pemeriksaan positif, dilihat macam spesies dan stadium dari Plasmodium tersebut. Sebagai data sekunder diperlukan juga data dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Cara kerja (Dirjen P2M & PLP, 1999): A. Pembuatan sediaan darah Pembuatan SD ini harus dilakukan secara berurutan agar didapatkan hasil SD yang memenuhi syarat-syarat teknis : a.
Jari manis/tengah tangan kiri pasien dipegang dan dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% sampai bersih
b.
Ujung jari agak di pinggir (kulit lebih tipis) ditusuk dengan
cepat
dan
perlu
diperhatikan
cara
mengurangi rasa sakit dan takut.Pada bayi umur 6 – 12 bulan, bagian yang akan ditusuk adalah ujung jempol kaki dan bayi yang kurang dari 6 bulan sebaiknya bagian yang ditusuk adalah tumit kakinya. c.
Tetes darah pertama yang masih di ujung jari dilap dengan kapas kering untuk menghilangkan sel darah pembeku (trombosit) terdapat pada SD dan agar SD terbebas dari alkohol.
d.
Ujung jari ditekan sampai tetesan darah kedua yang agak besar keluar. Kaca sediaan dari bungkus yang sudah dirobek diambil. Darah ditempelkan pada permukaan bawah kaca sediaan. Kaca Sediaan tidak digosok-gosokkan pada kulit, sebab sel darah putih dapat pecah dan granula-granulanya menyebar pada SD.
e.
Darah (2 – 3 tetes)ditempelkan pada kaca sediaan sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
50
f.
Kaca sediaan yang sudah berisi darah diletakkan di atas meja dan jari pasien dibersihkan dengan kapas kering.
g.
SD dapat segera dibuat sebelum darah menggumpal :
-
Dengan ujung Kaca Sediaan lain, 2 –3 tetes darah itu diputar perlahan-lahan dan teratur mulai dari luar ke dalam sehingga menyatu merupakan bulatan dengan diameter 1 cm.
-
Darah pada ujung Kaca Sediaan harus dibersihkan agar tidak terjadi kontaminasi antar SD.
-
Kaca sediaan yang dipakai memutar pembuatan SD dapat dipakai untuk membuat SD lainnya.
-
Diameter 1 cm tidak mutlak, sebab tujuan utama adalah membuat ketebalan SD yang baik.
Jadi
lebar diameter tergantung pada volume darah yang terambil. h.
SD yang telah dibuat diletakkan di tempat yang datar sampai darah kering sempurna oleh udara dan dijaga dari gangguan debu dan lalat. Pengeringan dapat dipercepat dengan bantuan kipas angin atau lainnya.
B.
Pewarnaan sediaan darah
Pewarnaan dilakukan secara massal. a.
Peralatan
dan
bahan-bahan
yang
diperlukan
untuk
pewarnaan perlu dipersiapkan. b.
Jumlah SD yang akan diwarnai secara masal dihitung
c.
Menghitung kebutuhan volume (cc) larutan Giemsa 5 % yang harus dibuat dengan ketentuan 1 cc larutan untuk satu kaca sediaan (1 cc larutan dapat menutupi seluruh permukaan kaca sediaan).
d.
Kaca benda (slide) disusun satu persatu pada rak pewarnaan atau tempat yang datar dan darah harus berada di bagian 51
atas. Kaca benda satu dengan lainnya tidak bersentuhan, agar larutan giemsa tidak meleleh waktu dituangkan ke atas kaca benda. e.
Membuat
larutan
Giemsa
5
%
sebanyak
yang
dibutuhkan.dan dilarutkan sampai homogen. f.
Mencatat waktu dimulainya pewarnaan atau pasang timer.
g.
Meneteskan larutan Giemsa dengan pipet tetes pada SD satu persatu secara teratur, dimulai dari satu arah dan berakhir pada arah yang lain. Penetesan harus dilakukan cepat dan larutan Giemsa harus menutupi seluruh permukaan darah.
h.
Proses pewarnaan berlangsung selama 45 menit. Peralatan dan bahan-bahan pewarnaan yang tidak diperlukan lagi sudah dapat dibersihkan dan disimpan.
i.
Sesudah 45 menit, satu persatu SD itu dapat dibilas dengan cepat dimulai dari awal SD diwarnai.
j.
Bila pembilasan sudah bersih, tegakkan Kaca Sediaan yang ada SD nya itu di tempat yang bersih dan aman supaya kering.
k.
Bila semua SD sudah kering, SD dapat dibungkus supaya tidak tercemar debu selama menunggu pemeriksaan.
C.
Pemeriksaan parasit malaria Peralatan dan bahan yang digunakan adalah
a.
Mikroskop yang berfungsi baik Pemeriksaan SD malaria menggunakan lensa okuler dengan pembesaran 10x. Lensa obyektif yang digunakan dengan pembesaran 100x.
b.
buku untuk mencatat hasil pemeriksaan,
c.
SD yang telah diwarnai, siap untuk diperiksa,
d.
Oli imersi/immersion oil (cedar oil) atau anisol, digunakan untuk memperkuat fungsi lensa dalam memperjelas tampilan gambar di lapangan pandang (l.p).
52
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku para pekerja hutan terhadap malaria dan observasi lapangan (survey entomologi). Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan di lokasi hutan tempat mereka bekerja/menginap di camp/tenda terbuka, secara bergantian dan memerlukan waktu ± 10-15 menit per responden, kemudian setelah wawancara selesai dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah jari yaitu (menggunakan SDJ, SDJ, RDT, dan RDT saja) untuk memeriksa apakah positif malaria atau tidak. Untuk hasil pemeriksaan malaria akan diberitahu esok hari oleh tim. Jika pada saat pengumpulan data di lokasi hutan ada responden yang sedang
mengalami gejala panas/ menggigil
selama ± 3 hari, atau gejala malaria, maka langsung dilakukan pemeriksaan darah jari dengan menggunakan dipstick RDT dan jika positif malaria langsung dirujuk ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan sesuai standar WHO.8
(a). Pembuatan Sediaan Darah Pengambilan sampel darah dilakukan di lokasi hutan tempat mereka bekerja yaitu para pekerja ada yang menginap di lokasi hutan dan istirahat di tenda/camp yang terbuka dan ada juga yang tidak menginap di hutan oleh tim peneliti. Orang dewasa, darahnya diambil dari jari manis atau jari tengah, sebanyak ±4 tetes kemudian dibuat sediaan darah tebal ±3 tetes dan ±1 tetes untuk dibuat sediaan darah tipis. Darah diambil juga dengan menggunakan RDT. Apus darah tebal (± 10ul) dibuat untuk menentukan apakah plasmodium ada atau tidak (positif/negatif) dan mengidentifikasi spesiesnya, menghitung jumlah parasit per sejumlah leukosit (minimal per 200-500 leukosit). Sedangkan apus darah tipis untuk identifikasi/ konfirmasi spesies, bentuk eritrosit (ovalositosis, sickle sel, dll), dan hitung parasit per sejumlah sel darah merah (minimal per 1000 sel darah merah). Sebelum diambil darahnya dengan lancet, ujung jari responden 53
dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% dan dibiarkan kering sendiri. Kemudian lanset steril ditusukan kedalam jari tersebut sedalam 3 mm. Darah yang diambil adalah darah yang keluar dengan sendirinya untuk kedua kalinya, sedang tetes darah yang pertama dihapus dengan kapas kering. Tetesan darah pada ujung jari tersebut disentuhkan pada kaca obyek, disebelah kiri dan sebelah kanan. Kaca obyek tersebut telah diberi label nama, umur pasien dan tanggal pengambilan darah. Kemudian kaca obyek tersebut diletakkan diatas meja menghadap keatas. Selanjutnya kaca obyek yang lain, ditempelkan pada tetesan darah pada salah satu sisi kaca obyek (kanan/kiri), kemudian tetesan darah sebelah kiri dilebarkan berlawanan arah jarum jam sampai diameter 1 cm untuk apusan darah tebal, dan untuk tetesan darah sebelah kanan dibuat untuk apusan darah tipis.8 (b). Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah tepi oleh tenaga mikroskopis di laboratorium untuk mengetahui keberadaan parasit malaria dalam darah. Pemeriksaan ini menggunakan peralatan dan bahan seperti object glass, lancet steril, kapas, alkohol 70%, buffer tablet, giemsa 5%, minyak emersi dan compound microscop.8 -
Wawancara
dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner
pengetahuan, sikap dan perilaku para pekerja hutan terhadap kejadian malaria di daerah indemis malaria di wilayah kerja puskesmas terpilih di Kabupaten Tanah Bumbu. -
Observasi lingkungan hutan untuk melihat apakah terdapat tempat perindukan nyamuk, dengan cara pencidukan larva Anopheles dan gambaran rona lingkungan ekosistem nyamuk vektor dan data sekunder: Form data-data kasus malaria di puskesmas setempat.
-
Cara Pengumpulan Data : 1). Survai Darah Jari ( SDJ dan RDT). 2). Survei pengetahuan, sikap dan perilaku para pekerja hutan terhadap
kejadian
malaria
menggunakan kuesioner.
54
dengan
teknik
wawancara
3). Survei Entomologi (penangkapan nyamuk dewasa dan pencidukan larva) di lokasi pengambilan sampel. 2.11 Bahan dan Prosedur Kerja 2.11.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan pengambilan darah massal dan pewarnaan (slide preparat, box slide, vaksinostil/blood lancet, dipstick RDT, kapas, alkohol 70%, formulir pengambilan darah, giemsa, gelas ukur 10 cc dan 100 cc, pipet, tissue gulung, box pewarnaan dan Aquadest), compound microscope dan dissecting microscope. Alasan kegunaan dipstick, untuk memudahkan dalam identifikasi pemeriksaan malaria dalam keadaan darurat, karna hasilnya lebih cepat proses tidak rumit.8
2.11.2 Cara Kerja Persiapan Kegiatan : a) Analisis situasi kabupaten (persiapan pendahuluan) Dilakukan dengan mengumpulkan data kasus malaria yang tersedia pada tingkat kabupaten, meliputi data penemuan dan pengobatan penderita serta data pemberantasan vektor. Data dilihat berdasarkan masing-masing puskesmas untuk menentukan puskesmas dengan masalah malaria dan bukan masalah malaria. Kemudian dipilih puskesmas yang bermasalah di wilayah kabupaten ini.9 b) Analisis situasi puskesmas terpilih Dilakukan dengan mengumpulkan data kasus malaria.
Pelaksanaan Kegiatan : a) Survei darah jari Dilakukan untuk mengetahui adanya parasit malaria dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan SDJ dengan pemeriksaan mikroskopis dan dengan menggunakan RDT. b) Survei Entomologi dilakukan untuk melihat
hubungan vektor
dengan parasit malaria yaitu (penularan, pencegahan, dan sumber penularan), kegiatan antara lain: 55
Dilakukan penangkapan nyamuk sepanjang malam (all night collection) untuk melihat fauna nyamuk, khususnya vektor penyebab malaria di lokasi hutan (tenda/camp) tersebut, kepadatan nyamuk berdasarkan jumlah nyamuk yang tertangkap per orang per jam serta fluktuasi kepadatan nyamuk yang menggigit orang di dalam maupun di luar rumah per jam.8 Penangkapan nyamuk dilakukan di lokasi hutan tempat para pekerja beristirahat/bermalam (tenda/camp/pondok) dengan menggunakan cara landing collection technique. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dilakukan mulai pukul 18.00 sore s/d pukul 06.00 pagi yang dilakukan oleh 6 orang kader penangkap nyamuk (kolektor) di
tiga buah tenda/camp/pondok di lokasi
hutan, yang masing-masing tenda/camp di lakukan penangkapan nyamuk oleh dua penangkap, satu berada di luar tenda/ camp (UOL) dan satunya lagi berada di dalam tenda/camp/pondok (UOD). Setiap jam selama 45 menit dilakukan penangkapan nyamuk dan 15 menit di gunakan untuk menangkap nyamuk yang hinggap di dinding dalam tenda/camp (IDR) dan luar (ILR) tenda/camp, dengan menggunakan aspirator. Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi.8 Alasan menentukan kepadatan nyamuk, dihitung dengan MHD (man haur density) yaitu jumlah penangkap nyamuk di kali jumlah nyamuk per spesies di bagi jumlah jam penangkapan di kali 100%. Berdasarkan literature dari penelitian sebelumnya bahwa vector
malaria
Kabupaten
di
Tanah
Kalimantan Bumbu
Selatan
khususnya
adalah
Anopheles
Balabacensis. Hasil dari penangkapan nyamuk yang ditangkap diidentifikasi dan apabila spesies anopheles yang ditangkap paling banyak itu adalah anopheles 56
balabacensis, maka
kemungkinan besar nyamuk
anopheles sp tersebut masih di duga sebagai vector dan dilakukan pembedahan ovary/abdomen untuk melihat umur nyamuk dan pembedahan thorak/ kelenjar ludah untuk melihat sporozoid . Pencarian larva dilakukan pada siang hari di tempattempat perkembangbiakan berupa sungai, sawah, kolam, tambak dan mata air yang potensial di daerah penelitian untuk mengetahui habitat pradewasa. Larva diambil dengan menggunakan cidukan atau pipet, larva yang tertangkap dikumpulkan dalam botol. Untuk kepadatan larva dilakukan dengan cara pencidukan sesuai dengan standar WHO. Semua larva yang tertangkap dibawa ke laboratorium dan dikoloni.
2.12 Manajemen dan Analisis Data 2.12.1 Manajemen Data Data primer diolah dan ditabulasi secara statistik dengan bantuan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data Kasus : -
Analisa data dilakukan secara deskriptif
untuk memperoleh
gambaran distribusi kasus malaria -
Keadaan jumlah kasus, meningkat atau menurun, Slide Parasite Rate malaria.
2.12.2 Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis data hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti.10 2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis ini di 57
gunakan uji kai- kuadrat (chi- square) dengan derajat kepercayaan 95%. Bila P value < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) dan bila nilai P value >0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna.10
2.13 Definisi Operasional Variabel
Defenisi Operasional
Malaria
Penyakit infeksi yang di sebabkan oleh plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles betina Penyebab penyakit malaria tropika Penyebab Penyakit malaria tertiana Penyebab penyakit malaria quartana Tempat hidup dan berkembangbiaknya hospes dan tanaman air, kondisi sekitar tempat tinggal masyarakat yang potensial tertular filariasis penggunaan lahan berupa jenis tanaman keras dengan intensitas tutupan lahannya yang padat penggunaan lahan yang tergenang, berlumpur dan ditutupi oleh bebrapa jenis tanaman air Pengetahuan adalah pemahaman intelektual dengan fakta, kebenaran, dan prinsip yang diperoleh melalui penglihatan, pengalaman, dan
P.Falciparum P.Vivax P. malariae Lingkungan
Hutan
Sawah
Pengetahuan
58
Cara Pengumpulan Data Data unit Pelayanan Penelitian dan hasil penelitian terdahulu Survei darah jari
Skala/ Instrumen 1.Buku 2.Format 3.Pemeriksaan Darah Malaria 1.
Survei darah jari
2.
Survei darah jari
3.
Observasi Lingkungan
1. Format Survei Lapangan dan alat alat observasi lingkungan, dokumentasi
Survey lingkungan
Observasi lingkungan hutan
Survey lingkungan sawah
Observasi lingkungan
Analisis deskriptif hasil tingkat pengetahuan dikatagorikan sebagai berikut ; baik jika skor > 16 menjawab
Skala ordinal
laporan terhadap kecacingan, yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang kecacingan
benar; kurang baik jika skor < 15 menjawab benar. Dikatakan pengetahuan dan persepsi ttg malaria baik jika dapat mengetahui penyakit malaria dan persepsi ttg malaria baik , cara pengukuran adalah dengan wawancara mendalam dan kuisioner Cara pengukuran dengan wawancara pada responden. Untuk keperluan analisis deskriptif hasil tingkat sikap dikategorikan sebagai berikut : Baik jika skor >= 10 menjawab benar; kurang baik jika skor < 10 menjawab salah. Dengan pedoman jawaban:
Sikap
Sikap adalah perasaan disposisi, atau posisi, suka, tidak suka, setuju, tak setuju terhadap penyait kecacingan, yang terdiri dari 8 pertanyaan.
Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang yang mendukung terjadinya kecacingan, yang terdiri dari 15 pertanyan. Umur adalah usia dalam tahun yang disampaikan pada saat wawancara dan
Umur
59
Skala pengukuran nominal
Skala pengukuran nominal
Skala pengukuran rasio
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pekerja hutan
dicatat pada waktu sebelum pengambilan SD. Jnis kelamin pada seseorang baik wanita ataupun pria diukur dengan wawancara dn dicatat jenis kelamin pada waktu sebelum pengambilan SD Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan secara rutin dalam usaha mencari nafkah, yang diukur dengan wawancara dan dicatat pada waktu sebelum pengambilan SD. Pekerja hutan adalah pekerja yang bekerja di hutan secara tradisional (tidak direkrut oleh perusahaan) baik sebagai penebang kayu, penambang emas, penambang batubara dan penyadap karet secara rutin dalam usaha mencari nafkah yang diukur dengan wawancara dan dicatat pada waktu sebelum pengambilan SD. Para pekerja ini sebagian besar ada yang tidak menginap dan ada yang menginap di lokasi hutan dengan alasan efisiensi waktu atau karena jarak yang relatif jauh dari pemukiman, dan istirahat di tenda/camp yang terbuka dan berlangsung secara terus menerus selama kurang lebih 1 s/d 2 minggu di hutan dan pulang ke rumah kurang lebih 3 hari kemudian pergi lagi ke hutan untuk bekerja
60
Skala pengukuran nominal
Skala pengukuran nominal
Wawancara dengan kuisioner
Skala pengukuran nominal
3 3.1
HASIL Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 Km² (506.696 Ha) atau 13,50% dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76% dari luas Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Mentewe memiliki luas wilayah sebesar 1.011,21 Km² atau sekitar 20% dari luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten Tanah Bumbu berada di ketinggian 0 m dpl hingga lebih dari 1000 m dpl. Sekitar 41% berada pada ketinggian 25 – 100 m dpl. Kemiringan rata-rata antara 2 – 15%. Gambar 3.1-1 menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dekat dengan laut dan sebagian lainnya merupakan daerah pegunungan.
Gambar 3.1-1. Peta Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
Komposisi penduduk Kabupaten Tanah Bumbu (angka sementara) adalah 267.913 orang, yang terdiri atas 139.498 laki-laki dan 128.415 perempuan. Dari hasil SP 2010 diketahui penduduk terbanyak di 61
Kecamatan Simpang Empat, dengan jumlah penduduk 67.926 orang. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Kuranji, dengan jumlah penduduk 7.533 orang. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan atau rasio jenis kelamin (sex ratio) di Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebesar 109 persen. Dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu semuannya memilik rasio jenis kelamin diatas 100, dan rasio jenis kelamin tertinggi di Kecamatan Mantewe yaitu 112 persen. Sedangkan Kecamatan Kusan Hilir memiliki rasio jenis kelamin terendah yaitu 101,60 persen. Dari hasil SP 2010 diketahui laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu periode 2000-2010 adalah 3,74 persen per tahun. Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Satui yakni 6,81 persen sedangkan Kecamatan Mantewe laju pertumbuhan penduduknya terendah yakni sebesar 0,39 persen. Tabel 3.1-1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Lakilaki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Rasio Jenis Kelamin 102
Kepadatan Penduduk
Kusan Hilir
21.584
21.245
42.829
Sungai Loban
9.744
9.087
18.831
107
53
Satui
25.882
23.219
49.101
111
56
Angsana
8.579
7.783
16.362
110
108
Kusan Hulu
9.874
9.053
18.927
109
12
Kuranji
3.930
3.603
7.533
109
68
Batulicin
6.904
6.555
13.459
105
105
Karang Bintang
8.356
7.680
16.036
109
136
Simpang Empat
35.723
32.203
67.926
111
225
Mantewe
8.922
7.987
16.909
112
17
139.498
128.415
267.913
109
53
TANAH BUMBU
62
107
Gambar 3.1-2 Kepadatan Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan Tahun 2010
Gambar 3.1-3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan Tahun 2015
63
Rasio jenis kelamin penduduk Tanah Bumbu adalah sebesar 109, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 9 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Mantewe yakni sebesar 112 dan terkecil terdapat di Kecamatan Kusan Hilir yakni sebesar 102. Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan.
Gambar 3.1-4 Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode tahun 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu mencapai 3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu yang tinggi ini diduga terkait dengan perkembangan perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu yang semakin meningkat. Saat ini Tanah Bumbu dikenal sebagai daerah tujuan pekerja migrant. Jika dilihat laju pertumbuhan tiap kecamatan Untuk daerah perkotaan Satui, Batulicin dan Simpang Empat mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang tinggi pada periode 2000-2010 dimana LPP diatas 4%. Hal ini salah satunya disebabkan para pekerja tambang memilih tinggal di daerah perkotaan. 64
Gambar 3.1-5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode Tahun 20002010
65
3.2
Hasil Penilaian Efektifitas Penggunaan Kelambu Berinsektisida oleh Masyarakat
Uji Bio Esaay dilakukan untuk mengukur efektivitas sampel kelambu berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian oleh masyarakat.Uji bioassay digunakan metode WHO (1995), menggunakan nyamuk vektor malaria strain laboratorium. Residu insektisida dikatakan efektif bila kematian nyamuk > 70%, Jika kematian nyamuk pada kontrol : - < 5%
:
penelitian dapat dilanjutkan
- 5-20 %
:
dikoreksi dengan Formula Abbot
Formula Abbot:
Keterangan: X
: Persentase nyamuk mati setelah dikoreksi
a
: Persentase nyamuk mati pada perlakuan
b
: Persentase nyamuk mati pada kontrol
-
> 20% : penelitian gagal (harus diulang).
Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan uji Bio Esaay (WHO cone test) dengan metode kontak. Nyamuk yang dipakai untuk pengujian adalah nyamuk An. Aconitus koloni laboratorium, sampel kelambu yang mewakili untuk di uji sebanyak 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium. Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan test uji Bio Esaay yang diwakili oleh 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium.
66
3.3
Gambaran Aspek Parasitologi
Hasil Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk lokasi survei malaria diarahkan ke wilayah Kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe karena daerah tersebut merupakan daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu terutama di Desa Mentewe, maka perlu di adakan Active Case Finding dengan kegiatan Survei Darah Massal (MBS) dengan menggunakan Rapid Diagnosa Test (RDT) dan Slide Darah Jari secara Mikroskopis. Hasil survei malaria dari sampel di Desa Mentewe mayoritas mereka adalah para pekerja hutan baik sebagai penebang kayu, penambang emas, penambang batu bara musiman dan petani di wilayah kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe. Hasil MBS yang diperiksa dengan RDT dan slide di Desa sebanyak 100 sampel, didapatkan positif malaria sebanyak 7 sampel dengan jenis plasmodium vivax dan falciparum. Dari 7 sampel positif malaria
di
dapatkan 5 orang (5%) positif plasmodium falciparum, 2 orang (2%) lainnya positif plasmodium vivax . Berdasarkan data diatas dapat diketahui
bahwa estimasi besaran
kasus malaria di Desa Mentewe wilayah kerja puskesmas mentewe dengan Parasite Rate sebesar 7 %.
Gambar 3.3-1 Mass Blood Survey dengan SDJ di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
67
Smuber
muber
Gambar 3.3-2 Mass Blood Survey dengan RDT di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
3.4 3.4.1
Gambaran Aspek Entomologi Survey jentik Survey pencarian larva di tempat perkembangbiakan nyamuk ditemukan larva nyamuk anopheles dan nyamuk lainnya, seperti culex disemua tempat. Walaupun ada beberapa tempat ditemukan larva yang hanya pada instar II dan III seperti sungai dan parit. Sedangkan larva pada instar IV hanya ditemukan pada tempat berkembangbiak nyamuk yaitu sungai bekas galian emas yang keadaan airnya tidak mengalir. Tempattempat tersebut sebagian ditemukan tanaman air dan makanan larva seperti lumut dan tumbuhan sebagai tempat perlindungan larva nyamuk tersebut. Tanaman disekitar tempat berkembang biak larva tersebut yaitu rumput dan semak-semak, untuk binatang pengganggu atau predator pada tempat perindukan tersebut seperti, sungai galian emas adalah ikan saluang. Jarak tempat berkembang biak nyamuk tersebut berkisar antara 5 m
sampai dengan 15 m dari tempat tinggal para penambang emas
tradisional. Tanaman di sekitar tempat perkembangbiakan larva tersebut adalah rumput dan semak-semak, sedangkan binatang pengganggu atau predator seperti kecebong, udang kecil dan ikan kepala timah terdapat di kolam,
rawa-rawa,
parit
dan
gubangan.
pH
air
di
tempat
perkembangbiakan rata-rata 7, sedangkan rawa-rawa dengan pH 6,5. 68
-
Survei I di Desa Mentewe Daerah pencidukan larva dilakukan di daerah tepian sungai dekat pemukiman warga, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan disekitar pemukiman warga yang terletak dekat dengan tambang emas yang merupakan mata pencaharian penduduk setempat. Pemukiman berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari puskesmas dengan motor trail.
-
Survei II di Desa Mentewe Daerah pencidukan larva dilakukan di daerah tepian sungai dekat pemukiman warga, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan disekitar pemukiman warga yang terletak berkelompok-kelompok di hutan dengan mata pencaharian penebang kayu. Pemukiman satu dan yang lainnya berjarak sekitar 1-2 km dan dari puskesmas sekitar 4 jam perjalanan dengan motor trail.
3.4.2
Pencidukan larva - Survei I di Desa Mentewe Tempat perindukan (breeding place) adalah di tepian sungai berbatu dan larva yang ditemukan adalah genus Culex sp sebanyak 17 ekor dan Anopheles sp sebanyak 43 ekor.
69
Pencidukan larva 50 43
45 40 35 30 25 20
Pencidukan larva
17
15 10 5 0 Culex sp
Anopleles sp
Gambar 3.4-1 Hasil Pencidukan Larva di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
-
Survei II di Desa Mentewe Tempat perindukan (breeding place) adalah di tepian sungai berbatu dan larva yang ditemukan adalah genus Culex sp sebanyak 11 ekor dan Anopheles sp sebanyak 59 ekor.
Pencidukan larva 70 59
60 50 40
Pencidukan larva
30 20 11 10 0 Culex sp
Anopleles sp
Gambar 3.4-2 Hasil Pencidukan Larva di di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
70
Hasil pencidukan dari kedua lokasi survey dikolonisasi di Laboratorium Entomologi Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. Hasil kolonisasi larva Anopheles sp adalah Anopheles maculatus yang merupakan salah satu vector malaria di daerah jawa namun sejauh ini menurut hasil penelitian Anopheles maculatus bukan merupakan vector malaria di Kalimantan. Pencegahan yang dilakukan untuk mencegah malaria di Desa Mentewe berdasarkan hasil dari wawancara kepada responden dikatakan bahwa belum ada pencegahan khusus dan hanya menggunakan obat anti nyamuk bakar yang selalu dipakai pada malam hari. Tidur ada sebagian yang memakai kelambu pembagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu yaitu kelambu berinsektisida, belum ada IRS dan belum ada obat profilaksis untuk mencegah malaria.
3.4.3 Survei Penangkapan Nyamuk Penangkapan nyamuk dilakukan di Desa Mentewe yang berbatasan langsung dengan Desa Gunung Raya di wilayah kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan dengan melibatkan para pekerja hutan (penebang kayu) sebagai kolektor dengan jumlah 4 orang. Penangkapan tersebut memakai metode umpan orang dengan menggunakan 4 buah rumah/ Camp, umpan orang didalam 2 orang dan umpan orang diluar rumah 2 orang. Tempat penangkapan disekitar tempat perindukan yang telah dilakukan sebelumnya. Penangkapan tersebut dilakukan selama 12 jam dengan metode 45 menit umpan badan. Kegitan survey entomologi dilakukan pengumpulan data dengan pencarian breeding place (tempat perindukan nyamuk) dan penangkapan nyamuk dengan landing collection. Breeding place dilakukan dengan pencidukan jentik/larva nyamuk disekitar wilayah survey pada pukul 15.00 – 17.00 WITA, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan dari jam 18.00 – 06.00 WITA.
71
Penangkapan nyamuk di dua lokasi dilakukan selama 12 jam ( 18.0006.00 WITA) di sekitar pemukiman warga. Dari hasil penangkapan tidak diperoleh nyamuk dewasa meskipun ditemukan larva Culex sp dan Anopheles sp. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya tempat perindukan pada musim kemarau dan selain itu kondisi daerah berangin kencang dan terjadi kebakaran hutan. Sumber penularan malaria di Desa Mentewe adalah terdapatnya bekas galian tambang emas yang dibiarkan terbengkalai, pembukaan lahan baru untuk dijadikan tempat lokasi /camp bagi para penebang kayu di hutan. Berdasarkan literature dari penelitian sebelumnya bahwa vector malaria di Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Tanah Bumbu adalah Anopheles Balabacensis. Hasil dari penangkapan nyamuk yang ditangkap diidentifikasi dan apabila spesies anopheles yang ditangkap paling banyak itu adalah anopheles balabacensis, maka kemungkinan besar nyamuk anopheles sp tersebut masih di duga sebagai vector dan dilakukan pembedahan ovary/abdomen untuk melihat umur nyamuk dan pembedahan thorak/ kelenjar ludah untuk melihat sporozoid . Berdasarkan hasil uji elisa sircum pada nyamuk anopheles yang didapatkan pada saat
survei
dilapangan,
dilakukan
pengujian
di
laboratorium parasitology UGM Yokyakarta, didapatkan hasil negative pada uji elisa sircum, hal ini dapat disimpulkan bahwa anopheles sp tersebut yang didapatkan pada saat di lapangan tidak sebagai vector di Kalimantan khususnya Kabupaten Tanah Bumbu. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini . Anopheles aconitus L18-19 Anopheles aconitus L18-19 Anopheles barbirostris L20-21
Negatip P. falciparum dan P. vivax Negatip P. falciparum dan P. vivax Negatip P. falciparum dan P. Vivax
72
Gambar 3.44-3 Hasil uji Elisa Sircum nyamuk anopheles sp di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
3.5
Gambaran Aspek Perilaku Masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida Hasil Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk lokasi survei malaria diarahkan ke wilayah Kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe karena daerah tersebut merupakan daerah endemis malaria
terutama di Desa Mentewe, yang sudah diberikan pembagian
kelambu pada tahun 2012 dan 2013, sehingga lokasi tersebut dijadikan daerah penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyrakat. Hasil survei perilaku penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat didapatkan sampel kelambu berinsektisida sebanyak 90 sampel di wilayah Kerja Puskesmas Mentewe, mayoritas mereka adalah para pekerja hutan baik sebagai penebang kayu, penambang emas, penambang batu bara musiman dan petani. Perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian
73
masyarakat, sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan, kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan tidak menggunakan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 100 responden, didapatkan hasil bahwa hampir seluruhnya (90%) responden memiliki kelambu berinsektisida, kelambu responden diambil dan diganti dengan kelambu berinsektisida yang baru dan sama merek oleh tim peneliti, seluruh responden (100%) pernah mendengar tentang malaria, sebagian besar (59%) responden menggunakan kelambu berinsektisida (kelambu pembagian) setiap malam untuk tidur (59%), penerimaan dan kemandirian responden sebagian besar (53%) menerima dan menggunakan kelambu berinsektisida, sebagian besar (62%) responden pernah mencuci kelambu pembagian, sebagian besar (54%) responden mencuci kelambu pembagian < dari 6 bulan sekali, Sebagian kecil (41%) responden mencuci kelambu dengan cara direndam dengan air ditambah diterjen, dikucek kemudian dibilas sampai kotoran hilang. Sebagian kecil (27%) responden mencuci kelambu di sungai, dan sebagian kecil responden (43%) membuang bekas air bilasan mencuci kelambu juga di buang ke sungai. Sebagian kecil (44%) responden cara mengeringkan kelambu dengan dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Sebagaian besar (52%) kelambu berinsektisida dibagikan
pada
tahun
2013.
Rincian
perilaku
masyarakat
kelambu
berinsektisida, dapat dilihat selengkapnya pada tabel dibawah ini.
3.5.1 Analisis Univariat Dari hasil MBS sebanyak 100 sampel yang di RDT dan SDJ didapatkan 90 sampel kelambu dari responden yang diambil kelambunya untuk di tukar dengan kelambu yang baru. Perilaku pemakaian kelambu berinsektisida oleh masyarakat dilakukan di hutan/Camp yaitu lokasi tambang emas tradisional dengan responden sebanyak 100 orang yang terdiri dari 52 (52%) laki-laki dan 48(48%) perempuan.
74
Tabel 3.5-1 Perilaku masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida diwilyah kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016 No 1
Karakteristik Jenis Kelamin
2
Lokasi penelitian wilayah kerja Kec. Mentewe
3
4 5
6
7 8
9
Di ambil kelambu berinsektisida oleh Tim Peneliti untuk diganti yang baru Apakah responden pernah menderita malaria Apakah kelambu pembagian digunakan setiap malam untuk tidur Bagaimana penerimaan dan kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang dibagikan Apakah kelambu pembagian pernah di cuci Setiap berapa bulan sekali kelambu pembagian dicuci Bagaimana cara saudara mencuci kelambu
10
Di mana lokasi biasa mencuci kelambu
11
Kemana bekas air bilasan mencuci kelambu pembagian dibuang
12
Setelah dicuci bagaimana cara mengeringkan kelambu
13
Jenis malaria
14
Di ambil slide darah
15
Lokasi sampel di wilayah kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe
16
Tahun kelambu di bagikan
Item pilihan Laki-laki Perempuan KM 58 Bandara dalam Desa Gunng Raya(KM 70)
Jumlah 52 48 34 34
(%) 52 48 34 34
Ata-ata Bandara Luar Ya Tidak
25 7 90 10
25 7 90 10
Ya /kasus Tidak/control Ya
50 50 59
50 50 59
Tidak
41
41
Menerima dan di gunakan
53
53
Menerima dan tidak digunakan
47
47
Ya Tidak Di cuci
dari 6 bulan sekali Tidak pernah dicuci Kelambu direndam dengan air ditambah deterjen, dikucek kemudian di bilas sampai kotoran hilang Kelambu direndam dengan air tanpa deterjen, dikucek kemudian di bilas sampai kotoran hilang Kelambu direndam dan di bilas dengan air sampai kotoran hilang Kelambu dicelup-celupkan ke dalam larutan deterjen (1-2sdm deterjenditambahkan kedalam 5-10 liter air) sampai kotoran hilang tanpa direndam terlebih dahulu dan tanpa dikucek dan kemudian dibilas 3 kali. Kamar mandi Sekitar sumur (tempat bilasan cuci baju) Kolam ikan Sungai Lainnya Sungai Got/selokan/parit Kolam Comberan
62 38 54 30 16 41
62 38 54 30 16 41
32
32
16
16
11
11
9 21 32 27 11 43 26 11 8
9 21 32 27 11 43 26 11 8
Lubang galian di pekarangan Lainnya Di keringkan di bawah sinar matahari langsung
9 3 32
9 3 32
Di keringkan tanpa terkena sinar matahari langsung Di keringkan tanpa digantung Lainnya Plasmodium falciparum Plasmodium vivax
44
44
21 3 5 2
21 3 5 2
Tidak malaria Ya Tidak Desa Mentewe km 58 Bandara dalam (desa Gunung Rayakm 70) Ata-ata km 60 Bandara luar 2012 2013
93 90 10 34 34 25 7 48 52
93 90 10 34 34 25 7 48 52
75
3.5.2 1.
Analisis Bivariat
Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria Tabel 3.5-2 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria Apakah kelambu Kejadian Malaria pembagian OR digunakan setiap CI 95% Tidak malaria Malaria malam ? Ya
59
3
Tidak
37
4
0,496 p Value =
0,105
0,368
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-5 didapatkan nilai p value adalah 0,368 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil analisis Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel 3.4-5 menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu berinsektisida mempunyai risiko terkena malaria 0,4 kali lebih besar, dibandingkan dengan responden yang selalu memakai kelambu berinsektisida dan tidak bermakna secara statistik.
2.
Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria Tabel 3.5-3 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian Malaria Bagaimana penerimaan dan kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang dibagikan Menerima dan digunakan Menerima dan tidak digunakan p Value =
Kejadian Malaria OR Tidak malaria
CI 95%
Malaria
48
5
45
2
0,311
76
2,344
0,433
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-6 didapatkan nilai p value adalah 0,311 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku penerimaan dan kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang dibagikan dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil analisis Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel 3.4-6 menunjukkan bahwa perilaku penerimaan dan kemandirian responden terhadap
kelambu
yang
dibagikan,
responden
menerima
dan
menggunakan kelambu berinsektisida pada saat tidur malam hari
tidak kurang
mempunyai risiko terkena malaria 2,3 kali lebih besar, dibandingkan dengan responden yang menerima dan menggunakan kelambu berinsektisida dan tidak bermakna secara statistik.
3. Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria Tabel 3.5-4 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian Malaria Apakah kelambu pembagian pernah dicuci
Kejadian Malaria OR Tidak malaria
Malaria
CI 95%
„ Ya
57
5
36
2
1,579 Tidak p Value =
0,291
0,594
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-7 didapatkan nilai p value adalah 0,594 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku pencucian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil analisis Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel 3.4-7 menunjukkan bahwa seringnya mencuci kelambu berinsektisida mempunyai risiko terkena malaria 1,5 kali lebih besar, dibandingkan dengan kelambu yang tidak pernah di cuci dan tidak bermakna secara statistik.
77
4
PEMBAHASAN
Survei malaria dilaksanakan di lokasi hutan di Desa Mentewe wilayah kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu. Lokasi ini dipilih atas dasar rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah bumbu, sehingga terbentuklah kerjasama dengan pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu, Puskesmas Mentewe dan Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu untuk mengadakan MBS ke Desa tersebut. Dinas Kesehatan menjalankan program pemberian Kelambu berinsektisida kepada seluruh masyarakat yang tinggal di daerah Endemis Malaria, sehingga sangat diperlukan untuk mengevaluasi hasil pembagian kelambu kepada masyarakat daerah endemis malaria, apakah terjadi penurunan kasus malaria atau tidak dan apakah masih efektif digunakan kelambu yang mereka pakai. Hasil survei MBS didapatkan dari sampel di Desa Mentewe sebanyak 100 sampel penduduk yang diperiksa dengan RDT dan SDJ di temukan 7 orang positif malaria (7%) dengan jenis (2 %) plasmodium vivax dan ,(5%)falciparum. Penangkapan dan identifikasi spesies nyamuk di dua lokasi dilakukan selama 12 jam ( 18.00-06.00 WITA) di sekitar pemukiman warga. Dari hasil penangkapan tidak diperoleh nyamuk dewasa meskipun ditemukan
larva
Culex sp dan Anopheles sp. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya tempat perindukan pada musim kemarau dan selain itu kondisi daerah berangin kencang dan terjadi kebakaran hutan. Berdasarkan hasil uji elisa sircum pada nyamuk anopheles yang didapatkan pada saat survei dilapangan, dilakukan pengujian di laboratorium parasitology UGM Yokyakarta, didapatkan hasil negative pada uji elisa sircum, hal ini dapat disimpulkan bahwa anopheles sp tersebut yang didapatkan pada saat di lapangan tidak sebagai vector di Kalimantan khususnya Kabupaten Tanah Bumbu. Terjadinya kasus malaria di Desa Mentewe dilihat dari karakteristik lingkungan fisik adalah merupakan penularan setempat (indigenous), karena dilokasi tersebut terdapat kasus malaria pada balita berumur 3 tahun di lokasi/ 78
camp Rt 1 yang berbatasan langsung dengan Desa Gunung Raya. Hasil wawancara dengan ibu dari balita tersebut, mereka tidak pernah pergi ke mana–mana atau ikut ke hutan untuk mencari kayu dan mereka hanya tetap tinggal di camp untuk menjaga anaknya. Hasil dari wawancara kepada responden belum ada pencegahan khusus dan hanya menggunakan kelambu pada saat tidur dan obat anti nyamuk bakar yang selalu di pakai pada malam hari. Pembagian kelambu berinsektisida sudah di pakai sejak di terima tahun 2012, belum ada IRS dan belum ada obat profilaksis untuk mencegah malaria. Sumber penularan malaria di Desa Mentewe adalah terdapatnya galian tambang emas yang di biarkan terbengkalai, pembukaan lahan baru untuk dijadikan tempat lokasi /camp mereka bagi para penebang kayu di hutan. Hasil dari survey Entomologi di dapatkan tempat perindukan nyamuk vector malaria, sedangkan untuk penangkapan nyamuk pada malam hari tidak ditemukan nyamuk vector malaria, karena pada saat tersebut masih musim kemarau, terjadinya pembakaran hutan dan angin yang sangat kencang, sehingga tidak ditemukan nyamuk vector malaria. Kegiatan yang sudah dilakukan oleh pengelola program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu terkait dengan pengendalian vector apa yang sudah di laksanakan untuk menurunkan kasus malaria di Kabupaten Tanah Bumbu, antara lain : pembagian kelambu berinsektisida, penyemprotan IRS setiap 6 bulan sekali dan pemberian pengobatan malaria. Kegiatan pembagian kelambu berinsektisida yang dilaksanakan dengan dua cara, yaitu Pembagian kelambu Massal dan kelambu integrasi. Untuk daerah endemis malaria,
khususnya Kecamatan Mentewe. Kegiatan yang
kedua adalah penyemprotan rumah (IRS) dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali. Kegiatan ini sudah dilakukan mulai dari tahun 2012 sampai sekarang. Kegiatan ketiga adalah pemberian pengobatan malaria sudah di drop ke setiap puskesmas di Kabupaten Tanah Bumbu. Pemberian pengobatan malaria diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis dinyatakan positif malaria. Khusus untuk wilayah kerja Puskesmas Mentewe bersamaan dengan kegiatan penelitian ini juga dilaksanakan pembagian kelambu berinsektisida bagi yang belum dapat kelambu dan kepada seluruh penduduk di daerah 79
endemis malaria terutama di Desa Mentewe oleh Pengelola Program Malaria Puskesmas Mentewe dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu. Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan test uji Bio Esaay yang diwakili oleh 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium. Berdasarkan hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa dari 20 kelambu yang di uji, hanya 25% yang masih efektif untuk membunuh nyamuk An. Aconitus dan sisanya 75% sudah tidak efektif lagi. Hasil ini hampir sama dengan pengujian kelambu insektisida yang dilakukan di laboratorium Salatiga bahwa terdapat tiga macam kelambu LLIN yang telah dicuci 5 kali masih efektif terhadap nyamuk An. Aconitus. Efektifitas kelambu (LLIN) dengan insektisida (alfa-sipermethrin, deltamethrin dan permethrin) di lapangan, setelah dicuci 9 kali oleh kader kesehatan desa, hanya kelambu dengan insektisida Deltamethrin (0,055 g/m2), masih efektif membunuh An. aconitus (kematian 82,47%). Hal ini sejalan dengan penelitian barodji, et all, yaitu rata-rata dari hasil penilaian kelambu permanent yang telah digunakan penduduk di daerah endemis malaria selama kurang atau lebih dari satu tahun baik yang belum dicuci maupun yang pernah dicuci sudah tidak efektif untuk membunuh vektor malaria An. aconitus. Daya bunuh kelambu permanent setelah digunakan selama kurang lebih satu tahun baik kelambu yang belum pernah dicuci maupun yang sudah pernah dicuci sudah tidak efektif lagi untuk membunuh nyamuk malaria (An. aconitus) kematian nyamuk < 70%. Kelambu Permanet baru yang dinilai di laboratorium efektif untuk membunuh 90,70% An. aconitus hasil koloni di laboratorium. Hasil ini mengindikasikan bahwa kelambu permanent maupun olyset yang mengandung bahan insektisida setelah digunakan masih ada yang efektif sebesar 25% dan sisanya 75% sudah tidak efektif lagi, banyak factor yang mempengaruhi mengapa kelambu tersebut masih ada yang efektif dan sebagian besar tidak efektif, antara lain mengingat bahwa efektifitas suatu insektisida terhadap tiap spesies nyamuk dan pada tiap daerah tidak sama, 80
5 5.1
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan :
1. Perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat, sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan, kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan tidak menggunakan. 2. Hasil uji Bio Esaay dari 20 kelambu: hanya 5 kelambu yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 % , sedangkan 15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Aconitus koloni laboratorium 3. Terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dari 100 responden positif 7 responden, SPR 7 %.
5.2
Saran :
Rekomendasi, kepada para pekerja hutan untuk tetap memakai kelambu berinsektisida yang telah dibagikan pada saat tidur malam hari, dan memakai repellent untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles serta mengkonsumsi obat propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk bekerja.
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penelitian ini. Terima kasih yang tak terhingga kami ucapan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu, Kepala Puskesmas Mentewe dan Pemegang Program P2M di wilayah Kabupaten setempat. Semoga dengan terlaksananya penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap pengendalian malaria di wilayah Kabupaten terkait dan semoga pula menjadi dasar bagi penelitian yang lebih lanjut dan mendalam terhadap 81
epidemiologi penyakit dan pengendaliannya serta memberikan manfaat terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di wilayah Kabupaten terkait.
7
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Achmadi,U.F. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. 2005. 2. Boewono, Damar Tri, et al. Pengaruh pencucian terhadap efektifitas residu kelambu berinsektisida piretroid long lasting insecticidal net (LLINs) terhadap nyamuk vector demam berdarah dengue dan malaria, 2009, 1 (1). 3. Barodji, et all. Efikasi kelambu berinsektisida permanent”vestergaardFrandsen” ang digunakan untuk pemberantasan malaria di daerah endemis Bukit Manoreh 4. Departemen Kesehatan R.I. Epidemiologi Malaria. Ditjen PPM dan PLP. Jakarta. 2006. 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu. Kasus penyakit menular yang diamati menurut kecamatan dan puskesmas. 2015. 6. Gunawan, S..Epidemiologi Malaria, dalam: Harijanto, P.N. (ed): Malaria: Epidemiologi, Manifestasi Klinis, dan Penanganan, EGC. Jakarta. 2000. 7. Gandahusada S. Parasitologi kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006. 8. Ikrayama, Babba. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 2007. 9. Ikawati B, Yunianto B, D Paramita A Rr. Efektifitas pemakaian kelambu berinsektisida di Desa Endemis Malaria di Kabupaten Wonosobo. 10. Lemeshow, S. D.W. Hosmer, J.R, J. Klar dan S.K. Lwanga. Besar Sample Dalam Penelitian Kesehatan (Alih bahasa : Dibyo Pramono). Gadjah Mada University Press. 1999. 259 p. 11. Laporan Riskesdas tahun 2007 12. Murti, B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 1997. 13. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Melton Putra Offset. Jakarta. 1993. 14. Rahayu, Nita. Evaluasi pengendalian malaria pada pekerja musiman tambang batubara di Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. 2013. 15. Sukowati, Supratman. Dkk. Studi eko-epidemiologi malaria di Kota Batam Kepulauan Riau. Laporan Penelitian. 2008.
82
8
LAMPIRAN No
Uraian
Hal
L-1
Realisasi Anggaran
68
L-2
Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subjek
69
L-3
Persetujuan setelah penjelasan
70
L-4
Kuesioner malaria
71
L-5
Jadwal kegiatan penelitian
77
L-6
Rincian Rencana Anggaran
78
L-7
Rekapitulasi biaya per triwulan
81
L-8
Biodata ketua pelaksana
82
L-9
Foto kegiatan
85
83
L-1 Realisasi Anggaran Penelitian Tahun 2016
Judul
: Efektivitas Aplikasi Kelambu Berinsektisida (LLIN) dalam Program Pengendalian Vector Daerah Endemis Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan.
Ketua Peneliti : Nita Rahayu, SKM, M.Sc Pagu Penelitian : Rp.,156.566.000,Rincian Belanja Barang Non Operasional lainnya
Pagu
realisasi
27,416,000
16,180,000
11,236,000
Belanja Perjalan Biasa
50,160,000
33,285,000
16,875,000
Belanja Bahan Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi Belanja Perjalanan Transport Dalam Kota
11,967,000
11,932,000
35,000
19,623,000
19,604,400
18,600
47,400,000
36,580,000
10,820,000
Total Realisasi anggaran terserap
156,566,000
117,581,400 38,984,600 0.751002133
84
sisa
L-2 NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus malaria sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan meningkat setiap tahun. Program pengendalian dengan pembagian kelambu berinsektisida telah dilaksanakan oleh Dinkes setempat dengan bantuan GF. Akan tetapi efektivitaspenggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat di daerah endemis malariabelum diketahui. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan.” WAWANCARA DENGAN KUISIONER Wawancara dilakukan pada para pekerja hutan yang mewakili daerah sampel penelitian di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan ang berusia ≥15 tahun. Wawancara dilakukan dengan kuisioner terstruktur untuk mengetahui perilaku pemakaiaan kelambu berinsektisida para kekerja hutan terhadap malaria . KERAHASIAAN Untuk menjaga kerahasiaan sampel dikenali dengan memberikan nomor identitas pengganti nama dan data yang dihasilkan tidak diberikan kepada pihak ketiga. PERTANYAAN-PERTANYAAN Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda dan anak anda, anda dapat menghubungi Nita rahayu, MSc (081349604211 atau Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kawasan Perkantoran Pemda Tanah Bumbu, Ds. Gunung Tinggi, Kec. Batulicin, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan telepon (0518) 7708530 Fax (0518) 6076049 KEIKUTSERTAAN SUKARELA DAN HAK UNDUR DIRI Keikutsertaan saudara (i) bersifat sukarela, setiap waktu saudara (i) dapat mengundurkan diri tanpa dikenai sanksi atau bayaran. KEUNTUNGAN Dapat mengetahui besaran kasus malaria di kabupaten Tanah Bumbu, untuk melihat efektifitas kelambu yang dibagikan terhadap kejadian malaria dan mengetahui perilaku pemakaiaan kelambu berinsektisida terhadap malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan . PENGGANTIAN WAKTU WAWANCARA Untuk mengganti waktu wawancara kami berikan bahan kontak (supenir ) per orang.
85
L-3 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN * (INFORMED CONSENT untuk wawancara) Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan proyek penelitian ini dengan anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, resiko, waktu dan prosedur penelitian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya bersedia ikut serta secara sukarela dalam penelitian ini. Bila saya inginkan, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun Nama responden* Tgl/bln/th Tanda tangan/cap jempol diri sendiri
Nama Saksi**
Tgl/bl/th
Tanda tangan
* Keterangan: - Responden telah berusia ≥15 tahun - Responden yang boleh menandatangani informed consent adalah mereka yang telah berusia ≥15 tahun - Bagi responden yang berusia kurang dari 15 tahun, informed consent ditandatangani oleh wali yang syah. ** Diluar tim pengumpul data, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau Ketua RT.
86
L4
Kuisioner EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA (LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN 8.1
I. PENGENALAN TEMPAT
Provinsi Kabupaten/Kota*) Kecamatan Puskesmas
Desa/Kelurahan*) Alamat Nomor Rumah Tangga Kondisi Geografis
1. Daerah pantai 8.2
2. Non Pantai
II. KETERANGAN RUMAH TANGGA (KELUARGA)
Nama kepala keluarga: Banyaknya anggota keluarga: Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): Jumlah kelambu yg dimiliki 1. Ya 2. Tidak Jika “2” ke 4.b 1. Ya 2. Tidak Jika “2” ke Blok III
a. Beli sendiri b. Pembagian (Berinsektisida) 8.3
Nama Pengumpul Data: Tgl. Pengumpulan data: (tgl-bln-thn) Tanda tangan Pengumpul Data
Jumlah Jumlah
III. KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama Supervisor: Tgl. 5 Pengecekan: (tgl-bln-thn) Tanda tangan 6 Supervisor: 4
--
87
--
8.4
PERILAKU MASYARAKAT 8.5
1 2 3
4
1.A. DEMOGRAFI
Nama Responden :…………………………………………..
Nomor urut ART : Pendidikan terakhir responden 1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD / sederajat Pekerjaan responden sehari-hari 1. Tidak bekerja 2. Masih Sekolah 3. TNI / Polri / PNS 4. Wiraswasta / Pedagang
4. 5. 6. 5. 6. 7. 8. 9.
Tamat SLTP / sederajat Tamat SLTA / sederajat Tamat D3 / Perguruan Tinggi Petani Nelayan Buruh Ibu Rumah Tangga Lainnya ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
8.6 8.7
2.B. PERILAKU
PERTANYAAN NO 1 DITUJUKAN KEPADA YANG MEMILIKI/MENGGUNAKAN KELAMBU 1
Jika mau tidur, bagaimana Saudara biasanya memasang kelambu? (demonstrasi)? (POINT a SAMPAI DENGAN c TIDAK DIBACAKAN) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Jika kelambu belum terpasang secara permanen, kelambu tersebut dipasang terlebih dahulu dengan mengikat tali kelambu keempat sudut pada paku/tiang/dll b. Ujung bawah kelambu dilipatkan dibawah alas tempat (tidur kasur/tikar/karpet/dll), sehingga nyamuk tidak dapat menerobos ke dalam. c. Jika ada pintu kelambu, maka harus saling menutup
PERTANYAAN NO.2 S/D NO.8 DITUJUKAN KEPADA YANG MEMILIKI/MENGGUNAKAN KELAMBU PEMBAGIAN
2
Sudah berapa lama kelambu pembagian yang saudara miliki ?
…………Bulan
3
Apakah kelambu pembagian pernah dicuci?
1. Ya
4
Setiap berapa bulan sekali kelambu pembagian dicuci?
............... bulan sekali
88
2. Tidak
STOP
5
Bagaimana cara Saudara mencuci kelambu: 1. Kelambu direndam dengan air, ditambah diterjen, dikucek kemudian dibilas, sampai kotoran hilang 2. Kelambu direndam dengan air, tanpa deterjen, dikucek kemudian dibilas, sampai kotoran hilang 3. Kelambu direndam dan dibilas dengan air, sampai kotoran hilang
4. Kelambu dicelup-celupkan kedalam larutan detergen (1-2 sdm detergen ditambahkan ke dalam 5 – 10 liter air) sampai kotoran hilang, tanpa direndam terlebih dahulu dan tanpa dikucek, dan kemudian dibilas 3 kali 6
Dimana (lokasi) Saudara biasa mencuci Kelambu pembagian tersebut? 1. Kamar mandi 3. Kolam ikan 2. Sekitar sumur (Tempat bilasan cuci baju) 4. Sungai 5. Lainnya (..................................................................................................................)
7
Kemana bekas air bilasan mencuci Kelambu pembagian dibuang?
8
1. Sungai 4. Comberan 2. Got/selokan/Parit 5. Lubang galian di pekarangan 3. Kolam (ikan/dll) 6. Lainnya (............................................................................................) Setelah dicuci, bagaimana cara mengeringkan kelambu pembagian? 1. Dikeringkan dibawah sinar matahari langsung 2. Dikeringkan tanpa terkena sinar matahari (di angin-anginkan) 3. Dikeringkan tanpa digantung (dionggokkan) 4. Lainnya………………..
8.8
VI. CATATAN
89
90
L-6 JADWAL KEGIATAN URAIAN KEGIATAN Uraikan secara berurutan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rangka penelitian ini. Penjajagan dianggap sudah selesai, sehingga tidak ada studi kepustakaan dan peninjauan daerah untuk pemilihan lokasi. Penyusunan protokol juga sudah selesai. Persiapan Penelitian a. b.
Pembuatan proposal Perijinan
Tolok Ukur Triwulan I Jml %
Jumlah
Satuan
1
Kali
1
100
1
Kali
1
100
Pencapaian Tolok Ukur Per Triwulan (Target Kumulatif) Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Jml % Jml % Jml %
Pelaksanaan Penelitian a.
Pengambilan dan penggantian sampel kelambu berinsektisida
1
Trip
1
100
b.
Survei entomologi
5
Trip
2
40
c.
Survei perilaku masyarakat
1
Trip
1
100
d.
Uji bioassay
1
Trip
1
100
e.
Uji kromatografi gas
4
Trip
2
f.
Mass Blood Survey (MBS)
2
Trip
5
100
50
4
100
1
50
2
100
Pengolahan, analisis dan laporan a.
Pengolahan data
6
Kali
2
33,3
5
83,3
6
100
b.
Analisis data
7
Kali
2
28,6
5
71,4
7
100
c.
Pembuatan laporan triwulan
4
Kali
2
50
3
75
4
100
d.
Pembuatan laporan akhir
3
Kali
e.
Diseminasi hasil penelitian
1
Kali
1
25
100 1
100
91
L-6 RINCIAN RENCANA ANGGARAN TOTAL : RP. 99.920.000 BELANJA BAHAN = 63.720.000 BELANJA PERJALANAN DINAS DALAM KOTA = 26.400.000 BELANJA BAHAN HONOR
=1.500.000
92
L-7 REKAPITULASI BIAYA PER TRIWULAN Rekapitulasi Biaya Per Tri Wulan (Pencairan Dana) URAIAN KEGIATAN Triwulan I
1. Persiapan
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
3.200.000
a.
Rapat operasional teknis penelitian intern tim peneliti b. Perijinan di Balitbangda dan sosialisasi di Dinkes Prov KalSel c. Sosialisasi di Dinkes Kab lokasi penelitian 2. Pelaksanaan a. Pembelian bahan penelitian dan operasional teknis penelitian b. Survei Lapangan 3. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan Konsultasi laporan hasil dan penyelesaian laporan Total
4.085.000 22.770.000 2.500.000
30.055.000
22.770.000 1000000
23.770.000
22.775.000
22.770.000
250.000
1.000.000
23.025.000
23.770.000
93
L-8 BIODATA KETUA PELAKSANA I.
DATA PRIBADI Nama TTL NIP Pangkat/Gol Jabatan Alamat
II.
: : : : : :
Nita rahayu, SKM, M.Sc Pagatan, 06 Desember 1978 197812062002122003 Penata / III.c Peneliti Muda Balai litbang P2B2 Tanah Bumbu jl. Hasanudin, no. 14 Rt. V Desa Juku Eja Kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu Kontak : 051838204 Handphone : 081349604211 Email : [email protected],[email protected],
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SDN Pasar baru 2 (tamat 1990) 2. MTS Alfalah pagatan (tamat 1993) 3. MAN 1 banjarmasin (tamat 1996) 4. D3 Keperawatan Depkes Banjarmasin (tamat 1999) 5. S1 kesehatan Masyarakat Unair Surabaya (tamat 2002) 6. S2 Kesehatan tropis UGM Yokyakarta (tamat 2008)
III.
RIWAYAT PEKERJAAN 1. Staf UPF Kotabaru (2002-2003) 2. Staf Loka Litbang P2B2(2004-2010) 3. Peneliti Pertama Loka Litbang P2B2 tanah Bumbu(2005-2011) 4. Peneliti Muda Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu (2011 – sekarang) 5. Kasie Pelayanan Penelitian (2011- sekarang)
IV.
RIWAYAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. Pendidikan dan pelatihan prajabatan Golongan III Angkatan 1 tahun 2003 di Banjarbaru . 2. Pelatihan Dasar Pemberantasan Malaria oleh Direktorat PP-BB, Direktorat jenderal PPM&PL tahun 2003, di Pulitbang Gizi, Bogor 3. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Kesehatan di Bogor, tahun 2003 4. Pelatihan Entomologi, Parasitologi, dan pengendalian Vektor di BPVRP Salatiga , tahun 2005 5. Pelatihan Petugas Pemberantasan Penyakit Malaria, di Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu 94
6. Pelatihan Pengelola Program malaria dan petugas Laboratorium Regional Kalimantan Selatan tahun 2006 7. Pelatihan parasitologi dasar di Puslitbang Biomedis dan Farmasi Jakarta (Tahun 2006) 8. Pelatihan Laboratorium Demam Berdarah Dengue, Pusat Studi Bioteknologi tahun 2007 9. TOT Riskesdas 2007 10. Pelatihan Parasitologi parasitic pencernaan di Unit Parasitologi UGM Yogyakarta (tahun 2008) 11. Pelatihan Entomologi di Laboratorium Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Tahun 2009 12. Pelatihan Pemeriksaan Parasitologi Intestinal , di Bagian Parasitologi UGM, tahun 2009 13. Pelatihan penulisan artikel ilmiah di Hotel Grand Permata Bogor (tahun 2010) 14. Pelatihan Entomologi Dasar , tahun 2010 di Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu 15. MOT Riskesdas di Bandung , tahun 2010 16. TOT Riskesdas di Solo , tahun 2010 17. TOT Ripaskes di Yokjakarta, tahun 2011 18. TOT Ristoja di Pontianak, tahun 2012 19. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan Tk. IV di BBPK Jakarta, Cilandak tahun 2012 V.
RIWAYAT PENELITIAN DAN KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM RISET 1. Studi Dinamika Penularan Malaria di desa Labuan Barat Kec. Pulau Sembilan Kab. Kota baru, Tahun 2004 ( Peneliti Utama) 2. Bionomik Vektor di Simpang Laburan Kec. Sungai Kupang Kab. Kotabaru, Tahun 2005 (peneliti utama) 3. Epidemiologi Filariasis di Desa Kambitin Kec. Tanjung Kab. Tabalong Kalimnatan Selatan, tahun 2006 (Peneliti Utama) Risbinkes tahun 2006 4. PJT Kab. Tanah Bumbu RISkesdas 2007 5. Distribusi Parasit Pencernaan pada masyarakat beberapa daerah dengan ekosistem berbeda tahap 2 di Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2009 (Koompetitif) 6. Faktor resiko terjadinya infeksi kecacingan 9 ascaris lumbricoides, tricuris trichiura dan hookworm pada anak sekolah di daerah endemis di Provinsi kalimnatan Selatan, tahun 2010 7. Riskesdas tahun 2010 PJT Kab. Tanah Bumbu 8. Faktor risiko Kejadian Malaria di daerah endemis di Provinsi kalimantan Selatan, tahun 2011 9. Rifaskes 2011, PJT Kota Banjarmasin 10. Rifaskes 2011, Wakil PJT Provinsi Kalimantan Selatan 11. RO PDBK (Tahun 2011) Kab. Manggarai NTT ( Peneliti Utama) 95
12. Studi Ekologi Aedes Aegypti dan PSP Masyarakat terhadap Demam Berdarah di kalimantan Selatan, tahun 2012 13. Peneliti RISTOJA Prop Kalimantan Barat Etnis Libuei, (Peneliti Utama) 14. RO PDBK (Tahun 2012) Kab. Manggarai NTT ( Peneliti Utama) 15. Riskesdas 2013, PJT Kota Banjarmasin 16. Evaluasi Pengendalian Malaria pada pekerja musiman tambang Batubara di Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, 2013 (peneliti Utama) 17. Studi Diet Total, 2014, Ketua Peneliti Pelaksana Provinsi Kalimantan Tengah 18. Kejadian Malaria Pada Pekerja Hutan Ilegal di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, 2014 (ketua pelaksana) VI.
DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH ( POSTER, ARTIKEL, DLL) 1. Distribusi Parasit Pencernaan di Sekolah dasar Negri Miawa Kecamatan Piani kabupaten Tapin Provinsi Kalimanatan selatan, tahun 2008 , di muat di Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 37 no.4- 2009 hal. 188-195 (Penulis kedua) 2. Faktor Risiko Terjadinya Kecacingan pada anak sekolah di kabupaten balangan Provinsi Kalimantan selatan, Buletin Penelitian Kesehatan tahun 2010, edisi supplement, hal 12-17(penulis Pertama) 3. Distibusi Parasit Pencernaan di SDN padang Panjang 1 dan 2 kec. Tanta Kab. Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2009 (penulis Pertama) 4.
The Rish factors developenth intestinal infection for children elementary school in Balangan city at Sout Kalimantan yeard 2010 (poster)
5.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Penularan Filariasis di Puskesmas Lasung Kec. Kusan Hulu Kab. Tanah Bumbu Prop. Kalimantan Selatan tahun 2008 (Artikel) Penulis Pertama
6.
Faktor Risiko kejadian malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan (poster thn 2012)
Tanah Bumbu, 2 Februari 2014 Penyusun CV,
Nita Rahayu, SKM,M.Sc Nip.19781206200212003
96
L-9 FOTO-FOTO KEGIATAN
Gambar1. Kegiatan SDJ di Desa Mentewe
Gambar 2. Perkampungan Desa Mentewe
Gambar 3. Rumah Pendulang Emas Desa Mentewe
97
Gambar 4. Kegiatan Pengobatan Malaria.
Gambar 4. Kegiatan Penebang Kayu.
Gambar 5. Perjalanan menuju Desa Mentewe.
98
Gambar 6. Penduduk Desa Mentewe.
Gambar 7. Kegiatan SDJ di Desa Mentewe
Gambar 8. Kegiatan Wawancara di Desa Mentewe
99
Gambar 9. Slide SDJ
100
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG
Tanah Bumbu,
20 Desember 2016
Peneliti
Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
Nita Rahayu, SKM, M.Sc NIP 197812062002122003
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc NIP 196708012000121005
Mengetahui,
Ketua Panitia Pembina Ilmiah
Kepala Puslitbang
Upaya Kesehatan Masyarakat
Sri Iriyanti, SKM, M.Phil.Ph.D NIP 195804121981022001
Drg.Agus Suprapto NIP 196408131991011001
101