HUBUNGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI TINGKAT RUMAH TANGGA DESA BAUHO KECAMATAN TASIFETO TIMUR KABUPATEN BELU Angelo Z. P. Leo Soro *), Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns., M.Kes. **), Faridah Aini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. K.M.B. **). *) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo PSIK **) Dosen STIKES Ngudi Waluyo. ABSTRAK
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Provinsi NTT hampir 90 % desa yang ada di Provinsi NTT endemis malaria. Penyakit ini masih menjadi penyebab kematian ibu, balita, dan ibu hamil serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja. Penggunaan kelambu berinsektisida merupakan cara yang efektif untuk pencegahan kontak dengan vektor malaria karena selain sebagai penghalang secara fisik terhadap nyamuk, aktivitas insektisida yang terkandung di dalamnya dapat membunuh nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan menggunakan kelambu berinsektisida dengan kejadian penyakit malaria di Tingkat Rumah Tangga Desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang ada di wilayah Desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik nonrandom (nonprobabilty)dengan jumlah sampel 64 responden. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa 100% responden yang patuh dalam penggunakan kelambu berinsektisida namun tidak menderita penyakit malaria. Pada 35,3% responden yang tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida namun menderita penyakit malaria, sedangkan 64,7% responden tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida namun tidak menderita penyakit malaria. Hal ini menunjukkan ada hubungan kepatuhan menggunakan kelambu berinsektisida dengan kejadian penyakit malaria di tingkat rumah tangga Desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu (p value = 0,001). Hasil penelitian ini, dapat disarankan bagi keluarga untuk berupaya meningkatkan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida di tingkat rumah tangga sehingga penyakit malaria dapat dikendalikan. Kata kunci
: Kepatuhan, Kelambu Berinsektisida, Kejadian Malaria
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 1
A. PENDAHULUAN Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria. Lebih dari 100 negara yang masih endemis dengan penyakit malaria. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia Mengingat intensitas dari penularan malaria di negaranegara yang terkena dampak paling buruk, yang diperkirakan ada 6,6 juta kasus malaria dan 20.000 kematian akibat malaria pada tahun 2013. Sekitar 3,2 miliar orang di 97 negara dan teritori beresiko terinfeksi malaria, menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2013, diperkirakan ada 198 juta kasus malaria di seluruh dunia, 82% di antaranya berada di wilayah Afrika. Malaria menjadi penyebab dari sekitar 584.000 kematian di seluruh dunia dan perkiraan telah menewaskan 453.000 anak di bawah usia lima tahun. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi. Plasmodium penyebab
malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di provinsi NTT hampir 90% desa yang ada di Provinsi NTT endemis malaria.Penyakit ini masih menjadi penyebab kematian bagi bayi, balita dan ibu hamil serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja. Penyakit ini juga salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitment global dalam Millenium Development Goals (MDGs), Tahun 2012 kasus malaria positif tertinggi di Kabupaten Lembata sebanyak 22.083 kasus, sedangkan kasus terendah di Kota Kupang sebanyak 284 kasus. Berdasarkan data pada tahun 2012 Kabupaten Belu merupakan salah satu wilayah yang memilki angka kejadian malaria tertinggi ketiga sebanyak 11.646 orang. masih terdapat perilaku penggunaan kelambu yang salah pada masyarakat setempat, mulai dari ketidakpatuhan hingga penggunaan kelambu berinsektisida yang tidak benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan menggunakan kelambu berinsektisida dengan kejadian penyakit malaria di Tingkat Rumah Tangga Desa
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 2
Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. B. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan observasional analitik dengan studi potong lintang (crosssectional). Penelitian ini dilakukan di tingkat rumah tangga desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Populasi dalam adalah seluruh KK yang ada di desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu yang berjumlah 176. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 orang yang diambil menggunakan teknik sampling purposive secara nonrandom (nonprobability). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Metode pengumpulan data dibagi menjadi 2 yakni data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat, untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisidan dan kejadian malaria dengan uji statistik chi kuadrat (chi square) dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). C. HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengambilan data penelitian yang dilakukan di Desa Bauho terhadap 64 responden yaitu kepatuhan penggunaan kelambu dengan kejadian penyakit malaria sebagai berikut :
Tabel 1. Disribusi Frekuensi Kepatuhan Penggunaan Kelambu Berinsektisida 1 bulan terakhir Kepatuhan Penggunaan Kelambu Tidak patuh Patuh Total
Frekuensi
Persentase
34 30 64
53,1 46,9 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 34 KK responden (53,1%) dinyatakan tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur. Hal ini dikarenakan KK jarang menggunakan kelambu berinsektisida dengan memasukkan seluruh ujung kelambu dibawah kasur atau tikar sebanyak 13 KK (20,3%), jarang mengecek kelambu berinsektisida terlebih dahulu (sudah dalam keadaan tertutup) sebelum tidursebanyak 10 KK (15,6%), jarang tidur menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari sebanyak 1 KK (1,6%), jarang tidur menggunakan kelambu berinsektisida biarpun tidak ada nyamuk sebanyak 3 KK (4,7%), jarang memperhatikan kondisi kelambu berinsektisida (tidak dalam keadaan terbuka) saat keluar dari tempat tidur sebanyak 16 KK (25%), jarang menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari biarpun kamarterasa panas sebanyak 1 KK (1,6%), jarang mencuci kelambu berinsektisida menggunakan air biasa sebanyak 6 KK (9,4%), jarang menjemur kelambu berinsektisida di tempat yang tidak terkena sinar matahari sebanyak 7 KK
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 3
(10,9%), jarang menggunakan kelambu berinsektisida biarpun di dalam kamar sudah menggunakan obat anti nyamuk bakar sebanyak 10 KK (15,6%), jarang mengikat atau menggulung kelambu pada siang hari sebanyak 2 KK (3,1%). Begitupun KK yang yang tidak pernah menggunakan kelambu berinsektisida dengan memasukkan seluruh ujung kelambu dibawah kasur atau tikar sebanyak 3 KK (4,7%), tidak pernah mencuci kelambu berinsektisida menggunakan air biasa sebanyak 9 KK (14,1%), tidak pernah menggunakan kelambu berinsektisida biarpun didalam kamar sudah menggunakan obat anti nyamuk bakar sebanyak 10 KK (15,6%). Tabel 1 menunjukkan sebanyak 30 KK responden (46,9%) patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida. Berdasarkan kuesioner penelitian menunjukkan bahwa KK yang selalu menggunakan kelambu berinsektisida dengan memasukkan seluruh ujung kelambu dibawah kasur atau tikar sebanyak 48 KK (75%), selalu mengecek kelambu berinsektisida terlebih dahulu (sudah dalam keadaan tertutup) sebelum tidur, sebanyak 54 KK (84,4%), selalu tidur menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari sebanyak 63 KK (98,4%), selalu tidur menggunakan kelambu berinsektisida biarpun tidak ada nyamuk sebanyak 61 KK (95,3%), selalu memperhatikan
kondisi kelambu berinsektisida saat keluar dari tempat tidur (tidak dalam keadaan terbuka) sebanyak 48 KK (75%), selalu menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari biarpun kamar terasa panas sebanyak 63 KK (98,4%), selalu mencuci kelambu berinsektisida menggunakan air biasa sebanyak 49 KK (76,5%), selalu menjemur kelambu berinsektisida di tempat yang tidak terkena sinar matahari sebanyak 57 KK (89,1%), selalu menggunakan kelambu berinsektisida biarpun didalam kamar sudah menggunakan obat anti nyamuk bakar sebanyak 53 KK (82,8%), selalu mengikat atau menggulung kelambu pada siang hari sebanyak 62 KK (96,9%). Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Malaria 1 Bulan Terakhir Kejadian Malaria Malaria Tidak Malaria Total
Frekuensi
Persentase
12
18,8
52
81,2
64
100
Pada tabel 2 menunjukkan yang menderita malaria sebanyak 12 KK (18,8) yang terdapat pada di 3 dusun antara lain Dusun Boe sebanyak 5 KK dan Dusun Sakaloong sebanyak 3 KK (25%), Dusun Oeleu sebanyak 3 KK (25%). Hal ini terjadi karena KK menggunakan kelambu berinsektisida tetapi tidak mencakup secara keseluruhan ke- 3 indikator yang ada, salah satunya adalah
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 4
pemakaian kelambu sudah benar tetapi dalam perawatan kelambu dan waktu penggunaan tidak dilakukan dengan benar. Selain itu KK masih menggunakan obat nyamuk bakar walaupun sudah mendapatkan pembagian kelambu berinsektisida. Seperti yang disampaikan oleh Dinkes Lumajang (2014) kejadian malaria dapat dipengaruhi dipengaruhi juga oleh faktor lain antara lain umur pada usia muda lebih berisiko terinfeksi yang lebih hebat karena belum matangnya system imun pada usia muda sedangkan pada usia tua disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh. Dari tabel 2 juga dapat diketahui bahwa yang tidak menderita malaria sebanyak 52 KK (81,2%). Ini menunjukkan berbagai upaya penanggulangan malaria salah satu diantaranya adalah menggunakan kelambu berinsektisida. Menurut Depkes (2009) salah satu cara untuk meminimalkan kontak antara manusia dengan vektornya yaitu dengan pemakaian kelambu berinsektisida yang tahan lama (long lasting insecticide treated nets atau LLIN). Penggunaan kelambu berinsektisida ini merupakan cara yang efektif untuk pencegahan kontak dengan vektor malaria karena selain sebagai penghalang secara fisik terhadap nyamuk, aktivitas insektisida yang terkandung di dalamnya dapat membunuh nyamuk (Yahya, 2011). Kelambu berinsektisida yang telah direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO) sejak November 2004 aman bagi manusia dan telah digunakan oleh banyak negara. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Husin di Puskesmas Sukamerinda Kota Bengkulu, dimana orang yang tidur malam tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko terkena malaria 5,8 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari. Selain itu ada juga beberapa pencegahan malaria yaitu perilaku masyarakat yang tidak keluar rumah pada malam hari, adanya kekebalan tubuh yang dapat melawan parasit malaria, menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria dengan cara mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk bakar, memasang kawat kasa pada jendela, menjauhkan kandang ternak dari rumah dan meletakkan kandang ternak pada lokasi yang tepat (cattle barrier), membersihkan tempat perindukan/istirahat nyamuk, dengan cara membersihkan semak-semak di sekitar rumah, melipat kain-kain yang bergantungan, mengusahakan didalam rumah tidak terdapat tempat-tempat yang gelap, mengalirkan genangan-genangan air dan menimbun genangangenangan air, membunuh nyamuk dewasa dengan penyemprotan insektisida, membunuh jentik-jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik dan pemberian larvasida,
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 5
Pemberian obat pencegahan malaria. Tabel 3. Hubungan Kepatuhan Penggunaan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Malaria Kepatuhan Penggunaan Kelambu Tidak Patuh Patuh Total
Malaria f 12 0 12
0,647 kali lebih besar dibandingkan KK yang patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida untuk terkena malaria.
Kejadian Malaria Tidak Malaria % f % 35,3 22 64,7 0 30 100 18,8 52 81,2
Tabel 3 menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan tidur menggunakan kelambu bersinsektisida dengan kejadian malaria. Sebanyak 12 KK (35,3%) responden yang tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida mengalami kejadian malaria, sedangkan responden yang tidak patuh namun tidak menderita malaria sebanyak 22 KK (64,7%). Pada kelompok KK yang patuh dalam menggunakan kelambu berinsektisida, sebanyak 30 KK (100%) dari KK tersebut tidak mengalami kejadian malaria. Hasil uji statistik menggunakan uji chisquare menunjukkan p value sebesar 0,001 (p < 0,05). Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria di tingkat rumah tangga Desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu, dimana KK yang tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida akan berisiko
Total n %
P value
OR (CI 95%)
34 30 64
0,001
0,647 (0,505 – 0,829)
100 100 100
Berdasarkan hasil penelitian, KK yang patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida tidak ada yang menderita malaria dalam 1 bulan terakhir. Hal ini terjadi karena KK sudah melakukan hal yang benar yang mencakup ke-3 indikator kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida baik itu penggunaan kelambu yang benar, waktu penggunaan kelambu maupun perawatan kelambu berinsektisida. Menurut WHO (1995) penggunaan kelambu akan menghindari terjadinya kontak langsung antara nyamuk dengan manusia, dan dengan kelambu tersebut diharapkan mass killing dari nyamuk malaria dapat dicegah dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kelambu. Menurut Barodji (2001) menyatakan bahwa semakin besarproporsi penduduk yang patuh memakai kelambu maka akan semakin rendah angka kesakitan malaria. Hasil studi ini juga sejalan dengan penelitian Suharmanto (2000) bahwa responden yang tidak menggunakan kelambu berisiko 7,54 kali untuk terkena malaria
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 6
dibandingkan mereka yang menggunakan kelambu. Pencegahan kejadian malaria secara individu juga dapat dicegah dengan terlibat dalam perilaku pencegahan dengan tidur menggunakan kelambu yang telah dipoles insektida dan memperkecil pajanan dengan mengendalikan aktivitas pada malam hari. Hasil studi di Thailand menunjukkan peningkatan risiko terjadinya penyakit 2,45 kali untuk bukan pengguna kelambu dan 1,52– 6,44 kali untuk penggunaan yang tidak teratur dibandingkan mereka yang menggunakan secara teratur. KK yang tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida mengalami kejadian malaria ini terjadi karena KK tidak menjalankan secara keseluruhan Ke-3 indikator kepatuhan. Berdasarkan hasil penelitian Husin di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, orang yang tidur malam tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko terkena malaria 5,8 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menggunakan kelambu berinsektisida pada malam hari. KK yang tidak patuh namun tidak mengalami kejadian penyakit malaria dalam 1 bulan hal ini terjadi bukan karena KK tidak menggunakan kelambu berisektida namun kurang patuh terutama tidak mencakup secara keseluruhan ke-3 indikator kepatuhan menggunakan kelambu
berinsektisida. Selain itu obat nyamuk bakar masih digunakan KK sebagai salah pencegahan terhdap gigitan nyamuk. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubianti et al pada tahun (2008) dalam Santi (2014) di Puskesmas Paruga, Nusa Tenggara Barat yang mengatakan cara lain untuk mengurangi risiko tergigit oleh nyamuk malaria salah satunya adalah dengan menggunakan obat anti nyamuk karena obat anti nyamuk ini mengandung zat kimia sintetik (allterin, transflutrin, bioalltherin, esbiothrin dan lain-lain) yang sudah dibentuk sedemikian rupa yang dihantarkan melalui asap sehingga mampu untuk membunuh nyamuk dan serangga lainnya. Meskipun telah memiliki kelambu, masyarakat juga tetap memakai anti nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk. Terdapat beberapa faktor seseorang tidak terkena penyakit malaria diantaranya mendapatkan kekebalan alami orang yang pernah menderita malaria sebelumnya atau pernah terinfeksi malaria biasanya akan membentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Selain itu dipengaruhi tidak berada diluar rumah pada malam. Sejalan dengan hasil penelitia Harijanto (2000), mengatakan ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria karena nyamuk Anopheles betina bersifat eksofilik, lebih banyak
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 7
berada di luar rumah, karena banyaknya tempat-tempat perindukan. Seperti berada di sawah, tambak-tambak udang yang terlantar, pembangunan waduk, dan di lingkungan rumah yang banyak genangangenangan air, sehingga dengan banyaknya nyamuk yang tinggal di luar rumah dan masyarakat yang mempunyai kebiasaan berada di luar rumah akan meningkatkan kejadian penyakit malaria. Kebiasaan nyamuk yang mencari darah adalah pada malam hari, maka pemakaian kelambu berinsektisida merupakan upaya yang efektif untuk menghindari dan mencegah kontak antara nyamuk dan orang sehat pada saat tidur pada malam hari, karena melihat nyamuk anopheles aktif menggigit pada malam hari yaitu Puncak aktivitas pertama terjadi malam dan puncak kedua menjelang pagi hari. Hubungan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Masra (2002) dimana Studi case control di Bandar Lampung memberikan hasil bahwa kebiasaan tidak memakai kelambu sewaktu tidur memiliki risiko mendapatkan malaria 5,55 kali dibandingkan memakai kelambu. Studi sejenis ini di Banjarnegara juga menunjukkan bahwa tidak memakai kelambu secara teratur setiap malam mempunyai risikoterkena malaria 1,87 kali dibandingkan
penduduk yang menggunakan kelambu secara teratur. D. KESIMPULAN 1. Sebanyak 34 KK (53,1%) dinyatakan tidak patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur, sedangkan sebanyak 30 KK (46,9%) patuh dalam penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur. 2. Sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak mengalami malaria, yaitu sebanyak 52 KK (81,2%), sedangkan yang mengalami kejadian malaria adalah sebanyak 12 KK (18,8%). 3. Ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria di tingkat rumah tangga Desa Bauho Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu (p value = 0,001; OR = 0,647). E. SARAN 1. Bagi Pemerintah atau Instansi Hendaknya hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai masukkan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan mengenai penggunaan kelambu berinsektisida untuk mencegah kejadian malaria. 2. Bagi Masyarakat Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan bagi keluarga tentang kepatuhan dalam penggunaan kelambu berinsektisida, baik mulai
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 8
dari cara menggunakan kelambu berisektisida yang benar, waktu penggunaan kelambu berinsektisida dan perawatan kelambu berinsektisida. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hendaknya peneliti selanjutnya dapat mengendalikan variabel lain yang mempengaruhi penelitian ini antara lain menggunakan obat anti nyamuk bakar, tidak keluar rumah pada malam hari dan penggunaan tanaman obat pengusir nyamuk.seperti tanaman lavender, serai dan daun sirih.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. (2013). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ditjen PP & PL. (2008). Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta :. Depkes RI. Ditjen PP & PL. (2011). Pedoman Penggunaan Kelambu Berinsektisida Menuju Eliminasi Malaria. Jakarta : Kemenkes RI. Ditjen PP & PL. (2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Epidemiologi Malaria. Jakarta : Kemenkes RI
Dinkes NTT. (2012). Profil Dinas Kesehatan NTT. Kupang : Dinkes Prop. NTT. Dinkes Lumajang. 2014. Faktor Host Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria. Diakses 15 Agustus 2015, from http://file/hostfactormalariadi sease dinkeslumajang.htm Firmansyah, Dkk. (2013). Efikasi Kelambu Berinsektisida Setelah Pencucian Berulang Terhadap Nyamuk. Diakses 21 April, 2015, from http://pasca.unhas.ac.id/jurnal /files.pdf. Faradila, Dkk. (2013). Penggunaan Kelambu Berinsektisida Terhadap Pengendalian Penyakit Malaria Di Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Diakses 21 April, 2015, from http://pasca.unhas.ac.id/jurnal /files.pdf. Ghozali. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro. Hdayat, A. Aziz Alimul. (2014). Metode Penelitian Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: salemba Medika. Harijanto, Dkk. (2009). Malaria : Dari Molekuler ke Klinis. Jakarta: EGC. Irianto, Koes. (2013). Parasitologi Medis (Medical Parasitology). Bandung : Alfa Beta
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 9
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta . Nursalam. (2013). Metodologi Peneltian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Prabowo A. (2007). Mencegah dan Mengatasi Malaria. Jakarta : Puspa Nawatu.
Rahmadiliyani, Nina. 2013. Hubungan Penggunaan Kelambu Berinsektisida Dan Kejadian Malaria Di Desa Kepayang Kecamatan Kusan Hili Kabupaten Tanah Bumbu. Diakses 15 Agustus 2015, from http://s..ac.stikes husada.id/jurnal/files.pdf. Soedarto. (2009). Pengobatan Penyakit Parasit. Jakarta: CV Agung Seto Susanna, Dewi. (2010). Dinamika Penularan Malaria. Jakara: Universitas Indoneasia (UI Press).
2015, http:// http://fkdt.ac.id/jurnal/files.pd f. Soedarto. (2011). Malaria, cetakan I. Jakarta : CV agung Seto. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sorontou, Yohanna. (2014). Ilmu Malaria Klinik. Jakarta : EGC Sucipto, Cecep Dani, (2014). Manual Lengkap Malaria. Yogyakarta : Gosyen Publishing Yahya. (2012). Penggunaan Kelambu Berinsektisida Permethrin di Desa Seleman Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Diakses 22 April, 2015, from http://www.balitbangnovdasu msel.com/ data/download/.pdf. Zulkoni, H. Akhsin. (2011). Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Suparyanto. (2010). Konsep Kepatuhan. Diakses 23 April, 2015, from http://www.materi/Konsepke patuhan.htm. Santi. (2014). Hubungan antara Faktor Individu Dan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Desa sungai Ayak 3 Kecamatan Belitung Hilir Kabupaten sekadau. Diakses 15 Agustus
Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Tingkat Rumah Tangga Desa BauhoKecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu 10