EFEKTIFITAS TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PENGGUNAAN TANGAN KANAN PADA PERILAKU MAKAN ANAK KIDAL Sari Julika Fakultas Psikologi, Universtas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
[email protected]
ABSTRACT Left handed is a preference of someone who like to use their left hand to do an activities more than use their right hand. In east culture, the society is respect of right hand to do their activities, include when they eat. Using left hand when eat is impolite in east culture. This is make a problem with left handed people who like to use their left hand so they must adapt with east culture to not deviated by the society. The purpose of this research is to know the effectivity of token economy as one of kind behavior modification to increase the use of right hand in eating behavior with left handed child. The method was used to collection data is observational checklist. Data is analyse with visual inspection to compare the effectivity of the treatmnet. From the research is known that there are increase of the use of right hand in eating behavior at subject. The conclusion of this research is token economy effectives to increase the use of right hand in eating behavior with left handed child. Key word : left handed, right hand, eating behavior.
ABSTRAK Kidal adalah kecenderungan seseorang untuk lebih aktif menggunakan tangan kirinya ketika beraktifitas daripada menggunakan tangan kanannya. Dalam budaya timur masyarakatnya sangat menghormati penggunaan tangan kanan dalam beraktifitas, termasuk ketika makan. Menggunakan tangan kiri ketika makan termasuk perbuatan tidak sopan dalam budaya timur. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi pengguna tangan kiri (kidal) yang terbiasa menggunakan tangan kiri ketika beraktifitas karena harus menyesuaikan diri dengan budaya timur agar tidak dianggap menyimpang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas token ekonomi sebagai salah satu teknik modifikasi perilaku dalam meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan menggunakan checklist. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik visual inspection untuk membandingkan efektifitas perlakuan. Dari hasil penelitian terlihat ada peningkatan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan subjek. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa token ekonomi efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal. Kata kunci : kidal, tangan kanan, perilaku makan.
PENDAHULUAN Kidal (left handed) adalah kecenderungan seseorang untuk lebih aktif menggunakan anggota tubuh sebelah kiri dibandingkan yang sebelah kanan. Dalam anggota tubuh, otak mempunyai dua belahan (hemisfer), yaitu otak belahan kiri dan otak belahan kanan. Otak belahan kiri mengatur pergerakan dominan dari bagian kanan tubuh, dan otak belahan kanan mengatur pergerakan dominan dari bagian kiri tubuh. Penyebab seseorang menjadi kidal adalah karena fungsi otak belahan kanannya lebih dominan daripada fungsi otak belahan kiri (Juan, 2000). Berdasarkan data statistik dalam penelitian Jung dan Jung (2009), sebesar 10,6% orang kidal merasa tidak nyaman dengan keadaannya yang kidal, sementara sebesar 54,6% merasa sedikit tidak nyaman dengan keadaannya yang kidal. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang kidal yang merasa tidak nyaman dengan keadaannya yang kidal, tapi orang kidal tersebut tidak mampu mengubahnya. Beberapa survei yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya menemukan bahwa kidal lebih banyak ditemukan pada orang muda daripada orang dewasa dan tua. Para peneliti berpendapat bahwa hal ini terjadi karena tekanan sosial untuk menjadi pengguna tangan kanan, sehingga orang yang kidal berusaha menggunakan tangan kanannya dalam beraktivitas agar dapat diterima masyarakat (Smith and Egan, 2007). Hampir 80-90% anak dalam perkembangannya akan mengalami dominasi belahan otak sebelah kiri, sehingga anak akan aktif dengan tangan kanan dalam beraktivitas, sisanya dapat menjadi kidal, dominasi ini terutama akan menetap setelah umur empat tahun. Menurut penelitian yang telah dilakukan (Klar, 1999), jumlah penduduk dunia yang kidal hanyalah sekitar 9%, dari jumlah ini, hanya 30% yang didominasi oleh hemisfer kanan. Hal ini berarti bahwa meskipun seseorang itu kidal, tetap saja hemisfer yang lebih dominan untuk kebahasaan adalah hemisfer kiri. Eisenberg, dkk (1998) mengatakan kecenderungan penggunaan tangan biasanya belum jelas sampai usia tiga tahun, bahkan kadang hingga di atas usia tiga tahun sehingga orangtunya mengira anaknya kidal. Pada tahun-tahun awal perkembangan, sering terjadi anak tampak ambidextrous, dengan bebas anak menggunakan kedua tangannya sampai anak memutuskan mana yang lebih nyaman digunakan. Sekitar 20% anak tak pernah memilih salah satu tangannya, dan tetap ambidextrous dalam derajat tertentu. Beberapa anak ambidextrous dapat menggunakan keduanya untuk semua jenis pekerjaan. Ada banyak data statistik tentang dominasi tangan yang merujuk pada literatur, tetapi yang paling diterima secara statistik untuk kidal adalah antara 8-12% dari populasi (Hardyck dan Petrinovich, 1977; Perelle dan Ehrman, 1994; Reiss dan Reiss, 1999), namun, ada penyimpangan lebar sebesar 0,6-19,8% dalam kelompok budaya dan ras yang berbeda (Gotestam, 1990; Porac et al., 1990). Penerimaan suatu budaya masyarakat dalam penggunaan tangan juga berpengaruh terhadap pengguna tangan itu sendiri (Liliwei, 2002). Hal ini terlihat dalam budaya Jawa di Indonesia yang masyarakatnya sangat menghormati pengggunaan tangan kanan sebagai tangan baik, dan tangan kiri sebagai tangan tidak baik, meskipun sebenarnya penggunaan tangan tersebut lebih kepada habit of tought (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2002). Selain itu, prevalensi kidal mungkin akan dikaitkan dengan perbedaan metode yang digunakan untuk penilaian asesmen atau jenis kriteria yang digunakan untuk kategorisasi (Porac dan Coren, 1981; Porac et al., 1990) yang mungkin telah berubah dari waktu ke waktu (Schmauder et al., 1993; Denny dan O'Sullivan, 2007). Adanya penyisihan perbedaan-
perbedaan ini, sekitar 90% dari populasi umum dianggap menggunakan tangan kanan (Previc dan Saucedo, 1991). Masih banyak orangtua di belahan dunia ini yang merasa bingung ketika mengetahui anaknya memiliki kecenderungan kidal. Masalah ini tidak hanya terjadi pada orangtua di daerah timur saja, tapi juga menjadi masalah para orangtua di barat. Seperti dikutip dalam Harris (2010), “Apa yang harus orangtua lakukan terhadap penggunaan tangan anaknya, terutama jika anaknya memperlihatkan kecenderungan kidal?” Pertanyaan ini menjadi perhatian rutin di masa lalu dan tetap begitu sampai sekarang dalam suatu komunitas tertentu dan bagian dari dunia, dengan para ahli dari berbagai jalur memberikan instruksi dan saran). Pernyataan di atas mengungkapkan bahwasanya para orangtua masih banyak yang bingung tentang cara memperlakukan anaknya yang memiliki kecenderungan kidal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis di empat TK di Yogyakarta, penulis menemukan setidaknya ada satu atau dua anak kidal di satu sekolahan. Rata-rata anak yang disebut kidal oleh gurunya tersebut adalah anak yang banyak menggunakan tangan kirinya ketika beraktifitas, terutama menulis. Penulis juga sempat berbicara dengan salah satu orangtua murid yang anaknya memiliki kecenderungan kidal, tetapi orangtua subjek kelihatan tidak setuju anaknya dikatakan kidal dan mengatakan bahwa anaknya tidak kidal dan dapat menggunakan kedua tangannya untuk beraktifitas. Tampak ada keengganan dari orangtua subjek tersebut untuk mengakui kekidalan anaknya. Di TK lain di daerah Bantul, Yogyakarta, peneliti menemukan anak kidal, tetapi menurut orangtuanya anak tersebut mengalami kelainan saat lahir yang menyebabkan anaknya mengalami kekurangan dalam hal kognitif, dan berdampak pada kidalnya. Di TK ABA Lempuyangan peneliti menemukan anak yang kidal karena hampir semua aktifitas subjek menggunakan tangan kirinya, termasuk makan. Meskipun dari hasil wawancara dengan orangtua dan guru di sekolah mengatakan sudah mengajarkan dan mengingatkan untuk makan dengan tangan kanan, tapi berdasarkan hasil observasi peneliti terkadang anak masih makan menggunakan tangan kirinya ketika guru tidak menegur. Di TK Al-Husna peneliti juga menemukan anak kidal. Anak biasa menggunakan tangan kirinya ketika beraktifitas seperti menggambar dan mewarnai, meskipun untuk perilaku makan nasi anak lebih banyak menggunakan tangan kanannya. Kidal memang bukanlah suatu kelainan, dan orang kidal bebas memilih untuk tetap menggunakan tangan kirinya dalam beraktifitas, layaknya orang kebanyakan menggunakan tangan kanannya untuk beraktifitas, tetapi ada beberapa hal yang harus tetap dilakukan dengan tangan kanan meskipun orang tersebut kidal. Hal-hal seperti makan, minum, bersalaman dengan orang lain, memberi dan menerima sesuatu hendaknya tetap dilakukan dengan tangan kanan, hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam yang menganjurkan penganutnya untuk menggunakan tangan kanan untuk aktifitas yang baik-baik. Seperti dikutip dalam hadits yang berbunyi “Dari Aisyah Radhiallahu Anha berkata:“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam seluruh aktifitas beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5926 dan Muslim no. 268). (http://pustakaimamsyafii.com/fikih-menggunakan-tangan-kanan.html). Hadits lain berbunyi “Dari Abdullah Bin ‘Umar Radhiallahu Anhuma Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika dia minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya. Karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim no. 3764, dalam AlAbani, 2005). Hadist lain berbunyi “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu” (HR Bukhari dan Muslim, dalam Al-Musainid, 2007). Kandungan hadits ini secara umum menggambarkan kewajiban makan dengan tangan kanan, makan dengan tangan kiri tanpa suatu alasan yang benar dianggap haram, dan Rasulullah juga menyukai aktivitas dengan tangan kanan (Salim, 2005). Berdasarkan hal-hal di atas, banyak hal yang mesti dikerjakan dengan tangan kanan oleh orang muslim, termasuk perilaku makan, dan tentunya ini berlaku untuk semua umat muslim tanpa terkecuali, meskipun orang tersebut kidal. Indonesia menganut budaya timur dan mayoritas penduduknya adalah muslim, dengan budaya timur yang masih sangat kental dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakatnya, membuat penduduk yang tinggal di dalamnya secara tak langsung harus dan mau mengikuti nilai dan norma yang ada tersebut agar tidak dicap negatif oleh lingkungan sekitar. Berdasarkan norma dan adat istiadat yang ada di Indonesia, yang menganut adat istiadat dan budaya timur pun sangat mengutamakan penggunaan tangan kanan dalam beraktifitas.Adat budaya Jawa juga sangat mengutamakan penggunaan tangan kanan sebagai tangan baik dan tangan kiri adalah sebaliknya, yaitu tangan buruk sehingga harus dihindari (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2002). Penulis akan menerapkan salah satu teknik modifikasi perilaku, yaitu pemberian token ekonomi ketika anak melakukan perilaku sasaran yang diharapkan. Token ekonomi (Soekadji, 1983) adalah pemberian pengukuh sementara berupa kepingan/kartu/materai segera setelah perilaku yang diinginkan terjadi, dan setelah terkumpul dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan pengukuh yang diharapkan (pengukuh idaman anak). Prosedur ini merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi, dan memelihara berbagai perilaku. Token ekonomi dicadangkan untuk menangani perilaku-perilaku yang tidak mempan bila dilakukan teknik lain. Penggunaan token ekonomi ini efektif, namun perencanaan hendaknya mencakup peralihan ke program yang lebih wajar (Corey, 2005). Alasan penulis menggunakan token ekonomi adalah karena anak pada tahap perkembangan ini masih dalam tahap belajar dan akan sangat mudah termotivasi untuk melakukan sesuatu bila ada imbalannya. Selain itu token ekonomi juga mengajarkan anak untuk terus berusaha secara kontinyu dan bertahap untuk belajar mendapatkan apa yang diharapkan, dan juga dapat melatih kesabaran anak. Kajian Teori Anak, atau biasa disebut anak-anak, adalah masa setelah masa bayi dan sebelum masa remaja, usia sekitar dua sampai tigabelas atau empat belas tahun dan telah mencapai fungsi kematangan seksual(Hurlock, 1980). Masa anak-anak ini dibagi menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal, usia sekitar dua sampai enam tahun, dan masa anak-anak akhir, usia sekitar enam sampai tigabelas atau empat belas tahun (Hurlock, 1980). Tugas perkembangan anak-anak menurut Harvighurst (dalam Hurlock, 1980) diantaranya adalah belajar berjalan, berbicara, mengendalikan pembuangan kotoran tubuhnya, mempelajari perbedaan seks dan tata caranya, mempersiapkan diri untuk membaca, membedakan yang benar dan salah, mengembangkan hati nurani, mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan umum, membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai manusia yang sedang bertumbuh, menyesuaikan diri dengan teman-temannya, mengembangkan peran sosial sebagai pria atau wanita secara tepat, mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, moral, tata krama, dan nilai,
mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan mencapai kebebasan pribadi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak adalah individu yang berusia dua sampai tigabelas atau empatbelas tahun dan telah mencapai fungsi kematangan seksual. Kidal (left handed) adalah kecenderungan seseorang untuk lebih aktif menggunakan anggota tubuh sebelah kiri dibandingkan yang sebelah kanan. Dalam anggota tubuh, otak mempunyai dua belahan (hemisfer), yaitu otak belahan kiri dan otak belahan kanan. Otak belahan kiri mengatur pergerakan dominan dari bagian kanan tubuh, dan otak belahan kanan mengatur pergerakan dominan dari bagian kiri tubuh. Penyebab seseorang menjadi kidal adalah karena fungsi otak belahan kanannya lebih dominan daripada fungsi otak belahan kiri (Juan, 2000).Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak kidal adalah anak berusia dua sampai tigabelas atau empatbelas tahun dan lebih aktif menggunakan anggota tubuh sebelah kiri dibandingkan anggota tubuh sebelah kanannya. Ada isu yang beredar di masyarakat bahwasanya anak kidal cenderung lebih kreatif dibandingkan anak yang tidak kidal. Hal ini dikarenakan anak kidal otak kanannya lebih berkembang daripada otak kirinya. Seperti yang diketahui, otak belahan kiri mengatur pergerakan tubuh bagian kanan, dan otak belahan kanan mengatur pergerakan tubuh bagian kiri (Juan, 2008), sehingga dianggap anak yang menggunakan bagian tubuh kirinya lebih banyak ketika beraktifitas memiliki otak kanan yang juga lebih aktif dibandingkan otak kirinya. Otak belahan kiri dan kanan memilik fungsi yang berbeda. Otak belahan kiri tertarik akan fakta, menyukai keteraturan, menjelaskan fikiran secara verbal, dan senang menggunakan contoh-contoh faktual, sedangkan otak belahan kanan lebih menyukai sesuatu yang baru, berminat pada berbagai macam kemungkinan, menjelaskan dengan gerakan-gerakan, dan menggunakan contoh-contoh yang penuh imajinasi (Sudono, 2000). Pengaruh keluarga yang kidal juga mempengaruhi tipologi orang kidal (Hardyck dan Petrinovich dalam Lezak, 1995). Pengguna tangan kiri atau lebih tepat disebut sebagai non-pengguna tangan kanan terbagi menjadi pengguna tangan kiri yang kuat/ dominan tanpa sejarah anggota keluarga yang kidal, pengguna tangan kiri yang kuat disertai sejarah anggota keluarga yang kidal, dan pengguna tangan kiri yang lemah dengan disertai sejarah anggota keluarga yang kidal (Lezak, 1995). Perbedaan mendasar antara pengguna tangan kanan dan non-pengguna tangan kanan (kidal) terletak pada kemampuan kognitif (Lezak, 1995), bahasa dan spasial (Coren,1990). Anak kidal menunjukkan hasil tes yang lebih rendah dalam subtes performance WAIS, rancangan balok, dan merakit objek (Coren,1990). Selain itu ada perbedaan berbicara antara pengguna tangan kiri dengan ambidexter. Penelitian menyebutkan bahwa kemampuan visuospasial pengguna tangan kanan (tidak kidal) lebih baik daripada pengguna tangan kiri (kidal) (Bradshaw, 1989, Levy, 1972 dalam Lezak, 1995), tetapi kemampuan melihat tiga dimensi pada anak kidal lebih baik daripada anak yang tidak kidal, karena kemampuan visualisasi dan membayangkan berada di belahan otak kiri (Coon and Mitterer, 2010). Kebanyakan pengguna tangan kiri lebih menyukai seni (Smith, 1989 dalam Lezak, 1995). Sebagian kecil dari anak kidal menggunakan tangan kirinya sebagai kebiasaan karena adanya trauma lahir seperti berat badan kurang, prematur, ataupun terlahir sungsang (Coon and Mitterer, 2010). Anak-anak ini akan dengan mudah terserang alergi, permasalahan belajar, dan masalah lainnya (Betancur et al, dalam Coon and Mitterer, 2010). Selain itu, anak yang tidak konsisten dengan salah satu tangannya juga dapat mudah terserang penyakit karena imunnya yang rendah (Bryden, Bruyn, and Fletcher, 2005 dalam Coon and Mitterer, 2010).
Anak kidal atau pengguna tangan kiri melakukan hampir semua aktifitas dengan tangan kirinya, mulai dari makan, minum, menulis, menggambar, melukis, mewarnai, menerima, memberi, mengambil barang, menggunting, memotong, memegang benda, memutar kenop pintu/laci, memukul, menyapu dan perilaku lainnya. Perilaku yang paling mudah untuk diamati adalah saat pengguna tangan kiri memegang pena/pensil untuk menulis (Coon and Mitterer, 2010). Saat berolahraga seperti badminton, atau tenis, orang yang kidal juga terlihat dari posisinya memegang raket dengan tangan kiri (Coon and Mitterer, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata penggunaan berasal dari kata dasar guna, yang berarti fungsi atau manfaat sedangkan penggunaan sendiri berarti proses atau cara pemakaian. Tangan kanan sendiri adalah tangan bagian dari siku sampai jari-jari yang berada disebelah kanan anggota tubuh (KBBI, 2008).Secara umum perilaku adalah suatu aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon yang sifatnya dapat diamati dan dapat dipelajari. Waridah (2008) menjelaskan bahwa makan adalah memasukkan sesuatu atau makanan, baik makanan pokok atau tidak, kedalam mulut kemudian mengunyah dan menelannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menjelaskan definisi makan sebagai berikut yaitu (1) memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya, contoh : X makan tiga kali sehari; (2) memasukkan sesuatu ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya, contoh : X sedang makan pisang; (3) memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan mengunyah-ngunyahnya, contoh : Nenek sedang makan sirih; (4) memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan menelannya, contoh : pasien harus makan obat. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan adalah suatu aktivitas yang dapat diamati, berupa memasukkan sesuatu atau makanan, baik makanan pokok atau tidak, kedalam mulut kemudian mengunyah dan menelannya. Penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses aktivitas individu berusia dua sampai tigabelas atau empatbelas tahun yang berupa memasukkan sesuatu atau makanan, baik makanan pokok atau tidak, kedalam mulut kemudian mengunyah dan menelannya dengan menggunakan tangan kanannya pada individu yang terbiasa menggunakan tangan kirinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal. Faktor-faktor tersebut secara umum adalah : a. Faktor agama Dalam ajaran agama Islam telah di jelaskan bahwasanya Allah SWT telah memerintahkan umatNya untuk menggunaan tangan kanan dalam berbagai aktifitas. Seperti tertulis dalam hadits berikut ini “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu” (HR Bukhari dan Muslim, dalam Al-Musainid, 2007). Nabi Muhammad SAW juga menyukai melakukan sesuatu dengan menggunakan tangan kanannya, seperti yang tertulis dalam hadits berikut “Dari Aisyah Radhiallahu Anha berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam seluruh aktifitas beliau.” (HR. AlBukhari no. 5926 dan Muslim no. 268). (http://pustakaimamsyafii.com/fikihmenggunakan-tangan-kanan.html). Hadits lain berbunyi “Dari Abdullah Bin ‘Umar Radhiallahu Anhuma Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika dia minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya. Karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim no. 3764, dalam Al-Abani, 2005). Kandungan hadits ini
secara umum menggambarkan kewajiban makan dengan tangan kanan, makan dengan tangan kiri tanpa suatu alasan yang benar dianggap haram, dan Rasulullah juga menyukai aktivitas dengan tangan kanan (Salim, 2005). Berdasarkan hadits-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang muslim diwajibkan untuk menggunakan tangan kanannya ketika melakukan berbagai aktifitas yang baik, termasuk makan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menggunakan tangan kanan ketika makan, meskipun orang tersebut kidal. b. Faktor budaya atau adat-istiadat Budaya dan adat istiadat yang berlaku di suatu daerah tertentu sangat mempengaruhi masyarakatnya dalam beraktifitas. Seperti halnya di Indonesia yang menganut budaya timur, yang sangat menjunjung tinggi penggunaan tangan kanan sebagai tangan baik. Hal ini terlihat dalam budaya Jawa di Indonesia yang masyarakatnya sangat menghormati pengggunaan tangan kanan sebagai tangan baik, dan tangan kiri sebagai tangan tidak baik, sehingga penggunaan tangan kiri harus dihindari (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2002). c. Faktor keluarga Seperti yang telah diketahui bahwa orang kidal terbagi menjadi pengguna tangan kiri yang kuat/ dominan tanpa sejarah anggota keluarga yang kidal, pengguna tangan kiri yang kuat disertai sejarah anggota keluarga yang kidal, dan pengguna tangan kiri yang lemah dengan disertai sejarah anggota keluarga yang kidal (Lezak, 1995). Anak yang mempunyai orangtua atau anggota keluarga yang juga kidal belajar menggunakan tangan kirinya dengan meniru orangtua atau anggota keluarganya tersebut, sedangkan anak kidal yang tidak memiliki anggota keluarga yang kidal kemungkinan akan sulit untuk belajar dari keluarganya tersebut, terlebih jika orangtuanya menentang penggunaan tangan kiri anak dan memaksanya menggunakan tangan kanannya. Anak kidal yang terlahir dari orangtua yang tidak kidal akan belajar bahwa ada perbedaan antara dirinya dan orangtuanya. Orangtua dengan anak kidal juga cenderung akan mengajarkan anaknya menggunakan tangan kanannya, entah itu dengan paksaan atau ancaman dan hukuman (Hurlock, 1978). d. Faktor belajar Masa anak-anak adalah masa bermain dan belajar. Anak akan belajar model dari orangtua dan lingkungannya, anak juga belajar bermain peran, dan menempatkan dirinya dalam suatu posisi atau peran tertentu (Hurlock, 1978). Belajar atau proses pembelajaran adalah suatu pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir yang diperoleh melalui pengalaman (Santrock, 2004). Pada masa anak-anak pembentukan suatu perilaku atau modifikasi perilaku dapat dilakukan dengan model condisioning, yaitu pengkondisian secara klasik (classicalconditioning) dan pengkondisisian operan (operantconditioning) (Feist & Feist, 2008). Perbedaan utama antara pengkondisian klasik dan pengkondisian operan adalah dalam pengkondisian klasik perilaku dimunculkan dari individu, sedangkan pada pengkondisian operan perilaku dipancarkan. Maksud dari perilaku dimunculkan adalah perilaku tersebut ditarik keluar dari dalam diri individu, sedangkan perilaku dipancarkan adalah perilaku atau respon yang muncul begitu saja (Feist & Feist, 2008). Salah satu bentuk pengkondisian operan yaitu uang dan token ekonomi. Individu dapat memperoleh hal yang diinginkannya setelah mengumpulkan sejumlah uang atau token yang didapat untuk kemudian menggantinya dengan barang yang diinginkannya (Martin & Pear, 1992). Menggunakan token ekonomi sebagai penguat perilaku, membuat anak kidal belajar bahwa menggunakan tangan kanannya ketika beraktifitas akan lebih dihargai dibandingkan menggunakan tangan kirinya.
Token ekonomi merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang sering digunakan, baik oleh kelompok behaviorist maupun kelompok non-behaviorist (Bellack dan Hersen, 1977). Token ekonomi adalah suatu bentuk penguatan terkondisi selain uang, dan bisa digunakan dalam kelompok atau secara individual (Martin & Pear, 1992). Bellack dan Hersen (1977) menjelaskan bahwa token ekonomi adalah suatu tiruan sistem sosial ekonomi yang dibuat untuk menghasilkan suatu perilaku dalam suatu setting tertentu, yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan nyata. Soekadji (1983) mengatakan bahwa token ekonomi adalah pemberian pengukuh sementara berupa kepingan/kartu/materai segera setelah perilaku yang diinginkan terjadi, dan setelah terkumpul dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan pengukuh yang diharapkan. Prosedur ini merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi, dan memelihara berbagai perilaku. Token ekonomi dicadangkan untuk menangani perilaku-perilaku yang tidak mempan bila dilakukan teknik lain. Penggunaan token ekonomi ini efektif, namun perencanaan hendaknya mencakup peralihan ke program yang lebih wajar. Program token ekonomi ini dapat diterapkan pada anak normal, anak-anak atau orang-orang yang terlambat perkembangannnya, cacat mental, maupun yang mengalami penyimpangan kepribadian (Corey, 2005). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa token ekonomi adalah suatu teknik modifikasi perilaku yang sering digunakan untuk mengubah suatu perilaku dalam setting tertentu menjadi perilaku yang diharapkan dalam kehidupan nyata, berupa pemberian suatu kepingan/chip/stiker bergambar pada subjek jika melakukan perilaku yang diharapkn dan dapat dikumpulkan oleh subjek dan bila telah mencukupi jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan hadiah (penguat) yang diinginkan. Penguatan positif biasa disebut sebagai “perintah nenek” ( Becker dalam Bellack dan Hersen, 1977) karena prosedur ini sangat mudah dilakukan, seperti halnya instruksi atau perintah nenek yang harus dilakukan oleh cucunya. Penguatan positif bertujuan meningkatkan perilaku dengan memberi imbalan jika anak berhasil melakukan sesuai perintah (Bellack dan Hersen, 1977). Contohnya : jika berhasil mendapat nilai A pada pelajaran Matematika maka anak akan mendapatkan bola sepak baru. Penguatan negatif berkebalikan dengan penguatan positif, yaitu menggunakan ketidaknyamanan sebagai penguat atau pembentukan perilaku, dengan harapan anak tidak menyukai ketidaknyamanan tersebut dan berusaha menghindarinya. Contohnya : anak akan dimarahi jika mendapat nilai jelek dalam matematika, sebaliknya anak tidak akan dimarahi jika mendapat nilai bagus, maka anak akan berusaha mendapat nilai bagus agar tidak dimarahi orangtuanya. Hukuman adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman merupakan teknik yang kontroversi dibandingkan metode lainnya, karena hanya mengajarkan atau menunjukkan pada anak hal yang tidak boleh dilakukan, tanpa mengajarkan perilaku baru yang harus dilakukan (Bellack dan Hersen, 1977). Perbedaan token ekonomi dengan prosedur lain ialah pemberian satu kepingan (tanda, isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Kepingankepingan ini nantinya dapat ditukar dengan benda atau pengukuh yang diinginkan subjek (pengukuh idaman). Token ekonomi merupakan salah satu contoh dari penguatan yang bersifat ekstrinsik, yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk meraih imbalan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi ekstrinsikmenjadi motivasi instrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup untuk mengganjar untuk memelihara perilaku baru. Prosedur ini tidak berbeda dengan orang bekerja yang menerima upah berupa uang langsung setelah satu porsi pekerjaannya selesai (Corey, 2005).
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas token ekonomi untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan untuk perilaku makan anak kidal. Hipotesis Token ekonomi efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal.
METODE PENELITIAN Subjek penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas A Taman Kanak-kanak Al-Husna, Jalan Gadjah Mada no.26 Yogyakarta, yang berinisial Y dan berjenis kelamin perempuan. Prosedur Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Observasi menurut Usman (2003) adalah suatu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejalagejala yang diteliti.Pengambilan data dimulai hari Rabu tanggal 30 Mei 2012, sampai dengan hari Jum’at tanggal 22 Juni 2012. Penelitian dilakukan tiap hari full day, yaitu Senin sampai Jum’at, sedangkan Sabtu dan Minggu tidak dilakukan penelitian. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan didampingi satu orang observer, mengobservasi secara langsung subjek yang hendak diteliti.Observasi dilakukan oleh observer pada saat jam makan siang, observer dan peneliti berada di pojok ruangan dekat dengan tempat subjek makan.Fase baseline dimulai hari Rabu, 30 Mei 2012 sampai tanggal 8 Juni 2012 dan fase perlakuan yang harusnya dimulai hari Senin, 11 Juni 2012 diundur menjadi hari selasa, 12 Juni 2012 karena anak tidak hadir di sekolah tanpa surat keterangan. Pada tanggal 31 Mei 2012 anak mengikuti wisata dari sekolah sehingga tidak diadakan makan siang di sekolahnya. Pemberian perlakuan awalnya akan dilaksanakan selama 10 hari, dimulai hari Senin tanggal 11 Juni 2012 sampai dengan tanggal 22 Juni 2012, tetapi pada hari pertama perlakuan, Senin 11 Juni 2012 subjek tidak hadir ke sekolah tanpa surat keterangan sehingga pemberian perlakuan pada hari tersebut batal dilakukan. Peneliti baru memberikan perlakuan pada esok hari, tanggal 12 Juni 2012, sehingga perlakuan menjadi 9 hari saja. Pada fase perlakuan observer bertindak sebagai pemberi token, dan diawal menjelaskan fungsi token dan cara mendapatkannya pada subjek serta pengurangan token. Observer sebelumnya juga telah dilatih cara menyampaikan instruksi kepada subjek penelitian. Token diberikan segera setelah subjek selesai makan siang dan sebelum sholat dzuhur berjamaah. Token diberikan pada subjek sambil mengevaluasi perilaku makannya pada hari tersebut, memberi tahu kekurangannya dan memotivasi subjek agar berusaha lebih baik lagi esok hari. Subjek juga diberikan pujian atas usahanya tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian
Pada fase baseline anak menggunakan tangan kanan ketika makan sebanyak 11 kali dan tangan kiri sebanyak enam kali pada hari pertama (Rabu, 30 Mei 2012 ), 30 kali dengan tangan kanan dan tiga kali dengan tangan kiri pada hari kedua (Jum’at, 1 Juni 2012), menggunakan tangan kanan sebanyak 15 kali dan tidak menggunakan tangan kirinya ketika makan pada hari ketiga (Senin, 4 Juni 2012), kemudian menggunakan tangan kanan sebanyak 19 kali dan tangan kiri sebanyak tujuh kali pada hari keempat (Selasa, 5 Juni 2012), menggunakan tangan kanan 19 kali dan dua kali tangan kiri pada hari kelima (Rabu, 6 Juni), menggunakan tangan kanan sebanyak 17 kali dan tangan kiri dua kali pada hari keenam (Kamis, 7 Juni 2012), berhasil menggunakan tangan sebanyak 20 kali dan tidak menggunakan tangan kiri ketika makan pada hari ketujuh (Jum’at, 8 Juni 2012), sedangkan pada fase perlakuan subjek menggunakan tangan tangan kanan sebanyak 23 kali dan tangan kiri sebanyak satu kali pada hari pertama (Selasa, 12 Juni 2012), 13 kali tangan kanan dua kali tangan kiri pada hari kedua (Rabu, 13 Juni 2012), 27 kali tangan kanan dan satu kali tangan kiri pada hari ketiga (Kamis, 14 Juni 2012), 13 kali tangan kanan dan berhasil tidak menggunakan tangan kiri pada hari keempat (Jum’at, 15 Juni 2012), 17 kali tangan kanan dan tidak menggunakan tangan kiri pada hari kelima (Senin, 18 Juni 2012), 17 kali tangan kanan dan dua kali tangan kiri pada hari keenam (Selasa, 19 Juni 2012), 20 kali tangan kanan dan berhasil tidak menggunakan tangan kiri pada hari ketujuh (Rabu, 20 Juni 2012), 13 kali dengan tangan kanan dan berhasil tidak menggunakan tangan kiri pada hari kedelapan (Kamis, 21 Juni 2012), dan 24 kali menyuap menggunakan tangan kanan dan tangan kiri sebanyak enam kali pada hari kesembilan (Jum’at, 22 Juni 2012). Tabel 1. Hasil observasi subjek selama penelitian Hari, tanggal
Perilaku makan dengan tangan Kanan
Baseline
Perlakuan
persentase penggunaan tangan kanan
Keterangan
Kiri
Rabu, 30 Mei 2012
11
6
65%
Kamis, 31 Mei 2012 Jum’at, 1 Juni 2012 Senin, 4 Juni 2012 Selasa, 5 Juni 2012 Rabu, 6 Juni 2012 Kamis, 7 Juni 2012 Jum’at, 8 Juni 2012 Senin, 11 Juni 2012
-
-
30
3
91%
15
0
100%
19
7
73%
19 17
2 2
90% 89%
20
0
100%
-
-
Selasa, 12 Juni 2012 Rabu, 13 Juni 2012 Kamis, 14 Juni 2012 Jum’at, 15 Juni 2012 Senin, 18 Juni 2012 Selasa, 19 Juni 2012 Rabu, 20 Juni 2012 Kamis, 21 Juni 2012
23
1
96%
13
2
87%
27
1
96%
13
0
100%
17
0
100%
17
2
89%
20
0
100%
13
0
100%
Subjek mengikuti acara wisata sekolah sehingga tidak makan siang di sekolah
Subjek tidak datang ke sekolah tanpa surat keterangan
Jum’at, 22 Juni 2012
24
6
80%
Data yang diperoleh kemudian diubah menjadi grafik untuk melihat perbandingan antara penggunaan tangan kanan pada fase baseline (A) dan fase perlakuan (B) seperti terlihat dibawah ini:
Chart Title tangan kanan
tangan kiri
30
27 19
19
20
19
15
20
20
17
17 13
11 6
24
23 17
13
13
7 3
6 2
0
2
2
2
0
1
2
2
1
0 0 0 0 hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Gambar 1. Grafik perbandingan fase baseline danperlakuan Pada fase baseline rata-rata penggunaan tangan kanan tiap harinya adalah 65%, 91%, 100%, 73%, 90%, 89%, dan 100% dan jika diambil rata-ratanya menjadi 87% dan rata-rata penggunaan tangan kanan pada fase perlakuan adalah 96%, 87%, 96%, 100%, 100%, 89%, 100%, 100%, 80%, dan jika di rata-rata menjadi 94%. Berdasarkan hasil tabel dan grafik dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan tangan kanan pada fase perlakuan (94%) lebih tinggi daripada fase baseline (87%), dan peningkatan tersebut sebesar 7%. Kemudian jika dilihat dari hasil perolehan token yang didapat seperti pada tabel dibawah akan terlihat bahwa anak terus mendapat token penuh selama delapan dari sembilan hari perlakuan. Tabel 2. Perolehan token pada fase perlakuan Tanggal Perlakuan
11-Jun
Penggunaan tangan kanan 23
Penggunaan tangan kiri -
12-Jun
13
1
10
13-Jun
27
2
10
14-Jun
13
1
10
15-Jun
17
0
10
18-Jun
17
0
10
19-Jun
20
2
10
20-Jun
13
0
10
21-Jun
24
0
10
6
8
22-Jun
Jumlah token yang didapat
Ket. -
Subjek tidak datang ke sekolah tanpa surat keterangan
Penulisan tabel dimaksudkan untuk memperlihatkan jumlah token yang didapat oleh subjek tiap harinya selama fase perlakuan. Dari tabel terlihat bahwa anak berhasil mendapatkan token penuh selama delapan hari dari sembilan hari perlakuan yang diberikan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang, sehingga data penelitian tidak bisa dianalisis dengan menggunakan statistik. Hal yang bisa dilakukan oleh peneliti adalah mendeskripsikan hasil dari grafik perkembangan subjek dari mulai fase baseline sampai fase perlakuan dengan menggunakan visual inspection. Berdasarkan hasil tabel dan grafik yang telah disederhanakan terlihat bahwa meskipun anak tidak sepenuhnya berhasil menggunakan tangan kanan ketika makan dan masih menggunakan tangan kiri sebanyak satu atau dua kali tapi ada peningkatan frekuensi penggunaan tangan kanan ketika makan dan ada penurunan frekuensi perilaku makan dengan tangan kiri meskipun kemudian perilaku meningkat lagi pada hari terakhir perlakuan. Untuk melihat efektifitas dari perlakuan yaitu dengan mencari rata-rata penggunaan tangan kanan pada fase baseline dan perlakuan kemudian membandingkannya sehingga didapat hasilnya 87% untuk penggunaan tangan kanan pada fase baseline dan 94% pada fase perlakuan. Hasil ini menunjukkan ada peningkatan frekuensi penggunaan tangan kanan pada perilaku makan subjek sebesar 7% sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan token ekonomi ini efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal. Hipotesis yang menyatakan token ekonomi efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal terbukti dan dapat diterima. Pembahasan Token ekonomi (Soekadji, 1983) adalah pemberian pengukuh sementara berupa kepingan/kartu/materai segera setelah perilaku yang diinginkan terjadi, dan setelah terkumpul dalam jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan pengukuh yang diharapkan (pengukuh idaman anak). Bellack dan Hersen (1977) menjelaskan bahwa token ekonomi adalah suatu tiruan sistem sosial ekonomi yang dibuat untuk menghasilkan suatu perilaku dalam suatu setting tertentu, yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan nyata. Subjek perempuan ini menjalani fase baseline selama tujuh hari (30 Mei, 1-5 Juni 2012), dan fase perlakuan selama sembilan hari (12-15 Juni 2012 dan 18-22 Juni 2012) dari sepuluh hari yang dijadwalkan karena pada hari pertama perlakuan (11 Juni 2012) subjek tidak hadir di sekolah tanpa keterangan. Pada fase baseline terlihat subjek masih menggunakan tangan kirinya ketika makan, termasuk menjumput lauk maupun makan kerupuk, karena tangan kanannya memegang sendok untuk makan nasi. Subjek memiliki kebiasaan untuk mengaduk nasinya dengan tangan kiri sebelum mulai makan, dan pernah langsung menyuap nasinya dengan tangan kiri sebelum menggantinya dengan tangan kanan di tengah-tengah makan. Pada fase perlakuan subjek diberi instruksi bahwa subjek harus makan dengan tangan kanan untuk semua makanan yang masuk ke mulutnya termasuk menjumput lauk dan kerupuk. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa subjek berusaha menggunaan tangan kanan ketika makan lauk dan kerupuk meskipun satu dua kali subjek lupa dan tanpa sengaja menggunakan tangan kirinya ketika makan kerupuk, tapi selebihnya subjek menggunakan tangan kanan ketika menyuap nasi dan lauknya. Pada hari keempat, kelima, ketujuh dan kedelapan perlakuan subjek berhasil makan dengan menggunakan tangan kanan dari awal hingga akhir tanpa menggunakan tangan kirinya sehingga subjek berhasil mendapatkan token sebanyak sepuluh buah tiap harinya. Token maksimal yang diberikan pada tiap hari adalah sepuluh buah dan dikurangi sebuah tiap
anak menggunakan tangan kirinya sebanyak tiga kali dan kelipatannya, jadi jika anak menggunakan tangan kiri sebanyak tiga kali maka token maksimal yang didapatkannya adalah sembilan buah, dan jika anak menggunakan tangan kirinya sebanyak enam kali maka token maksimal yang didapatkannya adalah delapan buah dan begitu seterusnya. Menggunakan ketentuan ini maka pada hari pertama, kedua, ketiga dan keenam perlakuan subjek tetap mendapatkan token sebanyak sepuluh buah meskipun subjek tidak menggunakan tangan kanannya dari awal makan hingga akhir dan tetap telihat menggunakan tangan kiri sebanyak satu atau dua kali. Hal ini karena jumlah token baru akan dikurangi jika subjek menggunakan tangan kiri sebanyak tiga kali atau lebih, sedangkan subjek tidak mencapai jumlah tersebut. Alasan peneliti mengurangi token tiap tiga kali penggunaan tangan kiri dan bukan tiap penggunaan tangan kiri adalah karena peneliti melihat perbandingan antara penggunaan tangan kanan dan kiri sehingga akhirnya peneliti mengambil kesimpulan untuk mengurangi jumlah token tiap tiga kali penggunaan tangan kiri. Pada hari terakhir perlakuan, subjek terlihat mengunakan tangan kirinya sebanyak enam kali dan hanya mendapatkan token sebanyak delapan buah. Subjek tidak fokus makan pada hari tersebut karena pada saat itu adalah hari terakhir sekolah dan subjek sudah siap menunggu dijemput orangtuanya sehingga subjek terkesan buru-buru ketika makan dan makan kerupuk dengan tangan kirinya. Sebenarnya subjek tidak mengikuti full day pada hari terakhir dan tidak ingin makan siang di sekolah, namun oleh gurunya subjek tetap disuruh makan dahulu baru boleh pulang. Hal inilah yang menyebabkan subjek tidak konsentrasi ketika makan dan menggunakan tangan kirinya sehingga token yang didapat pada hari terakhir pun tidak maksimal, yaitu delapan buah dari total token maksimal sepuluh buah. Hal ini menunjukkan adanya distraktor atau pengganggu yang tidak terduga, yaitu jemputan dari orangtua subjek sehingga mengganggu konsentrasi subjek ketika makan dan melupakan adanya hadiah (reward) berupa token ekonomi. Adanya distraktor yang tidak terduga bila tidak di antisipasi dengan baik dapat merusak sistem token ekonomi yang telah di berikan. Hasil observasi subjek selama penelitian, selama makan subjek sesekali melihat ke arah observer dan jika oberver melihat balik ke arahnya subjek mengalihkan pandangannya dan melanjutkan makannya sambil bercerita atau bercanda dengan teman-temannya. Di awal subjek masih merasa kaku dengan kehadiran observer, namun seiring berjalannya waktu subjek menjadi akrab dengan observer dan peneliti, dan sering menyambut kedatangan observer dan peneliti di sekolahnya, dan juga merasa senang saat tiba pembagian stiker. Melihat hasil penjumlahan token subjek mulai dari awal hari pertama perlakuan hingga hari terakhir subjek berhasil mendapatkan token penuh selama delapan dari sembilan hari perlakuan dan hanya pada hari terakhir saja subjek mendapakan token kurang dari sepuluh sehingga total stiker yang berhasil dikumpulkan subjek berjumlah 88 buah, kemudian dengan mencari rata-rata penggunaan tangan kanan pada fase baseline dan perlakuan kemudian membandingkannya didapat hasilnya 87% untuk penggunaan tangan kanan pada fase baseline dan 94% pada fase perlakuan. Adanya peningkatan frekuensi makan dengan menggunakan tangan kanan ini membuat subjek berhak mendapatkan hadiah idamannya yaitu boneka beruang. Hasil ini menunjukkan ada peningkatan frekuensi penggunaan tangan kanan pada perilaku makan subjek sebesar 7% sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian perlakuan dengan token ekonomi ini efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan subjek, meskipun peningkatannya hanya sedikit. Pemberian perlakuan dengan token ekonomi berhasil meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan subjek
dikarenakan token dilaksanakan secara sistematis, dan dapat untuk diterapkan pada berbagai situasi, termasuk perilaku makan. Meskipun secara kasar penelitian ini dianggap berhasil namun penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu: Kriteria pemilihan subjek, peneliti menggunakan subjek yang tidak dominan kidal, subjek sudah diajarkan di sekolahnya untuk menggunakan tangan kanan ketika makan, dengan menggunakan teguran dan nasehat sehingga subjek sudah mulai terbiasa makan dengan menggunakan tangan kanan, meskipun kadang masih menggunakan tangan kirinya ketika memakan kerupuk dan lauk sehingga efektifitas perlakuan tidak bisa dikatakan berhasil karena adanya pemberian token, namun juga karena adanya pembelajaran dan pembiasaan di sekolah subjek. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga hanya satu orang sehingga tidak bisa dibandingkan efektifitas perlakuan antara subjek satu dan subjek lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya metode AB tanpa adanya follow up atau fase baseline kedua (metode ABA) sehingga tidak bisa dilihat perbedaan pada saat perlakuan dan fase baseline kedua. Lamanya fase baseline dan perlakuan juga mempengarui penelitian, hendaknya fase baseline diukur sampai perilaku target sudah terlihat stabil barulah perlakuan mulai diberikan, dan lamanya perlakuan juga harus diperhitungkan karena untuk membentuk suatu perilaku baru tidak bisa sebentar dan harus bertahap. Perilaku yang hendak di observasi, hendaknya dipertimbangkan lagi jika menghitung frekuensi makan subjek, karena ada beberapa hal yang mempengaruhi makan tersebut, misalnya porsi makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai, dan mood subjek saat itu. Porsi makanan mencakup banyak sedikitnya makanan di piring subjek, makanan yang disukai atau tidak disukai subjek juga berpengaruh terhadap porsi dan lama makan, makanan yang disukai maka subjek akan makan lebih banyak dan lebih cepat, sedangkan makanan yang tidak disukai maka subjek akan makan lebih lama, dan sedikit, sedangkan mood pada saat itu berhubungan dengan kondisi psikis subjek saat makan, atau saat sebelum makan, termasuk lapar atau tidak, kelelahan, dan sakit. Peneliti harus mempertimbangkan semua hal tersebut diatas dan lebih mudah jika hanya membandingkan antara sarapan, makan siang, dan makan malam. Penetapan jumlah token dan kapan token harus dikurangi yang kurang representatif dikarenakan token dikurangi tiap tiga kali subjek menggunakan tangan kiri, bukan tiap kali subjek menggunakan tangan kirinya. Hendaknya token dikurangi tiap subjek menggunakan tangan kiri ketika makan, bukan tiap tiga kali penggunaan tangan kiri baru dilakukan pengurangan token, karena cara pemberian token ini juga sangat berpengaruh terhadap jumlah token yang dikumpulkan oleh subjek. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal, yaitu sebesar 7%, sehingga dapat dikatakan bahwa token ekonomi efektif untuk meningkatkan penggunaan tangan kanan pada perilaku makan anak kidal dan hipotesis diterima. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa anak terlihat bersemangat mengikuti program, terutama ketika fase perlakuan saat pemberian stiker sebagai pengukuh. DAFTAR PUSTAKA Al-Abani, M.N. 2005. Ringkasan Shahih muslim. Jakarta : Gema Insani Press Al-Musainid S.A.A.N. 2008. Panduan Beribadah Khusus Pria. Jakarta Timur : Penerbit almahira
Ashim, M. 2008. Fikih mengunakan tangan kanan. (http://pustakaimamsyafii.com/fikih-menggunakan-tangan-kanan.html) 16 Desember 2011
Jakarta Diunduh
Bellack, A.S., Hersen, M. 1977. Behavior Modification, An Introductory Textbook. New York : Oxford University Press Coren, S. 1990. Left-handedness: Behavioral Implications and Anomalies. NorthHolland: Elsevier Science Publisher B V Corey, G. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Coon, D and Mitterer, J.O.2010.Introduction To Psychology: Gateways To Mind and Behavior. USA : Wardsworth. By Dennis Coon, John O. Mitterer Eisenberg, dkk.1998. Anak di Bawah Tiga Tahun: Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Jakarta : Arcan Hardywinoto, Setiabudhi, T. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta : Gramedia Hardyck, C. & Petrinovich, L.F., 1977. Left-handedness. Psychological Bulletin, 84, 385–399. Harris, R.J. 2010. On teaching infants ‘‘the right use of their hands’’: Advice and reassurance from Mary Palmer Tyler’s The Maternal Physician (1811). Laterality, 15, 4-14 : Psychology Press Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Penerbit Erlangga ----------------,1978. Psikologi perkembangan anak, jilid I, edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Hwa S. Jung and Hyung-Shik Jung.2009. Hand dominance and hand use behaviour reported in a survey of 2437 Koreans.Ergonomics Vol. 52, No. 11, November 2009, 1362–1371 Juan, S. 2000. Tubuh ajaib: Membuka Misteri-Misteri Aneh Dan Menakjubkan Tubuh Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kemdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/. Diunduh 5 Februari 2012
Indonesia.
Klar, A.J., 1996. A Single Locus, Right, Specifies Preference For Hand Utilization In Humans. Cold Spring Harbor Symposia on Quantitative Biology, 61, 59–65
Lezak, M. D. 1995. Neuropsychological Assessment. New york : Oxford university press. Liliwei A. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : PT LkiS Mc Manus C. 2002. Right Hand, Left Hand, The Origins of Assymetry in Brains, Bodies, Atom and Cultures. Britania raya : Weidenfeld & Nilcotson Porac, C. and Coren, S., 1981. Lateral Preferences And Human Behavior. New York: Springer. Perelle, I.B, and Ehrman, L. 1994. An International Study Of Human Handedness : The Data. Behavior genetics, 24 : 217-228 Previc F, H. 1996. Spatial Disorientation In Aviation. Reston-Virginia: American Institute of Aeronautics and Astronautics Reiss, M and Reiss G. 1999. Current Aspect Of Handedness. Wiener Klinische Wochenschrift,23, 1009-1018 Syaikh, S. 2005. Syarah Riyadush Shalihin Jilid 1. Jakarta : Pustaka Imam Asy Syafi’i Schmauder, M., Eckert, R., and Schindhelm, R., 1993. Forces in the hand-arm system: Investigations of the problem of left-handedness. International Journal of Industrial Ergonomics, 12, 231–237. Smith, J L. & Egan, J N. 2007. Body signs: Dari Ujung rambut Hingga Ujung kaki. Jakarta: Ufuk press Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku : Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Lyberty Sudono, A. 2000.Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan anak usia dini. Jakarta : PT Grasindo. Usman, H & Akbar, P.S. 2003. Metodologi penelitian sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara Waridah, E. 2008. EYD dan Seputar Kebahasindonesiaan. Jakarta : Kawan Pustaka.