Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik di Kota Depok
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh Rahmi Nurmadinisia 108101000040
Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2012
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , Januari 2013
Rahmi Nurmadinisia
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Januari 2013
Rahmi Nurmadinisia, NIM: 108101000040
Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok xviii + 108 halaman, 9 tabel, 2 bagan, 13 lampiran.
ABSTRAK Salah satu upaya untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Program tersebut bertujuan untuk menanggulangi masalah KEK ibu hamil serta tercapainya peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Namun, hingga saat ini belum diketahui seberapa besar dampak yang dihasilkan dari program PMT terhadap ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses maupun output dari program PMT. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang diperkaya dengan penelitian kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif instrumen yang digunakan adalah alat perekam, pedoman wawancara dan lembar observasi. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif instrumen yang digunakan berupa laporan monitoring PMT Ibu Hamil KEK serta data kohort Ibu Hamil. Informan utama dalam penelitian ini adalah staf gizi penanggung jawab program PMT di Kota Depok dan Ibu hamil KEK yang didapatkan dari laporan monitoring program. Sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini adalah staf gizi yang bekerja di wilayah Puskesmas Kota Depok.
ii
Hasil penelitian menunjukkan dari segi input, semua komponen yang dibutuhkan untuk program ini sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok adalah data, sumber daya dan sasaran. Sedangkan dari segi proses, seluruh komponen baik dari pelaksanaan maupun pengawasan telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun, konsep perencanaan masih belum memasukkan komponen-komponen penting untuk dapat melihat keefektifan program secara spesifik. Prosentase efektifitas program PMT ibu hamil KEK penambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan adalah sebesar 65 % hamil KEK yang mendapatkan PMT berat badannya bertambah sesuai dengan usia kehamilan bayi yang dikandungnya, 32% pertambahan berat badan kurang dari usia kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Depok mencantumkan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir selain itu juga diperlukan pengawasan dan penilaian output secara rutin setiap program PMT telah selesai dilaksanakan. Untuk puskesmas yang ada di Kota Depok format laporan yang digunakan sebaiknya selalu mengacu pada format yang telah ditetapkan. Serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar penelitian lebih lanjut dapat melihat kaitan antara program PMT dengan berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT tersebut dan juga penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan sehingga dapat tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK yang terjadi di lapangan. Kata kunci: Efektifitas, Program, PMT Daftar bacaan : 36 (1988-2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY Thesis, January 2013
Rahmi Nurmadinisia, NIM: 108101000040
Effectiveness of Supplementary Feeding Programme In Chronic Energy Deficiency Pregnant in Depok xix, 108 pages, 9 tables, 2 scetch, 13 appendices
ABSTRACT One effort to exceed the problem of chronic energy deficiency (CED) in pregnant women is a supplementary feeding activities. These activities aim to address the problem of cronically malnourished and to achieve of improvements in maternal nutritional status in both pregnant women and reduce the prevalence of low birth weight (LBW). Supplementary feeding activities for pregnant women CED is one routine Programme in the Chapter of Community Health Services Family Health and Nutrition Section located in Depok City Health Department. Supplementary feeding programme for pregnant CED has been running since 2009. However, until now unknown how much impact resulting from the activities of supplementary feeding to pregnant women who suffer from malnutrition. So we need to investigate whether the activities undertaken supplementary feeding has been effectively done in preventing LBW are seen by the input, process and output of supplementary feeding Programme. This research is a qualitative study are enriched with quantitative research. For qualitative research instrument used was a tape recorder, interview and observation sheet. As for the quantitative research instruments used in the form of monitoring reports supplementary feeding for pregnancy and maternity cohort data. Key informants in this study is the staff nutritionist in charge of activities PMT in Depok and Pregnant cronically malnourished derived from programme monitoring reports. While supporters of informants in this study is nutrition staff who work in the area of Depok City Health Center. The results showed in terms of input, all of the components needed for this Programme is in accordance with a predetermined plan. Components that influence the effectiveness of supplementary feeding Programme for cronically malnourished
iv
maternal in Depok is data, resources and goals. In terms of supplementary feeding Programme for cronically malnourished process, all components of both the implementation and supervision in accordance with what is planned. However, the concept is still planning to enter the critical components to be able to see the effectiveness of specific activities. Percentage effectiveness of Programme for pregnant CED to weight gain according to the gestational age is 65% women who get supplementary feeding for cronically malnourished maternal gaining weight according to gestational age fetuses, 32% less than the weight gain of pregnancy. Based on these results it is advisable for Depok City Health Department include the addition of maternal characteristics listed in the report of activities supplementary feeding for pregnant croncally malnourished associated with maternal weight gain and birth weight of the baby when it is also necessary monitoring and regular assessment of the output of each programme supplementary feeding has completed. For health centers in the city of Depok report format used should always refer to the pre-defined format. And to further research it is expected that further research could look at the link between the activities of programme for weight infants born to pregnant women who get that supplementary feeding and also research should be conducted in conjunction with the implementation so that it can be better reflected actual events supplementary feeding for pregnant cronically malnourished happened field. Keywords: Effectiveness, Programme, Supplementary Feeding Reference : 36 (1988-2012)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DI KOTA DEPOK Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Januari 2013 Mengetahui,
vi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Januari 2013
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama lengkap
: Rahmi Nurmadinisia
Tempat Tanggal Lahir
: Depok, 06 April 1989
Alamat
:Jl. H. Usman, Rt. 05/003 No. 66. Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok 16431
Telepon
: 0857-15709760 0821-10098848
Email
:
[email protected] [email protected]
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Status pernikahan
: Belum menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan : a. 1995 – 2001
: SDN Depok IV
b. 2001 – 2004
: SMPN 2 Depok
c. 2004 – 2008
: SMAKBo ( Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor )
d. 2008 - 2012 : Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Semester 9,
viii
Pengalaman Organisasi : a. Intra : -
Dokter Kecil SDN Depok IV Depok
-
Pengurus PMR SMPN 2 Depok
-
Koordinator Acara dalam Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat
b. Ekstra : -
Pengurus MZS Nur Assyabaab Kampung Sawah Depok
Pengalaman Bekerja: a. Praktek Kerja Lapangan di Perusahaan Kalbe Farma, Tbk. Cikarang b. Guru privat dan Pengajar di Bimbingan Belajar GAMA 88 Nusantara Depok c. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2010. d. Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa “Kehamilan Sehat untuk Generasi Masa Depan” di Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Pondok Jagung, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011. Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Saya yang Bersangkutan
Rahmi Nurmadinisia
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya yang telah diberikan kepada penulis, berupa nikmat kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, sahabat dan pengikut mereka dalam kebajikan hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga tercinta, Bapak Riswandi dan Mama Nurlis. Orang tua penulis atas cinta kasih yang tidak terhingga yang telah mendidik dan membesarkan penulis hingga saat ini serta Kakakku Rahmadia Mirza dan Adikku tersayang Riyandi Rahmat Kurnia yang senantiasa membantu dan memberikan semangat dalam pelaksanaan magang ini. 2. Prof.Dr.dr.H.M.K.Tadjudin,Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM. MMA. selaku pembimbing pertama skripsi yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran selama pembuatan laporan hasil penelitian ini. 5. Ibu Ir. Febrianti M.Si selaku pembimbing kedua skripsi sekaligus dosen penanggung jawab peminatan gizi yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran selama pembuatan laporan hasil penelitian ini. 6. dr. Hj. Dewi Damayanti, selaku pembimbing lapangan dan juga Kepala Bidang Yankesmas di Dinkes Kota Depok, atas arahan dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian di lapangan. 7. Ibu Aisyah sebagai staf gizi penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK di Dinkes Kota Depok. 8. Seluruh staf gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok yang telah bekerjasama dengan baik dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, khususnya Ibu Zahro dan Ibu Lastri. 9. Niswah Afifah, selaku teman terbaik seperjuangan kuliah, terima kasih karena dengan penuh kesabaran mendengar dan memahami semua keluh-kesah yang dialami selama masa perkuliahan. 10. Hendra Darmansyah, terima kasih karena tak pernah jenuh menemani, memberikan motivasi dan menanamkan banyaknya nilai-nilai perjuangan yang harus dipenuhi dalam mencapai hidup yang bermanfaat. You are my spirit.
xi
11. Sahabat Civitas Kesehatan Masyarakat 2008 baik Gizi maupun K3, khususnya Aresh, Dhea, Rini, Farha, Titi, Via, Nadya, Astri dan Linda semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita. 12. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil laporan penelitian ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Fastabikhul khairat.
Jakarta, November 2012
PENULIS
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ i ABSTRAK ....................................................................................................................... ii ABSTRACT ..................................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI......................................................................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................................ xvii DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 8 1. Tujuan Umum .......................................................................................................... 8 2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9 1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok) .......................................................... 9 2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ........................................ 9 3. Bagi Peneliti ............................................................................................................. 10 4. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................................................... 10 F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................. 10
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12 A. Efektifitas Program ...................................................................................................... 12 B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ....................................................................... 15 1. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan.................................................................... 15 2. Persyaratan Pemberian Makanan Tambahan ............................................................ 16 3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil ..................................................................................... 18 C. KEK (Kekurangan Energi Kronis) ............................................................................... 22 1. Pengertian KEK ........................................................................................................ 22 2. Indikator KEK ........................................................................................................... 22 3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Ibu Hamil ...................................... 23 4. Pengumpulan Data Bumil KEK ................................................................................ 24 5. Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data Bumil KEK ........................................ 24 6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK ................................................................. 25 7. Penentuan Status Prevalensi Bumil KEK ................................................................. 26 8. Tindak Lanjut ............................................................................................................ 27 9. Dampak KEK ............................................................................................................ 27 10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK 27 D. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) ............................................................................... 28 E. Kaitan antara Ibu hamil yang mengalami KEK dengan BBLR .................................... 29 F. Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan .............................................................. 30 G. Kerangka Teori ............................................................................................................. 33 BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .......................................... 34 A. Kerangka Pikir.............................................................................................................. 34 B. Definisi Istilah .............................................................................................................. 39 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... 41 A. Desain Penelitian .......................................................................................................... 41 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 41 1. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 41
xiv
2. Waktu Peneltian ........................................................................................................ 42 C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif) ................................................................ 48 1. Informan Utama ........................................................................................................ 42 2. Informan Pendukung ................................................................................................. 42 D. Populasi dan Sampel Penelitian (Pendekatan Kuantitatif) ........................................... 43 E. Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 44 F. Pengumpulan Data ........................................................................................................ 44 1. Pendekatan Kualitatif ................................................................................................ 44 2. Pendekatan Kuantitatif .............................................................................................. 46 G. Validasi Data ................................................................................................................ 47 H. Pengolahan Data ........................................................................................................... 48 1. Pendekatan Kualitatif ................................................................................................ 48 2. Pendekatan Kuantitatif .............................................................................................. 49 I. Analisis Data .................................................................................................................. 50 BAB V HASIL ................................................................................................................. 52 A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.......................................................................... 52 1. Batas-Batas Wilayah ................................................................................................. 52 2. Demografi Dinkes Kota Depok ................................................................................. 53 B. Gambaran Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok .......................................... 57 1. Input .......................................................................................................................... 58 a. Data ....................................................................................................................... 58 b. Sumber Daya Manusia .......................................................................................... 60 c. Sarana dan Prasarana ............................................................................................. 62 d. Dana ...................................................................................................................... 62 e. Materi .................................................................................................................... 64 f. Sasaran ................................................................................................................... 67 2. Proses ........................................................................................................................ 70 a. Perencanaan Program PMT ................................................................................... 70 b. Pelaksanaan Program PMT ................................................................................... 77
xv
c. Pengawasan dan Penilaian Program PMT............................................................. 77 3. Output........................................................................................................................ 80 C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok....... 82
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 83 A. Gambaran Input Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ................................. 83 1. Data ........................................................................................................................... 83 2. Sumber Daya ............................................................................................................. 85 3. Sasaran ...................................................................................................................... 85 B. Gambaran Proses Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ............................... 87 1. Perencanaan Program ................................................................................................ 88 2. Pelaksanaan Program ................................................................................................ 90 3. Pengawasan dan Penilaian Program.......................................................................... 91 C. Gambaran Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ......................... 93 D. Gambaran Alur Pendekatan Sistem agar Program PMT Dapat Efektif ....................... 97 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................................ 99
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 101 A. Kesimpulan................................................................................................................... 101 B. Saran ............................................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 105
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 108
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor 2.1
Halaman Pengumpulan Data KEK pada Ibu Hamil tiap Tingkatan
24
Administrasi 3.1
Definisi Istilah
39
5.1
Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Kota Depok
55
5.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
56
5.3
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
64
5.4
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di
68
Kota Depok 5.5
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas
68
di Kota Depok 5.6
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak
69
kelahiran di Kota Depok 5.7
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
69
kehamilan di Kota Depok 5.9
Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT pada Ibu Hamil
81
KEK di Kota Depok 5.8
Prosentase Efektifitas Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok
xvii
82
DAFTAR BAGAN
Nomor
Halaman
2.1
Kerangka Teori
33
3.1
Kerangka Pikir
38
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin Dinas Kesehatan Kota Depok 2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok 3. Puskesmas di Kota Depok Tahun 2011 4. Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 5. Contoh Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Puskesmas 6. Monitoring PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin Kota Depok 7. Daftar Distribusi PMT Ibu Hamil Kota Depok Tahun 2011 8. Dokumen KAK Pengadaan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok 9. Foto Produk PMT Pabrikan 10. Hasil Analisis Deskriptif Pengumpulan Data Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Menggunakan Program SPSS 11. Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Kota Depok 12. Lembar Observasi 13. Contoh Format Laporan Monitoring Program Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam dunia kesehatan di bidang gizi adalah “Gizi 1000 Hari”. Program ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya penerapan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Kemenkes, 2012). Program ini dimulai dengan memperhatikan status gizi pada ibu hamil, karena kehidupan anak dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu. Asupan gizi yang tidak kuat pada ibu hamil selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada ibu hamil akan menyebabkan ibu hamil mengalami kondisi yang dinamakan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kondisi KEK pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Sirojudin, 2007). Manifestasi dari masalah KEK pada ibu hamil dapat terjadi karena kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia
1
2
kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi
kurang
menguntungkan
dalam
kehidupan
berikutnya
seperti
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK menurut hasil penelitian Albugis (2008) yaitu jumlah konsumsi energi dan jarak kehamilan. Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS, Riset Kesehatan Dasar, 2007) di Indonesia sebesar 13,6%. Sedangkan berdasarkan peta kesehatan Indonesia, prevalensi ibu hamil KEK adalah sebesar 16,8%. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu dampak dari KEK adalah BBLR. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010 menunjukkan angka kematian bayi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama angka kematian bayi karena BBLR. Data BBLR menurut Riskesdas tahun 2010 yaitu sebesar 11,1 %. Persentase tersebut masih belum memenuhi target pemerintah dalam program Indonesia sehat 2010 yaitu hanya sebesar 7%. Pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang berkaitan dengan masalah KEK pada ibu hamil yaitu penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup. Target ini juga sangat terkait dengan status kesehatan dan gizi ibu hamil serta
3
penurunan angka balita pendek menjadi 32% yang merupakan manifestasi dari ibu hamil KEK (Depkes, 2010). BBLR adalah salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita KEK dan akan mempunyai status gizi yang buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Intellegence Question (IQ)). Menurut WHO dan BPN (2007), setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-15 poin (Albulgis, 2008). BBLR berpengaruh terhadap pertumbuhan masa balita maupun pertumbuhan selanjutnya pada masa remaja. Remaja dengan berat dan tinggi yang kurang berakibat pada calon ibu dengan tubuh kecil. Remaja dengan keadaan tersebut juga menikah pada usia muda. Dengan keadaan tubuh yang belum siap maupun ibu dengan tubuh kecil akan mempunyai resiko terhadap BBLR. Peningkatan status gizi perlu dilakukan pada setiap titik sehingga mampu memberikan dampak pada periode selanjutnya (Mason, dalam Ichwanuddin 1997). Penelitian Naeye di Amerika Serikat mengungkapkan status gizi diukur berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil, didapatkan bahwa berat badan lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Makin besar kenaikan berat badan ibu, makin besar berat badan bayi yang dilahirkan, tetapi korelasi ini tampaknya pada ibu yang berbadan kurus “under weight”, korelasi menjadi kurang nyata pada ibu yang lebih gemuk (Marsianto, 1997).
4
Ountsted bersama Scott juga meneliti di Inggris bahwa status gizi di ukur berdasarkan tinggi badan, berat badan, indeks berat badan dan tinggi badan serta penambahan berat badan selama hamil. Didapatkan bahwa ibu-ibu yang pendek dan ringan melahirkan bayi-bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggi dan berat ibu-ibu yang tergolong tidak gemuk dengan pertambahan berat badan selama hamil rendah, atau tidak naik atau turun, melahirkan bayi-bayi dengan berat badan lahir paling rendah (Marsianto, 1997). Perbaikan gizi di semua point dapat menurunkan kejadian BBLR, termasuk peningkatan gizi pada ibu hamil, ibu hamil dengan gizi yang baik, proses persalinan pun akan lancar dan BBLR akan kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, ibu yang sehat akan dapat merawat serta memberikan makan bayinya dengan lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi ibu hamil yaitu dengan memberikan makanan tambahan. Program PMT bagi ibu hamil bertujuan untuk menambah asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi. Berdasarkan studi yang dilaporkan di Gambia pada tahun 1983 ibu hamil kurang gizi yang mendapatkan PMT berat lahir bayinya meningkat 224 gram, dan menurunkan prevalensi BBLR dari 19,7-6,4%. Begitu juga dengan studi yang dilakukan di Pakistan pada tahun 1991 ibu hamil dengan status gizi kurang yang mendapatkan PMT mengalami kenaikan berat badan sebanyak 0,44 kg/minggu, dibanding dengan kontrol, hanya sebanyak 0,27 gram per minggu serta berat bayi yang dilahirkan ibu yang mendapatkan PMT yaitu 3566 gram lebih besar dibanding dengan kontrol yaitu hanya sebesar 2506 gram (WHO, 1997).
5
Berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya yang dilakukan peneliti di Kota Depok pada tahun 2012, KEK pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama di Kota Depok. Prevalensi ibu hamil KEK berjumlah sekitar 15,89% dan masih menjadi masalah untuk Kesehatan Masyarakat yang mempunyai ambang batas diatas 10%. Prevalensi ibu hamil yang masih melebihi ambang batas tersebut menjadi latar belakang dilakukannya program penanganan Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama hamil dalam menangani masalah KEK adalah PMT. Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan maupun PMT berbasis pangan lokal. Pada tahun 2010 Kementrian Kesehatan RI mendistribusikan program PMT dalam bentuk PMT pabrikan. Program ini diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi (Kemenkes, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab di Dinas Kesehatan Kota Depok, program PMT untuk ibu hamil sudah dilakukan sejak tahun 2009. Dana dari program PMT ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Program PMT dilaksanakan di semua Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinkes Kota Depok dan dilakukan selama 90 hari secara terus menerus dan tidak terputus dengan prioritas sasaran ibu hamil KEK dengan indikator Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Suatu program dapat dikatakan efektif apabila telah tercapai dan sesuai dengan yang direncanakan. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan. Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai
6
kemajuan program dan hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes RI, 2008). Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/program dapat dinilai. Dalam hal ini, dikatakan sebagai efektivitas dan untuk mempelajari guna perbaikan pelaksanaan program/program di masa yang akan datang. Program PMT untuk ibu hamil di Dinkes Kota Depok belum dapat dilihat efektivitas program PMT apakah sudah sesuai dengan kriteria agar dapat mencegah resiko terjadinya BBLR hal ini diakibatkan belum adanya data berat bayi lahir yang dicantumkan pada laporan program PMT. Pada saat ini Dinkes Kota Depok hanya sebatas melihat proses pendistribusian dari PMT. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilaporkan di Dinkes Kota Depok. Dalam hal ini efektivitas program PMT diukur berdasarkan pendekatan sistem berupa input, proses, dan output. Output dari program PMT dilihat berdasarkan pertambahan kenaikan berat badan ibu selama diberikan PMT. Oleh karena latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok.
B. Rumusan Masalah Salah satu upaya untuk mengatasi masalah KEK pada ibu hamil adalah program PMT yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kasus KEK ibu hamil serta tercapainya peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi
7
prevalensi BBLR. Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Prevalensi KEK di Kota Depok pada tahun 2010 meningkat menjadi 15,89% dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 14,85%. Hingga saat ini, Dinkes belum melakukan evaluasi dampak untuk dapat diketahui apakah program PMT yang dilakukan telah memberikan perubahan pada prevalensi BBLR dan juga bayi kurang gizi. Untuk memperkirakan apakah bayi mengalami BBLR atau tidak dapat dilihat berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa berat badan bayi lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Data pertambahan berat badan yang digunakan diambil dari laporan monitoring program PMT pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan format laporan yang berbeda pada dua tahun sebelumnya dan format yang cukup lengkap untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang terkait dengan pertambahan berat badan yang berkorelasi positif dengan BBLR. Oleh karena itu, perlu diketahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses maupun output dari program PMT, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok”.
8
C. Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok ?
2. Bagaimanakah gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok? 3. Bagaimanakah gambaran proses yang terjadi dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok? 4. Bagaimanakah gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok? 5. Berapakah prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok?
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Diketahuinya Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi di Kota Depok.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. b. Untuk mengetahui gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. c. Untuk mengetahui gambaran proses yang yang terjadi program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.
9
d. Untuk mengetahui gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. e. Untuk mengetahui gambaran prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah KEK dan juga BBLR bagi pihak yang terkait antara lain: 1.
Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok) a. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok. b. Diharapkan dapat menjadi bahan perencanaan untuk pembinaan kesehatan sebagai upaya untuk mengatasi KEK pada ibu hamil dan BBLR di Kota Depok.
2.
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat a. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran program PMT pada Ibu Hamil KEK. b. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa. c. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang gizi.
3.
Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memahami kaitan serta gambaran
10
efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis dan juga dapat menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang didapat selama kuliah. 4.
Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data pembanding bagi penelitian pada ibu hamil KEK yang berhubungan dengan status BBLR di masa mendatang sehingga dapat menjadi pusat informasi bagi penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian memiliki beberapa pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di tempat tersebut mengenai program PMT pada ibu hamil KEK dengan status BBLR yang dilihat dari kenaikan BB ibu hamil. Sasaran penelitian adalah Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK di dinkes Kota Depok, Petugas Puskesmas yang berperan dalam program PMT ibu Hamil, yaitu Petugas Gizi dan Bidan KIA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran program PMT untuk ibu hamil KEK terhadap prevalensi status BBLR di Kota Depok yang dilihat berdasarkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis di kota Depok yang dilihat menggunakan pendekatan sistem komponen input, proses dan
11
output. Selain itu, dalam pengumpulan dan pengolahan salah satu datanya juga digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui output dari program PMT tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga September 2012. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan staf gizi di Dinkes yang bertanggung jawab pada program PMT ibu hamil KEK serta telaah dokumen dan pengumpulan data sekunder. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan program PMT Ibu hamil KEK di Dinkes Kota Depok dan data sekunder dari kohort Ibu serta lembar status pemeriksaan ibu hamil dari Puskesmas yang ada di Kota Depok.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Program Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong (2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses program. Program pada dasarnya merupakan kumpulan program yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi. Efektivitas program adalah penyelesaian dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam kasus manapun penting untuk membedakan penyelesaian program dari yang dapat dicapai tanpa program. Efektivitas harus diukur menurut salah satu di antara tiga cara, yaitu : 1. Efektivitas mungkin hanya merupakan perbedaan tingkat pencapaian hasil program yang ada program dengan yang tidak ada program.
13
2. Dengan membandingkan tambahan yang ingin dicapai dari yang ditargetkan (yang dilayani program dengan pelayanan biasa). 3. Perbandingan tambahan pencapaian hasil dengan tambahan hasil yang diinginkan untuk dicapai (Ningrum, 2006). Apabila suatu program telah tercapai dan telah sesuai dengan yang direncanakan bisa dikatakan efektif. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan dan objektif. Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau fungsi dan struktur dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis terhadap sampai berapa jauh mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau mungkin, tujuan yang telah dicapai harus diukur. Kalau tidak mungkin, harus dilakukan analisis kualitatif mengenai relevansi dan kegunaan hasil-hasil tersebut, betapapun subjektif dan impresionistik analisis itu, sampai suatu cara pengukuran yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga harus mencakup penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat yang bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga (Ningrum, 2006). Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
14
Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55), menyebutkan 3 (tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas organisasi atau program, yaitu : 1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dimensi input adalah terdiri dari 6 M yaitu: Men, Money, Material, Machine, Methode, Market. Dalam bidang administrasi publik, market disini adalah masyarakat (Azwar, 1996). 2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua program proses internal atau mekanisme
organisasi.
Dimensi
proses
adalah
berkenaan
dengan
penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen kesehatan. Fungsi-fungsi manajemen kesehatan menurut Reinke (manajemen operasional kesehatan) dikenal dengan singkatan PIE, yaitu: Perencanaan/Planning, Pelaksanaan/Implementing, dan Evaluasi/Evaluation (Reinke, 1994). 3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa efektivitas organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya.
15
B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Salah satu program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan adalah program penanganan KEK pada ibu hamil yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan dinas kesehatan di tingkat kabupaten / kota untuk penanggulangan ibu hamil KEK adalah PMT pada ibu hamil. Tambahan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama hamil adalah 300 kkal dan 17 g protein setiap harinya (Kemenkes, 2010). 1. Tujuan PMT Tujuan PMT pada ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang ditimbulkan. Strategi pemberian makanan bagi ibu hamil adalah : a. Cukup kandungan gizi b. Gizi seimbang dan (aneka ragam makanan) c. Porsi kecil namun sering d. Cukup asupan lemak esensial e. Cukup kandungan serat f. Pilih makanan sesuai dengan selera dan daya beli g. Cukup cairan h. Cegah lambung kosong
16
2. Persyaratan PMT a. Dapat diterima Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima dalam hal bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah satu sifat ibu hamil adalah cepat bosan dengan makanan yang sama bila disajikan berulangkali. Ibu hamil mempunyai kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena itu, bentuk dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan. b. Mudah dibuat Makanan
tambahan
untuk
ibu
hamil
hendaknya
mudah
dibuat/dikerjakan dengan menggunakan peralatan masak yang tersedia di rumah tangga atau yang tersedia di masyarakat dan pembuatannya tidak memerlukan waktu lama. c. Memenuhi kebutuhan zat gizi Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kelompok sasaran lainnya. Disamping jumlah zat gizi yang cukup, makanan tambahan ibu hamil juga harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna yang baik dapat dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar. d. Terjangkau Hendaknya makanan tambahan untuk ibu hamil dapat diolah dari bahan-bahan yang terjangkau oleh masyarakat berkemampuan ekonomi rendah dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan, dan
17
selera. Untuk itu, sebaiknya bahan baku yang digunakan dapat dan mudah dibeli didaerah setempat agar harganya tidak terlalu mahal. e. Mudah didapat Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu disesuaikan dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu hamil berada. Dengan menggunakan
bahan
baku
setempat
diharapkan
akan
mendorong
perekonomian di pedesaan melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi pertanian. Bahan baku hasil pertanian setempat lebih murah harganya dan relatif lebih mudah untuk diperoleh sehingga dengan biaya yang terbatas dapat memenuhi kandungan gizi yang dibutuhkan. f. Aman Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan masih adanya cemaran mikroorganisme pada makanan olahan sehingga terdapat kasus keracunan makanan yang masih tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, perlu penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat dalam hal kebersihan cara memasak bahan makanan dan cara penyajian. Selain harus bergizi lengkap dan seimbang makanan juga harus layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan. Makanan aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia yang berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat (halal).
18
3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil Pengadaan makanan tambahan ibu hamil dilakukan oleh pusat atau provinsi/kabupaten/kota
atau
sumber
dana
lain
yang
memungkinkan.
Pengelolaan PMT ibu hamil meliputi persiapan, pelaksanaan, mekanisme distribusi, spesifikasi, cara pemberian, cara pengangkutan dan cara penyimpanan. Langkah pelaksanaan yang dilakukan di Dinkes kabupaten/kota adalah: 1. Persiapan a. Menyiapkan gudang penyimpanan makanan tambahan. b. Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin) berdasarkan data dari Puskesmas kecamatan. 2. Pelaksanaan a. Mensosialisasikan dan memantau program PMT ibu hamil kepada lintas program dan sektor. b. Menerima dan menyimpan makanan tambahan ibu hamil. c. Mendistribusikan makanan tambahan ibu hamil Gakin ke Puskesmas. 3. Mekanisme Distribusi a. Produsen mengirimkan makanan tambahan ke gudang yang telah disiapkan oleh Dinkes kabupaten/kota. Frekuensi pengiriman dilakukan sesuai jadwal yang disepakati antara Dinkes provinsi, Dinkes kabupaten/kota dan produsen dengan memperhatikan berbagai hal antara lain: kondisi lapangan, transportasi dan jarak antara provinsi dan kabupaten/kota. b. Dinkes kabupaten/kota menginformasikan alokasi makanan tambahan untuk masing-masing Puskesmas kepada pengelola program gizi dan
19
penanggung jawab gudang sesuai dengan rencana distribusi yang telah dibuat Puskesmas. c. Dinkes
kabupaten/kota
berkoordinasi
dengan
tim
koordinasi
kabupaten/kota untuk menentukan rencana distribusi ke masing-masing Puskesmas berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Puskesmas Dinkes kabupaten/kota
melalui
gudang
kabupaten/kota
harus
segera
mendistribusikan makanan tambahan tersebut ke Puskesmas dengan segera sesuai kebutuhan masing-masing. d. Petugas gudang melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi gudang dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB), dan Buku Agenda Ekspedisi (BAE). e. Puskesmas menyiapkan tempat penyimpanan sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan kardus. f. Makanan tambahan dikirim oleh Puskesmas ke Poskesdes atau Pustu sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh bidan desa/kelurahan atau petugas kesehatan yang ditunjuk. g. Di Puskesmas/Poskesdes/Pustu, bidan atau petugas yang ditunjuk bersama kader memberikan biskuit lapis kepada sasaran berdasarkan rujukan dari Posyandu dengan kriteria : 1) Ibu hamil dari keluarga miskin dan ibu hamil yang beresiko KEK dengan LILA <23,5 cm.
20
2) Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi, sasaran PMT diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari keluarga miskin dan ibu hamil KEK. h. Biaya distribusi makanan tambahan dari Puskesmas sampai dengan sasaran akan dibebankan antara lain pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan dana operasional Puskesmas dan dana Bansos. 4. Cara Pengangkutan a. Mengangkut makanan tambahan tidak bersamaan dengan barang-barang non pangan yang berbau tajam dan bahan berbahaya (pestisida, bahan kimia, minyak tanah dan bahan jenis lainnya). b. Makanan tambahan harus terhindar dari kerusakan dan kotoran yang menyebabkan kontaminasi. 5. Cara Penyimpanan a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu, dan bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya. b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik. c. Bangunan dan pekarangan sekitar gudang harus selalu bersih, bebas kotoran dan sampah. d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar masuk makanan tambahan. e. Makanan tambahan diletakkan di alas/rak/palet/ yang kuat berjarak minimal 10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm dari dinding.
21
f. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Susunan maksimum tumpukan adalah 12 karton. g. Menyusun karton makanan tambahan dalam gudang harus menggunakan alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton lainnya. h. Makanan tambahan yang masuk ke gudang yang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First In First Out = FIFO). i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampurkan dengan bahan lain dan bahan bukan pangan. j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil, dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik. k. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita acara penghapusan oleh tim yang ditunjuk oleh kepala Dinkes kabupaten/kota setempat. l. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah. m. Pada waktu melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang menggunakan ganco atau dibanting. 6. Pemantauan dan evaluasi meliputi aspek-aspek: a. Pendistribusian makanan tambahan. b. Penyimpanan makanan tambahan. c. Pemberian makanan tambahan sampai ke sasaran. d. Pembinaan pelaksanaan distribusi makanan tambahan.
22
e. Evaluasi Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Dinkes kabupaten/kota: 1) Memantau penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil dengan menggunakan formulir 7. 2) Merekapitulasi laporan pendistribusian makanan tambahan dengan menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 (masing-masing 1 lembar untuk arsip, provinsi, dan pusat). Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8. 3) Mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Sub. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
C. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. 2. Indikator Bumil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran (LILA) < 23.5 cm (Depkes, 1982). Bumil KEK merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan dengan menggunakan pita LILA. Parameter yang digunakan adalah jumlah bumil KEK dan prevelensi bumil KEK.
23
Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi, sedangkan prevelensi dihitung setiap tahun. Cara menghitung :
Bumil KEK dianggap sebagai masalah kesehatan bila prevelensi ≥ 10% (Depkes, 2008). 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada Ibu hamil Secara umum, kurang gizi pada ibu dikaitkan dengan kemiskinan, ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses berbagai kesempatan pendidikan. KEK juga dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan beban kerja yang tinggi. Secara spesifik, penyebab KEK adalah akibat ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja ibu hamil. Beberapa hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu : a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun). b. Kehamilan yang terlalu tua (dibatas 35 tahun). c. Kehamilan yang terlalu dekat jarak dengan jarak kehamilan sebelumnya (kurang dari 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering.
24
d. Kehamilan yang terlalu jauh jarak dengan jarak kehamilan sebelumnya (lebih dari 5 tahun), kehamilan yang terlalu jarang. 4. Pengumpulan Data Bumil KEK Pengumpulan data bumil KEK pada tiap tingkatan administrasi, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Pengumpulan Data KEK pada Ibu Hamil ditiap Tingkatan Administrasi Indikator Bumil KEK
Tingkat
Sumber Data
Lokasi
Desa/Kelurahan Buku bantu, Posyandu, SIP, Kohort Polindes, Ibu Poskesdes Kecamatan
Kabupaten
LB3 gizi/KIA, PWS KIA Pusk PWS KIA Kabupaten
Puskesmas, Pustu, RB, bidan swasta Dinkes Kabupaten
Pengumpul Data Bidan
Bidan, TPG Pusk
Waktu Setiap bulan
Setiap bulan
Bidan Setiap Koordinator bulan TPG, Petugas gizi/KIA kab/kota Sumber : Depkes RI, Dirjen Bina Kesmas, Dit. Bina Gizi Masyarakat. Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) – Gizi. 2008. 5. Pencatatan, Pengolahan, dan Pelaporan Data Bumil KEK Pencatatan dilakukan setiap bulan sebagai berikut: a. Data bumil KEK di desa dan Puskesmas dicatat setiap bulan oleh bidan di desa atau bidan di puskesmas pada kohort ibu dan buku KIA. b. Setiap kasus bumil KEK yang ditemukan, dilaporkan oleh bidan di desa ke Puskesmas.
25
c. Bidan desa dan di puskesmas menjumlah kasus bumil KEK setiap bulan pada formulir FIII-Gizi/LB3 Gizi/LB-3 KIA. d. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan bidan Puskesmas membuat distribusi kasus bumil KEK berdasarkan wilayah kerja untuk mengetahui sebaran kasus. e. Menghitung prevelensi bumil KEK berdasarkan wilayah kerja. f. TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA membuat grafik PWS GIZI bumil KEK, melakukan interpretasi data kemudian ditetapkan prioritas wilayah binaan. g. Data direkap setiap bulan oleh TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA untuk dilaporkan ke tingkat kabupaten dengan menggunakan formulir PWS, Selanjutnya kabupaten/kota merekap kemudian membuat grafik PWS-Gizi Bumil KEK dan mengintrepetasikannya serta memberikan umpan balik ke puskesmas untuk setiap laporan yang disampaikan. h. Selanjutnya laporan disampaikan ke tingkat proprinsi dan pusat. i. Laporan direkap ulang dan dianalisa untuk melihat kondisi setiap wilayah (kabupaten/provinsi) kemudian ditetapkan upaya tindak lanjut berupa intervensi langsung, bimbingan teknis maupun pendampingan. 6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK Data yang sudah diolah dianalisis secara sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta menurut wilayah dan waktu atau berdasarkan faktor resiko tertentu sesuai kebutuhan program. Analisis sederhana sudah mulai dilakukan di tingkat kecamatan (Depkes, 2008). 7. Penentuan Status Prevalensi Bumil KEK
26
Analisis dalam bentuk peta dapat dilakukan setiap bulan maupun setiap tahun untuk mengetahui wilayah prioritas, analisis dapat menggunakan warna dengan ketentuan sebagai berikut : a. Status Baik (hijau) Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas dan mempunyai kecendrungan prevalensi tahunan menurun atau tetap jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu. b. Status Cukup (kuning) Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas, namun mempunyai kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu. c. Status Kurang (merah) Desa dengan prevalensi diatas ambang batas, namun mempunyai kecendrungan prevalensi yang menurun jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu. d. Status Buruk (hitam) Desa dengan prevalensi diatas ambang batas dan mempunyai kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu (Depkes, 2008). 8. Tindak Lanjut Program tindak lanjut hendaknya tertulis agar jelas pelaksanaannya di lapangan mengacu pada besaran dan penyebab masalah yang terjadi untuk
27
perencanaan program perbaikan gizi bumil KEK pada wilayah tersebut (Depkes, 2008). 9. Dampak KEK Wanita Usia Subur (WUS) yang berumur 19 tahun berisiko untuk mengalami KEK. WUS yang KEK berisiko untuk melahirkan bayi BBLR dan akan menyebabkan anak tersebut dikemudian hari akan terkena malnutrisi atau stunting. Diperkirakan disejumlah negara berkembang, mengalami malnutrisi dengan indikator TB menurut umur yang rendah atau stunting sehingga menyebabkan meningkatnya resiko gangguan kesehatan anak . Akibat dari kapasitas mental anak menurun dan tampilan fisik yang buruk adalah meningkatnya prevalensi infeksi pada dewasa. Sehingga dewasa yang terinfeksi akan berdampak pada kehamilannya bahkan risiko kematian ibu atau janin yang dilahirkan akan cacat dan BBLR. 10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK Peningkatan variasi dan jumlah makanan juga menjadi salah satu upaya pencegahan KEK. Kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda dan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi makanan yang beragam. Selain itu, karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya pada ibu hamil dan ibu menyusui meningkat maka jumlah konsumsi makanan mereka harus ditambah. Mengurangi beban kerja pada ibu hamil. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan memberikan dampak kurang baik pada outcome kehamilannya.
28
D. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499 gr). Keadaan bayi BBLR ditentukan oleh BB ibu, masa usia kehamilan (gestation), gejala primaturitas (Syofianti, 2007). Menurut Baker dan Tower berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi : 1. BBLR berat lahir 1500-2500 g. 2. BBLSR (Berat Bayi Lahir Sangat Rendah) < 1500 g. 3. BBLER (Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah) < 1000 g. Baker dan Tower (2005) memodifikasi beberapa faktor risiko dan determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi tersebut dihasilkan klasifikasi yang dibedakan menurut faktor dari bayi ( jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta), dan faktor dari ibu (umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil), serta faktor lingkungan (status sosial ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, ANC (antenatal
care),
pemanfaatan
pelayanan,
merokok/alkohol,
dan
tingkat
pengetahuan ibu) (Syofianti, 2007). Faktor predisposisi terjadinya BBLR juga dibedakan atas faktor ibu, yaitu umur, paritas, penyakit kehamilan,gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan, yang lain faktor plasenta seperti penyakit vaskuler dan kehamilan ganda serta faktor janin yang meliputi kelainan bawaan dan infeksi (Depkes, RI 2005).
29
E. Kaitan antara Ibu Hamil yang Mengalami KEK dengan BBLR Perubahan
fisiologis
pada
kehamilan
menyebabkan
meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pembesaran organ kandugan (uterus dan payudara), perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. KEK merupakan masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil di Indonesia selain terjadi pada ibu hamil di Indonesia selain defisiensi kalsium dan zat besi (Depkes RI, 2005, Brown, 2005). Kebutuhan energi pada ibu hamil meningkat, diperkirakan kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan 80000 kalori selama masa kehamilan (280 hari). Hal ini berarti perlu tambahan energi sebanyak kurang lebih 300 kkal setiap hari selama hamil. Karbohidrat merupakan sumber energi utama (50-65%) dari total energi yang dibutuhkan tubuh, sisanya dari konsumsi lemak (20-25%) dan protein (15-20%). Bila konsumsi energi berlebih maka akan disimpan dalam bentuk jaringan dibawah kulit dalam bentuk glikogen yang disimpan di hati, ketika asupan energi kurang maka cadangan energi yang disimpan tidak mencukupi yang terlihat berkurangnya ukuran LILA ibu hamil (Gibson 1990, Worthington dan William, 1993, Brown 2005).Peningkatan kebutuhan energi pada trimester pertama lebih sedikit, kemudian pada trimester kedua dan ketiga kebutuhan energi lebih tinggi dan selalu meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester kedua diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, seperti penambahan volume darah,
30
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester ketiga energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Untuk menentukan kebutuhan tersebut, WHO merekomendasikan tambahan sebesar 150 kkal sehari, 350 kkal pada trimester kedua dan ketiga (Geissler, 2005). Kebutuhan nutrisi atau kalori yang tidak terpenuhi berpengaruh pada kesehatan ibu hamil dan gangguan pertumbuhan / perkembangan janin.
F. Penambahan Berat Badan selama Kehamilan Berat lahir merupakan penggabungan antara durasi kehamilan dengan laju pertumbuhan janin. Penambahan berat badan selama kehamilan adalah sebuah fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi pertumbuhan dan perkembangan janin. Penambahan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologi ibu dan metabolisme, tetapi juga oleh metabolisme plasenta. Fungsi plasenta sebagai organ endokrin, penghalang dan pengangkut zat antara sirkulasi ibu dan janin. Perubahan dalam homeostasis ibu dapat memodifikasi strukutur dan fungsi plasenta dan dengan demikian berdampak pada laju pertumbuhan janin. Sebaliknya fungsi plasenta dapat mempengaruhi metabolisme ibu melalui perubahan sensitivitas insulin, inflamasi sistemik, dan demikian pengaruh penambahan berat badan. Pola penambahan BB pada umumnya lebih tinggi pada trimester kedua dan berhubungan dengan IMT ibu. IOM (Institute Of Medicine) menetapkan kenaikan berat badan berdasarkan IMT. Pedoman IOM terbaru dari yang diterbitkan pada tahun 1990. Pada pedoman 2009, kategori IMT didasarkan pada cut off point WHO
31
selain itu pedoman baru lebih spesifik dan rekomendasi penambahan berat badan relatif menguntungkan bagi ibu yang obesitas. Dari beberapa penelitian menemukan bahwa untuk setiap kenaikan 1 kg BB ibu, berat lahir akan bertambah 16,7-22,6 gram. Berdasarkan hasil dari 2 penelitian di Inggris (>3800 ibu hamil), Hytten dan Leicth (1971) mencoba menetapkan batasan total dan rata-rata pertambahan BB ibu hamil primigravida adalah 0-10 minggu (0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335 kg/minggu), 20-30 minggu (0,45 kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu) (Rasmussen dan Yaktine, 2009). Proporsi pertambahan BB untuk janin 25-27%, plasenta 5%, cairan amnion 6%, ekspansi volume darah 6%, pertumbuhan uterus dan payudara 11%, peningkatan cairan ekstra seluler 13 % dan peningkatan lemak tubuh 25-27%. Kenaikan berat badan adakalanya sulit diamati sampai akhir kehamilan, sehingga Achadi et al (1995) merumuskan estimasi kenaikan BB selama hamil dengan menggunakaen dan pola kenaikan BB ibu hamil dari Hytten dan Leicht yang menganggap pola kenaikan setiap ibu hamil dianggap sama yaitu 0-10 minggu (0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335 kg/minggu), 20-30 minggu (0,45 kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu) sehingga total kenaikan BB selama hamil adalah 11,85 kg. Estimasi ini memerlukan 2 kali pengukuran BB ibu hamil selang waktu minimal 11 minggu. Kenaikan bb selama kehamilan merupakan indikator menentukan status gizi ibu. Bila bb ibu pada kunjungan antenatal pertama <47 kg maka kemungkinan akan melahirkan BBLR adalah 1,73 kali lebih besar dibanding ibu yang bb nya> sama
32
dengan 47 kg/minggu dan penambahan BB < 21 gr/minggu akan memberikan resiko melahirkan bayi BBLR 1,85 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang penambahan BB > dengan 21 gram/minggu. Kenaikan BB untuk ibu sehat berusia 25-35 tahun adalah 11-15 kg. Kenaikan pada 10 minggu pertama kehamilan adalah sedikit ini disebabkan karena pertumbuhan uterus dan ekspansi darah ibu. Pada saat ini berat janin hanya 0,17 ons tetapi pada saat akhir kehamilan pertumbuhan janin mempunyai porsi yang lebih besar.
33
G. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori
INPUT 1. SDM a. Pelaksana Program 2. Dana 3. Materi 4. Waktu 5. Sarana dan Prasarana 6. Metode 7. Sasaran Program i. Umur Ibu ii. Usia Kandungan iii. Jarak Kelahiran iv. Paritas v. Pertambahan Berat Badan
PROSES 1. Perencanaan Program PMT 2. Pelaksanaan Program PMT 3. Pengawasan Program PMT
Efektivitas Program PMT
OUTPUT Laporan Program PMT Pertambahan Berat Badan
Sumber : Modifikasi Teori Baker, Tower, Terry dan Siagian
34
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A.
Kerangka Pikir Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai efektivitas program PMT Ibu Hamil KEK terhadap status BBLR di Kota Depok. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah kerangka berpikir dalam penelitian ini dengan mengadopsi teori dari Terry dan Siagian tentang analisis keberhasilan program PMT serta Baker dan Tower untuk melihat risiko BBLR berdasarkan prediksi pertambahan berat badan ibu. Efektivitas program PMT dinilai berdasarkan pendekatan sistem kesehatan baik dari input yang dibutuhkan pada program PMT, proses yang terjadi pada program PMT serta output yang dinilai berdasarkan pertambahan berat badan ibu yang didapat dari Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK. Karakteristik Ibu yang didapat dari laporan output dari program PMT ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT adalah usia ibu, umur kehamilan, paritas, jarak kelahiran, dan berat badan selama kehamilan. Untuk melihat efektivitas dari pendekatan sasaran (goals approach) dilakukan dengan analisis deskriptif data sekunder dengan pendekatan kuantitatif. Penambahan berat badan selama kehamilan merupakan sebuah fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi pertumbuhan dan perkembangan janin. Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi
35
kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi retardasi perkembangan janin intera utera dan bayi dengan berat bayi lahir rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2011) mengenai hubungan antara kenaikan berat badan pada ibu hamil terhadap berat bayi lahir, didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p value (0,000) dengan derajat kepercayaan 95%. Selain itu, Pudjiadi (2002) juga mengungkapkan terdapat asosiasi yang positif antara berat badan lahir bayi dengan berat badan ibu. Mengacu pada penelitian sebelumnya, variabel penambahan berat badan dapat menjadi salah satu prediktor untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami BBLR atau tidak. Sehingga dalam penelitian ini, untuk mengukur keefektifan program PMT ibu hamil KEK yang dilihat berdasarkan pendekatan sasaran, dilakukan dengan melihat penambahan berat badan ibu hamil KEK yang mendapat PMT apakah sudah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak. Variabel lain yang menunjang dalam pengukuran efektivitas program PMT ibu hamil ini adalah : 1. Umur Ibu Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
36
fisiologinya belum optimal. Semakin muda umur ibu hamil, maka anak yang akan dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan di bawah umur sangat beresiko tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Dalam proses persalinan, kehamilan diatas usia 35 tahun akan timbul menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Faktor umur memegang peranan penting terhadap kesejahteraan ibu hamil serta bayi (Syofianti, 2007). 2. Usia Kehamilan Pertumbuhan janin dalam kandungan sesuai dengan perjalanan waktu yang dibutuhkan janin untuk tumbuh dan berkembang secara normal yaitu 37-40 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dari waktu ke waktu diperkirakan mengakibatkan pertumbuhan berat janin sebesar 5 gram sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 gram pada minggu ke 20. Kecepatan tumbuh sebesar 3035 gram sehari berlangsung pada minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230 gram seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki minggu 41-42 pertambahan berat badan tidak terjadi lagi (Arisman, 2004). 3. Paritas Paritas secara luas mencakup gravida (jumlah kehamilan), prematur (jumlah kelahiran) dan abortus (jumlah keguguran). Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila
37
seorang ibu melahirkan anak ke empat atau lebih. Tingkat pertumbuhan janin meningkat dengan meningkatnya paritas. Hal ini terkait dengan perubahan jaringan epitel pada arteri spiral sehingga memudahkan gizi dapat ditransfer melalui pembuluh darah uterus pada kehamilan berikutnya (Syofianti, 2007). 4. Jarak Kelahiran Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan (Syofianti, 2007).
38
Bagan 3.1 Kerangka Pikir Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis Di Kota Depok INPUT 1. SDM 2. Dana 3. Materi 4. Sarana dan Prasarana
5. Sasaran (Market) i. Umur Ibu ii. Usia Kandungan iii. Jarak Kelahiran iv. Paritas v. Pertambahan Berat Badan
PROSES 1. Perencanaan Program PMT 2. Pelaksanaan Program PMT 3. Pengawasan dan Penilaian Program PMT Ibu Hamil KEK
OUTPUT Laporan Program PMT Ibu Hamil KEK Pertambahan Berat Badan sesuai umur kehamilan
Efektivitas Program PMT Ibu Hamil KEK
B. Definisi Istilah No
Domain Penelitian INPUT (Masukan)
Cara Pengambilan Data Atribut yang dibutuhkan agar program PMT Wawancara Mendalam untuk Ibu Hamil KEK Gakin dapat berjalan dan Telaah Dokumen sesuai Perencanaan dan observasi Output Hasil program PMT Wawancara
2.
Perencanaan Program
Wawancara Mendalam dan Telaah Dokumen
3.
Pelaksanaan Program
Penetapan pengarahan yang resmi dan penetapan berbagai hambatan yang diperkirakan ada dalam menjalankan program PMT guna dipakai sebagai pedoman dalam program PMT Bentuk implementasi dari perencanaan program PMT untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4.
Penilaian Program
Bentuk program untuk menemukan, menilai hasil yang dicapai dari perencanaan program PMT
Wawancara Mendalam
Informasi mengenai hasil yang dicapai dari program yang telah dilaksanakan di lapangan
5.
Pengawasan Program
Upaya memelihara program agar sesuai dengan tujuan program dan rencana yang telah ditetapkan
Wawancara Mendalam
Informasi mengenai kesesuaian antara yang dicapai dengan yang direncanakan
1. 6.
Definisi Istilah
Wawancara Mendalam dan Telaah Dokumen
39
Hasil Ukur
Sumber
Informasi mengenai ketersediaan adanya berbagaimengenai item Informasi yang dibutuhkan
Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Jawab Dinkes Penanggung Kota, Kerangka Acuan Kerja PMT Ibu Hamil KEK Gakin
Informasi mengenai ketersediaan pembuatan perencanaan dan adanya dokumen perencanaan program Informasi mengenai kesesuaian antara Perencanaan program yang telah dibuat dengan pelaksanaan program di lapangan
Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Kerangka Acuan Kerja PMT Ibu Hamil KEK Gakin Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Petugas gizi Puskesmas, Kerangka Acuan Kerja PMT Ibu Hamil KEK Gakin Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Petugas gizi Puskesmas Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Petugas gizi Puskesmas
40
B. Definisi Istilah (Lanjutan)
7.
Efektifitas Program PMT
bumil KEK Gakin yang dilaporkan telah dilaksanakan
Mendalam dan Telaah Dokumen
program yang telah dilaksanakan lapangan
Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Petugas gizi Puskesmas
Bentuk program penilaian output untuk melihat ukuran keberhasilan dari program PMT Ibu Hamil KEK dari target yang telah ditetapkan
Wawancara Mendalam dan Telaah Dokumen
Informasi mengenai ukuran keberhasilan program PMT Ibu Hamil KEK dari target yang telah ditetapkan
Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK GAKIN Dinkes Kota, Hasil analisis data sekunder pertambahan berat badan dari Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif
untuk
dapat
menggambarkan secara lebih dalam mengenai program PMT. Dalam hal ini juga digambarkan dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu input, proses, maupun output dari program PMT Ibu Hamil KEK yang ada di Kota Depok. Untuk mendapatkan gambaran dari data output digunakan penelitian deskriptif data sekunder yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan potong-lintang (cross sectional), dimana seluruh variabel diukur sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada
semua
subyek
atau
semua
variabel,
tetapi
tiap subyek
hanya
diobservasi satu kali saja menurut keadaan atau status waktu diobservasi (Notoatmodjo, 1997).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang ada di Puskesmas di Kota Depok.
41
42
2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September pada tahun 2012.
C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif) Didalam penelitian ini, informan penelitian terbagi menjadi dua kelompok informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kelompok informan: 1. Informan Utama Informan utama dalam penelitian ini merupakan staf gizi di Dinkes yang berjumlah satu orang dengan latar belakang S1 Epidemiologi Gizi. Beliau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program PMT pada Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Informasi yang didapatkan oleh staf gizi tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok baik dari sisi input, proses, maupun output. 2. Informan Pendukung Informan pendukung merupakan informan yang berhubungan dengan informan utama dalam hal ini yaitu petugas gizi ada di Puskesmas yang memang berkaitan langsung secara teknis dengan program PMT ibu hamil KEK yang ada di Kota Depok. Jumlah informan pendukung pada penelitian ini adalah dua orang, yaitu petugas gizi Puskesmas Pancoran Mas yang berlatar belakang D3 gizi dan petugas gizi Puskesmas Pengasinan yang berlatar belakang D3 kebidanan.
43
D. Populasi dan Sampel Data Sekunder (Pendekatan Kuantitatif) Selain informan penelitian, peneliti juga menggunakan data sasaran yang berasal
dari laporan program PMT ibu hamil KEK. Pengolahan
data sasaran
menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prosentase ibu hamil KEK yang bertambah berat badannya sesuai umur kehamilan setelah mendapatkan PMT. Menurut Notoatmodjo (1997) : “populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Depok. Dalam pengambilan sampelnya digunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 88). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang pernah mendapatkan PMT dengan ditetapkan beberapa kriteria inklusi (karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau). Yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ukuran LILA Ibu hamil yang mendapatkan PMT kurang dari sama dengan 23,5 cm. 2) Umur kehamilan Ibu tidak kurang dari 12 minggu. Jumlah data ibu hamil memenuhi kriteria pada penelitian ini adalah 145 data ibu hamil dari 20 puskesmas di Kota Depok.
44
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat perekam, pedoman wawancara dan lembar observasi. Sedangkan untuk penelitian data sekunder yang menunjang penelitian ini, instrumen penelitian berupa laporan monitoring PMT Ibu Hamil KEK serta data kohort Ibu Hamil.
F. Pengumpulan Data 1. Pendekatan Kualitatif Salah satu data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data primer yang didapat langsung dari hasil wawancara mendalam, observasi peneliti dan studi dokumen mengenai proses manajemen yang terdiri dari input, proses dan output dalam program PMT dari staf gizi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok. a. Wawancara Mendalam Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil atau sedikit. Wawancara ini dapat dilakukan secara terstruktur, semi terstruktur ataupun tidak terstruktur. Ketiga cara tersebut dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) atau melalui telepon (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, dilakukan wawancara semi terstruktur
45
dimana teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam gambaran program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Wawancara dilakukan kepada tiga orang informan. Satu orang informan utama, yaitu staf gizi di Dinkes Kota Depok yang bertanggung jawab terhadap program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. b. Observasi Peneliti (Participant Observation) Menurut Sugiyono (2011), participant observation adalah suatu teknik dimana peneliti terlibat dalam program sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam penelitian ini, participant observation dilakukan untuk gambaran input dari program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok. c. Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya adalah: peraturan, kebijakan, biografi dan sebagainya. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung dengan adanya studi dokumen ini
(Sugiyono, 2011).
Pada
penelitian ini, peneliti
akan
mengumpulkan data mengenai peraturan PMT pada ibu Hamil KEK dalam bentuk kerangka acuan kerja serta format laporan program PMT Ibu Hamil KEK.
46
2. Pendekatan Kuantitatif Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang digunakan berupa laporan program PMT Ibu Hamil KEK serta buku data kohort Ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang ada di Kota Depok adalah sebagai berikut: a. Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, lalu meminta ijin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok. b. Kepala Dinas memberikan rujukan ke Kantor Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) dan Linmas (Perlindungan Masyarakat) Kota Depok, untuk mendokumentasikan biodata peneliti dan kemudian diserahkan kembali ke institusi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota Depok. c. Dinas Kesehatan Kota Depok memberikan surat pengantar ke puskesmaspuskesmas yang ada di Kota Depok d. Data-data Ibu Hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Data variabel umur ibu, usia kehamilan, paritas dan penambahan berat badan ketika diberikan PMT didapat dari laporan monitoring program PMT ibu hamil KEK yang mengacu pada buku kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas
47
f. Data variabel jarak kelahiran didapat dari buku kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas
G. Validasi Data Pengujian keabsahan data (kredibilitas) pada penelitian kali ini adalah menggunakan triangulasi. Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Triangulasi Sumber dan Triangulasi teknik atau metode. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskriptifkan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sedangkan triangulasi teknik atau metode digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama namun teknik yang berbeda. Bila dengan beberapa teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Dalam penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan kepada petugas gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok. Pemilihan petugas gizi dikarenakan petugas gizi berkaitan langsung secara teknis terhadap pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. Sedangkan untuk triangulasi metode, menggunakan laporan monitoring program PMT Ibu hamil KEK serta Kerangka Acuan Kerja PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok.
48
H. Pengolahan Data 1. Pendekatan Kualitatif Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011), analisis data pada penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahapan, tiga tahapan tersebut dalam penelitian ini diantaranya adalah : a. Tahap Reduksi Data Pada tahap ini peneliti mereduksi segala data yang dirasa tidak dibutuhkan dan memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini didapatkan dari staf gizi di Dinas Kesehatan mengenai program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok. Data diperoleh dengan cara wawacara, observasi dan studi dokumen. b. Tahap Penyajian Data Pada tahap ini, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Tujuan penyajian data ini adalah untuk memudahkan, memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penelitian ini, penyajian data digunakan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan matriks. Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah dianalisis, diharapkan pada tahap ini peneliti dapat memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai program PMT Ibu hamil KEK dimulai dari perencanaan hingga evaluasi program PMT tersebut.
49
c. Tahap Penarikan Kesimpulan Setelah mendapatkan data dari kedua tahapan sebelumnya, pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk mendukung dalam menjawab pertanyaan penelitian. 2. Pendekatan Kuantitatif a. Editing, program yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan data laporan monitoring program PMT dari sisi kelengkapan data, kejelasan data, relevansi data dan konsistensi data. b. Koding, merupakan program merubah bentuk data dari huruf menjadi bentuk bilangan (angka) dengan maksud untuk mempermudah analisis dan mengentry data. Pengkodean data ini didasarkan pada kategori : 1) Variabel usia ibu kode 0 “beresiko” jika usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun dan kode 1 “tidak beresiko” jika usia ibu 20-35 tahun (usia reproduksi). 2) Variabel paritas kode 0 “beresiko” jika multipara (jumlah anak lebih dari 4) dan kode 1 “tidak beresiko” jika primipara (jumlah anak kurang dari 4) 3) Variabel jarak kelahiran kode 0 “beresiko” jika kurang dari 2 tahun atau lebih dari 5 tahun dan kode 1 “tidak beresiko” jika jarak kelahiran antara 2-5 tahun. 4) Variabel penambahan berat badan selama kehamilan kode 0 “beresiko” jika penambahan berat badan kurang jika disesuaikan dengan umur kehamilan dan kode 1 “Tidak beresiko ” jika penambahan berat badan sesuai dengan umur kehamilan.
50
5) Variabel efektifitas program PMT ibu hamil KEK dengan kode 0 ”Kurang Efektif (prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai kehamilan < 50% )” dan kode 1 ”Efektif ( prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai kehamilan lebih dari sama dengan 50%)”. c. Entry data, setelah pengecekan dan pengkodean dataselesai, langkah selanjutnya adalah memproses data dengan cara mengentry data dari laporan monitoring program PMT
ke program statistik komputer (software) yang
digunakan. d. Cleaning, pembersihan data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah terdapat kesalahan dalam entry, koding atau kesalahan membaca kode, dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
I.
Analisis Data 1. Pendekatan Kualitatif Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu suatu teknik mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan bahan-bahan lain, sehingga dapat lebih mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data ini dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008).
51
Analisis dalam penelitian ini diorganisasikan dan dijabarkan ke dalam unit-unit sesuai dengan kerangka berfikir penelitian yaitu data mengenai input (data, SDM, dana, sarana dan prasarana, materi, dan sasaran) , proses (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian) dan permasalahanpermasalahan yang menyertai program tersebut, output serta
penjabaran
mengenai efektifitas program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Data-data tersebut selanjutnya disintesa dan disusun kedalam pola serta dibuat kesimpulan dari solusi permasalahan-permasalahan yang ada. 2. Pendekatan Kuantitatif Analisa data dilakukan untuk mengetahui seberapa besar ukuran keberhasilan program PMT Ibu hamil KEK berdasarkan pendekatan sasaran (output). Analisa data yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan analisis prosentase, yaitu suatu cara analisis yang sederhana yang dapat dilakukan pada penyajian data dalam bentuk tabel.
Dalam penelitian ini analisis dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini berupa distribusi dan prosentase pada setiap variabel ibu hamil yang mengalami KEK yang meliputi, usia ibu, umur kehamilan, paritas, jarak kelahiran, penambahan berat badan selama kehamilan serta efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok.
52
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kota Depok terletak di bagian Utara Provinsi Jawa Barat, yang secara geografis terletak pada koordinat : 6 derajat 19’ 00” – 6 derajat 28’ 00” Lintang Selatan dan 106 derajat 43’ 00” – 106 derajat 55’ 30” Bujur timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevansi antara 50 – 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok memiliki luas sekitar 200.29 Km2 atau 0,58% dari luas provinsi Jawa Barat. 1. Batas-batas wilayah Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Wilayah Kecamatan di Kota Depok, Kota Depok dimekarkan menjadi 11 Kecamatan. Kota seluas 200.29 Km2 ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : berbatas dengan wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta dan wilayah Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bojong Gede dan wilayah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
53
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Sebagian besar lahan di wilayah Kota Depok merupakan areal pemukiman penduduk, pendidikan, perdagangan dan jasa yang terbagi kedalam 11 wilayah kecamatan dan 63 kelurahan. Kecamatan yang terdapat di kota Depok memiliki 11 kecamatan yaitu Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Cimanggis, Sawangan, Limo, Cipayung, Cilodong, Tapos, Cinere, Bojong sari. Dari 11 Kecamatan, Tapos memiliki wilayah terluas yaitu 32,24 km2.
2. Demografi Dinkes Kota Depok a. Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kota Depok dipimpin oleh seorang Dokter gigi. Pimpinan dibantu sekretaris beserta 3 Kepala Sub Bagian. Terdapat 4 kepala bidang dan 9 Kepala Seksi. 1) Tenaga Kesehatan Sesuai Peraturan Pemerintah RI No 32 Tahun 1996 yang termasuk tenaga kesehatan adalah tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi tenaga perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker. Tenaga
kesehatan
masyarakat
meliputi
epidemiologi
kesehatan,
entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrasi kesehatan serta tenaga sanitasi. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterafis,
54
radioterafis, teknis gigi, teknis elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknis transfusi dan perekam medis serta tenaga non kesehatan. Diagram 5.1 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga Di Kota Depok Tahun 2010 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga Di Kota Depok Tahun 2010
2% 6%1% 1% 1% 6%
kefarmasian kesmas sanitasi gizi
34%
49%
keteknisan fisik keteknisan medis Bidan & Perawat Tenaga Medis
Sumber : Profil Kesehatan kota Depok Tahun 2010 Urutan proporsi jenis tenaga kesehatan dari yang terbesar sampai terkecil adalah sebagai berikut: tenaga keperawatan dan kebidanan 49 %, kemudian tenaga medis 34%, tenaga teknis medis 6%, tenaga kefarmasian 6%, tenaga gizi 2,06%, tenaga kesmas 1,45%, tenaga sanitasi 1,21%, dan tenaga keteknisan fisik 0,81%.
55
Tabel 5.1 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit kerja Di Kota Depok Tahun 2010
Unit kerja No
Jenis Tenaga
Puskesmas (Termasuk Pustu dan Polindes)
Rumah Sakit
Institusi Diklat / Diknakes
Sarana Kesehatan Lain
Dinkes Kota
1 2
Medis Perawat & Bidan
123 249
692 942
0 0
4 4
14 20
3 4
Kefarmasian Kesehatan Masyarakat
11 3
127 21
0 0
0 0
12 12
5 6 7
Sanitarian Ahli Gizi Keteknisan Medis
17 26 8
5 17 146
0 0 0
0 0
8 8 1
437
1950
0
8
75
TOTAL
Sumber: Sub bag Umum (Dinkes kota Depok)tahun 2010 2) Sarana Kesehatan Jumlah puskesmas yang ada di Kota Depok sampai dengan tahun 2010 berjumlah 32 puskesmas dengan rincian 31 puskesmas non perawatan, 1 puskesmas perawatan. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kota Depok sampai dengan tahun 2010 yang tercatat di Dinkes Kota Depok adalah sebagai berikut:
56
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kota Depok Tahun 2010 PEMILIKAN/PENGELOLAAN No
Fasilitas Kesehatan
1
Rumah sakit umum
2
Rumah sakit bersalin
3
Puskesmas perawatan
4
Puskesmas non
PEM.KAB/KOTA
Swasta
JUMLAH
1
11
12
4
4
1
1
31
31
25/80
25/80
Perawatan
5
Puskesmas keliling
6
Puskesmas pembantu
4
4
7
Rumah bersalin
24
24
162
162
3066
3066
8
Balai pengobatan / Klinik
9
Praktik dokter bersama
10
Posyandu
11
Apotek
221
221
12
Toko obat
74
74
13
Gfk
1
1
14
14
13
13
14
15
Industri obat
968
Tradisional Industri kecil obat Tradisional
57
B. Gambaran program PMT untuk Ibu hamil KEK di Kota Depok Program perbaikan gizi pada ibu hamil ini ditujukan supaya kebutuhan gizi bagi ibu hamil tercukupi. Sehingga resiko terjadinya KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada ibu hamil dapat tertangani. Salah satu program yang dijalankan oleh Dinkes Kota Depok adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang Gakin yang mengalami KEK karena mengacu pada Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan, Kementrian Kesehatan RI yang memang diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari keluarga miskin. Produk PMT didistribusikan ke seluruh Puskesmas yang ada di Kota Depok yang sebelumnya sudah didata oleh petugas gizi yang ada di Puskesmas. Ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke Puskesmas dan terdeteksi berisiko KEK. Selain itu, data sasaran juga didapat dari laporan kader posyandu jika di wilayahnya terdapat ibu hamil berisiko KEK meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. Secara umum, gambaran program PMT pada ibu hamil KEK dijelaskan dengan menggunakan pendekatan sistem dimana dilakukan pada komponen input, proses, dan output.
58
Bagan 5.1 Alur Pendekatan Sistem dalam Program PMT Ibu Hamil KEK
•Data (LB3 prevalensi Bumil KEK, laporan PMT Bumil KEK, Pedoman KAK) •SDM •Materi •Dana •Sarana dan Prasarana •Sasaran
Input
Proses •Perencanaan Kegiatan •Pelaksanaan kegiatan •Pengawasan dan Penilaian Kegiatan
• Laporan Kegiatan PMT Bumil KEK --> penambahan berat badan ibu hamil
Output
1. Input Unsur-unsur yang diperhatikan dalam komponen input
program PMT
untuk ibu hamil KEK Gakin yang sudah dijalankan oleh program gizi seksi kesga dan gizi Dinkes Kota Depok serta Petugas Gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok meliputi: a. Data Berdasarkan Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat tahun 2008 sumber data untuk Ibu hamil KEK Gakin adalah LB3 gizi / KIA, PWS KIA berdasarkan pencatatan dari Puskesmas yang akan dikirim ke Dinkes Kota Depok. Selain data LB3 dan PWS KIA untuk program pemberian PMT Ibu Hamil KEK Gakin, juga terdapat laporan PMT Bumil yang dilaporkan paling lambat 90 hari setelah proses distribusi pemberian PMT Bumil KEK Gakin. Jumlah ibu hamil hanya merupakan data
59
proyeksi dari Dinkes. Data didapat dari Puskesmas, BPS (Bidan Praktek Swasta), institusi Pelayanan Kesehatan lain, seperti dari RS Besar yang berada di kota Depok baik swasta maupun Pemerintah. Sedangkan untuk pedoman program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dibuat pedoman Kerangka Acuan Kerja (KAK) program PMT ibu hamil KEK Gakin yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, pada laporan PMT ibu hamil yang diberikan PMT adalah ibu hamil yang beresiko KEK, namun pada pelaksanaan di Puskesmas Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap diberikan PMT meskipun tidak mengalami KEK. Hal ini dengan pertimbangan bahwa ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin sulit untuk membeli makanan tambahan dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Keluarga miskin yang mendapatkan PMT dari Dinkes adalah yang mempunyai Jamkesda dan Jamkesmas. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “Seharusnya yang mendapatkan PMT memang dari ibu hamil KEK mba, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin juga tetap diberikan PMT, karena kami mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga ibu hamil tersebut. Jadi, ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin walaupun dia tidak mengalami KEK akan tetap mendapatkan PMT ” (Informan Utama). Hal ini juga diperkuat oleh ucapan petugas gizi Puskesmas Pengasinan sebagai informan pendukung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas gizi di Puskesmas Pengasinan, data sasaran memang tidak hanya berasal dari
60
kondisi kekurangan energi kronis, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap diberikan PMT. Berikut hasil kutipan wawancara dengan informan pendukung yaitu petugas gizi Puskesmas Pengasinan: “Iya mba, kalo ibu hamil itu dari keluarga miskin saya kasih PMT juga. Karena, disana yang KEK juga ga begitu banyak,banyakan gakin jadi ibu hamil Gakin kalo dia periksa ke Puskesmas juga kita kasih susu. ” (Informan Pendukung). Sedangkan, berdasarkan uraian dari petugas gizi dari Puskesmas Pancoran Mas, sasaran yang terdapat dari laporan program PMT ibu hamil KEK merupakan ibu hamil KEK dan benar-benar berasal dari keluarga miskin. Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi Puskesmas Pancoran Mas: “Jadi kita kan nyarinya kan yang kriterianya yang Gakin, trus KEK juga, trus nanti kita cek juga yang Hb nya rendah. Soalnya kan kriteria yang diminta dinkes gtu neng.”(Informan Pendukung). b. Sumber Daya Staf gizi yang bertanggung jawab dalam program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok, memiliki latar belakang sarjana kesehatan masyarakat dalam peminatan epidemiologi gizi. Beliau menjadi penanggung jawab program PMT di Kota Depok selama 3 tahun. Tidak hanya program PMT ibu hamil, beliau bertanggung jawab terhadap beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan gizi masyarakat, Hal ini dikarenakan beliau menjadi koordinator dalam program perbaikan gizi di Dinkes Kota Depok. Hal ini juga terlihat dalam dokumen rencana program program gizi Dinkes Kota Depok Tahun
61
2011. Dalam dokumen tersebut dicantumkan rencana program program perbaikan gizi selama satu tahun, berikut dengan penanggung jawab program masing-masing. Untuk program PMT ibu hamil KEK beliau juga berkoordinasi dengan staf gizi yang lain serta Kepala Seksi (KaSie) Kesehatan Keluarga dan Gizi serta Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Masyarakat terkait dengan perencanaan program serta pengawasan program PMT. Jika terdapat kendala di lapangan yang dilaporkan oleh staf gizi di Puskesmas, umumnya petugas gizi akan berkonsultasi dengan Kepala Seksi maupun Kepala Bidang agar dapat dicari solusi bersama. Berikut hasil wawancara dengan informan utama: “Iya mba. Biasanya kalau ada kendala di lapangan, kami bicarakan dengan Kasie atau Kabid, nanti baru dicari penyelesaian bagaimana baiknya”. Sedangkan untuk Puskesmas sendiri, latar belakang pendidikan petugas gizi bervariasi di Puskesmas yang ada di Kota Depok. Namun, umumnya berasal dari D3 Kebidanan, D3 Gizi dan S1 Gizi Kesmas. Dalam pelaksanaan program PMT di Puskesmas, seluruh petugas gizi beserta bidan KIA saling berkoordinasi untuk memberikan makanan tambahan untuk Ibu hamil KEK. Petugas gizi mendata ibu hamil yang mendapatkan PMT, dan Bidan KIA yang memberikan secara langsung kepada ibu hamil yang mengalami KEK.
62
c. Sarana dan Prasarana Jumlah sarana yang terdapat pada program gizi di Dinkes yaitu 2 unit laptop dan 1 buah komputer. Untuk menunjang program PMT pada bumil KEK GAKIN, setiap staf gizi masing-masing memiliki handphone pribadi untuk melakukan konfirmasi kepada petugas gizi di Puskesmas jika terdapat datadata yang masih belum jelas, serta memudahkan untuk memantau pelaksanaan PMT Bumil KEK. Tidak ada sarana maupun prasarana yang disiapkan secara spesifik untuk menunjang program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas. Dalam pelaksanaannya, petugas gizi hanya bertugas untuk memberikan produk PMT ke bagian KIA, dan nantinya akan diberikan langsung ke sasaran oleh bagian KIA. d. Dana Dana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan suatu program. Program Pemberian Makanan Tambahan ini dibiayai dari APBD Kota Depok dalam Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) Program Peningkatan Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2011. Tidak ada pendanaan yang dialokasikan secara khusus untuk mengevaluasi program PMT di Kota Depok. Pada tahun ini, dana yang diturunkan juga sudah sesuai dengan waktu pelaksanaan program tersebut. Anggaran yang disiapkan oleh Dinkes tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini didasarkan pada hukum ekonomi dan juga terkait dengan inflasi harga. Tiap tahunnya anggaran program PMT ibu
63
hamil KEK di Kota Depok meningkat 10% dari anggaran program tahun sebelumnya. Proses penyediaan anggaran yaitu sebelumnya pada saat bulan Juni / Juli (pertengahan tahun) dibuat rencana anggaran tahun depan, untuk program program peningkatan gizi, dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk Rencana Keuangan Anggaran (RKA). Anggaran dana dikirim ke Badan Pembangunan Daerah (Bappeda), kemudian Tim Anggaran Bappeda yang akan mengevaluasi jumlah anggaran yang diajukan setelah itu dikembalikan ke bagian PEP sebagai koordinator bagian anggaran di Dinkes. Jumlah anggaran yang dikeluarkan Pemda untuk program PMT Bumil adalah Rp. 630.000.000,dengan rincian untuk 500 Ibu hamil KEK Gakin dikalikan lama waktu pemberian dan harga PMT pabrikan yang disiapkan. Berikut hasil kutipan dengan informan utama: “Anggaran diperkirakan per tahunnya selalu naik, selain karena inflasi, kalau menurut teori orang ekonomi, setiap penganggaran itu dinaikkan 10% dari target yang ditentukan. Anggaran yang buat tim perbaikan gizi, setelah dari program, nanti diajukan ke kepala seksi nanti direkap oleh bagian perencanaan dan evaluasi program, nanti kalau udah jadi dibentuk satu anggarannya dinas, rencana programnya dinas, nah nanti total anggaran dananya itu akan dikirim ke Bappeda dan di evaluasi oleh Bappeda atau tim anggaran, nanti setelah itu dikoreksi apakah ada anggaran yang harus ditambah atau dikurangi nanti dikembalikan lagi ke seksi dibalikin lagi ke program. Nanti dari program kalau memang sudah sesuai balik lagi mba alurmya, jadi kalau di dinas itu yang menjadi koordinator anggarannya itu ya bagian PEP. Nanti setelah dari PEP diajukan lagi ke Pemda. Biasanya pada saat bulan juni/juli dibuat rencana program, nanti kalau sudah ada rencana program, nah untuk program ini berapa besar dana yang dbutuhkan, nah setelah itu dibuatlah perinciannya apa aja nah setelah itu dibuat rencana program anggaran atau RKA, RKA itulah yang menjadi desk, anggota DPR ketika rapat nanti. Untuk biaya pembeliannya, kita melalui pihak ketiga, karena mengikuti
64
PP.54,tentang pengelolaan barang dan jasa setiap dana diatas 100 juta lewat lelang umum atau pihak ketiga”. (Informan Utama). Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan adanya dokumen KAK (Kerangka Acuan Kerja) Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. Dimana dicantumkan rincian biaya program dan juga melalui proses pelelangan. e. Materi Produk PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu susu. Spesifikasi persyaratan yang ditetapkan Dinkes dibuat dalam bentuk tabel. Tabel. 5.3 Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil BAHAN MAKANAN Susu Ibu hamil
SPESIFIKASI Kemasan minimal 400 gr Kemasan Alumunium Foil dan Karton Kemasan Menunjukkan : - Label Halal dari MUI - MD dari BPOM - Berat Bersih - Saran Penyajian - Saran Penyimpanan - Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa - Layanan Konsumen yang bisa dihubungi - Jaminan Kualitas (ISO) Produksi baru Kandungan Zat Gizi (per saji ): 40-46 gr/saji Energi : Minimal 150 kkal Protein : Minimal 8.5 gr
65
Tabel. 5.3 (Lanjutan) Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil Vitamin : Vitamin A : Minimal 30% AKG Vitamin D : Minimal 40% AKG Vitamin E : Minimal 15% AKG Vitamin K : Minimal 30% AKG Vitamin C : Minimal 50% AKG Vitamin B1 : Minimal 30% AKG Vitamin B2 : Minimal 35% AKG Vitamin B3 : Minimal 30% AKG Vitamin B6 : Minimal 30% AKG Asam Folat : Minimal 50% AKG Vitamin B12 : Minimal 20% AKG Mineral : Calcium : Minimal 20 % AKG Magnesium : Minimal 20 % AKG Phospor : Minimal 10% AKG Zat Besi : Minimal 10% AKG Zinc : Minimal 10% AKG Iodium : Minimal 20% AKG Selenium : Minimal 10% AKG Sumber : Kajian Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Pekerjaan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Keluarga Miskin Program Peningkatan Gizi Masyarakat. Dinkes Kota Depok, Tahun Anggaran 2011 Berdasarkan Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Jumlah energi minimal dari makanan tambahan yang diberikan Ibu Hamil KEK per hari adalah 300 kkal dan 17 gram untuk kandungan protein. Jumlah produk makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus. Spesifikasi tersebut juga sudah sesuai dengan kandungan gizi yang tercantum pada produk susu merk “x” yang bekerjasama dengan Dinkes Kota Depok.
66
Staf gizi di Dinkes juga memberikan persyaratan mengenai produk susu yang akan diberikan untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas dan higienitas makanan tambahan yang akan didistribusikan ke sasaran. Pada tahun ini, produk makanan tambahan yang diberikan untuk ibu hamil telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh staf gizi Dinkes Kota Depok. Jumlah produk makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus. Namun, jumlah makanan tambahan yang disediakan untuk ibu hamil masih belum memenuhi jumlah energi selama 90 hari. Jumlah makanan tambahan minimal yang harus dikonsumsi per hari untuk memenuhi kebutuhan gizi adalah 80 gram atau sekitar 4 sendok makan, yang diminum 2 kali dalam sehari. Jadi, dalam satu gelas susu yang diminum minimal jumlah bubuk susu yang dituang kedalam gelas 40 gram. Netto setiap dus produk makanan tambahan yang berupa susu adalah 400 gram, berarti dalam waktu 5 hari maksimal satu dus terpakai. Dalam satu bulan, jumlah dus susu yang minimal dikonsumsi seharusnya 6 dus yang terpakai dan dalam 3 bulan atau 90 hari seharusnya jumlah minimal produk susu yang diberikan adalah 18 dus. Sehingga jumlah jumlah gram yang dikonsumsi per hari adalah 60 gram. Kekurangan 20 gram per hari diharapkan ibu juga mengkonsumsi makanan tambahan yang biasa dikonsumsi sehari-hari selain yang diberikan oleh Dinkes. Hal ini dibutuhkan peranan bidan KIA di Puskesmas yang langsung memberikan makanan tambahan ke sasaran mengenai aturan konsumsi
67
makanan tambahan serta efek yang ditimbulkan apabila ibu hamil mengalami KEK. f. Sasaran Karakteristik sasaran dari ibu hamil KEK didapat dari pengumpulan laporan program monitoring PMT ibu hamil KEK Gakin dan data kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas. Variabel yang ditetapkan dari laporan program PMT yaitu usia ibu hamil, usia kandungan ibu hamil, jumlah anak (paritas), jarak kelahiran dan penambahan berat badan selama diberikan PMT. Berikut format laporan monitoring yang didalamnya dicantumkan karakterisitik dari sasaran. Tabel 5.4 Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Nama
Alamat
Umur
Hamil
Umur
ke
hamil
LILA
BBI
BBII
BBIII
LILA
Karakteristik sasaran yang dicantumkan di Puskesmas bervariasi, meskipun sudah ditetapkan oleh staf gizi di Dinkes Kota Depok. Sehingga tidak semua data dapat diolah, karena format laporan yang beragam antar Puskesmas. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan program SPSS. Berikut gambaran proporsi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan PMT yang dapat diolah di Puskesmas Kota Depok:
68
1) Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di Kota Depok. Tabel. 5.5 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di Kota Depok Usia Ibu n % Mean Standar Deviasi Beresiko
42
29
Tidak Beresiko B Total
103
71
145
100
26
0,455
B Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan usia sebesar 29 %. Dengan rata-rata usia ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah berusia 26 tahun.
2) Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT berdasarkan paritas di Kota Depok. Tabel. 5.6 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas di Kota Depok Paritas
N
%
Beresiko
13
9
Tidak Beresiko
132
91
Total
145
100
B
Std. Deviasi
0,498
e Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan paritas sebesar 9 %.
69
3) Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT berdasarkan jarak kelahiran di Kota Depok. Tabel. 5.7 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak kelahiran di Kota Depok Jarak Kelahiran
N
%
Beresiko
9
6,2
136
93,8
145
100
Tidak Beresiko B eTotal
Std. Deviasi
0, 242
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak kelahiran sebesar 6,2 %.
4) Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia kehamilan di Kota Depok Tabel. 5.8 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia kehamilan di Kota Depok Usia Kehamilan N % Std. Deviasi Trimester 2
127
87,6
Trimester 3
18
12,4
Total B
145
100
0,331
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT umumnya pada usia kehamilan trimester kedua dengan prosentase sebesar 87,6 %.
70
2. Proses Proses merupakan berbagai program yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses yaitu menilai perencanaan program untuk mengetahui target dari program PMT, pelaksanaan program serta pengawasan program apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya. a. Perencanaan Perencanaan program gizi Dinkes Kota Depok dibuat berdasarkan, 1) Besaran masalah yang ditemui Berdasarkan hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok, prevalensi ibu hamil KEK di Kota Depok adalah sebesar 14,85%. Hal ini juga sesuai dengan paparan Perencanaan dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Perencanaan dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Dinkes Kota Depok yang dipresentasikan Kepala Bidang Yankesmas pada program kunjungan mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Bengkulu, prevalensi ibu hamil KEK di Kota Depok adalah 14,85%. Sedangkan ambang batas yang dikatakan masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensi KEK lebih dari 10%. Oleh karena itu, masih
71
tingginya prevalensi ibu hamil KEK menjadi salah satu dasar diadakannya program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. Dinkes Kota Depok juga memfokuskan pada ibu hamil KEK yang berasal dari keluarga miskin. 2) Ketersediaan dana Proses Penganggaran APBD Kota Depok dalam penyediaan dana untuk program PMT ibu hamil KEK Gakin yang ada di Kota Depok yaitu: a) Dibuat Rencana Program Anggaran (RKA) oleh tenaga pelaksana gizi yang kemudian disetujui oleh kepala seksi Kesga dan Gizi dan diketahui oleh Kepala Bidang Yankesmas. b) Rencana Alokasi Program tersebut diajukan ke Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program (PEP). c) Diajukan kepada bagian Administrasi Setda Kota Depok dan Bagian Keuangan. d) Beberapa tahap pengajuan kepada DPRD. e) Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(DPA)
disahkan
dan
dapat
dilaksanakan. Pada program penanganan KEK, anggaran yang Pemda Kota Depok untuk program PMT Ibu Hamil KEK adalah sebesar Rp 630.000.000,-. Dimana dengan jumlah dana tersebut setiap ibu hamil mendapatkan 16 dus selama 3 bulan. Pada tahun ini jumlah ibu hamil KEK yang diberikan PMT sekitar 400 orang. Dana yang dianggarkan hanya sebatas sampai pendistribusian produk ke Puskesmas.
72
3) Ketersediaan sumber daya Selain berkoordinasi dengan staf gizi, dalam perencanaannya tim gizi di Dinkes juga berkoordinasi dengan bagian sarana dan prasarana di Dinkes Kota Depok dalam hal pengadaan produk, kemudian dengan staf gizi di Puskesmas yang terdapat di kota Depok terkait penetapan sasaran serta bagian KIA yang secara langsung memiliki keterkaitan sasaran dengan laporan program PMT. Berikut hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab program PMT : “Dalam perencanaan program PMT ini kita ada kerjasama dengan berbagai pihak. Dengan bagian sarana dan pra sarana untuk pengadaan barang. Sama Puskesmas untuk penetapan jumlah sasarannya. Sama KIA yang memang terkait langsung dengan sasarannya.” Sedangkan terkait dengan penetapan sasaran di Puskesmas, biasanya petugas gizi di Puskesmas mengumumkan pada rapat kader di kelurahan akan diadakannya PMT untuk Ibu hamil KEK Gakin. Setelah itu kader posyandu di masing-masing wilayah kerja Puskesmas akan mendata ibu hamil yang KEK yang terdapat di wilayah tersebut. Kemudian Ibu hamil tersebut dirujuk ke Puskesmas untuk dilihat kadar Hb nya juga dan di data untuk mendapatkan PMT Ibu Hamil KEK tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan petugas Puskesmas Pancoran Mas: “Jadi kalo sasarannya juga kita kan diumumin di rapat-rapat kelurahan sama kader. Nanti kader data nih bumil yang ada disana, nah nanti diliat kan bumil nya itu LILA nya berapa trus d krosscek
73
dulu nih di Posyandu bener ga LILAnya kurang dari 23,5, nah nanti kalau setelah itu baru di rujuk ke Puskesmas untuk di data biar dikasih PMTnya nanti disini di cek Hbnya karena kan kurang gizi juga ngaruh sama anemi juga kan neng.” Hal ini juga diungkapkan ketika wawancara dengan petugas Puskesmas Pengasinan: “Nanti kan ada edarannya dari dinas mau akan dapet PMT, setelah itu baru kita data, nah sasaranya itu kita kerjasama sama bagian KIA minta data ibu hamil yang KEK sama dari LB3. LB3 itu isinya termasuk sama yang laporan kader. Jadi laporan kader yang dilaporin ke Puskesmas udah dicantumin didalam LB3.” Perencanaan dibuat dalam bentuk dokumen KAK (Kerangka Acuan Kerja). Dalam KAK komponen-komponen yang dimasukkan dilihat dari segi sasaran, waktu pelaksaaan, mekanisme distribusi produk, spesifikasi produk, pemantauan dan pelaksanaan. Selain menetapkan besaran masalah yang ditemui, ketersediaan dana dan sumber daya serta kebutuhan masyarakat. Dilakukan juga perencanaan pelaporan dan pengawasan program PMT Ibu hamil KEK. Untuk pelaporan status ibu hamil KEK sendiri dilakukan setiap bulan dengan format LB3 yang dilaporkan setiap bulannya oleh seluruh Puskesmas. Meskipun pelaporan jumlah ibu hamil KEK dilakukan setiap bulan, data besaran masalah KEK pada ibu hamil yang akan mendapatkan PMT diperoleh dari jumlah kunjungan ibu hamil ke seluruh Puskesmas yang mengalami KEK setiap bulannya yang dilakukan pada bulan Agustus. Hal ini dilakukan karena bersamaan dengan diberikannya PMT untuk balita.
74
Format laporan lain yang dibuat adalah laporan program monitoring PMT di setiap Puskesmas. Dalam perencanaan pembuatan laporan program tersebut item yang dicantumkan yaitu, nama ibu, alamat ibu, usia ibu, paritas, usia kehamilan, LILA serta pertambahan berat badan selama diberikan PMT (BB I, BB II, dan BB III). Target keberhasilan program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dilihat dari prosentase pertambahan berat badan sesuai umur kehamilan. Sedangkan di Puskesmas sendiri hanya mengikuti format pelaporan yang ada di Dinkes, meskipun tidak semua Puskesmas mengikuti format yang telah ditentukan oleh Dinkes. Dalam merencanakan proses pengawasan dan penilaian program PMT ibu hamil KEK Gakin staf gizi penanggung jawab program PMT belum menetapkannya secara spesifik. Untuk rencana pengawasan petugas hanya membuat format laporan program monitoring pertambahan berat badan PMT Ibu Hamil KEK yang nantinya akan langsung diawasi oleh petugas gizi di Puskesmas wilayah kerja masing-masing. Untuk penilaian dilakukan dengan melihat hasil dari laporan program monitoring yang dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Depok. Selain itu, staf gizi juga mendaftar hambatan-hambatan yang terjadi di Puskesmas Kota Depok yang dilaporkan di Dinkes diantaranya: 1) Pengadaan barang yang hanya terjadi pada periode tertentu, sedangkan daftar sasaran ibu hamil yang mendapatkan PMT sudah dibuat satu atau dua bulan sebelum pelaksanaan sehingga ketika barang tersebut tiba di Puskesmas, sehingga terkadang ibu hamil yang mendapatkan PMT
75
tersebut tidak menghabiskan produk makanan tambahannya dikarenakan ibu hamil tersebut telah melahirkan. 2) Format laporan dari Kemenkes hanya sebatas pada pelaksanaan pendistribusian PMT. 3) Sasaran belum dapat dipantau secara rutin, salah satunya dikarenakan ibu hamil malas datang ke Dinkes untuk mengambil PMT dan memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, dikarenakan jarak atau ongkos yang harus dikeluarkan. Berdasarkan wawancara dengan informan utama, diketahui cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah ibu hamil yang namanya sudah tercantum sebagai penerima PMT akan tetap diberikan makanan tambahan, meskipun sudah melahirkan. Hal ini juga bertujuan untuk memperbaiki status gizi ibu dan bayinya dalam proses menyusui. Untuk format pelaporan petugas gizi membuat standar baku pelaporan sendiri, agar format pelaporan seragam dari seluruh puskesmas meskipun hingga saat ini juga belum dilihat dari output dari program tersebut. Ibu hamil yang malas datang ke Puskesmas biasanya dibutuhkan peranan kader yang sudah dilatih untuk membantu membantu mengukur berat badan ibu hamil dan membawakan produk PMT ke tempat sasaran. Sedangkan pemantauan sasaran secara rutin belum dilakukan, sehingga belum dapat dilihat secara langsung apakah ibu hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi makanan tambahan tersebut atau tidak. Berikut hasil wawancara dengan staf gizi yang ada di Dinkes Kota Depok,
76
“Pada saat PMT nya ada mungkin ibu hamil, kan sebelum barangnya ada kita sudah minta data pengajuan dari Puskesmas, misal di Puskesmas A, ada lima belas orang ibu hamil. Misalnya perencanaannya kan bulan Agustus, nah pengadaannya bulan September. Ibu hamil yang awalnya tujuh bulan, pas pengadaan itu jadi delapan bulan. Jadi sebelum habis dia sudah melahirkan. Terus format dari Kemenkes kan cuma sebatas pendistribusian, jadi kita buat format sendiri untuk laporan monitoringnya mba, sama sasarannya belum terpantau secara rutin. Hal ini juga diungkapkan oleh petugas gizi di Puskesmas Pancoran Mas sebagai informan pendukung. Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi di Puskesmas Pancoran Mas: “Waktu dateng susu nya yang enggak pas sama usia bumilnya, jadi kadang pas kita kasih belum habis susunya eh udah melahirkan dianya, terus juga paling bumilnya pada males dateng, apalagi yang rumahnya jauh yah. Udah gitu alesannya ga punya ongkos, karena itu tadi yang gakin yah, jadi untuk ongkos aja mereka ga punya, jadi minta tolong sama kadernya. Tapi paling enggak dia pernah sekali kontak sama kita, kan ngambil PMT nya di Puskesmas yah, jadi bisa ditimbang BB nyah. Kalau nggak kita minta tolong ditimbang sama kadernyah. Hal ini juga diungkapkan oleh Petugas gizi Puskesmas Pengasinan: “ya kendalanya gitu, kita udah dapet sasarannya. Tapi pas dateng sasarannya udah beda lagi orangnya,nyari lagi sasarannya. karena ada yang udah melahirkan atau ibu hamilnya udah ga kek lagi. Jadi pelaporannya juga agak lama mba. Terus gini, kondisi kita ni, lokasi kita ya, mungkin kalo yang didepan jalan raya sih ga masalah, kalo qt kan masuk ke perumahan yaa.. harus ngojek. Apalagi ibu-ibu yang daerah bedahan, kan jauh tu dari sini. Berat diongkos. Jadi kita yang kesana. Mereka jarang ada yang mau kesini untuk ngambil PMT nya” (Informan Pendukung)
77
b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan program PMT di Kota Depok mengacu pada dokumen KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah dibuat pada ketika proses perencanaan. Pemberian Makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin diberikan dalam bentuk Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr. Proses pelaksanaan meliputi : 1) Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang 2) Sebelum barang didistribusi dilakukan pemeriksaan barang oleh panitia pemeriksa barang, setelah barang diterima sesuai dengan spesifikasi baru dilakukan distribusi barang ke Puskesmas. 3) Distribusi dilaksanakan oleh rekanan kepada 32 puskesmas dalam satu kali pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) didampingi oleh bendahara barang Dinkes. 4) Selanjutnya distribusi barang
kepada sasaran dilakukan oleh puskesmas
dalam tiga kali pemberian (tiga bulan) dengan menggunakan tanda terima dari masing-masing sasaran. Hal ini juga dicantumkan dalam dokumen KAK PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok. c. Pengawasan dan Penilaian PMT Dalam pengawasan program PMT, staf gizi di Dinkes hanya sebatas menanyakan apakah makanan tambahan tersebut telah terdistribusi dengan lancar atau tidak. Program pengawasan biasanya hanya berupa by phone dengan petugas puskesmas atau berkunjung langsung ke Puskesmas ketika
78
sedang ada program di Puskesmas tersebut. Biasanya petugas gizi di Puskesmas akan ke Dinkes baik untuk memberikan laporan program PMT ibu hamil KEK maupun masalah-masalah yang dihadapi selama proses pendistribusian PMT. Yang mengawasi secara langsung program PMT petugas gizi di Puskesmas. Berikut hasil wawancara langsung dengan staf gizi penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK : “Puskesmas yang mengawasi PMT secara langsung. Kalau kita biasanya pengawasannya hanya sebatas by phone, atau kalau memang saat lagi ada program di Puskesmas, disitu paling kita tanyakan bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas. Apakah susu nya sudah terdistribusi atau belum atau misalnya ada kendala di lapangan, biasanya petugas puskesmas akan langsung melaporkan ke Dinkes” Untuk menilai seluruh program di Dinkes Kota Depok, terdapat institusi yang bernama Inspektorat Pengawas Daerah, yang bertugas untuk menilai seluruh program yang ada di Kota Depok termasuk program PMT ibu hamil KEK. Komponen yang dinilai dalam program ini terkait dengan perencanaan program, keuangan, laporan hasil program dan juga penetapan sasaran. Dalam pelaksanaannya, Petugas gizi tidak melakukan pengawasan secara khusus. Pengawasan dan pemantauan dilakukan hanya ketika ibu hamil mengambil kembali produk PMT ke Puskesmas. Saat itulah petugas memantau pertambahan berat badan ibu tersebut. Namun, belum dilakukan pemantauan apakah ibu hamil tersebut benar-benar dipastikan meminum susu yang telah diberikan tersebut. Selain itu, apabila ibu hamil tersebut tidak mengambil kembali produk yang diberikan, maka petugas gizi berkoordinasi dengan kader
79
agar susu tetap dapat diberikan dan pertambahan berat badan ibu tetap dapat dipantau. Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan kader. Sehingga belum dapat dikonfirmasi apakah kader benar-benar ikut membantu mendistribusikan PMT ke sasaran dan juga membantu dalam hal pemantauan pertambahan berat badan ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Petugas Puskesmas Pancoran Mas: “Kita si paling pengawasannya ya pertambahan berat badan itu neng. Nanti kan kita tanya ke KIA kalau misalnya ibu hamilnya periksa kehamilan ke KIA. Kalau misalnya ibu ga periksa ke Puskesmas, paling kita minta kader untuk mantau atau kita yang dateng ke lokasi ibu hamil tersebut neng.” Hal ini, juga diungkapkan Petugas gizi Puskesmas Pengasinan: “Untuk monitoringnya juga saya bingung. Paling hanya pendistribusian sama pemantauan berat badan ibu hamil mba. Biasanya saya minta tolong sama bagian KIA, ini berat badan ibu A yang dapetin PMT tolong dicatetin pertambahan berat badannya berapa. Atau kalau dia ga meriksa kehamilannya ke Puskesmas saya minta tolong pembina kelurahan (bidan kelurahan) yang saya percaya untuk dipantau berat badannya per bulan si ibu ini.”
Dalam pelaksanaan program PMT Ibu hamil KEK, petugas gizi di Puskesmas tidak mendapatkan dokumen KAK tersebut. Informasi mengenai substansi dari dokumen KAK hanya didapatkan berdasarkan sosialisasi ketika rapat bulanan dengan staf gizi Dinkes. PMT didistribusikan pada periode selama tiga bulan per tahunnya di setiap Puskesmas yang ada di kota Depok. PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu beberapa dus susu khusus ibu hamil setiap dus nya berisi 400 gram. PMT diberikan melalui bidan yang
80
bertugas di Bagian KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di setiap Puskesmas yang ada di Kota Depok. Dalam hal ini, petugas gizi di Puskesmas melakukan pendataan jumlah ibu hamil yang beresiko KEK serta menerima produk PMT dari Dinkes yang gudangnya terletak di Gedung Pemerintah Daerah Kota Depok. Namun, yang memberikan tetap di bagian KIA, hal ini dikarenakan ibu hamil memeriksakan kandungannya langsung di bagian KIA. Sesuai prosedur yang telah ditetapkan, pemberian PMT hanya diberikan di Puskesmas, untuk memudahkan petugas melakukan pendataan bumil KEK Gakin. Selain itu, agar ibu hamil yang mendapat PMT dapat mendapatkan penjelasan minimal mengenai aturan mengkonsumsi PMT tersebut serta penjelasan mengenai KEK dan dampak KEK pada Ibu hamil. Namun, karena keterbatasan waktu terkadang petugas hanya memberikan aturan mengkonsumsi PMT saja. 3. Output Program PMT (Hasil Wawancara dengan Informan Utama) Hasil program PMT bumil KEK Gakin dilaporkan dalam bentuk Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok. Sedangkan berdasarkan Juknis PMT Ibu Hamil KEK yang dikeluarkan oleh Kemenkes, laporan yang dibuat di Dinkes Kabupaten/Kota adalah laporan pendistribusian makanan tambahan dengan menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 (masing-masing 1 lembar untuk arsip, provinsi, dan pusat). Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8. Namun, Dinkes Kota Depok tidak melaporkan hasil program PMT ibu hamil KEK Gakin ke Dinkes Propinsi. Dinkes Kota Depok hanya bertanggung jawab terhadap
81
Pemerintah Kota Depok khususnya Pemberi Tugas adalah Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran Program Peningkatan Gizi Masyarakat pada Dinkes Kota Depok , dikarenakan dana program PMT bukan berasal dari Dinkes Propinsi, melainkan APBD dari Pemerintah Kota Depok. Staf gizi di Dinkes hanya melaporkan secara rutin program PMT ibu hamil ke Pemerintah Daerah Kota Depok. Namun, itupun hanya sebatas laporan akhir pendistribusian PMT Ibu Hamil. Berikut hasil kutipan wawancara dengan staf gizi di Dinkes Kota Depok, sebagai informan utama: “Program PMT Bumil ini, dinkes tidak berkewajiban mengirimkan laporan ke Propinsi, karena anggaran program berasal dari APBD kota Depok. Kami punya kewajiban melaporkan laporan anggaran proses program PMT ke Pemda Kota Depok. Kalau untuk output sendiri saat ini kami hanya melihat sebatas pendistribusian PMT. Belum dilihat dari segi sasaran sendiri, baik dari proses kelahiran ibu hamil yang mendapatkan PMT dan berat bayi lahirnya”. (Informan Utama) Pada tahun 2011 ini, program PMT belum dapat dilihat keberhasilan jika dilihat dari pendekatan output atau sasaran. Berikut kutipan dari informan utama mengenai evaluasi program PMT pada tahun ini: “Karena dampak dari KEK ini belum bisa di evaluasi, jadi yang kita lihat dalam program ini hanya sebatas pelaksanaan programnya mba, jadi gini, Ibu hamil mendapatkan PMT iya, mereka minum iya, tapi untuk melihat apakah ada perbaikan kesananya dari program PMT itu belum bisa” (Informan Utama)
82
C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Prosentase efektifitas didapat berdasarkan hasil analisis data sekunder dari laporan program monitoring PMT serta buku kohort yang didapat dari 20 Puskesmas yang ada di Kota Depok. Tabel. 5.9 Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Pertambahan BB ibu
n
%
Sesuai usia kehamilan
94
65%
Tidak sesuai usia kehamilan
47
32%
Data missing (
4
3%
145
100
Std. Deviasi
hamil
berkurang Total
Berdasarkan hasil analisis prosentase efektifitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok sebesar 65%. Terdapat data yang missing, dikarenakan setelah diberikan PMT berat badan ibu tersebut justru berkurang dari sebelum diberikan PMT.
83
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Input Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Input merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah program. Dalam program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok, seluruh unsur sudah berjalan dan terintegrasi dengan cukup baik. Namun, terdapat beberapa komponen dalam input yang harus diperbaiki dan sangat mempengaruhi efektivitas program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok ini. Komponen input yang masih belum memenuhi untuk mengukur efektivitas program PMT yaitu: 1. Data Data merupakan komponen yang penting untuk sebagai penunjang untuk melihat efektivitas dari suatu program. Sehingga dibutuhkan proses pengumpulan data yang baik agar dapat mengetahui kondisi real yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini DinKes tidak melakukan program monev (monitoring dan evaluasi) dari proses pengumpulan data ibu hamil KEK tersebut. Proses evaluasi yang dilakukan hanya melalui laporan Pemberian Makanan Tambahan yang diberikan ke Puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program PMT Bumil KEK selama tahun 2011, belum semua Makanan Tambahan diberikan pada sasaran yang sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan Dinas Kesehatan.
84
Sehingga belum dapat dilihat seberapa besar sebenarnya pengaruh program PMT terhadap ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi. Selain itu, format laporan yang belum seragam antara setiap Puskesmas yang ada di Kota Depok dan belum adanya pemisahan laporan antara ibu hamil KEK dan ibu hamil yang memang berasal dari keluarga miskin. Sehingga data yang didapat masih bersifat global dan belum memasukkan seluruh karakteristik ibu hamil KEK yang berkaitan dengan penambahan berat badan dan proses kelahiran dari ibu hamil KEK tersebut. Dengan format yang belum seragam antar Dinkes, prosentase efektivitas yang dihasilkan dalam analisis data sekunder juga belum dapat menggambarkan secara keseluruhan gambaran dan dampak yang dihasilkan dari program tersebut. Laporan program yang dimasukkan dan dan diolah hanyalah data yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan dari penelitian ini. Sehingga tidak semua laporan Puskesmas yang ada di Kota Depok masuk dalam hasil penilaian efektivitas program PMT ibu hamil. Oleh karena itu, diperlukan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir. Sehingga dapat diketahui faktor penyebab apabila ibu hamil tidak bertambah berat badannya. Selain itu, data berat bayi lahir pada ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT juga perlu dicantumkan untuk melihat kaitan antara perubahan status gizi ibu hamil setelah diberikan PMT dengan berat bayi lahir pada ibu tersebut.
85
2. Sumber daya Banyaknya program terkait program gizi yang dikoordinir oleh informan utama menjadi salah satu komponen yang mempengaruhi efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok ini. Hal ini, diakibatkan sulitnya pengawasan dan penilaian terhadap program PMT dan menjadi salah satu alasan mengapa PMT hanya dinilai sebatas pendistribusian hingga ke Puskesmas. Beban ganda yang dialami petugas gizi yang ada di Puskesmas pun menjadi faktor penunjang dan mempengaruhi keefektifan program PMT. Terbatasnya sumber daya yang terdapat di Puskesmas mengakibatkan program PMT untuk Ibu hamil KEK kurang berjalan dengan optimal dan juga akan mempengaruhi pengawasan pelaksanaan program PMT hingga ke sasaran. Hal inilah yang juga menjadi salah satu faktor efektivitas program PMT ibu hamil hanya sebesar 65%, meskipun angka tersebut telah memenuhi harapan dari staf sendiri. 3. Sasaran Variabel karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan monitoring program PMT dan data kohort ibu hamil belum seluruhnya dicantumkan agar dapat menggambarkan karakteristik ibu hamil KEK secara jelas yang terkait dengan penambahan berat badan sebagai prediktor dari BBLR yang merupakan salah satu dampak dari kondisi KEK tersebut. Perlu ditambahkan variabel lain yang terkait agar dapat menggambarkan secara jelas ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT. Variabel karakteristik sasaran yang perlu ditambahkan berupa, jarak kehamilan, tinggi badan, berat badan pra kehamilan serta berat bayi
86
ketika lahir. Penambahan variabel ini juga dapat menjadikan salah satu alasan ketika penambahan berat badan ibu hamil KEK tidak sesuai dengan usia kehamilan. Selain itu juga, diperlukan keaktifan petugas gizi di Puskesmas untuk mencari dan menemukan ibu hamil dengan risiko KEK meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. Pada analisis data sekunder ini, pertambahan berat badan ibu hamil umumnya terjadi pada ibu yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Meskipun nilainya hanya 30 % dari empat kriteria yang diolah. Sedangkan karakteristik lain seperti usia ibu hamil, jarak kelahiran, dan paritas tidak begitu berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil. Staf gizi di Dinkes tidak menetapkan secara spesifik pada usia kehamilan berapa bulan idealnya diberikan PMT, ibu hamil yang mendapatkan PMT hanya yang usia kehamilannya tidak boleh kurang dari dua bulan atau tepat pada usia tujuh bulan. Usia dua bulan dipertimbangkan karena adanya morning sickness, sedangkan pada usia tujuh bulan dikhawatirkan ibu mengalami hemodilusi (pengenceran konsentrasi darah). Pada penelitian ini, ibu hamil dengan usia trimester pertama tidak dimasukkan untuk perhitungan sampel, dikarenakan pada usia trimester pertama ibu hamil tidak perlu makan lebih banyak, karena bayi sangat kecil beratnya hanya sekitar satu ons pada akhir pertumbuhan dan janin trimester pertama, meskipun cepat namun belum membutuhkan energi tambahan. Selain itu, faktor morning sickness pada kehamilan trimester awal juga akan mempengaruhi sedikitnya berat badan ibu yang bertambah. Waktu yang paling tepat untuk pemberian PMT pada usia kehamilan trimester dua, hal ini dikarenakan ibu
87
biasanya akan merasa lebih baik pada trimester kedua (14-26 minggu), saat itulah energi ibu hamil biasanya kembali. Banyak efek dari awal kehamilan berkurang pada trimester kedua, termasuk mual, muntah, dan kelelahan, meskipun tidak semua hilang begitu saja setelah minggu ke 14 dimulai. Pertambahan berat badan yang paling optimal terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan menurut Baker dan Tower akan mulai menurun pada usia kehamilan 32 minggu. Oleh karena itu, pemberian PMT pada ibu hamil KEK sangat efektif apabila diberikan pada usia kehamilan 20 minggu atau pada trimester kedua.
B. Gambaran Proses Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Selain input komponen lain yang dibutuhkan untuk mengukur efektivitas program adalah dengan mengeveluasi proses. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai program yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi proses program PMT ibu hamil KEK apakah telah berjalan dengan baik atau tidak yaitu melihat perencanaan yang ditetapkan untuk program PMT ibu hamil serta mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya, menilai pelaksanaan program apakah telah mencapai target yang ditetapkan pada proses perencanaan dan melihat penilaian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan program PMT ibu hamil KEK ini.
88
1. Perencanaan Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Perencanaan program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan suatu proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan hingga menetapkan alternatif program untuk mencapainya. Menurut Depkes (1997) perencanaan program dianggap baik apabila terdapat komponen-komponen seperti persiapan petugas yang meliputi penentuan lokasi, mengkoordinasi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program, melakukan bimbingan dan supervisi, menyiapkan sarana peralatan serta menyiapkan pencatatan dan pelaporan. Komponen lainnya yaitu adanya penyelenggaraan orientasi bagi tenaga pelaksana dari pemegang program. Hasil dari wawancara mendalam kepada informan utama menyebutkan bahwa informan telah melakukan proses perencanaan dengan cukup baik karena penentuan jumlah sasaran mengikuti jumlah pendanaan yang tersedia. Selain itu, dalam perencanaan kali ini juga telah mengidentifikasi hambatan-hambatan yang kemungkinan terjadi berdasarkan pertimbangan program PMT tahun sebelumnya. Meskipun belum semua hambatan dapat tertangani dengan baik. Adapun hambatan yang terjadi pada program PMT tahun ini adalah program PMT belum sepenuhnya menyentuh seluruhnya sasaran dari penanganan KEK, format laporan yang belum seragam di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Depok, serta belum seluruhnya karakteristik ibu hamil yang dicantumkan dalam laporan program monitoring Ibu hamil KEK. Pada tahun ini, perencanaan bertujuan untuk memperbaiki sasaran PMT Bumil dari tahun sebelumnya yang belum seluruhnya menyentuh sasaran dari penanganan KEK itu sendiri. Untuk menangani permasalahan tersebut, staf gizi di Dinas Kesehatan pada tahun ini selain
89
melakukan pengumpulan data terkait pelaksanaan program PMT diminta juga agar dicantumkan proses kelahiran bayi pada Ibu yang mendapatkan PMT tersebut. Sehingga dibuat form yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan agar dapat menilai keefektifan program PMT Bumil KEK tersebut. Oleh karena itu, seluruh Puskesmas Kota Depok hendaknya selalu mengacu pada format yang telah ditetapkan dan disosialisasikan oleh penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. Namun, berdasarkan hasil wawancara belum ada ketentuan khusus atau pedoman secara tertulis mengenai perencanaan program PMT, perencanaan hanya dibuat dalam bentuk (Kerangka Acuan Kerja) sehingga masing-masing institusi pelaksana dalam hal ini puskesmas menjalankan arahan mengenai perencanaan program PMT secara berbeda. Sehingga diperlukan format baku mengenai program PMT ibu hamil KEK dimulai dari pedoman tertulis mengenai perencanaan, pendistribusian PMT serta format laporan hasil program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. Dalam rencana penilaian program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok, staf gizi hanya merancang penilaian sebatas pendistribusian tidak dilakukan untuk menilai dampak yang terjadi dari program PMT tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pertambahan berat badan tidak dilihat apakah sudah naik dan sesuai dengan usia kehamilan serta tidak dicantumkannya beberapa variabel yang terkait dengan status gizi ibu dan dampak dari kondisi KEK tersebut. Sehingga efektivitas dari program PMT tersebut belum dapat dinilai seberapa besar keberhasilan dari program tersebut.
90
2. Pelaksanaan Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Pelaksanaan program PMT merupakan bentuk implementasi dari perencanaan program PMT agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang sudah dipaparkan pada hasil pelaksanaan, bahwa pendistribusian dilaksanakan oleh rekanan kepada 30 puskesmas dalam satu kali pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) didampingi oleh bendahara barang di Dinas Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dilakukan pemantauan dalam pelaksanaan program PMT Bumil KEK. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah program berjalan dengan lancar atau terdapat kendala di lapangan dan menjadi perbaikan bagi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya. Meskipun yang melakukan pendistribusian adalah rekanan yang menyediakan produk PMT, tetap dilakukan pengawasan berdasarkan SBBK yang dikeluarkan oleh Gudang yang terletak di Kantor Pemerintahan Kota Depok. Dalam pelaksanaannya petugas gizi di Puskesmas tidak mendapatkan dokumen KAK yang dibuat oleh Dinkes. Informasi yang didapat hanya berdasarkan sosialisasi ketika rapat bulanan dengan staf gizi Dinkes. Meskipun ketika sudah mendekati waktu pelaksanaan diberikan satu map yang berisi form laporan program, jumlah sasaran yang menerima, namun belum dicantumkan tujuan yang ingin dicapai dari program PMT tersebut. Hal ini yang mungkin menyebabkan kurangnya informasi yang didapat petugas gizi yang ada di Puskesmas dan mengakibatkan perbedaan persepsi mengenai tujuan yang dicapai antara staf gizi di Dinkes dengan petugas gizi di
91
Puskesmas. Sehingga format laporan dan hasil yang diberikan bervariasi antara Puskesmas satu dengan Puskesmas lainnya. Selain itu, dalam pelaksanaannya ibu hamil yang terdeteksi berisiko KEK ketika memeriksakan kandungannya ke bagian KIA sebaiknya langsung diberikan konsultasi gizi di klinik gizi untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan pokok serta makanan tambahan yang bergizi agar persalinan lancar dan bayi yang dilahirkan pun sehat sehingga mengurangi resiko terjadinya BBLR. 3. Pengawasan dan Penilaian Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Dalam menilai program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok, dilakukan beberapa tahapan, yaitu: Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam program ini yang dievaluasi hanya berupa input atau pengadaan dan pendistribusian PMT Ibu hamil KEK . Dinkes Kota Depok tidak melakukan evaluasi sumber daya, keluaran, efek atau bahkan dampak dari program PMT ini. Padahal untuk mengetahui apakah program tersebut sudah berjalan efektif atau tidak, perlu dievaluasi efek dari program PMT ibu hamil KEK ini. Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis. Dinkes melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis dalam program PMT ibu hamil KEK ini. Pengamatan dan pengukuran dilakukan dari awal persiapan pengadaan PMT ibu hamil, hingga pelaksanaan pendisribusian PMT ibu hamil KEK hingga ke sasaran. Data juga dianalisis, seperti yang diuraikan sebelumnya
92
laporan yang dianalisis hanya berdasarkan permasalahan pendistribusian produk makanan tambahan. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi oleh staf gizi di Dinkes Kota Depok disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan permintaan dari instansi yang berwenang. Dalam hal ini, Dinkes Kota Depok hanya membuat pelaporan ke pemerintah daerah Kota Depok sebagai pemberi anggaran dalam program PMT Ibu hamil KEK . Berdasarkan wawancara dengan informan utama, alasan dilakukannya penilaian program PMT Ibu hamil KEK yang dilakukan di Kota Depok adalah, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari program PMT Ibu hamil KEK tersebut. Agar dapat memperkuat program itu sendiri. Namun, evaluasi belum bertujuan untuk melihat apakah program PMT ibu hamil ini sudah dilakukan secara efektif atau belum. Sehingga diperlukan penambahan data proses persalinan Ibu hamil yang mendapatkan PMT selain laporan pendistribusian PMT. Data proses persalinan itulah yang nantinya dapat dilihat seberapa besar keefektifan program yang telah dilaksanakan dengan dampak yang diharapkan dari program tersebut. Diperlukan pengawasan dan penilaian output secara rutin setiap program PMT telah selesai dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk melihat dan mengukur keberhasilan program PMT ibu hamil KEK. Sehingga dapat dilihat apakah program PMT memang memberikan perubahan bagi status gizi ibu hamil dan juga bayi yang dikandungnya serta diperlukan koordinasi dengan kader dalam hal
93
pengawasan apakah ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut benar-benar mengkonsumsi sesuai dengan anjuran yang diberikan.
C. Gambaran Efektivitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok bertujuan sebagai upaya peningkatan status gizi dan mencegah resiko dan dampak KEK ibu hamil serta menyediakan dan mendistribusikan makanan tambahan
pemulihan bagi ibu hamil
keluarga miskin. Hal ini sejalan dengan salah satu ketetapan Kemenkes mengenai acuan strategi penanggulangan masalah gizi makro, khususnya pada Ibu hamil dengan melakukan subsidi langsung berupa PMT. Berdasarkan ketetapan Kemenkes, subsidi dalam diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam program PMT Ibu hamil KEK ini berupa: 1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran). Target
sasaran
ditentukan
berdasarkan
hasil
antropometri
yang
dilaksanakan langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain ibu hamil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan sarana air bersih kurang memadai. 2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di desa menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT 3. Evaluasi PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi
94
Dalam posisi ini, Dinkes Kota Depok berfungsi sebagai perumusan kebijakan teknis dinas di bidang perencanaan dan pelaksanaan program PMT Ibu hamil KEK. Dinkes juga berperan sebagai bahan perumusan kebijakan program PMT dan penyelenggara program PMT di wilayah Kota Depok. Untuk melihat efektivitas program PMT, dalam hal ini di lihat dengan 3 pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan sumber dengan melihat efektivitas dari input yang terdiri dari data, sumber daya manusia, dana, sarana dan pra sarana, materi, dan sasaran dari program PMT ibu hamil KEK. 2) Pendekatan proses dengan melihat efektivitas dari pelaksanaan program dari semua program proses internal dengan dimensi yang dilihat berupa proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program PMT Ibu hamil KEK. 3) Pendekatan sasaran dengan melihat efektivitas yang dipusatkan pada output dengan mengukur keberhasilan program untuk mencapai hasil (output) yang diharapkan dari program PMT Ibu hamil KEK. Efektivitas program PMT dilihat dari tiga pendekatan, baik dari pendekatan sumber, proses maupun sasaran. Efektivitas program PMT yang dilihat berdasarkan pendekatan sasaran, dilihat dari output dari program PMT ibu hamil KEK ini. Efektivitas diukur berdasarkan pendekatan sasaran (goals approach) agar dapat mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)
yang sesuai dengan rencana. Untuk mengetahui nilai output yang
95
dihasilkan pada program PMT ini dilakukan analisis data sekunder dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar prosentase ibu hamil KEK yang bertambah berat badannya yang sesuai dengan usia kehamilan. Pertambahan berat badan yang sesuai dengan umur kehamilan memiliki korelasi positif dengan berat bayi lahir. Setidaknya dengan melihat pertambahan berat badan yang sesuai dengan umur kehamilan dapat dijadikan sebagai prediksi berat bayi lahir ibu yang memang pada saat ini belum dicantumkan data berat bayi lahir pada ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT. Dengan melihat hasil yang dicapai dapat ditentukan apakah program PMT untuk penanganan kondisi KEK pada ibu hamil dapat dikatakan efektif atau tidak. Penentuan efektif atau tidaknya juga dilihat berdasarkan ketetapan dari Dinkes untuk mengukur seberapa besar prosentase berat badan ibu yang bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Target Dinkes untuk pertambahan berat badan ibu hamil ini adalah 50%. Berdasarkan hasil analisis data sekunder prosentase kenaikan berat badan ibu hamil yang sesuai dengan umur kehamilan sebesar 65%. Program PMT ibu hamil KEK dapat dikatakan efektif karena telah melebihi 50% kenaikan berat badan sesuai usia kehamilan. 3% diantaranya berat badannya justru berkurang setelah diberikan PMT, hal ini kemungkinan dikarenakan usia kehamilan yang masih 16 minggu sehingga ibu masih mengalami mual. Sedangkan 32% dari ibu hamil yang mendapatkan PMT pertambahan berat badannya kurang dari berat badan yang seharusnya pada usia kehamilan tertentu. Meskipun prosentase yang dihasilkan telah melebihi standar yang ditetapkan oleh Dinkes, namun masih sekitar 32% ibu hamil berat badannya kurang dari usia
96
kehamilan. Hal ini kemungkinan diakibatkan ibu yang tidak rutin mengkonsumsi makanan tambahan, ataupun asupan gizi pokok baik kuantitas maupun kualitas masih belum memenuhi asupan gizi seimbang ataupun faktor karakteristik ibu yang dilihat berdasarkan usia, jarak kehamilan dan paritas serta gaya hidup ibu yang tidak sehat. Berdasarkan paparan hasil yang didapat, efektivitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok dipengaruhi oleh input dan proses dari program tersebut. Dalam input, komponen yang berpengaruh secara signifikan terhadap program PMT yaitu, data, sumber daya dan sasaran. Untuk data, diperlukan penambahan karakteristik ibu hamil pada laporan program PMT ibu hamil KEK seperti tinggi badan, jarak kelahiran, berat badan pra hamil serta proses persalinan pada ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut. Selain itu, diperlukan penyeragaman format laporan dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Depok. Sehingga data dapat diolah dengan baik. Terkait sumber daya, diperlukan tinjauan ulang untuk pembagian job desk antara petugas gizi dengan bidan KIA yang berkaitan langsung dengan sasaran. Sehingga ibu hamil yang berisiko KEK dapat langsung ditangani oleh petugas gizi terkait. Sehingga sasaran dapat dipantau secara langsung serta dapat juga disisipkan konseling mengenai gizi ibu hamil yang baik agar persalinan dapat berjalan lancar dan risiko berat bayi lahir rendah dapat dikurangi. Pada
proses
program
PMT,
seluruh
komponen
mempengaruhi
keberhasilan efektivitas program. Proses program PMT dimulai dari perencanaan hingga penilaian. Pada perencanaan, diperlukan penetapan target yang spesifik
97
serta tujuan yang ingin dicapai. Sehingga akan terbentuk format pelaksanaan program, cara pengawasan hingga metode penilaian dari program tersebut. Pelaksanaan, pengawasan dan penilaian PMT akan terkait dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Dinkes Kota Depok. Apabila perencanaan dapat dirancang dan ditetapkan dengan baik, maka untuk penilaian dan pengawasan pun akan lebih mudah, karena mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan pada proses perencanaan sebelumnya. D. Gambaran Alur Efektifitas Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dinkes Kota Depok mengenai “Efektifitas Program PMT pada Ibu Hamil KEK di Kota Depok”, ditemukan kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK. Oleh karena itu, peneliti membuat alur pelaksanaan kegiatan PMT ibu hamil KEK yang efektif yang memuat komponen dari tahapan sistem (input-proses-output). Seyogyanya kegiatan tersebut mengikuti alur pada halaman berikut ini :
Alur Pelaksanaan Program Kegiatan PMT pada Ibu Hamil KEK Laporan program PMT sebelumnya meliputi data tentang karakteristik ibu hamil KEK dan riwayat persalinannya.
SDM yang dibutuhkan adalah yang memahami tentang KEK dan pernah mengikuti pelatihan mengenai PMT Ibu hamil KEK. . Ketersediaan dana dari awal proses perencanaan hingga evaluasi program PMT ibu hamil KEK. .
Membuat
I N P U T
perencanaan dengan memperhatikan prevalensi KEK, jumlah SDM dan dana. Menentukan target dan indikator keberhasilan program PMT ibu hamil KEK Memperkirakan hambatan yang terjadi selama pelaksanaan dan strategi untuk mengatasi hambatan tersebut. Membuat perencanaan pengawasan yang tercantum dalam format monitoring pelaksanaan PMT ibu hamil KEK.
Pada pelaksanaan PMT sasaran diberi edukasi mengenai KEK, dampak KEK dan pentingnya memenuhi gizi selama proses kehamilan dan menyusui.
Waktu pelaksanaan yang rutin tiap bulan.
Melakukan penilaian program PMT yang telah dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan kegiatan serta efek dari program kegiatan ini.
Melakukan dimulai dari produk PMT sampai pada mengkonsumsi tersebut.
pengawasan pendistribusian ke Puskesmas saat sasaran produk PMT
PROSES
Sasaran yang akan ditetapkan mendapat PMT adalah bumil dengan usia kehamilan trimester2 atau awal trimester3.
Laporan kegiatan PMT ibu hamil KEK yang berkaitan dengan prevalensi ibu hamil KEK, jumlah ibu hamil yang mendapatkan PMT yang dihasilkan dari kegiatan PMT untuk dilaporkan ke dinas propinsi.
OUTPUT 98
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasannya adalah: 1. Penelitian Kualitatif a. Belum dilakukannya wawancara dengan ibu hamil KEK yang berasal dari keluarga miskin sebagai sasaran dari kegiatan PMT tersebut untuk melengkapi hasil dari kegiatan PMT ini. b. Waktu penelitian ini tidak dilakukan pada pelaksanaan kegiatan PMT, sehingga untuk proses pelaksanaan PMT hanya didapat dari wawancara mendalam dengan staf gizi maupun petugas yang ada di Puskesmas dan telaah dokumen yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan PMT. 2. Penelitian Kuantitatif a. Penelitian ini diperkaya dengan penelitian deskriptif data sekunder dengan pendekatan kuantitatif dari laporan kegiatan monitoring PMT ibu hamil KEK, serta data kohort ibu hamil yang terdapat di Puskesmas yang ada di Kota Depok. Data yang dianalisis hanya terbatas pada variabel-variabel tertentu yang tersedia dalam data laporan kegiatan tersebut. Sehingga tidak semua variabel yang berhubungan dengan dampak dari risiko KEK yang diteliti. Selain itu, karena penelitian ini hanya bersifat deskriptif sehingga belum dapat menggambarkan hubungan yang jelas antara kegiatan PMT dengan dampak risiko KEK tersebut.
99
100
b. Hanya 20 Puskesmas dari 32 Puskesmas yang ada di Kota Depok yang dapat diambil datanya untuk menunjang penelitian ini. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa Puskesmas yang format laporannya belum memenuhi variabel yang ingin diteliti dalam penelitian ini, tidak ditemukannya ibu hamil KEK, serta keterbatasan jangkauan dari peneliti.
101
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang ada di Kota Depok, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program PMT pada Ibu Hamil KEK adalah program yang rutin dilakukan setiap tahunnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Produk makanan tambahan yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu susu untuk Ibu hamil sesuai dengan jumlah kebutuhan zat gizi tambahan ibu hamil khususnya kalori dan protein. Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin juga mendapatkan PMT. Hal ini berdasarkan ketetapan Pemerintah daerah Kota Depok sebagai pemberi anggaran dalam program PMT ibu hamil KEK ini. Hambatan yang terjadi pada program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok, diantaranya, a. Pengadaan barang yang hanya terjadi pada periode tertentu b. Format laporan dari Kemenkes hanya sebatas pada pelaksanaan pendistribusian PMT c. Sasaran belum dapat dipantau secara rutin d. Format pelaporan yang belum seragam antara setiap Puskesmas 2. Dari segi input, semua komponen yang dibutuhkan untuk program ini sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Komponen yang
102
berpengaruh terhadap efektifitas program PMT ibu hamil Kek di Kota Depok adalah data, sumber daya dan sasaran. 3. Dari segi proses, seluruh komponen baik dari pelaksanaan maupun pengawasan telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun, konsep perencanaan masih belum memasukkan komponen-komponen penting untuk dapat melihat keefektifan program secara spesifik, seperti perencanaan format pelaporan, dan perencanaan pengawasan serta penilaian dari program PMT ibu hamil KEK. 4. Dari segi output, 65 % hamil KEK yang mendapatkan PMT berat badannya bertambah sesuai dengan usia kehamilan bayi yang dikandungnya, 32% pertambahan berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilan. 5. Gambaran distribusi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan PMT yaitu, a. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan usia, hanya 29 % yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun b. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan paritas, hanya 9 % yang jumlah anaknya lebih dari 3 c. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak kelahiran, hanya 6,2 % yang jarak kelahirannya kurang dari 2 tahun atau lebih dari 5 tahun d. Prosentase ibu hamil yang mendapatkan PMT berdasarkan usia kehamilan yaitu 87,6% berada pada usia kehamilan trimester kedua. e. Prosentase efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok sebesar 65% dan telah melebihi standar yang ditetapkan oleh Dinkes Kota Depok
103
B. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok a. Diperlukan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir. (Sesuai dengan lampiran 13) b. Data berat bayi lahir juga perlu dicantumkan pada laporan monitoring program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok untuk melihat kaitan antara perubahan status gizi ibu hamil setelah diberikan PMT dengan berat bayi lahir pada ibu tersebut. c. Diperlukan pengawasan program PMT yang terkait dengan pertambahan berat badan ibu hamil setiap bulannya serta pada saat ibu hamil mengkonsumsi produk PMT. d. Diperlukan penilaian output secara rutin setiap program PMT telah selesai dilaksanakan. 2. Bagi Puskesmas yang ada di Kota Depok a. Format laporan yang digunakan sebaiknya selalu mengacu pada format yang telah ditetapkan dan disosialisasikan oleh penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. b. Diperlukan koordinasi dengan kader dalam hal pengawasan apakah ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut benar-benar mengkonsumsi sesuai dengan anjuran yang diberikan.
104
c. Diperlukan keaktifan petugas gizi di Puskesmas untuk mencari dan menemukan ibu hamil dengan risiko KEK meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. d. Ibu hamil yang terdeteksi berisiko KEK ketika memeriksakan kandungannya ke bagian KIA sebaiknya langsung diberikan konsultasi gizi di klinik gizi. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Diperlukan wawancara langsung dengan ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT sebagai sasaran dari program. Sehingga dapat diketahui apakah ibu hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi yang disertai dengan alasan sasaran tersebut. b. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kaitan antara program PMT dengan berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT tersebut. c. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan sehingga dapat tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK yang terjadi di lapangan.
105
DAFTAR PUSTAKA Albulgis, Djamilah. 2008. Skripsi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Jembatan Serong, Kecamatan Pancoran Mas Depok Jawa Barat. FKM UI. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC Kedokteran. Jakarta. Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Administrasi Aksara. Jakarta.
Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa
Badriah, Dewi Lailatul. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Refika Aditama. Bandung. BPS. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan.2008. Brown J.E. 2005. Nutrition During Pregnancy. Nutrition Trough The Life Cycle, USA. Thomson Wadsworth. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM U.I. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 1999. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penuntun Latihan Metode Penelitian. BaLitBangKes. Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Depok. 2011. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) Pekerjaan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Keluarga Miskin. Depok. http://eprints.uns.ac.id/130/1/167080309201010381.pdf. Diakses 8 Maret 2012. http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/05/anemia-dan-kek/. Diakses 8 Maret 2012. http://digilib.unsri.ac.id/download/BBLR.pdf. Diakses 09 April 2012. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1598/BAB%20II.pdf?sequenc e=2. Diakses tanggal 14 September 2012. Hussaini, Jajah K, dkk. 2005. Keterbatasan penggunaan LILA dalam memonitor status gizi wanita hamil berisiko tinggi melahirkan BBLR. Diakses www.litbang.depkes.go.id.
106
Ichwanuddin, 1997. Skripsi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko KEK kaitannya dengan BBLR di kotamadya dati II. Bandung. FKM UI. Kementrian Kesehatan, RI. 2010. Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan. Kementrian Kesehatan Jakarta. . 2010. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil. Kementrian Kesehatan Jakarta. . 2008. Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) Gizi. Kementrian Kesehatan Jakarta. . Kebijakan Gizi. Program Perbaikan Gizi Makro. Kementrian Kesehatan Jakarta. . 2012. 1000 Hari Gizi. Kementrian Kesehatan Jakarta. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muwakhidah dan Zulaekah, Siti. Jurnal. Hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ningrum, Fatma Setya. 2006. Tesis. Analisis hubungan fungsi manajemen oleh tenaga pelaksana gizi dengan tingkat keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan pada balita gizi buruk di Puskesmas Kabupaten Tegal. Universitas Diponegoro. Semarang. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. RENSTRA Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Kemenkes RI. Jakarta. Riset Kesehatan Dasar. 2010. Kemenkes RI. Jakarta. Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga Medical Series. Jakarta. Sukarsih. 2004. Karakteristik Ibu Hamil dam Keluarga serta Hubungannya dengan Pertambahan Berat Badan Ibu selama Kehamilan di Kecamatan Sukaraja. Kabupaten Bogor. Tahun 2001-2003. FKM UI. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung.
107
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2010. Kemenkes RI. Jakarta. Syofianti, Haflina. 2007. Tesis. Pengaruh Risiko Kekurangan energi Kronis pada ibu hamil terhadap Berat Bayi Lahir Rendah : Analisis Data Kohort Ibu di Kabupaten Sawahlunto – Sijunjung. FKM UI UI. Modul Biostatistik. Ilmu-Ilmu Kesehatan. FKM UI. WHO. 1997. Protecting and Promoting the health and nutrition of mother and children through supplementary feeding. WHO. Yusuf, Joni. 2008. Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan dalam Perspektif Hukum Islam.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
108
Lampiran 1 Surat Izin Dinas Kesehatan Kota Depok
Lampiran 2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok
108
Lampiran 3 Daftar Nama Puskesmas Kota Depok
108
109
Lampiran 3 Daftar Nama Puskesmas Kota Depok (Lanjutan)
Lampiran 4 Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011
108
109
Lampiran 4 Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
110
Lampiran 4 Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
111
Lampiran 4 Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
112
Lampiran 4 Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
113
Lampiran 5 Contoh Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Puskesmas
114
Lampiran 6 Monitoring PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin Kota Depok
Lampiran 7 Daftar Distribusi PMT Ibu Hamil Kota Depok Tahun 2011
115
116
Lampiran 8 Dokumen KAK Pengadaan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK / TOR ) PEKERJAAN PENGADAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL KELUARGA MISKIN KEGIATAN PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per kapita. IPM yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang berdampak pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu. Menurut data profil Dinas kesehatan Kota Depok Tahun 2010 Angka kematian Ibu adalah 14 orang (40 per kelahiran hidup). Masalah gizi pada ibu hamil juga berdampak kepada angka kematian bayi.
Data profil Dinas kesehatan Kota Depok
Tahun 2010 menunjukkan 116 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Ibu hamil yang menderita kurang gizi, terutama Kurang Energi Kronis (KEK) beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, perkembangan intelektual serta produktivitas dikemudian hari. Gambaran kejadian yang memprihatinkan tersebut merupakan dampak rendahnya status gizi pada ibu hamil yang ditunjukkan oleh prevalensi anemia di Kota Depok yang cukup tinggi yaitu sebesar 33,56 % dan prevalensi risiko KEK sebesar 15,89 % Survey Anemia Kota Depok Tahun 2010). Mengingat dampaknya di kemudian hari pada tumbuh kembang janin,
oleh
karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari, sehingga ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu upaya yang
117
dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi ibu hamil yaitu dengan memberikan makanan tambahan. Kegiatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil bertujuan untuk menambahan asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi selama hamil dapat dipenuhi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka diperlukan kerangka acuan kerja pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin.
118
2. Maksud dan Tujuan Maksud :
- Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin di Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun Anggaran 2011.
- Sebagai Pedoman bagi pengelola program gizi dan sektor terkait dalam upaya perbaikan gizi ibu hamil.
Tujuan :
Umum : Sebagai acuan dalam rangka peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam penyediaan Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil keluarga miskin. Khusus : - Tersedianya informasi tentang syarat-syarat serta cara pengolahan makanan tambahan ibu hamil.
3. Pemberi Tugas Pemberi Tugas adalah Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran Kegiatan Peningkatan Gizi Masyarakat
pada Dinas Kesehatan Kota Depok ,Tahun Anggaran
20011 4. Biaya dan Sumber Dana Sumber Dana APBD Kota Depok T.A. 2011, biaya Pekerjaan Pengadaan Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin ini dibebankan kepada (DPA) Kegiatan Peningkatan Gizi Masyarakat yang diperhitungkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku antara lain :
119
1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3828); 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok Tahun Anggaran 2011; 6. Keputusan Walikota Depok Nomor : 903/20/Kpts/DPPK/Huk/2011, tentang Penetapan Pejabat Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran pada Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun Anggaran 2011; 7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun Anggaran 2011;
Dinas Kesehatan Kota Depok
8. UU No.36 tahun 2009 Bab VIII, tentang Gizi ( pasal 141/ 1 ) : Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat 9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2010-2014) Sasaran Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2010 – 2014 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (2008-2013) : Meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu.
120
11. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2011-2015
5. Rincian Biaya Pekerjaan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Ibu Hamil keluarga miskin Yaitu : PMT Ibu Hamil Keluarga Miskin : 500 or x 90 hari x Rp. 14.000,= Rp. 630.000.000,-
RINCIAN DANA PEKERJAAN PENGADAAN PMT IBU HAMIL KELUARGA MISKIN KEGIATAN PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2011
NO
URAIAN
JUMLAH
1
2
3
1
BELANJA MAKANAN DAN MINUMAN EXTRA PUDING - PMT Ibu Hmail Keluarga Miskin 500 orang x 90 hari x Rp. 14.000,-
TOTAL (Sudah termasuk PPN)
Terbilang : /// Enam Ratus Tiga Puluh Juta Rupiah///
Rp 630.000.000,-
Rp 630.000.000,-
121
B. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan / kegiatan meliputi antara lain: Persiapan : - Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan - Membuat TOR - Melakukan Survey Harga - Membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Pelelangan : - Panitia menyiapkan dokumen untuk pelelangan serta melakukan proses pelelangan.
Pelaksanaan : Pemberian Makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin diberikan dalam bentuk Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr Proses pelaksanaan meliputi : 5) Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang 6) Sebelum barang didistribusi dilakukan pemeriksaan barang oleh panitia pemeriksa barang,
setelah
barang
diterima
sesuai
dengan
spesifikasi
baru
dilakukandistribusi barang ke puskesmas. 7) Distribusi dilaksanakan oleh rekanan kepada 32 puskesmas dalam satu kali pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) didampingi oleh bendahara barang Dinas Kesehatan. 8) Selanjutnya distribusi barang kepada sasaran dilakukan oleh puskesmas dalam tiga kali pemberian (tiga bulan) dengan menggunakan tanda terima dari masingmasing sasaran.
122
3. PELAPORAN Dalam kegiatan Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin laporan yang diminta adalah : a. Laporan Hasil Survey Harga b. Laporan HPS c. Laporan bulanan dan laporan akhir hasil distribusi PMT
ibu hamil keluarga
miskin dari masing-masing puskesmas d. Laporan Kegiatan pengadaan PMT-P ibu hamil kurang gizi.
C. SPESIIKASI NO BAHAN MAKAN 1 Susu Ibu hamil
SPESIFIKASI Kemasan minimal 400 gr Kemasan Alumunium Foil dan Karton Kemasan Menunjukkan : - Label Halal dari MUI - MD dari BPOM - Berat Bersih - Saran Penyajian - Saran Penyimpanan - Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa - Layanan Konsumen yang bisa dihubungi - Jaminan Kualitas (ISO) Produksi baru Kandungan Zat Gizi (per saji ): 40-46 gr/saji Energi : Minimal 150 kkal Protein : Minimal 8.5 gr Vitamin : Vitamin A : Minimal 30% AKG Vitamin D : Minimal 40% AKG Vitamin E : Minimal 15% AKG Vitamin K : Minimal 30% AKG Vitamin C : Minimal 50% AKG
123
Vitamin B1 : Minimal 30% AKG Vitamin B2 : Minimal 35% AKG Vitamin B3 : Minimal 30% AKG Vitamin B6 : Minimal 30% AKG Asam Folat : Minimal 50% AKG Vitamin B12 : Minimal 20% AKG Mineral : Calcium : Minimal 20 % AkG Magnesium : Minimal 20 % AKG Phospor : Minimal 10% AKG Zat Besi : Minimal 10% AKG Zinc : Minimal 10% AKG Iodium : Minimal 20% AKG Selenium : Minimal 10% AKG
D. PROSES PERENCANAAN a. Dalam proses pengadaan untuk menghasilkan produk yang diminta, Rekanan harus menyusun jadwal pekerjaan
b. Rekanan harus selalu memperhitungkan batas waktu pelaksanaan tugas adalah singkat dan mengikat.
c. Hasil kerja dalam bentuk pengadaan dan distribusi PMT bagi ibu hamil keluarga miskin yang diselesaikan dalam waktu : 45 ( empat puluh lima ) hari kalender, sejak diterimanya SPK
Lampiran 9 Foto Produk PMT Pabrikan
108
109
110
Lampiran 10 Hasil Analisis Deskriptif Pengumpulan Data Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Menggunakan Program SPSS
Output Pengolahan Data Sekunder Laporan Monitoring Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KekuranganEnergi Kronis di Kota Depok Menggunakan SPSS
Statistics usia_kat N
Valid
usiakand_kat
hamilke_kat
jarhamil_kat
145
145
145
145
0
0
0
0
Std. Deviation
.411
.346
.242
.498
Variance
.169
.120
.059
.248
Missing
1. Output Analisis Deskriptif Prosentase Usia Ibu Hamil KEK yang mendapatkan PMT di Kota Depok
usia_kat Frequency Valid
berisiko
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
31
21.4
21.4
21.4
tidak berisiko
114
78.6
78.6
100.0
Total
145
100.0
100.0
108
109
2.
Output Analisis Deskriptif Prosentase Usia Kandungan Ibu Hamil KEK yang mendapatkan PMT di Kota Depok usiakand_kat Frequency
Valid
Valid Percent
trimester 2
125
86.2
86.2
86.2
trimester 3
20
13.8
13.8
100.0
145
100.0
100.0
Total
3.
Percent
Cumulative Percent
Output Analisis Deskriptif Prosentase Paritas Ibu Hamil KEK yang mendapatkan PMT di Kota Depok hamilke_kat Frequency
Valid berisiko
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
6.2
6.2
6.2
tidak berisiko
136
93.8
93.8
100.0
Total
145
100.0
100.0
4. Output Analisis Deskriptif Prosentase Jarak Kehamilan pada Ibu KEK yang mendapatkan PMT di Kota Depok jarhamil_kat
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
berisiko
81
55.9
55.9
55.9
tidak berisiko
64
44.1
44.1
100.0
145
100.0
100.0
Total
110
5. Output Efektifitas kegiatan PMT pada Ibu Hamil KEK berdasarkan pertambahan berat badan sesuai dengan usia kehamilan bb_efekt
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
47
32.4
32.4
32.4
1
95
65.5
65.5
97.9
missing
3
2.1
2.1
100.0
Total
145
100.0
100.0
111
Lampiran 11 Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Kota Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok Tahun 2011 Pedoman Wawancara Mendalam
Disusun Oleh: Rahmi Nurmadinisia NIM : 108101000040
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M
112
Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Staf Gizi Penanggung Jawab Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di Dinas Kesehatan Kota Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok Tanggal : Nama Pewawancara : Karakteristik Informan 1. Nama Informan : 2. Tempat, Tanggal lahir : 3. Pendidikan terakhir : 4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK : 5. No Handphone :
A. INPUT 1. Data apa saja yang digunakan untuk menunjang kegiatan PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok? 2. Bagaimana karakteristik Ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Depok? 3. Penetapan kriteria ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin mendapatkan PMT berdasarkan ketetapan dari siapa? Dinkes atau Pemda Kota Depok? 4. Berapa jumlah sasaran pada kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok? 5. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT di Kota Depok?
113
6. Apa saja peranan staf yang terkait kegiatan PMT ibu hamil di Kota Depok tersebut? 7. Berapa jumlah dana yang dianggarkan untuk kegiatan PMT di Kota Depok? 8. Apakah dana yang dianggarkan per tahunnya mengalami peningkatan? Apa justifikasinya? 9. Apakah dana tersebut telah mengcover seluruh kegiatan dari perencanaan hingga evaluasi pelaksanaan? 10. Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegiatan PMT ibu hamil ini? 11. Bagaimana spesifikasi produk tersebut? 12. Apakah produk PMT tersebut telah memenuhi standar gizi tambahan yang dibutuhkan oleh Ibu hamil KEK di Kota Depok?
B. PROSES (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Penilaian) 1.
Bagaimana cara Ibu untuk merencanakan kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok?
2.
Apakah perencanaan kegiatan PMT dibuat secara tertulis? Jika iya, dalam bentuk apa dan jika tidak mengapa?
3.
Item apa saja yang dicantumkan pada proses perencanaan tersebut?
4.
Bagaimana proses pelaporan untuk penentuan jumlah sasaran dalam kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok?
5.
Seperti apa format pelaporan untuk kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
6.
Apakah format pelaporan tersebut telah disosialisasikan kepada seluruh petugas gizi di Puskesmas Kota Depok?
114
7.
Bagaimana proses penganggaran kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
8.
Dengan pihak mana saja Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan PMTP ini, koordinasi apa saja?
9.
Bagaimana proses pendistribusian kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
10.
Berapa prosentase ukuran keberhasilan kenaikan berat badan sesuai umur kehamilan pada kegiatan PMT ibu hamil KEK ini dan alasannya apa?
11.
Apakah dalam penyusunan rencana kegiatan juga dicantumkan rencana pengawasan dan penilaian?
12.
Jika ya, dalam bentuk apa rencana pengawasan dan penilaian tersebut?
13.
Komponen apa saja yang dicantumkan dalam proses pengawasan dan penilaian kegiatan PMT tersebut?
14.
Siapa yang menjadi pengawas dan penilai dalam kegiatan PMT ibu hamil KEK ini?
15.
Bagaimana proses pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
16.
Apakah ada waktu khusus yang dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok ini?
17.
Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok? Baik yang terjadi di tingkat Dinkes maupun dalam pelaksanaannya yang dilaporkan oleh petugas gizi di Puskesmas?
18.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
115
C. OUTPUT 1.
Apakah Dinkes Kota Depok juga memberikan hasil pelaporan ke Dinkes Propinsi sesuai dengan Juknis PMT yang distandarkan oleh Kemenkes? Jika ya, bisa dilihat formatnya seperti apa? Jika tidak, mengapa?
2.
Apakah hasil dari kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok sudah dapat diukur tingkat keberhasilannya? Jika ya, bagaimana hasil yang didapatkan? Jika belum, mengapa?
Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Petugas Gizi di Puskesmas Kota Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok Tanggal : Nama Pewawancara : Karakteristik Informan 1. Nama Informan : Lastri Harputi 2. Tempat, Tanggal lahir : 3. Pendidikan terakhir : 4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK : 5. No Handphone
116
A. INPUT 1.
Data apa saja yang digunakan untuk menunjang kegiatan PMT Ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
2.
Bagaimana karakteristik Ibu hamil yang mendapatkan PMT di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
3.
Berapa jumlah sasaran pada kegiatan PMT ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
4.
Apa saja peranan ibu terkait kegiatan PMT ibu hamil di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
5.
Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegiatan PMT ibu hamil ini?
6.
Bagaimana spesifikasi produk tersebut?
B. PROSES (Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan) 1.
Bagaimana cara Ibu untuk merencanakan kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
2.
Bagaimana proses pelaporan untuk penentuan jumlah sasaran dalam kegiatan PMT Ibu Hamil KEK ke Dinkes Kota Depok?
3.
Seperti apa format pelaporan untuk kegiatan PMT ibu hamil KEK ke Kota Depok?
4.
Apakah staf gizi di Dinkes telah mensosialisasikan format pelaporan tersebut kepada seluruh petugas gizi di Puskesmas Kota Depok?
5.
Dengan pihak mana saja Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana penentuan sasaran di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja, koordinasi apa saja?
117
6.
Bagaimana proses pendistribusian kegiatan PMT ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
7.
Bagaimana proses pengawasan terhadap kegiatan PMT ibu hamil KEK di di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
8.
Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil KEK di di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
9.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT ibu hamil KEK di di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
118
Lampiran 12 Lembar Observasi
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok Tahun 2011 Lembar Observasi
Disusun Oleh: Rahmi Nurmadinisia NIM : 108101000040
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M
119
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No
Materi
Keterangan Ya
1.
Staf gizi penanggung jawab berkoordinasi dengan staf gizi lain
untuk
mengatasi
kendala
yang
dialami
selama
pelaksanaan kegiatan PMT Ibu Hamil di Kota Depok 2.
Jumlah laptop yang digunakan untuk mengolah data dalam program perbaikan gizi berjumlah dua dan satu unit PC (Personal Computer)
3.
Staf gizi penanggung jawab kegiatan PMT menghubungi staf gizi di Puskesmas terkait pelaksanaan kegiatan PMT dan kendala serta hasil yang dicapai di Lapangan
4.
Staf gizi penanggung jawab kegiatan PMT menanyakan secara langsung terkait pelaksanaan kegiatan PMT dan kendala serta hasil yang dicapai di Lapangan dalam pertemuan bulanan dengan seluruh staf di Puskesmas
Tidak
Lampiran 13 Contoh Format Laporan Monitoring Program Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK
CONTOH FORMAT MONITORING LAPORAN KEGIATAN PMT IBU HAMIL KEK
No
Nama
Alamat
Umur
Hamil ke
Jarak Lahir
Umur hamil
LILA Awal
120
BB Pra Hamil
BB 0
BBI
BBII
BBIII
LILA Akhir
Berat Bayi Lahir
Riwayat Partus
121