EFEKTIFITAS PENDAMPINGAN PEER GROUP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) CUCI TANGAN PADA SISWA KELAS 4 A SD NEGERI 03 PURWOYOSO Agnes Pujiastuti*), Asti Nuraeni **), Mamat Supriyono ***) *) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Program Studi S1 IlmuKeperawatan STIKES Telogorejo Semarang ***) Dinas Kesehatan Kota Semarang ABSTRAK Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan, termasuk kesehatan.Salah satu dalam meningkatkan kesehatan di lingkungan sekolah dibuatlah suatu program yang disebut UKS, dimana yang menjadi salah suatu kegitan UKS itu sendiri yakni PHBS cuci tangan.Penelitian ini bertujuan untuk masalah identifikasi mengenai efektifitas pendampingan peer group terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) cuci tangan siswa kelas 4 A SD Negeri Purwoyoso Semarang. Penelitian ini adalah desain pra-eksperimentaldengan desain penelitan one group pretest post test desain. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 A di SD Negeri Purwoyoso dengan jumlah 30 siswa.Dan sampel yang diambil dengan teknik Non-Probability Sampling.Sampling jenuh (total sampling). Untuk mengetahui efektifitas pendampinganpeer group dalam memberikan PHBS cuci tangan pada siswa kelas 4 A digunakanuji McNemar dengan menggunakan SPSS.Berdasarkan hasil analisis statistik (uji McNemar) didapatkan hasil p value sebesar 0.0001, karena nilai p value < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pendampingan peer group dalam mengajarkan PHBS cuci tangan memberi dampak yang sangat signifikan terhadap kemampuan mencuci tangan siswa. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah yang berada pada tahap pertengahan atau usia 9-10 tahun memiliki intensitaf yang paling tinggi dalam mengembangkan aktivitas sosial bersama kelompok sebayanya. Sehingga timbul hubungan atau dukungan dari peer group yang dapat membantu dalam mengatasi masalah kesehatan. Kata kunci :Peer group,Kemampuan PHBS cuci tangan, Anak SD.
ABSTRACT The school support student to grow and develop well. In school, students learn various knowledge and skills including health. School health unit is one of a school programs to keep students healty. One of the activity in this program to keep clean and helthy living is washing hands. The objective of this research is to identify the effectiveness of peer group mentoring toward clean and healty living behavior – washing hands – in 30 students of grade 4 class A elemantary school SDN 03 Purwoyoso. Sample was collected using non – probability sampling technique with total sampling. McNemar test with SPSS was used to find out the effectiveness of peer group mentoring toward clean and healty living behavior – washing hands – in 30 students of grade 4 class A. Based on the statistical analysis (McNemar test) p value is 0.0001. Since the p value < 0.05, it can be concluded that peer group mentoring in coaching the students to have clean and healthy living like washing hands give ssignificant effect toward the washing hands skill. Moreover, this metter in assumed to happend because students in age 9 – 10 years tend to posess high initiative in social interatiaction with peers. Therefore, peer suppotr cant help them keeping healty live.
Keywodrs : Peer group, Washing hands skill, Elementary students
PENDAHULUAN Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai – nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Mubarak, 2011, hlm.2). Komunitas dalam tatanan pelayaan kesehatan merupakan kelompok yang penting untuk mendapatkan intervensi kesehatan guna memecahkan permasalahan yang timbul di dalamnya.Intervensi tersebut dapat berupa pelayanan keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas adalah praktik keperawatan dalam komunitas dengan fokus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan kelompok dalam komunitas (Stanhope dan Lancaster, 2006, dalam Widyanto, 2014, hlm. 38). Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan mayarakat baik sehat maupun sakit serta yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan (Widyanto, 2014, hlm.44). Keperawatan komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan secara langsung tentunya diberikan pada semua tatanan pelayanan kesehatan seperti sekolah, unit pelayanan kesehatan, rumah, tempat kerja/ industri, barak penampungan, kegiatan puskesmas keliling, panti, kelompok resiko atau kelompok khusus lainnya (Wahit dan Chayatin, 2011, hlm 5). Pelayanan keperawatan di sekolah difokuskan pada peserta didik dan masyarakat sekolah ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat secara umum. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah ialah peserta didik dan lingkungannya serta sasaran penuunjangnya yakni guru dan kader (Dermawan, 2012, hlm. 23). Kegiatan lintas program dan lintas sektoral di sekolah di bentuk dalam suatu Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ). Usaha kesehatan sekolah didirikan sebagai upaya menjalanan pendidikan kesehatan yang dilaksakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah, dan
bertanggung jawab oleh sekolah (Tim Esensi, 2012 hlm.3). Usaha kesehatan sekolah adalah segala yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/ RA sampai SMA/SMK/MA.(Widyanto, 2014, hlm 198). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ditujukan kepada masyarakat sekolah serta perioritas pelaksanaannya diberikan pada SD mengingat SD merupakan dasar dari sekolah – sekolah lanjutan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/ SK/XI/2008 UKS merupakan upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat pada anak sekolah (Tim Esensi, 2012, hlm.2). Ruang lingkup kegiatan dalam UKS atau bisa disebut dengan trias UKS yang terdiri dari tiga komponen yakni penyelanggaran pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah (Wahit dan Cahyatin, 2011, hlm 319). Sasaran pembinaan UKS terdiri dari peserta didik yang salah satunya yakni peer group atau teman sebaya. Peer group merupakan individu yang memiliki kedekatan dan tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya merupakan teman dengan usia yang sama yang memiliki kedekatan dan rasa saling memiliki (Widayanto, 2014 hlm.144). Kemudian sasaran pembinaan UKS juga terdiri dari pembina teknis (guru dan petugas kesehatan), pembina non teknis (pengelola pendidikan dan karyawan sekolah), sarana dan prasarana pendidikan serta pelayanan kesehatan, juga lingkungan (sekolah, keluarga dan masyarakat ) (Widayanto, 2014, hlm.199). Salah satu program UKS dalam menjalankan perannya yakni melalui usaha perilaku hidup bersih sehat ( PHBS ). PHBS di sekolah adalah sekumpulan prilaku yang di praktikkan oleh perserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Proverawati & Rahmawati, 2012, hlm 21 )
Salah satu indikator yang di pakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah adalah dengan mencuci tangan.Tindakan mencuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan yang dapat merugikan kesehatan dan timbulnya penyakit.Mencuci tangan sebaiknya dilakukan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun. Dengan tangan yang bersih maka akan mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, dan ISPA. (Proverawati dan Rahmawati, 2012, hlm.71). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, dan data dari Departemen Kesehatan menyatakan bahwa diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun, ( Depkes, 2007 ). Data nasional menyebutkan diare menempati urutan pertama dari angka kejadian infeksi saluran pencernaan pada tahun 2002-2004 ( Promkes, 2010). Dari hasil data profil kesehatan kota Semarang pada anak > 5 tahun, penderita diare dari tahun 2008 - 2011 terus meningkat didapat data 19,947 % pada tahun 2008, 18,991% tahun 2009, 19,895% tahun 2010 dan 28,586% tahun 2011 namun pada tahun 2013 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang sudah dicanangkan sudah diterapkan sehari – hari. Tahun 2013 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan umur >5 tahun sebanyak 23.712 kasus ( 62 % ) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 4.462 kasus (11.5 %) (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011 ). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru yang menjabat sebagai guru olahraga serta penyelenggara program UKS dan siswa di SD Negeri 03 Purwoyoso mengatakan penyelenggara program UKS di SD Negeri 03 Purwoyoso belum berjalan sebagaimana mestinya atau maksimal serta para siswa juga sering mengalami sakit perut, demam, pusing serta diare. Hal ini terlihat dari ketidakadaan ruang UKS yang memadai, program dokter kecil yang tidak tertata rapi, toilet siswa tidak terdapat kran air, tidak ada
sabun cuci tangan, air sering tidak mengalir, tidak ada tissu serta kotak sampah dekat tempat cuci tangan. Berdasarkan uraian latar belakang, PHBS cuci tangan yang merupakan salah satu dari program trias UKS dan menjadi salah satu indikator dari PHBS di sekolah itu sendiri perlu di teliti guna mencegah penyakit khususnya diare dan meningkatkan kesehatan. Peran pelaksana program UKS seperti peer group dalam mendampingi siswa mengenai PHBS cuci tangan juga berkaitan dalam menjaga tingkat kesehatan di sekolah. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap terhadap efektifitas pendampingan peer group terhadap PHBS cuci tangan pada siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso. METODE PENELITIAN Rancangan penelitan eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam, 2013,hlm.165). Peneliti menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental dengan desain penelitan one group pretest post test desain. Rancangan penelitian ini tidak ada kelompok pembanding ( kontrol ), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen ( program ). Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Populasi menurut Sastroasmoro dan Ismail (1995) terbagi atas meliputi populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian sedangkan populasi terjangkau merupakan populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2013, hlm.169). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso pada tahun ajaran 2014 dengan jumlah sebanyak 30 siswa.
Sampel adalah sebagaian dari populasi yang nilai karakteristiknya kita ukur yang nantinya kita gunakan untuk menduga karakteristik dari populasi (Setiadi, 2013, hlm.102).Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010, hlm. 130).Sampel terdiri dari gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sempel adalah siswa yang berada pada kelas 4 A SD Negeri Purwoyoso Semarang. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi populasi untuk menjadi sampel dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Setiadi, 2013, hlm.107). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non probability dengan jenis sampling jenuh atau total sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dengan cara semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian ( Sugiono, 2010, hlm. 124). Sampling pada penelitian ini yakni seluruh siswa kelas 4 A. Analisis univariat dilakukan terhadap setiap data hasil penelitian yang meliputi data demografi (jenis kelamin) dan kemampuan PHBS cuci tangan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group. Hasil analisis data mengunakan Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu melihat perbedaan setelah dilakukan pemdampingan oleh peer group terhadap PHBS cuci tangan. Teknik analisis dari penelitian ini menggunakan uji hipotesis komparatif katagorik berpasangan yang berupa uji analisis McNemar karena kedua variabel berupa data nominal. Jika nilai p < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terdapat efektifitas peer group terhadap PHBS cuci tangan pada siswa kelas 4 A SD Negeri Purwoyoso. distribusi frekuensi persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Analisa univariat yang akan digambarkan meliputi jenis kelamin (sex), serta kemampuan cuci tangan sebelum diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group dan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group pada siswa kelas 4 A di SD Negeri 03 Purwoyoso.
a. Jenis kelamin Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan Total
Frekuensi (n) 18 12 30
Persentase (%) 60 40 100
Tabel 1 menggambarkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 18 orang (60%) dan perempuan 12 orang (40%). b. Kemampuan cuci tangan Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group Kemampuan cuci tangan
Mampu cuci tangan Tidak mampu cuci tangan Total
Sebelum diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group F (%)
Sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group
F
(%)
2
6.7
27
90.0
28
93.3
3
10.0
30
100
30
100
Table 2 diatas dapat diketahui bahwa kemampuan cuci tangan sebelum diberi pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group paling banyak masuk dalam kategori mampu sebanyak 2 (6.7%) siswa dan tidak mampu sebanyak 28 (93.3%) siswa, sedangkan setelah diberi pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer grouppaling banyak masuk dalam kategori mampu yaitu sebanyak 27 (90.0%) siswa dan tidak mampu sebanyak 3(10.0%) siswa. Analisis Bivariat a. Hasil uji Mc Nemar kemampuan cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group.
Tabel 3 Hasil uji Mc Nemar sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group
Pendam pingan Peer Group Sebelum Pendam pingan Sesudah Pendam pingan
Kemampuan cuci tangan Tidak Mampu Mampu Melaku Melaku kan kan 2
Total
28
p value
30 0.0001
27
3
30
Tabel 3 di atas menggambarkan bahwa responden yang sebelum mendapat pendampingan PHBS cuci tangan oeleh peer group, responden yang mampu melakukan cuci tangan dengan benar adalah 2 (6.7%) responden, dan yang tidak mampu melakukan PHBS cuci tangan adalah 28 (93.3%) responden. Setelah dilakukan pendampingan PHBS cuci tangan olehpeer group, responden yang mampu melakukan cuci tangan dengan benar adalah 27 (90.0%) responden, yang tidak mampu melakukan PHBS cucitangan sebanyak 3 (10.0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik (uji McNemar) didapatkan hasil p value sebesar 0.0001, karena nilai p value < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pendampingan peer groupdalam mengajarkan PHBS cuci tangan memberi dampak yang sangat signifikan atau sangat berpengaruh terhadap kemampuan mencuci tangan siswa. PEMBAHASAN 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin termasuk predisposing faktor terjadinya perubahan perilaku seseorang, bahwa perbedaan jenis kelamin mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga perlu diukur (Green 1980, dalam Notoatmodjo 2007). Menurut penelitian Ratna Wati (2011) pada distribusi jenis kelamin responden didapatkan responden laki – laki berjumlah 23 (43%) orang dan perempuan berjumlah 24 (51%) orang dengan hasil tidak ada perbedaan antara responden laki – laki
maupun perempuan terhadap pengetahuan dan sikap siswa secara signifikan setelah diberikan penyuluhan tentang PHBS cuci tangan. Hasil penelitian Alif Nurul Rosyidah (2014) dengan distribusi persentase jenis kelamin laki – laki berjumlah 42,9% dan perempuan sebanyak 57,1% yakni tidak terdapat perbandingan antara laki – laki dan perempuan pada perlakuan cuci tangan. Berdasarkan beberapa penelitan diatas pada hasil penelitian ini mendapatkan hasil yang sama yakni menunjukkan bahwa siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 18 (60%) orang dan perempuan 12 (40%) orang dengan hasil tidak terdapat perbedaan kemampuan laki – laki dan perempuan sebelum dan sesudah di beri pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group. 2. Kemampuan cuci tangan pada siswa kelas 4 A sebelum dan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group. a. Kemampuan cuci tangan pada siswa kelas 4 A sebelum diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group Sebagian besar anak usia sekolah terpajang dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan sebagai bekal kehidupannya kelak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Salah satu cara yakni dengan mencuci tangan sebab dengan mencuci tangan dapat memutuskan dari rantai penyakit dan dapat mencegah penularan penyakit melalui kontak tangan (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Pada penelitian ini didapatkan kemampuan mencuci tangan siwa kelas 4 sebelum diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group yakni dengan jumlah responden tidak mampu 28 (93.3%) responden dan yang mampu
melakukan PHBS cuci sebanyak 2 (6,7%) responden.
tangan
b. Kemampuan cuci tangan pada siswa kelas 4 A sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah secara teori psikoanalisa Sigmund Freud anak usia sekolah masuk dalam fase latency, fase dimana anak cenderung mulai tertarik pada kegiatan – kegiatan yang melibatkan fisik dan kemampuan intelektual yang disalurkan sekolah. Pada masa ini anak sudah dapat mengidentifikasi diri dan mulai membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, dimana laki – laki akan bermain dengan laki – laki dan sebaliknya perempuan akan mengelompok dengan perempuan dan membentuk kegiatan sendiri. Selain itu, menurut teori psikososial Erik Erikson, pada usia ini perhatian anak sudah mengarah pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Anak akan antusias untuk belajar hal – hal baru dan menetapkan kemampuan tersebut (Siswanto, 2010). Hasil kemampuan cuci tangan sesudah diberikan pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group pada siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso Semarang diperoleh hasil dengan jumlah responden yang mampu melakukan PHBS cuci tangan sebanyak 27 (90%) responden dan yang tidak mampu melakukan PHBS cuci tangan sebanyak 3 (10%) responden. Hal ini memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan cuci tangan siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso. Analisa Bivariat 1. Efektifitas peer group terhadap PHBS cuci tangan pada siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso Semarang. Anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Sekolah dapat
memiliki pengaruh terhadap kesehatan anak dimasa depan melalui praktik dan program pendidikannya. Dalam upaya peningkatan kesehatan siswa di sekolah maka dibuatlah suatu program kesehatan sekolah.Salah satu bentuk program kesehatan sekolah yakni dengan program Usaha Kesehatan Sekolah atau yang di singkat UKS.Dimana yang merupakan ruang lingkup program dan pembinaan UKS tersebut tercermin dalam tiga program pokok atau disebut dengan trias UKS yang meliputi penyelenggaran pendidikan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah. Salah satu kegitan UKS dalam meningkatkan kesehatan siswa di lingkungan sekolah yakni dengan kegitan PHBS sekolah, yang merupakan salah satu indikator PHBS sekolah yakni mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (Proverawati,2012). Selain program yang adakan di sekolah, yang berperan dalam mempertahankan kesehatan yakni pendidik, masyarakat sekitar sekolah dan juga perserta didik itu sendiri. Pada masa usia sekolah anak membina hubungan dengan teman sebaya atau peer group setelah pengabaian pada tahun – tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas. Anak usia sekolah ingin mengembangkan keterampilan dan berpartisipsi dalam pekerjaan yang berati dan berguna secara social (Siswanto,2010). Peer group merupakan salah satu sumber dari dukungan sosial yang berasal dari interaksi yang spontan. Dukungan sosial tersebut dapat berupa verbal maupun non verbal atau sebuah bantuan nyata (tangible) sehingga memiliki manfaat emosional berupa prilaku bagi penerima bantuan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan holistik yang meliputi fisik, psikis dan sosial. Hubungan dengan teman sebaya dapat membantu dalam mengatasi masalah dan memberi berbagai macam pengaruh atau dampak positif (Widyanto, 2014).
Menurut penelitian Rina Saraswati (2012) tentang efektifitas penyuluhan kesehatan oleh peer group dan tenaga kesehatan tentang PHBS cuci tangan bersih pada siswa SD N 01 dan 02 Bonosari Sempor Kebumen didapatkan hasil ada perbedaan antara tingkat pengetahuan siswa tentang cuci tangan bersih sebelum memperoleh penyuluhan oleh peer group terbanyak masuk kategori baik adalah 14 (93,3%) responden, dan setelah memperoleh penyuluhan kesehatan sebanyak 15 responden (100%). Menurut penelitian Perdana (2012) tentang pengaruh peer group tutorial terhadap perilaku jajan sehat siswa kelas 3 di SD Islam Hidayattulah Denpasar Selatan DENPASAR SELATAN metode peer group tutorial dijelaskan dapat meningkatkan perilaku jajan sehat pada siswa. Hal ini disebabkan oleh adanya proses penyampaian informasi dan motivasi yang dilaksanakan oleh fasilitator di dalam kelompok sebaya. Peer group tutorial dirasa sebagai kegiatan penyampaian informasi mengenai jajan sehat yang efektif, karena penyampaian materinya dilakukan oleh seseorang yang berasal dari kelompok itu sendiri sehingga informasi tersebut akan lebih mudahdipahami dan diserap oleh kelompok tersebut. Pemberian informasi secara berulang-ulang dan mendalam mengenai suatu masalah kesehatan, dalam hal ini mengenai perilaku hidup bersih dan sehat akan meningkatkan aspek kesadaran siswa dalam mencegah timbulnya penyakit atau masalah kesehatan serta meningkatkan pengetahuan tentang keuntungan dan hambatan dalam melaksanakan PHBS cuci tangan. Informasi mengenai suatu masalah kesehatan yang disampaikan oleh peer group juga akan menjadi isyarat untuk melakukan PHBS cuci tangan karenateman atau kelompok sebaya dianggap sebagai pendukung untuk melakukan hal tersebut. Kombinasi dari aspek tersebut akan berpengaruh besar terhadap keputusan individu untuk merubah atau melakukan perilaku yang diharapkan(Hochbaum, 2008).
Pada hasil penelitian ini yakni tentang efektifitas peer group terhadap PHBS cuci tangan pada siswa kelas 4 A SD Negeri 03 Purwoyoso Semarang menggunankan uji statistic McNemar diketahui bahwa responden yang sebelum mendapat pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group adalah 2 (6,7%) responden yang mampu melakukan PHBS cuci tangan, sedangkan yang tidak mampu melakukan PHBC cuci tangan adalah 28 (93.3%) responden. Setelah responden mendapat pendampingan PHBS cuci tangan oleh peer group, yang mampu melakukan PHBS cuci tnagn dnegan benar yakni 27 (90%) responden, dan yang tidak mampu melakukan PHBS cuci tangan dengan benar adalah 3 (10%) responden. Hasil p value sebesar 0.0001, karena nilai p value < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pendampingan peer group memberi dampak yang sangat signifikan atau sangat berpengaruh terhadap kemampuan mencuci tangan siswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti menyarankan: 1. Bagi Sekolah Berdasarkan hasil penelitian dapat dijadikan suatu masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak sekolah guna untuk meningkatkan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimasa yang akan datang khususnya PHBS cuci tangan pada siswa SD. 2. Bagi Pelayananan Keperawatan Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta informasi kepada pelayanan keperawatan khususnya di Puskesmas Purwoyoso dalam menilai efektifitas pendampingan peer group terhadap PHBS cuci tangan pada siswa SD. 3. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan dalam menilai efektifitas pendampingan peer group terhadap PHBS cuci tangan khususnya pada siswa SD.
DAFTAR PUSTAKA Andriana, Dian ( 2011 ). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika. Anisa, Diah Nur ( 2012) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pada Prilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Usia Sekolah. Jurnal diakses tanggal 11 Juli 2014. Cahyaningsih, dwi sulistyo. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta : Trans Info Media. Dermawan, Deden. (2012). Buku Ajar Keperawatan Komunitas.Cetakan 1.Yogyakarta : Gosyen Publishing. Ferry Efendi dan Makhudli ( 2009 ). Keperawatan Kesehatan Komunitas:teori dan praktek dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika. Maryani, dewi sri.(2014). Ilmu Keperawatan Komunitas.Cetakan 1.Bandung : Yrama Widya. Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. (2011). Ilmu Keperawatan KomunitasI. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku.Jakarta : Rineka Cipta Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika. Perdana, NWNL., Ayuningsih, NN., Widiastuti, ( 2011 ) Pengaruh Peer Group Tutorial Terhadap Perilaku Jajan Sehat Siswa Kelas 3 SD Islam Hidayatullah Denpasar Selatan. Jurnal diakses tanggal 3 Srptember 2011 Pratama Ryan. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuna, Sikap dan Perilaku Tentang PHBS Siswa SDN 1 Mandong.Jurnal diakses tangal 18 Oktober 2013.
Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni (2012) Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).Yogyakarta : Nuhamedika Reza, Faisal at al ( 2012 ) Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Oleh Peer Group Dan Tenaga Kesehatan Tentang PHBS Cuci Tangan Bersih Pada Siswa SD N 02 Bonosari Sempor Kebumen. Jurnal diakses tanggal 11 Juli 2014 Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan ; Teori dan Praktik. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiadi.(2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.Edisi 2.Yogyakarta : Graha Ilmu Siswanto, Hadi. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini.Cetakan pertama.Yogyakarta : Pustaka Rihana Sugiyono. 2013. Cara mudah meyusun : Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Alfabeta Suhri, Mohammad. (2013) Gambaran Sikap Tentang Perilaku PHBS Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan . Jurnal di akses 11 Agustus 2013 Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak.Jakarta : EGC Sri Maryani, Dwi. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung : CV YRAMA WIDYA Tim Esensi. 2012. Mengenal UKS. Jakarta : Erlangga Widyanto, Faisalado. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.Cetakan 1.Yogyakarta : Nuha Medika. Wong, Donna L. (2008). Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta : EGC Wati, Ratna (2010). Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Cuci Tangan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa Kelas V SDN Bulukantil Surakarta.Jurnal diakses 4 Agustus 2010.