Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
Efektifitas Amniotic Membrane Sebagai Dressing Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Efectivity Of Amniotic Membrane As Dressing The Burn Wound Healing In Rats (Rattus Norvegicus) Ratna Widyawati 1, Desty Apritya 1 12
Laboratorium Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UWKS Jl. Dukuh Kupang Barat XVI/1 Surabaya Email :
[email protected]
ABSTRACT This study aimed to determine the effectiveness of the speed the healing of burns used amniotic membrane by propolis and propolis amniotic membrane without white rats (Rattus norvegicus). This study was an experimental study with the technique of sampling by completely randomized design. The variables measured were the speed of healing old wounds and wound healing time (days). This study used 30 rats were divided into 4 groups. The group (P1) as a negative control, the White Rat (Rattus norvegicus) wrapped in sterile gauze, group (P2) as a positive control, the White Rat (Rattus norvegicus) by betadine and wrapped in sterile gauze. The group (P3) Rats (Rattus norvegicus) wrapped with amniotic membrane + sterile gauze and groups (P4) Rats (Rattus norvegicus) + propolis + + gauze sterile amniotic membrane. The result showed that Speeds healing of burns negative kontrol, PI and P2 there are differences, also between PI and P2. Between control positive and PI showed not difference. It can show from some indications that include wet or dryness of the wound, whether there is swelling in the wound, the wound color (red or white), linkage outskirts of injuries, whether there is a scab, and the open or closed wounds, but the long time healing wounds (day) are different, PI and kontrol positive are the best result, they are nine days. Keywords: Amniotic membrane,propolis,wounds healing ,rats
PENDAHULUAN Luka bakar merupakan masalah
penderita
luka
bakar
dan
jumlah
yang paling besar negara berkembang,
angka kematian yang diakibatkannya.
lebih dari 2 juta kasus luka bakar terjadi
Di Unit luka bakar RSU Dr. Soetomo
di india tiap tahunnya. Angka mortalitas
Surabaya jumlah kasus yang dirawat
di Negara berkembang lebih tinggi di
selama satu tahun (Januari 2000 sampai
banding negara maju.
Desember 2000) sebanyak 106 kasus
Di Indonesia
sampai saat ini pada umumnya belum
atau 48,4% dari seluruh
ada laporan tertulis mengenai jumlah
bedah 10
plastik
yang
penderita
dirawat
yaitu
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
sebanyak
219,
jumlah
Volume 4, No 2 : 10-20
kematian
–
berbulan
bulan
kemudian
dan
akibat luka bakar sebanyak 28 penderita
dinyatakan berakhir kalau semua tanda
atau
seluruh
radang sudah lenyap (Balqis dkk,2014).
penderita luka bakar yang dirawat,
Menurut Kasyaningrum dan Putra
sekitar
26,41%
dari
Kematian umumnya terjadi pada luka
dalam
Gorda
dkk
bakar dengasn luas lebih dari 50%
madu
dapat
dapat
atau pada luka bakar yang disertai
kesembuhan luka bakar pada manusia,
cedera pada saluran napas dan 50%
oleh
terjadi pada 7 hari pertama perawatan.
efektifitas ant iinflamsi, antibakteri dan
(data dari Burn unit RSU Dr. Soetomo)
stimulan regenerasi jaringan sehingga
(Noer, 2012). Menurut Biomaterial
menghasilkan penyembuhan luka yang
Center
Bank
baik. Propolis adalah bahan resin yang
merupakan
dikumpulkan oleh lebah madu dari
yang berasal dari lapisan
berbagai jenis tumbuhan, terutama dari
selaput plasenta ibu yang melakukan
bagian kuncup dan daun, Propolis juga
persalinan dan kemudian disumbangkan
memiliki aktivitas anti inflamasi dan
ke bank jaringan. Selaput plasenta
dapat meningkatkan sistem imun tubuh
mempunyai 2 lapisan yaitu selaput
(Listyasari,
amnion
dilakukan untuk mengetahui efektifitas
Dr. Soetomo
Amniotic jaringan
Tissue
Membrane
dan
chorion.
Amniotic
karena
(2011),
mempercepat
madu
2012).
mempunyai
Penelitian
ini
membrane berguna untuk perawatan
kecepatan
luka kronis, perawatan luka bakar
yang digunakan sebagai dressing pada
derajad 2, perawatan Ulkus Decubitus,
luka bakar dimana luka tersebut akan
perawatan luka post operasi, perawatan
diberi terapi
luka
dan
karena
diabetes,
pelapis
dari
bahwa
amniotic membrane
menggunakan propolis
tanpa
propolis
terhadap
penyambungan tendon dan perawatan
kecepatan
THT serta mata. Proses penyembuhan
yang dilakukan pada tikus putih (Rattus
luka bakar dapat dibagi dalam tiga
norvegicu). Diharapkan Luka bakar
fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi,
pada tikus putih (Rattus norvegicus)
dan
yang diberi
maturasi.
Fase
inflamasi
penyembuhan luka bakar
pembalutan
amniotic
berlangsung sejak terjadinya luka bakar
membrane dengan propolis akan lebih
sampai hari ketujuh, fase proliferasi
cepat kesembuhan luka bakarnya.
berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga dan fase maturasi dapat berlangsung 11
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
terdiri
dari
4
diberi pakan konsentrat
dan minum ad
kelompok perlakuan. Kelompok (P1)
libitum. Pada bagian dasar kandang
sebagai
Putih
diberi sekam untuk menjaga agar suhu
(Rattus Norvegicus) dibalut kasa steril,
tetap optimal. Bahan berupa Amniotic
kelompok (P2) sebagai kontrol positif,
membrane ukuran 5 x 5 cm, kasa steril,
Tikus Putih (Rattus Norvegicus)diberi
hipafix, propolis tetes, alkohol 70% dan
betadine
steril.
revanol. Alat – alat yang digunakan
Kelompok (P3) Tikus Putih (Rattus
adalah gunting steril, gloves, masker dan
Norvegicus)
amniotic
solder listrik. Penelitian ini dilakukan
membrane+ kasa steril dan kelompok
di laboratorium hewan coba Fakultas
(P4) Tikus Putih (Rattus Norvegicus) +
Kedokteran
propolis
Kusuma
kontrol negatif,
dan
dibalut
Tikus
kasa
dibalut
+amniotic
membrane+
kasa
Hewan Uniersitas Wijaya Surabaya. Variabel
yang
steril. Kecepatan kesembuhan luka bakar
diamati adalah kecepatan
tersebut dapat dilihat dengan beberapa
luka dan lama waktu kesembuhan luka
indikasi
atau
(hari). Penelitian ini merupakan jenis
tidaknya
penelitian eksperimental dengan tehnik
kebengkakan pada luka, warna luka
pengambilan sampel dengan Rancangan
(merah atau pucat), pertautan pinggiran
Acak
luka, ada tidaknya keropeng, terbuka atau
kelompok perlakuan kemudian dirata-
tertutupnya luka. Sampel yang digunakan
ratakan dan dianalisis dengan Sidik
adalah Tikus Putih (Rattus Noregicus)
Ragam,
dengan galur wistar. Jumlah sampel 30
signifikan
ekor. Tikus Putih
Wilayah Berganda Duncan (Steel dan
keringnya
yaitu
meliputi
luka,
basah
ada
dipelihara
dalam
kandang terpisah. Semua Tikus Putih
Lengkap.
apabila
kesembuhan
Masing-masing
terdapat
dilanjutkan
perbedaan
dengan
Uji
Torrie, 1989 dalam Gorda dkk, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
kasa steril), perlakuan kedua Kontrol
Tingkat Kesembuhan Luka Berdasarkan hasil pengamatan dari
positif (Terapi Betadin dibalut kasa steril),
empat perlakuan dari tikus putih yang
perlakuan
dibuat luka bakar, yaitu perlakuan pertama
amniotik membrane +kasa steril) dan
adalah Kontrol negatif (tanpa terapi dibalut
perlakuan keempat P2 (terapi propolis + 12
ketiga
PI
(dibalut
dengan
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
dibalut dengan amniotik membran + kasa
3. Kontrol Negatif dan P2 (Propolis+
steril),
maka
hasil
yaitu
Amniotik Membrane+ kasa steril) terdapat
berupa
lama
perbedaan yang signifikan
lama
4. Kontrol Positif dan P1 (Amniotik
kesembuhan luka akan terdapat proses
Membrane+ kasa steril) tidak terdapat
kesembuhan luka yang disebut dengan
perbedaan yang signifikan
tingkat
Tingkat
5. Kontrol Positif dan P2 (Propolis+
kesembuhan luka dapat dilihat pada tabel 1
Amniotik Membrane+ kasa steril) terdapat
dan lama kesembuhan luka pada tabel 2 di
perbedaan yang signifikan
bawah ini :
6. P1 (Amniotik Membrane+ kasa steril)
kesembuhan
didapatkan luka
kesembuhan
Tabel
yang
luka.
Didalam
kesembuhan
1
Hasil
luka.
rata
-
rata
Tingkat
dan P2 (Propolis+ Amniotik Membrane+
Kesembuhan Luka Uji Kruskal-Wallis Perlakuan
Pada 193.59
negatif Kontrol
Kesembuhan
positif
terdapat perbedaan yang
signifikan
Mean
Kontrol
Tingkat
kasa steril)
perbandingan
hasil
di
antar
atas tiap
dilakukan perlakuan,
dimaksudkan agar dapat dilihat tingkat 107.86
kesembuhan
luka
yang
meliputi
PI
116.89
didalamnya terdapat gambaran basah atau
P2
143.65
keringnya luka, ada tidaknya kebengkakan pada luka, warna luka (merah atau pucat),
Dari hasil tersebut, nilai asymp.sig
pertautan pinggiran luka, ada tidaknya
adalah 0,000 (dapat dilihat pada lampiran)
keropeng dan terbuka atau tertutupnya
di mana berarti terdapat perbedaan yang
luka. Dari tiap-tiap perlakuan tersebut
nyata pada tiap perlakuan. Oleh karena itu,
mempunyai karateristik yang berbeda-beda
hasil tersebut kemudian dilanjutkan dengan
pada
Uji
lukanya, sehingga perlu diamati dan
Mann
Whitney,
maka
diperoleh
gambaran
tingkat
kesembuhan
kesimpulan bahwa:
dibandingkan tiap perlakuan agar dapat
1.Kontrol Negatif dan Kontrol Positif
diambil kesimpulan yang nantinya akan
terdapat perbedaan yang signifikan
dihubungkan dan dibandingkan dengan
2.Kontrol Negatif dan P1 (Amniotik
lama waktu kesembuhan luka. Dengan kata
Membrane+ kasa steril) terdapat perbedaan
lain,
yang signifikan
memerlukan suatu proses tersebut diatas
lama
kesembuhan
luka
akan
sampai menuju waktu kesembuhan luka dalam hitungan hari. 13
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
kontrol positif yaitu yang diberi betadin Tabel .2. Hasil Statistika Lama Sembuh
dan kasa steril serta pada perlakuan PI
Luka
yaitu diberi propolis dan dibalut kasa steril
Perlakuan
selama 9 hari.
Mean± Standar
Berdasarkan hasil dari tabel 1
Deviasi Kontrol Negatif
18.0 c ± 0.000
mengenai tingkat kesembuhan luka, maka
Kontrol Positif
8.60 a ± 0.548
dalam proses kesembuhan luka akan
P1 (Amniotik
8.60 a ± 0.548
terdapat beberapa fase kesembuhan serta terdapat proses dalam menuju kesembuhan
Membrane) 11.8b ± 1.095
P2 (Propolis dan
luka tersebut, oleh karena itulah kenapa
Amniotik
hasil yang di dapatkan adalah identifikasi
Membrane)
dari antar perlakuan satu dengan yang lain supaya di dapatkan hasil yang benar – maka
benar diketahui perlakuan mana yang
dapat dilihat bahwa lama sembuh dari tiap
terbaik dan perbedaan dengan perlakuan
perlakuan adalah sebagai berikut : Kontrol
lain. Hasil tersebut berupa kesimpulan
Negatif 18 hari, kontrol Positif 9 hari, P1
berupa : Perlakuan yang berbeda nyata
(Amniotik Membrane) 9 hari dan P2
adalah : Kontrol Negatif dan Kontrol
(Propolis dan Amniotik Membrane) 12
Positif, Kontrol Negatif dan P1 (Amniotik
hari, dimana luka kontrol negatif berbeda
Membrane+ kasa steril), Kontrol Positif
nyata dengan kontrol positif, P1, dan P2,
dan P2 (Propolis + Amniotik Membrane+
kontrol positif berbeda nyata dengan P2,
kasa steril) Kontrol negatif dan P2
P1 berbeda nyata dengan P2, sedangkan
(Propolis + Amniotik Membrane+ kasa
kontrol positif dan P1 tidak berbeda nyata.
steril) serta PI dan P2. Perlakuan yang
Berdasarkan tabel
diatas
Berdasarkan hasil statistika lama
tidak berbeda nyata adalah Kontrol Positif
sembuh luka diatas, maka dapat dilihat
dan P1 (Amniotik Membrane+ kasa steril).
dalam gambar diagram 1.1 dibawah ini,
Kontrol negatif
bahwa pada kontrol negatif yang tidak
kontrol positif oleh karena pada kontrol
diberi perlakuan apapun hanya dengan
negatif tidak diberikan perlakuan obat
penutupan kasa steril akan memerlukan
apapun untuk kesembuhan luka, sehingga
waktu
dalam
proses kesembuhan luka akan lama terjadi
penyembuhan luka yaitu selama 18 hari,
dibandingkan dengan kontrol positif yang
sedangkan yang paling cepat terdapat pada
di beri perlakuan berupa betadin. Betadin
dua perlakuan,
merupakan antiseptik yang tersedia bebas
yang
paling
lama
yaitu pada perlakuan 14
berbeda nyata dengan
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
dapat digunakan untuk mengobati luka,
pembalutan dengan amniotik membrane
selain itu juga dapat digunakan untuk
paling dekat dengan kulit yang terluka.
mempersiapkan kulit sebelum dioperasi
Penggunaan amniotik membrane tersebut
karena merupakan mikrobsida topikal kuat
sebagai
berspektrum luas yang mengandung 10%
penelitian
povidon
iodin. Menurut Kane (2014)
menyebutkan bahwa hal tersebut akan
Povidon iodin merupakan antiseptik yang
mengurangi durasi lama kesembuhan atau
lebih toleran pada kulit sehingga tidak
dengan kata lain waktu pembuhan lukanya
menghambat penyembuhan luka karena
lebih cepat serta perawatan lukanya cukup
betadin merupakan antiseptik yang dapat
mudah. Perlakuan P2 (Propolis+ Amniotik
digunakan pada berbagai jenis kuman
Membrane+
sehingga kebersihan luka bakar pada tikus
dipengaruhi
putih lebih terjaga dan kontaminasi bakteri
penempelan amniotic membrane pada luka
dapat dikurangi sehingga tidak terjadi
bakar karena sebelum dibalut dengan
infeksi.
amniotik membrane luka di tetes terlebih Kontrol
dengan PI steril)
negatif
berbeda
nyata
P2
(Propolis+
luka
sebelumnya,
kasa oleh
steril)
dari ada
hal
efektifitas
hasil yang
tersebut dari
dahulu dengan propolis. Propolis memiliki
(Amniotik Membrane+ kasa
dan
pembalutan
zat
sebagai
antiseptik,
antibakteri,
Amniotik
antimicotik, astringent, spasmolitik, anti-
Membrane+ kasa steril) oleh karena P1
inflamasi, anestesi, antioksidan, antijamur,
diberi
antiulcer,
perlakuan
membrane.
berupa
Amniotik
merupakan
biological
amniotik membrane
dressing
antikanker,
dan
efek
imunomodulator (Martinotti, 2015). Selain
yang
itu, Kontrol positif dan P2 (Propolis+
efektif untuk luka bakar pada manusia
Amniotik Membrane+ kasa steril) juga
(Heberal et al 2013). Hal tersebut telah
berbeda nyata.
dilakukan dalam penelitian sejak tahun
Kontrol positif tidak berbeda nyata
1987. Dalam penelitian yang dilakukan
dengan PI
menyebutkan
utama
steril) oleh karena P1 diberi perlakuan
dengan pembalutan luka yang diberi
berupa amniotik membrane. Kontrol positif
amniotik
dengan
yang berupa betadin, bekerja sebagai
amniotik membrane tidak akan mencegah
antiseptik untuk mengurangi peyebaran
epithelisasi, sehingga tetap berjalan, untuk
bakteri yang akan menyebabkan infeksi.
mengurangi cairan,
Sesuai penelitian oleh Warganegara, dkk
energi mobilitas
bahwa
manfaat
membrane
yang dan
adalah
protein, panas dan
hilang, paling
meningkatkan bagus
(Amniotik Membrane+ kasa
(2012) yang menyebutkan bahwa bakteri
karena
bisa menyebabkan infeksi habis luka 15
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
operasi, sehingga bisa di analogikan pada
dengan baik dan bekerja dengan baik pada
luka bakar. Pada kontrol positif luka bakar
luka
diberi
luka
Kemampuan amniotik membrane menarik
sehingga bakteri secara lokal dicegah oleh
cairan dalam luka bakar tersebut akan
antiseptik. Pada perlakuan P2 yang diberi
berlangsung lebih lama. Hal inilah yang
amniotik
akan
betadin
tanpa
membrane
penutupan
yang
memiliki
bakar
karena
tertutup
berkelanjutan
propolis.
sebagai
dasar
kekuatan pembalutan luka dengan baik
identifikasi lama kesembuhan luka bakar
untuk membantu proses penyembuhan luka
tersebut yang di lihat dalam bentuk lama
seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
hari.
maka dari hasil statistik menunjukkan bahwa
hasilnya
hampir
sama
Berdasarkan
atau
sembuh,
sebanding dengan yang diberi betadin.
hasil
perlakuan
waktu
kontrol
lama negatif
memerlukan waktu 18 hari, perlakuan
Dari zat-zat yang terkandung di
kontrol
positif
memerlukan
waktu
dalamya maka seharusnya propolis sama
kesembuhan selama 9 hari, demikian pula
atau
lebih baik dari anteseptik sejenis
dengan perlakuan 1 dengan terapi amniotik
betadine. Propolis sangat baik untuk
membran, sedangkan perlakuan 2 dengan
manajemen luka bakar, meningkatkan
terapi kombinasi propolis dan amniotik
proliferasi kulit sel, aktivasi, dan kapasitas
membran membutuhkan waktu selama 12
pertumbuhan
hari.
serta
mendukung
re-
epitelisasi. Manfaat tersebut hampir sama dengan
Rata-rata lama kesembuhan terapi
yang dimiliki pada amniotik
dengan amniotik membran lebih cepat
membrane. Propolis berisi sekitar resin
dibandingkan dengan terapi kombinasi
50% balsam, 30% lilin, 10% minyak
propolis
esensial dan aromatik, 5% pollen, dan 5%
Berdasarkan
zat-zat lainnya, termasuk fragmen kayu.
kesembuhan terdapat perbedaan antara P1
Lebih dari 300 senyawa berbeda dalam
dan P2. Berdasarkan lama kesembuhan
propolis, termasuk asam alifatik, ester,
kontrol negatif memerlukan waktu yang
asam aromatik, asam lemak, karbohidrat,
paling lama yaitu 18 hari. Hal ini
aldehida, asam amino, keton, chalcones,
disebabkan pada perlakuan kontrol negatif
dihydrochalcones, terpenoid, vitamin, dan
tidak
zat
2015).
Sehingga kulit akan mengalami waktu
Kemungkinan dari zat – zat tersebut yang
penyembuhan yang lebih lama dibanding
terkandung dalam propolis menyebabkan
dengan perlakuan lainnya yang diberi
amniotik membrane tidak bisa melekat
terapi. Hal ini disebabkan jaringan yang
anorganik
(Martinotti,
16
dan
amniotik
pengamatan
dilakukan
terapi
membran. waktu
sama
lama
sekali.
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
kontak
dengan
dapat
yang hampir sama yaitu dalam mencegah
sehingga
dan membunuh bakteri sehingga waktu
memudahkan agen infeksi masuk,sehingga
yang dibutuhkan relatif cepat dibanding
luka akan lama untuk pulih (Dewi, 2011).
dengan kontrol negatif yang tanpa terapi.
membuat
sumber
luka
Lama
panas
Volume 4, No 2 : 10-20
terbuka,
kesembuhan
perlakuan
Pada perlakuan 2 dengan terapi
kontrol positif dengan terapi betadin
amniotik
mengalami waktu sembuh yang rata – rata
menunjukkan lama kesembuhan rata – rata
hampir sama dengan perlakuan 1 dengan
12 hari. Hal ini menunjukkan waktu lama
terapi amniotik membran yaitu berkisar
sembuh yang lebih lama dibandingkan
selama 9 hari. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan perlakuan 1 dan kontrol positif,
efektifitas
namun lebih cepat sembuh dibanding
betadin
dilihat
dari
lama
membran
kontrol
membran. Betadin merupakan antiseptik
kesembuhan terapi kombinasi amniotik
yang sering digunakan untuk terapi luka.
membran dan propolis dinilai kurang
Kandungan betadin adalah povidon iodin
efektif,
yang berfungsi
membran
sebagai antiseptik untuk membersihkan
kering
dan mencegah infeksi sehingga luka cepat
amniotik membran dapat berlangsung lebih
sembuh
2005).
efektif. Pada saat perlakuan, lapisan luka
membran,
yang basah akibat pemberian propolis
menurunkan
dapat menghalangi tertempelnya amniotik
Sedangkan amnion
pada
berperan
et
al,
amniotik dalam
karena
Dilihat
propolis
kesembuhan hampir sama dengan amniotik
(Brunicardi
negatif.
dan
penempelan
membutuhkan agar
dari
amniotik
kondisi
penyaluran
lama
yang
kandungan
populasi bakteri dan meningkatkan respon
membran, sehingga penyaluran
imun lokal, serta allantoin dan lisozim
kandungan
amniotik
pada amnion yang berfungsi sebagai
terhambat.
Molan
bakteriostatik dan bakterisid (Bose 1979;
bahwa bahwa kadar osmosis tinggi pada
Gruss et al. 1978; Robson 1973). Selain
propolis mencegah melekatnya balutan,
itu berdasarkan penelitian oleh Susilo,
juga menghindari nyeri atau rusaknya
2011 yang menunjukkan bahwa amniotik
jaringan ketika balutan diganti. Pada saat
membran dapat meningkatkan kecepatan
perlakuan pengantian balutan di hari
penyembuhan
keempat untuk perlakuan 2 ini memang
yang
ditandai
dengan
2007,
perdarahan,
akan
menyatakan
meningkatnya jumlah lapisan jaringan
tidak
epidermis terutama stratum korneum, basal
kerusakan jaringan dapat diminimalisir.
dan spinosum di daerah luka. (Susilo
Amniotik membran dapat meningkatkan
,2011) Karena fungsi dari kedua terapi ini
kecepatan penyembuhan yang ditandai 17
terjadi
membran
bahan
sehingga
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
dengan
jumlah
lapisan
jaringan
Volume 4, No 2 : 10-20
dan
sel
radang,
sifat
bakteriostatik
dan
reorganisasi filamen cytokeratin 16 di
bakterisid substansi serta permeabilitas
daerah luka. (Susilo, 2011). Amniotik
dari amnion (Bose 1979; Gruss et al. 1978;
membran
Robson 1973).
merupakan
selaput
yang
berfungsi sebagai perban biologis yang dapat
merangsang
maka
jaringan
lama kesembuhan luka dalam kurun hari
granulasi, pembentukan epitelisasi dan
antara P1 dan P2 ada selisih dimana P1
pembuluh darah baru (Matthew et al,
jauh lebih cepat beberapa hari. Dalam hal
1981).
tingkat kesembuhan luka P1 dan P2 tidak Amnion
terjadinya
Oleh karena hal tersebut,
merangsang
proses
terjadi perbedaan yang nyata karena fungsi
granulasi, neovaskularisasi dan epitelisasi
dari zat yang terkandung di dalam propolis
2 kali lebih cepat dan lebih baik,
ataupun amniotik membrane rata – rata
mengurangi rasa nyeri, menahan evaporasi,
adalah sama yaitu mempercepat proses
menekan populasi kuman dan melekat rata
kesembuhan luka meskipun dalam proses –
pada
akan
proses
tersebut
mengalami
mempercepat waktu penyembuhan. (Barry
dalam
tingkat
kesembuhannya
yang
1991). Hasil penelitian ini memperkuat
meliputi
basah
atau
luka.
dugaan bahwa amnion berperan dalam
Dimana
perlakuan
menurunkan
dan
membrane saja akan mudah kering, tidak
meningkatkan respon imun lokal karena
terdapat bengkak pada luka dan warna luka
tidak ada perbedaan efektifitas antara
juga tidak memerah. Keropeng sedikit
Amnion dengan pembandingnya (perban
ditemukan karena dalam penautan luka
berbasis antibiotik). Diduga allantoin dan
kemungkinan saat penggantian perban
lisozim pada amnion yang berfungsi
kurang dibersihkan dengan sempurna.
sebagai
Penggunaan propolis sebelum di balut
permukaan
populasi
bakteriostatik
sehingga
bakteri
dan
bakterisid.
keringnya dengan
dengan
antibodi, selain itu lisozim merupakan
menimbulkan kemerahan pada luka karena
enzim yang bersifat bakteriostatik dan
propolis menyebabkan amniotik menempel
bakteriolitik.
amnion
tidak sempurna sehingga menimbulkan
terhadap O2 dan CO2 juga merupakan
perlekatan yang menyebabkan tertariknya
faktor penting dalam menurunkan infeksi
luka. Cairan terkadang masih sering timbul
dan populasi kuman anaerob. Hasilnya,
karena tidak terserapnya dengan baik
populasi kuman aerob maupun anaerob
cairan pada luka sehingga luka masih
akan menurun akibat mekanisme penarikan
basah. 18
membrane
amniotik
Allantoin berfungsi sebagai pembangkit
Permeabilitas
amniotik
perbedaan
justru
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Saran 1. Tingkat kesembuhan luka kontrol 1. Diperlukan penelitian menggunakan negatif berbeda nyata dengan kontrol propolis saja pada tikus putih sehingga positif, P1, dan P2, kontrol positif bisa dibandingkan dengan perlakuan – berbeda nyata dengan P2, P1 berbeda perlakuan yang sudah diteliti guna nyata dengan P2, sedangkan kontrol mendapatkan hasil yang lebih positif dan P1 tidak berbeda nyata. maksimal dan akurat Perbedaan tersebut dapat dilihat antar 2.Penggantian amniotik membran perlakuan. sebaiknya dilakukan pada hari ke 2. Waktu lama kesembuhan yang empat agar mendapatkan hasil yang tercepat adalah P1 yaitu terapi luka lebih maksimal. bakar menggunakan amniotik membran selama 9 hari. DAFTAR PUSTAKA Balqis, U, Dian M, dan Fera F. 2014. Proses Penyembuhan Luka Bakar dengan Gerusan Daun Kedondong (Spondias dulcis F.) dan Vaselin Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) secara Histopatologi. Fakultas Kedokteran Hewan Universtas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Medika Veterinaria Ummu Balqis, dkk ISSN : 0853-1943 Bose B. Burns Wound Dressing with Human Amniotic Membranes. Annals of The Royal College of Surgeon.England. 61st Ed. 1979 : 444-447. Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. 2005. Schwartz’s Principles of surgery. 8 edition.New York: McGraw-Hill Medical Publishing. Fitria, M., Deddy S, Gusti R. 2014. Pengaruh Papain Getah Pepaya Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Bagian Ilmu Bedah FK Unand, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1). Jurnal Medika Veterinaria ISSN : 0853-1943 Francisco, J C., Ricardo C C, Rossana B S, Luiz C G-S, Reginaldo J F, Ana C I, Carolina M C. Oliveira S, Garikipati V N S, Soniya N, Juan C C, Katherine A T C. 2013. Amniotic membrane as a potent source of stem cells and a matrix for engineering heart tissue. J. Biomedical Science and Engineering Biomedical Science and Engineering 6 (2013) 1178-1185 Gorda, I W., Soma I G, Dharmayudha, AAGO.2011. The Influence of honey in the incision wound recovery in mice (Mus musculus). Faculty of Veterinary Medicine Udayana University, Jl. PB Sudirman- Denpasar. Disampaikan dalam kongres Nasional Pertama Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia 26 Maret 2011 Gruss J S, et al. Human Amniotic Membrane : A Versatile Wound Dressing. CMA.Journal. 118th Ed. 1978 : 1237-1254.
19
Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016
Volume 4, No 2 : 10-20
Handaya Y. 2011. Luka Bakar dan Kontraktur. General and laparascopic Surgeon. Dokter Spesialis Bedah Kabupaten Malang. http://dokteryudabedah.com/wpcontent/uploads/2011/03/Lengkap-Tentang-Luka-Bakar.pdf diakses pada tanggal 16 Maret 2015 Heberal M, Oner Z, Bayraktar U, bilgin N. 2013. The use of silver nitrate-incorporated amniotic membrane as a temporary dressing. Copyright 2013 Elsevier Ltd and ISBI.PMID 3580940 (PubMed –indexed for MEDLINE). Burns.2013 Sep ; 39(6): 1137-41. Doi:10.1016/j.burns.2013.01.017.Epub 2013 Mar 21 Kane, V.2014. Antiseptik. Artikel : Kerjanya.net http://www.kerjanya.net/faq/5011antiseptik.html diakses pada tanggal 15 November 2016 Listyasari, N A.2012. Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Propolis Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/37645/1/Nurin_Aisyiyah_L_-_G2A008132__LAPORAN_KTI.pdf diakses pada tanggal 4 April 2015 Martinotti S, Elia R.2015.Propolis: a new frontier for wound healing? Review Martinotti and Ranzato Burn & Trauma (2015) 3:9 DOI 10.1186/s41038-015-0010-z. Matthews R, Bennett J, Page Faulk W. Wound healing using amniotic membranes. British Journal of Plastic Surgery. 1981;34:76-8. Molan P.C. The evidence supporting the use of honey as a wound dressing. The International Journal of Lower Extremity Wounds. 2006; 5(1) : 40-54 Noer, M S. 2012. Management Acute Phase In Burn. Departemen / SMF Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik FK Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Medika Veterinaria ISSN : 0853-1943 9 Papini, R.2004. Management of Burn Injuries of Various Depths. Clinical Review ABCofBurns.BMJ 2004; 329 doi:http://dx.doi.org/10.1136/bmj.329.7458.158 (Publis hed 15 July 2004)Cite this as: BMJ 2004;329:158 Robbson MC and Krizek TJ. The Effect of Human Amniotic Membrane on The Bacterial Population on Infected Rat Burns. Annals Surgeons. 177th Ed.1973 : 144-149. Susilo I, 2011, Effect Of Topical Hyalunorate and Freeze-Dried Amnion Membrane Administration on CK 16 Protein Expression and The Number of Epithelial Layer in Superficial Wound of Male Wistar Strain Rats. Folica Medica Indonesiana Vol 47 No 2 : Hal 137-42 Warganegara E, Etty A, dan Ryan A.2012. Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Luka Operasi (Ilo) Nosokomial Pada Ruang Rawat Inap Bedah Dan Kebidanan Rsam Di Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Prosiding SNSMAIP III-2012 ISBN No. 978-602-98559-1-3 Widiartini,W. Eka S. Ana S. Ita M R. Eko P. 2013. Pengembangan Usaha Produksi Tikus Putih (Rattus Norvegicus)Tersertifikasi Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Hewan Laboratorium. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.Semarang.http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMK/article/download/14 9/150 Yovita, S. 2012. Penanganan Luka Bakar. Artikel: http://www1media.acehprov.go.id/uploads/PENANGANAN_LUKA_BAKAR.pdf diunduh pada 1 Maret 2015
20