2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013)
Efek Psiko-Sosial SEA Games 2011 di Kota Palembang Sofyan Hanif,a,* a State University of Jakarta, Jakarta, Indonesia *Corresponding author:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respons masyarakat terhadap penyelenggaraan SEA Games 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan angket sebagai instrumen utamanya. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Palembang berusia 15 tahun ke atas yang tersebar di 16 kecamatan. Sampel diambil secara accidental proporsional sampling dan diperoleh responden sebanyak 1068 orang. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif dan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games sangat positip, 97,5% merespons senang. SEA Games direspons positip baik oleh remaja, dewasa, maupun lansia, pria dan wanita dengan jenis pekerjaan yang beragam, termasuk buruh. Sebanyak 14,3 responden hadir ke lapangan menyaksikan pertandingan dan 90,1% mereka menontonnya melalui layar televisi. Masyarakat Palembang (57,2%) mendapatkan manfaat dari digelarnya SEA Games, bahkan sebanyak 14,3% terlibat baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan SEA Games. Terkait dengan penggunaan fasilitas pasca SEA Games digelar, sebanyak 42,2% responden yakin bahwa masyarakat akan menggunakan fasilitas tersebut, SEA Games di Palembang ternyata juga membangkitkan 40,7% masyarakat Palembang untuk berolahraga. Kata kunci: respons, psiko-sosial, SEA Games
PENDAHULUAN Meski dengan susah payah, termasuk merebaknya isu korupsi dalam persiapannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pesta olahraga South East Asian Games 2011 atau yang disingkat dengan SEA Games 2011. Agenda dilaksanakan selama 12 hari, tepatnya 11-22 November 2011 di dua kota, yakni Jakarta dan Palembang. Kesuksesan Indonesia tidak sebatas pada penyelenggaraan, tetapi juga sukses prestasi dan sukses ekonomi. Sukses prestasi dapat dilihat dari keberhasilan Indonesia menjadi juara umum dengan mengungguli Thailand. Sementara sukses ekonomi dapat dilihat dengan banyaknya sponsor yang terlibat, bergeraknya produksi barang dan jasa serta tumbuhnya ekonomi masyarakat. Dipilihnya kota Palembang sebagai tempat penyelenggaraan – selain Jakarta – tentu bukan tanpa alasan. Selain karena pemerataan kesempatan, Palembang dipilih karena komitmen pimpinan daerah dan didukung oleh kesiapan infrastrukturnya. Meski penyelenggaraan SEA Games dilakukan di dua kota, penyelenggaranya tetap ada dalam koordinasi panitia pusat yang disebut Indonesia South East Asian Games Organizing Committee (INASOC). Ditunjuknya Indonesia sebagai penyelenggara SEA Games tentu memiliki konsekuensi, salah satunya adalah anggaran. Terkait dengan masalah ini, pemerintah melalui APBN 2010, menganggarkan biaya SEA Games sebesar 350 miliar rupiah, sementara dari APBN 2011 dianggarkan sebesar 2,1 triliun rupiah. Bahkan Menpora Andi Mallarangeng pada suatu kesempatan mengatakan bahwa Pemerintah menambah anggaran senilai 1 triliun rupiah dari APBN termasuk 600 miliar rupiah dari anggaran untuk sektor pendidikan, dan sumbangan dana dari sponsor (Wikipedia, 2011). Artinya, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah, termasuk masyarakat, terkait dengan penyelenggaraan SEA Games. Pada saat yang sama, hal yang demikian menunjukkan komitmen dan kesungguhan bangsa ini untuk mengemban amanah internasional. Pertanyaannya kemudian apakah SEA Games lebih sebagai pagelaran olahraga semata, ataukah memiliki dampak sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar? Dalam beberapa kasus, SEA Games yang dihelat di Palembang tak hanya jadi ajang bagi atlet untuk berjuang membela negara, tetapi masyarakat Palembang juga memanfaatkan SEA Games sebagai kesempatan emas untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya. Sebagai contoh, warga Palembang yang mempunyai rumah lebih ternyata menyewakan rumahnya kepada awak media yang ingin mendapatkan tempat tinggal selama meliput SEA Games. Informasi yang dihimpun DetikSport (2011) menunjukkan bahwa biasanya biaya sewa rumah ukuran menengah ke atas Rp 10 juta per bulan, maka selama SEA Games harganya meningkat hingga Rp 20-25 juta per bulan. Demikian juga dengan ruko-ruko yang disewakan untuk LOC (panitia lokal) SEA Games, harganya bisa mencapai 35 juta per bulan, jika sebelumnya pada hari biasa sekitar Rp 20 juta sampai Rp 25 juta per bulan. Demikian juga dengan penyewaan kendaraan bermotor seperti mobil bisa dikenakan biaya sekitar Rp 900 ribu hingga Rp 1,5 juta per harinya, dari biasanya sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu per harinya. Untuk motor, biaya sewanya, yang jika hari biasa hanya sekitar Rp 50 ribu, kini bisa mencapai Rp 100 ribu per hari selama penyelenggaraan SEA Games. Sementara itu untuk hotel yang biasanya dikenakan biaya Rp 350 ribu untuk kamar tipe Deluxe per malam, misalnya, maka untuk SEA Games dikenakan biaya Rp 765 ribu per malamnya. Sudah bisa diperkirakan berapa keuntungan yang bisa didapat masyarakat lokal selama perhelatan SEA 433
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) Games? Hotel-hotel berbintang di Palembang sudah full-booked beberapa hari sebelum upacara pembukaan, begitu pula dengan rumah-rumah warga. Bagaimana dampak sebuah event seperti ini di luar negeri? Sebagai ilustrasi kasus Olimpiade Barcelona yang digelar 1992. Indikator signifikan terjadi pada potensi pariwisata kota. Pada tahun 1990, Barcelona memiliki total 118 hotel, di antara mereka menyediakan 10.265 kamar dan 18.569 tempat tidur. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1992 akhir, jumlah hotel telah meningkat menjadi 148, dengan 13.352 kamar dan 25.055 tempat tidur. Angkaangka ini mewakili kenaikan 35% dalam jumlah tempat tidur hotel yang tersedia. Sementara itu, tarif kamar diperiode yang sama telah meningkat dari 71% menjadi 84% (Duran, 2005). Meskipun tahun-tahun setelah Olimpiade yang agak bermasalah untuk pasar wisata, denganresesi yang mengarah ke penurunan tingkat hunian (54% pada tahun 1993 dan 1994), namun sekarang jelas bahwa kebijakan tersebut dianggap tepat. Berkat visi ke depan yang kuat, Barcelona sekarang menikmati situasi yang luar biasa: empat tahun berturut-turut 80% atau lebih tinggi tarif hunian, tempat tidur hotel 85% lebih dari tahun 1990 dan 37% lebih dari tahun 1992 (ada 34.303 tempat tidur pada akhir 2001. Sementara itu pada konteks Olimpiade Sydney 2000, warisan terbesar bagi masyarakat Sydney adalah infrastruktur fisik yang dibangun, seperti Stadion Olimpiade, Sydney Internasional dan Pusat olahraga Akuatik, Pusat Olahraga, hotel, kampung atlet, dan banyak lagi (Waitt, 2003). Fasilitas ini telah digambarkan sebagai "tempat terbaik di dunia.” Terkait dengan aspek ekonomi, penyelenggaraan Olimpiade telah memberikan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi, layanan yang disediakan di Olimpiade, layanan rumah tangga di Desa, layanan makanan dan minuman di Stadion dan sebagainya. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat bahwa persiapan Olimpiade menginvestasikan sejumlah besar modal di daerah dan pada saat yang sama peran daerah dalam mengambil keputusan dikurangi, kurangnya transparansi dan akuntabilitas publik, ada keterasingan masyarakat dalam pelibatan yang berpotensi memperburuk kesenjangan sosial-ekonomi, dan membatasi tingkat partisipasi masyarakat termasuk dalam akses fasilitas yang ada (Waitt, 2003). Hal yang sama juga terjadi di India ketika menggelar Commonwealth Games 2010, dana alokasi yang besar ternyata tidak cukup membangkitkan semangat India untuk mentransformasi diri (Uppal, 2010). Watak pembangunannya cenderung elitis, anti rakyat miskin, buruk dalam perencanaan, termasuk dari perspektif ekologis. Catatan pentingnya, masyarakat tidak boleh dikorbankan hanya karena alasan nasionalisme dan sentimen yang hiperbolik. Pengalaman negara-negara lain dalam menggelar event besar olahraga sangat bervariasi, antara kutub positip yang menganggap bahwa event tersebut akan membawa manfaat bagi masyarakat, dan kutub negatip yang menganggap bahwa suatu event pada gilirannya merugikan masyarakat. Bagaimana konteks SEA Games yang diselenggarakan oleh Indonesia, terutama terkait dengan masyarakat yang ada di Palembang. Bagaimanakah respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games 2011? Apakah mereka merasakan manfaat atas digelarnya SEA Games 2011? Hal inilah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini.
Gambar 1: Social Exchange Process (Zafirovski, 2005) Substansi masalah dalam penelitian ini akan dikaji dari perspektif social exchange theory. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia, termasuk interaksi sosial, pada dasarnya merupakan pertukaran kepentingan 434
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) atas dasar untung rugi, baik yang nyata maupun tidak nyata (Ekeh, 1974; Zafirovski, 2005). Dalam perspektif social exchange theory, antara individu dengan lingkungan, termasuk dengan individu yang lain, terdapat hubungan yang bersifat reciprocal. Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi. Dalam hubungan tersebut terdapat unsur reward, cost, dan profit (Ekeh, 1974; Zafirovski, 2005). Reward merupakan sesuatu yang diperloleh melalui adanya cost yang dikeluarkan, sementara cost merupakan sesuatu yang dikeluarkan atau dikorbankan, dan profit adalah reward dikurangi dengan cost. Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali. Prinsip dasar pertukaran sosial adalah distributive justice sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Dalam pertukaran dengan orang lain, seseorang akan mengharapkan imbalan yang diterima sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tinggi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan. Individu akan melakukan penilaian, positip atau negatip, atas sesuatu yang dipertukarkan, misalnya eksistensi sebagai tuan rumah dan adanya event yang digelar. Penilaian positip akan terjadi apabila kedua belah pihak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam sesuatu yang dipertukarkan. Posisi tawar diperoleh dari kepemilikan, pengendalian, dan pengaruh sumberdaya atas sesuatu. Sebaliknya, penilaian negatip terjadi ketika kedua belah pihak memiliki posisi tawar yang rendah. Artinya, mereka mendapatkan keuntungan yang sedikit atau bahkan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali. Dalam konteks penyelenggaraan SEA Games, masyarakat Palembang akan melakukan penilaian, apakah SEA Games yang digelar di wilayahnya memberikan manfaat pada dirinya atau justru memberikan kerugian baginya. Secara teoretik, hal ini akan sangat berhubungan dengan transaksi yang terjadi antara kebutuhan dan “investasi” masyarakat sekitar dengan manfaat yang diperolehnya. Apakah masyarakat Palembang sekadar memperoleh hiruk pikuk keramaian SEA games, termasuk dengan kemacetannya? Ataukah masyarakat Palembang memperoleh manfaat langsung dari penyelenggaraan SEA Games, seperti mendapat pekerjaan dari kepanitiaan, penjualan souvenir, dan tingginya angka hunian yang berujung pada peningkatan pendapatan. Konteks “manfaat” pada dasarnya tidak semata pada dampak ekonomi, melainkan juga dimensi psikologis seperti rasa bangga pada daerah dan bangsanya serta kepuasan atas prestasi yang dicapai oleh para atlet. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan angket sebagai instrumen utamanya.. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan fenomena, kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis. Ary, Jacobs, dan Razavieh, (1990: 381) menyatakan:” ... descriptive research is not generally directed toward hypotesis testing. The aim to describe “what exists” with respect to variables or conditions in situation”. Bentuk sederhana dari penelitian deskriptif adalah penelitian dengan satu variabel. Demikian juga bentuk analisisnya biasanya menggunakan statistik deskriptif seperti mean, median, persentase, rasio, dan sebagainya. Sedangkan terkait dengan teknik survei, Frankeal (1993: 342) mengatakan “survey research involves researchers asking a large group of people questions about a particular topic or issue. This asking of questions, all related to the issue of interest, is called a survey …” penelitian yang dilakukan ini terkait dengan isu diselenggarakannya SEA Games Palembang dengan melibatkan sampel yang relatif banyak. Penelitian dilakukan di Palembang terkait dengan penyelenggaraan SEA Games 2011. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan status sosial ekonomi, usia, dan seluruh kecamatan (16 kecamatan) yang berada di wilayah kota palembang. Menurut data BPS Palembang (2010), jumlah penduduk Kota Palembang sebesar 1.440.940 orang. Sampel diambil secara accidental proporsional sampling, yaitu dari masing masing kecamatan diambil sampel secara eksidental proporsional sesuai dengan jumlah penduduknya dengan besaran proporsi 0,1%. Dari proporsi yang demikian, maka diperoleh angka sebesar 1.441 orang. Di sini perlu diberikan catatan bahwa jumlah tersebut merupakan penduduk usia 0 tahun hingga 60 tahun ke atas. Peneliti berpendapat, individu yang dapat memberikan penilaian secara matang adalah mereka yang berusia 15 tahun ke atas, yang jumlahnya 73% dari total penduduk. Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut diperoleh responden sebanyak 1068 orang dari 16 kecamatan yang ada di kota Palembang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dan dimodifikasi dari Enthusiasm Scale (Waitt, 2003) yang pernah digunakannya untuk mengukur respons masyarakat Australia terhadap penyelenggaraan Olimpiade Sydney 2000. Respons tersebut dikategorikan ke dalam empat kategori, yakni respons kesenangan terhadap kondisi saat dan hasil dari penyelenggaraan, respons terhadap manfaat secara individu, respon terhadap manfaat sosial, dan respons terhadap pemanfaatan fasilitas olahraga setelah selesai SEA Games. Respons tersebut diditribusikan ke dalam sembilan pertanyaan dengan rentang jawaban “ya”, “tidak”, dan “tidak tahu”. Pengumpulan data dilakukan di wilayah kecamatan masing-masing sesuai kesepakatan yang dicapai antara petugas pengumpul data dengan koordinatornya. Secara umum, pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 18-25 Nopember 2011. Mengingat data pada umumnya berupa data nominal dan ordinal, selain digunakan analisis statistik deskriptif, maka untuk mengetahui keterkaitan usia, jender, pekerjaan, dan lokasi kecamatan dengan jawaban, maka digunakan statistik ChiSquare. 435
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) HASIL DAN DISKUSI Respons Masyarakat Palembang terhadap Pelaksanaan SEA Games Respons di sini dimaksudkan sebagai tanggapan dan penilaian masyarakat yang didasarkan pada apa yang ia dengar, amati, rasakan, dan alami terkait dengan penyelenggaraan SEA Games. Ketika masyarakat Palembang ditanya apakah anda merasa senang terhadap pelaksanaan SEA Games 2011? Sebanyak 97,5% menyatakan senang; 2,1% menyatakan tidak senang; dan hanya 0,5% menyatakan tidak tahu. Artinya, pelaksanaan SEA Games direspons secara positip oleh sebagian besar masyarakat Palembang. Kelompok responden remaja lebih memberikan respons positip dibanding kelompok dewasa dan lansia. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap senang dan tidaknya kegiatan SEA Games. Tabel 1: Respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games Kategori Usia
Jawaban Tidak senang
Tidak tahu
Total
Senang Remaja
97,7%
1,9%
0,3%
100,0%
Dewasa
97,4%
2,2%
0,4%
100,0%
Lansia
95,2%
0,0%
4,8%
100,0%
Total
97,5%
2,1%
,5%
100,0%
Tabel 2: Analisis Chi-Square terhadap Usia dan Respons yang diberikan
Pearson Chi-Square
Value 10.791a
df 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,013
Likelihood Ratio
11,245
3
,010
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1,828
1
,176
1068
Dilihat dari domisili dimana responden berada, respons positip justru semakin kuat pada mereka yang jauh dari tempat diselenggarakannya SEA Games. Dengan kata lain, semakin dekat dengan tempat pelaksanaan SEA Games, responsnya semakin rendah. Penjelasan yang bisa diberikan terkait dengan hal ini adalah mereka yang dekat dengan tempat kegiatan, pada tingkat tertentu merasakan dampak ketidaknyamanan, seperti kemacetan dan keramaian akibat digelarnya SEA Games. Tabel 3: Respons masyarakat Palembang terhadap SEA Games menurut tempat tinggal Kategori Jawaban Geografis Total Tidak Tdk Senang Senang tahu Dekat Sekali
93,1%
5,3%
1,6%
100,0%
Dekat
98,0%
1,6%
0,4%
100,0%
Cukup
98,0%
1,7%
0,2%
100,0%
Jauh
98,9%
1,1%
0,0%
100,0%
Jauh Sekali Total
100,0% 97,4%
0,0% 2,2%
0,0% 0,5%
100,0%
Ketika kepada mereka ditanya apakah mereka datang ke lapangan untuk menyaksikan pertandingan SEA Games? Sebanyak 14,3% menyatakan datang ke lapangan, 85,1% tidak, dan 0,6% tidak tahu. Dari data ini bisa 436
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) diperkirakan bahwa masyarakat Palembang usia 15 tahun ke atas yang datang ke lapangan menyaksikan pagelaran SEA games sebanyak 149.878 orang. Tabel 4: Masyarakat Palembang yang datang ke lapangan menyaksikan SEA Games Kategori Jawaban Usia Total Ya Tidak Tdk tahu Remaja
23,0%
76,1%
1,0%
100,0%
Dewasa
11,1%
88,5%
0,4%
100,0%
Lansia
0,0%
100,0%
0,0%
100,0%
Total
14,3%
85,1%
,6%
100,0%
Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap keterlibatan dalam kegiatan SEA Games di Palembang. Keteribatan remaja lebih tinggi dibanding usia dewasa dan lanjut usia. Tabel 5: Analisis Chi-Square terhadap usia dan keterlibatan responden
Pearson Chi-Square
Value 30.561a
df 4
Asymp. Sig. (2-sided) ,000
Likelihood Ratio
31,534
4
,000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
24,720
1
,000
1063
Kesenangan terhadap SEA Games tidak harus diwujudkan dengan hadir di lapangan, tetapi bisa juga dilakukan dengan cara menontonnya lewat televisi. Ketika ditanya apakah mereka menonton SEA Games melalui TV? Sebanyak 90,1% menyatakan menonton, 9,7% menyatakan tidak, dan 0,2% tidak tahu. Jika dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang di atas 15 tahun, maka sebanyak 944.338 orang menonton SEA Games melalui televisi. Tabel 6: Masyarakat Palembang yang menonton SEA Games lewat TV Kategori Jawaban Usia Total Ya Tidak Tdk tahu Remaja
89,3%
10,7%
0,0%
100,0%
Dewasa
90,2%
9,6%
0,3%
100,0%
Lansia
100,0%
0,0%
0,0%
100,0%
Total
90,1%
9,7%
,2%
100,0%
Selain dapat menggerakkan masyarakat untuk datang ke lapangan dan atau menontonnya di televisi, SEA Games di Palembang juga membangkitkan kebanggaan masyarakat. Ketika ditanya apakah mereka bangga atas prestasi Indonesia dalam SEA Games? Sebanyak 95,6% menyatakan bangga, 3,4% menyatakan tidak, dan 1,0% menyatakan tidak tahu. Tabel 7: Kebanggaan masyarakat Palembang terhadap prestasi Indonesia dalam SEA Games
437
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) Apakah anda bangga atas prestasi Indonesia dalam SEA Games? Jumlah %
Ya 1021 95.6%
Tidak 36 3.4%
Tdk tahu Total 11 1068 1.0% 100.0%
Pada tingkat tertentu, penyelenggaraan SEA Games dapat menyatukan masyarakat, menjalin kebersamaan. Ketika ditanya apakah mereka merasakan kebersamaan diantara anggota masyarakat Palembang dalam SEA games? Sebanyak 70,8% merasakan kebersamaan, 18,7% menyatakan tidak, dan 10,5% menyatakan tidak tahu.
Tabel 8: Rasa kebersamaan masyarakat Palembang dalam pelaksanaan SEA Games Apakah anda merasakan kebersamaan masyarakat dalam SEA games? Jumlah %
Ya Tidak Tdk tahu Total 756 200 112 1068 70.8% 18.7% 10.5% 100.0%
Manfaat SEA Games bagi Masyarakat Palembang Ketika ditanya apakah anda terlibat dalam kegiatan SEA Games? Sebanyak 14,3% menyatakan terlibat, 85,1% menyatakan tidak, dan 0,6% tidak tahu. Jika dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang berusia 15 tahun ke atas, maka sebanyak 149.878 orang terlibat dalam kegiatan SEA Games. Tabel 9: Keterlibatan masyarakat Palembang dalam SEA Games Apakah anda terlibat dalam kegiatan SEA Games? Ya Tidak Tdk tahu Total Jumlah 152 905 6 1063 % 14.3% 85.1% .6% 100.0%
Tabel 10: Keterlibatan responden berdasarkan tempat tinggal Kategori Geografis
Jawaban Ya
Tidak
Tdk tahu
Total
Dekat Sekali
11,2%
88,8%
0,0%
100,0%
Dekat
16,9%
81,9%
1,2%
100,0%
Cukup
15,3%
83,9%
0,7%
100,0%
Jauh
13,6%
86,4%
0,0%
100,0%
Jauh Sekali Total
4,4% 14,2%
95,6% 85,2%
0,0% 0,6%
100,0% 100,0%
Ketika ditanya apakah anda mendapatkan manfaat dari kegiatan SEA Games? Sebanyak 57,2% menyatakan mendapatkan manfaat, 37,8% menyatakan tidak, dan 5,0% menyatakan tidak tahu. Apabila dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang berusia 15 tahun ke atas, maka sebanyak 599.513 orang merasakan manfaat dari digelarnya SEA Games.
438
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) Tabel 11: Manfaat SEA Games berdasarkan pekerjaan Kategori Pekerjaan
Ya
Jawaban Tidak
Pns
63,3%
Tnipolri
Total
33,0%
Tdk tahu 3,7%
100,0%
63,6%
36,4%
0,0%
100,0%
Swasta
54,1%
40,7%
5,2%
100,0%
Buruh
45,7%
46,8%
7,4%
100,0%
Pelajar
65,0%
31,2%
3,8%
100,0%
Lainnya
54,2%
40,0%
5,8%
100,0%
Total
57,2%
37,8%
5,0%
100,0%
Tabel 12: Manfaat SEA Games bagi masyarakat Palembang Kategori Jawaban Usia Total Ya Tidak Tdk tahu Remaja
62,1%
33,3%
4,5%
100,0%
Dewasa
55,7%
39,4%
4,9%
100,0%
Lansia
38,1%
47,6%
14,3%
100,0%
Total
57,2%
37,8%
5,0%
100,0%
Tabel 13: Manfaat SEA Games berdasarkan tempat tinggal responden Kategori Geografis
Jawaban Ya
Tidak
Tdk tahu
Total
Dekat Sekali
43,1%
50,0%
6,9%
100,0%
Dekat
72,0%
23,2%
3,9%
100,0%
Cukup
59,9%
35,9%
4,2%
100,0%
Jauh
50,8%
42,2%
6,8%
100,0%
Jauh Sekali Total
28,9% 57,2%
68,9% 37,8%
2,2% 5,0%
100,0%
Sebanyak 70,7% menyatakan merasakan kebersamaan masyarakatdalamkegiatan SEA Games; 18,7% menyatakan tidak merasakan kebersamaan masyarakat dalam kegiatan SEA Games; dan hanya 10,5% menyatakan tidak tahu. Responden dengan kategori usia lansia menjawab merasakan kebersamaan masyarakat dalam kegiatan SEA Games dengan persentase tertinggi 76,2%, sedangkan usia dewasa menyatakan merasakan kebersamaan masyarakat dalam kegiatan SEA Games terendah dengan 68,6%.
439
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) Tabel 14: Kebersamaan masyarakat berdasarkan usia Kategori Jawaban Usia Total Ya Tidak Tdk tahu Remaja
75,4%
16,8%
7,8%
100,0%
Dewasa
68,6%
19,6%
11,7%
100,0%
Lansia
76,2%
14,3%
9,5%
100,0%
Total
70,7%
18,7%
10,5%
100,0%
Penggunaan Fasilitas Pasca SEA Games Persoalan klasik pasca penyelenggaraan suatu event besar olahraga adalah keberlanjutan penggunaan fasilitas yang telah dibangun. Ketika ditanya apakah mereka yakin masyarakat akan menggunakan fasilitas yang ada setelah SEA Games selesai? Sebanyak 42,2% menyatakan yakin akan menggunakan, 28,5% menyatakan tidak menggunakan dan 29,2% menyatakan tidak tahu. Keyakinan tersebut terasa lebih kuat pada responden laki-laki dibanding perempuan. Tabel 15: Keyakinan masyarakat Palembang terhadap penggunaan fasilitas pasca SEA Games Apakah anda yakin masyarakat akan menggunakan fasilitas yang ada setelah SEA Games selesai? Jumlah %
Ya 451 42.2%
Tidak 304 28.5%
Tdk tahu 312 29.2%
Total 1067 100.0%
Tabel 16: Keyakinan masyarakat menggunakan fasilitas SEA Games menurut jender Kategori Jender
Jawaban Total
29,7%
Tdk tahu 26,9%
100,0%
41,4%
27,4%
31,2%
100,0%
42,2%
28,5%
29,2%
100,0%
Ya
Tidak
Pria
43,2%
Wanita Total
Dampak SEA Games pada aktivitas Berolahraga Masyarakat Palembang Ketika ditanya apakah SEA Games akan mempengaruhi mereka dalam melakukan olahraga? Sebanyak 40,7% menyatakan mempengaruhi aktivitas olahraga yang dilakukan, 55% tidak mempengaruhi, dan 4,2% tidak tahu. Apabila dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang berusia 15 tahun ke atas, maka sebanyak 426.577 orang terdorong melakukan olahraga terinspirasi dari aktivitas olahraga di pagelaran SEA Games. Dari perspektif jender, pengaruh lebih kuat pada responden laki-laki daripada perempuan. Hal ini seiring dengan tingkat partisipasi dalam berolahraga, yakni pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dilihat dari jenis pekerjaan, kelompok responden pelajar paling tinggi aktivitas olahraganya, diikuti TNI/Polri dan PNS. Sementara itu, kelompok responden yang paling rendah aktivitas olahraganya adalah buruh dan swasta.
440
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) Tabel 17: Dampak SEA Games pada pola aktivitas berolahraga masyarakat Palembang Apakah SEA Games mempengaruhi anda melakukan olahraga? Jumlah %
Ya 435 40.7%
Tidak 587 55.0%
Tdk tahu 45 4.2%
Total 1068 100.0%
Tabel 18: Aktivitas olahraga responden berdasarkan jender Kategori Jawaban Jender Total Ya Tidak Tdk tahu Pria
45,2%
51,6%
3,0%
100,0%
Wanita
36,8%
57,9%
5,3%
100,0%
Total
40,7%
55,0%
4,2%
100,0%
Tabel 19: Aktivitas olahraga responden berdasarkan pekerjaan Kategori Jawaban Pekerjaan Total Ya Tidak Tdk tahu Pns
49,5%
50,5%
3,7%
100,0%
tnipolri
50,0%
50,0%
0,0%
100,0%
Swasta
38,0%
57,7%
3,9%
100,0%
Buruh
27,7%
68,1%
4,3%
100,0%
Pelajar
57,0%
40,7%
2,3%
100,0%
lainnya
29,8%
63,3%
6,9%
100,0%
Total
40,7%
55,0%
4,2%
100,0%
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini telah sebegitu jauh mengidentifikasi dan mengungkapkan dampak psiko-sosial SEA Games 2011 di Palembang. Setelah melakukan kajian mendalam atas respons masyarakat Palembang terhadap penyelenggaraan SEA Games, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa penyelengaraan SEA Games mampu membangkitkan antusiasme masyarakat, memperkuat semangat keindonesiaan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat Palembang. Secara rinci, kesimpulan studi ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games sangat positip, 97,5% merespons senang. SEA Games direspons positip baik oleh remaja, dewasa, maupun lansia, pria dan wanita dengan jenis pekerjaan yang beragam, termasuk buruh. Sebanyak 14,3 responden hadir ke lapangan menyaksikan pertandingan dan 90,1% mereka menontonnya melalui layar televisi. Sebanyak 95,6% responden mengaku bangga dengan prestasi yang dicapai Indonesia dan mereka (70,8% responden) merasakan suasana kebersamaan masyarakat Palembang selama penyelenggaraan SEA Games. 2. Masyarakat Palembang (57,2%) mendapatkan manfaat dari digelarnya SEA Games, bahkan sebanyak 14,3% terlibat baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan SEA Games. Keterlibatan tertinggi ada pada TNI/POLRI hingga mencapai 54,5%, kemudian berturut-turut pelajar (25,5%), PNS (18,3%), buruh (12,8%), dan swasta (5,6%). 3. Terkait dengan penggunaan fasilitas pasca SEA Games digelar, sebanyak 42,2% responden yakin bahwa masyarakat akan menggunakan fasilitas tersebut, namun 57,8% responden tidak yakin dan ragu apakah fasilitas yang dibangun dengan biaya milyaran tersebut akan diguna-optimalkan oleh masyarakat. 4. Digelarnya SEA Games di Palembang ternyata juga membangkitkan 40,7% masyarakat Palembang untuk berolahraga. Artinya, mereka terdorong dan terinspirasi melakukan olahraga sebagai akibat tergeloranya spirit
441
2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013) olahraga selama SEA Games. Dampak tertinggi ada pada kelompok pelajar (57%), diikuti TNI/POLRI (50%), PNS (49,5%), swasta (38%), dan buruh (27,7%). SARAN 1. Memperhatikan respons yang sangat positip bertautan dengan diselenggarakannya SEA Games di Palembang, maka kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan event-event besar olahraga disejumlah daearah yang dianggap memadai perlu mendapatkan dukungan. Event besar tidak hanya terkonsentrasi di ibu kota, tetapi mengalir ke tempat lain, yang ini pada gilirannya akan mendinamisasi pembangunan di wilayah tersebut. 2. Keterlibatan masyarakat lokal, termasuk institusi Pemda, DPRD dan kelompok-kelompok masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian perlu ditingkatkan. Partisipasi dan keterlibatan yang tinggi merupakan bagian penting dari rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab dari masyarakat lokal. 3. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan disaat SEA Games digelar dan beberapa hari pasca ditutup. Artinya, suasana psikologis masyarakat masih dalam euphoria kemenangan dan kesuksesan. Kasus-kasus akibat mis-manajemen seperti hutang panitia hingga ratusan milyar belum sempat ter-ekspose. Ke depan perlu dipertimbangkan untuk melakukan riset sebelum, selama, dan sesudah suatu event digelar, agar dapat diikuti perkembangannya. REFERENCES Ary. D.. Jacobs. L.C..& Razavieh. A. (1990). Introduction to research in education (4th edition). New York: Harcourt Brace College Publisher. BPS Palembang (2008). Palembang dalam angka. Palembang: Badan Pusat Statistik. Chasman, R. & Hughes, A. (1999). In staging the Olympic: The event and its impact. Randwick: University of New South Wales Press. Dinkes Palembang (2009). Profil kesehatan kota Palembang 2008. Palembang: Dinas Kesehatan Palembang. Duran, P. (2005) The impact of the Games on tourism: Barcelona: the legacy of the Games, 1992-2002 [online article]. Barcelona: Centre d’Estudis Olímpics UAB. Tersedia dalam http://olympicstudies.uab.es/pdf/wp083.pdf Ekeh, P. (1974). Social exchange theory. Cambridge: Harvard University Press Fraenkel. J.R. & Wallen. N.E. (1993). How to design and evaluate research in education. New York: McGraw-Hill Inc. Fredline, E. & Faulkner, B. (1998). Resident reactions to a major tourism event: The gold coast indi car race. Festival Management & Event Tourism, 5: 185-205. Maksum, A. (2011). Psikologi olahraga: Teori dan aplikasi (edisi kedua). Surabaya: Unesa University Press. Muller, W. & Fenton, D. (1989). Psychological and community issues. The planning and evaluation of hallmark event, G. Syme, B. Shaw, D. Fenton & W. Muller, eds., pp. 92-102. Aldershot: Avebury. Sosial budaya masyarakat Palembang, tersedia dalam www.palembang.go.id. South East of England Development Agency (2006). Review of the Impacts of the London 2012 Olympic and Paralympic Games on the South East Region. Uppal, V. (2010). The impact of the commonwealth games 2010 on urban development of Delhi. Centre for Civil Society, New Delhi, India Waitt, G. (2003). Social impacts of the Sydney Olympics. Annual of Tourism Research, Vol. 30, No. 1, pp. 194-215. Britain: Elsevier Science Ltd. Zafirovski, M. (2005). Social Exchange Theory under Scrutiny: A Positive Critique of its Economic-Behaviorist Formulations. Electronic Journal of Sociology.
442