EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KEDELAI (GLYCINE MAX) TERHADAP EKSPRESI CASPASE – 3 MENCIT GALUR C3H MODEL KARSINOGENIK PAYUDARA
Disusun Oleh: NUR AINI RETNO HASTUTI
PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iv
BAB I.
PENDAHULUAN........... ................................................................
1
A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
2
C. Tujuan ......................................................................................
3
D. Manfaat .....................................................................................
3
BAB II. TIN]AUAN PUSTAKA ................................................................
4
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
4
B. Kerangka Berfikir ....................................................................
10
C. Hipotesis ..................................................................................
10
BAB III. METODOLOGI ...........................................................................
11
A. Desain Penelitian ......................................................................
11
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
11
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
11
D. Kriteria ....................................................................................
11
E.
Variabel Penelitian ...................................................................
11
F.
Instrumen dan Bahan Penelitian...............................................
12
G. Devinisi Operasional ................................................................
12
H. Cara Kerja Penelitian ...............................................................
12
I.
Teknik Penggumpulan Data ....................................................
13
J.
Analisis Data ............................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman kedelai (kiri) dan biji kedelai (kanan) .........................
6
Gambar 2. Kerangka Teori ............................................................................
10
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Saat ini kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita setelah kanker rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Secara umum angka kejadian kanker payudara pada negara-negara yang sedang berkembang lebih rendah dibandingkan dengan 1
negara-negara yang sudah maju . Diperkirakan angka terjadinya di Indonesia adalah 12/100.000 perempuan, sedangkan Amerika adalah sekitar 92/100.000 perempuan dengan mortalitas yang cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada perempuan2. Para peneliti meyakini bahwa keadaan sosioekonomi, perubahan gaya hidup, serta perubahan pola menstruasi, ternyata berkaitan dengan peningkatan resiko untuk terjadinya kanker payudara3. Di negara berkembang, setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan. Kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedang 6%-nya pada usia kurang dari 40 tahun. Namun, banyak juga wanita yang berusia 30 tahun terkena kanker yang mematikan ini4. Bersadarkan Pathological Based Regristration di Indonesia, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan frekuensi relative sebesar 11,5% 5. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal6. Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Tanaman ini kaya akan protein nabati yang sangat penting dalam
rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kedelai biasanya dikenal sebagai tanaman pangan dan sayuran. Namun kini diketahui bahwa kedelai juga berkhasiat sebagai obat. Hal ini dikarenakan oleh adanya senyawa bioaktif pada kedelai yang bermanfaat menjaga dan memperbaiki sistem fisiologis, maupun pencegahan penyakit, terutama terdapat pada bagian biji. Senyawa bioaktif tersebut adalah isoflavon. Isoflavon umum ditemukan pada kacang-kacangan dan utama ditemukan pada kedelai7. Isoflavon dikenal sebagai fitoestrogen karena struktur molekul isoflavon mirip dengan struktur estrogen endogen. Hal ini menyebabkan isoflavon dapat berikatan dengan reseptor estrogen (RE), dan mampu memberikan efek estrogenik dan atau efek antiestrogenik8. Penelitian banyak menyoroti efek estrogenik isoflavon di antaranya isoflavon dapat membantu meringankan gejala pascamenopause dan melindungi terhadap penyakit kronik9. Dapat disimpulakan bahwa ekstrak kedelai memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Bahan - bahan yang berasal dari alam harus dikembangkan dalam pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit. Bahan - bahan yang berasal dari alam juga tidak memiliki efek samping seberat obat kimiawi. Dengan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti efek pemberian ekstrak kedelai (Glycine max) terhadap ekspresi caspase – 3 mencit galur C3H model karsinogenik payudara.
B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada proposal penelitian ini adalah: “Bagaimanakah efek pemberian ekstrak kedelai (Glycine max) terhadap ekspresi caspase – 3 mencit galur C3H model karsinogenik payudara?”
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis perbedaan ekspresi caspase - 3 galur mencit C3H model karsinogenik payudara setelah diberikan ekstrak kedelai. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak kedelai terhadap ekspresi caspase - 3 galur mencit C3H model karsinogenik payudara.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai pengaruh pemberian ekstrak kedelai terhadap ekspresi caspase -3 galur mencit C3H model karsinogenik payudara. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penggaruh kedelai sebagai pencegah resiko kanker payudara. b. Bagi Akademik Membantu mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di bidang kebidanan khususnya informasi tentang pengaruh konsumsi kedelai (Glicine max) terhadap resiko kanker payudara.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Kanker Payudara a. Pengertian Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara10. Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara11. b. Gejala Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara. Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut. Beberapa keluhan yangn mungkin timbul yaitu12: 1) Teraba benjolan pada payudara. 2) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya. 3) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati. 4) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati. 5) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui. 6) Putting susu tertarik ke dalam. 7) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
c. Faktor Resiko Faktor resiko kanker payudara ada 4 faktor, yaitu faktor reproduksi, faktor endokrin, diet, dan genetik/riwayat keluarga13. Faktor reproduksi terdiri dari usia menarche dini, kehamilan utama pada usia lanjut, paritas yang rendah, dan masa laktasi. Faktor endokrin meliputi konsepsi oral, terapi sulih hormon, usia > 75 tahun dengan densitas 75% (mammogram), dan hiperplasia atipik. Diet antara lain konsumsi alkohol dan obesitas. Sedangkan genetik/riwayat keluarga yaitu anggota keluarga dengan kanker payudara dan riwayat keluarga dengan kanker ovarium.
2. Kedelai Kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat modern. Kepedulian masyarakat modern terhadap kesehatan ditunjukan dengan gaya hidup sehat yang lebih banyak memanfaatkan bahan-bahan alami daripada bahan-bahan kimia sintetik karena bahan-bahan alami dipercaya memiliki efek samping yang lebih rendah. Contoh bahan alami yang banyak dimanfaatkan adalah senyawa fitoestrogen yang berasal dari tanaman. Fitoestrogen merupakan suatu senyawa yang bersifat estrogenik yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitoestrogen terdapat dalam kedelai dan produk pangan turunannya. Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan bahan pangan yang penting yaitu sebagai sumber protein nabati yang dapat dikonsumsi secara langsung, sebagai bahan pelengkap, bahan industri, maupun keperluan lainnya. Kedelai (Glycine max (L) Merill) termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan) yang diklasifikasikan dengan nama ilmiah Glycine max (L) Merill, spesiesnya max, genusnya glycine,sub famili papilionoidaceae, famili leguminosae, dan ordo polypetales. Tanaman kacang kedelai termasuk tanaman semusim yang tumbuhnya tegak dan bercabang. Tanaman ini sering kali ditanam pada ketinggian 5 sampai 1000 meter dari permukaan laut. Di samping itu
kedelai juga membutuhkan suhu optimum untuk tumbuh yaitu 20- 300C dan pada pH tanah antara 5.0-7.0. Buah kedelai disebut polong. Di dalam polong terdapat biji yang jumlahnya satu sampai lima. Kedelai dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu berdasarkan warna kulit bijinya dan berdasarkan umurnya. Berdasarkan warna kulit biji, kedelai dikelompokan lagi menjadi kedelai kuning atau putih, kedelai hitam, dan kedelai hijau. Secara kimiawi tidak ada perbedaan komposisi gizi yang berarti antara ketiga jenis warna kedelai tersebut. Sedangkan berdasarkan umurnya kedelai dikelompokkan menjadi kedelai umur pendek atau genjah (75-85 hari), umur sedang (85-90 hari), dan kedelai yang berumur lebih dari 90 hari.
Gambar 1. Tanaman kedelai (kiri) dan biji kedelai (kanan) Hasil penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa produk olahan kedelai yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk golongan menengah dan bawah adalah tahu dan tempe14. Fitoestrogen dapat digolongkan menjadi isoflavonoid dan lignan. Isoflavonoid terdapat dalam legume, khususnya pada kedelai, semua olahan padi, kentang, buah dan sayur, sedangkan lignan merupakan komponen minor dinding sel, serat pada biji, buah, sayur, padi, dan kacang-kacangan. Isoflavonoid dibagi menjadi tiga kelompok yaitu isoflavon, isoflavan dan coumestan. Genistein dan daidzein merupakan contoh isoflavon, sedangkan equol termasuk isoflavan dan cuomestral termasuk dalam coumestan15.
Telah dijelaskan sebelumnya, kedelai juga mengandung isoflavon, yang merupakan salah satu senyawa fitokimia. Isoflavon merupakan salah satu kelompok fitoestrogen. Senyawa isoflavon terdistribusi secara luas pada berbagai bagian tanaman, baik pada bagian akar, batang daun, maupun buah. Tanaman golongan Leguminoceae, khususnya pada tanaman kedelai mengandung senyawa isoflavon yang cukup tinggi. Bagian tanaman kedelai yang mengandung senyawa isoflavon lebih tinggi terdapat pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman. Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari tanaman16. Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai. Senyawa isoflavon tersebut pada umumya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan senyawa ikatan glukosida17,18. Kedelai mengandung 12 macam isoflavon, yang terdapat dalam bentuk glukosida dan bentuk aglikon. Proses pencernaan atau permentasi kedelai atau hidrolisis enzimatis akan melepaskan molekul gula dari isoflavon glikosida sehingga menghasilkan isoflavon aglikon19.
3. Efek Pemberian Ekstrak Kedelai Akhir-akhir
ini, senyawa fitoestrogen banyak menarik perhatian
masyarakat, khususnya dalam dunia medis, karena banyaknya laporan dari beberapa peneliti bahwa konsumsi makanan berbasis tanaman kaya fitoestrogen sangat bermanfaat untuk kesehatan20. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa
fitoestrogen
bermanfaat
mencegah
penyakit
21
kardiovaskular atau antiarterosklerosis , mencegah kanker karena memiliki aktivitas antioksidan, serta mengurangi berbagai gejala serta keluhan menopause23,23,24. Studi epidemiologi membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai memiliki kasus kanker payudara, kolon, dan prostat yang lebih rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita Jepang yang mengkonsumsi produk olahan kedelai 40 – 50 mg/hari menunjukkan
resiko kanker payudara 4 – 5 kali lebih rendah dan siklus menstruasi yang lebih panjang, yaitu 32 hari. Selain itu fitoestrogen juga bermanfaat sebagai antiosteoporosis dan merupakan agen estrogenik23. Efek antikanker fitoestrogen telah terbukti dalam menekan pertumbuhan sel kanker prostat24. Fitoestrogen kedelai terbukti secara penelitian in vitro menghambat
enzim
tirosin
kinase
sehingga
dapat
menghambat
perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis. Fitoestrogen, terutama genistein, menghambat aktivitas enzim tirosin kinase yang bertangung jawab dalam proliferasi sel melalui kemampuan genistein untuk berkompetisi dengan ATP dan membentuk kompleks enzim-substrat yang tidak produktif25. Hal ini menyebabkan proliferasi sel atau pertumbuhan tumor terganggu. Fitoestrogen menghambat tumor untuk membuat pembuluh darah baru untuk menyokong pertumbuhannya. Kacang kedelai dikenal sebagai fitoestrogen karena struktur molekul isoflavon kedelai mirip dengan struktur molekul estrogen. Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen dan mencegah pengikatan estrogen alami26. Hal ini menyebabkan isoflavon kedelai dapat berikatan dengan Receptor Estrogen (RE), namun afinitas RE ligan tersebut lebih rendah dibanding estrogen endogen sel epitel dari jaringan reproduksi seperti kelenjar susu, ovari dan testis. Mekanisme aksi biologis estrogen adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai estrogen agonis yang dapat berikatan dengan RE dan menstimulasi respon estrogen, atau bertindak sebagai estrogen antagonis yang dapat berikatan dengan RE namun menghambat respon estrogen. Isoflavon bersifat antagonis ketika kadar estrogen tinggi, sebaliknya isoflavon bersifat agonis ketika kadar estrogen rendah27. Isoflavon merupakan salah satu jenis senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok senyawa flavonoid28. Isoflavon menunjukkan aktivitas
biologi
yang
penting
diantaranya
dapat
menghambat
perkembangan sel kanker payudara29, kanker rahim30 dan sel kanker hati31.
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM32. Pertumbuhan payudara normal dikendalikan oleh keseimbangan antara proliferasi dan apoptosis sel. Apoptosis adalah proses regulasi kematian sel untuk mengontrol jumlah sel dan menghilangkan sel yang rusak33. Terdapat dua jalur utama apoptosis, stress pathway (intrinsik) dan deathreceptor pathway (ekstrinsik). Kedua jalur tersebut berakhir pada aktivasi caspase-3, caspase-6, dan caspase-7 yang menyebabkan kematian sel, dan sampai saat ini caspase-3 (bentuk aktif dari procaspase3) merupakan jenis caspase mamalia yang paling dimengerti spesifisitas dan perannya pada apoptosis34,35,36. Pada sel yang mengalami apoptosis, caspase- 3 merupakan eksekutor utama yang dapat diaktivasi oleh kedua jalur baik itu jalur ekstrinsik maupun intrinsik37. Peptida
yang
terkandung
dalam
kedelai
bersifat
sebagai
agen
kemopreventif dengan menginduksi ekspresi caspase-3 secara invivo38, genistein, salah satu jenis isoflavon yang banyak terdapat dalam kedelai, dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker hati dan kanker payudara manusia melalui aktivasi caspase-3
39
. Daidzein yang juga merupakan
salah satu jenis isoflavon yang terdapat dalam kedelai terbukti dapat menginduksi apoptosis sel-sel kanker payudara melalui jalur mitokondria dalam kaskade apoptosis sel40.
BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Berfikir Glicine max
Fitoestrogen
Isoflavonoid
Lignan
Isoflavan
Isoflavon
Coumestan Coumestan
Equol
Diagzein
Genestein
Menginduksi apoptosis sel melalui jalur mitokondria
Proliferasi sel terganggu Penghambatan sirkulasi siklus sel
Apoptosis
Aktivasi caspase 3
Aktivasi caspase 6
Keterangan : : diteliti : tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Aktivasi caspase 7
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pemberian ekstrak kedelai akan mempengaruhi aktivasi Caspase - 3 .
B. Hipotesis Ada efek pemberian ekstrak kedelai (Glycine max) terhadap ekspresi caspase – 3 mencit.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penetitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian denggan metode eksperiental laboratorium terhadap hewan coba dengan menggunakan post test only with control group design. Dalam rancangan ini mennggunakan 2 kelompok mencit galur C3H betina sebagai kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempet penelitian berada di Laboratorim Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Agustus 2016.
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mencit galur C3H betina sebanyak 20 ekor yang dibagi 4 kelompok: 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian yang dipilih melalui sampling. Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
D. Kriteria 1. Inklusi Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah: a. Mencit galur C3H betina b. Berat badan mencit 16-24 gram c. Umur mencit 12-16 minggu d. Mencit dalam keadaan sehat
2. Eksklusi Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah: a. Mencit galur C3H jantan b. Berat badan mencit kurang dari 16 atau diatas 24 gram c. Umur mencit kurang dari 12 atau lebih dari 6 minggu d. Mencit dalam keadaan sakit.
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel pengaruh atau variabel bebas yaitu ekstrak kedelai. 2. Variabel terpenggaruh atau variabel terikat yaitu ekspresi caspase – 3.
F. Instrumen dan Bahan Penelitian 1. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan untuk melihat aktivitas apoptosis pada jaringan, menggunakan metode pewarnaan imunohistokimia yang mudah, sensitif, dan dapat diandalkan sehingga direkomendasikan untuk digunakan pada deteksi dan penilaian apoptosis jaringan41. 2. Bahan Penelitian Biji kedelai yang matang, tidak terdapat cacat atau penyakit, ukuran buahnya relatif besar.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur
Ekspresi
Ekspresi caspase 3
Apoptosis yang terjadi
Pewarna imuno
Caspase 3
adalah faktor kunci
pada jaringan dapat
histokimia
perkembangan
berakhir dengan
berbagai penyakit
pengaktifan caspase 3
Ekstrak Glicine
Ekstrak kedelai yaitu
Kedelai (Glicine max)
Gram /
max
yang terbuat dari
merupakan sumber
timbangan
kedelai yang
fitoestrogen yang
dikeringkan dan
mempunyai banyak
dimaserasi
Fitoestrogen
menggunakan
mengandung isoflavon
pelarut ethanol.
yang yang didalamnya
manfaat.
terdapat genestein dan diadzein sebagai penghambat proliferasi sel
Skala Ukur
Ordinal
Katagori
10 mg/20gBBmencit/hari 20 mg/20gBBmencit/hari 30 mg/20gBBmencit/hari
H. Cara Kerja Penelitian Pertama mengajukan izin penelitian ke instansi yang berwenang (Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya). Langkah selanjutnya membuat ekstrak kedelai menggunakan teknik maserasi. Biji kedelai setelah dikeringkan kemudian dimaserasi mengguakan pelarut ethanol yang dibuat di Laboratorium Fakultas Kedoketan Universitas Brawijaya. Preparat jarngan yang dibuat dari jaringan tumor mencit dengan formalin, bahan – bahan pembuatan preparat, akuades, blok parafin jaringan, dan antibodi primer rabbit polyclonal anti caspase -3. Hewan coba dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diinduksi sel tumor dan diberi plasebo berupa aquades 0,2 mg/20gBBmencit/hr selama 2 minggu; kelompok perlakuan diinduksi sel tumor dan diberi ekstrak kedelai dengan dosis berbedabeda
(
10
mg/20gBBmencit/hr
,
20
mg/20gBBmencit/hr
,
30
mg/20gBBmencit/hr ) pada tiap kelompok perlakuan selama 2 minggu. Pada akhir penelitian dilakukan terminasi dengan menggunakan eter chamber dilakukan pembuatan preparat imunohistokimia caspase -3.
I. Teknik Penggumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Penggumpulan data primer dilakukan dengan melakukan tabulasi ekspresi caspase -3.
J. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah: 1. Uji normalitas data dengan Kolmogorov – Smirnov. 2. Apabila sebaran data tidak normal dilanjutka dengan analisis univariat dan analiais bivariat dengan menggunakan uji nonparametrik Kruskal – Wallis. 3. Kemudian terakhir perbedaan rerata ekspresi caspase -3 pada tiap kelompok dianalisis menggunakan uji Mann – Whitney dengan menggunakan SPSS. Nilai p bermakna bila p < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA 1. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.18-20 2. Perhimpunan Onkologi Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.pp.13-15 3. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.18-21 4. Koni, E dan Eka B. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.pp.1-10 5. Perhimpunan Onkologi Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.pp.16-17 6. Perhimpunan Onkologi Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.pp.17-18 7. CornweflT, .,Cohick,W ., and Raskin,1 .2004. Dietary Phytoestrogens and Health. Phytochemistry. 65pp. 995-101 8.
Robertson KM,O’Donnell L, Simpson ER, Jones MEE. 2002. The phenotype of aromatase knockout mouse reveals dietary phytoestrogensimpact significantly on testis fuction. Endocrinology
9.
Anupongsanugool E et al. 2005. Pharmacokinetics of isoflavones, daidzein and genistein, after ingestion of soy beverage compared with soyextract capsules in postmenopausal Thai women. BMC Clin. Pharmacol. 5 (2):1 - 10
10. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.18 11. Koni, E dan Eka B. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.pp.12-25 12. Dalimartha, S. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya.pp.19-26 13. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.21-28 14. Muchtadi D. 2010. Kedelai Komponen Bioktif untuk Kesehatan.Penerbit Alpabeta Bandung
15. Whitten, Patricia L. dan H.B. Pattisaul, 2001. Cross-species dan interassay Comparison of Phytoestrogen Action. Environmental Health Perspectives Supplements. Volume 109. Departemen Anthropology and Center for Behavioural Neuroscience Emory University. Atlanta. Georgia USA. 16. Hernawati. 2009. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 17. Prawiroharsono. 1998. Benarkah Tempe Sebagai Anti Kanker. Jurnal Kedokteran dan Farmasi Medika. No. 12 Tahun ke-14. Desember 1998 18. Snyder. H.E. and W. Kwon, T. 1987. Soyhean Untiluzatin. an AVI Book. Published by van Nostrad Rein hold company. Newyork.. 19. Muchtadi D. 2010. Kedelai Komponen Bioktif untuk Kesehatan. Penerbit Alpabeta Bandung. 20. Winarsi. 2005. Isoflavon, Berbagai Sumber, Sifat dan Manfaatnya pada Penyakit Degeneratif. Yogyakarta. UGM University Press. 21. Purwoko, T. dan P. Suyanto. 2001. Biotranformasi Isoflavon oleh Rhizopus oryzae. UICC. 524. Biosmart. 3 (2) : 7 – 12 22. Achadiat. 2003. Fitoestrogen Untuk Wanita Menopause. 23. Winarsi, H. 2005. Isolavon Bernbagai Sumber, Sifat dan Manfaatnya Pada Penyakit Degeneratif. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 24. Mei, J. dan A.W.C. Kung. 2001. Phytoestrogen and Women Health. Medical Progress. pp.13 – 17 25. Akiyama, T, Ishida, J, et al. 1987 Genistein, a specific inhibitor of tyrosinespecific protein kinases. J Biol Chem. 262: 5592-5595 26. Markaverich, B.M., B. Webb, C.L. Densmore dan R.R. Gregory. 1995. Effect of Coumestrol on Estrogen Reseptor Function and Uterin Growth in Ovarietomized Rats. J.Environ. Health. Prespect.103 (6) : 574-581 27. Robertson KM, O’Donnell L, Simpson ER, Jones MEE. 2002. The phenotype of aromatase knockout mouse reveals dietary phytoestrogensimpact significantly on testis fuction. Endocrinology. 28. Liggins, J., Bluck, L.J., Runswick, S., Atkinson, C., Coward, W.A., Bingham, S.A. 2000. J. Nutr. Biochem. 11.pp.326–331
29. Kampköttera, A., Chovoloua, Y., Kulawika, A., Röhrdanzc, E., Weberb, N., Prokschb, P. and Wätjena, W. 2008. Nutrition Research. 28.pp. 620–628 30. Rukachaisirikul T, Innok P, Aroonrerk N, Boonamnuaylap W, Limrangsun S, Boonyon C, Woonjina U dan Suksamrarn A. 2007. Journal of Etnopharmacology, 110 (1).pp.171-175 31. Alekel, D.L., Alyson, St.G., Charles, T.P., Kathy, B.H., Jeanne, W.S., Thoshiya, T. 2000. Am. J.Clin. Nut. 72.pp. 844-852 32. Peterson, T.G., Kim H. dan Bames S. 1997. Mechanism of action of the soy isoflavone genestein at the cellular level. Second International Symposium on the Role of Soybean in Preventing and Treating Chronic Deseases, September 15-18, 1996, Brussel, Belgique. 33. Parton, M., M. Dowsett., I. Smith. 2001. Studies of Apoptosis in Breast Cancer. BMJ. 322.pp. 1528-32 34. Fan, T.J., L.H. Han., R.S. Cong., dan J. Liang. 2005. Caspase Family Proteases anApoptosis. Acta Biochim Biophys Sin. 37(11): 719-727. 35. Croce, C.M. 2008. Oncogenes and Cancer. N Engl J Med. 358: 502-511. 36. Porter, A.G., and R.U. Janicke. 1999. Emerging Roles of Caspase-3 in Apoptosis. Cell Death and Differentiation.pp.99-104 37. Ghavami, G., M. Hashemi., S.R. Ande., B. Yeganeh., W. Xiao., M. Eshraghi., C.J. Bus.,K. Kadkhoda., E. Wiechec., A.J. Halayko., M. Los. 2009. Apoptosis and Cancer: Mutations within Caspase Genes. J Med Genet. 46: 497-510. 38. Park, K. et al.. 2009. Isoflavone-Deprived Soy Peptide Suppresses Mammary Tumorigenesis by Inducing Apoptosis. Experimental and Molecular Medicine. 41(6):371-380. 39. Sarkar, F.H., dan Y. Li. 2003. Soy Isoflavones and Cancer Prevention. Cancer Investigation. 21(5): 744-757. 40. Jin, S., Q.Y. Zhang., X.M. Kang., J.X. Wang., dan W.H. Zhao. 2009. Daidzein Induces MCF-7 Breast Cancer Cell Apoptosis Via The Mitochondrial Pathway: Original. Annals of Oncology doi:10.1093/annonc/mdp49 41. Duan, W.R. et al. 2003. Comparison of Immunohistochemistry for Activated Caspase - 3 and Cleaved Cytokeratin 18 with The TUNEL Method for Quantification of Apoptosis in Histological Sections of PC-3 Subcutaneous Xenografts. The Journal of Pathology. 199 (2): 221-228.