Efek Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis minima L.) terhadap Kadar Malondialdehid Tulang Mandibula Tikus (Rattus norvegicus) Wistar Pasca Ovariektomi Nur Permatasari*, Yuliana R Kumala**, Tito Sulakso*** *Departemen Oral Biologi PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya **Departemen Konservasi Gigi PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ***Mahasiswa PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya E-mail :*
[email protected] * ABSTRAK Estrogen mempunyai peran sebagai antioksidan yang dapat menekan aktivitas radikal bebas. Keadaan hipoestrogen pada wanita menopause dapat mempengaruhi penurunan sistem antioksidan yang akan menyebabkan stres oksidatif. Sebagai akibatnya terjadi berbagai kelainan, salah satunya yaitu peningkatan resiko periodontitis. Terjadinya stres oksidatif dapat ditandai dengan peningkatan kadar MDA (Malondialdehid), karena MDA merupakan biomarker biologis peroksidasi lipid untuk menilai stres oksidatif. Menurut penelitian sebelumnya daun ciplukan (Physalis minima L.) dengan unsur physalin yang dikandungnya diduga merupakan tumbuhan yang mengandung fitoestrogen karena memiliki efek estrogenik dan sifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak metanol daun ciplukan terhadap penurunan kadar MDA tulang mandibula pada tikus wistar pasca ovariektomi. Studi eksperimental ini menggunakan metode randomized post test only controlled group design. Hewan coba sebanyak 24 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yang masingmasing terdiri atas 4 ekor tikus, yaitu tikus normal (K1), tikus ovariektomi 4 minggu (K2), tikus ovariektomi 8 minggu (K3), dan tikus ovariektomi 8 minggu yang diberi ekstrak metanol daun ciplukan pada akhir 4 minggu pertama ovariektomi dengan tiga dosis berbeda yaitu 500 mg/kgBB (K4), 1.500 mg/kgBB (K5), dan 2.500 mg/kgBB (K6) selama 4 minggu. Untuk mengetahui kadar MDA tulang mandibula digunakan metode uji thiobarbituric acid (TBA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar MDA tulang mandibula tikus wistar pasca ovariektomi dapat dihambat pada dosis 500 mg/kgBB, sedangkan dosis 1.500 mg/kgBB dan 2.500 mg/kgBB dapat memperbaiki kadar MDA tulang mandibula seperti normal. Terdapat korelasi yang kuat dengan arah negatif antara dosis ekstrak metanol daun ciplukan dengan kadar MDA tulang mandibula (r=-0,719). Kesimpulan L.) dari penelitian ini adalah ekstrak methanol daun ciplukan (Physalis minima dapat menurunkan kadar MDA tulang mandibula tikus wistar pasca ovariektomi. Kata Kunci: Daun Ciplukan, Estrogen, Ovariektomi, MDA Tulang Mandibula
ABSTRACT Estrogen plays an important role as a n antioxidant that can suppress the activity of free radicals. Hypoestrogen condition in menopausal women can affect the decrease of antioxidant system that in turn causes oxidative stress; as a result various anomalies one of which is the increase risk of periodontitis occur. Oxidative stress can be characterized by the increase of MDA level (Malondialdehyde), because MDA is a biological biomarker of lipid peroxidase to assess oxidative stress. According to the previous studies, ciplukan leaf (Physalis minima L.) with its physalin element is assumed as the plant that has phytoestrogen characteristics because it has estrogenic and antioxidant effects. The purpose of this study was to determine the effect of administering the methanol extract of ciplukan leaf on the reduction of MDA level of mandibular bone on rats after ovariectomy. This experimental study used randomized post test only controlled group design as its method. 24 rats were randomly assigned into 6 groups and each group consisted of 4 rats: normal rats (K1), 4 week ovariectomy treated rats (K2), 8 week ovariectomy treated rats (K3), and 8 week ovariectomy treated rats that were administered with the methanol extract of ciplukan leaves at the end of the first 4 weeks during ovariectomy administration with three different doses: 500 mg/kgBB (K4), 1.500 mg/kgBB (K5), and 2.500 mg/kgBB (K6) for 4 weeks. Thiobarbituric acid test (TBA) method was used to determine the levels of MDA wistar rat mandibular bone . The result shows that the increase of MDA level in mandibular bone of wistar rats after ovariectomy can be inhibited with the use of 500 mg/kgBB dose, while 1.500 mg/BB and 2.500 mg/kgBB can restore the MDA level in mandibular bone similar to normal. There is a strong correlation with negative direction between the dose of methanol extract of ciplukan leaf and MDA level in mandibular bone (r = -0,719). The conclusion of the study is that the methanol extract of ciplukan leaves (Physalin minima L.) can reduce MDA levels in mandibular bone of wistar rats after ovariectomy. Keywords: Physalis minima L. leaf, Estrogen, Ovariectomy, Mandibular Bone MDA
8
PENDAHULUAN
protein. Malondialdehyde (MDA) merupakan
Menopause adalah berhentinya menstruasi
produk akhir dari peroksidasi lipid di dalam
yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel
tubuh, dan
ovarium. Menopause alamiah terjadi pada
biomarker biologis peroksidasi lipid untuk
akhir
menilaistress
periode
menstruasi
dan
sekurang-
biasanya
oksidatif.
digunakan 9
sebagai
Konsentrasi
MDA
kurangnya selama 12 bulan tidak mengalami
yang tinggi merupakan bukti status antoksidan
menstruasi. Kondisi ini bukan disebabkan oleh
tubuh
1
yang rendah, sehingga tidak dapat
hal yang patologis. Saat menopause ovarium
mencegah reaktivitas senyawa radikal bebas.
berhenti memproduksi estrogen, akibatnya
Periodontitis
sistem
periodontal gigi yang terdiri dari gingiva,
reproduksi
bertahap.
2
akan
terhenti
secara
Estrogen adalahhormone steroid
ligament
10
adalah inflamasi pada jaringan
periodonsium,
sementum,
dan
seks endogen yang diproduksi oleh ovarium,
tulang
korteks adrenal, testis, dan plasenta pada
Reproductive Medicine menyebutkan bahwa
3
alveolar.
11
American
Society
for
masa kehamilan. Estrogen mempunyai peran
sepuluh juta orang mengalami periodontitis,
sebagai antioksidan yang dapat
menekan
dan 14 juta wanita menopause mengalami
Estrogen konsentrasi
massa tulang yang rendah yang merupakan
aktivitas radikal bebas.
4
tinggi dapat berperan sebagai free radical
risiko tinggi
scavenger
Keberadaan reseptor estrogen pada jaringan
antioksi
dan dan
juga
dapat
enzimatik
menginduksi
endogen
12
terjadinya periodontitis berat.
seperti
di rongga mulut menunjukkan bahwa jaringan
manganese superoxide dismutase (MnSOD),
di daerah tersebut juga menjadi organ target
heme oxygenase,
estrogen.
thioredoxin,
glutathione
5
Pada
jaringan
periodontal,
peroxidase (GPx). Kondisi hipoestrogen pada
berkurangnya kadar estrogen pada masa
wanita menopause akan meningkatkan stres
menopause dihubungkan dengan peningkatan
6
oksidatif di dalam tubuh. Peningkatan stres
resorbsi tulang alveolar, kehilangan perlekatan
oksidatif secara drastic di dalam tubuh dapat
jaringan periodontal, penigkatan keparahan
terjadi
penyaki periodontal, dan kehilangan gigi.
akibat
penurunan 7
kadar
estrogen
13
Stres oksidatif terjadi
Periodontitis merupakan salah satu penyakit
karena ketidakseimbangan antara prooksidan
inflamasi pada rongga mulut yang memiliki
dengan antioksidan, dimana produksi radikal
keterkaitan dengan stres oksidatif. Kerusakan
bebas
penghambat
sel yang disebabkan oleh radikal bebas diduga
radikal alami atau mekanisme scavenging.
menjadi penyebab berbagai penyakit termasuk
Mekanisme penghambat radikal bebas terdiri
periodontitis.
dari
eksogen.
species) yang berlebihan akan menyebabkan
Akibatnya radikal bebas merusak sel dengan
kerusakan pada gingiva, ligamen periodontal,
bereaksi dengan makromolekuler sel melalui
dan tulang alveolar.
proses peroksidasi lipid, oksidasi DNA, dan
komponen
sebagai antioksidan.
melebihi
antioksidan
kemampuan
endogen
dan
Kadar ROS (reactive oxygen
dari
14
Fitoestrogen merupakan
tumbuhan
yang
memiliki
aktivitas biologis menyerupai estrogen (17-βestradiol).
1
estrogen
Tujuan utama pada jalur klasik dan
fitoestrogen
memodulasi
eNOS
antioksidan
melalui
dan
adalah
dapat
ekspresi
gen
METODE PENELITIAN Desain Penelitian. Penelitian
ini
eksperimental
menggunakan (true
murni
desain
experimental
kompleks
design) dilaboratorium dengan menggunakan
reseptor dengan estrogen response element
metode Randomized Post Test Only Controlled
(ERE) pada regio promoter gen target, hal ini
Group Design.
interaksi
menyebabkan
penurunan
meningkatkan
fungsi
produksi
ROS
endotel,
dan
Sampel Penelitian.
menurunkan tekanan darah in vivo. Ciplukan
Penelitian ini menggunakan hewanuji berupa
(Physalis minima L.) merupakan salah satu
tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar
bahan alam atau tanaman yang diduga dapat
betina. Sampel berjumlah
menjadi senyawa fitoestrogen. Pada kultur sel
kemudian dibagi menjadi 6 kelompok yaitu
endotel (HUVECs), pemberian ekstrak daun
kelompok kontrol negative (K1), kelompok
5
ciplukan dapat memicu sinyal transduksi Ca ,
ovariektomi
ekspresi endothelial nitric oxide (eNOS) dan
ovariektomi 8 minggu (K3), dan 3 kelompok
nitric
ovariektomi 4 minggu
2⁺
oxide
(NO).
Hal
tersebut
4
minggu
24 ekor yang
kemudian
metanol
daun ciplukan
diberikan
kemungkinan
dosis 500 mg/kgBB (K4), 1.500
transkripsi
gen
kelompok
yang
menunjukkanbahwa ekstrak daun ciplukan merangsang
ekstrak
(K2),
mg/kgBB
yang berperan pada ekspresi eNOS, sehingga
(K5), dan 2.500 mg/kgBB (K6) selama 4
dapat diduga bahwa ekstrak daun ciplukan
minggu. Setelah itu, pada keenam kelompok
bekerja
serupa
dengan estrogen (estrogen
tersebut
dilakukan
pembedahan
tulang
like substance) yaitu dapat berikatan dengan
mandibula. Kemudian dilakukan penghalusan
reseptor estrogen terutama reseptor beta.
tulang mandibula dengan bur, dan hasilnya
Hasil
diukur dengan uji thiobarbituric acid (TBA)
kajian
teoritis
menunjukkan
bahwa
dalam daun ciplukan terkandung senyawa
untuk
dengan unsure steroid yaitu
mandibula.
physalin.
mengetahui
kadar
MDA
tulang
Dengan demikian diduga physalin-lah yang mempunyai efek yang serupa dengan kerja estrogen.
15
Berdasarkan fakta di atas, perlu
diteliti lebih lanjut tentang efek pemberian ekstrak daun ciplukan
yang
mengandung
physalin sebagai alternative terapi fitoestrogen pada
tikus ovariektomi untuk menurunkan
jumlah radikal bebas pada tulang mandibula yang ditandai dengan penurunan kadar MDA.
Prosedur Ovariektomi. Alat dan bahan yang telah disterilkan disusun diatas
meja
kerja.
Berat
badan
ditimbang, lalu tikus difiksasi dalam
tikus posisi
supinasi. Dilakukan anestesi menggunakan ketamini.m dengan dosis 40mg/kgBB. Bulu abdomen dicukur kira-kira 1 cm diatas garis kedua ovarium kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan
alcohol
70%
dan
betadine
solution. Setelah itu tutup dengan duk steril.
menit).
Dilakukaninsisi transabdominal kira-kira diatas
mengendap.
uterus sepanjang 1,5-2 cm selapis demi selapis
methanol
sampai menembus dinding peritoneum, luka
tercampur
insisi
menggunakan
ditarik
ke
lateral
kanan
menggunakan hak. Uterus menelusuri Oviduct
kornu
dan
dan
dicari
kiri
dengan
uterus-oviduct-ovarium.
ovarium
dibebaskan
dari
Didiamkan1 Lapisan
dengan
zat
kertas
sampai
atas aktif
pelarut
perendaman Larutan
malam
campuran yang
diambil
sudah dengan
saring.
Proses
ini dilakukan sampai 3 kali.
hasil
rendaman
ditampung
dan
mengendap. Endapan dipisahkan
dibiarkan
jaringan lemak dan jaringan ikat sekitarnya.
dari larutan yang tidak mengendap, larutan
Selanjutnya oviduct bagian distal dan ovarium
yang tidak mengendap dimasukkan dalam
diligasi. Kemudian
oviduct dan ovarium
labu evaporasi 1 liter. Labu evaporasi dipasang
potongan diberi basitrasin
pada evaporator, water bath diisi dengan air
diangkat,
luka
serbuk (Nebacetin). Prosedur
yang
sama
sampai
penuh.
Semua
rangkaian
alat
dilakukan untuk ovarium kanan. Luka insisi
termasuk
ditutup atau dijahit lapis demi lapis dengan
bath (atur sampai 90˚C atau sesuai dengan
benang,
titik
kemudian
luka
diolesi
dengan
rotary evaporator, pemanas water
didih
pelarut)
dipasang,
kemudian
betadine dan diberi Nebacetin, ditutup dengan
disambungkan dengan aliran listrik. Larutan
kasa steril. Kemudian diberikan Gentamycin
metanol dibiarkan memisah dengan zat aktif
i.m dengan dosis 60-80 mg/kgBB 1 kali
yang sudah
perhari selama 3 hari, dan Novalgin i.m
Ditunggu
dengan dosis 0,3 ml selama 1 hari. Tikus
menetes pada labu penampung (±1,5 sampai
yang telah diovariektomi dipindah ke dalam
2 jam untuk 1 labu). Ekstrak kental dioven
kandang pemulihan. Tiap kandang berisi
1
pada suhu 70˚C untuk menghilangkan pelarut
ekor. Tikus diamati terus sampai sadar.
metanol yang tersisa. Hasil yang diperoleh
Selama pemeliharaan, tikus diberi
makan
kira-kira ¼ dari bahan alam kering. Hasil
dan minum yang cukup, cahaya terang atau
ekstraksi dimasukkan dalam botol plastik dan
gelap bergantian selama 12 jam dan dalam
disimpan dalam freezer.
ada
sampai
dalam aliran
labu
evaporasi.
metanol
berhenti
suhu kamar. Prosedur uji Thiobarbituric Acid (TBA). Prosedur Ekstraksi.
Uji TBA merupakan metode yang digunakan
Daun ciplukan dikeringkan dan dihaluskan
untuk mengukur kadar MDA. Pertama- tama
dengan blender sampai halus. Bubuk kering
tulang
daun ciplukan ditimbang sebanyak 100 gr,
ditimbang sebanyak 50 mg lalu dimortal
kemudian
gelas
dengan ditambahkan buffer phospat sebanyak
erlenmeyer ukuran 1 liter. Direndam dengan
1 cc. Selanjutnya ditambahkan TCA 100%
larutan metanol
sebanyak
dimasukkan sampai
ke
dalam
volume
900
ml.
Dikocok sampai benar-benar tercampur (± 30
mandibula
250
yang
mikroliter,
telah
HCI
dihaluskan
1
N
200
mikroliter, Natio Barbiturat 1% sebanyak 200
mikroliter. Kemudian dipanaskan pada air dengan suhu 100˚C selama 20-25 menit. Setelah kecepatan
itu,
dilakukan
2000
rpm
sentrifugasi kemudian
pada diambil
supernatan atasnya untuk dijadikan 3 cc dengan ditambahkan aquabides atau buffer phospat.
Selanjutnya
menggunakan
hasil
diukur
spektrofotometer
panjang
gelombang 532nm, dan konsentrasi MDA tulang
mandibula
diukur
dengan
Gambar 1. Diagram Rerata dan Standar Deviasi Kadar MDA Tulang Mandibula pada masing-masing Kelompok
menggunakan kurva kerja MDA. Keterangan: Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif, tikus
Analisis Data. Hasil pengukuran kadar MDA tulang mandibula pada tikus kontrol dan perlakuan dianalisa secara
statistic
dengan
menggunakan
program SPSS 19.00 for Windows dengan tingkat signifikasi 0,05 (p = 0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Metode analisis menggunakan
uji
normalitas
data
(Kolmogorov-Smirnov),uji homogenitas varian (Levene test), uji Oneway ANOVA, uji Post hoc
tidak diberi perlakuan Kelompok 2 : Kelompok perlakuan
yang
diberi
ovariektomi
4
minggu Kelompok 3 : Kelompok
tikus
perlakuan
yang
diberi
ovariektomi
8
minggu Kelompok 4 : Kelompok
tikus
diovariektomi ekstrak
LSD dan uji korelasi Pearson.
tikus
4
daun
yang
telah
minggu ciplukan
+ 500
mg/kgBB selama 4 minggu Kelompok 5 : Kelompok
HASIL PENELITIAN Kadar MDA Tulang Mandibula. Penyajian data hasil pengukuran kadar
MDA
tulang
mandibula ditulis dengan cara mean ±standar deviasi. Hasil pengukuran kadar MDA tulang mandibula adalah sebagai berikut:
tikus
diovariektomi
4
yang
telah
minggu
+
ekstrak daun ciplukan 1.500 mg/kgBB selama 4 minggu Kelompok 6 : Kelompok
tikus
diovariektomi
4
yang
telah
minggu
+
ekstrak daun ciplukan 2.500 Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar MDA Tulang Mandibula (ηg/50mg) Kelompok Perlakuan Mean ± SD
1
0,07 ± 0,01
4
0,18 ± 0,02
2
0,24 ± 0,08
5
0,05 ± 0,01
3
0,31 ± 0,07
6
0,07 ± 0,01
mg/kgBB selama 4 minggu Uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui normalitas data, suatu data dikatakan memiliki sebaran normal jika nilai p>0,05.
16
Hasil dari uji
normalitas data didapatkan bahwa data untuk
didapatkan hasil sebagai berikut :
semua kelompok mempunyai sebaran normal (p>0,05) dapat
dengan
nilai
disimpulkan
p=0,161
bahwa
sehingga
data
tersebut
Tabel 2. Hasil Uji Komparasi Multiple Kadar MDA Tulang Mandibula
menyebar mengikuti sebaran normal. Uji Homogenitas Varian. Pada uji homogenitas (Levene) suatu data dikatakan memiliki varian yang normal bila 16
nilai signifikansi p>0,05. Pada homogenitas mempunyai
didapatkan varian
yang
table bahwa
sama
uji data
(p>0,05)
dengan nilai p =0,07. Uji One Way ANOVA. Pada uji statistic ini, dapat diketahui apakah terdapat perbedaan jumlah kadar MDA tulang mandibula yang signifikan antar kelompok. Perbedaan rata-rata jumlah kadar MDA tulang mandibula dianggap signifikan apabila nilai p <0,05. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai p=0,000 dan berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan jumlah kadar MDA tulang mandibula
yang
bermakna
antar
dua
kelompok yang berbeda.
Uji ini digunakan untuk membuktikan korelasi antara peningkatan dosis ekstrak methanol daun ciplukan terhadap kadar MDA tulang mandibula tikus wistar pasca ovariektomi. Hasil
dari
terhadap
perhitungan data
korelasi
pearson
adalah
sebagai
penelitian
berikut : Kekuatan korelasi ( r ) = -0,719 dengan dosis ekstrak metanol daun ciplukan dengan
Analisis mengenai perbedaan
jumlah
dari
keenam kelompok dapat diketahui dalam Post Hoc Multiple Comparisons test. Metode Hoc yang digunakan adalah uji LSD
(Least Significant Difference). Pada uji Post Hoc LSD, suatu data
dikatakan
berbeda
secara bermakna apabila nilai signifikansi p<0,05 serta
Uji Korelasi Pearson.
demikian terdapat korelasi yang kuat antara
Uji Post Hoc.
Post
Keterangan: p<0,05 = terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok p>0,05 = tidak terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok
pada
interval
95%. Berdasarkan output uji
kepercayaan tersebut
kadar MDA tulang mandibula tikus wistar. Arah
korelasi
adalah
negatif, sehingga
semakin besar dosis ekstrak metanol daun ciplukan,maka semakin kecil kadar MDA tulang mandibula tikus wistar. Nilai p= 0,008,
dengan
demikian terdapat
korelasi yang signifikan antara dosis ekstrak metanol daun ciplukan dengan kadar tulang mandibula tikus wistar (p<0,05).
MDA
PEMBAHASAN
ovariektomi akan meningkatkan kadar MDA
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
tikus dikarenakan terjadi peningkatan stress
pengaruh pemberian ekstrak metanol daun
oksidatif di dalam tubuh. Hal tersebut juga
(Physalis
ciplukan
minima
L.)
6
terhadap
menunjukkan bahwa semakin lama terjadinya
penurunan kadar MDA tulang mandibula pada
kondisi hipoestrogen membuat kadar SOD
tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar
menjadi semakin turun, akibatnya radikal
pasca ovariektomi. Hasil perhitungan rata-
bebas juga semakin meningkat.
rata kadar MDA tulang mandibula kelompok
keadaan premenopause, estrogen mempunyai
tikus normal adalah 0,07±0,01 ηg/50mg. Hal
peran
ini dapat terjadi karena dalam kondisi normal
menekan aktivitas radikal bebas.
tubuh juga menghasilkan
radikal bebas.
periodontal berupa kerusakan pada gingiva,
Radikal
adalah
bebas
sebenarnya
mekanisme biokimia yang normal
suatu yang
terjadi di dalam tubuh. Radikal bebas sangat diperlukan fisiologis
bagi
kelangsungan
dalam
transportasi
tubuh,
beberapa
terutama
elektron.
17
untuk
Mitokondria
merupakan penghasil radikal bebas terbesar 18
dalam tubuh.
Pada
proses
pembentukan
sebagai
mengalami
kebocoran
dan
di rongga mulut menunjukkan bahwa jaringan rongga mulut juga menjadi organ target 13
estrogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan hipoestrogen akan menyebabkan
Dengan jaringan
terpicunya peroksidasi lipid pada membran sel
jaringan
didapatkan
statistic
penurunan aktivitas antioksidan
berasal
dari
estrogen,
akibatnya
terjadilah stres oksidatif di dalam tubuh.
radikal bebas tersebut, maka memungkinkan
dan menghasilkan MDA.
Penyakit
Keberadaan reseptor estrogen pada jaringan
membentuk radikal bebas. Karena adanya
19
4
14
yang
tersebut
proses
dapat
radikal bebasdengan antioksidan.
terjadinya
dari
yang
berkaitan dengan ketidakseimbangan antara
elektron,
sebagian
Pada
ligament periodontal, dan tulang alveolar
energi didalam mitokondria terjadi transport namun
antioksidan
20
adanya
reseptor
didalam di
estrogen
pada
mulut
maka
rongga
dalam rongga mulut juga akan
Dari hasil analisis
mengalami
stress
bahwa
periodontitis
merupakan dampak dari stres
terdapat
oksidatif,
dimana
peningkatan kadar MDA tulang mandibula
oksidatif
yang
adanya hubungan antara stres oksidatif pada
bermakna
minggu
pasca
pada
kelompok
ovariektomi
tikus
4
dibandingkan
kondisi
tersebut.
Hal
hipoestrogen
ini
membuktikan
dengan
terjadinya
dengan kelompok tikus normal. Begitu pula
periodontitis.
pada kelompok tikus
menunjukkan adanya penurunan kadar MDA
ovariektomi
juga
8
minggu
didapatkan
pasca
Hasil
uji
Post
Hoc
LSD
peningkatan
tulang mandibula yang tidak signifikan pada
kadar MDA tulang mandibula yang bermakna
kelompok tikus 4 minggu pasca ovariektomi
apabila dibandingkan dengan kelompok tikus
yang diberi ekstrak metanol daun ciplukan
4 minggu pasca ovariektomi dan kelompok
dengan dosis 500 mg/kgBB selama 4 minggu
tikus normal. Kondisi hipoestrogen
setelah
dibandingkan
dengan
kelompok
tikus
minggu pasca ovariektomi yang tidak
4
diberi
tulang
mandibula
tikus
wistar
pasca
ovariektomi, karena dosis tersebut dapat
ekstrak metanol daun ciplukan. Sedangkan
menurunkan kadar MDA tulang
kadar MDA tulang mandibula pada kelompok
tikus pasca ovariektomi mendekati kadar MDA
tikus 4 minggu pasca ovariektomi yang diberi
tulang mandibula tikus normal, sedangkan
ekstrak methanol daun ciplukan dengan dosis
ekstrak
1.500 mg/kgBB dan 2.500 mg/kgBB selama 4
500mg/kgBB
minggu mengalami penurunan yang signifikan
peningkatan kadar MDA tulang mandibula
dibandingkan
tikus
dengan
kelompok
tikus
4
metanol
wistar
daun
hanya
ciplukan
dapat
pasca
mandibula
dosis
menghambat
ovariektomi.Tumbuhan
(Physalis
minimaL.)
diduga
minggu dan 8 minggu pasca ovariektomi yang
ciplukan
tidak diberi ekstrak methanol daun ciplukan.
merupakan
Penurunan kadar MDA tulang mandibula pada
fitoestrogen yang dibuktikan pada penelitian
kelompok tikus yang diberi ekstrak metanol
terdahulu,
pada
daun ciplukan dengan dosis 500 mg/kgBB,
ditemukan
bahwa
tumbuhan
yang
mengandung
penelitian
tersebut
ekstrak
daun
ciplukan
1.500 mg/kgBB, dan 2.500 mg/kgBB ini
bersifat vasodilator dan bekerja
melalui
sesuai
antagonis
dengan
hipotesa
bahwa
ekstrak
nonkompetitif reseptor
alfa-1
metanol daun ciplukan (Physalis minima L.)
adrenergik. Penelitian selanjutnya, pemberian
dengan
efekitoestrogen
ekstrak daun
mampu
menurunkan
yang
kadar
mandibula pada tikus
dimilikinya
MDA
wistar
ciplukan dapat pemicu sinyal 2⁺
tulang
transduksi Ca , ekspresi endothelial
pasca
oxide
nitric
(eNOS), dan nitric oxide (NO). Hasil
ovariektomi.
kajian teoritis
Kadar MDA tulang mandibula pada kelompok
daun ciplukan terkandung senyawa dengan
tikus 4 minggu
yang
unsure steroid yaitu physalin, pada penelitian
diberi ekstrak methanol daun ciplukan dengan
berikutnya pemberian physalin ternyata juga
dosis 500 mg/kgBB didapatkan perbedaan
dapat memicu sinyal transduksi Ca , ekspresi
yang signifikan jika dibandingkan kolompok
eNOS pada
kontrol negatif, sedangkan kadar MDA tulang
menguatkan dugaan bahwa ekstrak daun
mandibula pada kelompok tikus 4 minggu
ciplukan dengan physalin yang dikandungnya
pasca
yang diberi ekstrak
mempunyai efek estrogen-like substance.
dengan dosis 1.500
Tujuan utama pada jalur klasik estrogen dan
pasca
ovariektomi
metanol daun ciplukan
ovariektomi
mg/kgBB dan 2.500 mg/kgBB selama
4
menunjukkan bahwa dalam
2⁺
sel endotel. Hasil tersebut
15
fitoestrogen adalah dapat memodulasi eNOS
minggu perbedaannya tidak signifikan jika
dan
dibandingkan
kontrol
interaksi kompleks reseptor dengan estrogen
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
response element (ERE) dan/atau antioxidant
methanol
1.500
response element (ARE) pada regio promotor
mg/kgBB dan 2.500 mg/kgBB merupakan
gen target. Antioxidant response element
dosis yang dapat memperbaiki kadar MDA
(ARE) yang terangsang oleh estrogen atau
dengan
daun
kelompok
ciplukan
dosis
ekspresi
gen
antioksidan
melalui
fitoestrogen ini dapat meningkatkan produksi SOD yang diikuti dengan penurunan ROS. Pada
hasil
didapatkan
akhirnya
mandibula
5
tikus
berarti
semakin
signifikan (p= 0,008) mengenai hubungan
ekstrak
metanol
antara peningkatan dosis ekstrak methanol
semakin
daun
mandibula.
ciplukan dengan kadar MDA tulang
3. Kadar
MDA
kelompok
ekstrak
peningkatan
ciplukan,
maka
yang
meningkatnya
dosis
daun ciplukan maka
kecil
negatif, yang berarti semakin besar dosis daun
korelasi
yang kuat dengan arah negatif,
terdapat korelasi yang kuat (r=-0,719) dan
metanol
pasca
ovariektomi, dimana terdapat
bahwa
mandibula tikus wistar. Arah korelasi adalah
wistar
kadar
tulang
MDA
tulang
mandibula pada
ovariektomi
mengalami
yang
signifikan
semakin kecil kadar MDA tulang mandibula
dibandingkan dengan kelompok kontrol
tikus wistar.
Hasil
negatif, dan kondisi hipoestrogen pasca
menguatkan
hipotesis
penelitian
ini semakin bahwa
ovariektomi yangsemakin lama terjadi
methanol daun ciplukan
akan semakin meningkatkan kadar MDA
(Physalis minima L.) dapat menurunkan kadar
tulang mandibula. Pemberian ekstrak
MDA tulang mandibula tikus wistar pasca
metanol daun ciplukan pada dosis 500
ovariektomi.
mg/kgBB
dapat
methanol daun ciplukan dengan dosis 500
peningkatan
kadar
mg/kgBB didapatkan hasil kadar MDA tulang
mandibula
mandibula yang dipertahankan tidak berbeda
ovariektomi.
pemberian ekstrak
Pada
penelitian,
pemberian
ekstrak
secara signifikan setaraf dengan kelompok 4
menghambat
tikus
4. Pemberian
ekstrak
MDA
tulang
wistar
pasca
metanol
daun
minggu pasca ovariektomi, sedangkan dosis
ciplukan dosis
1.500 mg/kgBB dan 2.500 mg/kgBB dapat
2.500 mg/kgBB dapat memperbaiki kadar
memperbaiki kadar MDA tulang mandibula
MDA
mendekati normal.
pasca
tulang
1.500 mg/kgBB dan mandibula
ovariektomi
tikus wistar
seperti
keadaan
normal. KESIMPULAN 1. Hipotesis
penelitian
Pemberian
ekstrak
telah
terbukti.
methanol
daun
DAFTAR PUSTAKA 1.
Proverawati, A. 2010. Menopause dan
ciplukan (Physalis minima L.) dapat
Sindrome
menurunkan
Nuha Medika.
kadar
MDA
(Malondialdehid) tulang mandibula pada
2.
Verawaty,
Premenopause. N
danRahayu,
ogyakarta: L.
2012.
tikus putih (Rattus norvegicus) strain
Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual
wistar pasca ovariektomi.
Wanita. Tanya Jawab Lengkap Seputar
2. Terdapat
hubungan
dose
response
Kesehatan Seksual Wanita. Bandung :
antara ekstrak methanol daun ciplukan dengan penurunan kadar MDA tulang
Grafindo Media Pratama. 3.
Suherman, K. 2007. Farmakologi dan
4.
5.
Terapi. Edisi 5 Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas
FKUI.
Diponegoro : Semarang.
Badeau
M. 2008. Genistein and 17β-
Estradiol
Fatty Acid Esters and The
Wanita
Premenopause
Dasar Susu Skim yang Disuplementasi
on
Lipoproteins.
Disertasi.
Faculty Medicine, University of Helsinki.
dengan Isoflavon Kedelai dan Zn. Tesis.
Mahn, K. Borras, C. Knock, G. Taylor, P.
Tidak
Khan, I. Sugdem, D.,
Bogor : Bogor.
Soy
et
al. 2005.
Isoflavones
Induced
Increase in Antioxidant
and
Gene
to
Expression
Lead
eNOS
Diterbitkan.
Institut
Pertanian
11. Fedi P, Vernino A,Gray J. 2004. Silabus Periodontal Edisi 4. Jakarta: EGC.
Improved
12. Morgan G and Hamilton C. 2003. Obstetri
Endothelial Function and Reduced Blood
dan Ginekologi: Panduan Praktik. Edisi
Pressure in Vivo. The FASEB journal
2. 13. Rusi M. Syamsi dan Ramona P. Kapoh
Kumru, S., Aydin, S., Aras, A., Gursu, M.
(Penterjemah). 2009. Jakarta : EGC
and Gulcu F. 2005. Effects of Surgical
14. Mahdiyah, Yuliana. 2008. Analisis Faktor-
Menopause and Estrogen Replacement
faktor yang Mempengaruhi Keparahan
Therapy on Serum Paraoxonase Activity
Penyakit
and
Menopause. Dentika Dental Jurnal.
Plasma
Malondialdehyde
15. Shafie.
Periodontal
2011.
Wanita
Mekanisme
Inflamasi,
Investigation;59:108-112.
Radikal Bebas, dan Peranan Antioksidan
Kintono, Rio. 2009. Pengaruh Pemberian
Pada
Ekastrak Kacang TunggakTerhadap kada
Periodontal,(Online),(http://repository.us
MDA(Malondialdehid) Serum Tikus yang
u.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/Ch
Diovariektomi. Diterbitkan.
Tugas
Akhir. Tidak
Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya : Malang.
Penyakit
apter%2011.pdf,diakses
tanggal
11
Oktober 2012). 16. Permatasari, N. 2007. Efek Non Genomik
Siswonoto, S. 2008. Hubungan Kadar
dan Genomik Daun Ceplukan pada Sel
Malondialdehid Plasma dengan Keluaran
Endotel
Klinis Stroke Iskemik Akut. Tesis.
(HUVECs).
Diterbitkan,
Fakultas
Tidak
Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang. 9.
Imunologis
Estrogens
Concentration. Gynecologic and Obstetric
8.
10. Winarsi H. 2004. Respons Hormonal dan terhadap Minuman Fungsional Berbahan
express article 10.1096/Fj. 05-4008.
7.
Universitas
Structure-Related Antioxidant Activity of
Dietary
6.
Kedokteran
Prognosis
Serum
Sebagai
Keluaran
pada
Laporan
Darah Hasil
Manusia Penelitian.
Tidak Diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
ArkhaesiN. 2008. Kadar Malondialdehyde (MDA)
Pembuluh
Indikator Sepsis
Neonatorum. Tesis. Tidak Diterbitkan.
17. Dahlan, M. Sopiyudin. 2006. Statika Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Uji Hipothesis. Jakarta: Bina Mitra Press. 18. Husaini MA. 2001. Gizi, Proses Penuaan
dan
Umur Panjang. Cermin Dunia
Kedokteran 73: 22-25.
21. Strehlow K, Rotter S, Wassman S, Adam O, Grohe C, Laufs K, Bohm M, Nickenig
19. Mimic-Oka, Jasmina, Dragan V., Tatjana
G. 2003.
Modulation
of
Antioxidant
Cardiovascular
Enzyme Expression and Function by
Diseases. Medicine and Biology, 1999,
Estrogen. Circ Res. Jul 25 ; 93 (2) : 170-
6(1):11-22.
7.
P.
Free
Radicals
in
20. Favier, A. 1995. Analysis of Free Radicals in Biological Verlag, Basel.
Systems.
Birkhauser
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 2816884,diakses pada Oktober
tanggal 2012).