H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
e-Newsletter
april
2015
Dari Direktur Nasional From National Director Habitat for Humanity of Habitat for Humanity Indonesia
Indonesia
K
T
ondisi perumahan seseorang memiliki dampak yang nyata pada kesehatan. Dampak itu semakin jelas dirasakan oleh mereka yang menghabiskan waktu lebih banyak di rumah termasuk anak-anak, ibu dan bayi, orang lanjut usia, penyandang difabel, serta orang yang bekerja di rumah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perumahan tidak layak huni juga meningkatkan risiko sakit dan kematian yang disebabkan oleh temperature yang ekstrem, cedera domestic, serta terekspos pada bahan kimia berbahaya, suara bising, penyakit menular. Banyak penyakit menular seperti tuberculosis disebarkan melalui kondisi hidup tidak layak. Baru-baru ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum – Perumahan Rakyat telah meluncurkan program baru bernama City Changer menggantikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. City changer ini memiliki misi memberantas kekumuhan dengan target 100-0-100, artinya 100 persen akses sanitasi, 0 persen kumuh, dan 100 persen akses air bersih. Misi mulia pemerintah tersebut sebenarnya telah menjadi misi dari Habitat for Humanity Indonesia. Kami menyadari bahwa untuk menciptakan hunian yang layak bagi segala lapisan masyarakat, faktor sanitasi, air bersih, dan bebas dari kumuh adalah hal yang mutlak. Prinsip ini telah kami lakukan di sejumlah desa yang menjadi wilayah program kerja kami. Salah satunya di Desa Gunungsari Kecamatan Mauk. Di desa yang hanya berjarak dua jam perjalanan dari kota metropolitan Jakarta, warganya masih menggunakan air sungai yang keruh untuk mencuci baju. Habitat for Humanity Indonesia berkomitmen untuk terus menggerakkan partisipasi banyak pihak untuk ikut membantu membangun rumah layak huni bagi keluarga yang membutuhkan ataupun mencarikan solusi bagi persoalan nasional di bidang sanitasi, pemberantasan kekumuhan, dan akses air bersih. Membangun rumah, membangun kehidupan.
he condition of house has real impact for health. The impact is clearly perceived by those who spend more time at home including children, mother and babies, the elderly, disabled and people who work at home. According to World Health Organization (WHO), indecent housing also increases the risk of illness and death caused by extreme temperatures, domestic injury, and exposure to hazardous chemicals, noise, contagious diseases. Many infectious diseases such as tuberculosis is spread through the living conditions are not feasible. Recently, the government which represented by the Ministry of Public Works - Public Housing (Kementrian Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat) has launched a new program called City Changer. This program replaces the National Program for Community Empowerment. City changer has a mission to eradicate slums by the target 100-0-100, meaning 100% sanitation access, 0 % slum, and 100% clean water access. The precious mission of the government actually has become the mission of Habitat for Humanity Indonesia. We realize that in order to create decent housing for all levels of society, sanitation factors, clean water, and free of slums are an absolute point. We have done it in some villages, which became our work program areas. One of them is in the Gunungsari Village, Mauk District. The village is not far from Jakarta, and the citizens still use turbid river water to wash their clothes. Habitat for Humanity Indonesia is committed to continue and motivating the participation of many people, to help and building solution to the national problem in sanitation, eradication of slums, and clean water access. Building homes, building lives.
James Tumbuan
National Director Habitat for Humanity Indonesia
C O N T E N T S Message from National Director EVENTS A Movement for Decent House Mission Watsan Hygiene Program Launch at Mojokerto HABIFANS I’m willing to be laborer for love
1
2 5
7
HABIFIGURE Zakeus Pardjo
8
Love on Earth Day
11
HABIFLECTION Bring It Back
13
HABINION Energy Saving = Love the Earth
14
HABITIPS Cleaning the House
17
VOLUNTEER SCHEDULE & ADS
18
James Tumbuan
Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia
1
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
EVENTS
Gerakan untuk Rumah Layak Huni
A Movement for Decent House Mission
M
T
by Agusthinus Kurniawan
inggu, 22 Maret 2014 lalu, Habitat for Humanity Indonesia mewujudkan aksi jalan kaki (Fun Walk) di sepanjang Jalan M.H. Thamrin. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung misi mewujudkan rumah layak huni bagi warga berpenghasilan rendah. Gerakan kepedulian yang dinamakan Habitat Youth Build ini, dilakukan secara serentak oleh Habitat for Humanity di negara-negara Asia Pasifik lainnya, seperti Bangladesh, Kamboja, China, Fiji, Filipina, Hongkong SAR, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,
2
oleh Agusthinus Kurniawan
he sun has just shined on Sunday, March 22nd, 2015 when Habitat for Humanity Indonesia gathered for a Fun Walk along M.H. Thamrin Street. This movement was intended for a mission; decent house for the poor. The movement which called Habitat Youth Build was performed simultaneously by Habitat for Humanity across Asia Pacific countries like Bangladesh, Cambodia, China, Fiji, Filipina, Hongkong SAR, India, Japan, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Singapore, Srilanka, Thailand, and Vietnam.
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam. Di Jakarta, acara ini diikuti oleh sekitar 300 simpatisan, mereka terdiri dari para karyawan, perwakilan dari sekolah, lembaga non profit, masyarakat umum dan keluarga besar Habitat for Humanity. Pukul 06:00 acara dimulai dengan pendaftaran ulang, lalu peserta Fun Walk mulai bergerak pukul 07:45. Rute dimulai dari panggung Dishub di depan Menara BCA, melewati Bundaran Hotel Indonesia, berputar balik di depan Gedung Sarinah, kembali melewati Bundaran HI, lalu melewati Jl. Blora, berputar balik di underpass, melalui Jl. Tanjung Karang, dan kembali berkumpul di depan Panggung Dishub sekitar pukul 09:00. Dalam kesempatan ini, James Tumbuan Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia menyampaikan sambutan, “Generasi muda sekarang adalah pemimpin bangsa di masa depan. Menumbuhkan komitmen mereka untuk peduli pada nasib keluarga berpenghasilan rendah yang masih tinggal di rumah tidak layak huni, adalah sangat penting. Masa depan bangsa ditentukan oleh anak-anak. Jika mereka tidak bisa belajar dengan layak di rumah, bagaimana nasib pendidikan. Bagaimana masa depan bangsa kita. Ini persoalan besar. Apabila generasi muda ingin mewujudkan kepedulian itu, Habitat for Humanity Indonesia siap memfasilitasi.” Acara Fun Walk ini dimeriahkan oleh penampilan Vanessa T.M., penyanyi muda berbakat yang menyumbangkan sebuah lagu berjudul “Start the fire”, yang mana dipersembahkan sebagai lagu tema Habitat Youth Build di kawasan Asia Pasifik. Vanessa bercerita bahwa ia jatuh cinta dengan HfH Indonesia sejak menjadi volunteer dan bertemu muka dengan home partner. Saat ditanyakan pesan apa yang hendak disampaikan kepada generasi muda, Vanessa berkata, “For all the young people, like the words from my song, don’t let anyone look down on you just because you are young. Just because you are young, it doesn’t mean that you can’t make a difference, you can’t change the world, or eliminate poverty. What I want to say is you can step up and make a difference, no matter where you came from or how old you are. So I hope that I can make you stand up, real help can changes lives.” Setelah acara pemberian hadiah, Fun Walk ditutup sekitar pukul 09:35 dengan pelepasan balon Habitat ke udara oleh Bapak James Tumbuan. Pelepasan balon ini menyiratkan pengiriman harapan dan doa bagi misi Habitat for Humanity, menyediakan rumah layak huni bagi mereka yang membutuhkan.
The Fun Walk in Jakarta was followed by around 300 participants, some of them were employees, school students, NGO, Jakarta citizens, and Habitat for Humanity’s big family. The event began with registration at 06:00 AM, and then the Fun Walkers start to walk at 07:45. The starting point was the Dishub Stage which located in front of Menara BCA, then Bundaran Hotel Indonesia, u-turn in front of Sarinah Building, then Bundaran Hotel Indonesia, go straight Blora Street, u-turn at underpass, Tanjung Karang Street, then meet the finish point at Dishub Stage at 09:00 AM. During his speech at the stage, James Tumbuan as Habitat Indonesia National Director shared his thought, “Young people are our leaders in the future. It’s important to build their senses so they would care about poverty housing. Our country’s future depends on the children. If they couldn’t study properly at home, how the education would help? Would Indonesian future grow? This is a big problem. If the young people have senses for this problem, Habitat for Humanity is ready to help.” The event was lightening up by performance from Vanessa T.M., she’s a talented young singer who created a theme song for Habitat Youth Build in Asia Pacific. The song title “Start the Fire” has played across Asia Pacific. Vanessa shared her story to us, she was fallen in love with Habitat since joined as a volunteer and talked to the home partner. When we asked whether she has message for the young people, she said, “For all the young people, like the words from my song, don’t let anyone look down on you just because you are young. Just because you are young, it doesn’t mean that you can’t make a difference, you can’t change the world, or eliminate poverty. What I want to say is you can step up and make a difference, no matter where you came from or how old you are. So I hope that I can make you stand up, real help can changes lives.” After the quiz and the present moment, the Fun Walk closed at 09:35 with the releasing of Habitat’s balloons to the sky by Mr. James Tumbuan. These balloons are represented the releasing of hope and pray for Habitat’s mission. So, we wish that God will always answer the hope for decent house from the poor.
3
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
WATCH VIDEO Habitat Youth Build Funwalk 2015
4
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Peresmian Program Water Sanitation Hygiene di Mojokerto
Water Sanitation Hygiene Program Launch at Mojokerto
oleh Agusthinus Kurniawan
by Agusthinus Kurniawan
H
abitat for Humanity Indonesia with Monsanto celebrated Water Sanitation Program (WASH) at Bendung Village’s chief office, located in Jetis Subdistrict, Mojokerto Residence, and East Java (Wednesday,18/3/2015). The ceremony was attended by the Mojokerto leader, Ikfinah Mustofa Kemal Pasa, Mr. Agus M. Anas (Second Assistance for Economic and Development for Mojokerto), Abdul Rohim (Bendung Village’s Chief), Juan Farinati (Vice President Monsanto Asia Pacific), Mauricio Amore (CEO Monsanto Indonesia), Mr. James Tumbuan (HfH Indonesia National Director) and also media. Since 2009, Monsanto and HFH Indonesia have cooperated in a project called WASH, which located in certain area like Malang, Tuban and Lampung. The project provides fresh water, focusing on hygiene issue, and supporting farmer’s development. This program has contributed decent homes for 200 families, fresh water supply for 300 families, and toilet for 100 families. In the last 3 years, the same program has completed some infrastructures like 2 school renovation, 3 biogas installation, and 6 hand tractors. This coorperation performed some training for villagers like healthy training,
abitat for Humanity Indonesia bersama Monsanto melakukan peresmian Program Water Sanitation Hygiene (WASH) yang bertempat di Kantor Kepala Desa Bendung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Rabu, 18/3/15). Acara ini dihadiri oleh Bupati Mojokerto yang diwakili oleh dr. Hj. Ikfinah Mustofa Kamal Pasa, Agus M. Anas (Asisten 2 Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemda Kabupaten Mojokerto), Juan Farinati (Vice President Monsanto Asia Pacific), Mauricio Amore (CEO Monsanto Indonesia), James Tumbuan (National Director Habitat Indonesia), Abdul Rohim (Kepala Desa Bendung), serta awak media. Sejak 2009, Monsanto dan HfH Indonesia membuat proyek WASH di berbagai tempat seperti Malang, Tuban, dan Lampung. Proyek ini mendukung penyediaan air bersih, sanitasi, dan mengembangkan kemajuan hidup para petani. Sementara di Mojokerto, proyek yang dilaksanakan berupa membangun rumah layak huni untuk 200 keluarga, penyaluran air bersih untuk 300 keluarga, dan 100 keluarga memiliki toilet. Dalam 3 tahun terakhir, kerjasama ini juga menelurkan renovasi 2 gedung sekolah, pembuatan 3 instalasi biogas serta bantuan berupa
H
5
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
6 traktor. Selain itu, HfH Indonesia dan Monsanto juga memberikan pelatihan bagi keluarga, seperti pelatihan rumah sehat, pelatihan konstruksi, pertanian, pendidikan keuangan keluarga, serta pelatihan pengurangan dampak bencana berbasis masyarakat. Dalam sambutannya, James Tumbuan mengungkapkan “Kami yakin petani yang kuat, akan membuat Mojokerto semakin kuat, akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Kerjasama yang begitu erat antara masyarakat, HfH Indonesia dan Monsanto, dalam melaksanakan kegiatan ini sangat kami rasakan. Partisipasi masyarakat begitu tinggi, sehingga kalau dalam setahun ini ada pencapaian, maka itu adalah kerja masyarakat itu sendiri.” Bagi Juan Farinati “Air dan petani memiliki relasi yang erat. Proyek Ini merupakan kerjasama antara Monsanto, HfH Indonesia, pemerintah dan para petani untuk membuat hidup yang lebih baik.” Secara khusus Juan Farinati juga berterimakasih kepada petani, “What you do is very important, you need to be proud of that. You are the fundamental part of making Indonesia grow in the future. For all the people, I hope you’ll need a doctor or a lawyer one time in your life, but you’ll need a farmer four times a day.” Sedangan wakil dari home partner Heri Suyanto menyatakan, “Kami yang sebelumnya tidur dengan kedinginan karena dinding yang bolong, sekarang bisa tidur nyenyak. Kami yang sebelumnya buang air besar dengan menumpang di tetangga atau di hutan, sekarang sudah di tempat kami sendiri. Kami yang sebelumnya mengambil air dengan menimba di sumur, sekarang tinggal ngulir (memutar) kran, sudah mancur airnya.” Acara dilanjutkan dengan penyerahan bantuan berupa 6 traktor, peresmian pondok kesehatan Desa Bendung, demo pencucian tangan oleh murid-murid SD, kunjungan kepada para petani di ladang, dan terakhir ramah tamah dengan home partner.
6
construction training, farming training, family finance training and disaster training. Mr. James shared his consideration during his speech, “We hope that farmer’s family with strong foundation, would make Mojokerto grow better, and that would also make Indonesia a stronger nation. We feel strong bound between villagers and HfH Indonesia as Monsanto’s partner, during everyday’s activities. The local farmer’s participation were so tremendous, they have contributed so much. If there’s any achievement so far, then it must be the people’s effort.” Another speech came from Juan Farinati. He said, “That water is precious and the farmers are important. This is a work which envolving Monsanto, Habitat for Humanity Indonesia, and farmers to make better life.” Juan was grateful of the farmer’s dedication, “What you do is very important, you need to be proud of that. You are the fundamental part of making Indonesia grow in the future. For all the people, I hope you’ll need a doctor or a lawyer one time in your life, but you’ll need a farmer four times a day.” Mr. Heri Suyanto as the home partner’s representatives said, “We used to sleep in cold because our leaky wooden wall, now we can sleep well. We used to go to neighbor’s toilet or to the bushes when we need to. Now we can use our own toilet. We used to pull the rope everytime we need the water, now all we have to do just turn the knob, the water will come out from the pipe.” His speech was appreciated by applaus from the floor. The next agenda in the ceremony was the handover of 6 hand tractor for the farmers, the launching of Bendung Village’s health facility, washing hands demo by the elementary students, rice field visit, and conversation with home partners.
WA TC H VIDE O Monsanto & Habitat Projec t at Mojokerto
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
H A B I F A N S
Aku Rela Jadi Kuli Demi Kasih
I’m Willing to be Laborer for Love
S
hat afternoon the weather was scorching, but a group of women who are tireless, willing to be a “laborer”. Sweats were dripping their body, but they were still eager to build a house. The women were poured heart and energy to get involved as a volunteer Habitat For Humanity Indonesia, in Bojong Koneng, Cigarungsang, Babakan Madang, Sentul, West Java (Sabtu28 / 3/15). This group known as "Urban Women” community. This community is a forum for single women, to get out of their personal ties, growing, productive, and fruitful in life. This Community founded in 2012, critical of women’s issues, as well as reach out and accommodates women who live in a big city. Urban Women see how the challenges of metropolitan lifestyle are very influential on generations of women today. Urban Women has many activities, such as: Urban Women Talking Talk, Urban Women Event, Urban Women Charity, Urban Women Small Group, and Urban Women Article. "Being a woman should dare to accept the challenge" Fransisca Jane said. She is a project manager of Urban Women. Therefore, Urban Women made an event titled "Urban Women Charity Home" cooperated with HFH Indonesia Jakarta branch. Urban Women invited women to become volunteers and invite them to share the love. They built a decent home for poor people. Fransisca Jane added "Plunge directly into the field it is interesting, because it will know the true character of our friend, though tired but there is a lot of fun stories." They were growing experience, "Although women, we can feel the build house. The house was not for us but for everyone else, "said Fransisca Jane. Although their clothes were dirty and sweat kept dripping, the great women continue to struggle, for the sake of love to poor people. Fransisca Jane represented Urban women gave the impression, "Surely the body feels tired, but we've been giving out for help. Help with heart would be more difficult than just giving money and after it was sorted out. Here, we need to be involved, and that is no less important is the encounter with the people that we help. We feel what they feel, we see what they are experiencing, and we share with the ability directly. " The Beautiful women did not give up coming again. Even, they will invite more volunteers in order to see and feel the direct involvement of helping others.
oleh Punjung Widodo
iang itu cuaca terik, namun sekelompok perempuan yang tak kenal lelah, rela menjadi “kuli” bangunan. Peluh menetes membasahi tubuh, namun mereka tetap bersemangat membangun rumah. Perempuanperempuan itu mencurahkan hati dan tenaga untuk terlibat sebagai volunteer Habitat For Humanity Indonesia, di Bojong Koneng, Cigarungsang, Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat (Sabtu28/3/15). Barisan perempuan itu dikenal sebagai komunitas “Urban Women.” Komunitas ini menjadi wadah bagi para perempuan lajang, untuk keluar dari ikatan pribadinya, bertumbuh, produktif, dan berbuah dalam kehidupan. Komunitas yang berdiri tahun 2012 ini, kritis terhadap masalah perempuan, sekaligus menjangkau dan mengakomodir para perempuan yang hidup di kota besar. Urban Women melihat bagaimana tantangan gaya hidup metropolitan sangat berpengaruh pada generasi perempuan saat ini. Sangat banyak kegiatan yang dilakukan oleh Urban Women, seperti: Urban Women Talking Talk, Urban Women Event, Urban Women Charity, Urban Women Small Group, dan Urban Women Article. “Menjadi perempuan harus berani menerima tantangan” ujar Fransisca Jane selaku project manager urban women. Oleh karena itu, Urban women membuat sebuah event bertajuk “Urban Women Charity Home” dan bekerjasama dengan HfH Indonesia branch Jakarta. Urban Women mengundang para perempuan untuk menjadi volunteer dan mengajak mereka untuk berbagi kasih. Mereka membantu mendirikan rumah layak untuk orang yang membutuhkan. Fransisca Jane menambahkan “Terjun langsung ke lapangan itu menarik, karena akan tahu karakter teman kita yang sebenarnya, meskipun capek tapi ada cerita banyak yang menyenangkan.” Mereka pun semakin bertambah pengalamannya, “Walaupun perempuan, kami dapat merasakan membangun rumah. Rumah itu bukan untuk kami tapi untuk orang lain,” imbuh Fransisca Jane.
by Punjung Widodo
T
7
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Meski pakaian kotor dan keringat terus menetes, para perempuan hebat ini terus berjuang, demi kasih kepada mereka yang membutuhkan. Fransisca Jane mewakili Urban women memberikan kesan, “Pasti badan terasa lelah, namun kita sudah memberikan hati untuk membantu. Membantu dengan hati tentu akan lebih sulit dibanding sekedar memberi uang dan setelah itu beres. Di sini, kita perlu terlibat, dan yang tidak kalah penting adalah perjumpaan dengan orang yang kita bantu. Kita merasakan apa yang mereka rasakan, kita melihat apa yang mereka alami, dan kita berbagi dengan kemampuan secara langsung.” Perempuan-perempuan cantik in tidak kapok untuk datang lagi. Bahkan, mereka akan mengajak volunteer yang lebih banyak supaya bisa melihat dan merasakan secara langsung keterlibatan menolong sesama.
HABIFIGURE
Zakeus Suparjo
Zakeus Suparjo
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
D
mong Habitat for Humanity Indonesia (HFH-Id) who is not familiar with Zachaeus Suparjo (61). Over the past 6 years 1 month Mr. Parjo is joined by HFH-Id and newly retired October 31, 2014. Mr. Parjo also known as the "shaman" of water.
i kalangan Habitat for Humanity Indonesia (HfH-Id) siapa yang tidak kenal dengan Zakeus Suparjo (61). Selama 6 tahun 1 bulan pria yang akrab disapa Pak Parjo ini bergabung dengan HFH-Id dan baru pensiun 31 Oktober 2014. Pak Parjo juga dikenal sebagai si “dukun” air.
Panggilan melayani Tuhan “Tuhan telah menjelma menjadi orang miskin, nah kita harus melayaninya,” begitu semboyannya. Terinspirasi dari Mat 25: 40, Pak Parjo mendedikasikan hidupnya pada pelayanan dan mengembangkan orang miskin. “Bagi saya ketika membantu mereka (orang miskin) berarti saya bertemu dengan Tuhan,” tegas pak Parjo. Sebelum bergabung dengan HfH-Id, Pak Parjo telah malang melintang di berbagai bidang kerja. Namun hatinya tertambat pada bidang pelayanan. “Saya kurang nyaman bila hanya bekerja untuk mencari uang. Maka saya mencari bidang kerja yang bisa mencukupi kebutuhan diri dan keluarga, disamping itu bisa melayani mereka yang miskin” tuturnya.
8
A
Calling to serve the God "God has been transformed into the poor, we should serve Him well," so his motto. Inspired from Matthew 25: 40, Mr. Parjo dedicated his life to service and develop the poor. "For me when helping them (the poor) means I met the Lord," said Mr. Parjo. Before joining HFH-Id, Mr. Parjo has worked at many places. But his heart tied to field service. "I am less comfortable when only work for money. So I look for sector of work that could provide for themselves and their families, in addition to serving the poor, "he said.
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Selama bergabung dengan HfH-Id, Pak Parjo bergulat dengan tantangan, dan dia yakin bahwa “Setiap ada tatangan pasti ada jalan.” Bersama dengan HfH-Id, Pak Parjo tidak hanya sekedar menjalankan proyek. Artinya “Bagi saya tidak cukup bila sekedar membangun rumah, namun harus ada juga pendekatan yang humanis sehingga masyarakat bisa merasa memiliki dan turut andil dalam pengembangan hidupnya. Meski pendekatan ini butuh waktu yang banyak, namun akan sangat berguna. Apalah artinya bila sekedar membangun rumah dan setelah itu ditinggal, pastilah masyarakat tidak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik.” Pria kelahiran Gunung Kidul 15 Agustus 1954, meskipun telah purna tugas dari HfH-Id tetap mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan khusunya di Cilacap Jawa Tengah. Hari-harinya di isi dengan pelayanan Gereja, membantu penyuluhan di beberapa Credit Union serta aktif dalam organisasi masyarakat. “Tidak ada waktu luang tanpa pelayanan, karena pelayanan dengan tulus akan membawa pada berkat yang berlimpah,” katanya.
Simple dan bersahaja Di mata rekan kerja, Pak Parjo adalah orang yang sederhana baik cara hidup, penampilan, tutur kata dan pemikiran, namun sangat luar biasa dalam tindakan. Junianto (Branch manager Jakarta) menuturkan “Pak Parjo adalah sosok yang sederhana namun bersahaja dan berusaha memotivasi semua rekan kerja khusunya yang berada di lapangan.” Selama di HFH-ID Pak Parjo adalah senior CO. Dia selalu mengumandangkan credo CO: belajar dari masyarakat, tinggal bersama masyarakat dan mulai dari apa yang dimiliki masyarakat. Junianto menambahkan “Pak Parjo itu adalah sosok yang mampu survive dalam keterbatasan. Makanya meski kondisi masyarakat sangat sulit, beliau mampu bertahan bahkan membantu mereka untuk keluar dari situ.”
During joining HFH-Id, Mr. Parjo grapples with the challenge, and he believes that "Every challenge there is a way." Along with HFH-Id, Mr. Parjo not just runs the project. It means "To me it is not enough if just build houses, but there should also be a humanist approach so that people can feel ownership and contribute to the development of life. Although this approach takes a lot of time, but it would be very useful to them. What does it mean when a build a house and then left, surely people are not going to grow and develop properly. " Mr. Parjo was born in Gunung Kidul, August 15, 1954, and now he dedicates his life to the service especially in Cilacap, Central Java. His days are filled with church services, assisting in outreach in several Credit Union and were active in community organizations. "There is no free time without service, because the service will sincerely bring the abundant blessing," he said.
Simple and unpretentious In the eyes of colleagues, Mr. Parjo is simple and has good way of life, appearance, speech and thoughts, but very awesome in action. Junianto (Jakarta Branch manager) said "Mr. Parjo is simple yet understated figure and tried to motivate all the co-workers especially on the field." Over at HFH-ID Mr. Parjo is senior CO. He always proclaimed credo of CO: learning from the people, living in the communities and the start of what is owned by the community. Junianto adds "Mr. Parjo is a person who is able to survive within the limitations. So despite the very difficult conditions of the community, he was able to survive even help them to come out of it." Nowadays a lot of people who are good in theory but zero in action. But Mr. Parj is not like that. According to Junianto "Mr. Parjo not only omdo (omong doang), he always practiced in advance what will be presented to the public for self and family" So do not be surprised if Mr. Parjo very close to the community.
The "Shaman" of water Mr. Parjo known as an expert of water treatment and sanitation. His ability appears when he was joined on the job long. He learned the appropriate technology such as water treatment and how to raise water from the soil. Apparently he was very interested in this field, so he continued to study, and finally Mr. Parjo known as "shaman" of water.
9
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Saat ini banyak orang yang pandai dalam teori namun nol dalam tindakan. Hal ini berbeda dengan pak Parjo. Begini kesaksian Junianto “Pak Parjo tidak omdo (omong doang), dia selalu memraktekan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan kepada masyarakat terhadap diri dan keluarganya” Maka tidak heran bila Pak Parjo sangat dekat dengan masyarakat.
Sang “Dukun” air Pak Parjo dikenal sebagai ahli mengalirkan air bersih dan sanitasi. Kemampuannya bermuara ketika dia masih bergabung di tempat kerja yang lama. Di sana dia belajar teknologi tepat guna seperti pengolahan air dan cara menaikkan air dari dalam tanah. Rupanya dia sangat tertarik pada bidang ini, maka dia terus belajar, dan akhirnya Pak Parjo dikenal sebagai “dukun” air. Salah satu pengalaman yang sangat mengesan selama di HFH-Id adalah ketika ada proyek di Desa Pasirhalang, Cisarua, Bandung Barat. 125 KK di Pasirhalang tidak memiliki akses air bersih. Pak Karjo kemundian mengumpulkan masyarakat dan dimotivasi untuk bekerja sama membangun saluran air. “Saya masih teringat semboyan mereka, berjuang sampai titik darah penghabisan demi air” kenang Pak Parjo. Berkaitan dengan hari bumi yang diperingati setiap 22 April Pak Parjo menyatakan” Habitat tidak boleh telat dalam menanggapi lingkungan. Sebab bumi semakin rusak, sumber air akan semakin sulit dan mahal. Inilah saatnya habitat bergerak untuk menyelamatkan alam demi masa depan anak dan pengangkatan martabat hidup orang miskin.” Bagi rekan-rekan kerja di Habitat for Humanity Indonesia, sosok Pak Supardjo sangat dikenang. Begitu juga bagi Sigit (Branch Manager HfH Indonesia Bandung). Berikut kesan Sigit terhadap Pak Supardjo: Bagi saya pribadi, Pak Pardjo merupakan pribadi yang sangat teguh dalam pendirian dan pekerja yang tangguh pantang menyerah walaupun usianya sudah tua. Beliau punya semangat pelayanan yang luar biasa. Sejak saya mengenal beliau (2009) di HfH Indonesia branch Yogyakarta sampai beliau bersama saya di Bandung, semangat Pak Parjdo masih tetap sama. Bahkan semakin tinggi untuk melayani masyarakat. Semangat Pak Pardjo menginspirasi kami yang muda. Kami semakin termotivasi dalam menjalankan semua pekerjaan kami dengan baik. Tak hanya bagi kami, masyarakat pun mengalami dampak baik. Kehadiran pak Pardjo menyalakan kembali
10
One of wonderful experience during at HFH-Id is when there is a project in the village Pasirhalang, Cisarua, West Bandung. 125 families in Pasirhalang did not have access to clean water. And then Mr. Karjo collected the society and motivated them to work together to build aqueducts. Mr. Parjo said, "I still remember their motto, fight to the death for the sake of water." In connection with the Earth Day is celebrated every 22 April Mr. Parjo stated "HfH-Id should not be late in responding to the environment. For the earth is getting damaged, water sources will be more difficult and costly. It's time to move to save the natural habitat for the future of children and the appointment of the dignity of the poor. "
Mr. Pardjo is mentoring the community Pak Pardjo sedang melakukan pendampingan kepada masyarakat.
For the employers of Habitat for Humanity Indonesia, Mr. Supardjo is remembered figure, likewise for Sigit (Branch Manager of HFH Indonesia Bandung). Here impression Sigit to Mr. Supardjo: For me, Mr. Pardjo is a very determined person especially in the principle, he is hard worker, and he never gave up, although he is old. He had an outstanding spirit of service. Since I know him (2009) in HFH Indonesia Yogyakarta branch until he was with me in Bandung, Mr. Parjdo’s spirit is same. Even, his spirit is higher to serve the community. Mr. Pardjo’s spirit inspires us. We are increasingly motivated to carry out all our work well. The good impact does not for us, but also for the people. The Presence of Mr. Pardjo reignites the spirit of mutual cooperation who began to dim. We hope in the future, Bandung team could learn a lot from what has been taught by Mr. Pardjo, especially to continue to serve the community.
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Kehadiran pak Pardjo menyalakan kembali semangat gotong royong yang mulai redup. Semoga kedepan saya dan team Bandung bisa belajar banyak dari apa yang telah diajarkan Pak Pardjo kepada kami semua, khusunya untuk terus melayani masyarakat.
Farewell party of Mr. Pardjo. Acara farewell Pak Parjo.
Kasih di Hari Bumi
Love on Earth Day
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
(Pak Puloh dari Sentul)
H
ari bumi dan kesehatan yang dirayakan di seluruh dunia pada bulan April ini menyisakan kisah sedih. Di satu sisi, banyak orang mengusahakan kesadaran dan perbaikan akan kerusakan alam. Selain itu diserukan pula semangat untuk mencintai bumi demi mencapai kesehatan. Namun di sisi lain masih ada saudara kita yang berkutat pada kemiskinan sehingga tak mampu untuk mengupayakan kesehatan bagi diri dan keluarga. “Saya bukan tidak peduli pada kesehatan, namun karena keterbatasan penghasilan, saya tidak mampu untuk membuat rumah yang sehat untuk keluarga dan anak-anak. Boro-boro untuk membangun rumah, untuk makan saja sulit” ungkap Pak Puloh (60). Sebuah keadaan yang ironis. Sementara kebanyakan manusia di bumi ini, mulai menyadari akan rusaknya alam dan sadar akan kesehatan, bagi Pak Puloh itu hanya sekedar angan-angan. Apa yang mau dimakan besok saja masih susah, apalagi berpikir untuk kesehatan rumah serta ikut memperbaiki alam dan lingkungan. Pak Puloh adalah salah satu saudara kita yang masih hidup dalam keterbatasan. Sehari-hari dia bekerja sebagai buruh serabutan. Dari sisi penghasilan jelas tidak tetap. “Apabila ada yang membutuhkan tenaga saya maka saya punya uang apabila tidak saya akan mengutang” kata Pak Puloh. Hidup dalam keterbatasan membawa dia pada situasi yang
(Mr. Puloh from Sentul)
T
he Earth Day and world health day that are celebrated throughout the world in April leaves a sad story. On the one side, many people seek awareness and will repair the damage of the nature. In addition, they are calling to love the earth in order to achieve health. But on the other hand, there are still our brothers who dwell in poverty so as not able to seek health care for themselves and family. "Actually I care for the health, but I don’t have enough income, so I was not able to create a healthy home for my families and children. Boro-boro to build a house, for eating, I still have difficulty "said Mr. Puloh (60). This is an ironic situation. While most people in this world, will begin to realize the destruction of natural and health-conscious, for Mr. Puloh it just wishful thinking. What would be eaten tomorrow is difficult, what’s more thinking about a healthy home and improve the health of the nature and the environment. Mr. Puloh is one of our brothers who still live in the limitations. Every day he worked as a handyman. From the income side is clearly not fixed “If there is to employ me then I had the money, but if not I will borrow" said Mr. Puloh. He lives in limited situation, so that is bringing him in a difficult situation. And finally, this situation brought him to the inability for seeking the health of his families.
11
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
yang sulit. Dan akhirnya membawa dia pada ketidakmampuan untuk mengupayakan kesehatan demi masa depan keluarganya. Selama ini pak Puloh tinggal di rumah yang sangat sederhana. Rumahnya beratapkan genteng, karena gentengnya sudah banyak yang pecah, maka ditambal dengan seng. Apabila hujan, air akan menetes ke dalam rumah. Dinding rumah Pak Puloh terbuat dari anyaman bambu dan sudah banyak lubang sana-sini. Di dalam rumah tidak banyak ruangan, hanya satu kamar, satu dapur dan ruang tamu sekaligus ruang tidur. Rumah sekecil itu harus menampung 5 manusia. Pak puloh tinggal bersama istrinya Asih (32) dan ketiga anaknya: Asep (15), Nuraini (8) dan Adang (2). Melihat situasi yang dialami oleh Pak Puloh, Habitat for Humanity Indonesia tidak tinggal diam. Sesuai dengan misinya “Berupaya mewujudkan kasih Tuhan.” HfH Indonesia merangkul Pak Puloh dan akhirnya menjadikan beliau sebagai home partner. Merayakan hari bumi tidak perlu konsep yang luar biasa, namun hanya perlu tindakan yang nyata. Membangun rumah bagi Pak Puloh ini adalah tindakan untuk memperbaiki bumi dan manusia pada suatu keadaan yang lebih baik. Itulah wujud dari kasih Tuhan. “Syukur Alhamdulillah, saya dibantu oleh Habitat Indonesia untuk membangun rumah” ungkap Pak Puloh ketika mengawali pembangunan rumahnya di Bojong Koneng, Cigarungsang, Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat. Hari itu, Sabtu 28 Maret 2015 adalah pembangunan pondasi rumahnya. Cahaya kegembiraan bersinar dari raut mukanya yang sudah keriput. Senyum simpul terukir diwajahnya ketika HfH Indonesia memulai proyek pembangunan rumahnya. Pak Puloh pun tidak tinggal diam. Mendapat bantuan tidak berarti dia hanya menerima saja. Pak Puloh juga mencari batu untuk membangun pondasi rumahnya. Itulah bentuk keterlibatan pak Puloh sehingga semakin bisa memiliki rahmat dari Tuhan itu. Harapan akan hidup yang lebih baik, sehat dan sejahtera mulai terpancar dari tatapan matanya. “Kini saya bisa lebih fokus untuk bekerja dan tidak lagi direpotkan masalah rumah” Tegas Pak Puloh. Tentunya rumah dan lingkungan yang sehat pun akan terwujud. Dan akhirnya bumi yang ditempati pun akan semakin indah.
12
Mr. Puloh currently stays at very simple home. His house is roofed by tile, because so many have broken tiles, and then patched with zinc. When it rains, the water will dip into the house. Walls of the house of Mr Puloh made of woven bamboo and have a lot of holes. The house is not much room, only one room, a kitchen and living room at the same bedroom. The small house should accommodate 5 human. Mr. puloh lives with his wife Mercy (32) and her three children: Asep (15), Nuraini (8) and Adang (2). From the situation, which experienced by Mr. Puloh, Habitat for Humanity Indonesia did not stay silent. In accordance with its mission "Striving to realize the love of God." HFH Indonesia embraces Mr. Puloh and eventually made him as a home partner. Celebrating the Earth Day do not need exceptional concept, but only need real action. Building a house for Mr. Puloh is an action to improve the earth and human in a better state. That is a manifestation of God's love. "Syukur Alhamdulillah, I was assisted by Habitat Indonesia to build homes" said Mr. Puloh when it began construction of his house in Bojong Koneng, Cigarungsang, Babakan Madang, Sentul, West Java. That day, Saturday, March 28, 2015 is the construction of the foundation of his house. The excitement light is shining from his face. Wry smile etched on his face when HFH Indonesia embarked on the construction of his house. Mr. Puloh did not stay silent. Getting help does not mean just accept it. Mr. Puloh also looks for stones to build the foundation of his house. That is the effort of Mr. Puloh, so he can feel the grace of God. The expectation to live better, healthier and prosperous began emanating from his eyes. "Now I can focus on work and no longer bothered problems at home" Decisive Mr. Puloh. Surely, a home and healthy environment will be realized. And finally, the earth would be more beautiful.
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
H A B I F L E C T I O N
Kembalikan Alamku
Bring it Back
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
Segalanya itu Baik
Everything is Good
“Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Dalam kisah penciptaan, Allah menciptakan bumi dan segala isinya baik adanya. Segala yang baik, yang diciptakan Allah, dikehendaki oleh Allah untuk diselamatkan. Alam menyatakan sebuah rencana kasih dan kebenaran. Alam ada sebelum kita dan diberikan Tuhan sebagai kerangka bagi hidup kita. Alam berbicara kepada kita tentang Pencipta kita (lih. Rom 1: 20) dan kasih-Nya kepada manusia. Di pihak manusia ada simpati naluriah terhadap alam (lih. Kej 2: 19). Manusia dapat tunduk kepada hukum alam dan terpesona di tengah-tengah keagungan dunia (lih. Ayb 38: 42). Manusia juga harus mengakui ketergantungannya pada alam, serta harus membanting tulang untuk mendapat makanan yang dibutuhkannya dari alam agar ia tetap hidup (Kej 3:17). Oleh karena itu, yang diciptakan oleh Allah, harus dijaga dan dipelihara agar segala ciptaan baik adanya.
“And God saw everything that He had made, and behold, it was very good” (Gen 1:31). In the story of creation, God created the earth and all is good. All good things, which God created, willed by God to be saved. The natural declares a plan of love and truth. The nature is there before us and by God’s giving as the framework for our lives. The nature speaks to us about our Creator (cf. Rom 1: 20) and His love to us. From human side there is an instinctive sympathy for the nature (cf. Gen. 2: 19). Human obey to the laws of the nature and impressed in the midst of the greatness of the world (cf. Job 38: 42). Human have to acknowledge that they depend on the nature, and must buckle down to get foods from the nature to keep them alive. So, the world which created by God, must be kept so that all creation is good.
Kini Semuanya Berubah Namun segala yang baik dari Allah itu telah berubah. Manusia yang diberi kuasa terhadap alam bertindak semaunya. Dalam hal ini terjadilah apa yang dinamakan dengan krisis lingkungan hidup. Krisis lingkungan hidup telah mengancam kenyamanan hidup manusia. Krisis itu meliputi kerusakan lingkungan, pencemaran, kepunahan, eksploitasi, bencana alam, kekacauan iklim dan berbagai persoalan sosial. Manusia adalah citra Allah, yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, yang diutus untuk berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, ternak, dan atas seluruh bumi (bdk. Kej 1: 26). Namun yang menjadi persoalan di sini adalah sifat buruk manusia yang rakus, serakah, sombong, dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara tidak terkendali. Manusia sering menempatkan diri sebagai yang berkuasa terhadap alam ciptaan. Manusia bukan hanya menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, tetapi juga mengolah lingkungannya bahkan mengendalikan dan berusaha menguasainya. Mereka bukan hanya merespon alam, tetapi juga berusaha merekayasanya. Bukan hanya selalu berusaha memberdayakan alam, tetapi juga memperdaya alam. Manusia selalu menginginkan lebih daripada yang dia bisa, lebih daripada yang dia boleh.
(Reflection of the Earth Day)
Now, Everything is Changed But all good things from God have changed. Human is given a power to manage the nature arbitrarily. In this case, we called the environmental crisis. Environmental crisis has threatened human life. The environmental crisis like: environmental damage, pollution, extinction, exploitation, natural disasters, climate chaos and social issues. Human is the image of God, who created in His image, which was sent to have complete authority over the fish of the sea, the birds of the air, the cattle, and over all the earth (cf. Gen. 1: 26). However, the problem here is the bad traits are greedy, arrogant, selfish wants to exploit natural resources in an uncontrolled manner. Human put themselves as the ruling on the nature. Human not only adapt to the natural, but also cultivate the environment even controlling and trying to rule it. They do not only respond to nature, but also trying to reverse them. Not only trying to empower nature, but also beguiling nature. Human always want something more than they could and more than they should. When human do not obey (fallen) and tempted to be like God (cf. Gen. 3: 5), the human ruin their relationship with God. Human’s desire and lust to dominate and exploiting the nature for the sake of personal or group illustrates that people want to "be like" God, no longer as a co-worker of God.
13
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
Ketika manusia tidak taat (jatuh dalam dosa) dan tergoda untuk menjadi seperti Allah (bdk. Kej 3: 5), manusia merusak relasinya dengan Allah. Keinginan dan nafsunya untuk menguasai dan mengeksploitasi alam ciptaan demi kepentingan pribadi ataupun kelompoknya menggambarkan bahwa manusia ingin “menjadi seperti” Allah, bukan lagi sebagai rekan kerja Allah.
Dampak Kerakusan Jelas bahwa perilaku manusia yang rakus ini membawa dampak buruk pada alam kita. Bagi Matthew C. Hansen, peneliti kawasan hutan dari University of Maryland. Dia mencatat laju kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar/ tahun. Sepanjang tahun 2001-2013, Indonesia telah kehilangan 15,8 juta hektar hutan. Angka kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia ini tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia. Selanjutya dampak perubahan iklim yang tidak menentu, terjadi anomali cuaca atau kekacauan musim. Di Indonesia, hujan disertai banjir besar seringkali justru terjadi pada musim kemarau (Juli–Agustus). Sementara itu, pada musim hujan tingkat curah hujan seringkali melampaui tingkat yang normal, yang disertai dengan banjir dan longsor serta korban jiwa. BNPB mencatat bahwa selama 2007–2008, terjadi 797 bencana banjir, 77 bencana banjir dan longsor, dan 139 bencana longsor di seluruh Indonesia. Para ahli meteorologi mencatat bahwa sejak tahun 1970 rata-rata temperatur bumi naik 0,6◦ C. Kemudian sering terjadi badai tropis di berbagai belahan dunia yang menelan banyak korban jiwa dan kerugian material. Lebih lanjut, muncul berbagai penyakit menular baru akibat anomali cuaca, seperti: Sars, Flu Burung, Ebola. Yang paling parah adalah ancaman kepunahan species flora dan fauna akibat terganggunya ekosistem dan habitat mereka.
Transformasi Diri Sejenak kita menengok apa yang dikatakan dalam Kitab Suci. Bagi Paulus, alam ciptaan tidak memiliki unsur keteraturan, karena telah kehilangan keseimbangan dan keserasiannya akibat dosa manusia. Untuk menggambarkan alam ciptaan yang berada di bawah kuasa dosa, Paulus sering menggunakan kata “dunia ini”. Ada dua gagasan yang dipegang Paulus untuk menjelaskan relasi antara manusia dan dunia: 1). Dunia diciptakan Tuhan dan karena itu adalah baik; 2). Dunia sekarang menjadi sasaran kuasa dosa. Satu-satunya penguasa dunia adalah Yesus, dan dalam memulihkan kerusakan dan persoalan dunia ini, Yesus Kristus menjadi acuannya. Paulus tidak memberikan tugas kepada orang Kristen untuk mengubah dunia, tetapi membiarkan diri untuk
14
The Greed Impacts Greedy behaviors of human bring bad impact on our natural. For Matthew C. Hansen, forest researchers from the University of Maryland. He noted the rate of deforestation in Indonesia is estimated at 2 million hectares/year. Throughout the years 20012013, Indonesia has lost 15.8 million hectares of forest. The number of forest destruction in Indonesia is relatively high compared to other countries in the world. Furthermore, the impact of climate change is uncertain. There are anomalies in the weather or season chaos. In Indonesia, the rain often accompanied by big flooding would occur during the dry season (July-August). Meanwhile, in the rain season, the rainfall levels often exceed the normal level, which is accompanied by floods, landslides and victim. BNPB noted that during 2007-2008, there were 797 floods, 77 floods and landslides, and 139 landslides in all Indonesia. Meteorologists noted that since 1970 the average temperature of the earth rose 0,6◦C And then, there are tropical storms in various parts of the world that claimed many casualties and material losses. Furthermore the growing of new infectious diseases, due to adverse weather, such as: Sars, bird flu, Ebola. And the worst is the threat of extinction of flora and fauna, due to the disruption of ecosystems and their habitats.
Transformation For a moment, let us see what is Bible’s said. For Saint Paul, the creation has no element of order, because it has lost in balance and harmony because of human’s sin. To illustrate the creation that is under the power of sin, Paul uses the word "world". There are two ideas that are held by Paul to explain the relationship between human and the world: 1). God created the world and because it is good; 2). Now the world as target of the power of sin. The only King of the world is Jesus, and in restoring the damage and problems of this world, Jesus Christ became the reference. Paul did not give the task to Christians to change the world, but allow you to be transformed by Jesus. For Saint Paul, the world’ change manifested through a transformation. Therefore, Christians must dare to self-correct and renewal of heart and behavior constantly in accordance with the will of God. In the end, the purpose and final meaning of the creation is located and who belong to Christ (cf. 1 Cor 3: 22-23). For centuries humans have exploited the nature to suffice their needs. Industrialization, construction, transportation, pollution, wildfire, and lust and greed of man have brought the destruction of the environment. Now, human began to realize that the environmental destruction produces
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
diubah oleh Yesus. Bagi Paulus, perubahan dunia diwujudkan melalui suatu transformasi. Untuk itu, orang Kristen harus berani melakukan koreksi diri serta pembaharuan hati serta tingkah laku terus-menerus yang sesuai dengan kehendak Allah. Hingga pada akhirnya, tujuan dan makna terakhir dari alam ciptaan adalah berada dan menjadi milik Kristus (bdk. 1 Kor 3:22-23). Selama berabad-abad manusia telah mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Industrialisasi, pembangunan, transportasi, pencemaran, kebakaran, serta nafsu dan keserakahan manusia telah membawa lingkungan hidup pada kehancuran. Kini, perlahan-lahan, manusia mulai menyadari bahwa kerusakan lingkungan hidup tersebut mengakibatkan tempat hidupnya tidak nyaman, bahkan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan hidup merupakan kebutuhan mendesak yang perlu diperhatikan. Belajar dari krisis lingkungan hidup yang selama ini terjadi, manusia harus menghindari keadaan yang menyengsarakan diri sendiri dan generasi mendatang. Persediaan sumber daya alam harus memadai dan dirawat secara bertanggungjawab agar manusia tidak menjadi korban kehancuran alam.
H A B I N I O N
For centuries humans have exploited the nature to suffice their needs. Industrialization, construction, transportation, pollution, wildfire, and lust and greed of man have brought the destruction of the environment. Now, human began to realize that the environmental destruction produces uncomfortable place. Therefore, preservation of the environment is an urgent need. Learning from the environmental crisis that has been going on, human should avoid the circumstances that afflict their selves and next generations. Inventory of natural resources should be adequate and maintained responsibly so that people do not become victims of natural destruction.
Hemat Energi = Mencintai Bumi
Energy Saving = Love the Earth
by Punjung Widodo
oleh Punjung Widodo
D
I
alam kehidupan sehari-hari kerap kali kita melupakan suatu yang kecil. Namun hal yang kecil itu ternyata memiliki dampak yang luas. Ambilah contoh, ketika menyalakan keran air, kerap kita lupa untuk menutupnya sehingga air meluber. Ketika menyalakan televisi, kita lupa mematikan, dan bahkan gantian kita yang ditonton oleh televisi. Ketika mengisi battery hand phone, kita membiarkannya meski sudah penuh. Begitu juga ketika menyalakan lampu, meski situasi sudah cukup terang, masih saja kita menggunakan lampu. Beberapa hal tadi merupakan hal kecil dan menjadi bagian dari hidup kita. Namun sadarkah kita, bahwa hal kecil tersebut berdampak suatu yang buruk dan sangat besar bagi bumi kita. Hidup manusia sangat tergantung pada asupan listrik. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia tanpa listrik. Namun, kerap kita kurang sadar apabila listrik ini diambil dari bumi. Berikut data yang diberikan oleh PLN tahun 2013 berkaitan dengan sumber listrik yang diproduksi oleh PLN: gas alam 41.254 GWh (28,61%), batubara 74.269 GWh (51,50%), minyak 11.307 GWh (7,84%), tenaga air 13.010 GWh (9,02%), dan 4.345
n our daily life, we often forget some little thing. But the small things have broad impact. Take some examples, when we turning on the water tap, often we forget to close it, so that the water overflow. When turning on the television, we forget to turn off it, and even we are watched by the television. When we charge our mobile phone battery, we let it even the battery is full. Likewise, when turning on the lights, although the situation is quite bright, yet we use the lights. Some of these things are little things and become a part of our lives. But we realize that the little things have bad effect for the earth. Human life is highly depending on electricity intake. Many things cannot be done without electricity. Meanwhile, some of us are not aware if the electricity is taken from the earth. According the PLN’s data in 2013, related to the source of the electricity produced by PLN: 41 254 GWh of natural gas (28.61%), coal 74 269 GWh (51.50%), oil 11 307 GWh (7.84%), hydropower 13 010 GWh (9.02%) and 4,345 GWh (3.01%) comes from geothermal. Let's see for a moment, the using of natural resources in rank 1-3 turns vulnerable exhausted.
15
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
GWh (3,01%) berasal dari panas bumi. Coba kita tengok sejenak, penggunaan sumber daya alam dari peringkat 1-3 ternyata rentan habis. ”Cadangan energi fosil berupa minyak dan gas bumi yang selama ini digunakan oleh Indonesia, diperkirakan semakin berkurang dan mungkin bisa habis pada 2025,” tegas F.X Sutijastoto, Kepala Pusat Riset dan Pengembangan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia (Selasa, 3 Juni 2014). Sumber terbesar dari listrik ternyata akan segera habis. Lantas bagaimana anak cucu kita apabila sudah tidak ada sumber pembangkit listrik? Sementara kita belum sungguh-sungguh menyiapkan sumber alternatifnya. Ya…manusia akan kembali pada kegelapan. Artinya lambat laun apabila kita tidak menyikapinya dengan bijak, kita akan kembali pada era jaman batu. Sembari menunggu pemerintah menyiapkan energi alternatif, seharusnya kita pun sadar untuk berjaga-jaga. Bagaimana kita berjaga-jaga? Lihat saja contoh-contoh diatas, ternyata hal tersebut adalah sebuah pemborosan. Apabila perilaku kita seperti itu, maka kita pun menyia-nyiakan energy dan membuangnya begitu saja. Oleh karena itu kita harus mengubah cara pandang dan cara hidup kita. Berlaku cermat dan hemat energy adalah salah Selain itu, dengan hemat energi, kita juga ikut melestarikan bumi. Bumi saban hari diekploitasi dan dikeruk kekayaannya, dan dampak yang paling besar adalah kerusakan alam. Tidak bisa dipungkiri juga, pembakaran batu bara, gas dan minyak bumi sebagai pembangkit listrik juga ikut andil dalam rusaknya atmosfer kita. Maka, hemat energi bukan saja menghemat pengeluaran kita, namun juga menyelamatkan bumi dari kerusakan. Mari, di hari bumi ini, kita meyadari keteledoran kita dan mengubahnya demi kelestarian alam serta masa depan anak cucu kita. Perilaku hemat energy akan membawa pada sebuah kebaikan bukan hanya untuk diri kita, namun juga seluruh dunia. Perilaku hemat juga akan membawa dampak baik pada kesejahteraan keluarga, sebab segala sesuatu yang baik itu berasal dari keluarga.
16
"Fossil energy reserves in the form of oil and gas which has been used by Indonesia, is estimated to be less and may be discharged in 2025," said FX. Sutijastoto, Head of Research and Development Center, Ministry of Energy and Mineral Resources of Republic of Indonesia (Tuesday, June 3, 2014). The biggest source of electricity will soon be exhausted. And then how about our children and grandchildren if there is no longer source of electricity? And we do not truly prepare the alternative sources. Well...we will return to the darkness. This means that sooner or later if we do not react wisely, we will go back to the Stone Age. While, we are waiting for the government to prepare alternative energy, we should be aware as a precaution. How do we guard? Look at the examples above, it turns out it is a waste. If our behaviors like that, we are wasting energy and throw it away. Therefore, we must change the way of view and way of life. Applicable carefully and energy saving is one of the ways to love the future. Besides that, by energy saving, we also preserve the earth. The earth’s wealth is exploited and dredged every day and the great impact is the nature destruction. This is the fact, which the burning of coal, gas and oil as power plants also contributes to the destruction of our atmosphere. Thus, energy saving not only save us, but also save the earth from destruction. On this Earth Day, let us recognize our negligence and change it for the sake of the preservation of the nature and the future of our children and grandchildren. The energy saving will lead us to a goodness, not only for ourselves, but also throughout the world. The providence has a good impact on the welfare of the family, because all goodness starts from the family.
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
H A B I T I P S
Membersihkan Rumah
Cleaning the House
T
T
oleh Punjung Widodo
ime is money sampai-sampai kita tidak lagi punya waktu banyak untuk memerhatikan kesehatan rumah. Bagi mereka yang memiliki pembantu sich ga jadi soal. Tapi bagi yang tidak punya pembantu, masih jomblo apalagi tingal di rumah kost atau kontrakan, mana sempat… Membersihkan rumah kadang tidak menyenangkan. Namun kebersihan itu penting, sebab kebersihan adalah bagian dari iman. Ini triknya:
Daily:
• Pagi-pagi setelah bangun tidur, buka pintu dan jendela untuk memperlancar sirkulasi udara dan mengurangi jumlah debu. • Ambil kain lap yang bersih dan agak basah, bersihkan permukaan meja (meja makan, meja rias, dapur, dll). • Rapikan kasur, bantal, atau sofa, jangan lupa ditepuk-tepuk. Gunanya untuk membersihkan debu yang melekat dan juga membuat permukaan sofa, bantal, atau kasur kembali ke bentuk semula. • Sapu seluruh ruangan, pelan-pelan sebab debu bisa terbang kembali dan menempel di perabot yang sudah dibersihkan.
Weekly:
• Bersihkan kamar mandi. Kamar mandi yang bersih dan harum bisa membuat suasana mandi jadi makin nyaman dan membuat rajin mandi. • Ganti handuk, seprai, sarung bantal, dan guling. Biar makin sehat cuci menggunakan air pas (kirakira 60° C), agar seluruh kotoran yang melekat hilang tanpa bekas. • Bersihkan pintu dan jendela serta pegangannya. Gunakan air sabun hangat atau larutan pembersih khusus. • Seka debu yang ada di permukaan lemari, rak buku, rak tv dengan kain lap basah. • Bersihkan karpet menggunakan vacuum cleaner. Bila tidak punya vacuum cleaner bawa aja ke tukang laundry, beres dah…
Monthly:
• Ganti sarung bantal sofa dan bersihkan selasela sofa dari debu yang melekat. • Bersihkan kaca jendela dan cermin. Terlebih cermin kamar mandi yang kerap terkena cipratan pasta gigi dan sabun. • Balik kasur agar bentuknya kembali seperti semula. • Bersihkan sarang laba-laba di langit-langit rumah, kolong tempat tidur, kolong rak, dsb. • Bersihkan pernik interior yang mempunyai permukaan mengilap dan terbuat dari perak atau stainless steel dengan pembersih yang disarankan.
Rumah yang bersih adalah sumber kesehatan dan kebahagiaan. Mencintai bumi berarti mencintai kebersihan.
by Punjung Widodo
ime is money, so we have no longer much time to pay attention to the health of our home. For those who have a maid does not matter. But for those who do not have a maid, still single and living at a boarding house or rent house, certainly do not have much time. Cleaning the house sometimes is unpleasant. But cleanliness is important, because cleanliness is part of faith. This is the tricks:
Daily:
• Early in the morning after waking up, open the doors and windows to facilitate air circulation and reduce the amount of dust. • Take a clean washcloth and little wet, wipe the surface of the table (dining table, dresser, kitchen, etc.). • Making up mattress, pillow, or sofa. Please do not forget to pat it. Because it can clean the grime and also makes the surface of the mattress, pillow and sofa back into the shape. • Sweep across the room, slowly because dust can fly back and stuck in the furniture that had been cleaned.
Weekly:
• Clean the bathroom. The clean and fragrant bathroom can make us comfortable. • Change the towels, sheets, pillowcases, and bolsters. For healthier, washing with hot water (60 ° C), so that all dirties disappear. • Clean the doors, windows and also the handle. Use warm soapy water or a special cleaning solution. • Wipe the dust on the surface of the cabinets, bookcases, tv rack with a wet duster. • Clean the carpet using a vacuum cleaner. If you do not have a vacuum cleaner, bring it to laundry,
Monthly:
• Change pillowcases of sofa and also clean the sidelines of sofa from the dusts. • Clean the glass of windows and mirrors. Moreover, the bathroom mirror was often exposed to splashes of toothpaste and soap. • Flip the mattress in order to return to normal shape. • Clean the spider web on the ceiling, under the bed, under shelves, etc. • Clean the interior accessories that have a shiny surface and are made of silver or stainless steel with the recommended cleaners.
Clean home is a source of health and happiness. Loving the earth means loving cleanliness.
17
H A B I TA L K ! A P R I L 2 0 1 5
VOLUNTEER SCHEDULE JAKARTA BRANCH
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Date 2 Apr '15 4 Apr '15 10 Apr '15 11 Apr '15 11 Apr '15 14 Apr '15 17 Apr '15 18 Apr'15 18 Apr '15 23 Apr '15 25 Apr '15 28 Apr '15
Activity (Construction Works)
Volunteer AXA Mandiri JIS NJIS Kairos Gracia School JIS Nissan & Media RD Build Cargill Henkel SIS - PIK Habitat Crew NJIS
Foundation
Walling
1 2 1 2 2
1
1
1
1 1
transfer material 1 MCK paving blok
2 2 1 Painting
other activity
ADS
18
Venue Sentul Sentul Mauk Mauk Sentul Mauk Sentul Cikande Serang
Mauk Sentul Sentul Mauk