Dwi Ferlina
PERI PALSU
Penerbit NulisBuku.com
PERI PALSU Oleh: Dwi Ferlina Copyright © 2014 by Dwi Ferlina
Penerbit Nulisbuku.com www.Nulisbuku.com
[email protected] Desain Sampul: Risqi Ramadhan (www.littlerocket.tk)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Ucapan Terimakasih:
Buku ini ku persembahkan untuk kedua adik perempuanku, terimakasih atas inspirasinya. Dan terimakasih kepada NuliSbuku.com yang telah menerbitkan novel ini. serta terimakasih kepada para pembaca. Dan terakhir kepada Suamiku tercinta yang men-Design Cover novel ini.
3
DAFTAR ISI
Apa yang Anda Pikirkan tentang Lionil Peru? ---5 Simond Gobel ---14 Ibu tiri adalah Peri Palsu ---18 Laura, Julie & August ---25 Ulang tahun ---48 Orang tua angkat ---60 Panggung Mimpi ---71 Julie ---85 Patah Hati ---93 Ramona ---95 Go Home ! ---112
4
Apa yang anda pikirkan tentang Lionil Peru?
Lionil Peru lahir pada tanggal 29 Juni 1988. Adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat Lionil baru berusia 5 tahun. Setelah orang tuanya meninggal, tidak ada seorang keluarga maupun saudara yang mau menjenguk keadaan Lionil. Akhirnya seorang perempuan 17 tahun, Maria Morine yang baik dan miskin tulus mengurus Lionil. Namun sebulan kemudian, Maria terpaksa menitipkan Lionil ke sebuah panti asuhan karena ibu tiri Maria tidak sudi mengeluarkan biaya untuk Lionil. Pada tahun 1993, sebulan setelah kematian orang tuanya. Tepat pada 10 mei malam hari, Maria mengetuk pintu panti asuhan Moremere yang sungguh mengerikan ketika malam hari. Maria bermaksud untuk menitipkan seorang bocah laki-laki ke panti itu. Panti asuhan Moremere adalah milik seorang janda tua yang suka menampung anak-anak terlantar. 5
Yaitu Ny. Ludlin Ludwig, kepala panti asuhan Moremere. Ny. Ludlin bertubuh tinggi dan kurus. Rambut putihnya sangat khas disanggul keatas di tengah belakang kepalanya. Ny. Ludlin sangat angkuh tapi tidak sombong. Dia cukup adil, berjiwa sosial dan tidak suka keonaran. Ny. Ludlin adalah wanita kaya. Mendiang suaminya, dia merasa kesepian. Sehingga dia membangun panti asuhan untuk menampung anakanak terlantar. Ny. Ludlin sendiri tidak memiliki anak. Wakil kepala panti adalah Ny. Libia Webber, wanita parobaya yang suka mengkritik orang lain, menghasud orang adalah hobinya. Libia adalah adik sepupu Ny. Ludlin. Dan ada beberapa pengurus lain yang diangkat langsung oleh Ny. Ludlin. Maria dan Lionil tengah duduk di dalam ruangan
Ny.
Ludlin.
Maria
menjelaskan
dan
menunjukkan berkas-berkas bukti kematian kedua orang tua Lionil. setelah membaca berkas-berkas yang masih baru itu Ny. Ludlin memandang Lionil yang sedang duduk tenang dengan kepala tertunduk menatap lantai. 6
Tak
lama
kemudian
Lionil
mengangkat
wajahnya. Rambut masainya yang coklat menutupi sebagian wajahnya. Ny. Ludlin juga sudah mendengar pernyataan Maria yang sangat terpaksa menampung Lionil di panti itu karena keadaan yang tidak memungkinkan. Malam itu Ny. Ludlin langsung menerima Lionil. Lionil Peru resmi menjadi warga baru dipanti asuhan Moremere. Panti asuhan yang terdiri dari 4 lantai dan 444 kamar yang dapat menampung 400 anak serta
pengasuh-pengasuh
panti.
Lionil
Peru
mendapatkan sebuah kamar sepi di ujung gang lantai 4, kamar nomer 444 menjadi miliknya. Maria ikut mengantar Lionil ke kamar 444. Tidak terasa Maria meneteskan air mata. Entahlah, apa untuk perpisahan atau hanya sementara. Malam itu Maria masih sempat bicara dengan Lionil. “Sayang, maafkan aku. Andai aku bisa, pasti aku tidak mungkin membawamu ke tempat ini. Aku sayang padamu dan akan selalu merindukanmu. Jangan takut, suatu saat nanti aku akan menjemputmu kembali untuk tinggal bersamaku, selamat malam.” Bisa terbayang 7
kepedihan perpisahan ini. Antara seorang bocah lugu yatim piatu dengan seorang perempuan remaja yang tidak berdaya untuk mengurusnya. Kerinduan kecil akan selalu membayangi keduanya. Setiap bulan selalu ada anak yang di adopsi dari panti
asuhan
Moremere
oleh
pasangan
yang
menginginkan anak tanpa bersusah payah maupun pasangan yang tidak di karuniai anak akan mengadopsi seorang anak dari panti asuhan ini. Lionil adalah anak yang tidak suka bicara. Menurut pengamatan Marie Telijuw, pengasuh yang paling dekat dengan anak-anak panti, Lionil adalah anak yang belum pernah mau bicara dengan siapapun. Entahlah, ini menjadi prasangka aneh yang selalu membuat pengurus panti bertanya-tanya. Sebulan kemudian. Maria Morine mengunjungi panti. Ny. Ludlin mulai mengeluhkan hal-hal aneh tentang Lionil pada Maria. Ny. Ludlin bilang bahwa, ”Lionil memiliki kelainan dan tidak normal. Dia tidak pernah bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, Dia tidak suka makan bersama, tidak suka keramaian,
8
dan benci pada sinar lampu.” Ny. Ludlin meminta penjelasan dari Maria. Maria hanya menjawab sederhana, ”Lionil masih sangat kecil, rapuh dan labil. Mungkin kematian kedua orang tuanya memberi dampak negatif yang aneh. Tapi Lionil bukanlah anak bisu yang bodoh. Mungkin saja Lionil masih tertekan dan butuh seorang teman.” Ny. Ludlin menerima alasan ini dengan hati ragu. Maria menjambangi Lionil kekamarnya. Maria agak terkejut, rupanya benar kata Ny. Ludlin bahwa Lionil benci pada sinar lampu. Di kamarnya penuh lilin. Melihat Maria membuka pintu, Lionil langsung melompat dari kasurnya, berlari ke tempat Maria lalu memeluk Maria dengan erat, seperti pelukan adik terhadap kakaknya. “Lionil, baik-baik saja, bukan?” pertanyaan ini membuat Lionil menangis, seperti seorang anak di pangkuan ibunya yang mengadu. “Aku kesepian dan mati kebosanan di tempat ini.” Jawab Lionil meratap. Akan tetapi Maria tetap menyemangati hati Lionil agar tetap kuat menjalani
9
hari-harinya. Lionil akan terlihat damai jika berada di dekat Maria Morine. Tapi akhirnya Maria pulang dengan memberi harapan-harapan kecil agar Lionil bersabar. Kini usia Lionil genap 10 tahun. Anak-anak panti yang seusianya kini telah di adopsi oleh para orang tua yang menginginkan mereka. Sejauh ini belum ada orang tua yang tertarik untuk mengadopsi Lionil. Sehingga para teman-temannya yang nakal sering meledeknya bahwa Lionil terlalu aneh dan tidak laku. Hal itu pun menambah perasaan tertekan yang di derita Lionil sejak lama. Semua anak panti di sekolahkan di asrama yang sama, tidak jauh dari panti itu. Pada usia dini Lionil mulai memperlihatkan gejala-gejala yang tidak beres dalam dirinya. Ny. Ludlin sebulan 2x pergi ke asrama untuk memenuhi panggilan wali bagi siswa yang bermasalah. Masalahnya macam-macam, mulai dari bolos sekolah sampai masalah perkelahian Lionil di sekolah. Ny. Ludlin tidak menyangka bahwa Lionil akan melakukan semua ini.
10
Baca Kisah Selanjutnya, dengan membeli bukunya di :
WWW.NULISBUKU.COM
11