Y
M
M U
D
Daftar Isi
i
M
Y
M U
D ii
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Y
M
M U
D
Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Daftar Isi iii
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ahmad Suriansyah Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat: Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat/Ahmad Suriansyah—Ed. 1—2.—Jakarta: Rajawali Pers, 2015. viii, 142 hlm., 24 cm Bibliografi: hlm. 135 ISBN 978-979-769-766-2
Y
1. Hubungan Masyarakat — Sekolah I. Judul
Hak cipta 2014, pada Penulis
371.19
M
M U
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2014.1421 RAJ Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat: Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Cetakan ke-1, Juli 2014 Cetakan ke-2, Februari 2015
D
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Desain cover oleh
[email protected] Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset PT RajaGrafindo PersadA
Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163 E-mail :
[email protected] http: //www.rajagrafindo.co.id Perwakilan: Jakarta-14240 Jl. Pelepah Asri I Blok QJ 2 No. 4, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Telp. (021) 4527823. Bandung-40243 Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) 5206202. Yogyakarta-Pondok Soragan Indah Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) 625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok. A No. 9, Telp. (031) 8700819. Palembang-30137, Jl. Kumbang III No. 4459 Rt. 78, Kel. Demang Lebar Daun Telp. (0711) 445062. Pekanbaru-28294, Perum. De’Diandra Land Blok. C1/01 Jl. Kartama, Marpoyan Damai, Telp. (0761) 65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3 A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. (061) 7871546. Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok A 9/3, Komp. Perum Bumi Permata Hijau, Telp. (0411) 861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 33 Rt. 9, Telp. (0511) 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/v No. 5b, Denpasar, Bali, Telp. (0361) 8607995
iv manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Y
kata pengantar
M
M U
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan merupakan prioritas kebijakan dalam dunia pendidikan. Kebijakan ini diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan pendidikan, salah satunya adalah pendekatan manajemen berbasis sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dalam bidang-bidang tertentu untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu sekolahnya sesuai dengan potensinya masingmasing. Kebijakan ini seiring dengan kebijakan dalam otonomi daerah, yang diharapkan akan dapat mempercepat peningkatan mutu pendidikan di daerah dan di masing-masing sekolah.
D
Salah satu aspek dalam implementasi pendekatan manajemen berbasis sekolah, yang tidak dapat dipungkiri adalah meningkatkan keterlibatan atau partisipasi orang tua murid dan masyarakat dalam mendukung upaya sekolah mengembangkan dirinya dan meningkatkan mutu sekolahnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 9 mengamanatkan bahwa: “Masyarakat berkewajiban untuk memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”; dan selanjutnya pada Pasal 54 Ayat (1) dan (2) ditegaskan lagi bahwa “Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan”; serta “masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan”.
Daftar Isi
v
Amanat undang-undang tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dan memperjelas serta mempertegas amanat implementasi pendekatan manajemen Berbasis Sekolah di satuan pendidikan. Meskipun demikian dalam prakteknya masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah berbagai problem dalam pemberdayaan masyarakat dan orang tua untuk membantu/mendukung penyelenggaraan pendidikan khususnya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Y
Sehubungan dengan hal tersebut maka buku ini mencoba untuk mengungkap berbagai kajian tentang kenapa sekolah perlu masyarakat, dan bagaimana meningkatkan partisipasi orangtua dan masyarakat serta memberdayakan mereka dalam membantu/mendukung upaya sekolah mengembangkan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, buku ini dapat menjadi bahan kajian bagi calon guru yang sedang memperdalam ilmu di lingkungan perguruan tinggi kependidikan (LPTK) maupun bagi guru-guru dan kepala sekolah yang sedang bertugas, karena buku ini tidak hanya memberikan penjelasan dan kajian yang bersifat teoretik semata tetapi juga membuat kajian-kajian yang aplikatif dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, baik oleh guru maupun kepala sekolah.
M
M U
Di samping itu buku ini juga dapat dimanfaatkan bagi kalangan pengawas sekolah sebagai bahan referensi dalam rangka melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah tentang apa dan bagaimana cara dan strategi dalam meningkatkan keterlibatan orangtua dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anaknya di sekolah.
D
Meskipun demikian buku ini belum mencapai kesempurnaan, oleh sebab itu masih memerlukan penyempurnaan secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbasiskan hasil-hasil penelitian mutakhir. Untuk semua itu penulis sangat berterima kasih dan berbangga hati apabila ada masukan-masukan perbaikan dari semua pembaca. Semoga bahan bacaan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan secara umum.
vi manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Penulis
Y
daf tar isi
M
M U
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB 1 SEKOLAH DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
D
v vii 1
A. Pendahuluan
1
B. Pengertian Kebudayaan
8
C. Sosialisasi ke dalam Masyarakat
11
D. Keluarga sebagai Medium dari Proses Sosialisasi
13
E. Sekolah sebagai Medium dari Proses Sosialisasi
16
F. Fungsi-fungsi Lain dari Pendidikan
20
BAB 2 SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL
29
A. Pendahuluan
29
B. Komponen Sistem dalam Sistem Sekolah
30
C. Sekolah Efektif dalam Perspektif Sistem
32
BAB 3 MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN A. Mengapa Sekolah Memerlukan Masyarakat
37 37
B. Perlunya Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 42 Daftar Isi vii
Bab 4 Konsep Dasar Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 49 A. Pengertian
49
B. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
54
C. Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 56
Y
D. Prosedur Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 61 E. Beberapa Hambatan dalam Pelibatan Keluarga/ Orangtua/Masyarakat dalam Praktik Pendidikan di Sekolah 64
M
Bab 5 Teknik Dan Bentuk Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat 71
M U
A. Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
71
B. Teknik yang Banyak Digunakan dalam Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 73 C. Bentuk-bentuk Partisipasi Orangtua Murid/Masyarakat untuk Sekolah 81 Bab 6 Menggalang Dukungan Masyarakat
D
A. Upaya Menggalang Masyarakat
95 95
B. Peranan Manajer Pendidikan Menggalang Dukungan Masyarakat 97 C. Program Hubungan Sekolah – Masyarakat
103
Bab 7 Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah Dan Organisasi Lainnya 117 A. Pendahuluan
117
B. Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah
119
C. Kerja Sama dengan Pemerintah/Masyarakat Secara Umum 128 D. Kerja Sama Sekolah dengan Organisasi Profesi
129
E. Kerja Sama Sekolah dengan Institusi Lain
131
Daftar Pustaka
135
Tentang Penulis
141
viii manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
1
Y
sekolah dan konteks sosiokultural
M
M U
A. Pendahuluan
Pendidikan sebenarnya sudah ada sejak adanya manusia di muka bumi. Bahkan ada yang menyatakan pendidikan sudah dimulai sejak anak dalam kandungan. Apa sebenarnya pendidikan itu? Pendidikan pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan peserta didik, yang ditandai oleh adanya kemandirian dari diri peserta didik. Artinya bahwa pendidikan akan dihasilkan manusia-manusia dewasa yang memiliki kemandirian. Dengan demikian, berarti pendidikan dapat pula di pandang sebagai suatu lembaga yang melakukan kegiatan dalam rangka mendewasakan manusia dengan berbagai aktivitas mendidik dalam wujud pemberian pengalaman-pengalaman belajar kepada semua peserta didik (manusia yang belum dewasa). Pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui kegiatankegiatan pendidikan adalah merupakan gejala yang bersifat universal dari suatu masyarakat. Isi dan corak dari pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut sangat bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat di mana pendidikan itu berlangsung. Biasanya lingkungan masyarakat tersebut memiliki latar belakang budaya, nilai, keyakinan, filosofi yang berbeda. Sifatsifat universal dari pengalaman-pengalaman pendidikan dapat memberikan kontribusi pengembangan masyarakat dan kebutuhan bagi semua masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai warisan budayanya, dan menanamkan terhadap generasi muda nilai-nilai luhur budaya, cita-cita, kebiasaankebiasaan, dan standar perilaku dari budaya masyarakatnya.
D
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural
1
Pendidikan sebagai suatu wahana untuk mendewasakan manusia lainnya dilakukan dalam suatu proses. Proses di mana anak belajar mengenal cara hidup dan berperilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan nilai, norma dan budaya. Kebiasaan-kebiasaan serta nilai-nilai budaya masyarakat tersebut yang coba dipelajari dan diadopsi dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik. Pada waktu yang sama semua anggota masyarakat harus belajar bagaimana mereka beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakatnya. Perubahan-prubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari hubungan sosial masyarakat dengan lingkungannya. Proses di mana generasi muda belajar tentang nilai-nilai atau kebiasaan-kebiasaan baru tersebut dilakukan melalui proses enkulturasi dan alkulturasi. Dua proses enkulturasi dan alkulturasi tersebut berjalan seiring, berkesinambungan dan saling pengaruh mempengaruhi, sampai pada akhirnya masyarakat merasa memiliki kemantapan nilai-nilai tertentu yang diyakininya sebagai nilai yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupannya, masyarakatnya dan dirinya sendiri. Semua orang di dalam masyarakat harus mengadaptasi pola-pola perilaku dan sistem nilai serta cara berpikir yang sudah mantap sesuai dengan norma dan nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakatnya. Akan tetapi dalam kenyataannya sistem nilai, pola perilaku dan cara-cara berpikir tersebut juga mengalami perubahan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga mengakibatkan terjadinya perubahan budaya baik sebagai akibat masuknya budaya lain maupun sebagai akibat kemajuan budaya masyarakat setempat sebagai dampak dari kemajuan proses pendidikan itu sendiri. Kegagalan seseorang individu yang berada dalam suatu lingkungan dalam mengadaptasi nilai-nilai baru yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya dapat mengakibatkan resiko terjadinya konflik dan atau perselisihan dengan lingkungan di mana dia berada. Hal ini dapat mengakibatkan orang tersebut dapat terisolasi dan dikucilkan atau dianggap orang asing oleh lingkungan masyarakat di mana dia berada sebagai akibat kegagalan dalam mengadaptasi diri dengan perubahan nilai, norma dan budaya lingkungan. Ini berarti kegagalan dalam beradaptasi merupakan ancaman bagi eksistensi seorang individu dalam lingkungan di mana dia berada.
Y
M
M U
D
Kecepatan, tingkat dan intensitas terjadinya modifikasi-modifikasi perilaku seseorang dalam penyesuaian budaya individu dengan budaya lingkungan tersebut sangat bervariasi antar sistem budaya masyarakat yang satu dengan sistem budaya masyarakat yang lain. Perbedaan kecepatan
2
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
adaptasi tersebut sangat tergantung pada proses belajar dan proses sosialisasi nilai budaya yang sedang berkembang. Proses pendidikan dan sosialisasi yang tidak tepat menyebabkan terjadinya modifikasi perilaku yang sesuai dengan nilai budaya yang sedang berkembang menjadi lamban bahkan dapat pula berakibat pada kegagalan. Oleh karena itu secara umum dapat dikatakan bahwa, tanpa memandang tingkat kemajuan masyarakat, apakah masyarakat tersebut berpendidikan atau tidak, masyarakat pra-industri atau masyarakat industri, masyarakat tradisional ataupun masyarakat yang telah maju, proses-proses pembudayaan dilakukan melalui proses sosialisasi dan proses pendidikan di institusi pendidikan kepada generasi muda. Proses ini dapat bervariasi/berbeda dan sering dihadapkan pada permasalahan dalam pewarisan nilai-nilai budaya tersebut. Sebagai contoh saat ini sering dikatakan generasi muda kehilangan budaya bangsanya, jarang anak muda yang suka wayang, suka berpakaian batik dan lain sebagainya. Di sisi lain anak muda sangat suka meniru budaya luar misalnya budaya tari Korea yang terkenal dengan nama Gangnam Style dan sebagainya. Kondisi tersebut menunjukkan adanya problem dalam pewarisan nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda, sehingga berakibat generasi muda lebih tahu dan lebih meyukai budaya luar dibanding budaya negara dan atau daerahnya sendiri.
Y
M
M U
Berbicara tentang kebudayaan dan sekolah sering membatasi penggunaan istilah edukasi dan sosialisasi. Edukasi sering dihubungkan dengan belajar dalam sekolah formal yaitu tempat anak belajar dengan waktu, struktur kurikulum yang pasti dan dirancang secara sistimatis, sedang sosialisasi dianggap suatu konsep yang memiliki makna yang lebih luas, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan upaya belajar dan membelajarkan semua orang untuk menyesuaikan dan mengadopsi nilai-nilai baru. Kadang sosialisasi dianggap hanya sebagai proses pemberian informasi umum kepada khalayak tertentu dan sasaran tertentu secara insedental sesuai keperluan. Meskipun sebenarnya edukasi dan sosialisasi keduanya bermuara pada tujuan akhir pemberian informasi, perubahan perilaku dan akhirnya pendewasaan seseorang. Karena sosialisasi pada dasarnya adalah proses belajar, sebagaimana teori belajar yang dikembangkan oleh Bandura, bahwa belajar sebenarnya adalah proses sosial. Adakalanya seseorang dapat beradaptasi terhadap nilai baru sebagai akibat dari keikutsertaannya dalam pencarian informasi melalui proses sosialisasi. Dengan demikian sosialisasi pada dasarnya merupakan salah satu cara dalam proses edukasi. Oleh sebab
D
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural
3
itu proses sosialisasi dan proses edukasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka pewarisan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya secara terus menerus dan berkelanjutan. Tumbuh dan berkembangnya budaya masyarakat dapat terbentuk melalui kedua proses tersebut, yaitu proses sosialisasi dan edukasi atau pendidikan. Proses pendidikan secara formal dilakukan melalui sistem persekolahan pada umumnya dipandang sebagai proses terbuka. Proses pendidikan secara formal ini bersifat terbuka sehingga dapat diketahui dan terlihat oleh siapapun, dan diorganisasi secara baik, mulai dari pengaturan peserta didik sempai pada pengaturan kapan seseorang harus belajar dan apa yang harus dipelajari pada waktu tertentu sampai pada pengaturan sistem penilaian sebagai bukti terjadinya perubahan pada diri individu sebagai akibat proses pendidikan. Akan tetapi baik pendidikan maupun sosialisasi juga dapat terjadi secara informal dan bersifat tertutup, dan bahkan sebagian tidak disadari oleh individu yang bersangkutan bahwa dia telah berada dan melalui proses pendidikan dan sosialisasi. Oleh sebab itu sosiologi melihat bahwa aktivitas mendidik pada hakikatnya adalah proses interaksi sosial yaitu interaksi antara guru dengan murid, murid dengan guru, guru dengan guru dan murid dengan murid, serta guru-murid dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan harus dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik sesuai dengan fungsinya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, yaitu membantu proses sosialisasi dan individualisasi peserta didik.
Y
M
M U
D
Sosialisasi adalah proses menjadikan peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Artinya bahwa proses pendidikan harus mampu menyiapkan anak didik untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakatnya di masa yang akan datang. Karena itu sudah merupakan kewajiban pendidikan untuk memberi mereka kemampuan/kompetensi yang diperlukan bagi peserta didik untuk hidup di masa yang akan datang. Di samping itu juga kompetensi untuk beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi di lingkungan anak juga menjadi perhatian dalam proses pendidikan dan sosialisasi. Sedangkan individualisasi yaitu suatu proses mengembangkan potensi perseorangan peserta didik secara optimal. Ini berarti proses pendidikan harus dapat mengenali secara jelas potensi apa yang dapat dikembangkan pada peserta didiknya masing-masing. Pada dasarnya seiap orang memiliki potensinya masing-masing. Potensi itu akan dapat berkembang secara optimal apabila mendapat fasilitasi dari proses pendidikan dan sosialisasi.
4
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Pada beberapa kelompok masyarakat, proses pendidikan dan sosialisasi dari generasi muda berlangsung tidak selalu melalui prosedur dan jalur belajar formal yang ekstensif. Namun demikian proses “schooling” atau persekolahan sebenarnya selalu terjadi di mana-mana, dan masyarakat sukar bahkan tidak mungkin untuk menghindari diri dari proses belajar mengajar formal tersebut, baik di dalam masyarakat di desa-desa, masyarakat yang hidup di padang pasir, masyarakat di lereng-lereng gunung. Pada saat ini hampir semua lapisan masyarakat dan demografi yang jauh sekalipun telah dijamah oleh proses “schooling” tersebut. Proses persekolahan sudah menjadi hak dasar setiap warga negara. Sifat universal dari sekolah-sekolah dan proses schooling tersebut pada dasarnya mencakup 6 (enam) golongan besar:
Y
M
1. Sekolah-sekolah yang memberikan dasar-dasar pengetahuan untuk menyadari dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara. Pada golongan ini lebih banyak menekankan pada pembentukan kesadaran akan nilai, norma dan budaya, atau sekarang lebih dikenal dengan istilah karakter. Sekolah-sekolah ini meliputi pendidikan tingkat kanakkanak, sekolah dasar. Sedangkan pada sekolah yang lebih tinggi sudah mulai sedikit bergeser fokusnya pada penanaman dan pembentukan pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan penanaman karakter itu sendiri. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin bergeser pendidikan karakter kepada pedidikan ilmu pengetahuan dan teknologi.
M U
D
2. Sekolah-sekolah yang memberikan bekal kepada generasi muda untuk memiliki kemampuan mengkaji berbagai pengetahuan-pengetahuan tingkat lanjut di perguruan tinggi, yang memberikan pendidikan dan latihan spesialis dengan penguasaan iptek yang lebih mendalam. 3. Sekolah-sekolah yang memberikan bekal kemampuan-kemampuan kepada siswa dan berorientasi pada pendidikan keagamaan seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Pendidikan ini bercirikan keagamaan tetapi tetap seimbang antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pengetahuan agama. 4. Sekolah-sekolah yang kemampuan, keterampilan dan pada dasarnya adalah pendidikan yang menyiapkan generasi muda dalam membela dan mempertahankan negara (bela negara), atau dengan kata lain pendidikan yang menjadi militer seperti akademi militer (angkatan darat, laut dan udara) serta akademi kepolisian. 5. Sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi pada penyiapan generasi muda untuk terjun ke dunia kerja setelah menamatkan sekolahnya.
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural
5
Sehingga pendidikan di sekolah yang demikian tidak disiapkan peserta didiknya secara khusus untuk lanjut ke perguruan tinggi. Sekolah tersebut seperti sekolah menengah kejuruan yang memiliki beragam program studi yang memberikan bekal keterampilan tertentu sepeti: perhotelan, informasi dan teknologi, mesin dan lain sebagainya. 7. Sekolah-sekolah dalam bentuknya yang lain misalnya sekolah yang dipersiapkan untuk menyebarluaskan pengetahuan tertentu, misalnya sekolah untuk kepentingan indoktrinasi, sekolah untuk menyiapkan guru-guru agama, dan sekolah-sekolah untuk mempersiapkan tenagatenaga profesional lainnya.
Y
M
Proses dari persekolahan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Sekolah-sekolah seperti itu sejak lama telah dipersiapkan oleh masyarakat, dan dimaksudkan untuk melestarikan warisan budaya masyarakat, serta berfungsi untuk melangsungkan proses memajukan masyarakat. Lebih jelasnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan di manapun proses pendidikan itu berlangsung (melalui persekolahan atau di luar persekolahan) adalah untuk menghasilkan orangorang agar mereka mengenal dan menyadari dirinya serta bertanggung jawab untuk menyempurnakan/mengembangkan masyarakatnya atau dengan kata lain mendewasakan manusia yang ditandai oleh indikator: bertanggung jawab, mandiri, tidak tergantung atau selalu mengagntungkan diri kepada orang lain, berani mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan masyarakatnya serta menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya.
M U
D
Munculnya sekolah-sekolah formal pada dasarnya sebagai konsekuensi dari perkembangan masyarakat, kompleksnya tatanan sosial yang ada, serta untuk merespons kebutuhan bagi upaya melestarikan warisan budaya, kontrol sosial dan untuk memajukan masyarakat yang bersangkutan. Kemunculan sekolah ini pada awalnya didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga oleh orang dewasa di sekitar keluarga, tidak mampu lagi berperan mempersiapkan anggota keluarganya secara intensif dalam memberikan pengalaman belajar untuk menghadapi berbagai kemajuan dan kompleksitas kehidupan dan tatanan sosial budaya yang berkembang secara cepat. Kompleksitas perkembangan yang ada serta terjadinya perubahan yang cepat di masyarakat, menyebabkan keluarga/ masyarakat tidak mampu lagi mengantisipasi dalam menyiapkan generasi muda dengan kompetensi yang tinggi dan kompleks. Untuk itulah, maka penyiapan generasi muda yang dulu dapat dilakukan oleh keluarga sebagai
6
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
institusi pendidikan pertama dan utama ke institusi lain yang dapat membantu penyiapan generasi muda secara efektif. Institusi inilah yang selanjutnya disebut dengan sekolah. Bagi orang-orang/masyarakat yang menempatkan permikiran pada orientasi edukasi, untuk memajukan masyarakat, tidak menginginkan perubahan-perubahan masyarakat secara radikal, apalagi dengan jalan berontak atau kekerasan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap institusi dan struktur sosial yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelembagaan pendidikan itu pada hakikatnya merupakan lembaga konservatif, yang berfungsi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya sambil berusaha mengembangkan budaya bagi kesejahteraan masyarakatanya. Titik tolak atau sentral segala upaya dalam pengembangan budaya yang dilakukan melalui proses persekolahan atau proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah memajukan kehidupan masyarakat, meningkatkan kualitas kehidupan warga masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang utuh, yaitu sejahtera dalam arti lahir dan sejahtera dalam arti bathin. Dengan demikian orientasinya bukan semata pada aspek materialistis tetapi juga aspek psikologis dan spiritualistis. Oleh sebab itulah, maka sekolah di manapun, dalam kondisi apapun sebagai lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya. Lembaga pendidikan akan tumbuh dan berkembang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Y
M
M U
D
Pada sisi lain sekolah dihadapkan pada kenyataan perkembangan budaya masyarakat yang sangat cepat, perubahan-perubahan yang tejadi terhadap berbagai aspek-aspek budaya dan masyarakat yang begitu cepat menjadikan sekolah mempunyai misi sebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan (agen of change), sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat tanpa meninggalkan nilai lama yang perlu dipertahankan agar dapat diadopsi oleh masyarakat, demi mengadaptasi perkembangan teknologi dan pengetahuan, yang pada akhirnya sebenarnya bertujuan agar kehidupan masyarakat lebih berkualitas. Jadi, adalah tidak mungkin kita berpikir dan memfungsikan sekolah hanya sebagai alat untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan dan tata nilai yang berlaku di dalam masyarakat serta sebagai alat untuk mentransmisikan warisan-warisan budaya masyarakat semata-mata, karena masyarakat akan
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural
7
tertingal dari budaya yang terus-menerus berkembang, lebih-lebih pada masa sekarang perkembangan budaya masyarakat jauh lebih cepat dari apa yang dapat dilakukan oleh sekolah. Bersamaan dengan proses pelestarian tersebut, sekolah harus dipandang sebagai agen pembaharuan serta kekuatan yang mampu menciptakan kondisi-kondisi untuk melakukan perubahanperubahan kearah peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian dalam pembicaraan mengenai sekolah ini kita dihadapkan dua kepentingan atau tujuan pokok, yaitu:
Y
1. Melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat mengantisipasi masa depan tanpa harus meninggalkan budaya dan nilai yang sudah menjadi karakteristik masyarakat. Jadi, sekolah disatu pihak dapat dipandang sebagai lembaga konservasi nilainilai masa lampau dan kedua sebagai agen untuk melakukan perubahan.
M
2. Kepentingan tersebut di atas tidak perlu dianggap sebagai asumsi yang harus dipertentangkan, akan tetapi harus ditempatkan di dalam suatu kontinum, yang akan memberi kesempatan kepada pengambil kebijakan, untuk mengambil pilihan-pilihan yang diinginkan, atas pertimbanganpertimbangan situasi, tempat dan kepentingan tertentu.
M U
Dari uraian-uraian tersebut di atas, nampak bahwa pembicaraan tentang persekolahan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang masyarakatnya, sebab sekolah diciptakan oleh masyarakat, dipeliharan oleh masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat. Sekolah pada dasarnya difungsikan sebagai lembaga yang berperan dalam membangun dan mengembangkan masyarakat kearah kemajuan, berkualitas dan sejahtera. Sehingga pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat masyarakat. Oleh sebab itu sangat tepat kalau tokoh pendidikan Inodonesia Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berpusat pada tiga lembaga yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dalam proses pembentukan masyarakat yang berkualitas. Tanpa kerjasama ketiga lembaga tersebut dalam proses pendidikan, sulit diharapkan pendidikan dan sekolah mencapai mutu yang tinggi.
D
B. Pengertian Kebudayaan Berbicara mengenai kebudayaan (culture), kita tidak dapat melepaskan diri dari definisi yang dikemukakan oleh Tylor, karena Tylor dipandang sebagai ahli yang memberikan rumusan secara lengkap tentang pengertian kebudayaan. Tylor menyatakan bahwa kebudayaan (culture) atau peradaban (civilization)
8
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
merupakan keseluruhan kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, aturan, kebiasaan, dan semua kemampuan-kemampuan dari kebiasaankebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya merupakan suatu konsep yang digunakan untuk memahami masyarakat dan kelompok manusia sejak sekian lama. Stoner (1995) mendefinisi budaya sebagai gabungan andaian, tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide lain yang manjadi amalan ahli-ahli untuk menentukan apa artinya menjadi anggota masyarakat tersebut. Grave (1986) pula menyatakan budaya adalah suatu pola material maupun perilaku yang sudah diterima pakai oleh masyarakat sebagai cara hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah anggotanya. Budaya di dalamnya juga termasuk semua cara yang telah diterima pakai seperti: kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit serta premis-premis dasar dan peraturan oleh organisasi berkenaan.
Y
M
Saat ini budaya diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang (Navizond, 2007). Kini budaya dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamik, bukan sesuatu yang kaku dan statik. Budaya tidak diartikan sebagai sebuah kata benda, kini lebih dipahami sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengan kegiatan manusia.
M U
Secara garis besar, dari beberapa pernyataan para ahli dapat di tarik suatu benang merah bahwa kebudayaan merupakan aspek-aspek interaksi sosial manusia yang unik. Kebudayaan atau budaya sebagai hasil budi daya dan kerja atau karya manusia pada dasarnya terdiri dari dua golongan yaitu yang pertama berupa simbol-simbol yang memiliki nilai tertentu. Artifak-artifak material antara lain berupa barang-barang hasil ciptaan manusia seperti bentuk-bentuk rumah, jalan-jalan, mobil, taman, baju, alat-alat rumah tangga, perhiasan, model-model pakaian, dan alat-alat untuk bercocok tanam serta alat-alat kerja lainnya. Sedangkan artifak simbol antara lain berupa buah pikiran, sikap-sikap pandangan ide/cita-cita, bendera, bentuk-bentuk buah karya seni dan lambang-lambang bermakna lainnya.
D
Barang-barang yang dihasilkan manusia tersebut tidak memiliki makna yang sama diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, akan tetapi hanya akan bermakna bila dihubungkan dengan fungsinya di dalam suatu masyarakat. Sebagai contoh misalnya, mobil memiliki makna yang berbeda bagi masyarakat Amerika Serikat dan bagi masyarakat China. Di China jarang sekali dijumpai adanya mobil-mobil pribadi. Di Rusia, orangorang yang memiliki mobil dapat dipandang sebagai sesuatu yang istimewa, karena di Rusia mobil merupakan simbol dari orang-orang yang memiliki
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural
9
privilage dan status sosial yang tinggi. Sebaliknya di Amerika Serikat, orang tidak akan memberi makna mobil sebagaimana makna mobil di China dan Rusia, karena mobil merupakan hak milik pribadi dan hampir semua orang memiliki mobil, walau orang miskin sekalipun. Sistem-sistem simbol seperti bahasa, seni dan musik, dan hasil karya dapat dimaknai sebagai dapat mengomunikasikan harapan-harapan dari kekhawatiran/kecemasan maupun mengomunikasikan tentang ide-ide tertentu dari suatu masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, melakukan pemahaman-pemahaman tentang makna dari simbol-simbol dan barangbarang ciptaan manusia tersebut, akan membantu dalam memahami kebiasaan-kebiasaan dan aturan-aturan serta nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Orang luar tentu tidak akan dapat memahami semua makna dan fungsi-fungsi yang melekat pada artifak budaya, dan tentu saja tidak mengetahui bagaimana menggunakannya, menghargainya, dan atau berprilaku sebagaimana mereka lakukan.
Y
M
M U
Beberapa aspek penting dari setiap kebudayaan adalah akumulasi dari sistem-sistem kepercayaan, nilai-nilai mengenai acuan perilaku yang dipandang layak, dan semua hal yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam hubungannya dengan hal-hal tersebut, sekolah didirikan untuk menyiapkan anak-anak dan generasi muda agar dapat memasuki kehidupan masyarakat orang dewasa dengan pola budaya tertentu. Lembaga-lembaga keagamaan dan keluarga memainkan peranan sangan penting, akan tetapi peranan lembaga keagamaan dan keluarga tersebut lebih bersifat informal, sedang sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih formal dalam upaya melestarikan dan menanamkan nilai-nilai budaya dari masyarakat orang dewasa. Dalam budaya masyarakat tertentu terdapat apa yang disebut sub-sub kultur yang menunjukkan adanya perbedaanperbedaan corak budaya, dalam bentuk-bentuk kelompok-kelompok sosial, kelompok agama, kelompok suku dan beberapa kesatuan keluarga. Variasivariasi corak budaya tersebut umumnya dikodifikasi dan ditransmisi oleh klub-klub, dan sistem-sistem kekerabatan.
D
Dalam setiap kejadian historis, setiap kebudayaan memiliki perumusanperumusan tersendiri tentang apa yang dimaksud dengan nilai-nilai kemanusiaan, tidak pandang masyarakat di dunia Barat maupun masyarakat di dunia Timur. Kadang-kadang perumusannya mengandung kemungkinankemungkinan yang pluralistik, dan kadang-kadang mengandung makna dalam cakupan yang lebih sempit. Beberapa perumusan-perumusan yang bersifat
10 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
spesifik memiliki kesamaan-kesamaan tentang aturan-aturan serta perananperanan yang harus dilakukan. Oleh karena itu nilai-nilai budaya manakah yang ditransmisikan dan harus dipelajari oleh generasi-generasi baru, tentu harus sesuai dengan corak-corak khusus dari sub-sub kultur tersebut. Artinya sesuai dengan corak budaya lokal setempat dalam konteks budaya yang lebih luas, sehingga anak berada dalam budaya yang lebih luas (nasional dan global) tanpa tercabut dari akar budayanya sendiri.
Y
Mekanisme di mana sekolah menstramisikan nilai-nilai budaya tersebut juga berbeda antara sub kultur yang satu dengan sub kultur yang lain, sehingga sering yang menjadi pertimbangan dalam upaya transmisi nilai-nilai budaya dilakukan saringan dengan beberapa pertimbangan seperti: nilai-nilai spesifik manakah yang dianggap paling baik untuk ditransmisikan kepada generasi muda. Setelah ditemukan jawaban tentang nilai terbaik, maka pertimbangan rasional selanjutnya adalah mengapa nilai-nilai tersebut dianggap terbaik untuk dipelajari oleh generasi baru. Akhirnya, transmisi nilai akan efektif apabila dilakukan secara tepat apabila dilakukan oleh orang yang tepat dan waktu serta strategi yang tepat. Untuk itu pertanyaan tentang siapa yang lebih cocok untuk mentransmisikannya untuk masyarakat tertentu perlu dipertimbangkan secara matang.
M
M U
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dicermati oleh seorang guru, lebih-lebih bagi mereka yang bertugas di sekolah dengan latar budaya yang heterogen, sehingga memerlukan adaptasi dan pertukaran budaya.
D
C. Sosialisasi ke dalam Masyarakat
Pengertian tentang sosialisasi dan edukasi sering dicampuradukan, tetapi pada umumnya orang menyepakati bahwa edukasi dipandang sebagai mekanisme yang formal sebagai alat bantu untuk melakukan proses sosialisasi ke dalam masyarakat. Walaupun kebudayaan masyarakat itu memiliki keragaman yang luas, akan tetapi mekanisme edukasi dan sosialisasi tersebut selalu terjadi di mana-mana dan setiap saat tanpa mengenal waktu dan tempat, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sengaja. Apabila ditinjau dari kepentingan masyarakat, sekolah merupakan lembaga yang berupaya untuk melestarikan warisan budaya masyarakatnya agar tidak punah, terutama nilainilai luhur yang bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan martabat dan kualitas kehidupannya sekarang dan masa akan datang.
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 11
Bagi kepentingan individu, sekolah dipandang sebagai tempat mentransmisikan informasi dan menanamkan kesadaran untuk memiliki tanggung jawab terhadap pola perilaku dan nilai-nilai yang menjadi panutan dalam masyarakat. Jadi, pengertian umum dari edukasi adalah dalam banyak hal memiliki kemiripan dengan pengertian sosialisasi. Keduanya merupakan proses untuk melakukan inkulturasi ke dalam budaya masyarakat, bahkan terkadang antara edukasi dan sosialisasi keduanya berjalan secara bersamaan dan simultan.
Y
Sosialisasi generasi muda dalam masyarakat orang dewasa berarti proses penyadaran yang intensif terhadap generasi muda, agar mereka terus-menerus belajar untuk menghargai dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan mereka harus melakukan internalisasi/meyakini, menghayati dan menjadikan nilai-nilai dan keyakinan tersebut, sebagai pegangan serta pedoman dalam bertindak dan berperilaku di tengah-tengah masyarakat lingkungannya. Dalam konteks penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat ini biasanya dilakukan melalui proses imitasi atau peniruan. Imitasi/peniruan ini telah digunakan untuk menggambarkan tentang segala sesuatu yang dipelajari pada tahap-tahap permulaan dari sosialisasinya. Proses imitasi tersebut termasuk bagaimana anak meniru perilaku yang dilakukan sehari-hari oleh ibu dan seluruh keluarganya atau meniru pola perilaku yang dilakukan saudaranya serta orang dewasa di sekitarnya. Jadi, pertama-tama anak belajar untuk berhubungan dengan orang-orang dan objek-objek lain sebagaimana dilihat dan dilakukan oleh orang-orang yang ada dilingkungan terdekatnya. Hal-hal yang dianggapnya memberikan makna dan bermanfaat bagi dirinya, diulangi sampai ia memperoleh pemahaman-pemahaman yang berarti, untuk selanjutnya dihayati dan akhirnya dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku. Proses semacam itu disebut sebagai proses reinforcement.
M
M U
D
Dalam masa pertumbuhan selanjutnya, anak memanfaatkan peranan belajar tersebut untuk mempelajari apa yang diharapkan oleh orangorang lain dalam lingkungan yang lebih luas di lingkungan luar keluarga (masyarakat), dan bagaimana anak-anak dapat memiliki harapan-harapan sebagaimana dimiliki oleh orang dewasa. Upaya untuk mengenal dan kemudian memberi respons terhadap perilaku orang lain dan masyarakat di sekitarnya tersebut terus berlangsung dan pada tahap yang paling awal, anak belajar membayangkan hakikat dan elemen-elemen dari perilaku orang lain. Pada saat anak membayangkan perilaku orang lain tersebut, dia mengenal tentang konsep diri dan bagaimana harus berperilaku. Apabila apa 12 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
yang dibayangkannya tersebut menurut seleksi pemikirannya memberikan manfaat bagi dirinya/bermakna, maka pola perilaku yang dilihatnya akan diinternalisasi dalam perilakunya. Berapa lama dan bagaimana intensitas serta sifat-sifat formal dari proses sosialisasi dilakukan, memiliki keragaman yang cukup besar antara satu orang dengan orang lainnya atau antara satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain. Hal itu tergantung pada karakteristik masyarakat yaitu sejauhmana sederhana dan kompleksnya struktur dan ciri-ciri masyarakat itu sendiri. Di dalam masyarakat praindustri dan tidak berpendidikan di mana tingkat kehidupannya masih sangat sederhana, keadaan masyarakatnya sangat homogen, eksistensi sekolahsekolah formal belum dianggap sebagai suatu kebutuhan, sehingga guru-guru yang profesional dan terlatihpun belum berada dalam jangkauan pikirannya, tugas-tugas edukasi dan sosialisasi dapat dilakukan oleh orangtua, saudara kandung yang lebih tua, teman-teman sepermainan, dan orang-orang yang lebih tua lainnya di dalam keluarga maupun masyarakat. Proses mewariskan nilai-nilai budaya berlangsung melalui imitasi dan interaksi sosial. Mereka belum memerlukan sekolah dan guru-guru. Mereka diajari oleh masyarakat di sekitarnya. Sebaliknya di dalam masyarakat maju, eksistensi dari sekolah untuk melakukan tugas-tugas edukasi dan sosialisasi, merupakan suatu kebutuhan yang vital, karena sebagai akibat kekompleksan kehidupan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, orangtua merasa tidak mampu lagi untuk mengantarkan anak-anaknya mengadaptasi lingkungan-lingkungannya yang baru. Proses sosialisasi di dalam masyarakat maju dilakukan melalui seleksi dan kompetisi yang ketat, sehingga tidak semua orang akan berhasil dalam proses sosialisasinya. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan berhasil, anak-anak harus disiapkan melalui pendidikan dan sekolah-sekolah formal dengan guru-guru yang terlatih dan profesional. Tanpa tenaga yang profesional dalam penyiapan anak-anak, maka hasil yang dicapai tidak akan optimal.
Y
M
M U
D
D. Keluarga sebagai Medium dari Proses Sosialisasi Pada umumnya para ahli sosiologi menyatakan bahwa proses sosialisasi pertama dan utama serta mekanisme kunci dari proses sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat manusia adalah sosialisasi di lingkungan keluarga. Dari keluarga, hal-hal yang berhubungan dengan transformasi anak untuk menjadi anggota masyarakat dilakukan melalui hubungan perkawinan.
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 13
Di dalam keluarga terjadi sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama. Keluarga merupakan kelompok primer yang ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih, dan hubungan intim penuh kasih sayang di antara anggota kelompok keluarganya masing-masing. Dalam keluarga, anak memenuhi sifatsifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting biogenetik yang primitif untuk belajar terhadap respons-respons sosial. Di dalam keluarga anak belajar melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal tentang perilaku-perilaku yang diperankan oleh orang lain di lingkungannya. Dengan perkataan lain, pengenalan tentang nilai-nilai budaya masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga. Di sini anak juga belajar tentang keunikan pribadi seseorang, dan sifat-sifat kelompok sosial di sekitarnya.
Y
M
Hampir di semua masyarakat, keluarga dikenal sebagai unit sosial di mana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya. Karena itu lingkungan keluarga merupakan wadah bagi anak-anak anggota keluarga untuk mengenal hubungan-hubungan prokreasi dan kreasi secara sah dan dibenarkan serta diyakini. Di dalam suatu masyarakat, keluarga inti menjalankan fungsi yang sebenarnya dari masyarakat, sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan memegang fungsi utama dalam membudayakan generasi muda.
M U
Dalam kasus lain, keluarga sering menjalankan fungsi sebagai perantara antara budaya lokal dan unit sosial, di mana nilai-nilai budaya mulai ditanamkan dari generasi tua kepada generasi muda. Keluarga sering berfungsi menjadi mediator dalam mewariskan budaya yang ada di sekelilingnya kepada generasi muda di lingkungan rumah tangga. Di samping itu juga keluarga sering berfungsi sebagai filter terhadap budaya luar yang bertentangan dengan budaya lokal setempat.
D
Keluarga juga menjalankan fungsi-fungsi pendidikan politik, di mana keluarga membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan untuk hidup berkelompok dalam struktur kelompok yang mulai mengenal pembagian kekuasaan secara sederhana. Di dalam keluarga anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena di dalam keluarga sebagai unit sosial terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan keputusan, maka keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro. Di dalam keluarga, anak pertama kali belajar mengenai pola-pola kekuasaan, bagaimana kekuasaan terbagi, serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung. Di sini anak mulai mengenal mengapa ayah/ibu
14 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, antara yang muda dengan yang lebih tua, antara ayah dan ibu, dan antara anak-anak dengan orangtua. Sifat-sifat kepatuhan anak di dalam keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di sekolah dan di masyarakat. Demikian juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan melawan dan tidak disiplin di dalam keluarga, juga akan mempengaruhinya dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.
Y
Di samping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Di dalam siklus hubungan intim di dalam keluarga, anak-anak belajar mengenai sikapsikap dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, barang dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas yang merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga. Di dalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, penghargaan tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.
M
M U
Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orangtua dan anak, serta anak yang satu dengan anak yang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Setelah anak memiliki pergaulan dan pengalaman-pengalaman yang luas di dalam kehidupan masyarakatnya, sering pengaruh orang-orang dewasa di sekitarnya lebih mempengaruhi dan membentuk perilakunya dibandingkan dengan pengaruh dari keluarga. Dalam situasi semacam itu tidak jarang akan terjadi konflik di dalam diri anak. Pola perilaku manakah yang kemudian diadopsi untuk dijadikan pola anutan. Bagaimana jaringanjaringan proses sosialisasi anak di dalam keluarga dan masyarakat tersebut dapat disederhanakan melalui gambar pada halaman 6.
D
Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam pembentukan sikap budaya anak, maka sekolah perlu menjalin kerjasama yang erat dengan keluarga, sehingga dapat secara bersama-sama dalam satu persepsi, sikap dan tindakan untuk berupaya menyiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan masa depan melalui proses persekolah.
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 15
Sistem politik
Keluarga
Tetangga dan Masyarakat
Kelompok/Organisasi anak/pemuda/orang dewasa
Sekolah
Y
INDIVIDU
Lembaga Agama
Media Massa
SIstem Ekonomi
Sistem Budaya Masyarakat
M U
M
E. Sekolah sebagai Medium dari Proses Sosialisasi
Proses transisi dari masyarakat pra-industri yang kehidupan dan budaya serta kebiasaannya masih sangat sederhana menuju kehidupan era global dengan persaingan yang sangat tinggi atau era informasi dengan masyarakat maju berteknologi tinggi. Pada masa seperti tingkat diversifikasi kemampuan dan keterampilan yang sangat tinggi serta perubahan tatanan sosial yang kompleks, mendorong semua orang untuk memfokuskan perhatian pada perlunya lembaga-lembaga pendidikan formal.
D
Lembaga pendidikan khususnya persekolahan berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak agar dapat melakukan proses sosialisasinya secara mudah dan lancar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman tanpa kehilangan budayanya sendiri. Apabila diperhatikan di dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga sosial, ekonomi dan politik yang merupakan kekuatan-kekuatan yang sangat besar memberikan pengaruh kepada perkembangan anak dan melakukan kontrol terhadap perilakunya yang sering dan cenderung melakukan peniruan-peniruan terhadap nilai-nilai baru yang belum tentu sesuai dengan nilai dan norma yang selama ini diyakini dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan demikian anak akan berintegrasi dan tidak tercabut dari akar budaya dan corak kehidupan masyarakatnya. Sebagaimana yang menjadi perhatian dari para ahli antropologi, pendidikan pada masyarakat primitif dipusatkan pada masalah hubungan-hubungan yang terjadi diantara generasi tua ke generasi muda. Dalam masyarakat seperti 16 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
itu proses sosialisasi pertama dan utama menjadi tanggung jawab keluarga, lembaga-lembaga keagamaan dan bentuk-bentuk hubungan kekerabatan lainnya. Sebaliknya pada masyarakat industri atau era teknologi seperti sekarang ini, masalah pendidikan bukan hanya merupakan masalah sosialisasi mekanis informal sebagaimana digambarkan di atas, melainkan perhatian mengenai masalah pendidikan dipusatkan pada lembaga-lembaga pendidikan formal yang memiliki spesialisasi tinggi. Dalam masyarakat industri yang telah maju, dengan tingkat persaingan sangat tinggi dan memerlukan kompetensi yang sangat tinggi pula, maka orang tidak akan dengan mudah melakukan proses sosialisasi dengan baik tanpa dipersiapkan secara baik dan matang melalui pendidikan formal dan bentuk-bentuk pendidikan lainnya.
Y
M
Masyarakat industri dengan teknologi tinggi menuntut persyaratanpersyaratan tertentu untuk menerima generasi muda memasuki kehidupan modern. Hanya mereka yang memiliki kualifikasi, keterampilan dan pengetahuan yang baik dan sesuai dengan kebutuhanlah yang akan dapat diterima dalam lingkungan kerja. Proses sosialisasi dalam masyarakat industri memerlukan proses seleksi yang ketat. Konsekuensinya adalah hanya mereka yang memiliki kemampuan, keterampilan serta sikap profesionalisme yang baik dan lulus seleksi tertentu yang akan berhasil melakukan sosialisasi.
M U
Dalam suatu masyarakat yang diatur dengan mekanisme dan normanorma gesellschaft, keluarga memiliki tanggung jawab yang besar dan utama dalam fungsinya untuk menanamkan nilai-nilai, norma dan dasar-dasar sosialisasi ke lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya. Peranan-peranan yang semula dilakukan oleh keluarga, sekarang tidak dapat lagi dilakukannya secara optimal sesuai dengan tuntutan kompetensi masyarakat global. Oleh sebab itu, peran tersebut selanjutnya diperankan oleh sekolah. Melalui sekolah-sekolah semacam itu proses sosialisasi dilakukan oleh guru-guru yang profesional, berkarakter, inovatif dan inspiratif yang akan dapat membawa peserta didik dapat melakukan enkulturasi.
D
Aktivitas-aktivitas yang semula dapat dilakukan di dalam kelompokkelompok kecil dalam memberikan kemampuan/kompetensi tertentu, kini mutlak harus dilakukan dalam lingkungan sosial yang lebih luas dan kompleks. Sekolah juga menyelenggarakan aktivitas-aktivitas ekstra kurikuler, menggalakkan kegiatan-kegiatan olahraga, kesenian, dan kepramukaan, palang merah remaja dan lain-lain, semuanya kegiatan tersebut dimaksudkan untuk lebih membekali anak dalam menghadapi sosialisasinya di masyarakat. Apa yang dilakukan oleh sekolah baik kegiatan kurikulum, kurikulum maupun 1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 17
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, serta organisasi-organisasi kepemudaan telah diprogram dan direncanakan secara sistematis, dilakukan oleh tenagatenaga terlatih, ahli dan profesional. Transisi dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah dan masyarakat tersebut juga di iringi juga dengan berbagai perubahan penting yang secara langsung mempengaruhi isi dari aktivitas-aktivitas sosialisasi yang sebelumnya telah terbentuk di dalam lingkungan keluarga. Di samping itu perubahan kebiasaan dan kegiatan di rumah ke suasana dan perubahan kebiasaan dan sikap dalam organisasi-organisasi yang lebih luas di luar lingkungan rumah mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas-aktivitas dalam keluarga serta pada proses sosialisasi selanjutnya. Tempat untuk melakukan kontrol, pendidikan, bimbingan dan latihan terhadap aktivitas-aktivitas tersebut berpindah dari lingkungan keluarga kepada sekolah, oleh sebab itu semakin profesional pendidikan di sekolah akan semakin memberi bekal yang lebih besar dan efektif dalam membantu memberikan dasar-dasar yang lebih kuat dalam melakukan sosialisasi selanjutnya. Dengan demikian institusi keluarga sebagai lembaga sosialisasi secara berangsur-angsur semakin berkurang peranannya dan sebagai gantinya sekolah memegang peranan penting sebagai lembaga sosialisasi, bahkan bukan saja sebagai pengganti, akan tetapi juga sebagai pelengkap dan menyempurnakan apa yang telah dilakukan dari institusi keluarga.
Y
M
M U
D
Isi dan materi yang diperlukan dalam menentukan aktivitas-aktivitas di sekolah secara teknis rasional di masukkan ke dalam kurikulum sekolah, di mana secara garis besar digolongkan menjadi dua bagian, pertama materimateri yang bersifat teoretis dan atau ideologis dan kedua materi-materi yang bersifat praktis. Apabila kegiatan-kegiatan di dalam keluarga dilakukan semua aktivitas pendidikan, bimbingan dan lain-lain cenderung dilakukan dengan pendekatan informal, sementara di sekolah kegiatan-kegiatannya diprogram secara terencana, sistimatis, logis serta diikuti dengan aturan-aturan yang jelas sistematis dan ditata secara formal. Pelajaran-pelajaran yang sifatnya praktis seperti pelajaran masakmemasak, menjahit, keterampilan-keterampilan industri sederhana atau keterampilan-keterampilan lokal (live skill), diberikan untuk memberikan dasar-dasar keterampilan bagi persiapan kelak apabila ia bekerja atau membangun rumah tangga. Pelajaran-pelajaran yang sifatnya teoretis-ideologis seperti studi ilmu-ilmu sosial, pendidikan matematika dan sains telah dipilih dan dipertimbangkan secara rasional, dimaksudkan untuk memberi bekalbekal pengetahuan, agar memiliki kemampuan dalam mengantisipasi dan 18 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
mengadopsi secara efektif kekuatan-kekuatan perubahan yang terjadi di luar. Sementara itu aktivitas-aktivitas sosial dalam bentuk ekstra kurikuler, juga telah diprogram, agar menambah kemampuan-kemampuan anak untuk memerankan fungsi-fungsi sosialnya, terutama untuk memberikan bekal dalam menghadapi interaksi sosial yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler semacam itu juga dimaksudkan sebagai kegiatan pengisi waktu luang di mana di dalam masyarakat tertentu, banyak waktu luang yang tidak terisi dengan kegiatan-kegiatan yang efektif, sehingga mengarah pada hal-hal yang negatif. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler pada dasarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan kurikuler dalam pembentukan generasi muda secara utuh, sebab ekstra kurikuler selain membina dan mengembangkan fungsi-fungsi interaksi sosial juga bermaksud mengembangkan karakter: 1. kedisiplinan, 3. kejujuran,
4. saling menghargai orang lain, 5. kepemimpinan, 6. kemandirian, 7. kreativitas,
M
M U
2. kerjasama,
Y
D
8. inovatif, dan
9. sikap produktif.
Aspek-aspek karakter seperti diuraikan di atas mendapat perhatian utama dalam mengisi kegiatan-kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler secara terintegrasi dalam seluruh pembelajaran di sekolah. Sekolah membuat peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh peserta didik pada dasarnya dibuat dan ditegakan sebagai suatu proses pembentukan pembiasaan dalam menumbuh kembangkan karakter anak. Semakin baik pelaksanaan aturan tersebut oleh peserta didik semakin besar wibawa dan efektivitas sekolah dalam mentransformasi nilai, norma dan budaya pembentuk karakter peserta didik. Hal ini sangat diperlukan bagi anak, karena kelak apabila mereka telah terjun berperan dalam lingkungan sosial yang lebih luas dan penuh dengan masalah yang memerlukan karakter-karakter tertentu seperti kedisiplinan, kerjasama, kepemimpinan kemandirian dan lain-lain. Dengan demikian mereka akan lebih siap serta mudah beradaptasi dengan segala bentuk nilai serta kebiasaan serta budaya di mana dia berada.
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 19
Dari berbagai uraian di atas, nampak bahwa sekolah sebenarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sosio kultur masyarakat lingkungan, bahkan masyarakat yang lebih luas yaitu nasional dan global. Karena itu fungsi-fungsi inkulturasi dan alkulturasi budaya menjadi strategis untuk diperankan secara optimal oleh sekolah. Untuk itu sekolah sebagai organisasi sosial yang menganut sistem sosial di dalamnya terdapat para pendidik, guru, kepala sekolah atau aparat pendidikan lainnya (seperti penjaga sekolah, petugas kebersihan, tata usaha dan lain-lain) perlu secara cermat untuk merancang program-program kegiatan sekolah dan program pembelajaran yang terkait dengan budaya masyarakat lingkungannya atau lebih dikenal dengan pendekatan kontekstual.
1. Fungsi Sosialisasi
Y
M
F. Fungsi-fungsi Lain dari Pendidikan
M U
Masyarakat memiliki cara khusus untuk membentuk generasi baru yang memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, peranan-peranan, serta tanggung jawab sosial yang efektif menurut kondisinya masingmasing. Dengan caranya tersebut masyarakat meyakini generasi baru yang dikembangkannya mampu memahami budaya masyarakat dan menerimanya sebagai pedoman dalam bertindak, bersikap dan berperilaku. Melalui proses sosialisasi anak-anak yang belum dewasa belajar agar menjadi anggota masyarakat yang dewasa, mandiri, produktif, inovatif serta kreatif. Proses sosialisasi akan terus berlanjut dalam siklus kehidupannya, baik melalui bentuk-bentuk formal maupun informal. Proses tersebut mulai dari pendidikan tahap permulaan di lingkungan keluarga (pendidikan anak usia dini) sampai perguruan tinggi. Di samping itu juga dilakukan di lingkungan sekolah-sekolah keterampilan, sekolah-sekolah masyarakat, training-training, pengalaman di dalam organisasi, pengamatan-pengamatan sendiri, serta dalam seluruh kegiatan interaksi sosialnya. Hal tersebut semuanya pada dasarnya merupakan proses sosialisasi. Dengan demikian proses sosialisasi itu sebenarnya dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan cara, tetapi proses sosialisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus. Apa yang diajarkan, siapa yang mengajar, dan bagaimana mengajar, oleh para pendidik, oleh para pemimpin, atau apakah oleh tokoh masyarkat tertentu, akan mempengaruhi keberhasilan proses sosialisasi yang dilakukan oleh seseorang.
D
Upaya menjaga sinkronisasi proses sosialisasi di masyarakat dan sekolah, maka sekolah dalam hal ini para pendidik, pengajar dan seluruh komponen 20 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
warga sekolah perlu memahami apa dan bagaimana sosial kultur masyarakat setempat. Dengan demikian sosialisasi nilai-nilai luhur, ide-ide gagasan, pola perilaku, sikap dan sebagainya dapat berjalan secara sinergis dengan apa yang diyakini dan dianut oleh budaya masyarakat setempat, tanpa menghilangkan fungsi-fungsi edukatif dalam membentuk generasi muda. Kesamaan nilainilai yang ditransmisikan kepada generasi muda dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat akan mempercepat keberhasilan proses transformasi yang dilakukan.
Y
2. Fungsi Seleksi, Training dan Alokasi
M
Pada dasarnya dalam masyarakat, apakah itu masyarakat tradisional maupun masyarakat modern setiap posisi-posisi yang ada dalam strata masyarakat selalu diisi melalui proses seleksi, baik secara informal maupun secara formal. Hal tersebut dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari dalam posisi sebagai ketua RT, misalnya selalu terjadi proses seleksi dari tokoh masyarakat bahkan oleh masyarakat secara keseluruhan. Setiap anggota masyarakat dapat memegang jabatan atau posisi tertentu bilamana mereka memenuhi persyaratan yang ditentukan.
M U
Dalam konteks pengisian posisi yang menuntut keterampilan dan pengetahuan tersebutlah maka lembaga-lembaga pendidikan mengemban tugas untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki bekal persyaratan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu sesuai kebutuhan. Sekolah sering mengajarkan pengetahuan, keterampilan, serta aspekaspek lain yang nantinya diperlukan bila seseorang memasuki kehidupan masyarakat. Sekolah menerima siswa baru melalui seleksi. Lembaga-lembaga kerja menerima pegawai baru melelui seleksi. Oleh karena itu, sekolah harus dapat mengembangkan keterampilan lokal dengan pembelajaran kontekstual, sehingga anak di daerah terpencil sekalipun akan memiliki kemampuan kognitif dan kemampuan keterampilan dasar untuk hidup dalam lingkungannya kelak setalah menyelesaikan proses pendidikan. Dengan demikian sudah seharusnya semua institusi pendidikan di tingkat dasar (bahkan mulai dari pendidikan anak usia dini/PAUD) sudah memberikan harapan dan makna yang signifikan bagi peserta didik untuk kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Hal tersebut dapat dilakukan apabila sekolah dapat melakukan fungsinya sebagai lembaga yang dapat memberikan dan melakukan fungsi sebagai institusi training/latihan kepada peserta didik. Hal inilai yang ditegaskan oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
D
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 21
2003 dan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005 yang menyatakan secara tegas bahwa salah satu tugas guru adalah membimbing dan melatih selain mendidik.
3. Fungsi Inovasi dan Perubahan Sosial Pada saat ini disadari atau tidak, bahkan diyakini dan harus menjadi fokus utama adalah bahwa penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Hal tersebut menuntut sekolah untuk mentransformasikan perkembangan tersebut kepada peserta didik dan masyarakat. Sebab dengan ilmu pengetahuan tersebut masyarakat akan memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk merubah lingkungan bagi kemajuan dan peningkatan hidup masyarakat.
Y
M
Para pendidik, pengajar, peneliti dan para pengkaji ilmu pengetahuan di dalam lembaga-lembaga pendidikan melalui tulisan-tulisan dan penelitian-penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan sumbangan-sumbangan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kebijaksanaan sosial dan kesejahteraan, memberikan ide-ide yang dapat mendorong ke arah perubahan sosial dan peningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
M U
Perubahan sering akan mengancam pola-pola lama yang ada dan sering pula mendapat penolakan dari sebagian masyarakat, sehingga sering menjadi sesuatu yang kontraversi. Adanya sikap menolak dan cenderung betahan dengan cara yang telah ada sering terjadi di masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan baru. Tetapi hal tersebut akan berhenti menjadi kontraversi apabila perubahan tersebut dapat diimplementasikan dan memberikan hasil yang dapat meningkatkan harkat dan martabat serta kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu hal yang terpenting dalam setiap perubahan bagi masyarakat adalah keyakinan bahwa perubahan membawa perbaikan signifikan bagi mereka. Disinilah peran penting lembaga pendidikan untuk mengadvokasi perubahan kepada generasi muda dan masyarakat.
D
4. Pengembangan Pribadi dan Sosial Salah satu fungsi dari pendidikan adalah memberi bekal dan kemampuan serta mengarahkan generasi muda untuk mengenal dunia di luar lingkungan keluarganya, sehingga dia dapat menyesuaikan dengan seluruh aktivitas dan kehidupan masyarakat lingkungannya. Di sekolah dasar, misalnya peserta dengan cepat belajar kapan gurunya membenarkan perilakunya dan kapan 22 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
ia tidak diperkenankan melakukan sesuatu, kapan gurunya memberikan penghargaan, dan kapan memberikan hukuman atau celaan/teguran. Anak sering memperkuat perilakunya apabila perilaku yang ditunjukkannya dalam hubungan sosial mendapat penguatan dari gurunya, sebaliknya akan menghilangkan perilaku tersebut apabila mendapat teguran atau hukuman dari para pendidik. Anak-anak bergaul dengan teman-temannya, dengan orang yang lebih dewasa (kelas diatasnya) bahkan dengan gurunya. Dengan cara ini anak mulai dapat gambaran mengenai perilaku yang diharapkan berdasarkan norma-norma tertentu. Pada anak usia sekolah dasar pengaruh guru di sekolah biasanya lebih besar bahkan mengalahkan pengaruh orangtua sekalipun. Anak sering mengikuti pendapat gurunya dibandingkan dengan pendapat orangtuanya. Oleh sebab itu, peran guru di sekolah dalam membentuk karakter kepribadian peserta didik sangat kuat dan akan lebih efektif apabila dapat bersinergi dangan kekuatan pengaruh orangtua/masyarakat.
Y
M
M U
Transisi dari aturan-aturan nilai, budaya serta norma-norma di dalam keluarga dengan dunia luar, dari pola hubungan interaksional yang lebih informal ke pola formal, memerlukan penyesuaian-penyesuaian sosial. Ini berarti akan terjadi perkembangan yang menyangkut aspek-aspek pribadi dan sosial. Di samping fungsi-fungsi tersebut di atas proses pendidikan, memiliki fungsi-fungsi yang lainnya dalam peranannya sebagai agen perubahan sosial masyarakat. Fungsi-fungsi lain tersebut secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut ini.
D
a. Memindahkan Nilai-nilai Budaya
Dalam konteks sistem nilai-nilai budaya, pendidikan sebenarya merupakan proses kegiatan yang direncanakan untuk memindahkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta kemampuan-kemampuan mental lainnya dari satu generasi ke genarasi yang lebih muda, atau juga dari satu kelompok masyarakat kepada kelompok masyarakat lainnya. Pemindahan pengetahuan, sikap, nilai dan kebiasaan tersebut pada dasarnya adalah memindahkan budaya kepada generasi atau kelompok tertentu. Seperti kita telah diskusikan pada bagian terdahulu kebudayaan pada dasarnya mencakup pandangan-pandangan, sistem keyakinan, cita-cita serta harapan-harapan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, nilai-nilai, sistem perilaku, sistem simbol dan lain sebagainya. Dalam proses interaksi edukasi antara guru dan siswa, telah ada atau harus dirancang secara sistimatis agar
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 23
selalu terjadi proses taransfer budaya kepada siswa. Dengan demikian siswa akan memperoleh nilai-nilai budaya tersebut, yang pada gilirannya dihayati sehingga akan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
b. Nilai-nilai Pengajaran Sekolah sebagai institusi pendidikan sebenarnya juga merupakan tempat bagi siswa dalam mengalami proses sosialisasi, dan mempengaruhi peserta didik untuk dapat terintegrasi/menyatu dengan norma-norma, nilai, kebiasaan dan budaya yang berlaku. Budaya tersebut adalah budaya yang ada dalam kehidupannya sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada tahun-tahun pertama anak memasuki sekolah, biasanya sekolah lebih menekankan pentingnya fungsi kontrol sosial dibandingkan dengan fungsifungsi yang lain, bahkan pada pendidikan anak usia dini fungsi kontrol sosial yang sekarang dikenal dengan istilah karakter menjadi perhatian utama dan pertama. Pada tahun-tahun pertama tersebut anak diajarkan mengenai bagaimana harus mengikuti instruksi-instruksi dari gurunya, tunduk dan patuh pada pemerintah dan disiplin yang diberikan oleh gurunya, misalnya harus mengacungkan tangannya lebih dahulu sebelum mengangkat bicara, mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan jadwal yang lebih ditetapkan, bahkan juga dibiasakan bagaimana bertemu orang yang lebih dewasa, memberi salam dan menjawab salam, berjabat tangan dan lain-lain kebiasaan sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat tersebut.
Y
M
M U
D
Sekolah mengajarkan nilai-nilai baru yang dalam banyak hal mungkin sekali terdapat perberbedaan dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarga atau masyarakat di lingkungan sekitar anak berada. Salah satu contoh, misalnya di rumah anak mendapat kasih sayang berlebihan (over protective) dari orangtuanya, sementara di sekolah anak mulai dibiasakan untuk belajar mandiri tanpa selalu tergantung dengan orang lain. Sistem nilai ini mungkin saja kurang sesuai dengan sistem nilai yang dikembangkan oleh sekolah, misalnya dalam keadaan anak terlalu disayangi oleh orangtuanya sehingga terkesan over protective yang menyebabkan pembentukan kemandirian yang dikehendaki sekolah tidak optimal. Dalam kondisi demikian sekolah perlu melakukan perubahan sistem nilai dengan pendekatan kultur, sehingga perubahan yang dikehendaki sekolah akan berjalan secara alamiah dan tidak menimbulkan konfrontasi antara sekolah dengan masyarakat. Untuk dapat mensinergikan nilai-nilai yang ditransformasikan di sekolah kepada peserta didik dengan nilai-nilai yang berkembang di rumah dan masyarakat diperlukan
24 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
hubungan harmonis antara sekolah, keluarga dan masyarakat untuk saling memberi (take and give) berbagai informasi sesuai kebutuhan pendidikan.
c. Peningkatan Mobilitas Sosial Pendidikan juga mengemban fungsi dalam upaya peningkatan mobilitas sosial di tengah masyarakat. Fungsi ini menuntut pendidikan wajib menyediakan kesempatan yang sama bagi anak-anak untuk maju, untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang baik. Ini berarti pendidikan wajib memberikan layanan berkualitas kepada peserta didik. Hal ini juga yang ditegaskan oleh peraturan pemerintah tentang pendidikan yaitu: pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan dan atau menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Siapa saja yang memiliki prestasi akan mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Pekerjaan yang layak dan kondisi-kondisi kerja yang lebih baik, terbuka bagi siapa saja yang memiliki dan memenuhi persyaratan tertentu. Jadi, walaupun semula seseorang berasal dari golongan masyarakat rendah/miskin, mereka akan memperoleh lapangan pekerjaan dengan kondisikondisi yang baik asal saja mereka memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh lapangan pekerjaan tersebut.
Y
M
M U
Perkembangan ipteks yang pesat menyebabkan persyaratan kerja juga semakin meningkat dengan tingkat persaingan yang tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional. Untuk itu pendidikan semakin dituntut berkualitas global. Banyak contoh orang berhasil dan menduduki posisi tertinggi dalam institusi pemerintahan maupun swasta berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan mereka ini sering mendapat posisi terbaik diberbagai lapangan kerja yang tidak hanya lokal tetapi juga pekerjaan dalam lingkup nasional dan internasional. Ini berarti bahwa pendidikan dapat meningkatkan mobilitas sosial. Karena itu pendidikan harus melakukan tiga kegiatan utama dalam proses pendidikan yaitu kegiatan pendidikan/ mendidik, bimbingan dan pelatihan. Tanpa meninggalkan hakikat dasar proses pendidikan itu sendiri yaitu proses mendidik yang berkelanjutan.
D
5. Fungsi Sertifikasi Lembaga-lembaga pendidikan selalu memberikan sertifikat bagi siswasiswanya yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dalam bentuk ijazah, diploma atau surat keterangan tanda kecakapan. Surat keterangan tersebut bernilai bagi pemiliknya karena ia akan memiliki hak-hak tertentu
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 25
untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang dikuasainya sebagaimana diterangkan di dalam sertifikat. Dalam masyarakat industri pekerjaan-pekerjaan hanya bagi pemegang sertifikat/diploma. Pekerjaan yang lebih baik akan direbut oleh mereka yang memiliki sertifikat tertentu, sehingga sertifikat merupakan sesuatu yang sangat berharga. Pemegang sertifikat akan memiliki prestise tertentu. Dalam masyarakat dengan sistem kompetisi dalam menentukan jenjang karier, sertifikat tersebut merupakan ukuran tertentu bagi pencari pekerjaan.
Y
Dalam hubungannya dengan hal tersebut nampak secara jelas fungsi pendidikan sebagai persiapan kerja dan pelatihan kerja sehingga keberhasilan sekolah, sebagian dari fungsinya adalah mempersiapkan anak/pemuda untuk memperoleh pekerjaan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, fungsi job training belum begitu terasa merupakan suatu kebutuhan, dan oleh karena itu belum banyak mendapat perhatian. Akan tetapi dalam masyarakat modern, fungsi persiapan kerja melalui latihan kerja (fungsi job training) sudah merupakan sesuatu kebutuhan yang sangat mendesak. Adanya job training dimaksudkan untuk memberikan latihan-latihan sebelumnya, seseorang memangku pekerjaannya yang tetap. Dengan demikian berarti bahwa pendidikan berfungsi memberikan bekal pengetahuan, terutama keterampilan-keterampilan menjelang pekerjaan yang sebenarnya. Di dalam masyarakat modern jenis-jenis pekerjaan begitu kompleks dan rumit sehingga tamatan pendidikan formal tertentu dikhawatirkan belum dapat langsung menyesuaikan diri dan kemampuannya terhadap pekerjaan yang harus dipangkunya. Dalam kondisi inilah sekolah harus mempersiapkan kemampuan-kemampuan peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang mungkin dapat dilakukannya di masyarakat masa akan datang. Untuk itu model pembelajaran dalam rangka persiapan ini harus terkait dengan apa yang sebenarnya diperlukan oleh jenis-jenis pekerjaan di masyarakat. Ini berarti kurikulum muatan lokal yang didesain secara baik dan sistimatis akan sangat membantu pembentukan peserta didik yang akrab dengan jenis pekerjaan di masyarakatnya.
M
M U
D
Kondisi tersebutlah sebenarnya mendorong paradigma link and match dalam dunia pendidikan. Hal ini akan dapat dicapai secara efektif dan efesien apabila terbentuk kemitraan (partnership) yang baik dan harmonis antara dunia pendidikan dengan dunia kerja dan masyarakat secara sinergis dan berkelanjutan.
26 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
6. Mengembangkan dan Memantapkan Hubunganhubungan Sosial Hubungan-hubungan sosial banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, karena sekolah sebagai proses sosial akan selalu terjadi proses interaksi sosial. Bahkan teori belajar sosial menyatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses interaksi sosial. Belajar tidak akan terjadi secara efektif tanpa proses interaksi sosial diantara peserta didik.
Y
Walaupun anak-anak telah memperoleh pengalaman bergaul dalam lingkungan rumah/keluarga, akan tetapi aspek-aspek hubungan sosial tersebut lebih banyak terbentuk melalui kelompok-kelompok sebaya di sekolah. Anak banyak bergaul dengan teman sebayanya di kelas, di sekolah bahkan dilingkungan rumah tangga sesama tentang dan lain sebagainya. Di dalam kelompok-kelompok sebaya di sekolah, anak-anak selalu mengadakan interaksi secara kontinu dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui hubungan interpesonal antar anak, yang sebaiknya selalu diawasi dan dibimbing oleh guru-guru mereka, anak-anak mengadakan hubungan interpersonal sehingga sifat-sifat sosial dan emosional anak akan berkembang dari sifat-sifat egois menjadi sifat-sifat menghargai pendapat kawan, kerja sama, saling bantumembantu, rasa tepo seliro dan sebagainya akan berkembang secara optimal dan terarah. Berbagai bentuk organisasi siswa, seperti OSIS, kelompok belajar, kelompok-kelompok hobi (olah raga, kesenian), kelompok palang merah pelajar, kelompok lalu lintas, dan kelompok pramuka, semuanya merupakan wadah tempat di mana aspek-aspek sosial anak dapat dikembangkan. Karena itulah dalam lingkungan pendidikan kurikulum tidak hanya dirancang untuk kegiatan kurikulum itu sendiri, tetapi juga ko kurikuler dan ekstra kurikuler yang dapat menumbuh kembangkan hubungan-hubungan sosial tersebut.
M
M U
D
Tumbuh kembangnya proses-proses sosialisasi di sekolah, sangat tergantung pada kesiapan sekolah merancang secara baik pola-pola interaksi yang dapat dikembangkan di lingkungan sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler. Tatapi kegiatan ekstra kurikuler yang dirancang harus tetap memerhatikan pola budaya masyarakat setempat agar tidak menimbulkan benturan budaya. Bagaimana merancang kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan budaya dan tata nilai di masyarakat diperlukan pemahaman yang baik dan akurat tentang masyarakat. Pemahaman yang mendalam tentang masyarakat memerlukan upaya sekolah untuk selalu dekat dan bermitra secara harmonis dengan masyarakat. Untuk itu mengapa sekolah perlu bermitra dengan
1 : Sekolah dan Konteks Sosiokultural 27
masyarakat agar apa yang dirancang oleh sekolah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dengan kata lain sekolah perlu dikelola dengan berbasiskan masyarakat, karena masyarakat sebagai pemilik sekolah, sekaligus pelanggan sekolah.
7. Membentuk Semangat Kebangsaan (Patriotisme)
Y
Sekolah dalam kehidupannya sehari-hari mentransmisikan mitos, simbol-simbol kebangsaan, dan mengajarkan penghargaan terhadap para pahlawan bangsa serta peninggalan-peninggalan sejarah. Semua aktivitas tersebut dilakukan dengan harapan akan dapat mengembangkan semangat serta loyalitas generasi muda untuk kejayaan bangsa dan negara. Berbagai simbol kebangsaan seperti bandera negara, lambang negara dan lain-lain selalu dikenalkan kepada peserta didik. Bahkan sekolah setiap hari senin melakukan upacara bendera sebagai kegiatan untuk membentuk sikap warga negara dan semangat kebangsaan kepada peserta didik. Di samping itu juga sekolah mengajarkan sejarah bangsanya, kepahlawanan dan semangat kebangsaan serta kejayaan bangsanya. Memajukan dan memalihara serta menghargai peninggalan dan monumen-monumen sejarah yang dilakukan skolah juga dimaksudkan untuk menanamkan rasa kebangsaan serta kesediaan membela tanah airnya untuk keutuhan dan kemandiriannya sebagai suatu bangsa dan negara.
M
M U
D
Dalam konteks ini, maka kebudayaan di suatu daerah yang melekat bagi siswa harus dikaitkan dengan berbagai kebudayaan daerah lainnya. Artinya, meskipun sekolah perlu mengembangkan budaya lokal, tetapi dalam konteks budaya nasional, sehingga tidak terbentuk anak yang hanya mengakui budaya daerahnya secara membabi buta atau hanya mengakui budaya daerahnya sebagai satu-satunya budaya dan budaya terbaik. Apabila hal ini terjadi, maka lambat laun akan merupakan benih-benih yang menyebabkan adanya keresahan atau benturan antar suku, antar etnis atau antar budaya tertentu. Oleh karena itu sikap mau mengakui, menghargai dan menghormati perbedaan perlu ditumbuh kembangkan oleh lembaga pendidikan kepada peserta didik. Dalam konteks inilah diperlukan pendidikan multi kultural bagi anak-anak sejak usia dini, sehingga mereka mampu menghargai keragaman budaya bangsanya dalam konteks negara kesatuan.
28 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
2
Y
sekolah sebagai sistem sosial
M
M U
A. Pendahuluan
Sekolah sebagai organisasi dihuni oleh warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru/pendidik, tenaga kependidikan dan bahkan orangtua murid serta stackholder yang tergabung dalam komite sekolah. Oleh sebab itulah, sekolah sering juga disebut sebagai masyarakat mini, karena sekolah sebagai organisasi masyarakat terdiri dari multi etnis multi religi, multi budaya dan kebiasaan bahkan multi tujuan dan harapan. Di samping itu sering pula sekolah disebut sebagai organisasi yang menganut sistem sosial.
D
Sistem sosial adalah satu kesatuan yang utuh yang terdiri daripada pelbagai komponen yang ada dalam sesuatu organisasi yang saling terkait secara kuat dan saling mempengaruhi antara satu sama lain (Slamet, 2000). Sistem adalah keteraturan interaksi dan saling bergantungan antara kelompok atau bahagian atau orang-orang secara keseluruhan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam sistem itu sendiri dapat terjadi sub sistem-sub sistem yang membantu sistem lebih kecil (sub sistem) yang berfungsi untuk memperkuat sistem yang lebih besar. Oleh karena itu, pandangan sistem sosial melihat sesuatu yang ada dalam organisasi sebagai suatu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya. Oleh karena itu, apabila terdapat sesuatu sub sistem yang tidak berfungsi akan memberi pengaruh kepada sub sistem yang lain. Akibatnya sistem organisasi keseluruhannya akan pincang dan seterusnya gagal mencapai tujuan yang diinginkan organisasi. Keutuhan sistem yang 2 : Sekolah Sebagai Sistem Sosial 29
terdiri dari sub sistem-sub sistem tersebut tidak dapat dipisahkan dalam konteks upaya organisasi mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pendekatan sistem setiap komponen dalam organisasi mempunyai hubungan yang sistemik antara satu sama lain. Hubungan yang sistemik ini menjadikan komponen-komponen organisasi berpadu dalam suatu sistem kesatuan yang utuh yang saling mempengaruhi antara satu sama lain, sehingga apabila terdapat satu komponen yang tidak berfungsi secara optimal akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
B. Komponen Sistem dalam Sistem Sekolah
M
Y
Seperti diuraikan sebelumnya sekolah merupakan sistem sosial. Oleh sebab itu organisasi pendidikan atau organisasi sekolah dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri daripada pelbagai sub sistem seperti: guru, kurikulum, peralatan, sarana dan prasarana, serta murid (Slamet, 2000), bahkan masyarakat dan orangtua murid juga merupaka sub sistem yang turut mempengaruhi upaya sekolah dalam mencapai tujuan yang dinginkan. Dari berbagai sub sistem tersebut, apabila dikelompokkan maka sub sistem dalam sistem sekolah dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok subsistem. Sekolah sebagai suatu sistem, secara universal memiliki komponen-komponen sebagai berikut: Input, Proses dan Output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekolah sebagai sistem sosial memiliki komponen yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya dalam membantu berfungsinya sistem secara keseluruhan. Hal ini yang disebut sebagai sistem sosial dengan pendekatan mikro yaitu sekolah sebagai sistem sosialnya tersendiri karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang dapat juga disebut sebagai masyarakat kecil dengan aturan dan norma sosialnya. Hoy (2013) menyebutkan sekolah sebagai suatu sistem terbuka. Sebagai suatu sistem terbuka, maka sekolah memiliki komponen atau key properties yaitu: inputs (people, materials, resources from the outside), transformation (the process transforming inputs into something of value by sistem), outputs (the by product of transformation), feedback (how sistem communicates to its parts and the environment), boundaries (sistem are differentiated from their environments), environment (is anything outside of equilibrium), homeostatis (a steady state of equilibrium), entropy (the tendency for all system for run down and die) and equifinality (the same end can be achieved many ways).
M U
D
30 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Sebagai sistem terbuka, sekolah memiliki elemen-elemen penting seperti berikut: sistem struktur organisasi, sistem individu, sistem budaya, sistem politik, sistem kerja, lingkungan (masyarakat), output, dan umpan balik (Hoy, 2011). Selanjutnya Hoy (2012) menggambarkan sekolah sebagai sistem sosial yang bersifat terbuka (open system) sebagai berikut: Social System Model for Schools
Y
M
M U
Discrepancy between Actual and Expected Performance
D
Model sekolah sebagai sistem sosial adaptasi dari Hoy and Miskel (2013) Suatu organisasi untuk menjadi sehat, terus hidup dan berkembang, perlu terbuka kepada kekuatan lingkungan luar, dan terbuka pada setiap perubahan. Sebagai sistem terbuka, maka segala perubahan yang berasal dari luar lingkungan sekolah akan selalu memberikan pengaruh yang kuat kepada pengelolaan dalam penyelenggaraan sekolah. Untuk itu apabila kita menginginkan sekolah bertanggung jawab dan berhasil dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan luar sekolah, diperlukan kompetensi kepala sekolah yang baik, kepala sekolah yang kreatif dan inovatif, memiliki kepekaan terhadap masalah dan perubahannya serta kepala sekolah yang profesional. Hal tersebut digambarkan oleh Hoy dan Miskel (2013) sebagaimana terlihat pada model yang sebagai berikut:
2 : Sekolah Sebagai Sistem Sosial 31
Y
M
M U
Sementara itu Hoy (2010) menyatakan bahwa dalam perspektif sekolah sebagai sistem sosial, menjelaskan sekolah yang efektif berawal dari kepimpinan yang dapat mengelola proses manajemen sekolah (transformational process) atau lingkungan internal sekolah yang kondusif. Model tersebut digambarkan pada halaman 31.
C. Sekolah Efektif dalam Perspektif Sistem
D
Dari berbagai kajian tentang sekolah efektif menemukan bahwa sekolah efektif ditentukan oleh kepimpinan efektif. Oleh karena itu, dikatakan bahwa tidak ada sekolah yang efektif tanpa kepala sekolah yang efektif. Sekolah efektif diberbagai negara dan para pakar memiliki nama yang berbeda. Di berbagai negara maju ada berbagai istilah tentang sekolah unggul seperti sekolah yang baik (good schools) (Frymier et al., 1984), sekolah yang maju (improved schools) seperti dikemukakan oleh Hargreaves & Hopkins (1984), sekolah yang sukses (successful school) seperti dikemukakan oleh Sergiovanni, (1987), sekolah efektif (effective schools) dikemukakan oleh (Mortimore, 1985; Sergiovanni, 1987), dan sekolah ekselin (cemerlang) (excellent schools) dikemukakan oleh (Sergoivanni, 1987). Sekolah tergolong efektif atau tidak efektif di lihat dari tiga sudut pandangan pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan tujuan, pendekatan proses/ sistem (Hoy & Ferguson, 1985) dan pendekatan respons lingkungan (Robbin, 1983), yang menambah menjadi tiga pendekatan), yaitu pendekatan tujuan, pendekatan sistem/proses dan pendekatan respons lingkungan.
32 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Pendekatan tujuan bermaksud sekolah dikatakan efektif apabila mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan ini biasanya tergambar dari output sekolah (keputusan pemeriksaan). Sergiovanni (1987) dan Scheerens (1992) secara tegas menyatakan bahwa sekolah dapat dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang dilihat daripada prestasi pemeriksaan sekolah. Hal ini juga dinyakatan oleh Hoy dan Furguson (1985), Edmonds (1979), Brookover dan Lezotte (1979) yang menekankan bahwa sekolah tidak akan dikatakan efektif atau berjaya apabila tidak berhasil mengajarkan keterampilan dasar (basic skills) yang standar. Walaupun begitu pendekatan ini tidak mampu mengukur dimensi kepuasan murid dan kepuasan guru dan masyarakat terhadap lulusan. Hal ini juga diakui oleh Brandt (1982), Rowan, Dwyer dan Bossett (1982) menyatakan bahwa mengukur keefektifan sekolah dengan hanya semata-mata menggunakan pendekatan tujuan tidak akan dapat menggambarkan keefektifan sekolah sebenarnya, karena hanya mengukur satu dimensi saja, dengan hanya memerhatikan faktor murid tanpa memerhatikan faktor alat dan proses.
Y
M
M U
Pendekatan sistem/proses. Hoy dan Ferguson (1985) menyatakan bahwa pendekatan ini mengukur pengaruh sekolah dari aspek: efektivitas internal, keahlian dan keterampilan dalam penggunaan sumber manusia yang dimiliki dan keberhasilan dalam mekanisme kerja. Ciri-ciri proses yang menjadi ukuran tersebut yaitu: iklim sekolah (school climate), pola pembuatan keputusan sekolah (decision making) dan semangat kerja guru (Sergiovanni, 1987). Sementara Owens (1987) membagi proses dalam dua aspek yaitu aspek dalaman yaitu gaya kepemimpinan, proses komunikasi, sistem penyeliaan, penilaian, sistem pembelajaran, kedisiplinan dan proses pembuatan keputusan, sementara aspek eksternal mencakup situasi di mana sekolah berada dan cirri-ciri masyarakat (budaya sosial, demografi, kekuatan politik dan kekayaan).
D
Pendekatan respons lingkungan. Purcell dan Getts (1983) mengkaji tentang respons orangtua murid/masyarakat terhadap informasi yang diberikan oleh sekolah. Sekolah yang mampu mendapat respons yang positif daripada ibu bapa murid dan masyarakat disebut sebagai sekolah yang efektif. Frymier (1984), dari hasil kajiannya terhadap 100 sekolah yang disebutnya sebagai sekolah yang baik one hundred good school menemukan sebanyak 12 ciri sekolah yang baik yaitu: (1) sekolah sebagai bahagian dari program pendidikan masyarakat; (2) tujuan-tujuan sekolah memenuhi unsur komprehensif, seimbang, realistik dan dipahami, serta tujuan tersebut terserap dalam kegiatan sekolah; (3) sekolah bertanggung jawab terhadap program 2 : Sekolah Sebagai Sistem Sosial 33
yang dibuat oleh sekolah; (4) iklim sekolah yang sehat, staf bekerja dengan penuh kepuasan; (5) pembelajaran menggunakan kaedah dan sumber belajar yang beragam, bervariasi, kreatif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (6) murid memiliki hasil kerja yang memuaskan melalui pengukuran yang baik; (7) adanya penglibatan murid terhadap berbagai kegiatan sekolah dan masyarakat; (8) penglibatan aktif masyarakat terhadap program pendidikan yang dilakukan sekolah dan memberikan kesempatan kepada sekolah untuk melaksanakan programnya; (9) murid menggunakan perpustakaan dan sumber belajar lainnya (seperti makmal dan sumber belajar ICT dan lainlain) secara intensif; (10) sekolah menyusun program yang memungkinkan kemajuan bagi pelajar secara mandiri; (11) kepala sekolah memiliki wibawa, dan mampu secara efektif berkolaboratif dengan masyarakat sekitar; (12) tumbuh dan berkembangnya inovasi secara terus-menerus oleh guru dan staf pendidikan lainnya di sekolah.
Y
M
M U
Sementara Ekosusilo (2003) dalam kajiannya di sekolah menengah atas mendapati bahwa sekolah unggul (sekolah efektif) memiliki ciri: keunggulan, nilai prestasi dan persaingan, keberpengaruhan, kedisiplinan dan kemandirian, kebanggaan (prestige), penghargaan dan toleransi, keadilan dan kejujuran serta kemandirian dan kebebasan. Dari bebagai kajian tentang sekolah efektif, didapati bahwa tidak ada sekolah efektif tanpa kepala sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang efektif karena berhasil atau gagalnya suatu sekolah adalah ditentukan oleh kepimpinan kepala sekolah. Hampir tidak pernah kita melihat dalam kenyataannya sekolah yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah yang buruk biasanya dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk pula. Usman (2008) menemukan bahwa naik turunnya kualitas sekolah sangat bergantung kepada kualitas kepala sekolahnya.
D
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya dapat dipahami dari perilaku umum saja, seperti “visi” dan “misi” saja, tetapi juga harus diidentifikasi pada tindakan-tindakan khusus (spesifik) yaitu kegiatan yang inovatif dan kreatif kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan-nya dan manajemen sekolah sehari-hari. Dengan perilaku seperti itu diharapkan akan dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi akademik dan non akademik siswa dan sekolah secara keseluruhan. Slamet (2000) menyatakan bahwa organisasi sekolah sebagai suatu sistem terdiri daripada sub sistem lainnya yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lainnya, tidak terlepas dari keterkaitannya
34 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
dengan sistem-sistem kehidupan lainnya. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah dalam proses kepimpinannya di sekolah harus berdasarkan kepada kemampuan berpikir, holistik dan parosialistik. Selain dengan pendapat di atas, Robbins dan Alvy (2010) menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah sangat penting terhadap keberhasilan usaha sekolah dalam melakukan perubahan di sekolah. Hal tersebutlah yang mengharuskan kepala sekolah pada masa depan “must be attuned to the big picture, a sophisticated, conceptual thinker who transforms the organization through people and team.”
Y
Berdasarkan kepada uraian-uraian tersebut di atas, maka model sekolah efektif dalam perspektif sistem dilihat dari aspek kepimpinan sebagai faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap pengelolaan sekolah dapat dijelaskan seperti dalam model berikut.
M
Essential Supports Model
M U
D
Model Sekolah dalam Perspektif Sistem (Hoy & Miskel, 2013)
Dari berbagai kajian teoretik tentang sekolah sebagai sistem, menjelaskan perspektif bahwa sekolah sebagai sistem sosial semua menekankan pada dua hal pokok yaitu kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dan ke dua adalah pentingnya faktor lingkungan yaitu orangtua murid dan atau masyarakat lingkungan sekolah. Oleh karena itu, apabila kita berkeinginan untuk menjadikan sekolah yang baik, efektif, ekselin dan berhasil dua faktor tersebut (kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan beserta komponennya) harus menjadi perhatian yang
2 : Sekolah Sebagai Sistem Sosial 35
intensif dari semua komponen pendidikan, stakeholder dan pemerintah dalam program-program pendidikan. Tetapi apabila kita cermati dalam kondisi emperik, nampaknya faktor masyarakat masih belum menjadi perhatian yang intensif bahkan sering terabaikan bahkan mungkin dapat dikatakan di tinggalkan dalam berbagai hal seperti kegiatan melibatkan masayarakat dan orangtua murid dalam merumuskan kebijakan pendidikan dan kebijakan di sekolah. Kalaupun sudah ada badan/institusi yang dibentuk untuk itu seperti halnya Dewan Pendidikan (di tingkat Kabupaten) dan komite sekolah (di tingkat sekolah), tetapi masih sebagai institusi yang terkadang terkesan sebagai institusi yang hanya berfungsi untuk melegalkan keputusan sekolah, sebagai keputusan orangtua murid. Akibatnya sering terjadi komplain dari masyarakat lebihlebih terkait masalah sumbangan.
Y
M
Mengapa hal tersebut masih terjadi kuncinya ada pada menajemen sekolah yang masih menganggap masyarakat sebagai pelengkap saja bukan komponen pendidikan yang memberi pengaruh besar terhadap mutu sekolah. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat masih belum menjadi bagian penting dalam manajemen sekolah. Hal ini juga terkait dengan kepala sekolah, khususnya terkait dengan kompetensi kepala sekolah dalam manajemen sekolah.
M U
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya bukan hanya kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, tetapi juga merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Karena guru yang selalu berhadapan dengan murid-murid dan guru juga yang sering berhadapan dengan orangtua dalam menghadapi keluhan, curahan hati bahkan protes terhadap kebijakan sekolah. Untuk itu dalam bagian pembahasan selanjutnya akan disajikan apa dan bagaimana manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat yang dapat dan harus dilakukan oleh kepala sekolah dan juga dapat dilakukan oleh guruguru baik sebagai guru kelas maupun sebagai guru mata pelajaran.
D
36 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
3
Y
masyarakat dan pendidikan
M
M U
A. Mengapa Pendidikan Memerlukan Masyarakat
Masyarakat sejak lama dianggap sebagai bagian penting dalam pendidikan. Sehingga Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah (pemerintah) dan masyarakat. Oleh sebab itu, diyakini bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah, pendidik, tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Sebaik apapun kurikulum dirancang dan disampaikan oleh seorang pendidikan kepada peserta didik, tetapi apabila tidak diiringi dengan keterlibatan semua pihak (keluarga, sekolah dan masyarakat) secara sinergis dan terintegrasi, maka tujuan tidak akan dapat tercapai secara optimal.
D
Hal tersebut di atas mengisyaratkan bahwa orangtua murid dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Bahkan ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas), pada Bab XV, pasal 54 ayat (1) bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Selanjutnya 3 : Masyarakat dan Pendidikan 37
pada pasal yang sama juga ditegaskan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pendidikan khususnya penyelenggaraan sekolah dapat memerankan diri sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Sumber artinya masyarakat adalah sumber daya pendidikan, sebagai pelaksana masyarakat turut menjadi pelaksana dalam membantu terselenggaranya pendidikan secara efektif dan efesien sedangkan sebagai pengguna hasil pendidikan berarti masyarakat adalah pelanggan pendidikan. Oleh sebab itu, masyarakat sangat berkepentingan dengan mutu lulusan yang dihasilkan sekolah, karena merekalah yang nantinya akan menggunakan lulusan. Lulusan yang bermutu akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sementara mutu lulusan yang rendah akan merugikan masyarakat dan bahkan akan menjadi beban bagi masyarakat. Oleh karena itulah paradigma sekolah berbasis masyarakat merupakan suatu keharusan, untuk itu maka karjasama yang harmonis dan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan menjadi suatu yang mutlak dilakukan oleh sekolah dan masyarakat.
Y
M
M U
Dalam konteks manajemen berbasis sekolah (MBS) paradigma yang dikembangkan adalah bahwa, salah satu cara yang dianggap strategis menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, tenaga pendidik, dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, sudah semestinya segala keputusan tentang pengelolaan berbagai kegiatan dan persoalan pendidikan pada tingkatan sekolah harus dihasilkan dari interaksi dari ketiga pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan keberhasilan pendidikan di sekolah agar dapat menghasilkan lulusan yang bermutu, karena mereka adalah pelanggan pendidikan sekaligus sebagai pemilik pendidikan itu sendiri. Karena itu, sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap pemenuhan harapan masyarakat akan lulusan pendidikan.
D
Partisipasi yang tinggi dari orangtua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indikator terhadap manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas 38 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orangtua mereka dalam memberikan dukungan. Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine & Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orangtua murid terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orangtua ini sangat tergantung pada ciri dan kreativitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya, masyarakat akan berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell (1955) bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan dasar tumbuhnya pengertian, dan pengertian adalah dasar tumbuhnya apresiasi sedangkan apresiasi adalah dasar dari tumbuhnya dukungan. Oleh sebab itu, orangtua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebihlebih di daerah perdesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana mereka harus melakukan untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat ketidakmengertian mereka.
Y
M
M U
D
Turner., Chandler dan Heffer (2009) menyatakan bahwa perilaku orangtua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, self efficacy dan prestasi belajar siswa. Artinya, bagaimana bentuk pengasuhan orangtua di rumah merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Beberapa bentuk pengasuhan tersebut seperti orangtua otoriter, orangtua yang permissive atau orangtua yang sangat demokratis merupakan bentuk perilaku pengasuhan yang nantinya akan mempengaruhi kebiasaan anak, perilaku anak dan akhirnya prestasi belajar anak. Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan dan di dukung penuh oleh masyarakat bahkan masyarakat secara individual turut terlibat dalam berbagai aktivitas sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah, sehingga mutu sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat 3 : Masyarakat dan Pendidikan 39
keyakinan yang tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anakanak mereka dalam membangun masa depan yang baik tersebut membuat mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah. Nampak mereka selain merasa sebagai pemilik sekolah juga sebagai penanggung jawab atas keberhasilan sekolah. Kondisi ini dapat terjadi karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang bersangkutan.
Y
Pentingnya keterlibatan orangtua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf seperti dikutip oleh Husen, T. (1975) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama. Penelitian yang senada juga dilakukan oleh Suriansyah (1987) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signfikan (0.57) antara partisipasi orangtua murid dengan prestasi belajar siswa. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa semakin paham orangtua murid tentang apa yang mereka lakukan untuk membantu anak-anaknya semakin tinggi partisipasi dan dukungan mereka terhadap anak-anaknya.
M
M U
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley (Suriansyah, 2001) menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan banyak masyarakat/orangtua murid belum paham makna mendasar dari peran mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta (Suriansyah, 2001) menyatakan di daerah perdesaan yang tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
D
Sejumlah penelitian yang dilakukan para ahli telah menemukan pengaruh keterlibatan keluarga/orangtua murid mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas. Hendarson dan Mapp (2002) telah mereview ratusan kajian dan menyimpulkan bahwa tingginya kualitas keterlibatan keluarga dalam program pendidikan dapat meningkatkan dan mendukung prestasi belajar siswa. Secara khusus Grant dan Ray (2010) juga menyatakan bahwa siswa yang keluarganya terlibat dalam pendidikannya, maka anak akan mendapatkan keuntungan yaitu: 1) Earn higher grades and test scores, 2) Are less likely to be retained in a grade, 3) Are more apt to haven an 40 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
accurate diagnosis for educational placement in classes, 4) Attend school regularly, 5) Like school and adapt well to it, 6) Have better sosial skills, 7) Have fewer negative behavior report, and, 8) Graduate ang go on to postsecondary education. Heath dan McLaughlin (1987), menyatakan bahwa keterlibatan orangtua murid dan masyarakat di sekolah sangat penting sebab problem pencapaian prestasi/mutu pendidikan dan keberhasilan akademik menuntut sumber-sumber yang sangat besar yang sering berada di luar kemampuan sekolah bahkan juga di luar kemampuan orangtua. Mereka mengidentifikasi bahwa perubahan demografi orangtua murid dan keluarga bervariasinya perkembangan diantara siswa merupakan alasan bahwa sekolah dan keluarga secara sendiri tidak dapat menyediakan sumber yang cukup untuk meyakini bahwa semua anak mendapatkan pengalaman dan dukungan dalam mencapai kesuksesan di sekolah dan masyarakat.
Y
M
Ahli lain juga menyatakan pentingnya sekolah, keluarga/orangtua murid dan masyarakat bekerja sama dan bersama-sama untuk peningkatan keberhasilan siswa. Toffler dan Toffler (1995) menyatakan bahwa kolaborasi sekolah, orangtua murid/keluarga dan masyarakat adalah salah satu cara untuk menyediakan komponen yang dapat mempercepat peningkatan mutu dan keberhasilan di sekolah. Tetapi hal tersebut menurut mereka harus fokus pada peningkatan mutu pendidikan dan revitalisasi keluarga sehingga dapat memerkuat jaringan kerjasama, sumber-sumber dan modal yang dapat dipergunakan untuk anak. Sementara itu Epstein (2009) menyimpulkan dari berbagai hasil kajian penelitian di berbagai negara dan praktik-praktik di lapangan secara jelas menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pendidikan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi siswa, sekolah, orangtua murid dan masyarakat.
M U
D
Moh. Nor dan Hussin (2013), secara tegas menyatakan bahwa masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap prestasi sekolah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pencapaian prestasi belajar anak bukan saja bergantung pada prestasi sekolahnya tetapi juga banyak dipengaruhi oleh cara hidup siswa yang bersangkutan. Di samping itu kegiatan kolaborasi dalam masyarakat juga memainkan peranan penting sebagai pengaruh sosial yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa di sekolah itu (Komaruddin, 1995). Sementara Marope (1996) menyatakan anak yang mendapat dukungan kuat dari keluarganya menunjukkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat dukungan keluarga.
3 : Masyarakat dan Pendidikan 41
Jauh sebelumnya Plowden (1967), pernah menyatakan agar guru dan orangtua murid bekerjasama dalam mendidik siswa. Dalam hal ini guru harus mengetahui latar belakang pelajar, sedangkan orangtua murid perlu mendapatkan informasi tentang perkembangan anak-anak mereka di sekolah. Hal ini menurut Karl, L. (2001) disebabkan guru, keluarga (orangtua murid) dan masyarakat lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam membentuk perkembangan akademik siswa.
Y
Sementara Mustafa seperti dikutip Safitri, Rasyad, Prawoto (2013), menyatakan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak usia dini berpengaruh positif pada beberapa hal diantaranya membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri senidiri, meningkatkan capaian prestasi akademik meningkatkan hubungan orangtua dan anak, membantu orangtua bersikap positif dan menjadikan orangtua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di lembaga pendidikan.
M
M U
Senada dengan pernyataan di atas, Sander (2001) menyatakan bahwa keluarga dan institusi sekolah mempunyai hubungan yang kuat dengan perkembangan siswa. Oleh sebab itu, orangtua murid dan masyarakat perlu bekerjasama untuk meningkatkan prestasi belajar anak. Kerjasama antara orangtua murid dengan masyarakat lingkungan sekolah akan dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar anak. Untuk itu, maka sekolah perlu melakukan berbagai upaya dan kegiatan secara aktif dan kreatif agar orangtua murid dapat memahami apa yang dilaksanakan sekolah, memahami tujuan sekolah dan program sekolah serta berbagai permasalahan yang dihadapi sekolah. Dengan demikian orangtua murid dan masyarakat akan memberi dukungan kepada sekolah. Kerjasama sekolah dan masyarakat dengan mengadakan berbagai aktivitas bersama akan menumbuhkan perkembangan sosial, emosi, fisik dan intelektual anak.
D
B. Perlunya Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Pendidikan tidak berada pada lingkungan yang tunggal, tetapi pendidikan berada di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan sekitar, karena pendidikan dibangun untuk masyarakat, oleh masyarakat dan berasal dari masyarakat. Oleh sebab itu, lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung. Lingkungan ini terdiri dari masyarakat beserta lingkungan yang ada disekitarnya. Semua komponen yang ada di lingkungan sekitar pendidikan tersebut berperan dan memberikan
42 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
kontribusi terhadap proses pendidikan juga pada proses peningkatan kualitas pendidikan dan atau kualitas lulusan pendidikan. Pendidikan khususnya di sekolah dalam praktiknya memiliki keterbatasan dalam berbagai hal dan sumber, baik sumber manusia maupun sumber non manusia seperti sarana dan prasaranan. Berbagai sumber tersebut sebenarnya ada di lingkungan sekolah/masyarakat. Oleh sebeb itu, perhatian manajer pendidikan/Top Manajemen (Kepala Sekolah) seharusnya adalah berupaya untuk mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya secara optimal mungkin untuk kepentingan proses pendidikan di sekolah. Dengan demikian semua sumber tersebut akan berpotensi untuk memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Y
M
Salah satu sumber yang perlu dikelola sekolah secara efektif dan efesien adalah lingkungan masyarakat atau orangtua murid, termasuk stakeholder, baik secara kelompok (community group) maupun secara individual. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Mengapa manajemen pendidikan khususnya manajemen sekolah perlu menangani masyarakat (perlu hubungan sekolah dengan masyarakat), secara optimal baik orangtua murid, stakeholder, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini tidak terlepas dari apa yang telah dibahas di bagian terdahulu bahwa sekolah sebagai sistem sosial dan organisasi sosial.
M U
Organisasi sekolah adalah organisasi yang menganut sistem tebuka, sebagai sistem terbuka berarti lembaga pendidikan mau tidak mau, disadari atau tidak disadari akan selalu terjadi kontak hubungan dengan lingkungannya baik fisik maupun non fisik yang disebut sebagai supra sistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah dan dapat terus menerus hidup sebagai organisasi. Suatu organisasi yang mengisolasi diri, organisasi apapun dia termasuk sekolah sebagai organisasi apabila tidak melakukan kontak dengan lingkungannya, maka dia lambat laun akan mati secara alamiah (tidak dapat eksis), karena organisasi hanya akan tumbuh dan berkembang apabila didukung dan dibutuhkan oleh serta dimiliki dan dipelihara oleh lingkungannya. Hanya sistem terbuka yang memiliki kemampuan untuk selalu berusaha mengantisipasi hal-hal yang memungkinkan dapat mengancam terjadinya kepunahan. Ini berarti hidup matinya lembaga pendidikan akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu sendiri, dalam arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka. Di samping itu juga diperlukan kemampuan mencitrakan dirinya sebagai organisasi yang baik
D
3 : Masyarakat dan Pendidikan 43
dan mampu mendidik generasi muda yang berkualitas sehingga masyarakat memiliki kepercayaa dan keyakinan terhadap sekolah dalam mendidik anakanak menjadi berkualitas. Dalam kasus ini kita dapat melihat di lapangan, banyak sekali sekolah-sekolah bahkan sekolah swasta yang beridiri sejak lama tetapi tetap menjadi pilihan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sana karena mereka yakin akan kemampuan sekolah. Sebaliknya banyak kita saksikan sekolah bahkan juga sekolah negeri kesulitan mencari siswa karena tidak mampu meyakinkan masyarakat akan kemapuannya mendidik anak-anak berkualitas. Sehingga dalam kenyataan sering kita temui sekolah yang tidak punya nama baik di masyarakat akhirnya akan mati. Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai alasan masyarakat tidak mau menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang akhirnya membuat sekolah itu mati dengan sendirinya. Demikian pula sebaliknya sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan membayar dengan biaya mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah favorit dan tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat serta pencitraan sekolah yang baik kepada tokoh masyarakat, tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau tokoh pemerintahan (stakeholder).
Y
M
M U
Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Konsep ini diperkuat oleh GBHN bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua dan masyarakat. Artinya, pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis.
D
Partner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga para orangtua/masyarakat. Sekolah yang telah berhasil membangun rasa kebersamaan di dalam lingkungan sekolah mereka (sekolah yang kolaboratif dan komunikatif) nampak memiliki keberhasilan yang besar dalam mengembangkan hubungan yang kuat dengan masyarakat dan keluarga/orangtua murid di luar sekolah (Sanders & Harve, 2002). Dengan demikian dapat kita nyatakan bahwa kapasitas sekolah untuk berkolaborasi menjadi bagian atau salah satu indikator profesionalisme kepala sekolah dan pendidik (guru) dalam pengelolaan sekolah dengan menggunakan program berbasis sekolah. Apabila hal ini dapat ditumbuh kembangkan di sekolah, maka kegiatan keterlibatan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat akan
44 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
menjadi sesuatu yang biasa bukan beban apalagi mengganggu kegiatan sekolah. Hal tersebut menuntut profesionalisme para kepala sekolah dan pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan kemitraan, kolaborasi dan atau kerjasama dalam berbagai bentuk. Profesionalisme semestinya sudah disiapkan sejak awal sebelum menjadi guru atau sebelum menjadi kepala sekolah (Epsteen dkk, 2009). Tema-tema seperti strategi kolaborasi dengan masyarakat, keluarga dan orangtua murid serta pemahaman yang mendalam tentang apa dan bagaimana menggerakkan orangtua dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sekolah dan progress akademik anak harus menjadi bagian dalam pengembangan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan.
Y
M
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putraputra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat membangun dan meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini akan dapat dilakukan apabila masyarakat menyadari akan pentingnya peranan mereka dalam lembaga pendidikan. Kondisi tersebut dapat tercipta apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
M U
D
Ada hubungan saling menguntungkan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat, yaitu dalam bentuk hubungan saling memberi, saling melengkapi dan saling menerima sebagai patner yang memiliki kedudukan setara. Lembaga pendidikan pada hakikatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh Stoop & Johnson (1967) dinyatakannya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas). Sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pembaharu terhadap masyarakat, maka sekolah mau tidak mau atau suka tidak suka harus mengikutsertakan masyarakat dalam melaksanakan fungsi dan peranannya agar pekerjaan dan tanggung jawab yang dipikul oleh sekolah akan menjadi ringan. Hal ini sangat beralasan karena anak berada di sekolah hanya kurang lebih 7 sampai dengan 8 jam. Sisanya mereka lebih banyak berada di rumah dan di lingkungan
3 : Masyarakat dan Pendidikan 45
masyarakat. Pada saat itu guru dan sekolah tidak memiliki kemampuan lagi untuk terus-menerus melakukan kontrol terhadap kegiatan yang dilakukan anak. Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat khususnya orangtua siswa, agar mereka sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan mengerti mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam merealisasikan program inovatif tersebut. Dengan demikian akan terjadi optimalisasi proses pendidikan anak, yang pada gilirannya akan memberikan jaminan bagi pencapaian tujuan yang diinginkan bersama.
Y
M
Sanders (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor yang krusial untuk kegiatan pengelolaan dan perencanaan sampai dengan kegiatan evaluasi hubungan kemitraan sekolah dengan masyarakat ini adalah kepemimpinan kepala sekolah. Berbagai studi tantang keterlibatan mencatat bahwa pentingnya efektivitas kepemimpinan kepala sekolah untuk keberhasilan kolaborasi sekolah dengan masyarakat. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah sau hal yang mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan keterampilan profesionalnya sebagai kolaborator. Hal ini menjadi syarat bagi perilaku kepala sekolah dalam menyiapkan guru untuk merencanakan kemitraan serta tindakan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat (Sanders & Harvey, 2002).
M U
D
Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat (School Public Relation) baik bagi sekolah maupun masyarakat itu sendiri, yaitu: Bagi Sekolah/lembaga pendidikan:
1. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui pada saat dengan berkembangnya konsep pendidikan oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat antara lain melalui dewan pendidikan dan komite sekolah. 2. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah benar-benar mampu menjadikan
46 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan dan peningkatan sekolah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada sekolah yang berkembang dan berkualitas baik apabila tidak mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat lingkungannya. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang berkualitas.
Y
3. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Melalui hubungan yang erat dengan masyarakat, maka profesi guru akan semakin mudah untuk tumbuh dan berkembang. Sebab pada dasarnya laboraturium terbaik bagi lembaga pendidikan seperti sekolah adalah masyarakatnya sendiri. Demikian pula laboratorium profesi guru yang profesional akan dibuktikan oleh masyarakatnya.
M
4. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Bantuan masyarakat hanya akan lahir apabila mereka memiliki opini dan persepsi yang positif tentang sekolah. Karena itu keterbukaan, kebersamaan dan komitmen bersama perlu ditumbuhkembangkan di lingkungan sekolah.
M U
5. Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih hati-hati.
D
6. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah 7. Memudahkan mendapatkan bantuan material dari masyarakat 8. Memudahkan penggunaan berbagai sumber belajar termasuk narasumber yang ada dalam masyarakat. Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka: 1. Masyarakat/orangtua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Melalui informasi yang diberikan oleh sekolah kepada masyarakat maka semua hal tentang sekolah akan dapat mereka pahami. Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih terlibat lagi dalam mendukung dan membantu segala keperluan sekolah dalam meningkatkan mutu. 2. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan direalisasikan oleh pihak sekolah. Melalui hubungan
3 : Masyarakat dan Pendidikan 47
sekolah dengan masyarakat yang harmonis akan dapat diperoleh informasi tentang anak dan tentang apa kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan anak-anaknya di sekolah. Dengan demikian sekolah akan dapat menyesuaikan programnya dengan kebutuhan masyarakat. 3. Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas. Dengan komunkasi yang intensif masyarakat memiliki kesempatan yang luas untuk memberikan usul maupun kritik terhadap program pendidikan di sekolah yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
M
Y
M U
D
48 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
4
Y
konsep dasar hubungan sekolah dengan masyarakat
M
M U
Seperti diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa sekolah sebagai institusi tidak dapat lepas dari masyarakat lingkungan di mana sekolah tersebut berada. Saling keterkaitan sekolah dengan masyarakat ini akan semakin terasa dan sangat dibutuhkan pada saat tumbuh dan berkembang berbagai kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, prestasi belajar yang rendah dan berbagai masalah pembelajaran lain. Di sadari bahwa untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sekolah tidak akan mampu melakukan sendiri sebab sekolah memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Untuk itu, maka tidak ada cara lain yang lebih strategis selain adanya kebersamaan antara pihak sekolah, orangtua murid, masyarakat dan stakeholder lainnya secara bersinergis. Untuk memahami apa dan untuk apa kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat perlu diaplikasikan secara intensif dalam pengelolaan pendidikan, berikut ini akan diuraikan beberapa hal pokok: Pengertian, Tujuan, Prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat.
D
A. Pengertian Secara umum orang dapat mengatakan apabila terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Apakah ini yang dimaksud dengan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, tentunya yang dimaksudkan dalam uraian disini tidak sesederhana pengertian tersebut.
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 49
Epstein dkk (2009) menyatakan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai bentuk kemitraan (partnership) sebagai hubungan antara sekolah dengan individu masyarakat, organisasi dan business yang bertujuan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan dan mengembangkan sosial, emosional dan fisik anak/siswa. Dari pengertian di atas jelas terlihat bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat dapat bersifat individual atau kelompok masyarakat. Kegiatan ini diarahkan untuk membentu perkembanga anak tidak hanya secara fisik, tetapi juga sosial dan emosional sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Bahkan lebih luas lagi hubungan sekolah masyarakat dan orangtua murid juga dapat menumbuhkan aspek intelektual anak. Artinya, pertumbuhan yang diperlukan bagi anak sesuai kebutuhan perkembangannya memerlukan dukungan masyarakat baik individual maupun kelompok.
Y
M
Apa sebenarnya kebutuhan masyarakat terhadap lembaga pendidikan (sekolah)?. Masyarakat (lebih khusus lagi orangtua murid) mengirimkan anak-anaknya ke sekolah agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi kehidupannya dan bagi masyarakat secara umum. Secara praktis sering kita dengar para orangtua menginginkan anaknya dapat berprestasi di sekolah (khususnya nilai raport, nilai ujian sekolah lebih-lebih nilai ujian nasional). Ini berarti kebutuhan masyarakat terhadap sekolah adalah penyelenggaraan dan pelayanan proses belajar mengajar yang berkualitas dengan output yang berkualitas pula. Dengan tuntutan yang demikian akan menjadi beban bagi sekolah, sebab selama ini kita akui sekolah memiliki berbagai keterbatasan yang dimilikinya (tenaga, biaya, waktu dan sebagainya), dalam pengelolaan yang sesuai dengan harapan orangtua murid dan masyarakat secara umum. Hal disebabkan pada saat ini kita berada dalam era informasi dan era global yang penuh dengan persaingan sangat tinggi, menyebabkan harapan masyarakat juga terhadap pendidikan sangat tinggi, khususnya dalam kualitas lulusan.
M U
D
Pengertian di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat lebih banyak menekankan pada pemenuhan akan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan lembaga pendidikan. Di sisi lain pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan masyarakat, tetapi sekolah/ lembaga pendidikan berusaha secara aktif (jemput bola), serta mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis.
50 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Apabila dicermati pengertian tersebut di atas, nampaknya lebih mengarah pada pola hubungan satu arah, yaitu kemauan sekolah/lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan lembaga pendidikan. Ini berarti pihak sekolah kurang mendapatkan balikan dari pihak masyarakat. Definisi yang lebih lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti dikutip oleh Suriansyah (2001), yang menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
Y
1. Information given to the public (memberikan informasi secara jelas dan lengkap kepada masyarakat).
M
2. Persuasion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan persuasi kepada masyarakat dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap sekolah).
3. Effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public with the institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat dan dari masyarakat ke sekolah.
M U
Pengertian di atas memberikan gambaran kepada kita apa sebenarnya hakikat hubungan sekolah dan masyarakat. Hal terpenting dari pengertian di atas, adalah adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang dampaknya dapat merubah sikap dan tindakan masyarakat terhadap pendidikan serta masyarakat memberikan sesuatu untuk perbaikan pendidikan.
D
Dengan memahami dua pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat di atas, kita dapat membuat suatu pengertian sederhana tentang hubungan sekolah dan masyarakat sebagai suatu “proses kegiatan menumbuhkan dan membina saling pengertian kepada masyarakat dan orangtua murid tentang visi dan misi sekolah, program kerja sekolah, masalah-masalah yang dihadapi serta berbagai aktivitas sekolah lainnya”. Pengertian ini memberikan dasar bagi sekolah, bahwa sekolah perlu memiliki visi dan misi serta program kerja yang jelas, agar masyarakat memahami apa yang ingin dicapai oleh sekolah dan masalah/kendala yang daihadapi sekolah dalam mencapai tujuan, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Dengan demikian mereka dapat memikirkan tentang peranan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat/orangtua murid dan stakeholder lainnya untuk membantu sekolah. 4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 51
Pemahaman masyarakat yang mendalam, jelas dan komprehensif tentang sekolah merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya dukungan dan bantuan mereka terhadap sekolah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh C.L. Brownell (1955) yang menyatakan bahwa: Knowledge of the program is essential to understanding, and understanding is basic to appreciation, appreciation is basic to support.
Y
Bertolak dari pendapat yang diungkapkan Brownell tersebut di atas, dapat dipahami bahwa sekolah/lembaga pendidikan perlu melakukan beberapa aktivitas dalam melaksanakan hubungan sekolah masyarakat agar dapat mencapai hasil yang diharapkan dan memberdayakan masyarakat dan stakeholder lainnya. Beberapa aktivitas tersebut adalah:
M
1. Selalu memberikan penjelasan secara preodik kepada masyarakat tentang program-program pendidikan di sekolah, masalah-masalah yang dihadapi dan kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai oleh sekolah (berfungsi sebagai akuntabilitas). Agar pemahaman program oleh masyarakat menyentuh hal yang mendasar, maka harus dimulai dengan penjelasan tentang Visi dan Misi serta tujuan sekolah secara keseluruhan. Apa yang dimaksud dengan Visi dan Misi Sekolah anda dapat memperdalam pada buku-buku reference lain.
M U
2. Apabila penjelasan-penjelasan tersebut dipahami masyarakat dan apa yang diinginkan serta program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka penghargaan mereka terhadap sekolah akan tumbuh. Tumbuhnya penghargaan inilah yang akan mendorong adanya dukungan dan bantuan mereka pada sekolah. Dengan demikian, maka program sekolah harus seiring dengan kebutuhan masyarakat. Karena memang pelanggan dan pengguna hasil lulusan sekolah adalah masyarakat. Atau dengan kata lain pelanggan sekolah itu pada hakikatnya adalah siswa dan orangtua siswa serta masyarakat. Karena itu kebutuhan dan kepuasan pelanggan merupakan hal pokok yang harus diperhatikan oleh lembaga sekolah. Sebagai contoh: Bagaimana masyarakat mau membantu sekolah apabila sekolah di tengah masyarakat religius dan fanatik sementara sekolah tidak pernah memprogramkan kegiatan sekolah yang bersifat religius, sehingga sekolah terisolir dari masyarakatnya. Kondisi ini yang mendorong masyarakat untuk tidak terlibat apalagi berpartisipasi secara optimal untuk membantu sekolah.
D
Dari uraian-uraian tersebut di atas nampaknya ada beberapa manfaat apabila hubungan sekolah dengan masyarakat benar-benar dapat direalisasikan secara utuh sesuai dengan konsepsi di atas. Manfaat tersebut antara lain: 52 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
1. Masyarakat/orangtua murid dan stakeholder lainnya akan mengerti dengan jelas tentang visi, misi, tujuan dan program kerja sekolah, kemajuan sekolah beserta masalah-masalah yang dihadapi sekolah secara lengakap, jelas, up to date dan akurat. 2. Masyarakat/orangtua murid dan stakeholder lainnya akan mengetahui persoalan-persolan yang dihadapi atau mungkin dihadapi sekolah dalam mencapai tujuan yang diinginkan sekolah. Dengan demikian mereka dapat melihat secara jelas di mana mereka dapat berpartisipasi untuk membantu sekolah.
Y
3. Sekolah akan mengenal secara mendalam latar belakang, keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap sekolah. Pengenalan harapan masyarakat dan orangtua murid terhadap lembaga pendidikan, khususnya sekolah merupakan unsur penting untuk menumbuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat. Apabila hal ini tercipta, maka sikap apatis, acuh tak acuh dan masa bodoh masyarakat akan hilang. Yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah sekolah mengenal harapan masyarakat? Atau sekarang justru sekolah memaksakan harapannya kepada masyarakat! Coba kita analisis kondisi tersebut berdasarkan pengalaman dan penglihatan selama ini dalam praktik penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Apabila kita belum melakukan hal tersebut, maka sudah saatnya mulai sekarang sekolah berbenah diri untuk membangun kemitraan dengan masyarakat/ stakeholder untuk kemajuan sekolah.
M
M U
D
4. Apabila kondisi dia atas tercipta, para siswa secara langsung mengetahui bahwa mereka mendapat perhatian yang besar dari kedua belah pihak, baik pihak orangtua/masyarakat maupun pihak sekolah. Hal ini tentunya merupakan kartu kendali bagi sekolah untuk bersikap, berperilaku dan bertindak di luar aturan sekolah yang ada. Dalam kenyataan yang ditemui di lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini nampaknya masih sedikit ditemukan pola-pola hubungan yang dapat mendorong terciptanya keempat hal pokok di atas. Hal ini disebabkan adanya persepsi bahwa peningkatan mutu sekolah dan peningkatan proses pembelajaran cukup dilakukan oleh pihak sekolah atau pihak pemerintah secara sepihak. Sedangkan pihak masyarakat dan orangtua murid cukup dimintakan bantuannya dalam bentuk keuangan saja, atau ada semacam persepsi seolah-olah sekolahlah yang bertanggung jawab dalam peningkatan mutu. Sedangkan orangtua (masyarakat) tidak perlu terlibat dalam upaya peningkatan mutu di sekolah. Keterlibatan orangtua/masyarakat sering
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 53
diinterpretasikan atau dipersepsi sebagai bentuk intervensi yang terlalu jauh memasuki kawasan otonomi sekolah. Keadaan ini juga turut berpengaruh terhadap terciptanya hubungan yang akrab antar sekolah dengan pihak masyarakat.
B. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Y
Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu aktivitas yang mendapat kedudukan setara dengan kegiatan pengajaran, pengelolaan keuangan, pengelolaan kesiswaan dan sebagainya (ingat substansi kegiatan manajemen sekolah) juga harus direncanakan, dikelola dan di evaluasi secara baik. Tanpa perencanaan dan pengelolaan serta evaluasi yang baik, tujuan yang hakiki dari kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak akan tercapai.
M
Apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat?, gambaran pada pembahasan di atas sudah memperlihatkan kepada kita tentang apa yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Secara lebih lengkap Elsbree dan Mc Nally seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) menyatakan bahwa kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
M U
1. To improve the quality of children’s learning and growing.
D
2. To rise community goals and improve the quality of community living. 3. To develop understanding, enthusiasm and support for community program of public educations. Dari pendapat ini terlihat bahwa yang ingin dicapai dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ini tidak hanya sekadar mendapat bantuan keuangan dari orangtua murid, tetapi lebih jauh dari hal tersebut yaitu pengembangan kemampuan belajar anak dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dukungan mereka akan pendidikan. Bagaimana kaitan hubungan sekolah dengan masyarakat dengan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, coba anda diskusikan dan analisis secara berkelompok ? Sebagai bahan perbandingan, anda dapat mempelajari tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikemukakan oleh L.Hagman (Suriansyah, 2001) sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh bantuan dari orangtua murid/masyarakat, Bantuan apa? Ingat bantuan ini bukan hanya sekedar uang!
54 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
2. Untuk melaporkan perkembangan dan kemajuan, masalah dan prestasiprestasi yang dapat dicapai sekolah. Kapan sebenarnya laporan ini perlu dilakukan oleh pihak sekolah? 3. Untuk memajukan program pendidikan. Apa program sekolah dan apa kaitannya dengan kepentingan masyarakat perlu dipahami mereka secara jelas dan benar.
Y
4. Untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat, sehingga segala permasalahan dan lain-lain dapat dilakukan secara bersama dan dalam waktu yang tepat. Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah/lembaga pendidikan dengan masyarakat sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan:
M
1. Kualitas pembelajaran. Kualitas lulusan sekolah dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor hanya akan dapat tercipta melalui proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas yang berkualitas. Tidak akan ada kualitas lulusan yang baik tanpa proses pembelajaran yang baik. Kualitas proses pembelajaran ditentukan oleh berbagai aspek tidak hanya oleh guru semata tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor termasuk faktor orangtua murid.
M U
2. Kualitas hasil belajar siswa. Kualitas belajar siswa akan tercapai apabila terjadi kebersamaan persepsi dan tindakan antara sekolah, masyarakat dan orangtua siswa. Dengan demikian dukungan mereka akan semakin besar. Besarnya dukungan orangtua terhadap proses pendidikan dan pembelajaran ini akan dapat memberikan kontribusi kepada sekolah dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi sekolah. Karena itu peningkatan kemitraan sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat merupakan prasyarat yang tidak dapat ditinggalkan dalam konteks peningkatan mutu hasil belajar.
D
3. Kualitas pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik akan dapat optimal apabila ditangani secara bersama antara sekolah dengan orangtua murid. Karena banyak hal khususnya data dan informasi tentang anak yang diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak justru berada di orangtua. Tanpa informasi yang tepat dan akurat, maka upaya bantuan yang diberikan akan sangat mungkin tidak tepat. 4. Kualitas masyarakat (orangtua murid) itu sendiri. Kualitas masyarakat akan dapat dibangun melalui proses pendidikan dan hasil pendidikan 4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 55
yang handal. Lulusan yang berkualitas merupakan modal utama dalam membangun kualitas masyarakat di masa depan. Ini berarti segala program yang dilakukan dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat (school public relation) harus mengacu pada peningkatan kualitas tersebut di atas. Apabila hal tersebut dapat kita lakukan, maka persepsi masyarakat tentang sekolah akan dapat dibangun secara optimal.
Y
C. Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
M
Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin berhasil mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat/orangtua yang dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini harus menjadi pertimbangan dan perhatian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
M U
1. Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik dan informasi kegiatan non akademik. Dalam bahasa lain prinsip ini mengandung informasi terpadu tentang sekolah dan anak. Hindarkan sejauh mungkin upaya menyembunyikan (hidden activity) kegiatan yang telah, sedang dan akan dijalankan oleh lembaga pendidikan, untuk menghindari salah persepsi serta kecurigaan terhadap lembaga pendidikan. Kecurigaan yang sifatnya negatif terhadap sekolah akan menurunkan kepercayaan yang akhirnya berdampak pada turunnya dukungan mereka kepada sekolah. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan harus sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi, salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima secara rasional oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat/orangtua murid terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi lembaga pendidikan sangat diperlukan, lebih-lebih dalam
D
56 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
era reformasi dan abad informasi ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian secara langsung tentang lembaga pendidikan. Bahkan tidak jarang penilaian dan persepsi yang disampaikan masyarakatan tentang sekolah sering tidak memiliki dasar dan data yang akurat dan valid. Persepsi yang demikian apabila tidak dihindari akan menyebebkan hal yang negatif bagi sekolah, akibatnya sekolah tidak akan mendapat dukungan bahkan mungkin sekolah hanya akan menunggu waktu kematiannya. Karena dia tidak dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakatnya sendiri.
Y
2. Continuity
M
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, harus dilakukan secara terus-menerus. Jadi, pelaksanan hubungan sekolah dengan masyarakat jangan hanya dilakukan secara insedental atau sewaktu-waktu, misalnya hanya 1 (satu) kali dalam satu tahun, seperti misalnya pada saat akan meminta bantuan keuangan kepada orangtua/ masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan bahwa apabila ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah akan selalu dikaitkan dengan minta bantuan uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak datang atau sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan sekolah.
Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa undangan kepada orangtua murid dari sekolah sering diwakilkan kehadirannya kepada orang lain, sehingga kehadiran mereka hanya berkisar antara 60% - 70% bahkan tidak jarang kurang dari 30%. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat dukungan yang kuat dari semua orangtua murid dan masyarakat.
Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah, permasalahanpermasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar siswa selalu muncul dan tumbuh setiap saat, karena itu maka diperlukan penjelasan informasi yang terus-menerus dari lembaga pendidikan untuk masyarakat/orangtua murid, sehingga mereka sadar akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan putra-putrinya.
M U
D
3. Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler,
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 57
remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya lengkap, akurat dan up to date.
Lengkap artinya tidak satu informasipun yang harus ditutupi atau disimpan, padahal masyarakat/orangtua murid mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan (progres) sekolah di mana anaknya belajar. Oleh sebab itu, informasi kemajuan sekolah, kegagalan/ masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi yang dapat dicapai sekolah harus diinformasikan kepada masyarakat. Akurat artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitan ini juga berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau informasi yang objektif.
Y
M
Sedangkan up to date berarti informasi yang diberikan adalah informasi perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir. Dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya. Apabila hal ini tercipta masyarakat dan orangtua murid akan dapat menentukan bentuk partisipasi mereka kepada sekolah untuk kepentingan anak didik.
M U
4. Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melaui pertemuan langsung maupun melalui media hendaknya disajikan dalam bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar (masyarakat setempat). Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa:
D
a. Informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh persahabatan dan mudah dimengerti. b. Penggunaan kata-kata yang jelas, disukai oleh mesyarakat atau akrab bagi pendengar. c. Informasi yang disajikan menggunakan pendekatan budaya setempat. d. Informasi yang diberikan jangan berbelit-belit atau terlalu banyak. Berikan informasi yang singkat tetapi jelas. Apabila informasi yang harus disampaikan sangat banyak dapat dilakukan secara bertahap. Hal ini perlu karena orangtua murid/masyarakat memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap informasi. Apabila terlalu banyak malah dapat membuat mereka bingung dan bosan. Di 58 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
samping itu terlalu lama berada di sekolah menyita waktu mereka dalam bekerja. 5. Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan respons hal-hal positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami secara detail berbagai masalah (problem dan constrain) yang dihadapi sekolah. Apabila hal tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat daftar masalah (list of problems) yang perlu dikomunikasikan secara terus-menerus kepada sasaran masyarakat tertentu.
Y
M
M U
Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya objektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu, termasuk dalam hal ini memberitahukan kelemahan-kelemahan sekolah dalam memacu peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Prinsip ini juga berarti bahwa informasi yang disajikan kepada khalayak sasaran harus dapat membangun kemauan dan merangsang untuk berpikir bagi penerima informasi.
Penjelasan yang konstruktif akan menarik bagi masyarakat dan akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sekolah. Untuk itu informasi yang ramah, objektif berdasarkan data-data yang ada pada sekolah.
D
6. Adaptability (Penyesuaian)
Program hubungan sekolah dengan masyarakat (school public relation) hendaknya disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian-pengertian yang benar dan valid tentang opini serta faktorfaktor yang mendukung akan dapat menumbuhkan kemauan bagi masyarakat untuk berpartisipasi kedalam pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi sekolah.
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 59
Di samping prinsip-prinsip tersebut di atas, agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan, maka kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya dengan orangtua murid perlu dilakukan sesuai dengan hakikat dan tujuan program hubungan itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan membangun keterlibatan orangtua murid di lingkungan sekolah. Grant dan Ray (2010) menyatakan ada 9 (sembilan) prinsip yang perlu diperhatikan sekolah dalam membangun dan memelihara keterlibatan orangtua/keluarga di lingkungan pendidikan yaitu:
Y
1. School staff work together to bild positive relationship with families based on equality and respect (Staf Sekolah bekerja sama untuk membangun hubungan positif dengan keluarga berdasarkan kesetaraan dan penghormatan).
M
2. Administrator, principals, and teachers recognize the capacity of families and honor their role in supporting the overall growth and development of all families members: young children, students and adults (Administrator, kepala sekolah, dan guru mengakui kapasitas keluarga dan menghormati peran mereka dalam mendukung pertumbuhan secara keseluruhan dan pengembangan semua anggota keluarga: anak-anak, siswa dan orang dewasa).
M U
3. School staff understands that families are important resource to design implement, and evaluate programs. They are resources to themselves and to other families (Staf Sekolah memahami bahwa keluarga adalah sumber daya penting untuk merancang melaksanakan, dan mengevaluasi program. Mereka adalah sumber daya untuk diri mereka sendiri dan keluarga lainnya).
D
4. Schools and their community partners understand that successful family involvement and support programs must affirm and strengthen families’ kultur, racial, and linguistic identities and enhance their ability to function in a multikultur society (Sekolah dan mitra komunitas mereka memahami bahwa suksesnya keterlibatan dan dukungan program keluarga harus memperkuat budaya, ras, bahasa dan identitas keluarga serta meningkatkan kemampuan mereka untuk berfungsi dalam masyarakat multikultural). 5. Schools acknowledge their role in the community that they serve and recognize that school programs that are embedded in the community contribute to the community building process (Sekolah mengakui peran mereka dalam masyarakat yang mereka layani dan mengakui bahwa program sekolah yang tertanam di masyarakat berkontribusi pada proses pembangunan masyarakat). 6. School-based or school-sponsored initiative for families are designed to advocate with families for service ad sistem that are fair, responsive, and accountable to the families and student served (Berbasis sekolah atau inisiatif sekolah
60 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
yang disponsori untuk keluarga dirancang untuk mengadvokasi dengan keluarga untuk sistem layanan yang adil, responsif, dan bertanggung jawab kepada keluarga dan layanan siswa). 7. School staff working with families mobilize both formal and informal resource to support family development and efficacy (Staf Sekolah bekerja sama dengan keluarga memobilisasi sumber daya baik formal maupun informal untuk mendukung pembangunan keluarga dan kemanjuran).
Y
8. School-based or school-sponsored programs are designed to be flexible and continually responsive to emerging family and community issues (Program berbasis sekolah atau sekolah yang disponsori dirancang untuk menjadi fleksibel dan terus responsif terhadap isu-isu keluarga dan masyarakat muncul).
M
9. School staff ensure that the principles of family support are moderate by all staff in their day-to-day interactions with families, in the design of all program activities, and in the district policies that govern school-based or support initiative for families (Staf sekolah memastikan bahwa prinsip-prinsip dukungan keluarga bersifat moderat oleh semua staf dalam pekerjaan mereka sehari-hari dalam berinteraksi dengan keluarga, dalam desain semua program kegiatan, dan kebijakan kabupaten yang berbasis sekolah atau dukungan inisiatif untuk keluarga).
M U
D
D. Prosedur Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai suatu kegiatan perlu dikelola secara sistimatis dan terencana. Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bukanlah kegiatan yang bersifat instan dan dadakan. Sebagai kegiatan yang terencana dan sistimatis, maka kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Prosedur pelaksanan hubungan sekolah dengan masyarakat dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap berikut ini: 1. Menganalisis masyarakat
Kegiatan pertama dalam pelaksanaan hubungan sekolah masyarakat adalah menganalisis masyarakat yaitu kegiatan yang berkaitan dengan sasaran masyarakat, kondisi, karakter, kebutuhan dan keinginan masyarakat akan pendidikan. Di samping itu juga perlu diidentifikasi
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 61
dan dianalisis berbagai problem yang dihadapi masyarakat serta aspekaspek kehidupan masyarakat lainnya seperti kebiasaan, sikap, religius (fanatisme beragama) dan sebagainya. Untuk melakukan analisis ini ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu: a. Sekolah dan semua staf harus memiliki kepekaan atau dapat merasakan secara sensitif serta merasakan secara peka isu-isu tentang masyarakat dan sedang berkembang pada masyarakat baik yang terkait dengan pendidikan atau aspek lainnya yang akan mempengaruhi kegiatan pendidikan. Sensitivitas ini harus dimiliki oleh semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya.
Y
M
b. Mengadakan pengamatan melalui survei tentang kebiasaan, adat istiadat masyarakat/orangtua murid serta stakeholder lainnya yang mendukung atau bahkan menghambat kemajuan pendidikan.
M U
c. Mengadakan wawancara dan dialog langsung dengan masyarakat khususnya melalui tokoh kunci (key informan), untuk mengetahui apa kebutuhan dan aspirasi mereka tentang pendidikan. Namun, satu hal yang harus di jaga adalah bahwa pendidikan harus tetap netral dari intervensi dan kepentingan politik praktis. d. Metode Delphi yaitu mencari informasi dari pihak ahli dan melemparkan kembali untuk mendapat tanggapan melalui ahli lain sampai ditemukan kesepakatan tentang sesuatu diantara para ahli/ tokoh yang dilibatkan.
D
2. Mengadakan komunikasi
Tahap kedua dalam mengadakan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah mengadakan komunikasi dengan masyarakat sasaran. Mengadakan komunikasi pada dasarnya menyampaikan informasi dan pesan dari pihak sekolah kepada masyarakat sasaran khususnya berkaiatan dengan kemajuan (progres), program dan masalah (problem). Dalam melakukan komunikasi menurut John L. Beckley seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) mengemukakan beberapa hal yang diperhatikan dalam berkomunikasi dengan orangtua murid/masyarakat/stakeholder agar komunikasi tersebut dapat mencapai hasil yang optimal, yaitu: a. Practice Self Control, dalam hal ini berarti sebelum memberikan informasi kepada orang lain, pastikan bahwa informasi, petunjuk atau saran yang diberikan telah dilakukan oleh si pemberi informasi. Karena itu kalau sekolah meminta masyarakat memerhatikan sekolah, 62 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
tanyakan dulu pada sekolah apakah sekolah sudah memerhatikan kebutuhan masyarakatnya. Di samping itu orang yang memberikan informasi adalah figur yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat, yaitu mereka yang mengatakan apa yang telah dia lakukan. Dengan kata lain bukan hanya bicara dengan kata tapi dengan perbuatan. Akan lebih baik lagi mereka yang memiliki karisma yang kuat di tengah-tengah masyarakat.
Y
b. Appraside and where deserve, artinya dalam berkomunikasi perlu memberikan penghargaan kepada lawan komunikasi, meskipun penghargaan tidak selalu dalam bentuk materi, misalnya jangan memalingkan muka pada saat lawan komunikasi berbicara, katakan baik, anggukan dan lain-lain.
M
c. Critizise Tacfully, artinya kalau anda ingin memberikan kritik dalam berkomunikasi, berikan secara bijaksana sehingga tidak mengganggu perasaan orang lain. Hindari kata-kata yang keras dan menyinggung perasaan orang lain, jaga etika dalam memberikan kritik kepada orang lain.
M U
d. Always Listen, berupayalah anda untuk belajar mendengarkan orang lain, termasuk dalam hal ini sensitif pada perasaan orang lain dengan melihat gejala yang muncul. Misalnya, jangan paksanakan meneruskan pembicaraan apabila terlihat lawan berkomunikasi sudah sangat bosan. Kesulitan utama seorang orator biasanya adalah kesulitan menghentikan pembicaraan dan sulit untuk belajar mendengarkan orang lain. Hindari mendominasi pembicaraan, sejauh mungkin ajak mereka berdialog/berdiskusi. Brain storming merupakan salah satu cara yang baik digunakan dalam kegiatan pertemuan dengan orangtua murid.
D
e. Stress Reward, berikan penghargaan/ganjaran kepada lawan bicara kalau memang patut diberikan penghargaan. Ada banyak gagasan/ ide-ide yang muncul pada saat berkomunikasi dengan orangtua murid dan masyarakat, berikan penghargaan dan pengakuan terhadap gagasan mereka. Hindari memvonis salah dan instrupsi meskipun kita beranggapan gagasan tersebut mungkin tidak terlalu ideal. Kalaupun harus mengintrupsi lakukan secara bijaksana. f.
Considire the persons intrest, artinya perhatikan minat setiap individu lawan bicara. Oleh sebab itu, mulailah pembicaraan dari sesuatu masalah yang menjadi minat, hobi atau pusat perhatian orang.
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 63
Keberhasilan komunikasi merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat (skill in communication is a key to successful team effort). Artinya, kalau anda ingin berhasil dalam memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, maka kunci pertama yang harus dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi.
Y
3. Melibatkan Masyarakat
Melibatkan masyarakat bukan hanya sekedar menyampaikan pesan tapi lebih dari itu menuntut partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan dan program sekolah. Bagaimana teknik agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dapat anda pelajari pada bagian pembahasan tentang teknik hubungan sekolah dengan masyarakat yang akan dibahas dalam bagian tersendiri pada buku ini.
M
M U
E. Beberapa Hambatan dalam Pelibatan Keluarga/ Orangtua/Masyarakat dalam Praktik Pendidikan di Sekolah Melibatkan orangtua murid dan masyarakat untuk mendukung dan terlibat secara optimal dalam berbagai kegiatan sekolah bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Apalagi kalau orangtua murid dan masyarakat tersebut memiliki tujuan, harapan dan kepentingan masing-masing yang kadang sangat bervariasi. Banyak kendala atau hambatan yang ditemui dalam menyatukan harapan dan keentingan tersebut.
D
Dalam praktiknya membangun hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan keterlibatan atau partisipasi orangtua murid/ keluarga dalam pendidikan di sekolah ditemui sejumlah hambatan. Hambatanhambatan ini dapat bersumber dari perspektif guru dan kepala sekolah sebagai pelaksana hubungan maupun dari pihak masyarakat sebagai subjek yang diajak untuk terlibat langsung dalam berbagai kegiatan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Grant dan Ray (2010) menyatakan ada sejumlah hambatan yang ditemui dalam membangun keterlibatan keluarga di sekolah mencakup aspek: ecomonics, self efficacy, intergeneration, time demand, cultural norms and value class room culture and past experience.
64 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
1. Economics (lack of money and transportation) ekonomi (kekurangan uang dan transportasi).
Orangtua murid/keluarga yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesibukan ini menyebabkan mereka cenderung sulit untuk berpartisipasi/terlibat aktif dalam berbagai kegiatan bersama sekolah.
Hambatan ini sagat sering ditemui di sekolah-sekolah, lebih-lebih sekolah pinggiran. Akibatnya sekolah sulit untuk mendapat dukungan yang besar dari masyarakat dan orangtua murid.
Y
M
2. Self efficacy (lack of confident in ability to help, language consideration)/ kebahagiaan sendiri (kurangnya percaya diri dalam kemampuan untuk membantu, pertimbangan bahasa).
Hambatan ini berkaitan dengan kurangnya percaya diri dari masyarakat atau orangtua murid akan kemampuan untuk membantu sekolah, demikian juga dengan pihak sekolah sendiri sering muncul perasaan ketidak percayaan akan kemampuan untuk mampu membantu orangtua murid dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan anak di rumah, akibatnya hubungan kolaboratif tidak dilakukan secara optimal.
M U
3. Intergenerational faktor (their parents uninvolved)/faktor antargenerasi (orangtua mereka tidak terlibat).
D
Faktor ini merupakan sala satu faktor yang dapat mengganggu terciptanya kemitraan dan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat terhadap pendidikan di sekolah. Orangtua murid yang usianya sangat tua atau tokoh masyarakat yang sudah sepuh cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai kegiatan kolaboratif, meskipun sebenarnya keterlibatan mereka sangat dibutuhkan oleh sekolah. Sehingga sering sekolah tetap menyantumkan nama tokoh dalam struktur tim atau komite tertentu di sekolah tetapi sebenarnya mereka tidak bisa banyak berbuat di sekolah.
4. Time demands (work related, child care, elder care)/faktor tuntutan waktu yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan, perawatan anak, perawatan orangtua.
Faktor waktu merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat dan orangtua murid untuk terlibat dalam berbagai kegiatan kolaborasi untuk membantu sekolah. Lebih-lebih masyarakat atau orangtua murid di pedesaan dengan pekerjaan petani, lebih banyak
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 65
waktu di sawah yang mengakibatkan tidak memiliki waktu yang cukup dalam kegiatan kolaboratif atau partisipasinya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan kreativitas guru dan kepala sekolah dalam melakukan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat. 5. Culture norms and values (teacher as expert)/Faktor norma dan nilai budaya (guru sama dengan seorang ahli).
Y
Faktor budaya yang melekat dan pandangan yang kuat seakan-akan guru adalah seorang ahli (expert) sehingga memiliki kemampuan untuk mengatasi segala masalah yang ada sudah sangat kuat. Akibatnya, orangtua sering menyerahkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, karena pihak sekolah dianggap sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk membentuk anak-anak mereka.
Kepala sekolah perlu meyakinkan guru dan orangtua murid serta masyarakat, bahwa sehebat apapun guru dan sekolah tidak akan mampu membuat anak berprestasi luar biasa tanpa dukungan orangtua murid dan masyarakat demikian pula sebaliknya.
M
M U
6. Classroom culture (not viewed as welcoming to parents)/Faktor budaya kelas yang tidak terbuka menyambut orangtua murid sebagai tamu.
Keterbukaan sekolah dan kelas untuk partisipasi orangtua murid dan masyarakat masih belum optimal. Ada keraguan pihak guru dan sekolah akan keterlibatan optimal mereka, terkadang muncul ketakutatan kalau orangtua murid dan masyarakat melakukan intervensi pada hal-hal teknis yang menjadi kewenangan guru. Sekolah dan guru takut dicampuri tugas dan kewenangannya dan takut sekolah justru menjadi bermasalah dengan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat secara optimal di sekolah.
D
7. Past experience (negative experiences with school)/Faktor pengalaman masa lalu (pengalaman negatif dengan sekolah).
Sekolah sering memiliki pengalaman negatif akibat keeterlibatan orangtua murid dan masyarakat terhadap sekolah. Hal ini membawa dan mempengaruhi sekolah untuk enggan berbuat banyak dalam membangun kemitraan yang optimal.
Sementara itu Grant & Ray (2010) melihat dari perspektif hambatan yang bersumber dari guru dalam rangka meningkatkan keterlibatan keluarga, orangtua murid dan atau masyarakat di sekolah adalah mencakup: Doubts about parent, perceived job limitations, negative attitude, scheduling, curricular constraints, lack of confidence.
66 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
1. Doubts about parent (parent lack training, should not help with learning)/ Keraguan tentang orangtua (orangtua kurang pengetahuan, tidak mampu membantu belajar).
Tenaga pendidik dan bahkan sekolah secara keseluruhan sering meragukan dan tidak yakin akan kemampuan orangtua murid dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada anak-anak saat belajar di rumah. Di samping itu juga tidak yakin akan kemampuan dan mungkin jua kemauan orangtua murid untuk terlibat dalam membantu sekolah meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, akhirnya program kemitraan di sekolah dengan masyarakat tidak terlaksana dengan baik dan optimal.
Y
M
2. Perceived job limitations (teaching doesn’t involve working with families)/adanya keterbatasan kerja (mengajar tidak melibatkan bekerja dengan keluarga).
Keterbatasan kerja yang dirasakan oleh guru dalam membina kemitraan sebagai akibat dari beban kerja guru sehari penuh saat berada di sekolah harus berhadapan dengan siswa, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kolaborasi dengan masyarakat dan orangtua murid. Demikian juga halnya dengan usaha meibatkan orangtua murid dalam pembelajaran dirasakan guru belum memiliki waktu yang cukup, karena guru harus mengejar target kurikulum yang harus dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.
M U
D
3. Negative attitude (prior negative experiences, biases about families)/ Sikap negatif (pengalaman sebelumnya negatif, bias tentang keluarga).
Pengalaman sebelumnya yang kurang baik dalam kemitraan dengan orangtua murid atau masyarakat membuat guru dan pihak sekolah menjadi enggan untuk melakukan kegiatan kolaborasi dan kemitraan selenjutnya. Hal ini menjadi penghambat efektivitas pelaksanaan kerjasama sekolah dan masyarakat secara keseluruhan.
4. Scheduling (classroom schedule inflexible, time conflicts with parents)/ Penjadwalan (jadwal kelas tidak fleksibel, konflik waktu dengan orangtua).
Jadwal pelajaran yang ada di sekolah pada umumnya sudah ditetapkan secara rigid dan pasti selama jam pelajaran berlangsung mulai masuk sekolah sampai pulang sekolah. Akibatnya apabila ingin menggunakan waktu belajar untuk kegiatan kolaborasi, kerjasama dan kemitraan jadwal tersebut sangat sulit untuk digunakan.
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 67
Di samping itu waktu yang tersedia dan sesuai untuk guru belum tentu sesuai untuk masyarakat dan orangtua murid. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi sekolah memilih waktu yang tepat (bagi guru dan sekolah serta bagi masyarakat dan orangtua murid) untuk melakukan pertemuan, kolaborasi atau kegiatan bersama di sekolah.
5. Curricular constraints (high stakes testing)/Kendala kurikuler.
Y
Kurikulum di sekolah telah diatur apa dan kapan pencapaian target yang harus di selesaikan. Sehingga telah di atur waktu efektif untuk belajar dalam setiap semester. Apabila waku efektif tersebut digunakan untuk kegiatan lain, maka akan menjadi masalah dalam pencapaian target kurikulum.
M
6. Lack of confidence (fear of being judged by families/Kurangnya kepercayaan (takut dihakimi oleh keluarga).
Pengalaman buruk sekolah adalah sering terjadi persepsi dan pemahaman antara sekolah dengan masyarakat atau orangtua murid, yang berdampak terjadinya perselisihan diantara keduanya. Perselisihan tersebut bahkan dapat berakibat pertengkaran yang kadang-kadang juga secara fisik. Lebih-lebih misalnya tentang hukuman kepada peserta didik yang orangtuanya tidak mengerti dapat terjadi ancaman fisik bagi tenaga pendidik di sekolah. Demikian juga tentang biaya pendidikan yang sebenarnya sudah diputuskan oleh komite sekolah sering tidak diterima oleh orangtua murid tertentu. Hal ini menyebabkan perselisihan antara sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat.
Perselisihan yang kuat dan menjurus pada ancaman fisik menyebabkan pihak sekolah menjadi enggan bahkan tidak mau melakukan kegiatan kolaborasi atau diskusi dengan pihak orangtua murid dan masyarakat.
M U
D
Untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanan hubungan kerjasama dengan orangtua murid/masyarakat dilihat dari faktor orangtua, maka sekolah harus melakukan berbagai kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut Asosiasi Orangtua Murid dan Guru Amerika (PTA) telah membuat standar nasional yang sama dan juga memungkinkan untuk pengembangan orangtua murid, yaitu: 1. Berkomunikasi antara rumah dan sekolah adalah reguler, dua arah, dan bermakna. 2. Keterampilan orangtua ditingkatkan didukung. 3. Orangtua memainkan peran integral dalam membantu belajar siswa.
68 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
4. Orangtua diterima di sekolah dan dukungan seta bantuan mereka dibutuhkan. 5. Orangtua adalah mitra penuh dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi keluarga dan anak. 6. Sumber daya masyarakat yang digunakan untuk memperkuat sekolahsekolah, keluarga dan belajar siswa.
Y
M
M U
D
4 : Konsep Dasar Hubungan Sekolah Masyarakat 69
M
Y
M U
D
70 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat [Halaman ini sengaja dikosongkan]
5
Y
teknik dan bentuk hubungan sekolah dengan masyarakat
M
M U
A. Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Pelaksanaan hubungan sekolah masyarakat yang baik tidak hanya tergantung pada perencanaan dan persiapan materi yang baik, tetapi sangat tergantung pada ketepatan dalam menentukan dan menggunakan teknik komunikasi yang digunakan. Elsbree dan Mc Nally seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) menyatakan beberapa teknik hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:
D
1. Newspapers
2. Radio Programme
3. Parent Teacher Association Meeting 4. Special Bulleten for parent
5. Active Participation of Staff off staff in community organization Senada dengan pendapat di atas Leonard V Koes, juga menyatakan beberapa teknik dalam melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut: The Public frequently reported as used with patrons and the general public exhibits, lokal newspaper, commencement exercisee, bulletins to home, home and school visitations, parent teachers assosiation, service to community organization report and radio.
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 71
DeRoche, (1985) menyebutkan ada 25 cara dalam melaksanakan hubungan antara sekolah dengan masyarakat yaitu: 1. Education weeks 2. Recognition days 3. Home visits 4. Teachers aides
Y
5. CARD (Community Agency Recognation Day) 6. Parent Teachers Conference 7. Speaker’s Bureau
M
8. Open House 9. Home Study 10. School and classroom newsletters 11. Calenders
M U
12. Voting Reminder card 13. Success card 14. Lokal Newspaper 15. Career Specialist 16. Slide presentation 17. Coffe hour
D
18. Activity Displays
19. Class project in the community 20. Letters to the editor
21. Public performances 22. Fairs and tours
23. Telephone hotline
24. Strategy borrowing 25. Suggestion boxes.
Apabila kita cermati dari beberapa pendapat tersebut, nampak bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara dan media baik media langsung (tatap muka) maupun media tidak langsung. Bahkan dalam perkembangan teknologi sekarang, hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya dapat dilakukan menggunakan teknologi modern seperti telepon, internet dan sebagainya. Dapat pula dilakukan melalui berbagai media, baik media cetak maupun media non cetak.
72 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Berikut ini ada beberapa teknik yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu metode dalam pelaksanaan school public relation.
B. Teknik yang Banyak Digunakan dalam Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 1. Siaran Radio
Y
Siaran radio sebagai sarana penyebaran informasi memiliki keunggulan dalam luasnya wilayah penyebaran informasi yang dapat dijangkau dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian dalam waktu yang singkat dapat disebarkan informasi kesemua pelosok pedesaan. Tetapi ada beberapa kelemahan siaran radio sebagai media penyebaran informasi khususnya yang berkaitan dengan program yang berkaitan dengan pendidikan apalagi acara yang bernuansa pembelajaran. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
M
M U
a. Diperlukan kemampuan yang tinggi dalam membuat dan mendesain kemasan acara siaran yang mampu menarik minat masyarakat untuk mendengarkan siaran radio. Ini berarti memerlukan waktu yang relatif lama, di samping itu sekolah terkendala tenaga yang dimiliki oleh sekolah belum memiliki kemampuan yang tinggi untuk merancang materi siaran secara profesional. b. Masyarakat pedesaan pada umumnya lebih senang mendengarkan radio dalam bentuk hiburan seperti lagu-lagu dan drama.
D
Untuk itu acara siaran radio apabila digunakan sebagai salah satu teknik hubungan sekolah dengan masyarakat maka, isi siaran/materi yang harus disampaikan dikemas melalui selingan-selingan pesan pendek diantara acara-acara yang menarik perhatian masyarakat seperti hiburan dan sendiwara radio. Di samping itu dapat pula dilakukan dialog radio dengan cara dialog interaktif yang digabungkan dengan acara hiburan. Dengan demikian acara tersebut akan diikuti oleh masyarakat.
2. Siaran Televisi (Khususnya Siaran Lokal) Televisi memiliki jangkauan yang luas dan menarik dalam penyebaran informasi, sebab media ini selain menampilkan gambar yang sangat menarik juga dilengkapi dengan audio yang dapat dirancang dengan cara sangat menarik. Sebagai media penyebaran informasi televisi dapat gunakan oleh sekolah sebagai cara dalam mencitrakan profil sekolah dan melakukan sosialisasi serta komunikasi dengan orangtua murid dan masyarakat secara 5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 73
keseluruhan. Peluang ini sangat terbuka pada masa sekarang, lebih-lebih berkembang pesatnya televise baik nasional maupun lokal. Sehingga hampir semua daerah di kabupaten memiliki televisi lokal. Televisi lokal mempunyai keunggulan karena luasnya wilayah yang dapat dijangkau oleh siaran dan mampu menjangkau semua wilayah pedalaman/ perdesaan serta cukup menarik. Tetapi ada beberapa kelemahan seperti:
Y
a. Tidak semua masyarakat sasaran memiliki pesawat TV.
b. Tidak semua televisi lokal mampu menjangkau seluruh pelosok di daerahnya masing-masing.
c. Sulitnya membuat kemasan acara yang benar-benar menarik masyarakat.
M
Meskipun demikian akhir-akhir ini nampaknya acara televisi lokal sudah mulai digemari dan diikuti oleh masayarakat, termasuk acara dialog interaktif yang disiarkan sesuai dengan permasalahan yang sedang berkembang. Hal ini merupakan kesempatan bagi sekolah untuk menampilkan prestasi yang dicapai kepada masyarakat secara luas serta menggali harapan masyarakat kepada pendidikan dan sekolah. Untuk itu siaran perlu didesain dalam bentuk:
M U
a. Dialog interaktif dengan menampilkan Pejabat Dinas Pendidikan setempat, Kepala Sekolah, tokoh masyarakat (termasuk tokoh-tokoh dari dunia usaha) dan tokoh agama serta Tokoh Pendidik. Pada dialog ini masing-masing peserta berbicara menurut perspektif masing-masing. Tokoh agama membahas pandangan agama terhadap pendidikan, belajar, dan sebagainya. Di samping itu dalam dialog ini akan dapat diungkap apa harapan masyarakat dan tokoh masyarakat tentang pendidikan dan masyarakat tahu/mengerti apa harapan lembaga pendidikan terhadap masyarakat.
D
b. Rilis-rilis berita tentang kegiatan yang berkaitan dengan keberhasilan sekolah (prestasi akademik siswa maupun prestasi non akademik). Sekolah dapat merancang release tentang kegiatan sekolah, prestasi sekolah atau kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan pendidikan di sekolah.
3. Stiker dan Kalender (Almanak) Stiker yang berisikan pesan-pesan singkat dan promosi tentang sekolah dan poster-poster menarik dan lucu merupakan media yang sangat efektif untuk digunakan sebagai media penyebaran informasi. Hal ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:
74 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
a. Karena stiker diberikan langsung kepada anak-anak dan masyarakat/ orangtua yang memiliki anak berusia sekolah, sehingga informasi/pesan yang disampaikan dapat mencapai sasaran langsung tanpa perantara. Stiker dapat pula berisi ajakan, seruan kepada anak-anak untuk belajar (pengembangan minat baca) dan ajakan partisipasi kepada orangtua murid/masyarakat untuk melakukan pengawasan belajar anak-anak serta pengawasan perilaku dan pergaulannya.
Y
b. Karena stiker ditempatkan/ditempel oleh anak-anak/masyarakat yang menjadi sasaran di berbagai tempat yang mudah dilihat (seperti: di rumah, mobil, sepeda motor, sepeda, kapal, perahu dan lain-lain), maka frekuensi dan intensitas interaksi media dengan masyarakat sasaran menjadi lebih banyak dan intensif.
M
c. Dengan pembagian stiker kerumah-rumah masyarakat sasaran (anakanak, warung dan sebagainya), akan mendapatkan penghargaan bagi masyarakat pedesaan. Kondisi ini akan menumbuhkan perhatian dan pada gilirannya akan menimbulkan sikap dukungan mereka terhadap program sekolah yang disosialisasikan.
M U
d. Stiker sebagai media cukup murah dan mudah didesain. Disamping itu stiker ini akan mampu bertahan minimal satu tahun. Dengan demikian isi pesan yang ada akan selalu dilihat dan diingat oleh masyarakat sasaran.
Dalam stiker ini dapat dimuat pesan-pesan singkat tentang wajib belajar seperti:
D
1) Sekolah sukses masa depan cerah 2) Putus sekolah Masa depan suram 3) Sekolah Yes !!!!!
4) Putus sekolah No!!!!! 5) Narkoba Nooo….Prestasi Yeessss 6) Mari berprestasi tanpa narkoba
4. Media Poster Media Poster sebagai media penyebaran informasi akan sangat efektif untuk mencapai khalayak sasaran melalui distribusi dan penempatan yang sangat fleksibel. Poster dapat ditempatkan di tengah-tengah masyarakat seperti pasar, (sebagai tempat pertemuan mingguan masyarakat pedesaan), kantor pelayanan masyarakat desa (kantor Kepala Desa, Rumah RT dan sebagainya), bahkan dapat diberikan langsung ke rumah-rumah sasaran, serta 5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 75
tempat-tempat lainnya. Dengan demikian poster diarahkan untuk mencapai khalayak sasaran sebagai berikut: a. Masyarakat/orangtua yang memiliki anak usia sekolah. b. Tokoh masyarakat dan tokoh agama. c. Institusi-institusi masyarakat yang terkait dan peduli dengan kemajuan pendidikan.
Y
d. Kantor Pelayanan Masyarakat (Sekolah-sekolah dan kantor pendidikan di Kabupaten/Kodya dan Kecamatan.
Agar poster ini benar-benar dapat menyentuh dan menggugah kemauan orangtua murid/masyarakat untuk mendukung program belajar anak dan program sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah atau pengembangan sekolah, maka pesan harus didesain dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah pendekatan agama, dalam arti menyebutkan ayat-ayat AlQur’an atau Hadis yang berkaitan dengan kewajiban orangtua/masyarakat untuk mendidik dan atau menyekolahkan serta membantu pertumbuhan dan perkembangan anaknya sampai batas tertentu.
M
M U
Pesan akan efektif dan dapat diterima oleh masyarakat apabila diucapkan oleh tokoh yang disegani (memiliki kharismatik yang tinggi) di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini tokoh agama seperti Guru Ijai (Martapura) dan tokoh-tokoh lainnya yang tersebar di Kalimantan Selatan atau bahkan tokoh nasional yang disegani. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kalimantan Selatan adalah masyarakat yang sangat religius.
D
5. Perlombaan-perlombaan
Perlombaan-perlombaan merupakan kegiatan yang cukup menarik bagi anak-anak usia sekolah di pedesaan, hal ini akan mampu membuat dan meningkatkan motivasi anak yang akan DO (Drop Out) untuk tetap sekolah serta menarik minat anak usia sekolah yang tidak sekolah untuk bersekolah. Untuk itu, maka kegiatan perlombaan perlu didesain secara tepat dan dilaksanakan di daerah sasaran. kegiatan-kegiatan perlombaan yang cukup menarik dan disaksikan oleh orang banyak (termasuk orangtua/masyarakat) adalah sebagai berikut: a. Lomba gerak jalan, dengan pemberian hadiah dan kaos yang diberi logo dan pesan tentang sekolah/pendidikan. Lomba ini sangat tepat dan strategis dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan RI (17 Agustus) di kecamatan yang DO tinggi serta APK/APM rendah.
76 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
b. Lomba karya dan kerajinan tangan, lomba pidato, ceramah (da’i kecil) dan sebagainya. c. Lomba lagu-lagu wajib belajar, dengan hadiah sponsor.
6. Leaflet Leaflet sebagai salah satu media untuk mnyebarkan informasi, merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Sebab dengan media ini informasi dapat diberikan secara lebih jelas dan lengkap. Di samping itu apabila media ini diberikan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, orangtua dan tokohtokoh lainnya, akan menjadi bahan informasi yang jelas agar mereka dapat menjelaskan secara lengkap tentang program belajar atau program sekolah/ pendidikan kepada masyarakat sasaran. Dengan demikian mereka merupakan kepanjangan tangan Depdiknas, sekolah atau institusi pendidikan dalam menyebarluaskan informasi secara benar dan lengkap.
Y
M
M U
7. Dialog Langsung dengan Masyarakat (Pertemuan Sekolah dengan Masyarakat/ Orangtua Murid) DeRoche (1985) menyatakan bahwa ada 4 (empat) tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orangtua murid/masyarakat dengan pihak sekolah, yaitu:
D
a. For the teacher and the parents to get to know each other b. For the teachers to share information about the child’s academic progress and behavior with the parents c.
For parent to share information about the child’s out of school behavior and activities with the teacher
d. For both to examine solution to problems and to develop ways of maintaining positive behavior and achivement Dialog langsung ini dapat dilakukan dengan orangtua murid, tokoh masyarakat dan atau tokoh agama serta tokoh pendidikan lainnya tentang program belajar dan program sekolah beserta permasalahannya. Dialog akan sangat efektif apabila dilakukan langsung dengan masyarakat. Oleh sebab itu dialog dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan yang ada di masyarakat seperti: Kelompok Pengajian, Kelompok Yasinan. Kelompok Shalawat dan kelompok-kelompok lainnya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan.
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 77
Melalui pertemuan yang dilakukan secara berkala akan terjadi saling tukar menukar informasi (terjadi face to face relationship) antara sekolah dengan orangtua murid/masyarakat. Di dalam pertemuan atau dialog ini segala permasalahan yang dihadapi baik oleh sekolah maupun oleh orangtua murid/ masyarakat minimal diketahui bersama yang pada gilirannya akan dapat dicari pemecahannya secara bersama. Pertemuan secara berkala ini dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, setelah catur wulan (setelah pembagian rapor) atau setelah tahun ajaran berakhir.
Y
Salah satu pertemuan orangtua murid dengan pihak sekolah/guru/ wali kelas yang selama ini cukup banyak digunakan oleh sekolah-sekolah adalah pembagian rapor yang dilakukan melalui orangtua/wali siswa.
M
Pembagian rapor melalui orangtua murid ini memiliki keunggulan tersendiri sebagai teknik hubungan sekolah dengan masyarakat apabila dilakukan secara benar. Sebab melalui kegiatan ini orangtua akan mengetahui apa yang dikehendaki oleh pihak sekolah dalam membantu anak didik pada saat berada di rumah. Di samping itu orangtua akan tahu secara langsung dari guru (wali kelas) tentang kedudukan anaknya di dalam kelas (termasuk pandai, sedang, bodoh, nakal, disiplin, bahkan masalah yang dialami anak dalam belajar). Karena itu prosedur pembagian rapor yang benar harus dilakukan. Hal terpenting yang harus terjadi pada saat pembagian rapor bukan hanya sekedar orangtua murid datang dan menerima rapor anaknya, tetapi terjadi dialog antara kepala sekolah, guru dengan orangtua murid tentang berbagai hal antara lain: Progres atau kemajuan yang diperoleh anak dan sekolah dalam prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Problem, yaitu berbagai permasalahan yang dihadapi sekolah, khususnya masalah yang dihadapi anak dalam proses pendidikan di sekolah, sehingga orangtuanya mengerti apa dan bagaimana mereka harus berperan dalam membantu sekolah untuk meningkatkan kualitas anaknya masing-masing. Programme, yaitu program apa yang akan dilaksanakan oleh sekolah serta program yang telah dilakukan oleh sekolah, dan di mana peranan orangtua/masyarakat untuk dapat berpartisipasi. Di samping 3 (tiga) hal tersebut dalam dialog perlu dibicarakan dan diambil kesepakatan bersama tentang berbagai solusi pemecahan masalah beserta peran masing-masing dalam pemecahan masalah yang dihadapi sekolah.
M U
D
8. Kunjungan Ke Rumah (Home Visitation) Home visitation merupakan salah satu cara dalam melaksanakan school public relation yang dapat mempererat hubungan antara sekolah dengan 78 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
masyarakat/orangtua murid. Melalui kunjungan ini ada beberapa manfaat yang diperoleh yaitu: a. Sekolah mengenal situasi yang sebenarnya baik dari orangtua murid maupun dari siswa secara langsung. b. Orangtua murid akan mendapat keterangan yang sebenarnya tentang anaknya di sekolah, yang berkenaan dengan: hasil belajarnya, tingkah laku dan pergaulan di sekolah, kehadiran di sekolah, prestasi non akademik dan lain sebagainya.
Y
c. Sekolah akan memperoleh data dan gambaran yang lengkap dan akurat tentang kebiasaan belajar siswa di rumah, sikap orangtua siswa dalam kehidupan di rumah atau pola pergaulan dalam keluarga bahkan juga tentang pola pergaulan anak di lingkungan masyarakatnya.
M
Informasi-informasi tersebut sangat diperlukan, baik oleh sekolah maupun bagi orangtua murid dan keluarganya dalam upaya membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jacobson (Suriansyah, 2001) yang menyatakan bahwa: Knowledge of the childrens beckround in a teachers class or home is invaluable, because it result in clearer insight by teachers into the problems wich condition the particular children.
M U
1. Partisipasi Sekolah dengan Masyarakat Lingkungan
D
Sekolah dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat setempat, baik kegiatan yang bersifat umum, misalnya turut kerja bakti, gotong royong kebersihan lingkungan dan sebagainya, maupun melalui kegiatan yang bersifat khusus. Melalui kegiatan ini akan dapat menciptakan saling pengertian antara sekolah dengan masyarakat setempat. Adanya saling pengertian ini akan membuahkan tumbuhnya saling membantu. Apabila ini dapat tercipta, maka apa yang diperbuat sekolah akan sesuai dengan keinginan masyarakat juga masyarakat akan memberikan bantuannya sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah.
2. Surat Kabar/Majalah Sekolah
Surat kabar sekolah dan majalah sekolah pada dasarnya sama dengan majalah dan surat kabar umum. Yang membedakan adalah surat kabar sekolah di rancang hanya berisi berita-berita tentang sekolah baik berita yang berkaitan dengan akademik maupun non akademik. Di samping itu surat kabar sekolah ini juga dapat berisi tentang opini orangtua murid dan masyarakat tentang sekolah.
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 79
Satu hal yang penting juga dalam surat kabar sekolah ini dapat diisi dengan ruang konsultasi siswa dan ruang konsultasi orangtua murid tentang berbagai masalah yang terkait pendidikan, belajar dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Selain ruang konsultasi dalam surat kabar dan majalah sekolah dapat pula diisi dengan tulisan karya ilmiah, gagasan atau ide-ide dari guru, siswa maupun orangtua murid tetang berbagai hal yang terkait dengan kemajuan dan memajukan pendidikan, serta kiat kita dalam meningkatkan mutu belajar, mutu pembelajaran dan lain sebagainya.
Surat kabar ini sangat strategis untuk dikembangkan di sekolah, karena selain berfungsi sebagai media informasi bagi warga sekolah dan masyarakat, juga menjadi wahana dan ajang kreativitas bagi anak, guru dan masyarakat. Dengan demikian, maka keuntungan ganda akan diperoleh dengan menggunakan surat kabar sekolah dan atau majalah sekolah sebagai teknik dalam membangun kebersamaan sekolah dengan masyarakat.
Epstien, dkk (2009) menyatakan bahwa surat kabar sekolah sebagai media komunikasi hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka kemitraan sekolah dan masyarakat minimal berisi beberapa hal yaitu:
Y
M
M U
a. A calendar of school events
D
b. Student activity information
c. Curriculum and program information d. School volunteer information e. School policy information f.
Samples of student writing and artwork
g. A column to address parents’ questions h. Recognition of students, family and community involvement
Informasi-informasi tersebut sangat penting bagi orangtua agar mereka memahami secara komprehensif tentang sekolah. Dengan informasi yang lengkap tersebut akan mendorong mereka untuk lebih dekat dengan sekolah. Apalagi adanya kolom tentang pertanyaan untuk orangtua murid tentang sekolah, tentang prestasi anaknya, tentang cara belajar dan cara membimbing anak di rumah dan lain sebagainya akan memberikan pengetahuan yang tepat untuk mereka. Dengan demikian mereka akan dapat memberikan dukungan dan partisipasinya sesuai harapan sekolah. Apabila hal ini dapat tercipta, dapat ditumbuh kembangkan secara 80 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
optimal dan terus-menerus akan memberikan dampak yang besar bagi peningkatan prestasi belajar anaknya di sekolah.
C. Bentuk-bentuk Partisipasi Orangtua Murid/Masyarakat untuk Sekolah Masyarakat yang menganggap dan meyakini sekolah memiliki kemampuan yang meyakinkan untuk membina dan meningkatkan kualitas perkembangan anak merupakan dasar yang kuat untuk membangun tumbuhnya kamauan untuk berpartisipasi kepada lembaga pendidikan. Hal ini sangat tergantung pada citra sekolah yang mampu ditampilkan oleh lembaga pendidikan. Pencitraan sekolah yang mampu mempengaruhi masyarakatnya sangat tergantung pada kemampuan pemimpin sekolah/manajer sekolah yang bersangkutan. Untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangan pendidikan para manajer pendidikan melalui tokoh-tokoh masyarakat harus aktif menggugah perhatian mereka. Mereka dapat diundang untuk membahas bentuk-bentuk kerjasama dalam meningkatkan mutu pendidikan, tukar menukar pendapat bahkan adu argumentasi dan sebagainya dalam mencari solusi peningkatan mutu pendidikan.
Y
M
M U
Bentuk partisipasi yang bagaimana yang diharapkan sekolah terhadap orangtua murid, tentunya didasarkan pada tujuan apa yang hendak dicapai oleh sekolah dalam proses pendidikan di sekolah.
D
Tujuan yang ingin dicapai sekolah pada hakikatnya adalah tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan tersebut apabila kita butiri terlihat unsurunsur sebagai berikut: 1. Manusia yang bertaqwa, berbudi pekerti dan berkepribadian 2. Disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab serta mandiri 3. Cerdas dan terampil 4. Sehat jasmani dan ruhani 5. Cinta tanah air dan mempunyai semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial. DeRoche (1985) menyebutkan ada 5 (lima) hal pokok yang harus ditekankan dan menjadi perhatian utama untuk dibina, dikembangkan dan ditingkatkan sekolah melalui kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu: 1. Children’s and parents work habits. Kegiatan yang terkait dengan kebiasaan kerja anak di rumah sebagai bentuk partisipasi orangtua murid terhadap pendidikan di sekolah mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut: 5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 81
a. Structur, routin and priorities b. Time to study, work, play, sleep, read c. Space to do these things d. Responsibility, punctually and sharing 2. Academic guidance and support. Pengembangan akademik sebagai bentuk partisipasi orangtua murid kepada sekolah, mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:
Y
a. Encouragement, interest and commitment b. Prise, approval and reward
M
c. Knowledge of the child’s strengths, weaknesses and learning problems d. Supervision of child’e homework, study and activities e. Use reference materials
3. Stimulation to explore and discuss ideas and events. Menstimulasi anak dan berdiskusi dengan anak di rumah sebagai bentuk partisipasi orangtua murid kepada sekolah, mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:
M U
a. Family/parent/child activities
b. Conversations, games, hobbies, play, reading c. Family kultur activities
d. Discussion of books, television, enwspaper, magazines
D
4. Language development in the home. Kegiatan pengembangan bahasa anak di rumah sebagai bentuk partisipasi orangtua murid kepada sekolah, mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Mastery of mother tongue b. Correct language usage c. Good speech habits d. Vocabulary and sentence pattern development e. Listening, reading, talking and writing 5. Academic aspirations and expectations. Aspirasi akademik dan harapannya sebagai bentuk partisipasi orangtua murid kepada sekolah, mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Motivation to learn well b. Support, encouragement c. Parents’knowledge of school activities, teachers, classes, subjects
82 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
d. Standards and expectations e. Assistence to child’e aspirations f.
Plans fir high school, college the future
g. Friendships with others who have an interest in education h. Sacrifices of time and money Apabila kita cermati pendapat di atas, nampak bahwa apa yang diinginkan sekolah dari orangtua murid sebenarnya lebih cenderung untuk meningkatkan prestasi akademik dan nonakademik siswa. Jadi, komunikasi antara sekolah dengan masyarakat sebenarnya tidak hanya mencari bantuan uang/material semata-mata. Sangat salah apabila mencari bantuan material/dana menjadi tujuan utama dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Kondisi inilah sebenarnya yang menyebabkan sering terjadi orangtua malas atau bahkan tidak mau datang ke sekolah kalau mendapat undangan dari pihak sekolah.
Y
M
M U
Apabila masyarakat memandang sekolah (lembaga pendidikan) sebagai lembaga yang memiliki cara kerja yang meyakinkan dalam membina perkembangan anak-anak mereka, maka masyarakat akan berpartisipasi kepada sekolah. Namun, keadaan demikian belum terjadi sepenuhnya pada semua sekolah, bahkan masih sangat banyak masyarakat (orangtua murid) yang belum meyakini, belum tahu atau belum mengerti apa dan bagaimana sekolah melakukan proses pendidikan bagi anak-anaknya.
D
Untuk melibatkan masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah, maka para manajer sekolah (kepala sekolah) sudah seharusnya aktif menggugah perhatian masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan sebagainya untuk bersama-sama berdiskusi atau bertukar pikiran untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi sekolah sambil memikirkan apa dan bagaimana seharusnya kegiatan dan program kerja sekolah di masa depan. Layanan berkualitas kepada peserta didik harus menjadi fokus perhatian bagi semua warga sekolah dalam melakukan program hubungan sekolah dengan masyarakat. Komunikasi tentang pendidikan kepada amasyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja, tetapi perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat agar timbul citra positif tentang pendidikan di kalangan mereka, sebab masyarakat pada umumnya ingin bukti nyata sebelum mereka memberikan dukungan (National School Public Relation Association) Bukti itu dapat ditunjukkan berupa pameran hasil produk sekolah, tayangan keberhasilan siswa sebagai juara cerdas cermat, juara oleh raga, tayangan penemuan inovetif produktif siswa dan sekolah. Di samping itu 5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 83
bukti-bukti tersebut perlu disosialisasikan kepada masyarakat secara terbuka melalui berbagai media masa, baik media cetak maupun media elektronik sehingga dapat mencapai sasaran secara tepat dan menyeluruh. Yang menarik bagi masyarakat sebenarnya adalah apabila lembaga pendidikan sanggup mencetak lulusan yang siap pakai. Lulusan yang bermutu (misalnya sebagian besar siswanya dapat melanjutkan sekolah ke sekolah yang lebih tinggi dan berkualitas). Kualitas lulusan inilah yang menjadi idaman semua orangtua murid dan masyarakat secara umum terhadap produk pendidikan di sekolah.
Y
Di negara-negara maju, terutama yang menganut sistem desentralisasi sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat (Walsh, 1979). Kesadaran mereka sebagai pemilik dan penangggung jawab pendidikan sudah sangat tinggi, sedangkan di negara yang sedang berkembang masyarakat masih sangat menggantungkan mutu pendidikan kepada pihak pemerintah, padahal pemerintah sendiri memiliki keterbatasan dana untuk mendukung semua kegiatan dan kebutuhan sekolah secara optimal. Kekurangan sarana dan prasarana serta pembiayaan dan sumber daya ini dapat diatasi dengan dukungan dan kesediaan orangtua murid, masyarakat dan stakeholder berpastisipasi mengembangkan dan meningkatkan mutu sekolah.
M
M U
Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan ialah: 1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya di rumah dan bila perlu memberi laporan dan berkonsultasi dengan pihak sekolah.
D
2. Menyediakan fasilitan belajar di rumah dan membimbing putra-putrinya agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian. 3. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di lembaga pendidikan (sekolah). 4. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya 5. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan, terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya. 6. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau diperlukan oleh sekolah. 7. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan seperti sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan sebagainya. 8. Membantu fasilitas-fasilitan belajar yang dibutuhkan sekolah dalam memajukan proses pembelajaran.
84 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
9. Meminjami alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktik, apabila sekolah memerlukannya. 10. Bersedia menjadi tenaga pelatih/narasumber bila diperlukan oleh sekolah. 11. Menerima para siswa dengan senang hati bila mereka belajar di lingkungan masyarakat (praktikum misalnya). 12. Memberi layanan/penjelasan kepada siswa yang sedang belajar di masyarakat.
Y
13. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian siswa dan lembaga pendidikan. 14. Bagi ahli pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina lembaga pendidikan yang berkualitas.
M
15. Bagi hartawan bersedia menjadi donator untuk pengembangan sekolah 16. Ikut memperlancar komunikasi pendidikan.
M U
17. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan.
18. Ikut mengontrol jalannya pendidikan (kontrol sosial).
19. Bagi tokoh-tokoh masyarakat bersedia menjadi partner manajemen pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan lembaga pendidikan. 20. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia pendidikan. Di samping pendapat di atas, ada pendapat lain yang dikembangkan berdasarkan beberapa hasil kajian, yang secara rinci menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang sangat diharapkan sekolah adalah sebagai berikut:
D
1. Mengawasi/Membimbing Kebiasaan Anak Belajar di Rumah a. Mendorong anak dalam belajar secara teratur di rumah. Dalam hal ini orangtua harus memberikan motivasi, dorongan dan menciptakan situasi dan kondisi (iklim) yang memungkinkan bagi anak untuk belajar. b. Mendorong anak dalam menyusun jadwal dan struktur waktu belajar serta menetapkan prioritas kegiatan di rumah. Orangtua perlu memberikan dorongan agar budaya belajar anak tercipta di rumah melalui kegiatan yang terjadwal, waktu yang terstruktur serta mampu memilih prioritas kegiatan yang bermanfaat di rumah. c. Membimbing dan mengarahkan anak dalam penggunaan waktu belajar, bermain dan istirahat. Orangtua perlu memiliki kemapuan untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk dapat
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 85
memanfaatkan waktu untuk belajar, memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dan istirahat secara proporsional. d. Membimbing dan mengarahkan anak melakukan sesuatu kegiatan yang menunjang pelajaran di sekolah. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan anak di rumah yang menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah. Bahkan anak dapat membuat karya-karya ilmiah dengan menggunakan lingkungan sebagai media belajar. Hal ini menuntut orangtua memiliki pemahaman tentang kegiatan-kegiatan tersebut.
Y
2. Membimbing dan Mendukung Kegiatan Akademik Anak
M
a. Mendorong dan menumbuhkan minat anak untuk rajin membaca dan rajin belajar (minat baca) contoh tauladan orangtua dalam menjadikan membaca sebagai kebiasaan dan budaya merupakan hal yang sangat penting bagi orangtua. Orangtua dan orang dewasa di sekitar anak perlu berperan sebagai model (modeling) dalam kegiatan membaca.
M U
b. Memberikan penguatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya. Penghargaan adalah salah satu hal yang dapat memperkuat perilaku anak (reward atau reinforceman). Perilaku anak yang diakui dan diberikan penghargaan akan diperkuat menjadi kebiasaan. Oleh sebab itu, dalam kegiatan yang bermanfaat bagi akademik anak perlu diberikan penghargaan oleh orang di sekeliling anak di rumah.
D
c. Menyediakan bahan yang tepat serta fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan anak dalam belajar. Anak akan dapat belajar dengan nyaman dan tenang apabila ditunjang oleh bahan untuk belajar yang memadai dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Fasilitas belajar bukan berarti peralatan belajar yang mewah, meskipun sederhana tetapi sesuai dengan kebutuhan belajar sudah cukup memberikan manfaat bagi anak dalam belajar. d. Mengetahui kekuatan dan kelemahan anak serta problem belajar dan berusaha untuk memberikan bimbingan. Setiap anak memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Orangtua harus memahami apa kekuatan anak dan apa kelemahannya dalam berbagai hal. Dengan pengetahuan yang tepat akan dapat diberikan bimbingan yang tepat pula. e. Mengawasi pekerjaan rumah, aktivitas belajar anak. Kegiatan anak di rumah memerlukan pengawasan dari orangtua, tetapi pengawasan dalam hal ini bukan berarti pengawasan yang berlebihan yang menyebabkan anak merasa tertekan. Apabila hal ini terjadi, maka anak bukan belajar
86 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
sesuai harapan tetapi malah akan mengganggu ketenangan mereka dalam belajar. Belajar perlu ketenangan, kenyamanan dan bebas dari tekanan (fun learning). f.
Menciptakan suasana rumah yang mendukung kegiatan akademik anak. Suasana dan iklim yang tercipta di rumah akan sangat menentukan efektivitas belajar. Oleh sebab itu, iklim kondusif untuk belajar di rumah perlu dibangun sehingga dapat mendukung belajar anak.
Y
g. Membantu anak secara fungsional dalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah tepat waktu. Banyak tugas-tugas belajar anak yang harus dikerjakannya di rumah, tetapi tidak semua tugas tersebut dapat diselesaikannya sesuai harapan. Orangtua perlu memberikan dukungan dan apabila memungkinkan dapat memberikan bantuan dan bimbingannya dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
M
3. Memberikan Dorongan untuk Meneliti, Berdiskusi tentang Gagasan dan atau Kejadian-kejadian Aktual
M U
a. Mendorong anak untuk suka meneliti serta mamiliki motivasi menulis analitis/ilmiah. Kemauan meneliti dan menulis karya ilmiah menjadi problem bagi semua siswa bahkan sampai ke perguruan tnggi. Untuk itu kemampuan tersebut perlu dibangun sejak dini. Orangtua perlu menumbuhkembangkan kemauan dan kemamuan tersebut di rumah.
D
b. Menyediakan fasilitas bagi anak-anak untuk melakukan penelitian. Penelitian dan karya ilmiah memerlukan fasilitas tertentu. Tanpa dukungan orangtua di rumah untuk penyediaan fasilitas sulit bagi anak melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah di rumah. Orangtua perlu mendukung kegiatan anak melalui penyediaan fasilitas tersebut sesuai kemampuan yang ada dan sesuai pula kebutuhan anak. c.
Berdiskusi dan berdialog dengan anak tentang ide-ide, gagasan atau tentang bahan pelajaran yang baru, aktivitas yang bermanfaat, masalah-masalah aktual dan sebagainya. Menyediakan waktu bagi anak untuk berdiskusi dan dialog dengan anak merupakan cara strategis dalam membangun komunikasi yang akrab dengan anak. Apalagi dialog dan diskusi tersebut memberikan kesempatan bagi anak untuk mengemukakan berbagai isu atau gagasan dan masalah-masalah up to date atau yang terkait dengan pelajaran, maka akan membentuk kebiasaan anak untuk lebih kreatif dan keberanian dalam mengemukakan gagasannya nanti di hadapan orang lain.
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 87
4. Mengarahkan Aspirasi dan Harapan Akademik Anak a. Memberikan motivasi kepada anak untuk belajar dengan baik sebagai bekal masa depan. Perlu kebiasaan yang rutin bagi orangtua atau orang dewasa dalam memberikan kata-kata bijak kepada anak bahwa belajar yang baik akan menjadi harapan yang baik di masa depan. b. Mendorong dan mendukung aspirasi anak dalam belajar. Banyak kita temui anak memiliki aspirasi dan harapan sendiri dalam belajar, harapan dalam memilih jenis pendidikan yang akan diikutinya lebih lanjut, bahkan harapan untuk masa depannya sendiri. Harapan tersebut perlu di dukung dan di arahkan agar anak tidak salah pilihan.
Y
M
c. Mengetahui aktivitas sekolah dan aktivitas anak dalam mempelajari sesuatu. Orangtua perlu mengetahui aktivitas apa yang dilakukan anak dalam belajar, aktivitas apa yang dilakukan sekolah terhadap anak dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan anak di sekolah. Dengan mengetahui kegiatan tersebut orangtua dapat mengarahkan anak secara optimal dan sesuai harapan sekolah dan harapan orangtua sendiri.
M U
d. Mengetahui standar dan harapan sekolah terhadap anak dalam belajar. Harapan dan standar yang ditetakan oleh sekolah terkait kompetensi lulusan perlu diketahui oleh orangtua, agar mereka dapat melihat apa yang dilakukan anak dan membandingkan dengan standar yang ditetapkan sekolah. Di samping itu orangtua juga dapat mengontrol semua kegiatan anak agar sesuai dengan standar.
D
e. Hadir pada pertemuan guru dengan orangtua murid yang diselenggarakan oleh sekolah. Kehadiran orangtua murid ke sekolah dalam berbagai kegiatan sangat punya makna bagi anak, bagi sekolah dan bagi orangtua sendiri. Kehadiran orangtua memberikan kesempatan bagi sekolah untuk memberikan berbagai informasi, bagi anak mereka merasa diakui dan ada kontrol dari orangtua, sementara bagi orangtua kehadiran ini akan bermanfaat karena mereka dapat mendapat informasi tentang anak, tentang sekolah, program, progress dan problem yang dihadapi sekolah dan peserta didik. f.
Memberikan ganjaran positif terhadap performansi anak di rumah atau di sekolah yang mendukung belajar anak. Seperti diuraikan pada bagian terdahulu ganjaran merupakan hal yang penting dalam membangun semangat dan motivasi anak untuk memperkuat perilaku mereka.
88 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Mengingat besarnya pengaruh orangtua murid terhadap prestasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, Radin seperti dikutip oleh Seifert & Hoffnung (1991) menjelaskan ada enam kemungkinan gaya yang dapat dilakukan orangtua murid dalam mempengaruhi anaknya, yaitu: modeling of behavior, giving reward dan punishments, direct instruction, stating rules, reasoning and providing materials and settings. Masing-masing gaya/cara orangtua tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y
1. Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara orangtua berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber imitasi bagi anak-anaknya. Yang diimitasi oleh anak tentunya tidak hanya perilaku yang baik-baik saja, tetapi juga yang berkaitan dengan perilaku yang buruk, kasar dan sebagainya di lingkungan masyarakat atau di lingkungan rumah. Perilaku negatif seperti marah-marah, berbicara kasar dan sebagainya memiliki kecenderungan sangat besar untuk ditiru juga oleh anak. Oleh sebab itu, orangtua ataupun lingkungan keluarga dan masyarakat yang menunjukkan perilaku negatif akan sangat mempengaruhi perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.
M
M U
2. Giving rewards and punishments (memberikan ganjaran dan hukuman). Cara orangtua memberikan ganjaran dan hukuman juga mempengaruhi terhadap perilaku anak. Ganjaran terhadap perilaku yang baik dari orangtua dapat memperkuat perilaku tersebut untuk diulang kembali pada kesempatan lain oleh anak, agar dia kembali mendapatkan ganjaran/ hadiah dari orangtuanya. Sebaliknya hukuman (yang bersifat mendidik) akan memperlemah pengulangan kembali perilaku yang sama pada kesempatan lainnya.
D
3. Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara langsung atau tidak langsung memberi pengaruh terhadap perilaku, seperti ungkapan orangtua “jangan malas belajar kalau ingin dapat hadiah” pernyatan ini sebenarnya perintah langsung yang lebih bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak untuk lebih giat belajar. Hal ini disebabkan karena anak memahami apa yang diinginkan oleh orangtua. 4. Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan menjelaskan aturan-aturan oleh orangtua secara =berulang kali akan memberikan peringatan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh anak.
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 89
5. Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orangtua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orangtua untuk mempengaruhi anaknya, misalnyan orangtua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui pernyataan-pernyataan. Contohnya “sekarang rangking kamu jelek, karena kamu malas belajar, bukan karena kamu bodoh!”.
Y
6. Providing materials and settings. Orangtua perlu menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya seperti buku-buku dan lain sebagainya.
M
Di samping hal tersebut di atas Epstein (1995) menyebutkan ada enam tipe keterlibatan keluarga atau masyarakat dalam pendidikan di sekolah yaitu: parenting, communicating, volunteering, learning at home, decision making and collaborating. Keenam tipe keterlibatan keluarga dan masyarakat ini lebih lanjut dinyatakan oleh Epstein, dkk (2009) sebagai cara untuk meningkatkan iklim sekolah dan keberhasilan siswa di sekolah (sex types of involvement to improve school climate and student success). Ke-6 (enam) tipe keterlibatan tersebut adalah: parenting, communicating, volunteering, learning at home, decision making dan coolaborating. Masing-masing tipe keterlibatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Parenting
M U
D
Kegiatan parenting diilustrasikan bagaimana sekolah bekerja untuk meningkatkan pemahaman dan atau pengetahuan keluarga/orangtua murid atau masyarakat tentang pengembangan anak hingga dewasa. Hal ini sangat penting bagi mereka agar mereka dapat memberikan bantuan yang tepat bagi percepatan pengembangan anak sesuai dengan usianya masing-masing. Kegiatan parenting ini, misalnya melakukan diskusi, ceramah, seminar dan lain-lain kegiatan yang berkaitan dengan topik yang tepat seperti: masalah kecenderung perilaku menyimpang anak sekolah dasar, strategi mengatasi kenakalan anak sekolah dasar, strategi bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan lain-lain. Topik-topik tersebut sebaiknya diberikan oleh narasumber yang kompeten atau memiliki keahlian dalam bidangnya agar orangtua merasa puas setelah mendapatkan informasi tersebut. 2. Communicating
Kegiatan komunikasi dimaksudkan sebagai suatu cara bagi sekolah untuk meningkatkan terciptanya komunikasi timbal balik atau komunikasi
90 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
dua arah (two-way communication) tentang hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah dalam meningkatkan hasil belajar dan karakter siswa serta kemajuan-kamajuan yang sudah dicapai oleh sekolah dan kemajuan/ prestasi yang dicapai oleh siswa.
Beberapa contoh aktivitas ini, misalnya sekolah melakukan komunikasi secara teratur, sistematis dan terencana setiap bulan, mingguan atau tiga bulan. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan cara dari sekolah ke rumah atau sebaliknya dari rumah ke sekolah. Dalam kegiatan ini diharapkan adanya reaksi dari orangtua murid seperti pertanyaan-pertanyaan, respons bantahan atau respons masukan yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui surat, sms dan sebagainya). Cara lain juga dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi diskusi atau konferensi guru dengan orangtua murid dan masyarakat tetapi melibatkan siswa dengan harapan mereka memahami secara utuh berbagai program, problem dan progress yang diharapkan di capai sekolah untuk kepentingan masyarakat, orangtua murid/keluarga dan siswa itu sendiri.
M
M U
3. Volunteering
Y
Kegiatan memobilisasi aktivities sukarela orangtua dan kelompok peduli pendidikan lainnya yang dapat membagi waktu dan bakatnya untuk mendukung aktivitas sekolah, aktivitas guru dan siswa.
Di masyarakat banyak sekali para pegiat/peduli pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk membantu kegiatan sekolah, guru dan siswa dalam rangka meningkatkan kualitas akademik dan non akademik siswa. Misalnya tentang penghijauan dapat bekerja sama dengan memanfaatkan pencinta lingkunga, keterampilan kesehatan (UKS) dapat memanfaatkan puskesmas dengan dokternya serta berbagai kegiatan lain yang mendukung upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa. Namun semua itu harus tetap fokus pada program sekolah dan tidak digunakan sebagai kegiatan yang bernuansa lain seperti nuansa politik.
D
4) Learning at home
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirancang oleh sekolah untuk menyediakan informasi kepada keluarga/orangtua murid dan masyarakat tentang apa dan bagaimana kegiatan akademik yang dilakukan sekolah, apa dan bagaiaman kegiatan akademik yang dilakukan oleh anak di dalam sekolah atau kelas, bagaimana membantu anak dalam menunjang kegiatan akademik saat anak berada di rumah serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 91
terkait dengan kurikulum dan memerlukan bantuan orangtua murid saat anak berada di rumah. Atau dengan kata lain sekolah memberikan informasi apa dan bagaimana membantu anak menciptakan kebiasaan belajar dan budaya belajar yang baik saat di rumah secara terjadwal. 5) Decision making
Kegiatan pengambilan keputusan ini memberikan kesempatan kepada orangtua murid/masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program sekolah yang akan berpengaruh atau berdampak terhadap mereka dan anak-anaknya. Tetapi bukan berarti semua orangtua ikut dalam proses pengambilan keputusan dan bukan pula semua keputusan sekolah melibatkan mereka. Pelibatan orangtua murid sebaiknya diberikan kepada perwakilan orangtua murid dan masyarakat. Di Indonesia perwakilan ini melekat pada komite sekolah atau perwakilan lainnya yang representatif. Mengingat komite sekolah sering di tuding tidak mewakili semua aspirasi orangtua murid akan lebih baik keterlibatan mereka diperluas selain yang berasal dari komite sekolah juga di tambah perwakilan orangtua murid yang dipilih secara tepat, misalnya ada orangtua murid dari ekonomi lemah dan berpendidikan rendah dan seterusnya. Dengan demikian semua strata orangtua murid dan masyarakat dengan berbagai latar belakang strata mendapatkan wakil dalam forum pengambilan keputusan strategis di sekolah.
Y
M
M U
D
Pelibatan orangtua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan ini menjadi sangat strategis dan bermakna karena mereka merasa dilibatkan dan pada gilirannya mereka merasa memiliki dan ikut memutuskan sesuatu secara bersama. Hal inilah yang mendorong mereka akan ikut bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama tersebut.
6. Collaborating
Kegiatan kolaborasi dengan masyarakat merupakan aktivitas kerjasama dari sekolah, kelompok masyarakat, organisasi-organisasi (profesi maupun nonprofesi) serta kerjasama dengan masyarakat dan atau tokoh masyarakat secara individual. Kolaborasi ini ditujukan untuk membantu sekolah, pendidik, siswa dan keluarga. Sebaliknya juga sekolah dan pendidik dapat membantu orangtua murid dan masyarakat dalam hal-hal tertentu yang berkaitan dengan pendidikan.
92 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Safitri, Rasyad, Prawoto (2013), menyatakan bahwa ada banyak keterlibatan orangtua dalam pendidikan termasuk pendidikan anak usia dini tanpa harus berpartisipasi langsung dalam kegiatan di sekolah. Misalnya orangtua terlibat di rumah dengan melibatkan anak mereka dalam mengembangkan keterampilan kognitif umum seperti pemecahan masalah dengan memberikan instruksi langsung dan tidak langsung tentang keterampilan akademik atau dengan penataan lingkungan belajar anak yang kondusif. Masyarakat, kelompok masyarakat, organisasi profesi maupun tokoh masyarakat secara individual memiliki potensi besar untuk dapat membantu sekolah dan kemajuan siswa dalam bidang pedidikan sesuai dengan potensinya masing-masing seperti organisasi profesi guru, misalnya dapat menjadi konsultan dalam pengembangan profesionalisme guru, demikian juga dunia usaha dapat membantu sekolah dalam sumber dana untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah.
Y
M
M U
Sekolah dan pendidik memiliki potensi untuk membantu orangtua dalam pemahaman tentang perkembangan anak dan cara-cara membantu pertumbuhan anak baik dari aspek akademik mapun nonakademik.
D
5 : Teknik dan Bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 93
M
Y
M U
D
94 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat [Halaman ini sengaja dikosongkan]
6
Y
menggalang dukungan masyarakat
M
M U
A. Upaya Menggalang Masyarakat
Dukungan masyarakat dan orangtua murid terhadap berbagai program dan kebutuhan sekolah merupakan aspek yang sangat penting dan strategis dalam percepatan peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan. Orangtua murid dan masyarakat adalah salah satu sumber daya pendidikan yang memiliki potensi dan kekuatan besar untuk berkontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Kenyataan yang kita hadapi selama ini dukungan orangtua murid dan masyarakat terhadap pendidikan masih tergolong kecil/rendah, khususnya tentang aspek akademik. Demikian pula halnya dengan dukungan aspek nonakademik seperti sarana prasarana, dan dana, lebih-lebih dalam era sekarang sedang digaungkan pendidikan gratis. Akibatnya sekolah tidak dapat memperbaiki sekolah meskipun hanya sekedar mengganti atap yang memerlukan dana sangat kecil.
D
Untuk percepatan peningkatan kualitas sekolah melalui pemenuhan 8 (delapan) standar nasional pendidikan (8 SNP) diperlukan upaya penggalangan dukungan orangtua murid dan masyarakat serta stakeholder untuk mengembangkan, membangun dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini mutlak diperlukan mengingat pemerintah dan pemerintah daerah masih memiliki keterbatasan dalam memberikan dukungan semua kebutuhan sekolah untuk semua sekolah.
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 95
Hal yang perlu diperhatikan untuk menggalang dukungan masyarakat agar bersedia dan turut mendukung lembaga pendidikan adalah isu yang akan digunakan. Isu yang menarik untuk dipakai sebagai upaya menggalang dukungan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. Isu memang benar-benar penting dan berarti bagi masyarakat.Isu sebaiknya dalam lingkup yang terbatas lebih dahulu serta isu tersebut memiliki kekhasan.
Y
2. Isu harus tetap mencerminkan adanya tujuan perubahan yang lebih besar dalam jangka panjang.
3. Isu yang diungkapkan memiliki landasan untuk membangun kerjasama lebih lanjut di masa depan.
M
4. Apabila memungkinkan ajak beberapa tokoh masyarakat untuk merumuskan isu penting yang perlu dianggap sebagai dasar untuk membangun kerjasama dan dukungan.
M U
Agar dukungan masyarakat terhadap lembaga pendidikan (sekolah) benar-benar memiliki meaning fullness, maka kerjasama dengan kelompok pendukung tersebut harus benar-benar efektif. Ada beberapa ciri-ciri kerjasama dalam suatu kelompok dengan para pendukung yang efektif, yaitu: 1. Terfokus pada tujuan atau sasaran yang disepakati. 2. Tegas dalam menetapkan jenis isu yang akan digarap/ditanggulangi serta di antisipasi bersama.
D
3. Ada pembagian peran dan tugas yang jelas di antara semua partisipan 4. Juga dinamika dalam setiap proses kerjasama, karena itu kelenturan (fleksibelitas) harus benar-benar dijaga. 5. Adanya mekanisme komunikasi yang baik dan lancar, dan jelas, sehingga semua tahu harus menghubungi siapa tentang apa dan pada saat kapan serta di mana. 6. Dibentuk untuk jangka waktu tertentu yang jelas. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa saran yang perlu mendapatkan perhatian dan pertimbangan untuk menjaga tingkat efektivitas kerjasama tersebut di atas: 1. Hindari membentuk struktur organisasi formal, kecuali memang benarbenar dibutuhkan. Meskipun demikian suasana nonformal dalam struktur formal harus tetap dijaga dan terpelihara.
96 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
2. Delegasikan tanggung jawab dan peran seluas mungkin, kecuali pada hal-hal yang memang sangat strategis dan hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu. 3. Setiap produk keputusan hendaknya hasil keputusan bersama, bukan hasil pemikiran seseorang. 4. Pahami berbagai kendala, kekurangan atau keterbatasan yang dimiliki semua pihak. Dengan kata lain lakukan SWOT analisis terhadap kelompok pendukung dan pihak lembaga pendidikan.
Y
5. Ambil pra karsa dan inisiatif untuk selalu menghidupkan saluran komunikasi dengan semua pihak.
M
B. Peranan Manajer Pendidikan Menggalang Dukungan Masyarakat
M U
Untuk dapat mengaktifkan orangtua murid, tokoh-tokoh masyarakat, komite sekolah dan stakeholder, salah satu strategi yang dapat ditempuh di luar badan-badan formal seperti BP3 yaitu menarik perhatian masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar. Artinya, hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dengan memajukan dan menunjukkan mutu pendidikan yang meyakinkan. Untuk itu lakukan beberapa langkah berikut: 1. Bina pengajar secara aktif, sehingga mereka berdedikasi dan profesional. Dalam kaitan ini, maka kepala sekolah perlu mengembangkan budaya kerja yang berkualitas di lingkungannya. Budaya kerja harus dimulai oleh pimpinan untuk selanjutnya kembangkan suasana kerja (iklim kerja) yang kondusif sehingga melahirkan kemauan untuk bersikap dan bertindak profesional oleh semua warga sekolah.
D
Agar lebih berhasil dalam melakukan perubahan yang berorientasi pada mutu, Sukardi (2001) menyarankan kepada para kepala sekolah hendaknya mengakomodasi lima prasyarat penting untuk terjadinya Manajemen Mutu Terpadu sebagai berikut: a. Para pemimpin struktural dalam organisasi sekolah perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang kemana lembaga sekolah akan diarahkan. Dalam hal ini para pemimpin harus mengerti Visi, Misi dan Tujuan Institusinya masing-masing secara mendalam. b. Para civitas akademika (semua warga sekolah) perlu memiliki kemampuan profesi yang mancakup kemampuan individual, kemampuan kelompok yang diciptakan secara sistimatis melalui
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 97
program pendidikan dan pelatihan. Artinya perlu pembinaan berkelanjutan melalui diklat, lokakarya, seminar, atau pembinaan internal oleh sekolah melalui diskusi bulanan, semesteran dan sebagainya. c. Adanya apresiasi insentif baik materi maupun insentif psikologis seperti kemungkinan dan kemudahan promosi, penghargaan atas prestasi pekerjaan.
Y
d. Tersedianya sumber daya dan mekanisme penempatan yang sesuai dengan keahliannya masing-masing. Meskipun demikian perlu juga dipertimbangkan aspek psikologis seperti kemauan dan komitmen tugas selain keahlian dalam menempatkan seseorang pada pekerjaan tertentu. Keahlian saja tidak akan membawa orang berprestasi tanpa adanya kemauan dan komitmen yang kuat untuk berprestasi kerja.
M
e. Adanya rencana kerja strategi sekolah yang tergambar dalam Visi, Misi dan tujuan organisasi serta rencana operasional (Renstra dan Renops).
M U
2. Pacu para pengajar untuk berprestasi dan melaksanakan pembelajaran secara efektif, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berprestasi. Banyak contoh sekolah favorit diserbu oleh masyarakat dengan biaya mahal karena lulusannya berprestasi tinggi, dapat melanjutkan ke sekolah yang bermutu (lanjutan maupun perguruan tinggi). Apabila hal ini dapat dilakukan masyarakat akan sangat mudah diminta bantuannya, tenaga, waktu bahkan materi sekalipun. Untuk memacu percepatan mutu melalui percepatan peningkatan mutu tenaga ini, maka suasana kondusif yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya motivasi kerja, kemauan (willingness) dan komitmen kerja merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Pendekatan manajemen modern memungkinkan terciptanya suasana yang menumbuhkan kemauan, komitmen dan motivasi karyawan dalam meningkatkan mutu kerjanya. Untuk itu maka pimpinan sekolah perlu mengetahui secara jelas apa dan bagaimana kebutuhan para karyawan di sekolahnya, sehingga apa yang menjadi kebutuhan karyawan sejalan dengan apa yang diinginkan oleh lembaga sekolah.
D
3. Bina semua staf sekolah agar mereka memahami secara jelas dan tepat apa yang diinginkan oleh sekolah terhadap masyarakat. Sebab, setiap tenaga pendidikan di sekolah mau tidak mau dan sengaja atau tidak sengaja bahkan disadari atau tidak disadari adalah juru bicara sekolah yang suatu
98 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
saat akan ditanya masyarakat tentang sekolahnya. Apabila staf sekolah tidak memahami sejara jelas dan tepat tentang berbagai program serta kebijakan sekolah, ada kemungkinan akan memberikan penjelasan yang tidak tepat. Hal ini akan berakibat pada image yang kurang baik terhadap sekolah. Oleh sebab itu semua staf sudah semestinya harus mengetahui apa dan bagaimana kebijakan sekolah dalam pengelolaan sekolah.
Y
Pelaksanaan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat sering dihadapkan pada masalah sulitnya meningkatkan keterlibatan orangtua murid, masyarakat atau tokoh masyarakat secara individual dalam mendukung upaya peningkatan mutu di sekolah. Sehubungan dengan pembinaan dan peningkatan keterlibatan mereka dalam dunia pendidikan yang fokus pada peningkatan mutu sekolah, Epstein, dkk (2009) menyarankan agar keterlibatan keluarga/orangtua murid dan masyarakat terhadap keberhasilan program-program pendidikan semakin tinggi, maka diperlukan peran sekolah yang kuat dalam mengelola keterlibatan mereka. Dalam kaitan ini Epstein, dkk (2009) menyarankan ada beberapa hal yang harusnya dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam dunia pendidikan di sekolah yaitu: high commitment to learning, principal support for community involvement, a wilcom school climate, two-way communication.
M
M U
Penjelasan untuk masing-masing hal tersebut di atas secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
D
1. High commitment to learning
Kemitraan dengan masyarakat dan orangtua murid harus difokuskan dan komitmen hanya ditujukan untuk kemajuan siswa (student centered) bukan untuk kepentingan lainnya di luar kepentingan kemajuan sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah maupun pendidik di sekolah harus menjaga komitmennya dalam setiap bentuk aktivitas kemitraan, kerjasama atau hubungan dengan masyarakat.
Komitmen sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas yang akan menyebabkan lulusan yang bermutu. Lulusan bermutu inilah yang menjadi idaman bagi semua orangtua dan masyarakat. Semakin bermutu sekolah, semakin disenang orangtua dan masyarakat, maka mereka semakin berpartisipasi kepada sekolah. Hal ini dapat kita lihat pada sekolah-sekolah bermutu (apalagi sekolah swasta), dukungan masyarakat dan orangtua murid sangat besar.
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 99
2. Principal support for community involvement
Di sadari bahwa kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat serta orangtua murid merupakan hal yang sangat strategis dan penting untuk kemajuan sekolah. Untuk itu faktor visi dan misi kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan kemitraan ini. Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa keberhasilan sekolah secara optimal sangat tergantung dari kualitas kepala sekolah.
Dalam konteks hubungan sekolah dan masyarakat peran kepemimpinan kepala sekolah sangat besar. Dukungan yang kuat dari kepala sekolah merupakan faktor penting dalam kegiatan kemitraan ini. Untuk itu kepala sekolah sudah sejak awal harus memiliki niat untuk memberi kesempatan yang luas kapada orangtua murid dan masyarakat dalam berpartisipasi kepada sekolah sesuai dengan fungsi, peran dan kemampuan masingmasing.
M
M U
3. A welcoming school climate
Y
Kemitraan dengan orangtua murid dan masyakat sangat efektif apabila dilakukan dalam sekolah yang memiliki iklim yang sehat dan terbuka. Sebab dengan iklim yang demikian orangtua dan masyarakat akan merasa nyaman untuk bekerja sama. Terciptanya iklim ini sangat tergantung dari keterbukaan sekolah, kepala sekolah dan pendidik untuk menerima kehadiran orangtua dan masyarakat dalam setiap bentuk kegiatan kolaborasi untuk kemajuan dan prestasi para siswa.
Sekolah perlu menciptakan suasana yang nyaman, aman dan terbuka bagi semua orangtua murid dan masyarakat untuk datang ke sekolah serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Apapun keperluan mereka ke sekolah dan siapapun mereka sekolah wajib memberkan pelayanan yang memuaskan. Kita ketahui bahwa dalam manajemen mutu sekolah harus dapat memberikan kepuasan pelanggan, dan masyarakat serta orangtua murid adalah pemilik sekaligus pelanggan sekolah.
D
4. Two-way communication
Kegiatan kerjasama dengan orangtua murid dan masyarakat secara umum harus dilakukan dengan prinsip komunikasi dua arah, sebab dengan komuinikasi yang demikian akan terjadi saling memberi informasi. Sekolah membutuhkan banyak informasi tentang anak, masalah belajar anak bahkan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan, oleh sekolah dari masyarakat. Sebaliknya orangtua memerlukan informasi tentang perkembangan anak di sekolah, masalah belajarnya, perilaku dan
100 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
progres prestasi belajar anak. Hal tersebut hanya akan dapat dicapai apabila tercipta komunikasi dua arah bahkan multi arah (multy way communication). Dalam kaitan ini maka keterampilan komunikasi kepala sekolah dan guru harus selalu ditingkatkan untuk menjamin aktivitas komunikasi dengan berbagai pihak berjalan secara efektif. Di samping itu juga diperlukan adanya kemampuan sekolah dalam beberapa hal untuk mengantisipasi faktor yang dapat meningkatkan kemitraan/hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu: professional preparation, partnership selection and partnership reflection and evaluation.
Y
Professional preparation. Sekolah yang telah berhasil membangun rasa kebersamaan di dalam lingkungan sekolah mereka (sekolah yang kolaboratif dan komunikatif) nampak memiliki keberhasilan yang besar dalam mengembangkan hubungan yang kuat dengan masyarakat dan keluarga/ orangtua murid di luar sekolah (Sanders & Harve, 2002). Oleh sebab itu, kapasitas sekolah untuk merancang dan mendesain secara baik strategi berkolaborasi dengan masyarakat sebenarnya merupakan salah satu indikator profesionalisme kepala sekolah dan pendidik atau profesionalisme sekolah dalam mengelola keterlibatan dan peningkatan kemitraan sekolah dengan masyarakat. Jadi, kemampuan membangun partisipasi masyarakat dan orangtua murid di sekolah harusnya menjadi salah satu ukuran dari tingkat profesionalisme kepala sekolah dan guru. Apabila hal ini dapat tercipta kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Ini berarti kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak akan menjadi beban apalagi mengganggu sekolah. Bahkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua murid menjadi kebutuhan sekolah yang harus dipenuhi.
M
M U
D
Hal tersebut menuntut profesionalisme para kepala sekolah dan pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan kemitraan, kolaborasi dan atau kerjasama dalam berbagai bentuk. Profesionalisme semestinya sudah disiapkan sejak awal sebelum menjadi guru atau sebelum menjadi kepala sekolah (Epstein dkk, 2009). Tema-tema seperti strategi kolaborasi dengan masyarakat, keluarga dan orangtua murid serta pemahaman yang mendalam tentang apa dan bagaimana menggerakkan orangtua dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sekolah dan progres akademik anak harus menjadi bagian dalam pengembangan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan. Sayangnya berbagai persiapan tersebut tidak dilakukan sejak awal pada saat mereka akan menjadi pendidik. Hampir sebagian besar program studi
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 101
di perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga pendidik belum memasukkan kemampuan tersebut sebagai bagian dari kurikulum mereka. Hal tersebut juga ternyata tidak masuk dalam berbagai kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh institusi yang bertaggung jawab terhadap peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan serta mutu sekolah. Akibatnya pada saat menjadi pendidik dan kepala sekolah kegiatan kemitraan dan kolaborasi dengan masyarakat jarang dilakukan, semua kebutuhan untuk pengembangan pendidikan selalu bergantung pada pemerintah.
Y
Partnership selection. Memilih organisasi atau kelompok masyarakat sebagai mitra bagi sekolah memerlukan profesionalisme semua elemen sekolah. Oleh sebab itu, pengembangan profesionalisme para pendidik juga membantu kemampuan untuk memilih kelompok atau organisasi yang tepat sebagai mitra sekolah serta kemampuan untuk melihat peluang kemitraan bagi kemajuan sekolah. Banyak patner masyarakat yang dapat dijadikan mitra sekolah dalam pengembangan sekolah, tetapi tidak semua organisasi dan kelompok masyarakat atau individu tokoh masyarakat dapat dijadikan mitra sekolah. Perlu dipilih mana yang benar-benar dapat dijadikan mitra untuk kemajuan sekolah dan tidak membawa sekolah ke arah yang lain, misalnya untuk kepentingan politik praktis.
M
M U
Partnership reflection and evaluation. Epstein, dkk (2009) menyatakan bahwa refleksi dan evaluasi kegiatan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat sangat penting dilakukan, sebab kolaborasi dengan masyarakat adalah proses bukan sebuah event kegiatan saja. Oleh sebab itu, penting bahwa mitra selalu melakukan refleksi dan evaluasi terhadap semua kegiatan kolaborasi. Dari hasil refleksi dan evaluasi ini sekolah dan mitra sekolah dapat melakukan upaya perbaikan dan mungkin perencanaan ulang terhadap semua kegiatan apabila kegiatan belum mencapai sasaran.
D
Sanders (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor yang krusial untuk perencanaan dan evaluasi kemitraan ini adalah kepemimpinan kepala sekolah. Berbagai studi tantang keterlibatan orangtua murid dan masyarakat mencatat bahwa pentingnya efektivitas kepemimpinan kepala sekolah untuk keberhasilan kolaborasi sekolah dengan masyarakat. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah satu hal yang mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan keterampilan profesionalnya sebagai kolaborator. Hal ini menjadi syarat bagi perilaku kepala sekolah dalam menyiapkan guru untuk merencanakan kemitraan serta tindakan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat (Sanders & Harvey, 2002).
102 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Berbagai hasil kajian penelitian di berbagai negara dan praktik-praktik di lapangan secara jelas menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pendidikan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi siswa, sekolah, orangtua murid dan masyarakat. Keberhasilan membangun dan menumbuh kembangkan partsisipasi masyarakat ini mempersyaratkan adanya keterampilan berkolaborasi, adanya tujuan yang disepakati dan dipahami bersama, adanya struktur yang jelas dalam rangka pertisipasi pengambilan keputusan bersama, serta adanya ketersediaan waktu untuk melakukan evaluasi dan refleksi terhadap semua aktivitas kemitraan.
C. Program Hubungan Sekolah–Masyarakat
Y
M
1. Pengertian Program
Pada dasarnya setiap kegiatan apapun jenisnya dan pada organisasi apapun, apalagi bagi organisasi pendidikan seperti lembaga sekolah, maka perencanaan program kegiatan merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dihindari.
M U
Perencanaan program pada dasarnya proses penetapan kegiatan di masa akan datang, dengan mengatur berbagai sumber daya secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang seoptimal mungkin sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Rogers, A. Kauffman seperti dikutip Fattah (2003) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin.
D
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa perencanaan program itu adalah merancang kegiatan yang akan dilaksanakan, bagaimana melaksanakan, apa dan siapa yang harus melaksanakan, kapan, di mana dan apa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dari defenisi perencanaan program tersebut, dapat dinyatakan bahwa program sebenarnya adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi/lembaga dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Program pada dasarnya adalah rencana berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Rumusan rencana program yang matang akan menghasilkan suatu program kerja yang efektif. Rumusan program yang matang ini sebaiknya didasarkan pada landasan fakta/data, landasan berpikir yang sehat dan cerdas, jelas arah dan tujuannya sesuai dengan visi dan misi yang akan dicapai oleh lembaga yang bersangkutan.
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 103
2. Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penyusunan Program Koontz seperti dikutip Fattah (2003) menyatakan bahwa penyusunan program merupakan proses intelektual yang menentukan secara sadar tindakan yang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan-keputusan pada tujuan yang akan dicapai, informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya serta memerhatikan perkiraan keadaan yang akan datang. Ini berarti kegiatan perencanaan program harus membutuhkan pendekatan rasional ilmiah. Di samping itu perencanaan perlu memerhatikan sifat, kondisi dan kecenderungan masa akan datang (pendekatan futuralistik).
Y
M
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan program, agar program tersebut benar-benar terarah kepada apa yang ingin dicapai. Beberapa hal pokok tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kegaiatan yang akan diprogramkan hendaknya didasarkan pada hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT) serta data-data pendukung lainnya. Dengan demikian, maka program yang akan dilaksanakan sudah mengantisipasi berbagai hal, baik yang menyangkut hambatan maupun dukungan. Apabila hal ini dapat dilakukan, maka kemungkinan kegagalan dalam melaksanakan program yang direncanakan akan dapat diminimalkan sekecil mungkin dan peluang keberhasilan akan semakin luas.
M U
D
b) Kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan harus benar-benar kegiatan yang sangat urgen dalam mendukung upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pemahaman yang mendalam tentang visi, misi, tujuan dan strategi sekolah harus benar-benar mantap. Dalam istilah lain disebut bahwa program yang direncanakan harus termasuk special events (event penting yang mampu mempercepat pencapaian tujuan). Misalnya diprogramkan kegiatan pameran, pertemuan dan sebagainya, perlu dipertanyakan apakah kegiatan itu memang benar-benar dapat mempercepat pencapaian tujuan dan mendapat perhatian dari khalayak sasaran. Apabila jawabannya meragukan, perlu dikaji lagi lebih mendalam apakah kegiatan tersebut layak untuk diprogramkan atau tidak. c) Rencana program yang akan dilaksanakan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mendukung pencapaian tujuan lainnya. Artinya, tujuan kegiatan tersebut merupakan rangkaian dan memiliki keterkaitan dengan tujuan
104 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
yang lain, sehingga saling mendukung dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi atau tujuan sekolah secara keseluruhan. d) Rencana kegiatan harus memiliki nilai ganda dan multy player effect. Artinya, kegiatan yang akan diprogramkan harus memberikan nilai tambah baik untuk sekolah maupun nilai tambah bagi masyarakat, orangtua murid atau stakeholder. Dengan demikian akan mendorong keterlibatan semua komponen dan warga sekolah lainnya untuk ikut aktif dalam semua kegiatan yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Nilai tambah dalam pengertian ini adalah bahwa program yang kita susun apabila dilaksanakan akan memberikan keuntungan bagi sekolah juga bagi orangtua murid dan masyarakat. Dengan kata lain saling menguntungkan.
Y
M
e) Rencana kegiatan harus mampu membangun citra positif bagi lembaga dan bagi masyarakat sekolah. Citra positif dapat diindikasikan dengan terwujudnya dampak program dalam bentuk prestasi sekolah, prestasi siswa secara individual yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa bangga para orangtua murid terhadap anaknya dan sekolah di mana anaknya sedang belajar. Prestasi ini tidak hanya menyangkut aspek akademik atau penguasaan pengetahuan saja, tetapi juga aspek nonakademik seperti olah raga, seni dan keterampilan lebih-lebih lagi prestasi dalam bidang keagamaan yang menjadi pusat perhatian masyarakat sekarang ditengah-tengah kegelisahan mereka akan kenakalan remaja dan kemerosotan moral serta karakter.
M U
D
f) Program yang disusun hendaknya berorientasi pada produk yang akan dihasilkan. Jadi, perlu diperhatikan terlebih dahulu produk apa yang diinginkan melalui program yang sedang direncanakan. Apabila kita telah memiliki gambaran tentang produk secara jelas, akan memudahkan perencana program dalam menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan. g) Sumber daya yang tersedia di dalam sekolah. Sejauh mana sumber daya yang tersedia baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas yang akan mendukung implementasi kegiatan di masa depan. Ketersediaan jumlah dan kualitas sumber daya merupakan faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang telah diprogramkan. Program akan menjadi sia-sia dan hanya baik di atas kertas saja, apabila tidak ditunjang oleh adanya sumber daya yang memadai dilihat dari kuantitas dan kualitas. Bahkan sumber daya yang berkualitas menjadi lebih besar pengaruhnya terhadap efektivitas pelaksanaan program. Oleh sebab itu,
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 105
program yang baik tidak harus selalu merencanakan kegiatan yang sangat ideal, apabila lembaga tidak memiliki sumber daya yang memadai.
3. Membuat Program Hubungan Lembaga Pendidikan (Sekolah) dengan Orangtua Murid/Masyarakat Perencanaan program yang efektif dan efesien menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan lembaga yang dipimpinnya atau anggota organisasi yang merasa memilki organisasinya.
Y
Agar perencanaan program memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan organisasi, Ruslan (2002) menyatakan bahwa perencanaan program harus didasarkan pada analisis tentang hal-hal sebagai berikut:
M
a) A searching look backward, yaitu penelusuran masa lampau, pengalaman organisasi untuk mengetahui faktor penentu yang memegang peranan penting dalam keberhasilan dan mungkin juga kegagalan dalam pelaksanaan program.
M U
b) A deep look inside, yaitu penelaahan mendalam tentang fakta dan pendapat di lingkungan internal organisasi. Hal ini berarti perencana harus melibatkan semua orang dalam lingkungan internal organisasi dalam bentuk musyawarah, agar diperoleh informasi yang lengkap dan akurat sebagai dasar dalam penyusunan program sekolah, khususnya program hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua murid.
D
c) A wide look around, yaitu melihat kecenderungan-kecenderungan yang ada di sekitar kita, serta situasi dan kondisi saat ini untuk merancang rencana mendatang. Ketepatan dalam melakukan prediksi kecenderungan lingkungan akan memberi kemungkinan besar keberhasilan implementasi program. Sebaliknya ketidak tepatan prediksi akan memungkinkan kemungkinan kegagalan implementasi program. d) A long, long a head, yaitu melihat pada apa yang menjadi misi dan visi utama organisasi. Dalam menyusun rencana program, maka panduan utama yang harus dilihat adalah visi dan misi sekolah. Program disusun pada dasarnya adalah upaya untuk mencapai visi dan misi sekolah. Pada saat ini telah banyak dikembangakan model perencanaan program yang efektif. Model yang sangat banyak dipakai dan dimasyarakatkan di berbagai lembaga dunia usaha, bahkan saat ini sudah merambah ke dalam dunia pendidikan adalah perencanaan program strategik. 106 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Dalam bidang pendidikan apabila menggunakan perencanaan strategik ternyata akan memberikan kecenderungan pada hasilnya yaitu program yang lebih operasional, sehingga peluang akan keberhasilan program menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan dengan pendekatan ini semua peluang faktor eksternal dan internal telah diperhitungkan secara matang. Prencanaan strategik ternyata telah dibuktikan berhasil membawa organisasi mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Sehubungan dengan hal ini R.G. Murdick (Suriansyah, 2001) menyebutkan beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan perencanaan strategik bagi suatu lembaga, yaitu:
Y
a) Analisis keadaan sekarang dan akan datang
M
b) Identifikasi kekuatan dan kelemahan lembaga c) Mempertimbangkan norma-norma d) Identifikasi kemungkinan dan resiko
e) Menentukan ruang lingkup hasil dan kebutuhan masyarakat
M U
f) Menilai faktor-faktor penunjang
g) Merumuskan tujuan dan kriteria keberhasilan
h) Menetapkan penataan distribusi sumber-sumber
Secara sederhana aspek-aspek yang mutlak ada dalam perencanaan program kegiatan berisikan aspek-aspek sebagai berikut:
D
a) Masalah yang dihadapi. Rumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Misalnya rendahnya keterlibatan orangtua siswa dalam pengawasan putra-putrinya, sehingga sering terjadi kenakalan anak seperti membolos, tidak disiplin dan sebagainya. b) Kegiatan yang akan dilakukan. Uraikan secara rinci kegiatan apa yang akan dilakukan atau direncanakan untuk mengatasi masalah yang telah dirumuskan. c) Tujuan kegiatan. Tujuan apa yang ingin dicapai untuk satu kegiatan yang direncanakan. Misalnya kegiatan pertemuan orangtua murid dengan guru dan pihak sekolah, tentukan tujuannya: meningkatkan kesadaran orangtua akan pentingnya pengawasan mereka terhadap anak dan bagaimana mengawasi anak-anak di luar rumah dan sekolah. d) Target/sasaran kegiatan. Tentukan siapa sasaran kegiatan yang akan menjadi subjek dan objek kegiatan, serta berapa target yang ingin dicapai. e) Indikator keberhasilan. Tentukan indikator apa yang dapat menunjukkan bahwa suatu kegiatan yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil atau
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 107
gagal. Misalnya kegiatan pertemuan antara orangtua murid dengan pihak sekolah dikatakan berhasil apabila: siswa yang terlambat semakin sedikit, siswa disiplin, tidak ada siswa yang membolos, kehadiran orangtua murid pada saat pertemuan minimal 80%, dan seterusnya. f) Strategi/teknik pelaksanaan kegiatan. Tentukan strategi apa yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut di atas, misalnya melalui panel diskusi, dialog dan sebagainya (lihat uraian tentang teknik hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua murid pada bagian terdahulu).
Y
g) Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. Tentukan kapan kegiatan akan dilaksanakan dan di mana kegiatan tersebut akan dilakukan. Waktu pelaksanaan akan sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya tingkat partisipasi sasaran program (orangtua murid dan masyarakat). Demikian juga tempat kegiatan. Waktu kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua murid yang dilaksanakan pada saat mereka sibuk dengan pekerjaan akan menyebabkan mereka tidak dapat berpartisipasi optimal. Oleh sebab itu, sekolah perlu mempertimbangkan dengan matang waktu dan tempat kegiatan yang akan dilaksanakan.
M
M U
h) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan. Tentukan siapa yang menjadi penanggung jawab kegiatan dan siapa yang menjadi pelaksana kegiatan. Pemilihan orang yang akan dilibatkan hendaknya memerhatikan prinsip berdasarkan kemampuan dan kemauan orang yang akan diberi kepercayaan. Kemampuan saja tidak cukup untuk menunjuk pelaksana tanpa diiringi oleh kemauan. Kejelasan orang-orang yang diberi tanggung jawab sebagai pelaksana akan memudahkan sekolah untuk meminta laporan dan pertanggungjawaban serta monitoring keberhasilan kegiatan.
D
i) Pembiayaan. Rumuskan berapa biaya yang diperlukan dan darimana sumber biaya tersebut. Dalam penentuan besaran biaya prinsip efesiensi hendaknya menjadi pertimbangan utama. Dalam bentuk bagan urutan kegiatan dalam program tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
108 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Masalah
Tujuan
Kegiatan
Target
Indikator Keberhasilan
D Strategi Teknik Waktu
M U
Pelaksana Kegiatan
M
Biaya
Y
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 109
Ket
4. Standar Program Ada beberapa kriteria program kerja kemitraan sekolah, orangtua murid/ keluarga dan masyarakat untuk menjadi program kerja yang baik. Beberapa hasil penelitian dan kajian mendalam oleh beberapa ahli menunjukkan beberapa elemen program yang dapat memberikan kontribusi kualitas yang terbaik tentang program kemitraan. Dengan elemen-elemen yang lengkap program dapat diharapkan meningkatkan dampaknya bagi kemajuan sekolah, orangtua murid dan masyarakat secara umum.
Y
Sehubungan dengan hal tersebut Epstein, dkk (2009) membuat daftar elemen-elemen program yang dinyatakan sebagai standar untuk program kemitraan yang ekselin. Elemen-elemen tersebut adalah: teamwork, leadership, plans for action, implementation and facilitation, evaluation, funding, support and network connections. a. Teamwork
M U
M
Sekolah sejak awal sudah harus merencanakan dan menetapkan secara matang siapa yang akan menjadi pelaksana kemitraan yang diprogramkan. Pemilihan anggota tim harus didasarkan pada pertimbangan dua hal pokok yaitu: kemauan (willingness) dan komitmen (commitment) seseorang. Apabila sudah ditemukan orang-orang di sekolah yang memiliki dua hal pokok tersebut, maka pertimbangan lainnya adalah kemampan komunikasi dan integritas khususnya ketauladanan.
D
b. Leadership
Kepemimpinan seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa kepemimpinan di sekolah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk kesuksesan suatu institusi mencapai hasil yang optimal. Berbagai kajian telah membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam membawa sekolah menjadi sekolah yang baik, sekolah efektif atau sekolah ekselin.
Dalam kaitannya dengan program kemitraan sekolah, orangtua murid dan masyarakat secara umum, maka kepala sekolah menjadi penentu keberhasilan imlementasi program kemitraan. Sejauhmana visi dan misi kepala sekolah tentang kemitraaan dan sejauhmana dukungan serta sejauhmana inovari serta kreativitas kepala sekolah merupakan modal awal bagi terlaksananya program kemitraan.
110 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
c. Plans for action
Rencana tindakan yang dimaksudkan di sini adalah apa yang sering kita sebut dengan Term of Reference (ToR). Dengan ToR yang baik dan lengkap dapat menjadi panduan bagi semua orang untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.
d. Implementation and fasilitation
Y
Implementasi perlu fasilitas penunjang agar apa yang dilakukan dalam kegiatan membangun kemitraan sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat dapat terlaksana sesuai harapan. Berbagai kemudahan yang dapat diciptakan di sekolah untuk implementasi program kemitraan harus disediakan oleh sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah memegang peranan penting dalam upaya memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas yang diperlukan oleh tim pelaksana kemitraan di sekolah.
e. Evaluation
M
M U
Penilaian atau evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sejak awal dibuat program sampai berakhirnya program diimplementasikan. Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana persiapan telah dilakukan seperti penentuan tim kerja yang dibentuk, fasilitas dan sebagainya, hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dalam persiapan.
Di samping itu evaluasi juga dilakukan pada saat proses kegiatan program kemitraan sedang berjalan, yang dimaksdukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program kemitraan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan bersama sejak awal. Sedangkan di akhir kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana semua kegatan yang dilakukan telah mencapai sasaran, target dan memberikan dampak apa terhadap sekolah, orangtua murid dan masyarakat. Apakah dampak tersebut sesuai dengan harapan masing-masing.
Dengan demikian jelas bahwa evaluasi harus dilakukan secara terusmenerus sejak awal, proses dan akhir kegiatan untuk dilakukan perbaikan secepatnya.
f.
Funding
Setiap kegiatan tentu memerlukan pendanaan, demikian juga dengan kegiatan membangun kemitraan yang harmonis antara sekolah, orangtua murud dan masyarakat. Oleh sebab itu, sekolah perlu sejak awal membuat rencana anggaran dan pendapatan dan belanja sekolah sudah memberikan
D
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 111
alokasi untuk pelaksanaan kegiatan kemitraan sekolah ini. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan kemitraan tidak selalu memerlukan dana yang besar, karena kemitraan dapat dilakukan dengan bermacam-macam teknik dan strategi. Bagi sekolah yang tidak memiliki dana yang memadai, maka pemilihan strategi membangun kemitraan harus dipertimbangkan kemampuan dana yang disipakan oleh sekolah.
Y
g. Support
Dukungan yang dimaksudkan disini adalah, apakah program yang kita buat mendapat dukungan dari berbagai sumber. Misalnya, apakah dinas pendidikan memberikan dukungan untuk implementasi program, seperti dukungan kebijakan yang dapat memperkuat kebijakan sekolah untuk melakukan program kemitraan sekolah, orangtua murid dan masyarakat.
M
h. Network connections
Sekolah sudah harus menetapkan sejak awal jaringan komunikasi yang akan digunakan dalam program dan implementasi program nantinya. Misalnya, kalau sekolah akan melakukan komunikasi dalam bentuk pertemuan orangtua dan masyarakat di sekolah, jaringan apa yang akan digunakan untuk membawa mereka ke sekolah.
M U
5. Implementasi Program
D
Tahap lanjutan dari Program kerja yang telah disusun adalah tahap implementasi. Pada tahap implementasi ini sering terjadi berbagai kendala dan hambatan. Bagaimanapun baiknya suatu program yang telah di susun tidak aka nada artinya tanpa implementasi program yang optimal seperti apa yang telah direncanakan. Sehubungan dengan implementasi program hubungan sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat ini Epstein, dkk (2009) menyarankan ada 10 (sepuluh) langkah untuk kesuksesan program berbasis sekolah dalam membina kemitraan sekolah, keluarga (orangtua) dan masyarakat. Ke sepuluh langkah tersebut adalah: create an action team for partnership, obtain funds and official support, provide training to all members of the action, identify pointopresent strengths and weaknesses, write a one-year action plan for partnership, apply the frame work of six type for involvement to activities linked to school improvement goals, enlist staff, parents, students, and the community to help conduct activities, evaluate the quality ant outreach of partnership activities and results, conduct an annual celebration to report progress to all participants,
112 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
continue working toward a comprehensive, on going, goal-oriented program of partnership. Dari pendapat di atas nampak bahwa apabila sekolah menginginkan implementasi program kemitraan sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat berhasil secara optimal, maka sekolah harus mulai merencanakan implementasi dari merencanakan tim yang solid untuk melaksanakan kemitraan, mencari dukungan dari kantor pendidikan, melatih semua anggota tim dan guru di sekolah untuk dapat berkomunikasi dengan orangtua murid dan masyarakat.
Y
Di samping itu perlu juga sekolah menetapkan aspek apa yang harusnya menjadi sasaran kemitraan. Sasaran ini sangat penting karena akan berkaitan dengan visi dan misi sekolah yang ingin dicapai melalui kemitraan dengan masyarakat dan orangtua. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk implementasi program ini adalah melakukan evaluasi dari awal (planning), evaluasi proses (untuk dilakukan perbaikan proses apabila masih terdapat ketidak sesuaian apa yang direncanakan dengan hasil yang di dapat), jadi evaluasi bukan hanya dilakukan setelah program selesai diimplementasikan.
M U
M
6. Pemantauan dan Evaluasi Program
Untuk pemantauan dan evaluasi proses, hasil dan dampak/manfaat suatu program kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat digunakan suatu kerangka kerja logis (dalam teori perencanaan sekarang dikenal dengan istilah logical framework). Pendekatan logical frame work ini terdiri dari empat unsur pokok yaitu sebagai berikut:
D
a. Sasaran hasil (objective); suatu keadaan tertentu yang diinginkan untuk dicapai setelah dilaksanakannnya kegiatan. Sasaran hasil yang diinginkan pada dasarnya dapat dalam bentuk kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (kualitas). Kuantitas berarti jumlah yang harus dicapai setelah kegiatan berhasil dilaksanakan. Misalnya; setelah kegiatan kunjungan kerumah orangtua murid, diharapkan dapat dicapai 75% orangtua murid mau memenuhi undangan sekolah. Sedangkan kualitatif adalah kualitas hasil kegiatan yang diinginkan, misalnya setelah berbagai kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dilaksanakan prestasi perolehan nilai ujian nasional (UN) siswa dapat meningkat 10%. b. Indikator; adalah petunjuk tertentu yang akan meyakinkan kita apakah sasaran hasil yang kita inginkan memang sudah tercapai atau bahkan belum tercapai. Misalnya indikator keterlibatan orangtua dalam 6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 113
membantu pendidikan ditunjukkan oleh indikator sebagai berikut: selalu datang setiap ada undangan dari sekolah, turut mengawasi kegiatan anak, dan sebagainya. c. Pengujian (verivication), yaitu suatu cara untuk mencari bukti-bukti yang menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut memang ada atau tidak ada. Untuk itu diperlukan suatu pengamatan langsung atau melalui laporan-laporan tentang kebenaran indikator yang dapat terlihat.
Y
d. Asumsi, yaitu suatu keadaan atau hal tertentu yang menjadi prasyarat terlaksananya kegiatan yang direncanakan sehingga indikator itu benarbenar bisa terwujud dan sasaran hasil anda tercapai. Dengan kata lain, tanpa prasyarat ini Anda tidak dapat atau terhambat melaksanakan rencana kegiatan dengan baik.
M
Keempat unsur pokok tersebutlah yang harus di monitor dan di evaluasi. Untuk memudahkannya, maka dapat dibuat catatan dengan menggunakan format sebagai berikut: Kegiatan Siaran Pers
Dialog Televisi
Indikator
100 orangtua murid selalu berhadir dalam rapat BP3
Verifikasi
Survei dan pengamatan
Asumsi
Berita sekolah dimuat dikoran lokal minimal 2 kali seminggu
D
Surat kabar sekolah
Kunjungan ke rumah siswa Dialog/ pertemuan di sekolah Dst
M U
Sasaran Hasil
Masyarakat paham & mau mendukung kegiatan sekolah
Sedangkan untuk evaluasi dampak kerangka kerja yang sama dapat digunakan dengan menggantikan kolom 2 (sasaran/hasil) dengan dampak/ manfaat yang diperoleh, kemudian merumuskan indikator, varifikasi dan asumsinya. Tetapi yang dijadikan titik tolak bukanlah sasaran hasil setiap kegiatan tetapi sasaran hasil akhir dari keseluruhan program pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat. Contoh format tersebut adalah sebagai berikut:
114 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Kegiatan
Dampak/ Manfaat
Indikator
Verifikasi
Siaran Pers
Masyarakat paham dan memahami/ mengerti kebutuhan, problem serta harapan sekolah sehingga mereka mau mendukung kegiatan sekolah
Orangtua murid selalu berhadir dalam rapat BP3 (rata-rata 75%)
Survei dan pengamatan pada Asaat acara di sekolah
Sekolah mendapat informasi yang akurat tentang anak
Terkumpul data tentang anak secara lengkap, akurat dan aktual tentang cara berperilaku, belajar dan budaya/ kebiasaan
Kunjungan ke Rumah
Kontak-kontak informal dari orangtua murid sudah sering terjadi
Dukungan ber bagai kegiatan meningkat
Dukungan meningkat, informasi sekolah di manfaatkan untuk bimbingan anak
Y
Orangtua memiliki data yang lengkap tentang anak. Melalui kunjungan data akan lengkap
M
M U
Dst
Asumsi
Sehubungan dengan evaluasi program kemitraan, keluarga, sekolah dengan masyarakat dan orangtua murid ini, Epstein, dkk (2009) menyatakan bahwa evaluasi kemitraan dan keterlibatan program harus mencakup beberapa hal sebagai berikut:
D
a. Program development (e.g., teamwork, plan, collegial and district support for partnerships, links of plans to school goals ffor student success). b. Outreach to families and the community (e.g. strategies to invite, communicate, and include all families and various community partners). c.
Result for parents (e.g. response to communications, inputs, patterns of involvement by major racial, ethnic, and socioeconomic groups).
d. Result for school (e.g. welcoming climate, safety of the school, family-friendly atmosphere, attitudes and participation in partnerships of teachers, principals). e. Result for students (e.g. academic and non academic outcomes, social development, postsecondary education and career plans). f.
Improvements on all of the above from year and in extended longitudinal patterns.
6 : Menggalang Dukungan Masyarakat 115
Dari pendapat di atas jelas bahwa apa yang harus assess/evaluasi dalam program kemitraan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah semua aspek yaitu mulai dari perencanaan program, tim pelaksana, dukungan, hasil yang dicapai dilihat dari aspek orangtua/masyarakat, aspek sekolah, aspek siswa serta peningkatan semua aspek yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh sekolah.
M
Y
M U
D
116 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
7
Y
model pelibatan masyarakat melalui komite sekolah dan organisasi lainnya
M
M U
A. Pendahuluan
Membangun partisipasi aktif masyarakat untuk mendukung berbagai kegiatan di sekolah merupakan bagian yang sangat penting bagi program peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan. Sekolah bukan hanya memerlukan dukungan dari orangtua murid saja, tetapi memerlukan dukungan semua pihak yaitu masyarakat, stakeholder/tokoh masyarakat, institusi pendidikan, dunia usaha, serta organisasi profesi dan organisasi lainnya. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan lulusan yang memiliki kualitas keilmuan yang baik yang ditunjang dengan karakter serta kompetensi keterampilan lainnya. Apalagi kalau kita kaitkan dengan Kurikulum 2013, maka kompetensi 1 (K1) adalah sikap relegius, kompetensi 2 (K2) adalah kompetensi sikap, kompetensi 3 (K3) adalah kompetensi pengetahuan dan kompetensi 4 (K4) adalah kompetensi keterampilan. Keempat kompetensi ini akan susah bahkan mungkin dapat dikatakan tidak mungkin dapat dicapai kalau hanya mengandalkan kemampuan sekolah saja tanpa berkolaborasi, berpartner atau bekerjasama dengan masyarakat secara umum. Sehubungan dengan hal ini Epstein dkk (2009), menyebutkan ada beberapa organisasi atau kelompok masyarakat yang seharusnya menjadi partner bagi sekolah dalam memperoleh dukungan agar sekolah dapat menjadi sekolah yang terbaik dan ekselin (the school and the excellent school). Organisasi-organisasi dan institusi tersebut adalah sebagai berikut:
D
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 117
1. Business and corporations (local businesses, national corporations and franchisises. 2. Universities and educational institutions (colleges and universities; community colleges; vocational, trade a, and technical school; high schools; and other educational. 3. Health care organizations (hospitals, health care center, mental health facilities, health department, health foundations and associations).
Y
4. Government and military agencies (fire department, police department, chambers of commerce, city councils, and other local and state government agencies). 5. National service and volunteer organizations (rotary club, lion club, and other organizations).
M
6. Faith-based organizations (mosque, synapopues, and other organizations).
7. Senior citizen organizations (nursing homes and senior volunteers and service organizations).
M U
8. Cultural and recreational institutions (zoos, museums, libraries, and recreational centers). 9. Media organizations (local newspapers, radio stations, cable networks including foreign language outlets and other media). 10. Sport franchises and associations (sport organizations, football and others organizations).
D
11. Other community organizations (foundations, neighborhood associations, alumni and local service organizations). 12. Community individuals (individuals volunteers from the community surrounding the school. Di sisi lain dunia pendidikan mengalami perkembangan dan pergeseran dalam paradigma termasuk paradigma manajemen sekolah. Perubahan paradigma tersebut di kenal dengan paradigma manajemen berbasis sekolah. Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/ kota dan bahkan otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara keseluruhan. Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan semua
118 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orangtua murid. Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah di pedesaan atau di daerahdaerah urban berada di tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini terdiri dari unsur-unsur tenaga profesional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka pengembangan staf.
Y
Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar struktur yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok profesional dan anggotaanggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan praktik-praktik penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara organisatoris dewan SCC ini memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah.
M
M U
Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan analisis kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survei yang dilakukannya. Hasil analisis yang dilakukan dewan ini di diskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan para ahli seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan menjadi kebijakan dan program sekolah.
B. Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah
D
Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti di Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, sampai dengan BP3. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dalam hal ini Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah. Pemerintah (Depdikbud) pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau Komite Sekolah. Apa dan bagaimana lembaga tersebut di atas dan bagaimana fungsinya dalam membantu peningkatan pelayanan pendidikan di sekolah akan diuraikan pada bagian berikut ini.
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 119
1. Pengertian dan Nama Pada era sentralisasi peran masyarakat dalam bidang pendidikan lebih banyak berperan sebagai pendukung pemberi dana dan material untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada era desentralisasi pendidikan yang disebut otonomi sekolah dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) peran serta masyarakat menjadi penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Y
Kesimpulan dari laporan Bank Dunia Education in Indonesia: From Crisis to Recovery (September 1998) tentang kondisi pendidikan dasar dan menengah kita antara lain: (1) pada umumnya kepala sekolah memiliki otonomi sangat terbatas dalam pengelolaan sumber daya sekolah, (2) kepala sekolahnya sendiri kurang mampu mengelola sekolah dengan baik, (3) kecilnya peran serta masyarakat dalam mengelola pendidikan. Salah satu rekomendasi adalah perlunya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan-keputusan untuk meningkatkan mutu sekolah.
M
M U
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan dari masyarakat yang merupakan stakeholder pendidikan, mengingat masyarakat itu sangat kompleks dan jumlahnya tak terbatas sehingga sekolah mengalami kesulitan untuk berinteraksi. Konsep masyarakat perlu disederhanakan agar sekolah menjadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat yaitu dengan cara melakukan sistem perwakilan dengan membentuk suatu wadah/organisasi komite sekolah di tingkat satuan pendidikan. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tanggal 2 April 2002 perlu dibentuknya komite sekolah pada setiap satuan pendidikan adalah untuk menjembatani kepentingan sekolah dan masyarakat serta menampung maupun menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
D
Komite sekolah adalah badan atau lembaga non-profit dan non-politis yang dibentuk berdasarkan musyawarah secara demokratis oleh stakeholder pada jenjang satuan pendidikan, sebagai refresentatif dari berbagai unsur harus benar-benar mewakili masyarakat dari kebaragaman dan bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. Badan yang membantu penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah, selama ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi sekolah, sebab sudah lama dibentuk dengan berbagai istilah seperti: POMG (persatuan orangtua murid dan guru), BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) dan
120 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
sebagainya. Oleh sebab itu, lahirnya komite sekolah atau dewan sekolah, sebenarnya tidak terlalu asing atau hal yang sama sekali baru bagi sekolah. Hanya mungkin yang baru adalah perluasan peranan lembaga tersebut serta perluasan anggotanya. Komite/Dewan sekolah dilihat dari pengertiannya dapat dilihat sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah sebagai berikut: a. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Y
b. Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masingmasing satuan pendidikan/sekolah, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati. Kesepakatan ini hendaknya lahir dari hasil musyawarah anggota pada saat penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang melibatkan semua anggota. Kesepakatan nama sangat penting karena nama tersebut dapat membawa citra yang baik atau tidak baik bagi sekolah.
M
M U
c. BP3, Komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. Perluasan fungsi dan peran hendaknya dibicarakan agar fungsi dan peran komite sekolah ini tidak tumpang tindih dengan peran sekolah atau dapat mengacaukan mana fungsi dan peran yang harus dilakukan sekolah mana yang menjadi fungsi dan peran komite.
D
Komite sekolah dibentuk berdasarkan atas kesepakatan bersama yang tumbuh dari akar budaya, sosio demografis dan nilai-nilai masyarakat setempat, oleh karena itu komite sekolah adalah badan yang bersifat otonom dan mandiri yang menganut kebersamaan yang menuju peningkatan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan peserta didik yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. (Fatah, 2003) Keberadaan komite sekolah ini adalah untuk mewadahi peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan pada jenjang satuan pendidikan. Dari pengertian dan nama badan seperti disebutkan di atas, nampak bahwa badan ini hanya merupakan perluasan dari BP3 yang sudah ada sejak lama di masing-masing sekolah. Karena cikal bakalnya sudah ada, maka bagi kepala sekolah bukan hal yang sulit untuk bekerjasama dengan komite ini.
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 121
2. Kedudukan dan Sifat a. Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan atau sekolah. b. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya.
Y
c. Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan.
M
3. Tujuan Komite Sekolah bertujuan untuk:
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
M U
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
D
Kalau kepala sekolah ingin program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan pelanggannya, maka komite ini harus benar-benar dimanfaatkan oleh sekolah sebagai mitra peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah, sebab dari anggota komite inilah pada dasarnya aspirasi yang perlu ditampung dan direalisasikan dalam program sekolah. Dengan demikian mereka akan mau membantu sepenuhnya terhadap semua program sekolah. Semakin banyak anggota komite diajak berdiskusi tentang berbagai permasalahan sekolah dan penyusunan program sekolah, maka semakin merasa bertanggung jawab mereka terhadap keputusan bersama yang diambil oleh sekolah. Oleh sebab itu, sekolah harus menciptakan suasana demokratis dan akrab terhadap semua anggota komite sekolah yang dibentuk. Lebih lanjut Fatah (2003) menyatakan tujuan pembentukan komite sekolah adalah (1) mewadahi dan meningkatkan peran serta masyarakat sebagai stakeholder pendidikan pada jenjang satuan pendidikan, untuk ikut bersama dalam merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan monitoring terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah dan bertanggung jawab dan terfokus 122 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
pada kualitas pelayanan peserta didik secara proporsional dan terbuka, (2) mewadahi peran serta masyarakat untuk serta dalam manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah secara proporsional, (3) mewadahi peran serta masyarakat baik individu, kelompok, pemerhati pendidikan yang peduli dan bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan, (4) menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah kepada pihak-pihak terkait.
4. Peran dan Fungsi
Y
M
Komite Sekolah sebagai wadah yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan berprakarsa dalam membantu penyelenggaraan proses pendidikan kearah yang bermutu, berperan sebagai
a. Pemberi pertimbanagan (advisor agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
M U
b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. c.
Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) di satuan pendidikan.
D
Untuk mengaplikasikan peran tersebut di atas dalam kegiatan organisasi, maka Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut: a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah, berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. d
Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: 1) kebijakan dan program pendidikan; 2) rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); 3) kriteria kinerja satuan pendidikan; 4) kriteria tenaga kependidikan;
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 123
5) kriteria fasilitas pendidikan; dan 6) hal-hal yang terkait dengan pendidikan; 7) mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 8) menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
Y
9) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
M
5. Wewenang dan Tugas Komite Sekolah
Komite sekolah pada konsep manajemen berbasis sekolah hendaknya berorientasi kepada partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu baik proses maupun lulusan sekolah. Agar jangan sampai terjadi tumpang tindih tugas pengurus komite sekolah perlu adanya pemberian kewenangan dan pembagian tugas. Hak dan kewajiban serta tugas pengurus dan anggota perlu dibuat dengan jelas yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga atas dasar kesepakatan, kebersamaan dan kekeluargaan.
M U
a. Wewenang Komite Sekolah
Keberadaan komite sekolah adalah sebagai mitra kerja sekolah menurut Fatah (2003) mempunyai kewenangan sebagai berikut.
D
1) Menetapkan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga. 2) Bersama-sama sekolah menetapkan rencana strategik pengembangan sekolah. 3) Bersama-sama sekolah menetapkan standar pelayanan sekolah. 4) Bersama-sama sekolah membahas bentuk kesejahteraan personel sekolah. 5) Bersama sekolah menetapkan RAPBS. 6) Mengkaji pertanggungjawaban program sekolah. 7) Mengkaji dan menilai kinerja sekolah. 8) Merekomendasikan guru dan kepala sekolah untuk dipromosikan. 9) Menerima kepala sekolah dan guru yang dipromosikan untuk bekerjasama.
124 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
b. Tugas Komite Sekolah
Komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang peduli terhadap pendidikan, agar tugasnya dapat terarah dan jelas diperlukan pembagian tugas di antara anggota dan pengurus lainnya. Sesuai dengan wewenangnya, maka tugas komite sekolah menurut Fatah (2003) sebagai berikut.
Y
1. Menyelenggarakan rapat-rapat dewan sesuai program yang ditetapkan.
2. Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah.
M
3. Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran di sekolah.
4. Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategik pengembangan sekolah.
M U
5. Bersama-sama sekolah menyusun dan menetapkan rencana program tahunan sekolah dan RAPBS. 6. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan personel sekolah. 7. Bersama-sama sekolah mengembangkan program unggulan baik akademis maupun non akademis.
D
8. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat. 9. Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada sekolah. 10. Mengevaluasi program sekolah meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, keuangan secara berkala dan berkesinambungan. 11. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkan bersama sekolah. 12. Memberikan respons terhadap kurikulum yang dikembangkan secara standar nasional maupun lokal. 13. Memberikan motivasi dan penghargaan kepada personel sekolah yang berprestasi. 14. Memberikan otonomi profesional kepada guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru.
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 125
15. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah. 16. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan. 17. Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang dikonsultasikan oleh kepala sekolah. 18. Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Y
6. Organisasi a. Keanggotaan Komite Sekolah
M
Unsur masyarakat dapat berasal dari: 1) Orangtua/wali peserta didik. 2) Tokoh masyarakat.
M U
3) Tokoh pendidikan.
4) Dunia usaha/industri.
5) Organisasi profesi tenaga pendidikan. 6) Wakil alumni.
7) Wakil peserta didik.
Unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan , Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota Komite Sekolah (maksimal 3 orang).
Anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya berjumlah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya gasal:
D
Kepengurusan Komite Sekolah:
1) Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas: a) Ketua
b) Sekretaris c) Bendahara 2) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota. 3) Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan
126 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
7. Proses dan Prosedur Pembentukan Dewan/Komite Sekolah Prinsip Pembentukan
Pembentukan Komite Sekolah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Transparan, akuntabel, dan demokratis b. Merupakan mitra satuan pendidikan
Y
Mekanisme Panitia Persiapan, tahap awal yang harus dilakukan adalah Pembentukan Panitia Persiapan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Masyarakat dan/atau kepala satuan pendidikan membentuk panitia persiapan. Panitia Persiapan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan pendidikan pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri) orangtua peserta didik.
M
M U
b. Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite Sekolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk pengurus/anggota BP3, Majelis Sekolah, dan Komite Sekolah yang sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut Keputusan ini; 2) Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota kepada masyarakat;
D
3) Menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat; 4) Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat; 5) Menyusun nama-nama terpilih;
6) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah; 7) Menyampaikan nama pengurus dan anggota Komite Sekolah kepada kepala satuan pendidikan; 8) Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk; 9) Penetapan pembentukan Komite Sekolah. Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat Keputusan Kepala Satuan Pendidikan, dan selanjutnya diatur dalam AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga).
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 127
C. Kerja Sama dengan Pemerintah/Masyarakat Secara Umum Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas. Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota meletakkan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga nampaknya peranan pemerintah provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan berarti pusat dan provinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Dalam paradigma otonomi seperti sekarang diperlukan kemampuan sekolah (baca kepala sekolah) untuk membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat pusat sampat dengan tingkat kabupaten/kota/kecamatan bahkan kelurahan.
Y
M
Di samping institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai lembaga LSM yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah jangan sampai sekolah larut dan dapat dibawa kepada masalah-masalah lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tidak boleh terbawa arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu.
M U
D
Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi sosial yang tidak bisa lepas dari masyarakat secara keseluruhan, khususnya masyarakat di sekitarnya. Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakanlah sekolah mengadakan perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat. Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara lain: 1. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah raga dan lain-lain.
128 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
Y
3. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah.
M
D. Kerja Sama Sekolah dengan Organisasi Profesi
Pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok organisasi, baik yang bersifat organisasi sosial, organisasi profesi, organisasi untuk community tertentu yang bersifat kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi tersebut di atas banyak sekali yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga organisasi yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.
M U
Di sadari bahwa peranan organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal untuk pendidikan secara murni. Beberapa oraganisasi yang memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:
D
a. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
b. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI) c. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) d. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia e. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS) f.
Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA)
g. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI) h. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik i.
Dan lain-lain.
Dari beberapa organisasi profesi tersebut, ada beberapa organisasi profesi yang sangat besar manfaatnya bagi sekolah apabila mampu bermitra secara sinergis dengan organisasi profesi tersebut. Bebarapa organisasi profesi
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 129
yang secara praktis dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu di sekolah seperti Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS), Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA), Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI).
1. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
Y
Organisasi ISMAPI sangat besar manfaatnya apabila sekolah mampu menjadikannya sebagai mitra bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Sebagai contoh: kalau sekolah ingin meningkatkan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah yang berkualitas, maka Ikatan sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia yang ada di masing-masing daerah dapat dimanfaatkan sebagai mitra, baik dalam pengembangan konsep, implementasi kegiatan maupun dalam pembinaan sehari-hari. ISMAPI sebagai organisasi profesi manajemen pendidikan terdiri dari para ahli manajemen sekolah yang mampu dijadikan sebagai lembaga konsultasi bagi sekolah dalam implementasi berbagai kegiatan sekolah bahkan juga untuk membantu sekolah merancang berbagai program kerja sebagai bentuk kemandirian sekolah dalam manajemen sekolah.
M
M U
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
D
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia bersifat profesional dan ilmiah dalam bidang kependidikan melakukan usaha-usaha antara lain: a. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah dan penelitian mengenai ilmu dan seni serta teknologi. b. Mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembagalembaga pemerintah dan swasta serta organisasi profesi baik didalam maupun di luar negeri. c. Menertibkan media komunikasi ilmu, seni dan teknologi pendidikan. d. Melindungi kepentingan profesional para anggota dan mengembangkan profesi pendidikan. e. Melindungi kepentingan masyarakat dari praktek profesional kependidikan yang merugikan. Dari usaha-usaha tersebut sangat jelas manfaat yang dapat diperoleh oleh sekolah apabila sekolah mampu membina kemitraan yang harmonis dengan organisasi profesi ini.
130 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
3. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS) dan Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI) Di sekolah sering dihadapkan pada berbagai perasalahan yang berkaitan dengan siswa, seperti siswa yang bermasalah, bimbingan cara belajar, masalah kepribadian, masalah penyesuaian diri dan lain sebagainya. Tetapi sangat mungkin sekolah kekurangan sumber daya yang memiliki kemampuan untuk membantu siswa yang bermasalah tersebut, karena diperlukan tenaga ahli tertentu. Untuk itu sangat mungkin suatu sekolah pada masa sekarang ingin meningkatkan peran guru di samping sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut sekolah dapat bekerja sama dengan asosiasi bimbingan (ABKINS), atau juga dengan HIMAPSI (Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia).
Y
M
Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan kegiatannya justru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian masyarakat mereka tentang penyuluhan NARKOBA, hal ini harus dimanfaatkan oleh sekolah sebagai peluang dalam pembinaan siswa di sekolahnya. Oleh sebab itu, tidak salah kalau sekolah selalu memprogramkan berbagai kegiatan tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu di sekolah (pemahaman mutu disini bukan sekedar nilai UN).
M U
E. Kerja Sama Sekolah dengan Institusi Lainnya
D
1. Institusi Kesehatan
Istitusi kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan (tingkat pusat), Dinas Kesehatan (tingkat provinsi dan kabupaten/kota) serta pusat kesehatan masyarakat yang ada pada setiap kecamatan adalah institusi yang seharusnya juga menjalin kerjasama dengan sekolah. Atau sekolah harus menjalin kerjasama dengan institusi tersebut untuk kepentingan sekolah. Banyak hal yang dapat dilakukan bersama degan institusi tersebut buntuk kemajuan sekolah, seperti membantu sekolah dalam membina organisasi kesiswaan khususnya pembinaan tentang usaha kesehatan sekolah (UKS) yang ada pada setiap sekolah. Bahkan dokter Puskesmas dapat diminta bantuan untuk membina siswa dalam melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) atau dokter kecil. Di samping itu juga dapat dilakukan kerja sama pemeriksaan kesehatan siswa secara priodik termasuk kesehatan gigi siswa. Dengan demikian sekolah dan orangtua murid akan mendapat keuntungan khusus dari model kemitraan seperti ini.
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 131
2. Organisasi Olahraga dan Kesenian Banyak organisasi olahraga yang tumbuh dan berkembang baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Organisasi olahraga seperti (SSI, PBSI, PBVSI dan lain-lain organisasi lainnya), atau organisasi kesenian di daerah dan pusat (seperti kelompok seni, tari, musik dan lain-lain) sangat strategis untuk diajak bermitra dengan sekolah. Melalui kemitraan tersebut sekolah akan mendapatkan keuntungan dalam pembinaan siswa dalam bidang olahraga sesuai dengan minat dan bakat siswa. Di samping itu organisasi olahraga dan kesenian juga akan mendapatkan kesempatan untuk mencari bakat-bakat khusus di kalangan pelajar. Dengan kemitraan yang sinergis dan harmonis sekolah tidak akan kesulitan dalam pembinaan kesiswaan dalam bidang olahraga maupun keseninan pada saat akan mengikuti berbagai lomba tingkat pelajar seperti pekan olah raga dan seni daerah untuk pelajar dan lain-lain di ajang lomba.
M
M U
3. Organisasi Keagamaan
Y
Kurikulum 2013 menegaskan kompetensi peserta didik yang pertama (K1) adalah kompetensi relegius. Kompetensi ini dapat dikembangkan sekolah secara optimal apabila sekolah memiliki sumber daya tenaga dan sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup. Tetapi disadari selama ini hal tersebut belum dimiliki oleh sekolah, oleh sebab itu, sekolah perlu bermitra dengan organisasi-organisasi yang juga bergerak dalam keagamaan.
D
Banyak sekali organisasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang tujuannya juga meningkatkan kesadaran dan pengamalan nilai-nilai agama. Salah satunya adalah remaja masjid misalnya, kelompok ini sangat intensif melakukan berbagai kegiatan diskusi dan kajian-kajian tentang keislaman. Apabila kelompok ini dapat didaya gunakan untuk membantu sekolah, maka sekolah akan mendapat keuntungan dan dukungan yang besar dalam membentuk kompetensi relegius kepada siswa-siswanya. Selain itu banyak lagi kelompok-kelompok serupa yang dapat diajak bermitra dengan sekolah, seperti organisasi masjid, dan organisasi-organisasi lainnya. Dengan bermitra dengan mereka sekolah juga mendapat keuntungan dapat menggunakan berbagai sarana keagamaan yang mereka miliki untuk proses pembelajaran di sekolah. Semakin banyak kelompok-kelompok keagamaan yang dapat diajak bermitra semakain baik bagi sekolah, dan semakin banyak keuntungan sekolah
132 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
dan orangtua murid serta masyarakat khususnya pembentukan kompetensi relegius. Apabila kondisi itu dapat ditumbuh kembangkan, maka sekolah akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam kompetensi relegius.
4. Organisasi Kepramukaan Organisasi kepramukaan telah ada sejak lama dan sudah berpengalaman dalam pembinaan kepramukaan di Indonesia. Secara nasional ada organisasi kwarnas sedangkan di daerah ada kwarda. Sementara sekarang kembali ditumbuh kembangkan dan digalakkan kegiatan kepramukaan di tingkat sekolah.
Y
M
Sekolah memang memiliki sejumlah guru yang mungkin mampu membina siswa dalam kegiatan kepramukaan, tetapi disadari mereka memiliki keterbatasan waktu karena juga disibukkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk itu, maka kemitraan dengan organisasi kepramukaan akan membantu sekolah dalam membina kegiatan pramuka di sekolah menjadi lebih efektif dan efesien.
M U
Banyak nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan di sekolah seperti jiwa kepemimpinan, kemandirian, kerjasama, saling membantu, saling menghargai, kejuangan, rasa nasonalisme dan lainlain nilai yang sangat positif bagi anak sebagai bekal kehidupannya pada saat dewasa. Dengan nilai-nilai seperti itu nampak sangat selaras dengan kompetensi yang diamanatkan oleh Kurikulum 2013 yaitu kompetensi sikap (K2).
D
5. Museum dan Tempat Peninggalan Sejarah Lainnya Banyak hal yang bisa di dapat sekolah apabila sekolah mampu bekerja sama dengan museum dan berbagai tempat peninggalan sejarah lainnya sebagai ajang bagi siswa untuk belajar lebih banyak tentang sejarah dan peninggalan sejarah. Hal ini sangat perlu karena sekolah hampir bisa dipastikan sulit untuk memenuhi keberadaan museum dan berbagai peninggalan sejarah sebagai media belajar di sekolah. Dengan kerjasama kemitraan yang harmonis tersebut sekolah akan dengan mudah memanfaatkan fasilitas yang dimiliki museum dan peninggalan sejarah untuk kepentingan proses pembelajaran dan pembentukan karakter peserta didik.
7 : Model Pelibatan Masyarakat Melalui Komite Sekolah 133
M
Y
M U
D
134 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat [Halaman ini sengaja dikosongkan]
Y
daf tar pustaka
M
M U
Brookover, W.B., & Lezotte,L.W. (1979). Change in school characteristics coincident with changes in student achievement. Washntong, DC: National Institute of Education. Brookover, W. B., Beady, C., Flood, P., Schweitzer, J. & Wisenbaker, J. (1979). School social systems and studentachievement schools can make a difference. New York: Praeger.
D
Brownwll,. C.L., Gans, L., Maroon T.Z. (1955). Public Relation In Education. New York: Mc Grow Hill Book Company, Inc. Danim, S. (2002) Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Davis, D. (1987). Parent involvement in public school. Opportunities for Administrator Education and Urban Society. 19. 147-163 Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas RI. DeRoche (1985). How School Administrator Solve Problems. New Jersey: Printice Hall Inc. Daftar Pustaka 135
Edmonds, R. (1979). Effective school for the urban poor. Educational Leadership,40(3), 4-11. Ekosusilo, M. (2003). Hasil penelitian kualitatif: Sekolah unggul berbasis nilai. Univet Bantara Press: Sukoharjo. Epstein, J.L. (1995). School/family/community partnership: caring for the children we share. Phi delta Kappan, 76, pg 701-712
Y
Epstein, J.L., Sander, M.G., Sheldon, S.B., Siomon, B.S., Salinas, C.S., Jansorn, N.R., Voorhis, F.L., Martin, C.S., Thomas, B.G., Greenfeld, M.D., Hutchins, D.J., Wiliams, K.J. (2009). School, Family, and Community Partnership: Your Handbook for Action. Third edition. United Kingdom, Singapore, California, New Delhi: Corwin Press A SAGE Company.
M
Fatah, Nanang.(2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Bani Quraisy
Frymier. J., Catherine. C, Donmoyer. R., Gansneder. B. M., Jeter. J. T, Klein. M. F, Schwab.M., Alexander.W.M. (1984). One Hundred Good Schools. Indiana: Kappa Delta Pi
M U
Grave, D. (1986). Corporate culture diagnosis and change: auditing and changing the culture organizations. London: Frances Pinter (Publishers) Limited. Grant, K.B., dan Ray, Julie, A. (2010). Home, School, and Community collaboration. Kulturly Responsive Family Involvement.California: Sage Publication, Inc.
D
Gorton, R.A. (1977). Scool Administration. Wm. Mc Grow Company Publisher, Dubugue, Iowa. Hargreaves, D. and Hopkins, D. (1993). School Effectiveness, School Improvement and Development Planning, in Margaret Preedy (ed.) Managing the Effective School, London: Paul Chapman Publishing. Heath, S.B., & McLaughlin, M.W. (1987). A child resource policy: Moving beyond dependence on school and family. Phi Delta Kappan, 68, pg 576580. Henderson, A., & Mapp, K. (2002). A new wave of evidence: The impact of school, family and community connections on student achievement. Austin, TX: National center for Family and Community Connections With School. Hoy, W. K. & Ferguson, J. (1985). A.Theoritical frame work and exploration of organizational effectiveness in school. Educational Administration Quarterly, 21, 117-34 Hoy, W. K. & Miskel, C. G. & Tarter, C.J. (2013). Educational administration: Theory, research, and practice. 9th edition. New York: McGraw-Hill. 136 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Hoy, W. K. & Tarter, C.J. (2010). Swift and smart decision making: Heuristic that the work. International Journal of Educational Management, 24, 352-358. Husen, T. (1988). Masyarakat Belajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas Universitas Terbuka bekerjasama dengan CV. Rajawali Pers. Kamaruddin. (1995). Dinamika sekolah dan bilik darjah. Kuala Lumpur: Utusan Publications & distribution Sdn Bhd.
Y
Karl, L. (2001). School, achievement and inequality: A seasonal Perspektif. Educational evaluation and Policy Analysis Summer 2001, vol. 23, no 2 pg 171-191
Kumars, D. (1989). Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Tinggi suatu Perbandingan di Beberapa Negara. Jakarta: Depdikbud, Dikti, P2LPTK.
M
Maraope, P.T.M. (1996). The impact of educational policy reform on the distribution of educational outcome in developing countries: the Case of Botswana. University of Botswana, IJED vol. 16 nomor 2.
M U
Mohd Nor, M.Y., Sufean, H. (2013). Demokrasi Pendidikan Dilema sekolah kecil dan sekolah berpusat. Malaysia: University Malaya. Mortimore P. (1995). Key characteristics of effective schools. Kertas Kerja Seminar Sekolah Efektif Kementerian Pendidikan Malaysia 13-14 Julai 1995 di Institut Aminuddin Baki, Kementerian Pendidikan Malaysia Sri Layang, Genting Highland, Pahang.
D
Navizond, C. (2007). Profil budaya organisasi. Bandung: Alfabito. Owens, R. G. (1987). Organizational behavior in education, Publisher: Prentice Hall. Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta: Bina Aksara. Plowdwn, R. (1967). Children and their primary school.(vol 2). Report of central advisory council for education in England. London: HMSO. Purcell-Gate, V. (1996). Stories, coupons, and the TV guide: relationships between home literacy experience and emergent literacy knowledge. Reading Research Quartely, 31, 406-428. Robbins, S.P. (2001). Organiztion behavior: Concept, controversies and aplications. London: Printice Hall International, Inc. Robbins, P. & Alvy, H. (2010). The new principal’s fieldbook: Strategies for succes. ASCD: Alexanderia, Virginia USA.
Daftar Pustaka 137
Roem, T., Mansour Fakih., Toto Rahardja (Penyunting). (2000). Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Rosady Ruslan, (2002). Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Rowan, B., Bossert, S.T., & Dwyer, D.C. (1983). Research on effective schools: a cautionary note. Educational Research, 12. 24-31
Y
Safitri, D.G.A., Rasyad, A., Prawoto. (2013). Partisipasi orangtua dalam aktivitas pembelajaran anak usia dini. Ilmu Pendidikan Jurnak Kajian Teori dan Praktik Kependidikan. Malang: FIP Universitas Nageri Malang. Sander, M.G. (2005). Building school-community partnerships: Collaboration for student success. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
M
Sanders, M.G., & Harve, A. (2002). Beyond te school walls: a case study principals leadership for school community collaboration. Teachers College Reecord, 104. Pg 1345-1368.
M U
Sergiovanni, T. (1987). The theoretical basis for cultural leadership. Dalam L. Sheive & M. Schoenheit (Eds.), Leadership: Examining the elusive (pp. 16-29). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. Siswanto, Bambang. (1992). Humas, Teori dan Praktik. Jakarta: Bina Aksara Slamet, PH (2000) Kepala Sekolah Yang tangguh, Dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
D
Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto. (2002). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Stewart L.Tubbs., Sylvia Moss. (terjemahan). (2000). Human Communication. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Stoner, (1995). Management, 5th edition. London: Printice hall. Stoops, E. Johnson,R.E. (1967). Elementary school administration: a guide for the practitioner. USA: Allyn and Bacon, Inc. Sukardi, (2001) Budaya Mutu dan Prospek Penerapannya Dalam Lembaga Pendidikan, Dalam Dinamika Pendidikan Nomor 2/Th.VIII November 2001: Yogjakarta: FIP UNY. Suriansyah, Ahmad. (1987). Mutu Pendidikan di SLTP Kalsel “Analisis Partisipasi Orangtua Murid dalam Pendidikan. Banjarmasin: FKIP Unlam
138 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Suriansyah, A. (2001). Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Proyek Peningkatan Mutu SLTP (JSE). Banjarmasin: Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan. Toffler, A., & Toffler, H. (1995). Getting set for coming millennium. Futurist. 29. Pg 10-15. Turner, E.A., Chandler, M., Heffer, R.W. (2009). The influence of parenting styles, achievement motivation, and self-aficacy on academic performance in college student. Project Muse to day’s research tomorrow’s inspiration. John Hopkins University Press.
Y
Usman, H. (2008). Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M
M U
D
Daftar Pustaka 139
M
Y
M U
D
140 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat [Halaman ini sengaja dikosongkan]
Y
tentang penulis
M
M U
Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D., memperoleh gelar Ph.D. bidang manajemen pendidikan di Universitas Utara Malaysia pada tahun 2010, gelar Magister dalam bidang manajemen pendidikan diperoleh di Universitas Negeri Malang (dh. IKIP Malang), sedangkan gelar Drs. diperoleh di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tahun 1985. Berbagai jabatan yang pernah dipegang oleh yang bersangkutan adalah: sekretaris jurusan dan ketua jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unlam, Pembantu Dekan I FKIP Unlam, Pembantu Rektor I Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Buku ini adalah buku keempat yang dihasilkan penulis dalam dua tahun terakhir. Pada saat ini penulis sedang aktif sebagai Ketua Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Kalimantan Selatan, Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Unlam Banjarmasin, anggota Dewan Penasehat Lembaga Pedidikan Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Di samping itu penulis juga aktif menulis dalam majalah pendidikan di Kalsel, jurnal ilmiah nasional dan internasional, konsultan pendidikan dan sebagai narasumber seminar nasional.
D
Daftar Pustaka 141
M
Y
M U
D
142 manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat